Anda di halaman 1dari 29

HALAMAN SAMPUL

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH DIAMETER


HONEYCOMB TERHADAP INTENSITAS TURBULENSI
PADA TEROWONGAN ANGIN RANGKAIAN TERBUKA

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh
FACHRY RAMADHAN
NIM 181910101082

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JEMBER

2022
HALAMAN JUDUL

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH DIAMETER


HONEYCOMB TERHADAP INTENSITAS TURBULENSI
PADA TEROWONGAN ANGIN RANGKAIAN TERBUKA

SKRIPSI
Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Studi Teknik Mesin (S1) dan mencapai gelar sarjana

Oleh

FACHRY RAMADHAN

181910101082

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JEMBER

2022
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi di seluruh dunia dapat dilihat di sejumlah industri,


salah satunya industri besar dan kecil. Industri saat ini menghasilkan permintaan
primer, sekunder dan tersier. Industri yang menghasilkan permintaan sekunder
memasuki bidang permintaan primer, seperti telekomunikasi dan transportasi.
Kebutuhan manusia akan transportasi semakin meningkat dari seiring waktu, yang
dapat dilihat pada jutaan orang yang menggunakan berbagai moda transportasi,
contohnya darat, laut, dan udara. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat saat ini
tidak dapat dipisahkan dari kendaraannya. Selain itu, masyarakat semakin
menuntut kendaraan dengan performa tinggi, ergonomis yang baik, dan desain
yang menarik. Sebuah transportasi dapat dikatakan memiliki performa tinggi dan
ergonomis yang baik jika mempunyai kemampuan aerodinamis yang bagus.
Aerodinamika sebagai cabang dari ilmu mekanika fluida adalah suatu ilmu
yang mempelajari pengaruh aliran udara terhadap benda kerja yang bergerak
melewati fluida bergerak khusunya yang berebentuk udara. Salah satu cara dalam
melakukan penelitian mengenai aerodinamika adalah mengujikan benda kerja atau
objek ke dalam terowongan angin. Terowongan angin adalah peralatan yang
digunakan untuk melakukan pengujian aerodinamika terhadap sebuah model,
seperti pesawat atau mobil. Terowongan angin biasanya digunakan untuk
mensimulasi sebuah kondisi aliran udara terhadap suatu model. Keberadaan
terowongan angin di Laboratorium UKM Mobil Listrik Fakultas Teknik
Universitas Jember dimaksudkan untuk mendukung penelitian di bidang
aerodinamika dan memfasilitasi penelitian turbin angin.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas dari terowongan angin
adalah turbulensi. Turbulensi adalah gerakan partikel yang sangat tidak teratur
dalam aliran fluida yang sulit diperkirakan gerakannya. Tingkat fluktuasi
turbulensi dalam aliran disebut intensitas turbulensi. Semakin tinggi nilai
intensitas turbulensi maka fluktuasi kecepatan semakin besar. Tingkat turbulensi
yang tinggi akan mengakibatkan hasil penelitian menjadi kurang akurat. Oleh
karena itu diperlukan suatu upaya agar intensitas turbulensi pada bagian test
section menjadi rendah.
Honeycomb atau diebut juga sarang lebah pada terowongan angin adalah
bagian depan yang pertama kali dilalui oleh aliran fluida dari luar terowongan
angin ke dalam terowongan angin yang bertujuan untuk mendapatkan bentuk
aliran fluida yang searah dengan kecepatan aliran fluida yang seragam (linier) dan
stabil, dan menjaga kerugian tekanan serendah mungkin.
Penelitian ini akan mengkaji tentang pengaruh dari variasi diameter
honeycomb terhadap nilai intensitas turbulensi yang terjadi pada test section
terowongan angin tipe sirkuit terbuka. Kondisi terowongan angin yang berada di
laboratorium UKM Mobil Listrik Fakultas Teknik UNEJ saat ini belum ada acuan
yang valid dalam menentukan panjang dan diameter honeycomb yang digunakan
pada terowongan angin, dikarenakan mengingat masih belum ada yang meneliti
honeycomb pada terowongan angin ini. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui pengaruh dari variasi diameter honeycomb manakah yang
menghasilkan intensitas turbulensi paling kecil. Penggunaan diameter honeycomb
yang optimal diharapkan mampu meningkatkan kinerja terowongan angin tipe
rangkaian terbuka yang berada di Laboratorium UKM Mobil Listrik Fakultas
Teknik UNEJ sehingga kedepannya dapat digunakan untuk menguji suatu model
atau desain dan menganalisanya dari segi aerodinamika.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan


masalah sebagai berikut:
1. Berapa intennsitas turbulensi pada terowongan angin saat menggunakan
honeycomb dengan diameter 6 mm, 3 mm, dan 2 mm?
2. Apakah ada pengaruh yang terjadi dengan perbedaan tiap diameter
honeycomb?
3. Berapa diameter honeycomb yang mampu menghasilkan intensitas
turbulensi terkecil?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
a. Mengetahui kinerja terowongan angin pada laboratorium UKM Mobil
Listrik Fakultas Teknik UNEJ setelah menggunakan beberapa variasi
diameter honeycomb.
b. Mengetahui diameter honeycomb yang mampu menghasilkan intensitas
turbulensi terkecil.

1.3.2 Manfaat
a. Sebagai acuan atau bahan masukan khususnya untuk Tim Mobil Listrik
TITEN UNEJ dalam menigkatkan kinerja terowongan angin tipe
rangkaian terbuka.
b. Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
pengujian pada terowongan angin maupun aliran fluida.
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Suhu udara di sekitar terowongan angin diabaikan.
2. Tidak membahas bagian – bagian terowongan angin lainnya selain
honeycomb.
3. Kelembaban udara diabaikan.
4. Pengujian dilakukan dengan tiga variasi diameter honeycomb yang
berbeda yaitu diameter 6 mm, diameter 3 mm, dan diameter 2 mm.
5. Pengujian ini dilakukan menggunakan alat terowongan angin sirkuit
terbuka yang berada di laboratorium UKM Mobil Listrik Fakultas Teknik
UNEJ.

1.5 Hipotesa
Hipotesa awal pada penelitian ini adalah variasi diameter pada honeycomb
mempengaruhi besaran nilai intensitas turbulensi, dimana semakin kecil diameter
honeycomb semakin kecil pula nilai intensitas turbulensi.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Terowongan Angin (Wind Tunnel)
Terowongan angin (wind tunnel) merupakan suatu alat yang berfungsi
untuk mengetahui suatu kondisi udara yang mengenai benda padat (Idris, 2019).
Terowongan angin digunakan untuk mensimulasikan keadaan sebenarnya dari
suatu objek yang dikenai gaya aerodinamis di bidang penerbangan, untuk
menganalisis mekanika penerbangan suatu objek terbang (flying vehicle).
Terowongan angin juga banyak digunakan untuk menguji berbagai kondisi objek
yang mengalir seperti pembangunan gedung pencakar langit, lingkungan
perkotaan dan lain-lain. Menurut Barlow dkk (1999) pada bukunya yang berjudul
“low-speed terowongan angin testing” terowongan angin dikelompokkan
menjadi:

2.1.1 Terowongan Angin Rangkaian Terbuka (Open Circuit Wind Tunnel)


Terowongan angin sirkuit terbuka mempunyai ciri udara mengalir lurus
dari sisi hisap sampai dengan sisi keluaran. Terowongan angin dengan jenis ini
mempunyai beberapa keunggulan yaitu:

a. Biaya konstruksi biasanya jauh lebih sedikit.


b. Saluran udara langsung keluar ke lingkungan, sehingga tidak memerlukan
pembersihan pada lubang isap dan keluar.

Adapun kekurangan dari terowongan angin tipe sirkuit terbuka adalah sebagai
berikut:

a. Kualitas aliran yang mengalir dipengaruhi oleh faktor cuaca, karena


menggunakan udara yang berasal dari lingkungan luar.
b. Pada kecepatan angin yang berbeda memerlukan energi yang cukup
banyak untuk mengoperasikannya.

Gambar 2.1 Terowongan Angin Sirkuit Terbuka

Sumber: (Dsouza dan Shankar, 2016)


2.1.2 Terowongan Angin Rangkaian Tertutup (Close Circuit Wind Tunnel)
Tipe rangkaian tertutup adalah tipe dimana aliran udara mengalir secara
kontinu/terus menerus dalam terowongan angin, sehingga udara yang masuk akan
terus mengalir selama pengoperasian terowongan angin dan udara tidak terbuang
keluar lingkungan. Tipe ini memiliki beberapa keunggulan antara lain:

a. Kualitas aliran udara dapat dikendalikan lebih baik, karena tidak terganggu
dengan faktor eksternal terowongan angin.
b. Memerlukan energi yang relatif rendah.
c. Tidak berisik jika dibandingkan dengan terowongan angin rangkaian
terbuka.

Adapun kekurangan dari terowongan rangkaian tertutup adalah sebagai berikut:

a. Membutuhkan biaya lebih banyak, dikarenakan terdapat sudut.


b. Membutuhkan pembersihan jika dilakukan pengujian dengan asap atau
pengujian mesin pembakaran.
c. Membutuhkan sistem pendingin jika melakukan pengujian dalam waktu
lama.

Gambar 2.2 Terowongan Angin Rangkaian Tertutup

Sumber : (Dsouza dan Shankar, 2016)

2.1.3 Bagian – Bagian Terowongan Angin


Pada umunya terowongan angin terdiri atas fan, diffuser, test section,
contraction, dan settling chamber.
a. Fan
Fan adalah bagian utama penghasil udara pada terowongan angin tipe
apapun. Untuk dapat menggerakkan fan, dibutuhkan sebuah penggerak fan.
Biasanya fan dihubungkan dengan poros motor penggerak supaya fan dapat
berputar dan menghasilkan udara. Pada umumnya jenis fan ada dua, yaitu fan
dengan aliran aksial dan fan dengan aliran radial. Terowongan angin tipe
rangkaian terbuka sering menggunakan fan Janis aksial dikarenakan arah
aliran udara yang sejajar dengan poros motor penggerak dan tidak
membutuhkan casing pengarah aliran udara. Sedangkan fan jenis aliran radial
memiliki arah aliran udara yang tegak lurus dengan poros penggerak.

Gambar 2.3 Fan

Sumber : (Hermawan et al., 2020)

b. Diffuser

Diffuser adalah ruang yang mempunyai luas penampang yang semakin


melebar. Diffuser mempunyai fungsi sebagai komponen yang menyebabkan
kenaikan tekanan pada udara, ketika udara melewati diffuser maka tekanannya
akan meningkat tetapi kecepatannya menurun. Sesuai dengan prinsip
Bernoulli yang menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan

Gambar 2.4 Diffuser

Sumber: (Idris, 2019)


kecepatan akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut, atau
sebaliknya.

c. Test Section

Test section adalah bagian dari terowongan angin yang berfungsi untuk
meletakkan model/objek yang akan diuji. Ukuran dari test section disesuaikan
dengan ukuran model yang akan diuji, kemudian ukuran tersebut ditentukan
dengan dimensi model dan diberi toleransi ukuran. Bagian test section harus
mempunyai panjang yang cukup dengan tujuan meredam gangguan aliran.
Test section biasanya terdapat bagian yang dibuat dengan bahan tembus
pandang seperti kaca atau akrilik dengan tujuan benda uji dapat terlihat saat
sedang diuji.

Gambar 2.5 Test Section

Sumber: (Idris, 2019)

d. Contraction

Contraction adalah ruang yang mempunyai luas penamoang yang semakin


mengecil. Contraction mempunyai fungsi berlawanan dengan diffuser, karena
contraction merupakan komponen yang menyebabkan kenaikan kecepata
udara dan penurunan tekanan.
e. Settling Chamber

Settling chamber terletak di antara inlet terowongan angin dan contraction.


Settling chamber sering disebut juga dengan ruang penenang yang mempunyai
fungsi untuk mengurangi turbulensi aliran pada terowongan angin. Pada
bagian inilah terpasang screen dan honeycomb.

Gambar 2.7 Settling Chamber

Sumber: (Ahmed, 2013)

f. Honeycomb

Honeycomb mempunyai bentuk seperti sarang lebah atau lingkaran dan


bersaluran lurus. Honeycomb mempunyai fungsi untuk mengurangi turbulensi
aliran udara yang akan menuju bagian test section. Ketika aliran udara
turbulen masuk dan melewati honeycomb, maka aliran udara tersebut akan
menjadi aliran stabil atau aliran laminar.

Gambar 2.8 Honeycomb

Sumber: (Hanifah, 2015)


2.1.4 Prinsip Kerja Terowongan Angin
Pada terowongan angin tipe rangkaian terbuka seperti yang berada pada
laboratorium UKM Mobil Listrik Fakultas Teknik UNEJ, fan berputar dan
menghasilkan aliran udara dengan kecepatan tertentu. Aliran udara yang
dihasilkan oleh fan masih berbentuk aliran turbulen/acak. Kemudian aliran udara

Gambar 2.9 Skema Terowongan Angin Tipe Rangkaian Terbuka

Sumber: (Sun et al., 2017)


tersebut melewati bagian contraction sehingga kecepatan aliran akan meningkat.
Setelah melewati contraction, aliran udara akan masuk ke dalam bagian test
section menuju objek yang sedang diuji. Setelah melewati test section, aliran
udara akan menuju bagian diffuser, dan setelah melewati diffuser kecepatan aliran
udara akan menurun dan terbuang ke lingkungan luar.

Keterangan:

1. Layar pengkondisian aliran


2. Kolektor mempercepat aliran udara
3. Honeycomb menghilangkan turbulensi dari aliran udara yang masuk
4. Model/benda uji di dalam test section
5. Perangkat elektronik yang dihubungkan dengan sensor kecepatan aliran
atau sensor tekanan
6. Fan menarik udara melalui terowongan
7. Contraction

2.2 Karakteristik Aliran Fluida


Fluida yang mengalir pada suatu ruang yang dibatasi dinding padat akan
memiliki karakteristik aliran, yaitu aliran laminar atau aliran turbulen.
2.2.1 Aliran Laminar
Aliran laminar didefinisikan sebagai fluida yang bergerak secara halus dan
lancar dengan kecepatan relatif rendah. Dalam aliran laminar, viskositas
mempunyai fungsi untuk meredam kecenderungan terjadinya Gerakan realatif
antar lapisan. Dalam aliran laminar, setiap partikel fluida mengikuti jalur mulus
yang disebut streamline (lajur arus) dan jalur ini tidak saling bersilangan
(Giancoli, 2005). Aliran laminar memiliki bilangan Reynolds kurang dari 2300.

2.2.2 Aliran Turbulen


Aliran turbulen adalah aliran yang dimana pergerakan aliran dari partikel-
partikel fluida sangat tidak menentu/acak. Menurut (Giancoli, 2005) pada
bukunya yang berjudul “Physics : Principles with Application” aliran turbulen
dicirikan oleh lingkaran-lingkaran yang tidak menentu, kecil, seperti pusaran air
yang disebut dengan eddies, dapat dilihat pada gambar 2.10. Eddies menyerap
banyak energi, dan meskipun sejumlah tertentu gesekan internal yang disebut
viskositas hadir bahkan selama aliran arus, dan jauh lebih besar ketika aliran
turbulen (Giancoli, 2005). Tipe aliran ini terdiri dari gerak fluida yang tidak
teratur dan tidak tetap sehingga ia sulit untuk divisualisasikan, diukur, dan
diprediksi (Stefphanie et al., 2005). Aliran turbulen memiliki bilangan Reynolds
lebih dari 4000. Turbulensi yang terjadi mengakibatkan tegangan geser yang
merata di seluruh fluida dan menyebabkan kerugian aliran.
(a) Aliran Laminar; (b) Aliran Turbulen

2.2.3 Aliran Transisi


Aliran transisi adalah aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran
turbulen. Keadaan peralihan ini dipengaruhi oleh viskositas fluida, kecepatan
fluida, dan lain-lain yang menyangkut geometri aliran, dimana aliran ini
mempunyai bilangan Reynolds antara 2300 sampai dengan 4000.

2.3 Penggunaan Honeycomb


Aliran udara yang memasuki terowongan angin mengalami turbulen
dengan kecepatan yang belum seragam dan harus distabilkan untuk menghasilkan
Gambar 2.10 Tipe Aliran

Sumber: (Giancoli, 2005)


aliran laminar pada bagian test section. Salah satu hal yang dapat mewujudkan
kondisi tersebut ialah penggunaan honeycomb pada terowongan angin.

2.3.1 Pengurangan Turbulensi


Pengurangan turbulensi pada terowongan angin memiliki tujuan supaya
aliran udara yang memasuki bagian test section pada terowongan angin berbentuk
aliran laminar, sehingga akan meningkatkan validitas dari pengujian yang
dilakukan terhadap suatu objek/benda uji.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kusmawan (2016)


menyimpulkan, “Honeycomb sangat berpengaruh terhadap aliran fluida/udara
untuk menyearahkan aliran dan mengurangi dampak turbulensi. Jika tidak
menggunakan honeycomb aliran fluida yang masuk ke bagian test section akan
sangat berantakan dan tidak beraturan berdeda dengan aliran yang menggunakan
honeycomb hasilnya akan lebih terarah” maka dari itu penggunaan honeycomb
adalah sesuatu yang penting pada terowongan angin.

2.3.2 Ukuran Sel Optimal


Bentuk penampang melintang pada honeycomb seringkali berbentuk
segienam (hexagonal), terkadang juga berbentuk lingkaran, pada umunya bentuk
penampang tersebut dipilih untuk kemudahan terutama dari segi
konstruksi/pembuatan terowongan angin. Menurut (Mehta & Bradshaw, 1979),
panjang sel honeycomb harus berkisar enam sampai delapan kali ukuran diameter
sel. Hal tersebut juga diterapkan pada penelitian yang dilakukan oleh (Nelta &
Martin, 2019) yang menggunakan persamaan:

Lh
6≤ ≤ 8........................................................................
Dh

Dimana:

Lh=¿ Panjang honeycomb (mm)

Dh=¿ Diameter honeycomb (mm)

Semakin panjang honeycomb maka aliran akan semakin seragam, namun


kerugian tekanan akan semakin besar (Handayani, 2014). Mengacu pada
penelitian yang dilakukan oleh (Ardiyani et al., 2018) mengenai pengembangan
desain terowongan angin sirkuit terbuka dengan variasi panjang honeycomb
menggunakan ukuran diameter 6 mm. Dari hasil penelitian, honeycomb dengan
panjang 6 cm menghasilkan intensitas turbulensi sebesar 0.0221, honeycomb
dengan panjang 4 cm menghasilkan intensitas turbulensi sebesar 0.0217, dan
honeycomb dengan panjang 2 cm menghasilkan intensitas turbulensi sebesar
0.0289. Pada penelitian ini dapat disimpukan bahwa panjang honeycomb 4 cm
memiliki kemampuan untuk memperkecil intensitas turbulensi pada bagian test
section.

2.4 Intensitas Turbulensi


Kualitas sebuah terowongan angin dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah turbulensi udara. Gerakan partikel yang sangat tidak teratur dalam
suatu aliran fluida dan sulit untuk diperkirakan gerakannya disebut dengan
turbulensi atau sering disebut juga aliran turbulen. Intensitas turbulensi adalah
tingkat fluktuasi (perubahan) turbulensi dalam suatu aliran. Semakin tinggi nilai
intensitas turbulensi maka fluktuasi kecepatan semakin besar (Wicaksana et al.,
2020). Turbulensi yang tinggi akan menyebabkan hasil penelitian menjadi kurang
akurat, oleh karena itu diperlukan upaya supaya intensitas turbulensi pada bagian
test section dapat se-minimal mungkin. Intensitas turbulensi dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut:

u'
¿= x 100 %...................................................................
U


n

∑ (U ¿−U i)2 ............................................................


u' = i=1
¿
n−1

Dimana:

¿=¿ Intensitas Turbulensi (% )

U ᵢ=¿ Kecepatan pada waktu tertentu (m/s )

U =¿ Kecepatan rata-rata (m/s )

u ’=¿ Standar deviasi fluktuasi kecepatan udara (m/s )

2.5 Lapisan Batas (Boundary Layer)


Lapisan batas aerodinamis pertama kali dihipotesiskan oleh seorang
Insinyur bernama Ludwig Prandtl (1875-1853) dalam sebuah makalah yang
dipresentasikan pada 12 Agustus 1904 pada kongres internasional matematikawan
ketiga yang bertempat di Heidelberg, Jerman.

Lapisan batas adalah lapisan tipis pada permukaan padat yang terbatas
pada daerah yang sangat sempit dekat dengan permukaan kontur dimana
kecepatan fluida tidak seragam yang dipengaruhi dari gaya viskos yang muncul
akibat viskositas (Faruk & Kamiran, 2016). Lapisan batas muncul pada
permukaan benda karena memiliki sifat viskositas fluida yang cenderung akan
menempel pada permukaan benda. Lapisan tersebut berada tepat di atas
permukaan yang memiliki sifat statsioner sehingga, menyebabkan aliran fluida
diatasnya melambat dikarenakan terjadi interaksi yang berupa tumbukan antar
molekul. Kecepatan pada daerah batas tersebut meningkat secara perlahan hingga
mencapai aliran bebas atau freestream. Gambar 2.11 memperlihatkan suatu fluida
mengalir dengan distribusi kecepatan yang sama, dimana ketika melewati suatu
permukaan padat aliran tersebut mengalami distribusi kecepatan yang berbeda
karena dipengaruhi oleh adanya permukaan padat.

Gambar 2.11 Struktur Lapisan Batas

Sumber: (Faruk & Kamiran, 2016)

Melalui laju perubahan kecepatan pada lapisan batas, dapat ditentukan


gradien kecepatan benda dan tegangan gesernya. Tegangan geser pada lapisan
batas dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

τ =μ ( dudy )( y=0).........................................................
Dimana:

τ =¿ tegangan geser (N /m 2)

μ=¿ viskositas dinamis (Ns/m 2)

u = kecepatan aliran (m/s )

y = panjang (m)

2.6 Bilangan Reynolds


Dalam ilmu mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya
inersia terhadap gaya viskos yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya
tersebut dengan suatu kondisi aliran fluida. Bilangan ini digunakan untuk
mengidentifikasikan jenis aliran fluida, yaitu laminar, turbulen, atau transisi. Tiga
faktor yang mempengaruhi keadaan suatu aliran fluida yaitu kekentalan, rapat
massa zat cair, dan diameter pipa atau terowongan angin (Nurcholis, 2008).

VD ρ
ℜ= .......................................................................
μ
Dimana:
V = kecepatan (rata-rata) fluida yang mengalir (m/s )
D=¿ diameter dalam pipa atau sisi test section pada terowongan angin (m)
ρ=¿ massa jenis fluida (kg /m3)
μ=¿ viskositas dinamik fluida (kg /m. s)
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen atau pengematan
secara langsung menggunakan terowongan angin untuk mengetahui pengaruh
variasi diameter honeycomb terhadap intensitas turbulensi yang merupakan nilai
dari tingkat fluktuasi (perubahan) pada suatu aliran udara. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui diameter honeycomb manakah yang mampu menghasilkan
intensitas turbulensi terkecil, dengan variasi diameter honeycomb sebesar 6 mm, 3
mm, dan 2 mm. Penelitian ini dimulai dari studi literatur, pembuatan honeycomb
dengan diameter yang sudah ditentukan, pengujian pada terowonga angin, dan
perhitungan intensitas turbulensi.

3.2 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan di laboratorium UKM Mobil Listrik TITEN
Fakultas Teknik Universitas Jember. Penelitian dilakukan dalam jangka waktu 6
bulan, yaitu dimulai dari bulan Februari hingga bulan Juli tahun 2022.

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

No. Kegiatan Bulan


Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan
Judul
2 Studi
Literatur
3 Penyusunan
Proposal
4 Seminar
Proposal
3.3 Sumber Penelitian
Sumber data pada penelitian ini adalah data primer yang didapatkan,
dikumpulkan dan bersumber langsung dari proses eksperimen. Jenis data yang
diperoleh ada 2 (dua), yaitu data kuantitatif yang didapatkan dari perhitungan
rumus dengan dibantu menggunakan alat ukur anemometer, dan data kualitatif
yang didapatkan dari hasil pengamatan secara langsung pada terowongan angin.

3.4 Variabel Penelitian


Variabel pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah variabel
bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol sebagai berikut:

3.4.1 Variabel Bebas


Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi hasil daru suatu
penelitian, yang dimana faktor dari variabel tersebut akan dinilai, dimanipulasi,
atau dipilih oleh peneliti dengan tujuan memastikan hubugannya dengan suatu
gejala yang sedang diteliti. Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini
adalah variasi diameter honeycomb. Variasi diameter yang akan digunakan
sebesar 6 mm, 3 mm, dan 2 mm.

3.4.2 Variabel Terikat


Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.
Yusuf (2014) menyebutkan bahwa variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau diterangkan oleh variabel lain, tetapi tidak dapat mempengaruhi
variabel lainnya. Variabel terikat pada penelitian ini adalah intensitas turbulensi,
dikarenakan nilai intensitas turbulensi dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu
diameter honeycomb.
3.4.3 Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan supaya pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang
tidak diteliti. Variabel ini perlu dikontrol, dipertahankan nilainya, ataupun diacak
sedemikian rupa supaya pengaruh nilainya diminamilisir (Sugeng, 2007). Pada
penelitian ini yang merupakan variabel kontrol adalah kecepatan angin yang
dihasilkan dari putaran fan.

3.5 Alat dan Bahan


Pada sub bab ini akan menjelaskan tentang alat dan bahan yang akan
digunakan dalam penelitian.

3.5.1 Alat
a. Blower Axial Flow Fan (1100W, 220V/50Hz)
Alat tersebut berfungsi sebagai sumber aliran udara di dalam terowongan
angin yang digunakan saat penelitian.

Gambar 3.12 Blower


b. Dimmer (AC 220V, 400W)
Alat tersebut berfungsi sebagai pengatur putaran blower.

Gambar 3.13 Dimmer


c. Anemometer Digital
Alat ini berfungsi sebagai pengukur kecepatan angin pada bagian test
section.

Gambar 3.14 Anemometer Digital


d. Terowongan Angin Tipe Rangkaian Terbuka
Alat ini berfungsi untuk mneguji kinerja honeycomb dengan variasi yang
sudah ditentukan.

Gambar 3.15 Terowongan Angin

g. Gunting
Alat ini berfungsi untuk memotong sedotan plastik yang akan digunakan
sebagai honeycomb.

3.5.2 Bahan
a. Sedotan Plastik
Sebagai bahan yang digunakan untuk membuat honeycomb.
Gambar 3.16 Sedotan Plastik
b. Papan Kayu
Digunakan sebagai frame dari honeycomb, papan kayu yang akan
digunakan mempunyai tebal 5 mm.

Gambar 3.17 Papan Kayu

3.6 Prosedur Penelitian


Prosedur yang dilakukan dalam pemelitian penngaruh diameter
honeycomb terhadap intensitas turbulensi yaitu sebagai berikut:

3.6.1 Studi Literatur


Studi literatur dilakukan dengan cara membaca jurnal dan penelitian
terdahulu dengan topik yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan referensi dalam menentukan variasi
dan sitematika penelitian yang akan dilakukan. Materi yang dipelajari meliputi :
aliran udara, mekanika fluida, turbulensi dalam aliran, dan terowongan angin.
3.6.2 Eksperimen
Eksperimen dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: mengukur ukuran
test section terowongan angin yang akan digunakan sebagai referensi dalam
membuat honeycomb, menentukan ukuran diameter honeycomb dengan acuan
jurnal dan penelitian terdahulu yang sudah dikaji, membuat honeycomb dengan
acuan ukuran test section terowongan angin yaitu 30 cm x 30 cm, melakukan
pengujian dengan terowongan angin untuk mengetahui pengaruh diameter
honeycomb terhadap nilai intensitas turbulensi, mengukur kecepatan angin yang
telah melewati honeycomb dengan anemometer digital pada 9 titik di test section
seperti pada gambar 3.7 supaya dapat menghitung nilai intensitas turbulensi
menggunakan persamaan 2.2.

Gambar 3.18 Titik Pengambilan Data Kecepatan Angin

Pembuatan honeycomb menggunakan sedotan plastik dilakukan


berdasarkan referensi dari beberapa jurnal dan melihat biaya produksi yang relatif
terjangkau. Desain dari honeycomb yang akan digunakan pada penelitian ini dapat
dilihat pada gambar 3.8.

Gambar 3.19 Desain Honeycomb


3.6.3 Analisa Hasil Penelitian
Data hasil dari pengujian variasi diameter honeycomb dianalisa untuk
mengetahui pengaruh diameter honeycomb intensitas turbulensi dan keseragaman
aliran pada terowongan angin.

3.6.4 Kesimpulan
Kesimpulan didapatkan dari rangkuman hasil penelitian sesuai dengan
tujuan penelitian yang telah ditentukan.

3.7 Pengolahan Data


Percobaan akan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali pengulangan.
Hasil pengujian pada terowongan angin akan diolah menggunakan aplikasi Ms.
Office Excel supaya mempermudah perhitungan dan pembuatan grafik hingga
menghasilkan nilai intensitas turbulensi. Hasil data akan dimasukkan pada tabel
seperti yang dicontohkan pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Tabel hasil data kecepatan angin, kecepatan angin rata-rata, dan Intensitas
Turbulensi

Percobaan ke-n
Kecepatan Kecepatan Intensitas
Diameter Honeycomb
angin angin rata- Turbulensi
(m/s) rata (m/s) (%)

Diameter 6 mm

Diameter 3 mm

Diameter 2 mm
3.8 Diagram Alir Penelitian

Anda mungkin juga menyukai