TEKNIK
PENDINGIN
Dasar-dasar Ducting
9
Teknik Teknik Mesin 13068 Chandrasa Soekardi, Prof.Dr.Ir
Abstract Kompetensi
Pada perancangan sistem pengkondisian udara Setelah memahami materi yang diberikan
yang bertujuan untuk menentukan besarnya pada modul ini anda diharapkan mampu
kapasitas aliran udara dingin yang diperlukan menentukan besarnya koefisien gesekan
bagi sebuah ruangan dengan kondisi temperatur
bagi udara yang mengalir di dalam sebuah
dan kelembaban tertentu, langkah selanjutnya
ducting, serta kerugian energi dan daya
adalah merancang sistem ducting untuk
mendistribusikan kapasitas aliran udara ke pemompaan aliran udara tersebut yang
berbagai ruangan yang ada di dalam gedung, bekerja pada kondisi termal tertentu.
sesuai dengan tingkat keadaan yang diinginkan.
MODUL – 9
Dasar-dasar Ducting
Proses perancangan sistem pengkondisian udara bagi sebuah ruangan pada pokoknya
bertujuan untuk menentukan besarnya kapasitas aliran udara dingin yang diperlukan bagi
sebuah ruangan dengan kondisi temperatur dan kelembaban tertentu, serta dengan beban
termal dan jumlah penghuni yang tertentu. Setelah parameter-parameter tersebut ditentukan
langkah selanjutnya adalah merancang sistem ducting untuk mendistribusikan kapasitas
aliran udara ke berbagai ruangan yang ada di dalam gedung, sesuai dengan tingkat
keadaan yang diinginkan. Pada modul ini kita akan membahas prinsip-prinsip dasar aliran
fluida yang mengalir di dalam sebuah sistem ducting. Koefisien gesekan bagi udara yang
mengalir di dalam sebuah ducting, kerugian energi karena gesekan dan tahanan aliran,
serta daya pemompaan aliran udara yang bekerja pada kondisi termal tertentu merupakan
parameter-parameter yang menjadi pokok bahasan di dalam modul ini.
Tujuan Pembelajaran :
Setelah memahami materi yang diberikan pada modul ini anda diharapkan mampu
menentukan besarnya koefisien gesekan bagi udara yang mengalir di dalam sebuah
ducting, serta kerugian energi dan daya pemompaan aliran udara tersebut yang bekerja
pada kondisi termal tertentu.
Berbeda dengan sistem pemipaan, pada sistem ducting saluran udara memiliki penampang
aliran yang berbentuk tidak silindrik tetapi kebanyakan berbentuk segi empat. Bentuk
penampang saluran yang demikian adalah untuk memudahkan dalam menyesuaikan
dengan ruang yang tersedia bagi tempat kedudukan di mana saluran udara ditempatkan.
Sistem ducting biasanya terdiri dari sejumlah tertentu saluran utama dengan panjang
tertentu. Di samping itu terdapat juga sejumlah saluran cabang, belokan, sambungan,
pengecilan saluran, dan pembesaran saluran untuk memenuhi kapasitas udara sesuai
dengan tingkat keadaan tertentu yang diinginkan (tekanan, temperatur, kelembaban, dan
kapasitas)
Perancangan sistem ducting musti dilakukan secermat mungkin, karena begitu sekali sistem
tersebut dipasang pada tempat kedudukannya kemudian apabila tiba-tiba diperlukan
modifikasi tertentu pada ukurannya maka akan terlalu sulit untuk membongkarnya dan akan
menimbulkan kerugian material yang sangat besar.
Untuk memahami konsep perancangan sistem ducting tersebut maka pada bagian di bawah
ini akan kita bahas konsep aliran udara pada sistem saluran non-silindrik dan
perbandingannya dengan aliran fluida pada sistem pipa. Pada bagian yang kedua kita akan
membahas prinsip-prinsip kesetimbangan energi pada sistem ducting beserta faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap daya pemompaan aliran udara.
Sedangkan pada sistem ducting walaupun penampang salurannya berbentuk segi empat,
saluran udara tersebut juga memiliki diameter tertentu, yang dalam sistem ducting disebut
sebagai Diameter hidrolik atau diameter equivalen, Dh.
