Anda di halaman 1dari 38

BAB IV

APLIKASI HUKUM TERMODINAMIKA I


PADA SISTEM TERTUTUP ( CLOSED
SYSTEM )
4.1. Pendahuluan
Pada bab III ini akan dipelajari tentang aplikasi hukum termodinamika
pertama pada sistem tertutup. Hukum termodinamika pertama menyatakan bahwa
energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan tetapi hanya dapat diubah dari satu
bentuk ke bentuk yang lain. Hukum termodinamika pertama dipecahkan dengan
menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan tetapi hanya
dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Prinsip tersebut juga di kenal
dengan istilah konservasi energi atau hukum kekekalan energi. Hukum pertama
dapat dinyatakan secara sederhana selama interaksi antara sistem dan lingkungan.
Jumlah energi yang diperoleh sistem juga harus sama dengan energi yang
dilepaskan oleh lingkungan.
Aplikasi hukum termodinamika pertama untuk sistem tertutup terlihat
pada gambar 4.1. Dari gambar terlihat bahwa pada sistem tertutup tidak ada ada
aliran massa, oleh sebab itu sistem tertutup disebut juga dengan sistem tanpa
aliran (unflow system). Sistem tertutup disebut juga sistem yang kedap massa dan
tak kedap energi. Artinya pada sistem tertutup massa terhalang masuk atau keluar
sistem, akan tetapi energi bisa masuk atau keluar sistem.

67
68

Gambar 4.1. Sistem tertutup (closed system)


(Sumber: Yunus A. Cengel, 1994:92)
Enegi yang dapat melintasi batas dari suatu sistem tertutup ada dalam dua
bentuk yang berbeda yakni panas (heat) dan kerja (work). Oleh karena hanya
energi dalam bentuk panas (Q) dan kerja (W) yang hanya bisa masuk atau keluar
sistem maka kesetimbangan energi pada sistem tertutup dapat ditulis dalam
bentuk persamaam (4.1) berikut:

Q - W = U (kJ) ................................... (4.1)

dimana:
Q = Transfer panas bersih melintasi sistem ( Qin - Qout)
W = Kkerja bersih ( = Wout - Win )
U = Perubahan energi dalam bersih sistem = (U2 - U1)

Persamaan (3.1) adalah persamaan umum untuk sistem tertutup (closed system).
Persamaan ini memuat tiga unsur yaitu panas, kerja dan perubahan energi dalam.

4.2. Panas dan Perpindahan Panas


Dalam ilmu termodinamika panas bukanlah energi, tetapi panas adalah
bentuk atau nama energi yang sedang pindah atau melintasi batas sistem dalam
skala mikroskopik (tidak tampak oleh mata). Namum dalam keseharian orang
cenderung menyamakan panas dengan energi. Sama dengan menyebut istilah
udara dengan kata angin (wind). Angin sebenarnya bukanlah udara, tetapi istilah
dari udara yang sedang bergerak atau berpindah dari suatu tempat ke tempat lain.
Dalam keseharian orang juga cenderung menyebut udara dengan istilah angin.
Istilah lain dari nama energi yang berpindah melintasi sistem dalam skala
mikroskopis adalah kalor. Panas dilambangkan dengan huruf Q. Sebagian buku
yang membahas tentang perpindahan panas, banyak menggunakan istilah kalor
pengganti kata panas.
Proses pindahnya panasnya dari suatu tempat ke tempat lain sering juga
disebut dengan perpindahan panas (heat transfer). Perpindahan panas dipicu
oleh perbedaan temperatur. Secara alamiah kalor selalu pindah dari temperatur
tinggi ke temparatur rendah. Pada gambar (3.2), terlihat sepotong batangan
69

ujungnya dicelupkan ke dalam nyala api, lalu tiba-tiba dalam waktu dekat anda
akan merasakan panas pula pada ujung batangan baja yang sedang anda pegang.
Kenapa hal ini bisa terjadi? Padahal ujung batangan baja yang anda pegang tidak
tersentuh oleh nyala api. Jawabanya adalah telah terjadi perpindahan panas atau
kalor dari ujung batangan baja dalam nyala api ke ujung batangan baja lainnya
yang anda pegang, akan tetapi tidak terlihat secara kasat mata.

Gambar 4.2. Panas pindah melalui molekul-molekul benda padat


(Sumber: www. google.com/konduksi/diakses 24 Agustus 2016)

Panas diartikan sebagai bentuk dari energi yang ditransfer diantara 2


sistem atau (sebuah dan system sekelilingnya). Oleh sifat dari sebuah temperatur
yang berbeda. System sebagai interaksi energi panas yang hanya terjadi di suatu
tempat dikarenakan perbedaan sebuah temperatur.
Selama terjadinya suatu proses, dimana tidak terjadi perpindahan panas
maka proses ini disebut adiabatik. Sebagai bentuk suatu energi panas mempunyai
satuan energi, kJ (atau Btu) jumlah dari perpindahan panas selama proses diantara
2 keadaan (keadaan 1 dan 2) ditunjukan oleh Q1 atau Q2. perpindahan panas
perhitungan massa dari suatu system ditunjukan oleh q dan dihitung dari:

Q
q = m ( kJ / kg ) ..................................... (4.2)

Terkadang energi itu diperlukan untuk mengetahui nilai/batas dari


perpindahan panas (jumlah dari perpindahan panas persatuan waktu) sementara
itu jumlah dari perpindahan panas dapat dilihat dari interval nilai/batas
70

perpindahan panas ditunjukan olah Q, dimana overdot ditempatkan sebagai


turunan waktu atau per satuan waktu batas perpindahan panas Q punya satuan
kJ/s yang equivalent dengan kilo watt (kW). Dimana Q diubah menjadi waktu,
jumlah dari perpindahan panas selama proses dihitung dengan integral Q untuk
beberapa interval waktu dari sebuah proses.

2
Q=∫ Q̇ . dt .......................................... (3.3 )
1

Ketika nilai Q tetap selama proses berlangsung, hubungannya

Q = Q̇ . Δt .................................................. (3.4)

Dimana Δt = t2 – t1, interval waktu selama proses berlangsung.

Panas dapat  menaikkan atau menurunkan  temperatur suatu benda.


Semakin besar panas yang masuk ke sutau benda, maka semakin naiklah
temperatur benda tersebut, sebaliknya demikian semakin banyak panas yang
keluar dari suatu benda maka temparatur benda tersebut akan turun. Maka
hubungan panas (Q) berbanding lurus atau sebanding dengan kenaikan temperatur
(∆T), jika massa  (m) dan panas jenis zat (c) tetap. Semakin besar massa zat (m)
maka panas (Q) yang diterima semakin banyak. Semakin kecil massa zat (m)
maka panas (Q) yang diterima semakin sedikit. Maka hubungan panas (Q)
berbanding lurus atau sebanding dengan massa zat (m) jika kenaikan temperatur
(∆T) dan panas jenis zat (c) tetap.
Semakin besar panas jenis zat (c), maka panas (Q) yang diterima semakin
banyak. Semakin kecil panas jenis zat (c) maka panas (Q) yang diterima semakin
sedikit. Maka hubungan panas (Q) berbanding lurus atau sebanding dengan panas
jenis zat (c)  jika kenaikan suhu (∆T) dan massa zat (m) tetap.
Panas jenis zat (c) yaitu banyaknya panas yang diperlukan untuk
menaikkan suhu 1 kg zat sebesar 1 °C. Secara matematik hubungan panas (Q),
masa zat (m), panas jenis zat (c) dan kenaikkan temperatur (∆T) adalah:
71

Q = m . c . ∆T ............................... (4.5)
Keterangan:
Q = banyaknya panas yang diterima benda, (J)
m = massa benda, (kg)
c = panas jenis zat, (J/kg°C)
T = beda temperatur, (oC)

