Disusun oleh:
Difa Hajid Adhi Pratama 19/443614/TK/48810
Haidar Alghazian A 19/439629/TK/48359
R. Gikiswanto 19/446529/TK/49634
Dosen Pengampu:
Dr. Rachmawan Budiarto, S.T., M.T.
i
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 1
BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 3
1.4 Potensi dan Manfaat Program .................................................................. 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 3
2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) ................................................ 3
2.2 Profil Pulau Selaru.................................................................................... 5
2.3 Profil Lingkungan, Masyarakat, dan Energi Pulau Selaru ...................... 6
2.4 Turbin Angin PLTB dan Investment Cost ................................................ 7
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 7
3.1 Skema Windfarm PLTB Selaru ................................................................ 7
3.2 Produksi Daya PLTB Selaru .................................................................... 8
3.3 Dampak PLTB Selaru pada Reduksi Bahan Bakar Diesel dan CO2 ............ 9
BAB 4. KESIMPULAN ............................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 10
LAMPIRAN ........................................................................................................... 11
2
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Listrik telah menjadi sebuah energi penggerak di seluruh lapisan kehidupan
masyarakat. Segala aspek kehidupan manusia, mulai dari aspek fundamental seperti
produksi sandang dan pangan secara massal, hingga aspek tersier seperti media
hiburan elektronik, pendingin ruangan, dan penerangan memiliki ketergantungan
yang besar pada listrik. Tidak dapat dipungkiri bahawa listrik telah menjadi bagian
yang sangat menyatu dalam kehidupan manusia sehingga ketidakadaan listrik akan
sangat menghambat aktivitas manusia.
Seiring pemerataan teknologi yang terjadi, penggunaan peralatan listrik pun
semakin meningkat. Indonesia diprediksi mengalami peningkatan jumlah
penggunaan listrik pada tahun 2024, di mana penggunaan listrik akan mencapai
1.408 kWh per-kapita [1]. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan jumlah
penduduk yang signifikan di Indonesia yang mencapai 14.46% pada satu dekade
terakhir [2]. Peningkatan penggunaan listrik sebenarnya merupakan pertanda
kemajuan suatu bangsa sehingga dapat dipandang sebagai hal yang positif tetapi
terdapat permasalahan yang timbul khususnya di Indonesia. Berdasarkan data pada
tahun 2018, Indonesia memiliki kapasitas pembangkitan listrik yang mencapai 64,5
GW dengan pembangkit listrik batu bara (50%), gas bumi (29%), energi terbarukan
(14%), dan BBM (7%) [3]. Dari persebaran tersebut dapat diketahui bahwa saat ini
Indonesia masih sangat bergantung pada energi fosil untuk membangkitkan listrik.
Permasalahan selanjutnya pada bahasan kali ini berkaitan erat dengan kata
“pemerataan”. Faktanya, hingga saat ini, masih terdapat banyak wilayah yang
kesulitan mengakses fasilitas listrik yang seharusnya menjadi hak seluruh warga
Indonesia, seperti di daerah terluar, terdepan, dan tertinggal (Daerah 3T). Manajer
Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) PLN Saumlaki Roberth Laimena
mengatakan bahwa wilayah Saumlaki atau Kepulauan Tanimbar memiliki rasio
elektrifikasi yang telah mencapai angka 93,09%, sementara wilayah MBD baru
mencapai 78,27% [4]. Kondisi tersebut sangat berbeda di wilayah Pulau Jawa yang
rasio elektrifikasinya mencapai 99%. Hal tersebut dikarenakan lokasi remote yang
jauh dari kota besar sehingga distribusi listrik dari pembangkit berskala besar
kesulitan untuk mengakses wilayah tersebut. Di sisi lain, Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel (PLTD) yang umumnya menjadi jawaban untuk remote area
memiliki biaya pembangkitan yang mahal karena sangat bergantung pada
komoditas diesel itu sendiri, yaitu Rp 4.000/kWh [5]. Oleh karena itu, guna
menjawab tantangan-tantangan tersebut, dilakukan perancangan Pembangkit
Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dengan skema windfarm sebagai upaya penyelesaian
untuk pemenuhan kebutuhan listrik di daerah 3T dengan energi bersih sekaligus
sebagai bentuk jawaban untuk tugas pengganti ujian akhir semester mata kuliah
Teknologi Energi Bayu.
3
Gambar 1. Kelas tenaga angin diukur pada 50 m di atas tanah menurut tenaga
angin NREL klasifikasi berbasis kepadatan. Kecepatan angin yang dimaksud
adalah kecepatan angin rata rata berdasarkan Distribusi Probabilitas Rayleigh [6].
Dari beberapa jenis turbin angin yang beredar, pada laporan kali ini
menggunakan turnin angin dengan tipe Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT)
yang dapat menghasilkan tenaga relatif tinggi dan pemasangan yang relatif mudah
untuk lahan yang tersedia. HAWT yang akan digunakan adalah HAWT yang
memiliki sudur 3 buah karena dapat meningkatkan produksi wind power dan
menghemat menginstalan dan pembuatan wind turbine. Kelebihan HAWT atau
kincir angin adalah disamping sumber daya yang melimpah dan terbarui juga tidak
meninbulkan dampak pencemaran lingkungan berupa gas buang. Kincir angin
HAWT dipilih karena karakteristik angin di wilayah selatan Indoensia adalah
laminar. Angin laminar ditunjukan dengan bentuk pepohonan yang condong pada
satu arah. Kincir angin HAWT sangat cocok diaplikasaikan pada daerah di
Indonesia [7].
5
(a)
7
(b)
Gambar 4. (a) Plotting Potensi Energi Angin di Pulau Selaru (b) Peta Satelit
Plotting Potensi Energi Angin di Pulau Selaru
(Sumber: https://globalwindatlas.info/en/ dan Google Earth)
Kepadatan penduduk di Pulau Selaru tahun 2021 mencapai 15.065 jiwa dengan
jumlah penduduk terbanyak berada di desa Adaut, yaitu sebesar 5687 jiwa. Untuk
jumlah penduduk Desa Fursui, Werain, dan Lingat, besarnya secara berurutan yaitu
1155, 827, dan 2492 jiwa. Adapun untuk jumlah pelanggan listrik di desa Fursui,
Werain, dan Lingat secara berurutan adalah 246, 221, dan 523 pelanggan [8].
yang dimiliki oleh mayoritas masyarakath adalah tipe 36 [12]. Maka, energi yang
masyarakat butuhkan adalah sebesar 1.018 MWh/tahun. Profil energi yang kecil
tersebut akan membuat plant kami memiliki surplus energi sebesar 2956%. Oleh
karena itu, kami berencana menjual surplus tersebut ke PLN untuk mendayai pulau
seberangnya yang memiliki jumlah pelanggan lebih besar sejumlah 28.454
pelanggan. Dengan asumsi yang sama yaitu penggunaan listrik tiap pelanggan
sebesar 2,8 kWh/hari maka konsumsi daya pulau tersebut sebesar 28,7 GWh/tahun.
Untuk mendayai kedua pulau tersebut, dibutuhkan energi sebesar 29,718
GWh/tahun sehingga plant bayu kami akan surplus sebesar 11,04% [13].
Dari data yang kami dapatkan sebelumnya, kami mengetahui bahwa setiap
turbin akan memiliki biaya investasi sebesar US$2.600.000 dan biaya investasi
untuk 30 turbin sebesar US$78.000.000. Dari sumber yang sama, kami juga
menemukan bahwa biaya maintenance untuk turbin sebesar 2 cents/kWh. Sehingga
investment cost yang diperlukan adalah US$78.000.000 initial cost dan
US$660.000 maintenance cost/tahun.
3.3 Dampak PLTB Selaru pada Reduksi Bahan Bakar Diesel dan CO2
Dari sumber yang kami dapatkan diinternet, kami mengetahui bahwa faktor
penghematan diesel dan reduksi CO2 pada daerah yang kami bangun plant bayu
sebesar 0,240 liter/kWh dan 0,52 ton/MWh secara berturut turut [14][15]. Dengan
mengalikan nilai tersebut dengan daya yang dihasilkan oleh PLTB kami,
didapatkan nilai reduksi diesel sebesar 7.920.000 liter/tahun dan nilai reduksi CO2
sebesar 17.160 ton/tahun.
𝑘𝑊ℎ 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
𝑅𝑒𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝐷𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 = 33. 106 𝑥 0,240 = 7920000
𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑊ℎ 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
BAB 4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dan perhitungan di atas didapatkan bahwa
desain dan rancangan PLTN dengan skema windfarm akan diimplementasikan di
Kecamatan Selaru dengan menggunakan lahan 1230 m x 8612 m dan jumlah wind
turbine sebanyak 30 serta bertipe HAWT. Dengan demikian akan menghasilkan
daya listrik sebesar 33 GWh/tahun serta mengalami surplus sebesar 11,04% dari
total daya listrik yang dikonsumsi di daerah tersebut. Biaya yang digunakan untuk
investment cost adalah US$78.000.000 initial cost dan US$42.000 - US$48.000
maintenance cost/tahun dari 30 turbin angin yang akan dibuat. Sedangkan untuk
nilai pengurangan Reduksi penggunakan bahan bakar diesel untuk pembangkitan
listrik tenaga diese sebesar 7.920.000 liter/ tahun dan reduksi karbon dioksida (CO2)
sebesar 17.160 ton/tahun.
10
DAFTAR PUSTAKA
[1] Wiratmini, N.P.E. 2020. Konsumsi Listrik per Kapita Indonesia Masih Rendah.
[2] Santoso, Y.I. 2021. Jumlah penduduk Indonesia terkini 270,2 juta jiwa, naik
14,46% satu dekade.
[3] Adistia, N.A., Nurdiansyah, R.A., Fariko, J., Vincent, dan Simatupang, J.W.
2020. Potensi Energi Panas Bumi, Angin, dan Biomassa Menjadi Energi Listrik Di
Indonesia. TESLA. 22(2):105-115
[4] Simon, L. 2022. PLN: Rasio elektrifikasi daerah 3T Maluku di Tanimbar dan
MBD hampir 100 persen. Diakses di:
https://ambon.antaranews.com/berita/137245/pln-rasio-elektrifikasi-daerah-3t-
maluku-di-tanimbar-dan-mbd-hampir-100-persen
[5] Michael, A. 2015. Listriki Pulau Terluar RI, PLN Nombok Rp 3.000/kWh.
Diakses di: https://finance.detik.com/energi/d-3001763/listriki-pulau-terluar-ri-
pln-nombok-rp-3000kwh.
[6] Kalmikov, A. & Dykes, K. Wind Energi Engineering A Handbook for Onshore
and Offshore Wind Turbines. Massachusetts: Academic Press, 2017. pp. 17-24.
[7] Sayogo, A., Novi Caroko, Wahyudi. Perancangan dan Pembuatan Kincir Angin
Tipe Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) untuk Daerah Pantai Selatan Jawa.
Jurnal Teknik Mesin. Yogyakarta: DuraSpace, 2016. Pp. 1-6. Available at:
http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/8410
[8] BPS Kabupaten Kepulauan Tanimbar, N.P.E. 2022. Kecamatan Selaru Dalam
Angka. Kepulauan Tanimbar.
[9] Global Wind Atlas. 2022. Diakses di :
https://globalwindatlas.info/en/area/Indonesia/Maluku
[10] WindTurbineModel. nd. CSIC H123-2.0. Available at : https://en.wind-
turbine-models.com/turbines/2078-csic-h123-2.0.
[11] Dan, B. 2021. Wind Turbine Cost: How Much? Are They Worth It In 2022?.
Diakses di: https://weatherguardwind.com/how-much-does-wind-turbine-cost-
worth-it
[12] Putra, Sandro, and Ch Rangkuti. "Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga
Surya secara Mandiri untuk Rumah Tinggal." Seminar Nasional Cendekiawan
2016, Jakarta, Indonesia, 2016. Trisakti University, 2016.
[13] Kemendesa.go.id. 2022. Kepulauan Tanimbar. Diakses di:
https://kemendesa.go.id:8080/uploads/1623287223_ac26ac23c9f96505ae5b.pdf
[14] Kementrian ESDM. 2019. Faktor Emisi Grk Sistem Ketenagalistrikan Tahun
2019. Diakses di:
https://gatrik.esdm.go.id/assets/uploads/download_index/files/96d7c-nilai-fe-grk-
sistem-ketenagalistrikan-tahun-2019.pdf
11
[15] Yoga, C.P., I Putu, dan Widyastuti, C. 2022. Analisis Pengaruh Variasi Beban
Terhadap Konsumsiibahan Bakar Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Gas Di Pt.
Indonesia Power Pesanggaran. Bachelors Degree Thesis, Institut Teknologi PLN.
LAMPIRAN