Anda di halaman 1dari 18

STUDI EFESIENSI ENERGI GAS PADA MOBILE GAS POWER PLANT

DAN ENERGI BATUBARA PADA PLTU DI KALIMANTAN BARAT.

Dosen :

Prof. Purnomo Yusgiantoro


Dr.Adityawarman, ST,MT
Matahari Dewa Raksawiguna

Oleh :

Muhammad Bagas Alfaridzi


NIM: 23222030

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ELEKTRO SEKOLAH TEKNIK
ELEKTRO DAN INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2023
Judul : STUDI EFESIENSI ENERGI GAS PADA MOBILE GAS POWER PLANT DAN
ENERGI BATUBARA PADA PLTU DI KALIMANTAN BARAT.
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 5
A. Latar Belakang..................................................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................................ 6
BAB II POKOK MASALAH ..................................................................................................... 7
BAB III KAJIAN PUSTAKA ...................................................................................................... 8
A. Pembangkit Listrik Tenaga Uap ........................................................................................... 8
B. Pembangkit Listrik Tenaga Gas ............................................................................................ 9
C. Harga Gas Bumi Di Pembangkit Tenaga Listrik ....................................................................10
D. Kebijakan Pemerintah ........................................................................................................10
E. Theoritical Framework .......................................................................................................12
F. Data Collection ...................................................................................................................12
BAB IV ANALISA PERMASALAHAN..................................................................................... 13
A. Efesiensi Pembangkit .........................................................................................................13
B. Kebijakan Pemerintah ........................................................................................................15
BAB V DISKUSI DAN HASIL ANALISA .................................................................................. 16
A. Hasil Analisa ...........................................................................................................................16
BAB VI KESIMPULAN.......................................................................................................... 17
BAB VII REFERENSI ............................................................................................................ 18
Daftar Tabel

tabel 4. 1 Gas Invesment Costs ................................................................................................ 13


tabel 4. 2 Gas turbine Energy/Technical data .......................................................................... 13
tabel 4. 3 Coal Investment Costs ............................................................................................. 14
tabel 4. 4 Coal Energy/Technical Data ..................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatnya jumlah penduduk dan percepatan pembangunan industri di
wilayah Kalimantan Barat merupakan sebuah komitmen pemerintah dalam
membangun dan mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia
khususnya di wilayah Kalimantan barat. Tercatat ditahun 2016 migrasi penduduk
masuk ke Kalimantan barat lebih besar daripada migrasi penduduk keluar dari
Kalimantan barat, yang berarti memungkinkan bahwa keseluruhan sektor di
Kalimantan barat akan meningkat, baik dari pendidikan, industri, dll. Keadaan ini
didukung oleh sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan menjadi sebuah
pendapatan penduduk setempat dan negara. Kelapa sawit, bauksit, karet dan kelapa
menjadi sumber daya alam utama yang harus bisa dimanfaatkan. Tentunya keaadan
ini harus didukung dengan sumber listrik yang dapat mencukupi seluruh kegiatan
industri maupun perumahan dan sektor lain yang membutuhkannya.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) menjadi salah satu suplai listrik yang
telah berhasil dibangun oleh pemerintah di Ketapang dengan total daya 200MW.
Namun pembangkit ini dinilai belum cukup membantu memenuhi kebutuhan listrik di
Kalimantan barat. Hotel, pabrik, pariwisata, industri, dan rumah tangga saling berebut
listrik karena PLN belum mampu menyediakan listrik sebanyak permintaan
masyarakatnya. Maka dari itu pemerintah berfokus untuk membangun pembangkit
dengan sumber daya alam yang lebih baik, lebih murah dan lebih cepat pembangunan
dan pengoperasiannya. Presiden Indonesia berharap akan adanya peningkatan yang
perekonomian yang lebih pesat dari sebelumnya dengan membangun pembangkit
listrik yang lebih besar dan efektif. Dengan adanya ketersediaan listrik yang
mencukupi, diharapkan para investor membangun pabrik, hotel dan industri di wilayah
Kalimantan barat yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi di
Kalimantan barat pada tahun 2019 sudah mencapai 5,22 persen, angka tersebut sudah
sangat baik dikarenakan melampaui pertumbuhan rata-rata ekonomi nasional sebesar
5,02 persen.
Salah satu energi yang dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit di Kalimantan barat
yaitu Gas. PLTG MPP ini dibangun di Kalimantan barat dengan kapasitas 4 x 25MW
atau 100MW. PLTG ini dinilai lebih efisien penggunaannya daripada PLTU yang sudah
dibangun sebelumnya .

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Mobile Power Plant (MPP)
dapat mendukung pasokan energi listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) dengan bahan bakar batubara ?
2. Apakah kebijakan yang di terapkan oleh pemerintah terhadap sumber daya
gas sudah tepat?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui efisiensi PLTG untuk medukung pasokan energi listrik dari
PLTU di Kalimantan barat.
2. Menilai kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah saat ini.
BAB II
POKOK MASALAH
Pokok masalah yang ditulis pada paper ini adalah menganalisa efisiensi
penggunaan bahan bakar energi gas dalam mendukung pasokan listrik puncak untuk
sistem pembangkitan listrik di wilayah Kalimantan Barat serta kebijakan-kebijakan
yang harus diperhatikan serta dipilih dalam mengambil keputusan pembangunan
pembangkit.
Beberapa hal yang di analisa dalam pemilihan energi ini adalah biaya bahan
bakar, masa penggunaan, pengoperasian, factor lingkungan, dan daya yang
dihasilkan.
Adapun dalam paper ini melihat kebijakan apa saja yang telah diambil oleh
pemerintah dalam menentukan keputusan dalam memilih energi yang dipakai untuk
pembangkit. Salah satu faktor penting yang mungkin menjadi pertimbangan
pemerintah dalam menentukan kebijakan yaitu biaya. Selain itu sumber daya alam juga
menjadi fokus penting pemerintah dalam mengambil kebijakan. Disisi lain pengaruh
mati nya beberapa pembangkit di Kalimantan menjadi pendukung dalam mengambil
kebijakan.
BAB III
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Pembangkit Listrik Tenaga Uap adalah suatu pembangkit yang mengandalkan energi
kinetik untuk putaran turbin oleh energi uap yang dihasilkan oleh suatu pembakaran. Salah
satu energi utama pada PLTU ini adalah solar ataupun batubara. Namun pada umumnya di
Indonesia PLTU menggunakan batubara sebagai energi utamanya.
Proses konversi energi uap menjadi listrik melalui beberapa tahap diantaranya :
• Pertama, energi kimia yang terkandung dalam bahan bakar batubara atau
minyak (solar) dibakar dan berubah menjadi energi panas dalam bentuk uap
yang bertekanan dan temperature tinggi.
• Kedua, energi panas berupa uap dari hasil pembakaran, menggerakkan turbin
dalam generator. Sehingga dapat dikatakan energi panas (uap) ini diubah
menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran.
• Ketiga, energi mekanik yang menggerakkan turbin pada generator
membangkitkan listrik. Dapat dikatakan energi mekanik diubah menjadi energi
listrik.
Penggunaan bahan bakar berupa batubara pada PLTU secara terus menerus
tentunya akan menghasilkan CO2 yang melimpah di udara. Hal ini berdampak kepada
pemanasan global. Hampir 75 persen emisi CO2 dihasilkan oleh pembakaran batubara.
Di dunia, batubara yang digunakan pada pembangkit listrik menyumbang 25 persen
emisi gas rumah kaca dan dikatakan sebagai penghasil CO2 terbesar.
Produksi listrik di wilayah Kalimantan barat pada PLTU kini sebesar 182MW
yang dibagi menjadi, PLTU Sukabangun 2 x 10 MW, PLTU 1 Kalimantan Barat 2 x
50MW, PLTU 2 Kalimantan Barat 2 x 25MW, 2 x 10MW, PLTU Ketapang 2 x. 6MW.
B. Pembangkit Listrik Tenaga Gas
Pembangkit Listrik Tenaga Gas ini dalam proses kerjanya seringkali
digabungkan dengan PLTU. Namun belakangan ini pemerintah Indonesia membangun
PLTG dengan murni dari energi gas. Secara sistem pengoperasian PLTG sama
dengan PLTU yaitu memanfaatkan energi panas menjadi listrik. Panas yang dihasilkan
dari gas buang PLTG ini digunakan untuk memanaskan air pada boiler dan
menghasilkan uap bertekanan tinggi untuk menggerakkan turbin pada generator.
Secara sederhana cara kerja PLTG sebagai berikut :
• Pertama, gas buang diubah menjadi energi panas untuk memanaskan boiler
berisi air.
• Air yang dipanaskan akan menghasilkan uap bertekanan tinggi, lalu diubah
menjadi energi mekanik yang dapat memutar turbin.
• Turbin yang bergerak akan menghasilkan listrik pada generator.
Secara sistematis pengoperasian PLTG ini memang sama dengan PLTU,
PLTN, dan PLT lainnya yang menggunakan pemanas sebagai penghasil uap.
Perbedaannya hanya berada pada sumber energi untuk memanaskan boilernya saja.
PLTG MPP telah dibangun di seluruh indonesia dengan kapasitas total sebesar
500MW. Pembangunan PLTG MPP ini juga mendukung program pembangunan
pembangkit 35000MW yang digagas pada tahun 2015 oleh Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral. PLTG MPP ini disebar di beberapa lokasi dengan rincian
kapasitas sebagai berikut :
• MPP jeranjang-lombok dengan daya 2 x 25MW
• MPP Air Anyir-Bangka dengan daya 2 x 25MW
• MPP Tarahan-Lampung dengan daya 4 x 25MW
• MPP Nias dengan daya 1 x 25MW
• MPP Parit Baru dengan daya 4 x 25MW
• MPP Balai Pungut-Riau dengan daya 3 x 25MW
• MPP Suge-Belitung dengan daya 1 x 25 MW
• MPP Paya Pasir-Medan dengan daya 3 x 25MW
Satu lokasi di Kalimantan barat mempunyai kapasitas 4 x 25MW, angka yang
cukup membantu daya pasok menjadi 672MW dengan cadangan 274MW dan beban
puncak 398MW.

Kelebihan yang dimiliki oleh PLTG yaitu :


• Efisiensi lebih tinggi
• Konstruksi sederhana
• Kapasitas elektrik yang lebih bervariasi
• Lebih ramah lingkungan dibanding dengan PLTU
• Kecepatan respon kenaikan power lebih tinggi
Namun PLTG juga memiliki kekurangan yaitu :
• Hanya untuk memenuhi peak power
• Polusi suara
• Biaya operasional lebih tinggi

C. Harga Gas Bumi Di Pembangkit Tenaga Listrik


Harga gas bumi di pembangkit listrik telah diatur dalam keputusan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor : 91 K/ 12/MEM/2020.
Pada keputusan ini berisi 9 poin tentang perjanjian jual beli gas bumi serta penyaluran
gas bumi antara Badan Usaha Pemegang Izin Usaha Niagas Gas Bumi dengan PT
PLN atau Badan Usaha Pembangkitan Tenaga Listrik.
Pada keputusan ini, harga gas bumi hulu di daerah Kalimantan sebesar
4USD/MMBTU. Tentunya harga gas bumi tersebut ditambah dengan biaya transportasi
sebesar 0.33USD/MMBTU sudah termasuk PPN, sehingga total biaya satuan gas bumi
untuk daerah Kalimantan yaitu sebesar 4.33USD/MMBTU.

D. Kebijakan Pemerintah
Saat ini PLN sedang merencanakan pemanfaatan LNG untuk pembangkit
pemikul beban puncak pada sistem-sistem besar di Kalimantan, Sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku dan Papua. Rencana ini dimaksudkan untuk meningkatkan
keandalan operasional pembangkit. Melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor
13K/13/MEM/2020 tentang Penugasan Pelaksanaan Penyediaan Pasokan dan
Pembangunan Infrastruktur Liquefied Natural Gas (LNG), serta Konversi Penggunaan
Bahan Bakar Minyak dengan LNG dalam penyediaan Tenaga Listrik, pemerintah
memberikan tugas kepada Pertamina untuk melaksanakan penyediaan pasokan dan
pembangunan infrastruktur LNG dalam penyediaan tenaga listrik oleh PLN.

Dalam melaksanakan KEPMEN 13 ini, pertamina mempunyai kewajiban :


a. Menyediakan harga gas hasil regasifikasi LNG di plant gate yang akan
menghasilkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik lebih rendah
dibandingkan menggunakan HSD.
b. Menyediakan gas hasil regasifikasi LNG di plant gate dengan volume
sebagaimana tercantum dalam lampiran KEPMEN tersebut.
c. Menyampaikan laporan berkala perkembangan penyelesaian infrastruktur LNG
setiap 6 (enam) bulan kepada Menteri ESDM melalui Direktur Jenderal Minyak
dan Gas Bumi dengan tembusan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan.
E. Theoritical Framework

Emisi rumah kaca


Kebijakan
yang semakin
pengaturan emisi
meningkat
CO2 Kebijakan
pemilihan energi
Efisiensi Pembangkit yang cocok untuk
bahan bakar PLT
Kebutuhan pasokan Dibutuhkan PLT pendukung di
listrik pendukung pasok Kalimantan barat
listrik

Waktu
pembangungan

F. Data Collection

Publikasi (Research IEEE


Pengumpulan tinjauan Article dan
Pustaka perihal Conference)
pemanfaatan energi gas Publikasi lain
untuk PLTG
Kebijakan dan
Statement Kebijakan Terkait
Pemerintah Gas
BAB IV
ANALISA PERMASALAHAN
A. Efesiensi Pembangkit
Biaya bahan bakar gas untuk PLTG pendukung sebagaimana yang ditetapkan
oleh Kementerian ESDM paling mahal sebesar US$6/MMBTU sedangkan di
Kalimantan barat sendiri harga gas dijual dengan harga US$4.33/MMBTU. Biaya
tersebut berdasarkan perhitungan gas yang dibeli dari kontraktor ditambah dengan
biaya transportasi.
Berikut data biaya invetasi untuk PLTG :
tabel 4. 1 Gas Invesment Costs

Investment costs
2020 2030
[MUSD2019/MW]
New catalogue 0.77 0.73
Existing catalogue 0.75 0.71
ESDM 1.92
NREL’s ATB 1.02 0.94
Learning curve –
1 0.95
cost trend

Berikut data efesiensi listrik gas dan faktor lingkungan yang didapat dari IEA
Projected costs of Generating Electricity :
tabel 4. 2 Gas turbine Energy/Technical data

Energy / technical data Simple gas turbine


2020 2030
Generating capacity for total power
100 100
plant (Mwe)
Electicity efficiency (%) annual
33 39
average
Technical lifetime (years) 25 25
Construction time (years) 1.5 1.5
Warm start-up (hours) 0.25 0.25
Cold start-up time (hours) 0.5 0.5
PM 2.5 (mg per Nm3) 30 30
NOx (g per GJ fuel) 86 60
SO! (degree of desulphuring %) - -

sedangkan untuk biaya bahan bakar batubara paling mahal untuk PLTU adalah
sebesar US$70/ton. Biaya tersebut sudah termasuk dengan biaya transportasi untuk
batu bara.
Berikut data biaya investasi untuk PLTU :
tabel 4. 3 Coal Investment Costs

Investment costs
2020 2030
[MUSD2019/MW]
New catalogue 1.65 1.60
Existing catalogue 1.65 1.60
ESDM 1.15
Danish technology
2.13 2.08
catalogue
Local cases 1.25

Berikut data efesiensi listrik batubara dan faktor lingkungan yang didapat dari IEA
Projected costs of Generating Electricity :
tabel 4. 4 Coal Energy/Technical Data

Energy / technical data Coal power plant


2020 2030
Generating capacity for total power
150 150
plant (Mwe)
Electicity efficiency (%) annual
34 35
average
Technical lifetime (years) 30 30
Construction time (years) 3 3
Warm start-up (hours) 3 3
Cold start-up time (hours) 8 8
PM 2.5 (mg per Nm3) 150 150
NOx (g per GJ fuel) 263 150
SO! (degree of desulphuring %) 73 80

B. Kebijakan Pemerintah
Saat ini kapasitas PLTU di Kalimantan barat yaitu sebesar 200MW. Dengan
pembangunan yang kiat pesat di daerah Kalimantan barat, tentunya pemerintah perlu
menambah pasokan energi listrik di Kalimantan barat ini. Maka dari itu pemerintah
akan membangun PLTU tambahan untuk menambah pasokan listrik, namun
pembangunan PLTU ini memakan waktu yang cukup lama, sedangkan pertumbuhan
kebutuhan listrik tidak dapat di batasi, sehingga kebijakan yang diambil oleh
pemerintah untuk mendukung pembangkit memenuhi beban puncak yaitu dengan
menggunakan PLTG MPP. Melalui KEPMEN ESDM Nomor 13K/13/MEM/2020
pemerintah menugaskan pertamina untuk memberi suplai gas kepada PLN untuk
mengoperasikan PLTG MPP untuk mendukung pasokan listrik di Kalimantan barat
sebesar 4 x 25MW. Presiden Joko Widodo meresmikan PLTG MPP ini di Kalimantan
barat dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan listrik di titik-titik yang mengalami
perkembangan pesat.
Tentunya langkah ini diambil karena dinilai PLTG MPP dapat membantu fixed
PLTU untuk mencapai beban puncak untuk sementara waktu. Setelah PLN selesai
membangun fixed PLTU baru, maka PLTG MPP ini dapat dipindahkan ke daerah lain
untuk membantu pasokan listrik.
BAB V
DISKUSI DAN HASIL ANALISA
A. Hasil Analisa
Nilai efisiensi pembangkit menggunakan bahan bakar gas dinilai cukup baik
untuk membantu PLTU memenuhi beban puncak. Seperti pada tabel 4.2, nilai
efisiensi listrik yang dihasilkan gas turbine rata-rata pertahun yaitu sebesar 33%. Jika
dibandingkan dengan nilai efisiensi listrik yang dihasilkan batubara rata-rata pertahun
34%, maka PLTG ini nilai efisiensinya mendekati PLTU, sehingga PLTG ini sangat
tepat untuk dijadikan pembangkit pendukung dalam jangka waktu sementara. Nilai
bahan bakar gas di Indonesia yang sedikit lebih mahal, tidak begitu kritikal, karena
biaya pembangunan dan pengoperasian nya lebih murah daripada PLTU.
Pada sisi lingkungan pun, PLTG ini dinilai lebih aman. Dapat dilihat pada tabel
4.2, angka polusi (PM 2.5, NOx dan SO! ) yang dihasilkan dari pembakaran gas lebih
kecil dibandingkan dengan angka polusi yang dihasilkan dari pembakaran batubara.
Tentunya langkah ini membantu mengurangi jumlah polusi yang dihasilkan oleh
pembangkit.
PLTG MPP ini dapat membantu pembangkit yang mengalami gangguan
secara tiba-tiba, dikarenakan PLTG mampu start dari keadaan dingin hanya dalam
waktu 30 menit. Sehingga Ketika PLTU mengalami gangguan dan sistem tidak dapat
memenuhi kebutuhan listrik, PLTG dapat membackup kebutuhan listrik dengan cepat.
Saat melakukan pemeliharaan pun PLTG ini dapat menjadi backup untuk PLTU
menjaga sistem untuk tetap berjalan.
Kebijakan yang diambil oleh pemerintah, penulis rasa sudah sangat tepat.
Mengingat nilai efisiensi yang menyerupai, biaya yang lebih murah, pembangunan
yang begitu cepat, ramah lingkungan dan daya listrik yang cukup besar, membuat
PLTG ini layak dijadikan pembangkit pendukung beban puncak di Kalimantan barat.
BAB VI
KESIMPULAN
• Pemerintah dalam upaya memenuhi kebutuhan listrik yang
berkembang begitu cepat di daerah Kalimantan barat, membangun
kembali PLTU. Namun dikarenakan waktu pembangunan yang cukup
lama, maka pemerintah memilih PLTG MPP untuk menutupi
kekurangan pasokan listrik yang dibutuhkan di Kalimantan Barat karena
perkembangan dan permintaan listrik tidak dapat dibatasi. Nilai efisiensi
listrik dan beberapa technical data yang diperoleh juga menunjukkan
bahwa PLTG ini layak untuk dijadikan pembangkit pendukung beban
puncak. Dari faktor lingkungan pun PLTG ini lebih ramah lingkungan
dibandingkan dengan PLTU.
• Langkah yang diambil oleh pemerintah sudah sangat tepat. Serta
kebijakan-kebijakan pembatasan biaya sumber daya gas maupun
batubara sangat membantu pelaksana dalam menekan biaya produksi
listrik. Kebijakan yang diambil ini dalam langkah mendorong Indonesia
mengurangi polusi dan membantu Indonesia menuju net zero emission.
Serta pembangkit PLTG MPP ini pun dijadikan proyek yang dapat
membantu Indonesia mencapai program 35.000MW.
BAB VII
REFERENSI

[1] I. d. NEA, "Projected costs of generating electricity," 2015.


[2] IEA, "Technology Readiness of Advanced Coal-based Power Generation
Systems," 2019.
[3] D. E. A. d. ESDM, "Technology Data for the Indonesian Power Sector," 2021.
[4] PLN, "KEPUTUSAN MENTERI ESDM NO 188.K/HK.02/MEM.L/2021,"
KEMENTERIAN ESDM, 2021.
[5] "Web Media PLN," [Online]. Available: https://web.pln.co.id/cms/media/siaran-
pers/2016/12/pln-operasikan-8-pembangkit-listrik-total-kapasitas-500-mw/.
[6] K. ESDM. [Online]. Available: https://migas.esdm.go.id/post/read/harga-gas-
untuk-pembangkit-listrik-ditetapkan-us-6-per-mmbtu.
[7] B. P. K. BARAT. [Online]. Available:
https://kalbar.bps.go.id/statictable/2015/03/16/21/daya-terpasang-produksi-
kapasitas-mampu-dan-beban-puncak-pt-pln-persero-menurut-lokasi-2008-
2021.html.

Anda mungkin juga menyukai