org)
STUDI SISTEM PLTS, PERHITUNGAN RASIO PERFORMANSI DAN
EFISIENSI KONVERSI ELEKTRIK SISTEM
(Studi Kasus PLTS Cirata 1 MW)
Oleh:
Bab I. Pendahuluan..........................................................................................3
I.2 Tujuan...................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9
2
Bab I Pendahuluan
3
Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dalam Kompas
(2018), pemanfaatan energi surya di Indonesia masih sangat kecil, dimana dari
keseluruhan total potensi energi surya hanya 0,05% yang baru dimanfaatkan
sehingga masih banyak tantangan dalam pengembangan energi surya di Indonesia.
Salah satu tantangan dalam pengembangan energi surya di Indonesia adalah biaya
produksi PLTS yang tinggi dan masih sedikitnya pemahaman teknologi
pembangkit listrik tenaga surya baik off grid maupun on grid. Kurangnya
kemampuan sumber daya manusia (SDM) dalam penguasaan teknologi PLTS
juga menjadi salah satu tantangan untuk pengembangan pembangkit PLTS di
Indonesia.
Salah satu usaha yang dilakukan oleh PT PLN Persero yang terdapat pada
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025, target penggunaan
energi surya di Indonesia mencapai 1047 MegaWattpeak (MWp) sampai dengan
tahun 2025 (Kompas, 2018). Sampai dengan tahun 2018, jumlah pembangkit
energi surya (PLTS) baru mencapai 94,42 MWp sehingga untuk memenuhi
RUPTL PT. PLN 2025 diperlukan usaha yang lebih untuk mengembangkan dan
menguasai teknologi PLTS.
Kebutuhan akan pengembangan PLTS menjadi sangat penting untuk saat ini
di Indonesia karena dengan melakukan pengembangan PLTS maka sumber energi
listrik yang berasal dari diesel (PLTD) dapat disubstitusi secara bertahap
khususnya bagi daerah-daerah dan pulau-pulau yang sulit dijangkau oleh akses
suplai bahan bakar diesel. Menurut Safkaur dalam harian Detik (2018), meskipun
biaya investasi PLTS lebih besar dibandingkan dengan biaya investasi
pembangkit listrik lainnya, namun PLTS memiliki biaya operasional yang jauh
lebih rendah dibandingkan dengan pembangkit lainnya khususnya bila
dibandingkan dengan PLTD yang membutuhkan bahan bakar terus menerus
selama operasionalnya.
Pentingnya pengembangan PLTS di Indonesia dan pentingnya menjawab
tantangan pengembangan PLTS sesuai dengan RUPTL PT. PLN tahun 2025
untuk memenuhi target pengembangan dan pemanfaatan energi surya di
Indonesia, maka dilakukan studi mengenai PLTS yang dilakukan di PLTS Cirata
1 MW serta dilakukan analisis mengenai RASIO PERFORMANSI dan efisiensi
4
konversi energi surya menjadi energi listrik dari hasil studi di PLTS Cirata 1 MW.
Hasil studi yang telah dilakukan kemudian akan dijadikan sebagai salah satu
langkah untuk menjawab tantangan pengembangan PLTS di Indonesia khususnya
menjawab tantangan keterbatasan SDM mengenai pengembangan PLTS di
Indonesia.
I.2 Tujuan
Studi kasus yang dilakukan di PLTS Cirata 1 MW bertujuan untuk:
1. Memahami teknologi photovoltaic yang dapat mengubah energi surya
menjadi energi listrik.
2. Menghitung rasio performansi dari sistem PLTS Cirata 1 MW untuk
mengetahui dan menganalisis rasio performa dari photovoltaic yang
terdapat di PLTS Cirata 1 MW.
3. Menghitung efisiensi konversi energi surya menjadi energi listrik untuk
mengetahui dan menganalisis efisiensi dari konverter PLTS Cirata 1 MW
dalam mengubah energi surya menjadi energi listrik.
5
Bab II. Kebutuhan Data dan Keuntungan Bagi Perusahaan
6
Bab III. Metodologi Analisis
Analisis studi kasus ini meliputi studi sistem PLTS Cirata 1 MW secara
keseluruhan, performance ratio, dan efisiensi konversi energi listrik yang
digunakan pada PLTS. Analisis dari tugas makalah ini akan menganalisis sistem
PLTS Cirata 1 MW secara keseluruhan dengan skematiknya, dan menghitung
performance ratio dan efisiensi konversi energi listrik dari PLTS Cirata
menggunakan persamaan-persamaan pada Bab III.2 dan III.3 dan
membandingkannya dengan data yang terekam pada PLTS dan kemudian
menganalisisnya.
7
III.4 Efisiensi Konversi Energi Listrik
Efisiensi konversi energi listrik meliputi efisiensi PV, inverter, dan sistem
secara keseluruhan. Efisiensi solar panel bergantung pada spesifikasi produk PV
yang digunakan. Efisiensi inverter (ƞinv), disebut juga sebagai efisiensi
konversi,merupakan perbandingan daya AC (PAC) yang dihasilkan terhadap daya
DC (PDC) yang masuk pada inverter dari daya yang dihasilkan oleh PV. Efisiensi
sesaat inverter dapat dituliskan sebagai,
P AC
ƞinv =
PDC
dituliskan sebagai,
ƞ sys ,T =ƞPV ,T ∗ƞinv , T
8
DAFTAR PUSTAKA
9
NON DISCLOSURE AGREEMENT
PERJANJIAN KERAHASIAAN
ANTARA
DENGAN
PT. PJB
PT. PJB, suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum negara
Republik Indonesia, sebagai pemilik dan operator PLTS 1 MW di Cirata,
kabupaten Cianjur, Jawa Barat, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.
dan
Halaman 1 / 7
Nama Mahasiswa: NIM
Halaman 2 / 7
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas PARA PIHAK bersedia untuk memberikan
dan menerima informasi tersebut berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
Halaman 3 / 7
sebagian selama Periode Perjanjian Kerahasiaan ini dan PIHAK KEDUA
menyatakan bahwa kewajiban tentang kerahasiaan tersebut akan tetap berlaku
dalam hal pengakhiran Perjanjian Kerahasiaan ini.
5. PIHAK KEDUA akan :
a. mempergunakan paling tidak dengan tingkat usaha perlindungan terhadap
Informasi tersebut sebagaimana pihak yang menerima akan melakukannya
untuk menjaga Informasi rahasia miliknya sepanjang bahwa tingkat
perlindungan yang diberikan cukup layak untuk mencegah adanya
pengungkapan yang tidak tepat atau penggunaan yang tidak sah atas
Informasi tersebut;
b. membatasi akses terhadap Informasi tersebut kepada para pegawainya
yang memiliki kepentingan untuk mengetahui Informasi tersebut dan
memberitahukan kepada para pegawainya yang telah memperoleh
informasi tersebut mengenai kewajiban-kewajiban mereka menurut
Perjanjian Kerahasiaan ini, dan
c. atas penemuan sesuatu pengungkapan yang tidak tepat atau penggunaan
yang tidak sah atas Informasi tersebut maka dengan segera akan
melakukan usaha-usaha yang layak untuk mencegah sesuatu
pengungkapan atau penggunaan yang tidak benar lebih lanjut terhadap
informasi tersebut.
6. Suatu Informasi tidak akan dianggap sebagai milik pihak lain, dan pihak yang
menerima Informasi tersebut tidak akan memiliki kewajiban sehubungan
dengan sesuatu informasi, yang mana informasi tersebut:
a. diketahui atau telah diketahui secara umum tanpa disebabkan adanya suatu
tindakan yang salah dari pihak yang menerima informasi; atau
b. telah diberitahukan kepada pihak yang menerima sebagaimana dibuktikan
dengan bukti yang sah sehubungan dengan hal itu; atau
c. telah disetujui untuk diberitahukan melalui persetujuan tertulis
sebelumnya oleh pihak yang mengungkapkan informasi; atau
d. secara sah diterima oleh pihak yang menerima dan suatu pihak ketiga
tanpa adanya suatu batasan ataupun pelanggaran terhadap Perjanjian
Kerahasiaan ini; atau
Halaman 4 / 7
e. secara independen dihasilkan oleh pihak yang menerima tanpa
mempergunakan Informasi rahasia tersebut.
7. Bilamana PIHAK KEDUA dihadapkan dengan sesuatu tindakan hukum
untuk mengungkapkan informasi rahasia yang telah diterimanya maka
PIHAK KEDUA dengan segera harus memberitahukannya kepada PIHAK
PERTAMA melalui pemberitahuan secara tertulis. Jika PIHAK PERTAMA
menolak untuk mempermasalahkan pengungkapan tersebut, maka PIHAK
KEDUA dapat melanjutkan untuk mengungkapkan informasi tersebut atas
pilihannya sendiri.
8. Atas permintaan dari PIHAK PERTAMA atau setelah berakhirnya
Perjanjian Kerjasama, yang mana yang terlebih dahulu, PIHAK KEDUA
akan berhenti untuk mempergunakan Informasi yang diterimanya dari PIHAK
PERTAMA dan akan memusnahkan semua Informasi tersebut, termasuk
sesuatu salinan dari Informasi tersebut, akan melengkapinya dengan suatu
pemberitahuan tertulis mengenai pemusnahan terhadap Informasi tersebut
kepada PIHAK PERTAMA atau atas permintaan PIHAK PERTAMA, akan
mengembalikan informasi tersebut kepada PIHAK PERTAMA.
9. Semua bentuk ataupun informasi dan data dalam bentuk apapun, termasuk
namun tidak terbatas kepada, dokumen-dokumen, gambar-gambar,
spesifikasi-spesifikasi, prototipe-prototipe, contoh-contoh dan hal lain-lain
yang serupa yang didapatkan dalam Perjanjian Kerahasiaan ini oleh PARA
PIHAK akan tetap menjadi milik dari PIHAK PERTAMA dan semua hak
atas kekayaan intelektual terhadap informasi tersebut akan tetap menjadi milik
PIHAK PERTAMA.
10. Tidak satupun yang terdapat dalam Perjanjian Kerahasiaan ini yang
merupakan:
a. sebagai kewajiban bagi PIHAK PERTAMA untuk mengungkapkan atau
bagi PIHAK KEDUA untuk menerima Informasi tersebut, kecuali jika
informasi tersebut diperlukan untuk pelaksanaan Perjanjian Kerjasama.
b. memberikan jaminan kepada salah satu pihak suatu ijin, baik yang
dinyatakan secara langsung ataupun yang tidak secara langsung, untuk
sesuatu hak paten, hak cipta, rahasia dagang atau hak kekayaan intelektual
Halaman 5 / 7
lainnya yang pada saat ini atau selanjutnya dimiliki, diperoleh atau
diberikan ijin oleh pihak lainnya.
11. PIHAK PERTAMA menjamin bahwa dia memiliki hak untuk memindahkan
atau sebaliknya mengungkapkan kepada PIHAK KEDUA suatu informasi
yang diungkapkan kepada PIHAK KEDUA dalam Perjanjian Kerahasiaan
ini. PIHAK PERTAMA tidak akan memberikan jaminan lainnya, baik yang
dinyatakan secara langsung ataupun yang tidak langsung, berkaitan dengan
informasi yang disampaikan menurut Perjanjian Kerahasiaan ini.
12. Masing-masing pihak akan menanggung semua biaya-biaya dan pengeluaran-
pengeluaran yang diadakan oleh PARA PIHAK tersebut agar sesuai dengan
Perjanjian Kerahasiaan ini. Perjanjian Kerahasiaan ini hanya untuk
keperluan melindungi informasi dan bukan merupakan suatu perjanjian
kerjasama, persekutuan, usaha bersama, atau untuk mendirikan suatu bentuk
perusahaan atau suatu jenis entitas.
13. Perjanjian Kerahasiaan ini diatur oleh dan ditafsirkan berdasarkan undang-
undang negara Republik Indonesia, tanpa memperdulikan adanya
pertentangan mengenai prinsip-prinsip hukum yang terdapat didalamnya.
Sesuatu perselisihan, kontroversi atau tuntutan yang muncul dari Perjanjian
Kerahasiaan ini, atau suatu pelanggaran, pengakhiran atau ketidakabsahan
terhadap Perjanjian Kerahasiaan ini pada akhirnya akan diselesaikan
melalui musyawarah.
Halaman 6 / 7
PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA
Halaman 7 / 7