Disusun Oleh :
Nama : Hendrickson
NPM : 13410221
Kelas : 2IB02
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur, kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena rahmat-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah Dasar Konversi Energi Elektrik ini.
Selain sebagai tugas, makalah yang kami buat ini bertujuan memberi informasi kepada para
pembaca tentang “Pembangkit Listrik dengan Menggunakan Generator”.
Pembuatan penyusunan makalah dengan materi “Pembangkit Listrik dengan
Menggunakan Generator” diharapkan dapat memberikan manfaat & wawasan pengetahuan bagi
rekan-rekan mahasiswa juga para pembaca untuk lebih memahami pemanfaatan dan
pengimplementasian generator pada pembangkit listrik.
Kami menyadari banyak hambatan dalam penyusunan makalah ini, baik itu masalah
waktu, sarana, dan lain sebagainya. Selesainya makalah ini semata-mata bukan hanya atas
kemampuan kami sendiri, tetapi banyak pihak yang mendukung dan membantu kami dalam
penyusunan makalah ini. Dalam kesempatan ini pula, kami mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami berharap agar makalah ini berguna bagi para pembaca, agar dapat memahami dan
mengimplementasikan pemahaman yang didapat, mengenai generator. Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami butuhkan agar di masa yang akan datang, kami mampu lebih baik lagi.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………........ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………. 3
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………...4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Generator ……………………………………………………... 5
2.2 Prinsip Kerja Generator…………………………………………………… 6
2.3 Kriteria Pemilihan Pembangkit………………………………………... 8
2.4 Karakteristik Beban……………………………………………………... 8
2.5 Keandalan Pembangkit………….……………………………………... 9
2.6 Aspek Ekonomi……………………………………………………….... 10
2.7 Aspek Lingkungan dan Geografis………………………..………………. 11
2.8 Aspek Sosial dan Politik……….………………………………………………... 11
2.9 Jenis – Jenis Pembangkit…………..…………………………………….. 12
2.9.1 Pembangkit Listrik Berbahan bakar Minyak……….…………………... 12
2.9.2 Pembangkit Listrik Berbahan Bakar Gas…...………………………….. 14
2.9.3 Pembangkit Listrik Berbahan Bakar Batubara………………………….. 16
2.9.4 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir……………………………………… 19
2.9.5 Pembangkit Listrik Terbarukan………………………………………… 28
2.9.6 Tenaga Air……………………………………………………………… 28
2.9.7 Tenaga Surya…………………………………………………………… 31
2.9.8 Tenaga Angin……………………………………………………………33
2.9.9 Biomassa………………………………………………………………..36
2.9.10 Tenaga Panas Bumi…………………………………………………….40
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Generator merupakan salah satu aspek pendukung dalam sistem tenaga dan merupakan salah satu
aspek penting di dalam pengkonversian energi elektromekanik; yaitu konversi energi dari bentuk
mekanik ke listrik dan daribentuk listrik ke mekanik. Generator dapat digolongkan ke dalam
sistem pembangkit dimana sistem ini berperan untuk mengubah bentuk energi mekanik menjadi
energi listrik. Suatu mesin listrik (baik generator ataupun motor) akan berfungsi bila memiliki,
yaitu:
- Kumparan medan, untuk menghasilkan medan magnet.
- Kumparan jangkar, untuk mengimbaskan ggl pada konduktor – konduktor yang terletak pada
alur – alur jangkar.
- Celah udara, yang memungkinkan berputarnya jangkar dalam medan magnet.
Pada mesin arus searah, kumparan medan yang berbentuk kutub sepatumerupakan stator (bagian
yang tidak berputar), dan kumparan jangkar merupakanrotor (bagian yang berputar). Bila
kumparan jangkar berputar dalam medanmagnet akan dibangkitkan tegangan (ggl) yang berubah
– ubah arah setiapsetengah putaran, sehingga merupakan tegangan bolak – balik.
e = Emaks sin ωt
Untuk memperoleh tegangan searah diperlukan alat penyearah yang disebut komutator dan sikat.
Jika kumparan yang terletak di antara kutub-kutub magnet diputar dengan kecepatan putar (ω)
yang tetap maka pada tiap-tiap perubahan kedudukan dari kumparan ini untuk besaran GGL
induksinya berbeda-beda. Dengan berputarnya kumparan pada kecepatan tetap, maka besar GGL
induksi setiap saat di ujung-ujung kumparan adalah :
b. Komutator
Komutator berfungsi sebagai saklar, yaitu untuk menghubung singkatkan kumparan jangkar.
Komutator berupa cincin belah yang dipasang pada ujung kumparan jangkar. Bila kumparan
jangkar berputar, maka cincin belah ikut berputar. Karena kumparan berada dalam medan
magnet, akan timbul tegangan bolak-balik sinusoidal.
Bila kumparan telah berputar setengah putaran, sikat akan menutup celah cincin sehingga
tegangan menjadi nol. Karena cincin berputar terus, maka celah akan terbuka lagi dan timbul
tegangan lagi. Bila perioda tegangan sama dengan perioda perputaran cincin, tegangan yang
timbul adalah tegangan arus searah gelombang penuh.
c. Dioda
Dioda adalah komponen pasif yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
- Bila diberi prasikap maju (forward bias) bisa dialiri arus.
- Bila diberi pra sikap balik (reverse bias) dioda tidak akan dialiri arus.
Berdasarakan bentuk gelombang yang dihasilkan, dioda dibagi menjadi:
- Half wave rectifier (penyearah setengah gelombang)
- Full wave rectifier (penyearah satu gelombang penuh)
Secara umum cara kerja pembangkit listrik tenaga air adalah dengan mengambil air dalam
jumlah debit tertentu dari sumber air (sungai, danau, atau waduk) melalui intake, kemudian
dengan menggunakan pipa pembawa (headrace) air diarahkan menuju turbin. Namun sebelum
menabrak turbin, air dilewatkan ke pipa pesat (penstock) tujuannya adalah meningkatkan energi
dalam air dengan memanfaatkan gravitasi. Selain itu pipa pesat juga mempertahankan tekanan
air jatuh, oleh karena itu pipa pesat tidak boleh bocor. Turbin yang tertabrak air akan memutar
generator dalam kecepatan tertentu, sehingga terjadilah proses konversi energi dari gerak ke
listrik. Sementara air yang tadi digunakan untuk memutar turbin dikembalikan ke alirannya.
Besarnya energi yang dapat dikonversi menjadi energi listrik bergantung pada ketinggian jatuh
air (Head) dan begitu pula pemilihan turbin untuk PLTA. Pada Tabel 2 menjelaskan tentang
panduan umum penggunaan berbagai macam turbin untuk berbagai macam ketinggian jatuh air.
Gambar 9 memperlihatkan bentuk-bentuk dari turbin air.
Keunggulan Pembangkit Listrik Tenaga Air umumnya terlihat jelas dari sisi ekonomidan
lingkungan. Secara ekonomis, walaupun memerlukan bendungan, ternyata PLTA memiliki
ongkos produksi yang relatif rendah. Selain itu PLTA pun umumnya memiliki umur yang
panjang, yaitu 50-100 tahun. Bendungan yang digunakan pun biasanya dapat sekaligus
digunakan untuk kegiatan lain, seperti irigasi atau sebagai cadangan air dan pariwisata.
Sedangkan dari segi lingkungan berkurangnya emisi karbon akibat digunakannya sumber energi
bersih seperti air, jelas merupakan kontribusi berharga bagi lingkungan.
Namun ada juga efek negatif pada lingkungan akibat dibangunnya PLTA, yaitu mengganggu
keseimbangan ekosistem sungai atau danau tempat dibangunnya bendungan untuk PLTA. Selain
itu pembangunan bendungan juga memakan biaya waktu yang lama. Terkadang, walaupun
sangat jarang, kerusakan pada bendungan dapat menyebabkan resiko kerugian yang sangat besar.
Belakangan semakin marak digunakannya mikrohidro, pembangkit listrik tenaga air skala kecil
(dibawah 100 kW), sebagai sumber pasokan listrik di desa-desa kecil dan terpencil. PLTA
mikrohidro semakin dipilih mengingat banyaknya sungai kecil yang ada di Indonesia. Potensi
mikrohidro di Indonesia ada 458,75 MW dan baru terpasang 84 MW. Selain itu teknologinya
yang mudah pun menjadi suatu nilai tambah bagi penduduk desa dalam memanfaatkan aliran
sungai sebagai sumber energi primer untuk pembangkit listrik.
PLTS tidak hanya berguna bagi rakyat Indonesia yang tinggal di daerah kepulauan untuk
meningkatkan kemandirian di bidang energi tetapi juga berguna bagi penduduk pulau Jawa yang
ingin mengurangi beban PLN atau mengurangi emisi CO2. Di banding pembangkit batu bara,
PLTS mempunyai peluang mengurangi lebih dari 1 kg CO2 untuk setiap kWh energi listrik yang
dibangkitkannya. Pemasangan PLTS bisa digunakan untuk meningkatkan image perusahaan
dalam memperoleh sertifikat ramah lingkungan. Di banyak negara maju, memiliki sertifikat
ramah lingkungan terbukti sangat berguna dalam menarik investor dan menaikkan harga saham.
Sampai tahun 2025, pemerintah Indonesia berencana memasang PLTS sampai 1000 MW. Jika
melihat kebutuhan akan PLTS dunia, maka peluang bisnis PLTS sangat-sangat besar.
Sayangnya, hanya sedikit orang Indonesia yang menguasai teknologi ini. Tidak ada industri di
Indonesia yang memproduksi sel surya, biasanya baru terbatas merakitnya. Seperti halnya
pembangkit listrik energi terbarukan lainnya, hanya sedikit orang atau industri di Indonesia yang
menguasai teknologi elektronika daya yang diperlukan dalam PLTS.
Terus naiknya pasar pembangkit listrik berbasis PLTS harus digunakan sebagai momentum
untuk mempersiapkan diri sehingga rakyat Indonesia tidak hanya menjadi konsumen dan
penonton. Persiapan ini harus mencakup persiapan sumber daya manusia, industri, dan
peraturannya. Hambatan subsidi yang menyebabkan penerapan penerapan PLTS kurang
ekonomis harus secara bertahap diatasi.
2.9.9 Biomassa
Bioenergi adalah istilah umum bagi energi yang dihasilkan melalui material organik, seperti
kayu, tanaman pertanian, sekam, sampah, atau kotoran hewan. Berdasarkan sumbernya,
bioenergi dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu yang dari hasil pertanian dan budidaya,
dan yang dari limbah buangan, seperti buangan tanaman sisa panen, kotoran hewan, sampah
kota, limbah pabrik, dsb.
Banyak yang menyangsikan kalau bioenergi adalah salah satu solusi energi terbarukan, terutama
untuk bioenergi yang bersumber dari hasil pertanian dan budidaya. Hal ini disebabkan karena
penggunaan lahan yang sangat besar dan waktu produksi yang terlalu lama. Terlebih lagi
ternyata selisih antara energi keluaran dan energi fosil yang terpakai selama proses tidak terlalu
signifikan. Selain itu walaupun ditujukan untuk mengurangi polusi CO2, produksi bioenergi
bukan berarti tanpa CO2, walaupun memang jumlahnya jauh lebih sedikit daripada CO2 yang
dihasilkan dari produksi energi fosil. Sehingga tantangan kedepan agar bioenergi dapat bersaing
dengan sumber energi lainnya adalah bagaimana meningkatkan efisiensi dari teknologi
prosesnya dan bagaimana mempercepat produksi sumber energinya.
Pengolahan biomassa menjadi bioenergi dapat dilakukan dalam tiga cara : (i) pembakaran
biomassa padat (ii) produksi bahan bakar gas dari biomassa (iii) produksi bahan bakar cair dari
biomassa.
Cara yang pertama adalah dengan membakar langsung biomassa dan diambil energi panasnya.
Energi panas ini dapat digunakan untuk apa saja, bisa sebagai pemanas ruangan, ventilasi, atau
jika dalam terminologi kelistrikan, energi panas ini kemudian digunakan untuk memanaskan dan
menguapkan air pada aplikasi turbin uap. Biomassa yang digunakan bisa apa saja, namun
umumnya adalah sisa produk hutan dan pertanian, arang, atau sampah kota (pada PLTSa).
Pengolahan biomassa dengan cara ini umumnya sudah ditinggalkan (kecuali pada PLTSa),
karena walaupun teknologinya sederhana namun efisiensinya sangat rendah. Selain itu biomassa
padat memiliki kerapatan energi yang relatif kecil, sehingga proses transportasinya memakan
biaya yang besar.
Khusus untuk biomassa sampah kota, PLTSa dapat menjadi solusi yang menarik untuk
dikembangkan, mengingat produksi sampah kota terus meningkat dari tahun ke tahun. PLTSa di
dunia kini sudah mencapai lebih dari 3 GW dengan setengahnya berada di eropa. Di Indonesia
sendiri PLTSa masih menjadi solusi yang sulit untuk diterapkan. Penolakan terhadap PLTSa
umumnya disebabkan kekhawatiran masyarakat akan pencemaran lingkungan, terutama
pencemaran udara. Namun tidak perlu khawatir karena teknologi PLTSa yang berkembang saat
ini sudah dilengkapi dengan sistem pengeringan dan filter abu. Sistem ini berfungsi untuk
mengurangi unsur-unsur kimia berbahaya yang terkandung pada abu gas buangan, sehingga gas
buangan PLTSa masih dalam taraf aman.
Cara yang kedua adalah produksi biomassa dalam bentuk gas. Ada beberapa alasan dibalik
berkembangnya teknologi ini. Hasil yang didapatkan melalui produk biogas ini selain dapat
dimanfaatkan untuk pembakaran biasa / pemanasan, ternyata bisa juga digunakan sebagai bahan
bakar pada mesin bakar dan turbin gas. Produk biogas juga menawarkan efisiensi yang lebih
tinggi dari pembakaran biomassa padat, selain itu karena dalam bentuk gas, penyalurannya relatif
lebih mudah (bisa dengan menggunakan pipa).
Konversi kedalam bentuk gas dapat dilakukan melalui proses biokimia dan termokimia. Untuk
proses biokimia, digunakan anaerob yang kemudian akan memecah materi organik kedalam
senyawa gula, dan kemudian menjadi zat asam, dan akhirnya menjadi gas. Pada tahun 1999,
Inggris telah memiliki 1-MW-anaerobic-disgestion-plant. Sementara di Cina ada 5 juta
pembangkit anaerob skala kecil pada pertengahan 1990 dan di India ada 2.8 juta yang sudah
terpasang sejak 1998 dan akan membangun lagi 12 juta pembangkit anaerob skala kecil. Untuk
proses termokimia, gasifikasi dilakukan dengan cara yang tidak jauh berbeda dengan proses
gasifikasi batu bara, hanya saja yang menjadi objeknya adalah biomassa. Produksi gasifikasi
dalam kondisi tertentu dapat menghasilkan gas sintesis, kombinasi antara hidrokarbon dan
hidrogen. Dari gas sintesis ini hampir seluruh hidrokarbon, bensin sintesis dan bahkan hidrogen
murni dapat dibentuk (yang nantinya dapat digunakan pada fuel cell). Tantangan dari biogas ini
adalah proses pembuatannya yang rumit, dan di negara berkembang seperti indonesia ini masih
membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk investasi awalnya.
Cara yang ketiga adalah dengan memproduksi biofuel cair dari biomassa. Fokus terbesar
pengembangan bioenergi terletak pada biofuel sebagai pengganti bahan bakar minyak. Ada tiga
macam olahan biofuel yang dapat mereduksi penggunaan bahan bakar minyak, yaitu (i) bio-
ethanol (ii) bio-diesel (iii) bio-oil.
Bio-ethanol didapatkan melalui proses fermentasi. Proses fermentasi ini membutuhkan produk
gula, sehingga sumber paling efektif untuk digunakan dalam produksi bio-etanol ini adalah tebu.
Brazil adalah negara terbesar penghasil ethanol dari residu gula. Kegunaan dari bio-ethanol
adalah dapat mereduksi penggunaan bensin, yaitu dengan mencampurkan bio-ethanol kedalam
bensin (premium). Salah satu produknya yang sudah banyak dikenal adalah Gasohol E-10,
didapatkan dengan mencampurkan 10% Bio-ethanol dengan 90% premium. Seiring dengan
perkembangan teknologi, bukan tidak mungkin campuran Bio-ethanol di kemudian hari akan
semakin besar persentasenya.
Bio-diesel didapatkan melalui transesterifikasi minyak sayur (diekstrak dari biji-bijian seperti
jarak, kelapa sawit, dsb). Sebenarnya minyak sayur dapat digunakan langsung pada mesin diesel,
hal senada diungkapkan oleh Dr Rudolf Diesel pada tahun 1911 dalam tulisannya, hal ini
disebabkan minyak sayur memiliki kandungan energi yang tidak jauh berbeda (37-39 Gj/t)
dengan solar (42 Gj/t). Namun bio-diesel lebih dipilih karena minyak sayur memiliki
pembakaran yang tidak sempurna jika dioperasikan langsung pada mesin diesel. Kegunaan dari
bio-diesel adalah dapat mereduksi penggunaan solar, yaitu dengan mencampurkan bio-diesel
kedalam solar. Salah satu produknya yang sudah banyak dikenal adalah Biodiesel B-10,
didapatkan dengan mencampurkan 10% Bio-diesel dengan 90% solar. Di beberapa negara iklim
tropis seperti filipina dan Brazil, campuran 70% solar dengan 30% minyak sayur tanpa
transesterifikasi dilakukan untuk menggantikan diesel. Namun, biasanya sektor pangan dan
kosmetik mau membayar lebih mahal, sehingga hal tersebut hanya dilakukan pada daerah
tertentu yang kekurangan supply solar. Produksi biodiesel dunia kini mencapai lebih dari 1.5 juta
ton per tahunnya. Dan kini pemerintah USA serta Inggris sedang mengembangkan teknologi
biodiesel dari minyak jelantah.
Bio-oil didapatkan melalui proses pyrolisis dari sekam, tempurung kelapa, jarak atau kelapa
sawit. Proses ini melibatkan penguapan material biomassa sehingga terbagi menjadi uap dan
padatan residu. Kemudian uapnya diembunkan sehingga dihasilkan cairan bio-oil yang
membawa kandungan energi cukup besar. Bio-oil digunakan sebagai pengganti solar industri
(IDO), Marine Fuel Oil (MFO), dan kerosin. Bio-oil dapat digunakan pada pembangkit listrik
diesel
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan memperhatikan kecenderungan-kecenderungan perkembangan teknologi yang kini
terjadi, beberapa catatan dapat dibuat. Penggunaan gas bumi sebagai bahan bakar pembangkitan
energi listrik akan meningkat dengan pesat di Indonesia. Pemanfaatan batubara juga akan
meningkat, sekalipun tidak setajam gas. Posisi batubara sebagai bahan bakar utama masih dapat
dipertahankan untuk beberapa tahun ke depan. Penggunaan energi nuklir secara global akan
menggantikan peran pembangkit listrik berbahan bakar fosil (minyak bumi – batubara – gas
alam) secara bertahap untuk memenuhi kebutuhan listrik dengan karakteristik beban yang
konstan (Jawa – Bali). Pemanfaatan minyak akan banyak menurun. Minat akan energi terbarukan
akan meningkat juga, sekalipun secara relatif memiliki peran yang masih kecil.
Melimpahnya tenaga surya yang merata dan dapat ditangkap di seluruh
kepulauan Indonesia hampir sepanjang tahun merupakan sumber
energi listrik yang sangat potensial. Oleh karena itu, PV dan biomassa diperkirakan akan
meningkat dengan pesat.Selain itu ada juga pemanfaatan energi panas bumi bisa menjadi
alternatif yang murah dan ramah lingkungan. Tetapi pemanfaatan energi panas bumi tidak bisa
maksimal karena persediaannya sangat terbatas dan teknologi untuk mengelolanya dianggap
mahal.
Efisiensi pembangkitan tenaga listrik akan meningkat, bukan saja karena teknologi
pembangkitannya menjadi lebih baik, akan tetapi juga karena pengusahaan tenaga listrik makin
lama makin banyak mempergunakan otomatisasi. Dan juga perlu disebut masalah lingkungan
akan menjadi lebih kecil karena perkembangan teknologi yang lebih bersahabat di lingkungan.
3.2 Saran
Berdasarkan prinsip generator arus searah dalam hukum Induksi Farraday. Bahwa “jika sepotong
kawat terletak di antara kutub-kutub magnet kemudian kawat tersebut digerakkan, maka di ujung
kawat ini timbul gaya gerak listrik (GGL) karena induksi”. Jadi, untuk dapat
mengimplementasikan prinsip kerja tersebut, pada syaratnya adalah :
Harus ada konduktor (penghantar).
Harus ada medan magnet.
Harus ada gerak atau perputaran dari konduktor pada medan magnetik.
Untuk memperoleh arus searah dari tegangan bolak balik, meskipun tujuan utamanya adalah
pembangkitan tegangan searah, tampak bahwa tegangan kecepatan yang dibangkitkan pada
kumparan jangkar merupakan tegangan bolak-balik. Bentuk gelombang yang berubah-ubah
tersebut karenanya harus disearahkan. Untuk mendapatkan arus searah dari arus bolak balik,
sebaiknya kita menggunakan alat-alat berikut :
Saklar
Komutator
Dioda
DAFTAR PUSTAKA