HE WATER TO WATER
DISUSUN OLEH:
TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI PETRO DAN OLEO KIMIA
DISUSUN OLEH :
NAMA/NIM :
1. Kenang Tris Setia A.R [17614010]
2. Robiyatul Adawiyah [17614016]
3. Hegar Illyasa Al Fattah [17614020]
4. Annisa Feby Alvionita [17614024]
5. Yulius Sandro Damar [17614031]
6. Agus Kinanti [17614034]
7. Lutfi Nurhidayati [17614054]
8. Karilah Tazmara [17614003]
PENDAHULUAN
𝑄 = 𝑚. 𝐶𝑝. ∆𝑇 …………………Pers(1.3)
Keterangan :
Q : Energi panas yang dilepas atau diterima suatu zat (J)
m : Massa zat yang mengalami perubahan temperatur (kg)
Cp : Kalor jenis zat(J/kg.K)
∆𝑇 : Perubahan temperatur yang terjadi (K)
b. Panas Laten (latent heat)
Jika suatu zat menerima atau melepas panas, pada awalnya akan terjadi
perubahan temperatur, namun demikian hal tersebut suatu saat akan mencapai keadaan
jenuhnya dan menyebabkan perubahan fase. Panas yang demikian itu disebut panas
laten. Pada suatu zat terdapat dua macam panas laten yaitu panas laten pembekuan atau
peleburan dan panas laten penguapan atau pengembunan. Panas laten suatu zat
biasanya lebih besar dari panas sensible. Hal ini dikarenakan diperlukan energi yang
besar untuk merubah suatu fase suatu zat.
Secara umum panas laten mengunakan persamaan sebagai berikut :
𝑄 = 𝑚. 𝜆 …………………Pers(1.4)
Keterangan :
Q : Energi panas yang dilepas atau diterima suatu zat (J)
m : Massa zat yang mengalami perubahan temperatur (kg)
𝜆 : Panas laten (kJ/kg)
1.2.3 Heat Exchanger
Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan panas antara dua fluida yang berbeda suhu melalui sebuah penghantar
media panas dengan mengkondisikan alatnya sebaik mungkin, agar tidak mengalami
kesalahan dalam proses pemindahan suhu, karena jika terjadi kesalahan dalam
pemindahan akan berakibat pada hasil akhir pemanasan. Dan juga heat bisa berfungsi
sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai
adalah air yang dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa sebagai air pendingin
(cooling water). Heat Exchanger dapat berfungsi sebagai heater, cooler, condensor,
reboiler, maupun chiller. Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan
panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena
adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang memisahkannya maupun
keduanya bercampur langsung (direct contact). Penukar panas sangat luas dipakai
dalam industri seperti kilang minyak, pabrik kimia maupun petrokimia, industri gas
alam, refrigerasi, pembangkit listrik. Salah satu contoh sederhana dari alat penukar
panas adalah radiator mobil di mana cairan pendingin memindahkan panas mesin ke
udara sekitar.
Tipe aliran di dalam alat penukar panas ini ada 4 macam aliran yaitu :
Keterangan :
t3 : Temperatur fluida panas masuk
t6 : Temperatur fluida panas keluar
t7 : Temperatur fluida dingin keluar/masuk
t0 : Temperatur fluida dingin keluar/masuk
Jadi, kecepatan perpindahan panas berbentuk tabung konsentris yang sederhana.
Q = U x A x LMTD
Pada alat-alat Hilton water-water turbulen flow heat taransfer unit,
perpindahan panas telah dibagi menjadi tiga bagian dengan memisahkan aliran
panas dan dingin dengan batas intermediate (antara). Ini memudahkan perhitungan
kondisi temperatur intermediate.
1. Koefisien Perpindahan Panas Permukaan dalam Tube inti
hi = Q / (Ai x (LMTD)i)
2. Koefisien Perpindahan Panas Permukaan luar Tube inti
ho = (Ao x (LMTD)o)
1.2.5 Air
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui
sampai saat ini di Bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71%
permukaan Bumi.Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air
merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan Bumi dalam
ketiga wujudnya tersebut. Pengelolaan sumber daya air yang kurang baik dapat
menyebakan kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut
konflik. Indonesia telah memiliki undang-undang yang mengatur sumber daya air sejak
tahun 2004, yakni Undang Undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Berbagai jenis operasi di industri membutuhkan air yang disebut air industri.
Air industri ini meliputi: air proses, air umpan boiler, air pendingin(cooling water), air
sanitasi dan air limbah. Kelima jenis air ini memerlukan tingkat pengolahan yang
berbeda dan secara umum tingkat pengolahan air industri, akan tergantung pada
sumber air darimana air baku diambil dan juga maksud penggunaan terhadap air hasil
olahan tersebut.
BAB II
METODE PENELITIAN
Trata- t rata-
K UD
Mh Qh Qc ∆LMTD rata rata µ
(kal/ (kal/ Re Pr Nu
L/min (kal/s) (kal/s) (ºC) panas dingin (g/cm∙s)
s∙cmºC) cm2∙sºC)
(ºC) (ºC)
3,0 260,0 530,0 10,97 47,8 35 0,0065 0,001555 31,66 12401,88 4,180 76,73
3,5 245,0 653,3 11,19 48,1 35,2 0,0064 0,001556 29,24 14694,94 4,113 87,32
4,0 253,3 760,0 10,65 47,7 35,3 0,0065 0,001555 31,76 16535,85 4,180 96,59
4,5 262,5 832,5 10,69 47,45 35,15 0,0066 0,0015546 32,79 18320,96 4,245 105,50
5,0 283,3 925,0 10,42 47,2 35,15 0,0066 0,001554 36,30 20356,63 4,247 114,80
5,5 284,2 1035,8 9,92 46,85 35,25 0,0066 0,0015536 38,26 22392,29 4,248 123,90
7,0 303,3 1283,3 10,00 46,7 35,2 0,0066 0,0015533 40,48 28499,28 4,249 150,28
8,0 320,0 1506,7 9,45 46,4 35,35 0,0066 0,0015528 45,21 32570,60 4,250 167,25
9,0 360,0 1650,0 9,11 46 35,3 0,0066 0,0015521 52,73 36641,93 4,252 183,81
3.3 Pembahasan
Pada Praktikum kali ini dilakukan percobaan heat exchanger water to water
yang bertujuan untuk menghitung kecepatan perpindahan panas, menghitung LMTD,
menghitung UD, mengetahui perbandingan arus aliran searah dengan berlawanan arah
serta menentukan bilangan Nusselt, Reynold dan Prandtl. Percobaan dilakukan
menggunakan heat exchanger tipe double pipe dengan air sebagai fluida panas dan
fluida dingin.
Laju alir massa fluida panas dan fluida dingin divariasikan dengan aliran searah
dan berlawanan arah. Temperatur yang diamati ialah temperatur fluida dan temperatur
dinding, pada temperatur T3 sebagai temperatur masuk fluida panas dengan T6 sebagai
temperatur keluar fluida panas. Sedangkan T7 sebagai temperatur masuk fluida dingin
dengan T0 sebagai temperatur keluar fluida dingin pada aliran searah dan T0 sebagai
temperatur masuk fluida dingin dengan T7 sebagai temperatur keluar fluida dingin
pada aliran berlawanan arah. Sedangkan temperature dinding yaitu T1 dan T2.
Dari hasil praktikum pada Tabel 3.2.2 yaitu variasi laju alir massa fluida panas.
Pada aliran searah diperoleh hasil Qh yang nilainya turun naik dan diperoleh hasil
bahwa pada laju alir massa sebesar 8 L/min memiliki Qh yang paling tinggi yaitu 320
kal/s dan pada saat laju alir massa fluida panas yang terbesar yaitu 9 L/min memiliki
Qh 285,0 kal/s. Sedangkan aliran berlawanan arah pada tabel 3.2.1 yaitu variasi laju
alir massa fluida panas pada aliran berlawanan arah diperoleh hasil Qh yang tidak
stabil, pada laju alir massa terbesar yaitu 9 L/min diperoleh nilai Qh sebesar 360 kal/s.
Hal ini dapat dikarenakan oleh perbedaan temperatur masuk dan keluar pada masing-
masing laju alir massa fluida panas, karena pada perhitungan Qh nilai Cp yang
digunakan tetap pada setiap variasi laju alir massa. Semakin besar variasi laju alir
massa maka nilai Qh pun akan semakin meningkat.
Dilihat dari nilai LMTD pada aliran searah dan berlawanan arah diperoleh hasil
yang naik turun seperti pada aliran berlawanan arah pada laju alir 5,5 L/min diperoleh
nilai LMTD yaitu 9,92oC sedangkan pada laju alir 7 L/min nilai LMTD sebesar
10,00oC. Pada aliran searah dengan laju alir 5,5 L/min diperoleh nilai LMTD yaitu
10,30oC sedangkan pada laju alir 7 L/min nilai LMTD sebesar 10,08oC. Hal ini
dikarenakan perbedaan temperatur masuk fluida panas dan dingin juga temperatur
keluar fluida panas dan dingin dapat berarti bahwa selisih temperatur masuk dan keluar
semakin kecil ataupun semakin besar. Sehingga nilai LMTD naik dan turun.
Dilihat dari nilai UD pada aliran searah dan berlawanan arah, pada aliran searah
laju alir 8 L/min diperoleh nilai UD terbesar yaitu 43,95 𝑘𝑎𝑙⁄𝑐𝑚2 𝑠°𝐶 sedangkan pada
laju alir 9 L/min diperoleh nilai UD lebih kecil yaitu 38,84 𝑘𝑎𝑙⁄𝑐𝑚2 𝑠°𝐶 , berdasarkan
rumus nilai Qh akan berbanding lurus semakin besar nilai Qh maka UD akan semakin
besar karena semakin besar panas yang tersedia sehingga panas yang berpindah akan
semakin banyak. Semakin banyak panas yang berpindah menunjukkan kemampuan
perpindahan panas yang semakin besar, seperti nilai Qh yang naik maka nilai UD pun
naik dan begitupun sebaliknya. Pada aliran searah dan berlawanan arah nilai Qh sesuai
dengan nilai UD.
Dilihat dari nilai Bilangan Reynold pada aliran searah dan berlawanan arah
semakin besar laju alir fluida panas akan berpengaruh pada besarnya bilangan Reynold,
seperti pada aliran searah dan berlawanan arah laju alir 9 L/min diperoleh Bilangan
Reynold terbesar yaitu sebesar 36641,93 karena meningkatnya laju alir fluida panas
akan meningkatkan pola aliran menjadi lebih turbulen sesuai dengan Bilangan Reynold
yang diperoleh yaitu diatas 10000 pada aliran searah maupun berlawanan arah, maka
aliran masih termasuk dalam aliran turbulent. Semakin besar Bilangan Reynold maka
Bilangan Nusselt juga akan semakin besar pada aliran searah dan berlawanan arah
seperti pada aliran searah laju alir massa sebesar 9 L/min diperoleh hasil Reynold
36641,93 dan Nusselt 187,10 data ini adalah hasil Reynold dan Nusselt terbesar. Pada
aliran berlawanan arah laju alir massa sebesar 9 L/min diperoleh hasil Reynold
36641,93 dan Nusselt 183,81 data ini adalah hasil Reynold dan Nusselt terbesar.
Dari hasil praktikum pada Tabel 3.2.3 yaitu variasi laju alir fluida dingin
dengan aliran berlawanan arah, jika dibandingkan dengan variasi laju alir fluida panas
maka berdasarkan nilai Qc juga tidak stabil pada laju alir massa 44 gr/s diperoleh Qc
terbesar yaitu 382,8kal/s, diperoleh nilai Qc lebih kecil yaitu 310,8 kal/s pada laju alir
massa 28 gr/s. Hal ini dapat disebabkan karena selisih temperatur fluida dingin masuk
dan keluar juga berbeda dan saat laju alir fluida dingin diatur pada alat Heat Exchanger
terlihat tidak konstan namun naik turun maka berpengaruh pada nilai Qc.
Dilihat dari nilai LMTD pada aliran berlawanan arah semakin besar laju alir
massa maka nilai LMTD akan semakin kecil. Hal ini dikarenakan selisih temperatur
fluida masuk dan keluar yang besar. Dilihat dari nilai UD diperoleh data bahwa
semakin besar nilai Qc maka nilai UD akan semakin besar pula, nilai Qc akan
berbanding lurus dengan nilai UD.
Dilihat dari nilai Bilangan Reynold, semakin besar laju alir massa fluida dingin
maka Bilangan Reynold semakin besar dan termasuk dalam aliran turbulent karena
berada diatas 10000, seperti pada laju alir 44 gr/s nilai Bilangan Reynold terbesar yaitu
176464,62. Semakin besar nilai Bilangan Reynold maka Bilangan Nusselt juga akan
semakin besar seperti pada laju alir massa sebesar 44 gr/s diperoleh hasil Reynold
176464,62 dan Nusselt 662,37 data ini adalah hasil Reynold dan Nusselt terbesar.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada aliran searah diperoleh hasil Qh pada laju alir sebesar 8 L/min memiliki nilai
yang paling tinggi yaitu 320 kal/s. Sedangkan aliran berlawanan arah pada laju alir
fluida panas terbesar yaitu 9 L/min diperoleh nilai Qh sebesar 360 kal/s. Pada laju
alir massa fluida dingin sebesar 44 gr/s diperoleh Qc terbesar yaitu 382,8 kal/s.
2. Pada double pipe aliran searah dan berlawanan arah, LMTD yang didapat naik dan
turun seiring bertambahnya laju alir fluida panas. Begitu pula dengan LMTD yang
didapat menurun seiring bertambahnya laju alir fluida dingin kecuali untuk data
laju alir 44 L/min.
3. Pada double pipe pada aliran searah dan berlawanan arah untuk nilai UD, pada
aliran searah laju alir fluida panas 8 L/min diperoleh nilai UD terbesar yaitu
43,95 𝑘𝑎𝑙⁄𝑐𝑚2 𝑠°𝐶 sedangkan pada aliran berlawanan arah dengan laju alir fluida
panas 9 L/min diperoleh nilai UD terbesar yaitu 52,73 𝑘𝑎𝑙⁄𝑐𝑚2 𝑠°𝐶 . pada aliran
berlawanan arah laju alir massa fluida dingin 44 L/min diperoleh nilai UD terbesar
yaitu 22,11 𝑘𝑎𝑙⁄𝑐𝑚2 𝑠°𝐶
4. Pada praktikum ini aliran berlawanan arah memiliki nilai lebih besar dibandingkan
dengan aliran searah terhadap koefisien perpindahan kalornya.
5. Nusselt dipengaruhi berdasarkan fungsi Prendtl dan Reynold, dimana pada aliran
berlawanan arah Nu terbesar yaitu 183,81 di laju alir fluida panas 9 L/min dan
untuk nilai Nu terbesar yaitu 662,37 pada laju alir fluida dingin 44 g/s , serta pada
aliran searah Nu terbesar yaitu 187,10 dilaju alir fluida panas 9 L/min
6. Selain di pengaruhi oleh laju alir massa fluida dingin, energi panas yang diserap
fluida dingin juga dipengaruhi oleh selisih temperatur fluida dingin yang masuk
dan keluar HE.
7. Semakin besar laju alir yang di variasikan maka semakin besar data koefisien
perpindahan panas yang dihasilkan
DAFTAR PUSTAKA
https://dokumen.tips/documents/konveksi-paksa-dan-konveksi-
alamiahdoc.html(Diakses pada 06 April 2018).