PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari
satu daerah ke daerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah-
daerah tersebut dari temperatur fluida yang lebih tinggi ke fluida lain yang
memiliki temperatur lebih rendah. Menurut P. Incopera Perpindahan panas pada
umumnya dibedakan menjadi tiga cara perpindahan panas yang berbeda :
konduksi, konveksi, dan radiasi. Konveksi adalah proses transport energi
dengan kerja gabungan dari konduksi panas, penyimpanan dan gerakan dari
fluida. Perpindahanpanas konveksi diklasifikasikan dalam konveksi bebas (free
convection) dan konveksi paksa (forced convection). Konveksi paksa yang
terjadi pada permukaansuatu benda merupakan bagian dalam perpindahan panas
konveksi untuk aliran luar atau disebut dengan external flow dimana yang
diamati adalah pengaruh dari aliran yang terjadi kontak dengan permukaan
benda.
Aplikasi perpindahan panas dapat kita jumpai dalam berbagai bidang
keteknikan diantaranya seperti pada industry permesinan, pesawat terbang
system permesinan dan system pendinginan. Pada pengaplikasiannya
mekanisme yang digunakan selalu melibatkan tiga mekanisme perpindahan
panas yaitu perpindahan panas konduksi, konveksi dan radiasi. Mekanisme
perpindanhan panas pada plat datar merupakan salah satu dari berbagai jenis
penampang yang paling sering digunakan.
Forced convection adalah mekanisme atau jenis transportasi panas dimana
gerakan fluida yang dihasilkan oleh sumber eksternal (seperti pompa, kipas
angin,alat penghisap, dll). Ini harus dipertimbangkan sebagai salah satu metode
utama perpindahan panas berguna sebagai sejumlah besar panas dapat diangkut
sebagai sangat efisien dan mekanisme ini ditemukan sangat umum dalam
kehidupan sehari-hari, termasuk pemanas sentral AC, turbin uap dan mesin
lainnya. Konveksi paksa sering dihadapi oleh para insinyur merancang atau
menganalisis penukarpanas, aliran pipa, dan aliran atas piring pada suhu yang
berbeda dari aliran.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari percobaan yang akan dilakukan pada praktikum kali
ini yaitu adalah
1. Dapat merangkai dan mengoperasikan peralatan free and force convection.
2. Mengenal dan memahami komponen-komponen peralatan free and force
convection beserta fungsinya.
3. Dapat memahami fenomena fisik perpindahan panas konveksi paksa.
4. Untuk mengetahui karakteristik sesungguhnya proses perpindahan panas
konveksi paksa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perpindahan Panas
Perpindahan panasa dalah salah satu dari disiplin ilmu teknik termal yang
mempelajari cara menghasilkan panas, menggunakan panas, mengubah panas,
dan menukarkan panas diantara sistem fisik. Konveksi adalah perpindahan
panas antara permukaan padat yang berbatasan dengan fluida yang mengalir,
fluida dapat berupa cair maupun gas. Syarat utama mekanisme perpindahan
panas konveksi adalah adanya aliran fluida.
Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu
tempat ketempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan
samasekali. Dalam suatu proses, panas dapat mengakibatkan terjadinya
kenaikan suhu suatu zat dan atau perubahan tekanan, reaksi kimia dan
kelistrikan. Proses terjadinya perpindahan panas dapat dilakukan secara
langsung, yaitu fluida yang panas akanbercampur secara langsung dengan fluida
dingin tanpa adanya pemisah dan secaratidak langsung, yaitu bila diantara fluida
panas dan fluida dingin tidak berhubungan langsung tetapi dipisahkan oleh
sekat-sekat pemisah.
Perpindahan panas (heat transfer) merupakan disiplin ilmu yang
mempelajari bagaimana panas dapat berpindah dari suatu benda ke benda
lainnya melalui berbagai macam medium perambatan. Panas dapat berpindah
dari suatu tempat ke tempat lain akibat adanya perbedaan suhu. Dalam ilmu
perpindahan panas, dikenal 3 (tiga) proses perpindahan panas dilihat dari
medium perambatannya, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. (Burhan, 2014)
Konveksi adalah perpindahan panas melalui aliran yang zat perantaranya
berpindah. Jika partikel berpindah dan mengakibatkan ka;or merambat,
terjadilah konevksi. Konveksi terjadi pada zat cair dan gas. Fenomena
perpindahan pada konveksi terdiri dari dua mekanisme yaotu perpindahan
energi sebagai akibat dari pergerakkan molecular acak dan energi.
Definisi paling sederhana dan umum dari perpindahan panas adalah
perpindahan panas terjadi akibat dari perbedaan temperatur. Proses perpindahan
panas ini terjadi dengan berbagai cara. Jika ada perbedaan temperatur di dalam
media diam (cair atau padat) digunakan istilah konduksi untuk menunjukkan
perpindahan panas yang terjadi melintasi media. Istilah konveksi untuk
menunjukkan perpindahan panas yang terjadi antara permukaan dan fluida yang
bergerak ketika berada pada perbedaan temperatur. Istilah radiasi untuk
menunjukkan perpindahan panas akibat suatu permukaan pada temperatur
tertentu yang memancarkan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik.
Oleh karena itu, tanpa adanya media, akan terjadi perpindahan panas secara
radiasi antara dua permukaan yang berada pada perbedaan temperatur.
Secara umum ada tiga cara perpindahan panas yang berbeda yaitu
konduksi (conduction; dikenal dengan istilah hantaran), radiasi (radiation) dan
konveksi (convection; dikenal dengan istilah ilian). Jika kita berbicara secara
tepat, maka hanya konduksi dan radiasi dapat digolongkan sebagai proses
perpindahan panas,karena hanya kedua mekanisme ini yang tergantung pada
beda suhu. Sedang konveksi, tidak secara tepat memenuhi definisi perpindahan
panas, karena untuk penyelenggaraanya bergantung pada transport massa
mekanik pula. Tetapi karena konveksi juga menghasilkan pemindahan energi
dari daerah yang bersuhu lebih tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah,
maka istilah“perpindahan panas dengan cara konveksi” telah diterima secara
umum
Perpindahan panas adalah ilmu yang mempelajari tentang laju
perpindahan panas di antara material atau benda karena adanya perbedaan suhu
(panas dan dingin). Perpindahan kalor tidak akan terjadi pada sistem yang
memiliki temperatur sama, Perbedaan temperatur menjadi daya tarik penggerak
untukterjadinya perpindahan kalor, Sama dengan perbedaan kalor terjadi dari
suatu sistem yang memiliki temperatur yang lebih tinggi ke tempat yang lebih
rendah. Keseimbangan pada masing-masing sistem terjadi ketika sistem
memiliki temperatur yang sama. Perpindahan kalor dapat berlangsung dengan
tiga cara yaitu:
1. Perpindahan kalor konveksi
B. Konveksi
Konveksi terjadi ketika aliran atau fluida (gas atau cairan) membawa
panas bersama dengan aliran materi.Aliran fluida dapat terjadi karena proses
eksternal, seperti gravitasi atau gaya apung akibat energi panas
mengembangkan volume fluida. Konveksi paksa terjadi ketika fluida dipaksa
mengalir menggunakan pompa, kipas, atau cara mekanis lainnya. Panas atau
kalor adalah energi yang berpindah akibat perbedaan suhu, dimana panas
bergerak dari daerah bersuhu tinggi ke daerah bersuhu rendah. Setiap
benda memiliki energi dalam yang berhubungan dengan gerak acak dari atom-
atom atau molekul penyusunnya. Energi dalam ini berbanding lurusterhadap
suhu benda, ketika dua benda dengan suhu berbeda berdekatan, maka akan
bertukar energy internal sampai suhu kedua benda tersebut seimbang. Material
dengan nilai konduktivitas tinggi maka daya hantarnya semakin bagus
sedangkan material dengan konduktivitas yang rendah maka daya hantarnya
semakin berkurang sehingga lebih cocok sebagai isolator (Rimpassa, 2019)
Konveksi adalah pengangkutan kalor oleh gerak dari zat yang dipanaskan,
Proses perpindahan panas kalor secara alami atau konveksi merupakan suatu
fenomena permukaan. Proses konveksi hanya terjadi di permukaan benda. Jadi
didalam proses ini struktur bagian dalam bahan kurang penting, karena keadaan
permukaan dan keadaan sekelilingnya serta kedudukan pembukaan itu adalah
yangutama. Lazimnya keadaan seimbang termodinamik di dalam bahan akibat
proses produksi suhu permukaan dan akan berbeda dari suhu kelilingnya.
Konveksi untuk menunjukkan pada perpindahan panas yang akan terjadi
antara permukaan dan fluida yang bergerak ketika mereka berada pada
perbedaan temperatur. Perpindahan panas konveksi terdiri dari dua mekanisme
yaitu perpindahan energi sebagai akibat dari pergerakan molekular acak dan ada
juga energi yang dipindahkan oleh pergerakan secara microskopis dari fluida.
Perpindahan panas konveksi yang terjadi antara fluida yang bergerak dan batas
permukaan, ketika keduanya berada pada temperatur yang berbeda.
(Walujodjati, 2006)
q = h. A. ∆t …………………………………(1)
Keterangan:
q = Laju perpindahan panas konveksi (W)
h = Koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2K)
A = Luas penampang (m2)
∆T = Perubahan atau perbedaan temperature (℃)
1. Konveksi Bebas
Konveksi alamai terjadi karena fluida mengalami proses pemanasan.
Berubah densitasnya dan bergerak naik. Gerakan fluida dalam konveksi
alami, baik fluida itu gas maupun zat cair terjadi kerana gaya apung yang
dialami apabila densitas fluida di dekat permukaan perpindahan kalor
berkurang sebagai akibat proses pemanasan dengan bahasa yang lebih
sederhana, komveksi alami merupakan proses perpindahan panas yang
disebebabkan oleh beda tempratur dan beda rapat saja dan tidak ada hanya
dari luar yang mendorongnya.
Konveksi bebas atau alamiah adalah perpindahan panas yang disebabkan
oleh beda suhu danbeda raport saja dan tidak ada tenaga dari luar yang
mendorongnya, contohnya seperti aliran udara melintasi radiator panas
panas dibiarkan berada di luar udara sekitar tanpa adanya sumber gerakan
dari luar.
2. Konveksi Paksa
Konnveksi Paksa Konveksi paksa adalah gerakan fluida disebabkan oleh
adanya gaya luar yang bekerja pada fluida melewati suatu permukaan pada
temperatur yang lebih tinggi atau lebih rendah dari fluida tersebut. Karena
kecepatan fluida pada konveksi paksa lebih besar dari konveksi bebas.
(Sary, 2016)
Proses konveksi paksa pada pengeringan kopi ini yaitu udara panas di
paksa masuk dari ruang bakar menuju ruang pengering yang bertujuan untuk
mempercepat waktu pengeringan dan mengoptimalkan hasil pengeringan
(Sary, 2016)
Konveksi paksa adalah perpindahan panas yang aliran gas atau cairan
yang disebabkan adanya tenaga dari luar, contohnya seperti pola panas
dihembus udara dengan blower. Konveksi adalah perpindahan panas yang
terjadi antara permukaan padat dengan fluida yang mengalir di sekitarnya,
dengan menggunakan media penghantar berupa fluida(cairan/gas).
C. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan kalor melalui zat penghantar tanpa disertai
perpindahan bagian-bagian zat itu. Perpindahan kalor dengan cara konduksi
padaumumnya terjadi pada zat padat. Suatu zat dapat menghantar kalor disebut
konduktor, seperti berbagai jenis logam. Sedangkan zat penghantar kalor yang
buruk disebut isolator, pada umumnya benda-benda non logam. Contoh
konduksiadalah memanaskan batang besi di atas nyala api. Apabila salah satu
ujung besi dipanaskan, kemudian ujung yang lain dipegang, maka semakin lama
ujung yang dipegang semakin panas. Hal ini menunjukkan bahwa kalor atau
panas berpindahdari ujung besi yang dipanaskan ke ujung besi yang dipegang.
(Sary, 2016)
D. Radiasi
Berlainan dengan mekanisme konduksi dan konveksi, dimana
perpindahan energi terjadi melalui bahan antara, kalor juga dapat berpindah
melalui daerah-daerah hampa. Mekanismenya adalah sinaran atau radiasi
electromagnet.
Gambar 3.2.3. Perpindahan Panas Secara Radiasi (Pancaran)
Sumber : http://go.microsoft.com/fwlink/p/?LinkId=255141
ε = Emvitas Bahan
d E
q = −λ. A dT dan q = Axt…………………….…….(2)
t
Keterangan:
𝐸 : Energi
𝑇 : Suhu
λ ∶ Konduktivitas termal
G. Heat Exchanger
Alat penukar panas (heat exchanger) adalah suatu alat yang digunakan
untuk memindahkan panas antara dua buah fluida atau lebih yang memiliki
perbedaan temperature yaitu fluida yang bertemperatur tinggi kefluida yang
bertemperatur rendah. Perpindahan panas teesebut baik secara langsung
maupun secara tidak langsung. Pada kebanyakan sistem kedua fluida ini tidak
mengalami kontak langsung. Kontak langsung alat penukar kalor terjadi
sebagai contoh pada gas kalor yang terfluidisasi dalam cairan dingin untuk
meningkatkan temperatur cairan atau mendinginkan gas. (Sary, 2016)
Alat penukar panas banyak digunakan pada berbagai instalasi industri,
antara lain pada : boiler, kondensor, cooler, cooling tower. Sedangkan pada
kendaraan kita dapat menjumpai radiator yang fungsinya pada dasarnya adalah
sebagai alat penukar panas. Tujuan perpindahan panas tersebut di dalam proses
industri diantaranya adalah :
1. Memanaskan atau mendinginkan fluida hingga mencapai temperature
tertentu yang dapat memenuhi persyaratan untuk proses selanjutnya, seperti
pemanasan reaktan atau pendinginan produk dan lain-lain.
2. Mengubah keadaan (fase) fluida: destilasi,evaporasi,kondensasi dan lain
lain.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
2. Flat Plate
4. Finned Surface
5. Stopwatch
7. Fan
B. Prosedur Percobaan
Untuk memudahkan penggunaan peralatan ini diperlukan prosedur
percobaan yang baku guna mendapatkan data pengamatan yang akurat. Adapun
tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Menyalakan perangkat computer (PC).
2. Menjalankan software VDAS (Klik dua kali pada icon VDAS).
3. Memasang permukaan perpindahan panas yang telah ditentukan (Finned,
Pinned dan Flat Plate).
4. Menghidupkan mesin dengan menekan tombol power mesin yang terletak
di belakang mesin.
5. Menghidupkan power heater dengan menekan tombol power mesin yang
terletak di depan mesin.
6. Menjalankan program VDAS Menekan “start”.
7. Mengatur power heater hingga mencapai power heater yang telah
ditentukan.
8. Menunggu hingga pembacaan temperatur stabil (15menit).
9. Menghidupakan fan dengan memutar fan searah jaru jam sebesar 2m.s-1
(yang telah ditentukan).
10. Mencatat perubahan temperatur dengan interval 30 sekon selama 480 s
dengan cara menekan “record data”
11. Memtaikan fan dengan memutar fan berlawanan arah jarum jam hingga
pembacaan flow rate 0.
12. Mengulangi percobaan 7-11 dengan mengganti permukaan kerja
perpindahan panas (Finned, Pinned dan Flat Plate) dan variasi power
heater.
