TEKNIK
PENDINGIN
Proses Perhitungan Beban
Pendinginan
13
Teknik Teknik Mesin 13068 Chandrasa Soekardi, Prof.Dr.Ir
Abstract Kompetensi
Pada modul ini akan dibahas penerapan prinsip- Setelah memahami materi yang dibahas pada
prinsip perhitungan beban kalor pendinginan modul ini anda diharapkan mampu melakukan
untuk perancangan sistem pengkondisian udara perhitungan beban kalor pendinginan bagi suatu
ruangan. Pada bagian pertama dibahas tentang rungan bangunan tertentu yang ingin
penetapan kondisi udara nyaman di dalam dikondisikan udaranya, dan kemudian mampu
ruangan, sedangkan di bagian yang kedua akan membuat rekapitulasi hasil perhitungan beban
dilakukan perhitungan beban kalor pendinginan kalor pendinginan.
secara terperinci. Kemudian di bagian akhir akan
diberikan rekapitulasi hasil perhitungan beban
kalor pendinginan.
Modul 13
Beban kalor pendinginan bagi suatu ruangan pada umumnya berasal dari beban kalor
eksternal dan internal ruangan. Beban kalor eksternal ruangan, yaitu panas yang berasal
dari radiasi sinar matahari, panas yang berasal dari transmisi energi panas melalui dinding,
partisi, atap, juga ada sejumlah panas yang berasal dari ventilasi dan infiltrasi. Beban kalor
internal ruangan adalah sejumlah tertentu beban kalor yang berasal dari dalam ruangannya
sendiri, seperti dari panas peralatan penerangan ruangan (lampu), panas dari peralatan
listrik lainnya, panas yang berasal dari penghuni ruangan, serta panas dari motor listrik
untuk fan atau kipas. Perhitungan beban kalor pendinginan bagi suatu ruangan bangunan
tertentu biasanya didasarkan kepada kondisi perencanaan yang meliputi kondisi udara di
dalam ruangan yang diinginkan dan kondisi rata-rata udara di luar ruangan, perhitungan
beban puncak, perhitungan beban termal ventilasi dan infiltrasi.
Pada modul ini akan dibahas penerapan prinsip-prinsip perhitungan beban kalor
pendinginan untuk perancangan sistem pengkondisian udara ruangan. Pada bagian
pertama dibahas tentang penetapan kondisi udara nyaman di dalam ruangan, sedangkan di
bagian yang kedua akan dilakukan perhitungan beban kalor pendinginan secara terperinci.
Kemudian di bagian akhir akan diberikan rekapitulasi hasil perhitungan beban kalor
pendinginan.
Tujuan Pembelajaran :
Setelah memahami materi yang dibahas pada modul ini anda diharapkan mampu
melakukan perhitungan beban kalor pendinginan bagi suatu rungan bangunan tertentu yang
1. tetapkan harga-harga perancangan, seperti : temperatur bola basah dan bola kering
udara luar, temperatur rata-ratanya, beda temperatur udara tertinggi dan terendah
harian, temperatur dan kelembaban udara nyaman yang diinginkan di dalam ruangan
2. kumpulkan data kondisi di sekitar ruangan, seperti ruangan-ruangan tetangga yang
memiliki kondisi khusus tertentu
3. kumpulkan data bahan dinding, atap dan lantai, serta partisi bangunan, dan
estimasikan koefisien perpindahan panas globalnya pada masing-masing sisi yang
akan dilewati panas. Khusus untuk dinding kaca, perlu diperhatikan tentang besaran-
besaran untuk SHGF, SG, dan lainnya serta orientasi dinding bangunan
4. estimasikan besarnya laju udara ventilasi dan infiltrasi, skedul kerja sistem, jumlah
penghuni, kecepatan angin
5. tentukan beda temperatur equivalen berdasarkan komponen bangunan, kondisi
perancangan, faktor perolehan panas matahari, serta faktor-faktor lainnya yang
relevan
6. estimasikan besarnya masing-masing komponen beban kalor pendinginan
berdasarkan koefisien perpindahan panas global, beda temperatur equivalent, dan
luas dinding, partisi, dan atap
7. estimasikan besarnya masing-masing komponen beban kalor pendinginan yang
berasal dari penghuni, lampu, dan peralatan-peralatan listrik lainnya
8. jumlahkan seluruh komponen beban kalor pendinginan tersebut, dan pisahkan
antara beban latent dan beban sensibelnya.
Sebagai contoh kita ambil kondisi rata-rata udara di luar ruangan suatu ruangan bangunan
yang terletak di kota Jakarta :
Sifat-sifat udara dengan kondisi temperatur seperti di atas memberikan data (dari diagram
psikrometrik) sebagai berikut :
Kelembaban relatif : 68 %
Sementara itu, kondisi udara nyaman di dalam ruangan yang diinginkan, sebagai studi
kasus di sini adalah ruang studio musik, adalah sebagai berikut :
Kelembaban relatif : 50 %
Kemudian, sifat-sifat udara dengan kondisi temperatur dan kelembaban seperti itu
memberikan data (dari diagram psikrometrik) sebagai berikut :
Selain berdasarkan kondisi perencanaan yang meliputi kondisi udara di dalam ruangan yang
diinginkan dan kondisi rata-rata udara di luar ruangan, perhitungan beban kalor pendinginan
bagi suatu ruangan bangunan tertentu biasanya juga didasarkan kepada perhitungan beban
puncaknya.
Untuk kota Jakarta bulan terpanas dapat dianggap terjadi pada bulan September yaitu di
sekitar pukul 12.00 sampai dengan 14.00.
Laju transmisi energi panas ke dalam ruangan melalui dinding atap bangunan dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut :
Q = U.A.CLTDcorr
Di mana :
U : koefisien perpindahan panas global pada dinding atap, diketahui 0,511 W/moC
Di sini bahan atap terbuat dari 101,6 mm h.w concrete with 50.8 insulation with suspended
ceiling (atap diperlengkapi dengan langit-langit)
Sementara itu :
Di mana :
Sedangkan To adalah temperatur rata-rata udara luar kota Jakarta, yaitu Temperatur bola
kering dikurangi dengan setengah dari perubahan temperatur udara luar :
To = (32 oC) – (8 oC / 2) = 28 oC
f = 0,75 faktor koreksi untuk kipas saluran udara yang terpasang di bagian langit-langit atap
Harga CLTD (Cooling Load Temperature Difference) bergantung kepada waktu pukul
berapa kita mengevaluasi transmisi kalor, dan harganya untuk berbagai kondisi diberikan
pada sebuah tabel. Pada periode pukul 12.00 bagi atap bangunan tersebut kita memiliki
CLTD = 13 oC
CLTDcorr = 12,8 oC
Sehingga, besarnya Laju transmisi energi panas ke dalam ruangan melalui dinding atap
bangunan dapat dihitung dan diperoleh harga :
Dengan cara yang sama seperti di atas, laju transmisi energi panas ke dalam ruangan
melalui dinding bangunan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut :
Q = U.A.CLTDcorr
Di mana :
U : koefisien perpindahan panas global pada dinding atap, diketahui 1,255 W/moC
Di sini bahan dinding terbuat dari air space or 25.4 mm insulation + 152.4 or 203.2 mm
Block
Sementara itu :
Di mana :
Sedangkan To adalah temperatur rata-rata udara luar kota Jakarta, yaitu Temperatur bola
kering dikurangi dengan setengah dari perubahan temperatur udara luar :
To = (32 oC) – (8 oC / 2) = 28 oC
CLTDcorr = 6,5 oC
Sehingga, besarnya Laju transmisi energi panas ke dalam ruangan melalui dinding atap
bangunan dapat dihitung dan diperoleh harga :
U : koefisien perpindahan panas global pada dinding atap, diketahui 1,255 W/moC
Bahan dinding terbuat dari air space or 25.4 mm insulation + 152.4 or 203.2 mm Block
Sedangkan To adalah temperatur rata-rata udara luar kota Jakarta, yaitu Temperatur bola
kering dikurangi dengan setengah dari perubahan temperatur udara luar :
To = (32 oC) – (8 oC / 2) = 28 oC
Pada periode pukul 12.00 bagi dinding sisi selatan bangunan tersebut kita memiliki CLTD =
5 oC
CLTDcorr = 6,9 oC
Sehingga, besarnya Laju transmisi energi panas ke dalam ruangan melalui dinding atap
bangunan dapat dihitung dan diperoleh harga :
U : koefisien perpindahan panas global pada dinding atap, diketahui 1,255 W/moC
Bahan dinding terbuat dari air space or 25.4 mm insulation + 152.4 or 203.2 mm Block
Sedangkan To adalah temperatur rata-rata udara luar kota Jakarta, yaitu Temperatur bola
kering dikurangi dengan setengah dari perubahan temperatur udara luar :
To = (32 oC) – (8 oC / 2) = 28 oC
Pada periode pukul 12.00 bagi dinding sisi barat bangunan tersebut kita memiliki CLTD = 7
o
C
Sehingga, besarnya Laju transmisi energi panas ke dalam ruangan melalui dinding atap
bangunan dapat dihitung dan diperoleh harga :
U : koefisien perpindahan panas global pada dinding atap, diketahui 1,255 W/moC
Bahan dinding terbuat dari air space or 25.4 mm insulation + 152.4 or 203.2 mm Block
Sedangkan To adalah temperatur rata-rata udara luar kota Jakarta, yaitu Temperatur bola
kering dikurangi dengan setengah dari perubahan temperatur udara luar :
To = (32 oC) – (8 oC / 2) = 28 oC
Pada periode pukul 12.00 bagi dinding sisi barat bangunan tersebut kita memiliki CLTD = 13
o
C
CLTDcorr = 16,6 oC
Sehingga, besarnya Laju transmisi energi panas ke dalam ruangan melalui dinding atap
bangunan dapat dihitung dan diperoleh harga :
Laju transmisi energi panas secara konduksi ke dalam ruangan melalui dinding kaca
bangunan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut :
Q = U.A.CLTDcorr
Di mana :
Di sini bahan kaca terbuat dari single glass, clear, translucent light, roller shade
U : koefisien perpindahan panas global pada dinding kaca, diketahui 4,6 W/moC
Sementara itu :
Di mana :
Sedangkan To adalah temperatur rata-rata udara luar kota Jakarta, yaitu Temperatur bola
kering dikurangi dengan setengah dari perubahan temperatur udara luar :
To = (32 oC) – (8 oC / 2) = 28 oC
Harga CLTD (Cooling Load Temperature Difference) bergantung kepada waktu pukul
berapa kita mengevaluasi transmisi kalor, dan harganya untuk berbagai kondisi diberikan
pada sebuah tabel. Pada periode pukul 12.00 bagi dinding kaca bangunan tersebut kita
memiliki CLTD = 5 oC
CLTDcorr = 9,1 oC
Laju transmisi energi panas secara konduksi ke dalam ruangan melalui dinding kaca
bangunan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut :
Q = A . SC . SHGF . CLF
Di mana :
Pada periode pukul 12.00 dinding kaca bangunan tersebut memiliki CLF (Cooling Load
Factor) = 0,89
Sehingga Laju transmisi energi panas secara radiasi ke dalam ruangan melalui dinding kaca
bangunan dapat dihitung dan diperoleh :
Partisi merupakan dinding yang membatasi antara ruang yang udaranya dikondisikan
dengan ruangan lainnya yang udaranya tidak dikondisikan. Ruangan tersebut antara lain
adalah ruangan tempat : lift, tangga darurat, toilet berada.
Laju transmisi energi panas melalui partisi dapat dihitung menggunakan persamaan berikut
:
Q = U . A . TD
Beda temperatur antara udara di runga yang tidak dikondisikan dengan ruangan di mana
udara dikondisikan, TD = 28 oC – 20 oC = 8 oC
Sehingga besarnya laju transmisi energi panas melalui partisi dapat dihitung dan
memberikan hasil sebagai berikut : :
Beban kalor ini berasal dari panas dari lampu/penerangan, panas dari penghuni ruangan,
dan panas dari peralatan-peralatan listrik yang ada di dalam ruangan.
Ruang studio musik yang menjadi objek studi menggunakan lampu neon denga nspesifikasi
lampu neon 40 W/m2. Penggunaan lampu penerangan adalah dari pukul 08.00 sampai
dengan pukul 18.00.
Q = CLF . Fu . Fs . Qi
CLF = 0,87
Q = CLF . Fu . Fs . Qi = 22674,4 W
Untuk tiga ruang studio musik yang berada pada satu lantai biasanya dihuni oleh rata-rata
25 orang.
Beban kalor sensibel yang ditimbulkan oleh penghuni ruangan dapat dihitung menggunakan
persamaan :
CLF = 0,78 W
Oleh karena itu besarnya Beban kalor sensibel dari para penghuni ruangan dapat dihitung
dan memberikan hasil :
Beban kalor sensibel yang ditimbulkan oleh penghuni ruangan dapat dihitung menggunakan
persamaan :
Q = No. LHG
Oleh karena itu besarnya Beban kalor latent dari para penghuni ruangan dapat dihitung dan
memberikan hasil :
Ruang studio musik yang menjadi objek studi terdiri dari ruang utama untuk ruang studio
rekaman dan ruang untuk peralatan Mixer. Daftar peralatan yang ada di dalam ruang
tersebut adalah sebagai berikut :
Dengan CLF = 0,78 maka kita peroleh besarnya Beban kalor sensibel yang dihasilkannya :
Kebutuhan udara segar bagi penghuni ruang studio musik dianggap sebesar 20 cfm/orang.
Oleh karena itu kebutuhan total udara segar bagi 25 orang penghuni ruangan tersebut
adalah 500 cfm = 236 liter/s
BF (Bypass Factor) adalah fraksi volume udara yang bersirkulasi di dalam ruangan yang
tidak bersentuhan secara langsung dengan koil pendingin atau evaporator. Untuk Typical
comfort application, harga BF = 0,1 sampai dengan 0,2
Besarnya Beban kalor dari udara ventilasi yang tidal berkontak dengan evaporator dapat
dihitung menggunakan persamaan berikut :
Sehingga besarnya Beban kalor dari udara ventilasi yang tidal berkontak dengan evaporator
dapat dihitung dan memberikan hasil sebagai berikut :
Kelembaban udara di dalam ruangan yang dikondisikan, Wi = 0,0072 kg uap air/kg udara
kering
Sehingga Besarnya Beban latent kalor dari udara ventilasi yang tidal berkontak dengan
evaporator dapat dihitung dan memberikan hasil sebagai berikut :
Sementara itu beban latent kalor dari udara ventilasi yang berkontak dengan evaporator
dapat dihitung menggunakan persamaan berikut :
Sehingga :
Ilfiltrasi adalah udara yang tidak dikondisikan dan tidak dikehendaki masuk ke dalam
ruangan yang dikondisikan udaranya. Infiltrasi dapat masuk melalui celah-celah pintu dan
jendela.
Pada ruangan ini dipergunakan jendela dengan type heavy casement section projected
1/64” crack
Sedangkan Beban kalor latent udara infiltrasi dapat dihitung menggunakan persamaan:
Infiltrasi 0,17 cfm per linear foot crack = 0,08 liter/s.ft crack
Infiltrasi melalui satu buah jendela, Ui = (0,08 liter/s.ft crack) . (16,4 ft crack) = 1,31 liter/s
Pada ruang yang dikondisikan terdapat empat buah jendela yang bisa dibuka-tutup,
sehingga besarnya udara infiltrasi :
Oleh karena itu besarnya Beban kalor sensibel udara infiltrasi dapat dihitung dan
memberikan hasil sebagai berikut :
A. Beban Luar
1. Atap 3416,1
2. Dinding 2628,04
3. Kaca 501,1
B. Beban Dalam
1. Lampu 22674,4
2. Penghuni 1462,5
1. McQuiston,F.C., Parker, J.D., Heating Ventilating and Air Conditioning, New York,
John Wiley, 1994
2. Stoecker, W.F., Jones, J.W., Refrigeration and Air Conditioning, New York, McGraw-
Hill, 1982
3. Cengel, Yunus A. & Boles, Michael A., Thermodynamics: An Engineering Approach,
New York, McGraw-Hill, 2007