2. Siklus Absorpsi
Siklus absorpsi adalah siklus termodinamika yang dapat digunakan
sebagai siklus refrigerasi dan digerakkan oleh energi dalam bentuk panas. Sistem
absorbsi ditemukan oleh Ferdinand Carre, seseorang berkebangsaan perancis
yang memperoleh hak paten tersebut dari pemerintah Amerika Serikat pada
tahun 1959. Siklus absorpsi dapat digunakan untuk menghasilkan efek refrigerasi.
Siklus ini menggunakan panas sebagai sumber energi utama untuk menghasilkan
efek pendinginan. Kunci utama siklus ini adalah memanfaatkan kemampuan
mengikat-melepas pasangan zat kimia antara refrigerant dan absorben. Beberapa
pasangan larutan dan refrigerant yang dapat digunakan pada siklus absorpsi
adalah amonia dengan air dan pasangan litium bromida dengan air. Pasangan
refrigerant dan absorben ini dapat dijumpai di pasaran pada mesin-mesin
pendingin siklus absorpsi.
Prinsip kerja dari siklus absorpsi adalah memanfaatkan ikatan kimia antara
dua zat. Zat yang bertugas menyerap (mengikat) dinamakan dengan absorbat,
sedangkan zat yang diserap atau diikat oleh zat lain disebut dengan absorbat,
Karena zat yang diikat ini juga sekaligus bertindak sebagai fluida kerja yang
melakukan pendinginan, maka absorbate akan bertugas sebagai refrijeran, atau
biasa disebut fluida utama (primer), sementara fluida sekunder adalah absorbent.
Komponen utama siklus absorbsi sederhana ini adalah evaporator,
kondensor, generator, absorber, dan pompa. Prinsip kerja siklus ini dapat dibagi
atas dua bagian siklus, yaitu siklus pertama merupakan siklus refrrigeran
setelah terpisah dari absorbent, Siklus kedua adalah siklus absorbent dimana di
dalamnya juga termasuk refrijeran yang terlarut atau terikat dengan absorbent.
𝛿𝑇
𝑞 = −𝑘𝐴
𝛿𝑥
Keterangan:
q = laju aliran kalor (watt)
Keterangan:
m = Laju aliran massa air
Cp = Koefisien thermal bahan
ΔT = Beda temperatur
q = Laju perpindahan panas
Alat penukar kalor dalam berbagai kasus dibuat dengan susunan tabung
bersirip (finned tube) untuk membuang kalor dari fluida panas, namun dalam
pembahasan nilai-nlai parameter penting untuk perhitungan laju perpindahan
panas, tidak membahas mengenai efektifitas sirip atau fin melainkan hanya
membahas mengenai perpindahan panas pada tabung atau tube-nya saja sehingga
persamaan yang dibahas adalah tentang tube dengan perhitungan menggunakan
persamaan konveksi yang secara umum digunakan pada penukar kalor pipa ganda
(double pipe) ataupun tabung pipa (shell and tube). Biasanya salah satu fluida
dalam penukar panas mengalir dalam pipa, sedang fluida yang lain mengalir
dalam ruang annulus sebuah pipa yang lebih besar atau dalam ruang sebuah shell
yang memuat banyak pipa. Perpindahan panas yang berlangung secara radial
terhadap pipa, antara lain fluida di dalam pipa dengan permukaan dinding pipa di
sisi dalam dimana panas berpindah secara konveksi, kemudian panas menjalar
secara konduksi melalui logam dinding pipa, sedangkan diluar pipa terjadi lagi
konveksi.
Nilai laju perpindahan panas dalam alat penukar kalor dapat dihitung
berdasarkan teori perpindahan panas secara konveksi. Selain laju perpindahan
panas, parameter penting yang mempengaruhi efektifitas suatu alat penukar kalor
adalah nilai koefisien perpindahan panasnya. Besarnya koefisien perpindahan
panas secara konveksi dapat diperkirakan dari persamaan-persamaan empiris,
berbeda dengan konveksi di luar pipa, yang mana dalam mencari persamaan
empiris ini harus diperhatikan:
1) Sifat fluida
2) Sifat aliran
3) Jenis perpindahan panas (pemanasan atau pendinginan)
4) Letak pipa.