67
68
dimana:
Q = Transfer panas bersih melintasi sistem ( Qin - Qout)
W = Kkerja bersih ( = Wout - Win )
U = Perubahan energi dalam bersih sistem = (U2 - U1)
Persamaan (3.1) adalah persamaan umum untuk sistem tertutup (closed system).
Persamaan ini memuat tiga unsur yaitu panas, kerja dan perubahan energi dalam.
ujungnya dicelupkan ke dalam nyala api, lalu tiba-tiba dalam waktu dekat anda
akan merasakan panas pula pada ujung batangan baja yang sedang anda pegang.
Kenapa hal ini bisa terjadi? Padahal ujung batangan baja yang anda pegang tidak
tersentuh oleh nyala api. Jawabanya adalah telah terjadi perpindahan panas atau
kalor dari ujung batangan baja dalam nyala api ke ujung batangan baja lainnya
yang anda pegang, akan tetapi tidak terlihat secara kasat mata.
Q
q = m ( kJ / kg ) ..................................... (4.2)
2
Q=∫ Q̇ . dt .......................................... (3.3 )
1
Q = Q̇ . Δt .................................................. (3.4)
Q = m . c . ∆T ............................... (4.5)
Keterangan:
Q = banyaknya panas yang diterima benda, (J)
m = massa benda, (kg)
c = panas jenis zat, (J/kg°C)
T = beda temperatur, (oC)
A.
4.3. Mekanisme Perpindahan Panas
Proses perpindahan panas sangat banyak dijumpai aplikasinya dalam dunia
rekayasa, dalam berbagai bentuk mekanismenya. Sebagai contoh adalah proses
perpindahan panas pada radiator mesin mobil, pada heat exchanger Pembangkit
Listrik Tenaga Diesel (PLTD), pada kondenser di PLTU, pancaran radiasi
handphone, televisi, radio dan cahaya matahari pada benda-benda di bumi.
Perhitungan besarnya laju perpindahan panas pada benda-benda seperti
disebutkan di atas sangat terkait dengan fungsi dari benda-benda itu sendiri. Suatu
analisa teknik yang penuh arti akan menuntut jawaban kuantitatif. Untuk
melaksanakan analisa yang demikian itu terhadap persoalan perpindahan panas
kita harus menganalisis hukum-hukum fisik dan hubungan-hubungan yang
mengatur berbagai mekanisme perpindahan panas. Beberapa mekanisme
perpindahan panas dalam buku ini akan dijelaskan pada uraian berikut.
Mekanisme perpindahan panas secara umum dibedakan atas 3 cara yaitu:
konduksi, konveksi dan radiasi.
penghantar panas pada benda padat adalah ion-ion dari benda padat yang bergerak
bebas. Semakin banyak ionnya yang bergerak bebas, maka semakin tinggi daya
hantar panas dari benda tersebut. Hampir semua benda padat mempunyai daya
hantar panas yang berbeda. Semua bahan dari logam umumnya mempunyai daya
hantar panas yang baik sehingga dia disebut dengan konduktor. Sedangkan bahan
yang berasal dari plastik, karet, tembikar adalah bahan yang tidak dapat
menghantarkan panas, hingga dia disebut dengan isolator. Ada pula bahan yang
kurang baik sebagai penghantar panas, yang disebut dengan semi konduktor.
Gambar (4.3), memperlihatkan mekanisme perpindahan panas secara
konduksi. Dari gambar (4.3), terlihat bahwa panas tidak dibawa oleh molekul dari
suatu tempat ke tempat lain, tetapi dihantarkan dari satu molekul ke molekul lain
hingga sampai ke suatu tujuan tertentu.
(k), luas penampang perpindahan panas (m2), tebal bahan (m),dan beda temperatur
ujung satu ke ujung lainnya (T). Gambar 4.4. memperlihatkan ilustrasi model
perpindahan panas secara konduksi pada benda padat. Panas dihantarkan melalui
molekul-molekul benda padat.
Jika pada suatu benda terdapat gradien suhu, maka pada benda tersebut
akan terjadi perpindahan panas dari bagian bersuhu tinggi ke bagian
bersuhu rendah. Dalam hal ini panas berpindah secara konduksi dan laju
perpindahan panas itu berbanding lurus dengan gradien suhu normal. Dalam
bentuk persamaan matematis dapat dirumuskan dengan:
Q ∂T
.................................................. (4.6)
A ∂X
dT dT
Qk =−k . A . Q=−k . A .
dX dX
................................................. (4.7)
Dimana:
Qk = laju aliran panas dengan cara konduksi dalam suatu bahan, (Watt).
