Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1. Menghitung kecepatan perpindahan panas
2. Menghitung temperatur rata – rata logaritmus (LMTD)
3. Menghitung koefisien perpindahan panas keseluruhan (UD)
4. Mengetahui perbandingan arus aliran searah dengan berlawanan arah
5. Menentukan bilangan Nusselt, Reynold dan Prandtl
1.2 Dasar Teori
1.2.1 Perpindahan Panas
Perpindahan panas dapat didefenisikan sebagai berpindahnya energy dari satu
daerah ke daerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah – daerah tersebut. Hal
ikhwal aliran panas bersifat universal yang berkaitan dengan tarikan gravitasi.
Secara umum ada tiga cara perpindahan panas yang berbeda yaitu : konduksi (
conduction ; dikenal dengan istilah hantaran), radiasi ( radiation ) dan konveksi (
convection ; dikenal dengan istilah ilian). Jika kita berbicara secara tepat, maka hanya
konduksi dan radiasi dapat digolongkan sebagai proses perpindahan panas, karena hanya
kedua mekanisme ini yang tergantung pada beda suhu. Sedang konveksi, tidak secara tepat
memenuhi definisi perpindahan panas, karena untuk penyelenggaraanya bergantung pada
transport massa mekanik pula. Tetapi karena konveksi juga menghasilkan pemindahan
energi dari daerah yang bersuhu lebih tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah, maka
istilah “perpindahan panas dengan cara konveksi” telah diterima secara umum [1].
a. Perpindahan Panas Konduksi
Jika dalam suatu bahan kontinu terdapat gradien (landaian) suhu, maka kalor
akan mengalir tanpa disertai oleh sesuatu gerakan zat. Aliran kalor seperti ini disebut
konduksi atau hantaran.
Perpindahan panas secara konduksi dapat berlangsung dengan media gas,
cairan, atau padatan. Jika media untuk perpindahan panas konduksi berupa gas yang
suhunya tinggi, molekul – molekul gas yang akan bergerak dengan kecepatan lebih
tinggi dari pada molekul gas yang suhunya lebih rendah [2].
b. Perpindahan Panas Konveksi
Bila arus atau partikel – partikel makroskopik fluida melintas suatu permukaan
tertentu, seperti umpamanya, bidang batas suatu volum kendali, arus itu akan ikut
membawa serta sejumlah tertentu entalpi. Aliran entalpi demikian disebut konveksi.
Perpindahan panas secara konveksi dapat berlangsung dengan media cairan atau
gas yang suhunya lebih tinggi mengalir ke tempat yang suhunya lebih rendah,
memberikan panasnya pada permukaan yang suhunya lebih rendah.
Dalam menentukan nilai dari koefisien perpindahan kalor konveksi perlu
diperhatikan beberapa parameter tak berdimensi (dimensionless parameter).Dalam hal
ini, memberikan persamaan uumum menjadi lebih sederhana dimana koefisien
perpindahan kalor dapat dihitung. Adapun parameter tak berdimensi seperti bilangan
Reynolds, bilangan Nusselt, dan bilangan Prandtl biasa digunakan dalam menentukan
nilai dari koefisien perpindahan kalor [2].
a) Bilangan Reynolds
Bilangan Reynolds merupakan besaran fisis yang tidak berdimensi.
Bilangan ini dipergunakan sebagai acuan dalam membedakan aliran
laminerdan turbulen di satu pihak, dan di lain pihak dapat dimanfaatkan
sebagai acuan untuk mengetahui jenis-jenis aliran yang berlangsung dalam
air. Hal ini didasarkan pada suatu keadaan bahwa dalam satu tabung/pipa
atau dalam satu tempat mengalirnya air, sering terjadi perubahan bentuk
aliran yang satu menjadi aliran yang lain.
Untuk menentukan nilai dari Reynolds number (Re) untuk aliran
dalam pipa digunakan :
Dvρ
ℜ=
μ
Dimana :
Re : Bilangan Reynolds
v : Kecepatan aliran fluida (m3/min)
ρ : Densitas fluida (kg/m3)
D : Diameter pipa (m)
µ : Viskositas dinamik fluida (Ns/m2)
b) Bilangan Nusselt
Bilangan Nusselt (Nu) yang dapat didefinisikan sebagai rasio
perpindahan kalor konveksi fluida dengan perpindahan kalor konduksi fluida
dalam kondisi yang sama.
c) Bilangan Prandtl
Bilangan Prandtl merupakan rasio kinematic viskositas (v) fluida
dengan difusivitas kalor (α), dimana bilangan Prandtl merupakan properties
thermodinamika dari fluida.
v μ cp
Pr= =
∝ k
Dimana :
Pr : Bilangan Prandtl
v : viskositas kinematic fluida (m2/s)
α : thermal diffusivity (m2/s)
cp : kalor spesifik (J/kg.˚K)
µ : viskositas dinamik fluida (N.s/m2)
k : konduktifitas kalor fluida (W/m.K)

Perpindahan panas konveksi terbagi menjadi dua jenis, yaitu :


1. Konveksi Alami (Bebas)
Konveksi alami (konveksi bebas) terjadi karena fluida bergerak secara
alamiah dimana pergerakan fluida tersebut lebih disebabkan oleh perbedaan
massa jenis fluida akibat adanya variasi suhu pada fluida tersebut. Logikanya,
kalau suhu fluida tinggi, tentunya dia akan menjadi lebih ringan dan mulai
bergerak keatas.
Aplikasi konveksi alami seperti proses pemanasan air menggunakan
pemanas listrik juga mirip dengan kasus di atas. Elemen pemanas memiliki
suhu yang lebih tinggi sedangkan air yang berada di sekitarnya memiliki suhu
yang lebih rendah. Karena terdapat perbedaan suhu, maka kalor mengalir dari
elemen pemanas menuju air yang menempel dengannya. Perpindahan kalor
dari elemen pemanas menuju air terjadi secara konduksi. Sebaliknya, proses
perpindahan kalor dalam air terjadi secara konveksi. arus konveksi udara
yang membantu asap bergerak naik atau cerobong asap.
2. Konveksi Paksa

Konveksi paksa terjadi karena bergeraknya fluida bukan karena faktor


alamiah. Fluida bergerak karena adanya alat yang digunakan untuk
menggerakkan fluida tersebut, seperti kipas, pompa, blower dan sebagainya.

Pengaplikasian konveksi paksa seperti sistem suplai air panas. Prinsip


kerjanya adalah air panas di dalam ketel naik ke bagian atas tangki
penyimpan. Air dingin di dalam tangki utama kemudian turun menuju ke
ketel untuk dipanaskan. Tangki utama dihubungkan ke suplai air dingin oleh
katup yang dikendalikan oleh pelampung. Jika ketinggian air di dalam tangki
utama berada di bawah ketinggian minimum tertentu, maka pelampung akan
membuka katup suplai air. Pipa luapan berfungsi mengalirkan luapan air
panas yang dihasilkan ke dalam tangki utama.

c. Perpindahan Panas Radiasi


Radiasi adalah proses dimana panas mengalir dari benda yang bersuhu tinggi ke
benda yang bersuhu rendah, bila benda – benda itu terpisah didalam ruang, bahkan bila
terdapat ruang hampa diantara benda – benda tersebut.
Semua benda memancarkan panas radiasi secara terus menerus. Intensitas
pancaran tergantung pada suhu dan sifat permukaan . Energi radiasi bergerak dengan
kecepatan cahaya ( 3x10 m/s) dan gejala – gejalanya menyerupai 8 radiasi cahaya.
Menurut teori elektromagnetik, radiasi cahaya dan radiasi termal hanya berbeda dalam
panjang gelombang masing – masing [1].
1.2.2 Perubahan Energi Panas
Panas adalah salah satu bentuk energi. jika suatu zat menerima atau melepas panas,
maka ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, terjadinya perubahan temperatur dari zat
tersebut yang disebut panas sensibel (sensibel heat) dan yang kedua adalah terjadinya
perubahan fase zat yang disebut panas laten (latent heat).
a. Panas sensible (sensibel heat)
Apabila suatu zat menerima kalor sensible maka akan mengalami peningkatan
temperatur, namun jika zat tersebut melepas kalor maka akan mengalami penurunan
temperatur. Persamaan panas sinsibel adalah sebagai berikut:

Q=m. Cp. ∆ T …………………Pers(1.3)

Keterangan :
Q : Energi panas yang dilepas atau diterima suatu zat (J)
m : Massa zat yang mengalami perubahan temperatur (kg)
Cp : Kalor jenis zat(J/kg.K)
∆ T : Perubahan temperatur yang terjadi (K)
b. Panas Laten (latent heat)
Jika suatu zat menerima atau melepas panas, pada awalnya akan terjadi
perubahan temperatur, namun demikian hal tersebut suatu saat akan mencapai keadaan
jenuhnya dan menyebabkan perubahan fase. Panas yang demikian itu disebut panas
laten. Pada suatu zat terdapat dua macam panas laten yaitu panas laten pembekuan atau
peleburan dan panas laten penguapan atau pengembunan. Panas laten suatu zat biasanya
lebih besar dari panas sensible. Hal ini dikarenakan diperlukan energi yang besar untuk
merubah suatu fase suatu zat.
Secara umum panas laten mengunakan persamaan sebagai berikut :
Q=m. λ…………………Pers(1.4)
Keterangan :
Q : Energi panas yang dilepas atau diterima suatu zat (J)
m : Massa zat yang mengalami perubahan temperatur (kg)
λ : Panas laten (kJ/kg)
1.2.3 Heat Exchanger
Menurut Incropera dan Dewitt (1981), efektivitas suatu heat exchanger didefinisikan
sebagai perbandingan antara perpindahan panas yang diharapkan (nyata) dengan
perpindahan panas maksimum yang mungkin terjadi dalam heat exchanger tersebut. Secara
umum pengertian alat penukar panas atau heat exchanger (HE), adalah suatu alat yang
memungkinkan perpindahan panas dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai
pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai uap lewat panas (super heated steam) dan air
biasa sebagai air pendingin (cooling water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar
perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi
karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang memisahkannya maupun
keduanya bercampur langsung begitu saja. Penukar panas sangat luas dipakai dalam industri
seperti kilang minyak, pabrik kimia maupun petrokimia, industri gas alam,
refrigerasi,pembangkit listrik. Salah satu contoh sederhana dari alat penukar panas adalah
radiator mobil di mana cairan pendingin memindahkan panas mesin ke udara sekitar [3].

Tipe aliran di dalam alat penukar panas ini ada 4 macam aliran yaitu :

1. Counter current flow (aliran berlawanan arah)


2. Paralel flow/co current flow (aliran searah)
3. Cross flow (aliran silang)
4. Cross counter flow (aliran silang berlawanan)

1.2.4 Double Pipe Heat Exchanger


Double pipe heat exchanger atau consentric tube heat exchanger yang ditunjukkan
pada gambar 2.1 di mana suatu aliran fluida dalam pipa seperti pada gambar 2.1 mengalir
dari titik A ke titik B, dengan space berbentuk U yang mengalir di dalam pipa. Cairan yang
mengalir dapat berupa aliran cocurrent atau countercurrent. Alat pemanas ini dapat dibuat
dari pipa yang panjang dan dihubungkan satu sama lain hingga membentuk U. Double pipe
heat exchanger merupakan alat yang cocok dikondisikan untuk aliran dengan laju aliran
yang kecil [3].
Gambar 1. Aliran Double Pipe Heat Exchanger

Gambar 2. Hairpin Heat Exchanger

Exchanger ini menyediakan true counter current flow dan cocok untuk extreme
temperature crossing, tekanan tinggi dan rendah untuk kebutuhan surface area yang
moderat (range surface area: 1 – 6000 ft2). Hairpin heat exchanger tersedia dalam :

- Single tube (double pipe) atau berbagai tabung dalam suatu hairpin shell (multitube),
- Bare tubes, finned tube, U-Tubes,
- Straight tubes,
- Fixed tube sheets

Double pipe heat exchanger sangatlah berguna karena ini bisa digunakan dan
dipasang pada pipe-fitting dari bagian standar dan menghasilkan luas permukaan panas yang
besar.

Double pipe exchangers biasanya dipasang dalam 12-, 15- atau 20-ft Panjang efektif,
panjang efektif dapat membuat jarak dalam each leg over di mana terjadi perpindahan panas
dan mengeluarkan inner pipe yang menonjol melewati the exchanger section.(Kern, 1983).

Susunan dari concentric tube ditunjukan pada gambar di bawah ini. Aliran dalam
type heat exchanger dapat bersifat cocurrent atau counter current dimana aliran fluida
panas ada pada inner pipe dan fluida dingin pada annulus pipe.
Gambar 3. Double Pipe Heat Exchanger Aliran Co-Current dan Counter Current

Pada susunan cocurrent maka fluida di dalam tube sebelah dalam (inner tubes)
maupun yang di luar tube (dalam annulus), artinya satu lintasan tanpa cabang. Sedangkan
pada aliran counter current, di dalam tube sebelah dalam dan fluida di dalam annulus
masing-masing mempunyai cabang seperti terlihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.

Gambar 4. Double Pipe Heat Exchanger In Series

Gambar 5. Double Pipe Heat Exchangers in Series-Parallel

Keuntungan dan kerugian penggunaan double pipe heat exchanger:


a) Keuntungan
1. Penggunaan longitudinal tinned tubes akan mengakibatkan suatu heat exchanger
untuk shell sides fluids yang mempunyai suatu low heat transfer coefficient.
2. Counter current flow mengakibatkan penurunan kebutuhan surface area permukaan
untuk service yang mempunyai suatu temperature cross.
3. Potensi kebutuhan untuk ekspansi joint adalah dihapuskan dalam kaitan dengan
konstruksi pipa-U.
4. Konstruksi sederhana dalam penggantian tabung dan pembersihan.
b) Kerugian
a) Bagian hairpin adalah desain khusus yang mana secara normal tidak dibangun
untuk industri standar dimanapun selain ASME code.
b) Bagian multiple hairpin tidaklah selisih secara ekonomis bersaing dengan single
shell dan tube heat exchanger.
c) Desain penutup memerlukan gasket khusus.

Beberapa perhitungan pada alat Heat Excheanger (Double Pipe)[2]:


1. Distribusi Temperatur pada Alat Perpindahan Panas Berbentuk Tabung konsentris yang
Sederhana.
Perbedaan temperatur antara dua aliran bervariasi tergantung pada posisi dalam alat
perpindahan panas, data ditunjukkan bahwa antara dua aliran fluida perbedaan temperature
rata-rata logaritmik (LMTD) dirumuskan:
( t 3−t 7 )−(t 6−t 0)
LMTD= (t 3−t 7)
ln
(t 6−t 0)
Keterangan :
t3: Temperatur fluida panas masuk
t6: Temperatur fluida panas keluar
t7: Temperatur fluida dingin keluar/masuk
t0: Temperatur fluida dingin keluar/masuk
Jadi, kecepatan perpindahan panas berbentuk tabung konsentris yang sederhana.
Q = U x A x LMTD
Pada alat-alat Hilton water-water turbulen flow heat taransfer unit, perpindahan panas
telah dibagi menjadi tiga bagian dengan memisahkan aliran panas dan dingin dengan batas
intermediate (antara). Ini memudahkan perhitungan kondisi temperatur intermediate.
1. Koefisien Perpindahan Panas Permukaan dalam Tube inti
hi = Q / (Ai x (LMTD)i)

2. Koefisien Perpindahan Panas Permukaan luar Tube inti


ho = (Ao x (LMTD)o)

2. Toleransi dari Koefisiensi Perpindahan Panas


Dengan meninjau temperatur dan kecepatan aliran massa dari kedua aliran, hal-hal yang
dapat dihitung :
- Perpindahan panas dari air panas
Qi = mi x Cpi x (t3 – t7)
- Perpindahan panas dari air dingin
Qi = mo x Cpi x (t6 - to)

3. Koefisien Transfer Panas Overall, U (Dinding Plat Datar)


Kecepatan transfer panas antara dua fluida melalui dinding pemisah yang datar, dapat
dihitung dengan persamaan:
Q = Ud x A x LMTD
Koefisien perpindahan panas keseluruhan
Ud = Q / (Am x LMTD overall)

4. Log Mean Temperature Difference (LMTD)


Sebelum menentukan luas permukaan panas alat penukar kalor, maka ditentukan dulu nilai
dari ΔT . ΔT dihitung berdasarkan temperatur dari fluida yang masuk dan keluar. Selisih
temperatur rata-rata logaritmik (Tlm) (logarithmicmean overall temperature difference-
LMTD) dapat dihitung dengan formula berikut :
( t 3−t 7 )−(t 6−t 0)
LMTD= (t 3−t 7)
ln
(t 6−t 0)
1.2.5 Air
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui
sampai saat ini di Bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan
Bumi.Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-
satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan Bumi dalam ketiga wujudnya tersebut.
Pengelolaan sumber daya air yang kurang baik dapat menyebakan kekurangan air,
monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut konflik. Indonesia telah memiliki
undang-undang yang mengatur sumber daya air sejak tahun 2004, yakni Undang Undang
nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Berbagai jenis operasi di industri membutuhkan air yang disebut air industri. Air
industri ini meliputi: air proses, air umpan boiler, air pendingin(cooling water), air sanitasi
dan air limbah. Kelima jenis air ini memerlukan tingkat pengolahan yang berbeda dan
secara umum tingkat pengolahan air industri, akan tergantung pada sumber air darimana air
baku diambil dan juga maksud penggunaan terhadap air hasil olahan tersebut[2].
BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan
- Satu unit alat Heat Exchanger
a. L pipa kecil (L) = 3 x 350 x 10-3 m
b. D pipa kecil bagian dalam (Dp) = 7,9 x 10-3m
c. D pipa kecil bagian luar (D1) = 9,5 x 10-3m
d. D pipa besae bagian dalam (D2) = 11,1 x 10-3 m
- Satu alat stopwatch

Bahan yang digunakan


- Air
2.2 Prosedur Percobaan
1. Mengalirkan aliran listrik dengan memasukan steker ke sumber arus listrik untuk masing-
masing alat pompa dan alat Heat Exchanger
2. Menyalakan pompa dan menyalakan Heat Exchanger
3. Mengatur kran kontrol aliran searah(co-current)
4. Mengatur Cooling Water pada posisi 30 g/s
5. Mengatur High Flowrate pada posisi 3 L/min
6. Mengatur Low Flowrate pada posisi 4; 7,5; 12,5; 17,5; 22,5; 32,5 g/s
7. Memutar kran temperatur pada posisi t3, dan setiap dicapai suhu yang konstan dilanjutkan
dari t0 sampai t9.
8. Melakukan pengambilan data setiap 1 menit dari t0 sampai t9
9. Mencatat data t0 sampai t9
10. Mengulangi langkah 2-9,

a. Pada langkah 3 mengatur kran kontrol aliran menjadi berlawanan arah (counter current)
b. Pada langkah 4 mengatur Heat Water pada posisi 15 g/s

11. Setelah melakukan percobaan, mematikan dan memutuskan aliran listrik pada pompa dan
alat Heat Exchanger
12. Membersihkan alat percobaan.
Fitting poht/cap Pressure reset valve
Cooling water inlet
Cool in
Cocurrent flow
heater

Cooling water
Flow control Drain
Sight
glass Counter current
flow
Water flowmeter

T3
T5

Low flow meter and


Heat exhanger
High
pressure

control
T7
meter

T8
T1
Termometer indicator

Heater power High


Cold water indicator flow
in control
Heater control valve
T10

Main Heater
T6 switch
switch

pump
T2
Tank
T9 drain

T4
Heat exchange
drain
BAB III

DATA DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan

Tabel 3.1.1 Data Temperatur Aliran Counter current dengan Q hot = 15 g/s

Cooling Low
NO Water Flowrate T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
(g/s) (g/s)
1 4   29,2 37,7 33,7 39,7 42,9 47,1 45,5 34,6 50 47,2
2 7,5   30,7 66,4 45,2 70,3 68,7 65,2 58,1 62 65 45,6
3 12,5   29,8 70,1 43,6 76,9 72,7 67 58,4 56,8 48,6 40,1
4 17,5 15 30,2 68 41,3 77,6 72,2 65,9 56,9 52,6 44,3 37,1
5 22,5   29,6 62,3 38,3 76 69 61,7 52,9 45,7 39,4 34,3
6 27,5   29,5 57,8 36,7 74,2 66,5 59,2 50,8 43,8 38,3 33,7
7 32,5   30 54,2 35,7 72,6 64,4 57,1 48,7 41,7 37 33,4

Tabel 3.1.2 Data Temperatur Aliran Co-current dengan Q hot = 15 g/s

Cooling Low
NO Water Flowrate T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
(g/s) (g/s)
1 4   66,7 69,6 71,1 77,2 74,5 73,2 72,8 33,4 63,9 71,4
2 7,5   71,5 66,1 73,7 46,2 78,8 74,9 71,8 32,1 53 62
3 12,5   55,6 56,8 60,9 80,3 72,6 67,3 63,8 31,3 44,3 52,3
4 17,5 15 52,3 55,8 57,4 82 73,2 66,6 61,4 31,8 41,6 48,4
5 22,5   48,6 53,6 53,1 81 71,1 64,2 58,4 31,6 39,4 45
6 27,5   45,9 50,6 49,7 78,6 68,4 61,4 55,6 31,4 38,2 42,6
7 32,5   43,1 48,8 47,1 76,5 66,2 58,9 53,2 31,7 37 40,7

Tabel 3.1.3 Data Temperatur Aliran Co-current dengan Q cold = 30 g/s

Cooling Low
NO Water Flowrate T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
(g/s) (g/s)
1 30 4 37,8 43 39,3 81,4 67.7 56,2 46,9 32 35,6 37,9
2 30 7,5 40,4 47,3 43,6 84,3 71.6 60,6 52,8 32,3 36,8 40,2
3 30 12,5 45,3 52,4 49,8 85 72,2 63,5 56,5 32,4 38,6 43
4 30 17,5 46,5 52,6 51,1 80,2 69,8 62,5 56,9 32,4 39,1 43,6
5 30 22,5 46,7 52 51,4 73,8 66,1 60,6 55,9 32,7 39,4 43,6
6 30 27,5 46,2 50,4 50,8 69 62,9 58,9 54,9 33 39 43,3
7 30 32,5 45,5 49,2 50,4 65,2 60,5 57,1 54 32,9 38,9 43,2

Tabel 3.1.4 Data Temperatur Aliran Counter current dengan Q cold = 30 g/s

NO Cooling Low T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 Tg
Water Flowrate
(g/s) (g/s)
1 30 4 32,4 43 33,7 65,8 58,2 49,7 40,7 37 34,7 33,5
2 30 7,5 32,1 52,7 34,8 80,1 69,5 58,3 48,3 40,7 37 34,2
3 30 12,5 31,9 59,4 37,9 81 70,8 61,5 52,4 45,5 39,7 36
4 30 17,5 31,8 60,3 38,6 77,9 69,9 62,1 53,6 46,8 40,8 36,4
5 30 22,5 31,7 59,3 39,6 72,7 66,6 60,6 53,5 47 41,2 36,9
6 30 27,5 31,5 57,1 39,6 67,7 63,3 58,4 52,3 46,1 40,5 36,6
7 30 32,5 31,4 55,3 39,7 63,9 60,6 57,1 51,9 45,7 40,8 36,7

3.2 Data Perhitungan

Tabel 3.2.1 Data Perhitungan aliran Counter Current dengan Q hot = 15 g/s

Tav LMTDi LMTDo LMTDoverall Qh (J/s) UD μ (Cp) μ (g/cm.s)

42,6 5,521275 7,952942697 9,63917995 -400,51 -55,4742 0,69 0,0069


64,2 7,523506 12,57560074 15,99279907 833,7753 69,60536 0,48 0,0048
67,65 10,28668 19,98321194 24,10069649 1261,93 69,90753 0,45 0,0045
67,25 12,35819 20,53440121 25,84068074 1412,318 72,97039 0,46 0,0046
64,45 14,14523 19,76105841 26,64693758 1578,532 79,09048 0,47 0,0047
62,5 15,22105 17,39545924 25,58080115 1600,773 83,54758 0,49 0,0049
60,65 15,54398 15,39244989 24,29153054 1636,546 89,94802 0,5 0,005

Re Tav (F) K (Btu/hr.ft.F) K (J/cm.s.C) Pr Nu

3796,36 0,00634022 4,54905 30,7886


9 108,68 0,36621 2 2 7
5506,89 3,01347 35,1625
1 147,56 0,38457 0,00665809 7 3
5831,66 0,00670886 2,80375 35,7649
3 153,77 0,3875025 1 5 6
5705,90 0,00670297 2,86857 35,4694
4 153,05 0,3871625 4 7 2
5591,07 0,00666176 2,94906 35,2856
1 148,01 0,3847825 9 6 1
5370,87 0,00663307 34,8038
6 144,5 0,383125 3 3,08786 2
0,00660584 3,16386 34,6161
5270,24
141,17 0,3815525 8 3 9

Tabel 3.2.2 Data Perhitungan aliran Counter Current dengan Q cold = 30 g/s
LMTDi LMTDo LMTDoverall Qc (J/s) UD μ (Cp) μ (g/cm.s)
Tav
36,15 13,38019 7,087913802 16,4775119 576,84 46,73927 0,75 0,0075
38,05 19,63684 13,99512072 26,10394442 1078,44 55,15794 0,73 0,0073
38,95 17,81482 16,98684091 27,31703996 1705,44 83,35295 0,7 0,007
38,8 16,26538 17,31980108 26,17522176 1881 95,94373 0,7 0,007
38,7 13,64847 16,59937491 23,6965353 1918,62 108,0992 0,7 0,007
38,8 11,61839 15,38322162 21,19748404 1830,84 115,3146 0,7 0,007
38,55 10,29531 14,36740347 19,32719642 1793,22 123,8748 0,71 0,0071

Tav (F) Re K (Btu/hr.ft.F) K(J/cm.s.C) Pr Nu

97,07 6448,98 0,3607 0,006244827 5,032165 48,98043

100,49 6625,664 0,3623 0,006272528 4,876343 49,42527

102,11 6909,621 0,3631 0,006286378 4,665643 50,21759

101,84 6909,621 0,3629 0,006282916 4,668215 50,22865

101,66 6909,621 0,3628 0,006281184 4,669501 50,23419

101,84 6909,621 0,3629 0,006282916 4,668215 50,22865

101,39 6812,302 0,3627 0,006279453 4,737514 49,95549

Tabel 3.2.3 Data Perhitungan aliran Co-Current dengan Q hot = 15 g/s

LMTDi LMTDo LMTDoverall Qh (J/s) UD μ (Cp) μ (g/cm.s)


Tav
75 3,939847 16,90279717 19,12399865 298,824 20,86195 0,39 0,0039
59 -7,66327 7,124233676 3,58427817 -1754,42 -653,506 0,5 0,005
72,05 9,845673 15,24841298 22,82279814 1122,624 65,67248 0,4 0,004
71,7 11,81187 15,36431867 24,06688679 1401,828 77,76659 0,4 0,004
69,7 13,45235 15,08668535 24,48119588 1539,737 83,97154 0,42 0,0042
67,1 12,52415 13,9136162 23,70015688 1569,33 88,4059 0,43 0,0043
64,85 14,27492 13,29425987 23,29370716 1591,848 91,23914 0,47 0,0047
Re Tav (F) K (Btu/hr.ft.F) K (J/cm.s.C) Pr Nu
6829,28 0,00681702 2,39136 38,0790
3 167 0,39375 4 6 7
5271,98 0,00658156 3,17553 34,6763
2 138,2 0,38015 6 6 8
6577,46 0,00677361 2,46840
2 161,69 0,3912425 2 3 37,4232
6578,95 0,00676846 2,47028 37,4413
3 161,06 0,390945 1 1 8
6275,47 0,00673902 2,60512 36,8278
8 157,46 0,389245 9 3 7
0,00670076
6136,21
152,78 0,387035 7 2,68238 36,5979
5619,36 0,00666765 2,94646 35,4158
5 148,73 0,3851225 6 3 8

Tabel 3.2.4 Data Perhitungan aliran Co-Current dengan Q cold = 30 g/s

LMTDi LMTDo LMTDoverall Qc (J/s) UD μ (Cp) μ (g/cm.s)


Tav
34,9 19,01341 10,01999467 23,82252851 727,32 40,76203 0,78 0,0078
36,8 19,97536 13,65878158 27,62378437 1015,74 49,09277 0,75 0,0075
37,75 16,36956 15,17716332 26,76489354 1617,66 80,69375 0,74 0,0074
37,85 13,97474 14,76177512 24,52105538 1768,14 96,27104 0,74 0,0074
37,6 10,96441 13,63203945 21,31206652 1755,6 109,9811 0,74 0,0074
37,85 9,58884 12,55144686 19,22270002 1655,28 114,9675 0,74 0,0074
37,95 8,312915 11,97974604 17,82770111 1580,04 118,3289 0,73 0,0073

Tav (F) Re K (Btu/hr.ft.F) K (J/cm.s.C) Pr Nu

94,82 6200,942 0,359665 0,006226908 5,235986 48,22734

98,24 6448,98 0,36128 0,006254869 5,012096 48,9022

99,95 6536,128 0,3620875 0,006268849 4,934239 49,12158

100,13 6536,128 0,3621725 0,00627032 4,933081 49,11697

99,68 6536,128 0,36196 0,006266641 4,935977 49,1285

100,13 6536,128 0,3621725 0,00627032 4,933081 49,11697

100,31 6625,664 0,3622575 0,006271792 4,865276 49,38037

3.3 Data densitas

Tabel 3.3.1 densitas fluida panas (Co-Current)


Cooling Flowrate
T3 T6 Tav Densitas (g/L)
Water (g/s) (g/s)

4   77,2 72,8 75 974,85


7,5   46,2 71,8 59 983,712
12,5   80,3 63,8 72,05 976,619
17,5 15 82 61,4 71,7 976,793
22,5   81 58,4 69,7 977,942
27,5   78,6 55,6 67,1 979,403
32,5   76,5 53,2 64,85 980,665

Tabel 3.3.2 densitas fluida panas (Counter Current)

Cooling Water Flowrate


T3 T6 Tav Densitas (g/L)
(g/s) (g/s)

4 39,7 45,5 42,6 991,197


7,5 70,3 58,1 64,2 980,989
12,5 76,9 58,4 67,65 979,126
17,5 15 77,6 56,9 67,25 979,348
22,5 76 52,9 64,45 980,881
27,5 74,2 50,8 62,5 981,949
32,5 72,6 48,7 60,65 982,891

Tabel 3.3.3 densitas fluida dingin (Co-Current)

Cooling Water Flowrate


T0 T7 Tav Densitas (g/L)
(g/s) (g/s)

4 37,8 32 34,9 994,066


7,5 40,4 32,3 36,35 992,481
12,5 45,3 32,4 38,85 992,669
30 17,5 46,5 32,4 39,45 992,406
22,5 46,7 32,7 39,7 992,33
27,5 46,2 33 39,6 992,368
32,5 45,5 32,9 39,2 992,519

Tabel 3.3.4 densitas fluida dingin (Counter Current)

Cooling Flowrate
T0 T7 Tav Densitas (g/L)
Water (g/s) (g/s)

4 32,4 37 34,7 991,134


30 7,5 32,1 40,7 36,4 993,543
12,5 31,9 45,5 38,7 992,706
17,5 31,8 46,8 39,3 992,481
22,5 31,7 47 39,35 992,481
27,5 31,5 46,1 38,8 992,669
32,5 31,4 45,7 38,55 992,78

3.4 Data fluida panas dan dingin

3.4.1 fluida panas (Counter Current)

Coolin
g Flowrat High Flowrate Cp Densitas
T3 T6 W (g/s) Qh (J/s)
Water e (g/s) (L/min) (J/g.C) (g/L)
(g/s)
39, 45, 16,5199
4 1 -400,51
7 5 4,18 991,197 5
70, 58, 16,3498 833,775
7,5 1
3 1 4,18 980,989 2 3
76, 58, 16,3187
12,5 1 1261,93
9 4 4,18 979,126 7
77, 56, 16,3224 1412,31
17,5 15 1
6 9 4,18 979,348 7 8
52, 16,3480 1578,53
22,5 1 76
9 4,18 980,881 2 2
74, 50, 16,3658 1600,77
27,5 1
2 8 4,18 981,949 2 3
72, 48, 16,3815 1636,54
32,5 1
6 7 4,18 982,891 2 6

3.4.2 fluida panas (Co-Current)

Coolin
g Flowrat High Flowrate Cp Densitas
T3 T6 W (g/s) Qh (J/s)
Water e (g/s) (L/min) (J/g.C) (g/L)
(g/s)
77, 72,
4 1 974,85 16,2475 298,824
2 8 4,18
46, 71,
7,5 1 983,712 16,3952 -1754,42
2 8 4,18
80, 63, 16,2769 1122,62
12,5 1 976,619
3 8 4,18 8 4
61, 16,2798 1401,82
17,5 15 1 82 976,793
4 4,18 8 8
58, 16,2990 1539,73
22,5 1 81 977,942
4 4,18 3 7
78, 55, 16,3233
27,5 1 979,403 1569,33
6 6 4,18 8
76, 53, 16,3444 1591,84
32,5 1 980,665
5 2 4,18 2 8
3.4.3 fluida dingin (Counter Current)

Cooling
Flowrat High Flowrate Densitas
Water T0 T7 Cp (J/g.C) Qc (J/s)
e (g/s) (L/min) (g/L)
(g/s)
30 4 1 32,4 37 4,18 991,134 576,84
30 7,5 1 32,1 40,7 4,18 993,543 1078,44
30 12,5 1 31,9 45,5 4,18 992,706 1705,44
30 17,5 1 31,8 46,8 4,18 992,481 1881
30 22,5 1 31,7 47 4,18 992,481 1918,62
30 27,5 1 31,5 46,1 4,18 992,669 1830,84
30 32,5 1 31,4 45,7 4,18 992,78 1793,22

3.4.4 fluida dingin (Co-Current)

Cooling
Flowrate
Water High Flowrate (L/min) T0 T7 Cp (J/g.C) Densitas (g/L) Qc (J/s)
(g/s)
(g/s)
30 4 1 37,8 32 4,18 994,066 727,32
30 7,5 1 40,4 32,3 4,18 992,481 1015,74
30 12,5 1 45,3 32,4 4,18 992,669 1617,66
30 17,5 1 46,5 32,4 4,18 992,406 1768,14
30 22,5 1 46,7 32,7 4,18 992,33 1755,6
30 27,5 1 46,2 33 4,18 992,368 1655,28
30 32,5 1 45,5 32,9 4,18 992,519 1580,04
3.2 Pembahasan

Praktikum Heat Exchanger Water to Water bertujuan untuk menghitung kecepatan


perpindahan panas, menghitung LMTD, menghitung UD, mengetahui perbandingan arus aliran
searah dengan berlawanan arah serta menentukan bilangan Nusselt, Reynold dan Prandtl.

Jenis aliran yang digunakan pada praktikum ini adalah co-current (searah) dan counter
current (berlawanan) dengan memvariasikan high flowrate pada 1 L/min pada masing-masing
aliran. Temperatur yang diamati ialah temperatur fluida dan temperatur dinding. Temperatur fluida
yang diamati adalah T3, T6, T7 dan T0 dimana T3 sebagai temperatur masuk fluida panas dengan
T6 sebagai temperatur keluar fluida panas. T7 sebagai temperatur fluida dingin masuk dan T0
sebagai temperatur fluida dingin keluar pada aliran searah, sedangkan pada aliran berlawanan arah
T0 sebagai temperatur masuk fluida dingin dan T7 sebagai temperatur keluar fluida dingin. Dan
temperature dinding yaitu T1 dan T2

Hasil perhitungan kecepatan perpindahan panas (Q) dapat dilihat pada tabel data
pengamatan 3.4. Dari tabel 3.4.1 diperoleh nilai Qh High Flowrate 1 L/min Fluida Panas Aliran
Counter current yaitu -400,51 J/s, 833,78 J/s, 1261,93 J/s, 1412,318J/s, 1578,532J/s, 1600,773 J/s
dan 1636,546 J/s. Sedangkan pada tabel 3.4.2 variasi high flowrate 1 L/min Fluida Panas Aliran
Co-current diperoleh nilai Qh sebesar; 298,824 J/s, -1754,42 J/s, 1122,624 J/s, 1401,828 J/s,
1539,737 J/s, 1569,33 J/s, 1591,848 J/s. Pada tabel 3.4.3 High Flowrate 1 L/min Fluida Dingin
Aliran Counter-Current diperoleh nilai Qc nya yaitu, 576,84 J/s, 1078,44 J/s, 1705,44J/s, 1881 J/s,
1918,62 J/s, 1830,84 J/s dan 1793,22 J/s. Terakhir pada table 3.4.4 High Flowrate 1 L/min Fluida
Dingin Aliran Co-Current diperoleh nilai Qc sebesar 727,32 J/s, 1015,74 J/s, 1617,66 J/s, 1768,14
J/s, 1755,6 J/s, 1655,28 J/s, dan 1580,04 J/s. Perubahan nilai Qh dan Qc terlihat sangat signifikan
dipengaruhi oleh high flowrate dan jenis aliran fluida. Pada aliran counter current dengan high
flowrate yang sama memiliki selisih temperatur fluida yang lebih besar sehingga mempengaruhi
nilai Qh dan Qc yang lebih besar pada proses perhitungan.

Nilai LMTD dapat dilihat pada tabel 3.2 data perhitungan, pada tabel 3.2.3 Low Flowrate 15 g/s
Fluida Panas Aliran CO-Current LMTDoverall nya sebesar 19,12399865, 3,58427817,
22,82279814, 24,06688679, 24,48119588, 23,70015688, dan 23,29370716. Pada tabel 3.2.1 High
Flowrate 15 g/s Fluida Panas Aliran Counter-current nilai LMTDoverall nya 9,63917995,
15,99279907, 24,10069649, 25,84068074, 26,64693758, 25,58080115 dan 24,29153054. Pada
tabel 3.2.4 High Flowrate 30 g/s Fluida Dingin Aliran Co-Current nilai LMTDoverall nya
23,82252851, 27,62378437, 26,76489354, 24,52105538, 21,31206652, 19,22270002 dan
17,82770111. Terakhir, tabel 3.2.2 High Flowrate 30 g/s Fluida Dingin Aliran Counter Current nilai
LMTDoverall nya sebesar 16,4775119, 26,10394442, 27,31703996, 26,17522176, 23,6965353,
21,19748404 dan 19,32719642.pada jenis aliran counter current lebih besar, hal ini disebabkan
karena pada jenis aliran counter current, fluida akan mengalami turbulensi sehingga selisih
temperatur antar fluida menjadi besar. Nilai LMTD akan mempengaruhi nilai Koefisien
perpindahan panas keselurahan (U).

Dalam menentukan Reynold Number, Prendlt Number, Nusselt Number. Dalam menjawab
tujuan percobaan ke lima dapat dilihat.dari tabel 3.2 data perhitungan, pada tabel 3.2.1, Reynold
Number nya 3796,369, 5506,891, 5831,663, 5705,904, 5591,071, 5370,876, dan 5270,24. Prendlt
Number nya sebesar 4,549052, 3,013477, 2,803755, 2,868577, 2,949066, 3,08786 dan 3,163863.
Untuk Nusselt Number nya 30,78867, 35,16253, 35,76496, 35,46942, 35,28561, 34,80382 dan
34,61619. Pada tabel 3.2.2, Reynold Number 6448,98, 6625,664, 6909,621, 6909,621, 6909,621,
6909,621 dan 6812,302. Prendlt Nmber nya sebesar 5,032165, 4,876343, 4,665643, 4,665643,
4,669501, 4,668215 dan 4,737514. Dan nilai Nusselt Nmber nya 48,98043, 49,42527, 50,21759,
50,22865, 50,23419, 50,23419 dan 49,95549. Pada Tabel 3.2.3, Reynold Number 6829,283,
6829,283, 6577,462, 6578,953, 6578,953, 6578,953 dan 5619,365. Prendlt Number 2,391366,
3,175536, 2,468403, 2,470281, 2,605123, 2,68238 dan 2,946463. Sedangkan Nusselt Number
38,07907, 34,67638, 37,4232, 37,44138, 36,82787, 36,5979, dan 35,41588. Pada tabel 3.2.4,
Reynold Nmber 6200,942, 6448,98, 6536,128, 6536,128, 6536,128, 6536,128 dan 6625,664.
Prendlt Number nya 5,235986, 5,012096, 4,934239, 4,933081, 4,935977, 4,933081, dan 4,865276.
Nusselt Number 48,22734, 48,9022, 49,12158, 49,11697, 49,1285, 49,11697, 49,38037.

BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Perbedaan low flowrate mempengaruhi besarnya Q yang didapatkan, Qh terbesar


didapatkan pada low flowrate 32,5 g/s yaitu sebesar 1636,546 dan Qc terbesar didapatkan
pada low flowrate sebesar 22,5 g/s yaitu Qc sebesar 1918,62 J/s.
2. LMTD terbesar yang diperoleh terjadi pada laju alir low flowrate sebesar 7,5 g/s yaitu
sebesar 27,62378437 oC sehingga koefisien perpindahan panas yang dihasilkan sebesar
0,006254869 J/s.cm.oC.
3. UD yang dilakukan pada laju alir yang sama yaitu sebesar 1 L/m pada aliran co-current dan
counter current. Diperoleh UD terbesar pada laju alir low flowrate 32,5 g/s yaitu sebesar
123,8748 J/s.cm.oC.
4. Perbedaan aliran pada kondisi yang sama yaitu pada kondisi laju alir 1 L/m mengakibatkan
perbedaan temperatur fluida panas masuk (T3), temperatur fluida panas keluar (T6),
temperatur fluid dingin masuk (T7), temperatur fluida dingin keluar (T0) pada aliran searah,
serta temperature fluida dingin masuk (T0), dan temperatur fluida dingin keluar (T7) pada
aliran berlawanan arah.
5. Reynold number terbesar yaitu 6909,621; nilai Prandelt hasil terbesar yang didapatkan yaitu
5,235986 dan nilai Nusselt terbesar yaitu 50,23419.

LAMPIRAN

PERHITUNGAN

Pipa besar → ID = 11,1 × 10-3 m = 11,1 cm

Pipa kecil → ID = 7,9 × 10-3 m = 0,79 cm

OD = 9,5× 10-3 m= 0,95 cm

L = 3× 350 ×10-3 m = 1,05 m

= 105 cm
A Pipa = ¼ × ×D2

= ¼ × 3,14 × (0,79 cm) 2

= 0,490 cm2

A annulus = ¼ ×  × (D22-D12)

=¼× 3,14 (1,112 -0,952) cm2

=0,259 cm2

D12−D 22
De=
D1

1,112−0,952 cm2
=
0,95 cm

=0,347 cm

A Total =A pipa + A annulus

=0,490 cm2+ 0,259 cm2

= 0,749 cm2

Annulus = Fluida dingin

Inner pipe = Fluida panas

1. Perhitungan Fluida Panas Konstan Searah ( Co-Current)

 Pada High flowrate 1L/min, Low flowrate 15 g/s dan Cooling water 4 g/s.
a. Mencari densitas air dan kapasitas panas untuk fluida panas
T 3 +T 6
Tav =
2
7 7.2℃ +72.8 ℃
=
2
= 75℃=¿167 ℉
b. Mencari ρair pada suhu 75℃ di tabel densitas

Densitas air pada suhu 75℃ adalah 974,85 g/L

J
 Cp = 4,18
℃g
c. Menghitung kecepatan perpindahan panas (Q)
L g 1 min
1 L/min → 1 974,85 ×
min L 60 s
W = 16,2475 g/s
Qh = m × cp × (t3-t6)
g J
= 16,2475 × 4,18 × (77.2−72.8)℃
s g℃
= 298.82402 J/s

d. Menghitung temperatur rata-rata logaritmus (LMTD)


( t 3−t 1 )−( t 6−t 2)
 LMTDi = (t 3−t 1)
ln
(t 6−t 2)

( 77.2−69.6 ) −(72.8−71.1)
= (77.2−69.6)
ln
(72.8−71.1)

= 3,9398472 ℃

( t 1−t 7 )−(t 6−t 0)


 LMTDo= (t 1−t 7)
ln
(t 6−t 0)

( 69.6−33.4 )−(72.8−66.7)
= (69.6−33.4)
ln
(72.8−66.7)

= 16,90279717℃

( t 3−t 7 )−(t 6−t 0)


 LMTDoverall = (t 3−t 7)
ln
(t 6−t 0)

( 77.2−33.4 ) −(72.8−66.7)
= ( 77.2−33.4 )
ln
(72.8−66.7)

= 19,12399865℃

e. Menghitung perpindahan panas keseluruhan (UD)


Q
UD =
A × LMTD
J
298.82402
= S
2
0,749 cm ×19,12399865 ℃
J
=20,86195392 2
cm . s .℃
f. Menghitung bilangan Reynold, Prandelt, dan Nusselt
 μ air ;

g
1
75 ℃ → 0,39cP 1P cm. s (di dapat dari Fig.14)
× ×
100 cP 1P

g
= 0,0039
cm. s

D× G
 Re =
μ

W
Dp×
= Ap
μ

g
0,79 cm ×16,2475
s
2
= 0,49 cm
g
0,0039
cm . s

= 6829,2834

 K air pada 75℃ → 167℉


1,0402 Btu
Btu hr . ft . ℃ 1055,04 J 1 hr 1 ft
 K = 0,39375 × × × ×
hr . ft . ℉ 0,5778 Btu 1 Btu 3600 s 30,48 cm
hr . ft . ℉

J
= 0,006817024 (di dapat dari Table 4)
cm. s .℃

Cp× μ
 Pr =
k

J g
4,18 × 0,0039
g℃ cm . s
=
J
0,006817024
s . cm .℃

= 2,391366

 Nu = 0,023 (NRe)0,8 (NPr)0,4


= 0,023 (6829,2834)0,8(2,391366)0,4

= 38,079073

2. Perhitungan Fluida Dingin Konstan berlawanan arah (Counter Current)

 Pada High flowrate 1L/min, Low flowrate 4 g/s dan Cooling water 30 g/s.

a. Mencari densitas air dan kapasitas panas untuk fluida dingin

T 0 +T 7
Tav =
2
32,4 ℃+ 37 ℃
=
2
= 36,15℃=97,07 ℉
J
 Cp = 4,18
℃g

b. Mencari ρair pada suhu 36,15 ℃ di tabel densitas

ρair = 991,134 g/L

c. Menghitung kecepatan perpindahan panas (Q)

L g 1 min
1 L/min → 1 991,134 ×
min L 60 s
W = 16,5189 g/s

g J
Qc = 30 × 4,18 × (t7– t0 )
s g℃

g J
= 30 × 4,18 × (37– 32,4)℃
s g℃

= 576,84J/s

d. Menghitung temperatur rata-rata logaritmus (LMTD)

( t 3−t 1 )−( t 6−t 2)


 LMTDi = (t 3−t 1)
ln
(t 6−t 2)

( 65,8−43 )−(40,7−33,7)
= ( 65,8−43 )
ln
( 40,7−33,7)

=13,3801879 ℃
( t 1−t 7 )−(t 6−t 0)
 LMTDo= (t 1−t 7)
ln
(t 6−t 0)

( 43−37 )−(40,7−32,4)
= ( 43−37 )
ln
( 40,7−32,4)

=7,087913802 ℃

( t 3−t 7 )−(t 6−t 0)


 LMTDoverall = (t 3−t 7)
ln
(t 6−t 0)

( 65,8−37 )−( 40,7−32,4)


= ( 65,8−37 )
ln
( 40,7−32,4)

=16,4775119 ℃

e. Menghitung perpindahan panas keseluruhan (UD)

Q
UD =
A × LMTD

J
576,84
= S
2
0,749 cm ×16,4775119 ℃

J
=46,73926908 2
cm . s .℃

f. Menghitung bilangan Reynold, Prandelt, dan Nusselt

μ air ;

g
1
=36,15℃ → 0.75cP 1P cm. s (di dapat dari Fig.14)
× ×
100 cP 1P

g
= 0, 0075
cm. s
D× G
Re =
μ

W
Dp×
= Ap
μ

0,79 cm ×16,5189
0,49 cm2
=
g
0,0075
cm . s

= 6448,97959

 K air pada 36,15 ℃ → 97,07 ℉


1,0402 Btu
Btu hr . ft . ℃ 1055,04 J 1 hr 1 ft
 K= 0,3607 × × × ×
hr . ft . ℉ 0,5778 Btu 1 Btu 3600 s 30,48 cm
hr . ft . ℉

J
= 0,006244827 (di dapat dari Table 4)
cm. s .℃

Cp× μ
 Pr =
k

J g
4,18 × 0 , 0075
g℃ cm . s
=
J
0,006244827
s . cm .℃

= 5,03216504

 Nu = 0,023 (NRe)0,8 (NPr)0,4

= 0,023 (6448,97959)0,8(5,03216504)0,4

= 48,9804294
Daftar Pustaka

[1] A. Mursadin and R. Subagyo, “Perpindahan Panas I Hmkk 453,” Progr. Stud. Tek. Mesin
Fak. Tek. Univ. Lambung Mangkurat, pp. 1–51, 2016.
[2] T. Percobaan, D. Teori, and P. Panas, “BAB I.”
[3] I. Bab, “Laporan HE ( Heat Exchanger ) Water to Water Laporan HE ( Heat Exchanger )
Water to Water,” pp. 1–24, 1981.

Anda mungkin juga menyukai