Anda di halaman 1dari 53

PERHITUNGAN HOT WATER PUMP MCPK 250-200-500 CD DI PT

PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA ULUBELU

(Laporan Kerja Praktek)

OLEH
ZULFA ARIQOH

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPNG
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Zulfa Ariqoh

Npm : 1515021008

Jurusan : Teknik Mesin

Fakultas : Teknik

Judul Kerja Praktik : PERHITUNGAN HOT WATER PUMP DI

PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

AREA ULUBELU

Waktu Pelaksnaan : 23 Januari 2018 – 23 Februari 2018

Tempat Pelaksanaan : PT Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu

Bandar Lampung, April 2018

Dosen Pembimbing Kerja Praktek Dosen Penguji Keja Praktik

Agus Sugiri, S.T., M.Eng. Indra Mamad Gandidi, S.T., M.T.


NIP. 19700804 199803 1 003 NIP. 19700307 199803 1 002

Mengesahkan,
Ketua Jurusan Teknik Mesin

Ahmad Su’udi, S.T., M.T.


NIP.19740816 200012 1 001
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lampung merupakan salah satu provinsi yang kebutuhan listriknya terus


bertambah sesuai dengan berkembangnya teknologi. Dengan adanya PT.
Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu maka mampu berkontribusi dalam
pembangunan dan pengembangan serta peningkatan pasokan listrik sebesar 25%.

PT. Pertamina Geothermal Energi Area Ulubelu adalah Badan Usaha


Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang energi panas bumi yang terletak di
Desa Muara Dua, Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung.
Dengan panas bumi yang dihasilkan oleh PT. Pertamina Geothermal Energi Area
Ulubelu ini mampu menghasilkan daya sebesar 2x55 MW yang mampu
digunakan untuk menerangi Lampung.

PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu menggunakan steam


(uap) panas yang berasal dari perut bumi yang digunakan sebagai sumber utama
untuk memutar turbin. Steam (uap) panas akan diproses terlebih dahulu sebelum
digunakan untuk memutar turbin dan menggerakkan generator sehingga
meghasilkan listrik. Listrik yang di hasilkan dialirkan ke rumah-rumah saat ini,
dimana untuk menuju ke rumah-rumah dibutuhkan suatu siklus PLTP.

Satu siklus PLTP pada PT. Pertamina Geothermal Area Ulubelu adalah
sumur, separator, scrubber, turbin, kondensor, colling tower, hingga kembali
kedalam bumi kembali. Dimana pada saat steam (uap) masuk kedalam turbin
digunakan untuk memutar generator hingga dapat mengalirkan listrik ke rumah-
rumah dan sisa steam (uap) dilanjutkan ke kondensor untuk diubah kembali
menjadi brain (air) yang kemudian didinginkan untuk dimasukkan kembali
kedalam bumi melalui suatu pompa. Pada prosesnya dibutuhkan suatu pompa
yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan sisa pemisahan antara steam
(uap) dan brain (air) yang kemudian di tampung oleh sebuah kolam (pond) ke
sumur reinjeksi (sumur pembuangan).

Pompa yang digunakan untuk memompa air dari pond ke saluran


pembuangan adalah pompa jenis sentrifugal yang mempunyai spesifikasi dan
kemampuan memompa yang berbeda-beda berdasarkan penggunaan. Maka dari
itu, penulis akan membahas mengenai pompa sentrifugal yang digunakan untuk
memindahkan air dari pond ke saluran pembuangan, dengan menganalisa
perhitungan NPSHA pada pompa untuk instalasi pompa sentrifugal di Central
Separator PT. Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari kerja praktek yang dilakukan di PT. Pertamina Geothermal
Energy Area Ulubelu adalah :

1. Memahami prinsip kerja pompa sentrifugal yang akan di gunakan di Central


Separator.
2. Menghitung dan menganalisis perhitungan untuk instalasi pompa sentrifugal
di Central Separator.
3. Melakukan instalasi pompa sentrifugal di Central Separator.

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dari penulisan laporan kerja praktek ini adalah :
1. Perhitungan kinerja pompa sentrifugal dengan menganalisa kebutuhan
minimum pompa untuk bekerja secara optimum (NPSHA) untuk menginstal
pompa yang akan digunakan.
2. Data yang digunakan adalah data yang ada pada pompa dan data yang diambil
satu kali pada kerja praktek, yang dianggap mewakili operasi dari pompa
sentrifugal di Central Separator PT. Pertamina Geothermal Energy Area
Ulubelu.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penyusunan laporan kerja praktek ini terbagi menjadi
bab-bab sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menguraikan latar belakang secara jelas,
tujuan dan batasan masalah yang diambil sebagai batasan utama
dalam laporan kerja praktek serta sistematika laporan kerja
praktek.
BAB II : SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN
Pada bab ini penulis menguraikan menjelaskan mengenai struktur
organisasi atau lingkup kerja praktek dan kaitannya dengan
lingkup pekerjaan KP yang dilakukan.
BAB III : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis membahas tentang landasan teori yang
merupakan uraian tentang pompa sentrifugal, dan teori-teori yang
dibahas sesuai dengan topik yang akan dibahas pada laporan kerja
praktek ini.
BAB IV : PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
Pada bab ini penulis membahas tentang metode yang digunakan
dalam pengambilan data pada pelaksanaan kerja praktek. Berisi
data-data tentang pompa, serta analisis tentang perhitungan yang
digunakan untuk instalasi pompa.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini penulis membahas mengenai simpulan dan saran
yang terdiri dari sub bab kesimpulan dan saran dari hasil
pengamatan yang diperoleh selama proses kerja praktik.
DAFTAR PUSTAKA
Pada bab ini penulis memuat tentang literatur-literatur yang
membatu serta menunjang dalam penyusunan laporan kerja
praktek.
LAMPIRAN
Pada bab ini penulis memuat tentang lampiran yang berupa profil
perusahaan, foto, dan data yang lainnya yang mendukung laporan
kerja praktek ini.
BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Lokasi PT PGE Area Ulubelu

PT Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu terletak di Wilayah Administrasi


Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Terletak pada
koordinat 104º27'25”, 104º43'31” BT dan 05º15'16”, 05º31'29” LS. Area ini
berlokasi sekitar  100 Km dari Barat Kota Bandar Lampung. Dan terdapat jalan
umum untuk mengakses wilayah operasi yang melewati Kabupaten Pringsewu.
Wilayah ini berada pada ketinggian sekitar  800 meter di atas permukaan laut.
Beriklim sejuk, yang memiliki suhu berkisar antara 16o hingga 22oC dengan curah
hujan setiap tahunnya mencapai 2.885 mm.

PT Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu memiliki areal yang


sangat luas sebesar 29,73 Km x 30,97 Km (92,064 Ha). Areal tersebut terdiri dari
48,85 hektar cagar alam, 50,35 hektar hutan produksi dan 9,35 hektar lahan hak
milik PT Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu. Maka dari itu, kawasan
operasi perusahaan pada umumnya terbuka dan dikelilingi oleh hutan dan banyak
jalan setapak. Selain itu, terdapat tempat wisata danau hijau dan air terjung
Lembah Pelangi
yang ramai dikunjungi. Lokasi PT Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu
dapat dilihat pada denah lokasi yang ditunjukan pada dena lokasi berikut ini :
B
Hutan Lindung A
T
A
S
W
K
P
Luas WKP
92 064 Ha
Batas WKP

Gambar 2.1 Denah Lokasi PT PGE Area Ulubelu


2.2 Sejarah PT PGE Area Ulubelu

PT Pertamina Geothermal Energy pertama kali dibentuk pada tahun 2006 sebagai
anak perusahaan dari PT Pertamina (Persero), dimana perusahaan ini 90% dari
total sahamnya dipegang oleg PT Pertamina (Persero) dan sisa 10% sahamnya
dipegang oleh PT Pertamina Dana Ventura. Perusahaan ini bergerak di bidang
eksplorasi dan pemanfaatan energi geothermal sebagai sumber energi alternatif
yang ramah lingkungan dan terbarukan yang tersebar di seluruh Indonesia.

Pada tahun 1990 Ulubelu ditetapkan sebagai wilayah kerja pengusahaan


(WKP) panas bumi Pertamina. Kegiatan eksplorasi di Ulubelutelah berlangsung
sejak tahun 1991 sampai dengan tahun 2007. Dilakukan berbagai survey dalam
eksplorasi ini, yaitu survey geologi, geofisika dan geokimia. Selanjutnya, pada
tahun 2007 hingga 2012 kembali dilakukan pengeboran sumur pengembangan dan
produksi, kemudian proyek PLTP Ulubelu Unit 1 dan 2diresmikan oleh Presiden
Republik IndonesiaProf. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, tanggal 6 Desember
2012 bertempat di KRI Makassar dari dermaga Komando Lintas Laut Militer
(Kolinlamil), Tanjung Priok, Jakarta.

PT Pertamina Geothermal Energy bekerja sama dengan pihak PLN untuk


mendistribusikan listrik kepada masyarakat. PGE Ulubelu memasok uap ke Power
Plant milik PT PLN dengan kapasitas 2 x 55 MW. PLTP Unit 1 telah beroperasi
sejak 16 September 2012 dan PLTP Unit 2 beroperasi sejak 23 Oktober 2012.
Selanjutnya, pada tahun 2014 dilakukan pembangunan PLTP Unit 3 dan 4 dengan
kapasitas 55 MW per masing-masing unit. Untuk PLTP ini dilakukan dalam 2
tahap pembangunan. Tahap 1 untuk Unit 3 dibangun selama 23 bulan dan baru
beroperasi pada Juli 2016, lalu tahap 2 untuk Unit 4 hingga saat ini masih dalam
project pembangunan dan diperkirakan pada Juni 2017 akan siap beroperasi.

