Anda di halaman 1dari 11

BAB II Dasar Teori

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Definisi Pengkondisian Udara


Secara umum pengkondisian udara (Air Conditioning) adalah suatu proses
untuk mengkondisikan udara pada suatu tempat sehingga tercapai kenyamanan
termal bagi penghuninya. Tata udara meliputi aspek yang luas, sasarannya tidak
hanya memberikan rasa sejuk, tetapi kenyamanan, kebersihan udara serta kondisi
tertentu untuk keperluan berbagai proses diantaranya industri dan transportasi.
Ada enam aspek pada pengkondisian udara yang perlu diperhatikan, yakni:
1. Temperatur udara
2. Kelembaban udara
3. Gerakan aliran udara
4. Debu dan bau di udara
5. Suara (Noise Criteria)
6. Kadar oksigen dan gas-gas beracun dll.
Temperatur udara yang diinginkan diatur dengan cara pendinginan atau
pemanasan. Pendinginan dilakukan bila suhu udara berada di atas derajat yang
diinginkan, sebaliknya harus dilakukan pemanasan bila temperatur udara terlalu
dingin. Di Indonesia yang beriklim tropis temperatur rata-ratanya cukup tinggi,
sehingga yang terpakai kebanyakan adalah pendinginan.
Kelembaban udara diatur dengan menyerap atau menyemprotkan uap air
ke udara tersebut. Peralatan yang menyerap uap air disebut dehumidifier
sedangkan peralatan pelembab udara disebut humidifier. Gerakan udara diatur
dengan memilih kapasitas kipas yang tepat atau dengan mengatur volume dan
kecepatan udara suplai. Kadar oksigen, gas-gas beracun dan bau diatur dengan
cara mengatur jumlah udara segar yang diambil dari luar, merencanakan sistem
exhaust dan sebagainya. Debu atau kotoran berbentuk padat halus dilenyapkan
dengan penyaringan, pencucian dan perencanaan sistem exhaust yang baik. Suara
bising yang ditimbulkan oleh sistem tata udara dapat berasal dari pusingan udara

Perancangan Sistem Tata Udara


Hotel Mulya Jakarta 4
BAB II Dasar Teori

di dalam kipas, gesekan udara di dalam saluran dan getaran bantalan (bearing)
yang aus. Suara bising yang bukan disebabkan oleh sistem tata udara tidak
termasuk dalam lingkup tanggung jawab ahli tata udara.

2.2 Faktor-faktor Pertimbangan Dalam Pemilihan Sistem Tata Udara


Tujuan dari pengkondisian udara adalah agar temperatur, kelembaban,
kebersihan dan distribusi udara dalam ruangan dapat dipertahankan pada tingkat
keadaan yang diinginkan/direncanakan. Untuk mencapai hal tersebut, dapat
dirancang dan digunakan beberapa macam sistem pendinginan, pemanasan dan
ventilasi yang sesuai dengan keadaan ruangan. Oleh karena itu, dalam proses
pemilihan sistem pengkondisian udara, pemakai dan perancang haruslah
bersepakat supaya tingkat keadaan dan persyaratan yang ditetapkan dapat
dipenuhi sebaik-baiknya.
Faktor pertimbangan dalam pemilihan sistem pengkondisian udara meliputi :

2.2.1 Faktor Kenyamanan


Kenyamanan dalam ruangan pada umumnya ditentukan oleh beberapa
parameter tersebut di bawah ini:
1. Temperatur bola kering dan bola basah dari udara
2. Aliran udara
3. Kebersihan udara
4. Bau
5. Tingkat kebisingan
6. Kualitas ventilasi
Tingkat keadaan tersebut dapat dicapai dengan pemilihan peralatan yang
tepat dan teratur dengan sistem pengaturan yang ada pada mesin pengkondisian
udara tersebut dan peralatan komponen pelengkapnya. Namun, perlu diperhatikan
bahwa perbedaan atau kecepatan perubahan besaran pada parameter tersebut,
besar pula pengaruhnya terhadap kenyamanan bagi penghuni yang ada di dalam
ruangan.

Perancangan Sistem Tata Udara


Hotel Mulya Jakarta 5
BAB II Dasar Teori

2.2.2 Faktor Ekonomi


Pada proses pemasangan, operasi dan perawatan, serta sistem pengaturan
yang akan dipergunakan haruslah diperhitungkan pula segi-segi ekonomisnya.
Oleh karena itu, dalam perencanaan sistem pengkondisian udara sebaiknya
dipertimbangkan faktor ekonomi seperti di bawah ini :

A. Biaya Awal.
Biaya awal meliputi pembelian peralatan, ongkos kerja dan biaya instalasi
tergantung pada pembeli dimana hal tersebut menjadi faktor penentu dalam
pemilihan sistem pengkondisian udara.
B. Biaya Operasi dan Perawatan.
Sistem pengkondisian udara yang paling baik adalah sistem yang dapat
beroperasi dengan baik dengan biaya total serendah-rendahnya dimana biaya
operasi dan perawatan itu termasuk biaya tetap, seperti depresiasi peralatan,
pengembangan investasi dan bunga ditambah biaya tak tetap, seperti biaya energi
listrik, bahan bakar dan air, biaya perawatan dan reparsi, serta biaya personel.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menekan biaya operasi dan
perawatan meliputi :
1. Konstruksi yang sederhana
2. Tahan lama
3. Mudah direparasi jika terjadi kerusakan
4. Mudah perawatannya
5. Dapat melayani perubahan kondisi operasi
6. Efisiensi

2.3 Jenis-Jenis Sistem Tata Udara


2.3.1 All Air System
Sistem tata udara ini menggunakan all air system dimana udara langsung
dialirkan ke ruangan-ruangan yang dikondisikan.
Keuntungan sistem ini adalah :
1. Sederhana, mudah perancangan, pemasangan, pemakaian dan perawatannya

Perancangan Sistem Tata Udara


Hotel Mulya Jakarta 6
BAB II Dasar Teori

2. Biaya awalnya relatif murah.


Sedangkan kerugiannya adalah:
1. Kesulitan pengaturan temperatur dan kelembaban dari ruangan yang
dikondisikan, karena beban kalor dari ruangan tersebut mungkin berbeda satu
sama lain.
2. Saluran utama berukuran besar sehingga makan tempat

Gambar 2.1 All – Air System

2.3.2 Air Water System


Keuntungan sistem ini adalah.:
a. Untuk memindahkan sejumlah panas yang sama, sistem ini membutuhkan
daya pompa dan ukuran pipa yang lebih kecil dibandingkan terhadap sistem
udara penuh. Ini disebabkan air mempunyai berat jenis dan panas spesifikasi
yang lebih besar daripada udara.
b. Ruangan yang diperlukan untuk penempatan saluran udara lebih kecil, karena
untuk mengatasi beban dari ruangan yang akan disegarkan, kebutuhan udara
segar yang mengalir dari mesin penyegar udara sentral lebih kecil.
c. Ukuran mesin dan daya yang diperlukan lebih kecil daripada sistem udara
penuh.
Kerugian dari sistem air-udara :
a. Biaya awal relatif lebih mahal kaena diperlukan saluran khusus untuk
mengalirkan air.
b. Instalasi lebih kompleks

Perancangan Sistem Tata Udara


Hotel Mulya Jakarta 7
BAB II Dasar Teori

Gambar 2.2 Air – Water System

2.3.3 All Water System


Pada sistem ini, air dingin dialirkan melalui koil-kipas udara, untuk
penyegaran udara (jadi, berbeda dengan air water system yang menggunakan
udara primer). Dalam hal ini, udara yang diperlukan untuk ventilasi dimasukkan
sebagai infiltran melalui celah-celah pintu atau udara luar yang terisap langsung
melalui lubang masuk pada dinding, disebelah belakang unit koil-kipas udara
yang bersangkutan. Hal ini akan menyebabkan ventilasi yang kurang baik. Untuk
mengatasi kekurangan tersebut, dalam beberapa hal udara yang diperlukan untuk
ventilasi dimasukkan kedalam ruangan melalui saluran khusus.
Mengingat karakteristik unit koil-kipas udara tersebut maka timbul
kesulitan pengontrolan kelembaban pada sistem air-penuh, sehingga udara
ruangan dapat menjadi terlampau lembab ataupun terlampau kering. Kesulitan
ventilasi dan pengaturan kelembaban akan menyebabkan jenis sistem tersebut
tidak sesuai untuk melayani gedung yang besar, meskipun harga awalnya rendah.

Perancangan Sistem Tata Udara


Hotel Mulya Jakarta 8
BAB II Dasar Teori

Gambar 2.3 All – Water System

2.4 Beban Pendinginan Ruangan


Yang dimaksud dengan beban pendinginan udara secara garis besarnya
adalah beban kalor yang harus diserap evaporator dari ruangan yang akan
didinginkan.
Untuk menghitung beban pendinginannya yang terjadi dalam merancang
sistem pengkondisian udara dapat dilaksanakan dengan beberapa tahapan, yaitu:

2.4.1 Beban Eksternal


Beban pendinginan eksternal terdiri atas beban kalor yang ditimbulakan
oleh dinding partisi, atap, kaca, pintu, dan lantai. Beban-beban tersebut dapat
diperoleh dengan persamaan-persamaan sebagai berikut.
Nilai U didapat dari persamaan U=1/R dimana nilai R didapat dari
persamaan:

dimana:
= Ketebalan bahan (m)

k = Konduktifitas termal bahan (W/m C)

A. Beban kalor yang ditimbulkan oleh dinding yang terkena radiasi matahari

Perancangan Sistem Tata Udara


Hotel Mulya Jakarta 9
BAB II Dasar Teori

Q = U x A x CLTDcorr Persamaan (1)


CLTDcorr = (CLTD + LM) k + (25.5 – 24) + (31 – 29.4)
Dimana :
Q :Besarnya kalor yang diterima dinding akibat radiasi matahari (Watt).
U : koefisien konduksi dinding (W/m2C).
A : Luas dinding yang terkena sinar matahari (m2).
LM : Latitude Month.
k : koefisien warna dinding.
CLTDcorr : Perbedaan temperatut antara rancangan dengan beban-beban
Yang ada (oC).

B. Beban kalor yabng ditimbulkan oleh beban partisi


Q = U x A x TD pesamaan (2)
dimana:
Q :Besarnya kalor yang diterima dinding akibat konduksi matahari (Watt).
U : koefisien konduksi dinding (W/m2C).
A : Luas dinding yang terkena sinar matahari (m2).
TD : Perbedaan temperatur antara perancangan dengan temperatur ruang
Bersebelahan (oC).

C. Beban kalor yanng ditimbulkan oleh atap


Q = U x A x TD persamaan (3)
dimana :
Q :Besarnya kalor yang diterima atap (Watt).
U : koefisien konduksi atap ( W/m2C).
A : Luas atap yang terkena sinar matahari ( m2).
TD : Perbedaan temperatur antara perancangan dengan temperatur ruang
bersebelahan ( oC).

D. Beban kalor yang ditimbulkan oleh kaca secara konduksi.


Q = U x A x CLTDcorr persamaan (4)

Perancangan Sistem Tata Udara


Hotel Mulya Jakarta 10
BAB II Dasar Teori

dimana:
Q :Besarnya kalor yang diterima atap secara konduksi (Watt).
U : koefisien konduksi kaca (W/m2C).
A : Luas kaca yang terkena konduksi matahari (m2).
CLTDcorr : Perbedaan temperatut antara rancangan dengan beban-beban
yang ada oC).
E. Beban kalor yang ditimbulkan oleh kaca secara radiasi.
Q = A x SHGFsun x CLF x SC + A x SHGFsh x CLF x Sc parsamaan (5)
dimana:
Q : Beban kalor yang diterima kaca secara radiasi
SHGFsun :Maximum Solat Heat gain Factor sun
SHGFsh : Maximum Solat Heat gain Factor shade
Asun : Luas kaca yang terkena radiasi matahari
Ash : Luas kaca yang terteduhi sinar matahari
CLF : Cooling Load Factor.
SC : Shading Coefficient.

F. Beban kalor yang ditimbulkan oleh pintu.


Q = U x A x TD persamaan (6)
dimana:
Q :Besarnya kalor yang diterima pintu (Watt).
U : koefisien konduksi pintu (W/m2C).
A : Luas pintu yang terkena konduksi matahari (m2).
TD : Perbedaan temperatur antara perancangan dengan temperatur ruang
Bersebelahan (oC).

G. Beban kalor yang ditimbulkan oleh lantai.


Q = U x A x TD persamaan (7)
dimana:
Q :Besarnya kalor yang diterima lantai (Watt).
U : koefisien konduksi lantai (W/m2).

Perancangan Sistem Tata Udara


Hotel Mulya Jakarta 11
BAB II Dasar Teori

A : Luas lantai yang terkena konduksi matahari ( m2).


TD : Perbedaan temperatur antara perancangan dengan temperatur ruang
bersebelahan (oC).

2.4.2 Beban Internal


Beban pendinginan sumber inetrnal terdiri atas beban kalor yang
ditimbulkan oleh peralatan, manusia, dan penerangan. Beban-beban tersebut dapat
diperoleh dengan parsamaan-persamaan dibawah ini.
A. Beban kalor yang ditimbulakan oleh peralatan.
Qs = n x SH x CLF persamaan (8)
Ql = n x LH
dimana:
Qs : Besarnya kalor sensibel yang ditimbulkn oleh peralatan (Watt) .
Ql : Besarnya kalor laten yang ditimbulkn oleh peralatan (Watt) .
SH : sensible heat (Watt).
LH : laten heat (Watt).
CLF : Cooling Load Factor.

B. Beban kalor yang ditimbulkan oleh manusia.


Qs = n x qs x CLF persamaan (9)
Q l = n x ql
Dimana :
Qs : Besarnya kalor sensibel yang ditimbulkn oleh manusia (Watt) .
Ql : Besarnya kalor laten yang ditimbulkn oleh manusia (Watt) .
qs : sensible heat disesuaikan dengan aktivitasnya (Watt).
ql : laten heat disesuaikan dengan aktivitasnya (Watt).
CLF : Cooling Load Factor

C. Beban kalor yang ditimbulkan oleh penerangan.


Q = n x q x Fs x CLF persamaan (10)
dimana:

Perancangan Sistem Tata Udara


Hotel Mulya Jakarta 12
BAB II Dasar Teori

Q : Besarnya kalor oleh penerangan (Watt).


n : Jumlah lampu.
q : Daya lampu (Watt)
Fs :Faktor ballast yang besarnya didapat dari tabel 4.1 cooling and heating
load calculation manual, menyesuaikan dengan watt lampu dan jumlah
lampu per fixture.
CLF : Cooling Load Factor

2.4.3 Beban Ventilasi dan Infiltrasi


Infiltrasi adalah aliran udara yang tidak terkontrol yang masuk melalui
celah atau bukaan selubung gedung ketika tekanan udara dalam ruangan lebih
rendah daripada tekanan udara di luar ruangan pada level yang sama. Ada dua
metoda untuk menghitung udara infiltrasi yang masuk ke dalam ruangan yang
dikondisikan akibat dari pergerakan angin, yakni:
1. Metoca calah (crack method).
2. Metoda pertokaran udara (air change method).
Pada crack method penentuan didasarkan pada pengukuran panjang dan lebar
celah disekitar jendela dan pintu.
Beban kalor yang ditimbulkan oleh adanya infiltrasi dapat diperoleh
dengan persamaan dibawah ini.
qs = 1.10 x CFM x ΔT persamaan (11)
ql = 4840 x CFM x ΔW
dimana:
Qs : Besarnya kalor sensibel infiltrasi (Watt).
Ql : Besarnya kalor laten infiltrasi (Watt).
CFM : debt udara yang ditetapkan (lps).
ΔT :Perbedaan temperatur antara rancangan dengan temperatur bersebelahan
(oC).
ΔW :Perbedaan massa air yang terkandung dalam udara kering setiap
kilogramnya perancangan dengan massa air disekitarnya (kg/kg).

Perancangan Sistem Tata Udara


Hotel Mulya Jakarta 13
BAB II Dasar Teori

Ventilasi didefinisikan sebagai kegiatan pemasukan udara segar secara


alamiah atau mekanis ke dalam ruangan.
Beban kalor yang ditimbulkan oleh adanya ventilasi dapat diperoleh
dengan persamaan dibawah ini.
OASH = 1.23 x Qoa x ΔT persamaan (12)
OALH = 3000 x Qoa x ΔW
dimana:
OASH :Out air sensible heat (Watt)
OALH :Out air laten heat (Watt)
Qoa :debt udara yang disirkulasikan per jam (lps).
ΔT :Perbedaan temperatur antara rancangan dengan temperatur
bersebelahan (oC).
ΔW :Perbedaan massa air yang terkandung dalam udara kering setiap
kilogramnya perancangan dengan massa air disekitarnya (kg/kg).

2.4.4 Beban Kalor Total


Beban kalor total dapat diperoleh dengan menjumlahkan semua beban
yang diterima oleh ruangan, yang terdiri atas beban eksternal dan beban inetrnal.
A. Beban sensible Total Ruangan.
RSHG = Qdinding + Qkaca + Qpintu + Qlantai + Qatap + Qs penghuni + Qs peralatan + Qs
penerangan + Qs infiltrasi
B. Beban Lateb Total Ruangan.
RLHG = QL penghuni + QL Peralatan + QL infiltrasi
C. Beban Ventilasi.
OASH = 1.23 x Qoa x ΔT
OALH = 3000 x Qoa x ΔW
OATH = OASH + OALH

Perancangan Sistem Tata Udara


Hotel Mulya Jakarta 14

Anda mungkin juga menyukai