Anda di halaman 1dari 58

BUKU KULIAH

MEKANIKA MATERIAL

Dosen Pengampu :

Drs. Putut Murdanto, S.T.,M.T

Disusun Oleh :

Very Agustine

180511625531

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME, karena atas izin dan karunia-Nyalah sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah atau buku kuliah Mekanika Material dari hasil diskusi kelas
selama satu semester. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Mekanika Material Bapak Putut Murdanto selaku dosen pengampu mata kuliah tersebut.

Makalah ini disusun atas dasar susunan dari beberapa makalah dari lima kelompok
sebagai kelengkapan nilai dan tugas akhir pada mata kuliah Mekanika Material. Adapun tujuan
dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai Tegangan
Regangan, Uji Tarik, Momen Gaya & Momen Inersia, Tegangan Geser,lentur & Puntiran, serta
Jenis-jenis perhitungan gabungan (geser,lentur & puntiran). Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi
penulisan maupun isi. Oleh sebab itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun
guna kesempurnaan makalah ini dan mohon maaf yang sebesar besarnya.

Malang, 29 November 2018

Very Agustine

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul..............................................................................................................i
Kata Pengantar................................................................................................................ii
Daftar isi.........................................................................................................................iii
BAB I
Jenis Tegangan dan Regangan.........................................................................................1
A. Tegangan dan Regangan Normal................................................................................1
B. Tegangan dan Regangan Geser.................................................................................11
C. Tegangan Pada Potongan Miring...............................................................................14
D. Tegangan Batas Luluh, Tegangan Izin dan Beban Izin.............................................16
E. Contoh Soal dan Pembahasan....................................................................................18
BAB II
Pengujian Tarik..............................................................................................................23
A. Uji Tarik....................................................................................................................23
B. Sifat Mekanisme Bahan.............................................................................................24
C. Jenis Bahan................................................................................................................24
D. Langkah-langkah Pengujian Tarik............................................................................25
E. Analisis Perhitungan..................................................................................................25
F. Spesifikasi Teknik ROCKWELL..............................................................................26
G. Pengoperasian Alat Uji Tekan..................................................................................26
BAB III
Momen Gaya dan Momen Inersia.................................................................................28
A. Momen Gaya (torsi)..................................................................................................28
B. Momen Inersia..........................................................................................................36
C. Analisis.....................................................................................................................37
BAB IV
Jenis Tegangan Geser, Lentur dan Puntiran...................................................................41
A. Tegangan (Stress)......................................................................................................41
B. Tegangan Geser.........................................................................................................41
C. Tegangan Lentur.......................................................................................................43
D. Tegangan Puntiran....................................................................................................44
BAB V
Jenis Tegangan Gabungan Geser, Lentur dan Puntiran..................................................47
BAB VI
Kesimpulan....................................................................................................................52
Penutup..........................................................................................................................54
Daftar Pustaka................................................................................................................55

iii
BAB I
JENIS TEGANGAN dan REGANGAN

A. Tegangan dan Regangan Normal


1. Tegangan Normal
Konsep paling dasar dalam mekanika bahan adalah tegangan dan regangan. Konsep ini
dapat diilustrasikan dalam bentuk yang paling mendasar dengan meninjau sebuah batang
prismatis yang mengalami gaya aksial. Batang prismatis adalah sebuah elemen struktur lurus
yang mempunyai penampang konstan di seluruh panjangnya, dan gaya aksial adalah beban
yang mempunyai arah yang sama dengan sumbu elemen, sehingga mengakibatkan terjadinya
tarik atau tekan pada batang. Kondisi tarik atau tekan terjadi pada struktur, misalnya pada
elemen di rangka batang di jembatan, dan kondisi tekan terjadi pada strukur, yaitu pada elemen
kolom di gedung. Pembebanan batang secara aksial dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Pembebanan Batang Secara Aksial

1
Sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1, suatu batang dengan luas penampang konstan,
dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier dengan arah saling berlawanan
yang berimpit pada sumbu longitudinal batang dan bekerja melalui pusat penampang melintang
masing-masing.
Untuk keseimbangan statis besarnya gaya-gaya harus sama. Gaya-gaya diarahkan
menjauhi batang, maka batang disebut ditarik, sedangkan gaya-gaya diarahkan pada batang,
maka batang disebut ditekan. Aksi pasangan gaya-gaya tarik atau tekan, hambatan internal
terbentuk di dalam bahan dan karakteristiknya dapat dilihat pada potongan melintang di
sepanjang batang.
Intensitas gaya (gaya per satuan luas) disebut tegangan dan diberi notasi σ (sigma).
Jadi gaya aksial P yang bekerja pada penampang adalah resultan dari teganagan yang
terdistribusi kontinu.
Dengan mengasumsikan bahwa tegangan terbagi rata di seluruh potongan penampang,
kita dapat melihat bahwa resultannya harus sama dengan intensitas σ dikalikan dengan luas
penampang A dari batang tersebut. Dengan demikian, besarnya tegangan dapat dinyatakan
dengan rumus:
P
σ =A
Jadi dapat didefinisikan bahwa tegangan normal adalah intensitas gaya normal per unit luasan,
yang dinyatakan dalam satuan N/m2 disebut juga pascal (Pa)) atau N/mm2 disebut juga
megapascal (MPa).
Apabila gaya-gaya dikenakan pada ujung-ujung batang dalam arah menjahui dari
batang, sehingga batang dalam kondisi tertarik, maka terjadi suatu tegangan tarik pada batang,
selanjutnya dapat dinyatakan dengan rumus:
σ = P
tr
tr A

2
Jika batang -gaya dikenakan pada ujung-ujung batang dalam arah menuju ke batang, sehingga
batang dalam kondisi tertekan, maka terjadi tegangan tekan, batang, selanjutnya dapat
dinyatakan dengan rumus:
P
tk
σ =
tk A

2. Regangan Normal

Suatu batang lurus akan mengalami perubahan panjang apabila dibebani secara aksial,
yaitu menjadi panjang jika mengalami tarik dan menjadi pendek jika mengalami tekan. Sebagai
contoh diperlihatkan pada Gambar 1.2, perpanjangan dari batang tersebut adalah hasil
komulatif dari perpanjangan semua elemen bahan di seluruh volume batang.

Gambar 1.2 Pertambahan Panjang Batang

Pertambahan panjang pada batang dinotasikan dengan ∆ (delta), s dimana satu satuan panjang
dari batang akan mempunyai perpanjangan yang sama dengan 1/L kali perpanjangan total ∆.
Perpanjangan pada batang dapat diukur untuk setiap kenaikan tertentu dari beban aksial.
Dengan demikian konsep perpanjangan per satuan panjang, atau disebut regangan

3
Jadi Perpanjangan per unit panjang disebut regangan normal, dinyatakan tidak
berdimensi, artinya regangan tidak mempunyai satuan. Regangan ε disebut regangan normal
karena regangan ini berkaitan dengan tegangan normal. Jika batang mengalami tarik, maka
regangannya disebut regangan tarik, yang menunjukkan perpanjangan bahan. Demikian juga
halnya jika batang mengalami tekan, maka regangannya disebut regangan tekan, dan batang
tersebut memendek. Regangan tarik biasanya bertanda positif dan regangan tekan bertanda
negatif.

3. Kurva Tegangan-Regangan

Hasil-hasil pengujian biasanya tergantung paada benda uji. Karena sangat kecil
kemungkinannya kita menggunakan struktur yang ukurannya sama dengan ukuran benda uji,
maka kita perlu menyatakan hasil pengujian dalam bentuk yang dapat diterapkan pada elemen
struktur yang berukuran berapapun. Cara sederhana untuk mencapai tujuan ini adalah dengan
mengkonversikan hasil pengujian tersebut ke tegangan dan regangan.
Setelah melakukan uji tarik atau tekan dan menentukan tegangan dan regangan pada
berbagai taraf beban, kita dapat memplot diagram tegangan dan regangan. Diagram tegangan-
regangan merupaka karakteristik dari bahan yang diuji dan memberikan informasi penting
tentang besarab mekanis dan jenis perilaku.

Bahan baja struktural, yang dikenal dengan baja lunak atau baja karbon rendah. Baja
struktural adalah salah satu bahan metal yang paling banyak digunakan untuk gedung,
jembatan, menara, dan jenis struktur lain. Diagram tegangan-regangan untuk baja struktural
tipikal yang mengalami tarik diperlihatkan pada Gambar 1.3.

Dimana diagram dimulai dengan garis lurus dari pusat sumbu 0 ke titik A, yang berarti
bahwa hubungan antara tegangan dan regangan pada daerah ini linier dan proporsional, dimana
titik A tegangan maksimum, tidak terjadi perubahan bentuk ketika beban diberikan disebut
batas elastis, jadi tegangan di A disebut limit proporsional, dan OA disebut daerah elastis.

4
Gambar 1.3 Kurva Tegangan-Regangan Baja Struktural

Dengan meningkatnya tegangan hingga melewati limit proporsional, maka regangan


mulai meningkat secara lebih cepat untuk setiap pertambahan tegangan. Dengan demikian
kurva tegangan-regangan mempunyai kemiringan yang berangsur-angsur semakin kecil
sampai pada titik B kurva tersebut menjadi horisontal. Mulai dari titik B terjadi perpanjangan
yang cukup besar pada benda uji tanpa adanya pertambahan gaya tarik (dari B ke C), fenomena
ini disebut luluh dari bahan, dan titik B disebut titik luluh. Di daerah antara B dan C, bahan
menjadi plastis sempurna, yang berarti bahwa bahan terdeformasi tanpa adanya pertambahan
beban. Sesudah mengalami regangan besar yang terjadi selama peluluhan di daerah BC, baja
mulai mengalami pengerasan regang (strain hardening). Perpanjangan benda di daerah ini
membutuhkan peningkatan beban tarik, sehingga diagram tegangan-regangan mempunyai
kemiringan positif dari C ke D, dan beban pada akhirnya mencapai harga maksimum, dan
tegangan di titik D disebut tegangan ultimit. Penarikan batang lebih lanjut akan disertai dengan
pengurangan beban dan akhirnya terjadi putus/patah di suatu titik yaitu pada titik E.

5
Tegangan luluh dan tegangan ultimit dari suatu bahan disebut juga masing-masing kekuatan
luluh dan kekuatan ultimit. Kekuatan adalah sebutan umum yang merujuk pada kapasitas suatu
struktur untuk menahan beban. Sebagai contoh kekuatan luluh dari suatu balok adalah besarnya
beban yang dibutuhkan untuk terjadinya luluh di balok tersebut, dan kekuatan ultimit dari suatu
rangka batang adalah beban maksimum yang dapat dipikulnya, yaitu beban gagal. Tetapi dalam
melakukan uji tarik untuk suatu bahan, didefinisikan kapasitas pikul beban dengan tegangan di
suatu benda uji, bukannya beban total yang bekerja pada benda uji. Karena itu, kekuatan bahan
biasanya dinyatakan dalam tegangan. Berikut ini dapat dilihat kurva tegangan-regangan untuk
berbagai bahan baja lainnya dan karet pada Gambar 1.4 sampai dengan Gambar 1.8.

Gambar 1.4 Kurva Tegangan-Regangan Baja Karbon Medium

Gambar 1.5 Kurva Tegangan-Regangan Baja Campuran

6
Gambar 1.6 Kurva Tegangan-Regangan Baja Karbon Tinggi

Gambar 1.7 Kurva Tegangan-Regangan Besi Kasar

Gambar 1.8 Kurva Tegangan-Regangan Karet

7
4. Bahan Liat dan Bahan Rapuh

Bahan-bahan logam biasanya diklasifikasikan sebagai bahan liat (ductile) atau bahan rapuh
(brittle). Bahan liat mempunyai gaya regangan (tensile strain) relatif besar sampai dengan titik
kerusakan, misalnya baja atau aluminium. Sedangkan bahan rapuh mempunyai gaya regangan
yang relatif kecil sampai dengan titik yang sama, misalnya besi cor dan beton. Batas regangan
0,05 sering dipakai untuk garis pemisah di antara bahan liat dan bahan rapuh.

5. Hukum Hooke

Hubungan tegangan-regangan untuk nilai regangan yang cukup kecil adalah linier. Hubungan
linier antara pertambahan panjang dan gaya aksial yang menyebabkannya, hal ini dinyatakan
oleh Robert Hooke, yang disebut Hukum Hooke

6. Modulus Elastisitas

Modulus elastisitas yaitu rasio unit tegangan terhadap unit regangan, sering disebut Modulus
Young, Nilai modulus elastisitas setiap bahan berbeda-beda. Unit regangan merupakan
bilangan tanpa dimensi (rasio dua satuan panjang), maka modulus elastisitas mempunyai
satuan yang sama dengan tegangan, yaitu N/m2. Untuk banyak bahan-bahan teknik, modulus
elastisitas dalam tekanan mendekati sama dengan modulus elastisitas dalam tarikan

7. Sifat-Sifat Mekanis Bahan

Batas proporsional (proportional limit), yaitu tegangan maksimum yang terjadi selama
diberikan beban, sehingga tegangan merupakan fungsi linier dari regangan. Batas elastis
(elastic limit), yaitu tegangan maksimum yang terjadi selama diberikan beban, sehingga tidak
terjadi perubahan bentuk atau deformasi ketika pembebanan dipindahkan.

8
Untuk kebanyakan bahan nilai batas elastis dan batas proporsional hampir sama. Nilai batas
elastis selalu sedikit lebih besar dari pada batas proporsi. Selang elastis (elastic ranges) yaitu
rentang kurva tegangan-regangan yang terjadi dari origin sampai batas proporsi. Selang plastis
(plastic ranges), yaitu rentang kurva tegangan-regangan yang ditarik dari batas proporsi
sampai runtuh.

Titik leleh, yaitu titik dimana terjadi peningkatan atau penambahan regangan tanpa adanya
penambahan tegangan. Setelah pembebanan mencapai titik leleh, maka selanjutnya dikatakan
terjadi kelelehan. Tegangan maksimum, terjadi dimana titik maksimum pada kurva diketahui
sebagai tegangan maksimum atau tegangan puncak dari bahan. Sedangkan Tegangan putus,
terjadi di titik dimana tegangan putus dari bahan.
Modulus Kekenyalan, keuletan (modulus of resilence), yaitu kemampuan bahan menyerap
energi pada selang elastisnya. Sedangkan batas kekenyalan, yaitu kerja yang dilakukan suatu
unit volume bahan dengan gaya tarikan yang dinaikan secara bertahap dari nol sampai batas
proporsi. Dan Modulus Kekerasan (modulus of toughness), yaitu kerja yang dilakukan suatu
unit bahan dari nol sampai keruntuhan. Kekerasan bahan adalah kemampuan untuk menyerap
energi pada selang plastis dari bahan.
Persentase pengurangan luas penampang, yaitu penurunan luas penampang dari luasan awal
pada bagian patah dibagi dengan luasan awalnya dikalikan dengan seratus. Sedangkan
persentase pertambahan panjang (elongation), yaitu pertambahan panjang setelah patah
dibagi dengan panjang awal dan dikalikan dengan seratus.

Kekuatan lelah (yield strength), sisa regangan, yaitu dimana bahan mengalami perubahan
bentuk atau deformasi yang tetap ketika pembebanan dipindahkan. Perubahan bentuk biasanya
diambil 0,0035. Modulus tangen, yaitu laju perubahan tegangan terhadap perubahan
regangan, dan merupakan bentuk modulus sesaat. Koefisien ekspansi linier, yaitu perubahan
panjang per unit panjang suatu batang lurus karena perubahan suhu sebesar satu derajat.

9
Rasio poisson, yaitu rasio regangan pada arah lateral (tegak lurus terhadap pembebanan)
terhadap arah aksial. Kebanyakan logam mempunyai nilai rasio poisson (μ) antara 0,25 sampai
0,35.Kekuatan spesifik, yaitu rasio tegangan maksimum terhadap berat spesifik (berat per unit
volume). Modulus spesifik, yaitu perbandingan modulus young terhadap berat spesifik bahan.

Tabel 2.1 Sifat-Sifat Bahan Teknik pada suhu 20oC

8. Klasifikasi Bahan

Homogen, yaitu mempunyai sifat elastis (E, μ) yang sama pada keseluruhan titik pada bahan.
Isotropis, yaitu mempunyai sifat elastis yang sama pada semua arah pada setiap titik dalam
bahan. Tidak semua bahan mempunyai sifat isotropis. Apabila suatu bahan tidak memiliki
suatu sifat simetri elastik, maka bahan disebut anisotropis

10
B. Tegangan dan Regangan Geser

1. Tegangan Geser

Tegangan geser bekerja di sepanjang atau sejajar bidang. Tegangan geser merupakan tegangan
yang bekerja dalam arah tangensial terhadap permukaan bahan, dan dapat dilihat pada Gambar
1.9. Tegangan geser dinotasikan dengan τ (tou), yaitu gaya gesek dibagi luasan, dengan satuan,
N/m2 atau N/mm2, dan dinyatakan dengan persamaan:

Fs
τ= A

Gambar 1.9 Tegangan Geser Pada Bidang

Gambar 1.10 Sambungan dengan Baut

11
Aksi tegangan geser, misalnya terjadi pada sambungan dengan baut dengan menggunakan plat
pengapit, dimana akibat aksi beban yang bekerja pada batang dan plat pengapit akan cendrung
menggeser baut, dan kecendrungan ini ditahan oleh tegangan geser pada baut, bentuk
sambungan dengan baut dapat dilihat pada Gambar 1.10. Diagram benda menunjukkan bahwa
ada kecendrungan untuk menggeser baut, terlihat juga bahwa gaya gesr V bekerja pada
permukaan potongan dari baut. Pada gambar di atas ada dua bidang geser (mn dan pq), sehingga
baut dikatakan mengalami geser ganda (dua irisan). Dalam geser ganda, masing-masing gaya
geser sama dengan setengah dari beban total yang disalurkan oleh baut, artinya Fs = V = P/2.

Gambaran lebih lengkap tentang aksi tegangan geser, dapat dilihat pada elemen dari suatu
bahan berbentuk persegi panjang, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 1.11. Muka depan
dan belakang dari elemen tidak bertegangan, asumsikan bahwa tegangan geser τ terbagi rata di
seluruh

muka atas. Agar elemen berada dalam keseimbangan dalam arah x, maka gaya geser total di
muka atas harus diimbangi oleh gaya geser yang sama besar tetapi berlawanan arah di muka
bawah. Oleh karena luas muka atas dan bawah sama, maka tegangan geser di kdua muka
tersebut sama.

Gambar 1.11 Elemen Persegi Panjang Mengalami Tegangan Geser

12
2. Regangan Geser

Tegangan geser yang bekerja pada suatu elemen bahan yang diserta regangan geser, dimana
tegangan geser tidak mempunyai kecendrungan untuk memperpanjang atau memperpendek
elemen, dengan kata lain panjang sisi tidak berubah. Tegangan geser menyebabkan perubahan
bentuk elemen, dimana elemen semula berbentuk persegi panjang, berubah bentuk atau
terdeformasi menjadi miring, sehingga sudut antara muka samping berubah. Jadi perubahan
sudut pada bagian pokok elemen empat persegi panjang awal disebut sebagai regangan geser,
dan merupakan sudut yang dinyatakan dalam derajat atau radian dan dinotasikan dengan γ.

Gambar 1.12 Perubahan Sudut Elemen Persegi Panjang

Gambar 1.13 Perubahan Bentuk Elemen Persegi Panjang

13
3. Modulus Elastisitas Geser

Rasio antara tegangan geser (τ) dengan regangan geser (γ) disebut

modulus elastisitas geser, dan biasanya dinotasikan dengan G.


τ
G= γ

Modulus elastisitas geser disebut juga modulus kekakuan (modulus of rigity). Satuan untuk
modulus elastisitas geser sama dengan satuan tegangan geser, yaitu N/m2 atau N/mm2.

C. Tegangan Pada Potongan Miring

Suatu batang yang mengalami gaya aksial P, dan dipotong miring melintang di tengah, maka
tegangan yang bekerja di seluruh potongan tersebut dapat berupa tegangan normal (persamaan
1.5a) dan tegangan geser (persamaan 1.5b), asalkan distribusi tegangan terbagi secara merata
di seluruh luas potongan melintang.

Gambar 1.4 Komponen Gaya Pada Potongan Miring

Komponen gaya pada potongan miring, diuraikan atas dua komponen, yaitu gaya normal N
yang berarah tegak lurus bidang miring, dan gaya geser V yang berarah tangensial pada bidang
miring. Jadi komponen gaya tersebut adalah : N = P cos α dan V = Psin α..........

14
Gambar 1.5 Diagram Tegangan Pada Potongan Miring

Berkaitan dengan gaya N dan V, terjadi tegangan normal dan tegangan geser yang mempunyai
distribusi terbagi rata di seluruh potongan melintang. Tegangan normal sama dengan gaya
normal N dibagi luas potongan A1, dan tegangan geser sama dengan gaya geser V di bagi
dengan luas potongan A1. Jadi kedua tegangannya tersebut :
N V
σ = A1 dan τ= A1
dimana A1 adalah luas potongan miring:
A
A1 = cos α

15
D. Tegangan Batas, Tegangan Luluh, Tegangan Izin dan Beban Izin

1. Tegangan Batas (σu)

Setiap bahan mempunyai batas kekuatan masing-masing. Jika gaya yang bekerja sudah
melebihi batas kekuatan bahan, maka benda akan putus. Perencanaan dengan metode tegangan
batas, cocok untuk bahan yang getas, seperti beton.

2. Tegangan Luluh (σy)

Untuk sebagian besar struktur, bahannya harus berada dalam daerah plastis linier untuk
mencegah terjadinya deformasi permanen apabila beban dihilangkan. Luluh mulai terjadi
apabila tegangan luluh tercapai di semua titik sembarang di dalam struktur.

3. Tegangan Izin

Tegangan izin merupakan batas yang aman dalam perencanaan konstruksi. Penerapan faktor
keamanan pada tegangan luluh (atau kekuatan luluh), diapatkan tegangan izin (atau tegangan
kerja) yang tidak boleh dilampaui dimanapun di dalam struktur, jadi,
σy
σ =
Untuk tarik : izin
n

τy
τ =
Untuk geser : izin n
σy dan τy adalah tegangan luluh dan n adalah faktor keamanan, untuk disain gedung, faktor
keamanan untuk luluh tarik adalah 1,67.

Untuk bahan yang tegangan luluhnya tidak didefinisikan dengan jelas, seperti kayu dan baja
berkekuatan tinggi, maka faktor keamanan diterapkan pada tegangan ultimit.

16
σu
σ
Untuk tarik : izin =
n

τu
Untuk geser : τ izi =
n n
σu dan τu adalah tegangan ultimit dan n adalah faktor keamanan. Faktor keamanan terhadap
kekuatan ultimit dari suatu bahan biasanya lebih besar daripada yang didasarkan atas kekuatan
luluh. Untuk baja lunak, faktor keamanan sebesar 1,67 terhadap luluh sebanding dengan faktor
keamanan sebesar kira-kira 2,8 terhadap kekuatan ultimit.

4. Beban Izin

Sesudah tegangan izin ditetapkan untuk struktur dan bahan, maka beban izin pada struktur
dapat ditetapkan. Hubungan antara beban izin dengan tegangan izin bergantung pada jenis
struktur. Beban izin juga disebut beban yang diperbolehkan atau beban aman, sama dengan
tegangan izin dikalikan dengan luas dimana beban bekerja.

Untuk batang yang mengalami tarik : Pizin =σizin.A..........

Untuk batang yang mengalami geser : Pizin =τizin.A..........

Untuk batang yang mengalami tumpu : Pizin =σ b.Ab..........

σizin adalah tegangan normal izin, τu adalah tegangan geser izin σb

adalah tegangan tumpu izin, dan A adalah luas penampang batang, Ab adalah luas bidang tumpu
dimana tegangan tumpu bekerja.

17
E. Contoh-Contoh Soal dan Pembahasan

Soal 1. Sebuah batang baja yang berdiameter 20 mm dengan panjang 0,5 meter, mengalami
beba tarik sebesar 25 kN, sehingga panjangnya menjadi 0,505 meter. Tentukan tegangan dan
regangan normal yang terjadi pada batang.

Penyelesaian :

a. Tegangan normal :

P
tr 25000 2
σ tr = = = 79,58 N/mm

b. Regangan normal :

L L − Lo 0,505 − 0,5
ε= = = = 0,01
L L 0 ,5

Soal 2. Bata standar yang mempunyai ukuran 20,31 cm x 10,16 cm x 6,35 cm, ditekan dengan
mesin uji pada arah memanjang. Jika tegangan tekan yang terjadi pada bata adalah sebesar
0,115 MPa. Tentukan tekan maksimum yang mampu ditahan bata tersebut.

18
Penyelesaian :

P tk
σ tk = A ⇒ P = σ tk .A

P = 0,115 x(101,6 x63,5) = 741,9N

Soal 3. Suatu sambungan dengan baut, memikul gaya tarik sebesar 30 kN. Apabila diameter
baut 10 mm, tentukan tegangan geser yang terjadi pada sambungan tersebut.

Penyelesaian :

Fs
τ = A
1
2
P 1
2
(30000 )
τ = 1 4 π .d 2 = 1
4 π .10 2 = 192 .MPa

Soal 4. Suatu plat dengan tebal 0,16 cm dan lebar 4,5 cm, disambung dengan las, dimana sudut
pengelasannya adalah 45o. Jika plat terebut menerima gaya tarik sebesar 50 kN, tentukan
tegangan geser yang terjadi pada sambungan las tersebut.

19
Penyelesaian :

a. Tegangan normal :
N
σ = A1

σ = P cos α = 50000 cos 45o = 347 ,23.MPa


b.t45 x1,6
cos α cos 45o

b. Tegangan geser :

VA
τ = 1
o
τ = P sin α = 50000 sin 45 = 347 ,23 .MPa
b.t45 x1,6
cos α cos 45 o

Contoh soal tegangan tarik


Sebuah batang dengan diameter 8 cm mendapat beban tarik sebesar 10 ton. berapakah bessarnya
tegangan tarik yang timbul ?

Soal tegangan geser


Tiga buah kayu yang direkatkan satu sama lain (lihat Gambar 4.8) akan digunakanuntuk menguji
kekuatan geser sambungan lem. Beban P sebesar 50 kN bekerja pada kayu. Hitung tegangan geser
rata-rata tiap sambungan.

20
Tegangan Geser (Shear Stress) dan Regangan Geser (Shear Strain)
Ketika benda dikenai dua gaya yang sama besar dan berlawanan arah (P), dan gaya tesebut bekerja
dalam arah tangensial terhadap permukaan yang terbebani, maka benda akan cenderung terputus pada
bagian yang terbebani. Tegangan ini disebut Tegangan geser dan perubahan dimensi pada bagian ini
disebut Regangan Geser.

21
22
BAB II
PENGUJIAN TARIK
A. Uji Tarik
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material
dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu [Askeland, 1985]. Hasil yang didapatkan dari
pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena mengahsilkan data
kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap
gaya statis yang diberikan secara lambat. Pemberian beban pada kedua arah sumbunya diberi beban
yang sama besarnya.
Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang dipergunakan pada material. Dimana
spesimen uji yang telah distandarisasi, dilakukan pembebanan uniaxial sehingga spesimen uji
mengalami peregangan dan bertambah panjang hingga akhirnya patah. Pengujian tarik relatif
sederhana, murah dan sangat terstandarisasi dibanding pengujian lain. Hal-hal yang perlu diperhatikan
agar penguijian menghasilkan nilai yang valid adalah; bentuk dan dimensi spesimen uji, pemilihan
grips dan lain-lain.

1.Bentuk dan Dimensi Spesimen uji

Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM E8 atau D638. Bentuk dari
spesimen penting karena kita harus menghindari terjadinya patah atau retak pada daerah grip atau
yang lainnya. Jadi standarisasi dari bentuk spesimen uji dimaksudkan agar retak dan patahan terjadi
di daerah gage length.

2.Grip and Face Selection

Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang tidak tepat, spesimen uji
akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah grip (jaw break). Ini akan menghasilkan hasil yang
tidak valid. Face harus selalu tertutupi di seluruh permukaan yang kontak dengan grip. Agar spesimen
uji tidak bergesekan langsung dengan face.
Beban yang diberikan pada bahan yang di uji ditransmisikan pada pegangan bahan yang di uji.
Dimensi dan ukuran pada benda uji disesuaikan dengan estándar baku pengujian.
Sifat – sifat bahan teknik perlu diketahui secara baik karena bahan tersebut dipergunakan untuk
berbagai macam keperluan dalam berbagai keadaan. Sifat bahan yang diinginkan sangat banyak,
antara lain : sifat mekanik ,sifat termal,sifat kimia , sifat fisik , sifat listrik, sifat teknologi, dan masih
banyak lagi. Pada tinjauan kekakuan bahan.

23
Deformasi bahan yang disebabkan oleh benda tarik adalah dasar pengujian dan kajian
mengenai kekakuan bahahan.hal ini disebabkan oleh beberapa alasan :
1. Mudah dilakukan
2. Menghasilkan tegangan merata pada penampang
3. Kebanyakan bahan lebih mudah dilakukan uji tarik dari pada uji tekan

Sehingga dalam pengujian bahan teknik, kekuatan paling sering dinyakatan dengan uji tarik.
Uji tarik dilakukan di laboratorium menggunakan beberapa mesin dari mesin uji. Benda di baca dari
jarum penunjuk dan layar dijital. Beberapa mesin uji dapat membaca dan mencatat data secara
otomatis dan menggambarnya dalam kertas plot,tengangan yang diperoleh dengan membagi beban
dengan luas penampang awal spesimen.

B. Sifat –Sifat Mekanis Bahan


Sebagaimana yang dinyatakan sebelumnya nilai tegangan di peroleh dari uji tarik adalah seperti
yang diterangkan di atas. Nilai – nilai ini mendefinisiakan sifat mekanis yang sangat berguna dakam
penerapan kekeuatan bahan.
Ada beberapa sifat mekanis bahan lain yang dapat menjelaskan bagaimana bahan merespons benda
yang bekerja dalam deformasiyang terjadi:
1. Kekeakuan(stiffness) adalah sifat bahan mampu meregang pada tegangan tinggi tanpa diikuti
regangan yang besar.
2. Kekuatan(strength)sifat bahan yang ditentukan oleh tegangan paling besar material mampu regang
sebelum rusak.
3. Elastisitas (elasticity) sifat material yang dapat kembali kebentuk semula setlah beban dihilangkan.
4. Keuletan( ductility) adalah sifat bahan yang mampu deformasi terhadap beben tarik sebelum benar-
benar patah.
5. Kegetasan(brittleness) menunjukan tidak adanya deformasiplastis sebelum rusak.
6. Kelunakan (malleability)sifat bahan yang mengalami deformasi plastis terhadap beben tekan yang
bekerja sebelum benar-benar patah.
7. Ketangguhan(toughness) ifat material yang mampu menahan beban impak tinggi atau beban
kejutan.
8. Kelenturan (resilience)sifat material yang mampu menerima beban impak tinggi tanpa menimbulkan
tegangan lebih pada batas elastis.

C. Jenis Bahan
pada bagian ini kita akan pelajari beberapa dari logam yang umum digunakan dalam permesinan dan
struktural. Antara lain:
24
1. Besi
2. Non besi
Besi dibedakan menjadi beberapa yaitu besi cor, besi tempa, baja.
Sedangkan non besi dibedakan beberapa yaitu semen cor ,kayu, plastik.
Semua yang dijelaskan diatah adalah bahan atau jenis yang biasa digunakan dalam area industri.

D. Langkah–langkah Pengujuan Tarik


Langkah pengujian tarik, Langkah yang pertama sebelum melakukan praktek pastikan mesin
dalam kondisi baik. Pastikan posisi mesin tersambung datanya dengan komputer.
Siapkan benda kerja atau spesimen yang akan di uji sesuai kebutuhan. Buka cekam pada mesin
dengan jarak yang telah ditentukan jepit dengan kencang janan sampai bergeser karena bisa
mengakibatkan hasil yanag tidak falid.
Sehinga harus diperhatikan cekamannya.baru mesin dinyalakan untuk pengujian tarik. Sampai dengan
bendakerja tersebut patah atau mengalami deformasi.
Sedangkan langkah pengujian hardness mengunakan mesin yang bersifat menekan ban ada
4 pengujian dan masing –masing pengujian cara nya sama tinggal alat bantunya saja yang
berbeda.jadi pasang benda kerja pada ragum mesin kemudian pasang mata pada ujung ragum mesin
tersebut dan lakukan penekanan. Maka nilai nya akan muncul pada jarum penunjuk.

2.1 Tabel Pengujian


1 Besi Aluminium
Lo 56.5 mm 56,5 mm
Lf 62.77 mm 56,5 mm
D1 10 mm 10mm
D2 65,7mm 10mm

E. Analisis perhitungan
Perhitungan ALUMINIUM
Maka penyelesaiannya
Mencari luas penampang
A =78,54 mm
Besar tegangan = 2,09 KgF/
Perhitungan BESI
A =78,54 mm
Besar tegangan = 36,14 KgF/
Peritungan PLAT
25
A=pxlxt
A = 14x8
=112mm
Besar tegangan = 17,45 KgF/

F. SPESIFIKASI TEKNIS ROCKWELL


Motor Driver Hardness Tester
Model HRC-150
 Pembebanan awal : 10 Kgf (98,07 N)
 Total pembebanan : 60 Kgf (588,4 N)
o 100 Kgf (980.07 N)
 Tinggi maksimal spesimen : 150 mm
 Power supply : 220/10 V AC, 50/60 Hz
 Dimensi : 505 x 240 x 700 mm
 Berat bersih : 70 Kg

G. PENGOPERASIAN ALAT UJI TEKAN


1. Persiapan sebelum pengujian
 Tebal spesimen antara 100-150 mm dan permukaan spesimen harus halus dan terbebas dari
karat atau garis/oli.
 Pilih dudukan spesimen (lange flat, small flat atau vnotch anvill)
 Pilih penetrator/ indentor sesuai tabel dan bahan spesimen.
2. Pengujian
 Hidupkan alat dengan cara menekan tombol On dan lampu indikator menyala.
 Putar dudukan spesimen sampai spesimen mendekati indentor
 Tentukan waktu pengujian ( t=...dtk)
 Lanjutkan memutar spindel dudukan spesimen sampai main pointer dan sub pointer
menunjukkan angka nol (0)
 Tekan starting plate.
 Catat hasil pengujian.

26
Tabel 2.2

NO SPESIMEN T Nilai tekan rata-rata keterangan

1 Alimuminium a) 10 dtk 88,5 HRC

b) 15 dtk 87,67 HRC

c) 20 dtk 84,5 HRC

2 Besi a) 10 dtk 42,33 HRC

b) 15 dtk 44,83 HRC

c) 20 dtk 46,5 HRC

3 Epoxy a) 10 dtk 17 HRC

b) 15 dtk 15.17 HRC

c) 20 dtk 15,33 HRC

Apakah waktu percobaan (t) mempengaruhi hasil nilai uji tekan suatu material ?
pada tabel percobaan diatas dapat disimpulkan kita dapat mengetahui bahwa pada aluminium dan
epoxy semakin lama waktu percobaan maka semakin rendah nilai tekanan yang di hasilkan, dan
pada besi semakin lama waktu maka semakin besar nilai tekanan yang dihasilkan.

27
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Momen gaya (torsi)
Sebelum membahas momen gaya atau torsi, terlebih dahulu diulas lengan gaya.
Lengan Gaya Tinjau sebuah benda yang berotasi, misalnya pintu rumah. Ketika pintu
dibuka atau ditutup, pintu berotasi. Engsel yang menghubungkan pintu dengan tembok
berperan sebagai sumbu rotasi.
Rotasi juga disebut momen, diawali dari kerja Archimedes dalam lever.
Informalnya, torsi dapat dipikir sebagai gaya rotasional. Analog rotational dari gaya,
masa, dan percepatan adalah torsi, momen inersia dan percepatan angular. Gaya yang
bekerja pada lever, dikalikan dengan jarak dari titik tengah lever, adalah torsi. Contohnya,
gaya dari tiga newton bekerja sepanjang dua meter dari titik tengah mengeluarkan torsi
yang sama dengan satu newton bekerja sepanjang enam meter dari titik tengah. Ini
menandakan bahwa gaya dalam sebuah sudut pada sudut yang tepat kepada lever lurus.
Lebih umumnya, seseorang dapat mendefinisikan torsi sebagai perkalian silang:

di mana
r adalah vektor dari axis putaran ke titik di mana gaya bekerja
F adalah vektor gaya.

28
Gambar pintu dilihat dari atas. Tinjau sebuah contoh di mana pintu didorong dengan dua
gaya, di mana kedua gaya mempunyai besar dan arah sama; arah gaya tegak lurus pintu.
Mula-mula pintu didorong dengan gaya F1 yang berjarak r1 dari sumbu rotasi. Setelah
itu pintu didorong dengan gaya F2 yang berjarak r2 dari sumbu rotasi. Walaupun besar dan
arah gaya F1 sama dengan F2, gaya F2 menyebabkan pintu berputar lebih cepat
dibandingkan gaya F1. Dengan kata lain, gaya F2 menyebabkan percepatan sudut yang lebih
besar dibandingkan gaya F1. Anda dapat membuktikan hal ini.
Besar percepatan sudut benda yang bergerak rotasi tidak hanya dipengaruhi oleh gaya
tetapi juga dipengaruhi juga oleh jarak antara titik kerja gaya dengan sumbu putar (r).
Apabila arah gaya tegak lurus dengan permukaan benda seperti contoh di atas maka lengan
gaya (l) sama dengan jarak antara titik kerja gaya dengan sumbu putar (r). Bagaimana jika
arah gaya tidak tegak lurus dengan permukaan benda ?

Tinjau dua contoh lain seperti ditunjukkan pada gambar di atas. Walaupun besar gaya F2
dan F3 sama tetapi arah kedua gaya berbeda sehingga lengan gaya (l) berbeda. Pada
gambar c, arah garis kerja gaya berhimpit dengan sumbu putar sehingga lengan gaya
bernilai nol. Lengan gaya diketahui dengan menggambarkan garis dari sumbu rotasi
menuju garis kerja gaya, di mana garis dari sumbu rotasi harus tegak lurus atau
membentuk sudut 90o dengan garis kerja gaya. Amati gambar b agar anda lebih
memahami penurunan rumus lengan gaya berikut ini.

Keterangan :
I = lengan gaya
r = jarak titik kerja dengan sumbu rotasi
jika F tegak lurus maka r adalah 90°
I = r sin 90° = (r)(1) = r
Jika F berhimpit dengan r maka sudut yang dibentuk adalah 0°
I = r sin 0° = (r)(0) = 0

29
Momen Gaya atau Torsi
Besar momen gaya Secara matematis, besar momen gaya adalah hasil kali besar gaya (F)
dengan lengan gaya (l).

Persamaan 2 digunakan untuk menghitung besar momen gaya. Satuan internasional momen
gaya atau torsi adalah Newton meter, disingkat N. m. Satuan internasional momen gaya
sama dengan usaha dan energi, tetapi momen gaya bukan energi sehingga satuannya tidak
perlu diganti dengan satuan Joule. Fisikawan sering menggunakan istilah Torsi sedangkan
ahli teknik sering menggunakan istilah momen gaya.
Arah momen gaya Momen gaya merupakan besaran vektor karenanya
selain mempunyai besar, momen gaya juga mempunyai arah. Arah
momen gaya diketahui dengan mudah menggunakan aturan tangan
kanan. Putar keempat jari tangan kanan anda, sedangkan ibu jari
tangankanan ditegakkan. Arah putaran keempat jari tangan merupakan
arah rotasi sedangkan arah yang ditunjukan oleh ibu jari merupakan arah
momen gaya. Jika arah momen gaya ke atas (searah sumbu y positif) atau
ke kanan (searah sumbu x positif) maka momen gaya atau torsi bernilai
positif. Sebaliknya jika arah momen gaya ke bawah (searah sumbu –y)
atau ke kiri (searah sumbu –x) maka momen gaya bernilai negatif.
Dengan kata lain, jika arah rotasi benda searah dengan putaran jarum jam maka momen
gaya bernilai negatif. Sebaliknya jika arah rotasi benda berlawanan dengan putaran jarum
jam maka momen gaya bernilai positif.

30
Contoh 1 : Tentukan momen gaya yang dialami benda pada gambar di bawah ini!

Pembahasan :

Pada gambar di atas, momen gayanya searah yaitu sama-sama searah jarum jam sehingga
resultan momen gayanya merupakan jumlah dari semua torsi yang bekerja.

∑τ = 6 (6 x 10-2 ) + 4 (0) + 10 (2 x 10-2 )

⇒ ∑τ = 36 x 10-2 + 20 x 10-2

⇒ ∑τ = 56 x 10-2 Nm

⇒ ∑τ = 0,56 Nm.

Contoh 2 : Jika diketahui jarak F1 ke P = 4 m dan Jarak F2 ke P = 2 m, maka tentukan torsi total
yang dialami benda pada gambar di bawah ini!

Pembahasan :

Ingat bahwa untuk mengerjakan soal tentang torsi atau momen gaya, perhatikan gaya harus tegak
lurus dengan lengannya. Karena F2 belum tegak lurus dengan lengannya maka harus
diproyeksikan terlebih dahulu menjadi F2x dan F2y seperti di bawah ini.

31
Dari gambar di atas jelas terlihat bahwa gaya yang tegak lurus dengan lengannya hanya F2y dan
F1 sedangkan F2 dan F2x tidak memenuhi syarat. Dengan begitu, maka momen gaya totalnya
adalah :

∑τ = τ2y + τ1

⇒ ∑τ = F2 sin 30o (2) + F1 (4)

⇒ ∑τ = 20 (½) (2) + 10 (4)

⇒ ∑τ = 20 + 40

⇒ ∑τ = 60 Nm.

Contoh 3 : Sebuah batang homogen bermassa 3 kg dan panjang 40 cm, diberi beban 2 kg pada
salah satu ujungnya dan ujung lainnya sebagai tumpu. Jika F sebesar 280 N mengarah ke atas
bekerja pada jarak 5 cm dari titik tumpu, maka hitunglah momen gayanya.

Pembahasan :

Ingat bahwa batang memiliki gaya berat yang arahnya ke bawah dan akan berkontribusi dalam
perhitungan momen gaya karena gaya berat tegak lurus dengan lengannya. Jika digambarkan,
gaya-gaya yang bekerja akan seperti di bawah ini.

32
Dari gambar di atas terlihat bahwa torsi akibat gaya berat searah dengan jarum jam sedangkan
torsi akibat gaya ke atas berlawan dengan arah jarum jam sehinga momen gaya total adalah :

∑τ = 20 (0,4) + 30 (0,2) − 280 (0,05)

⇒ ∑τ = 8 + 6 − 14

⇒ ∑τ = 14 − 14

⇒ ∑τ = 0.

Dengan begitu berarti batang tidak berputar atau berada dalam kesetimbangan.

Contoh 4 : Jika poros perputaran oleh gaya-gaya yang bekerja berada pada titik pusat persegi,
maka hitunglah momen gaya total.

Pembahasan :

Pada gambar di atas, gaya yang sudah memenuhi syarat yaitu tegak lurus dengan lengan gayanya
adalah F2 dan F3. F1 jelas tidak memenuhi syarat dan torsinya sama dengan nol. Sedangkan F4
harus diproyeksikan terlebih dahulu menjadi F4x dan F4y sebaga berikut :

33
Dari gambar jelas terlihat bahwa F4x dan F4y memenuhi syarat yaitu tegak lurus dengan
lengannya. Jika R2 adalah lengan F2, R3 adalah lengan F3, R4x adalah lengan F4x dan R4y
adalah lengan F4y, maka resultan torsinya adalah :

∑τ = τ2 + τ3 + τ4x − τ4y

⇒ ∑τ = 20 (0,1) + 10 (0,2) + F4 cos 45o (0,1) − F4 sin 45o (0,2)

⇒ ∑τ = 2 + 2 + 40√2 (½√2) (0,1) − 40√2 (½√2) (0,2)

⇒ ∑τ = 4 + 4 − 8

⇒ ∑τ = 0.

Momen inersia

Rumus Momen
Benda Sumbu Putar Gambar benda
Inersia

Di sebelah partikel
Partikel
dengan jarak R

Tepat melalui
Batang
pusat dan tegak
silinder
lurus batang

Melalui ujung
Batang
batang dan tegak
silinder
lurus batang

Silinder Melalui titik pusat


pejal silinder

34
Silinder Melalui titik pusat
berongga silinder

Silinder
Melalui titik pusat
pejal
silinder
berongga

Silinder Melintang terhadap


pejal titik pusat silinder

Tepat melalui titik


Bola pejal
pusat

Bola Tepat melalui titik


berongga pusat

Melintang terhadap
Cincin tipis
titik pusat cincin

35
Tepat melalui titik
Plat datar
pusat plat

Kerucut Melalui titik pusat


pejal silinder

B. Momen inersia
Momen inersia (Satuan SI : kg m2) adalah ukuran kelembaman suatu benda untuk
berotasi terhadap porosnya. Besaran ini adalah analog rotasi daripada massa. Momen
inersia berperan dalam dinamika rotasi seperti massa dalam dinamika dasar, dan
menentukan hubungan antara momentum sudut dan kecepatan sudut, momen gaya dan
percepatan sudut, dan beberapa besaran lain. Meskipun pembahasan skalar terhadap
momen inersia, pembahasan menggunakan pendekatan tensor memungkinkan analisis
sistem yang lebih rumit seperti gerakan giroskopik.
Lambang dan kadang-kadang juga biasanya digunakan untuk merujuk kepada
momen inersia.
Konsep ini diperkenalkan oleh Euler dalam bukunya a Theoria motus corporum
solidorum seu rigidorum pada tahun 1730.[1] Dalam buku tersebut, dia mengupas momen
inersia dan banyak konsep terkait.
Definisi skalar
Definisi sederhana momen inersia (terhadap sumbu rotasi tertentu) dari sembarang
objek, baik massa titik atau struktur tiga dimensi, diberikan oleh rumus:

di mana m adalah massa dan r adalah jarak tegak lurus terhadap sumbu rotasi.

36
Analisis
Momen inersia (skalar) sebuah massa titik yang berputar pada sumbu yang diketahui
didefinisikan oleh

Momen inersia adalah aditif. Jadi, untuk sebuah benda tegar yang terdiri atas N massa
titik mi dengan jarak ri terhadap sumbu rotasi, momen inersia total sama dengan jumlah
momen inersia semua massa titik:

Untuk benda pejal yang dideskripsikan oleh fungsi kerapatan massa ρ(r), momen inersia
terhadap sumbu tertentu dapat dihitung dengan mengintegralkan kuadrat jarak terhadap
sumbu rotasi, dikalikan dengan kerapatan massa pada suatu titik di benda tersebut:

di mana
V adalah volume yang ditempati objek
c. adalah fungsi kerapatan spasial objek
σ = (r,θ,φ), (x,y,z), atau (r,θ,z) adalah vektor (tegaklurus terhadap sumbu
rotasi) antara sumbu rotasi dan titik di benda tersebut.
σ

Diagram perhitungan momen inersia sebuah piringan. Di sini k adalah 1/2 dan adalah jari-jari yang
digunakan untuk menentukan momen inersia.
Berdasarkan analisis dimensi saja, momen inersia sebuah objek bukan titik haruslah mengambil
bentuk:

37
di mana
M adalah massa
R adalah jari-jari objek dari pusat massa (dalam beberapa kasus,
panjang objek yang digunakan)
k adalah konstanta tidak berdimensi yang dinamakan "konstanta
inersia", yang berbeda-beda tergantung pada objek terkait.

Konstanta inersia digunakan untuk memperhitungkan perbedaan letak


massa dari pusat rotasi. Contoh:

 k = 1, cincin tipis atau silinder tipis di sekeliling pusat

 k = 2/5, bola pejal di sekitar pusat

 k = 1/2, silinder atau piringan pejal di sekitar pusat.

2.

Massa bola m1 adalah 100 gram dan massa bola m2 adalah 200 gram. Kedua bola
dihubungkan dengan kawat yang mempunyai panjang 60 cm dan massanya
diabaikan. Sumbu AB terletak di tengah-tengah kawat. Momen inersia sistem
kedua bola terhadap sumbu AB adalah…

38
Pembahasan

Diketahui :

Massa bola 1 (m1) = 100 gram = 100/1000 = 0,1 kilogram

Jarak bola 1 dari sumbu rotasi (r1) = 30 cm = 30/100 = 0,3 meter

Massa bola 2 (m2) = 200 gram = 200/1000 = 0,2 kilogram

Jarak bola 2 dari sumbu rotasi (r2) = 30 cm = 30/100 = 0,3 meter

Ditanya : Momen inersia sistem kedua bola

Jawab :

I = m1 r1 2 + m2 r2 2

I = (0,1 kg)(0,3 m) 2 + (0,2 kg)(0,3 m) 2

I = (0,1 kg)(0,09 m2 ) + (0,2 kg)(0,09 m2 )

I = 0,009 kg m 2 + 0,018 kg m 2

I = 0,027 kg m 2

b.

Massa bola m1 adalah 200 gram dan massa bola m2 adalah 100 gram. Kedua
bola dihubungkan dengan kawat yang mempunyai panjang 60 cm dan
massanya diabaikan. Sumbu AB terletak di bola m2. Momen inersia sistem
kedua bola terhadap sumbu AB adalah…

Pembahasan

Diketahui :

Massa bola 1 (m1) = 200 gram = 200/1000 = 0,2 kilogram

39
Jarak bola 1 dari sumbu rotasi (r1) = 60 cm = 60/100 = 0,6 meter

Massa bola 2 (m2) = 100 gram = 100/1000 = 0,1 kilogram

Jarak bola 2 dari sumbu rotasi (r2) = 0 meter

Ditanya : Momen inersia sistem kedua bola

Jawab :

I = m1 r1 2 + m2 r2 2

I = (0,2 kg)(0,6 m) 2 + (0,2 kg)(0) 2

I = (0,2 kg)(0,36 m2 ) + 0

I = 0,072 kg m 2

40
BAB IV
TEGANGAN GESER, LENTUR dan PUNTIRAN
A. TEGANGAN (STRESS)
Secara umum tegangan teknik dirumuskan sebagai:

Keterangan:
F = beban yang diberikan ( lb atau N )
AO = luas penampang bahan sebelum dibebani ( in^2 atau m^2 )
σ = psi, MPa.
Tegangan atau Stress adalah gaya reaksi atau gaya untuk mengembalikan ke
bentuk semula. Gaya ini mengembalikan benda ke bentuk semula persatuan luas
terbagi rata diseluruh permukaan.

B. TEGANGAN GESER
Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya yang
berlawanan arah, tegak lurus sumbu batang, tidak segaris gaya namun pada
penampangnya tidak terjadi momen. Tegangan ini banyak terjadi pada konstruksi.
Misalnya: sambungan keling, gunting, dan sambungan baut.
Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya yang
berlawanan arah, tegak lurus sumbu batang, tidak segaris gaya namun pada
penampangnya tidak terjadi momen. Tegangan ini banyak terjadi pada konstruksi.
Misalnya: sambungan keling, gunting, dan sambungan baut.

41
Tegangan geser terjadi karena adanya gaya radial F yang bekerja pada
penampang normal dengan jarak yang relatif kecil, maka pelengkungan benda
diabaikan. Untuk hal ini tegangan yang terjadi adalah Apabila pada konstruksi
mempunyai n buah paku keling, maka sesuai dengan persamaan dibawah ini
tegangan gesernya adalah

Sifat dari tegangan geser yakni apabila tegangan geser pada muka yang
berhadapan (dan sejajar) dari suatu elemen sama besar dan berlawanan arah. Dan
apabila tegangan geser di muka yang bersebelahan (dan tegak lurus) dari suatu
elemen sama besar dan mempunyai arah sedemikian sehingga tegangan-tegangan
tersebut saling menuju atau saling menjauhi garis perpotongan kedua muka
tersebut.

Apabila tegangan geser dijabarkan dalam rumus, maka tegangan geser akan
menjadi :

τ = V/A

42
dimana :

τ = tegangan geser (N/m2)

V = gaya geser (newton)

A = luas (m2)

C. TEGANGAN LENTUR

Tegangan lentur ialah tegangan yang terjadi bila pada suatu bagian benda (batang)
bekerja momen lentur, sehingga pada lapisan lapisan batang tersebut terjadi
tegangan tegangan tarik dan tegangan tegangan tekan.
𝑀𝑙 𝐼𝑥 𝟏
σlentur = wl = C=𝟐h
𝑊𝑙 𝑐
𝐼𝑥 𝟏
σlentur = M / IX . V = 𝟏𝟐 𝒃𝒉𝟐
𝑐

43
σlentur = Tegangan lentur
Ml = Momen lentur
Wl = Momen tahanan lentur
C = Jarak titik berat ke tepi yang paling jauh

D. TEGANGAN PUNTIRAN

Puntiran adalah suatu perlakuan yang terhadap material yang diberikan


torsi yang tegak lurus terhadap diameter material terssebut pada kedua ujungnya
secara berlawanan.
Tegangan puntir merupakan tegangan yang diakibatkan oleh gaya putar.
Tegangan puntir sering terjadi pada poros roda gigi dan batang torsi pada mobil,
juga saat melakukan pengeboran.

𝟏
Wp = . 𝝅 . 𝑫𝟑 . 𝒄𝒎𝟑
𝟏𝟔

= ≈ 0,2 𝑫𝟑 . 𝒄𝒎𝟑
Tegangan puntir disebabkan oleh momen puntir yang bekerja pada
penampang batang. Dalam menganalisa tegangan puntir, momen torsi yang
biasanya dinyatakan dalam vektor rotasi diubah menjadi vektor translasi dengan
menggunakan aturan tangan kanan. Lipatan jari tangan menunjukkan arah vektor
rotasi dan jari jempol menunjukkan vektor translasi. Seperti halnya gaya aksial,

44
tegangan puntir muncul (momen puntir ada) bila batang tersebut dipotong. Metode
irisan tetap digunakan untuk mendapatkan momen puntir dalam, sehingga tegangan
puntir dapat dicari. Momen puntir dalam ini yang akan mengimbangi momen puntir
luas sehingga bagian struktur tetap dalam kondisi seimbang.

Poros yang mengalami Puntiran Untuk mencari hubungan antara momen


puntir dalam dengan tegangan pada penampang batang bulat, perlu dibuatkan
asumsi sbb:
a. Potongan normal tetap di bidang datar sebelum maupun sesudah puntiran.
b. Regangan geser berbanding lurus terhadap sumbu pusat.
c. Potongan normal tetap berbentuk bulat selama puntiran.
d. Batang dibebani momen puntir dalam bidang tegak lurus sumbu batang.
e. Tegangan puntir tidak melebihi batas proporsional.
f. Tegangan geser berubah sebanding dengan regangan linear.

45
Berdasarkan asumsi yang diambil (butir 2 dan 6) maka tegangan geser
maksimum terletak pada keliling penampang sehingga dapat dicari hubungan antara
tegangan geser dengan jarak terhadap sumbu pusat. Gaya geser inilah nantinya akan
mengantisipasi momen torsi luar.Besar momen inseria polar dari luas penampang,
yang dinotasikan sebagai I p, sehingga

1
Ip = π D4
32

Besarnya tegangan secara umum :


𝑇𝑐
τ = 𝐼𝑝

Dimana :
t = tegangan geser
I p = Momen inersia polar penampang luas.
c = jari-jari lingkaran
Dalam mendesain bagian-bagian struktur yang menyangkut kekuatan, maka
tegangan geser yang memenuhi syaratlah yang dipilih. Karena batang yang
mengalami puntiran sering dipakai untuk meneruskan gaya, maka percobaan
puntiran pada batang sering dilakukan.

46
BAB V
TEGANGAN GABUNGAN (KOMBINASI)
A. Tegangan Kombinasi
 Tegangan yang timbul secara serempak pada suatu kontruksi dinamakan
kontruksi menerima tegangan kombinasi.
 Tegangan kombinasi antara lain :
a . Tegangan lentur dan geser
b . Tegangan lentur dan puntir

1. Tegangan lentur dan geser


Kita lihat kembali suatu batang yang ujung satunya dijepit, sedang ujung lainnya
bekerja gaya luar P berjarak 1., seperti gambar dibawah ini :

Gaya P terhadap A menyebabkan lengkung sebesar M1 = P.1, maka tegangan


lengkung di A. M1 P .1
σL    Wb  W
Wb Wb

Gaya P ini menyebabkan beban normal, maka pada A timbul tegangan geser.
Batang akan menerima tegangan lengkung dan dan bila tegangan geser ini besar
maka harus dihitung tegangan kombinasinya terhadap batang.
P
τD 
F
Tegangan kombinasi yang sering di sebut tegangan ideal untuk tegangan lentur
dan tegangan geser menurut Huber Henky adalah

σ1  σ1  τ D kg/cm 2
2 2

47
2. Tegangan lentur dan puntir
Apabila penampang batang secara serentak menerima pembebanan lengkung dan
pembebanan puntir, maka pada penampang tersebut harus diperhatikan dari kedua
pembebanan itu. Hal semcam ini terjadi pada poros, karena pada umumnya poros
meneruskan daya melalui sabuk, rantai atau roda gigi Tegangan yang harus
diperhitungkan dari batang karena pembebanan lengkung dan puntir dapat dicari
bermacam-macam cara. Dan yang paling umum menggunakan metode mengganti
momen lain yang dinamakan momen ideal yang diduga dapat menyebabkan
bahaya patah seperti pembebanan yang sebenarnya.

 Besarnya momen ideal dapat dicari dengan cara impiris menurut guest,
poncelet atau haigh. Momen lentur ideal bagi pembebanan pada batang
bulat menurut Guest:
 Mi = M1  M P
2 2

dimana:

Mi = momen lentur ideal (kg/cm)


M1 = momen lengkung (kg/cm)
MP = momen puntir (kg/cm)

BESARNYA MOMEN IDEAL


 Momen lentur ideal bagi pembebanan pada batang bulat menurut
PONCELET.
M1  M P
2 2

Mi = 0,35 M1 + 0,65
 Momen lentur ideal bagi pembebanan pada batang bulat menurut HAIGH
Mi =
M  0,65 M
2 2

 Momen lentur1 ideal bagiP pembebanan pada batang bulat menurut Guest:
Mi =
M1  M P
2 2

Soal Tegangan lentur dan tegangan geser:

1. Kontruksi bila diketahui P = 480 kg. l = 2 m., batang mempunyai


penampang14 x 26 cm.
Tentukan tegangan idealnya.

48
Penyelesaian :
 Momen maksimum yang timbul

M1 = P . l = 480.200 = 96000 kg/cm

 Tekanan momen lentur

W1 = 1/6 b h² = 1/6 . 14.26² = 1577 Cm³

 Tegangan lentur
M 96000
σ1  1   61 kg/cm 2
W1 1577

 Tegangan geser yang timbul


P 480
τD   1,32 kg/cm 2
F 14.26

 Tegangan ideal di A adalah


 i  12  D 2

= 612  1,322  61,02 kg/cm 2

Soal Tegangan lentur dan tegangan puntir :

1. Sebuah poros dibebani lengkung dan puntir seperti gambar bawah.


Tentukan diameter poros bila momen ideal dihitung dnegan metode
GUEST  = 1; i = 500 kg/cm2

49
Penyelesaian :
 Momen puntir untuk poros
MW = 2 P1 R1 – P1R1 = 2 P2R2 – P2R2
= 2 1800.20 – 180.20
= 3600 kg/cm
 Momen bengkok maksimal,Dalam hal ini lengkung tejadi pada bidang
tegak dan mendatar terhadap sumbu poros.
216.50
 56,8 kg
 AV = 190

BV = 216.140
159,2 kg
190
 Reaksi mendatar

540.130
AH =  369,5 kg
190

540.60
BH = 170,5 kg
190

 Momen bengkok dari gaya tegak (vertikal) diperoleh


 MA = 0
 MCV = AV . 60 = 56,8.60 = 3408 kgcm
 MDV = AV . 140 = 56,8.140 = 7952 kgcm
 Momen bengkok dari gaya mendatar (horisontal) diperoleh
 MCH = AH . 60 = 369,5.60 = 22170 kgcm
 MDH = AH . x – 540 ( x – 60 )
= 369,5 . 140 – 540 (140 – 60)
= 8530 kgcm

50
MB = 0

 Momen di C.
 MC = M CV  M C H
2 2

34082  22170 2
 = = 22430 kg/cm
 Momen di D.
 MD = MD DV  M DH
2 2

 = (7952)  ( 8530)
2
= 11662 kg/cm

 Jadi momen lengkung maksimal di C besarnya M1 = 22430 kg/cm momen


ideal karena pembebanan lengkung dan puntir menurut GUEST adalah :
M1 =
M1  M P
2 2

= (22430) 2  (3600) 2

= 22717 kg/cm
 Tekanan momen lengkung
W1 = 0,1 d3
 Besarnya diameter poros yang diperbolehkan dengan σi  500 kg/cm
adalah..
Mi = W1 . i
22717 = 0,1 d3 . 500
d= 3
22717
50

= 7,68  7,7 cm

51
BAB VI

KESIMPULAN

I. Besi memiliki banyak karakteristik atau sifat mekanis diantaranya ulet, getas dan
liat. Ini sudah dibuktikan pada pengujian tarik yang dilakukan. pada pengujian besi
kita tahu bahwa besi tersebut bersifat ulet sehingga tidak mudah patah sedangkan
pada aluminium bersifat getas atau mudah patah dan tidak terlalu
banyak perubahan deformasi yang signifikan ,serta pada plat bersifat liat dan
mempunyai nilai maxcimal load tang tinggi jadi dari ketiga spesimen yang telah di
coba plat merupakan yang terbaik. Dan waktu pengujian tekan berpengaruh pada
nilai tekan.

II. Dinamika Rotasi dibagi menjadi 2 pembahasan, antara lain:

1. Momen Gaya (torsi)


2. Momen Inersia

III. Benda tegar adalah benda yang tidak mengalami perubahan bentuk akibat
pengaruh gaya atau momen gaya. Syarat Keseimbangan benda tegar dapat dicapai
jika resultan gaya dan resultan momen gaya terhadap suatu titik sembarang sama
dengan nol. Jenis – jenis keseimbangan, yaitu:

1. Keseimbangan statik, dikelompokkan menjadi tiga,yaitu:


a) Keseimbangan stabil
b) Keseimbangan labil
c) Keseimbangan netral/inferen
2. Keseimbangan Dinamik,dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a) Keseimbangan translasi
b) Keseimbangan rotasi

52
IV. Jika suatu batang prismatik, dengan luas tampang seragam di sepanjang batang,
menerima beban atau gaya searah dengan panjang batang, maka gaya tersebut akan
menimbulkan tegangan atau tekanan pada tampang batang.

Tegangan atau Stress adalah gaya reaksi atau gaya untuk mengembalikan
ke bentuk semula. Gaya ini mengembalikan benda ke bentuk semula persatuan luas
terbagi rata diseluruh permukaan. Dalam pembahasan ini ada tiga jenis-jenis
tegangan yaitu tegangan geser,tegangan lentur,dan tegangan puntir.

V. Tegangan kombinasi adalah tegangan yang timbul secara serempak pada


suatu kontruksi dinamakan kontruksi menerima tegangan kombinasi.

Tegangan kombinasi bermacam-macam jenis kombinasinya seperti tegangan lentur


dengan geser dan tegangan lentur dengan puntir.

53
BAB VII

PENUTUP

Demikianlah makalah yang dapat saya buat dari hasil diskusi kelas dan
gabungan makalah-makalah dari setiap kelompok, semoga bermanfaat dan
menambah pengetahuan para pembaca. Saya sebagai pembuat makalah ini mohon
maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang
jelas, dimengerti, dan lugas. Karena saya hanyalah manusia biasa yang tak luput
dari kesalahan. Saya juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari saya semoga dapat diterima
di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

54
DAFTAR PUSTAKA

http://momentumsudutdanrotasibendategar.blogspot.com/

http://www.fisdasbook.com

http://www.fisika ceria.com

55

Anda mungkin juga menyukai