Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Listrik adalah energi yang dihasilkan oleh pergerakan partikel bermuatan
listrik, seperti elektron, dalam suatu konduktor. Ini adalah bentuk energi yang sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari dan digunakan dalam berbagai aplikasi, mulai dari
penerangan hingga penggerak mesin dan peralatan elektronik. Listrik dapat dihasilkan
melalui berbagai metode, salah satunya adalah dalam pembangkitan listrik tenaga gas
(PLTG).
Pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) adalah jenis pembangkit listrik yang
menggunakan gas alam sebagai bahan bakar utama untuk menghasilkan listrik. Proses
ini melibatkan pembakaran gas alam di dalam mesin pembangkit, yang kemudian
menggerakkan turbin atau mesin untuk menghasilkan energi mekanik. Energi mekanik
ini kemudian dikonversi menjadi energi listrik melalui generator.
Proses pembangkitan listrik tenaga (PLTG) gas umumnya lebih efisien
dibandingkan dengan beberapa jenis pembangkit listrik lainnya, seperti pembangkit
listrik tenaga batu bara. Hal ini karena gas alam memiliki sifat pembakaran yang lebih
bersih dan lebih efisien dalam menghasilkan energi. Selain itu, pembangkit listrik
tenaga gas dapat dioperasikan dengan lebih fleksibel, memungkinkan untuk memulai
dan menghentikan produksi listrik dengan lebih cepat daripada pembangkit listrik
dengan sumber energi lain.
Pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) memiliki beberapa komponen utama
serta komponen bantu yang sudah terintegrasi dan saling mendukung. Setiap
komponen memiliki peran, yang mewakili setiap tahapan proses dari siklus produksi
energi listrik. Oleh karena itu pada penulisan ilmiah ini membahas tentang langkah-
langkah proses pembangkitan listrik tenaga gas (PLTG), kegiatan KP ini memenuhi

1
2

ketentuan kurikulum yang ada di jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma dan memenuhi
syarat Kelulusan pihak Kampus.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian disusun berdasarkan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa saja komponen auxiliaries dalam sistem Pembangkit Listrik Tenaga
Gas (PLTG) di PT. PLN Nusantara Power UP Muara Karang ?
2. Bagaimanakah langkah-langkah proses pembangkitan listrik pada PLTG di
PT. PLN Nusantara Power UP Muara Karang ?

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah pada penulisan ini akan membahas, antara lain:
1. Membahas Komponen auxiliaries pada sistem Pembangkit Listrik Tenaga
Gas (PLTG) di PT. PLN NUSANTARA Power UP Muara Karang.
2. Membahas proses pembangkitan listrik pada PLTG di PT. PLN Nusantara
Power UP Muara Karang.

1.4 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian disusun berdasarkan
rumusan tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui Komponen auxiliaries pada pembangkit listrik tenaga gas
(PLTG) di PT. PLN Nusantara Power UP Muara Karang.
2. Mengetahui proses pembangkitan listrik pada PLTG di PT. PLN Nusantara
Power UP Muara Karang.

1.5 Metode Penulisan


Dalam penyusunan laporan penulisan ilmiah ini, penulisan melakukan riset dan
pengambilan data yang diperlakuan untuk menganalisa permasalahan yang dibahas
3

dalam penulisan ilmiah ini. Penulisan melakukan penelitian dengan beberapa metode
antara lain:
1. Metode Observasi
Dengan terjun langsung mengamati di lapangan baik teknis ataupun secara
non teknis di PT. PLN Nusantara Power UP Muara Karang.
2. Metode Wawancara (interview).
Dengan cara mengumpulkan data – data yang diperlukan dan berkonsultasi
ataupun tanya jawab dengan pihak – pihak yang terkait di PT. PLN
Nusantara Power UP Muara Karang.
3. Metode Studi Pustaka
Dengan cara mengumpulkan data – data yang diperlukan melalui referensi
dan berbagai macam buku dan literature yang berkaitan dengan
permasalahan yang mengacu pada standar operasional yang telah berjalan
sekarang.

1.6 Sistematika Penulisan


Dalam penyusunan penulisan ilmiah ini, penulis membagi dalam empat bab dan
setiap babnya terdiri dari sub bab dengan penjelasannya, antara lain:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah penulisan,
permasalahan, batasan masalah penulis, tujuan dari penulisan,
metode penulisan yang digunakan beserta sistematika penulisan
ilmiah dan profil perusahaan tempat pelaksanaan kerja praktek.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menerangkan tentang teori – teori yang digunakan
penulis dalam menulis penulisan ilmiah tentang proses
pembangkitan listrik tenaga gas (PLTG).
4

BAB III PEMBAHASAN MASALAH


Bab ini menjelaskan tentang pembahasan uraian pada Proses
Pembangkitan Listrik Tenaga Gas (PLTG).
BAB IV PENUTUP
Bab ini membahas kesimpulan dari penulisan ilmiah tentang
Proses Pembangkitan Listrik Tenaga Gas (PLTG). Mempelajari
nilai – nilai pembahasan sehingga dapat menyimpulkan kajian –
kajian teori yang didapat.

1.7 Profil Perusahaan


Unit Pembangkitan Muara Karang adalah sebuah pembangkit listrik tenaga uap
(PLTU) dan pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) yang dikelola oleh PT PLN
Nusantara Power. Pembangkit ini berada di daerah Pluit, Jakarta Utara. Pembangkit ini
mengoperasikan 2 PLTU dan 5 Gas turbine dan 4 Steam turbine (PLTGU) dengan total
kapasitas 1.200 MW. Unit Pembangkitan Muara Karang menyuplai energi listrik untuk
wilayah Jabodetabekpunjur beserta sejumlah area VVIP termasuk Istana Negara dan
Gedung DPR/MPR. Energi listrik ini kemudian didistribusikan melalui SUTT 150 kV.
PT PLN Nusantara Power UP Muara Karang menghasilkan rata-rata listrik
sebesar 7.900 GWh per tahun, yang disalurkan ke sistem interkoneksi Jawa Bali
melalui saluran udara tegangan tinggi 500 kV dan saluran udara tegangan tinggi 150
kV. Berikut bagian pengoperasian PT PLN Nusantara Power UP Muara Karang:
1. PLTGU Blok 1 dengan kapasitas terpasang 3 GT x 107 MW dan ST 1 x 185
MW, berbahan bakar diesel kecepatan tinggi (HSD) dan bahan bakar gas.
2. PLTGU Blok 2 sebagai sistem penyedia jasa O&M dengan kapasitas terpasang
2 GT x 250 MW dan ST 3 x 70 MW berbahan bakar gas.
3. PLTGU Blok 3 GT dengan total kapasitas terpasang 500 MW, berbahan bakar
gas.
5

4. PLTU 4 dan 5 berkapasitas 2 x 200 MW menggunakan bahan bakar minyak


laut (MFO) dan gas.

