Jurnal failasuf z
Failasuf Zohrarirani
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNT T M XIV) Perencanaan Sist em Pendingin…
samsul maarif
Cooling t ower-usu
Ulfi Khabibah
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 7, No. 7, (2014) 1-6 1
Abstrak— Telah dilakukan analisa kinerja cooling tower perpindahan panas yang dapat terjadi dipengaruhi oleh jumlah
(CT) induced draft tipe LBC W – 300 dengan metode air permukaan yang terkena udara.
kesetimbangan kalor dan massa. Analisa ini digunakan untuk Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya membahas
menurunkan model matematis yang selanjutnya digunakan tentang pemodelan desain cooling tower mechanic counter
untuk mensimulasikan proses yang ada di cooling tower. Dari
flow (laju aliran paksa). Pemodelan dinamik cooling tower ini
hasil simulasi didapatkan temperatur air keluaran cooling tower
yang dipengaruhi oleh temperatur dry bulb dan wet bulb yang menggambarkan analisa kinerja cooling tower berdasarkan
selalu berubah-ubah. Kinerja yang paling optimal di bulan kesetimbangan kalor dan massa pada air serta udara.
September pukul 07.00 sebesar 27.91°C saat temperature Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pemodelan
ambient dry bulb 26.6°C. Pada musim hujan di bulan Februari dinamik terhadap performance cooling tower yang
2013 kinerja cooling tower lebih maksimal. Temperatur air disimulasikan dengan software Dymola Version 6.1
keluaran pada pukul 07.00 adalah 25.87°C, saat temperatur dry pengembangan dari Dynasim (Dynasim,2007) (Xiao Li, dkk.,
bulb 25.5°C. Efisiensi cooling tower saat musim kemarau antara 2010).
41% sampai 72%, sedangkan pada musim hujan efisiensinya Untuk itu kinerja desain cooling tower sangat
60% sampai 80%. Kinerja cooling tower dapat ditingkatkan
dipengaruhi oleh temperatur lingkungan sekitar. Parameter
dengan cara meningkatkan kecepatan putaran fan sebesar 1550
rpm dan menurunkan laju aliran massa air menjadi 18.12 kg/s, yang mempengaruhi kinerja cooling tower, yaitu : Pengaruh
sehingga daya fan dapat ditingkatkan sebesar 7.96 kW serta temperatur lingkungan merupakan temperatur ambient (dry
efisiensi cooling tower akan naik menjadi 81.63%. bulb dan wet bulb) akan mempengaruhi perpindahan panas
atau kinerja di dalam cooling tower. Kinerja cooling tower
Kata Kunci— Cooling tower, temperatur ambient, kinerja. dipengaruhi oleh proses perpindahan panas secara sensibel dan
laten di dalam fill (ruang pengisi). Analisa kinerja cooling
tower induced draft tipe LBC W – 300 akan dibuat dalam
I. PENDAHULUAN
model matematis sehingga memudahkan untuk menarik
Selanjutnya membuat process flow diagram sebagai acuan q1 hw , in , i , Tw,in , m w,in
untuk identifikasi proses di dalam cooling tower. Langkah
selanjutnya akan diturunkan model matematis dari tiap-tiap Air
komponen yang mempresentasikan proses yang terjadi di
dalam fill (ruang pengisi) berdasarkan hukum perpindahan
Udara hw , i
kalor dan massa (hukum perpindahan kalor dan massa). Model
matematis yang telah dibuat selanjutnya disimulasikan dengan
mempergunakan software komputasi untuk mempresentasikan a ,in Ta
m hw , out , i , Tw,out , m
w,out
hasil pendinginan pada cooling tower. Kemudian dilakukan Gambar 2. Prinsip Kerja Keseimbangan Kalor dan Massa Air dan Udara di
dalam Kontrol Volum.
pengujian software, analisa kinerja dari cooling tower, serta
menghitung effisiensi cooling tower, melakukan rekomendasi
Hukum kesetimbangan energi di dalam cooling tower :
dan penyusunan laporan tugas akhir.
dimana :
m w , in = Laju aliran massa air masuk (kg/s)
Tw,in,i = temperatur air masuk cooling tower(°C)
m w , out = Laju aliran massa air keluar (kg/s)
m a = Laju aliran massa udara yang masuk (kg/s)
Ta,in,i=Temperatur udara masuk ke cooling tower(°C)
Tw,out,i = Temperatur air yang telah didinginkan
hw,in,i= Entalphi air masukkan Gambar 3. Kinerja Cooling Tower Menggunakan Software Komputasi Untuk
Memperhitungkan Hasil
hw,out,i= Entalphi air keluaran.
menggambarkan kinerja cooling tower yang diwakili beberapa 300 selama musim kemarau pengaruhi oleh : peningkatan
data berikut : temperatur air masukkan dan temperatur dry bulb. Hal
tersebut mempengaruhi hasil temperatur keluaran (outlet)
cooling tower. Semakin tinggi temperatur dry bulb, maka
semakin tinggi temperatur air outlet.
Grafik tersebut merupakan hasil simulasi software Gambar 6. Grafik Kinerja Cooling Tower Tanggal 1 Februari 2013
komputasi untuk memperhitungkan hasil. Software ini
berfungsi menggambarkan kinerja dari cooling tower yang Grafik diatas menunjukkan temperatur air keluaran
dipengaruhi oleh temperatur air masukkan dan temperatur cooling tower pada tanggal 1 Februari 2013 pada musim
udara dry bulb. Grafik jam ke-1 sampai jam ke-9 hujan. Perbedaan grafik saat musim hujan dan musim kemarau
menunjukkan kinerja cooling untuk mendinginkan temperatur dilihat dari grafik temperatur dry bulb dan data wet bulb. Pada
air pada pukul 07.00 sampai 16.00. Berdasarkan data BMKG musim hujan temperatur wet bulb berkisar antara 24°C sampai
pusat pada koordinat titik LS : -6° 9’40.89’’ & BT : +106° 26°C, sedangkan temperatur dry bulb berada di antara 25.5°C
52’41.14’’ tanggal 1 September 2013 yaitu temperatur wet sampai 30.2°C. Temperatur wet bulb dan dry bulb pada musim
bulb sebesar 25°C sampai 27.2°C, dan dry bulb sebesar hujan lebih rendah dari pada saat musim kemarau. Pada jam
26.8°C sampai 34°C. ke-2 pukul 08.00 temperatur air masukkan tinggi yaitu 39°C
dan temperatur dry bulb yang rendah sebesar 26.8°C mampu
mempertahankan kinerja cooling tower.
Cooling tower mampu mempertahankan kinerja
pendinginannya agar tetap optimal pengaruh dari temperatur
dry bulb dan wet bulb. Setiap jamnya mengalami kenaikkan
secara perlahan. Pukul 13.00 bukan waktu puncak musim
hujan, karena semakin sore temperatur dry bulb akan semakin
meningkat. Kinerja cooling tower saat musim hujan lebih
optimal atau lebih bagus pada musim hujan.
(pukul 11.00 sampai pukul 15.00). Temperatur wet bulb yang dry bulb 26.6°C laju panas total di dalam cooling tower 28.82
konstan memberikan pengaruh air keluaran cooling tower. kW mampu mendinginkan air sampai temperatur 28°C.
Dalam menganalisa grafik diatas berbeda dengan kinerja Namun ketika temperatur air masuk sebesar 39°C, temperatur
pada tanggal 1 Februari 2013, karena pada pukul 13.00 terjadi dry bulb di temperatur 35.2°C sehingga, air outputnya 33°C
penurunan temperatur dari kondisi sebelumya. Seberapa tinggi dan laju aliran panasnya 21.27 kW. Untuk itu, kalor yang
temperatur air masukkan ke cooling tower harus mampu mampu dibuang ke atmosfer juga dipengaruhi oleh
diturunkan sampai mendekati temperatur wet bulb lingkungan. kemampuan udara untuk membuang panas melalui atas
Apabila semakin tinggi temperatur air inlet maka, semakin menara. Saat kondisi temperatur dry bulb terlalu tinggi maka
besar kebutuhan temperatur ambient rendah untuk kerja laju perpindahan panas yang dibawa udara semakin
menurunkan temperatur masukkan. kecil.
Gambar 10. Grafik Hubungan Laju Panas terhadap Temperatur dry bulb dan
Gambar 8. Validasi Data Hasil Pengukuran dengan Simulasi Temperatur air masuk Bulan Februari
Grafik 8 menunjukkan bahwa data hasil pengukuran dengan Grafik diatas menggambarkan perubahan laju kalor pada
data hasil simulasi memiliki nilai yang sama hanya ada selisih bulan Februari. Laju aliran panas di dalam cooling tower
sebesar 0.11 °C. Nilai deviasi dari perhitungan menggunakan dipengaruhi oleh besarnya temperatur air masuk, sedangkan
simulink sebesar 0.33 %. Nilai deviasi ini berupa presentasi pengaruh temperatur dry bulb sangat kecil sekali pengaruhnya.
dari selisih antara nilai simulasi dengan nilai pengukuran. Saat temperatur air masuk 32°C, temperatur dry bulb 25.5 dan
Hasil simulasi bisa menunjukkan dengan tepat kinerja dari laju panas sebesar 14.37 kW. Laju aliran panas yang terjadi di
cooling tower pada setiap jamnya yang dipengaruh oleh cooling tower meningkat sebesar 39.44 kW ketika temperatur
temperatur ambient untuk mendinginkan air. air masuk ke naik menjadi 39°C. Sehingga temperatur dry
bulb udara luar mempengaruhi agar memaksimalkan besar
B. Analisa Laju Panas di Cooling Tower kalor yang mampu di buang ke atmosfer melalui cerobong
cooling tower.
Laju panas di dalam cooling tower terjadi secara sensibel
dan laten. Untuk menganalisa pengaruh temperatur dry bulb
C. Efisiensi Cooling Tower
udara ambient terharap laju aliran panas yang terjadi di dalam
Effisiensi cooling tower didapatkan dari :
cooling tower.
Gambar 9. Grafik Hubungan Laju Panas terhadap Temperatur Dry Bulb dan
Temperatur Air Masuk Bulan September
Tabel 1. Rekomendasi Peningkatan Kinerja Cooling Tower dengan Cara Meningkatkan Kecepatan Putaran Fan dan Menurunkan Laju Aliran Massa Air
Case
Variable Unit
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
m dot air kg/s 19.39 19.39 18.84 18.12 17.53 19.39 19.39 19.39 19.39 18.84 18.12
Tw,in °C 37 38 38 38 38 38 38 38 39 39 39
Ta,in °C 26.6 30 30 30 30 30 30 30 35 35 35
Twb °C 24 25 25 25 25 25 25 25 27 27 27
hfg kJ/kg 104.67 110.9 110.9 110.9 110.9 110.9 110.9 110.9 117.71 117.71 117.71
m dot evap kg/s 0.27 0.21 0.21 0.21 0.21 0.21 0.21 0.21 0.18 0.18 0.18
hw,in kJ/kg 155.04 159.21 159.21 159.2 159.21 159.21 159.21 159.21 163.38 163.38 163.38
hw,out kJ/kg 117.43 129.97 126.68 122.3 118.7 126.68 122.3 118.7 138.33 131.75 122.99
Rpm fan rpm 1460 1460 1460 1460 1460 1500 1550 1600 1460 1500 1550
Wfan kW 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.71 7.96 8.22 7.5 7.71 7.96
Tw,out °C 27.91 30.88 30.11 29.08 28.24 30.11 29.08 28.24 32.87 31.3 29.26
Efisiensi % 69.92 54.77 60.69 68.82 75.08 60.69 68.82 75.08 51.08 64.17 81.17
DAFTAR PUSTAKA
V. KESIMPULAN
American Society of Heating Refrigeration and Air
Berdasarkan hasil analisa data, perhitungan dan simulasi Conditioning. 2001. ASHRAE Handbook. Fourth edition.