74
T1
T1
QX QX
T2
T2
A
Sb X
X X
Gambar 4.5. Sketsa mekanisme perpindahan panas konduksi pada sebuah pelat
Temperatur dinding panas adalah 20oC, permukaan dingin pada T2 adalah 10oC di
titik X2 = L = 0,25m. Jika konduktivitas thermal bahan pelat diketahui, k bh 0,69
W/m.oC dan luas permukaan dinding perpindahan panas adalah 5 m2 maka laju
perpindahan panas pada dinding arah sumbu x, adalah:
Qx = k.A. (T1-T2) / (X2-X1)
= 0,69 W/(m.oC) . 5 m2. (20-10)oC / 0,25 m
= 138 Watt = 0,138 kW
fluida, maka akan semakin besar pula laju aliran perpindahan panasnya. Jika
kecepatan fluida yang mengalir sama dengan nol, maka proses perpindahan
panasnya sama dengan mekanisme perpindahan panas konduksi.
Model dari mekanisme perpindahan panas secara konveksi, dapat dilihat
seperti pada gambar (4.5). Pada gambar (4.6), terlihat bahwa proses perpindahan
panas terjadi bukan dihantarkan oleh molekul-molekul zat alir, tetapi dialirkan
oleh fluida (diambil dan dibawa pergi). Fluida yang bergerak di atas benda yang
bertemperatur tinggi akan menyentuh permukaan benda panas tersebut, panas
akan terbawa sedikit demi sedikit oleh fluida sehingga pada akhirnya terdapat
kesetimbangan panas antara fluida yang mengalir dengan permukaan benda panas
tersebut. Panas tidak lagi terbawa oleh aliran fluida, karena temperatur fluida
sudah sama dengan temperatur benda. Mekanisme seperti ini disebut mekanisme
perpindahan panas konveksi.
Dalam dunia teknik mesin aplikasi perpindahan panas secara konveksi
sangat banyak dijumpai seperti pada radiator mobil, cooling tower, condeser AC
dan banyak lainnya.
Dari persamaan (4.8) dapat dinyatakan bahwa besarnya laju perpindahan panas
secara konveksi dapat dihitung dengan tiga besaran sebagai berikut:
hc , koefisien perpindahan panas konveksi, W/m2.oC
A, luas penampang dimana panas mengalir secara konveksi, m2.
Tb – T , beda antara temperatur permukaan Tb dengan temperatur
fluida T, dalam derajat Celsius (oC).
Dalam sistem satuan internasional (SI) laju perpindahan panas konveksi
ditentukan dalam Joule/detik atau Watt.
Gambar 4.9. Perpindahan panas secara radiasi dari api ke tubuh manusia
(Sumber: www.google.com/perpindahan panas radiasi/diakses 25 Agustus 2016)
Besarnya daya pancar (radiasi) dari sebuah benda sangat tergantung pada:
1. Konstanta Stefan Boltzmann (), 5,669 x 10-8 W/m2.K . Besaran dinamakan
dengan konstanta Stefan-Boltzmann berdasarkan nama ilmuwan Austria J.
Stefan dalam tahun 1879 menemukan secara eksperimental dan L. Boltzmann
pada tahun 1884 menemukan secara teoritik.
2. Luas permukaan pancar (A), m2
3. Temperatur benda pancar pangkat empat (K4)
4. Koefisien emisivitas (), untuk benda hitam (black body) = 1, benda biasa
harga = 0 – 1.
Dari uraian di atas, maka besarnya radiasi dari sebuah benda, secara matematis
dapat dirumuskan dengan:
4
Q=σ . A . ε . T ............................................ (4.9)
Dimana:
Q = Laju aliran panas (Watt)
= Konstanta Steffan-Boltzman, 5,669 W/m2.K4
A = luas permukaan benda pancar (m2)
T = temperatur benda pancar (K4)
= koefisien emisivitas benda, 0 - 1
( bernilai 1 untuk benda hitam sempurna, dan bernilai 0 untuk benda tidak hitam
sama sekali. Pengertian benda hitam sempurna disini adalah benda yang memiliki
81
4 4
Q=σ . A . ε .(T 1 −T 2 ) .................................... (4.10)
Faktor pandangan (view factor) juga disebut juga dengan faktor susunan geometri.
Faktor ini dapat dianalisis secara matematis dan geometris.
Jawab:
Karena benda hitam sempurna, maka nilai = 1
T1 = 27 + 273 = 300 K
T2 = 77 + 273 = 350 K
= 5,669 x 10-8 Watt/m2.K4
qs = . . ( T24 - T14)
= 1. 5,6692.10-8 Watt/2.K4 .(3504 - 3004) K4
= 391,515 Watt/m2
W
w = m ( kJ/ kg ) ...................................... (4.12)
Dimana Ẇ e adalah daya listrik dan I jumlah elektron mengalir persatuan waktu,
maka energi listrik dapat ditulis dengan,
2
W e =∫ V . I . dt (kJ) ................................. (4.15)
1
50 kg F 50 kg F
1 S 2
84
2
W 1−2=∫ F .dS (J) .......................................... (4.17)
1
Dimana:
F = gaya yang dbutuhkan untuk memindahkan benda dari posisi 1 ke 2, N
dS = jarak yang ditempuh saat memindahkan benda, m
beberapa bentuk kerja mekanis lain yang diturunkan dari kerja akibat perpindahan
pada gambar 4.10 di atas, antara lain.
2 2
A=∫ dA=∫ PdV ............................................ (4.18)
1 1
Seperti diketahui bahwa kerja makanis secara umum, dirumuskan dengan, W 1-2 =
F.S. Pada kerja piston nilai F = P.A, dimana P adalah tekanan dalam piston
(N/m2) dan A adalah luas penampang silinder (m2), jarak perpindahan piston dS.
Jika dS dikalikan dengan A, maka menjadi perubahan volume (dV). Maka
persamaan kerja pada piston dapat ditulis dengan:
2
W 1−2=∫ P . dV .............................................. (4.19)
1
Dimana:
P = tekanan dalam silinder, Pa
dV = perubahan volume silinder selama proses kerja, m3
Persamaan (4.19) bisa diterapkan dengan syarat kerja piston dalam kondisi
isobarik (tekanan konstan). Jika tekanan diasumsikan konstan, maka persamaan
(4.19) ditulis kembali menjadi:
P, kPa
Udara Q 1
500
P1 = 500 kPa
T1 = 150oC
P2 = 400 kPa
400 2
T2 = 65oC
Solusi: Karena selama proses yang berubah hanya tekanan dan volumenya adalah
konstan (dV=0), maka:
0
2
W 1−2=∫ P . dV
1
Tidak ada kerja, W1-2 = 0. Selama proses, atau proses disebut isokhorik
Diketahui:
P1 = 60 Psia, T1 = 320 OC
Tabel A-6E v1 = 7.4863
ft3/lbm
P2 = 60 Psia, T1 = 400 OC
Tabel A-6E v2 = 8.3548
ft3/lbm
87
Sehingga,
2 2
W b =∫ P .dV =Po∫ dV =P o ( V o−V 1 )
1 1
W b =m. Po .( v 2−v 1 )
Wb = (10 lbm)(60 psia)[(8.3548 - 7.4863) ft3/lbm] x 1 Btu/ 5.404 psia·ft3
Wb = 96,4 Btu
m Z2
Z1
Diturunkan dari persamaan kerja mekanis, maka besarnya gaya akibat gravitasi
dapat dirumuskan dengan:
2 2
W g=∫ F . dZ=mg ∫ dZ =mg(Z 2−Z 1) ................ (4.22)
1 1
Hitunglah kerja yang dilakukan oleh seseorang yang mengangkat batu dengan
massa 100 kg, dari suatu lantai ke lantai 2 yang berjarak 10 m.
Jawab.
Diketahui: m = 100 kg
Z = 10 m
Maka dari persamaan,
Wg = m.g.(Z2 – Z1)
= 100 kg. 9,81 m/dt2. 10 m
= 9.810 J
dV
F=m . a dan a= ............................... (4.23)
dt
dV
F=m ......................................... (4.24)
dt
dS
V= -------- ds = V.dt ................................. (4.25)
dt
2 2 2
dV 1
W a =∫ F . dS=¿∫ (m ¿ ) ( V . dt )=m∫ V . dV =¿ m. (V 22−V 21 )¿ ¿ ¿ ....
1 1 dt 1 2
(4.26)
Kerja akibat percepatan suatu benda ekuvalen dengan perubahan energi kinetik
dari benda tersebut.
W a 222,2 kJ
Ẇ a = = =11,1 kW
dt 20 dt
4.6.4. Kerja Poros
Poros adalah bagian dari komponen mesin yang sangat penting. Poros
dalam suatu mesin mempunyai fungsi selain menahan beban dari berat mesin,
poros juga berfungsi untuk meneruskan putaran. Dalam otomotif banyak jenis
poros yang digunakan salah satunya adalah poros engkol (crank shaft). Poros
meneruskan daya dari piston ke tarnsmisi roda gigi. Gambar 4.14 adalah bentuk
90
poros yang digunakan pada untuk meneruskan putaran dari satu roda gigi ke roda
gigi lain.
T = F.R F
r Wsh = 2n.T
Torsi (T) pada poros merupakan perkalian gaya (F) yang diteruskan dengan jari-
jari dari roda gigi (r), sehingga:
T
T =F . r atau F= ...................................... (4.27)
r
Gaya yang bekerja pada poros bekerja sepanjang jarak pada poros yang dikaitkan
dengan jari-jari roda gigi.
Solusi
91
Untuk pegas yang elastis, maka besarnya pertambahan panjang pegas sebanding
dengan gaya yang diberikan.
Dimana:
k = konstanta pegas, kN/m
X = perpanjangan pegas, m
Jika dikaitkan dengan kerja mekanis, maka:
92
1
W spring = k ( X 2 −X 1 )
2 2
......................................... (4.31)
2
dimana :
Q = transfer panas bersih melintasi sistem ( = Qin - Qout)
W = kerja bersih ( = Wout - Win )
E = perubahan energi bersih sistem (E2 - E1 )
Seperti pada bab sebelumnya, total energi E dari sistem terdiri dari tiga
bagian : energi dalam U, energi kinetik KE dan energi potensial PE. Sehingga
perubahan energi total sistem dapat ditulis sebagai berikut:
Dimana:
∆ U =m(u2−u 1)
93
1 2 2
∆ EK = m(V 2−V 1)
2
∆ EP=mg(Z 2−Z 1)
Hampir semua sistem tertutup yang ditemui dalam praktis adalah sistem
stationer, yang umumnya tidak melibatkan perubahan kecepatan dan ketinggian
selama proses. Untuk sistem tertutup yang stasioner perubahan energi kinetik dan
energi potensial dapat diabaikan. Sehingga hukum termodinamika pertama dapar
direduksi menjadi:
persamaan (3.39) apabila dibagi dengan interval waktu (t) dan limit t0 maka,
dE
Q̇−Ẇ = (kW) ........................................ (4.37)
dt
Dimana Q̇ adalah laju perpindahan panas (kW) dan Ẇ adalah daya yang masuk
atau keluar sistem. Sedangkan dE/dt adalah laju perubahan total energi dalam
sistem sistem.
Untuk sebuah siklus dimana kondisi awal dan akhir identik, sehingga persamaan
Hukum termodinamika pertama menjadi :
94
1 kg 1 kg
Logam besi Air
20oC 30 oC 20oC 30 oC
5,2 kJ
95
V = Const.
m = 1 kg P = cont
T = 1oC m = 1 kg
cv = 3,13 kJ/kg.oC T = oC
3,13 kJ cp = 3,13 kJ/kg.oC
(a) (b)
Gambar 4.17. Panas jenis zat pada volume dan tekanan konstan
cv dT = du ....................................................... (4.42)
Atau,
cv= ( ∂∂Tu ) v
(kJ/kg.oC) ........................................ (4.43)
Dengan cara yang sama, maka panas jenis pada tekanan konstan didapat dengan
menurunkan persamaan (wb + u = h). Maka panas jenis pada tekanan konstan
ditulis dengan,
c p= ( ∂∂ Th ) p
(kJ/kg.oC) ..................................... (4.44)
Dalam bab-bab sebelumnya telah didefinisikan bahwa gas ideal adalah gas
yang temperatur, tekanan dan volume spesifik dihubungkan oleh persamaan :
Pv RT ............................................. (4.45)
Juga telah dibuktikan bahwa secara matematis dan eksperimental (Joule, 1843)
bahwa untuk gas ideal energi dalam merupakan hanya fungsi temperatur,
h = u + Pv h = u + RT
Pv = RT
Karena u dan h tergantung hanya pada temperatur untuk gas ideal, panas jenis cv
dan cp juga tergantung hanya pada temperatur. Oleh karena itu pada temperatur
tertentu u, h, cv dan cp dari gas ideal akan mempunyai harga yang tertentu tanpa
memperhatikan volume spesifik atau tekanan. Karena hal di atas, untuk gas ideal,
ekspresi bentuk differensial perubahan energi dalam dan enthalpi menjadi :
du cv (T ) dT ................................................... (4.48)
dh cp (T ) dT ................................................... (4.49)
Untuk perbedaan temperatur yang kecil, maka panas jenis zat sebanding
perubahan temperatur. Pada pengamatan gas dengan molekul yang komplek
(molekul dengan dua atom atau lebih), jika variasi panas jenis terhadap
temperatur hampir mendekati linear, harga energi dalam dan enthalpi gas ideal
97
2
kJ
∆ u=u2−u 1=∫ C v ( T ) dT ( )
1 kg ........................... (4.50)
dan
2
∆ h=u2−u1=∫ C v ( T ) dT
1
( kJkg ) ............................ (4.51)
dimana cv,av dan cp,av dicari dari tabel dengan menggunakan temperatur
rata-rata (T2 – T1)/2. Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan untuk
menentukan perubahan energi dalam dan enthalpi gas ideal.
Dengan menggunakan data tabel u dan h. Metode ini paling mudah dan
paling akurat jika data tabel telah tersedia. Dengan menggunbakan hubungan cv
dan cp sebagai fungsi temperatur dan melakukan proses integrasi. Metode tersebut
tidak disukai untuk perhitungan manual, tetapi untuk penggunaan secara
komputerisasi lebih disukai karena lebih akurat. Dengan menggunakan panas jenis
rata-rata, metode tersebut paling sederhana dan disukai jika data tabel tidak
tersedia. Hasil yang didapat akan lebih akurat jika interval temperatur tidak begitu
besar.
4.10. Relasi-Relasi Panas Jenis Gas Ideal
dh = du + R dT ........................................ (4.52)
Hal tersebut merupakan hubungan penting karena kita akan dapat menentukan
harga cv dari harga cp dan konstanta gas R.
cp
k= ................................................. (4.55)
cv
Rasio panas jenis juga bervariasi terhadap temperatur, tetapi variasinya tidak
begitu ekstrim. Untuk gas monoa tomic, harga dari k mendekati konstan 1,667.
Beberapa gas diatomic , termasuk udara, mempunyai harga k kira-kira 1,4 pada
temperatur ruangan.
4.11. Energi Dalam, Enthalpi, dan Panas Jenis Zat Padat dan Cair
Suatu zat yang mempunyai spesifik volume konstan(atau densitas) disebut
zat tak mampu tekan (incompressible substance). Spesifik volume zat pada t dan
cair pada dasarnya konstan ketika mengalami proses. Asumsi volume konstan
pada kasus ini harus diambil jika diterapkan untuk energi yang berhubungan
dengan perubahan volume, seperti kerja akibat pergeseran batas sistem, hal
tersebut dapat diabaikan dibandingkan dengan bentuk energi yang lain. Sehingga
cp dan cv zat padat dan cair hanya disimbolkan dengan c.
2
kJ
∆ u=u2−u 1=∫ c ( T ) dT ( ) ................................. (4.58)
1 kg
Untuk interval temperatur yang kecil, C pada temperatur rata-rata dan dianggap
konstan, menghasilkan:
kJ
u2−u 1=c av ( T 2−T 1 ) ( ) ........................ (4.59)
kg
Perubahan enthalpy untuk zat selama proses ditentukan dari definisi enthalpi (h =
u+Pv):
h2 −h1=u2 −u1+ v . ∆ P ......................... (4.60)
Atau,
h = u + v.P ................................. (4.61)
Karena suku kedua umumnya kecil dibandingkan dengan suku pertama, harga
suku kedua dapat diabaikan tanpa menghilangkan keakuratan. Tetapi untuk
temperatur (T = 0), energi dalam = 0, sehingga enthalpi menjadi:
4.12. Ringkasan
Hukum termodinamika pertama menyatakan bahwa energi tidak dapat
diciptakan dan dimusnahkan tetapi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk
yang lain. Prinsip tersebut juga di kenal dengan istilah konservasi energi atau
hukum kekekalan energi. Hukum pertama dapat dinyatakan secara sederhana
selama interaksi antara sistem dan lingkungan. Jumlah energi yang diperoleh
sistem juga harus sama dengan energi yang dilepaskan oleh lingkungan.
Aplikasi hukum termodinamika I untuk sistem tertutup. Pada sistem
tertutup tidak ada ada aliran massa, oleh sebab itu sistem tertutup disebut juga
dengan sistem tanpa aliran (unflow system). Sistem tertutup disebut juga sistem
yang kedap massa dan tak kedap energi. Artinya pada sistem tertutup massa
100
terhalang masuk/keluar sistem, akan tetapi energi bisa masuk/keluar sistem. Enegi
yang dapat melintasi batas dari suatu sistem tertutup ada dalam dua bentuk yang
berbeda yakni panas (heat) dan kerja (work). Oleh karena hanya energi dalam
panas (Q) dan kerja yang hanya bisa masuk/keluar sistem.
Dalam ilmu termodinamika panas bukanlah energi, tetapi panas adalah
bentuk atau nama energi yang sedang pindah atau melintasi batas sistem dalam
skala mikroskopik (tidak tampak oleh mata). Namum dalam keseharian orang
cenderung menyamakan panas dengan energi. Panas dilambangkan dengan huruf
Q. Sebagian buku yang membahas tentang perpindahan panas, banyak
menggunakan istilah kalor pengganti kata panas. Proses pindahnya panasnya dari
suatu tempat ke tempat lain sering juga disebut dengan perpindahan panas (heat
transfer). Perpindahan panas dipicu oleh perbedaan temperatur. Secara alamiah
kalor selalu pindah dari temperatur tinggi ke temparatur rendah.
Proses perpindahan panas sangat banyak dijumpai aplikasinya dalam dunia
rekayasa, dalam berbagai bentuk mekanismenya. Sebagai contoh adalah proses
perpindahan panas pada radiator mesin mobil, pada heat exchanger Pembangkit
Listrik Tenaga Diesel (PLTD), pada kondenser di PLTU, pancaran radiasi
handphone, televisi, radio dan cahaya matahari pada benda-benda di bumi.
Perhitungan besarnya laju perpindahan panas pada benda-benda seperti
disebutkan di atas sangat terkait dengan fungsi dari benda-benda itu sendiri.
Mekanisme perpindahan panas secara umum dibedakan atas 3 cara yaitu:
konduksi, konveksi dan radiasi.
Kerja merupakan sebuah interaksi energi diantara sebuah system dan
disekitarnya. Seperti telah diuraikan terdahulu bahwa energi bisa melintasi batas
sistem tertutup dalam bentuk panas (Q) dan kerja (W). Jika ada energi melintasi
batas dari sebuah system tertutup, jika tidak berbentuk panas, maka itu pasti
dalam bentuk kerja. Ketika ada interaksi energi dengan lingkungannya, tidak
disebabkan oleh perbedaan temperatur antara suatu sistem dengan lingkungannya
maka itu disebut dengan kerja. Lebih spesifiknya kerja adalah perpindahan energi
yang dihubungkan dengan tenaga dan sebuah jarak.
101
Kerja merupakan bentuk dari sebuah energi. Sama halnya dengan panas,
energi kerja mempunyai satuan Youle (J) atau kJ. Ada beberapa jenis kerja yang
terdapat dalam termodinamika yaitu: kerja listrik (electrical work), kerja mekanis
dengan berbagai bentuknya: kerja piston, kerja akibat gravitasi, kerja akibat
percepatan, kerja poros, dan kerja pegas.
Kesetimbangan energi hukum termodinamika pertama untuk sebuah siklus
tertutup diekspresikan sebagai berikut:
cv= ( ∂∂Tu ) v
(kJ/kg.oC) ........................................ (2)
Dengan cara yang sama, maka panas jenis pada tekanan konstan didapat dengan
menurunkan persamaan (wb + u = h). Maka panas jenis pada tekanan konstan
ditulis dengan,
c p= ( ∂∂ Th ) p
(kJ/kg.oC) ........................................ (3)
adalah perubahan enthalpi sebuah zat perunit perubahan temperatur pada tekanan
konstan. cv dan cp dapat juga berbentuk dalam basis molar, sehingga mempunyai
satuan J/(kmol.oC).
Hubungan khusus antara Cp dan Cv gas ideal dapat diperoleh dengan
mendifferensialkan h = u + RT, yang menghasilkan
dh = du + R dT ............................................... (4)
Hal tersebut merupakan hubungan penting karena kita akan dapat menentukan
harga cv dari harga cp dan konstanta gas R.
cp
k= ............................................................. (7)
cv
Rasio panas jenis juga bervariasi terhadap temperatur, tetapi variasinya tidak
begitu ekstrim. Untuk gas mono atomic, harga dari k mendekati konstan 1,667.
Beberapa gas diatomic , termasuk udara, mempunyai harga k kira-kira 1,4 pada
temperatur ruangan.
4.15. Referensi