Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
TIU :

- Diharapkan setelah melakukan praktikum mahasiswa


dapat menjelaskan fungsi dan cara kerja peralatan
pengujian fan
- Mengerti penggunaan nosel, venture, dan orifice untuk
mengukur laju aliran udara

TIK : - Diharapkan setelah melakukan praktikum mahasiswa


dapat menggambarkan karateristik tekanan terhadap laju
aliran untuk putaran tetap.
Karateristik daya terhadap laju aliran untuk putaran
tetap
Karateristik effesiensi terhadap laju aliran untuk
putaran tetap
- Menganalisis dan mengevaluasi hasil pengujian.

BAB II
DASAR TEORI

2.1. Teori Umum Fan :


Fan adalah alat untuk mengalirkan udara. Karena itu fan
dikenal dengan sebutan penukaran, penghembus atau pembuang
udara. Alat ini banyak dijumpai pada system ventilasi dan peralatan
pendingin udara juga pada instalasi yang mengalirkan udara panas
dan gas buang. Selain itu, masih banyak lagi penggunaan fan ini di
Industri. Tinggi tekan yang dihasilkan fan, pada umumnya, rendah
dibandingkan jenis mesin-mesin pengalir udara yang lain seperti
blower dan kompresor.
Daya masukan yang digunakan diperoleh dari motor listrik.
Efisiensi fan adalah perbandingan antara daya aliran udara dibanding
daya poros untuk menggerakkan fan. Daya aliran udara yang
dihasilkan tergantung pada tekanan dan laju aliran udara.
Pada pengujian ini, pengukuran laju aliran udara dapat
dipilih menggunakan nosel, venture atau tabung pilot statik.
Hampir kebanyakan pabrik menggunakan fan dan blower untuk
ventilasi dan untuk proses industri yang memerlukan aliran udara.
Sistem fan penting untuk menjaga pekerjaan proses industri, dan
terdiri dari sebuah fan, motor listrik, sistem penggerak, saluran
atau pemipaan, peralatan pengendali aliran, dan peralatan
penyejuk udara (filter, kumparan pendingin, penukar panas, dll.
Fan, blower dan kompresor dibedakan oleh metode yang
digunakan untuk menggerakan udara, dan oleh tekanan sistem
operasinya. The American Society of Mechanical Engineers
(ASME) menggunakan rasio spesifik, yaitu rasio tekanan pe
ngeluaran terhadap tekanan hisap, untuk mendefinisikan fan,
blower, dan kompresor (lihat Tabel1).

Tabel 2.1 Perbedaan antara Fan, Blowerdan Kompresor

Peralatan Perbandingan Spesifik


Fan
Sampai 1,11
Blower
1,11 sampai 1,20
Kompresor
Lebih dari 1,20

Kenaikan tekanan (mmWg)


1136
1136 2066
-

a. Karakteristik sistem
Istilah resistansi sistem digunakan bila mengacu tekanan
statis. Resistansi system merupakan jumlah kehilangan tekanan statis
dalam sistem. Resistansi sistem merupakan fungsi pola susunan
saluran, pengambilan, lengkungan dan penurunan tekanan yang
melintasi peralatan, sebagai contoh bag filter atau siklon. Resistansi
sistem bervariasi terhadap volume aliran udara yang memasuki
sistem. Untuk volume udara tertentu, fan dalam sistem dengan
saluran sempit dan banyak tikungan dengan radius pendek akan
bekerja lebih keras untuk mengatasi resistansi sistem yang lebih
besar daripada dalam sistem dengan saluran yang lebih besar dan
dengan lebih sedikit jumlah belokan dan panjang. Saluran panjang
yang sempit dengan banyak bengkokan dan tikungan akan
memerlukan lebih banyak energi untuk menarik udara untuk
melaluinya. Sebagai akibatnya, untuk kecepatan fan yang sama, fan
akan mampu menarik lebih sedikit melalui sistem ini daripada yang
melalui sistem pendek tanpa ada belokan. Dengan begitu maka
resistansi sistem meningkat jika volum udara yang mengalir ke
sistem meningkat.
Sebaliknya, resistansi berkurang jika alirannya berkurang.
Untuk menentukan berapa volum fan yang akan dihasilkan, penting
untuk mengetahui karakteristik resistansi sistem. Pada sistem yang
ada, resistansi sistem dapat diukur. Pada sistem yang sudah didesain,
namun tidak dibangun, resistansi sistem harus dihitung. Kurva

resistansi sistem dihasilkan dengan berbagai laju aliran pada sumbux dan resistansinya pada sumbu-y.

Gambar 2.1 Kurva Sistem Fan dan Pengaruhnya pada Resistansi Sistem
(sumber:www.energyeffesiensiasia.org)

b. Karakteristik fan
Karakteristik fan dapat dinyatakan dalam bentuk kurva fan.
Kurva fan merupakan kurva kinerja untuk fan tertentu pada
sekumpulan kondisi yang spesifik. Kurva fan merupakan
penggambaran grafik dari sejumlah parameter yang saling terkait.
Biasanya sebuah kurva akan dikembangkan untuk sekumpulan
kondisi yang diberikan termasuk: volum fan, tekanan statis sistem,
kecepatan fan, dan tenaga yang diperlukan untuk menggerakan fan
pada desainer sistem akan mengetahui kondisi pada kurva fan
dimana fan akan beroperasi.

Dari banyak kurva yang diketahui pada gambar, kurva


tekanan statis (SP) versus aliran pada merupakan kuva yang sangat
penting.
Perpotongan kurva sistem dan tekanan statis merupakan titik operasi.
Bila resistansi sistem berubah, titik operasi juga berubah. Sekali titik
operasi ditetapkan, daya yang diperlukan dapat ditentukan dengan
mengikuti garis tegak lurus yang melintas melalui titik operasi ke
titik potong dengan kurva tenaga (BHP). Sebuah garis lurus yang
digambar melalui perpotongan dengan kurva tenaga akan mengarah
ke daya yang diperlukan pada sumbu tegak lurus sebelah kanan.
Pada kurva yang digambarkan, efisiensi kurva juga disuguhkan.

Gambar 2.2. Kurva Efisiensi Fan


(sumber:www.energyeffesiensiasia.org)

c. Karakteristik sistem dan kurva fan


Pada berbagai sistem fan, resistansi terhadap aliran udara
(tekanan) jika aliran udara meningkat. Sebagaimana disebutkan
sebelumnya, resistansi ini bervariasi dengan kuadrat aliran. Tekanan
yang diperlukan oleh sistem pada suatu kisaran aliran dapat
ditentukan dan kurva kinerja sistem dapat dikembangkan
(ditunjukkan sebagai SC).
Kemudian kurva sistem ini dapat diplotkan pada kurva fan
untuk menunjukan titik operasi fan yang sebenarnya pada "A"
dimana dua kurva (N1 dan SC1) berpotongan. Titik operasinya yaitu
aliran udara Q 1 terhadap tekanan P1. Sebuah fan beroperasi pada
kinerja yang diberikan oleh pabrik pembuatnya untuk kecepatan fan
tertentu. (grafik kinerja fan memperlihatkan kurva untuk serangkaian
kecepatan fan). Pada kecepatan fan N1, fan akan beroperasi
sepanjang kurva kinerja N1 sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar
4. Titik operasi fan yang sebenarnya tergantung pada resistansi
sistem, titik operasi fan A adalah aliran (Q1) terhadap tekanan
(P1).
Dua metode yang dapat digunakan untuk menurunkan aliran
udara dari Q1 ke Q2:
Metode pertama adalah membatasi aliran udara dengan
menutup sebagian damper dalam sistem. Tindakan ini
menyebabkan kurva kinerja sistem yang baru (SC2) dimana
tekanan yang dikehendaki lebih besar untuk aliran udara yang
diberikan. Fan sekarang akan beroperasi pada "B" untuk
memberikan aliran udara yang berkurang Q2 terhadap tekanan
yang lebih tinggi P2.
Metode kedua untuk menurunkan aliran udara adalah dengan
menurunkan kecepatan dari N1 ke N2, menjaga damper
terbuka penuh. Fan akan beroperasi pada "C" untuk
memberikan aliran udara Q2 yang sama, namun pada tekanan
P3 yang lebih rendah. Jadi, menurunkan kecepatan fan

merupakan metode yang jauh lebih efisien untuk mengurangi


aliran udara karena daya yang diperlukan berkurang dan lebih
sedikit energi yang dipakai.

Gambar 2.3. Kurva kinerja fan


(sumber:www.energyeffesiensiasia.org)

d. Hukum fan
Fan beroperasi dibawah beberapa hukum tentang kecepatan,
daya dan tekanan. Perubahan dalam kecepatan (putaran per menit
atau RPM) berbagai fan akan memprediksi perubahan kenaikan
tekanan dan daya yang diperlukan untuk mengoperasikan fan pada
RPM yang baru.

Gambar 2.4. Kecepatan, tekanan dan daya fan


(sumber:www.energyeffesiensiasia.org)

e. Jenis-jenis fan
1. Fan sentrifugal
Fan sentrifugal (Gambar 6) meningkatkan kecepatan aliran
udara dengan impeler berputar. Kecepatan meningkat
sampai mencapai ujung blades dan kemudian diubah ke
tekanan. Fan ini mampu menghasilkan tekanan tinggi yang
cocok untuk kondisi operasi yang kasar, seperti sistem
dengan suhu tinggi, aliran udara kotor atau lembab,
dan handling bahan.
2. Fan aksial
Fan aksial menggerakan aliran udara sepanjang sumbu
fan. Cara kerja fan seperti impeler pesawat terbang:
blades fan menghasilkan pengangkatan aerodinamis yang
menekan udara. Fan ini terkenal di industri karena
murah, bentuknya yang kompak dan ringan.

BAB III
PETUNJUK PRAKTIKUM
2.3 PERALATAN DAN KOMPONEN YANG DIGUNAKAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Instalasi Pengujian Fan test


Termometer
Meter Torsi
Meter Kecepatan
Meter Tegangan dan Arus
Meter Tekanan
Dua buah Manometer

2.4. PROSEDUR KERJA


a. Persiapan percobaan :
1. Menyusun pipa-pipa sesuai pengujian yang akan dilakukan
atau ditentukan oleh pembimbing.
2. Menghubungkan ujung-ujung manometer yang pendek
pada saluran masukan dan keluaran peukur laju aliran
dengan menggunakan pipa plastic yang tersedia. Cek agar
arahnya tidak terbalik.
3. Mengubungkan manometer yang besar dengan udara luar
dan ujung satunya dengan saluran pipa, setelah pipa
pengarah. Dengan demikian, perbedaan tekanan di dalam
saluran dan udara luar dapat diketahui.
4. Menutup ujung saluran keluaran udara ( jangan rapat
sekali, ini akan mengakibatkan torsi start yang besar ).
5. Percobaan siap dilakukan.

b. Urutan percobaan :
1. Menyiapkan tabel data pengukuran.
2. Mengkalibrasi pengukur tekanan dan torsi.
3. Menghidupkan catu daya listrik.
4. Mengbesarkan kecepatan motor fan sampai mencapai harga
tertentu ( 1000-1900 rpm ). Catatlah besaran-besaran yang
diperlukan.
5. Membuka katup keluar sampai diperoleh laju aliran yang
kira-kira sama dengan beda tekanan 0.505 Kpa pada
venture. Bila kecepatan turun, kembalikanlah sesuai
dengan kecepatan pengujian dengan menambah putaran.
Catatlah besaran-besaran yang diperlukan.
6. Mengulangi prosedur 1-5 untuk berbagai pembukaan
katup.
7. Mengulangi prosedur 1-6 untuk berbagai kecepatan

BAB IV
KERTAS KERJA
KK 1
I.

TUJUAN
Mempelajari rumus-rumus yang relevan mengenai objek
praktikum.

II. TUGAS :
Tabel 2.2. rumus-rumus yang relevan
No

Parameter

Rumus

Unit

Daya poros

N=T.W

Watt

Note
T = Torsi
W= Kecepatan sudut

2
3

Efisiensi fan
Laju aliran
udara

Nu=Daya udara statis

= Nu/ N

V = 1,291 P.V

m/s

N=Daya pemasukan
Pv=Tekanan kecepatan
D = diameter

Bilangan
Reynold

Re

V = kecepatan

dv

= kerapatan udara

=kekentalan
kinematis

=koefisien
5

Laju aliran
udara

Qv 0.01

'

m3/s

P =meter tekanan
venturi

= kerapatan udara

T=temperatur absolute
Pv=tekanan kecepatan
6

Kecepatan
udara

V 759.4

TPv
P0 (10 5 PS )

m/s

P0=tekanan udara (mili


Bar)
PS= tekanan static pipa

Tekanan
dinamik

Pd 4

V2
x
2

V = kecepatan udara
N/m2

= kerapatan udara
Psg = tekanan statis

Tekanan
statis pada
fan

PsF Psg 24 Pd 4

N/m2

di pengukuran

24 = koefisien gesek
Pd4 = tekanan dinamik

Daya
penggerak
poros

2n
xTq
60

n= putaran per menit


Watt
Tq= torsi

Qv = laju aliran udara


10

Daya statis
udara

N n Qv xPsF

Watt

PsF = tekanan statis


pada fan

11

Efisiensi

Efisiensi = N

Nu

N = daya poros
%
Nu=Daya udara statis

Contoh perhitungan detail (pada percobaan pertama kondisi


terbuka 100%) sebagai berikut :

Dari parameter yang terukur diperoleh data :

Pembukaan katup = kondisi terbuka 100%


Rpm = 1000
Torsi = 2,5 Nm
Psg = 90 Pa
p = 30 Pa
Tekanan udara atmosfer = 100900 Pa
Temperature = 31C
Rapat massa udara = 1,1769 kg/m3

Perhitungan :
1. Perbandingan tekanan dapat diperoleh:
Rpd = 1 (Psf terlalu kecil jika dibanding dengan
Patm, maka Psf dianggap 0)
= 1= 0,999
2. Dari grafik terhadap rpd untuk =

= 0,65

Untuk mencari nilai dari kurva terhadap Rpd bentuk =


0,65. Dengan Rpd = 0,999 ditarik garis keatas sehinngga
berpotongan dengan garis linier, kemudian perpotongannya
ditarik garis kekiri sehingga akan mendapatkan nilai =
1,0530

3. Laju aliran :

Qv = 0,01. .
= 0,01. 1,0530.
= 0,0532 m3/s

V=
= 3,1743 m/s
4. Bilangan Reynold (Re)
Re =
=
= 19221,45
5. Koefisien gesekan udara (24)
Mencari nilai 24 dari kurva 24 terhadap bilangan reynold
Dengan bilangan reynold = 19221,45ditarik garis keatas
sehingga berpotongan dengan kurva. Perpotongan tersebut
ditarik garis kekiri sehingga akan mendapatkan nilai 24 =
0,33
6. Tekanan dinamik
Pd4 =
=

x
x 1,1769

= 5,929 Pa

7. Tekanan statis pada fan


Psf = Psg + 24. Pd4
= 90 + 0,33 . 5,929
= 91,956 Pa
8. Daya masukan untuk menggerakkan fan
Nf =
=
= 261,905 watt
9. Keluaran daya
Nu = Qv . Psf
= 0,0532 . 91,956
= 4,8888 watt
10. Efisiensi fan (F)
f =
=

. 100%
. 100%

= 1,866%

1.

GRAFIK DAN ANALISA DATA

A. Grafik hubungan Qv dengan Tq pada kondisi pembukaan


katup tertentu

Gambar 2.5 Grafik hubungan Qv dengan Tq pada rpm 1000


Analisa :
Pada pembukaan katup kondisi open terjadi kenaikan nilai
Qv seiring kenaikan torsi, sehingga dapat dikatakan semakin
besar torsi maka nilai Qv semakin besar.
Pada pembukaan katup kondisi half, tidak terjadi penurunan
nilai Qv dibanding pembukaan katup kondisi open. Hal ini
disebabkan P pada parameter yang terukur juga mengalami
penurunan tiap terjadi pergantian pembukaan katup dari open
ke half maupun dari half ke close. Selain itu Qv juga
dipengaruhi oleh udara dan .
Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa nilai Qv terbesar
pada pembukaan katup kondisi open dengan torsi 2,5 Nm
yaitu sebesar 0,0308 m3/s.

Gambar 2.6 Grafik hubungan Qv dengan Tq pada rpm 1500


Analisa :
Pada pembukaan katup kondisi open tidak terjadi penurunan
nilai Qv seiring kenaikan torsi, sehingga dapat dikatakan
semakin besar torsi maka nilai Qv stabil.
Pada pembukaan katup kondisi half, malah terjadi kenaikan
nilai Qv seiring kenaikan torsi, hal ini disebabkan P pada
parameter yang terukur juga mengalami kenaikan.
Seharusnya nilai P yang terukur mengalami penurunan
pada tiap perubahan torsi, ini mungkin disebabkan terjadi
kesalahan dalam pembacaan nilai P tersebut.
Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa nilai Qv terbesar
pada pembukaan katup kondisi open dengan torsi 7,5 Nm
yaitu sebesar 0,0435 m3/s.

Gambar 2.7 Grafik hubungan Qv dengan Tq pada rpm 1900


Analisa :
Pada pembukaan katup kondisi open tidak terjadi penurunan
nilai Qv seiring kenaikan torsi, sehingga dapat dikatakan
semakin besar torsi maka nilai Qv stabil.
Pada pembukaan katup kondisi half, penurunan nilai Qv
lebih kecil dibanding pembukaan katup kondisi open. Hal ini
disebabkan P pada parameter yang terukur juga mengalami
penurunan tiap terjadi pergantian pembukaan katup dari open
ke half maupun dari half ke close. Selain itu Qv juga
dipengaruhi oleh udara dan .
Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa nilai Qv terbesar
pada pembukaan katup kondisi open dengan torsi 2,5 Nm
yaitu sebesar 0,0575 m3/s.

B.

Grafik hubungan dengan Tq pada kondisi pembukaan


katup tertentu

Gambar 2.8 Grafik hubungan dengan Tq pada rpm 1000


Analisa :
Pada pembukaan katup kondisi open terjadi penurunan nilai
seiring kenaikan torsi, sehingga dapat dikatakan semakin
besar torsi maka efisiensi dari fan tersebut semakin kecil.
Hal tersebut dikarenakan nilai efisiensi dipengaruhi oleh
besar Nu dan N. Nilai Nu terjadi perubahan (naik turun)
akibat Psf pada saat kondisi open memiliki tekanan yang
berubah ubah pada saat torsi 2,5 Nm yakni 90 Pa sedangkan
pada torsi 5 Nm mengalami penurunan tekanan menjadi 100
Pa dan naik tetap pada torsi 7,5 Nm menjadi 100 Pa.
Sedangkan untuk nilai N dapat dipastikan sudah benar (naik
konstan) karena N hanya dipengaruhi oleh Tq dan Rpm
dimana kedua parameter ini merupakan variabel.
Pada pembukaan katup kondisi half maupun close juga
terjadi penurunan nilai seiring kenaikan torsi sama dengan
kondisi open, namun memiliki nilai penurunan efisiensi
cenderung semakin rendah tiap terjadi pergantian pembukaan
katup dari open ke half maupun dari half ke close. Hal ini

dikarenakan nilai Nu yang semakin kecil sehingga


menyebabkan nilai efisiensi fan tersebut semakin kecil pula.
Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa nilai efisiensi
terbesar pada pembukaan katup kondisi open dengan torsi
2,5 Nm yaitu sebesar 1,866 %.

Gambar 2.9 Grafik hubungan dengan Tq pada rpm 1500


Analisa :
Pada pembukaan katup kondisi open terjadi penurunan nilai
seiring kenaikan torsi, sehingga dapat dikatakan semakin
besar torsi maka efisiensi dari fan tersebut semakin kecil.
Hal tersebut dikarenakan nilai efisiensi dipengaruhi oleh
besar Nu dan N. Nilai Nu terjadi penurunan akibat Psf pada
saat kondisi open yang juga mengalami penurunan, pada saat
torsi 2,5 Nm yakni 130 Pa sedangkan pada torsi 5 Nm stabil
tekanannya 130 Pa dan tetap pada torsi 7,5 Nm di130 Pa.
Sedangkan untuk nilai N dapat dipastikan sudah benar (naik
konstan) karena N hanya dipengaruhi oleh Tq dan Rpm
dimana kedua parameter ini merupakan variabel.

Pada pembukaan katup kondisi half maupun close juga


terjadi penurunan nilai seiring kenaikan torsi sama dengan
kondisi open, namun memiliki nilai penurunan efisiensi
cenderung semakin rendah tiap terjadi pergantian pembukaan
katup dari open ke half maupun dari half ke close. Hal ini
dikarenakan nilai Nu yang semakin kecil sehingga
menyebabkan nilai efisiensi fan tersebut semakin kecil pula.
Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa nilai efisiensi
terbesar pada pembukaan katup kondisi open dengan torsi
2,5 Nm yaitu sebesar 2,55 %.

Gambar 2.10 Grafik hubungan dengan Tq pada rpm 1900


Analisa :
Pada pembukaan katup kondisi open terjadi penurunan nilai
seiring kenaikan torsi, sehingga dapat dikatakan semakin
besar torsi maka efisiensi dari fan tersebut semakin kecil.
Hal tersebut dikarenakan nilai efisiensi dipengaruhi oleh
besar Nu dan N. Nilai Nu terjadi penurunan akibat Psf pada
saat kondisi open yang juga mengalami penurunan, pada saat

torsi 2,5 Nm yakni 170 Pa sedangkan pada torsi 5 Nm


mengalami kenaikan tekanan menjadi 175 Pa dan stabil pada
torsi 7,5 Nm di 175 Pa. Sedangkan untuk nilai N dapat
dipastikan sudah benar (naik konstan) karena N hanya
dipengaruhi oleh Tq dan Rpm dimana kedua parameter ini
merupakan variabel.
Pada pembukaan katup kondisi half maupun close juga
terjadi penurunan nilai seiring kenaikan torsi sama dengan
kondisi open, namun memiliki nilai penurunan efisiensi
cenderung semakin rendah tiap terjadi pergantian pembukaan
katup dari open ke half maupun dari half ke close. Hal ini
dikarenakan nilai Nu yang semakin kecil sehingga
menyebabkan nilai efisiensi fan tersebut semakin kecil pula.
Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa nilai efisiensi
terbesar pada pembukaan katup kondisi half dengan torsi 2,5
Nm yaitu sebesar 3,41 %.

2.

KESIMPULAN
Dari data hasil praktikum fan test diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa :
a. Besar Nu berbading lurus dengan besar kecepatan fan,
sehingga semakin cepat putaran motor, maka besar daya
statis udara juga semakin besar. Begitu juga sebalikya.
b. Besar Qv berbanding lurus dengan kec putaran dan
pembukaan katub. Sehingga semakin besar kec putaran fan
disertai pembukaan katub (dibuka penuh/open), maka Qv
juga semakin besar. Pada praktikum kami nilai Qv terbesar
terjadi pada pembukaan katup kondisi open pada rpm 1900.
c. Besar efisiensi berbanding lurus dengan kec putaran dan
pembukaan katub, sehingga semakin besar kec putaran fan
disertai pembukaan katub (dibuka penuh/open) maka
efisiensi semakin besar. Namun pada praktikum kami
efisiensi terbesar terjadi pada pembukaan katup kondisi half
pada rpm 1900.
d. Besar kecepatan udara ( V ) berbanding lurus dengan Tq,
pembukaan katup, dan RPM. Sehingga apabila semakin
besar Tq, pembukaan katup, dan RPM maka V juga semakin
besar. Begitu pula sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai