HUKUM TERMODINAMIKA II
6.1. Pendahuluan
Dalam bab-bab sebelumnya telah dibahas mengenai Hukum
Termodinamika I yang menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan
dimusnahkan tetapi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain .
Prinsip tersebut juga di kenal dengan istilah konservasi energi, yang berlaku
untuk sistem tertutup dan terbuka.
Hukum Termodinamika I tidak memuaskan para ahli, karena pada Hukum
Termodinamika I seakan-akan proses itu dapat dibalik. Misalnya pada sistem
tertutup (massa atur), panas (Q) yang diberikan dikurangi oleh kerja (W) yang
dilakukan sama dengan perubahan energi dalam (U) dari sistem. Perubahan
energi dalam (U) sistem terkait dengan peningkatan temperatur sistem (T2-T1).
Jika proses ini dibalik, apakah mungkin itu bisa terjadi?
Tetapi jika dibalik apakah mungkin secangkir kopi bisa menjadi panas
dalam sebuah ruangan yang dingin? Jawabannya tentulah tidak. Contoh lain
adalah elemen pemanas yang dapat memanaskan udara pada sebuah ruangan.
Apakah akan ada arus listrik jika tiba-tiba udara dalam ruangan didinginkan?
Batu yang jatuh dari ketinggian tertentu lalu membentur lantai, akan
menimbulkan panas. Artinya terjadi perubahan energi potensial menjadi kinetik
133
134
dan kinetik menjadi panas. Apakah bisa jika batu tadi tiba-tiba didinginkan, lalu
batu tadi meloncat ke atas? Jawabannya tentu tidak bisa. Dari contoh diatas dapat
dikatakan dengan jelas bahwa “proses itu hanya berjalan dalam suatu arah tertentu
tidak sebaliknya (THE PROCESSES IS ONLY ONE WAY).
Hal inilah yang mendasari adanya Hukum Termodinamika II. Dalam kata
lain proses itu akan berlangsung jika ia memenuhi Hukum Termodinamika I dan
II. Kegunaan hukum termodinamika II tidak terbatas hanya pada mengidenfikasi
arah dari suatu proses, tetapi juga bisa untuk mengetahui kualitas energi (hukum I
berhubungan dengan kuantitas energi dan perubahan bentuk energi); menentukan
batas toeritis unjuk kerja suatu sistem; dan memperkirakan kelangsungan reaksi
kimia (degree of completion of chemical reaction).
Hukum Termodinamika II ini berbunyi “Ada batas tertentu dari jumlah
energi mekanik, yang diperoleh dari sejumlah energi panas”. Pada umumnya
perubahan yang terjadi di alam disertai dengan perubahan energi. Dalam proses perubahan
energi ini ada dua aspek penting, yaitu arah pemindahan energi dan pengubahan energi dari
satu bentuk ke bentuk yang lain.Walaupun Hukum Pertama Termodinamika
menetapkan hubungan antara kalor yang diserap dengan kerja yang dilakukan oleh sistem,
tetapi hukum ini tidak menunjukkan batas-batas mengenai sumber maupun arah aliran
energi. Hukum Kedua Termodinamika dirumuskan untuk menyatakan pembatasan-
pembatasan yang berhubungan dengan pengubahan kalor menjadi kerja, dan juga untuk
menunjukkan arah perubahan proses di alam. Dalam bentuknya yang paling umum,
hukum kedua termodinamika dirumuskan dengan mempergunakan suatu fungsi keadaan
yang disebut Entropi (Entropy)
Gambar 6.2. Beberapa sistem atau benda yang menjadi reservoir thermal
(Sumber: Yunus A. Cengel, 2015:277)
Contoh dari benda/zat besar yang disebut reservoir adalah samudera, danau
dan sungai untuk benda besar berujud air dan atmosfer untuk benda besar berujud
udara. Sistem dua-fasa juga dapat dimodelkan sebagai suatu reservoir, karena
sistem dua-fasa dapat menyerap dan melepaskan panas tanpa mengalami
perubahan temperatur.Dalam praktek, ukuran sebuah reservoir menjadi relatif.
Misalnya, sebuah ruangan dapat disebut sebagai sebuah reservoir dalam suatu
analisa panas yang dilepaskan oleh pesawat televisi. Furnace atau tungku
pembakaran juga dapat juga disebut sebagai reservoir thermal. Reservoir yang
menyuplai energi disebut dengan sumber (source) dan reservoir yang menyerap
energi disebut dengan sink.
