PENGUJIAN FAN
Disusun oleh:
Kelas : KE 3C
2022
DAFTAR ISI
Isi .............................................................................................................................................1
ii
PENGUJIAN FAN
A. Latar Belakang
Fan adalah perangkat mekanis yang digunakan untuk membuat aliran gas kontinu
seperti udara. Dalam setiap pendingin, yang menggunakan gas sebagai penghantar, fan
adlah unit wajib yang menciptakan aliran udara dalam system. System ini dapat dilihat
dalam fan sederhana yang digunakan di rumah tangga atau kipas pendingin eksternal
untuk mesin pembakaran internal. Ketika membutuhkan tekanan yang lebih tinggi
diperlukan blower yang digunakan sebagai pengganti fan.
Fan biasanya terdiri dari baling – baling atau pisau tetap ke sebuah hub, biasanya
disebut impeller. Mekanisme penggerak seperti motor atau drive belt akan terhubung
untuk menciptakan gerak rotasi impeller. Mekanisme gerak bias diatur sehingga
alirannya bias sentrifugal maupun aksial.
Dengan demikian, sebagai mahasiswa program studi Teknik Konversi Energi,
kami diharapkan untuk memahami berbagai macam peralatan yang nantinya akan dibagi
dalam beberapa macam seperti pompa, kompresor dan lain – lain.
B. Tujuan
Setelah mempelajari dan melakukan pengujian fan, mahasiswa diharapkan dapat :
Menjelaskan fungsi dan cara kerja peralatan pengujian fan
Menggunakan nosel, venturi, dan pipa statik pitot untuk mengukur laju aliran udara
Menemukan dan menggambarkan karakteristik fan yang meliputi :
1. Karakterikstik tekanan terhadap laju aliran untuk putaran tetap;
2. Karakteristik daya terhadap laju aliran untuk putaran tetap;
3. Karakteristik efisiensi terhadap laju aliran untuk putaran tetap;
4. Mengalanisis dan mengevaluasi hasil pengujian.
C. Dasar Teori
Pengertian Fan
Fan adalah alat untuk mengalirkan udara. Karena itu fan dikenal dengan sebutan
penukaran, penghebus atau pembuang udara. Alat ini banyak dijumpai pada sistem
iii
ventelasi dan peralatan pendingin udara juga pada instansi yang mengalirkan udara panas
dan gad buang. Selain itu, masih banyak lagi penggunaan fan ini di industri.
Daya masukan yang digunakan diperoleh dari motor listrik. Efisiensi fan adalah
perbandingan antara daya aliran udara dibanding daya poros untuk menggerakkan fan.
Daya aliran udara yang dihasilkan tergantung pada tekanan dan laju aliran udara.
Tinggi tekan yang dihasilkan fan pada umumnya rendah dibandingkan jenis
mesin-mesin pengalir udara yang lain seperti blower dan kompresor. Fan, blower dan
kompresor dibedakan oleh metode yang digunakan untuk menggerakan udara, dan oleh
tekanan sistem operasinya. The American Society of Mechanical Engineers (ASME)
menggunakan rasio spesifik, yaitu rasio tekanan pengeluaran terhadap tekanan hisap,
untuk mendefinisikan fan, blower, dan kompresor.
Karakteristik sistem
Istilah “resistansi sistem” digunakan bila mengacu tekanan statis. Resistansi
sistem merupakan jumlah kehilangan tekanan statis dalam sistem. Resistansi sistem
merupakan fungsi pola susunan saluran, pengambilan, lengkungan dan penurunan
tekanan yang melintasi peralatan, sebagai contoh bag filter atau siklon. Resistansi sistem
bervariasi terhadap volume aliran udara yang memasuki sistem. Untuk volume udara
tertentu, fan dalam sistem dengan saluran sempit dan banyak tikungan dengan radius
pendek akan bekerja lebih keras untuk mengatasi resistansi sistem yang lebih besar
daripada dalam sistem dengan saluran yang lebih besar dan dengan lebih sedikit jumlah
belokan dan panjang. Saluran panjang yang sempit dengan banyak bengkokan dan
tikungan akan memerlukan lebih banyak energi untuk menarik udara untuk melaluinya.
Sebagai akibatnya, untuk kecepatan fan yang sama, fan akan mampu menarik lebih
sedikit melalui sistem ini daripada yang melalui sistem pendek tanpa ada belokan.
Dengan begitu maka resistansi sistem meningkat jika volume udara yang mengalir ke
iv
sistem meningkat. Sebaliknya, resistansi berkurang jika alirannya berkurang. Untuk
menentukan berapa volume fan yang akan dihasilkan, penting untuk mengetahui
karakteristik resistansi sistem. Pada sistem yang ada, resistansi sistem dapat diukur. Pada
sistem yang sudah didesain, namun tidak dibangun, resistansi sistem harus dihitung.
Kurva resistansi sistem dihasilkandengan berbagai laju aliran pada sumbu- x dan
resistansinya pada sumbu-y.
Karakteristik fan
Karakteristik fan dapat dinyatakan dalam bentuk kurva fan. Kurva fan merupakan
kurva kinerja untuk fan tertentu pada sekumpulan kondisi yang spesifik. Kurva fan
merupakan penggambaran grafik dari sejumlah parameter yang saling terkait. Biasanya
sebuah kurva akan dikembangkan untuk sekumpulan kondisi yang diberikan termasuk
volum fan, tekanan statis sistem, kecepatan fan, dan tenaga yang diperlukan untuk
menggerakan fan pada desainer sistem akan mengetahui kondisi pada kurva fan dimana
fan akan beroperasi. Dari banyak kurva yang diketahui, kurva tekanan statis (SP) versus
aliran merupakan kurva yang sangat penting. Perpotongan kurva sistem dan tekanan
statis merupakan titik operasi, bila resistansi sistem berubah, titik operasi juga berubah.
Sekali titik operasi ditetapkan, daya yang diperlukan dapat ditentukan dengan mengikuti
garis tegak lurus yang melintas melalui titik operasi ke titik potong dengan kurva tenaga
(BHP).
Karakteristik sistem dan kurva fan
v
Pada berbagai sistem fan, resistansi terhadap aliran udara (tekanan) jika aliran
udara meningkat. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, resistansi ini bervariasi dengan
kuadrat aliran. Tekanan yang diperlukan oleh sistem pada suatu kisaran aliran dapat
ditentukan dan “kurva kinerja sistem” dapat dikembangkan (ditunjukkan sebagai SC).
Kemudian kurva sistem ini dapat diplotkan pada kurva fan untuk menunjukan titik
operasi fan yang sebenarnya pada "A" dimana dua kurva (N1 dan SC1) berpotongan.
Titik operasinya yaitu aliran udara Q 1 terhadap tekanan P1. Sebuah fan beroperasi pada
kinerja yang diberikan oleh pabrik pembuatnya untuk kecepatan fan tertentu. (grafik
kinerja fan memperlihatkan kurva untuk serangkaian kecepatan fan). Pada kecepatan fan
N1, fan akan beroperasi sepanjang kurva kinerja N1. Titik operasi fan yang sebenarnya
tergantung pada resistansi sistem, titik operasi fan “A” adalah aliran (Q1) terhadap
tekanan (P1). Dua metode yang dapat digunakan untuk menurunkan aliran udara dari Q1
ke Q2:
Metode pertama adalah membatasi aliran udara dengan menutup sebagian damper
dalam sistem. Tindakan ini menyebabkan kurva kinerja sistem yang baru (SC2) dimana
tekanan yang dikehendaki lebih besar untuk aliran udara yang diberikan. Fan sekarang
akan beroperasi pada "B" untuk memberikan aliran udara yang berkurang Q2 terhadap
tekanan yang lebih tinggi P2.
Metode kedua untuk menurunkan aliran udara adalah dengan menurunkan
kecepatan dari N1 ke N2, menjaga damper terbuka penuh. Fan akan beroperasi pada "C"
untuk memberikan aliran udara Q2 yang sama, namun pada tekanan P3 yang lebih
rendah. Jadi, menurunkan kecepatan fan merupakan metode yang jauh lebih efisien untuk
mengurangi aliran udara karena daya yang diperlukan berkurang dan lebih sedikit energi
yang dipakai.
vi
Gambar 2. Kurva Kinerja Fan
Hukum fan
Fan beroperasi dibawah beberapa hukum tentang kecepatan, daya dan tekanan.
Perubahan dalam kecepatan (putaran per menit atau RPM) berbagai fan akan
memprediksi perubahan kenaikan tekanan dan daya yang diperlukan untuk
mengoperasikan fan pada RPM yang baru.
Jenis Fan
1. Kipas Sentrifugal
Kipas sentrifugal ini menggunakan prinsip gaya sentrifugal untuk membangkitkan
aliran fluida gas. Mirip dengan pompa sentrifugal, udara masuk melalui sisi inlet yang
berada di pusat putaran kipas sentrifugal tersebut, lalu terdorong menjauhi poros kipas
akibat gaya sentrifugal dari sudu-sudu kipas yang berputar. Pada debit aliran yang
sama, kipas sentrifugal menghasilkan tekanan udara outlet yang lebih besar
dibandingkan dengan kipas aksial. Pada dunia industri kipas ini sering diberi
istilah blower.
vii
Gambar 4. Kipas Sentrifugal
2. Kipas Aksial
Sesuai dengan namanya, Axial Fan menghasilkan aliran fluida gas dengan arah
yang searah dengan poros kerja kipas tersebut. Kipas tipe ini adalah yang paling
banyak penggunaannya di kehidupan sekitar kita. Hal tersebut tidak terlepas dari
kemudahan desain serta harga yang lebih ekonomis jika dibandingkan dengan kipas
sentrifugal. Karena desainnya yang tidak terlalu rumit serta dapat
menghasilkan flow yang besar, kipas ini banyak digunakan sebagai alat pendingin
pada berbagai keperluan. Dari pendingin CPU hingga komponen pendingin mesin
kendaraan bermotor menggunakan kipas tipe aksial.
P1 V 21 P2 V 22
Z1 + + =Z 2 + + , Z1 =Z 2
γ 2g γ 2g
2 2
P 1 V 1 P2 V 1
+ = +
γ 2g γ 2g
viii
2 2
P 1−P2 V 2 −V 1
= (1)
γ 2g
2. Persamaan kontinuitas
Q1=Q2
A1 ×V 1= A 2 ×V 2
A2−V 1
V 2= (2)
A1
Berdasarkan persamaan 1 dan 2
{( )}
2
2 A2 2 2
P 1−P2 V −V ∆ P V − V 2
= = 2
A1 21
γ 2 g ρg
2g
{( )}
2
A2 2
∆P V − V 2
= A1 2
ρ
2
√
2 g ∆ x ( ρair −ρ udara )
V 2=
1− ( )
A2 2
ρ
A 1 udara
√ ( )
ρair
2g∆ x −1
ρudara
V 2=
( )
2
A2
1−
A1
Sehingga,
Qu=Cd × A 2 ×V 2
√ ( ) ρair
2 g∆ x −1
ρudara
Qu=Cd × A 2 ×
( )
2
A2
1−
A1
P= ρ× g × ∆ h
[ ]
N
m
2
ix
4. Daya udara (Pu)
Pu=P ×Qu
√ ( )
ρair
2g ∆ x −1
ρudara
Pu= ρ× g × ∆ h ×Cd × A 2 × [W ]
( )
2
A2
1−
A1
5. Daya mekanik
2 πnT
Pm= atau Pm=I ×V ×motor listrik [W ]
60
6. Efisiensi
Pu
η= ×100 %
Pm
D. Alat yang Digunakan
1. Instalasi pengujian fan
2. Timbangan gantung digital
3. Penggaris
4. Dua buah manometer
E. Prosedur Kerja
1. Menyusun pipa – pipa sesuai pengujian yang dilakukan
2. Menggabungkan manometer yang besar dengan udara luar dan ujung satunya dengan
saluran pipa, setelah pipa pengarah. Dengan demikian, perbedaan tekanan di dalam
saluran dan udara luar dapat diketahui.
3. Menutup ujung saluran keluaran udara ( jangan rapat sekali, ini akan mengakibatkan
torsi start yang besar ).
4. Percobaan siap dilakukan.
F. Langkah Percobaan
1. Menyiapkan tabel data pengukuran.
x
2. Mengkalibrasi peukur tekanan dan torsi.
3. Menghidupkan catu daya listrik.
4. Mengbesarkan kecepatan motor fan sampai mencapai harga tertentu (1500-3000 rpm).
Mencatat besaran-besaran yang diperlukan.
5. Membuka katup keluar setiap 1 cm sampai dengan bukaan yang 5 sampai diperoleh
laju aliran yang kira-kira sama dengan beda tekanan Bila kecepatan turun,
kembalikanlah sesuai dengan kecepatan pengujian dengan menambah putaran.
Catatlah besaran-besaran yang diperlukan.
6. Mengulangi prosedur 1-5 untuk berbagai pembukaan katup.
7. Mengulangi prosedur 1-6 untuk berbagai kecepatan.
xi
8 1,7 0,420 2,8 2,4
10 1,75 0,400 2,9 2,5
12 1,75 0,410 2,9 2,5
2 1,6 0,395 3,5 1,8
4 2,0 0,500 3,1 2,9
6 2,1 0,550 3,4 3,1
2100 115
8 2,1 0,550 3,5 3,5
10 2,2 0,450 3,4 3,3
12 2,2 0,540 3,5 3,4
2 2,0 0,490 4,5 2,5
4 2,5 0,475 4,6 3,9
6 2,6 0,700 4,6 4,0
2400 130
8 2,6 0,705 4,7 4,1
10 2,6 0,680 4,7 4,2
12 2,6 0,680 4,6 4,4
2 2,5 0,660 6,1 3,4
4 3,0 0,825 6,2 4,5
6 3,2 0,875 6,3 5,0
2700 145
8 3,2 0,885 6,4 5,2
10 3,2 0,890 6,4 5,3
12 3,2 0,880 6,5 5,5
H. Perhitungan Data
1. Putaran 1500 rpm
a. Bukaan katup 2 cm
∆ h=1,4 cm=0,014 m Mencari Debit
∆ x=2,6 cm=0,026 m 2
Qu=π r 2 ∙ V 2
m=0,225 kg 2
Qu=3,14 ∙ ( 0,0475 ) ∙22,814
Mencari Laju Aliran Udara
Qu=0,162m2 /s
Mencari Daya Output
Pout =P u ∙ Qu
Pout = ρu ∙ g ∙ ∆ h∙ Qu
xii
√
Pout =1,2∙ 9,81∙ 0,014 ∙ 0,162
V 2=
2∙ g ∙ ∆ x
[
ρ air
ρudara
−1
] Pout =0,027 W
Mencari Torsi
( )
2
A τ =m∙ g ∙ R
1− 2 τ =0,225 ∙ 9,81∙ 0,16
A1
√
τ =0,353 Nm
V 2=
2∙ 9,81 ∙0,026 [ 1000
1,2
−1 ] Mencari Daya Input
P¿ =
2∙π ∙n∙τ
60
( )
2 2
πr 2 ∙ 3,14 ∙1500 ∙ 0,353
1− P¿ =
π r2
√
60
P¿ =55,421W
V 2=
2∙ 9,81 ∙0,026 [ 1000
1,2
−1 ] Efisiensi Fan
P
η= out ×100 %
( )
2 2
0,0475 P¿
1− 2
0,0725 0,027
√√
η= × 100 %
55,421
V 2=
2∙ 9,81 ∙0,026 [ 1000
1,2
−1 ] η=0,049 %
( 0,0475
0,0725 )
4
1−
424,58988
V 2=
0,81574
V 2=22,814 m/s
b. Bukaan katup 4 cm
∆ h=1,4 cm=0,014 m Mencari Debit
∆ x=2,7 cm=0,027 m 2
Qu=π r 2 ∙ V 2
m=0,260 kg Qu=3,14 ∙ ( 0,0475 )2 ∙23,24
Mencari Laju Aliran Udara
√
Qu=0,165m2 /s
V 2=
2∙ g ∙ ∆ x
[ ρ air
ρudara
−1
] Mencari Daya Output
Pout =P u ∙ Qu
Pout = ρu ∙ g ∙ ∆ h∙ Q u
( )
2
A2
1− Pout =1,2∙ 9,81∙ 0,018 ∙ 0,165
A1
√
Pout =0,035W
V 2=
2∙ 9,81 ∙0,027 [ 1000
1,2
−1 ] Mencari Torsi
τ =m∙ g ∙ R
τ =0,260 ∙ 9,81∙ 0,16
( )
2
π r2 τ =0,408 Nm
1−
π r2 Mencari Daya Input
xiii
√
2∙π ∙n∙τ
V 2=
2∙ 9,81 ∙0,027
1000
1,2 [
−1 ] P¿ =
P¿ =
60
2 ∙ 3,14 ∙1500 ∙ 0,408
( )
2
0,0475 2 60
1−
0,0725 2 P¿ =64,056 W
√√
Efisiensi Fan
V 2=
2∙ 9,81 ∙0,027
[ 1000
1,2
−1
] η=
P out
P¿
×100 %
( 0,0475
0,0725 )
4
0,035
1− η= ×100 %
64,056
440,92026 η=0,055 %
V 2=
0,81574
V 2=23,249 m/ s
c. Bukaan katup 6 cm
√
∆ h=1,9 cm=0,019 m
∆ x=2,7 cm=0,027 m
m=0,310 kg V 2=
2∙ 9,81 ∙0,027 [ 1000
1,2
−1 ]
( )
2 2
Mencari Laju Aliran Udara
√
0,0475
1−
[ ]
2
ρ air 0,0725
√
2∙ g ∙ ∆ x −1
V 2=
ρudara
2∙ 9,81 ∙0,027
[ 1000
−1
]
( ) A2
2 1,2
1− V 2=
( 0,0475
0,0725 )
4
A1 1−
√ [ ] √
1000
2∙ 9,81 ∙0,027 −1 440,92026
1,2 V 2=
V 2= 0,81574
( )
2 2
πr V 2=23,249 m/ s
1− 2
πr Mencari Daya Input
Mencari Debit 2∙π ∙n∙τ
P¿ =
Qu=π r 22 ∙ V 2 60
2 2 ∙ 3,14 ∙1500 ∙ 0,487
Qu=3,14 ∙ ( 0,0475 ) ∙23,249 P¿ =
2
60
Qu=0,165m / s P¿ =76,459W
Mencari Daya Output Efisiensi Fan
Pout =P u ∙ Qu P out
Pout = ρu ∙ g ∙ ∆ h∙ Qu η= ×100 %
P¿
Pout =1,2∙ 9,81∙ 0,019 ∙ 0,165 0,037
Pout =0,037 W η= ×100 %
76,459
Mencari Torsi η=0,048 %
τ =m∙ g ∙ R
τ =0,310 ∙ 9,81∙ 0,16
τ =0,487 Nm
d. Bukaan katup 8 cm
xiv
∆ h=1,9 cm=0,019 m Mencari Debit
∆ x=2,8 cm=0,028 m Qu=π r 22 ∙ V 2
m=0,315 kg 2
Qu=3,14 ∙ ( 0,0475 ) ∙23,676
Mencari Laju Aliran Udara
√
2
Qu=0,168 m / s
V 2=
2∙ g ∙ ∆ x
[ ρ air
ρudara
−1
] Mencari Daya Output
Pout =P u ∙ Qu
Pout = ρu ∙ g ∙ ∆ h∙ Qu
( )
2
A2
1− Pout =1,2∙ 9,81∙ 0,019 ∙ 0,168
A1
√
Pout =0,038W
V 2=
2∙ 9,81 ∙0,028 [ 1000
1,2
−1 ] Mencari Torsi
τ =m∙ g ∙ R
τ =0,315 ∙ 9,81∙ 0,16
( )
2 2
πr τ =0,494 Nm
1− 2
πr Mencari Daya Input
√
2∙π ∙n∙τ
V 2=
2∙ 9,81 ∙0,028 [ 1000
1,2
−1 ] P¿ =
P¿ =
60
2 ∙ 3,14 ∙1500 ∙ 0,494
( )
2
0,04752 60
1−
0,07252 P¿ =77,558W
√√
Efisiensi Fan
V 2=
2∙ 9,81 ∙0,028
[ 1000
1,2
−1
] η=
P out
P¿
×100 %
( )
4
0,0475 0,038
1− η= ×100 %
0,0725 77,558
457,25064 η=0,049 %
V 2=
0,81574
V 2=23,676 m/ s
e. Bukaan katup 10 cm
∆ h=2,0 cm=0,02m Mencari Debit
∆ x=2,8 cm=0,028 m 2
Q u=π r 2 ∙ V 2
m=0,317 kg Qu=3,14 ∙ ( 0,0475 )2 ∙23,676
Mencari Laju Aliran Udara
√
2
Qu=0,168 m / s
V 2=
2∙ g ∙ ∆ x
[ ρ air
ρudara
−1
] Mencari Daya Output
Pout =P u ∙ Qu
Pout = ρu ∙ g ∙ ∆ h∙ Qu
( )
2
A
1− 2 Pout =1,2∙ 9,81∙ 0,020 ∙ 0,168
A1
Pout =0,040W
Mencari Torsi
τ =m∙ g ∙ R
τ =0,317 ∙ 9,81∙ 0,16
xv
√
τ =0,498 Nm
V 2=
2∙ 9,81 ∙0,028
1000
1,2
−1 [ ] Mencari Daya Input
P¿ =
2∙π ∙n∙τ
( )
2
π r2 60
1−
π r2 2 ∙ 3,14 ∙1500 ∙ 0,498
P¿ =
√
60
V 2=
2∙ 9,81 ∙0,028 [ 1000
1,2
−1 ] P¿ =78,186 W
Efisiensi Fan
P out
( )
2 2
0,0475 η= ×100 %
1− 2 P¿
0,0725
√√
0,040
η= ×100 %
V 2=
2∙ 9,81 ∙0,028
[ 1000
1,2
−1
] 78,186
η=0,051 %
( )
4
0,0475
1−
0,0725
457,25064
V 2=
0,81574
V 2=23,676 m/ s
f. Bukaan katup 12 cm
√
∆ h=2,2 cm=0,022 m
∆ x=2,8 cm=0,028 m
m=0,325 kg V 2=
2∙ 9,81 ∙0,028 [ 1000
1,2
−1 ]
( )
2
Mencari Laju Aliran Udara 0,04752
√
1−
[ ]
2
ρ air 0,0725
√√
2∙ g ∙ ∆ x −1
V 2=
ρudara
2∙ 9,81 ∙0,028 [ 1000
−1 ]
( ) A2
2 1,2
1− V 2=
( 0,0475
0,0725 )
4
A1 1−
√ [ ]
1000
2∙ 9,81 ∙0,028 −1 457,25064
1,2 V 2=
V 2= 0,81574
( )
2 2
πr V 2=23,676 m/ s
1− 2
πr
Mencari Debit Mencari Daya Input
Qu=π r 22 ∙ V 2 2∙π ∙n∙τ
P¿ =
2
Qu=3,14 ∙ ( 0,0475 ) ∙23,676 60
2 2 ∙ 3,14 ∙1500 ∙ 0,510
Q u=0,168 m / s P¿ =
60
Mencari Daya Output P¿ =80,07 W
Pout =P u ∙ Qu
Efisiensi Fan
Pout = ρu ∙ g ∙ ∆ h∙ Qu P out
Pout =1,2∙ 9,81∙ 0,022 ∙ 0,168 η= ×100 %
P¿
Pout =0,044 W 0,044
Mencari Torsi η= ×100 %
80,07
xvi
τ =m∙ g ∙ R η=0,055 %
τ =0,325 ∙ 9,81∙ 0,16
τ =0,510 Nm
Sehingga dapat diperoleh data dari perhitungan di atas yaitu sebagai berikut:
P in
Putaran Bukaan (cm) Qu m2/s τ (Nm) P out (Watt) η (%)
(Watt)
2 0,162 0,353 0,027 55,421 0,049
4 0,165 0,408 0,035 64,056 0,055
6 0,165 0,487 0,037 76,459 0,048
1500
8 0,168 0,494 0,038 77,558 0,049
10 0,168 0,498 0,040 78,186 0,051
12 0,168 0,510 0,044 80,070 0,055
2 0,158 0,487 0,026 91,751 0,028
4 0,162 0,636 0,032 119,822 0,027
6 0,165 0,651 0,045 122,648 0,037
1800
8 0,168 0,659 0,047 124,156 0,038
10 0,171 0,628 0,050 118,315 0,042
12 0,171 0,644 0,050 121,330 0,041
2 0,188 0,620 0,040 136,276 0,029
4 0,176 0,785 0,060 172,543 0,035
6 0,185 0,863 0,064 189,687 0,034
2100
8 0,188 0,863 0,077 189,687 0,041
10 0,185 0,706 0,068 155,179 0,044
12 0,188 0,848 0,075 186,390 0,040
2 0,214 0,769 0,214 193,173 0,033
4 0,250 0,746 0,115 187,395 0,061
6 0,250 1,099 0,117 276,069 0,042
2400
8 0,213 1,107 0,103 278,078 0,036
10 0,213 1,067 0,105 268,030 0,039
12 0,250 1,067 0,129 268,030 0,048
2 0,248 1,036 0,099 292,774 0,034
4 0,250 1,295 0,132 365,967 0,036
6 0,252 1,373 0,148 388,010 0,044
2700
8 0,254 1,389 0,155 392,431 0,039
10 0,254 1,397 0,158 394,792 0,040
12 0,256 1,381 0,166 390,271 0,043
I. Grafik Efisiensi
Putaran 1500 rpm
xvii
Gambar 1. Hubungan Efisiensi terhadap Bukaan Katup pada Putaran 1500 rpm
Putaran 1800 rpm
Gambar 2. Hubungan Efisiensi terhadap Bukaan Katup pada Putaran 1800 rpm
xviii
Gambar 3. Hubungan Efisiensi terhadap Bukaan Katup pada Putaran 2100 rpm
Putaran 2400 rpm
Gambar 4. Hubungan Efisiensi terhadap Bukaan Katup pada Putaran 2400 rpm
Putaran 2700 rpm
Gambar 5. Hubungan Efisiensi terhadap Bukaan Katup pada Putaran 2700 rpm
xix
Perbandingan Seluruh Hasil Efisiensi
xx
cenderung semakin besar dan apabila bukaannya semakin besar dengan kondisi putaran
yang tetap/stabil maka nilai daya inputnya cenderung semakin kecil. Debit udara
cenderung tidak stabil nilainya namun apabila berpatokan pada setiap bukaan pertama
yaitu pada bukaan 2 cm dengan rpm tetap maka semakin tinggi rpm, nilainya semakin
tinggi pula. Untuk nilai efisiensi keseluruhan berada pada angka presentase 0,025% -
0,065%, namun grafik dari masing masing jenis putaran tidak sama, artinya ada yang
naik turun. Hal itu disebabkan karena adanya salah satu sambungan pipa yang kurang
rapat, sehingga mempengaruhi nilai effisiensi.
K. Kesimpulan
Pada pembahasan laporan praktikum berdasarkan data pengujian dan perhitungan
disimpulkan bahwa :
Nilai daya output, daya input, dan debit udara nilainya sebanding dengan putaran rpm,
yaitu apabila rpm semakin naik putarannya maka nilai-nilai tersebut akan semakin
besar dan juga sebaliknya.
Nilai daya output, daya input, dan debit udara nilainya berbanding terbalik dengan
besar bukaan pada pipa, yaitu apabila bukaan semakin lebar maka nilainya akan
semakin kecil.
Putaran rpm dan bukaan berpengaruh terhadap nilai effisiensi.
xxi