Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PERPINDAHAN PANAS

HE WATER TO WATER

DISUSUN OLEH:

Kenang Tris Setia A.R [17614010]

Robiyatul Adawiyah [17614016]

Hegar Illyasa Al Fattah [17614020]

Annisa Feby Alvionita [17614024]

Yulius Sandro Damar [17614031]

Agus Kinanti [17614034]

Lutfi Nurhidayati [17614054]

Karilah Tazmara [17614003]

TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI PETRO DAN OLEO KIMIA

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

TAHUN AKADEMIK 2018-2019


LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA


HE WATER TO WATER

DISUSUN OLEH :
NAMA/NIM :
1. Kenang Tris Setia A.R [17614010]
2. Robiyatul Adawiyah [17614016]
3. Hegar Illyasa Al Fattah [17614020]
4. Annisa Feby Alvionita [17614024]
5. Yulius Sandro Damar [17614031]
6. Agus Kinanti [17614034]
7. Lutfi Nurhidayati [17614054]
8. Karilah Tazmara [17614003]

JENJANG : D3 Petro Dan Oleo Kimia


KELAS : IV B
KELOMPOK : 2 (DUA)
Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal………………………..2019
Mengesahkan dan Menyetujui
Dosen pembimbing

Mardhiyah Nadhir, S.T., M.T


NIP 19740228 200112 2 001
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1. Menghitung kecepatan perpindahan panas
2. Menghitung temperatur rata – rata logaritmus (LMTD)
3. Menghitung koefisien perpindahan panas keseluruhan (UD)
4. Mengetahui perbandingan arus aliran searah dengan berlawanan arah
5. Menentukan bilangan Nusselt, Reynold dan Prandtl

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Perpindahan Panas

Perpindahan panas didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari satu daerah


ke daerah lain sebagai akibat dari beda suhu antara daerah tersebut. Dalam beragam
aplikasi diperlukan untuk memindahkan panas dari fluida yang panas ke fluida yang
dingin dan berbagai bentuk alat penukar panas telah dikembangkan untuk tujuan
tersebut. Perpindahan panas dikenal dangan 3 cara, yaitu sebagai berikut :

a. Perpindahan Panas Konduksi


Jika dalam suatu bahan kontinu terdapat gradien (landaian) suhu, maka kalor
akan mengalir tanpa disertai oleh sesuatu gerakan zat. Aliran kalor seperti ini disebut
konduksi atau hantaran.
Perpindahan panas secara konduksi dapat berlangsung dengan media gas,
cairan, atau padatan. Jika media untuk perpindahan panas konduksi berupa gas yang
suhunya tinggi, molekul – molekul gas yang akan bergerak dengan kecepatan lebih
tinggi dari pada molekul gas yang suhunya lebih rendah.
b. Perpindahan Panas Konveksi
Bila arus atau partikel – partikel makroskopik fluida melintas suatu permukaan
tertentu, seperti umpamanya, bidang batas suatu volum kendali, arus itu akan ikut
membawa serta sejumlah tertentu entalpi. Aliran entalpi demikian disebut konveksi.
Perpindahan panas secara konveksi dapat berlangsung dengan media cairan
atau gas yang suhunya lebih tinggi mengalir ke tempat yang suhunya lebih rendah,
memberikan panasnya pada permukaan yang suhunya lebih rendah.
Dalam menentukan nilai dari koefisien perpindahan kalor konveksi perlu
diperhatikan beberapa parameter tak berdimensi (dimensionless parameter).Dalam hal
ini, memberikan persamaan uumum menjadi lebih sederhana dimana koefisien
perpindahan kalor dapat dihitung. Adapun parameter tak berdimensi seperti bilangan
Reynolds, bilangan Nusselt, dan bilangan Prandtl biasa digunakan dalam menentukan
nilai dari koefisien perpindahan kalor.
a) Bilangan Reynolds
Bilangan Reynolds merupakan besaran fisis yang tidak berdimensi.
Bilangan ini dipergunakan sebagai acuan dalam membedakan aliran
laminerdan turbulen di satu pihak, dan di lain pihak dapat dimanfaatkan
sebagai acuan untuk mengetahui jenis-jenis aliran yang berlangsung dalam
air. Hal ini didasarkan pada suatu keadaan bahwa dalam satu tabung/pipa
atau dalam satu tempat mengalirnya air, sering terjadi perubahan bentuk
aliran yang satu menjadi aliran yang lain.
Untuk menentukan nilai dari Reynolds number (Re) untuk aliran dalam pipa
digunakan :
𝐷𝑣𝜌
𝑅𝑒 =
𝜇
Dimana :
Re : Bilangan Reynolds
v : Kecepatan aliran fluida (m3/min)
ρ : Densitas fluida (kg/m3)
D : Diameter pipa (m)
µ : Viskositas dinamik fluida (Ns/m2)
b) Bilangan Nusselt
Bilangan Nusselt (Nu) yang dapat didefinisikan sebagai rasio perpindahan
kalor konveksi fluida dengan perpindahan kalor konduksi fluida dalam
kondisi yang sama.
c) Bilangan Prandtl
Bilanngan Prandtl merupakan rasio kinematic viskositas (v) fluida dengan
difusivitas kalor (α), dimana bilangan Prandtl merupakan properties
thermodinamika dari fluida.
𝑣 𝜇 𝑐𝑝
𝑃𝑟 = =
∝ 𝑘
Dimana :
Pr : Bilangan Prandtl
v : viskositas kinematic fluida (m2/s)
α : thermal diffusivity (m2/s)
cp : kalor spesifik (J/kg.˚K)
µ : viskositas dinamik fluida (N.s/m2)
k : konduktifitas kalor fluida (W/m.K)