Perbedaan PLTP Unit 1 dan 2 dengan PLTP Unit 3 dan 4 adalah pada
PLTP Unit 1 dan 2 PT PGE menjual uap atau steam kepada pihak PT PLN,
sementara untuk PLTP Unit 3 dan 4 PT PGE mengelola steam menjadi listrik
sendiri yang kemudian dijual kepada PT PLN. Keseluruhan energi listrik yang
dihasilkan PLTP Ulubelu dialirkan guna mendukung sistem transmisi Propinsi
Lampung dimana hasil energi yang dihasilkan PT PGE ini dapat memenuhi ±1/3
dari total kebutuhan energi listrik di Propinsi Lampung.

2.3 Ruang Lingkup Kegiatan PT PGE Area Ulubelu

Indonesia yang kaya dengan wilayah gunung berapi memiliki potensi panas bumi
 29.000 MW dan yang bisa dimanfaatkan sebesar 16.035 MW. Sebagai energi
alternatif, panas bumi memiliki beberapa keunggulan: mudah didapat secara
kontinyu dalam jumlah besar, ketersediaannya tidak terpengaruh oleh cuaca,
bebas polusi udara karena tidak menghasilkan gas, serta merupakan energi yang
berkelanjutan. Selain itu, proses pemanfaatannya relatif sederhana, sehingga
energi yang dibutuhkan lebih murah.

Manifestasi bisnis pembangkit listrik tenaga panas bumi tidak hanya di


kedalaman tanah yang memiliki reservoir steam panas bumi, tapi juga dapat
ditinjau dari manifestasi permukaan tanah seperti hot spring, fumarol, geyser, dan
lain–lain. Air panas yang mengalami perambatan ke permukaan tanah dapat
mengidentifikasikan bahwa pada kedalaman tanah tersebut memiliki reservoir
steam panas bumi. Plant location yang digunakan sebagai tempat berdirinya
industri panas bumi dilihat juga dari kereaktifan gunung yang ditempati. PT
Pertamina Geothermal Energy Unit III Area Ulubelu ini didirikan dengan
mempertimbangkan studi kelayakan seperti klasifikasi tipe gunung, kebanyakan
PLTP didirikan di daerah pegunungan karena dekat dengan reservoir.

Pengklasifikasian gunung dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yakni gunung


aktif dengan gunung purba, Area Ulubelu ini termasuk gunung purba. Apabila
menginvestasikan pendanaan di gunung aktif bila sewaktu-waktu terjadi gempa,
tanah longsor, perubahan iklim yang tak menentu, dan bencana alam lainnya maka
investor sangat dirugikan bila plant tersebut mengalami kendala hingga rusak. PT
Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu didirikan di gunung purba yang telah
lama tidak aktif dan probabilitas untuk reaktif kembali pun kecil
kemungkinannya. Sumur yang digunakan sebagai sumber uap diperlukan kajian
yang mendalam secara geofisika dan geokimia. Unit bisnis pembangkitan Ulubelu
merupakan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi panas bumi
sebagai penggerak utama, yang berkapasitas 4 x 55 MW.

Dengan teknologi yang sudah berkembang sekarang ini, sumur penghasil


steam dapat terbagi menjadi dua klasifikasi utama yaitu vapour dominated dan
water dominated. Pada PT PGE Unit III Area Ulubelu ini didapatkan hasil uap
yang lebih sedikit dibandingkan airnya yang tergolong sebagai water dominated
dengan persenan kandungan uap sebesar rata-rata  30%. Terdapat 11 sumur aktif
yang digunakan selama proses penghasil listrik sebesar 55 MW ini. Agar uap
yang dihasilkan dapat berkualitas baik dan memiliki kuantitas yang cukup, sumur
penghasil steam perlu dilakukan drilling hingga kedalaman 3 Km dibawah tanah.
Probabilitas keberhasilan penggalian sumur juga sangat kecil kemungkinannya
untuk mendapatkan sumur penghasil uap yang berkualitas. Rasio keberhasilan
penggalian sumur dapat diperkirakan 5:1. Harga drilling satu sumur penghasil uap
diperlukan dana sebesar 100 milyar untuk sekali penggalian, walau
probabilitasnya sangat kecil.

2.4 Visi, Misi, Tujuan, dan Motto PT PGE Area Ulubelu

2.4.1 Visi

Visi dari PT Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu, adalah:


2014 : #1 Geothermal Entity in Indonesia
2017 : Leading Geothermal Company in Indonesia
2021 : Leading Geothermal in Asia
2025 : World Class Geothermal Energi Enterprise

2.4.2 Misi
Adapun misi yang dimiliki oleh PT Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu
sesuai dengan oersetujuan oleh rapat Direksi pada tanggal 28 November 2014
adalah Melaksanakan Pengelolaan Operasi dan Portofolio Usaha Geothermal
secara Profesional yang Berwawasan Lingkungan dan Memberikan Nilai Tambah
Bagi Stakeholder

2.4.3 Tujuan

Tujuan dari PT Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu, sebagai berikut:


1) Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang terus-menerus dalam
penggunaan sumber daya perusahaan.
2) Meningkatkan pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan dengan
bertumpu pada usaha penyediaan tentang listrik dan sarana penunjang yang
berorientasi pada permintaan pasar yang berwawasan lingkungan.
3) Menciptakan kemampuan dan peluang untuk memperoleh pendanaan dari
berbagai sumber yang saling menguntungkan.
4) Mengoperasikan pembangkit tenaga listrik secara kompetitif serta mencapai
standar kelas dunia dalam hal keamanan, keandalan, efisiensi maupun
kelestarian lingkungan.
5) Mengembangkan budaya perusahaan yang sehat diatas saling menghargai
antar karyawan dan mitra kerja, serta mendorong terus kekokohan integritas
pribadi dan profesionalisme.

2.4.4 Motto
Motto dari PT Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu adalah: “Safety is My
Commitment”

2.5 Struktur Organisasi Perusahaan


General Manager
Area Ulubelu

Manager
Operation

Manager
Maintenance

Manager
Planning &
Engineering

Manager Finance

Manager SCM

Manager HSSE

Manager HR

Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu

Struktur organisasi PT Pertamina Geothermal Energy, posisi tertinggi adalah


Presiden Direktur yang membawahi tiga Direktur, yakni Direktur Perencanaan
dan Pengembangan, Direktur Operasi, dan Direktur Keuangan. Untuk Area
Ulubelu, posisi tertinggi dipegang oleh Manajer Umum (General Manager) yang
berada dibawah Direktur Operasional. Manajer Umum Area Ulubelu membawahi
tujuh Manajer, yakni Manajer Operation, Manager Maintenance, Manajer
Planning & Engineering,Manager Finance, Manager SCM, Manager HSSE, dan
Manager HR. Adapun struktur organisasi PT Pertamina Geothermal Energy Area
Ulubelu Unit III dapat dilihat pada gambar 2.2.

2.5.1 General Manager (GM)

Tugas dari seorang General Manager adalah memimpin dan mengurus unit
pembangkitan sesuai dengan tujuan dan lapangan usahanya, dengan berusaha
meningkatkan kerja unit pembangkitan dan mempunyai tugas sebagai berikut:
1) Mengevaluasi perkembangan unit pembangkitan dan lingkungan yang
mempengaruhinya serta melaksanakan identifikasi kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman yang di hadapi perusahaan.
2) Menyusun rencana strategi untuk mencapai tujuan sesuai dengan lapangan
usahanya, dengan memperhatikan strategi dan kebijaksanaan perusahaan dan
memperoses pengesahan Direksi.
3) Mengarahkan dan membina program-program operasi dan pemeliharaan unit
pembangkitan.
4) Menetapkan standar-standar prosedur pelaksanaan meliputi operasi,
pemeliharaan, logistik, anggaran keuangan, dan akuntansi dengan
memperlihatkan ketentuan yang lebih tinggi.

2.5.2 Manager Operation

Mengkoordinasikan pengelolaan operasi dan produksi Unit Bisnis Pembangkitan


dengan kegiatan utama sebagai berikut:
1) Penyusunan rencana kegiatan operasional bidang operasi.
2) Penyusunan rencana operasional penggunaan uap.
3) Pengembangan sistem dan prosedur operasi.
4) Pengkoordinasian pelaksanaan operasi.
5) Pengelolaan penjualan energi.
6) Pengendalian kehandalan dan efisiensi pengoperasian.
7) Pembinaan kompetensi bidang operasi pembangkitan.

2.5.3 Manager Maintenance

Tugas mengkoordinasikan pengelolaan Unit Pembangkitan dengan kegiatan


utama sebagai berikut:
1) Penyusunan rencana kegiatan oprasional bidang pemeliharaan.
2) Pengmbangan sistem dan prosedur kerja.
3) Pembinaan kompetensi bidang pemeliharaan.

