Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PT PLN (PERSERO)
Jl Trunojoyo Blok M I/135
JAKARTA
DOKUMEN: PDM/SGI/17:2014
DOKUMEN Lampiran Surat Keputusan Direksi
PT PLN (PERSERO)
Koordinator Verifikasi dan Finalisasi Review KEPDIR 113 & 114 Tahun
2010 (Nota Dinas KDIVTRS JBS Nomor 0018/432/KDIVTRS JBS/2014)
Tanggal 27 Mei 2014
1. Jemjem Kurnaen
2. Sugiartho
3. Yulian Tamsir
4. Eko Yudo Pramono
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
DAFTAR ISI
i
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
ii
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
DAFTAR GAMBAR
iii
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
DAFTAR TABEL
iv
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
DAFTAR LAMPIRAN
v
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
PRAKATA
PLN sebagai perusahaan yang asset sensitive, dimana pengelolaan aset memberi
kontribusi yang besar dalam keberhasilan usahanya, perlu melaksanakan pengelolaan
aset dengan baik dan sesuai dengan standar pengelolaan aset. Parameter Biaya, Unjuk
kerja, dan Risiko harus dikelola dengan proporsional sehingga aset bisa memberikan
manfaat yang maksimum selama masa manfaatnya.
Dalam pengelolaan aset diperlukan kebijakan, strategi, regulasi, pedoman, aturan, faktor
pendukung serta pelaksana yang kompeten dan berintegritas. PLN telah menetapkan
beberapa ketentuan terkait dengan pengelolaan aset yang salah satunya adalah buku
Pedoman pemeliharaan peralatan penyaluran tenaga listrik.
Pedoman pemeliharaan yang dimuat dalam buku ini merupakan bagian dari kumpulan
Pedoman pemeliharaan peralatan penyaluran yang secara keseluruhan terdiri atas 25
buku. Pedoman ini merupakan penyempurnaan dari pedoman terdahulu yang telah
ditetapkan dengan keputusan direksi nomor 113.K/DIR/2010 dan 114.K/DIR/2010.
Perubahan atau penyempurnaan pedoman senantiasa diperlukan mengingat perubahan
pengetahuan dan teknologi, perubahan lingkungan serta perubahan kebutuhan
perusahaan maupun stakeholder. Di masa yang akan datang, pedoman ini juga harus
disempurnakan kembali sesuai dengan tuntutan pada masanya.
Penerapan pedoman pemeliharaan ini merupakan hal yang wajib bagi seluruh pihak yang
terlibat dalam kegiatan pemeliharaan peralatan penyaluran di PLN, baik perencana,
pelaksana maupun evaluator. Pedoman pemeliharaan ini juga wajib dipatuhi oleh para
pihak diluar PLN yang bekerjasama dengan PLN untuk melaksanakan kegiatan
pemeliharaan di PLN.
Demikian, semoga kehadiran buku ini memberikan manfaat bagi perusahaan dan
stakeholder serta masyarakat Indonesia.
DIREKTUR UTAMA
NUR PAMUDJI
vi
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
1 PENDAHULUAN
Busbar merupakan bagian utama dalam suatu gardu indukyang berfungsi sebagai tempat
terhubungnya semua bay yang ada pada gardu induk tersebut, baik bay line maupun bay
trafo. Umumnya gardu induk didesain dengan konfigurasi 2 busbar ( double busbar),
namun juga masih terdapat gardu induk yang memiliki satu busbar (single busbar).
Sistem gardu induk yang dikelola oleh PT PLN (Persero) beroperasi pada beberapa level
tegangan. Level tegangan ini dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu tegangan ekstra
tinggi dan tegangan tinggi. Gardu induk yang beroperasi pada level tegangan 500 kV dan
275 kV disebut sebagai GITET (Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi), sedangkan gardu
induk yang beroperasi pada level tegangan 150 kV dan 70 kV disebut sebagai GI (Gardu
Induk). GITET dibangun dengan konfigurasi sistem satu setengah PMT, sedangkan GI
umumnya menggunakan konfigurasi 1 breaker (single breaker). Namun, pada beberapa
GI yang tersambung langsung dengan pembangkit juga menggunakan konfigurasi sistem
satu setengah PMT.
Gardu Induk satu setengah PMT memiliki bagian utama yang disebut sebagai diameter
yang berfungsi untuk menghubungkan 2 busbar pada sistem gardu induk satu setengah
PMT tersebut. Diameter dilengkapi dengan 3 buah Pemutus Tenaga (PMT), di antaranya:
PMT busbar A (PMT A), PMT busbar B (PMT B) dan PMT pengapit (PMT AB).
Dalam pengoperasiannya, busbar dan diameter tidak terlepas dari kondisi abnormal yang
disebut sebagai gangguan. Gangguan yang terjadi pada busbar dan diameter adalah
gangguan yang bersifat destruktif. Apabila terjadi gangguan pada busbar atau diameter,
maka kemungkinan terjadi kerusakan pada peralatan instalasi yang sangat besar. Di
samping itu, keandalan sistem dalam menyalurkan pasokan daya juga akan terganggu.
Proteksi busbar/diameter adalah suatu sistem proteksi yang berperanan penting dalam
mengamankan gangguan yang terjadi pada busbar atau diameter. Sistem proteksi ini
harus bekerja secara sensitif, selektif, cepat dan harus stabil untuk gangguan yang terjadi
di luar daerah proteksian busbar atau diameter.
gardu induk yang merupakan outlet IBT (500/150kV, 150/70 kV, 275/150
kV),
1
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Sistem proteksi busbar dan diameter merupakan suatu sistem kolektif yang meliputi: trafo
arus (CT) / trafo tegangan (PT), relai proteksi, pemutus tenaga (PMT), catu daya dan
rangkaian pengawatannya. Bagian-bagian dari sistem proteksi ini seperti terlihat pada
Gambar 1-1.
Daerah kerja proteksi busbar adalah daerah di antara semua trafo arus (CT) bay yang
tersambung di busbar tersebut.Sistem proteksi busbar harus bekerja tanpa tunda waktu
(instantaneous) apabila terjadi gangguan di dalam zona proteksiannya (area warna hijau)
seperti diperlihatkan pada Gambar 1-2. Namun, untuk gangguan yang terjadi di luar zona
proteksiannya (di luar area warna hijau), proteksi busbar tidak boleh bekerja (relai harus
stabil).
E F G
BUSBAR ZONE
A B C D
Proteksi diameter memiliki daerah kerja yang meliputi daerah di antara CT dalam satu
diameter yang sama seperti diperlihatkan pada Gambar 1-3.
2
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
3
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
a. Bus Zone
Bus zone merupakan bagian dari diferensial busbar yang berfungsi untuk
menentukan busbar yang terganggu. Apabila Gardu Induk mempunyai lebih dari satu
busbar, maka sistem proteksi busbar di GI tersebut mempunyai beberapa zona
proteksian tergantung dari jumlah busbar yang dimiliki (satu zona mengamankan satu
busbar), seperti pada Gambar 1-4.,Bus zone 1 meliputi CT-a, CT-b, dan CT-c,
sedangkan untuk Bus zone 2 meliputi CT-d, CT-e dan CT-f.
b. Check Zone
Check zone berfungsi untuk memastikan bahwa relai proteksi busbar akan bekerja
dengan benar pada saat terjadi gangguan internal dan tidak akan bekerja pada saat
gangguan eksternal. Check zone bekerja dengan cara membandingkan semua arus
pada bay yang tersambung dalam gardu induk tanpa membandingkan arus yang ada
pada bus coupler,seperti Gambar 1-4.,Check Zone meliputi CT-g, CT-h, CT-j, dan
CT-k.
Buspro Busbar A
Buspro Busbar B
Check Zone
4
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
lain. Metode ini mempunyai keunggulan yaitu lebih mudah diterapkan dan lebih
mudah dikembangkan apabila ada penambahan bay pada gardu induk, sangat
sensitif terhadap gangguan fasa-tanah dan fasa-fasa serta sangat stabil terhadap
gangguan eksternal. Namun, relai jenis ini juga memiliki kelemahan yakni: semua
CT dalam satu zona busbar harus mempunyai rasio dan kelas CT yang sama
(class X) serta membutuhkan stabilizing resistor dan tahanan non
linier(digunakan jika tegangan rangkaian sekunder melebihi nilai ketahanan
isolasi dari sisi rangkaian sekunder pada saat terjadi gangguan internal,
ketahanan isolasi berdasarkan IEC 60255-5:1977/ANSI C37.90-1989 adalah
lebih dari 2 kV).
Circulating Current Protection (CCP) merupakan jenis proteksi yang digunakan untuk
mengamankan diameter. CCP umumnya diterapkan pada sistem Gardu Induk satu
setengah breaker yang menggunakan CT line. Sistem proteksi CCP digunakan untuk
mengamankan daerah di antara CT pada bay T/L dengan CT pada PMT pengapit
diameter tersebut. Apabila terjadi gangguan di daerah kerja relai CCP, maka relai ini akan
mentripkan 2 buah PMT diameter dan mengirimkan sinyal direct transfer trip (DTT) ke GI
lawan/depan.
5
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
a. Relai Diferensial
b. Fungsi Intertrip
Fungsi intertrip pada relai CCP berfungsi untuk mengirimkan sinyal direct
transfer trip (DTT) ke GI lawan/GI depan sehingga lokasi gangguan bisa
dilokalisir.
Relai Circuit Breaker Failure (CBF) merupakan proteksi yang bekerja apabila terjadi
kegagalan pemutusan PMT saat terjadi gangguan. Pada sistem gardu induk 1 breaker,
relai CBF akan mentripkan semua PMT yang terhubung ke busbar yang sama serta
mengirimkan sinyal direct transfer trip ke gardu induk lawan. Kegagalan PMT trip dapat
disebabkan oleh kesalahan wiring dari salah satu relai ke tripping coil PMT atau oleh
kegagalan PMT itu sendiri, sehingga untuk mengatasi kegagalan karena wiring biasanya
pada tahap awal CBF memerintahkan trip ke PMT yang gagal tersebut, baru kemudian ke
PMT lainnya. Pada sistem gardu induk satu setengah PMT relai CBF akan mentripkan
PMT berdasarkan PMT yang gagal trip yaitu:
1. Apabila PMT A yang gagal trip, maka relai CBF akan mentripkan kembali
PMT A dan apabila masih gagal trip maka akan mentripkan PMT AB dalam
satu diameter, seluruh PMT yang terhubung pada busbar A dan
mengirimkan sinyal direct transfer trip.
2. Apabila PMT B yang gagal trip, maka relai CBF akan mentripkan kembali
PMT B, dan apabila masih gagal trip maka akan mentripkan PMT AB dalam
satu diameter, seluruh PMT yang terhubung pada busbar B dan
mengirimkan sinyal direct transfer trip.
3. Apabila PMT AB yang gagal trip, maka relai CBF akan mentripkan kembali
PMT AB dan apabila masih gagal maka akan mentripkan PMT pengapitnya
(PMT A dan PMT B) serta mengirimkan sinyal direct transfer trip.
6
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
2. Ada initiate dari proteksi utama atau proteksi cadangan atau dari relai lock
out.
3. Pada batas waktu tertentu PMT masih dalam kondisi menutup (close).
3. Rangkaian Intertrip
Rangkaian intertrip pada relai CBF berfungsi untuk mengirimkan sinyal direct
transfer trip (DTT) ke GI lawan sehingga gangguan bisa dilokalisir.
Waktu yang dibutuhkan CBF untuk mentripkan kembali PMT adalah lebih besar dari
waktu operasi membuka PMT dan tidak melebihi waktu zone-2 remote
7
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Kontak Trip
Protection
CBF di-initiate oleh relai proteksi utama (distance, CCP, buspro, differensial trafo), DTT,
SF6 2nd stage, discrepancy dan SZP (CBF tidak perlu menginitiate CBF sebelahnya
karena waktu kerjanya sudah berada lebih dari backup remote distance)
Relai Short Zone Protection (SZP) merupakan jenis proteksi yang digunakan untuk
mengamankan daerah antara CT dan PMT pada diameter saat PMT tersebut dalam
kondisi terbuka (open). Apabila PMT dalam kondisi tertutup (close), daerah tersebut
diamankan oleh relai CCP.
Gambar 1-9 Prinsip Kerja Relai Short Zone Protection untuk lokasi CT sebelum PMT
1. Apabila relai SZP mendeteksi gangguan pada daerah antara CT dan PMT
7B2 seperti yang terlihat pada gambar 1-9 di atas, maka relai SZP akan
mentripkan semua PMT bay yang tersambung pada busbar B dan
mengirimkan sinyal direct transfer trip ke gardu induk lawan.(Untuk lokasi CT
8
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
sebelum PMT dari sisi Busbar). Apabila pada lokasi CT setelah PMT, relai
SZP mendeteksi gangguan pada daerah antara CT dan PMT 7B2 seperti
gambar 1-10 dibawah, maka relai SZP akan mentripkan PMT pengapit dan
mengirimkan sinyal direct transfer trip ke gardu induk lawan.
Gambar 1-10 Prinsip Kerja Relai Short Zone Protection untuk lokasi CT setelah PMT
2. Jika gangguan terjadi pada daerah antara CT dan 7AB1, relai SZP akan
mentripkan PMT 7B1 (untuk lokasi CT diantara 7AB1 dan 7B1) atau PMT
7A1 (untuk lokasi CT diantara 7AB1 dan 7A1) dan mengirimkan sinyal
direct transfer trip ke gardu induk lawan.
Gambar 1-11 Prinsip Kerja Relai Short Zone Protection untuk lokasi CT diantara PMT
Tengah dan PMT Bus
9
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Relai arus lebih pada relai SZP berfungsi untuk mendeteksi adanya
gangguan pada sistem berdasarkan besar arus yang dideteksi relai.
2. Rangkaian Intertrip
Rangkaian intertrip pada relai SZP berfungsi untuk mengirimkan sinyal direct
transfer trip ke GI lawan agar gangguan bisa dilokalisir.
Relai stub digunakan pada sistem GI/GITET satu setengah breaker yang tidak
menggunakan CT line dan membutuhkan status Pemisah Line kondisi open sebagai
persyaratan untuk bekerja. Sistem proteksi stub digunakan untuk mengamankan daerah
antara dua CT pada diameter hingga pemisah line. Apabila terjadi gangguan di daerah
kerja relai stub, maka relai ini akan mentripkan 2 buah PMT diameter.
.
Gambar 1-13 Gambar Proteksi Stub
10
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
1.2.6 Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Bay Kopel (OCR/GFR
Kopel)
Relai arus lebih dan relai gangguan tanah yang terpasang pada kopel lebih berfungsi
sebagai pembatasarus pada bay kopel. Proteksi ini bekerja dengan cara mendeteksi
besaran arus pada daerah yang diamankan. Apabila besaran arus tersebut melampaui
setting relai, relai akan bekerja membuka PMT setelah waktu tundanya tercapai.
Relai arus lebih merupakan proteksi cadangan busbar untuk jenis gangguan
fasa-fasa.
Relai Tegangan Nol merupakan peralatan kontrol yang bekerja apabila terjadi hilang
tegangan (blackout) pada suatu gardu induk. Peralatan ini berfungsi untuk membuka PMT
jika tegangan busbar turun hingga 20% dari tegangan nominal (Vn) dengan tujuan
memudahkan proses pemulihan pasca blackout.
Relai frekuensi kurang merupakan peralatan proteksi yang bekerja apabila terjadi
penurunan frekuensi di sistem. Relai ini mendapat masukan dari tegangan sekunder PT
untuk mendeteksi adanya perubahan frekuensi di sistem. Namun relai ini akan blok
apabila tegangan masukan dari sekunder PT turun melebihi nilai tertentu.
Discrepancy control switch adalah peralatan/saklar yang berfungsi untuk merubah status
PMT dan PMS dari posisi masuk (close) menjadi buka (open) ataupun dari posisi buka
menjadi masuk. Pengoperasian switch ini dilakukan dengan cara memutar, menekan dan
memutar ataupun memutar dan menekan. Switch ini dilengkapi dengan lampu indikator
ketidaksesuaian yang menerangkan status peralatan terkait.
11
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Annunciator adalah peralatan bantu yang berfungsi memberikan tanda peringatan kepada
operator GI mengenai fungsi proteksi mana yang bekerja. Annunciator mengambil input
dari masing-masing relai proteksi. Annunciator dapat direset setelah operator mencatat
dan menekan tombol acknowledge dan reset. Annunciator dilengkapi dengan alarm.
Alarm berupa peringatan sirene suara yang bekerja bersamaan dengan terjadinya
gangguan. Alarm dapat dihentikan setelan operator menekan tombol acknowledge.
Selector switch adalah saklar pilih untuk fungsi fungsi tertentu seperti: selector switch
ON/OFF, Local/Remote/Supervisory, dan lain sebagainya.
1.2.12 Meter
Meter merupakan alat yang dapat memonitoring pembebanan busbar dan tegangan yang
terjadi. Beban busbar diukur dengan Amperemeter, sedangkan tegangan busbar diukur
dengan Voltmeter.
Sistem proteksi busbar dan diameter yang sedang beroperasi memiliki potensi mengalami
kegagalan, gangguan dan kerusakan. Banyak kemungkinan yang bisa menjadi penyebab
kerusakan dan kegagalan sistem proteksi ini disebabkan oleh karena sistem proteksi
12
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
busbar dan diameter terdiri dari beberapa komponen yang terpadu menjadi satu
kesatuan. Setiap komponen tersebut memiliki potensi kerusakan/kegagalan fungsi yang
akan mengarah kepada kerusakan/kegagalan dari seluruh sistem tersebut. Pola
kerusakan pun memiliki banyak kemungkinan. Untuk mengetahui peluang kerusakan dari
setiap komponen dan seperti apa jalur kerusakannya, digunakanlah metoda Failure Mode
and Effect Analysis (FMEA). FMEA ini disusun dengan cara mengelompokan setiap
komponen sistem proteksi busbar dan diameter berdasarkan fungsinya. Tiap kelompok ini
selanjutnya disebut sebagai Sub-Sistem. Adapun sub-sistem yang menyusun sistem
proteksi bay busbar dan diameter di antaranya adalah:
1. Fungsi Diferensial Busbar
2. Fungsi Circulating Current
3. Fungsi Breaker Failure
4. Fungsi Short Zone
5. Fungsi OCR/GFRKopel
6. Fungsi Tegangan Nol
7. Fungsi Frekuensi Kurang
8. Fungsi Control
2 PEDOMAN PEMELIHARAAN
Inspeksi Harian dilakukan pada setiap hari kerja oleh petugas asisten supervisor
GI/GITET dan dilaporkan hasilnya pada hari yang sama. Inspeksi yang termasuk dalam
kategori ini adalah:
13
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Inspeksi Bulanan dilakukan pada hari kerja dan dilakukan sekali dalam satu bulan oleh
petugas asisten supervisor GI/GITET dan dilaporkan hasilnya pada hari yang sama.
Inspeksi Bulanan meliputi:
14
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Pemeriksaan besaran analog ini dapat dilakukan dengan cara melihat nilai pengukuran
pada display relai untuk relai-relai jenis numerik, dan melakukan pengukuran dengan
menggunakan tang ampere dan voltmeter untuk relai-relai jenis statik dan elektromekanik.
Hasil pengukuran ini dicatat dalam blangko yang sudah disediakan agar kondisi peralatan
yang diidentifikasi tersebut (normal atau ada kelainan) dapat diketahui lebih dini. Bila ada
kelainan, dapat ditindaklanjuti pada kondisi peralatan in service atau shutdown. Blangko
uji terlampir.
15
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui arus/tegangan kerja dari relai diferensial busbar
dibandingkan dengan nilai settingnya. Selain pengujian arus/tegangan kerja juga
dilakukan pengukuran kecepatan waktu kerja relai diferensial busbar.
2. Pengujian slope
Pengujian slope hanya dilakukan pada relai diferensial busbar low
impedance. Pengujian slope dilakukan untuk mendapatkan beberapa nilai
arus diff kerja pada beberapa nilai arus restrain dan menggambarkan
karakteristik slope dari rele diferensial low impedance.
16
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui arus/tegangan kerja dari relai circulating current
dibandingkan dengan nilai settingnya. Selain pengujian arus/tegangan kerja juga
dilakukan pengukuran kecepatan waktu kerja relai circulating current.
2.3.3 Pengujian Relai Circuit Breaker Failure (CBF) dan Relai Short Zone
(SZP)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui arus kerja dari relai breaker failure dan relai
short zone dibandingkan dengan nilai settingnya. Selain pengujian arus kerja juga
dilakukan pengujian waktu kerja relai dibandingkan dengan setting waktunya.
17
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Pengujian relai tegangan nol dilakukan untuk memastikan unjuk kerja relai apabila semua
input tegangan tidak mendapatkan supply. Pengujian relai tegangan nol dilakukan dengan
cara menginjeksikan tegangan pengukuran ke terminal masukkan relai dari nilai tegangan
18
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
pengenal, kemudian tegangan dihilangkan. Pengujian individu relai relai tegangan nol
dilakukan setiap:
Pengujian relai frekuensi kurang dilakukan untuk memastikan unjuk kerja relai pada saat
terjadi penurunan frekuensi di sistem. Pengujian ini dilakukan dengan cara mencari nilai
frekuensi kerja, frekuensi reset, setting df/dt serta nilai under voltage blocking. Pengujian
individu relai frekuensi kurang dilakukan setiap:
Kalibrasi meter ini bertujuan untuk memastikan kelaikan penunjukan meter berdasarkan
kelasnya. Kalibrasi meter ini meliputi kalibrasi meter tegangan dan arus.
Pengujian ini dicatat dalam blangko yang sudah disediakan dan selanjutnya dievaluasi
untuk mengetahui lebih dini kondisi meter tersebut apakah masih dalam kondisi normal
atau ada kelainan.
Pengujian function relai diferensial busbar dilakukan untuk melihat skema tripping relai
proteksi busbar beserta alarm dan anunciator. Untuk menguji skema relai proteksi busbar
secara keseluruhan dilakukan dengan cara:
2. Uji function tripping ke PMT satu per satu untuk seluruh PMT
yang tersambung ke Busbar.
19
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Pengujian ini bertujuan untuk menguji sistem tripping dan intertrip dari relai circulating
current beserta alarm dan anunciator. Untuk menguji skema proteksi ini dilakukan dengan
cara memadamkan bay diameter yang akan diuji dan mengukur sinyal DTT di GI lawan.
Pengujian fungsi relai circulating current dilakukan setiap:
- Secara rutin setiap 6 tahun sekali untuk menguji sistem tripping setiap
bay/PMT yang ditripkan oleh relai CCP.
2.4.3 Function Test Relai Breaker Failure (CBF) dan Relai Short Zone (SZP)
Pengujian function relai breaker failure dan relai short zone dilakukan untuk menguji
skema tripping relai tersebut beserta alarm dan anunciator. Untuk menguji skema proteksi
ini secara keseluruhan, dilakukan dengan cara:
1. Uji function tripping ke PMT satu per satu untuk seluruh PMT
yang tersambung ke relai CBF
Pengujian fungsi relai breaker failure dan relai short zone dilakukan:
- Secara rutin setiap 6 tahun sekali untuk menguji skema dan sistem
tripping ke PMT.
Pengujian ini bertujuan untuk menguji sistem tripping dan alarm dari relai OCR/GFR Kopel
beserta alarm dan anunciator. Pengujian fungsi relai OCR/GFR Kopel dilakukan:
20
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Pengujian ini bertujuan untuk menguji sistem tripping dan alarm dari relai tegangan nol
beserta alarm dan anunciator. Pengujian fungsi relai tegangan nol dilakukan setiap:
- Secara rutin setiap 6 tahun sekali untuk menguji sistem tripping setiap
bay/PMT yang ditripkan oleh relai tegangan nol.
Pengujian ini bertujuan untuk menguji sistem tripping dan alarm dari relai frekuensi kurang
beserta alarm dan anunciator. Pengujian fungsi relai frekuensikurang dilakukan setiap:
1. Secara rutin setiap 6 tahun sekali untuk menguji sistem tripping setiap
bay/PMT yang ditripkan oleh relai frekuensi kurang.
3. Ceklist rele proteksi (setting dan logic, led indicator,tanggal dan waktu, fungsi
selector switch CBF/Buspro/SZP/CCP).
Inspeksi ini berupa ceklist dan tujuannya adalah untuk menghindari kesalahan setelah
dilakukannya pemeliharaan.
21
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Gangguan sistem adalah gangguan yang terjadi di sistem tenaga listrik (sisi primer)
seperti pada generator, transformator, SUTT, SKTT dan lain sebagainya. Gangguan
sistem dapat dikelompokkan sebagai gangguan temporer dan gangguan permanen.
Gangguan non system adalah gangguan yang menyebabkan PMT terbuka bukan karena
adanya gangguan di sisi primer (yang bertegangan) tetapi disebabkan adanya gangguan
disisi sekunder peralatan seperti relai yang bekerja sendiri atau kabel kontrol yang terluka
atau oleh sebab interferensi dan lain sebagainya.
Berdasarkan gambar 2-1 maka jenis gangguan yang perlu dilakukan pemeriksaan dan
perbaikan adalah:
22
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
1. Gangguan Sistem aktif tidak terisolir dengan benar adalah gangguan sistem
aktif yang ditandai dengan,
2. Gangguan sistem pasif tidak terisolir dengan benar adalah gangguan yang
disebabkan bukan akibat hubung singkat dan sistem proteksi bekerja tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Gangguan pasif ditandai dengan,
Pada saat terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik, hal pertama yang harus dilakukan
adalah melakukan identifikasi gangguan seperti waktu terjadinya gangguan, lokasi
gangguan, fasa apa yang terganggu, dan mengambil data rekaman DFR, event logger
relai, data setting relai, data logic relai, Event Log Scada. Setelah itu dilakukan investigasi
peralatan proteksi mana saja yang harus bekerja untuk melokalisir gangguan tersebut.
Dari data-data gangguan yang diperoleh, dapat dianalisa proteksi mana saja yang bekerja
dengan benar dan proteksi mana yang salah bekerja.
Proteksi utama busbar dan diameter harus bekerja paling awal saat terjadi gangguan
pada busbar atau diameter. Apabila proteksi utama ini gagal, maka sistem proteksi
cadangan yang harus bekerja melokalisir gangguan tersebut. Adapun kegagalan-
kegagalan yang biasa terjadi pada sistem proteksi di antaranya:
1. Tidak sensitif yaitu sistem proteksi tidak bekerja pada nilai settingnya (di
bawah atau di atas nilai settingnya).
2. Tidak selektif yaitu bekerja pada saat terjadi gangguan di luar daerah
proteksiannya.
3. Tidak cepat yaitu sistem proteksi bekerja lebih lambat dari setting waktunya.
4. Gagal bekerja yaitu relai proteksi tidak mendeteksi gangguan atau relai
proteksi berhasil mendeteksi gangguan namun gagal membuka pemutus
tenaga (PMT) pada saat terjadi gangguan dalam daerah proteksiannya.
5. Malakerja akibat non system fault yaitu relai bekerja tidak sesuai skema
karena permasalahan internal relai(kesalahan logic, kesalahan setting,
kerusakan modul relai) dan pengawatan (kesalahan pengawatan CT baik
polaritas maupun phasa, kneepoint CT, grounding CT, status PMS,PMT)
23
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Hal- hal yang harus dilakukan apabila terjadi kegagalan kerja pada sistem proteksi busbar
dan diameter adalah:
1. Tidak sensitif
Hal-hal yang harus dilakukan yaitu:
2. Tidak selektif
3. Tidak Cepat
a. Uji waktu kerja relai proteksi, relai-relai bantu dan relai lockout.
4. Gagal bekerja
d. Uji individu relai lockout dan relai-relai bantu, meliputi tegangan dan waktu
kerja.
24
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
25
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Ada, terhubung
9 Grounding Panel
baik
Kencang, tidak
10 Terminasi Wiring karatan, tidak
panas
Tidak cacat/Tidak
11 Kabel Kontrol
putus
26
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Tidak cacat/Tidak
12 Sirkit Voltage Selection
putus
Normal, LED in
1 Relai Diferensial Busbar
service nyala
Normal, LED in
2 Relai Circulating Current
service nyala
Normal, LED in
3 Relai Circuit Breaker Failure
service nyala
Normal, LED in
4 Relai Short Zone Protection
service nyala
Normal, LED in
5 Relai Proteksi Stub
service nyala
Normal, LED in
6 Relai Arus Lebih dan Relai Gangguan Tanah Kopel
service nyala
(OCR/GFR Kopel)
Normal, LED in
7 Relai Tegangan Nol
service nyala
Normal, LED in
8 Relai Frekuensi Kurang
service nyala
LED/bendera
9 Trip Circuit Supervision 1
tidak muncul
Normal, LED in
10 Trip Circuit Supervision 2
service nyala
Normal, sesuai
11 Switch Block Buspro On/Off dengan kondisi
relai
27
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Normal, menyala
4 Announciator Lampu
pada test lamp
In service measurement mengacu pada ada atau tidaknya arus dan tegangan sesuai
fungsi relai proteksi.
Tabel 3-2 Standar Acuan Pemeliharaan In Service Measurement
Relai Diferensial Busbar / Arus diferensial harus relatif nol ketika operasi normal
Circulating Current Jenis Low (dilakukan setiap fasa) minimal 10 % dari In CT
Impedance terbesar. Arus differential harus lebih kecil daripada
arus restrain.
Circuit Breaker Failure Arus masing-masing fasa harus terukur dan relatif
dan Short Zone Protection sama besar ketika kondisi operasi berbeban.
Relai Arus Lebih (OCR) Arus masing-masing fasa harus terukur dan relatif
sama besar ketika kondisi operasi berbeban.
Relai Tegangan Nol Tegangan yang masuk ke kumparan kerja relai harus
sesuai dengan tegangan keluaran trafo tegangan (PT)
Relai Frekuensi Kurang Tegangan yang masuk ke kumparan kerja relai harus
sesuai dengan tegangan keluaran trafo tegangan (PT)
28
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Pengujian individual relai proteksi harus mengacu pada akurasi dari pabrikan, dan dapat
dilihat dari manual buku pabrikan. Standar akurasi ini terdiri dari akurasi arus kerja dan
akurasi waktu kerja. Kesalahannya harus lebih kecil atau sama dengan akurasi yang
dinyatakan di buku manual pabrikan.
Rekomendasi yang dihasilkan harus mengacu kepada hasil pemeliharaan yang telah
dilakukan dibandingkan dengan standar yang ditetapkan. Rekomendasi ini hanya
dikeluarkan bila hasil dari pemelihaan keluar dari acuan standar.
29
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Periksa lingkungan
ruangan,
1 Kondisi suhu ruang proteksi dan Panas atauLembab
kontrol Periksa dan perbaiki
sistem AC pendingin
- Kotor - Dibersihkan
- Kondisi dalam panel
- Berkarat - Dicat
- Periksa
- Kondisi heater - Tidak normal Rusak.
- Diganti
- Korosi - Dicat
- Kondisi pintu panel
- Tidak bisa ditutup - Diperbaiki
2 - Dicari tahu
- Suara - Tidak normal sumbernya, lalu
di perbaiki.
- Dicari tahu
- Bau - Tidak normal sumbernya lalu di
bersihkan.
- Kendor - Diperbaiki
- Grounding Panel - Korosi, Rantas,
- Diganti
Hilang
- Diperbaiki
- Kendor
- Diganti
- Terminasi Wiring - Korosi
- Periksa terminal
- Panas dan schoen
30
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Ganti relai
Kondisi meter-meter
- Analog Periksa meter, kalibrasi,
Penunjukan tidak sesuai ganti meter.
4
3 Breaker failure dan Arus masing masing fasa tidak Periksa rangkaian
short zone protection terukur ataupun relative tidak input sistem proteksi
sama besar ketika kondisi operasi breaker failure dan
normal. short zone protection
Arus yang masuk ke kumparan
Ground Fault terukur (relatif 0)
ketika kondisi operasi normal.
31
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
5 Relai arus lebih Arus masing masing fasa tidak Periksa rangkaian
(OCR) terukur ataupun relatif tidak sama input sistem proteksi
besar ketika kondisi operasi OCR
normal.
6 Relai gangguan tanah Arus yang masuk ke kumparan Periksa rangkaian
(GFR) Ground Fault terukur (relatif 0) input sistem proteksi
ketika kondisi operasi normal. GFR
Koordinasikan
dengan regu
pemeliharaan batere
32
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
33
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
- Ganti relai
3 Relai CBF / SZP
Arus pick up <standar Relai elektromekanik:
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik:
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
Rasio DO/PU <standar Relai elektromekanik:
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik:
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
Waktu kerja <standar Relai elektromekanik:
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik:
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
3 Relai Stub Protection
Arus pick up <standar Relai elektromekanik:
- Kalibrasi/tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik:
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
34
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
35
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
36
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
37
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Kondisiona
3 Bulanan
Mingguan
Bulanan
2 Tahun
6 Tahun
1 Tahun
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN KETERANGAN
Harian
l
17 Proteksi dan Kontrol Busbar,
Diameter dan Kopel
17.1 Inspeksi
17.1.1.1 Relai proteksi Differential Busbar Pengecekan kesiapan relai proteksi Differensial Busbar
17.1.1.2 Relai proteksi Circulating Current Protection Pengecekan kesiapan relai proteksi Circulating Current Protection
17.1.1.3 Relai proteksi SZP, CBF Pengecekan kesiapan Relai proteksi SZP, CBF
17.1.1.4 Relai proteksi OCR/GFR kopel Pengecekan kesiapan relai proteksi OCR/GFR kopel
17.1.1.5 Relai tegangan nol Pengecekan kesiapan relai tegangan nol
17.1.1.6 Relai frekuensi kurang Pengecekan kesiapan relai frekuensi kurang
17.1.1 Trip Circuit Supervision Pengecekan kesiapan Rangkaian Tripping
Kondisi umum panel proteksi
38
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Kondisiona
3 Bulanan
Mingguan
Bulanan
2 Tahun
6 Tahun
1 Tahun
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN KETERANGAN
Harian
l
17.1.1. Suhu, Kelembaban ruangan dan panel
Pengukuran suhu dan kelembaban ruangan dan
panel dengan thermometer dan higrometer
17.1.1. Suara Normal/Tidak Normal
17.1.1. Bau Normal/Bangkai/Hangus
17.1.1. Kondisi panel Normal/Kotor/Lembab
17.1.1. Lampu penerangan panel Normal/Redup/Tidak berfungsi/Tidak ada
17.1.1. Heater Normal/Rusak/ Tidak ada
17.1.1. Pintu panel Normal/Korosi/Tidak bisa dikunci/Rusak
17.1.1. Door sealant Normal/Tidak Elastis/Putus/Tidak ada
17.1.1. Lubang kabel kontrol Normal/Tidak rapat/Glen kabel tidak ada
17.1.1. Grounding panel Normal/Korosi/Rantas/Kendor/Tidak ada
Kondisi panas diukur dengan
menggunakan thermal image
sional
Bulan
Kondi
3Bula
Ming
2Tah
6Tah
guan
1Tah
Hari
nan
an
un
un
un
an
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN KETERANGAN
sional
Bulan
Kondi
3Bula
Ming
2Tah
6Tah
guan
1Tah
Hari
nan
un
un
un
an
an
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN KETERANGAN
17.1.2. Arus Pemeriksaan besaran arus fasa R, S dan T dengan tang ampere
17.1.2. Tegangan
Pemeriksaan besaran tegangan fasa R, S dan T pada relay dan
meter
Harian
sional
Bulan
Kondi
3Bula
Ming
2Tah
6Tah
guan
1Tah
nan
un
un
un
an
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN KETERANGAN
sional
Bulan
Kondi
3Bula
Ming
2Tah
6Tah
guan
1Tah
Hari
nan
an
un
un
un
an
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN KETERANGAN
43
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
44
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
45
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
46
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
47
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Lampiran 4 Blangko Pengujian Relai Diferensial Busbar Low Impedance Tipe Arus
48
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Lampiran 5 Blangko Pengujian Relai Diferensial Busbar Low Impedance Tipe Tegangan
49
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
50
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
51
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
52
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
53
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
54
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
FORMULIR CHECK LIST INSPEKSI LEVEL 1 : PROTEKSI & KONTROL BAY KOPEL & PANEL BUSPRO
Region / UPT :
GI :
Bay :
Tanggal / Jam Inpeksi :
Pelaksana :
() ()
55
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
FORMULIR CHECK LIST INSPEKSI LEVEL 1 : PROTEKSI & KONTROL BAY KOPEL & PANEL BUSPRO
Region / UPT :
GI :
Bay :
Tanggal / Jam Inpeksi :
Pelaksana :
() ()
56
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
57
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
58
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
DAFTAR ISTILAH
1. Inservice
Peralatan penyaluran tenaga listrik dalam kondisi bertegangan.
2. Inservice Inspection
Pemeriksaan Peralatan penyaluran tenaga listrik dalam kondisi bertegangan
menggunakan panca indera.
3. Inservice Measurement
Pengujian atau pengukuran peralatan penyaluran tenaga listrik dalam kondisi
bertegangan menggunakan alat bantu.
4. Shutdown Testing/Measurement
Pengujian/pengukuran Peralatan penyaluran tenaga listrik dalam kondisi tidak
bertegangan.
59
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
DAFTAR PUSTAKA
60