Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PENGARUH TEMPERATUR OUTLET COOLING TOWER TERHADAP


PEMBANGKITAN PLTP WAYANG WINDU UNIT-2

Alija Muhammad Syauqi


NRP : 2113100175

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Performa pembangkitan sangat penting untuk mempertahankan nilai keekonomian dari suatu
pembangkit listrik. Kehilangan 1% performa saja dapat berdampak besar bagi keuntungan perusahaan.
Maka dari itu dilakukan performance test untuk mengetahui tingkat performansi sekarang, dari hasil tes
dapat dilakukan analisis berikutnya untuk mengetahui penyebab perubahan nilai performansi.
Gambar 1.1 Histori Pembangkitan PLTP WW Unit-2

Pada pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Wayang Windu (WW) UNIT 2 dapat dilihat dari
gambar bahwa performansi dari unit tersebut tidak sesuai dengan garansi yang diberikan oleh FUJI
ELECTRIC selaku kontraktor dari PLTP ini, bahkan nilainya cenderung turun dari tahun ketahun. Net
Deliverable Capacity (NDC) atau tenaga listrik yang disalurkan ke PLN pada April 2016 sebesar
108.89, turun 2.86 MW dibandingkan garansi dari FUJI. Pembangkit juga membutuhkan uap lebih
banyak untuk membangkitkan 1 MW, pada April 2016 dibutuhkan 2.03 kg/s/MW dibandingkan dengan
garansi FUJI yang hanya membutuhkan 1.99 kg/s/MW. Efektivitas cooling tower juga menurun dari
tahun ke tahun.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Terdapat penurunan performansi pembangkitan listrik pada PLTP Wayang Windu UNIT-2 yang dapat
dilihat dari menurunnya NDC.

2. Terdapat peningkatan kebutuhan uap untuk membangkitkan 1 MW.


3. Terdapat penurunan efektivitas cooling tower.
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan laporan adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui penyebab penurunan performansi pada PLTP Wayang Windu UNIT-2.
2. Mengetahui pengaruh temperatur outlet cooling tower terhadap pembangkitan PLTP WW Unit-2.
3. Membandingkan efektivitas cooling tower tahun 2013 dengan tahun 2016 untuk mengidentifikasi
kemungkinan masalah di cooling tower.
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Analisa meliputi sistem PLTP WW Unit-2 dimulai dari turbin inlet turbin condensor cooling
tower.
2. Pengaruh Non-Condensable Gas (NCG) diabaikan.
1.5 Sistematika Laporan
Laporan kerja praktek disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab 1 adalah pendahuluan. Terdiri dari latar belakang, tujuan kerja praktek, ruang lingkup, metodologi
dan sistematika laporan.
Bab 2 adalah tinjauan pustaka, yaitu profil perusahaan serta teori-teori yang mendukung pelaksanaan
kerja praktek.
Bab 3 adalah metodologi. Pada bab ini berisi tentang metode penelitian dan metode perhitungan.
Bab 4 adalah analisa dan pembahasan
Bab 5 adalah kesimpulan dan saran. Bab ini berisi garis besar analisa yang berkaitan dengan tujuan
kerja praktek & saran untuk menyempurnakan analisa selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Perusahaan
Pada tahun 1985 para ahli geologi dan geofisika melakukan penelitian mengenai sumber energi
geotermal di Pangalengan tepatnya di gunung Wayang dan Windu. Setelah diketahui keberadaan
potensi geotermal yang besar, maka PERTAMINA melakukan pengeboran sumur untuk pertama