13. Mengatur power heaer hingga nol kemudian mematikan power heater,Bila
telah selesai.
14. Mematikan power mesin dan PC.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Perhitungan
Dari praktikum yang telah kami lakukan,kami mendapatkan data awal
dan juga hasil perhitungan,sebagai berikut:
Ts- Tp-
Tin Ts Tp hc K
No Tin Tin Tm (K) Nu
(°C) (°C) (°C) (w/m^2.K) (w/m.K)
(°C) (°C)
Ts- Tp-
Tin Ts Tp hc K
No Tin Tin Tm (K) Nu
(°C) (°C) (°C) (w/m^2.K) (w/m.K)
(°C) (°C)
B. Perhitungan
Adapun perhitungan yang kami lakukan untuk mencari data yang ingin dicari
adalah sebagai berikut:
1. Surface Pinned 2 m/s Power 10 Watt (3)
a. Perhitungan Selisih 𝑇1 − 𝑇2
b. Perhitungan mencari Tm
T3−T1 29−28.9
1) tm = T2−T1 = 32.5−29 = 8.1736 K
log log
T2−T1 32.5−28.9
T3−T1 29.1−29
2) tm = T2−T1 = 40.1−29.1 = 8.8645 K
log log
T2−T1 40.1−29
T3−T1 29.1−29
3) tm = T2−T1 = 33.2−29 = 9.5553 K
log log
T2−T1 33.2−29.1
T3−T1 28.9−29
4) tm = T2−T1 = 33.5−29 = 10.476 K
log log
T2−T1 33.5−28.9
T3−T1 28.9−29
5) tm = T2−T1 = 33.8−29 = 11.167 K
log log
T2−T1 33.8−28.9
T3−T1 28.8−29
6) tm = T2−T1 = 33.9−29 = 11.511 K
log log
T2−T1 33.9−28.8
T3−T1 28.9−29
7) tm = T2−T1 = 34.1−29 = 11.858 K
log log
T2−T1 34.1−28.9
T3−T1 28.9−29
8) tm = T2−T1 = 34.2−29 = 12.202 K
log log
T2−T1 34.2−28.9
T3−T1 29.1−29
9) tm = T2−T1 = 34.3−29 = 12.088 K
log log
T2−T1 34.3−29.1
T3−T1 28.9−29
10) tm = T2−T1 = 34.4−29 = 12.549 K
log log
T2−T1 34.4−28.9
T3−T1 30−29
11) tm = T2−T1 = 34.5−29 = 11.474 K
log log
T2−T1 34.5−30
T3−T1 28.9−29
12) tm = T2−T1 = 34.6−29 = 13.009 K
log log
T2−T1 34.6−28.9
T3−T1 28.9−29.1
13) tm = T2−T1 = 34.6−29.2 = 12.893 K
log log
T2−T1 34.6−28.9
T3−T1 28.9−29.1
14) tm = T2−T1 = 34.7−29.1 = 13.123 K
log log
T2−T1 34.7−28.9
T3−T1 28.9−29.1
15) tm = T2−T1 = 34.7−29.1 = 13.123 K
log log
T2−T1 34.7−28.9
T3−T1 28.9−29.1
16) tm = T2−T1 = 34.7−29.1 = 13.123 K
log log
T2−T1 34.7−28.9
T3−T1 28.8−29.1
17) tm = T2−T1 = 34.8−29.1 = 13.467 K
log log
T2−T1 34.8−28.8
T3−T1 28.9−29.2
18) tm = T2−T1 = 34.8−29.2 = 13.237 K
log log
T2−T1 34.8−28.9
T3−T1 28.8−29.2
19) tm = T2−T1 = 34.8−29.2 = 13.35 K
log log
T2−T1 34.8−28.8
T3−T1 28.8−29.2
20) tm = T2−T1 = 34.9−29.2 = 13.58 K
log log
T2−T1 34.9−28.8
c. Perhitungan mencari Hc
q 10 W
1) hc = = = 109.236218 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −8.1736
q 10 W
2) hc = = = 100.7233072 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −8.8645
q 10 W
3) hc = = = 93.44137213 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −9.5553
q 10 W
4) hc = = = 85.22605273 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −10.476
q 10 W
5) hc = = = 79.95395226 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −11.167
q 10 W
6) hc = = = 77.56292888 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −11.511
q 10 W
7) hc = = = 75.29613872 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −11.858
q 10 W
8) hc = = = 73.17150084 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −12.202
q 10 W
9) hc = = = 73.86183898 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −12.088
q 10 W
10) hc = = = 71.15115778 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −12.549
q 10 W
11) hc = = = 77.81265689 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −11.474
q 10 W
12) hc = = = 68.63239881 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −13.009
q 10 W
13) hc = = = 69.25074187 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −12.893
q 10 W
14) hc = = = 68.03556499 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −13.123
q 10 W
15) hc = = = 68.03556499 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −13.123
q 10 W
16) hc = = = 68.03556499 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −13.123
q 10 W
17) hc = = = 66.29879378 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −13.467
q 10 W
18) hc = = = 67.45233523 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −13.237