Diameter hidrolik tersebut didefinisikan sebagai perbandingan antara empat kali luas
penampang saluran dibagi dengan keliling basah penampang saluran (basah : dibasahi oleh
fluida) :
4ab
Dh
2(a b)
Aliran udara yang dialirkan di dalam sebuah system ducting mengalami hambatan aliran,
pertama oleh karena gesekan dengan permukaan saluran, dan kedua oleh adanya
sambungan, belokan, atau pengecilan dan perbesaran penampang saluran.
Hambatan aliran tersebut menyebabkan terjadinya kerugian energy aliran yang besarnya
dapat dievaluasi dengan menggunakan persamaan :
L v2
E f f K
Dh 2
Di mana :
L panjang saluran
∑K jumlah dari semua koefisien hambatan aliran yang ada pada system ducting
Koefisien gesekan saluran selain fungsi dari bilangan Reynolds juga fungsi kekasaran
permukaan bahan saluran. Bagi saluran sederhana besarnya koefisien gesekan tersebut
dapat didekati menggunakan persamaan sederhana berikut :
vDh
Re
Dengan menerapkan prinsip kesetimbangan energy pada system aliran udara di dalam
sebuah ducting seperti yang diberikan pada gambar di bawah ini, maka kita akan
memperoleh persamaan berikut untuk memperkirakan besarnya kerja fan yang dibutuhkan
untuk mengalirkan aliran udara di dalam sebuah system ducting :
L v2
WF 1 f K
Dh 2
Sedangkan besarnya daya fan yang dibutuhkan untuk mengalirkan aliran udara tersebut
dapat dihitung dengan mengalikan kerja fan dengan laju aliran massa aliran udara.
Fungsi fan yang ada di dalam sistem saluran udara adalah untuk menaikkan tekanan aliran
udara dan untuk menghasilkan energi kinetik aliran udara, serta untuk mengatasi kerugian
energi aliran karena gesekan dan hambatan aliran.
Jenis fan yang banyak dipergunakan sebagai penggerak aliran udara pada sistem saluran
udara pendinginan adalah Fan Sentrifugal dan jenis Fan Axial
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/95/CentrifugalFan.png
Fan Sentrifugal
Jenis fan ini dapat memenuhi kebutuhan kapasitas aliran udara yang besar. Efisiensinya
lebih tinggi daripada fan axial, namun tekanannya lebih tinggi. Sedangkan tingkat noisenya
lebih rendah daripada fan axial.
Fan Axial
Jenis fan ini hanya dapat memberikan tekanan aliran yang rendah, namun kapasitas
alirannya tinggi. Tingkat noisenya lebih tinggi daripada fan sentrifugal.
Penerapan prinsip kesetimbangan energi pada sistem aliran udara di dalam saluran yang di
dalamnya terdapat sebuah fan adalah sebagai berikut :
http://www.espenergy.com/images/db.jpg
Gambar 9.8a. sistem aliran udara pada ducting diperlengkapi fan axial
v12
E1 h1 Z1
2
Energy yang dikandung oleh aliran udara saat masuk ke dalam system saluran udara :
v22
E2 h2 Z2
2
Adanya Fan di dalam sistem saluran udara menyebabkan energi aliran udara meningkat dari
E1 menjadi E2
WF = E2 – E1 + ΔEt
Di mana :
Dengan menerapkan prinsip kesetimbangan energi pada sistem saluran udara-fan dalam
kondisi aliran yang stasioner, di mana indeks (1) bagi aliran masuk ke saluran, dan indeks
(2) adalah bagi aliran yang keluar dari saluran, maka kita akan memiliki persamaan berikut :
WF h h
2 1
v 2
2
v1
2
L v
g Z 2 Z1 f K
2
2 D 2
Di mana,
f : koefisien gesekan
Apabila pada sistem tersebut kemudian kita terapkan beberapa asumsi di mana :
Maka persamaan besarnya energi mekanik dalam bentuk kerja yang diperlukan oleh fan
untuk melaksanakan tugasnya dapat dievaluasi menggunakan persamaan :
WF
p2 p1 v22 f L v
K
2
2 D 2
Terlihat bahwa kerja yang disuplai oleh fan ke dalam sistem saluran udara diperlukan untuk
menaikkan tekanan aliran udara dan untuk menghasilkan energi kinetik aliran udara serta
untuk mengatasi kerugian energi aliran karena gesekan dan hambatan aliran.
Gambar 9.8b. sistem aliran udara pada ducting diperlengkapi fan axial
Sementara itu besarnya daya fan, yaitu kerja fan dikalikan dengan laju aliran massa udara
yang dihasilkannya, dapat diperoleh dari persamaan berikut :
WF mud WF
Efisiensi fan didefinisikan sebagai perbandingan antara daya yang diperlukan oleh fan
secara ideal (atau teoritis) terhadap daya fan riil (atau sebenarnya) yang berasal dari motor
penggerak fan.
Hubungan antara kapasitas aliran udara yang dapat diproduksi oleh fan dengan kecepatan
putaran fan adalah berbanding lurus. Semakin besar putaran poros mesin fan maka
semakin besar pula kapasitas aliran yang dapat dihasilkannya. Hubungan di antara
keduanya diberikan oleh persamaan berikut :
Qv1 rpm1
Qv 2 rpm2
Tekanan total aliran udara dihasilkan oleh fan berbanding lurus dengan kuadrat dari
kecepatan putaran fan, dan Hubungan di antara keduanya diberikan oleh persamaan berikut
:
2
p01 rpm1
p02 rpm2
Daya yang diperlukan oleh fan berbanding lurus dengan pangkat tiga dari kecepatan
putaran fan, dan Hubungan di antara keduanya diberikan oleh persamaan berikut :
3
WF 1 rpm1
WF 2 rpm2
Soal No.1
Suatu saluran udara berpenampang segiempat, terdiri dari saluran utama yang panjangnya
12m, dan diujung saluran utama tsb bercabang dua, masing-masing saluran cabang tsb
panjangnya 5 m. Debit aliran udara yg keluar di masing-masing saluran cabang tsb adalah
2500cfm.
Dengan mengasumsikan kecepatan aliran udara yg disarankan di saluran utama 4 m/s, dan
di saluran cabang 6 m/s maka tentukan, untuk masing-masing saluran tsb di atas, besarnya:
a. Diameter hidraulik
b. Penampang segiempat saluran
c. Kerugian energi pada masing-masing saluran
d. Daya fan yg diperlukan
Saluran
cabang
Saluran utama
Ruang
utama
Mesin
Pendingin
Saluran
cabang
Sistem saluran udara yang diperlengkapi dengan sebuah fan di dalamnya mengalirkan 1,5
m3/s aliran udara bertemperatur 20 oC (massa jenis udara 1,2 kg/m3). Dalam keadaan
tersebut, Fan bekerja dengan putaran 1500 rpm, dan daya untuk menggerakkan fan 1,7 kW.
Kenaikan tekanan aliran udara yang dihasilkan oleh fan adalah 900 Pa. Ukuran saluran
50cm x 30 cm dan panjangnya 6 m, serta dianggap memiliki koefisien gesekan sebesar
0,0195 (kerugian aliran karena hambatan-hambatan dianggap kecil).
Perkirakan besarnya :
http://www.orientalmotor.com/images/mainContent/02-cooling-fans-68a.jpg
Pertanyaan sama seperti di atas, tetapi sekarang bagi sistem saluran udara yang
diperlengkapi dengan sebuah fan di dalamnya mengalirkan 1,5 m3/s aliran udara
bertemperatur 20 oC (massa jenis udara 1,2 kg/m3). Dalam keadaan tersebut, Fan bekerja
dengan putaran 1200 rpm, dan daya untuk menggerakkan fan 1,2 kW. Kenaikan tekanan
aliran udara yang dihasilkan oleh fan adalah 500 Pa. Ukuran saluran 50cm x 30 cm dan
panjangnya 6 m, serta dianggap memiliki koefisien gesekan sebesar 0,0195 (kerugian aliran
karena hambatan-hambatan dianggap kecil).
http://www.orientalmotor.com/images/mainContent/fan-cross-flow.jpg
1. Stoecker, W.F., Jones, J.W., Refrigeration and Air Conditioning, New York, McGraw-
Hill, 1982
2. McQuiston,F.C., Parker, J.D., Heating Ventilating and Air Conditioning, New York,
John Wiley, 1994
3. Cengel, Yunus A. & Boles, Michael A., Thermodynamics: An Engineering Approach,
New York, McGraw-Hill, 2007