kalinya pada tahun 1991 dengan nama sumur WWA-1. Selanjutnya, mengetahui potensi yang besar,
diputuskan, penelitian tentang potensi geothermal di Wayang Windu dilanjutkan. Joint operation
contract (JOC) antara Mandala Nusantara Limited dan PERTAMINA dan energy selling contract (ESC)
dengan PLN disepakati pada tahun 1994.
Penelitian dan pengembangan terus dilakukan sehingga akhirnya diketahui sumber geotermal sebesar
220 MW. Penelitian dilakukan sampai tahun 1997 dan diketahui adanya energi geotermal sebesar 400
MW. Besarnya kandungan geotermal tersebut menyebabkan EPC selaku pemilik saham melakukan
kontrak kerjasama dengan Sumitomo Corporation pada bulan Juni tahun 1997. Setelah penandatangan
kontrak tersebut, segera dilakukan pembangunan unit 1 sampai bulan Agustus tahun 1999. Setelah
mendapat izin dari pemerintah Indonesia untuk dikomersialkan maka pada bulan Mei tahun 2000
dilakukan pengetesan unit 1. Operasi secara komersial unit 1 dilakukan pada bulan Juni tahun 2000.
Pada bulan Januari tahun 2001 sebanyak 50% saham perusahaan dibeli oleh Unocal Indonesia dan
nama perusahaan diganti menjadi Magma Nusantara Limited. Pada bulan Desember tahun 2004 Unocal
menjual 50% saham kepemilikan MNL ke perusahaan Star Energy. Krisis ekonomi menyebakan Unit-2
yang seharusnya beroperasi bersamaan dengan Unit-1 ditunda pembangunannya.
Pada 2 Maret 2009, Menteri Kementrian Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM) secara resmi
membuka PLTP WW Unit-2 dengan pembangkitan sebesar 117 MW. Sejak saat itu, Wayang Windu
mengirimkan total 227 MW listrik kepada PLN yang lalu disalurkan ke grid transmisi Jawa Barat.
Rencana untuk membangun Unit-3 sebesar 127 MW sudah ada sejak beroperasinya Unit-2, namun
karena labilnya sektor minyak di dunia, maka Star Energy harus menunda keinginannya.

Gambar 2.1 Star Energy Geothermal Wayang Windu Limited


Star Energy adalah perusahaan nasional di bidang energi yang berdiri pada tahun 2003. Starenergy
mempunyai lini bisnis dalam bidang energi, yaitu perminyakan dan energi geothermal. Dalam
menjalankan bisnis perusahaan, Star Energy mempunyai visi dan misi yang harus dicapai dan
dijalankan segenap karyawannya.
2.1.1 Visi
Menjadi perusahaan yang paling dihormati, perusahaan energi yang paling cepat pertumbuhannya di
Indonesia dengan menciptakan nilai kompetitif dan sepadan untuk para investor, pegawai, negara dan
masyarakat.
2.1.2 Misi
Jalan untuk mencapai sukses adalah mendapat Respect (pengakuaan) dan menjadi pilihan para
pemangku kepentingan. Dengan keyakinan tersebut, Star Energy memperkenalkan suatu Share Value
yaitu BRIGHT STAR yang berisi budaya kerja yang harus dihayati dan diamalkan oleh seluruh
karyawan. Nilai-nilai dalam BRIGHT STAR diharapkan dapat menjadi motivator bagi setiap individu,
serta etika hubungan kerja antara individu dan departemen, sehingga dapat tumbuh menjadi satu team
yang solid dan individu yang Motivited serta senantiasa bersikap sebagai bagian dari Team Star Energy

Berikut adalah corporate value Star Energy:

Balance Value for Stake Holder , yaitu keseimbangan nilai bagi stakeholder
Respect People , yaitu menghormati orang lain
Innovative and Enterpreneurial , yaitu inovatis dan selalu dapat melihat peluang
Go the Extra Miles, yaitu bekerja secara optimal
Honesty and Integrity, yaitu cakap dan integritas
Teach Your Self Daily, yaitu belajar setiap hari
Safety, Health and Environment , yaitu keselamatan, kesehatan dan lingkungan
Team Work, yaitu Kerjasama
Awareness of Cost, yaitu sadar biaya
Relationship are Important, yaitu hubungan antar sesama adalah penting

Nilai-nilai BRIGHT STAR diharapkan tidak hanya menjadi slogan yang diucapkan, tetapi benar-benar
menjadi pedoman dalam melakukan segala aktivitas bekerja sehari-hari.

2.2 Proses PLTP Wayang Windu


PLTP Wayang Windu UNIT-2 adalah pembangkit listrik geothermal yang bertipe 1-flash, proses
pembangkitan dapat dilihat dari gambar berikut :

Gambar

1.
2.
3.
4.

Dimana nomenklatur dan penjelasan proses adalah sebagai berikut :


S = Silencer, sebagai peredam suara uap.
PW = Production Well, sebagai sumur penyedia uap.
WV = Wellhead Valve, sebagai katup pengatur laju alir uap utama.
CS = Cyclone Separator, sebagai pemisah antara uap kering dengan uap basah/fluida cair, fluida yang

masuk ke turbin harus benar benar kering.


5. BCV = Ball Check Valve.
6. SP = Steam Piping, sistem perpipaan.
7. MR = Moisture Remover, pembuang kondensat kondensat yang mungkin terbentuk selama perjalanan
uap.
8. CSV = Control & Stop Valve, sebagai katup pengatur terakhir laju alir uap.
9. T/G = Turbin dan Generator, uap yang mengalir akan memutar turbin dan generator, generator akan
menghasilkan listrik.
10. SE/C = Steam Ejector/In Condenser, pembuang gas gas yang tidak dapat dikondensasikan kondensor,
disebut non-condensable gas (NCG).
11. C = Condenser, berguna untuk mengkondensasikan uap yang telah digunakan untuk memutar
turbin.
12. CP = Condensate Pump, pompa kondensat yang berguna untuk membawa kondensat untuk
didinginkan di cooling tower.
13. CT = Cooling tower, sebagai pendingin kondensat.
14. CWP = Cooling water pump, sebagai pemindah air yang telah didinginkan oleh cooling tower ke
kondensor.
15. WP = Water Pipe, pipa untuk mengalirkan air untuk di-injeksikan kembali ke dalam bumi.
16. IW = Injection Well, sumur untuk pengembalikan air ke dalam bumi.
PLTP Wayang Windu beroperasi dengan uap yang didapat dari sumur produksi berupa two-phased
water mixture. Singkatnya, campuran tersebut dialirkan menuju cyclonic separator untuk dipisahkan
antara fase uap dan fase cair. cairan yang terpisah akan di injeksikan kembali ke dalam sumur melalui
brine reinjection well. Sedangkan uap yang terpisah akan di teruskan menuju scrubber untuk menyaring
embun embun yang tersisa. Selanjutnya uap kering akan masuk ke dalam turbin, menggerakkan sudu
sudu turbin, dan memutar generator untuk menghasilkan energi listrik. Katup pengontrol alir uap diatur
oleh turbine governor. Turbin uap merupakan jenis single casing, double-flow, reaction type with eight
stages in each flow. Uap yang melewati turbin akan didinginkan langsung menuju direct contact
condensor yang berada di bawah turbin dengan cooling water dari cooling tower.
Kondensat yang terbentuk pada kondensor selanjutnya akan dialirkan menuju cooling tower untuk
diturunkan temperaturnya. Untuk mengalirkan kondensat ini digunakan 2 HWP (hot well pump)
dengan pembagian tugas 50% setiap HWP.

Pada cooling tower, sebagian kalor pada kondensat akan dipindahkan pada udara bebas. Cooling tower
bertipe counter flow, forced draught dengan daya yang didapat melalui motor yang memutar fan. Air
dingin pada cooling tower juga akan dialirkan menuju inter kondensor & after kondensor untuk
mendinginkan uap yang terbawa ke dalam GRS.
NCG (non condensable gas) terkandung dalam uap dari production well, dan akan tertinggal pada
condensor setelah fluida melewati turbin. Oleh karena itu dibutuhkan GRS (gas removal system) yang
dapat mengeluarkan NCG dari condensor. Karena tekanan condensor yang sangat rendah, dibutuhkam
steam jet ejector yang menggunakan sebagian uap kering yang didapat dari aliran uap sebelum
memasuki turbin. GRS merupakan hybrid system terdiri antara lain dari steam jet ejector, inter
condensor, after condensor, LRVP (liquid ring vacuum pump). NCG yang terpisahkan akan disalurkan
menuju cooling tower untuk di buang ke udara bebas bersama dengan udara keluaran cooling tower.
Pembangkit Wayang Windu terkontrol melalui central control room yang terletak berdekatan dengan
rumah turbin. Distributed control system digunakan untuk melakukan proses permulaian,
pemberhentian, pengoperasian ,dan pengawasan power stations.
Berikut adalah beberapa foto dari SEGWWL:

Gambar 2.2 Sumur Produksi WWQ

Gambar 2.3 Separator

Gambar 2.4 Scrubber & Steam Header

Gambar 2.5 Reinjection Well

Gambar 2.6 Turbine Inlet

Gambar 2.7 Direct Contact Condenser

Gambar 2.8 Cooling Tower

Gambar 2.9 Transformator

Gambar 2.10 Auxilliary Coooling Water pipeline

Gambar 2.11 2x50% Duty Hotwell Pump

Gambar 2.12 Control Room

2.3 Proses Konversi Energi Secara Termodinamika

2.3.1 Diagram T s
Dalam memahami proses termodinamika pada geothermal power plant, digunakan diagram T s untuk
merepresentasikan proses. Terdapat beberapa jenis proses pembangkitan pada geothermal power plant
apabila ditinjau dari ilmu termodinamika. Pada Wayang Windu merupakan jenis single-flash. Dibawah
ini merupakan diagram T s untuk single-flash steam power plants.

Gambar 2.13 Ts Diagram for single flash power plant


2.3.2 Flashing
Proses ini digambarkan pada saat kondisi 1 dan 2 pada diagram T s diatas, dimana pada proses ini
geofluid mengalami penurunan tekanan dan suhu. Hal ini diakibatkan geofluida dari wellhead melewati
throttle valve .Dan proses flashing ini merupakan proses isentalpik dan adiabatik karena proses ini
terjadi secara spontan dan tidak ada pengaruh kerja di dalamnya. Sehingga dapat dituliskan yaitu
sebagai berikut:
h1=h2
Dengan: h1 = entalpi pada wellhead (kJ/kg); h2 = entalpi setelah proses flashing (kJ/kg)
2.3.3 Proses pemisahan
Proses ini terjadi secara isobarik atau tekanan konstan. Pada proses ini dapat diketahui nilai x (kualitas
fraksi uap) yaitu dengan rumus :

x 2=

h2h 3
h4h3

Dengan:
x2 adalah kualitas uap
h2 adalah entalpi setelah proses flashing (kJ/kg)
h3 adalah entalpi uap jenuh pada tekanan separator (kJ/kg)
h4 adalah entalpi cair jenuh pada tekanan separator (kJ/kg)
Dan nilai massa laju aliran dari separator menuju turbin yaitu:
4=x 2 . 2

Dengan :
4 = massa laju alir keluar separator (kg/s)
2 = massa laju alir masuk separator (kg/s)

2.3.4 Turbin & Generator


Dengan menggunakan teori heat balance dan asumsi steady state, proses ideal dari turbin adiabatik
adalah proses isentropik antara inlet dan tekanan exhaust. Selanjutnya daya turbin dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut :
actual =4 . ( h4 h5 ) = 4 . ( h4 h5 s ) . turbin

Dengan:
actual = daya aktual turbin (kW)
= massa laju alir uap (kg/s)
h4 = entalpi uap masuk turbin (kJ/kg)
h5 = entalpi uap aktual keluar turbin (kJ/kg)
h5s = entalpi uap isentropic keluar turbin (kJ/kg)
turbin = efisiensi turbin

Perlu diperhatikan bahwa efficiency isentropic turbin sangat dipengaruhi oleh jumlah uap yang
terkondensasi selama proses ekstraksi turbin. Semakin banyak uap yang terkondensasi, semakin kecil
pula efisiensi nya. Efek ini dapat dihitung dengan menggunkan Baumann rule, yang berdasar kepada
1% rata rata butiran air yang terbentuk menyebabkan sekitar 1% penurunan pada turbine efficiency.
Karena turbin geothermal umumnya bekerja pada kondisi basah, maka digunakan persamaan
Baumann :

h6
)
h 7h6
A
1+
h7h6

h 4 A .(1
h5=

A=0.425.( h4 h5 s )
Persamaan diatas mengasumsikan kualitas uap pada inlet turbin sama dengan 1

2.3.5 Kondenser
Dengan hukum pertama termodinamika didapatkan persamaan untuk menentukan massa alir cooling
water yaitu:
cw=x 2 . 4 .[

h5h6
c . ( T 6T cw )

Dengan :
c = constant specific heat of cooling water (= 4.186 kJ/kg.K)

Untuk menganalisis pengaruh temperatur cooling water terhadap temperatur di kondensor, digunakan
nilai terminal temperature difference (TTD) dan T. Hubungan TTD dan T dinyatakan dalam gambar
berikut :

Gambar : Nilai TTD dan T


Dan nilai T dan TTD adalah :
T =T 7T 8

TTD=T 6T 7
Titik 8 menggambarkan keadaan temperatur cooling water sesaat sebelum masuk kondensor, setelah
mengambil panas dari uap, temperatur cooling water naik dan digambarkan oleh titik 7. Titik 5 adalah
keadaan cair jenuh uap keluaran turbin, sementara titik 6 adalah keadaan uap jenuh uap keluaran turbin.
Sehingga nilai

T +TTD

menggambarkan perbedaan temperatur antara cooling water dengan

temperatur saturasi uap keluaran turbin. Analisis pada laporan ini mengasumsikan kinerja kondensor
sama dengan kondisi desain, oleh karena itu nilai

T +TTD

sama dengan nilai kondisi desain.

Gambar 2.14 Direct-contact Condensor

2.3.6 Cooling tower


Cooling tower didesign untuk dapat mendinginkan cooling water sesuai dengan heat load pada
kondensat. Dengan hukum pertama termodinamika, mengasumsikan steady

flow, sesuai dengan

gambar 2.15 maka:


7 . h7 8 . h8 =d . hd a . ha + b . hb
Dengan hukum kekekalan massa pada inlet dan outlet cooling tower didapat konservasi massa untuk air
dan udara, yaitu:
2+ wa=8 +b +wd

(konservasi massa air)

ad=aa (konservasi massa udara)


Dengan
tower

wa

&

wd

adalah massa alir air yang terkandung pada udara masuk dan keluar cooling

Gambar 2.15 Mechanical-Draft Cooling Tower


Sedangkan cara menghitung efektivitas cooling tower adalah :
T 7T 8
CT eff =
T 7Twb
Efektivitas cooling tower adalah perbandingan antara kinerja pendinginan cooling tower (T7-T8),
dengan pendinginan maksimal secara teoritis yang bisa dilakukan oleh cooling tower (T7-Twb).
Pendinginan maksimal (T7-Twb) adalah pendinginan yang memungkinkan secara teoritis karena Twb
adalah suhu paling rendah yang memungkinkan jika udara didinginkan dengan evaporasi air. Udara
yang didinginkan dengan evaporasi air akan bertambah relative humidity-nya, ketika sampai pada
keadaan jenuh (relative humidity = 100%), udara tidak bisa bertambah dingin lagi, maka temperatur
udara saat relative humidity-nya 100% disebut temperatur wet-bulb.

BAB III
Metodologi
3.1 Metode Analisa
Tahapan dalam melakukan analisa pada performa PLTP WW Unit-2, adalah sebagai berikut:

Studi Kasus
Observasi pada permasalahan yang terjadi di PLTP WW Unit-2, diketahui bahwa terjadi penurunan
pembangkitan. Dari data yang ada diketahui bahwa efektivitas cooling tower menurun dibanding

dengan tahun 2013. Hal ini menjadi dugaan mengapa pembangkitan menurun.
Studi Literatur
Studi literatur pada buku, jurnal, laporan dan penelitian terdahulu dilakukan untuk memahami

permasalahan yang akan dibahas, terutama yang berkaitan dengan performance test.
Pengumpulan & pengolahan data
Pengumpulan data desain didapatkan pada manual book PLTP WW Unit-2 dan laporan kinerja

pembangkitan yang dikeluarkan oleh Star Energy.


Perhitungan pengaruh temperatur cooling water terhadap pembangkitan
Menurunnya efektivitas cooling tower berbanding lurus terhadap naiknya temperature cooling
water yang disalurkan ke condenser.
Ilmu termodinamika digunakan untuk menghitung pengaruh temperatur cooling water terhadap

5
6

pembangkitan.
Analisa Perhitungan
Analisa yang dituliskan pada laporan ini berdasarkan teori yang telah dijelaskan..
Penyusunan Laporan
Hasil dari analisis ini disusun dalam bentuk laporan setelah seluruh tahapan diatas dilakukan.

3.2 Metode Perhitungan


Perhitungan ini membandingkan kinerja pembangkitan pada kondisi desain terhadap kondisi pengujian
yang temperatur cooling waternya divariasikan. Kinerja condenser dianggap sama sesuai kondisi
desain. Pengujian kinerja PLTP WW Unit-2 dilakukan dengan ilmu termodinamika.

Gambar 3.2.1 Skema analisis


Keterangan :
4 = Keadaan uap sebelum masuk turbin
5 = Keadaan uap setelah keluar turbin
6 = Keadaan uap saat saturated liquid (X=0)
6 = Keadaan uap yang terbuang ke sistem ekstraksi NCG atau Gas Removal System (GRS).
7 = Keadaan campuran kondensat uap dan air pendingin yang menuju ke cooling tower
8 = Keadaan air pendingin

3.2.1 Data yang dibutuhkan :

Desain : Tekanan uap masuk turbin (P4), Kualitas uap masuk turbin (X4), laju alir uap masuk
turbin (), temperatur kondensat dan air keluar kondensor (T7), temperatur air pendingin keluar

cooling tower (T8), Tekanan keluaran turbin (P5), efisiensi generator.


Laporan Kinerja PLTP WW Unit-2 yang memuat net deliverable capacity, steam rate, efisiensi
turbin, tekanan keluaran turbin, condenser range temperature, dan efektivitas cooling tower dari

tahun 2009 ke tahun 2016.


Manual book : Expected Performance Curves of Condenser

3.2.2 Metode perhitungan

Pertama tama dari data data P4, X4, , T8, T7, P5, Generator Efficiency cari H4, S4, H6, S6,
T6, H6, T6 dengan menggunakan tabel.
Menentukan nilai TTD dan T dari keadaan desain :
TTD = T8 T7
T = T8 T6
Cari jumlah nilai TTD dengan T.
Dari jumlah TTD dan T, tetapkan nilai T8 lalu akan diketahui nilai temperatur saturasi (T6) pada
temperatur tersebut, data data yang diperoleh berikutnya adalah yang berasal dari T8 yang

dipilih.
Dari T6, akan diketahui :
P5: didapatkan dari P6 karena P6 = P5
H6 : f(T6, X) X = 1 (Saturated Vapor)
S6 : f(T6, X) X = 1 (Saturated Vapor)
H6 : f(P5, X) X = 0 (Saturated Liquid)
S6 : f(p5, X) X = 0 (Saturated Liquid)
P6 : f(H6,S6).
Cari nilai H5s :
h 5 s=h 6+(h 6 ' h 6) x

[ h 4h 6 ]
[ h 6 'h 6 ]

Nilai H5s dibutuhkan untuk mencari nilai A, lalu mencari nilai H5.

Cari nilai A :
A=0.425(h 4h 5 s)

Nilai A adalah penyederhanaan pernyataan Baumann yang mengatakan 1% kelembapan uap


keluaran turbin menyebabkan penurunan efisiensi turbin sebesar 1%. Karena turbin geothermal
umunya adalah wet-steam turbine, maka penurunan performa akibat uap basah harus
diperhitungkan.
Baumann Rule mengatakan efisiensi wet-turbine adalah :

Yang mana efisiensi dry-turbine diasumsikan konstan pada :


Nilai

efisiensi

wet-turbine

mendapatkan nilai H5.

dapat

disubstitusi pada persamaan berikut untuk

Maka H5 adalah :
H 5=H 4( H 4H 5 s )

Cari nilai H5 :
h 4 A [ X 4

h 5=
1+

h6
]
'
h 6 h 6

A
h 6 h 6
'

Cari kerja turbin :


Wt=(h 4h5)

Cari gross generator output


Wg=WtGenerator Efficiency

Plot grafik
Tout CT vs Pembangkitan
Tout CT vs Condenser Pressure (P5)
Condenser Pressure vs Laju alir uap yang dibutuhkan ()

Verifikasi hasil perhitungan dengan data garansi dari FUJI :

Dari gambar diatas, pada laju alir sesuai desain yaitu 767,86 kg/h, dengan variasi temperatur
14C, 17 C, 20 C, 22.5 C, 25 C, 27 C, 30C didapatkan nilai tekanan kondensor dengan
menarik garis lurus tegak lurus terhadap garis laju alir.
Dari nilai tekanan kondensor, dapat diketahui nilai Tsat FUJI yang adalah fungsi dari H6 dan
S6. H6 dan S6 adalah f(P6, X6) atau f(P6, 0). Tsat FUJI dapat dibandingkan dengan Tsat yang

didapatkan dari perhitungan.


Penarikan kesimpulan

3.2.3 Flowchart perhitungan


Mulai

Data : P4, X4, , T8desain, T7desain,


P5desain, Generator Efficiency.

Dapat data : H4,S4, H6,


S6, T6, H6, S6.

Menentukan nilai TTD dan


T dari data desain.
Menjumlahkan nilai TTD
dan T untuk mengetahui
temperatur saturasi
Dari temperatur saturasi,
plot T8 (20-30)C lalu cari
P6, P5aktual, H6aktual,
S6aktual, H6aktual,
S6aktual
Cari H5s

Cari A

Cari H5

Cari Kerja
Turbin
Wt = (h4-h5)

Asumsi
Efisiensi
Generator
Cari Gross
Generator
Output (Wg)

Wt, Wg terhadap Tout CT


dari (20-30)C

Plot grafik Tout


CT vs Wt&Wg

Selesai

BAB I
Analisa Data & Pembahasan

4.1 Pengaruh Temperatur Cooling Water Terhadap Pembangkitan

4.1.1 Data desain:

Tekanan masukan turbin (P4) : 10.7 bara

Tekanan keluaran turbin (P5) : 0.11 bara


Kualitas uap masukan turbin (X4)
Laju alir massa masukan turbin () : 213.296 kg/s
Tout CT (T8) : 22.5C
Tin CT (T7) : 44.2C
Efisiensi Generator = 0.99

4.1.2 Mencari data sekunder dari data desain

H4 = 2779.65 kJ/Kg f(P4, X4)


S4 = 6.561 kJ/Kg.K f(P4, X4)
H6 = 199.02 kJ/Kg f(P5,X) ; X=0
S6 = 0.671 kJ/Kg.K f(P5,X) ; X=0
T6 = 47.53 C f(H6,S6)
H6 = 2586.945 kJ/Kg f(T6, X) ; X=1
S6 = 8.118 kJ/Kg.K f(T6,X) ; X=1

4.1.3 Menghitung nilai T dan TTD


Nilai T dan TTD adalah :
T =T 7T 8=(44.222.5) C=21.7 C

TTD=T 6T 7=( 47.5344.2 ) C=3.33 C


T6 didapat dari H6 dan S6 pada kondisi desain.
4.1.4 Mencari Tsat dengan memasukkan nilai temperatur cooling water (T8) yang ingin diketahui
pengaruhnya
Dengan mengasumsikan kinerja kondensor sama dengan saat kondisi desain, temperatur saturasi dapat
diketahui dengan menambahkan nilai T8 dengan nilai (T+ TTD), yang dirumuskan sebagai berikut :
Tsat=T 8+( T +TTD )

Pada analisa data ini diambil nilai T8 sebesar 23.5C yang adalah 25C lebih besar
dari keadaan desain.
Tsat=25 C+(21.7+3.33) C

= 50.032C

Tsat

5
TTD

7
T

Tout (water)

Anda mungkin juga menyukai