MEKANIKA MATERIAL
Dosen Pengampu :
Drs. Putut Murdanto, S.T.,M.T
Disusun Oleh :
Vicky Dwi Andika Putra
180511625562
Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME, karena atas izin dan karunia-Nyalah
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah atau buku kuliah Mekanika Material dari hasil
diskusi kelas selama satu semester. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada dosen
mata kuliah Mekanika Material Bapak Putut Murdanto selaku dosen pengampu mata
kuliah tersebut.
Makalah ini disusun atas dasar susunan dari beberapa makalah dari lima kelompok
sebagai kelengkapan nilai dan tugas akhir pada mata kuliah Mekanika Material. Adapun
tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai
Tegangan Regangan, Uji Tarik, Momen Gaya & Momen Inersia, Tegangan Geser,lentur &
Puntiran, serta Jenis-jenis perhitungan gabungan (geser,lentur & puntiran). Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi
penulisan maupun isi. Oleh sebab itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna kesempurnaan makalah ini dan mohon maaf yang sebesar besarnya.
Halaman Sampul....................................................................................................................i
Kata Pengantar......................................................................................................................ii
Daftar isi...............................................................................................................................iii
BAB I
Jenis Tegangan dan Regangan...............................................................................................1
A. Tegangan dan Regangan Normal......................................................................................1
B. Tegangan dan Regangan Geser.........................................................................................9
C. Tegangan Pada Potongan Miring....................................................................................12
D. Tegangan Batas Luluh, Tegangan Izin dan Beban Izin..................................................14
E. Contoh Soal dan Pembahasan.........................................................................................15
BAB II
Pengujian Tarik....................................................................................................................20
A. Uji Tarik..........................................................................................................................20
B. Sifat Mekanisme Bahan..................................................................................................21
C. Jenis Bahan.....................................................................................................................22
D. Langkah-langkah Pengujian Tarik.................................................................................22
E. Analisis Perhitungan.......................................................................................................23
F. Spesifikasi Teknik ROCKWELL....................................................................................24
G. Pengoperasian Alat Uji Tekan........................................................................................24
BAB III
Momen Gaya dan Momen Inersia.......................................................................................25
A. Momen Gaya (torsi)........................................................................................................25
B. Momen Inersia................................................................................................................32
C. Analisis...........................................................................................................................33
D. Contoh Soal....................................................................................................................35
BAB IV
Jenis Tegangan Geser, Lentur dan Puntiran........................................................................37
A. Tegangan (Stress)...........................................................................................................37
B. Tegangan Geser..............................................................................................................37
C. Tegangan Lentur.............................................................................................................38
D. Tegangan Puntiran..........................................................................................................39
BAB V
Jenis Tegangan Gabungan Geser, Lentur dan Puntiran.......................................................42
BAB VI
Kesimpulan..........................................................................................................................46
Penutup................................................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................48
P
σ =
Jadi dapat didefinisikan bahwa tegangan normal adalah intensitas gaya normal per unit
luasan, yang dinyatakan dalam satuan N/m2 disebut juga pascal (Pa)) atau N/mm2
disebut juga megapascal (MPa).
Apabila gaya-gaya dikenakan pada ujung-ujung batang dalam arah menjahui dari
batang, sehingga batang dalam kondisi tertarik, maka terjadi suatu tegangan tarik pada
batang, selanjutnya dapat dinyatakan dengan rumus:
P
t
σt = r
r A
k
σ =
tk A
2. Regangan Normal
Suatu batang lurus akan mengalami perubahan panjang apabila dibebani secara
aksial, yaitu menjadi panjang jika mengalami tarik dan menjadi pendek jika mengalami
tekan. Sebagai contoh diperlihatkan pada Gambar 1.2, perpanjangan dari batang tersebut
adalah hasil komulatif dari perpanjangan semua elemen bahan di seluruh volume
batang.
5. Hukum Hooke
Hubungan tegangan-regangan untuk nilai regangan yang cukup kecil adalah linier.
Hubungan linier antara pertambahan panjang dan gaya aksial yang menyebabkannya,
hal ini dinyatakan oleh Robert Hooke, yang disebut Hukum Hooke
6. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas yaitu rasio unit tegangan terhadap unit regangan, sering
disebut Modulus Young, Nilai modulus elastisitas setiap bahan berbeda-beda. Unit
regangan merupakan bilangan tanpa dimensi (rasio dua satuan panjang), maka modulus
elastisitas mempunyai satuan yang sama dengan tegangan, yaitu N/m 2. Untuk banyak
bahan-bahan teknik, modulus elastisitas dalam tekanan mendekati sama dengan
modulus elastisitas dalam tarikan
F
τ s
= A
Aksi tegangan geser, misalnya terjadi pada sambungan dengan baut dengan
menggunakan plat pengapit, dimana akibat aksi beban yang bekerja pada batang dan
plat pengapit akan cendrung menggeser baut, dan kecendrungan ini ditahan oleh
tegangan geser pada baut, bentuk sambungan dengan baut dapat dilihat pada Gambar
1.10. Diagram benda menunjukkan bahwa ada kecendrungan untuk menggeser baut,
terlihat juga bahwa gaya gesr V bekerja pada permukaan potongan dari baut. Pada
gambar di atas ada dua bidang geser (mn dan pq), sehingga baut dikatakan mengalami
geser ganda (dua irisan). Dalam geser ganda, masing-masing gaya geser sama dengan
setengah dari beban total yang disalurkan oleh baut, artinya Fs = V = P/2.
Gambaran lebih lengkap tentang aksi tegangan geser, dapat dilihat pada elemen
dari suatu bahan berbentuk persegi panjang, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar
1.11. Muka depan dan belakang dari elemen tidak bertegangan, asumsikan bahwa
tegangan geser τ terbagi rata di seluruh
muka atas. Agar elemen berada dalam keseimbangan dalam arah x, maka gaya geser
total di muka atas harus diimbangi oleh gaya geser yang sama besar tetapi berlawanan
arah di muka bawah. Oleh karena luas muka atas dan bawah sama, maka tegangan geser
di kdua muka tersebut sama.
2. Regangan Geser
Tegangan geser yang bekerja pada suatu elemen bahan yang diserta regangan
geser, dimana tegangan geser tidak mempunyai kecendrungan untuk memperpanjang
atau memperpendek elemen, dengan kata lain panjang sisi tidak berubah. Tegangan
geser menyebabkan perubahan bentuk elemen, dimana elemen semula berbentuk persegi
panjang, berubah bentuk atau terdeformasi menjadi miring, sehingga sudut antara muka
samping berubah. Jadi perubahan sudut pada bagian pokok elemen empat persegi
panjang awal disebut sebagai regangan geser, dan merupakan sudut yang dinyatakan
dalam derajat atau radian dan dinotasikan dengan γ.
G τ
= γ
Komponen gaya pada potongan miring, diuraikan atas dua komponen, yaitu gaya
normal N yang berarah tegak lurus bidang miring, dan gaya geser V yang berarah
Berkaitan dengan gaya N dan V, terjadi tegangan normal dan tegangan geser yang
mempunyai distribusi terbagi rata di seluruh potongan melintang. Tegangan normal
sama dengan gaya normal N dibagi luas potongan A1, dan tegangan geser sama dengan
gaya geser V di bagi dengan luas potongan A1. Jadi kedua tegangannya tersebut :
N V
σ A A
= 1 dan τ= 1
dimana A1 adalah luas potongan miring:
A
c
A o
1 = s α
3. Tegangan Izin
Tegangan izin merupakan batas yang aman dalam perencanaan konstruksi. Penerapan faktor
keamanan pada tegangan luluh (atau kekuatan luluh), diapatkan tegangan izin (atau tegangan kerja) yang
tidak boleh dilampaui dimanapun di dalam struktur, jadi,
σ
σ
Untuk tarik izin y
=
:
n
τ
τ
Untuk izin y
=
geser : n
σy dan τy adalah tegangan luluh dan n adalah faktor keamanan, untuk disain gedung,
faktor keamanan untuk luluh tarik adalah 1,67.
Untuk bahan yang tegangan luluhnya tidak didefinisikan dengan jelas, seperti
kayu dan baja berkekuatan tinggi, maka faktor keamanan diterapkan pada tegangan
ultimit.
σ
i σ
Untuk zi u
tarik : n =
n
i τ
Untuk z u
geser : τ i =
n n
σu dan τu adalah tegangan ultimit dan n adalah faktor keamanan. Faktor keamanan
terhadap kekuatan ultimit dari suatu bahan biasanya lebih besar daripada yang
didasarkan atas kekuatan luluh. Untuk baja lunak, faktor keamanan sebesar 1,67
terhadap luluh sebanding dengan faktor keamanan sebesar kira-kira 2,8 terhadap
kekuatan ultimit.
Soal 1. Sebuah batang baja yang berdiameter 20 mm dengan panjang 0,5 meter,
mengalami beba tarik sebesar 25 kN, sehingga panjangnya menjadi 0,505
meter. Tentukan tegangan dan regangan normal yang terjadi pada batang.
Penyelesaian :
A. Tegangan normal :
P
t 2500
r 0 2
σ tr = N/m
= = 79,58 m
B. Regangan normal :
ε L = L− = 0,5 − =
= Lo 05 0,5 0,01
Soal 2. Bata standar yang mempunyai ukuran 20,31 cm x 10,16 cm x 6,35 cm, ditekan
dengan mesin uji pada arah memanjang. Jika tegangan tekan yang terjadi pada
bata adalah sebesar 0,115 MPa. Tentukan tekan maksimum yang mampu
ditahan bata tersebut.
Penyelesaian :
σ tk = PAtk ⇒ P = σ tk .A
Soal 3. Suatu sambungan dengan baut, memikul gaya tarik sebesar 30 kN. Apabila
diameter baut 10 mm, tentukan tegangan geser yang terjadi pada sambungan
tersebut.
Penyelesaian :
F
s
τ= A
1 (3000
1 P 0 )
2 2 =
τ= 1
4 π .d = 1
4π. 192 .MPa
2
10 2
Penyelesaian :
a. Tegangan normal :
σ = N A1
o
σ =P cos α = 50000 cos 45 = 347 ,23.MPa
b.t45 x1,6
cos α cos 45o
b. Tegangan geser :
τ = V A1
o
τ =P sin α = 50000 sin 45 = 347 ,23 .MPa
b.t45 x1,6
cos α cos 45 o
A. Uji Tarik
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu [Askeland, 1985].
Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain
produk karena mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk
mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.
Pemberian beban pada kedua arah sumbunya diberi beban yang sama besarnya.
Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang dipergunakan pada material.
Dimana spesimen uji yang telah distandarisasi, dilakukan pembebanan uniaxial sehingga
spesimen uji mengalami peregangan dan bertambah panjang hingga akhirnya patah.
Pengujian tarik relatif sederhana, murah dan sangat terstandarisasi dibanding pengujian
lain. Hal-hal yang perlu diperhatikan agar penguijian menghasilkan nilai yang valid adalah;
bentuk dan dimensi spesimen uji, pemilihan grips dan lain-lain.
Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM E8 atau D638.
Bentuk dari spesimen penting karena kita harus menghindari terjadinya patah atau retak
pada daerah grip atau yang lainnya. Jadi standarisasi dari bentuk spesimen uji dimaksudkan
agar retak dan patahan terjadi di daerah gage length.
Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang tidak tepat,
spesimen uji akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah grip (jaw break). Ini akan
menghasilkan hasil yang tidak valid. Face harus selalu tertutupi di seluruh permukaan yang
kontak dengan grip. Agar spesimen uji tidak bergesekan langsung dengan face.
Beban yang diberikan pada bahan yang di uji ditransmisikan pada pegangan bahan yang di
uji. Dimensi dan ukuran pada benda uji disesuaikan dengan estándar baku pengujian.
Sifat – sifat bahan teknik perlu diketahui secara baik karena bahan tersebut dipergunakan
untuk berbagai macam keperluan dalam berbagai keadaan. Sifat bahan yang diinginkan
sangat banyak, antara lain : sifat mekanik ,sifat termal,sifat kimia , sifat fisik , sifat listrik,
sifat teknologi, dan masih banyak lagi. Pada tinjauan kekakuan bahan.
1. Mudah dilakukan
2. Menghasilkan tegangan merata pada penampang
3. Kebanyakan bahan lebih mudah dilakukan uji tarik dari pada uji tekan
Sehingga dalam pengujian bahan teknik, kekuatan paling sering dinyakatan dengan
uji tarik. Uji tarik dilakukan di laboratorium menggunakan beberapa mesin dari mesin uji.
Benda di baca dari jarum penunjuk dan layar dijital. Beberapa mesin uji dapat membaca
dan mencatat data secara otomatis dan menggambarnya dalam kertas plot,tengangan yang
diperoleh dengan membagi beban dengan luas penampang awal spesimen.
Sebagaimana yang dinyatakan sebelumnya nilai tegangan di peroleh dari uji tarik
adalah seperti yang diterangkan di atas. Nilai – nilai ini mendefinisiakan sifat mekanis
yang sangat berguna dakam penerapan kekeuatan bahan.
Ada beberapa sifat mekanis bahan lain yang dapat menjelaskan bagaimana bahan
merespons benda yang bekerja dalam deformasiyang terjadi:
1. Kekeakuan(stiffness) adalah sifat bahan mampu meregang pada tegangan tinggi
tanpa diikuti regangan yang besar.
2. Kekuatan(strength)sifat bahan yang ditentukan oleh tegangan paling besar material
mampu regang sebelum rusak.
3. Elastisitas (elasticity) sifat material yang dapat kembali kebentuk semula setlah
beban dihilangkan.
4. Keuletan( ductility) adalah sifat bahan yang mampu deformasi terhadap beben tarik
sebelum benar-benar patah.
5. Kegetasan(brittleness) menunjukan tidak adanya deformasiplastis sebelum rusak.
6. Kelunakan (malleability)sifat bahan yang mengalami deformasi plastis terhadap
beben tekan yang bekerja sebelum benar-benar patah.
7. Ketangguhan(toughness) ifat material yang mampu menahan beban impak tinggi
atau beban kejutan.
8. Kelenturan (resilience)sifat material yang mampu menerima beban impak tinggi
tanpa menimbulkan tegangan lebih pada batas elastis.
pada bagian ini kita akan pelajari beberapa dari logam yang umum digunakan dalam
permesinan dan struktural. Antara lain:
1. Besi
2. Non besi
Besi dibedakan menjadi beberapa yaitu besi cor, besi tempa, baja. Sedangkan non
besi dibedakan beberapa yaitu semen cor ,kayu, plastik. Semua yang dijelaskan diatah
adalah bahan atau jenis yang biasa digunakaN dalam area industri.
Langkah pengujian tarik, Langkah yang pertama sebelum melakukan praktek pastikan
mesin dalam kondisi baik. Pastikan posisi mesin tersambung datanya dengan komputer.
Siapkan benda kerja atau spesimen yang akan di uji sesuai kebutuhan. Buka cekam pada
mesin dengan jarak yang telah ditentukan jepit dengan kencang janan sampai bergeser
karena bisa mengakibatkan hasil yanag tidak falid.
Sehinga harus diperhatikan cekamannya.baru mesin dinyalakan untuk pengujian tarik.
Sampai dengan bendakerja tersebut patah atau mengalami deformasi.
Sedangkan langkah pengujian hardness mengunakan mesin yang bersifat menekan ban
ada 4 pengujian dan masing –masing pengujian cara nya sama tinggal alat bantunya saja
yang berbeda.jadi pasang benda kerja pada ragum mesin kemudian pasang mata pada
ujung ragum mesin tersebut dan lakukan penekanan. Maka nilai nya akan muncul pada
jarum penunjuk.
E. Analisis perhitungan
Perhitungan ALUMINIUM
Tabel 2.2
N Nilai tekan rata- keterang
SPESIMEN T
O rata an
Alimumini a) 10
1 88,5 HRC
um dtk
b) 15
87,67 HRC
dtk
c) 20
84,5 HRC
dtk
a) 10
2 Besi 42,33 HRC
dtk
b) 15
44,83 HRC
dtk
c) 20
46,5 HRC
dtk
a) 10
3 Epoxy 17 HRC
dtk
b) 15
15.17 HRC
dtk
c) 20
15,33 HRC
dtk
Apakah waktu percobaan (t) mempengaruhi hasil nilai uji tekan suatu material ? pada
tabel percobaan diatas dapat disimpulkan kita dapat mengetahui bahwa pada aluminium
dan epoxy semakin lama waktu percobaan maka semakin rendah nilai tekanan yang di
hasilkan, dan pada besi semakin lama waktu maka semakin besar nilai tekanan yang
dihasilkan.
Rotasi juga disebut momen, diawali dari kerja Archimedes dalam lever.
Informalnya, torsi dapat dipikir sebagai gaya rotasional. Analog rotational dari gaya,
masa, dan percepatan adalah torsi, momen inersia dan percepatan angular. Gaya yang
bekerja pada lever, dikalikan dengan jarak dari titik tengah lever, adalah torsi.
Contohnya, gaya dari tiga newton bekerja sepanjang dua meter dari titik tengah
mengeluarkan torsi yang sama dengan satu newton bekerja sepanjang enam meter dari
titik tengah. Ini menandakan bahwa gaya dalam sebuah sudut pada sudut yang tepat
kepada lever lurus. Lebih umumnya, seseorang dapat mendefinisikan torsi sebagai
perkalian silang:
di mana
Gambar pintu dilihat dari atas. Tinjau sebuah contoh di mana pintu didorong
dengan dua gaya, di mana kedua gaya mempunyai besar dan arah sama; arah gaya
tegak lurus pintu.
Tinjau dua contoh lain seperti ditunjukkan pada gambar di atas. Walaupun besar
gaya F2 dan F3 sama tetapi arah kedua gaya berbeda sehingga lengan gaya (l) berbeda.
Pada gambar c, arah garis kerja gaya berhimpit dengan sumbu putar sehingga lengan
gaya bernilai nol. Lengan gaya diketahui dengan menggambarkan garis dari sumbu
rotasi menuju garis kerja gaya, di mana garis dari sumbu rotasi harus tegak lurus atau
membentuk sudut 90o dengan garis kerja gaya. Amati gambar b agar anda lebih
memahami penurunan rumus lengan gaya berikut ini.
Keterangan :
l
lengan gaya, r = titik kerja gaya dengan sumbu
= jarak rotasi
u g
n a
t y
Persam diguna u menghitun lenga a
aan 1 kan k g n .
J m 9
i F a 0
o
k teg lurus k sudut yang dibentuk
a ak dengan r a adalah .
l = r sin 90o =
(r)(1)
l=r
Besar momen gaya Secara matematis, besar momen gaya adalah hasil kali besar
gaya (F) dengan lengan gaya (l).
Arah momen gaya Momen gaya merupakan besaran vektor karenanya selain
mempunyai besar, momen gaya juga mempunyai arah. Arah momen gaya diketahui
dengan mudah menggunakan aturan tangan kanan. Putar keempat jari tangan kanan
anda, sedangkan ibu jari tangan kanan ditegakkan.
Arah putaran keempat jari tangan merupakan arah rotasi sedangkan arah yang
ditunjukan oleh ibu jari merupakan arah momen gaya. Jika arah momen gaya ke atas
(searah sumbu y positif) atau ke kanan (searah sumbu x positif) maka momen gaya atau
torsi bernilai positif. Sebaliknya jika
arah momen gaya ke bawah (searah sumbu –y) atau ke kiri (searah sumbu –x)
maka momen gaya bernilai negatif.
Dengan kata lain, jika arah rotasi benda searah dengan putaran jarum jam maka momen
gaya bernilai negatif. Sebaliknya jika arah rotasi benda berlawanan dengan putaran
jarum jam maka momen gaya bernilai positif.
Pembahasan :
Pada gambar di atas, momen gayanya searah yaitu sama-sama searah jarum jam
sehingga resultan momen gayanya merupakan jumlah dari semua torsi yang bekerja.
⇒ ∑τ = 36 x 10-2 + 20 x 10-2
⇒ ∑τ = 56 x 10-2 Nm
⇒ ∑τ = 0,56 Nm.
Pembahasan :
Ingat bahwa untuk mengerjakan soal tentang torsi atau momen gaya, perhatikan
gaya harus tegak lurus dengan lengannya. Karena F2 belum tegak lurus dengan
lengannya maka harus diproyeksikan terlebih dahulu menjadi F2x dan F2y seperti di
bawah ini.
∑τ = τ2y + τ1
⇒ ∑τ = 20 + 40
⇒ ∑τ = 60 Nm.
Contoh 3 : Sebuah batang homogen bermassa 3 kg dan panjang 40 cm, diberi beban 2
kg pada salah satu ujungnya dan ujung lainnya sebagai tumpu. Jika F sebesar 280 N
mengarah ke atas bekerja pada jarak 5 cm dari titik tumpu, maka hitunglah momen
gayanya.
Pembahasan :
Ingat bahwa batang memiliki gaya berat yang arahnya ke bawah dan akan
berkontribusi dalam perhitungan momen gaya karena gaya berat tegak lurus dengan
lengannya. Jika digambarkan, gaya-gaya yang bekerja akan seperti di bawah ini.
Dari gambar di atas terlihat bahwa torsi akibat gaya berat searah dengan jarum jam
sedangkan torsi akibat gaya ke atas berlawan dengan arah jarum jam sehinga momen
gaya total adalah :
⇒ ∑τ = 14 − 14
⇒ ∑τ = 0.
Dengan begitu berarti batang tidak berputar atau berada dalam kesetimbangan.
Contoh 4 : Jika poros perputaran oleh gaya-gaya yang bekerja berada pada titik pusat
persegi, maka hitunglah momen gaya total.
Pembahasan :
Pada gambar di atas, gaya yang sudah memenuhi syarat yaitu tegak lurus dengan
lengan gayanya adalah F2 dan F3. F1 jelas tidak memenuhi syarat dan torsinya sama
dengan nol. Sedangkan F4 harus diproyeksikan terlebih dahulu menjadi F4x dan F4y
sebaga berikut :
Dari gambar jelas terlihat bahwa F4x dan F4y memenuhi syarat yaitu tegak lurus
dengan lengannya. Jika R2 adalah lengan F2, R3 adalah lengan F3, R4x adalah lengan
F4x dan R4y adalah lengan F4y, maka resultan torsinya adalah :
∑τ = τ2 + τ3 + τ4x − τ4y
⇒ ∑τ = 4 + 4 − 8
⇒ ∑τ = 0.
Melalui
Silinder
titik pusat
pejal
silinder
Silinder Melalui
berongg titik pusat
a silinder
Silinder
Melalui
pejal
titik pusat
berongg
silinder
a
Melintan
g
Silinder
terhadap
pejal
titik pusat
silinder
Bola Tepat
berongg melalui
a titik pusat
Melintan
g
Cincin
terhadap
tipis
titik pusat
cincin
Tepat
Plat melalui
datar titik pusat
plat
Melalui
Kerucut
titik pusat
pejal
silinder
B. Momen inersia
Momen inersia (Satuan SI : kg m2) adalah ukuran kelembaman suatu benda
untuk berotasi terhadap porosnya. Besaran ini adalah analog rotasi daripada massa.
Momen inersia berperan dalam dinamika rotasi seperti massa dalam dinamika dasar,
dan menentukan hubungan antara momentum sudut dan kecepatan sudut, momen gaya
dan percepatan sudut, dan beberapa besaran lain. Meskipun pembahasan skalar
terhadap momen inersia, pembahasan menggunakan pendekatan tensor memungkinkan
analisis sistem yang lebih rumit seperti gerakan giroskopik.
Lambang dan kadang-kadang juga biasanya digunakan untuk merujuk
kepada momen inersia.
di mana m adalah massa dan r adalah jarak tegak lurus terhadap sumbu rotasi.
C. Analisis
Momen inersia (skalar) sebuah massa titik yang berputar pada sumbu yang
diketahui didefinisikan oleh
Momen inersia adalah aditif. Jadi, untuk sebuah benda tegar yang terdiri atas N
massa titik mi dengan jarak ri terhadap sumbu rotasi, momen inersia total sama
dengan jumlah momen inersia semua massa titik:
Untuk benda pejal yang dideskripsikan oleh fungsi kerapatan massa ρ(r), momen
inersia terhadap sumbu tertentu dapat dihitung dengan mengintegralkan kuadrat jarak
terhadap sumbu rotasi, dikalikan dengan kerapatan massa pada suatu titik di benda
tersebut:
di mana
Berdasarkan analisis dimensi saja, momen inersia sebuah objek bukan titik
haruslah mengambil bentuk:
di mana
M adalah massa
R adalah jari-jari objek dari pusat massa (dalam beberapa kasus, panjang objek
yang digunakan)
k adalah konstanta tidak berdimensi yang dinamakan "konstanta inersia", yang
berbeda-beda tergantung pada objek terkait.
1.
Massa bola m1 adalah 100 gram dan massa bola m2 adalah 200 gram. Kedua bola
dihubungkan dengan kawat yang mempunyai panjang 60 cm dan massanya diabaikan.
Sumbu AB terletak di tengah-tengah kawat. Momen inersia sistem kedua bola terhadap
sumbu AB adalah…
Pembahasan
Diketahui :
I = m1 r1 2 + m2 r2 2
I = (0,1 kg)(0,3 m) 2 + (0,2 kg)(0,3 m) 2
I = (0,1 kg)(0,09 m2 ) + (0,2 kg)(0,09 m2 )
I = 0,009 kg m 2 + 0,018 kg m 2
I = 0,027 kg m 2
Massa bola m1 adalah 200 gram dan massa bola m2 adalah 100 gram. Kedua bola
dihubungkan dengan kawat yang mempunyai panjang 60 cm dan massanya diabaikan.
Sumbu AB terletak di bola m2. Momen inersia sistem kedua bola terhadap sumbu AB
adalah…
Pembahasan
Diketahui :
Massa bola 1 (m1) = 200 gram = 200/1000 = 0,2 kilogram
Jarak bola 1 dari sumbu rotasi (r1) = 60 cm = 60/100 = 0,6 meter
Massa bola 2 (m2) = 100 gram = 100/1000 = 0,1 kilogram
Jarak bola 2 dari sumbu rotasi (r2) = 0 meteR
Ditanya : Momen inersia sistem kedua bola
Jawab :
I = m1 r1 2 + m2 r2 2
I = (0,2 kg)(0,6 m) 2 + (0,2 kg)(0) 2
I = (0,2 kg)(0,36 m2 ) + 0
I = 0,072 kg m2
A. TEGANGAN (STRESS)
Secara umum tegangan teknik dirumuskan sebagai:
Keterangan:
F = beban yang diberikan ( lb atau N )
AO = luas penampang bahan sebelum dibebani ( in^2 atau m^2 )
σ = psi, MPa.
Tegangan atau Stress adalah gaya reaksi atau gaya untuk mengembalikan ke bentuk
semula. Gaya ini mengembalikan benda ke bentuk semula persatuan luas terbagi rata
diseluruh permukaan.
B. TEGANGAN GESER
Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya yang berlawanan
arah, tegak lurus sumbu batang, tidak segaris gaya namun pada penampangnya tidak terjadi
momen. Tegangan ini banyak terjadi pada konstruksi. Misalnya: sambungan keling,
gunting, dan sambungan baut.
Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya yang berlawanan
arah, tegak lurus sumbu batang, tidak segaris gaya namun pada penampangnya tidak terjadi
momen. Tegangan ini banyak terjadi pada konstruksi. Misalnya: sambungan keling,
gunting, dan sambungan baut.
Sifat dari tegangan geser yakni apabila tegangan geser pada muka yang berhadapan (dan
sejajar) dari suatu elemen sama besar dan berlawanan arah. Dan apabila tegangan geser
di muka yang bersebelahan (dan tegak lurus) dari suatu elemen sama besar dan
mempunyai arah sedemikian sehingga tegangan-tegangan tersebut saling menuju atau
saling menjauhi garis perpotongan kedua muka tersebut.
Apabila tegangan geser dijabarkan dalam rumus, maka tegangan geser akan menjadi :
τ = V/A
dimana :
τ = tegangan geser (N/m2)
V = gaya geser (newton)
A = luas (m2)
C. TEGANGAN LENTUR
Tegangan
lentur ialah tegangan yang terjadi bila pada suatu bagian benda (batang) bekerja momen
lentur, sehingga pada lapisan lapisan batang tersebut terjadi tegangan tegangan tarik dan
tegangan tegangan tekan.
σlentur = wl = C= h
Wp = . . .
= 0,2 .
Tegangan puntir disebabkan oleh momen puntir yang bekerja pada penampang
batang. Dalam menganalisa tegangan puntir, momen torsi yang biasanya dinyatakan dalam
vektor rotasi diubah menjadi vektor translasi dengan menggunakan aturan tangan kanan.
Lipatan jari tangan menunjukkan arah vektor rotasi dan jari jempol menunjukkan vektor
translasi. Seperti halnya gaya aksial, tegangan puntir muncul (momen puntir ada) bila
batang tersebut dipotong. Metode irisan tetap digunakan untuk mendapatkan momen puntir
Poros yang mengalami Puntiran Untuk mencari hubungan antara momen puntir dalam
dengan tegangan pada penampang batang bulat, perlu dibuatkan asumsi sbb:
a. Potongan normal tetap di bidang datar sebelum maupun sesudah puntiran.
b. Regangan geser berbanding lurus terhadap sumbu pusat.
c. Potongan normal tetap berbentuk bulat selama puntiran.
d. Batang dibebani momen puntir dalam bidang tegak lurus sumbu batang.
e. Tegangan puntir tidak melebihi batas proporsional.
f. Tegangan geser berubah sebanding dengan regangan linear.
Berdasarkan asumsi yang diambil (butir 2 dan 6) maka tegangan geser maksimum
terletak pada keliling penampang sehingga dapat dicari hubungan antara tegangan geser
dengan jarak terhadap sumbu pusat. Gaya geser inilah nantinya akan mengantisipasi
momen torsi luar.Besar momen inseria polar dari luas penampang, yang dinotasikan
sebagai I p, sehingga
Ip = π D4
τ=
Dimana :
t = tegangan geser
I p = Momen inersia polar penampang luas.
c = jari-jari lingkaran
Dalam mendesain bagian-bagian struktur yang menyangkut kekuatan, maka tegangan
geser yang memenuhi syaratlah yang dipilih. Karena batang yang mengalami puntiran
sering dipakai untuk meneruskan gaya, maka percobaan puntiran pada batang sering
dilakukan.
A. Tegangan Kombinasi
Tegangan yang timbul secara serempak pada suatu kontruksi dinamakan kontruksi
menerima tegangan kombinasi.
Tegangan kombinasi antara lain :
a . Tegangan lentur dan geser
b . Tegangan lentur dan puntir
Gaya P ini menyebabkan beban normal, maka pada A timbul tegangan geser. Batang
akan menerima tegangan lengkung dan dan bila tegangan geser ini besar maka harus
dihitung tegangan kombinasinya terhadap batang.
Tegangan kombinasi yang sering di sebut tegangan ideal untuk tegangan lentur dan
tegangan geser menurut Huber Henky adalah
cm.
Tentukan tegangan idealnya.
Penyelesaian :
Penyelesaian :
Momen puntir untuk poros
MW = 2 P1 R1 – P1R1 = 2 P2R2 – P2R2
AH = 540.130
369,5 kg
190
BH = 540.60
170,5 kg
190
Momen bengkok dari gaya tegak (vertikal) diperoleh
MA = 0
MCV = AV . 60 = 56,8.60 = 3408 kgcm
MDV = AV . 140 = 56,8.140 = 7952 kgcm
Momen bengkok dari gaya mendatar (horisontal) diperoleh
MCH = AH . 60 = 369,5.60 = 22170 kgcm
MDH = AH . x – 540 ( x – 60 )
= 369,5 . 140 – 540 (140 – 60)
= 8530 kgcm
MB = 0
Momen di C.
MC = 2
M CV M C H
2
= 3408 22170
2 2
= 22430 kg/cm
Momen di D.
MD = MD 2 M 2
DV DH
= ( 22430) (3600) 2
2
= 22717 kg/cm
Tekanan momen lengkung
W1 = 0,1 d3
III. Benda tegar adalah benda yang tidak mengalami perubahan bentuk akibat pengaruh
gaya atau momen gaya. Syarat Keseimbangan benda tegar dapat dicapai jika resultan
gaya dan resultan momen gaya terhadap suatu titik sembarang sama dengan nol. Jenis –
jenis keseimbangan, yaitu:
1. Keseimbangan statik, dikelompokkan menjadi tiga,yaitu:
a) Keseimbangan stabil
b) Keseimbangan labil
c) Keseimbangan netral/inferen
IV. Jika suatu batang prismatik, dengan luas tampang seragam di sepanjang batang,
menerima beban atau gaya searah dengan panjang batang, maka gaya tersebut akan
menimbulkan tegangan atau tekanan pada tampang batang.
Tegangan atau Stress adalah gaya reaksi atau gaya untuk mengembalikan ke bentuk
semula. Gaya ini mengembalikan benda ke bentuk semula persatuan luas terbagi rata
diseluruh permukaan. Dalam pembahasan ini ada tiga jenis-jenis tegangan yaitu tegangan
geser,tegangan lentur,dan tegangan puntir.
V. Tegangan kombinasi adalah tegangan yang timbul secara serempak pada suatu kontruksi
dinamakan kontruksi menerima tegangan kombinasi.
Tegangan kombinasi bermacam-macam jenis kombinasinya seperti tegangan lentur
dengan geser dan tegangan lentur dengan puntir.
http://momentumsudutdanrotasibendategar.blogspot.com/
http://www.fisdasbook.com
http://www.fisika ceria.com