Perpindahan panas konveksi terbagi menjadi dua jenis, yaitu :


1. Konveksi Alami (Bebas)
Konveksi alami (konveksi bebas) terjadi karena fluida bergerak secara
alamiah dimana pergerakan fluida tersebut lebih disebabkan oleh perbedaan
massa jenis fluida akibat adanya variasi suhu pada fluida tersebut. Logikanya,
kalau suhu fluida tinggi, tentunya dia akan menjadi lebih ringan dan mulai
bergerak keatas.
Aplikasi konveksi alami seperti proses pemanasan air menggunakan
pemanas listrik juga mirip dengan kasus di atas. Elemen pemanas memiliki
suhu yang lebih tinggi sedangkan air yang berada di sekitarnya memiliki suhu
yang lebih rendah. Karena terdapat perbedaan suhu, maka kalor mengalir dari
elemen pemanas menuju air yang menempel dengannya. Perpindahan kalor
dari elemen pemanas menuju air terjadi secara konduksi. Sebaliknya, proses
perpindahan kalor dalam air terjadi secara konveksi. arus konveksi udara yang
membantu asap bergerak naik atau cerobong asap.
2. Konveksi Paksa

Konveksi paksa terjadi karena bergeraknya fluida bukan karena faktor


alamiah. Fluida bergerak karena adanya alat yang digunakan untuk
menggerakkan fluida tersebut, seperti kipas, pompa, blower dan sebagainya.

Pengaplikasian konveksi paksa seperti sistem suplai air panas. Prinsip


kerjanya adalah air panas di dalam ketel naik ke bagian atas tangki penyimpan.
Air dingin di dalam tangki utama kemudian turun menuju ke ketel untuk
dipanaskan. Tangki utama dihubungkan ke suplai air dingin oleh katup yang
dikendalikan oleh pelampung. Jika ketinggian air di dalam tangki utama
berada di bawah ketinggian minimum tertentu, maka pelampung akan
membuka katup suplai air. Pipa luapan berfungsi mengalirkan luapan air
panas yang dihasilkan ke dalam tangki utama.

c. Perpindahan Panas Radiasi


Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan energi melalui ruang oleh
gelombang – gelombang elektromagnetik. Jika radiasi berlangsung melalui ruang
kosong, ia tidak ditransformasikan menjadi kalor atau bentuk – bentuk energi lain, dan
ia tidak pula akan terbelok dari lintasannya. Tetapi, sebaliknya bila terdapat zat pada
lintasannya, radiasi akan mengalami transmisi (diteruskan), refleksi (dipantulkan), dan
absorbsi (diserap). Hanya energi itu saja yang menjadi kalor, dan transformasi ini
bersifat kuantitatif.
Perpindahan panas radiasi berlangsung elektromagnetik dengan panjang
gelombang pada intervel tertentu. Jadi perpindahan panas radiasi tidak memerlukan
media, sehingga perpindahan panas radiasi berlangsung diruang hampa udara.
1.2.2 Perubahan Energi Panas
Panas adalah salah satu bentuk energi. jika suatu zat menerima atau melepas
panas, maka ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, terjadinya perubahan
temperatur dari zat tersebut yang disebut panas sensibel (sensibel heat) dan yang kedua
adalah terjadinya perubahan fase zat yang disebut panas laten (latent heat).
a. Panas sensible (sensibel heat)
Apabila suatu zat menerima kalor sensible maka akan mengalami peningkatan
temperatur, namun jika zat tersebut melepas kalor maka akan mengalami penurunan
temperatur. Persamaan panas sinsibel adalah sebagai berikut:

𝑄 = 𝑚. 𝐶𝑝. ∆𝑇 …………………Pers(1.3)

Keterangan :
Q : Energi panas yang dilepas atau diterima suatu zat (J)
m : Massa zat yang mengalami perubahan temperatur (kg)
Cp : Kalor jenis zat(J/kg.K)
∆𝑇 : Perubahan temperatur yang terjadi (K)
b. Panas Laten (latent heat)
Jika suatu zat menerima atau melepas panas, pada awalnya akan terjadi
perubahan temperatur, namun demikian hal tersebut suatu saat akan mencapai keadaan
jenuhnya dan menyebabkan perubahan fase. Panas yang demikian itu disebut panas
laten. Pada suatu zat terdapat dua macam panas laten yaitu panas laten pembekuan atau
peleburan dan panas laten penguapan atau pengembunan. Panas laten suatu zat
biasanya lebih besar dari panas sensible. Hal ini dikarenakan diperlukan energi yang
besar untuk merubah suatu fase suatu zat.
Secara umum panas laten mengunakan persamaan sebagai berikut :
𝑄 = 𝑚. 𝜆 …………………Pers(1.4)
Keterangan :
Q : Energi panas yang dilepas atau diterima suatu zat (J)
m : Massa zat yang mengalami perubahan temperatur (kg)
𝜆 : Panas laten (kJ/kg)
1.2.3 Heat Exchanger

Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan panas antara dua fluida yang berbeda suhu melalui sebuah penghantar
media panas dengan mengkondisikan alatnya sebaik mungkin, agar tidak mengalami
kesalahan dalam proses pemindahan suhu, karena jika terjadi kesalahan dalam
pemindahan akan berakibat pada hasil akhir pemanasan. Dan juga heat bisa berfungsi
sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai
adalah air yang dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa sebagai air pendingin
(cooling water). Heat Exchanger dapat berfungsi sebagai heater, cooler, condensor,
reboiler, maupun chiller. Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan
panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena
adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang memisahkannya maupun
keduanya bercampur langsung (direct contact). Penukar panas sangat luas dipakai
dalam industri seperti kilang minyak, pabrik kimia maupun petrokimia, industri gas
alam, refrigerasi, pembangkit listrik. Salah satu contoh sederhana dari alat penukar
panas adalah radiator mobil di mana cairan pendingin memindahkan panas mesin ke
udara sekitar.
Tipe aliran di dalam alat penukar panas ini ada 4 macam aliran yaitu :

1. Counter current flow (aliran berlawanan arah)


2. Paralel flow/co current flow (aliran searah)
3. Cross flow (aliran silang)
4. Cross counter flow (aliran silang berlawanan)

1.2.4 Double Pipe Heat Exchanger


Double pipe heat exchanger atau consentric tube heat exchanger adalah alat
pemanas yang dapat dibuat dari pipa yang panjang dan dihubungkan satu sama lain
hingga membentuk U. Cairan yang mengalir dapat berupa aliran cocurrent atau
countercurrent. Double pipe heat exchanger merupakan alat yang cocok dikondisikan
untuk aliran dengan laju aliran yang kecil.
Exchanger ini menyediakan true counter current flow dan cocok untuk extreme
temperature crossing, tekanan tinggi dan rendah untuk kebutuhan surface area yang
moderat (range surface area: 1 – 6000 ft2). Hairpin heat exchanger tersedia dalam :
- Single tube (double pipe) atau berbagai tabung dalam suatu hairpin shell (multitube),
- Bare tubes, finned tube, U-Tubes,
- Straight tubes,
- Fixed tube sheets
Double pipe heat exchanger sangatlah berguna karena ini bisa digunakan dan dipasang
pada pipe-fitting dari bagian standar dan menghasilkan luas permukaan panas yang
besar.Berdasarkan arah aliran fluida, Heat exchanger dapat dibagi menjadi berikut :

1. Heat Exchanger dengan aliran searah (co-current/parallel flow)


Pertukaran panas jenis ini, kedua fluida (dingin dan panas) masuk pada sisi heat
exchanger yang sama, dan keluar pada sisi yang sama. Karakter heat exchanger jenis
ini, temperature fluida yang keluar, sehingga diperlukan media dingin atau media
pemanas yang banyak.

Gambar 1. Sketsa Heat Exchanger co-current/parallel flow


Gambar 2. Profil temperature Heat Exchanger co-current/parallel flow

2. Heat Exchanger dengan aliran berlawanan arah (counter-crrent flow)


Heat exchanger jenis ini memiliki karakteristik kedua fluida (panas dan dingin)
masuk ke heat exchanger dengan arah berlawanan, mengalir dengan arah
berlawanan dan keluar heat exchanger pada sisi yang berlawanan.

Gambar 3. Sketsa Heat Exchanger counter-current flow


Gambar 4. Profil temperature Heat Ezchanger counter-current flow
Beberapa perhitungan pada alat Heat Excheanger (Double Pipe):
1. Distribusi Temperatur pada Alat Perpindahan Panas Berbentuk Tabung konsentris
yang Sederhana.
Perbedaan temperatur antara dua aliran bervariasi tergantung pada posisi dalam
alat perpindahan panas, data ditunjukkan bahwa antara dua aliran fluida perbedaan
temperature rata-rata logaritmik (LMTD) dirumuskan:
(𝑡3−𝑡7)−(𝑡6−𝑡0)
LMTD= (𝑡3−𝑡7)
𝑙𝑛
(𝑡6−𝑡0)

Keterangan :
t3 : Temperatur fluida panas masuk
t6 : Temperatur fluida panas keluar
t7 : Temperatur fluida dingin keluar/masuk
t0 : Temperatur fluida dingin keluar/masuk
Jadi, kecepatan perpindahan panas berbentuk tabung konsentris yang sederhana.
Q = U x A x LMTD
Pada alat-alat Hilton water-water turbulen flow heat taransfer unit,
perpindahan panas telah dibagi menjadi tiga bagian dengan memisahkan aliran
panas dan dingin dengan batas intermediate (antara). Ini memudahkan perhitungan
kondisi temperatur intermediate.
1. Koefisien Perpindahan Panas Permukaan dalam Tube inti
hi = Q / (Ai x (LMTD)i)
2. Koefisien Perpindahan Panas Permukaan luar Tube inti
ho = (Ao x (LMTD)o)

2. Toleransi dari Koefisiensi Perpindahan Panas


Dengan meninjau temperatur dan kecepatan aliran massa dari kedua aliran, hal-
hal yang dapat dihitung :
- Perpindahan panas dari air panas
Qi = mi x Cpi x (t3 – t7)
- Perpindahan panas dari air dingin
Qi = mo x Cpi x (t6 - to)

3. Koefisien Transfer Panas Overall, U (Dinding Plat Datar)


Kecepatan transfer panas antara dua fluida melalui dinding pemisah yang datar,
dapat dihitung dengan persamaan:
Q = Ud x A x LMTD
Koefisien perpindahan panas keseluruhan
Ud = Q / (Am x LMTD overall)

4. Log Mean Temperature Difference (LMTD)


Sebelum menentukan luas permukaan panas alat penukar kalor, maka ditentukan
dulu nilai dari ΔT . ΔT dihitung berdasarkan temperatur dari fluida yang masuk dan
keluar. Selisih temperatur rata-rata logaritmik (Tlm) (logarithmicmean overall
temperature difference-LMTD) dapat dihitung dengan formula berikut :
(𝑡3−𝑡7)−(𝑡6−𝑡0)
LMTD= (𝑡3−𝑡7)
𝑙𝑛
(𝑡6−𝑡0)

1.2.5 Air
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui
sampai saat ini di Bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71%
permukaan Bumi.Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air
merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan Bumi dalam
ketiga wujudnya tersebut. Pengelolaan sumber daya air yang kurang baik dapat
menyebakan kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut
konflik. Indonesia telah memiliki undang-undang yang mengatur sumber daya air sejak
tahun 2004, yakni Undang Undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Berbagai jenis operasi di industri membutuhkan air yang disebut air industri.
Air industri ini meliputi: air proses, air umpan boiler, air pendingin(cooling water), air
sanitasi dan air limbah. Kelima jenis air ini memerlukan tingkat pengolahan yang
berbeda dan secara umum tingkat pengolahan air industri, akan tergantung pada
sumber air darimana air baku diambil dan juga maksud penggunaan terhadap air hasil
olahan tersebut.
BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Alat Dan Bahan

2.1.1 Alat yang digunakan


- Satu unit alat Heat Exchanger
- Satu alat stopwatch
2.1.2 Bahan yang digunakan
- Air

2.2 Prosedur Kerja


1. Mengalirkan aliran listrik dengan memasukan steker ke sumber arus listrik
untuk alat HE.
2. Menyalakan Heat Exchanger
3. Mengatur keran aliran berlawanan arah (counter current)
4. Mengatur cooling water flor meter pada posisi 30 g/s
5. Mengatur High flow untuk Hot water actual pada posisi 3 L/min, 3,5 L/min, 4
L/min, 4,5 L/min, 5 L/min, 5,5 L/min, 7 L/min, 8 L/min dan 9 L/min.
6. Memutar keran temperatur pada posis t5, dan setiap dicapai suhu yang konstan
dilanjutkan dari t1 sampai t9.
7. Mencatat data t0 sampai t9
8. Melakukan hal yang sama pada aliran searah (co current) dengan High flow
untuk Hot water actual pada posisi 3 L/min, 3,5 L/min, 4 L/min, 4,5 L/min, 5
L/min, 5,5 L/min, 7 L/min, 8 L/min dan 9 L/min.
9. Melakukan hal yang sama pada aliran berlawanan arah (counter current)
dengan High flow untuk Cold water actual pada posisi 28 g/s, 32 g/s, 36 g/s,
38 g/s, 40 g/s, 42 g/s dan 44 g/s.
10. Setelah melakukan percobaan, mematikan dan memutuskan aliran listrik pada
pompa dan alat Heat Exchanger
11. Membersihkan alat percobaan
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Percobaan


Tabel 3.1.1 Data Pengamatan Berlawanan Arah (Variasi Hot Fluid)
mh T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T0
No.
(L/min) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC)
1 3,0 46,0 37,3 50,4 49,3 48,2 45,2 40,3 36,9 34 29,7
2 3,5 46,5 37,7 50,2 49,3 48,2 46 40,8 37,5 33,7 29,6
3 4,0 46,0 37,7 49,6 48,9 47,7 45,8 41,0 37,6 34,0 29,6
4 4,5 46,0 38,3 49,2 48,7 47,3 45,7 40,7 37,7 34,2 29,6
5 5,0 45,6 38,2 48,9 48,2 47,1 45,5 40,7 37,7 34,1 29,6
6 5,5 45,6 38,5 48,4 48,5 46,9 45,3 40,9 37,5 33,7 29,6
7 7,0 45,3 38,6 48,0 47,7 46,7 45,4 40,7 37,8 34,4 29,7
8 8,0 45,2 39,0 47,6 47,4 46,8 45,2 41,0 37,6 34,7 29,7
9 9,0 45,1 38,9 47,2 47,2 46,1 44,8 40,8 37,8 34,6 29,8

Tabel 3.1.2 Data Pengamatan Searah (Variasi Hot Fluid)


mh T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T0
No.
(L/min) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC)
1 3,0 41,2 42,5 48,0 47,0 45,9 44,8 30,1 34,3 37,9 39,5
2 3,5 41,8 43,3 48,5 47,5 46,4 45,2 30,0 34,6 38,1 40,1
3 4,0 42,0 43,1 48,5 47,6 46,5 45,9 30,1 34,6 38,1 40,3
4 4,5 42,1 43,1 48,6 47,6 46,2 45,6 30,0 34,8 38,4 40,5
5 5,0 42,4 43,8 48,6 48,0 46,4 45,9 30,1 34,6 38,4 40,5
6 5,5 42,1 43,6 48,4 47,7 46,5 45,7 30,2 35,1 38,5 40,6
7 7,0 42,4 43,8 48,0 47,5 46,4 45,6 30,2 35,1 38,4 40,6
8 8,0 42,4 43,9 47,8 47,2 46,3 45,4 30,1 34,9 38,6 40,8
9 9,0 42,2 43,8 47,4 47,0 46,5 45,5 30,2 35,1 38,5 40,6

Tabel 3.1.2 Data Pengamatan Berlawanan Arah (Variasi Cold Fluid)


mh T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T0
No.
(g/s) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC)
1 28 46,5 39,0 48,7 48,5 47,2 45,7 40,9 37,9 34,5 29,8
2 32 45,7 38,5 48,6 48,6 47,4 45,2 40,8 37,6 35,6 29,9
3 36 44,6 37,9 47,5 47,2 46,1 44,4 40 37,2 34,4 29,9
4 38 44,1 37,4 46,8 46,3 45,1 43,5 39,5 36,4 34,2 30
5 40 43,3 36,5 46,1 45,6 44,4 42,9 38,7 36,4 33,9 30,2
6 42 42,9 36,4 45,6 45,1 44,1 42,4 38,7 36,4 34,1 30,2
7 44 42,7 36,7 45,6 45,2 44,0 42,5 38,8 36,3 33,9 30,1
3.2 Hasil Perhitungan
Tabel 3.2.1 Variasi fluida panas pada aliran berlawanan arah

Trata- t rata-
K UD
Mh Qh Qc ∆LMTD rata rata µ
(kal/ (kal/ Re Pr Nu
L/min (kal/s) (kal/s) (ºC) panas dingin (g/cm∙s)
s∙cmºC) cm2∙sºC)
(ºC) (ºC)
3,0 260,0 530,0 10,97 47,8 35 0,0065 0,001555 31,66 12401,88 4,180 76,73
3,5 245,0 653,3 11,19 48,1 35,2 0,0064 0,001556 29,24 14694,94 4,113 87,32
4,0 253,3 760,0 10,65 47,7 35,3 0,0065 0,001555 31,76 16535,85 4,180 96,59
4,5 262,5 832,5 10,69 47,45 35,15 0,0066 0,0015546 32,79 18320,96 4,245 105,50
5,0 283,3 925,0 10,42 47,2 35,15 0,0066 0,001554 36,30 20356,63 4,247 114,80
5,5 284,2 1035,8 9,92 46,85 35,25 0,0066 0,0015536 38,26 22392,29 4,248 123,90
7,0 303,3 1283,3 10,00 46,7 35,2 0,0066 0,0015533 40,48 28499,28 4,249 150,28
8,0 320,0 1506,7 9,45 46,4 35,35 0,0066 0,0015528 45,21 32570,60 4,250 167,25
9,0 360,0 1650,0 9,11 46 35,3 0,0066 0,0015521 52,73 36641,93 4,252 183,81

Tabel 3.2.2 Variasi fluida panas pada aliran searah


Trata- t rata-
K UD
Mh Qh Qc ∆LMTD rata rata µ
(kal/ (kal/ Re Pr Nu
L/min (kal/s) (kal/s) (ºC) panas dingin (g/cm∙s)
s∙cmºC) cm2∙sºC)
(ºC) (ºC)
3,0 160,0 470,0 10,35 46,4 34,8 0,0066 0,0014847 20,63 12213,98 4,445 77,69
3,5 192,5 589,2 10,40 46,85 35,05 0,0066 0,0014851 24,71 14249,64 4,444 87,88
4,0 173,3 680,0 10,76 47,2 35,2 0,0065 0,0014855 21,51 16535,85 4,376 98,38
4,5 225,0 787,5 10,43 47,1 35,25 0,0065 0,0014854 28,79 18602,83 4,376 108,10
5,0 225,0 866,7 10,64 47,25 35,3 0,0065 0,0014855 28,24 20669,81 4,376 117,60
5,5 247,5 953,3 10,30 47,05 35,4 0,0065 0,0014853 32,09 22736,79 4,376 126,93
7,0 280,0 1213,3 10,08 46,8 35,4 0,0066 0,0014851 37,08 28499,28 4,444 153,01
8,0 320,0 1426,7 9,72 46,6 35,45 0,0066 0,0014849 43,95 32570,60 4,445 170,27
9,0 285,0 1560,0 9,80 46,45 35,4 0,0066 0,0014847 38,84 36641,93 4,445 187,10
Tabel 3.2.3 Variasi fluida dingin pada aliran berlawanan arah
Trata- t rata-
Mh Qh Qc ∆LMTD rata rata K (kal/ UD (kal/
µ(g/cm∙s) Re Pr Nu
gr/s (kal/s) (kal/s) (ºC) panas dingin s∙cmºC) cm2∙sºC)
(ºC) (ºC)
28 84,0 310,8 10,29 47,2 35,35 0,0065 0,0014855 10,90 115750,92 4,376 466,62
32 108,8 348,8 9,88 46,9 35,35 0,0066 0,0014852 14,70 130282,42 4,444 516,11
36 111,6 363,6 9,52 45,95 34,95 0,0066 0,0014842 15,65 146567,72 4,447 567,26
38 125,4 361,0 8,92 45,15 34,75 0,0067 0,0014834 18,77 152401,26 4,517 588,91
40 128,0 340,0 8,79 44,5 34,45 0,0067 0,0014828 19,44 160422,38 4,518 613,67
42 134,4 357,0 8,20 44 34,45 0,0067 0,0014823 21,87 168443,50 4,520 638,19
44 136,4 382,8 8,24 44,05 34,45 0,0067 0,0014824 22,11 176464,62 4,520 662,37

3.3 Pembahasan

Pada Praktikum kali ini dilakukan percobaan heat exchanger water to water
yang bertujuan untuk menghitung kecepatan perpindahan panas, menghitung LMTD,
menghitung UD, mengetahui perbandingan arus aliran searah dengan berlawanan arah
serta menentukan bilangan Nusselt, Reynold dan Prandtl. Percobaan dilakukan
menggunakan heat exchanger tipe double pipe dengan air sebagai fluida panas dan
fluida dingin.

Laju alir massa fluida panas dan fluida dingin divariasikan dengan aliran searah
dan berlawanan arah. Temperatur yang diamati ialah temperatur fluida dan temperatur
dinding, pada temperatur T3 sebagai temperatur masuk fluida panas dengan T6 sebagai
temperatur keluar fluida panas. Sedangkan T7 sebagai temperatur masuk fluida dingin
dengan T0 sebagai temperatur keluar fluida dingin pada aliran searah dan T0 sebagai
temperatur masuk fluida dingin dengan T7 sebagai temperatur keluar fluida dingin
pada aliran berlawanan arah. Sedangkan temperature dinding yaitu T1 dan T2.

Dari hasil praktikum pada Tabel 3.2.2 yaitu variasi laju alir massa fluida panas.
Pada aliran searah diperoleh hasil Qh yang nilainya turun naik dan diperoleh hasil
bahwa pada laju alir massa sebesar 8 L/min memiliki Qh yang paling tinggi yaitu 320
kal/s dan pada saat laju alir massa fluida panas yang terbesar yaitu 9 L/min memiliki
Qh 285,0 kal/s. Sedangkan aliran berlawanan arah pada tabel 3.2.1 yaitu variasi laju
alir massa fluida panas pada aliran berlawanan arah diperoleh hasil Qh yang tidak
stabil, pada laju alir massa terbesar yaitu 9 L/min diperoleh nilai Qh sebesar 360 kal/s.
Hal ini dapat dikarenakan oleh perbedaan temperatur masuk dan keluar pada masing-
masing laju alir massa fluida panas, karena pada perhitungan Qh nilai Cp yang
digunakan tetap pada setiap variasi laju alir massa. Semakin besar variasi laju alir
massa maka nilai Qh pun akan semakin meningkat.

Dilihat dari nilai LMTD pada aliran searah dan berlawanan arah diperoleh hasil
yang naik turun seperti pada aliran berlawanan arah pada laju alir 5,5 L/min diperoleh
nilai LMTD yaitu 9,92oC sedangkan pada laju alir 7 L/min nilai LMTD sebesar
10,00oC. Pada aliran searah dengan laju alir 5,5 L/min diperoleh nilai LMTD yaitu
10,30oC sedangkan pada laju alir 7 L/min nilai LMTD sebesar 10,08oC. Hal ini
dikarenakan perbedaan temperatur masuk fluida panas dan dingin juga temperatur
keluar fluida panas dan dingin dapat berarti bahwa selisih temperatur masuk dan keluar
semakin kecil ataupun semakin besar. Sehingga nilai LMTD naik dan turun.

Dilihat dari nilai UD pada aliran searah dan berlawanan arah, pada aliran searah
laju alir 8 L/min diperoleh nilai UD terbesar yaitu 43,95 𝑘𝑎𝑙⁄𝑐𝑚2 𝑠°𝐶 sedangkan pada

laju alir 9 L/min diperoleh nilai UD lebih kecil yaitu 38,84 𝑘𝑎𝑙⁄𝑐𝑚2 𝑠°𝐶 , berdasarkan

rumus nilai Qh akan berbanding lurus semakin besar nilai Qh maka UD akan semakin
besar karena semakin besar panas yang tersedia sehingga panas yang berpindah akan
semakin banyak. Semakin banyak panas yang berpindah menunjukkan kemampuan
perpindahan panas yang semakin besar, seperti nilai Qh yang naik maka nilai UD pun
naik dan begitupun sebaliknya. Pada aliran searah dan berlawanan arah nilai Qh sesuai
dengan nilai UD.

Dilihat dari nilai Bilangan Reynold pada aliran searah dan berlawanan arah
semakin besar laju alir fluida panas akan berpengaruh pada besarnya bilangan Reynold,
seperti pada aliran searah dan berlawanan arah laju alir 9 L/min diperoleh Bilangan
Reynold terbesar yaitu sebesar 36641,93 karena meningkatnya laju alir fluida panas
akan meningkatkan pola aliran menjadi lebih turbulen sesuai dengan Bilangan Reynold
yang diperoleh yaitu diatas 10000 pada aliran searah maupun berlawanan arah, maka
aliran masih termasuk dalam aliran turbulent. Semakin besar Bilangan Reynold maka
Bilangan Nusselt juga akan semakin besar pada aliran searah dan berlawanan arah
seperti pada aliran searah laju alir massa sebesar 9 L/min diperoleh hasil Reynold
36641,93 dan Nusselt 187,10 data ini adalah hasil Reynold dan Nusselt terbesar. Pada
aliran berlawanan arah laju alir massa sebesar 9 L/min diperoleh hasil Reynold
36641,93 dan Nusselt 183,81 data ini adalah hasil Reynold dan Nusselt terbesar.

Dari hasil praktikum pada Tabel 3.2.3 yaitu variasi laju alir fluida dingin
dengan aliran berlawanan arah, jika dibandingkan dengan variasi laju alir fluida panas
maka berdasarkan nilai Qc juga tidak stabil pada laju alir massa 44 gr/s diperoleh Qc
terbesar yaitu 382,8kal/s, diperoleh nilai Qc lebih kecil yaitu 310,8 kal/s pada laju alir
massa 28 gr/s. Hal ini dapat disebabkan karena selisih temperatur fluida dingin masuk
dan keluar juga berbeda dan saat laju alir fluida dingin diatur pada alat Heat Exchanger
terlihat tidak konstan namun naik turun maka berpengaruh pada nilai Qc.

Dilihat dari nilai LMTD pada aliran berlawanan arah semakin besar laju alir
massa maka nilai LMTD akan semakin kecil. Hal ini dikarenakan selisih temperatur
fluida masuk dan keluar yang besar. Dilihat dari nilai UD diperoleh data bahwa
semakin besar nilai Qc maka nilai UD akan semakin besar pula, nilai Qc akan
berbanding lurus dengan nilai UD.

Dilihat dari nilai Bilangan Reynold, semakin besar laju alir massa fluida dingin
maka Bilangan Reynold semakin besar dan termasuk dalam aliran turbulent karena
berada diatas 10000, seperti pada laju alir 44 gr/s nilai Bilangan Reynold terbesar yaitu
176464,62. Semakin besar nilai Bilangan Reynold maka Bilangan Nusselt juga akan
semakin besar seperti pada laju alir massa sebesar 44 gr/s diperoleh hasil Reynold
176464,62 dan Nusselt 662,37 data ini adalah hasil Reynold dan Nusselt terbesar.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada aliran searah diperoleh hasil Qh pada laju alir sebesar 8 L/min memiliki nilai
yang paling tinggi yaitu 320 kal/s. Sedangkan aliran berlawanan arah pada laju alir
fluida panas terbesar yaitu 9 L/min diperoleh nilai Qh sebesar 360 kal/s. Pada laju
alir massa fluida dingin sebesar 44 gr/s diperoleh Qc terbesar yaitu 382,8 kal/s.
2. Pada double pipe aliran searah dan berlawanan arah, LMTD yang didapat naik dan
turun seiring bertambahnya laju alir fluida panas. Begitu pula dengan LMTD yang
didapat menurun seiring bertambahnya laju alir fluida dingin kecuali untuk data
laju alir 44 L/min.
3. Pada double pipe pada aliran searah dan berlawanan arah untuk nilai UD, pada
aliran searah laju alir fluida panas 8 L/min diperoleh nilai UD terbesar yaitu
43,95 𝑘𝑎𝑙⁄𝑐𝑚2 𝑠°𝐶 sedangkan pada aliran berlawanan arah dengan laju alir fluida

panas 9 L/min diperoleh nilai UD terbesar yaitu 52,73 𝑘𝑎𝑙⁄𝑐𝑚2 𝑠°𝐶 . pada aliran

berlawanan arah laju alir massa fluida dingin 44 L/min diperoleh nilai UD terbesar
yaitu 22,11 𝑘𝑎𝑙⁄𝑐𝑚2 𝑠°𝐶

4. Pada praktikum ini aliran berlawanan arah memiliki nilai lebih besar dibandingkan
dengan aliran searah terhadap koefisien perpindahan kalornya.
5. Nusselt dipengaruhi berdasarkan fungsi Prendtl dan Reynold, dimana pada aliran
berlawanan arah Nu terbesar yaitu 183,81 di laju alir fluida panas 9 L/min dan
untuk nilai Nu terbesar yaitu 662,37 pada laju alir fluida dingin 44 g/s , serta pada
aliran searah Nu terbesar yaitu 187,10 dilaju alir fluida panas 9 L/min
6. Selain di pengaruhi oleh laju alir massa fluida dingin, energi panas yang diserap
fluida dingin juga dipengaruhi oleh selisih temperatur fluida dingin yang masuk
dan keluar HE.
7. Semakin besar laju alir yang di variasikan maka semakin besar data koefisien
perpindahan panas yang dihasilkan
DAFTAR PUSTAKA

https://brainly.co.id/tugas/223160 (Diakses pada 06 April 2018).

https://dokumen.tips/documents/konveksi-paksa-dan-konveksi-
alamiahdoc.html(Diakses pada 06 April 2018).

http://dunia-engineer.blogspot.co.id/2011/10/pengertian-steam.html (Diakses pada 06


April 2018).

https://id.wikipedia.org/wiki/Air(Diakses pada 06 April 2018).

https://www.academia.edu/8216494/JENIS-JENIS_AIR_INDUSTRI (Diakses pada


06 April 2018).

Tim Penyusun. 2018. Penentuan Praktikum Perpindahan Panas. Politeknik Negeri


Samarinda. Samarinda.

Anda mungkin juga menyukai