BAB I
PENDAHULUAN
Pada pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Wayang Windu (WW) UNIT 2 dapat dilihat dari
gambar bahwa performansi dari unit tersebut tidak sesuai dengan garansi yang diberikan oleh FUJI
ELECTRIC selaku kontraktor dari PLTP ini, bahkan nilainya cenderung turun dari tahun ketahun. Net
Deliverable Capacity (NDC) atau tenaga listrik yang disalurkan ke PLN pada April 2016 sebesar
108.89, turun 2.86 MW dibandingkan garansi dari FUJI. Pembangkit juga membutuhkan uap lebih
banyak untuk membangkitkan 1 MW, pada April 2016 dibutuhkan 2.03 kg/s/MW dibandingkan dengan
garansi FUJI yang hanya membutuhkan 1.99 kg/s/MW. Efektivitas cooling tower juga menurun dari
tahun ke tahun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Perusahaan
Pada tahun 1985 para ahli geologi dan geofisika melakukan penelitian mengenai sumber energi
geotermal di Pangalengan tepatnya di gunung Wayang dan Windu. Setelah diketahui keberadaan
potensi geotermal yang besar, maka PERTAMINA melakukan pengeboran sumur untuk pertama
kalinya pada tahun 1991 dengan nama sumur WWA-1. Selanjutnya, mengetahui potensi yang besar,
diputuskan, penelitian tentang potensi geothermal di Wayang Windu dilanjutkan. Joint operation
contract (JOC) antara Mandala Nusantara Limited dan PERTAMINA dan energy selling contract (ESC)
dengan PLN disepakati pada tahun 1994.
Penelitian dan pengembangan terus dilakukan sehingga akhirnya diketahui sumber geotermal sebesar
220 MW. Penelitian dilakukan sampai tahun 1997 dan diketahui adanya energi geotermal sebesar 400
MW. Besarnya kandungan geotermal tersebut menyebabkan EPC selaku pemilik saham melakukan
kontrak kerjasama dengan Sumitomo Corporation pada bulan Juni tahun 1997. Setelah penandatangan
kontrak tersebut, segera dilakukan pembangunan unit 1 sampai bulan Agustus tahun 1999. Setelah
mendapat izin dari pemerintah Indonesia untuk dikomersialkan maka pada bulan Mei tahun 2000
dilakukan pengetesan unit 1. Operasi secara komersial unit 1 dilakukan pada bulan Juni tahun 2000.
Pada bulan Januari tahun 2001 sebanyak 50% saham perusahaan dibeli oleh Unocal Indonesia dan
nama perusahaan diganti menjadi Magma Nusantara Limited. Pada bulan Desember tahun 2004 Unocal
menjual 50% saham kepemilikan MNL ke perusahaan Star Energy. Krisis ekonomi menyebakan Unit-2
yang seharusnya beroperasi bersamaan dengan Unit-1 ditunda pembangunannya.
Pada 2 Maret 2009, Menteri Kementrian Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM) secara resmi
membuka PLTP WW Unit-2 dengan pembangkitan sebesar 117 MW. Sejak saat itu, Wayang Windu
mengirimkan total 227 MW listrik kepada PLN yang lalu disalurkan ke grid transmisi Jawa Barat.
Rencana untuk membangun Unit-3 sebesar 127 MW sudah ada sejak beroperasinya Unit-2, namun
karena labilnya sektor minyak di dunia, maka Star Energy harus menunda keinginannya.
Balance Value for Stake Holder , yaitu keseimbangan nilai bagi stakeholder
Respect People , yaitu menghormati orang lain
Innovative and Enterpreneurial , yaitu inovatis dan selalu dapat melihat peluang
Go the Extra Miles, yaitu bekerja secara optimal
Honesty and Integrity, yaitu cakap dan integritas
Teach Your Self Daily, yaitu belajar setiap hari
Safety, Health and Environment , yaitu keselamatan, kesehatan dan lingkungan
Team Work, yaitu Kerjasama
Awareness of Cost, yaitu sadar biaya
Relationship are Important, yaitu hubungan antar sesama adalah penting
Nilai-nilai BRIGHT STAR diharapkan tidak hanya menjadi slogan yang diucapkan, tetapi benar-benar
menjadi pedoman dalam melakukan segala aktivitas bekerja sehari-hari.
Gambar
1.
2.
3.
4.
Pada cooling tower, sebagian kalor pada kondensat akan dipindahkan pada udara bebas. Cooling tower
bertipe counter flow, forced draught dengan daya yang didapat melalui motor yang memutar fan. Air
dingin pada cooling tower juga akan dialirkan menuju inter kondensor & after kondensor untuk
mendinginkan uap yang terbawa ke dalam GRS.
NCG (non condensable gas) terkandung dalam uap dari production well, dan akan tertinggal pada
condensor setelah fluida melewati turbin. Oleh karena itu dibutuhkan GRS (gas removal system) yang
dapat mengeluarkan NCG dari condensor. Karena tekanan condensor yang sangat rendah, dibutuhkam
steam jet ejector yang menggunakan sebagian uap kering yang didapat dari aliran uap sebelum
memasuki turbin. GRS merupakan hybrid system terdiri antara lain dari steam jet ejector, inter
condensor, after condensor, LRVP (liquid ring vacuum pump). NCG yang terpisahkan akan disalurkan
menuju cooling tower untuk di buang ke udara bebas bersama dengan udara keluaran cooling tower.
Pembangkit Wayang Windu terkontrol melalui central control room yang terletak berdekatan dengan
rumah turbin. Distributed control system digunakan untuk melakukan proses permulaian,
pemberhentian, pengoperasian ,dan pengawasan power stations.
Berikut adalah beberapa foto dari SEGWWL:
2.3.1 Diagram T s
Dalam memahami proses termodinamika pada geothermal power plant, digunakan diagram T s untuk
merepresentasikan proses. Terdapat beberapa jenis proses pembangkitan pada geothermal power plant
apabila ditinjau dari ilmu termodinamika. Pada Wayang Windu merupakan jenis single-flash. Dibawah
ini merupakan diagram T s untuk single-flash steam power plants.
x 2=
h2h 3
h4h3
Dengan:
x2 adalah kualitas uap
h2 adalah entalpi setelah proses flashing (kJ/kg)
h3 adalah entalpi uap jenuh pada tekanan separator (kJ/kg)
h4 adalah entalpi cair jenuh pada tekanan separator (kJ/kg)
Dan nilai massa laju aliran dari separator menuju turbin yaitu:
4=x 2 . 2
Dengan :
4 = massa laju alir keluar separator (kg/s)
2 = massa laju alir masuk separator (kg/s)
Dengan:
actual = daya aktual turbin (kW)
= massa laju alir uap (kg/s)
h4 = entalpi uap masuk turbin (kJ/kg)
h5 = entalpi uap aktual keluar turbin (kJ/kg)
h5s = entalpi uap isentropic keluar turbin (kJ/kg)
turbin = efisiensi turbin
Perlu diperhatikan bahwa efficiency isentropic turbin sangat dipengaruhi oleh jumlah uap yang
terkondensasi selama proses ekstraksi turbin. Semakin banyak uap yang terkondensasi, semakin kecil
pula efisiensi nya. Efek ini dapat dihitung dengan menggunkan Baumann rule, yang berdasar kepada
1% rata rata butiran air yang terbentuk menyebabkan sekitar 1% penurunan pada turbine efficiency.
Karena turbin geothermal umumnya bekerja pada kondisi basah, maka digunakan persamaan
Baumann :
h6
)
h 7h6
A
1+
h7h6
h 4 A .(1
h5=
A=0.425.( h4 h5 s )
Persamaan diatas mengasumsikan kualitas uap pada inlet turbin sama dengan 1
2.3.5 Kondenser
Dengan hukum pertama termodinamika didapatkan persamaan untuk menentukan massa alir cooling
water yaitu:
cw=x 2 . 4 .[
h5h6
c . ( T 6T cw )
Dengan :
c = constant specific heat of cooling water (= 4.186 kJ/kg.K)
Untuk menganalisis pengaruh temperatur cooling water terhadap temperatur di kondensor, digunakan
nilai terminal temperature difference (TTD) dan T. Hubungan TTD dan T dinyatakan dalam gambar
berikut :
TTD=T 6T 7
Titik 8 menggambarkan keadaan temperatur cooling water sesaat sebelum masuk kondensor, setelah
mengambil panas dari uap, temperatur cooling water naik dan digambarkan oleh titik 7. Titik 5 adalah
keadaan cair jenuh uap keluaran turbin, sementara titik 6 adalah keadaan uap jenuh uap keluaran turbin.
Sehingga nilai
T +TTD
temperatur saturasi uap keluaran turbin. Analisis pada laporan ini mengasumsikan kinerja kondensor
sama dengan kondisi desain, oleh karena itu nilai
T +TTD
wa
&
wd
adalah massa alir air yang terkandung pada udara masuk dan keluar cooling
BAB III
Metodologi
3.1 Metode Analisa
Tahapan dalam melakukan analisa pada performa PLTP WW Unit-2, adalah sebagai berikut:
Studi Kasus
Observasi pada permasalahan yang terjadi di PLTP WW Unit-2, diketahui bahwa terjadi penurunan
pembangkitan. Dari data yang ada diketahui bahwa efektivitas cooling tower menurun dibanding
dengan tahun 2013. Hal ini menjadi dugaan mengapa pembangkitan menurun.
Studi Literatur
Studi literatur pada buku, jurnal, laporan dan penelitian terdahulu dilakukan untuk memahami
permasalahan yang akan dibahas, terutama yang berkaitan dengan performance test.
Pengumpulan & pengolahan data
Pengumpulan data desain didapatkan pada manual book PLTP WW Unit-2 dan laporan kinerja
5
6
pembangkitan.
Analisa Perhitungan
Analisa yang dituliskan pada laporan ini berdasarkan teori yang telah dijelaskan..
Penyusunan Laporan
Hasil dari analisis ini disusun dalam bentuk laporan setelah seluruh tahapan diatas dilakukan.
Desain : Tekanan uap masuk turbin (P4), Kualitas uap masuk turbin (X4), laju alir uap masuk
turbin (), temperatur kondensat dan air keluar kondensor (T7), temperatur air pendingin keluar
Pertama tama dari data data P4, X4, , T8, T7, P5, Generator Efficiency cari H4, S4, H6, S6,
T6, H6, T6 dengan menggunakan tabel.
Menentukan nilai TTD dan T dari keadaan desain :
TTD = T8 T7
T = T8 T6
Cari jumlah nilai TTD dengan T.
Dari jumlah TTD dan T, tetapkan nilai T8 lalu akan diketahui nilai temperatur saturasi (T6) pada
temperatur tersebut, data data yang diperoleh berikutnya adalah yang berasal dari T8 yang
dipilih.
Dari T6, akan diketahui :
P5: didapatkan dari P6 karena P6 = P5
H6 : f(T6, X) X = 1 (Saturated Vapor)
S6 : f(T6, X) X = 1 (Saturated Vapor)
H6 : f(P5, X) X = 0 (Saturated Liquid)
S6 : f(p5, X) X = 0 (Saturated Liquid)
P6 : f(H6,S6).
Cari nilai H5s :
h 5 s=h 6+(h 6 ' h 6) x
[ h 4h 6 ]
[ h 6 'h 6 ]
Nilai H5s dibutuhkan untuk mencari nilai A, lalu mencari nilai H5.
Cari nilai A :
A=0.425(h 4h 5 s)
efisiensi
wet-turbine
dapat
Maka H5 adalah :
H 5=H 4( H 4H 5 s )
Cari nilai H5 :
h 4 A [ X 4
h 5=
1+
h6
]
'
h 6 h 6
A
h 6 h 6
'
Plot grafik
Tout CT vs Pembangkitan
Tout CT vs Condenser Pressure (P5)
Condenser Pressure vs Laju alir uap yang dibutuhkan ()
Dari gambar diatas, pada laju alir sesuai desain yaitu 767,86 kg/h, dengan variasi temperatur
14C, 17 C, 20 C, 22.5 C, 25 C, 27 C, 30C didapatkan nilai tekanan kondensor dengan
menarik garis lurus tegak lurus terhadap garis laju alir.
Dari nilai tekanan kondensor, dapat diketahui nilai Tsat FUJI yang adalah fungsi dari H6 dan
S6. H6 dan S6 adalah f(P6, X6) atau f(P6, 0). Tsat FUJI dapat dibandingkan dengan Tsat yang
Cari A
Cari H5
Cari Kerja
Turbin
Wt = (h4-h5)
Asumsi
Efisiensi
Generator
Cari Gross
Generator
Output (Wg)
Selesai
BAB I
Analisa Data & Pembahasan
Pada analisa data ini diambil nilai T8 sebesar 23.5C yang adalah 25C lebih besar
dari keadaan desain.
Tsat=25 C+(21.7+3.33) C
= 50.032C
Tsat
5
TTD
7
T
Tout (water)