Anda di halaman 1dari 12

Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan P-ISSN 1978 - 2365

Vol. 17 No. 1 Juni 2018 : 19 - 30 E-ISSN 2528 - 1917

PERHITUNGAN BEBAN PENDINGINAN PADA RUANGAN DI


PERKANTORAN PT. INDONESIA POWER UPJP PESANGGARAN BALI

Dedi Suntoro, Ragil Darmawan S., Khalif Ahadi


Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi
Jl. Ciledug Raya Kav. 109 Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Indonesia
dedisunt@esdm.go.id

Abstrak
Panas buang Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) berpotensi untuk dimanfaatkan kembali sebagai sumber
energi sistem pengkondisi udara di suatu gedung dengan menggunakan teknologi absorption chiller. Untuk
menentukan kapasitas mesin pengkondisi udara di suatu gedung yang harus dilakukan adalah menghitung
beban pendinginan. Perhitungan beban pendinginan yang akurat sangat berpengaruh terhadap penghematan
energi. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan besarnya beban pendinginan pada gedung-gedung di
area PLTG Pesanggaran Bali yang terdiri dari empat gedung kantor, dua ruang kontrol, satu ruang panel, dan
satu ruang pantry. Beban pendinginan semua area tersebut akan disuplai oleh absorption chiller dengan
memanfaatkan panas buang PLTG. Metode perhitungan beban pendinginan mengacu pada Standar Nasional
Indonesia (SNI) dan American Society of Refrigeration and Air-Conditioning Engineers (ASHRAE). Beban
pendinginan total merupakan akumulasi dari beban perpindahan panas, radiasi sinar matahari, beban internal
dan infiltrasi udara luar. Perhitungan menggunakan beban pendinginan maksimal sebagai dasar untuk
menentukan kapasitas absorption chiller. Berdasarkan hasil perhitungan, besarnya beban pendinginan total
24 jam gedung area PLTG Pesanggaran Bali adalah 912,54 kW. Beban pendinginan tersebut terdiri dari
beban pendinginan pada jam kantor yaitu pukul 07:00-17:00 adalah 565,97 kW, sedangkan di luar jam kantor
yaitu pukul 17:00-07:00 adalah 346,56 kW.

Kata kunci: beban pendinginan; pengkondisi udara; gedung; efisiensi energi

COOLING CAPACITY CALCULATION FOR OFFICE BUILDING


ON PT. INDONESIA POWER UPJP PESANGGARAN BALI

Abstract
The exhaust heat of gas turbine power plant is potential to be reused as an energy source of air conditioning
system using absorption chiller technology. To determine the capacity of the air conditioning machine in a
building, we must calculate the cooling load. Accurate cooling load calculations greatly affect the energy
savings. The purpose of this study is to determine the amount of cooling load on buildings in the area of
PLTG Pesanggaran Bali consisting of four office buildings, two control rooms, one panel room, and a pantry
room. The cooling load of all these areas will be supplied by absorption chiller by utilizing the exhaust heat
of the gas turbine power plant. Cooling load calculation method refers to Indonesian National Standard
(SNI) and American Society of Refrigeration and Air-Conditioning Engineers (ASHRAE). Total cooling load
is the accumulation of heat transfer load, solar radiation load, internal load, and outside air infiltration load.
The calculation uses the maximum cooling load as the basis for determining the capacity of the absorption
chiller. Based on the calculation, the total cooling load of 24 hours building area of PLTG Pesanggaran Bali
is 912.54 kW. The cooling load consists of cooling loads at office hours, 07:00-17:00 is 565,97 kW, while
outside office hours is 17:00-07:00 is 346,56 kW.

Keywords: cooling load; air conditioner; building; energy efficiency

Diterima : 27 Februari 2018, direvisi : 2 April 2018, disetujui terbit : 8 Mei 2018 19
19
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 17 No. 1 Juni 2018 : 19 – 30

PENDAHULUAN bangunan dengan beberapa metode antara lain


Temperatur udara rata-rata di Indonesia dengan TRNSYS, CLTD/CLF, dan Energyplus
yang terletak di daerah khatulistiwa dan beriklim [5], [6]. Beberapa metode yang dikembangkan
tropis adalah sekitar 26,96°C dengan kelembapan oleh ASHRAE, seperti metode Total Equivalent
relatif atau relative humidity (RH) rata-rata sekitar Temperature Differential / Time-Averaging
80,8%. Pada musim kemarau, temperatur (TETD/TA), Transfer Function Method (TFM),
maksimal rata-rata mencapai sekitar 34,12°C, Cooling Load Temperature Differential (CLTD),
namun di beberapa tempat dapat mencapai 40°C Solar Cooling Load (SCL) dan Cooling Load
[1]. Dengan kondisi tersebut, kebutuhan Factor merupakan metode yang paling umum
pengkondisi udara atau air conditioner (AC) di digunakan [7][8]. SNI 6389-2011 menggunakan
Indonesia sangat diperlukan untuk menunjang metode Roof Thermal Transfer Value (RTTV)
kenyamanan dalam beraktifitas di dalam ruangan dan Overall Thermal Transfer Value (OTTV)
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk menghitung beban pendinginan yang
bahwa suhu nyaman antara 24°C hingga 27°C dan berasal dari luar melewati selubung bangunan [9].
kelembapan relatif 60%±5% [2]. Perhitungan beban pendinginan telah
Sistem pengkondisi udara untuk bangunan dilakukan oleh beberapa peneliti di Indonesia.
perkantoran biasa menggunakan AC split atau AC Harahap dkk menghitung beban pendinginan pada
sentral. AC split biasa digunakan pada gedung ruang auditorium gedung Manggala Wanabakti
yang beban pendinginan di setiap ruangannya menggunakan metode CLTD. Hasil penelitian
berbeda-beda dan dinamis, sedangkan AC sentral menunjukkan beban pendinginan terbesar adalah
biasa digunakan pada gedung yang luas dengan beban transmisi kalor melalui dinding dan atap
beban pendinginan relatif seragam di setiap [10]. Syamsuar menghitung beban pendinginan
ruangan. Untuk menentukan spesifikasi sistem pada ruang auditorium Politeknik Negeri
pendingin, perlu terlebih dahulu dilakukan Lhokseumawe menggunakan metode CLTD [11].
perhitungan kebutuhan beban pendinginan. Beban Ridhuan dan Rifai menghitung beban
pendinginan merupakan energi yang diperlukan pendinginan dan daya AC untuk aula Kampus 2
untuk mengatur kondisi ruangan agar diperoleh Universitas Muhammadiyah Metro Lampung.
temperatur dan kelembapan sesuai kondisi Dari penelitian tersebut didapatkan untuk ruangan
ruangan dan manusia yang beraktifitas di berukuran 19,85 m x 7.85 m x 3,33 m dan
dalamnya [3]. Besarnya beban pendinginan kapasitas 250 orang akan menghasilkan beban
tergantung dari bentuk, dimensi, lokasi bangunan pendinginan 47,87 kW [12].
serta interior yang ada di dalamnya [3]. Pada tulisan ini dibahas identifikasi beban
Perhitungan beban pendinginan yang pendinginan gedung melalui pengumpulan data
akurat sangat berpengaruh terhadap penghematan dan perhitungan. Tujuan penelitian ini adalah
energi dan bahan bakar [4]. Para peneliti telah menentukan besarnya beban pendinginan pada
melakukan perhitungan beban pendinginan pada gedung-gedung di area PLTG Pesanggaran Bali.

20
Perhitungan Beban Pendinginan pada Ruangan
di Perkantoran PT. Indonesia Power UPJP Pesanggaran Bali

Saat ini satu gedung di area PLTG menggunakan temperatur udara luar ruangan. Hal ini meliputi
AC sentral sedangkan gedung-gedung lainnya seluruh selubung bangunan yaitu dinding,
menggunakan AC split. Agar lebih efisien, AC di sistem jendela, dan atap.
gedung-gedung tersebut dapat diganti dengan AC 2. Beban pendinginan yang berasal dari
sentral yang menggunakan absorption chiller masuknya radiasi matahari ke dalam ruangan
dengan memanfaatkan panas buang PLTG. Oleh baik melalui sistem jendela maupun melalui
karena itu, untuk menentukan kapasitas penerangan alami dari sisi atap.
absorption chiller terlebih dahulu diperlukan 3. Beban pendinginan yang berasal dari beban
perhitungan beban pendinginan. internal, meliputi manusia di dalam gedung /
ruangan, peralatan pencahayaan, dan berbagai
METODOLOGI peralatan yang menghasilkan panas seperti
Penelitian ini adalah penelitian kasus yang printer, komputer, televisi, dan lain-lain.
dilakukan di area PLTG Pesanggaran Bali, milik 4. Beban pendinginan yang berasal dari infiltrasi
PT Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa udara yaitu beban dari udara yang masuk
Pembangkitan (UPJP) Bali pada bulan Juli sampai melalui celah pintu, buka-tutup pintu, atau
September 2016. Metode penelitian terdiri dari dari jendela.
beberapa tahapan seperti pada Gambar 1. Perhitungan beban pendinginan didasarkan
pada SNI 6389-2011 dan ASHRAE adalah
Pengumpulan data suhu
dan kelembaban sebagai berikut:

Beban Pendinginan Perpindahan Panas [9]:


Pengukuran dimensi gedung, Perpindahan panas melalui dinding
identifikasi material gedung
Qw= α x Uw x TDek x Aw (1)
Perpindahan panas melalui jendela
Identifikasi peralatan
dan okupansi gedung Qg1 = Uf x Aj x ∆T (2)
Perpindahan panas melalui atap
Qr = α x Ur x TDek x Ar (3)
Perhitungan beban
pendinginan dengan:
α = absorbtansi radiasi matahari
Gambar 1. Tahapan penelitian
∆T = perbedaan temperatur (K/oC)
Perhitungan beban pendinginan maksimal TDek = beda temperatur ekivalen (K), untuk
digunakan sebagai dasar untuk menentukan beberapa jenis konstruksi dinding dapat
kapasitas absorption chiller. Perhitungan beban dilihat pada Tabel 1, dan konstruksi atap
pendinginan dibagi menjadi 4 bagian, yaitu: dapat dilihat pada Tabel 2
1. Beban pendinginan karena adanya perbedaan Aw = luas area dinding (m2)
antara temperatur udara dalam ruangan dan Aj = luas area jendela (m2)

21
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 17 No. 1 Juni 2018 : 19 – 30

Ar = luas area atap (m2) Beban Pendinginan Internal [7]:


Uw = transmitansi dinding (W/m2K) Beban pendinginan dari aktivitas manusia
Uf = transmitansi jendela (W/m2K) Qhs = P x qhs x Af (sensibel) (5)
Ur = transmitansi termal pada atap (W/m2K), Qhl = P x qhl x Af (laten) (6)
untuk beberapa tipe atap dapat dilihat Beban pendinginan dari penerangan
pada Tabel 3 QL = qL x Af (7)
Beban pendinginan dari peralatan lain
Tabel 1. Beda temperatur ekivalen (TDek) pada
Qes = qes x Af (sensibel) (8)
berbagai jenis konstruksi dinding
Berat/satuan luas (kg/m2) TDek Qel = qel x Af (laten) (9)
Kurang dari 125 15 dengan:
126 ~ 195 12
Lebih dari 195 10 P = jumlah manusia untuk setiap satuan
luas (person/m2)
Tabel 2. Beda temperatur ekivalen (TDek) pada
berbagai jenis konstruksi atap Af = luas area lantai pada gedung (m2)
Berat/satuan luas (kg/m2) TDek qhs = panas sensibel tubuh
Kurang dari 50 24
50 ~ 230 20 manusia (W/person)
Lebih dari 230 16 qhl = panas laten tubuh manusia (W/person)

Tabel 3. Nilai transmitansi termal pada atap qL = daya penerangan untuk setiap satuan
Berat/satuan luas (kg/m2) Ur (W/m2K) luas (W/m2)
1)
Kurang dari 50 0,5
qes = panas sensibel dari peralatan untuk
50 ~ 230 2) 0,8
Lebih dari 230 3) 1,2 setiap satuan luas (W/m2)
1)
Atap genteng
2)
Atap beton ringan qel = panas laten dari peralatan untuk
3)
Atap beton ketebalan lebih dari 6 inci (15cm) setiap satuan luas (W/m2)

Beban Pendinginan dari Radiasi Matahari [9]:


Beban pendinginan dari Infiltrasi Udara [7]:
Radiasi sinar matahari yang masuk ke bangunan
Beban infiltrasi sensibel
Qg2= SC x Aj x SF (4)
Qis = ac/h x V x (1,12/3,6) x (To-Ti) (10)
dengan:
Beban infiltrasi laten
SC = koefisien peneduh dari sistem fenestrasi
Qil = ac/h x 627 x 1,12/3,6 x
Aj = luas area dinding, jendela (m2)
[(Wo-Wi) – (To-Ti)] (11)
SF = faktor radiasi matahari (W/m2), untuk
Beban outdoor fresh air sensibel
orientasi arah, dapat dilihat pada Tabel 4.
Qfas = 1200 x Oar x (To-Ti) (12)
Tabel 4. Faktor rerata radiasi matahari (SF) pada Beban outdoor fresh air laten
berbagai orientasi (W/m2) Qfal = Oar x (Wo-Wi) x 4775+
Utara Timur Laut Timur Tenggara
(1,998 x (To-Ti)) (13)
130 113 112 97
Selatan Barat Daya Barat Barat Laut dengan:
97 176 243 211 Ti = Temperatur udara dalam (°C)

22
Perhitungan Beban Pendinginan pada Ruangan
di Perkantoran PT. Indonesia Power UPJP Pesanggaran Bali

To = Temperatur udara luar (°C) 2015 sampai Februari 2016. Target yang
Wi = Kelembapan udara dalam (%) diinginkan, data pengamatan dan asumsi
Wo = Kelembapan udara luar (%) dideskripsikan pada Tabel 5 dan Tabel 6. Beban
V = volume ruangan (m3) pendinginan yang dihitung di PLTG Pesanggaran
ac/h = air change rate meliputi Gedung A, Gedung B (Gedung Baru
Oar = outdoor air rate Ruang Sidang), Gedung C (Gedung Baru),
Data temperatur dan kelembapan di sekitar Gedung D (Ruang RENVAL HAR), control room
lokasi PLTG Pesanggaran berasal dari Badan PLTDG (pembangkit listrik tenaga diesel gas),
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pantry, control room PLTG dan control panel
Sanglah, Denpasar, Bali, sepanjang periode Maret PLTG dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Layout PT Indonesia Power UPJP Pesanggaran Bali [13]

Tabel 5. Karakteristik Bangunan


Komponen Deskripsi
Atap menggunakan beton ringan tertutup tanpa skylight. Tidak ada sinar matahari
Atap masuk melalui atap.
Langit-langit Diasumsikan tidak ada ceiling atau langit-langit
Bata merah dengan lapisan plester semen. Batu bata tebal 115 mm dan plester
Dinding semen di kedua sisi dengan tebal 12 mm. Luas area dinding dengan batu bata
adalah 70% dari luas total dinding
Digunakan kaca bening (clear glass) dengan tebal 6 mm tanpa insulasi dan frame.
Jendela Tidak ada overhang pada sistem fenestration.

23
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 17 No. 1 Juni 2018 : 19 – 30

Tabel 6. Karakteristik Desain (Kondisi Lingkungan)


Komponen Deskripsi
Ruangan didesain dengan temperatur ruangan terkondisi 15 oC (untuk gedung
Temperatur ruangan
control room) dan 25 oC untuk gedung kantor.
Kelembapan relatif
Ruangan didesain dengan kelembapan relatif ruangan terkondisi 60%
ruangan
Temperatur luar
Data temperatur luar ruangan diambil dari data BMKG dan diambil nilai tertinggi
ruangan (outdoor)
Kelembapan relatif luar Data kelembapan relatif luar ruangan diambil dari data BMKG dan diambil nilai
ruangan rata-rata tertinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN dapat dilihat bahwa temperatur maksimal adalah


Beban pendinginan dihitung berdasarkan 37,4°C dan kelembapan rata-rata maksimal
temperatur dan kelembapan maksimal, sehingga adalah 79% [14].
ketika terjadi kondisi temperatur dan kelembapan Hasil pengukuran dan pengumpulan data di
maksimal mesin penyejuk udara masih bisa gedung-gedung perkantoran PT. Indonesia Power
bekerja dengan baik [7], [11]. Berdasarkan data UPJP Bali ditunjukkan oleh Tabel 8. Dengan
temperatur dan kelembapan dari Badan menggunakan asumsi dan data pada Tabel 5 dan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Stasiun Tabel 6, maka dapat dihitung beban pendinginan
Geofisika Sanglah, Denpasar, Bali, pada Tabel 7, pada setiap gedung.

Tabel 7. Suhu dan Kelembapan di wilayah Bali [14]


Tahun 2015 2016
Unsur MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES JAN FEB
Temp. Maks (°C) 35,9 35,6 34,2 32,8 33,8 33,2 33,4 34,6 37,0 36,4 37,4 34,8
Temp. Min (°C) 23,2 24,2 21,6 21,8 21,0 21,0 21,0 22,6 24,4 24,2 24,0 24,0
Temp. Rerata (°C) 27,9 28,5 27,4 26,8 26,5 26,3 26,6 27,7 29,7 28,7 29,0 27,8
Humidity Maks (%) 97 95 98 90 98 94 92 93 93 97 95 98
Humidity Min (%) 42 47 52 57 53 53 48 47 47 48 46 50
Humidity Rerata (%) 73 73 73 74 73 73 72 71 78 75 69 79

Tabel 8. Ukuran Dimensi Gedung dan Jumlah Pegawai di dalamnya


Jumlah Panjang Lebar Tinggi Jumlah
No Nama Gedung / Ruangan
Lantai (m) (m) (m) Pegawai
1 Gedung A 2 35,8 13,55 3,2 150
2 Gedung B 2 19 19,3 2 150
3 Gedung C 3 28 15 2,6 315
4 Gedung D 1 15,9 6,7 2,9 15
5 Control Room PLTDG 1 21,7 10,7 2,7 10
6 Pantry 1 7 4,9 2,7 5
7 Control Room PLTG 1 15,5 10,9 3,5 10
8 Control Panel PLTG 1 10,6 8,2 3,5 10

24
Perhitungan Beban Pendinginan pada Ruangan
di Perkantoran PT. Indonesia Power UPJP Pesanggaran Bali

Berdasarkan data laporan harian, PLTG = 6.928,37 watt


Pesanggaran beroperasi rata-rata 4 jam/hari yaitu Perpindahan panas melalui atap
pada saat beban puncak dan malam hari [15]. Qr = α x Ur x TDek x Ar
Perhitungan beban pendinginan dibagi menjadi = 0,86 x 0,8 x 20 x 232,19
dua periode waktu yaitu pukul 07:00-17:00 (siang = 3.194,93 watt
hari) dan pukul 17:00-07:00 (malam hari). Pada Total beban pendinginan dari perpindahan panas
siang hari, beban pendinginan dihitung dari adalah 13.224,03 watt
akumulasi beban perpindahan panas lewat
selubung bangunan (dinding, jendela, dan atap), Beban Pendinginan dari Radiasi Matahari:
beban radiasi sinar matahari, beban internal, dan Parameter:
beban infiltrasi udara. Sedangkan pada malam SC = 0,98
hari, beban pendinginan dihitung hanya dari Aj = 17,577 m2 (utara dan selatan)
beban internal dan beban infiltrasi udara. Aj = 8,667 m2 (timur dan barat)
Perhitungan beban pendinginan dilakukan dengan SF = 130 W/m2 (utara); 97 W/m2 (selatan)
menggunakan persamaan (1) – persamaan (13). SF = 112 W/m2 (timur); 243 W/m2 (barat)
Di bawah ini contoh perhitungan beban Radiasi sinar matahari yang masuk ke bangunan
pendinginan pada control room PLTDG. Sisi Utara
Qg2 = SC x Aj x SF
Beban Pendinginan dari Perpindahan Panas: = 17,577 x 0,98 x 130 = 2.259 watt
Parameter: Sisi Selatan
α = 0,89 (dinding); 0,86 (atap) Qg2 = SC x Aj x SF
∆T = 22,4oC/K = 17,577 x 0,98 x 97 = 1.685 watt
TDek = 10 K (dinding); 20 K (atap) Sisi Timur
2
Aw = 122,472 m Qg2 = SC x Aj x SF
Aj = 52,488 m2 = 8,667 x 0,98 x 112 = 960 watt
Ar = 232,19 m2 Sisi Barat
Uw = 2,84 W/m2K Qg2 = SC x Aj x SF
2
Uf = 5,89 W/m K = 8,667 x 0,98 x 243 = 2.082 watt
Ur = 0,8 W/m2K Total beban pendinginan dari radiasi sinar
Perpindahan panas melalui dinding matahari adalah 6.986 watt
Qw = α x Uw x TDek x Aw
= 0,89 x 2,84 x 10 x 122,472 Beban Pendinginan Internal:
= 3.100,72 watt Parameter:
Perpindahan panas melalui jendela P = 0,043 person/m2
Qg1 = Uf x Aj x ∆T Af = 232,19 m2
= 5,89 x 52,488 x 22,4 qhs = 75 W/person

25
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 17 No. 1 Juni 2018 : 19 – 30

qhl = 55 W/person Qil = ac/h x 627 x 1,12/3,6 x [(Wo-Wi) - (To-Ti)]


qL = 12 W/m2 = 0,5 x 627 x (1,12/3,6) x ((79-40) - (37,4-15)
qes = 160 W/m2 = 1.618,83 watt
qel = 0 W/m2 Beban outside fresh air sensibel
Beban pendinginan dari aktivitas manusia Qfas = 1200 x Oar x (To-Ti)
Qhs = P x qhs x Af (sensibel) = 1200 x 0,0085 x (37,4-15)
= 0,043 x 75 x 232,19 = 228,48 watt
= 750 watt Beban outside fresh air laten
Qhl = P x qhl x Af (laten) Qfal = Oar x (Wo-Wi) x 4775+
= 0,043 x 55 x 232,19 (1,998 x (To-Ti))
= 220 watt = 0,0085 x (79-40) x 4775+
Beban pendinginan dari penerangan (1,998 x (37,4-15)) = 1.597,75 watt
QL = qL x Af Total beban pendinginan dari infiltrasi udara
= 12 x 232,19 adalah 2.412,92 watt. Sehingga total beban
= 2.786,28 watt pendinginan pada control room PLTDG adalah
Beban pendinginan dari peralatan lain 67.075,75 watt atau 67,07 kW.
Qes = qes x Af (sensibel) Ringkasan hasil perhitungan dapat dilihat
= 160 x 232,19 pada Gambar 3 dan Tabel 9. Berdasarkan hasil
= 37.150 watt perhitungan, beban pendinginan yang berasal dari
Total beban pendinginan dari beban internal panas matahari, baik itu perpindahan panas
adalah 40.687 watt melalui selubung bangunan dan radiasi mencapai
42%, panas internal 44%, sedangkan sisanya 14%
Beban pendinginan dari Infiltrasi Udara: berasal dari panas laten. Panas internal berasal
Parameter: dari okupansi pegawai, peralatan kantor dan
Ti = 15°C sistem pencahayaan. Dari Gambar 3 terlihat panas
To = 37,4°C internal yang berasal dari okupansi pegawai pada
Wi = 40% bangunan kantor merupakan yang terbesar
Wo = 79% dibanding pada bangunan publik yang lain [16].
V = 627 m3 Semua tubuh hewan dan manusia mengeluarkan
ac/h = 0,5 panas ke lingkungan sekitar karena aktifitas
Oar = 0,0085 metabolisme subjek yang sedang bekerja [17].
Beban infiltrasi sensibel Panas dari okupansi ini dihantarkan melalui
Qis = ac/h x V x (1,12/3,6) x (To-Ti) konduksi, konveksi, radiasi, penguapan, dan
= 0,5 x 627 x (1,12/3,6) x (37,4-15) aktifitas pengeluaran keringat.
= 2.184,44 watt Semua energi listrik yang digunakan oleh
Beban infiltrasi laten lampu juga dilepaskan sebagai panas. Energi

26
Perhitungan Beban Pendinginan pada Ruangan
di Perkantoran PT. Indonesia Power UPJP Pesanggaran Bali

dipancarkan dengan cara konduksi, konveksi atau ruangan. Keberagaman ini merupakan faktor yang
radiasi. Saat lampu menyala, luminer menyerap menentukan presentase peralatan dalam kondisi
sebagian panas yang dipancarkan oleh lampu. idle atau mati, besarnya bervariasi dari 37 – 78%
Beberapa panas ini kemudian ditransmisikan ke dalam menyumbang panas internal [17]. Seperti
struktur bangunan, tergantung pada cara luminer yang dapat dilihat pada Gambar 4, sebagian besar
dipasang. Energi radiasi yang dipancarkan dari gedung perkantoran di PT. Indonesia Power UPJP
lampu akan menghasilkan panas yang naik ke Bali mengadopsi desain rumah tropis dengan
udara bebas hanya setelah diserap oleh permukaan sedikit jendela sehingga beban pendinginan
ruangan. Efek penyimpanan ini menghasilkan eksternal relatif rendah. Tetapi, Gedung C yang
jeda waktu sebelum panas muncul sebagai bagian merupakan bangunan baru dengan desain
dari beban pendinginan. minimalis dan memiliki banyak jendela kaca,
Jumlah panas dari peralatan kantor dalam beban pendinginan yang dihasilkan paling tinggi.
sebuah ruangan lebih kecil dibandingkan panas Ruang kontrol dan panel terletak di sebelah mesin
okupansi pegawai, tergantung keberagaman pembangkit dengan dilapisi peredam suara.
aktivitas pegawainya. Sebagai contoh, jumlah Ruang kontrol dan ruang panel dihitung dengan
komputer yang digunakan dan durasi target temperatur udara 15°C untuk menjaga
penggunaannya oleh pegawai dalam suatu peralatan kontrol tetap bekerja dengan baik

Gambar 3. Perhitungan Beban Pendingin Siang Hari

27
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 17 No. 1 Juni 2018 : 19 – 30

Gedung A Gedung B

Gedung C Gedung D
Gambar 4. Gedung Perkantoran PT Indonesia Power UPJP Bali

Tabel 9. Beban Pendinginan setiap Gedung


Beban Pendinginan (kW)
Gedung
07:00 - 17:00 17:00 – 07:00 Total
Control Room PLTDG 67,07 46,86 113,94
Control Panel PLTG 34,18 19,92 54,10
Control Room PLTG 56,35 35,77 92,13
Gedung A 128,29 72,02 200,31
Gedung B 84,33 53,90 138,23
Gedung C 165,66 106,27 271,94
Gedung D 20,40 8,59 29,00
Pantry 9,65 3,21 12,87
Total 565,97 346,56 912,54

Ringkasan hasil perhitungan dapat dilihat dengan hasil perhitungan beban pendinginan
pada Tabel 9. Total beban pendinginan pada siang total, yaitu 912,54 kW. Dengan asumsi
hari adalah 565,97 kW dan total beban menggunakan absorption chiller LiBr jenis single
pendinginan pada malam hari adalah 346,56 kW, effect dengan Coefficient of Performance (COP)
sehingga beban pendinginan total untuk gedung- sebesar 0,7 [18], maka energi termal yang
gedung di PT. Indonesia Power UPJP Bali adalah diperlukan adalah 1303,62 kW.
912,54 kW. Kapasitas absorption chiller sama

