Anda di halaman 1dari 27

PERPINDAHAN PANAS

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Perpindahan panas adalah salah satu dari disiplin ilmu teknik termal yang mempelajari
cara menghasilkan panas, mengubah panas, dan menukarkan panas pada system fisik,
perpindahan panas diklasifikasikan menjadi konduktivitas termal, radiasi termal, dan
perpindahan panas melalui perubahan fasa (adimsyah,2010).
Kata kalor merupakan suatu hal yang tidak asing lagi di telinga, meski terkadang orang
salah menafsirkan kata kalor ini menjadi suhu, padahal kalor berbeda dengan suhu. Kalor
merupakan salah satu bentuk energi yang ada di bumi ini. Sedangkan suhu merupakan salah satu
bentuk dari kalor.
Pada awalnya besaran kalor merupakan kalori, tapi setelah diketahui bahwa kalor adalah
energy maka satuan kalorpun disamakan dengan satuan energi lain. Disadari atau tidak, kalor
banyak digunakan manusia untuk menunjang kehidupannya. Perlu di ketahui bahwa penggunaan
kalor oleh manusia bukan kalornya secara langsung tapi berupa perpindahannya, atau berupa
panas yang dihasilkannya yang biasa dikenal dengan sebutan perpindahan panas.
Holman (1995) mengatakan bahwa ”perpindahan panas merupakan ilmu-ilmu untuk me-
ramalkan perpindahan energi dalam bentuk panas yang terjadi karenaadanya perbedaan suhu di
antara benda atau material. Perbedaan temperatur diantara kedua benda inilah yang
menyebabkan kalor berpindah dari satu daerah kedaerah lain. Terdapat tiga cara perpindahan
panas yang terjadi di alam yaitu koneksi, konduksi, dan radiasi.
Ilmu perpindahan panas diperlukan untuk menganalisa proses perpindahan panas dari
suatu bagian benda ke bagian benda lainnya. Tenaga panas dari suatu bagian benda
bertemperatur lebih tinggi akan mengalir melalui zat benda itu ke bagian lainnya yang
bertemperatur lebih rendah. Partikel zat dari benda yang dilalui panas ini sendiri tidak mengalir,
sehingga tenaga panas berpindah dari satu partikel ke partikel lainnya dan mencapai bagian yang
dituju. Perpindahan panas ini disebut konduksi panas. Pada peristiwa konduksi, panas akan
berpindah tanpa diikuti aliran medium perpindahan panas. Panas akan berpindah secara estafet
dari satu partikel kepartikel yang lainnya dalam medium tersebut. Pada peristiwa konveksi,
perpindahan panas terjadi karena terbawa aliran fluida.Secara termodinamika, konveksi

TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 1


PERPINDAHAN PANAS

dinyatakan sebagai aliran entalpi, bukan aliran panas.Pada peristiwa radiasi, energy berpindah
melalui gelombang elektromagnetik.
Pada dasarnya perpindahan panas terjadi akibat adanya ketidakseimbangan termal
(adanya perbedaan temperatur). Proses perpindahan panas yang sebenarnya terjadi adalah sangat
rumit dan memerlukan pengkajian yang cukup. Oleh karena itu maka dilakukan penyederhanaan
dalam peninjauan proses tersebut yaitu dengan jalan memperhatikan hal-hal yang kurang
berpengaruh terhadap proses keseluruhan. Dengan dasar penyederhanaan tersebut, maka
mekanisme perpindahan panas dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu konveksi, konduksi dan
radiasi.

I.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang ada pada percobaan pertama adalah :
1. Bagaimana hubungan suhu (T) vs. jarak (x) untuk masing-masing kondisi?
2. Bagaiman menentukan koefisien perpindahan panas konveksi (h) untuk setiap posisi
terukur?
3. Bagaimana nilai konduksi pada masing-masing jarak?
Sedangkan rumusan masalah yang ada pada percobaan kedua adalah :
1. Bagaimana memahami perpindahan panas konduksi, konveksi, dan radiasi?
2. Bagaimana tegangan pada pemanas mempengaruhi suhu pada pemukaan silinder dalam
konveksi alami yang dikombinasikan dengan perpindahan panas radiasi dan dalam
konduksi?
3. Bagaimana menentukan efek fluks panas yang berbeda pada perpindahan panas konveksi
dan radiasi?