2.5.4 Manager Planning & Engineering

Melaksanakan perencanaan evaluasi kerja pembangkitan dan rekayasa enginering


dengan kegiatan utama sebagai berikut:
1) Penyusunan rencana kerja dan operasi pembangkit.
2) Penyusunan strategi penggunaan uap.
3) Penyusunan rencana kebutuhan suku cadang.
4) Pembinaan inovasi dan rekayasa bidang teknik di lingkungan di unit kerjanya.

2.5.5 Manager Finance

1) Merencanakan dan mengkoordinir rencana kerja dan anggaran yang akan


dilakukan di Area Geothermal Energy Ulubelu (ABO dan ABI)
2) Memonitor, evaluasi/analisa dan pengawasan transaksi keuangan yang
dilakukan oleh bagian lain di lingkungan Area Geothermal Energy Ulubelu.
3) Mengatur dan mengendalikan pengelolaan pemasukan dan pengeluaran dana,
untuk menunjang kelancaran operasi di lingkungan Area Geothermal Energy
Ulubelu.
4) Mengatur dan mengendalikan penerapan sistem dan prosedur akuntansi
sesuai juklak, pedoman dan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku.
5) Mengawasi pengelolaan dokumen-dokumen keuangan dalam rangka
kemudahan memperoleh data dan pengamanan arsip.

2.5.6 Manager SCM

1) Berkoordinasi dengan fungsi user mengenai rencana kerja dalam rangka


pemenuhan pengadaan barang/jasa.
2) Mengkoordinir proses pengadaan barang/jasa untuk mencapai target
operasional Perusahaan.
3) Memonitor transaksi material untuk menjaga akurasi data material stok
dengan sistem MySAP.
4) Melaksanakan pengawasan dan memantau secara ketat setiap pengeluaran
material baik secara fisik maupun administrasi sehingga sampai ke tempat
user dengan cepat dan tepat agar tingkat layanan lebih optimal.
5) Memantau pengelolaan dan pengawasan pelaksanaan operasi seluruh
angkutan, baik angkutan berat maupun angkutan ringan
2.5.7 Manager HSSE

Memastikan kondisi yang aman, sehat dan menanggulangi terjadinya insiden


kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan (pencemaran
air, udara, dan tanah).

2.5.8 Manager HR

1) Merumuskankan implementasi kebijakan, peraturan dan pedoman perusahaan


terkait penanganan masalah Sumber Daya Manusia dan organisasi.
2) Merumuskan perencanaan pembinaan pengembangan SDM dan organisasi
serta evaluasi terhadap kebutuhan tenaga kerja disesuaikan dengan tingkat
kegiatan operasional.
3) Mengkoordinasikan kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan fungsi-fungsi
terkait dalam lingkungan Unit Usaha serta penanganan penyelesaian kontrak
kerjasamanya.
4) Mengkoordinasikan dengan fungsi terkait untuk penilaian kinerja, promosi,
mutasi, reward dan punishment.
5) Mengawasi kegiatan jasa layanan sumber daya manusia dan administrasi
pekerja.

2.6. Aset PT Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu

Dalam Kawasan PT Pertamina Geothermal Enenrgy Area Ulubelu, terdapat


beberapa fasilitas dan aset terkait dengan aktifitas perusahaan yang dimiliki oleh
perusahaan. Fasilitas yang dimiliki diantaranya:
1) Kantor PT Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu, sebagai pusat
administrasi dan manajerial dari PT Pertamina Geothermal Energy Area
Ulubelu. Di dalam wilayah kantor terdapat gedung kantor General Manager,
manajer-manajer dan staf-stafnya dengan jam kerja selama 8 jam dari hari
senin hingga jum’at dimulai dari pukul 07.15 hingga pukul 15.45. Selain itu
juga terdapat berbagai dokumen dan informasi penting terkait PT Pertamina
Geothermal Energy Area Ulubelu.
2) Mess PT Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu sebagai tempat tinggal
para tamu yang berkunjung atau mempunyai kegiatan yang menyangkut
kepentingan di PT Pertamina Geothermal Area Ulubelu.
3) PLTP Unit III PT Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu, sebagai Total
Project pertama milik PT Pertamina Geothermal Energy di Area Ulubelu untuk
pembangkit listrik tenaga panas bumi. Di dalam wilayah PLTP Unit III terdapat
pembangkit listrik (power plant) sebesar 55 MW sebagai salah satu komoditas
yang dihasilkan PT Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu. Selain itu,
terdapat gedung perkantoran manajerial PLTP dan gedung tempat
penyimpanan material pendukung operasional PLTP.
4) Jalur pipa transmisi uap sepanjang 13 Km. Jalur pipa merupakan jalur untuk
mengalirkan panas bumi yang dihasilkan oleh sumur ke pembangkit tenaga
listrik (PLTP) unit I, II milik PT PLN dan unit III milik PT Pertamina
Geothermal Energy Area Ulubelu. Pipa tersebut terbuat dari besi yang dilapisi
oleh alumunium pembungkus pipa. Jika pipa tersebut terganggu, maka akan
berpengaruh terhadap pasokan panas bumi yang masuk ke dalam turbin
pembangkit listrik dan mempengaruhi produksi listrik yang dihasilkan.
5) Sumur panas bumi sebanyak 35 titik, dimana sumur produksi yang berjumlah
23 sumur dan 12 sumur injeksi. Sumur panas bumi merupakan hulu produksi
yang dilakukan PT Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu. Di dalam
wilayah sumur terdapat material yang harus diamankan karena dapat
mempengaruhi panas bumi yang dihasilkan untuk pembangkitan listrik. Selain
itu, disekitar sumur juga memiliki potensi mengeluarkan gas-gas beracun
seperti Belerang, Karbon dioksida, Karbon monoksida yang dapat
menimbulkan resiko mulai dari sesak nafas hinggga kematian.
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Pompa

Pompa adalah alat yang digunakan untuk memindahkan fluida bertekanan dari
satu tempat ketempat lainnya dengan perubahan tekanan dan bekerja atas dasar
mengkonversikan energi mekanik menjadi energi kinetik. Energi mekanik yang
diberikan pompa digunakan untuk meningkatkan kecepatan, tekanan atau elevasi
(ketinggian). Pompa digerakkan oleh motor, diesel, mesin atau sejenisnya. Banyak
faktor yang menyebabkan jenis dan ukuran pompa serta bahan pembuatannya
berbeda, antara lain jenis dan jumlah fluida tinggi dan jarak pengangkutan serta
tekanan yang diperlukan dan sebagainya.

3.2 Klasifikasi Pompa Berdasarkan Prinsip Kerja

Dalam pemakaian sehari-hari, secara umum pompa dapat diklaifikasikan sebagai


berikut:

3.2.1 Pompa Desak (Positive Displacement Pump)

Pompa desak merupakan salah satu jenis pompa yang digunakan untuk suatu
sistem pemompaan yang mempunyai head statis dan kapasitas yang dihasilkan
oleh pompa ini tidak terus menerus. Sehingga, pompa ini memberikan hasil secara
berkala. Jenis pompa ini antara lain adalah :

a. Pompa Torak (Reciprocating)


Pompa ini bekerja berdasarkan gerakan bolak-balik dari torak.
b. Pompa Gear
Pompa ini terdiri dari sebuah rumah pompa dengan sambungan isap dan
sambungan kempa didalamnya berputas dua buah roda gigi.
c. Pompa Dinding
Pompa ini menggunakan poros tunggal yang bekerja dengan sebuah rotor
berbentuk silinder yang diberi aluran-aluran lurus pada kelilingnya.

3.2.2 Pompa Dinamik

Pompa dinamik memiliki prinsip kerja berdasarkan prinsip sentrifugal yang


menggunakan momen putar untuk membaangkitkan momen rotasi. Ditinjau dari
mekanika fluida fenomena yang berlangsung pada pompa ini berlaku aliran
mampat (compressible), dimana densitas fluidanya besar dan konstan dan
perbedaan tekanan yang dihasilkan biasanya cukup besar sehingga konstruksi-
konstruksi peralatannya harus lebih kuat. Pompa dinamik dibagi 2 jenis antara
lain:

a. Pompa Sentrifugal

b. Pompa Aliran Aksial

3.3 Pompa Sentrifugal

Pompa sentrifugal adalah pompa yang memiliki elemen utama berupa mesin
penggerak berupa diesel atau motor dengan sudu impeller yang berputar dengan
kecepatan tinggi. Prinsip kerja pompa sentrifugal adalah merubah energi mekanis
dari alat penggerak menjadi energi kinetis fluida (kecepatan), kemudian fluida
akan diarahkan ke saluran buang dengan menggunakan tekanan (energi kinetik
sebagian fluida diubah menjadi energi tekanan) dengan menggunakan impeller
yang berputar di dalam casing. Casing tersebut dihubungkan dengan saluran hisap
(suction) dan saluran tekan (discharge), untuk menjaga agar di dalam casing
selalu terisi dengan cairan, maka saluran hisap harus dilengkapi dengan katup kaki
(foot valve).

3.4 Prinsip Kerja Pompa Sentrifugal

Prinsip kerja pompa ini adalah fluida memasuki nosel pada sisi masuk menuju
titik tengah impeller yang berputar. Ketika berputar, impeller akan memutar
cairan yang ada dan mendorongnya keluar antara dua siripnya, serta menciptakan
percepatan sentrifugal. Ketika cairan meninggalkan titik tengah impeller,
menciptakan daerah bertekanan rendah sehingga cairan dibelakangnya mengalir
ke arah sisi masuk. Karena sirip impeller berbentuk kurva, cairan akan terdorong
kearah tangensial dan radial oleh gaya sentrifugal terlihat.

