Anda di halaman 1dari 8

LABORATORIUM FENOMENA DASAR

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG II. TUJUAN PRAKTIKUM
Dalam praktikum ini para praktikan diharapkan mampu:
PENGUJIAN KONDUKTIVITAS TERMAL PADA
1. Memahami peristiwa perpindahan panas secara
MATERIAL PADAT SILINDER SATU DIMENSI
konduksi serta parameter-parameter yang
I. PENDAHULUAN mempengaruhinya.
Perpindahan panas akan terjadi apabila ada 2. Melakukan pengujian untuk menentukan nilai
perbedaan temperatur antara dua bagian benda. Dalam konduktivitas termal material.
hal ini, energi berpindah secara konduksi. Pada peristiwa 3. Membandingkan hasil pengujian nilai konduktivitas
konduksi, panas akan berpindah tanpa dikuti aliran termal dengan data literatur.
medium perpindahan panas. Panas akan berpindah secara III. DASAR TEORI
estafet dari satu partikel ke partikel yang lainnya dalam 3.1. Perpindahan Panas Konduksi
medium tersebut. Perpindahan panas merupakan transmisi energi
Salah satu karakteristik material adalah dari suatu daerah ke daerah lainnya sebagai akibat
konduktivitas termal, yaitu sifat bahan yang dari perbedaan temperatur diantara kedua daerah
menunjukkan jumlah panas yang mengalir melintasi satu tersebut. Aliran energi dalam bentuk panas diatur
satuan luas jika gradien temperaturnya satu. tidak hanya oleh satu hukum fisika, tetapi oleh
Konduktivitas termal juga dapat menunjukkan seberapa kombinasi dari berbagai hukum fisika. Perpindahan
cepat kalor mengalir dalam bahan tertentu. Sifat ini panas secara konduksi yaitu perpindahan panas
berguna antara lain untuk rekayasa teknik, seperti dalam dimana panas mengalir di dalam suatu benda (padat,
perencanaan, perhitungan beban pendinginan pada sistem cair, atau gas) yang bersinggungan secara langsung
refrigerasi dan tata udara, perencanaan alat penukar dari daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah
kalor, menentukan apakah sifat suatu bahan itu yang bertemperatur lebih rendah akibat adanya
konduktor atau isolator listrik dan sebagainya. gradien temperatur pada benda tersebut. Laju dan

1
perpindahan panas tidak dapat diukur secara 3.2. Hukum Dasar Konduksi Panas
langsung tetapi hal tersebut dapat diamati dengan Jika pada suatu benda terdapat gradien
cara melakukan pengukuran temperatur yang temperatur, maka akan terjadi perpindahan energi
merupakan parameter dari laju aliran panas. dari bagian bersuhu tinggi ke bagian bersuhu rendah.
Perpindahan panas konduksi dapat terjadi satu, Kalau energi berpindah secara konduksi maka
dua dan tiga dimensi. Konduksi satu dimensi terjadi perpindahan energi tersebut berbanding dengan
jika suatu sistem dimana suhu dan aliran panas gradien suhu normal.
hanya fungsi dari satu koordinat saja. Sedangkan Konduktivitas termal (thermal conductivity)
untuk konduksi dua dan tiga dimensi, suhu didefinisikan oleh persamaan Fourier :
merupakan fungsi dari dua atau bahkan mungkin tiga T
q  kA (1)
koordinat. Jika kita tinjau dari proses aliran x

perpindahan panas terdapat dua proses yaitu kondisi Dimana :

stedi (steady state) dan kondisi transient (transient) q = laju perpindahan kalor (Btu/h atau W)

atau tak-stedi (unsteady). Kondisi stedi yaitu jika A = luas bidang tempat berlangsungnya

laju aliran panas dalam suatu sistem tidak berubah perpindahan kalor (ft² atau m²)

dengan waktu atau bila laju tersebut konstan maka T


= gradien atau landaian suhu (temperature
x
suhu dititik manapun tidak berubah dan kecepatan
gradient) dalam arah arah perpindahan kalor
fluks masuk panas pada titik manapun dari system
(oF/ft atau oC/m)
harus tepat sama dengan fluks keluar dan tidak dapat
k = konduktivitas termal (Btu/h.ft.°F atau
terjadi perubahan energi dalam. Aliran panas dalam
W/m.°C)
suatu sistem transien jika suhu diberbagai titik dari
Sedangkan tanda negatif merupakan tanda
suatu sistem tersebut berubah dengan waktu.
bahwa kalor mengalir ke suhu yang lebih rendah.

2
3.3. Persamaan Konduksi Panas Pada Keadaan Stedi- L
Rk  (3)
Satu Dimensi Ak

Distribusi temperatur dalam sistem satu dimensi Ak


Kk  (4)
L
hanya dinyatakan dengan satu variabel saja, x pada
bidang datar dan r pada bentuk silindris dan bola.
Pendekatan pada bentuk silindris satu dimensi terjadi
Thot
bila panjang aksialnya sangat besar dibandingkan
T(x)
dengan jari-jarinya, selain itu pendekatan juga dapat
Tcold

dilakukan jika kondisi akhir pada bentuk silindris


menghasilkan gradien temperatur yang seragam x

dalam arah r, , dan z, hal ini dapat diperoleh kalau


L
kedua ujung yaitu bagian atas dan bawah dari suatu
Gambar 5.1. Distribusi temperatur untuk konduksi
silinder diisolasi sempurna.
steady-state melalui sebuah dinding datar
1) Dinding Datar
Untuk kasus sederhana aliran panas steady-state
2) Silinder Berlubang
yang melalui dinding datar, gradien temperatur dan
Aliran panas radial dengan cara konduksi
aliran panas tidak tergantung pada waktu dan luas
melalui silinder berpenampang lingkaran yang
area sepanjang aliran panas adalah seragam.
berlubang merupakan soal konduksi satu dimensi.
q
Ak
Thot  Tcold   T (2) Contoh yang khas adalah konduksi melalui pipa dan
L L Ak
melalui isolasi pipa.
Dengan L/Ak setara dengan tahanan termal
Jika silinder itu homogen dan cukup panjang
(Rk). Sedangkan hantaran termal (Kk) yaitu:
sehingga pengaruh ujung-ujungnya dapat diabaikan
dan suhu permukaan dalamnya konstan pada Ti
3
sedangklan suhu luarnya dipertahankan pada T0. laju perpindahan panas dalam dinding komposit
Maka persamaan laju panas konduksinya adalah: dapat diperoleh dengan menggambarkan rangkaian
Ti  T0 termalnya.
qk 
ln r0 ri 
(5)

2kl hi h0
L1 L2
Ti

T1 K1 K2
q q
l T2

T3
T0

T0 R1 R2 R3 R4

r0 Ti
ri
r
Rangkaian Panas
dr
Gambar 5.3. Struktur komposit dinding datar
Gambar 5.2. Sketsa yang melukiskan nomenklatur untuk
konduksi melalui silinder berlubang. Pada kondisi seperti gambar di atas, aliran panas
adalah sama pada semua lapisan dinding dan sisi
3) Dinding Datar (Struktur Komposit Satu dengan temperatur yang tinggi ke sisi dengan
Dimensi) temperatur yang lebih rendah. Jika luas dinding A
Struktur komposit yaitu bila struktur tersebut sama untuk semua lapisan dinding maka berlaku:
terdiri dari lebih dari satu macam bahan yang Ti  T0
q (6)
dirangkapkan. Pemecahan persoalan panas konduksi 1 L L 1
 1  2 
di dalam strutur dinding komposit dapat dilakukan hi A k1 A k 2 A h0 A

secara analitik, persamaan-persamaan yang mengatur


4
4) Silinder (Pada Struktur Komposit Satu
Dimensi) Sumber Kalor

Suatu metode yang sangat sederhana untuk


pengukuran konduktivitas termal logam ialah seperti
A Harga K diketahui
yang digambarkan pada gambar 4. Sebuah batang
logam A yang konduktivitas termalnya diketahui,
dihubungkan dengan batang logam B yang Termokopel
Harga K tidak
B diketahui
konduktivitas termalnya akan diukur. Sebuah sumber
kalor (heat source) dan comber kalor (heat sink)
dihubungkan dengan ujung batang gabungan itu, dan
Comber Kalor
rakitan itu dibalut dengan bahan isolasi untuk
membuat kehilangan kalor ke lingkungan minimum Gambar 5.4. Skema alat untuk pengujian
dan menjaga agar aliran kalor melalui batangan itu konduktivitas termal
bersifat satu dimensi. Pada kedua bahan yang
diketahui dan yang tidak diketahui, ditempelkan atau IV. PERALATAN DAN BAHAN PENGUJIAN
ditanamkan termokopel. Jika gradient suhu melalui 4.2. Bahan Pengujian
bahan-bahan yang diketahui diukur, aliran kalor akan 1. Material standar: kuningan (k = 89.7 W/m.K), 
dapat ditentukan. = 25 mm, l = 30 mm
Aliran kalor ini selanjutnya digunakan untuk 2. Material uji: baja, kuningan, nilon dengan
menghitung konduktivitas termal bahan yang tak dimensi  = 25 mm, l = 30 mm
diketahui. Jadi : 3. Silikon heat transfer
 dT   dT  4. Air
q  k A A   k B A  (5)
 dx  A  dx  B

5
4.1. Peralatan Pengujian
V. PROSEDUR PENGUJIAN
T1 T2 T3 T4 T5 T6
5.1. Persiapan Pengujian
Termokopel (Tipe T)
1. Memberi silikon heat transfer pada permukaan
Isolator (Kayu Jati) kontak antara silinder material standar
Penahan
(kuningan) dan permukaan silinder material uji
Pemanas (Heater)
Baut Pengencang 2. Memasukan material uji ke dalam alat uji
Pegas Penahan heater Lubang (Aliran Fluida pendingin)
Spesimen Uji 3. Menempatkan isolator (kayu) pada rangka alat
Spesimen Standard
uji
4. Merekatkan dan mengencangkan antara kedua
bagian isolator (kayu) dengan memutar baut
Gambar 5.5. Bagian-bagian alat uji konduktivitas termal pengencang
5. Memasang sensor temperatur (termokopel) pada
Keterangan gambar: titik-titik lubang yang telah disediakan pada
1. Rangka/Support dan Spesimen Uji isolator.
2. Voltmeter 6. Cara: mengukur kedalaman lubang terlebih
3. Amperemeter dahulu dengan menggunakan jarum, kemudian
4. Termokopel Tipe T (6 buah) membandingkannya dengan panjang termokopel
5. Heater yang akan dimasukan pada lubang alat uji.
6. Termometer 7. Menghubungkan selang aliran air pendingin
7. Wadah/bak untuk sirkulasi air pada pompa yang ditempatkan pada wadah/ bak
untuk sirkulasi aliran air.

6
5.2. Pengukuran 2. Galat (error)
1. Menghidupkan pompa untuk sirkulasi air Nilai sejati (true value) = aproksimasi + galat
2. Menghidupkan heater dengan mengatur tegangan Galat (Et) = nilai sejati - aproksimasi
dan arus hingga menunjukkan daya 6 watt Galat
t   100 %
3. Membaca dan memantau hasil pengukuran Nilai Sejati

keempat sensor temperatur


4. Mencatat data awal dan kenaikan temperatur
setiap 20 detik pada laporan sementara yang telah 3. Ketidakpastian hasil pengukuran
disediakan hingga dicapai pembacaan temperatur k s T1  T2 
k uji 
pada kondisi tunak (steady state) T3  T4 
5. Hentikan pengamatan ketika kondisi sudah  2 2 2 2 1/ 2

 Kuji   K   K   K 
mencapai steady atau sudah tidak ada perubahan wKuji 
  
T1 
 
wT1
2
 
  uji  wT2
2
 
  uji  wT3
2
 
  uji  wT4
2 


  T2   T3   T4  

temperatur
6. Matikan heater dan pompa Dimana :

Lakukan langkah-langkah mulai dari poin 5.1 hingga 5.2- Kuji ks


 
T1 T3  T4
6 untuk material uji lainnya.
Kuji ks
 
T2 T3  T4 
VI. DIAGRAM DAN ANALISA
Kuji k T  T 
Buat grafik dengan menggunakan fasilitas komputer,    s 1 22
T3 T3  T4 
kemudian menganalisa dengan menggunakan rumus-
Kuji ks T1  T2 
rumus dasar teori.  
T4 T3  T4 2
1. Perolehan nilai konduktivitas termal dengan
 wT = σ = Deviasi Standar
menggunakan persamaan

7
1 2
1 n 
     x i  x m 2 
 n i 1 

Dimana :
n = jumlah sampel
xi = sampel ke i
xm = rata-rata sampel

GRAFIK HASIL PENGUJIAN


160

140

120
T1

100
T2
T3
T (oC)

80
T4
T5
60

T6
40

20

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
x (mm)

Gambar 5.6. Contoh grafik hasil pengukuran

Anda mungkin juga menyukai