Dosen :
Oleh :
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Mobile Power Plant (MPP)
efisiensi nya lebih tinggi daripada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
dengan bahan bakar batubara ?
2. Apakah kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah sudah tepat ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui perbandingan tingkat efisiensi energi yang digunakan pada
pembangkit di Kalimantan Barat.
2. Menilai kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah saat ini.
BAB II
POKOK MASALAH
Pokok masalah yang ditulis pada paper ini adalah membandingkan efisiensi
penggunaan bahan bakar energi gas dan batubara untuk pembangkitan listrik di
wilayah Kalimantan Barat serta kebijakan-kebijakan yang harus diperhatikan serta
dipilih dalam mengambil keputusan pembangunan pembangkit.
Beberapa hal yang dibandingkan dalam pemilihan energi ini adalah biaya bahan
bakar, kecepatan pembangungan, masa penggunaan, pengoperasian, factor
lingkungan, dan daya yang dihasilkan.
Adapun dalam paper ini melihat kebijakan apa saja yang telah diambil oleh
pemerintah dalam menentukan keputusan dalam memilih energi yang dipakai untuk
pembangkit. Salah satu faktor penting yang mungkin menjadi pertimbangan
pemerintah dalam menentukan kebijakan yaitu biaya. Selain itu sumber daya alam juga
menjadi fokus penting pemerintah dalam mengambil kebijakan. Disisi lain pengaruh
mati nya beberapa pembangkit di Kalimantan menjadi pendukung dalam mengambil
kebijakan.
BAB III
KAJIAN PUSTAKA
A. PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP
Pembangkit Listrik Tenaga Uap adalah suatu pembangkit yang mengandalkan energi
kinetik untuk putaran turbin oleh energi uap yang dihasilkan oleh suatu pembakaran. Salah
satu energi utama pada PLTU ini adalah solar ataupun batubara. Namun pada umumnya di
Indonesia PLTU menggunakan batubara sebagai energi utamanya.
Proses konversi energi uap menjadi listrik melalui beberapa tahap diantaranya :
• Pertama, energi kimia yang terkandung dalam bahan bakar batubara atau
minyak (solar) dibakar dan berubah menjadi energi panas dalam bentuk uap
yang bertekanan dan temperature tinggi.
• Kedua, energi panas berupa uap dari hasil pembakaran, menggerakkan turbin
dalam generator. Sehingga dapat dikatakan energi panas (uap) ini diubah
menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran.
• Ketiga, energi mekanik yang menggerakkan turbin pada generator
membangkitkan listrik. Dapat dikatakan energi mekanik diubah menjadi energi
listrik.
Penggunaan bahan bakar berupa batubara pada PLTU secara terus menerus
tentunya akan menghasilkan CO2 yang melimpah di udara. Hal ini berdampak kepada
pemanasan global. Hampir 75 persen emisi CO2 dihasilkan oleh pembakaran batubara.
Di dunia, batubara yang digunakan pada pembangkit listrik menyumbang 25 persen
emisi gas rumah kaca dan dikatakan sebagai penghasil CO2 terbesar.
Produksi listrik di wilayah Kalimantan barat pada PLTU kini sebesar 182MW
yang dibagi menjadi, PLTU Sukabangun 2 x 10 MW, PLTU 1 Kalimantan Barat 2 x
50MW, PLTU 2 Kalimantan Barat 2 x 25MW, 2 x 10MW, PLTU Ketapang 2 x. 6MW.
B. Pembangkit Listrik Tenaga Gas
Pembangkit Listrik Tenaga Gas ini dalam proses kerjanya seringkali
digabungkan dengan PLTU. Namun belakangan ini pemerintah Indonesia membangun
PLTG dengan murni dari energi gas. Secara sistem pengoperasian PLTG sama
dengan PLTU yaitu memanfaatkan energi panas menjadi listrik. Panas yang dihasilkan
dari gas buang PLTG ini digunakan untuk memanaskan air pada boiler dan
menghasilkan uap bertekanan tinggi untuk menggerakkan turbin pada generator.
Secara sederhana cara kerja PLTG sebagai berikut :
• Pertama, gas buang diubah menjadi energi panas untuk memanaskan boiler
berisi air.
• Air yang dipanaskan akan menghasilkan uap bertekanan tinggi, lalu diubah
menjadi energi mekanik yang dapat memutar turbin.
• Turbin yang bergerak akan menghasilkan listrik pada generator.
Secara sistematis pengoperasian PLTG ini memang sama dengan PLTU,
PLTN, dan PLT lainnya yang menggunakan pemanas sebagai penghasil uap.
Perbedaannya hanya berada pada sumber energi untuk memanaskan boilernya saja.
PLTG MPP telah dibangun di seluruh indonesia dengan kapasitas total sebesar
500MW. Pembangunan PLTG MPP ini juga mendukung program pembangunan
pembangkit 35000MW yang digagas pada tahun 2015 oleh Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral. PLTG MPP ini disebar di beberapa lokasi dengan rincian
kapasitas sebagai berikut :
• MPP jeranjang-lombok dengan daya 2 x 25MW
• MPP Air Anyir-Bangka dengan daya 2 x 25MW
• MPP Tarahan-Lampung dengan daya 4 x 25MW
• MPP Nias dengan daya 1 x 25MW
• MPP Parit Baru dengan daya 4 x 25MW
• MPP Balai Pungut-Riau dengan daya 3 x 25MW
• MPP Suge-Belitung dengan daya 1 x 25 MW
• MPP Paya Pasir-Medan dengan daya 3 x 25MW
Satu lokasi di Kalimantan barat mempunyai kapasitas 4 x 25MW, angka yang
cukup membantu daya pasok menjadi 672MW dengan cadangan 274MW dan beban
puncak 398MW.
E. Data Collection