Anda di halaman 1dari 12

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER

TEKNOLOGI ENERGI BAYU


SEMESTER GANJIL 2022/2023

Disusun oleh:
Difa Hajid Adhi Pratama 19/443614/TK/48810
Haidar Alghazian A 19/439629/TK/48359
R. Gikiswanto 19/446529/TK/49634

Dosen Pengampu:
Dr. Rachmawan Budiarto, S.T., M.T.

DEPARTEMEN TEKNIK NUKLIR DAN TEKNIK FISIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022

i
1

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 1
BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 3
1.4 Potensi dan Manfaat Program .................................................................. 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 3
2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) ................................................ 3
2.2 Profil Pulau Selaru.................................................................................... 5
2.3 Profil Lingkungan, Masyarakat, dan Energi Pulau Selaru ...................... 6
2.4 Turbin Angin PLTB dan Investment Cost ................................................ 7
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 7
3.1 Skema Windfarm PLTB Selaru ................................................................ 7
3.2 Produksi Daya PLTB Selaru .................................................................... 8
3.3 Dampak PLTB Selaru pada Reduksi Bahan Bakar Diesel dan CO2 ............ 9
BAB 4. KESIMPULAN ............................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 10
LAMPIRAN ........................................................................................................... 11
2

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Listrik telah menjadi sebuah energi penggerak di seluruh lapisan kehidupan
masyarakat. Segala aspek kehidupan manusia, mulai dari aspek fundamental seperti
produksi sandang dan pangan secara massal, hingga aspek tersier seperti media
hiburan elektronik, pendingin ruangan, dan penerangan memiliki ketergantungan
yang besar pada listrik. Tidak dapat dipungkiri bahawa listrik telah menjadi bagian
yang sangat menyatu dalam kehidupan manusia sehingga ketidakadaan listrik akan
sangat menghambat aktivitas manusia.
Seiring pemerataan teknologi yang terjadi, penggunaan peralatan listrik pun
semakin meningkat. Indonesia diprediksi mengalami peningkatan jumlah
penggunaan listrik pada tahun 2024, di mana penggunaan listrik akan mencapai
1.408 kWh per-kapita [1]. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan jumlah
penduduk yang signifikan di Indonesia yang mencapai 14.46% pada satu dekade
terakhir [2]. Peningkatan penggunaan listrik sebenarnya merupakan pertanda
kemajuan suatu bangsa sehingga dapat dipandang sebagai hal yang positif tetapi
terdapat permasalahan yang timbul khususnya di Indonesia. Berdasarkan data pada
tahun 2018, Indonesia memiliki kapasitas pembangkitan listrik yang mencapai 64,5
GW dengan pembangkit listrik batu bara (50%), gas bumi (29%), energi terbarukan
(14%), dan BBM (7%) [3]. Dari persebaran tersebut dapat diketahui bahwa saat ini
Indonesia masih sangat bergantung pada energi fosil untuk membangkitkan listrik.
Permasalahan selanjutnya pada bahasan kali ini berkaitan erat dengan kata
“pemerataan”. Faktanya, hingga saat ini, masih terdapat banyak wilayah yang
kesulitan mengakses fasilitas listrik yang seharusnya menjadi hak seluruh warga
Indonesia, seperti di daerah terluar, terdepan, dan tertinggal (Daerah 3T). Manajer
Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) PLN Saumlaki Roberth Laimena
mengatakan bahwa wilayah Saumlaki atau Kepulauan Tanimbar memiliki rasio
elektrifikasi yang telah mencapai angka 93,09%, sementara wilayah MBD baru
mencapai 78,27% [4]. Kondisi tersebut sangat berbeda di wilayah Pulau Jawa yang
rasio elektrifikasinya mencapai 99%. Hal tersebut dikarenakan lokasi remote yang
jauh dari kota besar sehingga distribusi listrik dari pembangkit berskala besar
kesulitan untuk mengakses wilayah tersebut. Di sisi lain, Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel (PLTD) yang umumnya menjadi jawaban untuk remote area
memiliki biaya pembangkitan yang mahal karena sangat bergantung pada
komoditas diesel itu sendiri, yaitu Rp 4.000/kWh [5]. Oleh karena itu, guna
menjawab tantangan-tantangan tersebut, dilakukan perancangan Pembangkit
Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dengan skema windfarm sebagai upaya penyelesaian
untuk pemenuhan kebutuhan listrik di daerah 3T dengan energi bersih sekaligus
sebagai bentuk jawaban untuk tugas pengganti ujian akhir semester mata kuliah
Teknologi Energi Bayu.
3