Gaya ini terjadi di dalam pompa seperti halnya yang dialami air dalam
ember yang diputar diujung seutas tali. Intinya adalah bahwa energi yang
diciptakan oleh gaya sentrifugal adalah energi kinetik. Jumlah energi yang
diberikan ke cairan sebanding dengan kecepatan pada piringan luar impeller.
Semakin cepat impeller berputar maka semakin besar energi diberikan kepada
cairan. Energi kinetik cairan yang keluar dari impeller tertahan dengan penciptaan
terhadap aliran. Tahanan pertama diciptakan oleh rumah pompa (volute) yang
menangkap cairan dan memperlambatnya. Pada nosel keluar, cairan makin
diperlambat dan kecepatannya diubah menjadi tekanan.

Gambar 3.1 Lintasan fluida di dalam pompa sentrifugal


3.5 Komponen Utama Pompa Sentrifugal

komponen utama dari pompa sentrifugal dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 3.2 Koponen Utama Pompa Sentrifugal.

3.5.1 Stuffing Box

Stuffing Box merupakan bagian utama dari pompa sentrugal yang memiliki fungsi
untuk menerima kebocoran pada daerah dimana poros pompa menembus casing.

3.5.2 Packing

Packing adalah bagian pada pompa sentrifugal yang digunakan untuk mencegah
dan mengurangi jika terjadi kebocoran pada pompa dari casing pompa melalui
poros.

3.5.3 Shaft (poros)

Poros pada pompa sentrifugal berfungsi untuk meneruskan momen puntir dari
penggerak selama beroperasi dan tempat kedudukan impeller dan bagian – bagian
berputar lainnya.

3.5.4 Shaft Sleeve

Shaft sleeve pada pompa sentrifugal adalah pelindung yang berfungsi untuk
melindungi poros dari erosi, korosi dan keausan pada stuffing box.

3.5.5 Vane

Vane pada pompa sentrifugal adalah sudu dari impeller yang berfungsi sebagai
tempat berlalunya fluida pada impeller
3.5.6 Casing

Casing merupakan bagian paling luar dari pompa yang berfungsi sebagai
pelindung elemen yang berputar, tempat kedudukan diffuser (guide vane), inlet
dan outlet nozel serta tempat memberikan arah aliran dari impeller.

3.5.7 Eye of Impeller

Eye of Impeller adalah bagian utama pada pompa sentrifugal yang berfungsi
sebagai sisi masuk pada arah isap impeller.

3.5.8 Impeller

Impeller adalah bagian dari pompa sentrifugal yang berputar dan berfungsi untuk
mengubah energi mekanis dari pompa menjadi energi kecepatan pada cairan yang
dipompakan secara kontinyu, sehingga fluida pada sisi isap secara terus menerus
akan masuk mengisi kekosongan akibat perpindahan dari fluida yang masuk
sebelumnya.

3.5.9 Casing Wear Ring

Casing Wear Ring berfungsi untuk memperkecil kebocoran fluida yang melewati
bagian depan impeller maupun bagian belakang impeller, dengan cara
memperkecil celah antara casing dengan impeller.

3.5.10 Discharge Nozzle

Discharge Nozzle berfungsi untuk mengeluarkan cairan dari impeller. Di dalam


nosel ini sebagian head kecepatan aliran diubah menjadi head tekanan (Yunus,
2004).

3.6 Head Pompa

Head pompa adalah energi per satuan berat yang harus disediakan untuk
mengalirkan sejumlah fluida yang direncanakan sesuai dengan kondisi instalasi
pompa, atau tekanan untuk mengalirkan sejumlah fluida, yang umumnya
dinyatakan dalam satuan panjang. Menurut persamaan Bernauli, ada tiga macam
head (energi) fluida dari sistem instalasi aliran, yaitu, energi tekanan, energi
kinetik dan energi potensial. Hal ini dapat dinyatakan dengan rumus sebagai
berikut :
𝑃 𝑉2
𝐻= +𝑍+
𝛾 2𝑔

………………………………………………..(3.6.1)

Dimana:
H : Head total Pompa
Z : Head statis total
𝑃
: Head tekanan
𝛾

𝑉2
: Head kecepatan
2𝑔

Karena energi merupakan sesuatu yang kekal, maka bentuk head (tinggi
tekan) dapat bervariasi pada penampang yang berbeda. Namun pada
kenyataannya, tetap selalu terjadi adanya rugi energi (losses). Sehingga,
diperlukannya persamaan diatas untuk sebuah sistem instalasi pada pompa
berkaitan dengan aliran yang terjadi didalamnya.

Gambar 3.3. Sistem Pendistribusian Pompa Air. (Sularso, 1994).


3.6.1 Head Tekanan

Head tekanan adalah perbedaan head tekanan yang bekerja pada permukaan zat
cair pada sisi tekan dengan head tekanan yang bekerja pada permukaan zat cair
pada sisi isap. Head tekanan dapat dinyatakan dengan rumus :

𝑃 𝑃𝑑 𝑃𝑠
= −
𝛾 𝛾 𝛾

………………………………………………(3.6.2)

Dimana:
𝑃
: Head tekanan
𝛾
𝑃𝑑
: Head tekanan pada permukaan zat cair pada sisi tekan
𝛾
𝑃𝑠
: Head tekanan pada permukaan zat cair pada sisi isap
𝛾

3.6.2 Head Kecepatan

Head kecepatan adalah perbedaan antar head kecepatan zat cair pada saluran tekan
dengan head kecepatan zat cair pada saluran isap.Head kecepatan dapat
dinyatakan dengan rumus :

𝑉𝑑2 𝑉𝑠2
ℎ𝑘 = −
2𝑔 2𝑔

………………………………..……………………(3.6.3)

Dimana:

hk : Head kecepatan

𝑉𝑑2
: Kecepatan zat cair pada saluran tekan
2𝑔

𝑉𝑠2
: Kecepatan zat cair pada saluran isap
2𝑔

𝑔 : Percepatan gravitasi
3.6.3 Head Statis Total

Head statis total adalah perbedaan tinggi antara permukaan zat cair pada sisi tekan
dengan permukaan zat cair pada sisi isap. Head statis total dapat dinyatakan
dengan rumus :

Z = 𝑍𝑑 − 𝑍𝑠 ……………………………….…….(3.6.4)

Dimana :
Z : Head statis total
Zd : Head statis pada sisi tekan
Zs : Head statis pada sisi isap

Tanda (+) adalah jika permukaan zat cair pada sisi isap lebih rendah dari sumbu
pompa (suction lift).

Tanda (-) adalahjika permukaan zat cair pada sisi isap lebih tinggi dari sumbu
pompa (suction head).

3.6.4 Kerugian head (head loss)

Kerugian energi per satuan berat fluida dalam pengaliran cairan dalam sistem
perpipaan disebut sebagai kerugian head (head loss). Dimana head loss total
adalah sebagai berikut:

𝐿 𝑣2
𝐻𝑠𝑙 = (𝑓 𝐷 + 𝑘) 2𝑔 ………………………………….… (3.6.5)

Dimana :
Hsl : Head total pompa
f : Faktor gesekan
L : Panjang pipa (suction)
D : Diameter dalam pipa (suction)
k : Faktor tahanan dari suatu bentuk dan pemasangan suatu peralatan
v : Kecepatan aliran
g : Percepatan gravitasi (Dietzel, 1990)
a. Mayor head loss (mayor losses)
Merupakan kerugian energi sepanjang saluran pipa yang dinyatakan
dengan rumus :

hlp =
𝐿 𝑉2
𝑓. 𝐷 . 2𝑔 …………………………………………(3.6.6)

Dimana:
hlp : Mayor losses
f : Faktor gesekan
L : Panjang pipa
V : Kecepatan aliran
D : Diameter dalam pipa

Sedangkan besarnya angka Reynold dapat dihitung dengan rumus:

𝜌 .𝑉. 𝐷
𝑅𝑒 = 𝜇

…….……….………………………………....(3.6.7)

Dimana:
Re : Reynold number
ρ : Densitas cairan
V : Kecepatan aliran
D : Diameter dalam pipa
μ : Viskositas absolut cairan

Apabila aliran laminar (Re < 2000) factor gesekan (f) dapat dicari dengan
pendekatan rumus

64
𝑓= ……………………………..(3.6.8)
𝑅𝑒
Dan apabila turbulen (Re > 2000) faktor gesekan dapat dicari dengan
diagram Moody berikut :

Gambar 3.4. Diagram Moody ( Fox dan McDonald’s, 2001)

Tabel. 1. Harga kekasaran rerata dinding pipa, ε. (Reuben, 1993).


Ε
Bahan
F mm
Baja Keling 0,003-0,03 0,9-9
Beton 0,001-0,01 0,3-3

Bilah Tahan-kayu 0,0006-0,003 0,18-0,9

Besi Cor 0,00085 0,26

Besi bersalut-seng 0,0005 0,15

Besi cor Beraspal 0,0004 0,12

Baja Komersil atau besi 0,00015 0,046


Tempa 0,000005 0,0015

Tabung/pipa tarik halus halus

Kaca halus halus

Harga f (faktor gesekan) didapat dari diagram Moody sebagai fungsi dari
Angka Reynold (reynold number) dan kekasaran relatif (relative
roughness, ε/D), yang nilainya dapat dilihat pada grafik sebagai fungsi
dari nominal diameter pipa dan kekasaran permukaan dalam pipa (ε) yang
tergantung dari jenis material pipa yang digunakan dalam instalasi.

b. Minor head loss (minor losses)


Merupakan kerugian head pada fitting dan valve yang terdapat sepanjang
sistem perpipaan.
Tabel. 2. Harga Koefisien Rerugi, K. (Robert, 2000).
Minor losses dapat dicari dengan menggunakan rumus:

𝑉2
hlf = 𝑘. 2𝑔 …………….……....……………………….….(3.6.9)

Dimana:
hlf : Minor losses
k : Koefisien gesekan
v : Kecepatan aliran
g : Percepatan gravitasi (Robert, 2000)

3.7 Karakteristik Instalasi

Pompa memiliki tugas membawa fluida yang berada didalam suatu instalasi yang
diberikan, menuju jalan keluar melalui ketinggian tertentu. Dimana tinggi
kenaikan dari instalasi (HA) tidak konstan. Hal ini dikarenakan pada saat pompa
bekerja dipengaruhi oleh perubahan tekanan statik (Pa) dan (Pe) dipengaruhi oleh
perubahan kecepatan fluida (Ve), (Va), dengan perubahan perbedaan ketinggian
geodasi (Za), (Ze) dan dengan perubahan kapasitas V.

Gambar 3.5 Skema Suatu Instalasi Pompa


Karakteristik instalasi pada gambar 3.4 menunjukkan pada waktu pompa
bekerja terdapat suatu hubungan yang saling bergantungan antara HA dan V, dan
untuk dimengerti secara perhitungan adalah sebagai berikut :

𝑃𝑎−𝑃𝑒 𝑣𝑎2 − 𝑣𝑒 2
HA = + + 𝑧𝑎 − 𝑧𝑒 + 𝐻𝑣𝑒𝑠 + 𝐻𝑣𝑑 ………..(3.6.10)
𝜌. 𝑔 2𝑔

Dimana :
𝑃𝑎−𝑃𝑒
: Tekanan statik
𝜌. 𝑔

Besarnya tekanan statis ini pada waktu bekerja dapat berubah bila suatu
pompa yang dipakai untuk memompa fluida dari dalam bejana yang terbuka atau
tertutup yang bertekanan, dan fluida dipompa masuk kedalam suatu bejana
tertutup bertekanan. Penunjukkan tekanan barometer atau tekanan manometer
dalam satuan bar dengan menggunakan persamaan 3.7.1 satuannya dapat dihitung
menjadi m. Pa adalah tekanan berlebih, dimana besarnya lebih besar dari pada
tekanan atmosfir. Penghisapan dari bejana terbuka menyebabkan menyebabkan Pe
𝑣𝑎2 − 𝑣𝑒 2
= 0. Besarnya ruas ( ) jika kira-kira penampangnya melintang pada a dan c
2𝑔

yang sama besarnya maka bisa diabaikan.

Perbedaan tinggi geodasi Za – Z pada suatu instalasi yang diberikan dapat


berubah-ubah. Pada pengaruh dari besaran-besaran tersebut diatas tidak
tergantung pada besarnya kapasitas V. ketergantungan tinggi kenaikan pompa HA
terhadap kapasitas V ditunjukkan pada besarnya kerugian Head Losses didalam
saluran hisap dan saluran tekan.

3.8 Pengertian Kavitasi

Kavitasi adalah gejala menguapnya zat cair yang sedang mengalir, karena
tekanannya berkurang sampai dibawah tekanan uap jenuhnya. Sehingga fluida
dapat menguap ketika tekanannya cukup rendah pada temperatur fluida tersebut.
Dalam hal ini temperatur fluida lebih besar dari temperatur jenuhnya.
Mekanisme dari kavitasi ini adalah berawal dari kecepatan air yang tinggi
sehingga tekanannya rendah dan menyebabkan titik didihnya menurun. Karena
fluida mencapai titik didihnya maka menguap dan timbul gelembung-gelembung
yang pada kecepatan tinggi akan menabrak bagian sudu.

Apabila zat cair mendidih, maka akan timbul gelembung-gelembung uap


zat cair. Hal ini dapat terjadi pada zat cair yang sedang mengalir di dalam pompa
maupun di dalam pipa. Tempat-tempat yang bertekanan rendah dan yang
berkecepatan tinggi di dalam aliran, sangat rawan terhadap terjadinya kavitasi.
Pada pompa misalnya, bagian yang mudah mengalami kavitasi adalah sisi
isapnya. Kavitasi akan timbul jika tekanan isapnya terlalu rendah. Kavitasi di
dalam pompa dapat mengakibatkan:

a. Suara yang berisik dan getaran dari pompa.


b. Performasi pompa akan menurun secara tiba-tiba, sehingga pompa tidak dapat
bekerja dengan baik.
c. Jika pompa dijalankan dalam keadaan kavitasi secara terus menerus dalam
jangka lama, maka permukaan dinding akan termakan sehingga menjadi
berlubang-lubang. Peristiwa ini disebut erosi kavitasi, sebagai akibat dari
tumbukan gelembung uap yang pecah pada dinding secara terus menerus.

Karena kavitasi mengakibatkan banyak sekali kerugian pada pompa, maka


kavitasi perlu dihindari. Adapun cara-cara untuk mencegah kavitasi antara lain:

a. Tekanan gas diperbesar di dalam pipa-pipa dimana fluida yang mengalir


dipompakan.
b. Sebuah pompa booster dipasang pada ujung pipa isap.
c. Sebuah axial wheel atau helical wheel dipasang tepat di depan impeler pada
poros yang sama. Hal ini dimaksudkan untuk membuat pusaran (whirl)
terhadap aliran.

Cara ini merupakan pilihan yang paling baik. Akan tetapi, apabila
kecepatan putaran (n) dan debitnya (Q) sama dengan kecepatan putaran dan debit
dari impeler, maka kavitasi justru akan terjadi pada runner pembantu itu sendiri.
Oleh karena itu, dalam pemasangan runner pembantu ini diperlukan pertimbangan
yang sungguh-sungguh sebelum pemasangannya.
Macam - macam tipe kavitasi pada pompa sentrifugal berdasarkan
penyebabnya yaitu:

3.8.1 Suction cavitation (kavitasi pada suction)

Kavitasi jenis ini terjadi akibat kekurangan NPSHA (NPSH aktual). Aturan
umumnya adalah NPSHA minimal harus sama atau lebih besar dari NPSHR
(NPSH yang dibutuhkan) untuk menghindari suction cavitation. Perbedaan yang
besar antara NPSHA dengan NPSHR dapat menyebabkan resiko kerusakan pada
pompa terutama pada air yang relatif dingin (kurang dari 150 ºF).

3.8.2 Recirculation Cavitation

Recirculation cavitation diakibatkan oleh laju aliran (flow rate) yang


rendah pada pompa. Ada dua tipe dari recirculation cavitation yaitu suction side
dan discharge side dimana bisa terjadi pada saat yang bersamaan ataupun
terpisah. Keduanya terjadi akibat fenomena yang sama yaitu aliran balik pada
jarak yang berdekatan satu sama lain.

3.9 Pengertian NPSH

Net Positive Suction Head (NPSH) adalah tekanan awal bernilai positif yang
terdapat pada sisi inlet pompa. Seperti diuraikan sebelumnya, bahwa kavitasi akan
terjadi apabila tekanan statis suatu aliran zat cair turun sampai di bawah tekanan
uap jenuhnya. Untuk menghindari kavitasi harus diusahakan agar tidak ada satu
bagian dari aliran di dalam pompa yang mempunyai tekanan statis lebih rendah
dari tekanan uap jenuh cairan pada temperatur yang bersangkutan. Dalam hal ini
perlu diperhatikan dua macam tekanan yang memegang peranan. Pertama,
tekanan yang ditentukan oleh kondisi lingkungan dimana pompa dipasang. Kedua,
tekanan yang ditentukan oleh keadaan aliran di dalam pompa.
Oleh karena itu, didefinisikan suatu tekanan kavitasi atau jika dinyatakan
dalam satuan Head disebut dengan Net Positive Suction Head (NPSH). Jadi,
NPSH dapat dinyatakan sebagai ukuran keamanan pompa terhadap kavitasi.

3.9.1 NPSH yang Tersedia

NPSH yang tersedia adalah besarnya energi netto yang tersedia atau ada pada
instalasi yang terdapat pada penampang melintang jalannya masuk pompa.
Besarnya NPSH yang tersedia adalah:

𝑃𝑠 +𝑃𝑏−𝑃𝑑 𝑉𝑠2 𝑉𝑒 2
NPSHyang tersedia = 𝑍𝑠 + + + − 𝐻𝑣𝑠……………..(3.6.11)
𝜌. 𝑔 2𝑔 2. 𝑔

Dimana :

𝑃𝑠 = Tekanan lebih dari tekanan udara didalam penampang melintang


jalannya

masuk pompa (N/m2)

𝑃𝑏 = Tekanan absolut atmosfir (N/m2)

𝑃𝐷 = Tekanan Penguapan (N/m2)

𝜌 = Densitas (kg/m3)

g = Gravitasi konstan (9.81 m/s2)

ℎ𝑣𝑠 = Head losses (m)

Ve = Laju aliran massa (m/s)

Zs = Ketinggian pompa dari permukaan air (m)

Semakin besar tinggi kerugian Hvs, maka semakin kecil harga NPSH yang
tersedia dari instalasi. Supaya bisa bekerja dengan baik, maka bila terpaksa
digunakan pompa pembawa atau pemindah, sehingga dengan adanya tinggi
kenaikan pompa pemindah tersebut NPSHyang tersedia dapat naik kembali.

Bila hasil dari persamaan diatas harga Zs bernilai negative (-), maka
pompa diijinkan untuk dipasang diatas permukaan air dengan ketinggian
maksimum sebesar Zs. Tetapi bila harga Zs positif (+), maka pompa harus
dipasang dibawah permukaan fluida dengan jarak kedalamannya paling sedikit
sebesar Zs.

3.9.2 NPSH yang Diperlukan

Tekanan terendah di dalam pompa besarnya terdapat di suatu titik didekat


(setelah) sisi masuk sudu impeler. Di tempat tersebut, tekanannya lebih rendah
daripada tekanan pada sisi isap pompa. Hal ini disebabkan kerugian head di nosel
isap, kenaikan kecepatan aliran karena luas penampang yang menyempit, dan
kenaikan kecepatan aliran karena tebal sudu.

Jadi, agar tidak terjadi penguapan zat cair, maka tekanan pada lubang masuk
pompa dikurangi penurunan tekanan di dalam pompa, harus lebih tinggi daripada
tekanan uap zat cair. Head tekanan yang besarnya sama dengan penurunan
tekanan ini disebut NPSH yang diperlukan.Agar pompa dapat bekerja tanpa
mengalami kavitasi, maka harus dipenuhi persyaratan sebagai berikut :

NPSH yang tersedia ≥ NPSH yang diperlukan

Harga dari NPSH yang diperlukan, diperoleh dari pabrik pompa yang
bersangkutan.
BAB IV

PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

4.1 Metode Kerja Praktek

Dalam melakukan kerja praktek di PT Pertamina Geothermal Energy Area


Ulubelu, penulis menggunakan metode-metode yang digunakan guna
mendapatkan sejumlah informasi yang diperlukan dalam penyusunan laporan
kerja praktek ini yaitu sebagai berikut :

4.1.1 Pengenalan Perusahaan dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

Pada awal kerja praktek, penulis diberikan pengenalan mengenai PT Pertamina


Geothermal Energy Area Ulubelu, baik struktur organisasi dan kepegawaian di
perusahaan. Kemudian pada pengenalan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
diberitahu bahwa dimana pegawai dan pekerja harus mematuhi peraturan dan
keselamatan kerja yang telah ditetapkan perusahaan.

4.1.2 Observasi

Metode observasi ini dilakukan melalui pengumpulan data dengan cara


melakukan pengamatan secara langsung ke lapangan bersama pembimbing
lapangan atau operator dan mengamati proses perawatan instrumen-instrumen
yang terkait dengan proses-proses yang ada di PT Pertamina Geothermal Energy
Area Ulubelu.
4.1.3 Wawancara

Metode wawancara ini dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab serta
diskusi secara langsung kepada pembimbing lapangan atau operator mengenai
obyek yang akan dianalisa, disini penulis menganalisa pompa sentrifugal yang
akan diinstal di PT Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu.

4.1.4 Studi Literatur

Dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mengambil data-data yang dibutuhkan


untuk pembuatan laporan pada tempat kerja praktek serta mencari sumber-sumber
maupun mencari referensi dari internet.

4.1.5 Pengambilan Data

Pengambilan data yang dibutuhkan untuk menganalisis perhitungan pada pompa,


dilakukan dengan cara mencatat data-data yang diperoleh baik dari lapangan, di
dalam control room, maupun manual book.

4.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek

4.2.1 Waktu

Waktu pelaksanaan Kerja Praktek dimulai dari 23 Januari 2018 s.d 23 Februari
2018. Dimana penulis melaksanakan kerja praktek sesuai dengan jam kerja di
lapangan yaitu hari Senin sampai dengan Jumat pukul 07.45-16.00 WIB.

4.2.2 Tempat

Kerja praktek dilakukan di PT Pertamina Geothermal Energy area Ulubelu, Desa


Muara Dua Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung.

4.3 Alur Kerja Praktek


Adapun alur kerja praktek adalah sebagai berikut :

Mulai

1. Pengenalan sistem keselamatan dan kesehatan kerja (K3)


2. Pengenalan unit- unit yang ada PT. Pertamina Gheotermal
Energy Area Ulubelu
3. Pengambilan studi kasus yaitu daya sudu pompa sentrifugal

1. Konsultasi dengan pembimbing kerja praktek lapangan


2. Pengumpulan informasi dan data data pada pompa sentrifugal
3. Studi Literatur Pompa Sentrifugal

Kurang Lengkap
Data

Lengkap

1. Analisis dan perhitungan data-data


2. Pembahasan

1. Simpulan
2. Saran

Selesai

Gambar 9. Alur Kerja Praktek


4.4 Data Spesifikasi Hot Water Pump
Pompa yang digunakan pada PT Pertamina Geothermal Energy Area Ulublu di
Central Separator untuk memindahkan air panas yang berada di pond adalah
pompa Hot Water Pump MCPK 250-200-500 CD. Hot Water Pump adalah pompa
sentrifugal untuk menangani air hingga suhu diatas 100°C. Pompa ini digunakan
untuk menyalurkan air dari pond yang berisi air panas yang berasal dari separator
yang akan dipompa menuju sumur reinjeksi untuk dimasukkan kembali ke dalam
bumi. Berikut ini adalah data spesifikasi dari pompa tersebut:

4.4.1 DATA DESIGN Hot Water Pump MCPK 250-200-500 CD

Jenis Pompa : Centrifugal Pump

Manufacture : Chesteron

Type Pompa : 150QD

Debit : 400 m³/h

Total Developed Head : 70 m

NPSHr : 2.81 m

Speed of rotation : 1650 rpm

Efisiensi : 80.3 %

Daya : 96.72 KW

Casing : Stainless Steel 1.4408 / A743 GR CF8M

Impeller : Duples Stainless steel 1.4593/1.4517/A995 GR 1B

Shaft : Duples Stainless steel 1.4462 / UNS S31803

Bearing Bracket : Ductile cast iron EN-GJS-400-18-LT

Joint Ring : Thermoplastic PTFE-G25

Shaft Protecting Sleeve : CrNiMo steel

Weight : 471 kg
4.4.2 Data Penggerak

Driver Type : Mesin Diesel

Drive Supplied By : KSB

Frekuensi : 60 Hz

Berat Mesin : 822 kg

4.5 Data Pengamatan

Data pengamatan diperoleh dari lokasi yang akan digunakan untuk dlakukan
instalasi pompa yang diambil satu kali dan akan digunakan dalam perhitungan
dengan data sebagai berikut :

Temperatur fluida : 52°C

Temperatur lingkungan : 25°C

Jarak permukaan air ke central line impeller : 1.38 m

Diameter pipa discharge : 8 in

Diameter pipa suction : 10 in

Atmospheric : 101.325 kpa

Elevasi : 800 mdpl

4.6 Hasil Perhitungan

Untuk melakukan instalasi pompa, maka hal pertama yang dilakukan adalah
melakukan perhitungan untuk mengetahui kemampuan pompa terhadap kavitasi
yang akan dipasang dengan menggunakan rumus berikut :
𝑃𝑒+𝑃𝑏−𝑃𝑣 Ve
NpSHa = ( ) + 2𝑔 - Hsl – Hsg ± s
𝑝𝑥𝑔

Dimana : Pe : Gauge pressure in suction tank (N/m3)

Pb : Absolute atmospheric pressure (N/m3)

Pv : Vapor pressure (N/m3)

Р : Density (kg/m3)

g : Grafitation constan (9.81 m/s2)

Ve : Flow velocity in the suction tank (m/s)

Hls : Head loss in the suction piping (m)

Hsg : Height difference between the fluida level in the suction


tank of sump and the centre of the pump inlet (m)

S : Height difference between the centre of the pump inlet and


the centre of the impeller inlet (m)

4.6.1 Perhitungan NPSH yang tersedia pada pompa sentrifugal


Untuk mengetahui instalasi yang baik dari suatu pompa maka digunakan beberapa
parameter dalam melakukan perhitungan yaitu antara lain adalah, laju aliran,
kecepatan, densitas, bilangan Reynold, tekanan hisap (suction), head lossees
pompa, dan ketinggian pompa. Berikut adalah perhitungan NPSH yang tersedia
berdasarkan parameter yang digunakan :

a. Aliran pompa
Dari data desain, kapasitas pompa = 400 m³/h
Untuk melakukan instalasi digunakan beberapa parameter kapastitas yaitu :
1 jam
Q1 = 400 m³/h x 3600 detik = 0.1108 m³/s
1 jam
Q2 = 480 m³/h x 3600 detik = 0.13296 m³/s

