Anda di halaman 1dari 15

KRITERIA PENILAIAN MODEL AERODINAMIK JEMBATAN KABEL

DALAM PENGUJIAN TEROWONGAN ANGIN


(RATING CRITERIA OF AERODYNAMIC MODEL OF CABLE
BRIDGES IN THE WIND TUNNEL TEST)
Lanneke Tristanto1), Setyo Hardono2), Gatot Sukmara3)
1),2),3)
Puslitbang Jalan dan Jembatan
1),2),3)
Jl. A.H. Nasution 264, Bandung 40294
e-mail: 1) lanneketristanto@gmail.com, 2) setyo.hardono@pusjatan.pu.go.id, 3) gatot.sukmara@pusjatan.pu.go.id
Diterima: 7 Oktober 2016; direvisi: 15 Oktober 2016; disetujui: 21 November 2016

ABSTRAK
Gaya angin pada lantai jembatan kabel gantung dan beruji dipengaruhi oleh kecepatan dan sudut serang angin,
perbandingan dimensi, bentuk dan ukuran penampang melintang serta gerakan lantai. Pengaruh tersebut
direproduksi dalam terowongan angin dengan membuat model lantai jembatan. Model untuk pengujian aerodinamik
jembatan kabel dipersiapkan dengan penskalaan prototipe jembatan aktual. Kesesuaian aerodinamik antara model
dan prototipe jembatan kabel harus dirancang agar model mewakili karakteristik struktural prototipe. Pengujian
terowongan angin menghasilkan beberapa informasi penting seperti kecepatan dan sudut serang angin kritis yang
merupakan batas keamanan untuk stabilitas aerodinamik prototipe, pengurangan atau peningkatan osilasi dan
perkiraaan amplitude maksimum. Makalah ini membahas perancangan model secara teoritis-eksperimental dalam
menetapkan persyaratan penskalaan model, dan kriteria penilaian obyektif untuk evaluasi hasil pengujian
terowongan angin dengan solusi praktis aplikatif. Jembatan beruji kabel Palibaja Sukabumi yang fleksibel dalam
arah lateral dengan nilai perbandingan bentang lebar sebesar 54 ternyata tahan terhadap angin flutter berdasarkan
rasio frekuensi torsi/lentur sebesar dua berdasarkan hasil uji getaran. Hasil uji aerodinamik model lantai jembatan
Palibaja mengungkap kemungkinan terjadinya gaya angkat dalam arah gaya berat jembatan, dengan solusi perforasi
lantai.
Kata kunci: model aerodinamik, penskalaan model, pengujian terowongan angin, kecepatan dan sudut serang angin,
stabilitas aerodinamik, uji getaran jembatan, kriteria penilaian.

ABSTRACT
The wind forces on the deck of suspended and stayed cable bridges are influenced by the critical wind velocity and
attack angle, ratio of dimensions, shape and size of the cross section, and deck motion. These effects are reproduced
in a wind tunnel, by constructing a deck model. The model for aerodynamic testing of cable bridgesis prepared by
scaling of the actual bridge prototype. Aerodynamic similarity between model and prototype of a cable bridge has to
be designed, thus the model represents the structural characteristics of the prototype. The wind tunnel test reveals
some important information such asthe critical wind speed and attack angle as safety limit for aerodynamic stability
of the prototype, decrement or increment of oscilation and the estimated maximum amplitude. This paper discusses
theoretical experimental design methods in establishing model scaling requirements and anobyective rating criteria
for evaluating wind tunnel test results with practical applicative solutions. The cable stayed bridge Palibaja Sukabumi
which is flexible in lateral direction due to span width ratio of 54, is verified flutter resistant by the torsional flexural
frequency ratio of two based on bridge vibration test results. The Palibaja aerodynamic deck model test reveals a
possible uplift in bridge gravity direction, with deck perforation solution.
Keywords: aerodynamic model, model scaling, wind tunnel test, wind velocity and attack angle,
aerodynamic stability, bridge vibration test, rating criteria

Kriteria Penilaian Model Aerodinamik Jembatan Kabel Dalam Pengujian Terowongan Angin
(Lanneke Tristanto, Setyo Hardono, Gatot Sukmara) 65
PENDAHULUAN dibuat perforasi dalam struktur lantai. Keamanan
aerodinamik prototipe dengan demikian dapat
Cara uji dalam terowongan angin digandakanmelalui uji coba modifikasi model.
berkembang sejak terjadi keruntuhan Jembatan Kriteria penilaian hasil pengujian
Tacoma dan Jembatan Dryburgh (Walther et al. terowongan angin perlu obyektif, praktis dan
1999). Keruntuhan jembatan Tacoma lama aplikatif agar menuju pada solusi peningkatan
diperkirakan karena gelagar pengaku pelat baja ketahanan aerodinamik dalam desain prototipe.
terlalu langsing terhadap panjang bentang utama Beberapa solusi untuk peningkatan kinerja
ℓ (tinggi gelagar = ℓ/350 < batas minimum aerodinamik telah berhasil dengan baik.
ℓ/300), juga sempit terhadap panjang bentang Beberapa cara modifikasi yang diterapkan pada
utama dengan nilai bentang utama/lebar = 853/12 jembatan gantung dirangkum sebagai berikut
= 77, walaupun memenuhi persyaratan rasio (O’Connor 1970; Diana and Fiammenghi 2012):
frekuensi torsi terhadap frekuensi lentur(NΥ/Nv = 1) Sistem bresing lateral tambahan: Golden Gate
10/8 = 1,25 > 1). Sedangkan jembatan gantung Bridge, bentang 4.200 kaki (ft)
Dryburgh runtuh dengan rasio bentang utama 2) Gelagar pengaku tipe pelat diubah menjadi
teradap lebar = 66. Jembatan Tacoma baru rangka: Bronx Whitestone Bridge, bentang
dibangun dengan gelagar pengaku rangka baja 2.300 ft
(tinggi gelagar = ℓ/85) sebagai solusi kekakuan 3) Penambahan kabel beruji diagonal: Deer
struktural untuk stabilitas aerodinamik (WSDOT Island Bridge, bentang 1.080 ft
2016). 4) Perforasi grating permukaan dalam boks
Gaya angin pada lantai jembatan kabel lantai kendaraan: Messina Bridge, bentang
dipengaruhi oleh kecepatan angin, sudut serang 4.500 m
angin, bentuk dan ukuran penampang melintang, 5) Peningkatan kekasaran lapis cat pada
dan gerakan lantai. Pengaruh tersebut di atas permukaan boks lantai kendaraan: Messina
dapat disimulasi dan direproduksi dalam Bridge, bentang 4.500 m
terowongan angin, dengan penskalaan model Cara modifikasi yang diterapkan pada
lantai jembatan secara sebagian atau lengkap. jembatan beruji kabel dirangkum sebagai berikut
Mengingat gelagar pengaku dominan dalam (FHWA 2005):
ketahanan angin maka uji model gelagar sebagian 1) Penambahan ikatan silang cross ties antara
cukup memadai untuk memperoleh kecepatan kabel beruji, agar panjang bebas kabel yang
dan sudut serang angin kritis sebagai parameter berkurang dapat meningkatkan frekuensi
aerodinamik utama. alami
Selain mengungkap kecepatan angin dan 2) Perkasaran permukaan selongsong kabel
sudut serang kritis, model uji dapat dimanfaatkan beruji sangat populer untuk mencegah pusaran
untuk meningkatkanbatas kritis anginsecara air rivulets akibat angin dan hujan
ekonomis dan efisien dengan pemodelan gelagar 3) Perforasi lantai kendaraan terutama
pengaku sebagian. Di bawah kecepatan angin bermanfaat pada jembatan pejalan kaki yang
sudut serang kritis tidak terjadi perkembangan relatif sempit.
gerakan dan stabilitas aerodinamik prototipe
struktur terjamin. Pada dan di atas kecepatan KAJIAN PUSTAKA
angin sudut serangkritis dapat terjadi
perkembangan dan peningkatan gerakan osilasi. Penskalaan model secara umum
Gelagar dapat dimodifikasi lebih tahan angin Aspek struktural dan aerodinamik dalam
dengan penampang stream lined, atau gelagar skala (Tabel 1) dan inersia model harus mewakili
rangka diperkuat dengan ikatan lateral, atau frekuensi alami dan redaman struktur aktual.
Bila perkiraaan karakteristik struktural tepat 1) Kecepatan dan sudut serang angin kritis,
diwakili oleh model, akan diperoleh hasil
pengujian berupa parameter:

66 Jurnal Jalan-Jembatan, Volume 33 No. 2 Juli-Desember 2016: 65-79


2) Redaman (logarithmic decrement) atau amplitude maksimum tanpa koreksi cukup
peningkatan (logarithmic increment) untuk memadai sebagai estimasi pembanding.
berbagai kecepatan dan arah angina, dan Investigasi pengujian meliputi beban angin statik
3) Estimasi amplitude maksimum. dan dinamik, stabilitas aerodinamik, dan vibrasi
Di bawah kecepatan sudut kritis terjadi akibat angin vortex: pusaran angin yang dominan
logarithmic decrement sehingga tidak terjadi pada gelagar pengaku profil pelat atau boks
perkembangan gerakan. Pada dan di atas (Uejima and Matsuda 2006; Diana and
kecepatan sudut kritis terjadi logarithmic Fiammenghi 2012), atau angin flutter: kibaran
increment dan dapat terjadi perkembangan angin yang dominan pada gelagar streamlined
gerakan osilasi dengan peningkatan amplitude dan gelagar pengaku rangka batang (Indonesia
sampai steady state dengan nilai maksimum yang 2011).
diskala dan dikoreksi ke prototipe. Nilai

Tabel 1. Skala tipikal untuk berbagai tipe uji terowongan


angin (Okukawa and Suzuki 2000)
Tipe uji Skala tipikal
Model topografik 1:2.000
Lingkungan setempat 1:600 - 1:300
Model aeroelastik 1:200 - 1:100
Model sebagian/section 1:80 - 1:40
Model khusus >1:20

Mengingat tidak semua besaran dapat 2) Model uji lengkap penuh (full cable supported
diskalakan maka besaran utama yang penting model)
diskalakan untuk model uji sebagian dan penuh Model ini dipengaruhi oleh gravitasi,
adalah sebagai berikut: sehingga skala panjang dan kecepatan angin
1) Model uji sebagian (sectional model) tidak cukup, dan diperlukan penskalaan
Model ini cukup dengan penskalaan panjang gravitasional sesuai persamaan berikut
(βL) dan kecepatan angin (βV) sesuai (Gimsing and Georgakis 2012) . Model
persamaan berikut (Gimsing and Georgakis lengkap merupakan pengecekan final
2012). Berbagai pengujian yang diperlukan (Gambar 1 b).
meliputi model uji sebagian dari lantai 𝛽𝛽𝑣𝑣2
= 1 ……..……………………………… (3)
𝛽𝛽𝐿𝐿 𝛽𝛽𝑔𝑔
(Gambar 1 a), serta menara dan kabel.
𝛽𝛽𝐿𝐿 = 𝐷𝐷𝐷𝐷𝑚𝑚 & 𝛽𝛽𝑉𝑉 = 𝑈𝑈𝑈𝑈𝑚𝑚 ………………..……… (1) Mengingat penskalaan gravitasional βg= 1,
𝑝𝑝 𝑝𝑝
maka:
Keterangan:
Dmdan Dp= dimensi karakteristik model dan 𝛽𝛽𝑉𝑉 = √𝛽𝛽𝐿𝐿 …..……………………………….. (4)
prototipe Dengan Persamaan 4, skala panjang 1:250
Um dan Up = kecepatan angin skala model dan menghasilkan skala kecepatan angin 1:√250
skala penuh ~ 1:16, sebagai contoh kecepatan angin flutter
Dengan demikian skala frekuensi βf menjadi: aktual 80 m/det. dalam model menjadi 5
𝛽𝛽𝑉𝑉
𝛽𝛽𝑓𝑓 = …………….………………………..(2) m/det. Perlu diingat, walaupun frekuensi
𝛽𝛽𝐿𝐿
diskalakan dalam model, tetapi akselerasi
tidak mengalami skala dan nilai aktual dapat
langsung diukur selama pengujian (Walther et
al. 1999).

Kriteria Penilaian Model Aerodinamik Jembatan Kabel Dalam Pengujian Terowongan Angin
(Lanneke Tristanto, Setyo Hardono, Gatot Sukmara) 67
Sumber: Uejima dan Matsuda (2006) Sumber: Uejima dan Matsuda (2006)
Gambar 1a. Model lantai sebagian dengan skala 1:60 Gambar 1b. Model penuh jembatan beruji kabel
dengan skala 1:120

Penskalaan model lantai sebagian (section) mendasar yaitu perpindahan vertikal (besar dan
secara detil arah vA dan vB sama) dan rotasi puntir (besar sama
Penskalaan model lantai mewakili tapi arah vA dan vB berlawanan) pada tepi lantai
frekuensi dan moda alami dari perhitungan berhadapan (Gambar 2a.) yang direproduksi
mekanika struktur dan redaman yang diestimasi dengan model lantai sebagian pada tumpuan
eksperimental. Terdapat dua model vibrasi pegas vertikal ks (Gambar 2b).

Gambar 2. Model vibrasi penampang melintang gelagar pengaku

Model bergetar pada frekuensi alami N dalam Keterangan:


gerakan harmonis sederhana, maka: vAo &vBo = setengah amplitude
vA = vAosin 2π Nt …………………………… (5) N = frekuensi alami (pada getaran bebas)
vB= vBosin 2π Nt …………………………… (6) t = waktu

68 Jurnal Jalan-Jembatan, Volume 33 No. 2 Juli-Desember 2016: 65-79


Dengan diferensiasi diperoleh: Bila sebagian masa berada antara A dan B maka
𝑑𝑑 2 𝑣𝑣𝐴𝐴 𝑀𝑀 1
> 2 dengan rasio frekuensi > 1 yang
= −𝑣𝑣𝐴𝐴𝐴𝐴 4𝜋𝜋 2 𝑁𝑁 2 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠2𝜋𝜋𝜋𝜋𝜋𝜋 4𝐼𝐼 𝐵𝐵
𝑑𝑑𝑑𝑑 2 meningkatkan stabilitas :
= −4𝜋𝜋 2 𝑁𝑁 2 𝑣𝑣𝐴𝐴 …………………..………….. (7) 1/2
𝑁𝑁𝜃𝜃 𝑏𝑏 2
𝑑𝑑 2 𝑣𝑣𝐵𝐵 2 2 > � 2� > 1 …….…….…….…….…….… (17)
= −4𝜋𝜋 𝑁𝑁 𝑣𝑣𝐵𝐵 ……..……..…….………... (8) 𝑁𝑁𝑣𝑣 𝐵𝐵
𝑑𝑑𝑑𝑑 2
Gaya pegas yang bekerja pada penampang untuk
satuan perpindahan merupakan -ksvA dan - ksvB Kategori kepekaan terhadap angin
Gaya vertikal total -ks(vA +vB) Parameter Pb menentukan kategori
Momen total terhadap pusat O = ks(b/2)(vA -vB), kriteria kepekaan terhadap angin (BSI 2001)
positif bila dalam arah jarum jam sebagai berikut:
𝜌𝜌𝑏𝑏 2 16 𝑉𝑉𝑟𝑟2
Akselerasi rata-rata menjadi: 𝑃𝑃𝑏𝑏 = � �� � ……..……..……..……..…. (18)
𝑚𝑚 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑓𝑓𝐵𝐵2
Translasi linier:
1 𝑑𝑑 2 𝑣𝑣𝐴𝐴 𝑑𝑑 2 𝑣𝑣𝐵𝐵
Keterangan :
� + � = −2𝜋𝜋 2 𝑁𝑁 2 (𝑣𝑣𝐴𝐴 + 𝑣𝑣𝐵𝐵 ), ρ = kerapatan udara (kg/m3)
2 𝑑𝑑𝑑𝑑 2 𝑑𝑑𝑑𝑑 2
kekakuan vertikal tumpuan pegas = 2 ks b = lebar total lantai jembatan (m)
Rotasi angular: m= masa per satuan panjang jembatan (kg/m3)
1 𝑑𝑑 2 𝑣𝑣𝐴𝐴 𝑑𝑑 2 𝑣𝑣𝐵𝐵 1 Vr=kecepatan rata-rata angin untuk daerah
− � − � = +4𝜋𝜋 2 𝑁𝑁 2 (𝑣𝑣𝐴𝐴 − 𝑣𝑣𝐵𝐵 ), relieving (m/s)
𝑏𝑏 𝑑𝑑𝑑𝑑 2 𝑑𝑑𝑑𝑑 2 𝑏𝑏
rotasi 𝜃𝜃 positif bila searah perputaran jarum jam, L=panjang bentang relevan maksimum jembatan
sehingga gerakan tiap pegas (b/2) 𝜃𝜃 , setiap gaya (m)
pegas = ks (b/2) 𝜃𝜃, yang menghasilkan torsi ks fB= frekuensi lentur alami (Hz)
(b2/2) 𝜃𝜃, jadi kekakuan gabungan pegas melawan Sebagai perkiraan awal dapat dianggap :
torsi = ks (b2/2). Vr antara 20 dan 40 m/s
Sehingga gaya total = massa M x akselerasi linier: m/b antara 600 dan 1200 kg/m2
−𝑘𝑘𝑠𝑠 (𝑣𝑣𝐴𝐴 + 𝑣𝑣𝐵𝐵 ) = −2𝜋𝜋 2 𝑁𝑁 2 (𝑣𝑣𝐴𝐴 + 𝑣𝑣𝐵𝐵 )𝑀𝑀………… (9) fB antara 50/L0,87 dan 100/L0,87
Dan momen total = I x akselerasi angular: untuk jembatan biasa, sedangkan untuk jembatan
𝑏𝑏 1 kabel gantung dan beruji diperoleh dari rumus
𝑘𝑘𝑠𝑠 (𝑣𝑣𝐴𝐴 − 𝑣𝑣𝐵𝐵 ) = 4𝜋𝜋 2 𝑁𝑁 2 (𝑣𝑣𝐴𝐴 − 𝑣𝑣𝐵𝐵 )𝐼𝐼………… (10)
2 𝑏𝑏 eksperimental (Kawashima, Unjoh, and
Solusi (a) gerakan translasi: Persamaan 9 berlaku Tsunomoto 1991) atau analisis struktur.
untuk semua nilai vA = vB sehingga Kategori kriteria kepekaan jembatan terhadap
ks = 2 π2N2M…………………………..…………….(11)
angin ditentukan sebagai berikut:
1 2𝑘𝑘𝑠𝑠 1/2
𝑁𝑁 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 = 𝑁𝑁𝑣𝑣 = � � ……………...... (12) a) PB < 0,04 : tidak peka
2𝜋𝜋 𝑀𝑀
Solusi (b) gerakan puntir :Persamaan 10 berlaku b) 0,04 ≤PB : kurang peka
untuk semua nilai vA = -vB sehingga ≤1,00
𝑏𝑏 1
𝑘𝑘𝑠𝑠 = 4𝜋𝜋 2 𝑁𝑁 2 𝐼𝐼 …… …… …… …… …… … (13) c) PB > 1,00 : sangat peka, sehingga
2 𝑏𝑏
1 𝑘𝑘𝑠𝑠 𝑏𝑏 2
1/2 uji terowongan angin
𝑁𝑁 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = 𝑁𝑁𝜃𝜃 = � � …… …… ……... (14) diperlukan
2𝜋𝜋 2𝐼𝐼
Rasio frekuensi torsi terhadap vertikal menjadi:
Vibrasi kabel beruji akibat pengaruh angin
𝑁𝑁𝜃𝜃 𝑀𝑀 1/2 Kabel beruji fleksibel dalam arah lateral
= �𝑏𝑏 2 � ……. ..……. ……. ……. ……. (15)
𝑁𝑁𝑣𝑣 4𝐼𝐼 dengan frekuensi moda pertama sangat rendah.
Bila masa terpusat pada tepi lantai (B/2) terhadap Karena panjang kabel berbeda-beda (jadi terdapat
O akan diperoleh rasio frekuensi = 1 untuk b = B rentang frekuensi) maka susunan kabel beruji
dalam Persamaan 15 sehingga: pada suatu jembatan kabel beruji mempunyai
𝑀𝑀𝐵𝐵2 𝑀𝑀 1
𝐼𝐼 = atau = berbagai frekuensi moda pertama dan moda lebih
4 4𝐼𝐼 𝐵𝐵2
Dan Persamaan 15 menjadi: tinggi. Sehingga tiap eksitasi dengan frekuensi
𝑁𝑁𝜃𝜃 𝑏𝑏 2
1/2 sembarang dapat menemukan satu atau lebih
= � 2� ……. ……. ……. …..…. ……. … (16) kabel dengan frekuensi pertama atau lebih tinggi
𝑁𝑁𝑣𝑣 𝐵𝐵
dengan nilai 1 bila b = B yang mendekati frekuensi eksitasi tersebut. Kabel

Kriteria Penilaian Model Aerodinamik Jembatan Kabel Dalam Pengujian Terowongan Angin
(Lanneke Tristanto, Setyo Hardono, Gatot Sukmara) 69
juga mempunyai redaman sangat kecil (redaman water rivulets akibat hujan mengubah bentuk
inherent 0,001-0,005) dan dengan demikian tidak efektif kabel dan bergerak bila kabel bergetar,
dapat meredam banyak energi eksitasi, sehingga terjadi perubahan siklus dari gaya aerodinamik
peka terhadap amplitude tinggi. Karena alasan ini sehingga terjadi pertambahan osilasi oleh energy
maka kabel beruji secara alami ‘lively’ dan peka angin. Rivulets telahberhasil dicegah dengan
terhadap eksitasi, terutama selama pelaksanaan, memperkasar permukaan kabel oleh helical fillets
angin, angin dan hujan.Usaha mitigasi mencakup (1,5mm), tanpa terjadi kenaikan koefisien seret
ikatan silang ‘cross ties’ antara kabel yang secara yang berarti. Cara cable surface treatment
efektif mengurangi panjang bebas kabel sehingga tersebut menjadi populer di masa sekarang.
frekuensi meningkat (FHWA 2005). (FHWA 2005).

Vibrasi akibat hujan/angin Aspek permasalahan gaya angin


Kombinasi hujan dan kecepatan angin Uji model merupakan cara pendekatan
sedang (8-15m/s) dapat menyebabkan vibrasi sederhana untuk memperoleh desain
kabel tinggi dengan amplitude (0,25-1) m pada penampangmelintang gelagar pengaku yang
frekuensi rendah (< 3 Hz), yang menyebabkan stabil dengan mempertimbangkan tiga aspek
benturan antara kabel yang berdekatan. Karena permasalahan berikut.

Gambar 3. Model uji statis

• Aspek 1 : teori gaya angkat negatif L terpa Υ dalam pengujian statis. Terjadi
Angin steady flow bekerja pada luas gaya angkat L dan seret D yang dianggap
penampang A sesuai Gambar 3(a) tegak lurus dan sejajar penampang .FL
dengan kecepatan angin V dan sudut dan FD umumnya tegak lurus dan sejajar

70 Jurnal Jalan-Jembatan, Volume 33 No. 2 Juli-Desember 2016: 65-79


pada arah kecepatan angin sesuai Osilasi puntir terjadi bila gaya
Gambar 3(b). Modifikasi dilakukan angkat L berpindah dari sumbu rotasi
dengan persamaan berikut: yang menyebabkan gaya puntir/torsi T
1
𝐿𝐿 = 𝜌𝜌𝑉𝑉 2 𝐶𝐶𝐿𝐿 𝐴𝐴 ……… ……… …………. (19) terhadap sumbu:
2 1
Keterangan: 𝑇𝑇 = 𝜌𝜌𝑉𝑉 2 𝐵𝐵𝐵𝐵𝑇𝑇 𝐴𝐴………………………. (21)
2
L = gaya angkat (positif dalam arah Keterangan :
keatas) T = gaya puntir
ρ = kerapatan udara B = lebar gelagar pengaku
V = kecepatan angin CT= koefisien puntir tanpa dimensi
CL= koefisien angkat tanpa dimensi yang
yang bervariasi denganΥ.
bervariasi dengan Υ
A = luas penampang terkena angin Uji model yang memenuhi
Anggap penampang diberi persyaratan dCL /dΥ ~ 0 dan dCT /dΥ ~ 0
kecepatan vertikal ke arah bawah sebesar merupakan jaminan bahwa stabilitas
dv/dt. Sudut terpa efektif menjadi memadai tanpa ketergantungan pada
Υ+(1/V)(dv/dt). Penambahan gaya kekakuan struktural. Dalam hal
angkat (keatas = positif) menjadi: persyaratan ideal tersebut tidak tercapai,
1 𝑑𝑑𝐶𝐶 1 𝑑𝑑𝑑𝑑 1 𝑑𝑑𝐶𝐶 𝑑𝑑𝑑𝑑 maka stabilitas diperoleh dengan
∆𝐿𝐿 = 𝜌𝜌𝑉𝑉 2 𝐴𝐴 𝐿𝐿 = 𝜌𝜌𝜌𝜌𝜌𝜌 𝐿𝐿 ...(20)
2 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑉𝑉 𝑑𝑑𝑑𝑑 2 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 memenuhi keperluan atau peningkatan
𝑑𝑑𝐶𝐶
Bila 𝐿𝐿 positif , perubahan gaya angkat kekakuan gelagar.
𝑑𝑑𝑑𝑑
melawan gerakan, dapat terjadi osilasi Pada model sebagian yang dapat
terbatas tetapi merusak diputar terhadap sumbu longitudinal
𝑑𝑑𝐶𝐶 lantai (Gambar 3b dan Gambar 4) juga
Bila 𝑑𝑑𝑑𝑑𝐿𝐿 negatif, perubahan gaya angkat
tergantung tersedianya fasilitas
menambah gerakan, dapat terjadi osilasi terowongan angin, arah angin divariasi
sangat merusak catastrophic. (Gambar 3c) dan diperoleh gaya
𝑑𝑑𝐶𝐶
Bila 𝑑𝑑𝑑𝑑𝐿𝐿 ~ nol, gerakan tidak terpengaruh aerodinamik yaitu gaya angkat-seret dan
oleh gaya angin/ keadaan ideal (misalnya momen sebagai fungsi arah angin.
gelagar rangka dengan sela/grating lantai
di tengah bentang)

Gambar 4. Model gelagar pengaku dalam terowong


angin (Diana and Flammenghi 2012)

Kriteria Penilaian Model Aerodinamik Jembatan Kabel Dalam Pengujian Terowongan Angin
(Lanneke Tristanto, Setyo Hardono, Gatot Sukmara) 71
• Aspek 2: Formasi Vortex hambatan, akan terjadi turbulensi pusaran
Bila steady flow angin yang bekerja angin dinamis dan perkembangan hambatan
pada silinder (Gambar 5) mengalami vortices atau Karman trail. Vortex dominan
untuk gelegar pengaku pelat.

Gambar 5. Perkembangan vortex

• Aspek 3: Teori Flutter pengamanan utama dilakukan dengan


Lantai jembatan dapat berosilasi dalam memperbesar rasio NΥ/Nv>(1-2) yaitu rasio
moda yang mencakup perpindahan frekuensi alami torsi dan vertikal dalam
melintang dan rotasi puntir, sehingga moda sama (Gambar 7), dan atau perkakuan
terdapat dua frekuensi alami dengan rasio gelagar, serta grating merupakan cara efektif
NΥ/Nv mendekati 1. Gerakan ini disebut untuk meningkatkan ketahanan terhadap
flutter yang dominan untuk gelagar pengaku angin seperti yang direncanakan pada
tipe rangka atau penampang streamlined. Jembatan Messina sesuai Gambar 8. (Diana
Untuk jembatan gantung, flutter merupakan and Fiammenghi 2012).
gerakan paling merusak (Gambar 6) dan

Gambar 6. Perkembangan flutter puntir pada keruntuhan jembatan gantung (WSDOT 2016)

Gambar 7. Perbandingan frekuensi teoritis NΥ/Nv~ 1,36pada Jembatan Messina (Diana and Fiammenghi 2012)

72 Jurnal Jalan-Jembatan, Volume 33 No. 2 Juli-Desember 2016: 65-79


cl. lantai jembatan

Gambar 8. Lantai Jembatan Messina dengan permukaan grating/poreus antara gelagar boks, trotoar dan barrier
(Diana and Fiammenghi 2012)

Gaya angin pada jembatan kabel Palibaja peka terhadap aerodinamik. Nilai batas tidak
peka Pb = 0,04 terjadi pada kecepatan angin 23
Jembatan beruji kabel Palibaja Sukabumi dengan
m/det. Sedangkan pada kecepatan angin
bentang utama 162 m dan lebar total 3 m ditinjau
maksimum 30 m/det. diperoleh Pb = 0,065 < 1,0
sebagai studi kasus. Dalam tahun 2011 diadakan
yang masih di bawah batas sangat peka.
uji model sebagian sectional model dalam
terowongan angin terhadap kecepatan angin (15- HIPOTESIS
40) m/det. pada sudut serang -10º sampai 25º
(Hardono 2011). Model gelagar lantai (Gambar Pengujian model sebagian section model
3c) dibuat dari aluminium dalam skala panjang yang menghasilkan sudut serang dan kecepatan
1:10 dan skala angin 1:√10. Instabilitas kibaran angin kritis merupakan parameter utama dalam
angin flutter pada model terjadi dalam koefisien kriteria penilaian dan solusi penanganan.
gaya angkat positif (ke atas) dan negatif (ke
METODOLOGI
bawah) yang didominasi oleh sudut serang angin.
Fenomena sudut serang kritis yang berlainan Hasil uji model dalam terowongan angin
dengan konsep kecepatan angin kritis yang umum (Hardono 2011) dan hasil uji getar jembatan
dikenal sebagai parameter aerodinamik utama beruji kabel aktual Palibaja (Sukmara 2014)
akan menjadi focus pembahasan makalah ini. dianalisis dengan verifikasi silang untuk
Hasil pengukuran lapangan menunjukkan menjelaskan kinerja aerodinamik model
kecepatan angin maksimum 30 m/det. Dengan terowongan angin terhadap prototipe aktual
frekuensi lentur 2,24 Hz, pada kecepatan angin (Gambar 9). Parameter teoritis dan hasil
rata-rata 15 m/det., ρ = 1,16 kg/m3, b = 3 m, eksperimen menjadi masukan dalam kajian
M=942,564 kg/m dan L = 162 m, diperoleh nilai kriteria penilaian stabilitas dan solusi penanganan
𝜌𝜌𝑏𝑏2 16 𝑉𝑉𝑟𝑟2 (Bagan alir 1).
𝑃𝑃𝑏𝑏 = � 𝑚𝑚
� � 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑓𝑓𝐵𝐵2
�= 0,0164 < 0,04 berarti tidak

Kriteria Penilaian Model Aerodinamik Jembatan Kabel Dalam Pengujian Terowongan Angin
(Lanneke Tristanto, Setyo Hardono, Gatot Sukmara) 73
Gambar 9. Jembatan Palibaja Sukabumi, bentang total (39 + 162+ 39) m = 240 m

Mulai

Kajian kriteria dan solusi:


• Keruntuhan akibat angin
• Perumusan teoritis kepekaan angin
• Perbandingan dimensi vs kepekaan angin
• Solusi penanganan ketahanan aerodinamik

Model aerodinamik

Uji getaran prototipe

Kriteria penilaian dan solusi

Gambar 10. Bagan alir metodologi

HASIL DAN ANALISIS bentang utama. Jembatan Palibaja dengan rasio


frekuensi torsi/lentur 4,49/2,24 = 2 tidak ter-
Hasil uji getar puntir dan tahan terhadap angin flutter. Getaran
Getaran arah vertikal (lentur) terdiri dari arah lateral terdiri dari puncak frekuensi sebesar:
puncak frekuensi alami sebesar 2,24 Hz, 3,32 Hz, 0,48 Hz, 0,87 Hz, 1,51 Hz, 1,90 Hz, 2,22 Hz
4,49 Hz, 6,54 Hz sesuai rekaman getaran dalam sesuai rekaman getaran dalam Gambar 10
Gambar 11(a). Pengukuran akselerasi vertikal b.Pengukuran akselerasi lateral dilakukan di
dilakukan di lokasi tengah dan seperempat lokasi seperempat bentang utama.

74 Jurnal Jalan-Jembatan, Volume 33 No. 2 Juli-Desember 2016: 65-79


Gambar 10a. Rekaman getaran arah vertikal hasil uji Gambar 10b. Rekaman getaran arah lateral hasil uji
getar jembatan Palibaja getar jembatan Palibaja

Hasil pengukuran getaran menunjukkan bahwa karena gelagar rangka tembus dan tahan angin.
jembatan mempunyai pergerakan dominan ke Sedangkan lantai kendaraan tertutup tanpa
arah lateral dengan frekuensi natural di bawah perforasi, turun oleh koefisien angkat negatif
2,22 Hz. Gerakan lateral mudah terjadi karena (bila Υ< 5º) dan naik oleh koefisien angkat positif
rasio panjang bentang terhadap lebar jembatan (bila Υ>5º). Besarnya kecepatan angin (15-50)
sebesar 162/30=54<60 yang dapat dianggap m/det. relatif tidak mengubah koefisien angin.
sebagai batas kritis terhadap angin flutter Nilai dCL/dΥ negatif sangat merugikan stabilitas
(Walther et al. 1999). karena menambah gaya berat jembatan, sedang
nilai dCL/dΥ positif mengurangi tegangan tarik
Hasil uji terowongan angin
kabel beruji yang merupakan unsur tarik
Nilai koefisien angin CL (angkat), CD (seret) dan CM struktural. Stabilitas aerodinamika ideal bila
(momen, stabilitas) untuk model gelagar 3D hanya dCL/dΥ dan dCm/det.Υ sekitar nol pada sudut
dapat diperoleh melalui uji terowongan angin dengan serang kecil (0-5)º, dengan arah angin hampir
ikhtisar hasil uji (Hardono 2011) seperti yang horizontal yang melalui gelagar rangka. Di
disajikan dalam Tabel 2. Koefisien angin didominasi
samping ini jembatan pejalan kaki baja bentang
oleh variasi sudut serang sedangkan kecepatan angin
panjang relatif ringan dan sempit sehingga peka
kurang berpengaruh. Fenomena ini dapat terjadi
terhadap beban arah lateral.

Kriteria Penilaian Model Aerodinamik Jembatan Kabel Dalam Pengujian Terowongan Angin
(Lanneke Tristanto, Setyo Hardono, Gatot Sukmara) 75
Tabel 2. Koefisien angin statis model dalam terowongan angina pada kecepatan angin v = (15-40)m/det.
Sudut CL rata-rata CDrata-rata CM rata-rata CN rata-rata CT rata-rata
serang Υ (gaya angkat) (gaya hambat) (Momen) (beban normal) (beban tangensial)
-10º -0,4 negatif 0,82 0,175 -0,5 0,74
-5º -0,45 negatif 0,7 0,17 -0,4 0,685
0º -0,65 negatif 0,62 0.12 -0,5 0,62
5º 0,2 positif ~ 0 0,65 -0,06~ 0 stabil 0,25 0,63
10º 0,6 0,78 -0,075 0,7 0,67
15º 0,85 0,92 -0,08 1,1 0,66
20º 1,15 1,1 -0,09 1,4 0,64
25º 1,3 1,28 -0,10 1,7 0,61

PEMBAHASAN baik (Walther et al. 1999). Gelagar pengaku


rangka baja tahan terhadap angin dan merupakan
Kriteria penilaian ketahanan aerodinamik salah satu solusi perbaikan kinerja aerodinamik.
dalam bentuk matriks sesuai Tabel 4 diarahkan Perbandingan tinggi gelagar terhadap bentang
untuk jembatan beruji kabel dan secara umum utama terutama menentukan untuk jembatan
berlaku untuk jembatan gantung. Jembatan gantung (kriteria 4) mengacu keruntuhan
gantung dengan kabel parabolik bersifat fleksibel jembatan gantung Tacoma (Walther et al. 1999)
dibanding jembatan beruji kabel. Dalam hal ini, dengan h/L =1/350, sehingga dianjurkan h/L >
kelangsingan gelagar pengaku menentukan, 1/300 (batas minimum). Persyaratan rasio
mengingat kabel utama memikul beban bersama frekuensi torsi terhadap frekuensi lentur (> 1,
dengan gelagar. Jembatan beruji kabel bersifat Persamaan 17) menentukan ketahanan terhadap
kaku dengan sistem poligon gaya tertutup, dan kibaran angin flutter (kriteria 5), rasio ini
kelangsingan gelagar tidak menentukan diperoleh dari analisis program struktur atau dari
mengingat terjadinya kesatuan kerjasama hasil uji getar pada prototipe aktual. Parameter
struktural antara menara, gelagar dan kabel hasil uji model dalam terowongan angina yang
beruji. Dengan mengkaji berbagai nilai kepekaan menentukan stabilitas aerodinamik (kriteria 6)
angin teoritis, nilai Pb (Persamaan 18, BSI 2001) adalah koefisien angkat CL (Persamaan 20) dan
paling sesuai sebagai indikator teoritis dari koefisien momen/torsi CM (Persamaan 21), yang
kepekaan terhadap angin (kriteria 1). stabil pada dCL/dΥ ~ 0 (gaya angkat nol) dan
Perbandingan panjang bentang utama terhadap dCm/det.Υ ~ 0 (momen torsi nol). Koefisien angkat
lebar jembatan L/B < 60 (kriteria 2) mengacu dan momen harus positif dan koefisien hambat
keruntuhan jembatan gantung Dryburgh (Walther sekecil mungkin. Uji getar protipe (kriteria 7)
et al. 1999) dengan rasio kritis runtuh L/B = 66. menunjukkan kinerja kekakuan arah memanjang
Sebagai pembanding, jembatan Pasupati sangat dan melintang dengan nilai frekuensi aktual
tahan terhadap angin dengan L/B sekitar 3. Makin sebagai masukan untuk terpenuhinya kriteria 5.
lebar jembatan makin baik ketahanan Butir-butir kriteria penilaian untuk jembatan
aerodinamiknya (kriteria 2 dan 3). Perbandingan kabel beruji dan jembatan gantung serta jembatan
lebar terhadap tinggi gelagar (kriteria 3) berlaku Palibaja dirangkum dalam Tabel 3. Beberapa
untuk gelagar tertutup seperti boks, dengan solusi peningkatan kinerja aerodinamik yang
anjuran rasio B/h > 6, mengingat hasil uji model pernah dilakukan dirangkum dalam Tabel 4.
dengan B/h = 6 memperoleh kinerja buruk
sedangkan dengan B/h = 10 memperoleh kinerja

76 Jurnal Jalan-Jembatan, Volume 33 No. 2 Juli-Desember 2016: 65-79


Tabel 3. Kriteria penilaian dan solusi penanganan aerodinamika jembatan kabel

Butir kriteria Kriteria Jembatan beruji Kriteria Jembatan Studi kasus jembatan Evaluasi
aerodinamika kabel gantung Palibaja Palibaja
1.Indikator teoritis 𝜌𝜌𝑏𝑏 2 16 𝑉𝑉𝑟𝑟2 Pb = 0,0164 < 0,04 tidak peka
kepekaan angin 𝑃𝑃𝑏𝑏 = � �� �
𝑚𝑚 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑓𝑓𝐵𝐵2
PB< 0,04 : tidak peka
0,04 ≤PB≤1,00 : kurang peka
PB> 1,00 : sangat peka
2. Perbandingan Dianjurkan Rasio L/B <60 Rasio 162/3 = 54 <60 Ok
panjang L /lebar B (butir 5 dan 7)
jembatan
3. Perbandingan Dianjurkan B/h > 6 , makin lebar jembatan Gelagar pengaku rangka ok
lebar B / tinggi h ketahanan angin meningkat. B/h = tahan terhadap angin
gelagar pengaku 10 : batas tidak peka B/h = 6 : batas peka
tertutup/boks
4.Perbandingan h/L = 1/100- 1/500 h/L >1/300 h/L = 1,5/162 = 108 ok
tinggi gelagar h tidak menentukan menentukan kekakuan (butir 3)
terhadap bentang kekakuan
utama L
5. Rasio frekuensi Persyaratan minimal: f torsi/f lentur > 1 f torsi/f f torsi/f lentur : ok
torsi/ lentur lentur ~ 2 : tidak peka angin flutter 4,49/2,24 = 2
6. Parameter hasil dCL/dΥ ~ 0 : stabil, gerakan ~ 0dCL/dΥ positif , (Υ=0-5º) : dCL/dΥ ~ 0 Perbaikan
uji terowongan tidak stabil, gerakan ke atas dCL/dΥ negatif, (Υ>5º) :dCL/dΥ positif kinerja :
angin berbahaya, gerakan ke bawah dCm/det.Υ ~ 0 : (Υ< 5º):dCL/dΥ negatif perforasi lantai
stabil, M torsi ~ 0 Υ (0-5)º : dCm/det.Υ ~ 0 kendaraan
7.Parameter hasil Kekakuan aktual terukur melalui rekaman Frekuensi vertikal : 2,24 ok
uji getar frekuensi arah vertikal/lentur dan arah lateral Hz, 3,32 Hz, 4,49 Hz, (butir 5)
6,54 Hz (kaku)
Frekuensi lateral: 0,48
Hz, 0,87 Hz, 1,51 Hz,
1,90 Hz, 2,22 Hz
(fleksibel)

Tabel 4. Solusi peningkatan kinerja aerodinamik


Sistem struktural Kepekaan terhadap angin Solusi penanganan
1. Sistem kabel beruji Osilasi berlebih akibat • tambahan ikatan silang antara kabel
angin dan atau hujan (tahan angin)
• pengasaran selongsong kabel
(tahan hujan)
2. Sistem kabel gantung Osilasi berlebih • tambahan kabel beruji diagonal
3. Sistem gelagar pengaku Osilasi berlebih • tambahan bresing lateral
• gelagar pelat diubah menjadi rangka
baja
• perforasi lantai grating
• pengasaran permukaan cat

Kriteria Penilaian Model Aerodinamik Jembatan Kabel Dalam Pengujian Terowongan Angin
(Lanneke Tristanto, Setyo Hardono, Gatot Sukmara) 77
KESIMPULAN DAN SARAN Jembatan Palibaja memiliki ketahanan
memadai terhadap angin dengan memenuhi
Kesimpulan kriteria penilaian (Tabel 3) dalam batas aman.
Stabilitas aerodinamik jembatan kabel Fenomena sudut serangan angin yang dominan
terutama didukung oleh bentuk, geometri dan meningkatkan koefisien angin pada variasi
dimensi gelagar pengaku. Kabel dengan redaman kecepatan angin (kriteria 6), dipengaruhi oleh
sangat kecil dan rentang frekuensi multimoda serangan angin pada kondisi lantai tertutup.
sangat peka terhadap angin. Model gelagar Modifikasi perforasi grating lantai jembatan akan
sebagian 3D dalam terowongan angin paling merupakan solusi efektif untuk meningkatkan
penting untuk memperoleh koefisien angin CL, kinerja aerodinamik (Tabel 4).
CD, CM, CN, CT pada berbagai sudut serangan dan
kecepatan kritis angin. Saran
Kriteria penilaian dan solusi aerodinamik Stabilitas aerodinamik diperoleh pada
jembatan kabel meliputi parameter teoritis kondisi osilasi mendekati nihil. Untuk
(kriteria 1-5 dalam Tabel 3) dan parameter meminimalisasi osilasi diperlukan suatu solusi
eksperimental (kriteria 6 dan 7 dalam Tabel 3). modifikasi struktur. Cara-cara modifikasi sistem
Parameter teoritis mengendalikan ketahanan gelagar pengaku dan sistem kabel (Tabel 4) dapat
aerodinamik dalam desain awal melalui prediksi diuji coba dalam terowongan angin secara
kepekaan dan perbandingan dimensi ideal dari ekonomis dalam skala kecil, agar desain prototipe
gelagar pengaku terhadap serangan angin. optimal.
Parameter kekakuan struktural prototipe Walaupun perkiraaan koefisien angin
diperoleh secara teoritis dari analisis program statis CL, CM, CD untuk model gelagar 2D dapat
struktur atau secara eksperimental dari hasil uji diperoleh melalui analisis program aerodinamik
getar. Parameter eksperimental dari uji model (Cowi Expertise 2016), perlu ditekankan
dalam terowongan angin memverifikasi solusi pentingnya model aerodinamik 3D (Larsen and
peningkatan kinerja aerodinamik (Tabel 4). Esdahl 1998).

UCAPAN TERIMA KASIH Approach for Long Span Bridges: The


Penulis menyampaikan terimakasih Messina Bridge” 7th International
kepada Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Badan Colloquium on Bluff Body Aerodynamics
Litbang Kementerian Pekerjaan Umum dan and its Applications. Shanghai: IAWE.
Perumahan Rakyat yang telah memfasilitasi Federal Highway Administration. 2005. Wind
pengujian. Induced Vibration of Stay Cables. Interim
final report, No. RI 98-034, RD T05-004.
DAFTAR PUSTAKA Atlanta: FHWA.
British Standard Institution. 2001. Design Rules Gimsing Niels J., Georgakis Christos T. 2012.
for Aerodynamics Effects on Bridges. Cable-Stayed, Cable Supported Bridges.
British Standard BD 49/01. London: BSI. Hoboken: John Wiley & Sons
Cowi Expertise. 2016. Bridge Aerodynamics. Hardono, Setyo. 2011. “Perilaku Aerodinamik
http://www.cowi.com/menu/service/Bridg Gelagar dari Jembatan Beruji Kabel
eTunnelandMarineStructures/Bridges/brid Palibaja Menggunakan Uji Statis
gedynamics/Aerodynamics/Documents/02 Terowongan Angin dengan Model
1-1700016e_09a_Aerodynamics_low.pdf. Section” Jurnal Jalan-Jembatan.
(accessed September 7, 2016). 28(2):137-150.
Diana Giorgio and Fiammenghi Giuseppe. 2012.
“Wind Tunnel Tests and Numerical

78 Jurnal Jalan-Jembatan, Volume 33 No. 2 Juli-Desember 2016: 65-79


Indonesia. Pusjatan. 2011. Pusjatan, Naskah Sukmara, Gatot. 2014. Pemeriksaan uji getar
Ilmiah Kajian Aerodinamik Jembatan. Jembatan Sukabumi. Laporan Investigasi
Bandung: Pusjatan. Pusjatan. Bandung: Pusjatan.
Kawashima Kazuhiko, Unjoh Sigeki, and Washington State Department of Transportation.
Tsunomoto Meguru. 1991. “Damping [s.a.]. Tacoma Narrows Bridge: Lessons
Characteristics of Cable Stayed Bridges from the failure of a great machine.
for Seismic Design”. Erthquake Washington: WSDOT. 2016,
Engineering: 10th world conference. http://www.wsdot.wa.gov/TNBhistory/Ma
Rotterdam: Balkema. chine/machine3.htm, Accessed May 3,
Larsen A. and Esdahl, S. 1998. Computer Aided 2016.
Wind Engineering of Long Span Bridges. Uejima, Hidesaku, Matsuda Kazutoshi, and
IABSE Reports 97(1998). Zurich: Yabuno Masashi. 2006. Wind Tunnel
IABSE. http://doi.org/10.5169/seals- Test for ‘Binh Bridge” in Vietnam. IHI
59880 Engineering Review. 39(2): 24-30.
O’Conner, Colin. 1970. Stiffened Suspension Walther, R., et al. Houriet B., Isler, W., Moia, P.,
Bridges, Design of Bridge Superstructures. Klein, J.P., 1999. Cable Stayed Bridges.
Hoboken: Wiley Interscience 2nd ed. London: Thomas Telford. 2nd
Okukawa, A., Suzuki, S., and Harazaki, I. 2000. Edition.
"Suspension Bridges." Bridge Engineering
Handbook. Ed. Wai-Fah Chen and Lian
Duan, Boca Raton: CRC Press

Kriteria Penilaian Model Aerodinamik Jembatan Kabel Dalam Pengujian Terowongan Angin
(Lanneke Tristanto, Setyo Hardono, Gatot Sukmara) 79

Anda mungkin juga menyukai