PENDAHULUAN
1.2 Manfaat
1.2.1 Manfaat Bagi Mahasiswa
1. Sebagai bentuk pemenuhan syarat untuk menyelesaikan mata kuliah kerja
praktek (KP) pada jenjang program pendidikan tingkat sarjana strata 1 (S-1)
pada program studi Teknik Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Syiah
Kuala.
2. Mendapat gambaran mengenai sistem dan budaya kerja di PT. Pertamina
Geothermal Energy Area Kamojang yang nantinya akan berguna bagi
mahasiswa jika hendak memasuki dunia kerja setelah lulus kuliah.
3. Mendapatkan kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu dan ketrampilan
yang didapatkan ketika kuliah
4. Menambah wawasan mengenai proses produksi dan monitoring lapangan
panas bumi
Bagian Reservoir memiliki dua sub bagian, yaitu Pengujian Sumur (Well
Testing) dan Pengukuran Sumur (Well Measurement). Hal-hal yang dilakukan
pada saat pengujian sumur yaitu uji tegak (sudah jarang dilakukan karena alasan
lingkungan) dan uji datar, simulasi reservoir, memantau reinjeksi air, dan
melakukan uji Pressure Build Up (PBU). Sementara itu, pengukuran sumur
meliputi pengukuran tekanan dan temperatur maupun PTS (Pressure,
Temperature, Spinner) pada saat uap mengalir ataupun saat kondisi statik dan uji
komplesi sumur (Well Completion) seperti water loss test dan gross permeability
test. Proses logging juga dilakukan oleh tim Reservoir. Dari logging, dapat
diperoleh kedalaman sumur, kondisi dan konfigurasi sumur produksi maupun
injeksi.
BAB III
METODE KERJA
Sumber energi panas bumi berasal dari magma yang berada di dalam
bumi. Magma tersebut berperan dalam menghantarkan panas secara konduktif
pada batuan disekitarnya. Panas tersebut juga mengakibatkan aliran konveksi
fluida hydrothermal di dalam pori-pori batuan. Kemudian fluida hydrothermal ini
akan bergerak ke atas namun tidak sampai ke permukaan karena tertahan oleh
lapisan batuan yang bersifat impermeabel. Lokasi tempat terakumulasinya fluida
hidrothermal disebut reservoir, atau lebih tepatnya reservoir panas bumi. Dengan
adanya lapisan impermeabel tersebut, maka hidrothermal yang terdapat pada
reservoir panasbumi terpisah dengan groundwater yang berada lebih dangkal.
Berdasarkan itu semua maka secara umum sistem panasbumi terdiri atas tiga
elemen: (1) batuan reservoir, (2) fluida reservoir, yang berperan menghantarkan
panas ke permukaan tanah, (3) batuan panas (heat rock) atau magma sebagai
sumber panas (Goff and Cathy, 2000 dalam Supriyanto Suparno, 2009).
4.1.2 Geologi Kawasan
Area panas bumi Kamojang terlerak 40 km dari Kota Bandung kearah
tenggara. Area ini meliputi area sebesar 31,68 km2 dan luas area prospek 21 km2.
Area panasbumi Kamojang terletak pada rantai dataran tinggi vulkanik berarah
Barat-Timur dari Gn. Rakutak di Barat sampai Gn. Guntur di sebelah Timur
dengan ketinggian 1500 m dpl dengan panjang 15 km dan lebar 4,5 km. Sistem ini
berasosiasi dengan endapan volkanik kuarter berumur 400.000 tahun produk dari
gunung vulkanik Pangkalan dan Gandapura dan terlihat menempati bagian dalam
hasil depresi vulkanik yang dibentuk oleh rim kaldera Pangkalan yang berbentuk
graben oleh sesar Kendeng di Barat dan sesar Citepus di Timur (PT. PGE, 1996).
Rim kaldera Pangkalan, sesar Citepus dan sistem sesar-sesar yang cenderung
Barat-Timur di sebelah Utara lapangan ini memberikan target drilling yang
menarik karena berasosiasi dengan produktivitas uap yang tinggi.
