Anda di halaman 1dari 26

BAB VI

HUKUM TERMODINAMIKA II
6.1. Pendahuluan
Dalam bab-bab sebelumnya telah dibahas mengenai Hukum
Termodinamika I yang menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan
dimusnahkan tetapi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain .
Prinsip tersebut juga di kenal dengan istilah konservasi energi, yang berlaku
untuk sistem tertutup dan terbuka.
Hukum Termodinamika I tidak memuaskan para ahli, karena pada Hukum
Termodinamika I seakan-akan proses itu dapat dibalik. Misalnya pada sistem
tertutup (massa atur), panas (Q) yang diberikan dikurangi oleh kerja (W) yang
dilakukan sama dengan perubahan energi dalam (U) dari sistem. Perubahan
energi dalam (U) sistem terkait dengan peningkatan temperatur sistem (T2-T1).
Jika proses ini dibalik, apakah mungkin itu bisa terjadi?

Coba perhatikan secangkir kopi panas


ditaruh dalam suatu ruangan, maka akan
dengan sendirinya kopi tersebut akan
menjadi dingin (gambar 6.1). Dalam kasus
tersebut, hukum termodinamika pertama
telah terpenuhi karena energi yang
dilepaskan kopi sebanding dengan energi
Gambar 6.1. Secangkir Kopi Panas
(Sumber: Yunus A. Cengel, 2015:276 yang diterima oleh lingkungan.

Tetapi jika dibalik apakah mungkin secangkir kopi bisa menjadi panas
dalam sebuah ruangan yang dingin? Jawabannya tentulah tidak. Contoh lain
adalah elemen pemanas yang dapat memanaskan udara pada sebuah ruangan.
Apakah akan ada arus listrik jika tiba-tiba udara dalam ruangan didinginkan?
Batu yang jatuh dari ketinggian tertentu lalu membentur lantai, akan
menimbulkan panas. Artinya terjadi perubahan energi potensial menjadi kinetik

133
134

dan kinetik menjadi panas. Apakah bisa jika batu tadi tiba-tiba didinginkan, lalu
batu tadi meloncat ke atas? Jawabannya tentu tidak bisa. Dari contoh diatas dapat
dikatakan dengan jelas bahwa “proses itu hanya berjalan dalam suatu arah tertentu
tidak sebaliknya (THE PROCESSES IS ONLY ONE WAY).
Hal inilah yang mendasari adanya Hukum Termodinamika II. Dalam kata
lain proses itu akan berlangsung jika ia memenuhi Hukum Termodinamika I dan
II. Kegunaan hukum termodinamika II tidak terbatas hanya pada mengidenfikasi
arah dari suatu proses, tetapi juga bisa untuk mengetahui kualitas energi (hukum I
berhubungan dengan kuantitas energi dan perubahan bentuk energi); menentukan
batas toeritis unjuk kerja suatu sistem; dan memperkirakan kelangsungan reaksi
kimia (degree of completion of chemical reaction).
Hukum Termodinamika II ini berbunyi “Ada batas tertentu dari jumlah
energi mekanik, yang diperoleh dari sejumlah energi panas”. Pada umumnya
perubahan yang terjadi di alam disertai dengan perubahan energi. Dalam proses perubahan
energi ini ada dua aspek penting, yaitu arah pemindahan energi dan pengubahan energi dari
satu bentuk ke bentuk yang lain.Walaupun Hukum Pertama Termodinamika
menetapkan hubungan antara kalor yang diserap dengan kerja yang dilakukan oleh sistem,
tetapi hukum ini tidak menunjukkan batas-batas mengenai sumber maupun arah aliran
energi. Hukum Kedua Termodinamika dirumuskan untuk menyatakan pembatasan-
pembatasan yang berhubungan dengan pengubahan kalor menjadi kerja, dan juga untuk
menunjukkan arah perubahan proses di alam. Dalam bentuknya yang paling umum,
hukum kedua termodinamika dirumuskan dengan mempergunakan suatu fungsi keadaan
yang disebut Entropi (Entropy)

6.2. Reservoir Energi Thermal


Sebelum membahas mengenai hukum termodinamika II, perlu diketahui
istilah Reservoir Energi Panas (Thermal Energy Reservoir) atau lebih umum
disebut dengan reservoir. Reservoir mempunyai pengertian adalah suatu benda/zat
yang mempunyai kapasitas panas yang besar. Artinya reservoir dapat
menyerap/menyuplai sejumlah panas yang tidak terbatas tanpa mengalami
perubahan temperatur.
135

Gambar 6.2. Beberapa sistem atau benda yang menjadi reservoir thermal
(Sumber: Yunus A. Cengel, 2015:277)

Contoh dari benda/zat besar yang disebut reservoir adalah samudera, danau
dan sungai untuk benda besar berujud air dan atmosfer untuk benda besar berujud
udara. Sistem dua-fasa juga dapat dimodelkan sebagai suatu reservoir, karena
sistem dua-fasa dapat menyerap dan melepaskan panas tanpa mengalami
perubahan temperatur.Dalam praktek, ukuran sebuah reservoir menjadi relatif.
Misalnya, sebuah ruangan dapat disebut sebagai sebuah reservoir dalam suatu
analisa panas yang dilepaskan oleh pesawat televisi. Furnace atau tungku
pembakaran juga dapat juga disebut sebagai reservoir thermal. Reservoir yang
menyuplai energi disebut dengan sumber (source) dan reservoir yang menyerap
energi disebut dengan sink.

Gambar 6.3. Reservoir thermal sebagai source dan sink


(Sumber: Yunus A. Cengel,2015:277)

6.3. Mesin Kalor (Heat Engines)


Seperti kita ketahui bahwa Kerja (W) dapat dikonversi langsung menjadi
panas, seperti misalnya pengaduk air. Kerja dapat kita berikan pada poros
136

pengaduk sehingga temperatur naik. Tetapi sebaliknya, jika kita memberikan


panas pada air, maka poros tidak akan berputar. Atau dengan kata lain, jika
memberikan panas pada air, maka tidak akan tercipta kerja (poros). Dari
pengamatan di atas, konversi panas menjadi kerja bisa dilakukan tetapi diperlukan
sebuah alat yang dinamakan dengan mesin kalor (heat engines).
Sebuah mesin kalor (heat engines) dapat dikarakteristikkan sebagai berikut :
1) Mesin kalor menerima panas dari source bertemperatur tinggi (energi
matahari, furnace bahan bakar, reaktor nuklir, dll).
2) Mesin kalor mengkonversi sebagian panas menjadi kerja (umumnya dalam
dalam bentuk poros yang berputar).
3) Mesin kalor membuang sisa panas ke sink bertemperatur rendah.
4) Mesin kalor beroperasi dalam sebuah siklus.

Gambar 6.4. Panas yang disuplai ke mesin kalor diubah jadi kerja
(Sumber: Yunus A. Cengel,2015:278)

Mengacu pada karakteristik di atas, sebenarnya motor bakar dan turbin gas
tidak memenuhi kategori sebagai sebuah mesin kalor, karena fluida kerja dari
motor bakar dan turbin gas tidak mengalami siklus termodinamika secara
lengkap.Sebuah alat produksi kerja yang paling tepat mewakili definisi dari mesin
kalor adalah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), yang merupakan mesin
pembakaran luar dimana fluida kerja mengalami siklus termodinamika yang
lengkap.
137

Gambar 6.5. Sistem pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) bekerja sebagai
mesin kalor (heat engines) (Sumber: Yunus A. Cengel,2015:278)

Secara sederhana dalam diagram Sankey, kita bisa gambar proses kerja
mesin kalor PLTU,

Gambar 6.6. Diagram Sankey pembagian energi yang diproduksi


oleh mesin kalor PLTU(Sumber: Yunus A. Cengel,2015:278)

kerja bersih yang dihasilkan dari pembangkit listrik ini hanyalah perbedaan antara
total output kerja tanaman dan masukan cara kerja (gambar 6.5):

Wnet, out = Wout - Win ........................................ (6.1)

Kerja bersih yang dihasilkan dapat pula ditentukan dari data perpindahan panas
saja.

Wnet, out = Qin - Qout .......................................... (6.2)


138

6.3.1. Efisiensi Termal (Thermal Efficiencies)


Efisiensi termal sebenarnya digunakan untuk mengukur unjuk kerja dari
suatu mesin kalor, yaitu berapa bagian dari inputpanas yang dapat diubah menjadi
output kerja bersih.Unjuk kerja atau efisiensi, pada umumnya dapat diekspresikan
menjadi:

output yang diinginkan


Unjuk kerja= ........................... (6.3)
input yang diperlukan

Untuk mesin kalor, output yang diinginkan adalah output kerja bersih dan input
yang diperlukan adalah jumlah panas yang disuplai ke fluida kerja. Kemudian
efisiensi termal dari sebuah mesin kalor dapat diekspresikan sebagai,

output kerja bersih


Efisiensi termal= ............................... (6.4)
total input panas
Atau
W bersih , out
ƞth = ......................................... (6.5)
Q¿

Gambar 6.7. Beberapa mesin kalor dengan unjuk kerja yang berbeda
(Sumber: Yunus A. Cengel,2015:280)

Atau dapat pula dituliskan dengan,

Qout
ƞth =1− ...................................................... (6.6)
Q¿
139

DimanaW bersih ,out Q ¿−Q out

Dalam peralatan-peralatan praktis, seperti mesin kalor, mesin pendingin dan


pompa kalor umumnya dioperasikan antara sebuah media bertemperatur tinggi
pada temperatur TH dan sebuah media bertemperatur rendah pada temperatur TL.
Untuk sebuah keseragaman dalam mesin kalor, mesin pendingin dan pompa kalor
perlu pendefinisian dua kuantitas :

QH= Besar perpindahan panas antara peralatan siklus dan media bertemperatur
tinggi pada temperatur TH.
QL= Besar perpindahan panas antara peralatan siklus dan media bertemperatur
rendah pada temperatur TL.

Sehingga efisiensi termal dapat dituliskan sebagai berikut

W bersih , out
ƞth = ............................................. (6.7)
QH

QL
ƞth =1− .................................................... (6.8)
QH

dimana: W bersih ,out=¿Q H −QL ¿

Gambar 6.8. Skema proses kerja mesin kalor


(Sumber: Yunus A. Cengel,2015:280)
140

Contoh Soal 6.1.


Panas yang ditransfer ke mesin kalor (heat engine) dari sebuah furnace adalah 80
MW. Panas yang dibuang ke sungai terdekat adalah 50 MW. Hitunglah daya
bersih yang dihasilkan dan efisiensi thermal dari mesin kalor ini?

Solusi:
Skema mesin kalor pada sistem ini dapat digambar seperti gambar 6.9,

Asumsi:
Panaskan kerugian melalui pipa dan
komponen lainnya dapat diabaikan.
Analisis skema dari mesin panas
diberikan pada gambar 6.9.

Gambar 6.9. Mesin kalor


(Sumber: Yunus A.Cengel,2015:282)

Q̇ H =80 MW dan Q̇ L=50 MW

Dengan mengabaikan panas yang hilang, maka:

Ẇ net ,out =Q̇ H −Q̇¿ ( 80−50 ) MW =30 MW

Maka efisiensi thermal dari sistem ini adalah:

η Ẇ net ,out 30 MW
th= = =0,375 (375 %)
Q̇ H 80 MW

6.3.2. Hukum Termodinamika Kedua-Pernyataan Kelvin-Planck


Melihat karakterisitk dari sebuah mesin kalor, maka tidak ada sebuah mesin
kalor yang dapat mengubah semua panas yang diterima dan kemudian
mengubahnya semua menjadi kerja. Keterbatasan tersebut kemudian disebuat
dengan pernyataan Kelvin-Plank (Kelvin–Planck Statement)yang berbunyi:
141

“Adalah tidak mungkin untuk sebuah alat/mesin yang beroperasi dalam


sebuah siklus yang menerima panas dari sebuah reservoir tunggal dan
memproduksi semuanya menjadi kerja bersih”
Pernyataan Kelvin-Plank (hanya diperuntuk untuk mesin kalor) diatas
dapat juga diartikan sebagai tidak ada sebuah mesin/alat yang bekerja dalam
sebuah siklus menerima panas dari reservoir bertemperatur tinggi dan mengubah
panas tersebut seluruh menjadi kerja bersih. Atau dengan kata lain tidak ada
sebuah mesin kalor yang mempunyai efisiensi 100%.

Gambar 6.10. Skema proses kerja mesin kalor


(Sumber: Yunus A.Cengel, 2015:283)

6.4. Mesin Pendingin dan Pompa Kalor ( Refrigerators and Heat Pumps)
6.4.1. Mesin Pendingin (Refrigerator)
Mesin pendingin(refrigerator) sama seperti halnya dengan mesin kalor
adalah sebuah alat yang bekerja secara siklus. Fluida kerjanya disebut dengan
refrigeran. Siklus refrigerasi yang paling banyak digunakan adalah siklus (daur)
refrigerasi kompresi-uap yang melibatkan empat komponen utama mesin
pendingin yaitu: kompresor,kondensor, katup ekspansi dan evaporator (gambar
6.11).
142

Gambar 6.11. Komponen utama refrigerator


(Sumber: Yunus A.Cengel,2015:284)
Dari gambar (6.11) dapat dijelaskan bahwa refrigeran memasuki
kompresor sebagai sebuah uap, selanjutnya pada kompresor refrigeran dikompresi
sehinggga tekanan dan temperaturnya menjadi naik sehingga kondisi refrigeran
disebut dengan kondisi superpanas. Refrigeran kemudian didinginkan dan
mengalami kondensasi dikondensor yang membuang panasnya ke lingkungan.
Temperatur refrigeran menjadi turun, akan tetapi tekanannya masih tinggi.
Selanjutnya refrigeran kemudian memasuki pipa kapile (katu ekspansi) dimana
tekanan refrigeran turun drastis karena efek throttling. Turunnya tekanan
refrigeran mengakibatkan bertambah turunnya temperaturnya. Saat ini refrigeran
dalam fase cair dingin. Refrigeran bertemperatur rendah ini kemudian memasuki
evaporator, imana disini refrigeran menyerap panas dari ruang yang
didinginkan, kemudian refrigeran kembali memasuki kompresor.
Tujuan refrigerator adalah membuang QL sebanyak mungkin dari ruang
dingin, sehingga efisiensi refrigerator disebut dengan istilah coefficient
of performance (COP),dinotasikan dengan COPR.

output yg diinginkan QH
COP R= = ............................ (6.9)
input yg diperlukan W net ,∈¿ ¿
143

Gambar 6.12. Skema proses kerja refrigerator


(Sumber: Yunus A.Cengel, 2015:284)
Dengan Wnet, in = QH - QL lalu disubsitusi ke persamaan (6.9) dan persamaam ini
sama-sama dibagi dengan QL maka persamaan akhirnya menjadi:

QL 1
COP R= =
Q H −Q L Q H .................................... (6.10)
−1
QL

Perlu dicatat bahwa harga dari COPR dapat berharga lebih dari satu,
karena jumlah panas yang diserap dari ruang refrigerasi dapat lebih besar dari
jumlah input kerja. Hal tersebut berlawanan dengan efisiensi termal yang selalu
kurang dari satu. Salah satu alasan penggunaan istilahCoefficient Of Performance
(COP) lebih disukai untuk menghindari kerancuan dengan istilah efisiensi, karena
COP dari mesin pendingin lebih besar dari satu.

6.4.2.Pompa Thermal(Heat Pumps)


Perangkat lain yang mentransfer panas dari media-suhu rendah ke
temperatur tinggi adalah adalah pompa panas. Gambar 5.12 adalah bentuk skema
pompa panas. Tujuan dari pompa panasadalah untuk menjaga kondisi ruang agat
tetap panas. Hal ini dilakukan dengan menyerap panas dari sumber yang
bertemperatur rendah dan mensuplai panas ini ke media bersuhu tinggi seperti
rumah.
Kinerja pompa panas (heat pump) juga diukur dengan Coefficient Of
Performance (COPHP), dimana nilai COPH dapat ditulis dengan,

Desired Output
COP HP= ....................................... (6.12)
Required Input

Secara skematis dapat


ditunjukkan oleh gambar
6.13.
144

Gambar 6.13. Pompa panas bekerja untuk mensuplai udara panas


(Sumber: Yunus A.Cengel, 2015:285)
Dapat pula ditulis sama halnya dengan COPR

QH
COP HP= ....................................... (6.13)
W net ,∈¿ ¿

Dalam bentuk lain dapat ditulis, jika Wnet = QH-QL lalu sama-sama dibagi dengan QH

QH
COP HP=
1
W net ,∈¿= ¿ ................................. (6.14)
QL
1−
QH

Atau dapat juga ditulis, dengan:

COP HP=COP R +1 .................................. (6.15)

Contoh Soal 6.2.


Makanan yang dismpan dalam kulkas, seperti gambar (6.14) dipertahankan pada
4oC dengan membuang panas darinya sebesar 360 kJ/min. Jika input daya yang
diperlukan untuk kulkas adalah 2 kW, maka tentukanlah:
a.Koefisien kinerja kulkas
b.Besarnya panas yang dibuang dari kulkas ke lingkungan?

Gambar 6.14. Prinsip kerja kulkas untuk menyimpan produk makanan


(Sumber: Yunus A.Cengel,2015:287)
145

Solusi.
a. Koefisien kinerja kulkas adalah
Q̇ L
CO P R=
Ẇ net ,∈¿=
360 kJ /min
2 kW (
1 kW
60 kJ /min )
=3 ¿

b. Besarnya panas yang dibuang ke udara dari kulkas,

60 kJ /min
Q̇ H =Q̇L + ẇ net=360 (kJ /min)+(2 kW )( )
1 kW

= 480 kJ/min

6.4.3. Hukum Termodinamika Kedua-Pernyataan Clausius


Terdapat dua pernyataan dari hukum termodinamika kedua-pernyataan
Kelvin-Plank, yang diperuntukkan untuk mesin kalor, dan pernyataan Clausius,
yang diperuntukkan untuk mesin pendingin/pompa kalor. Pernyataan Clausius
dapat di ungkapkan sebagai berikut:
“ ......... dalah tidak mungkin membuat sebuah alat yang beroperasi
dalam sebuah siklus tanpa adanya efek dari luar untuk mentransfer
panas dari media bertemperatur rendah ke media bertemperatur
tinggi ......... ”.

Secara alamiah biasanya panas akan berpindah dari media bertemperatur


tinggi ke media bertemperatur rendah. Pernyataan Clausius menegaskan bahwa
tidaklah mungkin membuat sebuah alat yang bekerja secara siklus dapat
memindahkan panas dari media bertemperatur rendah ke media bertemperatur
tinggi tanpa ada pengaruh dari luar. Pengaruh luar yang dalam kasus ini dilakukan
oleh kompresor yang mendapat energi dari energi listrik.

6.5. Mesin-Gerak-Abadi (Perpetual-Motion Machines)


Kita mempunyai pernyataan yang berulang-ulang, bahwa sebuah proses
tidak akan dapat berlangsung jika tidak memenuhi hukum termodinamika pertama
dan kedua. Semua alat yang melanggar baikhukum termodinamika pertama
maupun kedua disebut dengan mesin gerak abadi (perpetual-motion machines).
Sebuah alat yang melanggar hukum termodinamika pertama disebut dengan
146

mesin gerak abadi tipe pertama (Perpetual-Motion Machines of The First Kind,
PMM1)dan sebuah alat yang melanggar hukum termodinamika kedua disebut
dengan mesin gerak abadi tipe kedua (Perpetual-Motion Machines of the second
kind, PMM2).
Perhatikan skema PMM1 dan PMM2 di bawah ini (gambar 6.15).

(a) PMM1 (b) PMM2


Gambar 6.15. Mesin-Gerak-Abadi (Perpetual-Motion Machines)
(Sumber: Yunus A.Cengel,2015:290-291)

6.6. Proses Reversibel dan Irreversibel


Hukum kedua termodinamika menyatakan bahwa tidak ada mesin panas
dapat memiliki efisiensi 100 persen. Maka orang mungkin bertanya, apa efisiensi
tertinggi yang mesin panas mungkin dapat memiliki? Sebelum kita dapat
menjawab pertanyaan ini, kita perlu mendefinisikan proses ideal pertama, yang
disebut proses reversibel. Lawan dari proses reversibel adalah proses
ireversibel. Proses reversibel didefinisikan sebagai suatu proses yang dapat
dibalik tanpa meninggalkan jejak apapun di lingkungan.
Sebaliknya, bila keadaan mula-mula dari sistem tidak dapat dikembalikan
tanpa menimbulkan perubahan keadaan pada sistem tersebut maupun pada
lingkungannya, maka proses ini dikatakan proses irreversibel atau proses yang
tidak dapat dibalik.
147

(1) Proses reversibel (2) Proses reversibel

Gambar 6.16. Proses reversibel dan irreversibel


(Sumber: Yunus A.Cengel,2015:292-293)
6.7. Siklus Carnot
Siklus Carnot adalah sebuah siklus reversibel, yang pertama kali
dikemukakan oleh Sadi Carnot pada tahun 1824, seorang insinyur Perancis. Mesin
teoritis yang menggunakan siklus Carnot disebut denganMesin Kalor Carnot.
Siklus Carnot yang dibalik dinamakan dengan siklus Carnot terbalik dan mesin
yang menggunakan siklus carnot terbalik disebut dengan Mesin Refrigerasi
Carnot.

Keterangan:
Empat proses reversibel yang membentuk
siklus Carnot adalah sebagai berikut:

Proses 1-2: Reversible isotermal Ekspansi


Proses 2-3: Reversible Adiabatic Ekspansi
Proses 3-4: Reversible isotermal Kompresi
Proses 4-1: Reversible Adiabatic Kompresi

Gambar 6.17. Proses siklus Carnot dalam sistem tertutup


(Sumber: Yunus A.Cengel, 2015:296)
148

(a) Siklus Carnot (b) Siklus Refrigerasi Carnot

Gambar 6.18. Siklus Carnot dan Siklus Refrigerasi Carnot


(Sumber: Yunus A.Cengel,2015:296-297)

Contoh Soal 6.3.


Sebuah mesin Carnot yang tandon dinginnya berada pada 280K mempunyai daya
guna40%. Lalu diinginkan supaya efisiensiya naik menjadi 50%.
a. Berapa harusnya suhu tandon kalor dinaikkan jika suhu tandon dinginnya
konstan?
b. Berapa harusnya suhu tandon dingin diturunkan jika suhu tandon kalomya
konstan?
Diketahui:
Sistem Mesin Carnot
Keadaan dingin, TD = 280 K

Efisiensi (1) = 40% dinaikkan menjadi ƞ2 = 80%


Ditanya:
a. Berapa harusnya temperatur tandon kalor dinaikkan jika temperatur tandon
dinginnya konstan?
b. Berapa harusnya temperatur tandon dingin diturunkan jika temperatur
tandon kalor nya konstan?
Penyelesaian:
TD
(a) ƞ1=1−
TP
280
40 %=1−
TP
T P =466,67 K
T D dijaga konstan, ƞ2 = 80%, maka
TD 280
ƞ2=1− 80 %=1− T P 2=1400 K
T P2 TP2
149

Jadi temperatur tandon kalor harus dinaikkan sebesar 1400 - 466,67 = 933,33 K
(b) Dengan cara yang sama dengan T D = 466,67 K, diperoleh:
TD
80%=1 -
466 , 67
T P 2 = 373,336K

Jadi temperatur tandon dinginnya diturunkan sebesar 466,67-373,336 =


93,34 K

6.8. Prinsip Siklus Carnot


Hukum termodinamika kedua meletakkan pembatasan pada operasi
peralatan siklus seperti yang diekspresikan oleh Kelvin-Plank dan Clausius.
Sebuah mesin kalor tidak dapat beroperasi dengan menukarkan panas hanya
dengan reservoir tunggal, dan refrigerator tidak dapat beroperasi tanpa adanya
input kerja dari sebuah sumber luar.
Dari pernyataan diatas kita dapat mengambil kesimpulan yang
berhubungan dengan efisiensi termal dari proses reversibel dan irreversibel
(gambar 6.19):

1. Efisiensi sebuah mesin kalor irreversibel


selalu lebih kecil dari mesin kalor
reversibel yang beroperasi antara dua
reservoir yang sama.
2. Efisiensi semua mesin kalor reversibel
yang beroperasi antara dua reservoir yang
sama adalah sama.

Gambar 6.19. Prinsip siklus Carnot


(Sumber: Yunus A.Cengel,2015:296-297)

6.9. Mesin Kalor Carnot


150

Efisiensi termal dari semua mesin kalor reversibel atau irreversibel dapat
dituliskan sebagai berikut :

QL
ƞth =1− .................................................. (6.16)
QH
Dimana:
QH = panas yang ditransfer ke mesin kalor pada temperatur TH, kJ
QL = panas yang diteransfer ke mesin kalor pada temperatur TL, kJ

Gambar 6.20. Konsep efisiensi siklus Carnot


(Sumber: Yunus A.Cengel,2015:301)

Hubungan di atas adalah hubungan yang mengacu pada Efisiensi Carnot, karena
mesin kalor Carnot adalah mesin reversibel yang baik. Perlu dicatat bahwa T L dan
TH adalah temperatur absolut. Penggunaan oC atau oF akan sering menimbulkan
kesalahan.
Efisiensi termal dari suatu mesin kalor aktual dan reversibel yang beroperasi
pada batas temperatur yang sama adalah sebagai berikut (Gb. 6.21):

{
¿ ❑th , mesin kalor irreversibel
❑th = ¿❑th , mesin kalor reversibel ..................... (6.17)
¿❑th ,mesin kalor impossible

Hampir semua mesin kalor mempunyai efisiensi thermal dibawah 40 persen, yang
sebenarnya relatif rendah jika dibandingkan dengan 100 persen. Tetapi
151

bagaimanapun, ketika kinerja dari mesin kalor diperoleh tidak harus dibandingkan
dengan 100 persen, tetapi harus dibandingkan dengan efisiensi sebuah mesin kalor
reversibel yang beroperasi diantara batas temperatur yang sama.

Gambar 6.21. Efisiensi Termal Mesin Kalor


(Sumber: Yunus A.Cengel,2015:301)
Efisiensi maksimum sebuah pembangkit tenaga listrik yang beroperasi antara
temperatur TH = 750 K dan TL = 300 K adalah 60 persen jika menggunakan rumus
efisiensi mesin reversibel, tetapi aktualnya hanya sekitar 40 persen. Hal ini
sebenarnya tidak begitu buruk dan hal tersebut masih membutuhkan improvisasi
untuk mendekati efisiensi mesin reversibel.

6.10. Kualitas Energi


Sebuah mesin kalor Carnot jika menerima panas dari sebuah sumber
(source) pada temperatur 925 K dan mengubahnya 67,2 persen menjadi kerja,
kemudian membuang sisanya (32,8 persen) ke sink pada 303 K. Sekarang jika
dievaluasi bagaimana efisiensi termal jika sumber temperatur bervairiasi dengan
temperatur sink dijaga konstan. Jika suplai panas dari temperatur sumber 500 K
(bandingkan dengan 925 K), maka efisiensi termal turun drastis menjadi dari 67,2
ke 39,4 persen. Dan jika temperatur sumber sebesar 350 K, maka fraksi panas
yang dikonversi hanya 13,4 persen.
Harga efisiensi menunjukkan bahwa energi mempunyai kualitas sama
seperti mempunyai kunatitas. Semakin tinggi temperatur, semakin tinggi kualitas
energi. Contoh misalnya, jumlah yang besar dari energi matahari, jika disimpan
dalam sebuah benda (body) yang disebut solar pond akan mempunyai temperatur
kurang lebih 350 K. Jika hal ini disuplaikan ke sebuah mesin kalor, maka
152

efisiensinya hanya kurang lebih 5 persen.


Karena rendahnya kualitas energi yang didapat disimpan pada sebuah
sumber, maka biaya konstruksi dan perawatan menjadi semakin mahal. Hal ini
menjadi tidak kompetitif meskipun tersedia dalam jumlah yang banyak.

6.11. Refrigerator dan Pompa Thermal Carnot


Mesin pendingin dan pompa kalor yang beroperasi menggunakan siklus
terbalik dinamakan mesin pendingin Carnot. Coefficient of performance mesin
pendingin atau pompa kalor reversibel atau irreversibel adalah :

1 1
COP R= dan COP HP=
Q H /Q L 1−Q L /Q H

Jika mesinnya adalah mesin reversibel maka:

1
COP R , rev= ................................................ (6.18)
QH /Q L−1
dan
1
COP HP ,rev = ............................................... (6.19)
1−Q L /Q H

Gambar 6.22. Kulkas dapat memiliki COP yang lebih tinggi dari kulkas
reversibel(Sumber: Yunus A.Cengel,2015:305)

Perbandingan COP mesin pendingin reversibel dan irreversibel adalah sebagai


berikut (gambar 6.21):
153

{
¿ COP P ,rev ,mesin pendingin irreversibel
COP R= ¿ COP P , rev , mesin pendingin reversibel
¿ COP P ,rev , mesin pendinginimpossible

COP mesin pendingin dan pompa kalor menurun ketika T L menurun. Berarti hal
ini memerlukan kerja untuk menyerap panas da media bertemepratur rendah.
Ketika temperatur ruang refrigerasi mendekati nol, jumlah kerja yang diperlukan
untuk memproduksi jumlah pendinginan tertentu akan mendekati tak terbatas dan
COP-nya akan mendekati nol.

6.12. Ringkasan
Hukum Termodinamika II ini berbunyi: “Ada batas tertentu dari jumlah
energi mekanik, yang diperoleh dari sejumlah energi panas”. Pada umumnya
perubahan yang terjadi di alam disertai dengan perubahan energi. Dalam proses perubahan
energi ini ada dua aspek penting, yaitu arah pemindahan energi dan pengubahan energi dari
satu bentuk ke bentuk yang lain.Walaupun hukum pertama termodinamika menetapkan
hubungan antara kalor yang diserap dengan kerja yang dilakukan oleh sistem, tetapi
hukum ini tidak menunjukkan batas-batas mengenai sumber maupun arah aliran energi.
Hukum kedua termodinamika dirumuskan untuk menyatakan pembatasan-pembatasan
yang berhubungan dengan pengubahan kalor menjadi kerja, dan juga untuk menunjukkan
arah perubahan proses di alam. Dalam bentuknya yang paling umum, hukum kedua
termodinamika dirumuskan dengan mempergunakan suatu fungsi keadaan yang disebut
entropi.
Sistem dua-fasa juga dapat dimodelkan sebagai suatu reservoir, karena
sistem dua-fasa dapat menyerap dan melepaskan panas tanpa mengalami
perubahan temperatur. Dalam praktek, ukuran sebuah reservoir menjadi relatif.
Misalnya, sebuah ruangan dapat disebut sebagai sebuah reservoir dalam suatu
analisa panas yang dilepaskan oleh pesawat televisi. Reservoir yang menyuplai
energi disebut dengan source dan reservoir yang menyerap energi disebut dengan
sink.
Sebuah mesin kalor dapat dikarakteristikkan sebagai berikut :
154

1) Mesin kalor menerima panas dari source bertemperatur tinggi (energi matahari,
furnace bahan bakar, reaktor nuklir, dll).
2) Mesin kalor mengkonversi sebagian panas menjadi kerja (umumnya dalam
dalam bentuk poros yang berputar)
3) Mesin kalor membuang sisa panas ke sink bertemperatur rendah.
4) Mesin kalor beroperasi dalam sebuah siklus.
Mengacu pada karakteristik di atas, sebenarnya motor bakar dan turbin gas
tidak memenuhi kategori sebagai sebuah mesin kalor, karena fluida kerja dari
motor bakar dan turbin gas tidak mengalami siklus termodinamika secara lengkap.
Sebuah alat produksi kerja yang paling tepat mewakili definisi dari mesin kalor
adalah pembangkit listrik tenaga air, yang merupakan mesin pembakaran luar
dimana fluida kerja mengalami siklus termodinamika yang lengkap.
Untuk mesin kalor, output yang diinginkan adalah output kerja bersih dan
input yang diperlukan adalah jumlah panas yang disuplai ke fluida kerja.
Kemudian efisiensi termal dari sebuah mesin kalor dapat diekspresikan sebagai

output kerja bersih


Efisiensi termal=
total input panas

Melihat karakterisitk dari sebuah mesin kalor, maka tidak ada sebuah mesin
kalor yang dapat mengubah semua panas yang diterima dan kemudian
mengubahnya semua menjadi kerja. Keterbatasan tersebut kemudian dibuat
sebuah pernyataan oleh Kelvin-Plank yang berbunyi :
“Adalah tidak mungkin untuk sebuah alat/mesin yang beroperasi dalam
sebuah siklus yang menerima panas dari sebuah reservoir tunggal dan
memproduksi sejumlah kerja bersih”

Mesin pendingin, sama seperti mesin kalor, adalah sebuah alat siklus. Fluida
kerjanya disebut dengan refrigerant. Siklus refrigerasi yang paling banyak
digunakan adalah daur refrigerasi kompresi-uap yang melibatkan empat
komponen : kompresor, kondensor, katup ekspansi dan evaporator.
Terdapat dua pernyataan dari hukum termodinamika kedua-pernyataan
Kelvin-Plank, yang diperuntukkan untuk mesin kalor, dan pernyataan Clausius,
155

yang diperuntukkan untuk mesin pendingin/pompa kalor. Pernyataan Clausius


dapat di ungkapkan sebagai berikut:
“Adalah tidak mungkin membuat sebuah alat yang beroperasi dalam
sebuah siklus tanpa adanya efek dari luar untuk mentransfer panas dari
media bertemperatur rendah ke media bertemperatur tinggi”.

Suatu proses dikatakan reversibel atau dapat dibalik, apabila sistem dapat
dikembalikan ke keadaan semula tanpa menimbulkan perubahan keadaan pada
sistem tersebut maupun pada lingkungan. Sebaliknya, bila keadaan mula-mula
dari sistem tidak dapat dikembalikan tanpa menimbulkan perubahan keadaan pada
sistem tersebut maupun pada lingkungannya, maka proses ini dikatakan proses
irreversibel atau proses yang tidak dapat dibalik.
Efisiensi termal dari semua mesin kalor reversibel atau irreversibel dapat
dituliskan sebagai berikut :
QL
ƞt h=1−
QH
Efisiensi maksimum sebuah pembangkit tenaga listrik yang beroperasi antara
temperatur TH = 750 K dan TL = 300 K adalah 60 persen jika menggunakan
rumus efisiensi mesin reversibel, tetapi aktualnya hanya sekitar 40 persen. Hal ini
sebenarnya tidak begitu buruk dan hal tersebut masih membutu hkan improvisasi
untuk mendekati efisiensi mesin reversibel.

6.13. Soal-Soal Latihan


Selesaikanlah soal-soal berikut!
1. Sebutkan apa bunyi hukum termodinamika ke-2 dan sebutkan contoh
aplikasinya?
2. Jelaskan definsi dari proses reversibel dan irreversibel dan beri contoh!
3. Apa kaitannya antara proses reversibel dan irreversibel dengan kinerja alat
secara umum?
4. Jelaskan definisi dari mesin kalor? Tulislah 2 contoh mesin kalor yang ada di
lingkungan anda?
5. Sebutkan bunyi“Kelvin-Plank Statement? Apa arti dari pernyataan tersebut?
156

6. Apa yang dimaksud dengan Mesin Pendingin dan Pompa Kalor


(Refrigerators and Heat Pumps). Apa beda utama dari kedua alat ini?
7. Sebutkan apa yang dimaksud dengan efisiensi thermal dan COP?
8. Apa pula beda antara COPR dan COPHP?
9. Sebutkan Pernyataan Clausius tentang refrigerator? Jelaskan apa arti dari
pernyataan tersebut?
10. Apa yang dimaksur dengan Mesin Kalor Carnot dan sebutkan urutan proses
pada siklus Carnot?
11. Pada mesin kalor kenapa efisiensi thermalnya tidak mungkin lebih besar dari
efisiensi thermal reversibelnya?
12. Sebuah mesin beroperasi antara 1000°F dan 80°F secara reversibel.
a. Berapakah efisiensi dari mesin?
b. Jika temperatur tertinggi dinaikkan sampai 2000 °F, sementara temperatur
yang lebih rendah dijaga konstan, berapakah efisiensi mesin?
c. Jika temperatur yang lebih rendah dari siklus dinaikkan sampai 160 °F,
sementara temperatur tertinggi dijaga konstan pada 1000 °F, berapakah
efisiensi siklus?
13. Sebuah mesin Carnot beroperasi antara reservoir bertemperatur tinggi 1000 °F
dan reservoir bertemperatur rendah 100 °F. Jika mesin mempunyai daya
output 50 HP, tentukanlah energi panas yang diberikan, efisiensi mesin, dan
panas yang dilepaskan ke lingkungan..
14. Suatu bangunan kecil didinginkan dengan refrigerator Carnot. Temperatur
diluar bangunan 100°F dan temperatur di dalam bangunan 70°F. Bila
refrijerator tersebut digerakkan oleh motor listrik yang berkekuatan 15 HP,
berapakah panas yang dilepaskan dari bangunan tersebut tiap jam? 1 HP = 746
Watt.
15.Temperatur maksimum yang diperbolehkan pada fluida kerja biasanya
dibatasi oleh berbagai pertimbangan kekuatan meterial. Sebuah pembangkit
tenaga bekerja dengan dan temperatur uap maksimum 1200°F. Tidak jauh dari
tempat tersebut terdapat sebuah sungai, yang temperatur airnya 68°F.
Berapakah efisiensi maksimum yang mungkin diperoleh instalasi tersebut?
157

16. Sebuah mesin Carnot beroperasi antara reservoir yang bertemperatur tinggi
700 °C dan reservoir yang bertemperatur rendah 20 °C. Asumsikan bahwa
mesin mempunyai output 65 Hp. Hitunglah panas yang diberikan, efisisensi
mesin, dan panas yang dilepaskan!

17. Temperatur ruang dingin dari refrijerator besarnya 32 °F dan temperatur


kamar adalah 70 °F. Panas mengalir ke refrijerator 7.200 Btu tiap 24 jam
(cukup untuk melelehkan 50 Ibm es) dan panas ini harus dipompakan keluar.
Berapa Watt besar daya listrik untuk menggerakkan refrijerator tersebut?
Bandingkan biaya tenaga listrik tersebut per hari (24 jam) dengan biaya 500
Ibm es per hari, dimana harga listrik Rp 115,- per kWh, dan harga es Rp 500,-
per 50 Ibm.

6.14.Referensi
Anwari (1978). Sistem Satuan Internasional (SI). Jakarta: Depdikbud.
Arismunandar, Wiranto. 1986. Termodinamika Teknik. Bandung:ITB.
Cengel, Yunus A. (1994). Thermodynamics An Engineer Aproach. New York.
McGraw-Hill.
Eastop, T.D. dan Mc. Conkey. 1978. Applied Thermodynamics for Engineering
Techonolist. Logman:Group Limited.
Hutchinson, F.W.  1957. Thermodynamics  of Heat Power Systems. Adison-
Wesley.Mc Graw-Hill.
J. Moran, Michael dan Howard N. Shapiro. 2006. Fundamentals of Engineering
Thermodynamics Fifth Editions. England: John Wiley & Sons.
Earn Logan. 1999. Thermodynamics, Process and Application. USA:Marcel
Dekker, Inc.
Kamil, Sulaiman dan Prawito. 1983. Thermodianamika dan Perpindahan Panas
1. Jakarta:Depdikbud.
Kondepudi, Dilip. 1998. Modern Thermodynamics. New York: John Willey &
Sons
Nainggolan,Werlin S. (1987). Termodinamika Teori-Soal-Penyelasaian, CV.
Armico, Bandung.
158

O’Connell, John P and J. M. Haile. 2005. Thermodynamics,Fundamentals for


Application. Cambridge: Cambridge Society and Chemistry.
Reynold C., William dan Hendry C. Perkins, (1984). Thermodynamics. New
York. McGraw-Hill.
Soebiyantoro,(1997). Dasar Termodinamika Teknik, Universitas Gunadarma.
Singh, Onkar. 2009. Applied Thermodynamics. New Delhi: New Age International
Publisher.
Soelaiman, T.A. Fauzi, (2010). Modul Termodinamika Dasar. Bandung, ITB
Press
Sudjito, dkk. (2005). Diktat Termodinamika Dasar, Sudjito, dkk. (2005). Diktat
Termodinamika Dasar. Malang, Universitas Brawijaya Press

Anda mungkin juga menyukai