Anda di halaman 1dari 13

Teknologi Penghematan Energi pada

Bangunan Gedung
1. Sistem Tata Udara
Sistem tata udara adalah suatu proses mendinginkan/memanaskan udara sehingga
dapat mencapai suhu dan kelembaban yang diinginkan/dipersyaratkan. Selain itu,
mengatur aliran udara dan kebersihannya. Jika seseorang berada di dalam suatu
ruangan tertutup untuk jangka waktu yang lama, maka pada suatu ketika ia akan merasa
kurang nyaman, begitu juga jika kita berada pada ruang terbuka pada siang hari dengan
sinar matahari mengenai tubuh kita akan terasa kurang nyaman. Hal ini diakibatkan dua
hal utama yakni temperatur (suhu) dan kelembaban (humidity) udara tersebut tidak
sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh.

Penyegaran udara gedung, khususnya gedung perkantoran diperlukan untuk
memberikan kenyamanan lingkungan kerja bagi para karyawan. Dalam banyak hal
penyegaran udara itu juga diadakan untuk melindungi peralatan kantor, sebaiknya
terdapat pengatur suhu dan kelembaban atau pembagian ruangan berdasar aktivitas
yang sama untuk mempermudah melakukan penyegaran udara jika dikehendaki adanya
perlakuan yang berbeda.

Penyegar udara yang baik harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :
a. Dapat mengatur dan menyesuaikan suhu didalam ruangan.
b. Dapat menjaga dan mengatur kelembaban udara.
c. Memperlengkapi penukaran udara dengan baik.
d. Dapat mengedarkan kembali udara yang telah ada di dalam ruang yang
sudah diberikan pengaturan udara.
e. Dapat menyaring dan membersihkan udara.

Untuk dapat melakukan penghematan pada sistem tata udara, kita harus tetap
berpatokan pada standar penyegar udara yang baik. Berikut sistem tata udara yang
umum digunakan di gedung perkantoran komersial.

Gambar 1. Unit pengkondisi udara

Beberapa jenis beban pendinginan di area zona beban :
a. Beban Eksternal : selubung bangunan, partisi, ventilasi dan infiltrasi
b. Beban internal : manusia (hunian), lampu (pencahayaan), peralatan
c. Faktor lain : kriteria pengkondisian, mass load

Gambar 2. Beban pendinginan

Berikut adalah komposisi beban pendinginan untuk kondisi seperti pada gambar

Gambar 3. Prosentase beban pendinginan

1.1 Teknologi penghematan dengan meminimalisir beban
Penghematan sistem tata udara yang paling mendasar bisa dilakukan dengan
meminimalisir beban pendinginan yang tidak perlu. Berikut beberapa hal yang
memungkinkan untuk dilakukan dalam upaya meminimalisir beban pendinginan.
1) Potensi meminimalisasi beban eksternal
a. Selubung bangunan
Beban pendinginan yang berasal dari luar melalui selubung bangunan,
misalnya untuk gedung kantor satu lantai di Indonesia dapat mencapai
40% - 50% dari beban pendingin seluruhnya pada saat terjadi beban
puncak. Potensi penghematan dengan meminimalisir beban selubung ini
adalah dengan :
i. Menggunakan kaca shading koefisien rendah
ii. Mengisolasi dinding dan atap
iii. Mengatur orientasi gedung terhadap faktor radiasi matahari apabila
akan membangun gedung baru.
b. Partisi
i. Perkecil permukaan partisi
ii. Jangan berbatasan dengan ruang-ruang panas
iii. Ventilasi ruang partisi
iv. Alirkan udara dingin buangan ke ruang partisi

Gambar 4. Ruang partisi
c. Ventilasi dan Infiltrasi
Mengurangi laju ventilasi :
i. Minimalisasi kriteria ventilasi
ii. Gunakan sensor CO2
Mengurangi beban pendinginan ventilasi dapat juga dilakukan dengan
memanfaatkan ventilasi dari sumber yg adem (vegetasi, tertutup).

Mencegah infiltrasi pada ruang Air Handling Unit (AHU) :
i. Ruang AHU jangan batasan langsung dengan luar
ii. Ruang AHU jangan dekat akses ke luar
iii. Jangan fungsikan ruang AHU sebagai plenum
iv. Isolasi ruang AHU agar kedap udara
Mencegah infiltrasi akibat exhaust :
i. Positive pressure ruang ber-AC
ii. Ruang ber-AC relatif kedap, ruang lain relatif terbuka
iii. Ruang ber-AC di hulu, utilitas/koridor di hilir
iv. Intake-exhaust hampir sama untuk area yang bergabung dgn ruang
AC (ruang dapur, ruang merokok)
v. Exhaust intermitten bukan nonstop (kamar hotel)
Mencegah AC terbuang (karena stack effect) :
i. Ruang AC tertutup
ii. Pintu otomatis, door closer
iii. Bukaan/pintu masuk lebih tinggi dari lantai dasar
2) Potensi meminimalisasi beban internal
a. Hunian
Faktor yang mempengaruhi :
i. Kepadatan
ii. Derajat aktivitas
Beban pendinginan :

( )
Potensi penghematan yang dapat dilakukan terkait beban pendinginan
akibat hunian :
i. Fleksibilitas hunian
Individual AC / AC tambahan (split, fcu, wcp, vav) jika tak
terpakai matikan.
Partisi ruang.
ii. Kurangi beban partisi
Lokalisasi setting rendah.
Kumpulkan ruang/lantai/zone yang di AC berdekatan.

iii. Kurangi beban lain karena hunian
Optimalkan 1 ruang > 1 lantai > 1 zone.
Utamakan lantai yg bebannya rendah berada di bawah.

Gambar 5. Zone beban
iv. Penghematan pencahayaan
Faktor yang berpengaruh :
Daya lampu
Faktor ballast
Lama penggunaan
Beban pendinginan :


P
lamp
= daya lampu (W)
F
u
= faktor penggunaan
F
b
= faktor ballast
Penghematan yang memungkinkan dilakukan dengan adanya
beban pendinginan akibat pencahayaan :
Sumber : menggunakan pencahayaan alami, lampu dengan lux
tinggi daya rendah, armateur yang masuk plenum bukan
gantung.
Beban pencahayaan : kriteria lux minimal, interior dan properti
cerah.
Distribusi : distribusi merata, utamakan area kerja.
Grouping : grouping sesuai kelompok beban, grouping pada
area intensitas cahaya alami sama, lampu dalam 1 armateur
beda grouping.
Operasional : matikan jika tidak digunakan, gunakan sensor
gerakan, gunakan sensor intensitas.
v. Peralatan
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi beban
pendinginan akibat adanya peralatan :
Lokalisasi dan tanpa AC di hilir aliran udara ditiap lantai.
Intake-exhaust hampir sama untuk area yang bergabung
dengan ruang AC, seperti dapur, area merokok.
3) Menetapkan kriteria pengkondisian udara yang diinginkan.
Dengan menetapkan kriteria pengkondisian udara, terdapat setting point yang
harus kita kontrol dan monitor. Dalam hal ini, kriteria pengkondisian udara
akan berfungsi optimal apabila didukung dengan automation system
pengkondisi udara.
4) Potensi meminimalisasi mass load dengan mengatur penempatan
peralatan/equipment yang menghasilkan panas maupun yang mudah
menyerap/melepas panas.

1.2 Teknologi penghematan dengan pemanfaatan teknologi di sistem
pengkondisi udara
1) Ice storage
Teknologi ini sangat cocok untuk beban pendinginan yang fluktuatif dan
beban dengan durasi tertentu serta bangunan gedung yang memiliki
perbedaan antara peak load dan off load listrik yang cukup besar. Temperatur
yang dihasilkan juga bisa sangat rendah sehingga ukuran dari ducting, fan
dan komponen pengkondisi udara yang lain bisa lebih kecil.

Gambar Sistem pengkondisi udara dengan ice storage
2) Mengganti sistem kontrol udara dari constant air volume (CAV) menjadi
variable air volume (VAV).
3) Menghitung ulang kapasitas fan yang dipakai.
Jika ukuran fan dari suatu sistem pengkondisi udara terlalu besar, mengganti
fan dengan ukuran yang benar akan lebih efektif. Kombinasi dengan
menghitung ulang ukuran motor, belt dan pemanfaatan variable speed
menjadi alternative terbaik untuk menghemat. Keuntungan lain yang bisa
diperoleh dengan adanya menghitung dengan benar kapasitas peralatan
adalah :
a. biaya rendah saat pertama kali,
b. tingkat kenyamanan yang baik karena udara yang disuplai sesuai
kebutuhan,
c. usia pakai peralatan lebih panjang apabila memakai variable speed pada
peralatan yang sudah dihitung ulang kapasitasnya dibanding dengan
peralatan yang oversized dengan variable speed.
4) Penggunaan variable speed drives pada motor.
Dengan teknologi ini, motor bisa bekerja, menyesuaikan kebutuhan saja dan
sangat efektif apabila dikombinasikan dengan pengkondisi udara dengan
VAV sistem.
5) Modifikasi kontrol.
AgarTeknologi ini akan dibahas pada bagian building automation system
(BAS).


2. Tata Cahaya
Pencahayaan mengkonsumsi hampir 35% dari listrik yang digunakan pada
bangunan komersial di Amerika Serikat dan mempengaruhi sistem bangunan lain
melalui kebutuhan listrik dan menghasilkan panas yang merugikan terutama bagi
sistem pendingin. Konsumsi energi yang rendah tanpa harus menurunkan kualitas
pencahayaan harus benar-benar diperhatikan. Upgrade sistem pencahayaan dengan
sumber cahaya yang efisien, perlengkapan, dan kontrol dapat mengurangi
penggunaan energi pencahayaan, meningkatkan kualitas visual, dan mempengaruhi
ukuran HVAC dan sistem listrik. Untuk memastikan bahwa upgrade pencahayaan
mengarah ke sistem yang efektif dan efisien, berikut beberapa pedoman yang bisa
diterapkan :
a. Desain sistem untuk mendapatkan jumlah yang tepat cahaya untuk aktivitas
yang akan dilakukan di ruang tersebut.
b. Mendistribusikan cahaya untuk mencegah silau.
c. Manfaatkan cahaya siang hari namun sebisa mungkin menghindari sinar
matahari langsung, dan menginstal kontrol untuk mengurangi penggunaan
lampu listrik saat cahaya siang hari cukup untuk pencahayaan.
d. Gunakan sumber cahaya yang paling efisien untuk aplikasi tertentu.
e. Gunakan kontrol otomatis untuk menyalakan lampu atau lampu redup.
f. Merencanakan dan melaksanakan komisioning dari semua sistem
pencahayaan untuk memastikan bahwa performa sesuai yang dikehendaki,
dan membuat jadwal untuk uji performa secara berkala.
g. Disain sistem pencahayaan dengan memikirkan juga pemeliharaannya, dan
termasuk rencana yang komprehensif untuk peremajaan lampu, kebersihan,
dan pembuangan yang tepat dari lampu yang akan diganti berikut ballastnya.
2.1. Penggunaan sumber cahaya secara efisien
Pencahayaan yang efisien dimulai dengan penggunaan cahaya siang hari sebanyak
mungkin. Setelah itu, pilih kombinasi lampu / ballast / fixture yang akan
memaksimalkan efisiensi sambil menyeimbangkan kualitas dan kuantitas
pencahayaan. Sumber cahaya matahari, secara efektif mampu menyediakan hingga
140 lumen (lm) cahaya untuk setiap watt (W) dari energi panas, lebih baik
dibandingkan dengan sistem pencahayaan listrik yang hanya 90 lm / W. Sistem
yang menggunakan siang hari sebagai sumber pencahayaan memiliki potensi untuk
mengurangi penggunaan energi, mengurangi permintaan beban puncak, dan
menciptakan lingkungan dalam ruangan sesuai yang diinginkan. Namun, dibutuhkan
perencanaan yang matang untuk mencapai semua manfaat yang dibutuhkan dari
sistem pencahayaan.
2.2. Penggunaan lampu hemat energi
Pada saat ini perkembangan teknologi lampu hemat energi sangat pesat. Berikut
perbandingan yang menunjukkan perbedaan teknologi lampu yang ada saat ini
dengan yang sebelumnya.

Gambar 6. Lampu dengan conventional ballast dan elektronik ballast

Tabel 1. Penghematan energi lampu konvensional dengan elektronik

2.3. Penggunaan lumen secara efisien
Banyak sistem pencahayaan menggunakan sumber penerangan yang efisien tetapi
gagal untuk memberikan cahaya yang maksimal. Untuk dapat mencapai
pemanfaatan terbaik dari sumber yang efisien, adalah penting untuk
mempertimbangkan efisiensi dan distribusi cahaya. Untuk mengefisienkan lumen
bisa dibantu dengan reflector, lensa dan difuser, dan louver.

Gambar 7. Optimalisasi lumen

2.4. Penggunaan kontrol otomatis pada lampu
Pengurangan pencahayaan hanya mewakili satu bagian dari potensi untuk
memaksimalkan potensi energi yang ada. Bagian lain adalah meminimalkan
penggunaan beban melalui kontrol otomatis. Kontrol otomatis pencahayaan
berdasarkan waktu, hunian, tingkat pencahayaan, atau kombinasi dari ketiganya.
Apabila pencahayaan dilakukan hanya pada durasi tertentu, kemudian adanya
ruangan yang telah kosong, atau ketika siang hari cukup dengan cahaya matahari,
maka perlu dipertimbangkan untuk menginstal kontrol otomatis sebagai suplemen
atau pengganti kontrol manual.
2.5. Perencanaan pengoperasian dan maintenance yang baik
Upgrade sistem pencahayaan dapat menurunkan konsumsi energi, meningkatkan
kualitas pencahayaan, dan meningkatkan semangat kerja karyawan, namun semua
manfaat yang bisa hilang jika sistem pencahayaan yang baru yang tidak terawat
dengan baik. Semua sistem pencahayaan pasti mengalami penurunan dalam hal
output cahaya dan efisiensi dari waktu ke waktu, karena :
a. Lumen lampu pasti menurun seiring pemakaian.
b. Rumah lampu yang kotor menurunkan luminasi.
c. Lampu terbakar.
d. Sistem kontrol aus atau diganti oleh penghuni.
Beberapa hal yang bisa dilakukan terkait perencanaan pengoperasian dan
maintenance yang baik yang bertujuan penghematan energi :
a. Perencanaan peremajaan lampu.
Dalam beberapa kasus, cara yang paling hemat untuk mempertahankan
kualitas sistem pencahayaan adalah program peremajaan satu grup lampu,
dimana dalam operasi yang sama semua lampu diganti dibanding dengan
penggantian lampu hanya ketika mereka terbakar habis.
b. Kalibrasi ulang kontrol lampu.
Kalibrasi ini bertujuan untuk mengembalikan setting point seperti pada saat
awal. Hal ini diperlukan karena ada kemungkinan peralatan sensor
mengalami gangguan atau kerusakan.
c. Penyusunan manual operasi dan maintenance sebagai peraturan yang
mendukung kebijakan penghematan lampu.
d. Pembuangan sampah lampu dengan benar.

3. Building Automation System
Otomatisasi bangunan secara fungsional bisa dilakukan dengan sistem kontrol. Building
Automation System (BAS) adalah contoh dari sistem kontrol terdistribusi. Sistem kontrol
ini dikomputerisasi dalam sebuah perangkat elektronik yang dirancang untuk memantau
dan mengontrol sistem mekanis dan pencahayaan di dalam gedung.
Fungsi inti BAS adalaj menjaga kondisi dalam ruangan tetap pada range tertentu,
mengatur pencahayaan berdasarkan jadwal hunian, dan memantau kinerja sistem dan
kegagalan perangkat serta mengirim signal apabila terjadi problem kepada operator.
Dengan adanya BAS dapat mengurangi pemakaian energi dan biaya pemeliharaan bila
dibandingkan dengan bangunan tanpa BAS.

Gambar Topology BAS
Pada topologi diatas tampak adanya primary bus dan secondary bus. Secondary bus
merupakan indiviual control yang biasanya mengontrol sistem tertentu seperti sistem
pengkondisi udara atau bahkan hanya sebagai individual kontrol suatu alat tertentu.
Sedangkan primary bus merupakan pengkoneksi dari beberapa secondary bus sebagai
level kontrol tertinggi.
Kontrol pada dasarnya sangat kecil, sebagai sistem komputer yang memiliki
kemampuan input dan output. Sebagai input, kontrol bisa membaca temperatur,
kelembabaan, tekanan, laju alir, aliran udara, dan faktor-faktor lain. Sebagai output,
kontrol bisa mengirim perintah dan signal kontrol ke perangkat atau ke peralatan lain
dalam sistem. Building automation system sendiri dibedakan dalam beberapa group
yaitu programmable logic controller (PLC), network controller dan terminal unit controller.
PLC digunakan untuk high-end application seperti rumah sakit yang tidak lagi
memikirkan biaya, karena sistem ini sangat mahal dari segi biaya. Network controller
umumnya dipakai untuk mengontrol alat pengkondisi udara, boiler, chiller dan sub-
network controller dibangunan perkantoran, mall, supermarket dan beberapa bangunan
lainnya. Terminal unit controller umumnya dipakai untuk mengontrol lampu, fan coil, heat
pump, VAV box dan beberapa perlengkapan lainnya. Terminal unit controller umumnya
sebagai individual control yang melekat pada peralatan tertentu.
Berikut penerapan beberapa alat kontrol pada bangunan gedung :
a. Hunian
Pada bangunan kantor, ada tidaknya hunian biasanya didasarkan pada
penjadwalan tertentu (jam kerja). Kemudian kondisi ruang diupayakan pada tingkat
kenyamanan tertentu baik tata udara maupun pencahayaannya. Sensor yang umum
dipakai disini adalah sensor temperatur untuk mengatur panas dingin ruangan dan
sensor hunian mengatur pencahayaan.
b. Pencahayaan
Pemakaian sumber cahaya bisa didasarkan atas waktu pemakai (jam kerja
karyawan), ada tidaknya penghuni dengan sensor hunian, intensitas cahaya dalam
ruang dengan photosensor dan apabila dikehendaki penggunaan cahaya pada
waktu atau durasi tertentu saja bisa dengan timer.
c. Pengontrol udara
Udara tambahan diperlukan agar udara dalam ruang tetap sehat. Tetapi dengan
iklim di Indonesia, penggunaan udara luar sekaligus akan sangat merugikan karena
temperatur cukup tinggi. Sehingga sebagian udara dingin dari ruang yang masih
cukup sehat diresirkulasi lagi dengan penambahan sejumlah udara dari luar.
Sehingga kerugian akibat beban panas udara bisa diminimalkan. Sensor temperatur
baik analog maupun digital bisa dipasang diruangan, saluran resirkulasi dan saluran
suplai udara, dan beberapa ditempatkan udara luar. Kemudian aktuator kontrol bisa
diletakkan pada valve untuk air chiller, udara luar dan dumper resirkulasi. Apabila
sistem yang dipakai adalah resirkulasi udara ruang, maka fan bisa dioperasikan
start dan stop waktu-waktu tertentu, temperatur, tekanan maupun kombinasi.

d. Pengkondisi udara dengan variable volume
Prinsip kerja sistem ini adalah adanya box VAV yang tekanannya bisa diubah-ubah
untuk menyesuaikan beban dengan alat pengontrol disisi suplai. Pengatur tekanan
ini adalah fan atau blower yang sudu-sudunya bisa diatur dengan kecepatan putar
tetap.
i. Lift
Pengaturan lift sesuai dengan intensitas pemakaian, seperti saat jam masuk
kantor akan berbeda dengan pada saat jam kerja.
ii. Alarm
Temperatur alarm : ruang, suplai udara, suplai air untuk chiller dan suplai air
panas.
Differential pressure alarma ditiap-tiap filter.
Status alarm peralatan mechanical seperti pompa, fan perlu ada alarm
feedback kondisi pompa benar-benar menyala atau benar-benar mati. Sesuai
atau tidak terhadap inputan yang diberikan.
Tiap valve ada switch sebagai feedback operasi terhadap inputan yang
diberikan pada valve yang bisa menunjukkan valve terbuka atau tertutup.
Sensor pendeteksi kadar CO dan CO
2
.
Sensor pendeteksi kebocoran refrigerant.
Sensor arus untuk melihat slip pada belt fan atau penyumbatan pada strainer.

Anda mungkin juga menyukai