I.3. Tujuan Praktikum


Untuk membandingkan kontribusi perpindahan panas konvektif dengan perpindahan panas
radiasi dan, dari pengukuran yang diperoleh, tunjukkan bagaimana koefisien perpindahan
panas konvektif, ℎ, pada suhu permukaan rendah adalah faktor dominan dan bagaimana
koefisien perpindahan panas radiasi, ℎ, adalah faktor dominan pada suhu permukaan tinggi.
Setelah menyelesaikan percobaan pertama, Anda harus bisa:
1.Selidiki bagaimana hubungan suhu (T) vs. jarak (x) untuk masing-masing kondisi

TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 2


PERPINDAHAN PANAS

2.Tentukan koefisien perpindahan panas konveksi (h) untuk setiap posisi terukur
3.Selidiki bagaimana nilai konduksi pada masing-masing jarak?
Sedangkan tujuan percobaan yang ada pada percobaan kedua adalah :
1. Memahami konveksi alami dan perpindahan panas radiasi.
2. Selidiki bagaimana tegangan pada pemanas mempengaruhi suhu pada permukaan silinder
dalam konveksi alami yang dikombinasikan dengan perpindahan panas radiasi.
3. Tentukan efek fluks panas yang berbeda pada perpindahan panas konvektif dan radiasi

TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 3


PERPINDAHAN PANAS

BAB II
TEORI DASAR

II.1. Konduksi/Hantaran (Conduction)


Jika anda celupkan sendok stainless steel (terbuat dari logam) kedalam gelas yang berisi air
teh panas maka ujung sendok yang tidak tercelup akan terasa hangat atau panas. Hal tersebut
menunjukan bahwa pada sendok terjadi perpindahan aliran kalor dari bagian yang bersuhu tinggi
ke bagian yang bersuhu rendah. Perpindahan kalor tanpa diikuti perpindahan massa disebut
perpindahan kalor secara konduksi.
Konduksi kalor pada umumnya terjadi akibat tumbukan partikel-partikel atau molekul-
molekul suatu benda. Jika benda dipanaskan, partikel-partikel akan bergetar ditempat dengan
lebih kuat dan menggetarkan partikel tetangganya sambil mentransfer energi sehingga energi
partikel tetangga bertambah. Demikian seterusnya partikel-partikel ini memberikan sebagian
energinya ke partikel berikutnya.
Perpindahan kalor secara konduksi memerlukan suhu yang tinggi sehingga berlangsung
lambat. Artinya, syarat terjadinya konduksi kalor pada suatu benda adalah adanya perbedaan
suhu. Dengan demikian, konduksi adalah perpindahan kalor melalui zat perantara tanpa disertai
dengan perpindahan partikel-partikel zat perantara tersebut.
Berdasarkan hasil eksperimen diperoleh bahwa laju perpindahan kalor (banyaknya kalor
yang berpindah tiap detik) sangat tergantung pada:
a.) Perbedaan Suhu kedua permukaan : makin besar perbedaan suhu kedua
permukaan , makin cepat perpindahan kalornya.
b.) Ketebalan dinding benda : makin tebal dinding, makin lambat perpindahan
kalor.
c.) Luas permukaan benda : makin luas permukaan benda, makin cepat perpindahn
kalor.
d.) Konduktivitas termal zat k, makin besar k (kemampuan menghantarkan kalor),
makin cepat perpindahan kalor
Secara matematis laju perpindahan kalor dapat dituliskan :

TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 4


PERPINDAHAN PANAS

Q kAΔT
=
t d

II.2. Konveksi/Ilian (Convection)


Transfer panas yang disebabkan konveksi melibatkan pertukaran energy antara suatu
permukaan dengan fluida didekatnya. Suatu perbedaan harus dibuat antara konveksi paksa
(forced convection, dimana suatu fluida dibuat mengalir melalui suatu permukaan padat oleh
suatu komponen eksternal (external agent) seperti kipas atau pompa, dan konveksi bebas, atau
konveksi alami, dimana fluida yang lebih panas (atau lebih dingin) didekat batas padatan akan
menyebabkan sirkulasi karena adanya perbedaan dentitas yang dihasilkan dari variasi
temperature diseluruh daerah dari fluida tersebut.
Persamaan laju untuk transfer panas konvektif pertama kali dinyatakan oleh Newton pada
tahun 1701, dan disebut sebagai persamaan laju Newton atau “hukum” Newton tentang
pendinginan. Persamaan ini adalah

Q
= hΔT
A

Dimana q adalah laju transfer-panas konvektif, dalam W atau Btu/jam; A adalah luas daerah
yang normal (tegak-lurus) terhadap arah aliran panas, dalam m2 atau ft2; ΔT adalah beda
temperature antara permukaan dan fluida, dalam K atau °F; dan h adalah koefisien transfer panas
konvektif, dalam W/m2K atau Btu/jam ft2 °F.
Ada dua jenis konveksi: konveksi alamiah dan konveksi paksa
Pada konveksi alamiah, perpindahan molekul terjadi secara alamiah berdasarkan perbedaan
massa jenis. Misalnya, kita memanaskan air, air yang dipanaskan massa jenisnya lebih kecil
sehingga akan mengalir ke atas, sebaliknya air yang lebih dingin akan mengalir ke bawah.
Pemanasan air seperti ini akan berlangsung terus hingga seluruh air yang hendak kita panaskan
mencapai suhu yang sama.
Konveksi paksa, pada konveksi jenis ini, fluida (cairan atau gas) yang telah dipanasi
dipaksa untuk bergerak ke tujuan tertentu. Misalnya udara panas dari sebuah pengering rambut
(hair dryer) diarahkan ke rambut untuk mengeringkan rambut.
TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 5
PERPINDAHAN PANAS

II.3. Radiasi/Pancaran (Radiation)


Perpindahan kalor secara radiasi adalah perpindahan kalor tanpa memerlukan zat perantara
(medium). Sebagai contoh, perpindahan kalor dari matahari ke bumi. Kalor dari matahari tidak
dapat mengalir melalui atmosfer bumi secara konduksi karena udara di atmosfer adalaha
konduktor yang buruk. Panas matahari tidak dapat sampai ke bumi melalui proses konveksi
karena konveksi juga harus melalui pemanasan bumi terlebih dahulu. Selain itu, konveksi dan
konduksi memerlukan medium sebagai perantara untuk membawa kalor. Jadi, walaupun antara
bumi dan matahari merupakan ruang hampa, panas matahari tetap akan sampai ke bumi melalui
perpindahan kalor secara radiasi.
Besarnya energy yang dipanaskan setiap satuan waktu dan setiap satuan luas oleh Joseph
Stefan (1835-1893) memenuhi persamaan

Q
W= = eσA T4
t
Dengan:
e = emisitivitas benda (0 < e < 1)
T = suhu permukaan benda (Kelvin)
σ = konstanta Stefan-Boltzman = 5,67 × 10-8 wattm-2K-4
W = energy yang dipancarkan setiap satuan luas dan setiap satuan waktu (Js-1)
Emisivitas benda adalah besaran yang bergantung pada sifat permukaan benda. Benda hitam
sempurna (black body) memiliki harga emisivitas (e = 1). Benda merupakan pemancar dan
penyerap paling baik. Permukaan pemantul sempurna memiliki nilai e = 0 dan benda hitam
sempurna memiliki nilai e = 1. Pada umumnya, tubuh manusia memiliki nilai emisivitas e = 0,98
atau tergantung warna kulit.
Jika suatu benda menyerap kalor dari lingkungannya dan memancarkan kalor pada
lingkungannya maka laju energy radiasi kalor total benda tersebut dinyatakan dalam persamaan
berikut.

ΔQ
= eσA (T24 – T14)
Δt

TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 6


PERPINDAHAN PANAS

Dengan:
T2 = temperatur lingkungan
T1 = temperature benda
e = emisivutas pada benda (T1)
BAB III
PEMBAHASAN DAN PENYAJIAN DATA

A. PERCOBAAN I
1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilakukan pada pukul 9.30 WITA pada hari Sabtu, 5 Desember 2020
bertempat di ruangan laboratorium Perpindahan Panas, Gedung Naval A Lantai 3,
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
2. Alat dan Bahan

1. Armfield

Armfield berfungsi untuk menampilkan


angka yang menunjukkan suhu,
kecepatan aliran dan lain-lain yang ada
pada tabung

2. HT15 Extended Surface Heat Transfer


HT15 adalah salah satu dari tujuh jenis alat
pengajaran laboratorium perpindahan panas
skala kecil yang menunjukkan mode dasar
perpindahan panas (konduksi, konveksi,
dan radiasi). Alat ini dapat dihubungkan
secara individual ke Armfield yang
menyediakan pasokan listrik yang
diperlukan dan fasilitas pengukuran untuk
penyelidikan dan perbandingan
karakteristik perpindahan panas yang
berbeda.
3. Prosedur Praktikum

Ukur suhu di sekitar permukaan silinder pada kondisi steady-state.


a) Bila suhu di silinder stabil, catat yang berikut ini:

TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 7


PERPINDAHAN PANAS

i. Suhu silinder, T10


ii. Tegangan pemanas, V
b) Sesuaikan voltase sampai 12 Volts, biarkan suhu stabil, dan rekam lagi data.
c) Pastikan suhu stabil sebelum mengambil sampel data dan beralih ke voltase
berikutnya.
d) Sebelum mematikan unit; atur "Voltage Control" menjadi nol.
B. PERCOBAAN II

1. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilakukan pada pukul 08.30 WITA pada hari Jumat 15 November 2018
bertempat di ruangan laboratorium Perpindahan Panas, Gedung Naval A Lantai 3,
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
2. Alat dan Bahan
1. Armfield

Armfield berfungsi untuk menampilkan


angka yang menunjukkan suhu,
kecepatan aliran dan lain-lain yang ada
pada tabung

2. Tabung Silinder

Tabung Silinder berfungsi sebagai wadah


mengalirnya udara. Ditabung ini terdapat
pompa untuk menghisap maupun
mengontrol udara yang masuk. Dan juga di
dalam tabung ini terdapat anemometer yang
berfungsi untuk mengukur kecepatan angin
yang ada di dalam tabung silinder.

3. Prosedur Praktikum

1. Setup unit pengukuran dan pra-panas silinder


a) Hubungkan kekuatan aparatus, HT14, ke unit pengukuran, HT10X, di bagian
belakang.
b) Hubungkan dua sensor termokopel dari peralatan ke dua saluran di bagian depan
unit.
c) Periksa apakah semua tombol di bagian belakang unit sudah habis.
d) Atur posisi termokopel pada silinder ke depan (menghadap ke bawah), dan atur
"Temperature Selector" ke posisi monitor untuk memantau suhu silinder.

TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 8


PERPINDAHAN PANAS

e) Putar "Operate Selector Switch" ke posisi manual, dan atur voltase masukan
menjadi minimum dengan memutar potensiometer "Voltage Control" di arah
berlawanan arah jarum jam
f) Nyalakan daya ke unit dengan menggunakan sakelar di bagian depan unit.
g) Setel tombol "Function Selector" ke posisi Voltage, lalu atur "Voltage Control"
potensiometer, untuk mengatur tegangan pemanas sampai 5 Volt.

BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
IV.1 Percobaaan Pertama
IV.1.1 Data yang Diperoleh
Voltase T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
(V) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C)
7.3 33,5 32,2 31,3 31 30,1 29,8 29,5 29,7 28
8.3 34 31,8 30,3 29,7 28,7 28,4 28,1 28,4 27,6
9.3 35,8 33,6 31,8 30,9 29,7 29,2 28,8 29,1 27,8
Data dimensi serta luas permukaan silinder

0,0000785m
As 2

L 0,350 m
D 0,01 m
Data Dimensi Batang Silinder

Diameter 0,01 m
Panjang 0,35 m
Jarak antar sensor suhu 0,05 m
Luas penampang batang 0,001099 m2
Konduktivitas kuningan 109 W /m2 K

IV.1.2 Pengolahan Data

a. Data Perbandingan Antara Suhu dan Jarak

V x= 0m x=0,05m x=0,10m x=0,15 x=0,20m x=0,25m x=0,30m x=0,35m


m

TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 9


PERPINDAHAN PANAS

T1(°C) T2(°C) T3(°C) T4(°C) T5(°C) T6(°C) T7(°C) T8(°C)


7. 33,5 32,2 31,3 31 30,1 29,8 29,5 29,7
3
8. 34 31,8 30,3 29,7 28,7 28,4 28,1 28,4
3
9. 35,8 33,6 31,8 30,9 29,7 29,2 28,8 29,1
3

40

35
PERBANDINGAN SUHU DAN JARAK
30

25

20 7,3
Suhu

8,3
15
9,3
10

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
Jarak

Berdasarkan grafik yang terbentuk dapat dilihat semakin jauh jarak dari heater maka suhu
akan semakin turun. Berdasarkan hukum termodinamika II, kalor akan mengalir dari benda
yang suhunya panas ke benda yang suhunya lebih rendah

b. Data Perbandingan antara Jarak dan Koefisien Perpindahan Konveksi (hc)


Untuk mencari nilai koefisien perpindahan konveksi dapat menggunakan rumus sebagai
berikut :

[ ]
0,25
( Tx−T 9 )
hc=1,32
D
1. Nilai hc pada 7.3 V

x (m) Rumus Hc Hasil (W m-2 K-1)

TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 10


PERPINDAHAN PANAS

0
[ ]
0,25
( 33,5−28 )
1,32 6,9077919
0,01

0,05
[ ]
0,25
( 32,2−28 )
1,32 6.586760
0,01

0,10
[ ]
0,25
( 31,3−28 )
1,32 6,333487
0,01

0,15
[ ]
0,25
( 31−28 )
1,32 6,241894
0,01

0,20
[ ]
0,25
( 30,1−28 )
1,32 5,939773
0,01

0,25
[ ]
0,25
( 29,8−28 )
1,32 5,828003
0,01

0,30
[ ]
0,25
( 29,5−28 )
1,32 5,709406
0,01

0,35
[ ]
0,25
( 29,7−28 )
1,32 5,789277
0,01

2. Nilai Hc pada 8.3 V

x (m) Rumus Hc Hasil (W m-2 K-1)

0
[ ]
0,25
( 34−27,6 )
1,32 6,639248
0,01

0,05
[ ]
0,25
( 31,8−27,6 )
1,32 5,975665
0,01

0,10
[ ]
0,25
( 30,3−27,6 )
1,32 5,350752
0,01

TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 11


PERPINDAHAN PANAS

0,15
[ ]
0,25
( 29,7−27,6 )
1,32 5,024915
0,01

0,20
[ ]
0,25
( 28,7−27,6 )
1,32 4,274862
0,01

0,25
[ ]
0,25
( 28,4−27,6 )
1,32 3,947720
0,01

0,30
[ ]
0,25
( 28,1−27,6 )
1,32 3,510075
0,01

0,35
[ ]
0,25
( 28,4−27,6 )
1,32 3,947720
0,01

3. Nilai Hc pada 9.3 V

x (m) Rumus Hc Hasil (W m-2 K-1)

0
[ ]
0,25
( 35,8−27,8 )
1,32 7,385509
0,01

0,05
[ ]
0,25
( 33,6−27,8 )
1,32 6,930703
0,01

0,10
[ ]
0,25
( 31,8−27,8 )
1,32 6,477850
0,01

0,15
[ ]
0,25
( 30,9−27,8 )
1,32 6,210448
0,01

0,20
[ ]
0,25
( 29,7−27,8 )
1,32 5,789277
0,01

TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 12


PERPINDAHAN PANAS

0,25
[ ]
0,25
( 29,2−27,8 )
1,32 5,582920
0,01

0,30
[ ]
0,25
( 28,8−27,8 )
1,32 5,399623
0,01

0,35
[ ]
0,25
( 29,1−27,8 )
1,32 5,538783
0,01

V x=0 m x=0,05 m x=0,1m x=0,15 m X=0,2 m x=0,25 m x=0,3 m x=0,35 m


hc hc Hc hc Hc hc hc hc
W/m2 K
7.3v 6,907 6,587 6,333 6,242 5,940 5,828 5,709 5,789

8.3V 5,976 5,351 5,025 4,275 3,948 3,948 3,510 3,948

9.3V 7,020 6,478 5,903 5,539 4,901 4,541 4,174 4,457

7
Hubungan HC dan Tegangan
6

4 7,3
HC

8,3
3
9,3
2

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
Jarak

Pada grafik diatas yang merupakan hubungan antara koefisien perpindahan panas konveksi (hc)
dan jarak. Dapat dilihat pada grafik semakin jauh jaraknya maka nilai hc akan semakin kecil. Hal
ini dapat disebabkan oleh perbedaan suhu pada jarak x dan suhu dilingkungan yang semakin
kecil.

TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 13


PERPINDAHAN PANAS

c. Data Perbandingan antara Jarak dan Perpindahan Panas Konveksi (Qc)


Untuk menentukan nilai perpindahan panas konveksi (Qc) dapat menggunakan rumus
sebagai berikut:
k . A .(T 1−Tx)
Qc=
x

1. Nilai Qc pada 7.3 V

x (m) Rumus Hc Hasil (W)

0,05 109. 0,00078 .(33,5−32,2)


2.21052
0,05

0,10 109. 0,00078 .(33,5−31,3)


1.87044
0,10

0,15 109. 0,00078 .(33,5−31)


1.417
0,15

0,20 109. 0,00078 .(33,5−30,1)


1.44534
0,20

0,25 109. 0,00078 .(33,5−29,8)


1.2583
0,25

0,30 109. 0,00078 .(33,5−29,5)


1.1336
0,30

0,35 109. 0,00078 .(33,5−29,7) 0.92307


0,35
0,40 109. 0,00078 .(33,5−28) 1.59413
0,40

2. Nilai Qc pada 8.3 V

x (m) Rumus Hc Hasil (W)

0,05 109. 0,00078 .(34−31,8)


3.74088
0,05

TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 14


PERPINDAHAN PANAS

0,10 109. 0,00078 .(34−30,3) 3.14574


0,10
0,15 109. 0,00078 .(34−29,7) 2.43724
0,15
0,20 109. 0,00078 .(34−28,7) 2.25303
0,20
0,25 109. 0,00078 .(34−28,4) 1.90445
0,25
0,30 109. 0,00078 .(34−28,1) 1.67206
0,30
0,35 109. 0,00078 .(34−28,4) 1.36032
0,35
0,40 109. 0,00078 .(34−27,6) 1.7004
0,40

1. Nilai Qc pada 9.3 V

x (m) Rumus Hc Hasil (W)

0,05 109. 0,00078 .(35,8−33,6)


3.74088
0,05

0,10 109. 0,00078 .(35,8−31,8) 3.4008


0,10
0,15 109. 0,00078 .(35,8−30,9) 2.77732
0,15
0,20 109. 0,00078 .(35,8−29,7) 2.59311
0,20
0,25 109. 0,00078 .(35,8−29,2) 2.24453
0,25
0,30 109. 0,00078 .(35,8−28,8) 1.9838
0,30
0,35 109. 0,00078 .(35,8−29,1) 1.62753
0,35

TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 15


PERPINDAHAN PANAS

0,40 109. 0,00078 .(35,8−2,78) 2.08299


0,40

V x= 0,05m x= 0,1 m x= 0,15 m x=0,20 m x= 0,25 m x = 0,30 m x= 0,35 m


Qk(W) Qk(W) Qk(W) Qk(W) Qk(W) Qk(W) Qk(W)
7.3 2.2105 1.8704 1.4170 1.4453 1.2583 1.1336 0.9231

8.3 1.360 1.360 1.360 1.360 1.360 1.360 1.360

9.3 3.741 3.401 2.777 2.593 2.245 1.984 1.628

4 Hubungan QC dan Tegangan

7,3
2 8,3
QC

9,3

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
Jarak

Pada grafik diatas merupakan hubungan antara Qc dan jarak. Dapat dilihat bahwa semakin jauh
jarak maka nilai Qc akan semakin mengecil. Hal ini dapat disebabkan oleh jarak yang semakin
menjauh dari heater. hal ini juga sesuai dengan rumus bahwa Qk berbanding terbalik dengan
jarak(x)
IV.2 Percobaan Kedua
IV. 2.1 Data yang Diperoleh
Penyajian data percobaan gabungan panas konveksi dan radiasi:
NO. VOLT(V) I(A) R(Ω) Ua(m/s) T9(0C) T10(0C)
1. 7.3 1.25 3 -0,2 28 56
2. 8.3 1.44 3 -0,2 29.7 60
3. 9.3 1.6 3 -0,2 30.4 62

IV.2.2 Pengelolaan Data

TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 16


PERPINDAHAN PANAS

a. Data perbandingan antara temperature permukaan dan kecepatan udara

No Voltase (V) T9 (0C) T9(0K) Ua (m/s)


1. 7.3 28 301 -0,2
2. 8.3 29.7 302.7 -0,2
3. 9.3 30.4 303.4 -0,2

b. Data suhu udara dan suhu permukaan silinder

Voltase T9 (0C) (suhu T10 (0C) (suhu


No T9 (0K) T10 (0K)
(V) udara) (⁰C) silinder) ( C)
0

1 7.3 28 56 301 329

2 8.3 29.7 60 302.7 333

3 9.3 30.4 62 303.4 335

70 Hubungan Suhu dan Tegangan


60

50

40
T9
Suhu

30 T10

20

10

0
7.3 8.3 9.3
Tegangan

Hukum kedua termodinamika mengatakan bahwa aliran kalor memiliki arah. Dengan
kata lain, tidak semua proses di alam adalah reversibel (arahnya dapat dibalik). Menurut hukum
termodinamika II bahwa “Kalor mengalir secara alami dari benda yang panas ke benda yang

TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 17


PERPINDAHAN PANAS

dingin; kalor tidak akan mengalir secara spontan dari benda dingin kebenda panas tanpa
dilakukan usaha”.
Dari percobaan serta grafik menunjukkan penerapan hukum termodinamika II bahwa
kalor mengalir dari suhu tinggi ke rendah tidak secara spontan, tidak lain melalui konveksi
paksa. Suhu udara pada silinder mengalami panas (bersuhu tinggi) akan mendingin lebih cepat
bila ditaruh di dalam udara yang mengalir yakni dialirkan secara konveksi paksa dibandingkan
bila ditempatkan di udara tenang. Pada percobaan ini menggunakan konveksi paksa berupa kipas
yang memaksa adanya aliran udara yang kuat.
Pada percobaan pertama, variable yang dianalisa yaitu voltase, arus, hambatan,
kecepatan udara, suhu lingkungan dan suhu yang dihasilkan. Pada table diatas menunjukkan
bahwa semakin tinggi nilai voltase maka semakin tinggi pula nilai arus, nilai hambatan dan nilai
suhu yang dihasilkan secara signifikan. maka dapat simpulkan bahwa voltase, arus, hambatan,
dan suhu hasil berbanding lurus.

c. Data dimensi serta luas permukaan silinder

As 0,001098 m2
L 0,07 m
D 0,01 m
Dimana :

As : πDL = (3,14)(0,01)(0,07)m2

= 0,002198 m2

Analisa pertama yakni menentukan koefisien perpindahan panas secara konveksi dan
secara radiasi dengan menggunakan rumus empiris.

Rumus yang dipakai dalam perhitungan ini adalah, sebagai berikut :

A. Mencari Hcm

TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 18


PERPINDAHAN PANAS

[ ]
0,25
( T 10−T 9 )
Hcm=1,32
D
Di mana :
Hcm : Koefisien perpindahan panas konveksi (Wm-2K-1)
T9 : Suhu rata – rata (T1~ T8) (K)
T10 : Suhu lingkungan (K)
D : Diameter batang kuningan (m)
Volt (V) Rumus Hcm Hasil (W m-2 K-1)
7,3
[ ]
0,25
( 329−301 )
1,32
0.01 9.60203841

8,3
[ ]
0,25
( 333−302,7 )
1,32
0.01 9.7934247

9,3
[ ]
0,25
( 335−303,4 )
1,32
0.01 9.89682069

B. Mencari Hrm
Rumus Hrm :
( T 10 4−T 94 )
Hrm=σ ε F
(T 10−T 9 )
Di mana :
Hrm : Koefisien perpindahan panas radiasi (Wm-2K-1)

Σ : Stefan Boltzman Constant, σ = 56,7 x 10-9 (Wm-2K-1)

ε : Emisivity of surface, = 0,95 (Tanpa satuan)

F : Faktor penglihatan, F = 1 (Tanpa satuan)

( T 10 4−T 94 )
Hrm=σ ε F
(T 10−T 9 )
TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 19
PERPINDAHAN PANAS

Volt (v) Rumus Hrm Hasil (W m-2 K-1)


7,3 −9 ( 329 4−3014 )
(56,7 x 10 )( 0,95)(1)
( 329−301 ) 6.74769333

8,3 ( 333 4−302,7 4 )


(56,7 x 10−9)(0,95)(1)
( 333−302,7 ) 6.93455885

9,3 −9 ( 335 4−303,4 4 )


(56,7 x 10 )(0,95)(1)
( 335−303,4 ) 7.02454305

C. Mencari H
Rumus mencari H

H=Hcm+ Hrm
Di mana :

H : Koevisien total perpindahan panas

Volt (v) Hcm (W m-2 K-2) Hrm (W m-2 K-2) H (W m-2 K-2)

7.3 9.60203841 6.74769333 16.3497317

8.3 9.7934247 6.93455885 16.7279836

9.3 9.89682069 7.02454305 16.9213637

D. Mencari nilai Qtot


Qtot =H As (T 10−T 9)
Di mana :
As : Area saling silang (πDL) (m2) = 0,002198 m2
1. Qtot = 16,35 W m-2 K-1 x 0,002198 m2 x ( 329−301 ) 0K = 0,503 W
2. Qtot = 16,72 W m-2 K-1 x 0,002198 m2 x (( 333−302,7 )) 0K = 0,557 W
3. Qtot = 18,79 W m-2 K-1 x 0,002198 m2 x (335−303,4 )0K = 0,587 W

TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 20


PERPINDAHAN PANAS

IV.2.3 Hasil Perhitungan


Dari hasil perhitungan kita mendapatkan koefisien perpindahan panas konveksinya dan
koefisien perpindahan panas radiasinya.

a. Table perbandingan antara Hcm, Hrm vs Ts

Voltase (V) Hcm (W m-2 Hrm (W m-2 H (W m-2 T10 (0K)


No Qtot (W)
K-1) K-1) K-1)
9.60203841 6.74769333 16.3497317
1 7.3 329
0.503114
9.7934247 6.93455885 16.7279836
2 8.3 333
0.557037
9.89682069 7.02454305 16.9213637
3 9.3 335
0.587652

b. Grafik perbandingan antara Hcm, Hrm vs Ts

Perbandingan Nilai Hcm, Hrm, dan T(K)


12

10

HCM
Nilai H

6
HRM
4

0
329 333 335
suhu T(K)

TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 21


PERPINDAHAN PANAS

Dari table ini menunjukkan bahwa koefisien perpindahan panas baik konveksi dan
radiasinya berbanding lurus dengan peningkatan suhunya. Sehingga setiap menit pengukuran
terjadi peningkatan suhu untuk grafik ini.
Setelah mendapatkan nilai kosefisien perpindahan konveksi dan radiasi kita selanjutnya
menghitung nilai aliran panas masuk (Qin). Qin didapatkan dari hasil penjumlahan Qc + Qr.
A. Mencari nilai Qin
Rumus Qin = Qc + Qr
Dimana ;
Qin = VI
Qc = Hcm. As ( T10 – T9 )
Qr = εσ AS( T10 – T9 )
Qr = εσ AS (T104 – T94) = Hrm AS ( T10 – T9 )
a. Menghitung nilai Qc
Rumus Qc = Hcm. As ( T10 – T9 )
Volt (v) Rumus Qc (W m-2 K-1) Hasil (W)
7.3 8,26 W m-2 K-1 x 0,002198 m2 x (319-303,6) 0.295474

8.3 9,58 W m-2 K-1 x 0,002198 m2 x (333-305,2) 0.326118

9.3 10,88 W m-2 K-1 x 0,002198 m2 x (352-305,8) 0.343701

b. Menghitung nilai Qr

Rumus Qr = Hrm As (T10 – T9)

Volt (v) Rumus Qr (W m-2 K-1) Hasil (W)

7.3 6,50 W m-2 K-1 x 0,002198 m2 x (319-303,6) 0.20764

7,014 W m-2 K-1 x 0,002198 m2 x (319-


8.3 303,6) 0.230919

9.3 7,70 W m-2 K-1 x 0,002198 m2 x (352-305,8) 0.243951

TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 22


PERPINDAHAN PANAS

Setelah mendapatkan nilai Qc dan Qr maka nilai Qin dapat dihitung dengan
menjumlahkan nilai Qc dan Qr.

Qin = Qc + Qr
Volt (v) Qc Qr Qin
0.20764
7.3 0.295474 0.503114

0.230919
8.3 0.326118 0.557037
0.243951
9.3 0.343701 0.587652

c. Grafik perbandingan antara Qc, Qr dan Qin

Perbandingan Qc, Qr, dan Qin


0.7
0.6
0.5
0.4 QC
Nilai Q

QR
0.3
Qin
0.2
0.1
0
7.3 8.3 9.3
Tegangan

Dari table ini menunjukkan nilai aliran panas konveksi paksa pada percobaan
sebanding dengan kenaikan suhu yang dipengaruhi kecepatan udara paksa. Jika suatu
permukaan, pada suhu di atas permukaannya, terletak di udara stasioner pada suhu yang sama
dengan lingkungan sekitarnya, maka panas akan dipindahkan dari permukaan ke udara dan
sekitarnya. Perpindahan panas ini akan menjadi kombinasi antara konveksi alami, udara, dan
radiasi ke sekitarnya. Sebuah silinder horizontal digunakan dalam percobaan ini untuk
menyediakan bentuk sederhana dari mana perpindahan panas dapat dihitung. Ketika silinder
mencapai keadaan mantap, kekuatan pemanas yang diaplikasikan ke silinder sama dengan
kehilangan panas dari silinder sesuai dengan konservasi energi.

d. Mencari Presentase Qc

TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 23


PERPINDAHAN PANAS

Q¿−Q c
Qc (%) = × 100%
Q¿

0,503−0,295
1. Qc (%) = × 100% = 41,270%
0,503
0,557−0,326
2. Qc (%) = × 100% = 41,454%
0,557
0,587−0,343
3. Qc (%) = × 100% = 41,513%
0,587
e. Mencari Presentase Qr

Qtot −Qr
Qr(%) = 2
× 100%
Qtot

0,503−0,207
1. Qr(%) = × 100% = 58,729 %
0,503
0,557−0,230
2. Qr(%) = × 100% = 58,54516 %
0,557
0,587−0,243
3. Qr(%) = × 100% = 58,48713 %
587

Qc(%) Qr(%)
41.2709
7 58.72903

41.4548
4 58.54516
f. Grafik perbandingan antara Qc, Qr dan Qtotal
41.5128
7 58.48713

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa pada percobaan ini pengaruh perpindahan panas
konveksi seimbang dengan pengaruh perpindahan panas radiasi dimana selisih nilai dari
konveksi dan radiasi tidak terlalu berbeda.

TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 24


PERPINDAHAN PANAS

g. Mencari Qteori
Q=I.V
Volt (v) Ampere (I) Qteori (W)
7.3 1.25 9.125
8.3 1.44 11.952
9.3 1.6 14.88

IV.2.4 Presentase Kesalahan

Qteori−Q praktek
PK = × 100%
Q teori

Volt (v) Rumus PK Hasil

9,125−0,615
x 100%
7.3 9,125 94.48642252

11,952−0,682
x 100%
8.3 11,952 95.33938392

14,880−0,720
x 100%
9.3 14,880 96.05072656

NO Qteori Qpraktek PK

1 9.125 0.615913771 94.48642

2 11.952 0.682949241 95.33938

3 14.88 0.720825062 96.05073

TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 25


PERPINDAHAN PANAS

ilai presentase yang didapatkan pada setiap voltase berkisar 80-an%. Nilai presentase kesalahan
ini cukup tinggi. Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya kesalahan dalam pengambilan
data. Namun presentase kesalahan ini dapat diterima dalam percobaan ini.

BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
1. semakin jauh jarak dari heater maka suhu akan semakin turun. Berdasarkan hukum
termodinamika II, kalor akan mengalir dari benda yang suhunya panas ke benda yang
suhunya lebih rendah.
2. semakin jauh jaraknya maka nilai hc akan semakin kecil. Hal ini dapat disebabkan
oleh perbedaan suhu pada jarak x dan suhu dilingkungan yang semakin kecil.
3.

V.2.Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu diharapkan
praktikan kedepannya mampu melakukan percobaan ini lebih fokus dan details agar nilai

TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 26


PERPINDAHAN PANAS

yang didapat lebih presisi dan akurat. Serta diharapkan nantinya mampu menghubungkan
perangkat percobaan dengan komputer dan aplikasi armfield

TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 27

Anda mungkin juga menyukai