28
Perhitungan Beban Pendinginan pada Ruangan
di Perkantoran PT. Indonesia Power UPJP Pesanggaran Bali

KESIMPULAN Loads and Daylight Levels in Egyptian


Berdasarkan hasil perhitungan, total beban Campus Buildings. Housing and Building
pendinginan siang hari di PT. Indonesia Power national Research Center Journal.
UPJP Bali pada pukul 07:00-17:00 adalah sebesar [6] Yau, Y.H. dan Hasbi, S., 2017. A
565,97 kW dan total beban pendinginan pada Comprehensive Case Study of Climate
malam hari pada pukul 17:00-07:00 adalah Change Impacts on the Cooling Load in an
sebesar 346,56 kW. Dengan demikian beban Air-Conditioned Office Building in
pendinginan total di PT. Indonesia Power UPJP Malaysia. Energy Procedia 143:297-300.
Bali adalah 912,54 kW. [7] American Society of Heating Refrigeration
and Air-Conditioning Engineers, 2001.
UCAPAN TERIMA KASIH Nonresidential Cooling and Heating Load

Penulis mengucapkan terima kasih yang Calculation Procedures. ASHRAE

sebesar-besarnya kepada Kepala P3TKEBTKE Fundamentals Handbook, USA

yang telah memberikan kesempatan kepada kami [8] American Society of Heating Refrigeration

untuk melakukan kegiatan penelitian ini. Selain and Air-Conditioning Engineers, 2004.

itu juga ucapan terima kasih ditujukan kepada HVAC Systems and Equiment. ASHRAE

pihak manajemen PT. Indonesia Power UPJP Refrigerating and Air-Conditioning

Pesanggaran Bali beserta jajarannya yang telah Engineers. Inc. Atlanta, GA.

membantu dalam hal penyediaan data pendukung. [9] Badan Standardisasi Nasional, 2011. SNI
6389-2011, Konservasi Energi Selubung

DAFTAR ACUAN Bangunan pada Bangunan Gedung, BSN,

[1] Badan Pusat Statistik, 2016. Statistik Jakarta.

Indonesia 2016, BPS, Jakarta. [10] Harahap, S. et al., 2014. Perhitungan Beban

[2] Badan Standardisasi Nasional, 2011. SNI Pendinginan pada Ruang Auditorium

03-6390-2011, Konservasi Energi Sistem Gedung Manggal Wanabakti Blok III

Tata Udara Bangunan Gedung, BSN, Kementerian Kehutanan Jakarta. Sinergi

Jakarta. Vol. 18, No.3.

[3] Spitler, J.D., 2014. Load Calculation [11] Syamsuar et al., 2012. Analisis Beban

Applications Manual Second Edition. Pendinginan Sistem Tata Udara (STU)

ASHRAE, Atlanta Ruang Auditorium Lantai III Gedung

[4] Fouda, A. et al., 2014. A Modified Method Utama Politeknik Negeri Lhokseumawe.

of Calculating the Heating Load for Jurnal Teknologi Vol. 12. No. 2.

Residential Buildings. Energy and [12] Ridhuan, K. dan A. Rifai., 2013. Analisa

Buildings 75:170-175 Kebutuhan Beban Pendingin dan Daya Alat

[5] Samaan, M.M. et al., 2016. Using Pendingin AC untuk Aula Kampus 2 UM

Simulation Tools for optimizing Cooling Metro. Turbo Vol. 2, No. 2.

29
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 17 No. 1 Juni 2018 : 19 – 30

[13] PT. Indonesia Power UPJP Bali, 2016. Lay


Out PT. Indonesia Power UPJP Bali.
[14] BMKG, 2016. Data Suhu dan Kelembapan
BMKG Stasiun Geofisika Sanglah.
[15] PT Indonesia Power UPJP Bali, 2016.
Laporan Harian Operasi PLTG.
[16] Kaiser, A., Kurnitski, J., Olesen, B., 2017.
Data for Occupancy Internal Heat Gain
Calculation in Main Building Categories.
DTU Library, Technical Information
Center of Denmark.
[17] Cambridge Building Energy &
Environment Portal, 2015. Building Energy
& Water User Report, City of Cambridge
Community Development Department,
United Kingdom.
[18] Chartered Institution of Building Services
Engineers, 2012. Absorption Cooling.
CIBSE, United Kingdom.

30

Anda mungkin juga menyukai