Nama Perusahaan : PT.PLN Nusantara Power UP Muara Karang

Alamat Perusahaan : Jl. Pluit Karang Ayu Barat No.1, RT.12/RW.3, Pluit, Kec.
Penjaringan, Jkt Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14450

Telepon : 62-21-6600054, 6692784

Fax : 62-21-6692806

E-mail : upmkr@plnnusantarapower.co.id

Status : Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Berdiri : Tahun 1979

Bidang Usaha : Memproduksi Energi Listrik

Jumlah Karyawan : ± 313 karyawan

Luas lahan : ± 41,5 hektar

Luas Bangunan : ± 12 hektar bangunan sentral, dan 29,5 hektar untuk sarana
penunjang (gedung, perumahan operator, dan lain-lain).

1.7.1 Sejarah Perusahaan


Unit pembangkit Muara Karang dioperasikan pertama kali pada tahun 1979.
Pada awalya dikelola oleh PT Pembangkit dan Penyaluran Jawa Bagian Barat PLN (PT
KJB), yang dikenal sebagai sektor Muara Karang. Akibat adanya rekonstruksi di tubuh
PT. PLN (Persero) pada tahun 1995, maka lahir dua anak perusahaan pada tanggal 3
Oktober 1995, yaitu PT. PLN Pembangkit Tenaga Listrik Jawa Bali I dan II, yang lazim
disebut PT. PLN PJB I dan PT. PLN PJB II. Pada tahun 1997, sektor Muara Karang
6

berubah namanya menjadi PT. PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa Bali II-Unit
Pembangkitan Muara Karang (PT. PJB II UP Muara Karang). Pada tahun 1991, dengan
berdasarkan SK Direksi No. 045.K/023/DIR/1998, maka dilakukan pemisahan struktur
organisasi UP (Unit Pembangkit) dan UB (Unit Bisnis). Lalu pada tahun 2000, tepatnya
pada tanggal 3 Oktober 2000 PT. PLN PJB UP II berubah nama menjadi PT. PJB (PT.
Pembangkitan Jawa Bali). Kemudian pada tanggal 3 Oktober 2022 PT. PJB (PT.
Pembangkitan Jawa Bali) resmi mengganti logo dan nama baru perusahaan menjadi
PT. PLN Nusantara Power, sehingga sekarang menjadi PT. PLN Nusantara Power Up
Muara Karang.

1.7.2 Visi Perusahaan


Menjadi perusahaan pembangkit tenaga listrik Indonesia yang terkemuka
dengan standar kelas dunia.

1.7.3 Misi Perusahaan


PT. PLN Nusantara Power UP Muara Karang memiliki beberapa Misi yang
baik untuk dilaksanakan dalam bidang Pembangkit tenaga listrik di Indonesia, antara
lain :
a) Memproduksi tenaga listrik yang handal dan berdaya saing.
b) Meningkatkan kinerja secara berkelanjutan melalui implementasi tata
kelola pembangkitan dan sinergi business partner dengan merode best
practice dan ramah lingkungan.
c) Mengembangkan kapasitas dan kapabilitas SDM yang mempunyai
kompetensi teknik dan manajerial yang unggul serta berwawasan bisnis.

1.7.4 Struktur Organisasi


Berikut merupakan Susunan Struktur Keorganisasian di PT. PLN Nusantara
Power UP Muara Karang, antara lain :
7

Gambar 1.1 Struktur Organisasi PT. PLN Nusantara Power Up Muara Karang

di perbaiki
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Pembangkit Listrik


Pembangkit listrik adalah fasilitas atau instalasi yang dirancang untuk
menghasilkan energi listrik secara teratur dan dalam jumlah besar. Tujuan utama dari
pembangkit listrik adalah untuk mengonversi energi dari berbagai sumber, seperti
energi kimia, energi panas, energi mekanik, atau energi potensial, menjadi energi listrik
yang dapat digunakan oleh masyarakat. Pembangkit listrik dapat menggunakan
berbagai jenis bahan bakar dan teknologi untuk menghasilkan listrik. Beberapa jenis
pembangkit listrik yang umum meliputi pembangkit listrik tenaga batu bara,
pembangkit listrik tenaga gas, pembangkit listrik tenaga nuklir, pembangkit listrik
tenaga air (hidroelektrik), pembangkit listrik tenaga angin (eolika), dan lain
sebagainya.

Meskipun ada berbagai jenis pembangkit listrik, mereka umumnya memiliki


komponen dasar yang serupa, termasuk mesin atau turbin untuk mengonversi energi,
generator untuk menghasilkan listrik, sistem pembakaran atau proses lainnya untuk
menghasilkan energi, serta infrastruktur tambahan seperti sistem pendingin, sistem
pemantauan, dan lain-lain. Pembangkit listrik memiliki peran yang sangat penting
dalam menyediakan pasokan listrik yang stabil dan andal untuk memenuhi kebutuhan
energi masyarakat, industri, dan komersial. Energi listrik yang dihasilkan oleh
pembangkit listrik digunakan dalam berbagai aplikasi, mulai dari penerangan hingga
penggerak mesin dan peralatan elektronik

2.2 Dasar Teori Pembangkit Listirik Tenaga Gas (PLTG)


PLTG merupakan suatu alat konversi energi yang mengubah energi kimia
bahan bakar menjadi energi listrik. Siklus alur kerjanya adalah siklus terbuka atau
siklus sederhana. Prinsip pengoperasian PLTG adalah memanfaatkan gas panas

8
9

bertekanan tinggi untuk menggerakkan turbin. Udara diberi tekanan terlebih dahulu
oleh kompresor dan kemudian dibakar di ruang bakar untuk meningkatkan energinya.
Pembakaran dilakukan dengan bahan bakar gas (MFO atau HSDO juga dapat
digunakan, tetapi dengan efisiensi lebih rendah). Udara gas bertekanan tinggi
kemudian dialirkan melalui turbin dan menggerakkan generator yang menghasilkan
listrik. Keuntungan lain dari penggunaan PLTG adalah gas bekas kemungkinan lebih
mudah diproduksi dibandingkan uap, sehingga PLTG dapat dengan cepat beralih dari
“cold storage” ke produksi dalam hitungan menit, jauh lebih cepat dibandingkan
PLTU.