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana desain dan rancangan PLTB skema windfarm yang
diimplementasikan?
2. Bagaimana investasi dan produksi daya dari PLTB skema windfarm
tersebut?
3. Bagaimana dampak dari PLTB tersebut untuk reduksi bahan bakar diesel
dan emisi CO2?
1.3 Tujuan
1. Membuat desain dan perancangan PLTB dengan skema windfarm untuk
memenuhi kebutuhan listrik di daerah 3T.
2. Mengetahui skema investasi dan produksi daya dari PLTB dengan skema
windfarm.
3. Mengetahui bagaimana dampak dari PLTB skema windfarm pada reduksi
bahan bakar diesel dan emisi CO2.
1.4 Potensi dan Manfaat Program
PLTB skema windfarm dapat menjadi salah satu solusi alternatif untuk
mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan kebutuhan energi di daerah 3T.
PLTB memanfaatkan angin sebagai sumber energi sehingga terolong sebagai energi
bersih yang dapat membantu mengurangi kerusakan lingkungan. PLTB juga
diharapkan dapat menambah pasokan listrik untuk penduduk daerah 3T sehingga
dapat memiliki kesejahteraan yang lebih layak. Lebih jauh lagi, PLTB juga dapat
menjadi alternatif energi baru untuk suatu gugus kepualauan sehingga dapat
mandiri energi dan tidak bergantung pada energi fosil.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB)
Pembangkit listrik tenaga bayu berasal dari energi angin, yang mana energi
angin dapat dengan mudah didapatkan di belahan dunia manapun. Namun
dikarenakan mudah didapatkan, energi angin yang berupa energi kinetik.
Sedangkan energi kinetik sendiri sangat bergantung kepada kecepatan angin.
Kecepatan angin ini memiliki banyak variasi di setiap tempat atau negara. Energi
ini nantinya akan dikembangkan menjadi tenaga angin (Wind Power) yang
bergantung kepada, volume angin, kecepatan angin, dan massa jenis angin di suatu
tempat [6].
Tenaga angin atau daya angin ini dapat dihitung dengan menggunakan
persaman Power yaitu:
1
𝑃 = 2 ⋅ 𝜌 ⋅ 𝐴 ⋅ 𝑣 3 (1.1)
Namun pada rumus tersebut belum dapat diterapkan langsung ke lapangan
apalagi untuk perhitungan aplikasi Pembangkitan Listrik Tenaga Bayu. Terdapat 1
variabel yang menjadi faktor pengali untuk mendapatkan nilai Wind Power yang
aktual, variabel tersebut adalah Cp. Cp adalah perbandingan antara nilai Daya
turbin dengan daya angin dari hasil studi, menurut Betz nilai Cp memiliki batas
4

maksimal senilai Cp = 16/27. Sehingga persamaan di atas dapat dilengkapi sebagai


berikut [7].
1
𝑃 = 2 ⋅ 𝜌 ⋅ 𝐴 ⋅ 𝑣 3 ⋅ 𝐶𝑝 (1.2)
Sehingga dengan persamaan (1.2) akan didapatkan nilai Wind Power secara
aktual untuk pengaplikasian penerapan Pembangkitan Listrik Tenaga Bayu.
Terdapat beberapa klasifikasi untuk penggolongan kecepatan angin dari yang
paling rendah hingga yang paling tinggi yang pernah tercatat. Semakin baik status
kecepatan angin maka semakin baik pula turbin angin dapat mendapatkan daya
listrik.

Gambar 1. Kelas tenaga angin diukur pada 50 m di atas tanah menurut tenaga
angin NREL klasifikasi berbasis kepadatan. Kecepatan angin yang dimaksud
adalah kecepatan angin rata rata berdasarkan Distribusi Probabilitas Rayleigh [6].

Dari beberapa jenis turbin angin yang beredar, pada laporan kali ini
menggunakan turnin angin dengan tipe Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT)
yang dapat menghasilkan tenaga relatif tinggi dan pemasangan yang relatif mudah
untuk lahan yang tersedia. HAWT yang akan digunakan adalah HAWT yang
memiliki sudur 3 buah karena dapat meningkatkan produksi wind power dan
menghemat menginstalan dan pembuatan wind turbine. Kelebihan HAWT atau
kincir angin adalah disamping sumber daya yang melimpah dan terbarui juga tidak
meninbulkan dampak pencemaran lingkungan berupa gas buang. Kincir angin
HAWT dipilih karena karakteristik angin di wilayah selatan Indoensia adalah
laminar. Angin laminar ditunjukan dengan bentuk pepohonan yang condong pada
satu arah. Kincir angin HAWT sangat cocok diaplikasaikan pada daerah di
Indonesia [7].
5

2.2 Profil Pulau Selaru


Pulau Selaru adalah pulau terluar Indonesia yang terletak di Laut Timor dan
berbatasan dengan negara Australia. Pulau ini merupakan bagian dari wilayah
pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku. Secara
administratif, pulau ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Selaru, Kabupaten
Maluku Tenggara Barat (MTB), Provinsi Maluku. Secara geografis, pulau ini
terletak di perairan Laut Arafura pada koordinat 08° 11’ 02’’ LS dan 130° 57’ 43’’
BT. Kecamatan Selaru merupakan salah satu kecamatan yang terletak pada
Gugusan/Kepulauan Tanimbar yang ada di wilayah Kabupaten Kepulauan
Tanimbar dengan luas 991,63 km2. Sebagai pulau terluar, Pulau Selaru terhadap Ibu
Kota Negara Indonesia, yaitu Jakarta memiliki jarak sebesar 2653 km, seperti yang
terlihat pada gambar 2 [8].

Gambar 2. Jarak Pulau Selaru terhadap Jakarta


(Sumber: https://www.google.com/maps)
Terdapat beberapa desa di Kecamatan Selaru yang terletak di pesisir pantai,
yaitu Desa Adaut, Namtabung, Kandar, Lingat, Werain, Fursuy, dan Eliasa. Jika
dilihat berdasarkan luasnya, maka desa Adaut merupakan desa yang memiliki luas
wilayah daratan yang paling besar yaitu sebesar 303,52 km2 atau 30,61 persen dari
total luas wilayah Kecamatan Selaru, sedangkan desa Werain merupakan desa yang
memiliki luas wilayah terkecil yaitu 25,47 km2 atau sekitar 2,57 persen dari total
luas wilayah daratan Kecamatan Selaru. Pada tahun 2021, curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 586,5 mm dengan jumlah hari hujan
sebanyak 21 hari. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan November,
yaitu hanya 15,4 mm dan hari hujan sebanyak 5 hari. Topografi pulau Selaru dan
pulau pulau kecil lainnya relatif rendah, dengan ketinggian umumnya kuranng dari
100 m. Morfologi daerah ini dikelompokkan atas dua satuan morfologi, yaitu
morfologi dataran dan perbukitan. Daerah dataran terdistribusi di Selaru bagian
selatan, sedangkan daerah berbukit terdistrubusi di Selaru Utara Timur dan
sebagian kecil area di Selaru Selatan (bagian Timur Erain) [8].
6

Gambar 3. Peta Wilayah Pulau Selaru


(Sumber: Kecamatan Selaru Dalam Angka, 2022)

2.3 Profil Lingkungan, Masyarakat, dan Energi Pulau Selaru


Pulau yang memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan ini memiliki
potensi kecepatan angin yang cukup baik jika dibandingkan dengan sebagian besar
daerah di Indonesia. Seperti yang terlihat pada gambar 3, berdasarkan data pada
Global Wind Atlas, wilayah Pulau Selaru, tepatnya di sebelah desa Fursui, Werain,
dan Lingat, pada ketinggian 100 m memiliki mean wind speed sebesar 6,66 m/s.
Luas wilayah yang berpotensi tersebut adalah 16,9 km2 dengan kondisi lahan hijau
dengan elevasi 50-76 m berupa tundra. Kemudian, berdasarkan data dari
windprospecting.com, lokasi tersebut memiliki extreme wind speed sebesar 20 m/s
untuk skala 1 tahun terakhir dan 28,9 m/s untuk skala 50 tahun terakhir [9].

(a)
7

(b)
Gambar 4. (a) Plotting Potensi Energi Angin di Pulau Selaru (b) Peta Satelit
Plotting Potensi Energi Angin di Pulau Selaru
(Sumber: https://globalwindatlas.info/en/ dan Google Earth)
Kepadatan penduduk di Pulau Selaru tahun 2021 mencapai 15.065 jiwa dengan
jumlah penduduk terbanyak berada di desa Adaut, yaitu sebesar 5687 jiwa. Untuk
jumlah penduduk Desa Fursui, Werain, dan Lingat, besarnya secara berurutan yaitu
1155, 827, dan 2492 jiwa. Adapun untuk jumlah pelanggan listrik di desa Fursui,
Werain, dan Lingat secara berurutan adalah 246, 221, dan 523 pelanggan [8].

2.4 Turbin Angin PLTB dan Investment Cost


Dalam proyek kali ini, kami menggunakan turbin angin yang diproduksi oleh
CSIC dengan seri CSIC H123-2.0. Turbin angin yang kami pilih memiliki daya
rated sebesar 2 MW dengan kecepatan angin cut-in sebesar 3 m/s, kecepatan angin
rated 9 m/s, dan kecepatan angin cut-off sebesar 22 m/s. Turbin yang kami gunakan
memiliki diameter rotor sebesar 123 m dengan ketinggian hub yang dapat
disesuaikan sesuai kebutuhan pembeli [10].
Dari sumber yang kami temukan di internet, kami mendapati nilai investment
untuk kelas turbin yang kami gunakan sebesar US$1.300.000/MW dan biaya
maintenance untuk turbin sebesar 2 cents/kwh [11].

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Skema Windfarm PLTB Selaru
Skema kerja Windfarm PLTB Selaru adalah 30 HAWT yang luas lahannya
didasarkan pada diameter rotor. Pada Windfarm PLTB Selaru, digunakan Turbin
Angin CSIC H123-2.0 dengan diameter 123 m. Guna pertimbangan efisiensi lahan,
distribusi, dan kinerja turbin, skema penyusunan lokasi setiap turbin angin
8

didasarkan pada standar dari energyfollower.com, di mana jarak horizontal untuk 2


turbin adalah 3-5 kali diameter rotor, sedangkan jarak vertikal untuk 2 turbin adalah
6-10 kali diameter rotor.

Gambar 5. Standar Jarak antar Turbin Angin


(Sumber: https://energyfollower.com/)
Maka, skema lokasi untuk setiap turbin angin ditunjukkan pada gambar 5, di
mana lebar lahan yang dibutuhkan adalah 1230 m x 8612 m.

Gambar 6. Skema Posisi HAWT Windfarm


Hasil rancangan skema windfarm pada gambar 5 dapat diimplementasikan
pada plotting wilayah pada gambar 3. Sisa lahan yang tersedia dapat digunakan
untuk keperluan lain, seperti kantor pusat operasi, sistem grid, dan sebagainya.
Didapatkan pula jarak rata-rata dari windfarm ke desa terdekat, yaitu desa Fursui,
Werain, dan Lingat sebesar 2 km sehingga terbilang aman dan tidak mengganggu
aktivitas masyarakat setempat.

3.2 Produksi Daya PLTB Selaru


Menggunakan persamaan (1.1) dan (1.2) dengan efisiensi sebesar 0,4, kami
menghitung nilai energi listrik yang dihasilkan oleh PLT energi bayu kami dalam
satu tahun. Dari perhitungan yang kami lakukan, didapatkan bahwa plant bayu kami
akan menghasilkan listrik sebesar 33 GWh/tahun.
Menurut data kependudukan yang kami temukan di internet, tiga desa terdekat
dari plant bayu kami memiliki 1010 pelanggan. Diambil asumsikan bahwa setiap
pelanggan mengkonsumsi energi listrik sebesar 2,8 kWh/hari karena tipe rumah
9

yang dimiliki oleh mayoritas masyarakath adalah tipe 36 [12]. Maka, energi yang
masyarakat butuhkan adalah sebesar 1.018 MWh/tahun. Profil energi yang kecil
tersebut akan membuat plant kami memiliki surplus energi sebesar 2956%. Oleh
karena itu, kami berencana menjual surplus tersebut ke PLN untuk mendayai pulau
seberangnya yang memiliki jumlah pelanggan lebih besar sejumlah 28.454
pelanggan. Dengan asumsi yang sama yaitu penggunaan listrik tiap pelanggan
sebesar 2,8 kWh/hari maka konsumsi daya pulau tersebut sebesar 28,7 GWh/tahun.
Untuk mendayai kedua pulau tersebut, dibutuhkan energi sebesar 29,718
GWh/tahun sehingga plant bayu kami akan surplus sebesar 11,04% [13].
Dari data yang kami dapatkan sebelumnya, kami mengetahui bahwa setiap
turbin akan memiliki biaya investasi sebesar US$2.600.000 dan biaya investasi
untuk 30 turbin sebesar US$78.000.000. Dari sumber yang sama, kami juga
menemukan bahwa biaya maintenance untuk turbin sebesar 2 cents/kWh. Sehingga
investment cost yang diperlukan adalah US$78.000.000 initial cost dan
US$660.000 maintenance cost/tahun.
3.3 Dampak PLTB Selaru pada Reduksi Bahan Bakar Diesel dan CO2
Dari sumber yang kami dapatkan diinternet, kami mengetahui bahwa faktor
penghematan diesel dan reduksi CO2 pada daerah yang kami bangun plant bayu
sebesar 0,240 liter/kWh dan 0,52 ton/MWh secara berturut turut [14][15]. Dengan
mengalikan nilai tersebut dengan daya yang dihasilkan oleh PLTB kami,
didapatkan nilai reduksi diesel sebesar 7.920.000 liter/tahun dan nilai reduksi CO2
sebesar 17.160 ton/tahun.
𝑘𝑊ℎ 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
𝑅𝑒𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝐷𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 = 33. 106 𝑥 0,240 = 7920000
𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑊ℎ 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

𝑀𝑊ℎ 𝑡𝑜𝑛 𝑡𝑜𝑛


𝑅𝑒𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝐶𝑂2 = 33. 103 𝑥 0,52 = 17160
𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑀𝑊ℎ 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

BAB 4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dan perhitungan di atas didapatkan bahwa
desain dan rancangan PLTN dengan skema windfarm akan diimplementasikan di
Kecamatan Selaru dengan menggunakan lahan 1230 m x 8612 m dan jumlah wind
turbine sebanyak 30 serta bertipe HAWT. Dengan demikian akan menghasilkan
daya listrik sebesar 33 GWh/tahun serta mengalami surplus sebesar 11,04% dari
total daya listrik yang dikonsumsi di daerah tersebut. Biaya yang digunakan untuk
investment cost adalah US$78.000.000 initial cost dan US$42.000 - US$48.000
maintenance cost/tahun dari 30 turbin angin yang akan dibuat. Sedangkan untuk
nilai pengurangan Reduksi penggunakan bahan bakar diesel untuk pembangkitan
listrik tenaga diese sebesar 7.920.000 liter/ tahun dan reduksi karbon dioksida (CO2)
sebesar 17.160 ton/tahun.
10

DAFTAR PUSTAKA
[1] Wiratmini, N.P.E. 2020. Konsumsi Listrik per Kapita Indonesia Masih Rendah.
[2] Santoso, Y.I. 2021. Jumlah penduduk Indonesia terkini 270,2 juta jiwa, naik
14,46% satu dekade.
[3] Adistia, N.A., Nurdiansyah, R.A., Fariko, J., Vincent, dan Simatupang, J.W.
2020. Potensi Energi Panas Bumi, Angin, dan Biomassa Menjadi Energi Listrik Di
Indonesia. TESLA. 22(2):105-115
[4] Simon, L. 2022. PLN: Rasio elektrifikasi daerah 3T Maluku di Tanimbar dan
MBD hampir 100 persen. Diakses di:
https://ambon.antaranews.com/berita/137245/pln-rasio-elektrifikasi-daerah-3t-
maluku-di-tanimbar-dan-mbd-hampir-100-persen
[5] Michael, A. 2015. Listriki Pulau Terluar RI, PLN Nombok Rp 3.000/kWh.
Diakses di: https://finance.detik.com/energi/d-3001763/listriki-pulau-terluar-ri-
pln-nombok-rp-3000kwh.
[6] Kalmikov, A. & Dykes, K. Wind Energi Engineering A Handbook for Onshore
and Offshore Wind Turbines. Massachusetts: Academic Press, 2017. pp. 17-24.
[7] Sayogo, A., Novi Caroko, Wahyudi. Perancangan dan Pembuatan Kincir Angin
Tipe Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) untuk Daerah Pantai Selatan Jawa.
Jurnal Teknik Mesin. Yogyakarta: DuraSpace, 2016. Pp. 1-6. Available at:
http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/8410
[8] BPS Kabupaten Kepulauan Tanimbar, N.P.E. 2022. Kecamatan Selaru Dalam
Angka. Kepulauan Tanimbar.
[9] Global Wind Atlas. 2022. Diakses di :
https://globalwindatlas.info/en/area/Indonesia/Maluku
[10] WindTurbineModel. nd. CSIC H123-2.0. Available at : https://en.wind-
turbine-models.com/turbines/2078-csic-h123-2.0.
[11] Dan, B. 2021. Wind Turbine Cost: How Much? Are They Worth It In 2022?.
Diakses di: https://weatherguardwind.com/how-much-does-wind-turbine-cost-
worth-it
[12] Putra, Sandro, and Ch Rangkuti. "Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga
Surya secara Mandiri untuk Rumah Tinggal." Seminar Nasional Cendekiawan
2016, Jakarta, Indonesia, 2016. Trisakti University, 2016.
[13] Kemendesa.go.id. 2022. Kepulauan Tanimbar. Diakses di:
https://kemendesa.go.id:8080/uploads/1623287223_ac26ac23c9f96505ae5b.pdf
[14] Kementrian ESDM. 2019. Faktor Emisi Grk Sistem Ketenagalistrikan Tahun
2019. Diakses di:
https://gatrik.esdm.go.id/assets/uploads/download_index/files/96d7c-nilai-fe-grk-
sistem-ketenagalistrikan-tahun-2019.pdf
11

[15] Yoga, C.P., I Putu, dan Widyastuti, C. 2022. Analisis Pengaruh Variasi Beban
Terhadap Konsumsiibahan Bakar Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Gas Di Pt.
Indonesia Power Pesanggaran. Bachelors Degree Thesis, Institut Teknologi PLN.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai