Pencemaran udara mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita, terjadi setiap detik. Dari
asap kendaraan bermotor. Berbagai zat pencemar yang dihasilkan, gas beracun dan bebahaya.
Pencemaran udara tidak hanya dari aktivitas kendaraan bermotor, debu-debu yang dihasilkan
dari aktivitas industri mempunyai peranan penting dalam pencemaran udara. Berbagai cara
dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut, termasuk dalam kasus pengendalian udara
emisi. Salah satunya dengan memakai alat pemisah debu yaitu cyclone separator.
Cyclone adalah alat kontrol partikulat yang sangat umum digunakan pada banyak
aplikasi pengolahan limbah udara, terutama untuk partikel yang mempunyai ukuran relatif
besar (dalam hal ini adalah debu) perlu dikumpulkan untuk kemudian dipisahkan dengan
udara. Cyclone sangat tidak efisien untuk mengumpulkan partikel yang berukuran kecil
karena partikel yang berukuran kecil memiliki ukuran yang lebih kecil/ringan sehingga
menghasilkan gaya sentrifugal dan lebih susah untuk mengendap dibandingkan dengan
partikel yang berukuran lebih besar. Cyclone adalah alat yang menggunakan prinsip gaya
sentrifugal dan tekanan rendah karena adanya perputaran untuk memisahkan materi
berdasarkan perbedaan massa jenis dan ukuran partikel. Cyclone biasanya terbuat dari
lembaran logam, meskipun dapat juga menggunakan material yang lain. Pembuatan cyclone
membutuhkan modal dan biaya yang relatif murah, kebutuhan ruang yang kecil sehingga
tidak boros tempat namun membutuhkan ruang yang tinggi, dan tidak ada bagian dari cyclone
yang bergerak namun hanya partikel yang ada didalamnya. Dalam penggunaannya, cyclone
separator membutuhkan perangkat eksternal seperti blower atau sumber tekanan lainnya
untuk mengalirkan gas melalui cyclone. Cyclone dapat mengumpulkan debu yang sangat
berat, dan dapat digunakan untuk aliran gas yang bersuhu tinggi. Terkadang bagian dalam
cyclone dilapisi bahan khusus untuk mencegah badan Cyclone terkikis oleh partikel debu
yang melaluinya dan melindungi perangkat cyclone dari aliran gas dan partikel debu yang
bersuhu tinggi.
Tipikal cyclone diilustrasikan pada Gambar 1.1. Cyclone memliliki saluran inlet
tangensial terhadap badan silindris dari perangkat cyclone yang menghasilkan pusaran udara
didalamnya terdapat pada bagian puncak. Saat gas yang penuh dengan partikel debu
memasuki perangkat cyclone, partikel – partikel debu tersebut akan terlempar kearah dinding
badan cyclone yang ketika mencapai tahapan tertentu partikel – partikel debu tersebut akan
memisahkan diri dari aliran gas karena terbentur dengan dinding cyclone tersebut dan
kemudian terkumpul pada bagian bawah. Selain itu terdapat sebagian partikel – partikel lebih
kecil yang tetap terbawa dalam aliran udara.
Tabung vortex finder tidak menciptakan pusaran atau aliran yang berputar-putar.
Fungsinya adalah untuk mencegah aliran udara yang masuk langsung keluar menuju outlet
dengan cepat. Perangkat Cyclone tetap akan bekerja tanpa vortex finder meskipun efisiensinya
akan berkurang.
m V2
F= (1.1)
r
Dimana:
F = gaya centrifugal
M = massa partikel
V = kecepatan partikel, (diasumsikan sama dengan kecepatan gas pada inlet)
R = jari jari badan Cyclone
Kecepatan pengendapan partikel dalam gas dapat dipercepat jika gaya sentrifugal
lebih besar dari gaya gravitasi.
Di dalam siklon, gas diumpankan secara tangensial ke dalam vessel silinder dengan
kecepatan sekitar 30 m/s.
Padatan menabrak dinding , kemudian bergerak turun terpisah dari arus gas dan terkumpul
di bagian dasar vessel.
Gas bersih keluar pada bagian atas tengah vessel.
Separator ini sangat efektif jika gas berisi material yang sebagian besar berukuran
kurang dari 10 mikron. Siklon paling banyak digunakan sebagai separator.
Karena gerakan memutar gas dalam siklon yang muncul karena pemasukan tangensial
dan tidak ada tambahan energi yang dimasukkan maka tidak ada vorteks.
Dimana:
Pt = penetrasi
(Pt = 1 - μ)
μ = efisiensi removal partikel
Q = aliran gas volumetrik
Aliran Gas Masuk
Dimana: μ = viskositas gas. Perhatikan bahwa menurunnya suhu gas akan meningkatkan
kerapatan tetapi akan menurunkan viskositas gas yang mana akan menurunkan gaya hambat
yang mengakibatkan efisiensi yang rendah. Bagaimanapun menurunkan suhu gas juga
menurukan debit aliran volumetrik yang mempengaruhi efisiensi sebagaimana seperti yang
dideskripsikan pada persamaan 1.2 diatas.
Akhirnya, pemuatan partikel juga mempengaruhi efisiensi. Pemuatan debu yang tinggi
menyebabkan partikel memantul satu sama lain saat mereka bergerak ke arah dinding
dinding, cyclone yang menjadikan lebih banyak partikelmenuju dinding dan pemisahan yang
besar pula.
Pt2 L1 0.18
= ( ) (1.4)
Pt1 L2
dimana L = konsentrasi partikel inlet (loading).
Efisiensi teoritis dari sebuah perangkat cyclone dapat dihitung dengan cara
menyeimbangkan kecepatan terminal dengan waktu tinggal yang dihasilkan dari seberapa
jauh jarak yang ditempuh di dalam cyclone. Hubungan dan keseimbangan waktu tersebut
menghasilkan persamaan seperti pada dalam persamaan 1.6
Gambar 1.4 Dimensi Cyclone
dimana:
dpx = Efisiensi pemisahan partikel (%)
μ = Viskositas
W = Lebar Inlet
Ne = Nomor giliran efektif
Vi = Kecepatan inlet
ρp = Kerapatan partikel
ρg = Kerapatan Gas
Dimana :
Ƞj = Efisiensi pengumpulan diameter partikel dengan diameter j
Dp50 = Diameter partikel dengan efisiensi pengumpulan 50%
Dpj = Diameter partikel j
Gambar 1.6 mengilustrasikan efek dari parameter slope (B). Perhatikan bahwa
semakin besar nilai B menjadikan ujung bawah cyclone yang lebih runcing. Ketika lebih
banyak massa dikaitkan dengan partikel yang lebih besar, ujung yang lebih runcing
meningkatkan efisiensi pemisahan saecara keseluruhan.
1
M = m+1 (1.9a)
T 0,3
m = 1- [(1-0,67D0,14
c ) (283) ] (1.9b)
M
KQρp C'(m+1) 2
Ψ =2[ ] (1.9b)
18μD3C
Dimana :
Dp = Diameter partikel (meter)
DC = Diameter tabung Cyclone (meter)
T = Temperatur gas (kelvin)
K = Dimensi parameter konfigurasi geometris
Q = Aliran gas volumetric
ρp = Densitas partikel
C’ = Faktor koreksi slip Cunningham
Μ = Viskositas gas
Perkiraan parameter konfigurasi geometris sebuah cyclone diperkirakan berdasarkan
konfigurasi cyclone. Dimensi relatif seperti yang ditampilkan pada tabel 1.2 menunjukkan 3
desain cyclone yaitu desain standart, Stairmand, dan desain Swift. Perhatikan bahwa desain
stairmand dan swift memiliki lubang bukaan inlet yang lebih kecil dari model standart yang
berarti memiliki kecepatan masukan yang lebih besar dengan ukuran badan yang sama.
Hasilnya adalah gaya sentrifugal yang lebih besar dan meningkatkan efisiensi. Dalam model
Leith dan Licht, semakin besar parameter konfigrasi geometris menghasilkan prediksi
efisiensi yang lebih besar.
Tabel 1.2 Konfigurasi parameter geometris
Standar Stairmand Swift
Tinggi Masukan (Inlet) H/D 0,5 0,5 0,44
Lebar Masukan (Outlet) W/D 0,25 0,2 0,21
Diameter Pipa Gas Keluar De/D 0,5 0,5 0,4
Panjang Body Lb/D 2,0 1,5 1,4
Panjang Cone Lc/D 2,0 2,5 2,5
Pemicu Pusaran S/D 0,625 0,5 0,5
Diameter Pipa Keluar Debu Dd/D 0,25 0,375 0,4
Konfigurasi parameter
K 402,9 551,3 699,2
geometris
1.8 PenurunanTekanan
Penurunan tekanan menghasilkan gaya yang menyebabkan kecepatan gas dan gaya
sentrifugal di dalam cyclone. Banyak usaha telah dilakukan untuk menghitung penurunan
tekanan dari dasarnya. Namun tidak satupun memberikan hasil yang memuaskan. Banyak
korelasi didasarkan pada nilai tekanan yang dihasilkan oleh kecepatan aliran gas pada inlet
yang ditampilkan pada persamaan 1.10
1
ΔP = ρg V21 NH (1.10)
2gc
Dimana :
ΔP = Penurunan tekanan
Ρg = Densitas gas
Vi = Kecepatan gas masuk
NH = Penurunan tekanan (dituliskan sebagai nilai tekan kecepatan pada inlet)
Salah satu nilai korelasi mengenai tekanan yang dihasilkan oleh kecepatan udara pada inlet
dirumuskan oleh Miller dan Lissman:
D 2
NH =KΔP1 ( ) (1.11)
D e
Dimana :
KΔP1 = Konstanta berdasarkan kondisi operasi dan konfigurasi Cyclone
D = Diameter body Cyclone
De = Diameterpipa alirankeluar tabung
Nilai tipikal untuk KΔP dalam korelasi Miller dan Lissman adalah 3,2. Untuk
konfigurasi Cyclone standart dideskripsikan diatas, korelasi Miller dan Lissman menghasilkan
12,8 pada tekanan kecepatan inlet.
Korelasi lainnya untuk nilai tekanan kecepatan inlet adalah oleh Shepard dan Lapple.
HW 2
NH =KΔP2 ( ) (1.12)
D2e
Dimana :
KΔP2 = Konstanta berdasarkan kondisi operasi dan konfigurasi Cyclone
H = Tinggi bukaan inlet
W = Lebar bukaan inlet
De = Diameterpipa aliran keluar tabung
Nilai untuk KΔP dalam korelasi Shepard dan Lapple tidaklah sama. Biasanya berkisar
antara 12 – 18. Korelasi Shepard dan Lapple menghasilkan 8 pada tekanan kecepatan pada
dimensii standar cyclone, 6,4 pada desain cyclone Stairmand, dan 9,24 untuk desain cyclone
Swift. Sebagaimana yang terlihat, disana terdapat perbedaan yang mendasar diantara korelasi
– korelasi yang ada. Sekali lagi, yang terbaik adalah mempercayakan pada pengalaman
penyedia cyclone ketika pengalaman pribadi mengalami kekurangan dalam menggunakan
cyclone. Bagaimanapun, untuk memastikan jaminan kinerjanya, pastikan bahwa spesifikasi
cyclone dituliskan dengan baik dan dapat didokumentasikan untuk kondisi yang telah
diperkirakan.
1.9 Saltasi
Diskusi sebelumnya mengenai efisiensi dan penurunan tekanan meniggalkan kesan
bahwa peningkatan kecepatan gas secara terus menerus dapat memberikan tambahan efisiensi.
Bagaimanapun, konsep mengenai saltasi oleh Kalen dan Zens mengindikasikan bahwa lebih
dari sekedar mengurangi aliran balik dengan meningkatkan kecepatan, efisiensi pengumpulan
sebenarnya berkurang dengan kecepatan aliran gas yang berlebihan. Disaat kecepatan gas
lebih besar dari kecepatan saltasi, partikel tidak terpisah ketika mereka mengenai dinding
Cyclone, tetapi tetap tersuspensi selama aliran gas tetap dalam kecepatan yang tinggi yang
menyebabkan batasan fluida terhadap partikel padatan menjadi sangat tipis. Sebuah korelasi
untuk saltasi diberikan oleh Koch dan Licht sebagai berikut:
W 0,4
(ρp -ρg 0,333 ( )
Vs =2,055D0,067 V0,667
i [4gμ ] { D
W 0,333
} (1.13)
3ρ2g [1-( )]
D
Dimana :
Vs = Kecepatan Saltasi (ft/s)
D = Diameter Cyclone (ft)
Vi = Kecepatan aliran gas pada inlet (ft)
g = Percepatan gravitasi (32,2 ft/s2)
μ = Viskositas gas (lbm/ft-sec)
ρp = Densitas partikel (lbm/ft3)
ρg = Densitas gas (lbm/ft3)
W = Lebar bukaan lubang inlet (ft)