Gambar 2.1 Diagram Sistem Turbin Gas Sederhana


Ide sistem turbin gas bukanlah hal baru. Menurut Dr. J.T Retalliata sistem
turbin gas sudah dikenal pada zaman Hero Of Alexandria. Rancangan penting pertama
dirancang oleh orang Inggris John Barber pada tahun 1791. Sistem ini bekerja dengan
gas yang dihasilkan dari pembakaran batu bara, kayu atau minyak. Kompresor
digerakkan oleh turbin melalui rantai roda gigi.

Pada tahun 1872, Dr. E. Stolze merancang sistem turbin gas dengan kompresor
aksial dua tahap yang digerakkan langsung oleh turbin reaksi dua tahap. Udara yang
keluar dari kompresor kemudian dialirkan ke heater, yaitu alat untuk menaikkan suhu
udara sebelum masuk ke turbin. Bahan bakar gas digunakan sebagai cairan pemanas,
10

yang berasal dari ruang bakar khusus. Jadi dalam kasus terakhir ini, turbin bekerja
dengan udara panas sebagai fluida kerjanya. Pengujian sistem turbin gas dilakukan
pada tahun 1900 dan 1904, namun tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Hal ini
terutama disebabkan oleh efisiensi kompresor yang sangat rendah pada saat itu.

Pada tahap awal pengembangan ide sistem turbin gas, proses pembakaran
dengan volume konstan juga dicoba. Sistem ini untuk pertama kalinya. dibuat pada
tahun 1908 di Hannover sesuai dengan konsep H. Holzworth. Namun percobaan ini
dihentikan karena menimbulkan banyak masalah pada konstruksi ruang bakar dan.
Tekanan bahan bakar gas berubah sesuai dengan besarnya beban, meskipun secara teori
efisiensi siklus yang lebih tinggi dapat diharapkan dibandingkan dengan proses
pembakaran bertekanan konstan. Pada tahun 1904, Societe des Turbomoteurs di Paris
menciptakan sistem turbin gas dengan proses pembakaran bertekanan konstan yang
cara kerjanya mirip dengan sistem turbin gas modern.

Selain itu, perkembangan sistem turbin gas tidak berjalan secepat yang
diharapkan masyarakat. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan tentang
aerotermodinamika, material dan teknologi manufaktur. Oleh karena itu, efisiensi
turbin dan kompresor sangat rendah, sehingga efisiensi keseluruhan sistem turbin gas
hanya beberapa persen.

Dapat dikatakan baru sekitar tahun 1935 sistem turbin gas berkembang pesat
dengan efisiensi keseluruhan ±15%. Upaya untuk meningkatkan konstruksi dan
efisiensi terus berlanjut, terutama menjelang akhir Perang Dunia II. Penelitian yang
dilakukan pada saat itu menyoroti kemungkinan penggunaan sistem turbin gas sebagai
mesin penggerak pesawat bertenaga gas. Pesawat gas-listrik pertama dibangun pada
awal tahun 1937 oleh Thomson Houston Co. di Inggris Raya. untuk Power Jets LTD
(Inggris) berdasarkan konsep Frank Whittle (1930).

Pengetahuan dan teknologi yang diperoleh dari upaya-upaya tersebut di atas


diterapkan pada pengembangan sistem turbin gas untuk berbagai keperluan; contohnya
11

sebagai mesin generator listrik dan mesin industri lainnya, kendaraan darat, kapal laut,
pesawat terbang, dan lain-lain. Saat itu, sistem turbin gas dirancang untuk
menghasilkan output daya kecil hingga 100.000 kW. Pada saat yang sama, gas dan
minyak berat dapat digunakan sebagai bahan bakar. Bubuk batubara juga bisa
digunakan, namun masih dalam tahap percobaan. Efisiensi kompresor dan turbin
mencapai 80-95%, dan suhu pengoperasian dapat meningkat hingga 1100 °C. efisiensi
keseluruhan dapat mencapai 25-35%.

Sistem turbin gas dapat dipasang dengan cepat dan biaya investasi yang relatif
rendah dibandingkan dengan pemasangan turbin uap dan mesin diesel di pembangkit
listrik. Selain itu, dapat dinyalakan dalam keadaan dingin hingga terisi penuh dalam
waktu yang sangat singkat (dua menit atau kurang).

2.2.1 Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)

Gambar 2.2 Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG).


12

Prinsip pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) adalah sebagai


berikut:

1. Dalam pengoperasiannya, PLTG menggunakan mesin bertenaga yaitu mesin


diesel yang digunakan untuk memutar kompresor dengan kecepatan tertentu
untuk menghidupkan kompresor. Saat kompresor mulai bekerja, kompresor
menghasilkan udara bertekanan tinggi. Udara yang dihasilkan dikompresi atau
dikompresi dalam kompresor.
2. Udara yang terkompresi disaring dan didistribusikan ke ruang bakar bersamaan
dengan bahan bakar yang dipompa ke ruang bakar. Proses pembakaran
diasumsikan terjadi pada tekanan konstan sehingga menghasilkan bahan bakar
gas bersuhu tinggi. Gas yang dihasilkan itulah yang digunakan. memutar turbin
dan pada gilirannya generator yang terhubung dengan turbin bergerak dan
generator yang berputar menghasilkan listrik..
3. Sisa gas yang dihasilkan pada proses pembakaran dibuang ke udara melalui
cerobong asap. Temperatur gas buang dari turbin gas adalah 400-700°C
sehingga masih dapat digunakan sebagai cairan pemanas. dalam boiler. Selain
itu, gas buang pada sistem turbin gas masih banyak mengandung oksigen,
karena sistem turbin gas menggunakan campuran bahan bakar dan udara. Jika
diperlukan, gas buang dapat dibakar lebih lanjut sebagai bahan bakar di dalam
boiler, sehingga suhu gas dapat ditingkatkan.

2.2.2 Keuntungan dan Kerugian Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)


Kemampuan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) yang mudah dan cepat
dalam proses start up sampai dengan ke beban penuh membuat pembangkit listrik jenis
ini dijadikan swing power yang dapat diatur dengan cepat ketika terjadi gangguan
kekurangan daya. Berikut beberapa keuntungan dan manfaat dari PLTG:
1. Memiliki efiesiensi yang tinggi sehingga biaya operasional pembangkit listrik
(rupiah per kwh) rendah.
13

2. Konsumsi energi lebih hemat dengan harga gas dunia yang masih rendah saat
ini.
3. Proses pembangunan pembangkit listrik yang lebih cepat dibanding dengan
pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)
4. Kapasitas pembangkitan daya (power) yang bervariasi dari skala kecil sampai
dengan skala power yang besar.
5. Fleksibilitas yang tinggi, mudah dalam menaikkan dan menurunkan beban
sesuai dengan kebutuhan sistem.
6. Konstruksi dari pembangunan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) sederhana
dan tidak memerlukan area yang luas.
7. Sisa pembakaran atau gas buang dari PLTG dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energi panas yang dapat digunakan untuk memanaskan ketel uap
(boiler).
8. Investasi pembangunan PLTG lebih murah dibandingkan dengan
pembangunan PLTU atau solar cell.

Sementara, di balik kelebihan dari PLTG ada juga beberapa kekurangan dari
pembangkit tenaga listrik jenis ini, di antaranya:

1. Lifetime dari PLTG cenderung lebih singkat.


2. Daya mampunya dipengaruhi oleh kondisi alam sekitar, dicuaca yang panas
pembangkit listrik tenaga gas terkadang hanya mampu sampai dengan 95% dari
daya mampu pembangkit.
3. Pada saat udara berkabut, pembangkit listrik juga tidak maksimal karena udara
(yang nantinya masuk dan dikompresi kompresor) seperti yang dijelaskan pada
prinsip kerja merupakan komponen penting dalam proses pembakaran.
4. Kapasitas terbesar pembangkitan saat ini 200 MW dalam satu plant.
5. Jika harga gas dunia meningkat, biaya produksi pembangkit menjadi meningkat
karena gas bukan termasuk energi baru dan terbarukan.
14

2.2.3 Turbin Gas

Gambar 2.3 Turbin Gas


Turbin gas adalah turbin dengan gas sebagai fluida kerjanya. Sistem turbin gas
yang paling sederhana terdiri dari empat komponen utama, yaini: kompresor, ruang
bakar, turbin, dan generator. Sebuah turbin gas pada umumnya memiliki suatu tingkat
efisiensi yang rendah, pemakaian bahan bakarnya tinggi dan gas buang yang
meninggalkan turbin masih memiliki suhu yang tinggi sekah. Oleh sebab itu pemakaian
spesifik bahan bakar turbin gas adalah tinggi, dan sebuah PLTG karenanya sering
dipakai khusus sebagai pembangkit tenaga listrik behan puncak. Adapun prinsip kerja
turbin adalah mesin penggerak, dimana energi fluida kerja dipergunakan langsung
untak memutar roda turbin. Jadi berheda yang terjadi pada mesin torak, pada turhin
tidak tendapat hagian mesin yang bergerak translasi. Bagian turbin yang berputar
dinamai rotor atau roda turbin. Sedangkan bagian yang tidak bergerak dinamai stator
atau rumah turbin. Roda turhin terletak di dalam rumah turbin dan roda turbin memutar
poros daya yang menggerakkan atau memutar bebannya. Pada PLTG ini beban turbin
berupa generator listrik.

Roda turbin memiliki bilah-bilah dan fluida kerja yang mengalir melalui ruang
di antara bilah-bilah tersebut. Jika kemudian ternyata roda turbin dapat mulai berputar,
maka tentu saja ada gaya yang bekerja pada sudu-sudu tersebut. Gaya ini terjadi karena
adanya perubahan momentum fluida kerja yang mengalir di antara sudu-sudu. Oleh
15

karena itu, sudu harus didesain sedemikian rupa sehingga dapat terjadi perubahan
momentum pada fluida kerja.

2.3 Siklus Brayton


Siklus Brayton adalah sebuah siklus termodinamika yang mendeskripsikan
kerja dari gas turbin, atau mesin turbo jet. Pada saat ini banyak digunakan pada mesin
turbin gas dengan siklus terbuka. Tetapi untuk memudahkan perhitungan
termodinamika dalam perancangan maka dapat dimodelkan sebagai sistem tertutup
dengan asumsi standar udara dan penambahan panas dari sumber luar & pembuangan
panas ke lingkungan terjadi pada tekanan yang konstan siklus Brayton dibagi menjadi
2 yaitu siklus terbuka dan siklus tertutup, berikut penjelasannya:
a. Siklus Terbuka
Pada siklus terbuka, fluida kerja adalah udara atmosfer dan proses pembuangan
panas terjadi dalam atmosfer karena keluaran turbin dikeluarkan ke atmosfer.
Instalasi turbin gas dengan siklus in memiliki struktur yang sederhana, yaitu
terdiri dari kompresor, ruang bakar, dan turbin sebagai penggerak beban dan
generator listrik. Struktur dan susunan dari instalasi turbin gas dengan siklus
terbuka (open cycle) adalah:

Gambar 2.4 Siklus Brayton Terbuka


16

b. Siklus Tertutup
Di dalam siklus tertutup, fluida kerja yang dapat diganakan tidak hanya udara
sekitar dan proses pelepasan panas dilakukan dalam heat exchanger. Hal ini
sangat menguntungkan dari segi pencegahan kerusakan yang disebabkan oleh
erusi dan korosi. Dalam sistem, fluida kerja bersiklus secara continue. Semua
internal-combustion dan mesin turbojet beroperasi poda siklus terbuka.
Kebanyakan external-combustion beroperasi pada siklus tertutup. Struktur dan
susunan dari instalasi turbin gus dengan sikhus tertutup (close cycle) adalah:

Gambar 2.5 Siklus Brayton Tertutup

Siklus Brayton ideal terdiri dari 4 proses reversibel yang bisa dilihat pada
gambar berikut ini:

Gambar 2.6 Diagram Siklus Brayton Ideal


17

Berdasarkan gambar siklus tersebut siklus, terdapat empat langkah yaitu:


1. Langkah 1-2: Udara luar dihisap dan ditekan di dalam kompresor,
menghasilkan udara bertekanan (langkah kompresi).
2. Langkah 2-3: Udara bertekanan dari kompresor dicampur dengan bahan bakar,
terjadi reaksi pembakaran yang menghasilkan gas panas (langkah pemberian
panas).
3. Langkah 3-4: Gas panas hasil pembakaran dialirkan untuk memutar turbin
(langkah ekspansi).
4. Langkah 4-1: Gas panas dari turbin dibuang ke udara luar (langkah
pembuangan).

2.4 Komponen Auxiliaries Pembangkit Listirik Tenaga Gas (PLTG)


Pembangkit Listrik Tenaga Gas tersusun atas komponen-komponen auxiliaries
yaitu meliputi komponen sistem pelumasan, sistem pendingin, turbin, sistem
emergency, berikut penjelasan tentang masing-masing komponennya:

2.4.1 Sitem Pelumasan


1. Lube Oil Reservoir

Gambar 2.7 Lube Oil Reservoir


Fungsi:
Berfungsi sebagai tempat penyimpanan oli.
18

2. Main Oil Pump

Gambar 2.8 Main Oil Pump


Fungsi:
Berfungsi untuk memompa oli dari lube oil reservoir untuk untuk bearing,
turbin, dan generator.
3. Emergency Oil Pump

Gambar 2.9 Emergency Oil Pump


Fungsi:
Berfungsi untuk pompa darurat bila main oil pump a dan b sedang trouble.
4. Seal Oil Pump

Gambar 2.10 Seal Oil Pump


19

Fungsi:
Untuk memvakum H2 pada generator dan sebagai perekat.
5. Heat Exchanger Plate

Gambar 2.10 Heat Exchanger Plate


Fungsi:
Berfungsi untuk mendinginkan oli dari sistem sebelum menuju ke lube oil
reservoir (dengan metode heat exchanger contraflow dengan dengan media
air).

2.4.2 Sistem Pendingin


1. Turbin Cooling Air Fan

Gambar 2.11 Turbin Cooling Air Fan


Fungsi:
Berfungsi untuk mendinginkan udara kompresor
20

2. Closed Cooling Water Fan

Gambar 2.12 Closed Cooling Water Fan


Fungsi:
Berfungsi sebagai kipas pendingin untuk mendinginkan air peralatan hidrolik
pada sistem gas turbin.
3. Closed Cooling Water Pump

Gambar 2.13 Closed Cooling Water Pump


Fungsi:
Berfungsi untuk memompa/menaikan tekanan air dari CCW untuk
menggerakkan peralatan hidrolik pada gas turbin.
21

2.4.3 Sistem Emergency


1. Emergency Diesel Generator

Gambar 2.14 Emergency Diesel Generator


Fungsi:
Berfungsi untuk men-startup pada saat blackout, mensuplai listrik pada
peralatan utama / kritikal.
2. Emergency Diesel Fighting Fire Pump

Gambar 2.15 Emergency Diesel Fighting Fire Pump


Fungsi:
Berfungsi untuk memompa air ke seluruh sistem gas turbin dan sistem turbin
bila terjadi kebakaran dan bila listrik mati.
22

3. Electrical Diesel Fighting Fire Pump

Gambar 2.16 Electrical Diesel Fighting Fire Pump


Fungsi:
Berfungsi untuk memompa air ke seluruh sistem gas turbin dan sistem turbin
bila terjadi kebakaran.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Proses Pembangkitan Listrik Tenaga Gas (PLTG)


Berikut ini adalah flowchart dari proses pembangkitan listrik tenaga gas
(PLTG) di PT. PLN Nusantara Power UP Muara Karang :

Mulai alur nya di perbaiki, jangan


dibuat flowchart. tapi di buat
seperti siklus nya

Air Intake Filter

pembahasan komponen aux


Kompressor

Combustion Chamber

Turbin Gas

Generator

Exhaust (Stack)

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Proses Pembangkitan Listrik Tenaga Gas (PLTG)

23
24

3.2 Intake Air Filter

Gambar 3.2 Intake Air Filter

Udara pertama masuk ke Intake Air Filter, disini peran Intake Air Filter adalah
untuk meyaring udara yang akan masuk ke kompresor dari partikel-partikel kotor
sehingga menghasilkan kualitas udara yang baik untuk masuk ke kompresor. Filter
masukan udara (intake air filter) dalam Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)
memiliki beberapa fungsi penting yang berkontribusi pada kinerja dan keandalan
operasi PLTG fungsi utama filter masukan udara adalah menyaring debu, kotoran, dan
partikel-partikel kasar lainnya dari udara sebelum udara tersebut masuk ke dalam
kompresor. Debu dan partikel-partikel kasar ini dapat menyebabkan kerusakan pada
komponen-komponen sensitif di dalam turbin gas jika tidak disaring, seperti bilah-bilah
turbin dan kompresor. Filter masukan udara membantu melindungi mesin turbin gas
dari kerusakan akibat kontaminasi oleh debu dan partikel lainnya. Dengan menyaring
udara sebelum masuk ke dalam mesin, filter membantu mencegah partikel-partikel
yang berpotensi merusak masuk ke dalam sistem. Dengan menyaring udara yang
masuk, filter masukan udara membantu meningkatkan kualitas udara yang digunakan
dalam proses pembakaran. Udara bersih dan bebas dari kotoran membantu memastikan
pembakaran yang lebih efisien dan stabil di dalam ruang bakar.
25

Intake Air Filter juga membantu dalam pemeliharaan dan perawatan sistem
PLTG dengan mengurangi resiko kontaminasi dan kerusakan pada komponen-
komponen mesin. Dengan mencegah masuknya debu dan partikel ke dalam sistem,
filter membantu memperpanjang masa pakai komponen-komponen kritis dan
mengurangi kebutuhan untuk perawatan yang sering. Dengan memastikan udara masuk
yang bersih dan kualitas udara yang baik. Intake Air Filter juga dapat membantu
meningkatkan efisiensi keseluruhan dari PLTG. Pembakaran yang lebih bersih dan
efisien menghasilkan penggunaan bahan bakar yang lebih efisien dan emisi yang lebih
rendah. Dengan demikian, filter masukan udara memainkan peran yang sangat penting
dalam menjaga kinerja, keandalan, dan efisiensi operasi PLTG dengan menyaring
udara yang masuk dan melindungi sistem dari kontaminasi yang merusak.

3.3 Kompressor
Kompresor pada turbin gas Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) memiliki
peran yang penting dalam proses pembangkitan listrik, fungsi utama kompresor adalah
meningkatkan tekanan udara yang masuk ke dalam sistem. Udara yang dihisap dari
lingkungan sekitarnya yang telah melewati Intake Air Filter kemudian dikompresi oleh
kompresor untuk menciptakan tekanan yang cukup tinggi agar dapat digunakan dalam
proses pembakaran. Selain meningkatkan tekanan udara, kompresor juga bertugas
untuk meningkatkan kepadatan udara, dengan meningkatkan kepadatan udara, jumlah
udara yang dapat dimasukkan ke dalam ruang bakar untuk pembakaran juga
meningkat, sehingga meningkatkan efisiensi proses pembakaran. Udara yang telah
dikompresi oleh kompresor disuplai ke ruang bakar bersama dengan bahan bakar (gas
alam) untuk pembakaran. Tekanan dan kepadatan udara yang tinggi memastikan
pembakaran bahan bakar yang efisien dan stabil di dalam ruang bakar.

Kompresor juga bertanggung jawab untuk mempertahankan aliran udara yang


konsisten dan stabil ke ruang bakar, ini penting untuk menjaga kinerja yang konsisten
dari turbin gas dan memastikan pembakaran yang optimal di dalam ruang bakar.
Kompresor juga memiliki peran dalam mengatur proses pembakaran dengan
26

menyediakan udara yang tepat dalam jumlah yang dibutuhkan sesuai dengan
permintaan beban listrik, Sistem kontrol yang terintegrasi (pada ruangan CCR)
memungkinkan pengaturan tekanan dan aliran udara yang sesuai untuk menjaga kinerja
dan efisiensi pembakaran yang optimal. Dengan meningkatkan tekanan dan kepadatan
udara, kompresor membantu meningkatkan efisiensi keseluruhan sistem PLTG.
Efisiensi yang lebih tinggi dalam proses pembakaran berarti penggunaan bahan bakar
yang lebih efisien dan menghasilkan lebih sedikit emisi gas buang.

Kompresor yang biasa digunakan pada turbin gas adalah kompresor aksial dan
kompresor sentrifugal. Pada kompresor aksial, udara bergerak sejajar dengan sumbu
rotor. Rotor memiliki beberapa tingkat yang secara aksial memampatkan aliran udara
untuk menghasilkan udara bertekanan tinggi. Bagian ini terdiri dari roda, pin poros,
baut pemasangan dan bilah-bilah yang disusun secara konsentris mengelilingi sumbu
rotor.

Gambar 3.3 Kompresor blade pada rotor turbin gas Mitsubishi M701F

Rotor turbin gas Mitsubishi M701F memiliki 17 tingkat bilah yang


memampatkan aliran udara secara aksial dari 1 [atm] hingga 17 kali untuk
menghasilkan udara bertekanan tinggi.

3.4 Combustion Chamber


Combustion Chamber (tempat terjadi nya pembakaran), setelah udara
dikompres di kompresor selanjutnya udara masuk ke ruang bakar untuk dilakukan
27

proses pembakaran (api, udara, dan pemantik), fungsi utama ruang bakar adalah
sebagai tempat terjadinya proses pembakaran bahan bakar. Bahan bakar, yang
digunakan berupa gas alam, disemprotkan ke dalam ruang bakar bersama dengan udara
yang dikompresi. Di dalam ruang bakar, bahan bakar tersebut terbakar dalam proses
pembakaran yang menghasilkan panas yang tinggi. Selama proses pembakaran, udara
dan bahan bakar yang dikombinasikan menghasilkan gas panas yang memiliki tekanan
dan volume yang lebih besar. Ruang bakar dirancang untuk mempertahankan tekanan
yang tinggi dan volume yang sesuai untuk memastikan pembakaran yang efisien dan
stabil. Ruang bakar juga berperan untuk menyelaraskan proses pembakaran dengan
memastikan campuran udara dan bahan bakar yang tepat. Desain ruang bakar yang
efisien memastikan pembakaran yang sempurna dan mengoptimalkan penggunaan
bahan bakar. Ruang bakar biasanya dilengkapi dengan sensor-sensor yang memantau
suhu, tekanan, dan kualitas pembakaran di dalamnya. Informasi yang diperoleh dari
sensor-sensor ini digunakan untuk mengatur parameter-parameter operasional yang
mempengaruhi kinerja ruang bakar (dapat dilihat pada ruang CCR), seperti laju aliran
bahan bakar dan udara. Ruang bakar juga memiliki peran dalam mengontrol emisi gas
buang. Desain ruang bakar yang efisien dan pembakaran yang sempurna membantu
mengurangi emisi polutan seperti nitrogen oksida (NOx) dan partikulat.

Gambar 3.4 Ruang Bakar turbin gas Mitsubishi M701F


28

Turbin gas Mitsubishi tipe M701F memiliki 20 ruang bakar (combustion


chamber). Letak ruang bakar berbentuk lingkaran dan penomoran ruang bakar sesuai
dengan pergerakan jam. Berikut merupakan komponen-komponen pada ruang bakar
(combustion chamber)
1. Ruang Bakar
Ruang bakar adalah tempat terjadinya pembakaran.
2. Nozzle Bahan Bakar

Gambar 3.5 Main Nozzle dan Pilot Nozzle

Nozzel bahan bakar berfungsi sebagai tempat bahan bakar disemprotkan ke


dalam ruang bakar. Nozzel turbin gas Mitsubishi tipe M701F dapat
menyemprotkan bahan bakar berupa gas alam dan minyak. Namun, bahan
bakar gas alam digunakan untuk pembakaran.
3. Pemantik (Igniter)

Gambar 3.4 Pemantik (Igniter)


29

Merupakan komponen yang berfungsi sebagai pembakar api untuk membakar


campuran bahan bakar/udara. Saklar bekerja pada saat turbin gas dihidupkan,
setelah pembakaran saklar mati.
4. Detektor Api

Gambar 3.6 Flame Detector

Detektor api merupakan alat yang dipasang untuk mendeteksi nyala api pada
ruang bakar yang tidak terdapat pemantiknya. Setelah semua ruang bakar
terjadi pembakaran maka detektor api akan menjadi sensor untuk mematikan
igniter sehingga untuk proses pembakaran selanjutnya tidak menggunakan
pemantik.

3.5 Turbin Gas

Gambar 3.7 Turbin Gas Mitsubishi Seri M701F


30

Turbin gas merupakan salah satu komponen utama pembangkit listrik tenaga
gas (PLTG). Fungsi utama turbin gas PLTG adalah mengubah panas yang dihasilkan
dari pembakaran bahan bakar menjadi energi mekanik yang digunakan untuk
mengoperasikan generator dan menghasilkan listrik. Ketika gas panas bertekanan
tinggi hasil pembakaran mengalir melalui turbin, gaya yang dihasilkan menyebabkan
poros turbin berputar. Putaran poros turbin kemudian digunakan untuk memutar rotor
generator yang terhubung, menghasilkan energi listrik. Turbin gas mengekstraksi
energi mekanis dari gas panas dengan cara mengubah energi kinetik gas menjadi energi
mekanis rotasi pada poros turbin. Semakin tinggi suhu dan tekanan gas yang masuk ke
turbin, semakin besar potensi energi mekanis yang dapat diekstraksi., turbin gas
dirancang untuk mencapai efisiensi yang tinggi dalam mengubah energi panas menjadi
energi mekanis. Desain yang canggih dan material yang berkualitas membantu
mengurangi kerugian energi selama proses konversi dan meningkatkan kinerja
keseluruhan PLTG. Turbin gas juga memiliki peran dalam mengontrol proses
pembangkitan listrik sesuai dengan permintaan beban listrik. Kecepatan putaran turbin
dapat diatur sesuai dengan kebutuhan untuk memastikan produksi listrik yang stabil
dan responsif terhadap fluktuasi permintaan. Untuk gas turbin yang digunakan pada
PLTGU Muara Karang Blok II yaitu menggunakan 2 buah Mitsubishi seri M701F
dengan spesifikasi sebagai berikut:

Tabel 3.1 Spesifikasi Konfigurasi Turbin Gas Mitsubishi M701F


M701F
Kompresor Jumlah Tahapan 17
Combustor Jumlah Kaleng 20
Metode Pendinginan Berpendingin Udara
Turbin Jumlah Tahapan 4
Rotor Jumlah Rotor 1
Output Shaft Cold End
Rated Speed 3000 rpm
31

Rated Capasity 238.500 kW


Gas Turbin Perkiraan L xW xH 14,3 × 5,8 × 6,1 m
Perkiraan Berat 415 Ton

Tabel 3.2 Spesifikasi Simple Cycle Turbin Gas Mitsubishi M701F


M701F
Frekuensi 50Hz
Peringkat Dasar ISO 385 MW
Efisiensi 41,9%LHV
LVH Heat Rate 8.592 kJ/kWh
8.144 Btu/kWh
Exhaust Flow 748kg/detik
1.650 pon/dtk
Exhaust Temperature 630 °C
1.167 °F
Exhaust Emission NOx 25 ppm @15%O 2
CO 10 ppm @15%O 2
Turn Down Load 45%
Ramp Rate 38 MW/menit
Starting Time 30 menit

Tabel 3.3 Spesifikasi Combined Cycle Performance Turbin Gas Mitsubishi M701F
M701F
1 on 1 Plant Output 566 MW
Plant Efficiency 62,0%LHV
2 on 1 Plant Output 1.135 MW
Plant Efficiency 62,2%LHV
Starting Time 45 menit
32

3.6 Generator
Generator disini berperan untuk mengubah energi mekanik yang dihasilkan
turbin gas menjadi energi listrik yang dapat digunakan. Fungsi utama generator adalah
mengubah energi mekanis yang diterima dari poros turbin menjadi energi listrik, ketika
turbin gas berputar, porosnya menggerakkan rotor generator. Gerakan rotasi ini
menghasilkan medan magnet yang berubah-ubah, yang kemudian menginduksi arus
listrik di dalam gulungan kawat stator generator sesuai dengan prinsip induksi
elektromagnetik. Generator menghasilkan tegangan listrik yang diperlukan untuk
menggerakkan arus listrik dalam sistem kelistrikan. Tegangan listrik yang dihasilkan
tergantung pada desain generator dan kecepatan putaran poros turbin. Selain
menghasilkan tegangan listrik, generator juga menghasilkan arus listrik, arus listrik
yang dihasilkan oleh generator mengalir melalui sistem kelistrikan untuk memasok
daya listrik ke berbagai peralatan dan beban listrik di dalam jaringan listrik. Generator
juga bertanggung jawab untuk memelihara frekuensi listrik yang konstan dan sesuai
dengan standar sistem kelistrikan yang berlaku.

Kecepatan putaran turbin gas dikendalikan sedemikian rupa sehingga frekuensi


listrik yang dihasilkan tetap stabil, umumnya sekitar 50 Hz atau 60 Hz tergantung pada
wilayah operasi, generator juga harus mempertahankan tegangan listrik yang sesuai
untuk memastikan operasi yang stabil dan aman dari peralatan listrik yang terhubung.
Kontrol tegangan generator dilakukan dengan mengatur medan magnet pada rotor agar
sesuai dengan permintaan beban listrik. Generator dilengkapi dengan sistem kontrol
dan proteksi yang canggih untuk memantau dan mengontrol parameter-parameter
operasionalnya. Ini termasuk sistem pengaturan tegangan, sistem perlindungan
terhadap lonjakan tegangan atau arus berlebih, serta sistem pemantauan yang dapat
mendeteksi dan merespons gangguan operasional yang dapat dipantau dalam ruangan
CCR.
33

3.7 Exhaust (Stack)


Exhaust stack atau cerobong (stack) berfungsi untuk mengalirkan gas buang
atau sisa pembakaran yang keluar dari sistem PLTG dan membuangnya ke atmosfer.
Gas buang ini terdiri dari berbagai zat, termasuk karbon dioksida (CO2), nitrogen
oksida (NOx), uap air, dan zat-zat lainnya yang dihasilkan selama proses pembakaran
bahan bakar. Exhaust stack dirancang untuk membuang gas buang ke udara pada
ketinggian yang cukup tinggi sehingga tersebar dengan cepat dan tidak langsung
mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Hal ini membantu mencegah pencemaran udara
di area sekitar pembangkit listrik. Exhaust stack juga membantu mengurangi paparan
manusia terhadap emisi gas berbahaya yang dihasilkan selama proses pembakaran
bahan bakar, dengan mengarahkan gas buang ke atas, jauh dari permukaan tanah, risiko
paparan langsung terhadap gas berbahaya dapat dikurangi.

Exhaust stack juga berfungsi sebagai saluran untuk mengatur aliran gas buang
dari sistem PLTG. Desain dan dimensi exhaust stack diatur sedemikian rupa untuk
memastikan bahwa gas buang dapat keluar dari sistem dengan lancar tanpa
menyebabkan backflow atau tekanan yang berlebihan. Exhaust stack sering dilengkapi
dengan peralatan pemantauan emisi yang memungkinkan pengukuran kuantitatif dari
berbagai zat yang terkandung dalam gas buang, seperti CO2, NOx, dan partikulat. Data
ini digunakan untuk memastikan bahwa emisi gas buang tetap sesuai dengan regulasi
lingkungan yang berlaku. Exhaust stack juga dapat berperan dalam mengontrol tingkat
kebisingan yang dihasilkan oleh PLTG. Desain exhaust stack yang tepat dapat
membantu meredam suara dari proses pembakaran dan pembuangan gas buang,
mengurangi dampak kebisingan pada lingkungan sekitar.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari dalam pembahasan penulisan ilmiah yang telah dijelaskan, maka dapat
diambil kesimpulan sesuai dengan topik didalam penulisan ilmiah ini proses
Pembangkitan Listrik Tenaga Gas (PLTG) di PT. PLN Nusantara Power UP Muara
Karang. Adapun kesimpulan tersebut diantaranya :
1. Pembangkit Listrk Tenaga Gas memiliki komponen auxelery (pendukung)
meliputi sistem pelumasan, sistem pendingin, dan sistem emergency. Pada
sistem pelumasan terdapat komponen Lube Oil Reservoir, Main Oil Pump,
Emergency Oil Pump, Seal Oil Pump, dan Heat Exchanger Plat. Lalu pada
sistem pendingin terdapat komponen Turbin Cooling Air Fan, Closed Cooling
Water Fan, Closed Cooling Water Pump. Dan pada sistem emergency terdapat
komponen Emergency Diesel Generator, Emergency Diesel Fighting Fire
Pump, dan Electrical Diesel Fighting Fire Pump.
2. Proses Pembangkitan Listrik Tenaga Gas (PLTG) terdiri dari 6 langkah proses
yaitu pertama udara masuk dan disaring di Inlet Air Filter yang memiliki peran
untuk meyaring udara yang akan masuk ke kompresor dari partikel-partikel
kotor sehingga menghasilkan kualitas udara yang baik untuk masuk ke
kompresor. Proses kedua Kompresor yang memiliki peran untuk mengompres
/ menaikkan tekanan udara untuk menuju ke Combustion Chamber, Kompresor
yang digunakan adalah kompresor aksial yang memiliki 17 tingkat bilah yang
memampatkan aliran udara secara aksial dari 1 [atm] hingga 17 kali untuk
menghasilkan udara bertekanan tinggi. Proses ketiga adalah Combustion
Chamber (ruang pembakaran) udara bertekanan tinggi yang berasal dari
kompresor selanjutnya masuk ke dalam ruang pembakaran, lalu dilakukan
proses pembakaran (udara, api, dan pemantik), pada ruang bakar ini terdapat

34
35

nozzle, pemantik (igniter), dan detector api. Selanjutnya Turbin, peran turbin
disini adalah mengubah panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar
menjadi energi mekanik, untuk turbin yang digunakan adalah Mitsubishi
dengan seri M701F dengan Rated Speed 3000 rpm dan Rated Capasity 238.500
kW, Dilanjutkan Generator yang memiliki peran untuk mengubah energi
mekanik yang dihasilkan turbin gas menjadi energi listrik yang dapat
digunakan. Proses terakhir adalah stack (exhaust) yang berfungsi untuk
mengalirkan gas buang atau sisa pembakaran yang keluar dari sistem PLTG
dan membuangnya ke atmosfer).

4.2 Saran
1. Diharapkan kepada mahasiswa mempelajari terlebih dahulu hal terkait kerja
praktik yang akan dijalani agar tidak bingung nantinya saat kerja praktik.
2. Diharapkan kepada mahasiswa bertanya terlebih dahulu kepada pembimbing
bila tidak tahu prosedur selama kerja praktik.
3. Diharapkan mahasiwa selalu menggunakan alat pelindung diri (APD) selama
kerja praktik berlangsung, seperti safety shoes, safety helm, dan juga wearpack.

Anda mungkin juga menyukai