Apabila diurutkan dari tua ke muda, secara garis besar geologi daerah
Kamojang disusun oleh formasi Rakutatk, formasi Gandapura, dan formasi
Pangkalan. Formasi Rakutak terdiri atas batuan andesit basaltik, seangkan formasi
Gandapura menempati daerah sebelah timur Kamojang terdiri atas batuan andesit
piroksen yang umumnya mengalami alterasi akibat proses hidrotermal. Adapun
formasi pangkalan menempati bagian barat Kamojang, yang terdiri atas batuan
piroklastik. Gunung gandapura merupakan bagian jalur gunung api akibat dari
pengembunan deretan gunung Papandayan-gunung Sanggar- pasir Jawa ke arah
Utara dan Timur laut. Deretan pegunungan ini membentuk dinding kaldera
pangkalan sebelah barat. Gunung Gandapura dan lava yang berumur lebih tua dari
kompleks gunung Guntur yang berkomposisi andesit piroksen merupakan lava
yang paling umun dijumpai di daerah ini. Kompleks ini sebagian runtuh pada sisi
sebelah utara dan tenggara. Sekitar 1 km sebelah bart puncak Gunung Gandapura
dijumpai satu sesar ke arah utara-selatan, dengan blok barat relatif turun terhadap
terhadap blok timur. Adapun didaerah area panas bumi Kamojang dilalui oleh dua
sistem sesar utama, yakni sistem sesar normal ke arah baratlaut-tenggara dan
sistem sesar normal lainnya ke arah selatan-utara. Sesar-sesar ini mendominasi
struktur kompleks Guntur-Gandapur (PT. PGE, 1996). Satu struktur yang penting
adalah sesar kendang, yang berkembang dari puncak Kendang hingga ujung
selatan pasir Jawa sejauh 15 km. Dinding terjal utama menghadimurlaut pasir
Jawa tidak jelas, kemungkianan besar karena telah tertutup oleh aliran-aliran lava
dari gunung Gandapura.
Struktur geologi yang berkembang adalah sesar dan depresi melingkar, yang
mengendalikan permeabilitas lapangan Kamojang. Arah sesar-sesar adalah Barat
Daya-Timur Laut (BD-TL), Barat Laut-Tenggara (BL-TG), Barat Barat Laut –
Timur-Timur Laut (BBL-TTL) dan Utara-Selatan (U-S). Berdasarkan umurnya
sesar-sesar itu dapat diturunkan dari tua ke muda sebagai berikut (Tim Pokja
Kamojang, 2000):
a. Sesar BD-TL (arah N600E) diperkirakan merupakan sesar tertua di daerah
Kamojang di bagian Utara Danau Pangkalan merupakan sesar normal
dengan Blok Tenggara relatif turun. Di bagian Selatan danau Pangkalan
merupakan sesar mendatar.
b. Sesar BL-TG (arah N1400E) merupakan kelompok sesar normal yang
rumit.
c. Sesar BBL-TTL (arah N1100E) muncul dibagian Timut Laut daerah
Kamojang. Sesar ini merupakan sesar normal dengan Blok Selatan relatif
turun.
d. Sesar U-S (arah N150E) muncul di bagian timur daerah Kamojang, yang
diperkirakan merupakan sesar termuda. Sesar ini merupakan sesar normal
dengan Blok Barat relatif turun.
Gambar 4.2 Peta Geologi Regional Kamojang
Bentuk depresi melingkar diduga merupakan sisa kaldera atau kawah yang
terdapat di sekitar Danau Pangkalan, Danau Ciharus, dan Gunung Rakutak.
Pertemuan kedua pola distribusi struktur (BD-TL dan BL-TG) ini menyebabkan
terbentuknya zone subsurface geology sangat lemah, sehingga muncul
manifestasi-manifestasi panasbumi berupa fomarole, hot springs, mud pool, silica
residu dan lain-lain di sebelah Timur Laut Area Kamojang.
Batuan reservoir adalah batuan yang dapat menyimpan dan meloloskan air
dalam jumlah yang signifikan karena memiliki porositas dan permeabilitas yang
cukup baik. Keduanya sangat berpengaruh terhadap kecepatan sirkulasi fluida.
Batuan reservoar juga sangat berpengaruh terhadap komposisi kimia dari fluida
hidrotermal. Sebab fluida hidrotermal akan mengalami reaksi dengan batuan
reservoar yang akan mengubah kimiawi dari fluida tersebut. Nicholson (1993)
menjelaskan bahwa batuan vulkanik, sedimen klastik, dan batuan karbonat
umumnya akan menghasilkan fluida hidrotermal dengan karakter kimia yang
dapat dibedakan satu dengan yang lainnya.
Dalam reservoir panasbumi, bahan penyusunnya mempunyai struktur dan
karakteristik yang sesuai dengan terbentuknya bumi dan perlu diketahui
terbentuknya reservoir panas bumi harus memiliki persyaratan tertentu, yaitu
harus tersedia sumber panas, batuan reservoir, fluida reservoir, dan batuan
penudung. Selain syarat-syaratterbentuknya reservoir panas bumi juga dapat
diklasifikasikan berdasarkan sumber panas, jenis fluida, temperature, dan
berdasarkan jenis fluida reservoir.
φ = Vp/Vb
Tipe reservoir sistem panas bumi Kamojang didominasi oleh sistem panas
bumi uap (vapour dominated) yang memiliki porositas yang besar, permebilitas
tinggi, temperature tinggi. Permeabilitas dihasilkan karena patahan, kekar, dan
fraktur seperti porositas intergranular di lapilli (Elicia et al, 2017). Reservoir
terletak pada kedalaman antara 700 hingga 2000 m. Reservoir pada area Kamojang
terdiri dari batuan andesit dan beberapa piroklastik vulkanik. Suhu reservoir
mencapai 235°C hingga 250°C. Reservoir lapangan Kamojang ini memiliki
saturasi air yang mencapai 35%. Terdapat kandungan gas non kondesat dalam
pemakaian cairan kurang dari 1 % berat. Porositas reservoir kebanyakan mencapai
4 – 7 %. Reservoir ditutupi oleh batuan penudung (cap rock) yang terdiri dari
batuan vulkanik prophilitic teralterasi dengan ketebalan 500 – 600 m namun
semakin ke arah utara dan timur ketebalan nya hanya 200 – 300 m. (Moeljanto,
2004). Permeabilitas-ketebalan produk (Kh) berkisar antara 500 hingga 140,000
milidarcy meter, dimana sumur produksi menunjukkan nilai lebih dari 4,900
milidarcy meter. Sumur produksi lapangan kamojang pada tahun 2016 tercatat
memproduksi 235 megawatt (MW) listrik (Elicia et al, 2017)
Pembagian berdasarkan asal fluida ini disampaikan oleh Ellis & Mahon
(1977). Mereka membagi sistem panasbumi menjadi cyclic system dan storage
system. 1. Cyclic system yaitu apabila suatu fluida hidrotermal berasal dari air
meteorik yang mengalami infiltrasi dan masuk jauh ke bawah permukaan,
kemudian terpanaskan, dan bergerak naik ke permukaan sebagai fluida panas.
Pada sistem ini, air meteorik mengalami recharge dari hujan dan infiltrasi,
sehingga siklus sistem berjalan terus menerus. 2. Storage System terbentuk
apabila air tersimpan pada batuan dalam skala wakt u geologi yang cukup lama
dan terpanaskan secara insitu, baik sebagai fluida dalam formasi maupun sebagai
air dari proses hidrasi pada mineral. Storage system ini dibagi berdasarkan host
atau batuan tempat tersimpannya fluida tersebut, menjadi: (1) Sedimentary basin
system dimana fluida diperoleh saat sedimen terendapkan. Salinitas pada air yang
dihasilkan oleh air formasi ini umumnya lebih tinggi dibanding salinitas pada air
magmatik. Selain itu, air yang berasal dari air laut ini juga akan mengakibatkan
komponen ion klorida pada air formasi yang mengalami pemanasan akan
meningkat. (2) Metamorphic system dimana air berasal dari pelepasan H2O saat
proses metamorfisme batuan sedimen asal laut berjalan (White et al, 1973 dalam
Ellis & Mahon, 1997).
Bagian utama dari lubang bor adalah casing dan linear. Casing adalah
selubung lubang bor yang terbuat dari bahan campuran logam. Ragam campuran
akan mempengaruhi kekuatan casing termasuk ketahanan terhadap proses
perkaratan. Casing berguna untuk menahan dinding lubang bor dari keruntuhan
akibat tidak stabilnya formasi dan mengisolasi lubang bor dengan formasi lainnya.
Sedangkan linear adalah selubung yang menutup reservoir geotermal. Linear
berukuran lebih kecil dari casing dan mempunyai lubang-lubang di seluruh
permukaan vertikalnya. Dengan menggunakan linear, akan diperoleh flow rate
dari fluida geotermal yang cukup tinggi. Hal ini sangat penting, karena apabila
flow rate terlalu rendah maka akan terjadi penurunan tekanan yang cukup tinggi
sehingga diperlukan pompa re-injeksi. Pemasangan casing dan linear di dalam
lubang bor dengan menggunakan bantuan centralizer untuk membuat posisi tepat
di tengah lubnag bor. Pada lapangan panas bumi PT. Pertamina Geothermal
Energy Area Kamojang, sumur panas bumi menggunakan serangkaian casing
berukuran 20 inch, 13 3/8 inch, 9 5/8 inch, dan linear 7 inch. Namun dibeberapa
tempat sepertu Wayang Windu digunakan sistem big hole dengan linear mencapai
10 ¾ inch. Pengalaman dalam pemboran di beberapa tempat menunjukkan bahwa
biaya pemboran dengan sistem big hole lebih besar 25% dibandingkan sumur
standar.
Sumur produksi adalah sumber utama masuknya fluida dari reservoir yang
dapat berupa steam, brine, atau keduanya yang akan disalurkan untuk pembangkit
energy listrik di PLTP. Adanya pengaruh temperatur dan tekanan dari bawah
permukaan menyebabkan fluida dapat keluar menuju permukaan bumi. Setelah
proses produksi selesai, sisa fluida yang telah digunakan energinya untuk
menggerakkan turbin kemudian diinjeksikan kembali kedalam sumur injeksi. Hal
ini ditujukan untuk memastikan keseimbangan fluida di reservoar dan menjamin
kecukupan fluida untuk kembali di produksi. Selain itu terdapat pula sumur
delineasi atau pemantauan yang berfungsi sebagau pemantauan terhadap suatu
area produksi geotermal. Pada sumur ini tidak dilakukan proses produksi maupun
injeksi. Dalam suatu lapangan operasi juga dapat ditemui sumur abandon atau
sumur yang tidak digunakan lagi.
Pada alat PTS tool, tiga alat utama yang terdapat pada alat ini adalah
presuure recorder, temperature recorder, dan spinner yang berada di paling bawah
(Stevens, 2000). Pressure recorder dan temperature recorder berada di dalan heat
shield yang berfungsi untuk melindungi recorder tersebut dari tingginya
temperature yang ada di dalam sumur panas bumi. Spinner yang berada di bagian
paling bawah akan berputar bila fluida mengalir mengenai baling-baling tersebut.
Putaran spinner akan terekam sebagai RPS (revolution per second) yang dapat
menjadi laju alir fluida di dalam sumur. Artinya putaran spinner akan berbanding
lurus terhadap laju alir fluida di dalam sumur. Semakin cepat putaran, maka
semakin cepat pula laju fluida tersebut.
Prinsip akuisisi data PTS tool ketika diturunkan ke dalam sumur adalah
dilakukan beberapa kali pass (naik-turun) di dalam lubang bor dengan
menggunakan beberapa cable speed yang berbeda. Pada saat alat tersebut pertama
kali turun dari permukaan, kecepatan kabel dipertahankan agar tetap konstan
hingga kedalaman yang dituju. Sesampainya di kedalaman yang tersebut, alat
didiamkan selama dua menit agar pembacaan spinner stabil dan tidak ada defleksi
pembacaan. Kemudian alat dinaikkan dengan kecepatan kabel yang sama namun
hingga top of liner dan didiamkan selama dua menit bertujuan untuk mengetahui
laju alir massa total yang ada di sumur tersebut. Pengamatan dengan PTS
dilanjutkan lagi dengan menurunkan alat ke bawah dengan kecepatan kabel yang
berbeda. Alasan dilakukan beberapa kali dan dengan kecepatan kabel yang
berbeda bertujuan untuk validasi data apabila dalam salah satu pengukuran PTS
terjadi anomali dalam pengukuran, data anomali tersebut dapat diabaikan.
Sedangkan ahap pengolahan data PTS dimulai dengan melakukan sorting data
menjadi setiap interval kedalaman. Setelah itu melakukan plot respons spinner
dengan cable speed untuk menentukan slope. Setelah diperoleh nilai slope, dapat
dilakukan perhitungan kecepatan aliran fluida (fluid velocity).
Data yang diperoleh dari spinner tool merupakan laju putaran spinner
sehingga dilakukan penterjemahan data putaran spinner menjadi kecepatan fluida
dengan cara melakukan plot dari frekuensi/ RPS (radian per second) dengan cable
velocity (meter per second) untuk mendapatkan kurva tool’s resonse. Dari hasil
plot data RPS dan cable velocity untuk tiap log up dan log down akan diperoleh
kemiringan tiap kedalaman, idealnya kurva tool’s response terhadap cable speed
akan membentuk garis lurus. Dari data tersebut kemudian dicari nilai average
slope (fpm/rps) secara keseluruhan. Saat fluida mengalir melewati impeller,
impeller pada spinner tool akan mulai berputar jika kecepatan alir melebihi
kecepatan ambang (threshold velocity) dan akan terus meningkat dengan
peningkatan kecepatan alir. Kecepatan ambang ini berbeda untuk masing masing
tipe impeller.
Keterangan :
FV= Fluid Velocity, m/s
RPS = Spinner Frequency, radian per second
CV = Cable Velocity, m/s
Fpm/rps = 1/avg slope
a. Persiapan alat
1. Sebelum memulai pengukuran, alat PTS harus dipastikan dalam
keadaan baik dan siap digunakan. Komponen-komponen dari setiap
alat diperiksa kembali agar bisa bekerja sesuai dengan fungsinya.
2. Lakukan visual check untuk kondisi wireline yang akan digunakan
untuk menurunkan PTS tools.
3. Persiapkan PTS memory tools
4. Periksa kembali PTS memory tools yang sudah terpasang dengan
wireline untuk diturunkan melalui servive valve
c. Mencabut Alat