q 10 W
19) hc = = = 66.88219504 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −13.35
q 10 W
20) hc = = = 65.74772174 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −13.58
b. Perhitungan mencari Tm
T3−T1 28.7−28.8
1) tm = T2−T1 = 36.1−28.8 = 16.924 K
log log
T2−T1 36.1−28.7
T3−T1 28.7−28.8
2) tm = T2−T1 = 36.5−28.8 = 17.845 K
log log
T2−T1 36.5−28.7
T3−T1 28.7−28.8
3) tm = T2−T1 = 36.8−28.8 = 18.536 K
log log
T2−T1 36.8−28.7
T3−T1 28.8−28.9
4) tm = T2−T1 = 37−28.9 = 18.766 K
log log
T2−T1 37−28.8
T3−T1 29−28.8
5) tm = T2−T1 = 37.2−28.8 = 19.111 K
log log
T2−T1 37.2−29
T3−T1 28.8−28.9
6) tm = T2−T1 = 37.4−28.9 = 19.687 K
log log
T2−T1 37.4−28.8
T3−T1 28.9−28.8
7) tm = T2−T1 = 37.5−28.8 = 19.917 K
log log
T2−T1 37.5−28.9
T3−T1 29−28.9
8) tm = T2−T1 = 37.6−28.9 = 19.917 K
log log
T2−T1 37.6−29
T3−T1 28.9−29
9) tm = T2−T1 = 37.7−29 = 20.147 K
log log
T2−T1 37.7−28.9
T3−T1 28.9−29.1
10) tm = T2−T1 = 37.8−29.2 = 20.262 K
log log
T2−T1 37.8−28.9
T3−T1 29−28.9
11) tm = T2−T1 = 37.9−29 = 20.608 K
log log
T2−T1 37.9−28.9
T3−T1 29−28.9
12) tm = T2−T1 = 38−28.9 = 20.838 K
log log
T2−T1 38−29
T3−T1 29.2−28.9
13) tm = T2−T1 = 38−28.9 = 20.606 K
log log
T2−T1 38−29.2
T3−T1 29.1−28.9
14) tm = T2−T1 = 38.1−28.9 = 20.953 K
log log
T2−T1 38.1−29.1
T3−T1 29.1−28.9
15) tm = T2−T1 = 38.1−28.9 = 20.953 K
log log
T2−T1 38.1−29.1
T3−T1 29−28.9
16) tm = T2−T1 = 38.2−28.9 = 21.299 K
log log
T2−T1 38.2−29
T3−T1 29−28.9
17) tm = T2−T1 = 38.2−28.9 = 21.299 K
log log
T2−T1 38.2−29
T3−T1 29−28.9
18) tm = T2−T1 = 38.2−28.9 = 21.299 K
log log
T2−T1 38.2−29
T3−T1 29−28.9
19) tm = T2−T1 = 38.2−28.9 = 21.299 K
log log
T2−T1 38.2−29
T3−T1 29−28.9
20) tm = T2−T1 = 38.3−29.2 = 21.529 K
log log
T2−T1 38.3−28.9
c. Perhitungan mencari Hc
q 15 W
1) hc = = = 52.6407354 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −16.925
q 15 W
2) hc = = = 52.6407354 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −17.845
q 15 W
3) hc = = = 52.6407354 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −18.536
q 15 W
4) hc = = = 52.6407354 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −18.766
q 15 W
5) hc = = = 52.6407354 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −19.111
q 15 W
6) hc = = = 52.6407354 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −19.687
q 15 W
7) hc = = = 52.6407354 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −19.917
q 15 W
8) hc = As −Tm
= 0.0112m2 −19.917
= 52.6407354 W⁄m2 K
q 15W
9) hc = = = 52.6407354 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −20.147
q 15 W
10) hc = = = 52.6407354 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −20.262
q 15 W
11) hc = = = 52.6407354 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −20.608
q 15 W
12) hc = = = 52.6407354 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −20.838
q 15 W
13) hc = = = 52.6407354 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −20.606
q 15 W
14) hc = = = 52.6407354 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −20.953
q 15 W
15) hc = = = 52.6407354 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −20.953
q 15 W
16) hc = = = 52.6407354 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −21.299
q 15 W
17) hc = = = 52.6407354 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −21.299
q 15 W
18) hc = = = 52.6407354 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −21.299
q 15 W
19) hc = = = 52.6407354 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −21.299
q 15 W
20) hc = = = 52.6407354 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −21.529
3. Surface Pinned 2 m/s Power 30 Watt (1)
a. Perhitungan Selisih 𝑇1 − 𝑇2
b. Perhitungan mencari Tm
T3−T1 34.7−29.3
1) tm = T2−T1 = 54.8−29.3 = 52.227K
log log
T2−T1 54.8−34.7
T3−T1 35.1−29.4
2) m= T2−T1 = 55.2−29.4 = 52.786K
log log
T2−T1 55.2−35.1
T3−T1 35.1−29.4
3) tm = T2−T1 = 55.6−29.4 = 55.558K
log log
T2−T1 55.6−35.1
T3−T1 36.3−29.4
4) tm = T2−T1 = 56.1−29.4 = 56.849K
log log
T2−T1 56.1−36.3
T3−T1 37−29.4
5) tm = T2−T1 = 56.4−29.4 = 58.248K
log log
T2−T1 56.4−37
T3−T1 37.5−29.5
6) tm = T2−T1 = 56.7−29.2 = 58.592K
log log
T2−T1 56.7−28.9
c. Perhitungan mencari Hc
q 30 W
1) hc = = = 38687.02670 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −52.253
q 30 W
2) hc = = = 29841.15878 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −52.572
q 30 W
3) hc = = = 41153.87818 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −53.497
q 30 W
4) hc = = = 42110.12809 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −53.140
q 30 W
5) hc = = = 43146.53170 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −52.939
q 30 W
6) hc = = = 43401.23452 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −52.886
d. Konduktivitas Termal
T −T 34.7−29.3
1) K = T3−T1 = = 0.0412 w/m.K
2 1 54.8−29.3
T −T 35.1−29.4
2) K = T3−T1 = = 0.0454 w/m.K
2 1 55.2−29.4
T −T 35.1−29.4
3) K = T3−T1 = = 0.0434 w/m.K
2 1 55.6−29.4
T −T 36.3−29.4
4) K = T3−T1 = = 0.0449 w/m.K
2 1 56.1−29.4
T −T 37.0−29.4
5) K = T3−T1 = = 0.0492 w/m.K
2 1 56.4−29.4
T −T 37.5−29.4
6) K = T3−T1 = = 0.0505 w/m.K
2 1 56.7−29.5
e. Nusselt Number
hc 34.17464385
1) = = 7042.5
As.Tm 13 . 52.253
hc 33.96730844
2) = = 17112
As.Tm 13 . 52.572
hc 33.37952026
3) = = 29870
As.Tm 13 . 53.497
hc 33.60405567
4) = = 40797
As.Tm 13 . 53.140
hc 33.73168097
5) = = 48671
As.Tm 13 . 53.939
hc 33.76510610
6) = = 58012
As.Tm 13 . 52.886
T3−T1 33.5−29.6
2) tm = T2−T1 = 67.8−29.2 = 83.388K
log log
T2−T3 67.8−33.5
T3−T1 32.2−29.6
3) tm = T2−T1 = 68.2−29.6 = 85.852K
log log
T2−T3 68.2−32.2
T3−T1 31.1−29.7
4) tm = T2−T1 = 68.8−29.7 = 88.176K
log log
T2−T3 68.8−31.1
T3−T1 31−29.7
5) tm = T2−T1 = 68.9−29.7 = 88.756K
log log
T2−T3 68.9−31
T3−T1 31.1−29.8
6) tm = T2−T1 = 69.3−29.8 = 89.447K
log log
T2−T3 69.3−31.1
c. Perhitungan mencari Hc
q 30 W
1) hc = = = 56800.11198 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −76.68
q 30 W
2) hc = = = 61768.98987 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −83.388
q 30 W
3) hc = = = 63593.80539 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −85.852
q 30 W
4) hc = = = 65315.69039 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −88.176
q 30 W
5) hc = = = 65745.3650 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −88.756
q 30 W
6) hc = = = 66257.0987 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −89.447
d. Konduktivitas Termal
T −T 37.3−29.6
1) K = T3−T1 = = 0.0499 w/m.K
2 1 66.9−29.6
T −T 33.5−29.6
2) K = T3−T1 = = 0.0453 w/m.K
2 1 67.8−29.6
T −T 32.2−29.6
3) K = T3−T1 = = 0.0444 w/m.K
2 1 68.2−29.6
T −T 31.3−29.7
4) K = T3−T1 = = 0.497 w/m.K
2 1 68.8−29.7
T −T 31−29.7
5) K = T3−T1 = = 0.0580 w/m.K
2 1 68.9−29.7
T −T 31.1−29.8
6) K = T3−T1 = = 0.0701 w/m.K
2 1 69.3−29.8
e. Nusselt Number
hc 56800.11198
1) = = 8537.1
As.Tm 13 .76.68
hc 61768.98987
2) = = 26589
As.Tm 13 . 83.388
hc 63593.80593
3) = = 45117
As.Tm 13 . 88.852
hc 65315.69039
4) = = 57168
As.Tm 13 . 88.176
hc 65745.365
5) = = 62192
As.Tm 88.756
hc 66257.0987
6) = = 63800
As.Tm 13 . 89.447
b. Perhitungan mencari Tm
T3−T1 32.5−29.5
1) tm = T2−T1 = 48.3−29.5 = 39.735K
log log
T2−T1 48.3−32.5
T3−T1 30.9−29.6
2) tm = T2−T1 = 48.2−29.6 = 41.313K
log log
T2−T1 48.2−30.9
T3−T1 30.1−29.5
3) tm = T2−T1 = 48.1−29.5 = 42.134K
log log
T2−T1 48.1−30.1
T3−T1 29.9−29.5
4) tm = T2−T1 = 48.1−29.5 = 42.366K
log log
T2−T1 48.1−29.9
T3−T1 29.8−29.7
5) tm = T2−T1 = 48−29.7 = 42.022K
log log
T2−T1 48−29.8
T3−T1 29.8−29.5
6) tm = T2−T1 = 47.9−29.5 = 42.021K
log log
T2−T1 47.9−29.8
c. Perhitungan mencari Hc
q 30 W
1) hc = = = 52.6407354 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −39.735
q 30 W
2) hc = = = 52.6407354 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −41.313
q 30 W
3) hc = = = 52.6407354 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −42.134
q 30 W
4) hc = = = 52.6407354 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −42.366
q 30 W
5) hc = = = 52.6407354 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −42.022
q 30 W
6) hc = = = 52.6407354 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −42.021
d. Konduktivitas Termal
T −T 32.5−29.5
1) K = T3−T1 = = 0.0412 w/m.K
2 1 48.3−29.5
T −T 30.9−29.6
2) K = T3−T1 = = 0.0454 w/m.K
2 1 48.2−29.6
T −T 30.1−29.5
3) K = T3−T1 = = 0.0434 w/m.K
2 1 48.1−29.5
T −T 29.9−29.5
4) K = T3−T1 = = 0.0449 w/m.K
2 1 48.1−29.5
T −T 29.8−29.7
5) K = T3−T1 = = 0.0492 w/m.K
2 1 48−29.7
T −T 29.8−29.5
6) K = T3−T1 = = 0.0505 w/m.K
2 1 47.9−29.5
e. Nusselt Number
hc 29433
1) = = 5358
As.Tm 13 . 39.735
hc 30602
2) = = 13144
As.Tm 13 . 41.313
hc 31210
3) = = 22652
As.Tm 13 . 42.134
hc 31382
4) = = 30404
As.Tm 13 . 42.366
hc 31127
5) = = 35113
As.Tm 13 . 42.022
hc 31127
6) = = 41605
As.Tm 13 . 42.021
6. Surface Finned 2 m/s Power 30 Watt (3)
a. Perhitungan Selisih 𝑇1 − 𝑇2
b. Perhitungan mencari Tm
T3−T1 35.9−29.9
1) tm = T2−T1 = 61.1−29.9 = 64.687 K
log log
T2−T1 61.1−35.9
T3−T1 31.5−29.9
2) tm = T2−T1 = 61.0−29.2 = 69.752 K
log log
T2−T1 61.0−29.9
T3−T1 30.7−29.8
3) tm = T2−T1 = 60.9−29.8 = 70.569K
log log
T2−T1 60.9−30.7
T3−T1 30.2−29.8
4) tm = T2−T1 = 60.8−29.8 = 70.919K
log log
T2−T1 60.8−30.2
T3−T1 30.0−29.7
5) tm = T2−T1 = 60.7−29.7 = 71.034K
log log
T2−T1 60.7−30.0
T3−T1 30.2−30
6) tm = T2−T1 = 60.6−29.2 = 70.229K
log log
T2−T1 60.6−30.2
c. Perhitungan mencari Hc
q 30 W
1) hc = = = 47916 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −64.687
q 30 W
2) hc = = = 51668 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −69.752
q 30 W
3) hc = = = 52273 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −70.569
q 30 W
4) hc = = = 52532 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −70.919
q 30 W
5) hc = = = 52618 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −71.034
q 30 W
6) hc = = = 52021 W⁄m2 K
As −Tm 0.0112m2 −70.229
d. Konduktivitas Termal
𝑇 −𝑇 35.9−29.3
1) 𝐾 = 𝑇3−𝑇1 = = 0.0499 w/m.K
2 1 61.1−29.3
𝑇 −𝑇 31.5−29.3
2) 𝐾 = 𝑇3−𝑇1 = = 0.0453 w/m.K
2 1 61.0−29.3
𝑇 −𝑇 30.7−29.3
3) 𝐾 = 𝑇3−𝑇1 = = 0.0444 w/m.K
2 1 60.9−29.3
𝑇 −𝑇 30.2−29.3
4) 𝐾 = 𝑇3−𝑇1 = = 0.0497 w/m.K
2 1 60.8−29.3
𝑇 −𝑇 30.0−29.3
5) 𝐾 = 𝑇3−𝑇1 = = 0.0580 w/m.K
2 1 60.7−29.3
𝑇 −𝑇 30.2−29.3
6) 𝐾 = 𝑇3−𝑇1 = = 0.0701 w/m.K
2 1 60.6−29.3
e. Nusselt Number
hc 47196
1) = = 7201.9
As.Tm 13 . 64.687
hc 51688
2) = = 22241
As.Tm 13 . 69.752
hc 52273
3) = = 37086
As.Tm 13 . 70.569
hc 52532
4) = = 45979
As.Tm 13 . 70.919
hc 52618
5) = = 50350
As.Tm 13 . 71.034
hc 52021
6) = = 50092
As.Tm 13 . 70.229
C. Pembahasan
Berdasarkan praktikum dan perhitungan yang telah kami lakukan,maka didapat
beberapa grafik.Tujuan dari grafik perbandingan adalah untuk melakukan analisis
bagaimana pengaruh sebuah benda uji terhadap variable yang diukur.Berikut adalah
grafik yang didapat:
Perbandingan Tp dan Tin Spesimen Finned dan
Pinned Airvelocity 1m/s dan Airvelocity 3m/s dengan
Power 30 Watt
35.9
40 30.7 30
32.5 30.9 31.5 30.2 30.2
35 30.1 29.9 29.8 29.8
30
29.4 29.4 29.4 29.5 Fin V1
29.3
˚C
25 29.4 29.8
29.6 29.6 29.7 29.7
20 29.6 Pin V1
15 Fin V3
10 Pin V3
5
0
Label Sumbu
Gambar 3.4.1 Grafik Perbandingan Tp dan Tin Spesimen Finned dan Pinned
Airvelocity 1m/s dan Airvelocity 3m/s dengan Power 30Watt
Dari grafik diatas,kita dapat melihat perbandingan Tp dan Tin dari specimen
Finned dan specimen Pinned yang memiliki Airvelocity 1m/s dan 3m/s dengan power
yang sama yaitu 30watt.Dari grafik dapat kita ketahui bahwa suhu setiap specimen
semakin lama semakin kecil,dimana dapat dilihat suhu tertinggi berada pada specimen
Finned dengan airvelocity 3m/s dengan nilai 35.9˚C dan suhu terrendah ada pada
specimen Finned dengan airvelocity 1m/s dengan nilai 29.3˚C.
Gambar 3.4.3 Grafik Perbandingan Nusselt Number Spesimen Finned dan Pinned
Airvelocity 1m/s dan Airvelocity 3m/s dengan Power 30Watt
Dari grafik perbandingan Nusselt number diatas,dapat kita lihat bahwa nilai
Nusselt number terbesar ada pada specimen Finned dengan airvelocity 1m/s dengan
nilai Nusselt number sebesar 63,800.Dari grafik diatas juga dapat dilihat nilai Nusselt
number awal terbesar juga ada pada specimen Finned airvelocity 1m/s dengan nilai
8,537 dan yang terkecil pada specimen Pinned airvelocity 3m/s dengan nilai 5,358.
Dari grafik diatas dapat dikemukakan bahwa nilai Nusselt number pada specimen
Finned lebih besar dari specimen Pinned berlaku pada airvelocity 1m/s dan airvelocity
3m/s.
Grafik Perbandingan tm Spesimen Finned dan Pinned
dengan Power 10Watt dan 15Watt
40.00 33.96 34.65
31.20 32.81 33.50 34.65
34.65
28.21 32.92 34.19
31.77 34.65
29.70
35.00 32.35 33.04 33.73
29.13 30.62
26.94
30.00 21.30 21.53
20.95 21.30
25.44 20.15 20.61 21.30
19.92 20.61 20.95
19.11 19.92 20.26 20.84 21.30
25.00
18.54 19.69
17.84 18.77
K
20.00 16.92
20.26 21.52 22.10 22.10 22.33
18.88 20.84
15.00 13.00 16.80 18.30 19.45 20.03 21.07
21.52 22.10
11.97 15.65 17.61
14.50
8.51 13.47 13.58
10.00 12.20 11.47 13.12
11.51 13.24 Fin p10
9.56 13.12
11.86 12.09 13.01
8.17 10.48 13.35 Fin p15
5.00 12.89 13.12
8.86 11.17 12.55 Pin p10
- Pin p15
Gambar 3.4.4 Grafik Perbandingan tm Spesimen Finned dan Pinned dengan Power
10Watt dan 15Watt dengan Airvelocity 3m/s
Dari grafik diatas dapat kita liat bahwa nilai tm pada setiap specimen yang
memiliki Power 15watt memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan specimen
dengan Power 10watt.Spesimen dengan nilai terbesar ada pada Finned Power 15Watt
dengan nilai 34,65K dan nilai terkecil ada pada specimen Pinned Power 10Watt dengan
nilai 8,17K.Pada specimen dengan Power 10Watt memiliki suhu tertinggi dengan suhu
22,33K yaitu pada specimen Finned.
Perbandingan hc Spesimen Finned dan Pinned dengan
Power 10Watt dan 15Watt
180.00 103.01 85.56
157.35
111.91 92.36 76.04 73.17 70.95 62.22
160.00 66.10 64.28
79.70 68.84 66.86 60.61
140.00 100.72 62.22
109.24 73.17 63.57 60.61
W/m^2.K
Gambar 3.4.5 Grafik Perbandingan hc Spesimen Finned dan Pinned dengan Power
10Watt dan 15Watt dengan Airvelocity 3m/s
Dari grafik diatas,dapat kita lihat bahwa nilai hc pada spesimen Pinned lebih besar
daripada nilai hc pada specimen Finned.Dapat diliat nilai hs terbesar berada pada
specimen Pinned dengan Power 10Watt dengan nilai 157,35W/m^2.K dan nilai terkecil
ada pada specimen Finned Power 15Watt dengan nilai 38,65W/m^2.K.
Dari grafik juga dapat kita lihat bahwa grafik dari masing masing specimen
semakin lama semakin kecil.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini mendapatkan beberapa hasil yang dapat praktikan
simpulkan, dan kesimpulannya adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat merangkai dan mengoperasikan peralatan free and force
convection.
2. Mahasiswa dapat mengenal dan memahami komponen-komponen
peralatanfree and force convection beserta fungsinya.
3. Mahasiswa dapat memahami fenomena fisik perpindahan panas konveksi
alami.
4. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui karakteristik sesungguhnya
proses perpindahan panas konveksi alami.
B. Saran
Berdasarkan hasil dari kesimpulan diatas mendapatkan beberapa saran
yang diperlukan kedepannya, yaitu sebagai berikut:
1. Lebih memahami modul sebelum melakukan praktikum.
2. Lebih aktif dalam kegiatan praktikum.
3. Memahami lebih dalam tentang peralatan praktikum.
4. Ada baiknya melakukan kegiatan praktikum secara offline agar ilmu
yangdidapat lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA