Anda di halaman 1dari 80

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gas buang dari hasil proses pembakaran berpegaruh terhadap pencemaran

udara dan lingkungan khususnya motor diesel. Proses pembakaran bahan bakar

pada motor bakar menghasilkan gas buang yang mengandung unsur Nitrogen

Oksida (NOx), Sulfur Oksida (SOx), Particulate Matter (PM), Karbon Monoksida

(CO), dan Hidrokarbon (HC) yang bersifat mencemari udara. Pencemaran

terhadap udara tentunya akan berakibat terhadap kesehatan manusia, selain juga

terhadap mahluk hidup lainnya seperti hewan dan tumbuhan.

Pencemaran udara yang berupa partikulat dapat diatasi dengan alat-alat

pengontrol udara seperti cyclone separator. Prinsip alat ini adalah memisahkan

partikel padat dan gas dengan memanfaatkan gaya sentrifugal dan gaya gravitasi

didalam cyclone. Partikulat dan gas akan terpisah, dimana partikulat yang

bermassa jenis besar akan jatuh kebawah dan udara yang bermassa jenis

kecil akan naik keatas. Efisiensi pemisahan partikel bergantung pada diameter

partikel, berat jenis partikel, serta dimensi cyclone separator. Kecepatan masuk

inlet juga cukup mempengaruhi persentase pemisahan partikel.

Berdasarkan penelitian sebelumnya dengan menggunakan software ansys

CFD, persamaan yang digunakan dalam CFD adalah persamaan k-epsilon RNG.

Mensimulasikan Cyclone separator dengan variasi kecepatan inlet 10,20, dan 30

m/s, lebar inlet 5 cm. Pada penelitian ini akan mensimulasikan kecepatan inlet,

lebar inlet dan diameter outlet yang sama menggunakan perbandingan Spalart

1
Allmaras dengan Reynolds Stress Model, panjang pipa vortex, 7 dan 11 dengan

variasi dimensi cyclone separator serta melakukan meshing yang lebih baik agar

mendapatkan hasil yang lebih akurat.

Dengan menggunakan software CFD ini juga dapat mensimulasikan aliran

partikel dalam cyclone, dimana dapat dilihat berapa banyak partikel yang

terperangkap ataupun yang keluar dari cyclone. Dengan simulasi tersebut dapat

diketahui pengaruh kecepatan inlet terhadap persentase pemisahan partikel,

pengaruh dimensi cyclone separator terhadap persentase pemisahan partikel juga

pengaruh panjang pipa vortex terhadap kinarja cyclone separator.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat

dirumuskan permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana membuat desain model Cyclone Separator dengan

menggunakan software ansys CFD?

2. Bagaimana karakteristik Cyclone Separator dengan berbagai variasi

kecepatan inlet dengan dimensi cyclone yang berbeda. ?

3. Bagaimana pengaruh panjang pipa vortex terhadap kinerja cyclone

separator?

4. Bagaimana hasil perbandingan persamaan Sparalt almarras dengan

Reynolds stress model

C. Batasan Masalah

Pengujian dilakukan hanya membahas perbandingan persamaan Sparalt

Almarras dan Reynolds Stress Model mengenai pengaruh kecepatan inlet

2
terhadap kinerja cyclone dan pengaruh panjang pipa vortex terhadap kinerja

cyclone separator.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari analisa ini antara lain:

1. Mengetahui cara mendesain model cyclone dengan menggunakan software

ansys CFD.

2. Mengetahui karakteristik cyclone separator

3. Mengetahui pengaruh panjang pipa vortex terhadap kinerja cyclone

separator

4. Mengetahui perbandingan persamaan Sparalt Almarras dan Reynolds

Stress Model

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menjadi referensi untuk mendesain atau merancang sebuah cyclone

separator dengan software ansys CFD.

2. Memperoleh karakteristik cyclone separator dengan berbagai variasi

kecepatan inlet dan dimensi.

3. Menemukan pengaruh kecepatan inlet terhadap persentase pemisahan

partikel pada cyclone separator.

4. Mengetahui perbandingan dari persamaan Sparalt Almarras dan Reynolds

Stress Model

F. Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyelesaian skripsi ini

3
adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan tentang latar belakang, permasalahan, batasan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menjelaskan tentang teori dasar yang mendukung tugas akhir.

BAB III METODOLOGI PENULISAN

Metode simulasi pengujian cyclone yang diawali dengan

pembuatan gambar dengan Gambit, dan mensimulasikan dengan

Fluent dengan variasi kecepatan inlet dengan dimensi cyclone yang

berbeda serta parameter-parameter yang digunakan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Membahas hasil yang didapat dari simulasi berupa kontur tekanan

dan kecepatan serta persentase pemisahan partikel dari cyclone

separator.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran.

Daftar Pustaka

Lampiran

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dimulai dari kapal dan pencemaran yang ditimbulkan

A. Separator Cyclone.

Cyclone separator adalah alat yang digunakan untuk memisahkan partikel

padat dari aliran udara dengan memanfaatkan gaya setrifugal dan gaya gravitasi.

Cyclone terdiri dari beberapa bagian seperti. Alat ini banyak digunakan dalam

industri untuk memisahkan debu karena kesederhanaan konstruksi dan murahnya

biaya operasional, disamping kemampuannya untuk dioperasikan pada temperatur

dan tekanan tinggi (Elsayed dan Lacor 2009).

Kajian mengenai pengembangan model cyclone separator telah banyak

dilakukan oleh beberapa peneliti. Model teoritis dikembangkan oleh Shepherd dan

Lapple, Alexander, First, Stairmand, Barth, Avci dan Karagoz, Zhao, serta Chen

dan Shi. Model tersebut dikembangkan untuk mengetahui pola aliran dan

mekanisme disipasi energi dalam cyclone (Elsayed 2011).

Metode konvensional untuk memprediksi pola aliran dan efisiensi cyclone

separator yaitu dengan metode empiris. Namun beberapa dekade terakhir ini,

aplikasi Computational Fluid Dynamics (CFD) untuk perhitungan numerik pola

aliran cyclone intens dilakukan. Secara umum terdapat tiga model simulasi

cyclone yaitu model k-ɛ, Algebric Stress Model (ASM), dan Reynolds Stress

Model (RSM) (Wang et al. 2003).

Siklon adalah perangkat yang menggunakan gaya sentrifugal yang

5
dihasilkan oleh aliran gas berputar untuk partikel yang terpisah dari gas pembawa

(Gimbun et al., 2005)

Topan pemisah beroperasi di bawah tindakan kekuatan

sentrifugal.campuran fluida memasuki topan dan membuat pusaran yang gerak

dan, karena kekuatan sentrifugal, fase padat campuran keuntungan gerakan relatif

ke arah radial dan dipisahkan dari aliran utama (Avci dan Karagoz, 2003).

Siklon digunakan untuk menghilangkan partikel besar untuk kedua udara

pengendalian polusi dan penggunaan proses (Silva et al., 2003). parameter ini

adalah efisiensi pengumpulan partikel dan penurunan tekanan melalui siklon

(Dirgo dan Leith, 1985)

Cyclone Separator terdiri dari sebuah silinder vertikal yang ujung bagian

bawahnya berbentuk kerucut, dengan pemasuk yang merupakan garis singgung (

tangensial ) pada bagian atasnya, sedang lubang keluar untuk debu-debunya

terletak diujung kerucut sebelah bawah. Lubang masuk itu biasanya berbentuk

siku 4. Pipa keluar menjulur kedalam silinder untuk menjaga agar tidak ada aliran

pintas udara yang masuk langsung keluar. Udara masuk yang mengandung debu

mengalir dalam lintasan spiral mengelingi silinder kebawah bagian siklon yang

berbentuk silinder.

Gaya sentrifugal yang timbul didalam vortex cenderung menggerakkan

partikel secara radial kearah dinding, dan partikel yang sampai kedinding itu

meluncur kebawah kedalam kerucut sehingga dapat dikumpulkan. cyclone pada

dasarnya adalah peranti pengenap dimana gaya sentrifugal yang kuat, yang

bekerja secara radial, digunakan sebagai pengganti gaya grvitasi yang relatif

6
lemah dan bekerja secara vertikal.

Tabung vortex finder tidak menciptakan aliran pusaran gas. Fungsinya

adalah untuk mencegah hubungan singkat dari inlet secara langsung ke outlet.

Cyclone akan tetap bekerja tanpa vortex finder, walaupun efisiensi yang

dihasilkan akan rendah.

Gambar 2.1 Skema Cara Kerja Cyclone

Sumber: Karl B. Schenelle, 2002

PINDHKAN KE DEPAN….HALAMAN 1 BAB II

Pengaruh dari panjang pipa outlet vortex, S, efisiensi yang ditunjukkan

pada Gambar 4.3. Efisiensi menurun dengan cepat ketika panjang pipa vortex

terlalu pendek, efisiensi maksimum akan tercapai ketika S mendekati nilai d, atau

7
S mendekati B ketika B lebih besar dari d. Peningkatan tinggi keseluruhan

cyclone meningkatkan efisiensi. Hasil tes menunjukkan tinggi cyclone besar dari

3D dianjurkan (lihat Gambar 4.4). Mengurangi ukuran diameter d pipa vortex

berhubungan dengan diameter badan cyclone dan akan meningkatkan tekanan

yang pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi (lihat Gambar 4.6). Untuk

membuat cyclone yang praktis, diameter vortex harus 1,4 kali diameter badan

cyclone dan panjang 1/6 atau 1/7 kali tinggi cyclone keseluruhan.

Gambar 2.2 Pengaruh Panjang Vortex Finder Terhadap Efisiensi

Sumber: Theodore Buonicore, 2000

Gambar 2.3 Pengaruh Tinggi h Terhadap Efisiensi

Sumber: Theodore Buonicore, 2000

8
Gambar 2.4 Pengaruh Diameter d Terhadap Efisiensi

Sumber: Theodore Buonicore, 2000

Entry area cyclone akan mempengaruhi efisiensi sampai tingkat tertentu.

Secara umum, tinggi lebih besar dari lebar dimana A > B akan meningkatkan

efisiensi, tetapi bentuk yang lebih praktis adalah inlet persegi, dimana A = B.

Untuk menurunkan kehilangan tekanan pada cyclone, ini yang diinginkan untuk

membuat cross section area dari saluran inlet A x B, tidak lebih kecil dari saluran

keluarnya.

B. Gambaran Umum Cyclone Separator

Cyclone dapat didesain atau dibuat dengan berbagai cara. Desain yang

umum adalah cyclone dengan inlet tangensial. Jenis cyclone ini mempunyai

empat bagian, yaitu inlet, body, sistem pembuangan debu, dan outlet.

1. Inlet merupakan bagian dimana gas dan partikulat masuk. Jalannya gas

dan partikulat ini dalam arah lurus dan kemudian berubah menjadi

gerakan berputar pada dinding. Inlet berada pada bagian pinggir dari

cyclone. Hal ini bertujuan agar agar terjadi vortex dalam cyclone.

2. Body. Efisiensi pemisahan partikel dari cyclone tergantung dari ukuran

9
atau dimensi cyclone. Pembuatan cyclone ditentukan oleh debit gas yang

memasuki cyclone dan efisiensi yang diinginkan. Dimensi yang paling

penting adalah diameter partikel. Berikut adalah dimensi standar cyclone

separator

3. Sistem Pembuangan Debu. Partikulat yang terkumpul harus dibuang dari

cyclone atau akan menghambat kinerja cyclone. Terdapat sejumlah

metoda yang dapat digunakan untuk membuang partikel terkumpul baik

secara periodik ataupun secara kontinu. Manual slide gate pada bagian

bawah cone dapat digunakan untuk pembuangan debu secara periodik,

sedangkan rotary valve dapat digunakan untuk pembuangan debu secara

kontinu.

4. Outlet merupakan bagian dimana udara bersih keluar. Udara bersih ini

didapat dari pemisahan udara dan partikel didalam siklon. Umumnya,

pada outlet ini juga terdapat

Berikut adalah tabel dimensi standar dari cyclone separator :

10
Source : columns (1) and (5) from Stairmand 1951, columns (2) and (6) from Swift,

column (3) from Lapple 1951

Gambar 2.5 Dimensi standar cyclone separator

C. Mekanisme Pemisahan Partikel

Adapun mekanisme pemisahan partikel dari cyclone separator adalah

sebagai berikut :

1. Gravity Settling

Terjadi karena perbedaan densitas serta Partikel jatuh karena gaya

gravitasi kemudian dipercepat hingga (drag force/turbulensi = gaya

gravitasi) sehingga jatuh pada kecepatan tetap.

Adapun rumus dari metode Gravity Settling sebagai berikut :

Untuk aliran turbulen (hk.newton) ketik ulang

persamaannya
Ket :

V = settling velocity

g = percepatan gravitasi

Dρ = diameter partikel

ρt dan ρg = densitas cairan dan gas

c = drag coefficient

Untuk aliran laminar (hk. Stoke) :

Ket :

11
V = settling velocity

g = percepatan gravitasi

Dρ = diameter partikel

ρt dan ρg = densitas cairan dan gas

μ = viskositas gas

2. Metode Centrifugal Force

Gaya sentrifugal timbul saat partikulat di dalam udara masuk ke

puncak kolektor silindris pada suatu sudut dan diputar dengan cepat

mengarah ke bawah seperti pusaran air.

Adapun rumus dari Metode Centrifugal Force adalah sebagai berikut :

Ket :

a = percepatan sentrifugal

V = settling velocity

g = gravitasi

Dρ = diameter partikel

s = jalan radial partikel

ρt dan ρg = densitas cairan dan gas

v = kec. Gas rata2

μ = viskositas gas

D. Efisiensi Penyisihan Partikel

Ketika sebuah partikel bergerak dengan kecepatan konstan dengan arah

12
yang berputar, vektor kecepatan berubah terus sesuai dengan arah putarnya.

Walaupun tidak begitu besar hal ini menciptakan percepatan hasil dari perubahan

arah kecepatan. Artinya percepatan adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk

perubahan kecepatan sehingga kecepatan menjadi sebuah vektor yang dapat

berubah arah. Gaya dirumuskan oleh hukum kedua Newton (F = m.a), gaya

sentrifugal dirumuskan sebagai berikut:

mv 2
F
r

Dimana: F = gaya sentrifugal

m = massa partikel

v = kecepatan partikel, diasumsikan sama dengan kecepatan gas

r = jari-jari badan cyclone

Prinsip kerja cyclone berdasarkan penggunaan gaya sentrifugal untuk

menggerakkan partikel menuju dinding cyclone, sebuah kesalahan kecil dalam

pemasangan pipa akan mengurangi efisiensi, jadi sebaiknya digunakan cara yang

ditunjukkan pada gambar yang benar.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi

Beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi pengumpulan dapat

ditentukan. Meningkatkan kecepatan di inlet akan meningkatkan gaya sentrifugal

dan juga efisiensi. Tetapi ini juga akan meningkatkan kehilangan tekanan.

Mengurangi diameter cyclone juga akan meningkatkan gaya sentrifugal, efisiensi,

dan kehilangan tekanan. Meningkatkan laju aliran gas terhadap cyclone yang

diberikan mempunyai dampak efisiensi seperti yang ditunjukkan pada persamaan

13
berikut:

0,5
Pt 2  Q1 
 
Pt1  Q2 

Dimana: Pt = penetration (Pt = 1 -η )

η = efisiensi penyisihan partikel

Q = volume aliran gas

F. Persamaan yang Digunakan dalam Perhitungan Efisiensi cylone

Efisiensi penggunaan cyclone dapat ditentukan dengan beberapa

persamaaan, diantaranya Lapple’s efficiency correlation.

Langkah–langkah yang digunakan untuk mendapatkan besarnya efisiensi

cyclone adalah:

1. Penentuan jumlah efektif penyisihan (Ne)

Lc
Lb 
Persamaannya : Ne  2
H

Dimana : Ne = jumlah efektif penyisihan

H = tinggi inlet tangensial

Lb = panjang badan cyclone

Lc = panjang kerucut cyclone

2. Penentuan diameter partikel dengan efisensi penyisihan x %

x 9 gasW
d px 
100 N e vin  solid   gas 
Persamaannya :

Dimana : dpx = diameter partikel dengan penyisihan x %

14
ηgas = viskositas gas

W = lebar inlet

Ne = jumlah efektif penyisihan

vi = kecepatan inlet

ρsolid = densitas partikel

ρgas = densitas gas

3. Persamaan Lapple’s

1
Persamaannya : j  2
 d p 50 
1  
 d 
 pj 

Dimana : ηj = efisiensi penyisihan partikel dengan diameter j

dp50 = diameter partikel dengan 50 % efisiensi penyisihan

dpj = diameter partikel j

G. Cyclone GANTI JUDULNYA ATAU GESER KE DEPAN

Cyclone membuat suatu gaya sentrifugal yang berfungsi untuk

memisahkan partikulat dari udara kotor. Gaya sentrifugal timbul saat partikulat di

dalam udara masuk ke puncak kolektor silindris pada suatu sudut dan diputar

dengan cepat mengarah ke bawah seperti pusaran air. Aliran udara mengalir

secara melingkar dan partikulat yang lebih berat mengarah ke bawah setelah

menabrak ke arah dinding cyclone dan meluncur ke bawah.

Cyclone sering digambarkan sebagai peralatan dengan efisiensi rendah.

Namun dalam perkembangannya, tercatat, cyclone mampu menghasilkan efisiensi

98% bahkan lebih untuk partikel yang lebih besar dari 5 microns (Cooper, et al.,

1986). Efisiensi lebih dari 98% juga tercatat pada cyclone untuk partikel yang

15
diameternya lebih dari 346 microns (Funk, P.A., et al., 2000).

H. Prinsip Kerja Cyclone Separator PINDAHKAN KE DEPAN….

RUMUS DAN PERSAMAAN SEBELUMYA GESER KE BELAKANG

Adapun prinsip kerja dari cyclone separator adalah :

1. Prinsip kerja dari siklon adalah terdapatnya kumpulan partikel dan gas

yang masuk dalam arah tangensial kedalam siklon pada bagian puncaknya

2. Kumpulan gas dan partikel ditekan ke bawah secara spiral karena bentuk

dari cyclone. Gaya sentrifugal dan gaya inersia menyebabkan partikel

terlempar ke arah luar, membentur dinding dan kemudian bergerak turun

ke dasar siklon.

3. Dekat dengan bagian dasar siklon, gas bergerak membalik dan bergerak ke

atas dalam bentuk spiral yang lebih kecil.

4. Gaya gravitasi menyebabkan partikel-partikel tersebut jatuh ke sisi kerucut

menuju tempat pengeluaran

5. Partikel dengan ukuran atau kerapatan yang lebih kecil keluar melalui

bagian atas dari cyclone melalui pusat yang bertekanan rendah

6. Gas yang bersih keluar dari bagian puncak cyclone sedangkan partikel

keluar dari dasar siklon.

I. ANSYS (PERBAIKI INDEKS SUB BABNYA)

ANSYS merupakan salah satu perangkat lunak engineering yang banyak

digunakan baik dalam penelitian, simulasi, problem solving dan design. Salah

satunya adalah ANSYS Workbench yang bisa menganalisis beberapa sistem salah-

16
satunya adalah CFD ( CFX dan Fluent ). Pada penelitian ini di gunakan software

ansys Computational Fluid Dynamic (CFD)

J. Computational Fluid Dynamics (CFD)

CFD adalah desain dan analisis teknik berbasis komputasi canggih. CFD

software memberikan Anda kekuatan untuk mensimulasikan aliran gas dan cairan,

perpindahan panas dan massa, tubuh bergerak, fisika multifase, reaksi kimia,

interaksi fluida-struktur dan akustik melalui pemodelan komputer. Perangkat

lunak ini juga dapat membangun sebuah prototipe virtual dari sistem atau

perangkat sebelum dapat berlaku untuk dunia nyata fisika dan kimia untuk model,

dan perangkat lunak akan memberikan dengan gambar dan data, yang

memprediksi kinerja desain itu. Computational Fluid Dynamics (CFD) berguna

dalam berbagai aplikasi dan digunakan dalam industri. CFD adalah salah satu

cabang dari mekanika fluida yang menggunakan numeric metode dan algoritma

dapat digunakan untuk memecahkan dan menganalisis masalah yang melibatkan

aliran fluida dan juga mensimulasikan aliran atas pipa, kendaraan atau mesin.

Komputer yang digunakan untuk melakukan jutaan perhitungan yang diperlukan

untuk mensimulasikan interaksi cairan dan gas dengan permukaan yang kompleks

yang digunakan dalam rekayasa. Kode yang lebih akurat yang dapat secara akurat

dan cepat mensimulasikan skenario bahkan kompleks seperti arus supersonik dan

turbulen yang pada akan penelitian.

1. Aplikasi CFD

CFD tidak hanya mencakup pada industri kimia, tetapi berbagai

industri dan non industrial.adapun area aplikasi dari CFD sebagai berikut:

17
a. Penerbangan : Desain sayap, mesin turbin pesawat

b. Automotif : Aerodinamka mobil

c. Energi dan pembangkit daya : Optimasi proses pembakaran,

peningkatan turbin.

d. Perkapalan : Desain kapal selam

e. Perminyakan : Aliran dalam pipa atau diluar pipa

f. Elektronika : Perpindahan panas dalam circuit boards

g. Medis : Aliran Dalam pembuluh darah

h. Lingkungan : Disperse polutan di udara dan air

2. Unsteady Navier-Stokes Equation

Perangkat lunak CFD yang digunakan adalah ANSYS CFD.

Terdapat satu set persamaan yang dipecahkan oleh ANSYS CFD yaitu

persamaan Unsteady Navier Stokes dalam bentuk konservasi.

Persamaan Kontunitas

𝜕𝜌
+ ∇. (𝜌𝑈) = 0
𝜕𝑡

Persamaan momentum

𝜕𝜌𝑈
+ ∇. (𝜌𝑈 . 𝑈) = ∇ . ( −𝜌𝛿 + 𝜇 (∇ 𝑈 + (∇ 𝑈 𝑇 )) + 𝑆𝑚
𝜕𝑡

Persamaan Energi

𝜕𝜌ℎ𝑡𝑜𝑡 𝜕𝜌
− + ∇. (𝜌𝑈ℎ𝑡𝑜𝑡 ) = ∇. (𝜆∇𝑇) + 𝑆𝐸
𝜕𝑡 𝛿𝑡

htot didefinisikan sebagai specific total enthalphy. Untuk kasus

umum dari property variable dan aliran kompresibel dapat dinyatakan

dalam specific static hentalpy h:

18
1
ℎ𝑡𝑜𝑡 = ℎ + 2 𝑈 2

Dimana :

htot = h (𝜌, 𝑇)

Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa ada 7 variabel yang

tidak diketahui yaitu 𝑢, 𝑣, 𝑤, 𝑃, 𝑇, 𝜌, ℎ. Namum satu set persamaan diatas

dapat dilengkapi dengan 2 persamaan aljabar termodinamika yaitu

Equation of state yang menghubungkan massa jenis dengan tekanan dan

temperatur.

Apabila kontribusi energy terhadap energy total dapat diabaikan

maka persamaan energy dapat disederhanakan menjadi Thermal Energy

Equation:

𝜕𝜌ℎ
+ ∇. (𝜌𝑈 . ℎ) = ∇. (𝜆∇𝑇) + 𝑆𝐸
𝜕𝑡

3. Equation Of State

Untuk mencari massa jenis harus memilih thermal equation of

state dan untuk mencari temperatur harus memilih hubungan konstitutif.

Pemilihan kedua hubugan ini tidak dapat harus independen dan merupakan

pilihan memodelkan.

Thermal equation of state digambarkan sebagai fungsi temperatur

dan tekanan.

𝜌 = 𝜌 (𝑝, 𝑇)

Spesific heat capacity

𝐶𝑝 = 𝐶𝑝 (𝑝, 𝑇)

19
4. Model Spalart Allmaras

Model turbulen SA dikembangkan untuk analisis pada aliran

turbulen yang terikat dengan dinding (wall bounded). Model ini

awalnya dikembangkan pada kasus aerodinamik aliran luar.

Keuntungan dari model turbulen SA adalah lebih sederhana

dibandingkan model turbulen dua persamaan ( k ) maupun model

RSM.

Kelebihan :

a. SA adalah model baru yang dikembangkan pada awal 1990-an dengan

tujuan efisiensi numerik dan ketahanan. Model SA dapat melakukan

jauh lebih cepat dibandingkan dengan model k-Îμ untuk tingkat yang

sama atau lebih akurat.

b. SA lebih sederhana dari model Reynolds dan memberikan akurasi yang

unggul dibandingkan dengan model k-Îμ standar untuk dinding-dibatasi

dan tekanan yang merugikan gradien mengalir di lapisan batas. Model

k-Îμ tidak tampil baik di lapisan batas dan membutuhkan persyaratan

tambahan yang akan ditambahkan ke persamaan yang mengatur untuk

menghasilkan profil lapisan batas.

Kekurangan : Kerugian utama dari model Spalart-Allmaras terlihat ketika

diterapkan pada arus jet. Untuk aplikasi ini, perubahan yang cepat di skala

panjang yang berkaitan dengan transisi dari dinding dibatasi untuk geser

bebas terbukti bermasalah dan model-model alternatif dapat memberikan

prediksi yang lebih baik.

20
5. Reynolds Stress Model

Model turbulen RSM merupakan satu keluarga dengan model

turbulen k-epsilon dimana keduanya berasal dari model turbulen dua

persamaan. Perbedaan utama antara model turbulen k-epsilon dengan

model turbulen RSM terletak pada asumsinya. Pada model k-epsilon,

tegangan Reynolds diasumsikan sama untuk kesemua arah (isotropic)

sementara pada model turbulen RSM, tegangan Reynolds untuk semua

arah dihitung untuk setiap komponen (anisotropic).

Keuntungan : Mudah digunakan, dapat dikombinasikan dengan modellain,

serta dapat digunakan dengan baik dalam isothermal.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Simulasi LOKASI PENELITIAN dilakukan di Laboratorium

Permesinan Kapal, Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas

Hasanuddin, Gowa.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan selama 4 bulan yaitu bulan

Agustus 2017 - November 2017

21
B. Urutan pelaksanaan / langkah-langka Pengambilan Data penelitian

1. Studi Literatur langkah- langlan metode pengambilan data

Pada studi literature ini digunakan beberapa referensi sebagai

acuan diantaranya buku bacaan, skripsi, internet dan lain-lain yang

berkaitan dengan pengaruh kecepatan inlet pada Cyclone Separator

a. Desain model

Dalam desain model yang dilakukan yaitu mendesain model 3D

Computation Fluid Dynamic (CFD). Cyclone terdiri dari beberapa

komponen penting sebagai berikut:

1) Inlet dan outlet;

2) Vortex finder;

3) Body;

4) Cone atau Hopper.

Masing-masing cyclone didesain dengan dimensi sebagai

berikut:

22
Gambar 3.1 Desain Cyclone

Gambar 3.2 Dimensi Cyclone: (a) End Elevation; (b) Side Elevation

Sumber: Theodore Buonicore, 2000

Bentuk sebuah cyclone ditentukan oleh dimensi-dimensi utama berikut

(lihat Gambar 3.2). (1) sudut masuknya gas; (2) diameter cyclone, D;

(3) diameter exhaust gas; (4) panjang pipa vortex, S; (5) tinggi badan

cyclone, h; (6) tinggi cyclone keseluruhan, H; dan (7) area inlet gas, A x

B. Dengan merubah dimensi-dimensi tadi akan berpengaruh terhadap

efisiensi cyclone.

23
b. Simulasi

Untuk mendapatkan pengaruh kecepatan dan dimensi terhadap

persentase pemisahan partikel pada cyclone separator maka dilakukan

simulasi dengan menggunakan software Ansys CFD.

c. Meshing

Proses meshing yaitu proses menghubungkan antara 1 titik dengan

titik yang lain. Pada tahap meshing ini digunakan mesh volume dengan

tipe Tet/Hybrid. Mesh model yang telah dibuka pada Fluent harus

dicek terlebih dahulu apakah terdapat kesalahan (error) atau tidak.

Proses pengecekan mesh ini dapat dilakukan melalui perintah Grid

kemudian Check. Contoh hasil proses meshing pada salah satu desain

ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 3.3 Contoh Proses Meshing

24
Setelah meshing apa

lagi

C. Kerangka Penelitian (IKUTI SIMBOL FLOW CHART YANG BAKU)

Mulai

Studi Literatur

Menentukan Dimensi Cyclone


25
Mendesain panjang Cyclone Sebanyak 2
Variasi Dengan Panjang Pipa Vortex : 7 dan
11 Dengan Kecepatan Inlet : 10, , 20, dan 30

Proses Meshing

Untuk APA?

Sparalt Almarras dan Reynolds Stress


Model

Gambar 3.4 Kerangka Pikir

BAB IV

ANALYSIS DAN PEMBAHASAN

26
GUNAKAN INDEKS SUB BAB

4.1. DESAIN DAN PEMODELAN OBJEK CYCLONE

Mendesain Model Cyclone Separator pada Solidwork (MASUKKAN DI flow

chart)

Solidworks adalah salah satu software yang digunakan untuk merancang

part permesinan atau susunan part pemesinan yang berupa assembling dengan

tampilan 3 dimensi untuk mempresentasikan part sebelum real partnya dibuat

atau tampilan 2 dimensi untuk gambar proses pemesinan atau Cyclone Separator

.Karena model yang akan dibuat 3 dimensi maka sebelumnya harus membuat

sketsa gambar dalam bentuk 2 dimensi kemudian di extrude untuk menjadi 3

dimensi di software solid work. Pada tahapan ini proses pembuatan yang pertama

dilakukan yaitu pembuatan part tiap komponen yang terdapat pada cyclone

separator. Part yang akan dibuat yaitu, body, inlet dan outlate ,Vortex finder .

berdasarkan data yang telah didapatkan sebelumnya. Proses pembuatan part -

part ini harus dibuat sketsa 2 dimensi kemudian diubah 3 dimensi dengan

mengunakan toolbox extrude.

27
Gambar 4.1 Cyclone yang digunakan pada penelitian

A. Desain Model body cyclone separator (masukkan di flow chart)

Pada penggambaran body cyclone langkah pertama yang harus dilakukan

yaitu membuka software solidwork, klik toolbar sketch untuk memulai

penggambaran 2 dimensi kemudian membuat sketsa gambar berdasarkan data

utama yang sudah ditentukan sebelumnya.

Hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan part body ini adalah

ukuran dan satuan yang digunakan, karena hal ini sebagai dasar dalam pembuatan

sketsa .

Gambar 4.2. Desain pada Part body 2 Dimensi

Untuk mengubah gambar sketsa 2 dimensi tadi ke 3 dimensi dengan

menggunakan tool extruded. Tool ini juga berfungsi untuk mengatur ketebalan

part, panjang part, dan cut material part yang akan didesain.

28
Gambar 4.3. Desain pada Part body 3 Dimensi

Setelah membuat body dari cyclone separator dalam bentuk 3 dimensi, maka

langkah selanjutnya adalah membuat part inlet dan outletnya dengan

memasukkan data yang telah ditentukan.

B. Desain inlet dan outlet

Selanjutnya pada pembuatan desain inlet dan outlet yang harus dilakukan

yaitu memilih toolbox sketch pada solidwork, setelah jendela terbuka maka sudah

bisa memulai membuat sketsa gambar berdasarkan data utama yang sudah

ditentukan sebelumnya.

Gambar 4.4 Desain Part inlet di solid work

29
Setelah mendesain inlet dari cyclone separator maka langkah selanjutnya

mendesain outlet, dengan memilih toolbox sketch kemudian masukkan data yang

telah ditentukan dan klik toolbar revolve untuk membentuk desain inlet.

Gambar 4.5 Desain Part outlet di solid work

Setelah mendesain body, inlet dan outlet cyclone separator , maka langkah

selanjutnya file tersebut di save kemudian dipindahkan ke sorfware Ansys dengan

cara buka file workbench ansys kemudian klik import external geometri di

30
jendela Ansys workbench.

Gambar 4.6 Desain cyclone separator di solid work

IV.4 Desain Cyclone Separator

Setelah mendesain cyclone separator di solid work langkah selanjutnya

memindahkan gambar ke ansys dengan cara membuka file workbench kemudian

muncul gambar seperti dibawah ini. Lalu klik fluid flow (fluent) kemudian klik

31
geometri dibawah komponen sistem ke daerah project scehmatic, ini akan

membuka jendela modeler.

Gambar 4.7 Jendela workbench Ansys

Setelah langkah – langkah diatas dilakukan maka terbuka jendela seperti di

bawah ini. Lalu file yang didesain di solid work dipindahkan ke ansys dengan cara

klik import external geometri file, lalu pilih file yang yang sudah ter-save di disk

32
komputer / laptop. kemudian untuk memunculkan desain di ansys klik toolbar

generate .untuk memunculkan desain di geometri.

Gambar 4.8 Jendela geometri fluid flow (fluent)

Setelah langkah – langkah diatas terlaksana maka muncul desain cyclone

separator di geometri fluid flow ( fluent) seperti gambar di bawah ini.

Gambar 4.9 Cyclone separator

33
Setelah itu muncul data di geometri Ansys CFD dan untuk melihat hasil

desain maka di klik tool box generate. setelah itu maka muncul hasil desain yang

sudah di variasikan panjang pipa vortexnya seperti gambar di bawah ini :

Gambar 4.10 Panjang pipa vortex 7 cm

Gambar 4.11 Panjang pipa vortex 11 cm

34
C. Proses Meshing

Mesh merupakan pembagian objek menjadi bagian – bagian yang lebih

kecil ,semakin kecil meshing yang dibuat maka hasil perhitungan akan semakin

teliti namun membutuhkan daya komputasi yang besar. Setelah desain menjadi

sebuah Cyclone Separator pada jendela geometri maka selanjutnya buka jendela

workbench dan pilih meshing.

Gambar 4.12 Tampilan jendela Meshing Cyclone separator

Jendela meshing beroperasi maka akan dilakukan name selection sesuai

dengan bagian Cyclone Separator berupa inlet, outlet , body dan , vortex finder.

Pilih tool box generate mesh untuk memulai proses meshing pada sebuah model

Cyclone Separator dan beberapa saat proses meshing akan selesai tergantung dari

kemampuan computer yang digunakan. Setelah langkah – langkah diatas

35
terlaksana maka muncullah hasil seperti gambar di bawah ini.

Berikut adalah gambar hasil meshing :

Gambar 4.13 Tampilan Meshing di workbench

36
Gambar 4.14 Tampilan hasil Meshing Cyclone separator

Apabila proses running error, ada dua kemungkinan yang bermasalah

yaitu desain antar bagian Cyclone Separator ada yang bersinggungan atau

kapasitas memory computer kurang.

Setelah dilakukan meshing akan dilakukan name selection sesuai dengan

bagian Cyclone Separator, dengan langkah klik kanan pada bagian cyclone yang

akan diberi nama lalu pilih tool box created name selection dan klik OK apabila

telah selesai memasukkan nama. berikut tampilan yang akan diberi nama pada

setiap bagian cyclone.

37
Gambar 4.15 Tampilan name selection inlet Cyclone separator

Gambar 4.16 Tampilan name selection outlet Cyclone separator

38
Gambar 4.17 Tampilan name selection body Cyclone separator

Berikut adalah gambar hasil meshing pada masing – masing cyclone

separator yang telah di variasikan panjang pipa vortexnya :

39
Gambar 4.18 Panjang pipa vortex 7 cm

Gambar 4.19 Panjang pipa vortex 11 cm

Mesh model yang telah dibuka pada fluent apakah terdapat kesalahan

(error) atau tidak proses kesalahan mesh ini dapat dilakukan melalui perintah grid

kemudian check. Setelah dilakukan pengecekan apabila terjadi pesan error maka

mesh model tersebut harus diperbaiki terlebih dahulu atau kembali ke langkah

desain Dari hasil proses meshing ini menunjukkan tidak adanya error atau desain

mendapatkan proses meshing yang berhasil.

40
D. Proses Setup

Setelah proses meshing selesai maka selanjutnya memilih setup.

Langkah awal yang harus dilakukan untuk melakukan simulasi yaitu dengan

menentukan kecepatan masuk fluida di inlet. Pada jendela setup langkah pertama

yaitu pilih toolbox general untuk memasukkan data gravitational acceleration.

Kemudian pilih toolbox model untuk menentukan viscous model dalam hal ini

yang dipilih adalah Reynolds strees model dan Spalart-allmaras, Selanjutnya Pilih

material untuk menentukan jenis material yang digunakan pada konstruksi model

Cyclone Separator dan jenis fluida yang digunakan.

Pilih tool box cell zone conditions untuk menentukan jenis material pada
bagian-bagian model Cyclone Separator dan menentukan jenis fluida yang
digunakan adapun langkah-langkah penginputan data pada menu setup dijelaskan
sebagai berikut.
1. Memilih menu setup pada ANSYS Workbench 15,

Gambar 4.20 Tampilan setup pada ansys workbench 15

41
Langkah selanjutnya Pilih toolbox general lalu klik Gravity maka muncul

kolom seperti dibawah ini setelah itu masukkan data Gravitasi

Gambar 4.21 Tampilan setup General

Setelah langkah diatas dilakukan, maka klik toolbar model lalu klik

viscous maka muncul jendela seperti dibawah dalam penilitian ini digunakan

model Reynold stress dan spalart-allmarras model.

Gambar 4.22 Tampilan setup Model

42
Langkah selanjutnya Klik Discrated phase dan masukkan data yang

diperlukan

Gambar 4.23 Tampilan setup model viscous

Selanjutnya Pilih tool box boundary conditions untuk menentukan

kecepatan aliran fluida masuk maupun yang keluar dari model Cyclone

Separator.

43
Gambar 4.24 Tampilan setup Boundary solution

Klik inlet kemudian edit maka muncul jendela sepeti dibawah

Gambar 4.25 Tampilan setup velocity inlet

Klik toolbox momentum untuk memasukkan data kecepatan inlet

sesuai data yang akan diteliti dalam hal ini kecepatan inlet yang dimasukkan 10

44
m/s, 20 m/s, 30 m/s. Kemudian Klik toolbox DPM untuk menetukan masing-

masing posisi laju aliran fluida didalam cyclone , seperti gambar dibawah

Gambar 4.26 Tampilan setup Penempatan posisi inlet outlet

Pilih tool box solution initialization untuk mengetahui bahwa suhu dan

kecepatan aliran fluida sudah diinput pada bagian inlet maupun outlet. Setelah

langkah – langkah diatas terlaksana. Pilih tool box calculation activities / create /

solution data export, kemudaian pilih file type CFD-Post compatible dan pilih

quantities untuk menentukan karateristik yang akan dirunnig sesuai dengan tujuan

yang akan dicapai. Pilih tool box run calculation / calculate untuk memulai

running dan tunggu sampai selesai running.

45
Ketika running error maka periksa tool box boundary conditions dan tool

box reference value, kemudian masukkan data dengan benar sesuai karakteristik

pengujian.

E. RUNNING Simulasi

Setelah seluruh proses diatas dilakukan maka dilanjutkan ketahap

selanjutnya yaitu proses running. Bila data yang dimasukkan pada tahap

sebelumnya dan posisi peletakkan inlet dan outlet sudah betul maka proses

running akan berjalan normal namun bila salah memasukkan data maka proses

running akan error. Oleh karena itu saat menginput data-data pada proses diatas

harus dilakukan secara teliti dan sesuai dengan karakteristik yang akan dicari.

Proses running memerlukan waktu beberapa menit tergantung kemanpuan

komputer/laptop yang akan digunakan. Proses simulai dilakukan pada 2 model

cyclone dengan variasi panjang pipa vortex untuk memperoleh tingkat efisiensi

yang tinggi, khusus pemisahan partikel yanag lebih efisien.Berikut Gambar kontur

pada masing-masing cyclone separator.

46
F. Kontur Tekanan , Kecepatan, dan Turbulen APANYA?

Dari hasil simulasi CFD diperoleh kontur tekanan yang berbeda untuk tiap

panjang pipa vortex cyclone separator. Pada simulasi ini, bentuk kontur tekanan

tersebut relatif sama untuk masing-masing panjang pipa vortex pada cyclone ,

yang membedakan hanya nilai maksimum dan minimum dari kontur tersebut,

dimana range tekanan, turbulen dan kecepatannya berbeda. Nilai kecepatan pada

penilitian ini yaitu 10 m/s , 20 m/s , dan 30 m/s, dengan panjang pipa vortex 7cm

dan 11cm.

G. Reynolds strees model

1. Gambar Kontur Tekanan pada Cyclone dengan Panjang Pipa Vortex 7 cm:

47
Gambar 4.27 Kontur pressure pada vortex 7cm dengan kecepatan 10, 20, 30 m/s

Vortex 7cm dengan kecepatan inlet 10 m/s, 20 m/s, dan 30 m/s. Tekanan

tertinggi ada pada kecepatan inlet 30 m/s adalah 4.59989 pa dan dan tekanan

terendah ada pada kecepatan 20 m/s yaitu -687.674pa.

Tabel 4.1 Kontur tekanan, panjang pipa vortex 7 cm :

Kontur Tekanan (pa) 7 cm

48
Kecepatan Max Min
10 m/s 335.031 -151.794
20 m/s 1442.79 -687.674
30 m/s 4.59989 -1.89389

2. Gambar Kontur Kecepatan pada Cyclone dengan Panjang Pipa Vortex 7cm

Gambar 4.29 Kontur kecepatan 10 m/s

Gambar 4.30 Kontur kecepatan 20 m/s

49
Gambar 4.31 Kontur kecepatan 30 m/s

Gambar 4.29, 4.30, 4.31. menunjukkan kontur kecepatan pada panjang

pipa vortex 7cm dengan kecepatan 10 m/s, 20 m/s, dan 30 m/s. gambar kontur

diatas menunjukkan kenaikan kecepatan maksimum ada pada kecepatan 30 m/s

yaitu 69.4422 m/s, kecepatan maksimum pada kecepatan 20 m/s adalah 45.0924

m/s. Dan 10 m/s kecepatan maksimumnya 22.555 m/s.

Tabel 4.2 Kontur kecepatan panjang pipa vortex 7cm

Kontur velocity (ms^-1) 7 cm


Kecepatan Max Min
10 m/s 22.555 0
20 m/s 45.0924 0
30 m/s 69.4422 0

50
3. Gambar Kontur Turbulen pada Cyclone dengan Panjang Pipa Vortex 7 cm

Gambar 4.32 Kontur turbulen 10 m/s

Gambar 4.33 Kontur turbulen 20 m/s

51
Gambar 4.34 Kontur turbulen 30 m/s

Gambar 4.32, 4.33, 4.34. menunjukkan kontur turbulen pada panjang pipa

vortex 7 cm dengan kecepatan 10 m/s, 20 m/s, dan 30 m/s. turbulen tertinggi ada

pada kecepatan 30 m/s yaitu 180.241 j kg^-1 dan turbulen terendah ada pada

kecepatan 10 m/s yaitu 32.3989 j kg^-1

Tabel 4.3 Kontur turbulen panjang pipa vortex 7 cm :

Kontur Turbulent (j kg^-1) 7 cm


Kecepatan Max Min
10 m/s 32.3989 0.101
20 m/s 105.374 0.198
30 m/s 180.241 0,004

52
4. Gambar Kontur Tekanan pada Cyclone dengan Panjang Pipa Vortex 11

cm:

Gambar 4.35 Kontur tekanan 10 m/s

Gambar 4.36 Kontur tekanan 20 m/s

53
Gambar 4.37 Kontur tekanan 30 m/s

Gambar 4.40, 4.41, dan 4.42. menunjukkan kontur pressure pada panjang

pipa vortex 11 cm dengan kecepatan inlet 10 m/s, 20 m/s, dan 30 m/s. Dari hasil

penelitian ini didapatkan bahwa semakin tinggi kecepatan

inlet akan semakin tinggi pula tekanan yang

dihasilkan??????. Tekanan tertinggi ada pada kecepatan inlet 30 m/s

adalah 3497.82 pa dan pada tekanan terendah ada pada kecepatan 10 m/s yaitu -

92042 pa.

Tabel 4.4 Kontur Tekanan pada panjang pipa vortex 11 cm :

Kontur tekanan (pa)

Kecepatan Max Min

10 m/s 239540 -92042

54
20 m/s 1.34713 -600224

30 m/s 3497.82 -1732

5. Gambar Kontur Kecepatan pada Cyclone dengan Panjang Pipa Vortex 11

cm

Gambar 4.38 Kontur Kecepatan 10 m/s

55
Gambar 4.39 Kontur Kecepatan 20 m/s

Gambar 4.40 Kecepatan 30 m/s

Gambar 4.38, 4.39, 4.40. menunjukkan kontur kecepatan pada

panjang pipa vortex 11 cm dengan kecepatan 10 m/s, 20 m/s, dan 30 m/s.

56
gambar kontur diatas menunjukkan kenaikan kecepatan maksimum ada

pada kecepatan 30 m/s yaitu 41.7832 m/s, kecepatan maksimum pada

kecepatan 20 m/s adalah 27.9602 m/s. Dan 10 m/s kecepatan

maksimumnya 7.4275 m/s.

Tabel 4.5 Kontur kecepatan panjang pipa vortex 7cm

Kontur velocity (ms^-1) 11 cm


Kecepatan Max Min

10 m/s 7.4275 -10.03

20 m/s 27.9602 -25.82

30 m/s 41.7832 -46.94

6. Gambar Kontur Turbulen pada Cyclone dengan Panjang Pipa Vortex 11

cm

Gambar 4.41. Kontur Turbulen 10 m/s

57
Gambar 4.42 Kontur Turbulen 20 m/s

58
Gambar 4.43 Kontur Turbulen 30 m/s

Gambar 4.41, 4.42, 4.43. menunjukkan kontur turbulen pada panjang pipa

vortex 11 cm dengan kecepatan 10 m/s, 20 m/s, dan 30 m/s. turbulen tertinggi ada

pada kecepatan 30 m/s yaitu 116.75 j kg^-1 dan turbulen terendah ada pada

kecepatan 10 m/s yaitu 13.9485 j kg^-1

Tabel 4.6 Kontur turbulen panjang pipa vortex 11 cm:

Kontur Turbulent (j kg^-1) 11 cm


Kecepatan Max Min
10 m/s 13.9485 0.001
20 m/s 93.8277 0.003
30 m/s 116.75 0.062

59
H. Model Spalart-allmaras

1. Gambar Kontur Tekanan pada Cyclone dengan Panjang Pipa Vortex 7 cm

Gambar 4.44 Kontur tekanan 10 m/s

Gambar. 4.45 Kontur tekanan 20 m/s

60
Gambar 4.46 Kontur tekanan30 m/s

Gambar 4.43, 4.45, dan 4.46. menunjukkan kontur pressure pada panjang

pipa vortex 7 cm dengan kecepatan inlet 10 m/s, 20 m/s, dan 30 m/s. Tekanan

tertinggi ada pada kecepatan inlet 30 m/s adalah 4.606 pa dan teakanan terendah

ada pada kecepatan 20 m/s yaitu -69,0652 pa

Tabel 4.7 Kontur Tekanan (pa) pada panjang pipa vortex 7 cm :

Kontur tekanan (pa) 7cm

Kecepatan Max Min

10 m/s 373.385 -58.8184

20 m/s 1464.92 -69.0652

30 m/s 4326.49 -1.8731

61
2. Gambar Kontur Kecepatan pada Cyclone dengan Panjang Pipa Vortex 7

cm :

Gambar 4.47 Kontur kecepatan 10 m/s

Gambar 4.48 Kontur kecepatan 20 m/s

62
Gambar 4.49 Kontur kecepatan 30 m/s

Gambar 4.47, 4.48, dan 4.49. menunjukkan kontur kecepatan pada panjang

pipa vortex 7 cm dengan kecepatan 10 m/s, 20 m/s, dan 30 m/s. gambar diatas

menunjukkan kenaikan kecepatan maksimum pada kecepatan 10 m/s yaitu 9.466

m/s, kecepatan maksimum pada kecepatan 20 m/s adalah 20.3958 m/s sehingga

kecepatan, dan kenaikan kecepatan maksimum pada kecepatan 30 m/s adalah

48.7356 m/s.

Tabel 4.8 Kontur kecepatan pada panjang pipa vortex 7 cm :

Kontur Kecepatan (m/s^-1) 7 cm

Kecepatan Max Min

10 m/s 9.46697 -12.884

20 m/s 20.3958 -25.293

30 m/s 48.7356 -52.24

63
3. Gambar Kontur Turbulen pada Cyclone dengan Panjang Pipa Vortex 7 cm

Gambar 4.55 Kontur turbulen 20 m/s

Gambar 4.55, menunjukkan kontur turbulen pada panjang pipa

vortex 7 cm dengan kecepatan 20 m/s 0.0778575 j kg^-1 dan turbulen

terendah ada pada kecepatan 20 m/s yaitu 0,0001263 j kg^-1

Tabel 4.9 Kontur Turbulen pada panjang pipa vortex 7 cm :

Kontur Turbulen( j kg^-1) 7 cm

Kecepatan Max Min

10 m/s - -

20 m/s 0.0778575 0,000126

30 m/s - -

64
4. Gambar Kontur Tekanan pada Cyclone dengan Panjang Pipa Vortex 11cm

Gambar 4.56 Kontur tekanan 10 m/s

Gambar 4.57 Kontur tekanan 20 m/s

65
Gambar 4.58 Kontur tekanan 30 m/s

Gambar 5.56, 5.57, dan 5.58. menunjukkan kontur pressure pada panjang

pipa vortex 11 cm dengan kecepatan inlet 10 m/s, 20 m/s, dan 30 m/s. Dari hasil

penelitian ini didapatkan bahwa semakin tinggi kecepatan inlet akan semakin

tinggi pula tekanan yang dihasilkan. Tekanan tertinggi ada pada kecepatan inlet

30 m/s adalah 4326.49 pa dan pada tekanan terendah ada pada kecepatan 10 m/s

yaitu -184357 pa.

Tabel 4.10 Kontur Tekanan pada panjang pipa vortex 11 cm :

Kontur tekanan (pa) 11 cm

Kecepatan Max Min

10 m/s 317248 -184357

20 m/s 2.04098 -1.26689

30 m/s 4326.49 -608.6

66
5. Gambar Kontur Kecepatan pada Cyclone dengan Panjang Pipa Vortex 11

cm :

Gambar 4.59 Kontur kecepatan 10 m/s

Gambar 4.60 Kontur kecepatan 20 m/s

67
Gambar 4.61 Kontur kecepatan 30 m/s

Gambar 4.59, 4.60, 4.61. Menunjukkan kontur kecepatan pada panjang

pipa vortex 11 cm dengan kecepatan 10 m/s, 20 m/s, dan 30 m/s. gambar kontur

diatas menunjukkan kenaikan kecepatan maksimum ada pada kecepatan 30 m/s

yaitu 53.6881 m/s, kecepatan maksimum, pada kecepatan 20 m/s adalah 39.8447

m/s. Dan 10 m/s kecepatan maksimumnya 13.1226 m/s.

Tabel 4.11 kontur kecepatan panjang pipa vortex 11cm

Kontur velocity (ms^-1) 7 cm

Kecepatan Max Min

10 m/s 13.1226 -13.75

20 m/s 39.8447 -38.50

30 m/s 53.6881 -40.17

68
I. Pemisahan partikel

Partikel yang akan dipisahkan dari udara bersih haruslah tetap mempunyai

kecepatan yang cukup agar tetap berada didinding cyclone. Pada daerah dinding

cyclone terjadi vortex paksa. Gaya sentrifugal dan gravitasi akan menyebabkan

partikel tersebut akan berputar di dinding silinder cyclone hingga kedaerah cone

kemudian masuk ke chopper. Daerah cone dibuat agar terjadi kecepatan rotasi

yang cukup dari partikel untuk mempertahankan gerakan partikel pada

dinding.Semakin cepat masukan inlet maka kesempatan partikel untuk tetap

berada didinding cyclone semakin besar dan persentase pemisahan partikel pun

semakin tinggi. Dimana pada penelitian didapat jumlah partikel yang Escaped

ataupun Trapped. Escaped adalah jumlah partikel yang ikut keluar bersama udara

bersih, sedangkan Trapped adalah partikel yang telah disisihkan dari udara bersih

dan masuk kedalam chopper. Adapun Tabel pemisahan partikel dari hasil simulasi

Ansys diperoleh data sebagai berikut :

PEMISAHAN PARTIKEL

Panjang Pipa
KECEPATAN Aliran Partikel Vortex
7 CM 11 CM
Escaped 26 46
10 M/S
Trapped 106 174
Escaped 14 22
20 M/S
Traped 102 198
Escaped 8 11
30 M/S
Traped 206 107

Tabel 4.12 Hasil simulasi pemisahan partikel reynold stress model

69
PEMISAHAN PARTIKEL
Panjang Pipa
KECEPATAN Aliran Partikel Vortex
7 CM 11 CM
Escaped 49 62
10 M/S
Traped 63 153
Escaped 29 110
20 M/S
Traped 74 106
Escaped 29 16
30 M/S Traped????
203 115
JELASKAN

Tabel 4.13 Hasil simulasi pemisahan partikel sparalt allmaras

J. Column dan Chart Perbandingan Persamaan Spalart Allmaras dan

Reynold Stress Model

Column perbandingan tekanan persamaan Spalart Allmaras dan Reynold

Stress model 7 cm

Column Tekanan (pa) 7 cm


500,000
459,989
450,000
400,000 373,385
335,031
350,000
Reynold stress
Tekanan Maksimal

300,000 Model
250,000
200,000 146,492 Spalart Allmaras
144,279
150,000
100,000
50,000
0 4,606
10 m/s
20 m/s
30 m/s
Kecepatan m/s

Column 4.1 Perbandingan tekanan persamaan Spalart Allmaras dan

70
Reynold Stress model 7 cm

1. Column perbandingan kecepatan persamaan Spalart Allmaras dan


Reynold Stress model 7 cm

Column Kecepatan (ms^-1) 7 cm

1,000,000 946,697
Kecepatan maksimal

800,000
694,422 Reynold
600,000 Stress
450,924 Model
400,000 487,356

200,000 22,555 203,958 Spalart


Allmaras
0
10 m/s
20 m/s
30 m/s
Kecepatan m/s

Column 4.2 Perbandingan kecepatan persamaan Spalart Allmaras dan Reynold Stress

model 7 cm

2. Column perbandingan turbulen persamaan Spalart Allmaras dan Reynold Stress


model 7 cm

Column Turbulent (j kg^-1) 7 cm

350,000 323,989
Turbulen Maksimal

300,000

250,000
Reynold Stress
200,000 180,241 Model
150,000
105,374
100,000 Spalart allmaras

50,000
0.077
0
10 m/s
20 m/s
30 m/s
Kecepatan m/s

Column 4.3 Perbandingan kecepatan persamaan Spalart Allmaras dan Reynold

71
Stress model 7 cm

3. Column perbandingan tekanan persamaan Spalart Allmaras dan

Reynold Stress model 11 cm

Column Tekanan (pa) 11 cm

450,000
432.649

400,000

350,000 349,782
Tekanan Maksimal

317248

300,000

239,540 Reynold Stress


250,000 Model

204,098
200,000
Spalart Allmaras

150,000
134,713

100,000

50,000

0
10 m/s
20 m/s
30 m/s

Kecepatan m/s

Column 4.4 Perbandigan tekanan persamaan Spalart Allmaras dan Reynold Stress

72
model 11 cm

4. Column perbandingan kecepatan persamaan Spalart Allmaras dan

Reynold Stress model 11 cm

Column Kecepatan (ms^-1) 11 cm

600,000 536,881
Kecepatan Maksimal

500,000 417,832
398,447 Reynold
400,000 Stress Model
279,602
300,000 Spalart
131,226 Allmaras
200,000
74,275
100,000

0
10 m/s 20 m/s 30 m/s
Kecepatan m/s

Column 4.5 Perbandingan kecepatan persamaan Spalart Allmaras dan Reynold


Stress model 11 cm

5. Column perbandingan turbulen persamaan Spalart Allmaras dan

Reynold Stress model 11 cm

Column Turbulent (j kg^-1) 11 cm

938,277
1,000,000

800,000
Turbulen

600,000 Reynold Stress


Model
400,000
139,485 116,750
200,000

0
10 m/s 20 m/s 30 m/s
Kecepatan m/s
Column 4.6 Perbandingan turbulen persamaan Spalart Allmaras dan Reynold

73
Stress model 11 cm

K. Chart Perbandingan Pemisahan Partikel Persamaan Spalart Allmaras

dan Reynold Stress Model

1. Chart perbandingan pemisahan partikel Reynold stress model dan

Splart allmaras 7 cm dan 11 cm

CHART PEMISAHAN PARTIKEL REYNOLD STRESS MODEL DAN


SPALART ALLMARAS
250
198 206 203
200 Reynold
174
Stress
Aliran Partikel

153
150 Model 7 cm
106 110 102 106 107 115
Reynold
100 74
62 63 Stress
4649 Model 11
50 26 29 29
1422 8 11 16
cm

0
Escaped Trapped Escaped Traped Escaped Traped
10 M/S 20 M/S 30 M/S
Kecepatan m/s

Chart 4.1. Perbandingan pemisahan partikel persamaan Spalart Allmaras dan


Reynold Stress model 7cm dan 11 cm

2. Chart perbandingan pemisahan partikel Reynold stress model dan

Splart allmaras 7 cm dan 11 cm dalam persen (%)

74
Chart Pemisahan Partikel Reynold Stress Model dan Spalart Allmaras
dalam (%)
100 Reynold
Aliran Partikel ( persen %)

90 79,2% 82,4%81,2% Stress Model


80 69,6%
61,2% 7 cm
70 Reynold
60 44% 46%
50 42,4% 40,8% 42,4% 42,8% Stress Model
40 24,8% 29,6% 16% 11 cm
19,6% 25,2% 11,6% 11,6% Spalart
30 18,4% 4,4%
20 10,4% 8,8% Allmaras 7
5,6% 3,2%
10 cm
0 Spalart
Escaped Trapped Escaped Traped Escaped Traped Allmaras 11
cm
10 M/S 20 M/S 30 M/S
Kecepatan m/s

Chart 4.2 Perbandingan


pemisahan partikel
persamaan Spalart
Allmaras dan Reynold
Stress model 7cm dan 11
cm dalam persen (%)
PERBAIKI
TAMPILANNYA

75
INI MI
PEMBAHASANNYA
L. Pengaruh panjang pipa vortex

Panjang pipa vortex sangat berpengaruh dengan kinerja cyclone , efisiensi

akan menurun dengan cepat apabila panjang pipa vortex terlalu pendek maka

mengakibatkan hubungan singkat dari inlet secara langsung ke outlet. Dari hasil

simulasi berbagai panjang pipa vortex terlihat bahwa efisiensi tertinggi ada pada

panjang pipa vortex dengan kecepatan sedangkan efisiensi terendah ada pada

panjang pipa vortex dengan kecepatan, hal ini menunjukkan bahwa kenaikan

kecepatan inlet mempengaruhi tekanan, turbulen dan persentase pemisahan

partikel, dimana tekanan dan turbulen akan semakin meningkat seiring dengan

bertambahnya kecepatan inlet, serta partikel escaped semakin berkurang dan

partikel trapped semakin meningkat walaupun kenaikan tersebut tidak signifikan.

YANG DIBAHAS HASIL DAN ANGKA-ANGKA…..BUKA BERTEORI

LAGI..TUNJUKKAN HASILNYA

Vortex adalah massa fluida yang partikel-partikelnya bergerak berputar

dengan garis arus (streamline) membentuk lingkaran konsentris[7]. Gerakan

vortex berputar disebabkan oleh adanya perbedaan kecepatan antar lapisan fluida

yang berdekatan. Dapat diartikan juga sebagai gerak alamiah fluida yang

diakibatkan oleh parameter kecepatan dan tekanan. Vortex sebagai pusaran yang

76
merupakan efek dari putaran rotasional dimana viskositas berpengaruh

didalamnya. Sebuah vortex mewakili sebuah aliran yang garis garis arusnya

adalah lingkaran-lingkaran sepusat (konsentris). Aliran vortex awalnya dianggap

sebagai kerugian dalam suatu aliran fluida. Belakangan ini prinsip aliran vortex

digunakan untuk pengembangan teknologi penegeboran minyak, pemisahan

partikel ataupun material padatan dengan cairan, industri kimia dan lain

sebagainya.

Pergerakan aliran fluida dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Translasi murni atau translasi irrotasional

2. Rotasi murni atau translasi rotasional

3. Distorsi atau deformasi murni, baik angular ataupun linier

Aliran irrotasional terjadi apabila elemen fluida di setiap titik tidak

mempunyai kecepatan sudut netto terhadap titik tersebut. Sebaliknya aliran

rotasional terjadi apabila elemen fluida mempunyai kecepatan sudut netto. Gerak

vortex dapat dikategorikan sebagai dalam aliran rotasional. Vortex digambarkan

sebagai aliran yang bergerak dan berputar terhadap sumbu vertikal sehingga

terjadi perbedaan tekanan antara bagian sumbu dan sekelilingnya.Tetapi pada

beberapa kondisi vortex juga dapat dikategorikan sebagai aliran irrotasional.

Kelihatannya agak mengherankan bahwa gerakan vortex irrotasional. Namun

demikian harus diingat kembali bahwa rotasi mengacu pada orientasi pada elemen

fluida bukan lintasan yang diikuti oleh elemen tersebut. Jadi, untuk sebuah vortex

irrotasional, jika sebuah tongkat pendek ditempatkan di dalam medan aliran pada

lokasi A, tongkat-tongkat itu kan berotasi selagi bergerak ke lokasi B. Salah satu

77
tongkat yang sesuai garis-garis akan mengikuti sebuah lintasan yang melingkar

dan berputar dengan arah berlawanan dengan arah jarum jam. Tongkat yang lain

akan berotasi searah putaran jarum jam karena sifat alamiah dari medan aliran, di

mana bagian tongkat yang terdekat dengan titik asal bergerak cepat dari pada

ujung lainya.

M. Pengaruh Kecepatan Inlet terhadap Efisiensi Cyclone

Kecepatan inlet sangat berpengaruh terhadap efisiensi cyclone separator,

hal ini bisa dilihat dari jumlah partikel yang trapped dan yang escaped. Semakin

sedikit partikel yang escaped, berarti semakin banyak partikel yang trapped

efisiensi partikel tersebut semakin baik. Perbedaan efisiensi yang didapat dari

variasi panjang pipa vortex dari cyclone separator.

Untuk perbandingan kecepatan diperoleh nilai efisiensi tertinggi dengan

kecepatan inlet 30 m/s yaitu 82 %, dan nilai efisiensi terendah ada pada kecepatan

10 m/s yaitu 42 %.dan untuk perbandingan panjang pipa vortex diperoleh nilai

efisiensi tertinggi dengan panjang 11 cm, sedangkan untuk efisiensi terendah ada

pada panjang pipa vortex 7 cm. Hal ini membuktikan dengan semakin tinggi

kecepatan inlet maka partikel akan terlempar kearah dinding cyclone yang

disebabkan oleh gaya sentrifugal dan gaya inersia sehingga partikel bergerak

turun kedasar cyclone dengan gaya gravitasi.

78
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil analisa perhitungan dan simulasi, dan berdasarkan tujuan dari

penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

KESIMPULAN MENJAWAB GTUJUAN….JADI JAWABLAH

TJUAN DIATAS

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil perhitungan efisiensi

pemisahan partikel dengan menggunakan model turbulen RSM lebih baik

dibandingkan dengan menggunakan model turbulen SA. Hasil perhitungan rugi

tekanan mesin siklon dengan menggunakan model turbulen RSM juga lebih baik

dibandingkan dengan menggunakan model turbulen SA. Mesin siklon ini mampu

menghasilkan efisiensi pemisahan partikel di atas 80% untuk kecepatan gas

masuk dari 10,20 dan 30 m/s pada sudut gas masuk 0o pada saat model turbulen

yang digunakan adalah RSM. Semakin tinggi kecepatan gas masuk menyebabkan

rugi tekanan yang terjadi akan meningkat secara linear. Untuk memperoleh biaya

79
operasi yang rendah, penggunaan kecepatan gas yang rendah 10 m/s lebih disukai.

B. Saran

Sebagai rekomendasi, selanjutnya penelitian dapat dilanjutkan dengan

melakukan modifikasi geometri dan ukuran siklon untuk memperoleh penurunan

tekanan yang rendah lagi. Validasi untuk berbagai distribusi diameter partikel

juga perlu dilakukan khususnya secara eksperimen. Penelitian terhadap berbagai

model turbulen yang lain juga dapat terus dilanjutkan misalnya model turbulen

RNG k dan LES (large Eddy simulation) SARAN BERDASARKAN HASIL

YANG DIPEROLEH

80

Anda mungkin juga menyukai