NIM : 03031281621035
Shift : Selasa (13.00-16.00 WIB)
Kelompok : 1
3. Biodiesel
Biodiesel secara umum adalah bahan bakar mesin diesel yang terbuat dari
bahan terbarukan atau secara khusus merupakan bahan bakar mesin diesel yang
terdiri atas ester alkil dari asam-asam lemak. Biodiesel dapat dibuat dari minyak
nabati, minyak hewani atau dari minyak goreng bekas/daur ulang. Biodiesel
merupakan salah satu bahan bakar mesin diesel yang ramah lingkungan dan dapat
diperbarui (renewable). Biodiesel tersusun dari berbagai macam ester asam lemak
yang dapat diproduksi dari minyak tumbuhan maupun lemak hewan. Minyak
tumbuhan yang sering digunakan antara lain minyak sawit (palm oil), minyak
kelapa, dan minyak jarak.
Biodiesel adalah bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat
seperti minyak diesel atau solar. Sebelum biodiesel dapat digunakan sebagai
bahan bakar, biodiesel ini harus diproses lagi untuk menurunkan kekentalannya.
Selain itu tangki bensin juga harus dilakukan perubahan agar biodiesel ini dapat
berfungsi dengan baik sebagai bahan bakar pada kendaraan tersebut. Namun jika
kendaraan sudah bermesin diesel, maka bahan bakar biodiesel ini sudah dapat
langsung digunakan. Dibandingkan dengan bahan bakar fosil, bahan bakar
biodiesel mempunyai kelebihan diantaranya bersifat biodegradable, non-toxic,
mempunyai angka emisi CO2 dan gas sulfur yang rendah dan sangat ramah
terhadap lingkungan (Marchetti dan Errazu, 2008).
Bahan bakar diesel dikehendaki relatif mudah terbakar sendiri (tanpa harus
dipicu dengan letikan api busi) jika disemprotkan ke dalam udara panas
bertekanan. Tolok ukur dari sifat ini adalah bilangan setana, yang didefinisikan
sebagai % volume n-setana di dalam bahan bakar yang berupa campuran n-setana
(n-C16H34) dan αmetil naftalena (α-CH3-C10H7) serta berkualitas pembakaran di
dalam mesin diesel standar. n-setana (suatu hidrokarbon berantai lurus) sangat
mudah terbakar sendiri dan diberi nilai bilangan setana 100, sedangkan α-metil
naftalena (suatu hidrokarbon aromatik bercincin ganda) sangat sukar terbakar dan
diberi nilai bilangan setana nol.
4. Perbedaan Bensin dan Biodiesel
Bensin dan biodiesel memiliki beberapa aspek yang membedakannya.
Pertama, perbedannya dapat dilihat dari bahan baku dan juga cara pembuatannya.
Bensin merupakan bahan bakar fosil yang didapatkan dari proses destilasi minyak
bumi menjadi fraksi-fraksi tertentu dengan jangkauan titik didih sebesar 40oC
hingga 220oC. Bensin yang dijual dipasaran berasal dan berbagai jenis minyak
mentah yang diolah melalui proses yang berbeda-beda baik secara destilasi
langsung maupun dan hasil perengkahan, reformasi, alkilasi dan isomerisasi.
Sumber bahan baku bahan bakar bensin tidak bisa diperbaharui sehingga suatu
saat bisa habis. Berbeda dari bahan baku bensin, biodiesel dapat dibuat dari
minyak nabati, minyak hewani atau dari minyak goreng bekas atau daur ulang.
Bahan baku biodiesel mudah didapat dan dapat diperbaharui. Biodiesel dibuat
melalui reaksi esterifikasi dan transesterifikasi trigliserida.
Perbedaan lainnya yaitu terdapat pada penggunaannya. Bensin merupakan
bahan bakar yang dipakai pada mesin bensin, sedangkan biodiesel dibuat untuk
dipakai pada mesin diesel sebagai bahan bakar alternatif pengganti solar. Ukuran
kualitas dari bensin dan biodiesel juga berbeda. Ukuran kualitas bensin dinyatakan
dengan angka oktan, sedangkan ukuran kualitas biodiesel dinyatakan dengan
angka setana.
Kandungan dan komposisi bensin dan biodiesel juga berbeda. Bensin
sebagai bahan bakar fosil memiliki komposisi kimia yang terdiri dan senyawa
hidrokarbon tak jenuh (olefin), hidrokarbon jenuh (parafin) dan hidrokarbon siklik
atau hidrokarbon aromatik. Biodiesel tersusun dari berbagai macam ester asam
lemak yang dapat diproduksi dari minyak tumbuhan maupun lemak hewan.
Perbedaan antara bensin dan biodiesel dapat ditinjau juga dari segi emisi
yang dihasilkan dari pembakaran. Biodiesel tidak mengandung sulfur (Moreno
dkk, 1999) dan senyawa benzena yang karsinogenik sehingga biodiesel
merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih mudah ditangani
dibandingkan dengan solar. Emisi SO2, partikel, CO dan NOX. menurun secara
konsisten dengan peningkatan kandungan biodiesel dalam campuran bahan bakar,
akan tetapi karakteristiknya bervariasi tergantung dari jenis emisinya. Penurunan
kadar emisi paling signifikan dengan digunakannya biodiesel terjadi pada emisi
SO2 dan PM (Djamin dan Wirawan, 2010).