Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perpindahan Panas


Perpindahan panas (atau kalor) ialah energi termal dalam ruang tertentu yang
mengalami perpindahan karena perbedaan suhu. Secara umum, terdapat tiga cara
perpindahan panas, yakni secara konduksi, konveksi, dan radiasi. Ketika perbedaan
suhu ada dalam medium yang diam (dapat padatan atau fluida) maka disebut
konduksi dan panas berpindah melintasi medium. Sementara konveksi merujuk pada
perpindahan panas yang terjadi antara permukaan dan fluida yang bergerak ketika
masing-masing berada pada temperatur yang berbeda. Terakhir, semua permukaan
sebenarnya mengemisikan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik.
Sehingga, ketika tidak ada intervensi medium, total transfer energi ialah radiasi antara
dua permukaan pada suhu yang berbeda (Bergman dkk., 2005)

Gambar 2.1 Konduksi, konveksi, dan radiasi (McCabe dkk., 1993).


Perpindahan panas adalah salah satu faktor yang sangat menentukan
operasional suatu pabrik kimia. Perpindahan panas selalu terjadi dalam kombinasi
dengan unit operasi lain seperti; destilasi, evaporasi dan drying. Penyelesaian soal-
soal perpindahan kalor secara kuantitatif biasanya didasarkan pada neraca energi dan
perkiraan laju perpindahan kalor (Geankoplis, 1995). Ada beberapa alat penukar
panas yang umum digunakan pada industri. Alat-alat penukar panas tersebut antara
lain: double pipe, shell and tube, plate-frame, spiral, dan lamella (McCabe dkk.,
1993).
2.2. Perpindahan Panas secara Konduksi
Konduksi berhubungan dengan konsep aktivitas atomik dan molekular.
Konduksi dapat dilihat sebagai perpindahan energi dari zat partikel yang lebih
berenergi ke yang kurang berenergi dikarenakan interaksi antar partikel. Mekanisme
ini dapat dijelaskan menggunakan gambaran gas ideal dalam konsep termodinamika
dengan mengasumsikan tidak ada gerakan makroskopik atau bulk. Gambar 2.1
menunjukkan partikel gas yang menempati ruang antara dua permukaan yang berbeda
suhunya. Suhu yang lebih tinggi berhuungan dengan energi molekular yang tinggi.
Ketika molekul yang berdekatan saling bertumbukan, maka akan terjadi perpindahan
energi dari molekul yang lebih berenergi ke yang lebih rendah. Adanya perbedaan
suhu menyebabkan perpindahan ini terjadi dalam arah penurunan suhu. Dapat
dikatakan perpindahan panas akibat gerakan acak molekular sebagai difusi energi.
Hal ini benar bahkan bila tanpa peristiwa tumbukan. Misalnya dalam benda padat,
konduksi terjadi karena aktivitas atomik dalam bentuk vibrasi lattice (kisi). (Bergman
dkk., 2005)

Gambar 2.1 Aktivitas molekular yang menyebabkan perpindahan panas secara


konduksi (Bergman dkk., 2005)

Difusi termal melalui benda padat diatur dalam Hukum Fourier, dimana jika
dalam satu dimensi dinyatakan sebagai
dQ dT
=kA (2.1)
dt dx
Atau bila dinyatakan dalam fluks panas
q x = {dQ} over {Adt} = -k {dT} over {dx}

(2.2)
dQ/dt (kuantitas per satuan waktu) adalah laju alir panas, A ialah luas daerah yang
searah dengan laju alir, dan -dT/dx ialah laju perubahan suhu terhadap jarak aliran
panas, atau disebut gradien suhu. Faktor k disebut sebagai konduktivitas termal, yaitu
sifat karakteristik benda dimana panas mengalir dan bervariasi terhadap temperatur
(Knudson dkk., 1995).

2.3. Konduktivitas Termal k dan Penentuan Eksperimentalnya


Dapat dilihat pada persamaan 2.1, bahwa konduktivitas termal bahan atau k
harus diketahui. Nilai ini merujuk pada sifat angkut (transport property), yang
mengindikasikan laju saat energi dipindahkan oleh proses difusi yang bergantung
pada struktur fisik, atom, serta molekular bahan yang berkaitan dengan keadaan
bahan. Pengangkutan energi termal dapat diakibatkan oleh perpindahan elektron
bebas dan karena gelombang vibrasi kisi (phonon). Kontribusi elektron dominan pada
logam murni, sebaliknya kontribusi phonon dominan dalam bahan nonkonduktor dan
semikonduktor (Bergman dkk., 2005).
Ada banyak metode yang tersedia untuk menemtukan konduktivitas termal

suatu bahan, misalnya teknik steady state (absolut atau komparatif), teknik 3 ,

dan pengukuran difusivitas termal. Teknik-teknik tersebut memiliki keuntungan


sekaligus batasan tersendiri terkait geometri spesifik sampel, misalnya saja teknik 3

digunakan untuk thin film (Tritt, 2004). Berikut beberapa teknik yang dapat

dilakukan untuk mengukur konduktivitas termal berdasarkan kondisi operasi dan


keadaan bahannya.

2.3.1. Metode steady state Pada Bahan Padat


Penentuan konduktansi termal dari sampel ialah pengukuran sifat angkut solid
state dimana perbedaan suhu diseluruh sampel diukur sebagai respon dari sejumlah
daya pemanasan yang diberikan. Konduktivitas termal ialah slope dari hubungan daya

versus perubahan suhu T pada suhu basis suhu dasar yang tetap dan dimensi

sampel yang sama. Teknik steady state ini memerlukan aliran panas ke sampel yang
seragam, sehingga diperlukan heat sinking sampel pada suhu dasar yang stabil begitu
pula dengan heater dan termokopel pada sampel.
Contohnya yaitu dengan menggunakan kawat termokopel dengan diameter
yang kecil (0.001 in.) dan memiliki konduktivitas termal yang rendah, seperti kawat
krom (Tritt, 2004).
Peralatan yang digunakan untuk menentukan konduktivitas termal benda
dapat dilihat pada Gambar 2.3.

a) b)

Gambar 2.3 Peralatan pengukur konduktivitas a) double water jacket; b)single


water jacket (Tritt, 2004).
Peralatan a) terdiri dari plat pemanas elektrik, dua spesimen uji yang identik
dimana panas mengalir, dan dua water jacket yang menghilangkan panas. Suhu pada
kedua sisi muka spesimen dan pada sisi-sisi lainnya diukur menggunakan
thermocouple. Cincin pengaman (guard ring) digunakan untuk menjamin bahwa
semua panas masuk yang terukur pada plat melewati spesimen, nilai kalor hilang dari
sisi-sisinya dapat diabaikan. Guard ring terletak pada sekeliling rangkaian uji dan
terdiri dari auxiliary heater yang diselipkan diantara material yang akan diuji. Ketika
arus memasuki plat pemanas, masukan pada auxiliary heater disesuaikan sehingga
tidak ada perbedaan suhu antara spesimen dan titik yang berdekatan dalam guard
ring. Percobaan dilakukan ketika panas masuk dan suhu di sisi muka antara spesimen
sudah steady (tunak). Peralatan b) juga terdiri dari heater power, termokopel, dan
water jacket pada dasar peralatan. Perbedaannya ialah pada peralatan b) heater
diletakkan diatas spesimen, dan spesimen terpasang pada sistem removable sehingga
mudah dilepas pasang (Kern, 1965; Tritt, 2004).
Nilai k dari pengukuran steady state dapat dihitungdengan persamaan 2.3.
QL
k= (2.3)
TA

dengan Q sebanding dengan I 2 R atau VI Joule dari daya dari power supply.

2.3.2. Metode Komparatif


Pada teknik ini juga dilakukan pendekatan steady state, dengan bahan standar
yang telah diketahui nilai k-nya diletakkan berdampingan (seri) antara pemanas dan
sampel. Dapat diigunakan ketika konduktivitas termal standar sebanding dengan
sampel, namun pengukurannya lebih berpotensi error dikarenakan pengaruh kontak
termal (Tritt, 2004).

Gambar 2.4 Konfigurasi pengukuran konduktivitas termal metode komparatif


(Tritt, 2004).
Daya melewati standar k1 sama dengan daya melewati sampel k2 , dan jika
konduktivitas termal k1 diketahui, maka konduktivitas termal sampel kedua, k2, ialah
k 2=k 1 ( A 1 T 1 L1 / A2 T 2 L2 ) (2.4)

2.3.3. Metode Aliran Radial


Metode aliran panas konvensional (arah longitudinal/linear) dapat
menguntungkan pada temperatur rendah, namun kesalahan pengukuran yang serius
dapat terjadi pada suhu tinggi karena panas hilang akibat radiasi langsung dari
pemanas dan dari permukaan sampel. Dalam metode aliran panas radial, panas
dimasukkan melalui internal sampel, umumnya untuk meminimalkan kehilangan
akibat radiasi dari sumber panas. Metode aliran radial relatif lebih sulit untuk
diterapkan daripada metode aliran linear, dan umumnya tidak digunakan di bawah
suhu kamar. Diagram ilustrasi dari metode aliran radial ditunjukkan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Konfigurasi pengukuran konduktivitas termal metode aliran radial


(Tritt, 2004).
Secara umum, terdapat lima kelas peralatan dalam metode aliran radial
berdasarkan geometrinya, yaitu (Tritt, 2004):
Kelas 1: Kelas paling sederhana berupa geometri silinder dengan sumber daya berada
pada sentral dan diasumsikan panjang tak terbatas.
Kelas 2: Silinder yang terdiri dari kepingan-kepingan yang ditumpuk serta sumber
berada pada sentral, memiliki panjang terbatas.
Kelas 3: Geometri speris dan elips dengan sumber panas yang tertutup sempurna.
Sedikit rumit dalam persiapan sampel
Kelas 4: Sampel silindris konsentrik terdiri dari bahan yang konduktivitas termalnya
diketahui dengan yang tidak dimana sumber panas berada pada sentral
geometri dan perhitungan menggunakan teknik komparatif
Kelas 5: Sampel dengan sistem self-heating secara elektrik, memiliki geometri
silinder dimana distribusi suhu radial dianalisa.
Pada analisa radial steady state, suhu diukur pada dua radius berbeda. Panas yang
mengalir antara dua radius r1 dan r2 dan diasumsikan tidak ada panas yang hilang
secara longitudinal, maka konduktivitas termal k ialah
r1
dr
P=k [ T r 1T r 2 ] / (2.5)
r 2 2 r

r2

k=
Pln
( )
r1
2 L T

(2.6)

Dimana P adalah energi masuk per satuan waktu, L adalah panjang sampel,

T adalah perbedaan suhu antara termokopel, dan r1 dan r2 adalah posisi radial

dari termokopel bagian dalam dan bagian luar, berturut-turut.

2.3.4. Metode Pengukuran Nilai k untuk Cairan dan Gas


Pengukuran konduktivitas cairan dan gas dapat dikatakan lebih sulit
dibandingkan padatan. Jika panas mengalir melalui lapisan tebal cairan atau gas,
maka yang terukur ialah konveksi bebas. Sehingga, untuk mengurangi efek konveksi,
digunakan lapisan yang sangat tipis dan memiliki perbedaan suhu yang rendah.
Metode yang dapat diterapkn pada fluida viskos terdiri dari kawat elektrik yang
dilewati dalam tabung berisi cairan uji. Tabung tersebut dicelupkan dalam constant-
temperature bath. Lalu, resistansi kawat terhadap suhunya dikalibrasi. Konduktivitas
dihitung dari nilai laju panas masuk dan suhu kawat yang dicapai menggunakan
persamaan yang sesuai.
Gambar 2.6 Peralatan konduktivitas cairan (Kern, 1965).
Salah satunya ialah metode Bridgman dan Smith, yang mana terdiri dari
anulus fluida yang sangat tipis diantara dua silinder tembaga yang dicelupkan dalam
constant-temperature bath seperti pada Gambar 2.4. Panas disuplai kedalam silinder
oleh kawat yang dialirkan dari film hingga dihilangkan ke bagian luar silinder dengan
bath. Reservoir digunakan untuk memastikan bahwa anulus penuh oleh cairan dan
sesuai bila fluida berupa gas. Ketebelan film adalah 1/64 in.dan perbedaan temperatur
dijaga agar tetap kecil (Kern, 1965).

2.4. Persamaan Fluks Panas Konduksi


Hukum Fourier, seperti pada persamaan 2.2, mengimplikasikan bahwa fluks
panas merupakan besaran yang bergantung pada arah (vektor). Sehingga, qx adalah
fluks yang arahnya tegak lurus terhadap luas penampang A. Lebih umum, arah aliran
panas akan selalu normal terhadap permukaan yang suhu nya konstan,atau disebut
permukaan isotermal. Tanda negatif pada persamaan 2.2 dikarenakan arah aliran
panas ialah menuju suhu yang rendah, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7 Arah aliran panas satu dimensi (Kern, 1965).
Dengan begitu, fluks panas merupakan kuantitas vektor, yang dapat ditulis
dalam persamaan umum laju konduksi sebagai berikut:
q = -k T = k( i {T} over {x} + j {T} over {y} + k {T} over {z} )

(2.7)
adalah operator del tiga dimensi dan T (x,y,z) adalah bidang temperatur

skalar. Bentuk alternatif dari hukum Fourier ialah


T
q = {q} rsub {n} n=k n
x

(2.8)
Saat distribusi suhu telah diketahi, maka fluks panas konduksi pada setiap titik dalam
medium atau dalam permukaannya dapat dihitung dari persamaan Fourier. Distribusi
suhu ini dapat dinyatakan dalam koordinat kartesian, silindris, dan speris. Pendekatan
yang digunakan ialah menerapkan neraca energi pada volume kontrol diferensial
(Bergman dkk., 2005). Persamaan yang digunakan untuk setiap jenis koordinat
tersebut dapat dilihat sebagai berikut

Tabel 2.1 Persamaan Konduksi Panas pada Koordinat Tertentu


Kartesian (x,y,z)
T T T T
c = ( ) ( ) ( )
k + k +
t x x y y z z
k + q


Komponen vektor fluks panas q^ , adalah :
T T
q^ x =k q^ y =k
x ; y ;

T
q^ z=k
z

Silindris (r, ,z)


T 1 T 1 T T
c =
t r r
kr ( + 2 k )+ k
r r z z ( ) ( )
+ q


Komponen vektor fluks panas q^ , adalah :
T k T T
q^ r=k q^ = q^ z=k
r ; r ; z

Speris (r, ,

T 1 2 T 1 T 1 T
c = 2
t r r
kr ( + 2 )
r r sin
ksin + 2 2( k
r sin
+ q ) ( )

Komponen vektor fluks panas q^ , adalah :
T k T k T
q^ r=k q^ = q^ z=
r ; r ; rsin

2.5. Perpindahan Panas Konveksi


Konveksi adalah perpindahan panas yang terjadi karena adanya gerakan
molekul (massa) pada fluida seperti udara atau air ketika fluida tersebut dipanaskan
atau menerima panas dari suatu sumber panas. Pada konveksi terjadi aliran panas
melalui suatu bulk dan tejadi gerakan makroskopis atom-atom dari rezim panas
menuju rezim dingin. Contoh konveksi yang cukup baik seperti terdapat pada proses
pendidihan air di dalam suatu bejana. Ketika bejana mulai dipanaskan, transfer panas
pertama dari elemen bawah bejana menuju ke air. Ketika air mulai mendidih, akan
terjadi gelembung-gelembung pada beberapa bagian permukaan air sehingga
permukaan air akan naik.Transfer panas dari air panas yang berada pada bagian
bawah menuju ke air yang lebih dingin pada permukaan atas terjadi secara konveksi.
Konveksi terjadi dalam dua bentuk yaitu konveksi alami (natural convection)
dan konveksi paksa (forced convection). Pada konveksi alami, fluida di sekitar
sumber panas menerima sumber panas secara alami. Konveksi alami terjadi karena
adanya perbedaan densitas fluida ketika gravitasi dan beberapa percepatan lainnya
berada di dalam sistem. Sedangkan konveksi paksa, perpindahan panas secara
konveksi karena adanya paksaan seperti dengan menggunakan pompa pada fluida
(Geankoplis, 1995).
Kebanyakan dalam praktis industri, panas yang ditransferkan berasal dari satu
fluida ke fluida lain melalui dinding pemisah antara kedua fluida. Diasumsikan fluida
panas pada suhu t1 mengalir melewati sisi dinding logam dan fluida dingin pada t 7
mengalir melewati sisi lain. Seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Gradien suhu aliran panas steady oleh konduksi dan konveksi
dari fluida panas ke fluida dingin yang dipisahkan oleh
dinding padat Knudson dkk., 1995).
Pada aliran turbulen, ditemukan bahwa, terbentuk zona dimana fluida
berdekatan dengan permukaan dinding lebih tenang, yang disebut sebagai film. Badan
fluida yang semakin dekat dengan dinding cenderung menjadi sedikit turbulen
hingga berkembang menjadi aliran laminer pada daerah yang bersebelahan dengan
dinding. Film ini terdiri dari sebagian daerah dengan aliran yang bergerak laminar (
laminar sublayer) dan sebagian dimana terjadi perpindahan panas konduksi
molekular. Resistensi lapisan laminar terhadap aliran panas akan bervariasi
bergantung pada ketebelan film(Knudson dkk., 1995).
Untuk menghitung laju konveksi antara sistem dengan lingkungan fluida,
maka digunakan koefisien transfer panas (heat transfer coefficient), h. Tidak seperti
konduktivitas termal (k), koefisien transfer panas tidak dipengaruhi oleh sifat material
(bahan), namun dipengaruhi oleh geometri, fluida, temperatur, kecepatan dan
karakteristik lainnya dari sistem pada konveksi yang terjadi. Oleh karena itu koefisien
transfer panas harus diturunkan secara eksperimental untuk setiap sistem yang
dianalisa. Persamaan dan korelasi dapat diperoleh dari beberapa referensi untuk
menghitung koefisien transfer panas pada beberapa konfigurasi dan fluida (Bergman
dkk., 2005).
Q=h i Ai T i=h o A o T o (2.9)

Dengan :
Q = Laju perpindahan panas (btu/jam)
hi = Koefisien perpindahan panas pada inside pipe surface (Btu/(Jam)(ft2)(oF)
Ai= Luas permukaan perpindahan panas (ft2)
Ti = Perbedaan temperatur antara inside pipe fluid dengan inside pipe wall (oF)

2.6. Radiasi
Radiasi termal adalah energi yang diemisikan dalam benda yang tereksitasi
karena suhu; kemudian di serap oleh benda lain pada jarak dari sumber yang
bergantung pada jalur bebas rata-rata dari foton yang diemisikan (Knudson, dkk.,
1995). Radiasi tidak memerlukan medium dalam perpindahan panasnya. Radiasi
sangat baik terjadi dalam suatu keadaan vakum. Contohnya energi matahari, akan
ditransfer menuju ke bumi melalui space vakum. Berdasarkan pada hukum
Termodinamika II, Boltzman laju perpindahan panas dari sumber menuju ke receiver
dirumuskan dengan menggunakan persamaan :
dQ=dA T 4 (2.10)
dengan:
Q = Laju perpindahan panas (btu/jam)
= Emissivity, dimensionless
= Konstanta Stefan Boltzmann (0,173 x 10-4 btu/(hr)(ft2)(oR4)
T = Temperatur (oR)
Semua benda dapat mengemisikan radiasi. Pada gas dan benda padat
semitransparan, seperti gelas dan kristal pada suhu yang tinggi, maka peristiwa emisi
dikategorikan dalam fenomena radiasi volumetrik, yaitu radiasi akibat efek yang
terintegrasi dari seluruh volume. Namun, dalam kebanyakan padatan dan cairan,
radiasi yang dipancarkan dari molekul interior diserap lebih kuat oleh molekul yang
berdekatan. Dengan demikian, radiasi yang dipancarkan dari padatan atau cairan yang
dimulai dari molekul adalah yang berada dalam jarak sekitar 1m dari permukaan
yang terkena. Sehingga,untuk alasan ini, emisi dari padatan atau cair ke dalam gas
yang berdampingan atau ruang hampa dapat dipandang sebagai suatu fenomena
permukaan, kecuali dalam situasi yang melibatkan perangkat nano atau mikro
(bergman, dkk., 2005).

Gambar 2.9 Proses emisi sebagai fenomena volumetrik (kiri) dan sebagai
fenomena permukaan (bergman, dkk., 2005).
DAFTAR PUSTAKA

Bergman, T.L., Lavine, A.S., Incropera, F.P., dan Dewitt, D.P. 2005. Introduction to
Heat Transfer Sixth Edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Geankoplis, C.J. 1995. Transport Process and Unit Operation, 3rd edition. New
Jersey: Prentice Hall.

Kern, DQ. 1965. Process Heat Transfer. Singapura : Mc-Graw-Hill Book Co.

Knudson, J.G., Hottel, HC, Sarofim, A.F., Wankat, P.C., dan Knaebel, K.S. 1997.
Heat and Mass Transfer dalam Robert H. Perry, Dan W. Green, dan James
O. Maloney (Editor). Perrys Chemical Engineers Handbook Seventh Edition.
New York: McGraw-Hill.

McCabe, W.L., Smith, J.C., dan Harriott, P. 1993. Unit Operation of Chemical
Engineering, Fifth Edition. Singapura : Mc-Graw-Hill Book Co

Tritt, T.M. 2004. Thermal Conductivity Theory, Properties, and Applications. New
York: Kluwer Academic/Plenum Publishers.

Anda mungkin juga menyukai