Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FLUIDA DAN THERMAL

KONVEKSI

DOSEN PENGAMPU :
Didik Nurhadi, S.Pd.,M.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

1. Salu Pangestu (180511625588)


2. Vicky Dwi Andika Putra (180511625562)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2018
Pengantar

Perpindahan Panas

Konduksi Konveksi Radiasi

Konveksi Konveksi
paksa bebas / alami
Pengertian Konveksi

Pada peristiwa perpindahan panas secara konveksi, perpindahan panas terjadi karenaterbawa aliran
fluida. Secara termodinamika, konveksi dinyatakan sebagai aliranentalpi, bukan aliran panas.

Gambar 3.1 Skema Perpindahan Panas Konveksi .

Pengelompokan aliran pada perpindahan konveksi berdasarkan dari bilangan reynolds. Jenis aliran
ada 2 yaitu aliran laminar dan aliran turbulen. Aliran laminar dimana bilangan Reynold ≤ 2300
dan aliran turbulen jika bilangan Reynold ≥ 2300.Perpindahan panas secara konveksi penting hal ini
karena banyaknya penggunaan perpindahan panas konveksi dalam kehindupan sehari-hari
contohnya yaitu pendinginanradiator pada mesin mobil. Pendinginan air radiator pada mobil
memanfaatkan perpindahan panas secara konveksi.

DASAR TEORI

Penyelesaian soal-soal perpindahan kalor secara kuantitatif biasanya didasarkan pada neraca energi
dan perkiraan laju perpindahan kalor. Perpindahan panas akan terjadi apabila ada perbedaan
temperatur antara dua bagian benda. Panas akan berpindah dari temperatur tinggi ke temperatur
yang lebih rendah. Panas dapat berpindah dengan tiga cara, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
Panas akan berpindah secara estafet dari suatu partikel ke partikel yang lainnya dalam medium
tersebut. Pada peristiwa konveksi, perpindahan panas terjadi karena terbawa aliran fluida. Secara
termodinamika, konveksi dinyatakan sebagai aliran entalpi, bukan aliran panas [1].

Konveksi terbagi menjadi dua jenis, yaitu konveksi alami dan konveksi paksa. Dimana konveksi
alami adalah konveksi yang terjadi akibat pemaksaan oleh gaya apung, dimana karena perbedaan
massa jenis yang diakibatkan oleh variasi suhu pada fluida. Sedangkan konveksi paksa terjadi ketika
aliran disebabkan oleh gaya dari luar, seperti kipas, pompa, atau angin di atmosfer [3].
Gambar 3.2 menunjukkan skema dari konveksi paksa

Gambar 3.2 Skema konveksi paksa [3].

Gambar 3.3 menunjukkan skema dari konveksi alami

Gambar 3.3 Skema konveksi alami [3].

MEKANISME KONVEKSI

Konduksi dan konveksi memiliki suatu kecenderungan yang mirip karena keduanya sama-
sama memerlukan medium untuk perpindahan panas.

Yang membedakan adalah bahwa pada perpindahan panas secara konveksi mensyaratkan
adanya aliran fluida selama proses perpindahan panas berlangsung.

Perpindahan panas secara konveksi melibatkan mekanisme yang kompleks.

Secara umum dapat dikatakan bahwa laju transfer panas pada suatu fluida secara konveksi
jauh lebih besar jika dibandingkan secara konduksi.

Semakin besar kecepatan aliran, semakin besar pula laju perpindahan panas.

Pengalaman empiris menunjukkan bahwa perpindahan panas secara konveksi sangat
dipengaruhi oleh sifat-sifat fisis fluida yang meliputi:
 viskositas dinamis (µ),
 konduktivitas termal (k),
 densitas (ρ),
 kapasitas panas (Cp), dan
 kecepatan aliran (v).

Selain sifat-sifat fisis fluida, perpindahan panas secara konveksi juga dipengaruhi oleh
geometri dan kekasaran permukaan padatan, termasuk juga tipe aliran (turbulensi aliran).

Karena begitu banyaknya variabel yang terlibat, maka dapat dikatakan bahwa perpindahan
panas secara konveksi adalah mekanisme perpindahan panas yang paling kompleks jika
dibandingkan dengan konduksi atau radiasi.
Jenis – Jenis Konveksi
Konveksi terbagi menjadi dua jenis, yaitu konveksi alami dan konveksi paksa. Dimana
konveksi alami adalah konveksi yang terjadi akibat pemaksaan oleh gaya apung, dimana karena
perbedaan massa jenis yang diakibatkan oleh variasi suhu pada fluida. Sedangkan konveksi
paksa terjadi ketika aliran disebabkan oleh gaya dari luar, seperti kipas, pompa, atau angin di
atmosfer .

Koefisien Perpindahan Panas Konveksi

Laju perpindahan kalor suatu benda sebanding dengan beda temperatur antara benda
dengan fluida sekelilingnya. Dapat dirumuskan menjadi
Q = h.A.(To - T∞).
Dimana :
Q = laju perpindahan kalor (W)

h = koefisien perpindahan panas (W/m2K)

A = Luas permukaan objek (m2)

To = Temperatur permukaan objek (K)

T∞ = Temperatur lingkungan/fluida (K) .

Laju perpindahan kalor (Q) merupakan besarnya perpindahan panas yang terjadi terhadap
suatu objek. Koefisien perpindahan panas (h) merupakan koefisien konveksi aliran. Luas
permukaan objek (A) adalah luas permukaan yang dikenakan perpindahan panas. Ada beberapa
rumus luasan yaitu :

a. Pada plat datar (A = P x L)

b. Pada silinder (Ar = 2πrL)

Gradien temperatur (∆T) merupakan selisih temperatur antara temperatur objek dan temperatur
lingkungan/fluida

Tidak seperti nilai k yang spesifik untuk setiap bahan, nilai h sangat variatif tergantung
 sistemnya.

Pada
 prinsipnya nilai h ditentukan oleh:
1. Turbulensi sistem/olakan

2. Sifat fisis dari fluida (sifat fisis umumnya dipengaruhi oleh suhu)
Secara umum untuk suatu sistem aliran fluida, nilai h dapat ditentukan jika distribusi suhu di
sepanjang aliran

diketahui : T 
k  
fluid  

 y y 0
h 
Tw  T
Nilai h juga sering dinyatakan dalam suatu bilangan tak berdimensi yang dikenal dengan
bilangan Nusselt (Nu).

hL
Nu  kc
dengan
k : konduktivitas termal fluida
Lc : panjang karakteristik
Bilangan Nusselt ini merupakan representasi dari rasio antara laju perpindahan panas secara
konveksi dengan konduksi pada sistem fluida yang sama. Semakin besar bilangan Nusselt,
konveksi semakin efektif.
KLASIFIKASI ALIRAN FLUIDA
o Perpindahan panas konveksi sangat tergantung dari aliran fluida.
o Pada kenyataannya, terdapat begitu banyak permasalahan yang berkaitan dengan aliran
fluida, dan akan sangat membantu ketika beberapa permasalahan tersebut
diklasifikasikan dalam beberapa kelompok untuk mempermudah peninjauan dan
penyelesaiannya.

1. Viscous versus inviscid flow


2. Internal versus external flow
3. Compressible versus incompressible flow
4. Laminar versus turbulent flow
5. Natural (or unforced) versus forced flow
6. Steady versus unsteady flow
7. One-, two-, and three-dimensional flows
VELOCITY BOUNDARY LAYER

VELOCITY BOUNDARY LAYER


Rasio tebal lapisan batas untuk velocity dan thermal boundary layer menghasilkan suatu
bilangan tak berdimensi yang disebut bilangan Prandtl (Pr).

molecular diffusivity of momentum  .Cp


Pr   
molecular diffusivity of heat  k
dengan
    viskositas kinematis
 k
 . Cp  difusivitas termal 
PENURUNAN PERSAMAAN DIFERENSIAL UNTUK PERPINDAHAN PANAS
KONVEKSI

Asumsi yang diambil meliputi :


1. Aliran bersifat steady
2. Aliran dalam 2 dimensi (arah x dan arah y)
3. Aliran yang ditnjau adalah fluida newtonian dengan fasis tidak berubah terhadap suhu
Hukum konservasi massa (kontinuitas)

Hukum konservasi momentum


Hukum konservasi energi

Dengan

Penyelesaian persamaan secara simultan menghasilkan:


Velocity boundary layer thickness:

Local friction coefficient:

Local Nusselt number:

Thermal boundary layer thickness:


Konveksi paksa

Fluida mengalir karena dipompa/ditekan

Contoh: alat penukar kalor (HE)

Konveksi Paksa pada Gas (Asap)

Pada tungku pabrik biasanya dipasang cerobong asap agar selalu ada tarikan oleh udara ke
atas.

Sebelum ada pemanasan di dalam tungku, massa jenis udara dalam cerobong sama dengan
massa jenis udara di luar cerobong. Setelah ada pemanasan, udara di dalam tungku memuai
sehingga udara dari luar cerobong yang lebih dingin dan massa jenisnya lebih besar akan
mendesak udara panas dalam cerobong ke atas. Semakin tinggi cerobong semakin besar
tarikannya, sebab perbedaan massa jenis gas dalam cerobong dan massa jenis udara dari luar
makin besar.

Besarnya energi (kalor) yang dipindahkan persatuan waktu pada konveksi secara paksa sama
seperti pada konveksi alamiah yakni akan sebanding dengan luas permukaan benda yang
bersentuhan dengan fluida dengan beda suhu ΔT.

Konveksi Bebas/Alami

Disebut juga konveksi alamiah (natural convection), terjadi karena fluida mengalir secara
alamiah/tidak dipompa/tidak dihembus. Fluida dapat mengalir secara alamiah karena adanya
perubahan sifat fisis (terutama rapat massanya) dan pengaruh dari gaya apung (bouyancy
force).

Anda mungkin juga menyukai