A.
4.3. Mekanisme Perpindahan Panas
Proses perpindahan panas sangat banyak dijumpai aplikasinya dalam dunia
rekayasa, dalam berbagai bentuk mekanismenya. Sebagai contoh adalah proses
perpindahan panas pada radiator mesin mobil, pada heat exchanger Pembangkit
Listrik Tenaga Diesel (PLTD), pada kondenser di PLTU, pancaran radiasi
handphone, televisi, radio dan cahaya matahari pada benda-benda di bumi.
Perhitungan besarnya laju perpindahan panas pada benda-benda seperti
disebutkan di atas sangat terkait dengan fungsi dari benda-benda itu sendiri. Suatu
analisa teknik yang penuh arti akan menuntut jawaban kuantitatif. Untuk
melaksanakan analisa yang demikian itu terhadap persoalan perpindahan panas
kita harus menganalisis hukum-hukum fisik dan hubungan-hubungan yang
mengatur berbagai mekanisme perpindahan panas. Beberapa mekanisme
perpindahan panas dalam buku ini akan dijelaskan pada uraian berikut.
Mekanisme perpindahan panas secara umum dibedakan atas 3 cara yaitu:
konduksi, konveksi dan radiasi.

4.3.1. Perpindahan Panas Konduksi


Perpindahan panas konduksi (conduction heat transfer) adalah proses
perpindahan panas yang terjadi dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda
yang bertemperatur rendah, melalui medium benda padat atau zat cair yang diam.
Dalam perpindahan panas konduksi ini, panas dihantarkan oleh molekul-molekul
zat padat atau zat cair yang diam. Dalam ilmu fisika, yang berfungsi sebagai
72

penghantar panas pada benda padat adalah ion-ion dari benda padat yang bergerak
bebas. Semakin banyak ionnya yang bergerak bebas, maka semakin tinggi daya
hantar panas dari benda tersebut. Hampir semua benda padat mempunyai daya
hantar panas yang berbeda. Semua bahan dari logam umumnya mempunyai daya
hantar panas yang baik sehingga dia disebut dengan konduktor. Sedangkan bahan
yang berasal dari plastik, karet, tembikar adalah bahan yang tidak dapat
menghantarkan panas, hingga dia disebut dengan isolator. Ada pula bahan yang
kurang baik sebagai penghantar panas, yang disebut dengan semi konduktor.
Gambar (4.3), memperlihatkan mekanisme perpindahan panas secara
konduksi. Dari gambar (4.3), terlihat bahwa panas tidak dibawa oleh molekul dari
suatu tempat ke tempat lain, tetapi dihantarkan dari satu molekul ke molekul lain
hingga sampai ke suatu tujuan tertentu.

Gambar 4.3. Bentuk perpindahan panas konduksi pada benda padat


(Sumber:www. google.com/konduksi/diakses 24 Agustus 2016)

Panas berasal dari pembakaran lilin, lalu ditransfer melalui molekul-


molekul benda padat ke ujung benda padat lainnya. Proses sepeti ini disebut
dengan konduksi panas. Pada gambar (3.4) juga digambarkan proses perpindahan
panas konduksi. Panas digambarkan sebagai bola hitam yang dihantarkan dari
satu molekul ke molekul lain hingga sampai ke tujuan. Molekul-molekul benda
padat digambarkan sebagai orang pada gambar (3.4) tersebut. Lambat laun maka
panas yang ada pada ujung batang satu akan berpindah ke ujung batang lainnya.
Hubungan dasar untuk perpindahan panas dengan cara konduksi diusulkan
oleh ilmuwan Perancis, J. B. Joseph. Fourier pada tahun 1882. Besarnya laju
perpindahan panas secara konduksi dipengaruhi oleh: konduktivitas thermal bahan
73

(k), luas penampang perpindahan panas (m2), tebal bahan (m),dan beda temperatur
ujung satu ke ujung lainnya (T). Gambar 4.4. memperlihatkan ilustrasi model
perpindahan panas secara konduksi pada benda padat. Panas dihantarkan melalui
molekul-molekul benda padat.

Gambar 4.4. Mekanisme perpindahan panas secara konduksi


(Sumber: Yildiz Bayazitoglu dan M. Necati Ozisik, 1988)

Jika pada suatu benda terdapat gradien suhu, maka pada benda tersebut
akan terjadi perpindahan panas dari bagian bersuhu tinggi ke bagian
bersuhu rendah. Dalam hal ini panas berpindah secara konduksi dan laju
perpindahan panas itu berbanding lurus dengan gradien suhu normal. Dalam
bentuk persamaan matematis dapat dirumuskan dengan:

Q ∂T
.................................................. (4.6)
A ∂X

Jika dimasukkan konstanta kesebandingan k, maka diperoleh:

dT dT
Qk =−k . A . Q=−k . A .
dX dX
................................................. (4.7)

Dimana:
Qk = laju aliran panas dengan cara konduksi dalam suatu bahan, (Watt).
74

k = kondukstivitas termal bahan, m2


A = luas penampang dimana panas mengalir dengan cara konduksi, yang harus
diukur tegak lurus terhadap arah aliran perpindahan panas, m2.
dT = gradien temperatur pada penampang, oC
dX = tebal bahan dalam arah aliran panas, m

T1
T1

QX QX

T2
T2
A
Sb X
X X

Gambar 4.5. Sketsa mekanisme perpindahan panas konduksi pada sebuah pelat

Untuk menuliskan persamaan konduksi panas dalam bentuk persamaan


matematika, kita harus membuat suatu perjanjian tentang tanda. Ditetapkan
bahwa arah sumbu x positif, merupakan arah aliran panas positif. Tanda (-) pada
persamaan (3.7) di atas menunjukan gradien temperatur negatif, berarti laju aliran
panas akan bernilai positif. Dalam sistem SI (Systeme Internasional d’Unites),
satuan konduktivitas termal bahan adalah watt per meter per satuan gradien
temperatur dalam derajat Celsius (Kelvin) permeter (Watt/m. oC). Konduktivitas
bahan teknik pada tekanan atmosfir bergerak dari sekitar 4x10-3 untuk gas, sekitar
1x10-1 untuk cairan dan 2,4 x 102 Btu/h.ft.F untuk tembaga.
Laju perpindahan panas dilambangkan dengan Q, sedangkan simbol q”
(dibaca dengan q flux) merupakan laju perpindahan panas persatuan luas
penampang aliran panas. Satuan Q adalah Watt sedangkan satuan q”adalah laju
75

satuan luas penampang persegi (W/m2). Tebal bahan dilambangkan dengan dX


dengan satuan meter (m) dan luas permukaan perpindahan panas adalah meter
persegi (m2). Gambar (3.5) memperlihatkan mekanisme perpindahan panas
konduksi 1 dimensi arah sumbu X.
Untuk lebih jelasnya dalam contoh soal berikut dijelaskan mekanisme
perpindahan panas konduksi 1 dimensi pada pelat datar.
Contoh Soal 4.1. A = 5m2

Sebuah dinding bata dengan tebal 25


cm mempunyai konduktivitas termal T1 = 20oC
bahan 0,69 W/m.oC. Temperatur Brick wall
K = 0,69 W/m. oC
dinding yang satu dijaga 20oC dan
yang lain 10oC. Hitunglah laju T2=10oC
perpindahan panas melalui dinding
tersebut.
X
X1=0 X2 = L=0,25m

Temperatur dinding panas adalah 20oC, permukaan dingin pada T2 adalah 10oC di
titik X2 = L = 0,25m. Jika konduktivitas thermal bahan pelat diketahui, k bh 0,69
W/m.oC dan luas permukaan dinding perpindahan panas adalah 5 m2 maka laju
perpindahan panas pada dinding arah sumbu x, adalah:
Qx = k.A. (T1-T2) / (X2-X1)
= 0,69 W/(m.oC) . 5 m2. (20-10)oC / 0,25 m
= 138 Watt = 0,138 kW

4.3.2. Perpindahan Panas Konveksi


Ketika suatu fluida mengalir di atas sebuah permukaan benda padat yang
diantara keduanya mempunyai perbedaan temperatur, maka akan terjadi
perpindahan panas dari benda padat ke fluida atau sebaliknya akibat gerakan dari
fluida tersebut. Mekanisme perpindahan panas seperti ini disebut dengan
mekanisme perpindahan panas konveksi (convection heat transfer). Kecepatan
aliran fluida mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap laju aliran
perpindahan panas secara konveksi. Jadi jelas bahwa semakin besar kecepatan
76

fluida, maka akan semakin besar pula laju aliran perpindahan panasnya. Jika
kecepatan fluida yang mengalir sama dengan nol, maka proses perpindahan
panasnya sama dengan mekanisme perpindahan panas konduksi.
Model dari mekanisme perpindahan panas secara konveksi, dapat dilihat
seperti pada gambar (4.5). Pada gambar (4.6), terlihat bahwa proses perpindahan
panas terjadi bukan dihantarkan oleh molekul-molekul zat alir, tetapi dialirkan
oleh fluida (diambil dan dibawa pergi). Fluida yang bergerak di atas benda yang
bertemperatur tinggi akan menyentuh permukaan benda panas tersebut, panas
akan terbawa sedikit demi sedikit oleh fluida sehingga pada akhirnya terdapat
kesetimbangan panas antara fluida yang mengalir dengan permukaan benda panas
tersebut. Panas tidak lagi terbawa oleh aliran fluida, karena temperatur fluida
sudah sama dengan temperatur benda. Mekanisme seperti ini disebut mekanisme
perpindahan panas konveksi.
Dalam dunia teknik mesin aplikasi perpindahan panas secara konveksi
sangat banyak dijumpai seperti pada radiator mobil, cooling tower, condeser AC
dan banyak lainnya.

Gambar 4.6 Mekanisme perpindahan panas secara konduksi


(Sumber: Yildiz Bayazitoglu dan M. Necati Ozisik, 1988)

Besarnya laju perpindahan panas secara konveksi, oleh ilmuwan Inggris,


Sir Isaac Newton pada tahun 1701 dirumuskan sebagai berikut:

Q=hc . A .(T ¿ ¿ b−T )¿ ....................................... (4.8)


77

Dari persamaan (4.8) dapat dinyatakan bahwa besarnya laju perpindahan panas
secara konveksi dapat dihitung dengan tiga besaran sebagai berikut:
 hc , koefisien perpindahan panas konveksi, W/m2.oC
 A, luas penampang dimana panas mengalir secara konveksi, m2.
 Tb – T , beda antara temperatur permukaan Tb dengan temperatur
fluida T, dalam derajat Celsius (oC).
Dalam sistem satuan internasional (SI) laju perpindahan panas konveksi
ditentukan dalam Joule/detik atau Watt.

Berdasarkan gerakan fluida kerja pada mekanisme perpindahan panas


secara konveksi dapat dibedakan atas:

a. Perpindanhan Panas Konveksi Paksa (Forced Convection)


Proses perpindahan panas konveksi pakasa (forced convection) yaitu
mekanisme perpindahan panas melalui aliran fluida dimana fluidanya digerakkan
oleh tenaga lain di luar sistem. Biasanya yang menjadi sumber penggerak fluida
pada mekanisme perpindahan panas seperti ini adalah fan, blower, kompresor.
Contoh aplikasi mekanisme peprindahan panas seperti ini adalah pada radiator
mobil, refrigerator, air conditioner (AC), CPU komputer, dan sebagainya.
Unit pengolah pada komputer yang disingkat dengan (CPU) dalam
mengolah data selalu menghasilkan panas yang haru sesegera mungkin dibuang
ke udara bebas. Untuk membuang cepat panas tersebut diperlukan fan yang
digerakan oleh motor listrik. Gambar (4.7) bentuk CPU komputer yang diberi fan
untuk membuang panas yang dihasilkan secara cepat.
78

Gambar 4.7. Mekanisme konveksi paksa (forced convection) pada prosessor


komputer
(Sumber: www.google.com/konveksi paksa/diakses 25 Agustus 2016)

Pemberian fan atau penggerak fluida lainnya, dimaksudkan agar proses


pindahnya panas dari benda lebih cepat. Biasanya benda-benda yang seperti ini
karena adanya pencetusan panas dalam benda tersebut. Seperti pada CPU saat
melakukan pengolah data maka CPU akan menghasilkan panas yang harus
dibuang cepat jika tidak maka CPU tidak akan berfungsi dengan baik. Begitu pula
pada radiator mobil, panas pada block silinder yang dibawa air pendingin (water
jacket) ke radiator harus sesegera mungkin dibuang ke udara lingkungan dengan
cara menghidupkan blower/fan pada radoator mobil. Panas akan terbuang dari
radiator ke udara lingkungan secara konveksi paksa (forced convection).

b. Perpindanhan Panas Konveksi Bebas (Free Convection)


Perpindahan panas konveksi bebas (free convection) disebut juga dengan
perpindahan panas alamiah (natural convection) yaitu mekanisme perpindahan
panas melalui aliran fluida, akan tetapi gerakan fluidanya terjadi secara
alami/bebas dari usaha lain di luar sistem. Proses perpindahan panas konveksi
alamiah dapat dilihat seperti pada kondenser refrigerator atau kulkas tanpa diberi
fan, pada cooling tower sistem AC Sentral. Gambar (4.8) sebuah kulkas
menggunakan konsep mekanisme perpindahan panas konveksi bebas dalam
membuang panasnya ke udara lingkungan.
79

Gambar 4.8. Mekanisme konveksi bebas (free convection) pada refrigerator


(Sumber: www.google.com/konveksi bebas/diakses 25 Agustus 2016)

Contoh Soal 4.2.


Sebuah pelat dengan panjang 4 meter, dan lebar 3 meter mempunyai temperatur
120oC. Di atas pelat dialiri udara dengan temperatur 30 oC dan koefisien
perpindahan panas konveksi 20 W/m2.oC. Hitunglah berapa laju perpindahan
panas dari pelat ke udara?
Solusi.
Diketahui: Tb = 120oC
T = 30oC
hc = 20 W/m2.oC
Tanya: Qc = ?
Jawab Qc = hc. A. (Tb - T )
= 20 W/m2.oC. 4m x 3 m. (120 – 30)oC
= 1.800 Watt
= 1,8 kW

4.3.3. Perpindahan Panas Radiasi


Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan panas melalui
panaran gelombang elektromagnetik. Perpindahan panas radiasi bisa terjadi di
ruang hampa. Contoh dari perpindahan panas radiasi adalah sinar matahari. Jika
kita berjalan dibawah terik matahari maka tubuh kita akan terasa panas. Atau
contoh lain jika anda duduk dekat api unggun yang besar, maka muka anda akan
terasa panas walaupun anda tidak bersentukan dengan apinya secara langsung.
Dalam kedua peristiwa di atas, maka dapat dikatakan telah terjadi
perpindahan panas yang dipancarkan oleh benda dimana panas itu berasal.
Peprindahan panas seperti ini disebut dengan perpindahan panas secara radiasi.
80

Gambar 4.9. Perpindahan panas secara radiasi dari api ke tubuh manusia
(Sumber: www.google.com/perpindahan panas radiasi/diakses 25 Agustus 2016)

Besarnya daya pancar (radiasi) dari sebuah benda sangat tergantung pada:
1. Konstanta Stefan Boltzmann (), 5,669 x 10-8 W/m2.K . Besaran  dinamakan
dengan konstanta Stefan-Boltzmann berdasarkan nama ilmuwan Austria J.
Stefan dalam tahun 1879 menemukan secara eksperimental dan L. Boltzmann
pada tahun 1884 menemukan secara teoritik.
2. Luas permukaan pancar (A), m2
3. Temperatur benda pancar pangkat empat (K4)
4. Koefisien emisivitas (), untuk benda hitam (black body) = 1, benda biasa
harga  = 0 – 1.

Dari uraian di atas, maka besarnya radiasi dari sebuah benda, secara matematis
dapat dirumuskan dengan:

4
Q=σ . A . ε . T ............................................ (4.9)

Dimana:
Q = Laju aliran panas (Watt)
 = Konstanta Steffan-Boltzman, 5,669 W/m2.K4
A = luas permukaan benda pancar (m2)
T = temperatur benda pancar (K4)
 = koefisien emisivitas benda, 0 - 1

( bernilai 1 untuk benda hitam sempurna, dan bernilai 0 untuk benda tidak hitam
sama sekali. Pengertian benda hitam sempurna disini adalah benda yang memiliki
81

kemampuan menyerap semua panas yang datang padanya, atau mampu


memancarkan seluruh energi yang dimilikinya).
Persamaan (4.9) hanya untuk menghitung radiasi pancaran dari benda
hitam. Untuk menghitung jumlah energi pancar (radiasi) antara duan buah
permukaan, maka persamaan (3.9) menjadi:

4 4
Q=σ . A . ε .(T 1 −T 2 ) .................................... (4.10)

T1 dan T2 adalah temperatur benda pancar, dan temperatur benda penerima.

Jika diperhitungkan bahwa radiasi sebuah benda tidak semuanya sampai ke


permukaan lain, maka pada persamaan (4.7) dimasukan faktor fungsi emisivitas
(F) dan faktor pandangan (view factor), FG.

Q=σ . A . ε . F ε . F G (T 41 −T 24) ................................... (4.11)

Faktor pandangan (view factor) juga disebut juga dengan faktor susunan geometri.
Faktor ini dapat dianalisis secara matematis dan geometris.

Contoh Soal 4.3.


Sebuah benda hitam sempurna mempunyai luas permukaan pancarnya 1,5 m2 dan
suhunya 27 ºC. Jika suhu sekelilingnya 77 ºC, hitunglah:
a. Panas yang diserap persatuan waktu persatuan luas
b. Panas total yang dipancarkan

Jawab:
Karena benda hitam sempurna, maka nilai  = 1
T1 = 27 + 273 = 300 K
T2 = 77 + 273 = 350 K
 = 5,669 x 10-8 Watt/m2.K4

a. Panas yang diserap persatuan luas (qs)


82

qs = . . ( T24 - T14)
= 1. 5,6692.10-8 Watt/2.K4 .(3504 - 3004) K4
= 391,515 Watt/m2

b. Panas total yang dipancarkan, Qr


Q = qs. A.
Q = 391,515 Watt/m2. 1,5 m2
= 587,272969 Watt

4.4. Kerja (Work)


Kerja merupakan sebuah interaksi energi diantara sebuah system dan
disekitarnya. Seperti telah diuraikan terdahulu bahwa energi bisa melintasi batas
sistem tertutup dalam bentuk panas (Q) dan kerja (W). Jika ada energi melintasi
batas dari sebuah system tertutup, jika tidak berbentuk panas, maka itu pasti
dalam bentuk kerja. Ketika ada interaksi energi dengan lingkungannya, tidak
disebabkan oleh perbedaan temperatur antara suatu sistem dengan lingkungannya
maka itu disebut dengan kerja. Lebih spesifiknya kerja adalah perpindahan energi
yang dihubungkan dengan tenaga dan sebuah jarak.
Kerja merupakan bentuk dari sebuah energi. Sama halnya dengan panas,
energi kerja mempunyai satuan Youle (J) atau kJ. Kerja yang dilakukan selama
proses diantara keadaan 1 dan keadaan 2 dihitung dengan W1-2. Kerja persatuan
massa dari sebuah system dihitung dengan w dan didefinisikan sebagai:

W
w = m ( kJ/ kg ) ...................................... (4.12)

4.5. Kerja Listrik (Electrical Work)


Kerja listrik digambarkan sebagai banyaknya elektron yang melintasi batas
sistem. Jika N adalah jumlah elektron dalam satuan Coulomb, yang bergerak
akibat terjadinya perbedaan tegangan potensial (V), maka kerja listrik ditulis
dengan,

We = V.N (kJ) .................................... (4.13)


83

Atau dapat juga ditulis dalam bentuk laju aliran,

Ẇ e = V.I (kW) ................................... (4.14)

Dimana Ẇ e adalah daya listrik dan I jumlah elektron mengalir persatuan waktu,
maka energi listrik dapat ditulis dengan,

2
W e =∫ V . I . dt (kJ) ................................. (4.15)
1

Jika V dan I adalah konstan selama interval waktu t, maka;

W e =V . I . t (kJ) ................................ (4.16)

Contoh Soal 4.4.


Sebuah elemen listrik digunakan untuk pemanas mesin pengering gabah. Elemen
listrik ini cocok digunakan pada tegangan listrik 220 V. Jika diketahui arus yang
mengalir ke elemen ini adalah 20 A selama waktu 2 jam, maka hitunglah energi
listrik yang dibutuhkan selama proses pemanasan tersebut!
Solusi.
We = V.I.t = 220 V. 20 A. 2.120 dt
= 1.056.000 J
= 1.056 kJ

4.6. Bentuk-Bentuk Kerja Mekanis


Kerja mekanis biasanya ditandai oleh adanya perpindahan atau jarak
(distance). Pada dasar mekanis kerja yang dilakukan dengan sebuah tenaga
konstan F pada sebuah benda yang ditunjukan oleh adanya perpindahan (s).
Perhatikan gambar 4.10 berikut, sebuah benda dengan massa 50 kg, di dorong
dengan gaya sebesar F.

50 kg F 50 kg F

1 S 2
84

Gambar 4.10. Kerja mekanis akibat adanya perpindahan

Besarnya kerja yang dilakukan untuk memindahkan benda sebesar 50 kg di atas,


dapat dirumuskan:

2
W 1−2=∫ F .dS (J) .......................................... (4.17)
1

Dimana:
F = gaya yang dbutuhkan untuk memindahkan benda dari posisi 1 ke 2, N
dS = jarak yang ditempuh saat memindahkan benda, m

beberapa bentuk kerja mekanis lain yang diturunkan dari kerja akibat perpindahan
pada gambar 4.10 di atas, antara lain.

4.6.1. Kerja Piston


Kerja piston ditandai oleh perpindahan piston dari sebuh silinder.
Perhatikan gambar 4.11 berikut.

Gambar 4.11. Kerja piston


(sumber: Yunus A. Cengel, 2015:165)
85

Proses ekspansi kuasi-ekuilibrium dijelaskan ditunjukkan pada diagram P-V pada


Gambar 4.11. Pada diagram ini, daerah diferensial dA sama dengan P dV, yang
merupakan karya diferensial. Luas total A dalam proses kurva 1-2 diperoleh
dengan menambahkan area diferensial ini:

2 2
A=∫ dA=∫ PdV ............................................ (4.18)
1 1

Seperti diketahui bahwa kerja makanis secara umum, dirumuskan dengan, W 1-2 =
F.S. Pada kerja piston nilai F = P.A, dimana P adalah tekanan dalam piston
(N/m2) dan A adalah luas penampang silinder (m2), jarak perpindahan piston dS.
Jika dS dikalikan dengan A, maka menjadi perubahan volume (dV). Maka
persamaan kerja pada piston dapat ditulis dengan:

2
W 1−2=∫ P . dV .............................................. (4.19)
1

Dimana:
P = tekanan dalam silinder, Pa
dV = perubahan volume silinder selama proses kerja, m3

Persamaan (4.19) bisa diterapkan dengan syarat kerja piston dalam kondisi
isobarik (tekanan konstan). Jika tekanan diasumsikan konstan, maka persamaan
(4.19) ditulis kembali menjadi:

W1-2 = P. (V2-V1) ........................................ (4.20)

Dengan V1 dan V2 berturut-turut adalah volume silinder pada tingkat keadaan 1


dan 2.

Contoh Soal 4.5.


1. Sebuah tangki berisi air dengan tekanan 500 kPa dan temperatur 150 oC.
Sebagai akibat dari pembuangan panas ke udara lingkungan, maka temperatur
86

dan tekanannya turun. Temperatur akhirnya adalah 65 oC dan tekanananya 400


kPa. Hitunglah kerja selama proses?

P, kPa
Udara Q 1
500
P1 = 500 kPa
T1 = 150oC
P2 = 400 kPa
400 2
T2 = 65oC

Solusi: Karena selama proses yang berubah hanya tekanan dan volumenya adalah
konstan (dV=0), maka:
0
2
W 1−2=∫ P . dV
1

Tidak ada kerja, W1-2 = 0. Selama proses, atau proses disebut isokhorik

Contoh Soal 4.6.


Sebuah tangki rigid berisi air awalnya mempunyai massa 10 lbm, tekanan 60 psia
dan temperatur 320oF. Lalu tangki dipanaskan dengan tekanan konstan, hingga
temperaturnya mencapai 400oF. Hitunglah kerja yang dilakukan selama proses!
Solusi:

Diketahui:
P1 = 60 Psia, T1 = 320 OC
Tabel A-6E  v1 = 7.4863
ft3/lbm

P2 = 60 Psia, T1 = 400 OC
Tabel A-6E  v2 = 8.3548
ft3/lbm
87

Sehingga,
2 2
W b =∫ P .dV =Po∫ dV =P o ( V o−V 1 )
1 1

W b =m. Po .( v 2−v 1 )
Wb = (10 lbm)(60 psia)[(8.3548 - 7.4863) ft3/lbm] x 1 Btu/ 5.404 psia·ft3
Wb = 96,4 Btu

4.6.2. Kerja Akibat Gravitasi


Kerja gravitasi didefinisikan sebagai kerja yang dilakukan akibat gaya
gravitasi. Kerja gravitasi dapat dilukiskan seperti gambar (4.12).

m Z2

Z1

Gambar 4.12. Bentuk kerja akibat gravitasi

Gaya gravitasi dirumuskan,


F = m.g .............................................................. (4.21)
Dimana:
m = massa benda, kg
g = percepatan gravitasi, m/dt2

Diturunkan dari persamaan kerja mekanis, maka besarnya gaya akibat gravitasi
dapat dirumuskan dengan:

2 2
W g=∫ F . dZ=mg ∫ dZ =mg(Z 2−Z 1) ................ (4.22)
1 1

Contoh Soal 4.7.


88

Hitunglah kerja yang dilakukan oleh seseorang yang mengangkat batu dengan
massa 100 kg, dari suatu lantai ke lantai 2 yang berjarak 10 m.
Jawab.
Diketahui: m = 100 kg
Z = 10 m
Maka dari persamaan,
Wg = m.g.(Z2 – Z1)
= 100 kg. 9,81 m/dt2. 10 m
= 9.810 J

4.6.3. Kerja Akibat Percepatan


Kerja diasosiasikan sebagai perubahan kecepatan dari suatu sistem
disebut sebagai kerja percepatan (acceleration work).

Gambar 4.13. Kendaraan membutuhkan lebih tenaga untuk suatu percepatan


(Sumber: Yunus A. Cengel, 2015:54)

Kerja percepatan membutuhkan percepatan sebuah benda yang bermassa m dari


kecepaatan awal V1 ke kecepatan akhir V2. Percepatan benda dihitung dari definisi
percepatan dan hukum kedua Newton.

dV
F=m . a dan a= ............................... (4.23)
dt

dV
F=m ......................................... (4.24)
dt

Jika, percepatan dikaitkan dengan kecepatan,


89

dS
V= -------- ds = V.dt ................................. (4.25)
dt

Dengan subsitusi F dan dS kepada persamaan kerja mekanik, maka:

2 2 2
dV 1
W a =∫ F . dS=¿∫ (m ¿ ) ( V . dt )=m∫ V . dV =¿ m. (V 22−V 21 )¿ ¿ ¿ ....
1 1 dt 1 2
(4.26)

Kerja akibat percepatan suatu benda ekuvalen dengan perubahan energi kinetik
dari benda tersebut.

Contoh Soal 4.8.


Hitunglah tenaga yang dibutuhkan untuk percepatan sebuah mobil dengan massa
900 kg, dari kondisi diam ke kecepatan 80 km/jam dalam waktu 20 detik pada
sebuah jalan raya.
Solusi
Kerja akibat percepatan dihitung dengan menggunakan persamaan,
1 1
W a = m ( V 2−V 2 )= . ( 900 kg ) .
2
2 2
2 {(
80.000 m 2 2
3600 dt
−0 ) }( 1kJ
1000 kg . m2 /dt 2 )
= 222,2 J

Rata-rata tenaga yang dibutuhkan dihitung dengan,

W a 222,2 kJ
Ẇ a = = =11,1 kW
dt 20 dt
4.6.4. Kerja Poros
Poros adalah bagian dari komponen mesin yang sangat penting. Poros
dalam suatu mesin mempunyai fungsi selain menahan beban dari berat mesin,
poros juga berfungsi untuk meneruskan putaran. Dalam otomotif banyak jenis
poros yang digunakan salah satunya adalah poros engkol (crank shaft). Poros
meneruskan daya dari piston ke tarnsmisi roda gigi. Gambar 4.14 adalah bentuk
90

poros yang digunakan pada untuk meneruskan putaran dari satu roda gigi ke roda
gigi lain.

T = F.R F

r Wsh = 2n.T

Gambar 4.14. Kerja mekanik pada poros


(Sumber: Yunus A. Cengel, 2015:54)

Torsi (T) pada poros merupakan perkalian gaya (F) yang diteruskan dengan jari-
jari dari roda gigi (r), sehingga:

T
T =F . r atau F= ...................................... (4.27)
r

Gaya yang bekerja pada poros bekerja sepanjang jarak pada poros yang dikaitkan
dengan jari-jari roda gigi.

S = (2n).n .................................... ..... (4.28)

Maka kerja mekanik poros dapat dihitung dengan,

W sh=F . S= ( Tr ) ( 2 πrn) =2 πnT ( kJ ) ....................... (4.29)

Dimana n adalah jumlah putaran poros permenit.

Contoh Soal 4.9.


Hitunglah daya yang ditransmisikan melalui sebuah poros sebuah mobil dimana
Torsinya 200 N.m dan laju putaran poros 4000 rpm.

Solusi
91

Besarnya daya poros dapat dihitung dengan persamaan,


1 1 men 1 kJ
Ẇ sh=2 πnT =( 2 π )( 4000 )(200 N . m)( )( )
men 60 dt m
1000 N .
dt
= 83,7 kW

4.6.5. Kerja Pegas


Pegas (spring) adalah komponen mesin yang mempunyai fungsi yang
sangat penting. Pegas biasanya berguna untuk menahan beban dan getaran yang
terjadi pada mesin. Tanpa pegas getaran yang dirasakan sangat mengganggu pada
mesin.
Pada gambar 4.15. terlihat sebuah pegas yang awalnya belum diberi gaya
(beban) dan setelah diberi gaya (F). Pegas setelah diberi gaya F akan mengalami
pertambahan panjang sebesar dx.

Gambar 4.15. Penambahan panjang pegas setelah dibebani


(Sumber: Yunus A. Cengel, 2015:67)

Untuk pegas yang elastis, maka besarnya pertambahan panjang pegas sebanding
dengan gaya yang diberikan.

F = k.X ............................................ (4.30)

Dimana:
k = konstanta pegas, kN/m
X = perpanjangan pegas, m
Jika dikaitkan dengan kerja mekanis, maka:
92

1
W spring = k ( X 2 −X 1 )
2 2
......................................... (4.31)
2

Dimana, X1 dan X2 panjang awal dan akhir pegas.

4.7. Hukum Termodinamika Pertama


Persamaan umum hukum termodinamika pertama untuk sebuah siklus
tertutup diekspresikan sebagai berikut:

Net energy transfer Net increase(or decrease)


to (or from) the system = in the total energy
as heat and work of system

atau Q - W = E (kJ) ................................... (4-32)

dimana :
Q = transfer panas bersih melintasi sistem ( = Qin - Qout)
W = kerja bersih ( = Wout - Win )
E = perubahan energi bersih sistem (E2 - E1 )

Seperti pada bab sebelumnya, total energi E dari sistem terdiri dari tiga
bagian : energi dalam U, energi kinetik KE dan energi potensial PE. Sehingga
perubahan energi total sistem dapat ditulis sebagai berikut:

∆ E=∆ U + ∆ EK + ∆ EP(kJ )......................... (4.33)

Jika disubstitusikan perubahan energi total ke persamaan hukum termodinamika


pertama, maka:

Q−W =∆ E=∆U + ∆ EK + ∆ EP ......................... (4.34)

Dimana:

∆ U =m(u2−u 1)
93

1 2 2
∆ EK = m(V 2−V 1)
2
∆ EP=mg(Z 2−Z 1)

Hampir semua sistem tertutup yang ditemui dalam praktis adalah sistem
stationer, yang umumnya tidak melibatkan perubahan kecepatan dan ketinggian
selama proses. Untuk sistem tertutup yang stasioner perubahan energi kinetik dan
energi potensial dapat diabaikan. Sehingga hukum termodinamika pertama dapar
direduksi menjadi:

Q−W =∆U (kJ ) ....................................... (4.35)

Atau dalam bentuk persatuan massa,

q−w=∆U (kJ /kg) ....................................... (4.36)

persamaan (3.39) apabila dibagi dengan interval waktu (t) dan limit t0 maka,

dE
Q̇−Ẇ = (kW) ........................................ (4.37)
dt

Dimana Q̇ adalah laju perpindahan panas (kW) dan Ẇ adalah daya yang masuk
atau keluar sistem. Sedangkan dE/dt adalah laju perubahan total energi dalam
sistem sistem.

Persamaan Hukum termodinamika pertama dapat diekspresikan dalam


persamaan differensial:

∂ Q−δW =dE ............................................ (4.38)


Atau,
∂ q−∂ w=de ............................................. (4.39)

Untuk sebuah siklus dimana kondisi awal dan akhir identik, sehingga persamaan
Hukum termodinamika pertama menjadi :
94

Q-W=0 (kJ) .............................................. (4.40)

4.8. Panas Jenis (Spesific Heats)


Setiap benda mempunyai kapasitas panas yang berbeda. Sebagai contoh
dibutuhkan sekitar 4,5 kJ energi sebagai panas untuk menaikkan temperatur 1 kg
besi dari 20oC ke 30oC. Nilai ini lebih kecil 9 kali dari banyaknya energi sebagai
panas yang dibutuhkan saat menaikkan temperatur 1 kg air dari dalam temperatur
yang sama (41,8 kJ). Artinya setiap benda mempunyai sifat yang berbeda-beda
dalam kapasitasnya menerima panas. Sifat ini disebut dengan panas jenis.

1 kg 1 kg
Logam besi Air
20oC 30 oC 20oC 30 oC

Gambar 4.16. Perbedaan jumlah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan


temperatur dua benda yang berbeda

Panas jenis didefinisikan sebagai energi yang diperlukan untuk


meningkatkan temperatur suatu zat sebesar satu satuan massa sebesar satu derajat.
Pada umumnya energi akan tergantung pada bagaimana proses tersebut terjadi.
Dalam Termodinamika, terdapat dua macam panas jenis; panas jenis pada volume
konstan cv dan panas jenis pada tekanan konstan cp. Panas jenis pada tekanan
konstan cp selalu lebih besar dari pada cv, karena pada tekanan konstan, sistem
mengalami ekspansi dan hal tersebut memerlukan energi.
Setiap benda yang ada di alam ini mempunyai panas jenis yang berbeda-
beda. Ada benda yang mempunyai panas jenis yang besar sehingga bila diberi
panas maka temperaturnya lambat naiknya dan ada pula benda yang mepunyai
pansa jenis kecil sehingga mudah naik temperaturnya bila diberi panas.

5,2 kJ
95

V = Const.
m = 1 kg P = cont
T = 1oC m = 1 kg
cv = 3,13 kJ/kg.oC T = oC
3,13 kJ cp = 3,13 kJ/kg.oC

(a) (b)

Gambar 4.17. Panas jenis zat pada volume dan tekanan konstan

Perhatikan sebuah sistem tertutup stasioner dengan volume konstan (W b =


0) pada gambar 4.17 (a). Jika dikaitkan dengan hukum pertama termodinamika
maka proses ini dapat dilukiskan dengan persamaan differensial sebagai berikut :

q - wother = du ............................................ (4.41)

Dimana q - wother merupakan jumlah energi yang ditransfer ke sistem dalam


bentuk panas dan kerja. Pada volume konstan maka,

cv dT = du ....................................................... (4.42)

Atau,
cv= ( ∂∂Tu ) v
(kJ/kg.oC) ........................................ (4.43)

Dengan cara yang sama, maka panas jenis pada tekanan konstan didapat dengan
menurunkan persamaan (wb + u = h). Maka panas jenis pada tekanan konstan
ditulis dengan,

c p= ( ∂∂ Th ) p
(kJ/kg.oC) ..................................... (4.44)

Pada rumus di atas, cv dapat didefinisikan sebagai perubahan energi dalam


spesifik sebuah zat perunit perubahan temperatur pada volume konstan dan cp
adalah perubahan enthalpi sebuah zat perunit perubahan temperatur pada tekanan
konstan. cv dan cp dapat juga berbentuk dalam basis molar, sehingga mempunyai
satuan J/(kmol.oC).
96

4.9. Energi Dalam, Enthalpi, Panas Jenis Dari Gas Ideal

Dalam bab-bab sebelumnya telah didefinisikan bahwa gas ideal adalah gas
yang temperatur, tekanan dan volume spesifik dihubungkan oleh persamaan :

Pv  RT ............................................. (4.45)

Juga telah dibuktikan bahwa secara matematis dan eksperimental (Joule, 1843)
bahwa untuk gas ideal energi dalam merupakan hanya fungsi temperatur,

u = u (T) ............................................. (4.46)

Dengan menggunakan definisi enthalpi dan persamaan keadaan gas ideal, di


dapat :

h = u + Pv h = u + RT
Pv = RT

Karena R konstan dan u = u (T ) merupakan fungsi dari temperatur maka enthalpi


dari gas ideal juga,

h = h (T) .................................................... (4.47)

Karena u dan h tergantung hanya pada temperatur untuk gas ideal, panas jenis cv
dan cp juga tergantung hanya pada temperatur. Oleh karena itu pada temperatur
tertentu u, h, cv dan cp dari gas ideal akan mempunyai harga yang tertentu tanpa
memperhatikan volume spesifik atau tekanan. Karena hal di atas, untuk gas ideal,
ekspresi bentuk differensial perubahan energi dalam dan enthalpi menjadi :

du  cv (T ) dT ................................................... (4.48)

dh  cp (T ) dT ................................................... (4.49)

Untuk perbedaan temperatur yang kecil, maka panas jenis zat sebanding
perubahan temperatur. Pada pengamatan gas dengan molekul yang komplek
(molekul dengan dua atom atau lebih), jika variasi panas jenis terhadap
temperatur hampir mendekati linear, harga energi dalam dan enthalpi gas ideal
97

dapat dihitung dengan menggunakan panas jenis rata-rata konstan, seperti :

Gambar 4.18. Panas jenis dihitung berdasarkan perubahan temperatur


(Sumber: Yunus A. Cengel, 1994:132)

2
kJ
∆ u=u2−u 1=∫ C v ( T ) dT ( )
1 kg ........................... (4.50)
dan
2
∆ h=u2−u1=∫ C v ( T ) dT
1
( kJkg ) ............................ (4.51)

dimana cv,av dan cp,av dicari dari tabel dengan menggunakan temperatur
rata-rata (T2 – T1)/2. Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan untuk
menentukan perubahan energi dalam dan enthalpi gas ideal.
Dengan menggunakan data tabel u dan h. Metode ini paling mudah dan
paling akurat jika data tabel telah tersedia. Dengan menggunbakan hubungan cv
dan cp sebagai fungsi temperatur dan melakukan proses integrasi. Metode tersebut
tidak disukai untuk perhitungan manual, tetapi untuk penggunaan secara
komputerisasi lebih disukai karena lebih akurat. Dengan menggunakan panas jenis
rata-rata, metode tersebut paling sederhana dan disukai jika data tabel tidak
tersedia. Hasil yang didapat akan lebih akurat jika interval temperatur tidak begitu
besar.
4.10. Relasi-Relasi Panas Jenis Gas Ideal

Hubungan khusus antara Cp dan Cv gas ideal dapat diperoleh dengan


mendifferensialkan h = u + RT, yang menghasilkan
98

dh = du + R dT ........................................ (4.52)

gantilah dh dengan Cp dT dan du dengan Cv dT dan bagi dengan hasilnya dengan


dT, didapatkan:

cp = Cv  R (k J /(k g.K )) ............................... (4.53)

Hal tersebut merupakan hubungan penting karena kita akan dapat menentukan
harga cv dari harga cp dan konstanta gas R.

Cp  Cv  Ru kJ /(kmol.K )) .................... (4.54)

Dengan relasi-relasi diatas, kita dapat mendefinisikan properti gas ideal


yang lain yang disebut dengan ratio panas jenis (spesific heat ratio) k sebagai
berikut:

cp
k= ................................................. (4.55)
cv

Rasio panas jenis juga bervariasi terhadap temperatur, tetapi variasinya tidak
begitu ekstrim. Untuk gas monoa tomic, harga dari k mendekati konstan 1,667.
Beberapa gas diatomic , termasuk udara, mempunyai harga k kira-kira 1,4 pada
temperatur ruangan.

4.11. Energi Dalam, Enthalpi, dan Panas Jenis Zat Padat dan Cair
Suatu zat yang mempunyai spesifik volume konstan(atau densitas) disebut
zat tak mampu tekan (incompressible substance). Spesifik volume zat pada t dan
cair pada dasarnya konstan ketika mengalami proses. Asumsi volume konstan
pada kasus ini harus diambil jika diterapkan untuk energi yang berhubungan
dengan perubahan volume, seperti kerja akibat pergeseran batas sistem, hal
tersebut dapat diabaikan dibandingkan dengan bentuk energi yang lain. Sehingga
cp dan cv zat padat dan cair hanya disimbolkan dengan c.

c p=c c =c ........................................ (4.56)


99

du=c v ( T ) dT =c ( T ) dT .................................. (4.57)

2
kJ
∆ u=u2−u 1=∫ c ( T ) dT ( ) ................................. (4.58)
1 kg

Untuk interval temperatur yang kecil, C pada temperatur rata-rata dan dianggap
konstan, menghasilkan:

kJ
u2−u 1=c av ( T 2−T 1 ) ( ) ........................ (4.59)
kg

Perubahan enthalpy untuk zat selama proses ditentukan dari definisi enthalpi (h =
u+Pv):
h2 −h1=u2 −u1+ v . ∆ P ......................... (4.60)
Atau,
h = u + v.P ................................. (4.61)

Karena suku kedua umumnya kecil dibandingkan dengan suku pertama, harga
suku kedua dapat diabaikan tanpa menghilangkan keakuratan. Tetapi untuk
temperatur (T = 0), energi dalam = 0, sehingga enthalpi menjadi:

h2 – h1 = v (P2 - P1) ............................(4.62)

4.12. Ringkasan
Hukum termodinamika pertama menyatakan bahwa energi tidak dapat
diciptakan dan dimusnahkan tetapi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk
yang lain. Prinsip tersebut juga di kenal dengan istilah konservasi energi atau
hukum kekekalan energi. Hukum pertama dapat dinyatakan secara sederhana
selama interaksi antara sistem dan lingkungan. Jumlah energi yang diperoleh
sistem juga harus sama dengan energi yang dilepaskan oleh lingkungan.
Aplikasi hukum termodinamika I untuk sistem tertutup. Pada sistem
tertutup tidak ada ada aliran massa, oleh sebab itu sistem tertutup disebut juga
dengan sistem tanpa aliran (unflow system). Sistem tertutup disebut juga sistem
yang kedap massa dan tak kedap energi. Artinya pada sistem tertutup massa
100

terhalang masuk/keluar sistem, akan tetapi energi bisa masuk/keluar sistem. Enegi
yang dapat melintasi batas dari suatu sistem tertutup ada dalam dua bentuk yang
berbeda yakni panas (heat) dan kerja (work). Oleh karena hanya energi dalam
panas (Q) dan kerja yang hanya bisa masuk/keluar sistem.
Dalam ilmu termodinamika panas bukanlah energi, tetapi panas adalah
bentuk atau nama energi yang sedang pindah atau melintasi batas sistem dalam
skala mikroskopik (tidak tampak oleh mata). Namum dalam keseharian orang
cenderung menyamakan panas dengan energi. Panas dilambangkan dengan huruf
Q. Sebagian buku yang membahas tentang perpindahan panas, banyak
menggunakan istilah kalor pengganti kata panas. Proses pindahnya panasnya dari
suatu tempat ke tempat lain sering juga disebut dengan perpindahan panas (heat
transfer). Perpindahan panas dipicu oleh perbedaan temperatur. Secara alamiah
kalor selalu pindah dari temperatur tinggi ke temparatur rendah.
Proses perpindahan panas sangat banyak dijumpai aplikasinya dalam dunia
rekayasa, dalam berbagai bentuk mekanismenya. Sebagai contoh adalah proses
perpindahan panas pada radiator mesin mobil, pada heat exchanger Pembangkit
Listrik Tenaga Diesel (PLTD), pada kondenser di PLTU, pancaran radiasi
handphone, televisi, radio dan cahaya matahari pada benda-benda di bumi.
Perhitungan besarnya laju perpindahan panas pada benda-benda seperti
disebutkan di atas sangat terkait dengan fungsi dari benda-benda itu sendiri.
Mekanisme perpindahan panas secara umum dibedakan atas 3 cara yaitu:
konduksi, konveksi dan radiasi.
Kerja merupakan sebuah interaksi energi diantara sebuah system dan
disekitarnya. Seperti telah diuraikan terdahulu bahwa energi bisa melintasi batas
sistem tertutup dalam bentuk panas (Q) dan kerja (W). Jika ada energi melintasi
batas dari sebuah system tertutup, jika tidak berbentuk panas, maka itu pasti
dalam bentuk kerja. Ketika ada interaksi energi dengan lingkungannya, tidak
disebabkan oleh perbedaan temperatur antara suatu sistem dengan lingkungannya
maka itu disebut dengan kerja. Lebih spesifiknya kerja adalah perpindahan energi
yang dihubungkan dengan tenaga dan sebuah jarak.
101

Kerja merupakan bentuk dari sebuah energi. Sama halnya dengan panas,
energi kerja mempunyai satuan Youle (J) atau kJ. Ada beberapa jenis kerja yang
terdapat dalam termodinamika yaitu: kerja listrik (electrical work), kerja mekanis
dengan berbagai bentuknya: kerja piston, kerja akibat gravitasi, kerja akibat
percepatan, kerja poros, dan kerja pegas.
Kesetimbangan energi hukum termodinamika pertama untuk sebuah siklus
tertutup diekspresikan sebagai berikut:

Net energy transfer Net increase(or decrease)


to (or from) the system = in the total energy
as heat and work of system

atau Q - W = E (kJ) ................................... (1)

Panas jenis didefinisikan sebagai energi yang diperlukan untuk


meningkatkan temperatur suatu zat sebesar satu satuan massa sebesar satu derajat.
Pada umumnya energi akan tergantung pada bagaimana proses tersebut terjadi.
Dalam termodinamika, terdapat dua macam panas jenis; panas jenis pada volume
konstan cv dan panas jenis pada tekanan konstan cp. Panas jenis pada tekanan
konstan cp selalu lebih besar dari pada cv, karena pada tekanan konstan, sistem
mengalami ekspansi dan hal tersebut memerlukan energi .

cv= ( ∂∂Tu ) v
(kJ/kg.oC) ........................................ (2)

Dengan cara yang sama, maka panas jenis pada tekanan konstan didapat dengan
menurunkan persamaan (wb + u = h). Maka panas jenis pada tekanan konstan
ditulis dengan,

c p= ( ∂∂ Th ) p
(kJ/kg.oC) ........................................ (3)

Pada rumus di atas, cv dapat didefinisikan sebagai perubahan energi dalam


spesifik sebuah zat perunit perubahan temperatur pada volume konstan dan cp
102

adalah perubahan enthalpi sebuah zat perunit perubahan temperatur pada tekanan
konstan. cv dan cp dapat juga berbentuk dalam basis molar, sehingga mempunyai
satuan J/(kmol.oC).
Hubungan khusus antara Cp dan Cv gas ideal dapat diperoleh dengan
mendifferensialkan h = u + RT, yang menghasilkan

dh = du + R dT ............................................... (4)

gantilah dh dengan Cp dT dan du dengan Cv dT dan bagi dengan hasilnya dengan


dT, didapatkan:

cp = Cv  R (k J /(k g.K )) ...................................... (5)

Hal tersebut merupakan hubungan penting karena kita akan dapat menentukan
harga cv dari harga cp dan konstanta gas R.

Cp  Cv  Ru kJ /(kmol.K )) .............................. (6)

Dengan relasi-relasi diatas, kita dapat mendefinisikan properti gas ideal


yang lain yang disebut dengan ratio panas jenis (spesific heat ratio) k sebagai
berikut:

cp
k= ............................................................. (7)
cv

Rasio panas jenis juga bervariasi terhadap temperatur, tetapi variasinya tidak
begitu ekstrim. Untuk gas mono atomic, harga dari k mendekati konstan 1,667.
Beberapa gas diatomic , termasuk udara, mempunyai harga k kira-kira 1,4 pada
temperatur ruangan.

4.13. Soal Latihan


Selesaikanlah soal-soal berikut!
1. Jelaskanlah kenapa sistem tertutup disebut juga dengan unflow sistem?
2. Sebutkanlah 3 contoh sistem tertutup dalam termodinamika di gunakan dalam
dunia rekayasa yang anda ketahui?
103

3. Jelaskanlah apa perbedaan antara panas dengan kerja!


4. Sebutkan 4 jenis kerja mekanik yang anda ketahui! Dan jelaskan kenapa kerja
akibat gravitasi identik dengan energi potensial?
5. Pada proses adiabatik (Q=0) apakah ada penambahan energi dalam (U) pada
sistem? Coba anda jelaskan!
6. Pada kondisi isobarik, maka tidak ada kerja pada proses dalam skstem tertutup,
jelaskanlah maka pertambahan panas akan merubah apa dalam sistem?
7. Apa yang disebut dengan panas jenis dan kapaistas panas? Apakah setiap
benda punya panas jenis yang berbeda-beda? Kenapa jelaskan!
8. Jelaskan beda antara cv dengan cp?
9. Apa itu yang disebut dengan spesific heat ratio (k)?
10. Jelaskan hubungan antara cv, cp dan R?

4.14. Tugas Individu


Kerjakan tugas individu ini dengan baik dan kumpulkan pada minggu
selanjutnya!
1. Buatlah 3 contoh mekanisme perpindahan panas konduksi, konveksi dan radiasi
dalam kehidupan di dekat anda!
2. Kenapa saat terjadi tabrakan antara dua kendaraan besar bunyinya terdengar
lebih keras. Analisislah dan kaitkan dengan perubahan energi sebagai kerja
pada saat terjadi kecelakaan tersebut!

4.15. Referensi

Anwari (1978). Sistem Satuan Internasional (SI). Jakarta: Depdikbud.


Arismunandar, Wiranto. 1986. Termodinamika Teknik. Bandung:ITB.
Cengel, Yunus A. (1994). Thermodynamics An Engineer Aproach. New York.
McGraw-Hill.
Eastop, T.D. dan Mc. Conkey. 1978. Applied Thermodynamics for Engineering
Techonolist. Logman:Group Limited.
Hutchinson, F.W.  1957. Thermodynamics  of Heat Power Systems. Adison-
Wesley. Mc Graw-Hill.
J. Moran, Michael dan Howard N. Shapiro. 2006. Fundamentals of Engineering
Thermodynamics Fifth Editions. England: John Wiley & Sons.
104

Earn Logan. 1999. Thermodynamics, Process and Application. USA:Marcel


Dekker, Inc.
Kamil, Sulaiman dan Prawito. 1983. Thermodianamika dan Perpindahan Panas
1. Jakarta:Depdikbud.
Kondepudi, Dilip. 1998. Modern Thermodynamics. New York: John Willey &
Sons
Nainggolan, Werlin S. (1987). Termodinamika Teori-Soal-Penyelasaian, CV.
Armico, Bandung.
O’Connell, John P and J. M. Haile. 2005. Thermodynamics,Fundamentals for
Application. Cambridge: Cambridge Society and Chemistry.
Reynold C., William dan Hendry C. Perkins, (1984). Thermodynamics. New
York. McGraw-Hill.
Soebiyantoro,(1997). Dasar Termodinamika Teknik, Universitas Gunadarma.
Soelaiman, T.A. Fauzi, (2010). Modul Termodinamika Dasar. Bandung, ITB
Press
Sudjito, dkk. (2005). Diktat Termodinamika Dasar, Sudjito, dkk. (2005). Diktat
Termodinamika Dasar. Malang, Universitas Brawijaya Press

Anda mungkin juga menyukai