Gambar 6.4. Panas yang disuplai ke mesin kalor diubah jadi kerja
(Sumber: Yunus A. Cengel,2015:278)
Mengacu pada karakteristik di atas, sebenarnya motor bakar dan turbin gas
tidak memenuhi kategori sebagai sebuah mesin kalor, karena fluida kerja dari
motor bakar dan turbin gas tidak mengalami siklus termodinamika secara
lengkap.Sebuah alat produksi kerja yang paling tepat mewakili definisi dari mesin
kalor adalah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), yang merupakan mesin
pembakaran luar dimana fluida kerja mengalami siklus termodinamika yang
lengkap.
137
Gambar 6.5. Sistem pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) bekerja sebagai
mesin kalor (heat engines) (Sumber: Yunus A. Cengel,2015:278)
Secara sederhana dalam diagram Sankey, kita bisa gambar proses kerja
mesin kalor PLTU,
kerja bersih yang dihasilkan dari pembangkit listrik ini hanyalah perbedaan antara
total output kerja tanaman dan masukan cara kerja (gambar 6.5):
Kerja bersih yang dihasilkan dapat pula ditentukan dari data perpindahan panas
saja.
Untuk mesin kalor, output yang diinginkan adalah output kerja bersih dan input
yang diperlukan adalah jumlah panas yang disuplai ke fluida kerja. Kemudian
efisiensi termal dari sebuah mesin kalor dapat diekspresikan sebagai,
Gambar 6.7. Beberapa mesin kalor dengan unjuk kerja yang berbeda
(Sumber: Yunus A. Cengel,2015:280)
Qout
ƞth =1− ...................................................... (6.6)
Q¿
139
QH= Besar perpindahan panas antara peralatan siklus dan media bertemperatur
tinggi pada temperatur TH.
QL= Besar perpindahan panas antara peralatan siklus dan media bertemperatur
rendah pada temperatur TL.
W bersih , out
ƞth = ............................................. (6.7)
QH
QL
ƞth =1− .................................................... (6.8)
QH
Solusi:
Skema mesin kalor pada sistem ini dapat digambar seperti gambar 6.9,
Asumsi:
Panaskan kerugian melalui pipa dan
komponen lainnya dapat diabaikan.
Analisis skema dari mesin panas
diberikan pada gambar 6.9.
η Ẇ net ,out 30 MW
th= = =0,375 (375 %)
Q̇ H 80 MW
6.4. Mesin Pendingin dan Pompa Kalor ( Refrigerators and Heat Pumps)
6.4.1. Mesin Pendingin (Refrigerator)
Mesin pendingin(refrigerator) sama seperti halnya dengan mesin kalor
adalah sebuah alat yang bekerja secara siklus. Fluida kerjanya disebut dengan
refrigeran. Siklus refrigerasi yang paling banyak digunakan adalah siklus (daur)
refrigerasi kompresi-uap yang melibatkan empat komponen utama mesin
pendingin yaitu: kompresor,kondensor, katup ekspansi dan evaporator (gambar
6.11).
142
output yg diinginkan QH
COP R= = ............................ (6.9)
input yg diperlukan W net ,∈¿ ¿
143
QL 1
COP R= =
Q H −Q L Q H .................................... (6.10)
−1
QL
Perlu dicatat bahwa harga dari COPR dapat berharga lebih dari satu,
karena jumlah panas yang diserap dari ruang refrigerasi dapat lebih besar dari
jumlah input kerja. Hal tersebut berlawanan dengan efisiensi termal yang selalu
kurang dari satu. Salah satu alasan penggunaan istilahCoefficient Of Performance
(COP) lebih disukai untuk menghindari kerancuan dengan istilah efisiensi, karena
COP dari mesin pendingin lebih besar dari satu.
Desired Output
COP HP= ....................................... (6.12)
Required Input
QH
COP HP= ....................................... (6.13)
W net ,∈¿ ¿
Dalam bentuk lain dapat ditulis, jika Wnet = QH-QL lalu sama-sama dibagi dengan QH
QH
COP HP=
1
W net ,∈¿= ¿ ................................. (6.14)
QL
1−
QH
Solusi.
a. Koefisien kinerja kulkas adalah
Q̇ L
CO P R=
Ẇ net ,∈¿=
360 kJ /min
2 kW (
1 kW
60 kJ /min )
=3 ¿
60 kJ /min
Q̇ H =Q̇L + ẇ net=360 (kJ /min)+(2 kW )( )
1 kW
= 480 kJ/min
mesin gerak abadi tipe pertama (Perpetual-Motion Machines of The First Kind,
PMM1)dan sebuah alat yang melanggar hukum termodinamika kedua disebut
dengan mesin gerak abadi tipe kedua (Perpetual-Motion Machines of the second
kind, PMM2).
Perhatikan skema PMM1 dan PMM2 di bawah ini (gambar 6.15).
Keterangan:
Empat proses reversibel yang membentuk
siklus Carnot adalah sebagai berikut:
Jadi temperatur tandon kalor harus dinaikkan sebesar 1400 - 466,67 = 933,33 K
(b) Dengan cara yang sama dengan T D = 466,67 K, diperoleh:
TD
80%=1 -
466 , 67
T P 2 = 373,336K
Efisiensi termal dari semua mesin kalor reversibel atau irreversibel dapat
dituliskan sebagai berikut :
QL
ƞth =1− .................................................. (6.16)
QH
Dimana:
QH = panas yang ditransfer ke mesin kalor pada temperatur TH, kJ
QL = panas yang diteransfer ke mesin kalor pada temperatur TL, kJ
Hubungan di atas adalah hubungan yang mengacu pada Efisiensi Carnot, karena
mesin kalor Carnot adalah mesin reversibel yang baik. Perlu dicatat bahwa T L dan
TH adalah temperatur absolut. Penggunaan oC atau oF akan sering menimbulkan
kesalahan.
Efisiensi termal dari suatu mesin kalor aktual dan reversibel yang beroperasi
pada batas temperatur yang sama adalah sebagai berikut (Gb. 6.21):
{
¿ ❑th , mesin kalor irreversibel
❑th = ¿❑th , mesin kalor reversibel ..................... (6.17)
¿❑th ,mesin kalor impossible
Hampir semua mesin kalor mempunyai efisiensi thermal dibawah 40 persen, yang
sebenarnya relatif rendah jika dibandingkan dengan 100 persen. Tetapi
151
bagaimanapun, ketika kinerja dari mesin kalor diperoleh tidak harus dibandingkan
dengan 100 persen, tetapi harus dibandingkan dengan efisiensi sebuah mesin kalor
reversibel yang beroperasi diantara batas temperatur yang sama.
1 1
COP R= dan COP HP=
Q H /Q L 1−Q L /Q H
1
COP R , rev= ................................................ (6.18)
QH /Q L−1
dan
1
COP HP ,rev = ............................................... (6.19)
1−Q L /Q H
Gambar 6.22. Kulkas dapat memiliki COP yang lebih tinggi dari kulkas
reversibel(Sumber: Yunus A.Cengel,2015:305)
{
¿ COP P ,rev ,mesin pendingin irreversibel
COP R= ¿ COP P , rev , mesin pendingin reversibel
¿ COP P ,rev , mesin pendinginimpossible
COP mesin pendingin dan pompa kalor menurun ketika T L menurun. Berarti hal
ini memerlukan kerja untuk menyerap panas da media bertemepratur rendah.
Ketika temperatur ruang refrigerasi mendekati nol, jumlah kerja yang diperlukan
untuk memproduksi jumlah pendinginan tertentu akan mendekati tak terbatas dan
COP-nya akan mendekati nol.
6.12. Ringkasan
Hukum Termodinamika II ini berbunyi: “Ada batas tertentu dari jumlah
energi mekanik, yang diperoleh dari sejumlah energi panas”. Pada umumnya
perubahan yang terjadi di alam disertai dengan perubahan energi. Dalam proses perubahan
energi ini ada dua aspek penting, yaitu arah pemindahan energi dan pengubahan energi dari
satu bentuk ke bentuk yang lain.Walaupun hukum pertama termodinamika menetapkan
hubungan antara kalor yang diserap dengan kerja yang dilakukan oleh sistem, tetapi
hukum ini tidak menunjukkan batas-batas mengenai sumber maupun arah aliran energi.
Hukum kedua termodinamika dirumuskan untuk menyatakan pembatasan-pembatasan
yang berhubungan dengan pengubahan kalor menjadi kerja, dan juga untuk menunjukkan
arah perubahan proses di alam. Dalam bentuknya yang paling umum, hukum kedua
termodinamika dirumuskan dengan mempergunakan suatu fungsi keadaan yang disebut
entropi.
Sistem dua-fasa juga dapat dimodelkan sebagai suatu reservoir, karena
sistem dua-fasa dapat menyerap dan melepaskan panas tanpa mengalami
perubahan temperatur. Dalam praktek, ukuran sebuah reservoir menjadi relatif.
Misalnya, sebuah ruangan dapat disebut sebagai sebuah reservoir dalam suatu
analisa panas yang dilepaskan oleh pesawat televisi. Reservoir yang menyuplai
energi disebut dengan source dan reservoir yang menyerap energi disebut dengan
sink.
Sebuah mesin kalor dapat dikarakteristikkan sebagai berikut :
154
1) Mesin kalor menerima panas dari source bertemperatur tinggi (energi matahari,
furnace bahan bakar, reaktor nuklir, dll).
2) Mesin kalor mengkonversi sebagian panas menjadi kerja (umumnya dalam
dalam bentuk poros yang berputar)
3) Mesin kalor membuang sisa panas ke sink bertemperatur rendah.
4) Mesin kalor beroperasi dalam sebuah siklus.
Mengacu pada karakteristik di atas, sebenarnya motor bakar dan turbin gas
tidak memenuhi kategori sebagai sebuah mesin kalor, karena fluida kerja dari
motor bakar dan turbin gas tidak mengalami siklus termodinamika secara lengkap.
Sebuah alat produksi kerja yang paling tepat mewakili definisi dari mesin kalor
adalah pembangkit listrik tenaga air, yang merupakan mesin pembakaran luar
dimana fluida kerja mengalami siklus termodinamika yang lengkap.
Untuk mesin kalor, output yang diinginkan adalah output kerja bersih dan
input yang diperlukan adalah jumlah panas yang disuplai ke fluida kerja.
Kemudian efisiensi termal dari sebuah mesin kalor dapat diekspresikan sebagai
Melihat karakterisitk dari sebuah mesin kalor, maka tidak ada sebuah mesin
kalor yang dapat mengubah semua panas yang diterima dan kemudian
mengubahnya semua menjadi kerja. Keterbatasan tersebut kemudian dibuat
sebuah pernyataan oleh Kelvin-Plank yang berbunyi :
“Adalah tidak mungkin untuk sebuah alat/mesin yang beroperasi dalam
sebuah siklus yang menerima panas dari sebuah reservoir tunggal dan
memproduksi sejumlah kerja bersih”
Mesin pendingin, sama seperti mesin kalor, adalah sebuah alat siklus. Fluida
kerjanya disebut dengan refrigerant. Siklus refrigerasi yang paling banyak
digunakan adalah daur refrigerasi kompresi-uap yang melibatkan empat
komponen : kompresor, kondensor, katup ekspansi dan evaporator.
Terdapat dua pernyataan dari hukum termodinamika kedua-pernyataan
Kelvin-Plank, yang diperuntukkan untuk mesin kalor, dan pernyataan Clausius,
155
Suatu proses dikatakan reversibel atau dapat dibalik, apabila sistem dapat
dikembalikan ke keadaan semula tanpa menimbulkan perubahan keadaan pada
sistem tersebut maupun pada lingkungan. Sebaliknya, bila keadaan mula-mula
dari sistem tidak dapat dikembalikan tanpa menimbulkan perubahan keadaan pada
sistem tersebut maupun pada lingkungannya, maka proses ini dikatakan proses
irreversibel atau proses yang tidak dapat dibalik.
Efisiensi termal dari semua mesin kalor reversibel atau irreversibel dapat
dituliskan sebagai berikut :
QL
ƞt h=1−
QH
Efisiensi maksimum sebuah pembangkit tenaga listrik yang beroperasi antara
temperatur TH = 750 K dan TL = 300 K adalah 60 persen jika menggunakan
rumus efisiensi mesin reversibel, tetapi aktualnya hanya sekitar 40 persen. Hal ini
sebenarnya tidak begitu buruk dan hal tersebut masih membutu hkan improvisasi
untuk mendekati efisiensi mesin reversibel.
16. Sebuah mesin Carnot beroperasi antara reservoir yang bertemperatur tinggi
700 °C dan reservoir yang bertemperatur rendah 20 °C. Asumsikan bahwa
mesin mempunyai output 65 Hp. Hitunglah panas yang diberikan, efisisensi
mesin, dan panas yang dilepaskan!
6.14.Referensi
Anwari (1978). Sistem Satuan Internasional (SI). Jakarta: Depdikbud.
Arismunandar, Wiranto. 1986. Termodinamika Teknik. Bandung:ITB.
Cengel, Yunus A. (1994). Thermodynamics An Engineer Aproach. New York.
McGraw-Hill.
Eastop, T.D. dan Mc. Conkey. 1978. Applied Thermodynamics for Engineering
Techonolist. Logman:Group Limited.
Hutchinson, F.W. 1957. Thermodynamics of Heat Power Systems. Adison-
Wesley.Mc Graw-Hill.
J. Moran, Michael dan Howard N. Shapiro. 2006. Fundamentals of Engineering
Thermodynamics Fifth Editions. England: John Wiley & Sons.
Earn Logan. 1999. Thermodynamics, Process and Application. USA:Marcel
Dekker, Inc.
Kamil, Sulaiman dan Prawito. 1983. Thermodianamika dan Perpindahan Panas
1. Jakarta:Depdikbud.
Kondepudi, Dilip. 1998. Modern Thermodynamics. New York: John Willey &
Sons
Nainggolan,Werlin S. (1987). Termodinamika Teori-Soal-Penyelasaian, CV.
Armico, Bandung.
158