1 jam
Q3 = 225 m³/h x 3600 detik = 0.062325 m³/s

1 jam
Q4 = 49 m³/h x 3600 detik = 0.013573 m³/s

1 jam
Q5 = 400 m³/h x 3600 detik = 0.1108 m³/s

b. Kecepatan aliran

Diameter pipa hisap (suction) = 10 in = 0.254 m


п
A = 4 x D2

3.14
= x (0.254)2
4

= 0.0506 m2

1. Kecepatan aliran pada Q1 = 0.1108 m³/s

Q 0.1108 m³/s
V=A = = 2.187775076 m/s
0.0506 m²

2. Kecepatan aliran pada Q2 = 0.13296 m³/s


Q 0.13296 m³/s
V=A= = 2.625330091 m/s
0.0506 m²

3. Kecepatan aliran pada Q3 = 0.062325 m³/s

Q 0.062325 m³/s
V=A= = 1.23062348 m/s
0.0506 m²

4. Kecepatan aliran pada Q4 = 0.013573 m³/s

Q 0.013573 m³/s
V=A= = 0.268002447 m/s
0.0506 m²

5. Kecepatan aliran pada Q5 = 0.1108 m³/s

Q 0.1108 m³/s
V=A= = 2.187775076 m/s
0.0506 m²

c. Densitas (р)
1
p=v
dimana :
p = densitas
v = volume spesifik

v1 @T=52ºC = 0.001013 m³/kg


v2 @T=60ºC = 0.001017 m³/kg
v3 @T=70ºC = 0.001023 m³/kg
v4 @T=80ºC = 0.001029 m³/kg
v5 @T=80ºC = 0.001029 m³/kg
1. Densitas pada saat v1 @T=52ºC = 0.001013 m³/kg
1
p = 0.001013 m³/kg = 987.1668312 kg/m3

2. Densitas pada saat v2 @T=60ºC = 0.001017 m³/kg


1
p = 0.001017 = 983.2841691 kg/m3
m³/kg

3. Densitas pada saat v3 @T=70ºC = 0.001023 m³/kg


1
p = 0.001023 = 977.5171065 kg/m3
m³/kg

4. Densitas pada saat v4 @T=80ºC = 0.001029 m³/kg


1
p = 0.001029 = 971.8172983 kg/m3
m³/kg

5. Densitas pada saat v5 @T=80ºC = 0.001029 m³/kg


1
p = 0.001029 = 971.8172983 kg/m3
m³/kg

d. Bilangan Reynold

D (suction) = 0.254 m
Temperatur = 52ºC
μ (viskositas) @52ºC = 0.000529 kg/m.s
p1 = 987.1668312 kg/m3
p2 = 983.2841691 kg/m3
p3 = 977.5171065 kg/m3
p4 = 971.8172983 kg/m3
p5 = 971.8172983 kg/m3

1. Bilangan Reynold pada saat V = 2.187775076 m/s


kg
pxDxV 987.1668312 x 0.254 m x 2.187775076 m/s
m3
NRe = = kg = 1036982.123
μ 0.000529
m.s

2. Bilangan Reynold pada saat V = 2.625330091 m/s


kg
pxDxV 983.2841691 x 0.254 m x 2.625330091 m/s
m3
NRe = = kg = 1239484.237
μ 0.000529
m.s

3. Bilangan Reynold pada saat V = 1.23062348 m/s


kg
pxDxV 977.5171065 x 0.254 m x 1.23062348 m/s
m3
NRe = = kg = 577600.5632
μ 0.000529
m.s

4. Bilangan Reynold pada saat V = 0.268002447 m/s


kg
pxDxV 971.8172983 x 0.254 m x 0.268002447 m/s
m3
NRe = = kg = 125055.1061
μ 0.000529
m.s

5. Bilangan Reynold pada saat V = 2.187775076 m/s


kg
pxDxV 971.8172983 x 0.254 m x 2.187775076 m/s
m3
NRe = = kg = 1020858.009
μ 0.000529
m.s

e. Friksi Head Pada Pompa

Bilangan Reaynold > 2000 = aliran turbulen


£ = 0.009 m
D = 0.254 m
£ 0.009 m
Relative pipe roughness = D = = 0.035433071
0.254 m

f = 0.0256
f. Head loss pompa

L1 = 3 m
L2 = 4 m
L3 = 5 m
L4 = 6 m
L5 = 6 m
1. head loss mayor
𝐿 𝑉2
h = 𝑓. 𝐷 . 2𝑔
m 2
3𝑚 (2.187775076 )
s
h1 = 0.0256 . 0.254 𝑚 . = 0.073762197
2(9.81 𝑚/𝑠²)
m 2
4𝑚 ( 2.625330091 )
s
h2 = 0.0256 . 0.254 𝑚 . = 0.141623417
2(9.81 𝑚/𝑠²)
m 2
5𝑚 ( 1.23062348 )
s
h3 = 0.0256 . 0.254 𝑚 . = 0.038898033
2(9.81 𝑚/𝑠²)
m 2
6𝑚 ( 0.268002447 )
s
h4 = 0.0256 . 0.254 𝑚 . = 0.002213788
2(9.81 𝑚/𝑠²)
m 2
6𝑚 ( 2.187775076 )
s
h5 = 0.0256 . 0.254 𝑚 . = 0.147524393
2(9.81 𝑚/𝑠²)

2. Head Loss Minor

k (foot valve with strain) = 1.92


𝑉2
h = 𝑘. 2𝑔
m
(2.187775076 )2
s
h1 = 1.92 . = 0.46839
2(9.81 𝑚/𝑠2 )
m
(2.625330091 )2
s
h2 = 1.92 . = 0.674482
2(9.81 𝑚/𝑠²)
m 2
( 1.23062348 )
s
h3 = 1.92 . = 0.148202
2(9.81 𝑚/𝑠²)
m 2
( 0.268002447 )
s
h4 = 1.92 . = 0.007029
2(9.81 𝑚/𝑠²)
m 2
( 2.187775076 )
s
h5 = 1.92 . = 0.46839
2(9.81 𝑚/𝑠²)

3. Head loss total

h1 = 0.073762197 + 0.46839 = 0.542152145


h2 = 0.141623417 + 0.674482 = 0.816104943
h3 = 0.038898033 + 0.148202 = 0.18709954
h4 = 0.002213788 + 0.007029 = 0.009242565
h5 = 0.147524393 + 0.46839 = 0.615914341

g. NPSHa
𝑃𝑒+𝑃𝑏−𝑃𝑣 Ve
NpSHa =( ) + 2𝑔 - Hsl – Hsg ± s
𝑝𝑥𝑔

Pe =0
Pb = 84700 N/m²
Pv1 = 13630 N/m²
Pv2 = 19947 N/m²
Pv3 = 31202 N/m²
Pv4 = 47416 N/m²
Pv5 = 47416 N/m²
g = 9.81 𝑚/𝑠²
Hsg = 1.38 m
S = 0.2 m
N
0+ 84700 2 −13630 N/m²
1. NPSHa = ( m
kg ) + 0 ̶ 0.542152145 – 1.38 m + 0.2 m
987.1668312 𝑥 9.81 𝑚/𝑠²
m3

= 5.616676601 m
N
0+ 84700 2 −19947 N/m²
2. NPSHa = ( m
kg ) + 0 ̶ 0.816104943 – 1.38 m + 0.2 m
983.2841691 𝑥 9.81 𝑚/𝑠²
m3

= 4.716820745 m
N
0+ 84700 2 −31202 N/m²
3. NPSHa = ( m
kg ) + 0 ̶ 0.18709954 – 1.38 m + 0.2 m
977.5171065 𝑥 9.81 𝑚/𝑠²
m3

= 4.211743885 m
N
0+ 84700 2 −47416 N/m²
m
4. NPSHa = ( kg ) + 0 ̶ 0.002213788– 1.38 m + 0.2 m
971.8172983 𝑥 9.81 𝑚/𝑠²
m3

= 2.721586793 m
N
0+ 84700 2 −47416 N/m²
5. NPSHa = ( m
kg ) + 0 ̶ 0.615914341 – 1.38 m + 0.2 m
971.8172983 𝑥 9.81 𝑚/𝑠²
m3
= 2.114915016 m

h. Hasil Perhitungan

Dengan hasil perhitungan sebagai berikut :

Tabel 3. Hasil Perhitungan

Q (m³/h) T (°C) L (m) T (m) NPSHa (m)

400 52 3 1.38 5.6

480 60 4 1.38 4.7

225 70 5 1.38 4.2

49 80 6 1.38 2.7

400 80 6 1.38 2.1

4.7 Analisa Dan Pembahasan

Untuk menentukan instalasi yang baik dari suatu pompa sentrifugal adalah dengan
mengetahui NPSHa (Net Positive Suction Head Avaiable) yang digunakan agar
pompa bekerja tanpa kavitasi, sehingga NPSH pompa yang tersedia (NPSHa)
harus lebih besar dari NPSH pompa yang diperlukan (NPSHr). Dengan
melakukan perhitungan dari suatu pompa sentrifugal maka dapat di ketahui
instalasi yang baik yang dapat dilakukan pada suatu pompa.
Dari perhitungan yang akan dilakukan diketahui suatu pompa jenis
sentrifugal Hot Water Pump MCPK 250-200-500 CD dengan temperatur fluida
sebesar 52°C, temperatur lingkungan adalah 25°C dengan jarak permukaan air ke
bibir permukaan dinding penampungan air sebesar 1.38 m, diameter pipa keluar
(discharge) sebesar 8 in, diameter pipa masuk (suction) sebesar 10 in, tekanan
atmosfer sebesar 101.325 kpa, serta ketinggian sebesar 800 mdpl.

Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan beberapa parameter


yaitu salah satunya adalah jenis aliran dari Hot Water Pump yaitu turbulen.
Dimana suatu aliran dapat diketahui apakah turbulen atau laminar melalui
bilangan Reynold yang didapatkan dari perhitungan. Aliran turbulen ditunjukkan
dengan nilainya > 4000 dan aliran laminar < 2000. Dimana baik pada aliran
masuk (suction) maupun pada aliran keluar (discharge) didapatkan hasil lebih dari
4000 yang berarti aliran dikatakan turbulen. Dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :

Tabel 4. Hasil Perhitungan Bilangan Reynold

Diameter Suction (m) Q (m³/s) Ve (m/s) NRe


0.254 0.1108 2.187775076 1036982.123
0.254 0.13296 2.625330091 1239484.237
0.254 0.062325 1.23062348 577600.5632
0.254 0.013573 0.268002447 125055.1061
0.254 0.1108 2.187775076 1020858.009

Dari hasil perhitungan yang didapatkan, dapat dilihat bahwa parameter


yang digunakan dalam perhitungan bilangan Reynold adalah diameter pipa
masuk, laju aliran fluida dan kecepatan. Sehingga untuk mendapatkan bilangan
Reynold diperlukan parameter-parameter tersebut baik melalui pengambilan data
maupun melalui perhitungan data.

Setelah didapatkan bilangan Reynold maka langkah selanjutnya dalam


mencari NPSHa adalah mencari nilai friction dengan cara membagi antara nilai
kekerasan pada material pipa yang digunakan dengan diameter pipa pada bagian
suction. Dimana nilai kekerasan pipa dari jenis material baja carbon yang
memiliki nilai absolute roughness sebesar 0.009 dan diameter pipa suction adalah
0.254 sehingga didapatkan nilai relative pipe roughness sebesar 0.035433071.
Dengan bantuan diagram Moody maka nilai friction akan dengan mudah didapat
dengan membaca garis yang terdapat pada diagram melalui bilangan Reynold dan
Relative Pipe Roughness. Dimana nilai friction adalah sebesar 0.0256 yang
digunakan untuk mencari head loss pada mayor. Berikut merupakan hasil
perhitungan head loss pada mayor.

Tabel 5. Hasil Perhitungan Head Loss Mayor

f L (m) D (m) g (𝑚/𝑠²) Head Loss Mayor


V (m/s)
0.0256 3 0.254 2.187775076 9.81 0.073762197
0.0256 4 0.254 2.625330091 9.81 0.141623417
0.0256 5 0.254 1.23062348 9.81 0.038898033
0.0256 6 0.254 0.268002447 9.81 0.002213788
0.0256 6 0.254 2.187775076 9.81 0.147524393

Pada head loss minor, digunakan nilai koefisien rugi yang didapatkan
melalui jenis katup (valve) yang digunakan. Jenis katup (valve) dan koefisien rugi
dapar dilihat pada Tabel 2. Harga Koefisien Rugi. Dimana tipe katup yang
digunakan adalah foot valve (stainer) yang memiliki nilai koefisien rugi sebesar
75f atau sama dengan 1.92. Berikut meupakan hasil perhitungan head loss pada
minor.

Tabel 6. Hasil Perhitungan Head Loss Minor

k g (𝑚/𝑠²) Head Loss Minor


V (m/s)
1.92 2.187775076 9.81 0.46839
1.92 2.625330091 9.81 0.674482
1.92 1.23062348 9.81 0.148202
1.92 0.268002447 9.81 0.007029
1.92 2.187775076 9.81 0.46839
Head loss yang digunakan pada perhitungan NPSHa adalah jumlah antara
head loss mayor dengan head loss minor. Dimana jumlah head loss tersebut dapat
dilihat sebgai berikut.

Tabel 7. Head Loss Total

Head Loss Total


H1 H2 H3 H4 H5
0.542152145 0.816104943 0.18709954 0.009242565 0.615914341

Selain bilangan Reynold serta head loss, beberapa variabel lain yang
digunakan dalam perhitungan NPSHa adalah Q (debit), V (kecepatan aliran), dan
densitas. Densitas didapatkan melalui temperatur yang digunakan pada
perhitungan. Dimana untuk mendapatkan nilai densitas digunakan tabel
termodunamika yaitu nilai volume spesifik.

Pada perhitungan digunakan lima variabel pembeda untuk menemukan


manakah dari lima variable tersebut yang terbaik untuk dilakukan instalasi pada
Hot Water Pump sehingga masalah pada pompa khusunya akibat kavitasi dapat di
hindari. Lima variable pembeda tersebut adalah temperatur, debit, dan panjang
pipa dengan hasil yaitu pada temperatur 52ºC, debit 400 m³/h dan panjang pipa
sebesar 3 m didapatkan NPSHa sebesar 5.6 m. Kemudian pada parameter yang
berbeda yaitu dengan menggunakan temperatur sebesar 60 ºC, debit sebesar 480
m³/h serta panjang pipa 4 m didapatkan NPSHa sebesar 4.7 m. Pada temperatur 70
ºC, debit 225 m³/h dan panjang pipa adalah 5 m, maka didapatkan nilai NPSHa
sebesar 4.2 m. Pada temperature 80 ºC dengan debit 49 m³/h serta panjang pipa 6
m didapatkan NPSHa sebesar 2.7 m. Dan untul yang terakhir pada temperature 80
ºC dengan debit sebesar 400 m³/h dan panjang pipa adalah 6 m, didapatkan
NPSHa sebesar 2.1 m.
Dengan hasil perhitungan tersebut maka dapat dianalisa bahwa pada
temperatur 52ºC, debit 400 m³/h dan panjang pipa sebesar 3 m dengan NPSHa
sebesar 5.6 m adalah posisi yang baik untuk dilakukan instalasi pompa. Karena
pada NPSHa tersebut nilai NPSHa > NPSHr, sehingga kemungkinan terjadinya
kavitasi akan sangat kecil. Hal yang sama terjadi pada hasil perhitungan kedua
dan ketiga dimana nilai NPSHa sebesar 4.7 m dan 4.2 m > dari NPSHr sebesar 2.8
m.
Kemudian pada perhitungan ke empat dan kelima didapatkan hasil yaitu
NPSHa < NPSHr. Dimana pada perhitungan ke tiga didapatkan hasil yaitu 2.7 m.
dengan hasil demikian maka memungkinkan untuk dapat melakukan instalasi
pompa, namun akan ada kemungkinan terjadi kavitasi walaupun sedikit. Dan pada
perhiungan ke lima dengan hasil yaitu 2.1 m, maka tidak dianjurkan untuk
melakukan instalasi pada NPSHa tersebut karena akan mengakibatkan kavitasi
yang semakin parah dan dapat menyebabkan pompa mudah mengalami
kerusakan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan

Dari hasil perhitungan dan pembahasan dan berdasarkan analisa dari penulis
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Prinsip kerja pompa sentrifugal adalah fluida masuk melalui pipa masuk
menuju titik tengah impeller yang berputar. Kemudian ketika berputar,
impeller akan memutar cairan yang ada dan mendorongnya keluar antara
dua siripnya, serta menciptakan percepatan sentrifugal. Ketika cairan
meninggalkan titik tengah impeller, menciptakan daerah bertekanan
rendah sehingga cairan dibelakangnya mengalir ke arah sisi masuk
2. Intalasi pompa sentrifugal yang baik adalah pada saat NPSHa ≥ NPSHr,
yaitu pada pehitungan pertama, kedua, dan ketiga yaitu 5.6 m, 4.7 m, 4.2 m.
3. Pada perhitungan ke empat dan ke lima yaitu 2.7 m dan 2.1 m tidak baik
untuk dilakukan instalasi pompa sentrifugal karena akan terjadi kavitasi.
Dimana NPSHr adalah 2.81 m.
4. Pada perhitungan, temperatur mempengaruhi besarnya NPSHa, semakin
besar temperatur maka NPSHa yang didapat akan semakin kecil. Begitu
pula pada panjang pipa suction, semakin panjang pipa maka nilai
NPSHa yang didapat akan semakin kecil.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan penulis setelah melakukan analisis


pembahasan dan perhitungan adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya selalu dilakukan pemeriksaan terhadap temperatur fluida
yang akan dipompa sehingga nilai NPSHa dapat terjaga dengan baik dan
pompa dapat bekerja dengan normal.
2. Sebaikanya instalasi pompa dilakukan dengan perhitungan pompa yang
benar terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA

Fox dan McDonald’s, 2001. 8ed Fluids Mechanics MPS Limited, A Macmillan

Company. USA.

Dietsel, F. 1992. Turbin Pompa dan Kompresor. Alih bahasa Dakso Sriyono.

Erlangga, Jakarta.

Mott, Robert. 2000. Applied Fluid Mechanics 5th Ed. Prentice Hall, inc: New
Jersey.

Olso, Reuben M. dan Wright, Steven J. 1993. Dasar – Dasar Mekanika Fluida

Teknik. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sularso. 1994. Pompa dan Kompresor. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai