104
105
Gambar 5.1. Skema kerja aliran pada volume atur (control volumes)
(Sumber: Yunus A. Cengel, 2015:221)
Analisis Termodinamika pada sistem terbuka banyak dilakukan dengan
analisis volume atur, dengan mengasumsikan sistem dalam kondisi steady atau
uniform. Steady artinya sistem diasumsikan tidak berubah terhadap waktu.
Lawan dari steady adalahunsteady atau transien. Istilah uniform diartikan dimana
kondisi sistem tidak berubah terhadap lokasi atau tempat (konsisten).
Laju aliran massa cairan dalam suatu penampang saluran dapat dituliskan
dengan,
106
Jika kecepatan aliran cairan dalam saluran dirata-ratakan (Vav)dan persamaan (5.1)
diintegralkan maka besarnya laju aliran massa cairan pada sebuah penampang
saluran ditulis dengan,
Dimana:
= massa jenis cairan, kg/m3(=1/v)
Vav = keepatan aliran cairan dalam saluran, m/dt
A = luas penampang saluran, m2
Hukum kekekalan massa pada suatu sistem terbuka dapat dinyatakan dinyatakan
sebagai: perpindahan massa bersih dari volume atur waktu tertentu (dt) adalah
sama dengan perubahan bersih (kenaikan atau penurunan) dari total massa dalam
volume ataur selama waktu tertentu pula (dt).
[ ]
Perubahanmassa bersih
[ ke Sistem selama dt ][
Total massa masuk − Total massa keluar =
dari Sistem selama dt ] dalam volume ataur
selama d t
Atau,
Dimana:
ṁ¿ −ṁout = perubahan laju aliran massa selam proses, kg/dt
∆ ṁcv = perubahan laju aliran massa cairan selama proses, kg/dt
sistemnya dapat dibuat khayal dalam bentuk garis putus-putus pada sistem
terbuka. Gambar 5.3. berikut memperlihatkan sistem volume atur dengan kondisi
batasnya. Sistem volume atur membolehkan adanya aliran massa masuk dan
keluar sistem.
[ ][ ][ ]
Total energi
][
Perubahan
masuk keluar Total energi Total energi
energi
sistem dalam + massa masuk − massa masuk =
total dalam
bentuk panas volume atur volume atur
volume atur
dan kerja
Jika analisis volume atur dalam rentangwaktu tertentu (dt), maka persamaan (5.4)
dapat ditulis dengan,
Energi yang masuk dan keluar sistem bersama dengan massa () biasanya dalam
termodinamika adalah: energi dalam jenis (u), energi kinetik jenis (ek), energi
potensial jenis (ep) dan energi jenis akibat adanya aliran (Pv), sehingga:
= u + ek + ep + Pv ....................................... (5.6)
(V 2i
)
V 2o
(
Q̇−Ẇ +∑ ṁi hi + + g Z i −∑ ṁo ho + + g Z o =∆ E cv ........ (5.8)
2 2 )
Untuk aliran satu aliran masuk dan keluar, dan berlaku hukum kekekalam massa (
ṁ1=ṁ2 ¿ maka persamaan (5.8) dapat ditulis dengan,
[ ( ) ]
2 2
V 2−V 1
Q̇−Ẇ + ṁi ( h2−h1 ) + + g ( Z2 −Z 1 ) =∆ Ecv .................. (5.9)
2
Lalu jika persamaan (5.9), semuanya dibagi dengan laju aliran massa ṁ , maka,
( )
2 2
V 2−V 1
q−w + ( h2 −h1 ) + + g ( Z 2−Z 1) =∆ E cv .................... (5.10)
2
untuk analisis aliran dalam kondisi steady (dE/dt = 0), maka persamaan (5.10)
menjadi:
( )
2 2
V −V 1
q−w + ( h2 −h1 ) + 2 + g ( Z 2−Z 1) =0 .............................. (5.11)
2
mempunyai prinsip kerja yang berlawanan. Penampang keluaran nosel jauh lebih
kecil daripada penampang masuk, sehingga kecepatan aliran fluida keluar nosel
jauh lebih cepat dibanding dengan kecepatan aliran masuk. Sebaliknya untuk
diffuser penampang arah keluaran jauh lebih besar dari penampang arah aliran
masuk, sehingga kecepatan aliran fluidanya menjadi sangat lambat.
[ ( ) ]
2 2
V 2−V 1
Q̇−Ẇ + ṁi ( h2−h1 ) + + g ( Z2 −Z 1 ) =∆ Ecv
2
Dengan asumsi:
Untuk Nosel dan Difuser:
- Sistem dianalisis dalam kondisi tunak (steady state), dE/dt=0
- Tidak ada panas masuk-keluar sistem selama proses (proses adiabatik)
sehingga Q̇ = 0.
- Tidak ada kerja selama proses, Ẇ =0.
- Tidak ada perubahan ketinggian (elevasi) antara fluida masuk dan keluar,
sehingga Z = 0.
- Kecepatan aliran fluida keluar nosel (V2)jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan kecepatan aliran fluida masuk (V1), sehingga V1<<V2. Artinya V1
dapat diabaikan 0.
110
0 0
[ ]
0 0
( )
2 2
V −V 1
Q̇−Ẇ + ṁi ( h2−h1 ) + 2 + g ( Z2 −Z 1 ) =∆ Ecv
2
2
V2
(h 2−h1 )+ =0 ............................................... (5.11)
2
2
V2
h1 =h2 + ......................................................... (5.12)
2
Dengan cara yang sama, persamaan (5.9) untuk difuser ditulis dengan,
V 21
(h 2−h1 )+ =0 ..................................................... (5.13)
2
Atau,
V 12
h2 =h1 + ..................................................... (5.14)
2
Ini adalah kontrol volume sejak massa melintasi batas sistem selama proses
tersebut. Kita mengamati bahwa hanya ada satu inlet dan satu pintu keluar dan
dengan demikian ṁ1=ṁ2=ṁ . Maka,
m3
RT1 ( 0,287 kPa . )(283 K ) 3
kg . K m
v1 = = =1.015
P1 80 kPa kg
Lalu,
1 1 m 3
ṁ= .V . A = .( 200 )(0,4 m )
v1 1 1 m
3
dt
1,015
kg
= 78,8 kg/dt
Karena aliran adalah steady, maka laju aliran massa masuk ( ṁ¿¿ 1)=ṁ¿ = 78,8
kg/dt
(b). Kesetimbangan energi pada sistem volume atur untuk difuser ini adalah,
0
Ė¿ − Ė out =d Ėsystem
Ė¿ = Ė out
112
2 ˙ ˙ V2
V1 2
ṁ(h+¿ )= ṁ( h+¿ ) ¿ ¿
2 2
˙ dan ∆ ep=0 Sehingga,
Dimana: ∆ Q=0 , ∆ W =0
h2 =h1− (
V 22−V 21
2 )
Karena V2<< V1maka energi kinetik keluaran difuser dapat diabaikan. Maka
enthalpy udara keluar nosel dihitung dari tabel (A-17) Buku Thermodynamics An
Engineering Approach, 2015). Maka nilai h1,
[ ]
m 2
0−(200 )
kJ dt 1kJ /kg
h2 =283,14 .− .
kg 2 m
2
1000 2
dt
= 303,14 kJ/kg
Solusi:
113
Sketsa volume atur dari sistem yang sedang dibahas dapat dilihat pada gambar
disamping!
(a) Kecepatan uap masuk nosel dihitung dari persamaan (5.2). Sebelumnya kita
memerlukan menghitung nilai volume jenis dari uap masuk nosel;
TK1.
P1=250 psia
o
T 1=70 0 F ⟩ v1 = 2.688 ft3/lbm (Tabel A-6E)
h1 = 1371,1 Btu/lbm
(b) Karena tidak kerja pada nosel (W=0) dan tidak ada beda ketinggian antara
fluida masuk dan keluar maka ep = 0. Menggunakan persamaan (4.11)
maka:
0
q−w=∆ h+∆ ek + ∆ ep
( )
2 2
V 2−V 1
q=( h 2−h1 ) +
2
Lalu, untuk:
P2=200 psia
T 2 =1354,1 F ⟩ T2 = 661,9 oF (dari Tabel A-6E)
Pada sistem pembangkit listrik tenaga uap, air dan gas alat yang digunakan
untuk menggerakan generator listrik adalah turbin. Fluida kerja dilewatkan kepada
turbin, sehingga akan menghasilkan putaran pada akhirnya akan menghasilkan
kerja. Kerja yang dilakukan oleh turbin persatuan waktu disebut dengan daya
(power).
Pompa dan kompresor adalah alat yang berfungsi menggerakan fluida
kerja dari suatu tempat ke tempat lainnya. Pompa dan kompresor mempunyai
sistem kerja yang hampir sama. Pompa biasanya digunakan untuk mengalirkan
fluida cair, sementara kompresor banyak digunakan untuk menggerakan fluida
gas.
Gambar 5.5. Turbin, pompa dan komresor sebagai sistem volume atur
(Sumber: www.google.co.id/turbin,pompa,dan kompresor/diakses 27 Agustus 2016)
[ ( ) ]
2 2
V −V 1
Q̇−Ẇ + ṁi ( h2−h1 ) + 2 + g ( Z2 −Z 1 ) =∆ Ecv
2
[ ]
0
( )
2 2
V −V 1
Q̇−Ẇ + ṁi ( h2−h1 ) + 2 + g ( Z2 −Z 1 ) =∆ Ecv
2
[ ( ) ]
2 2
V 2−V 1
Ẇ Turbin= ṁ ( h 2−h1 ) + + g(Z 2−Z 1 ) =0 ................... (5.15)
2
Jika beda ketinggian air masuk dan keluar turbin adalah hampir sama, maka
ep0, maka persamaan (4.15) akan menjadi,
[
Ẇ T =ṁ ( h1 −h2 ) + (
V 21−V 22
2 )]
=0 ............................................... (5.16)
Dengan cara yang sama dengan turbin, analisis kesetimbangan energi untuk
pompa dan kompresor dapat pula ditulis dengan,
[
Ẇ P /C = ṁ ( h 2−h1 ) +(V 22−V 21
2 ) ]
+ g ( Z 2−Z 1 ) = 0 .................... (5.17)
Maka,
(a) Bandingkan nilai h, ek dan ep
(b) Hitunglah kerja persatuan massa uap
melalui turbin
(c) Hitunglah laju aliran massa uap
Solusi:
(a) Pada konsisi masuk uap dalam kondisi superpanas dan enthalpynya
adalah:
P1 = 2 MPa dari Tabel A-6, h1 = 3247,6 kJ/kg
T1 = 400oC
Pada kondisi keluar uap dalam kondisi campuran dengan tekanan 15 kPa,
maka enthalpy kondisi keluar:
117
( ) ( )
( )
2 2
180 m 50 m kJ
− 1
V 22−V 21 dt dt kg
∆ ek= = . =14,95 kJ /kg
2 2 m
2
1000 2
dt
( )
kJ
1
( m
dt )
∆ ep=g ( Z 2−Z1 ) = 9,807 2 [ ( 6−10 ) m ]
kg
m
1000 2
2
=−0,04 kJ / kg
dt
(b) Kerja persatuan massa untuk sistem satu masukan dan satu keluaran dapat
dihitung dengan persamaan:
0
q−w=∆ h+∆ ek + ∆ ep
(c) Laju aliran massa uap untuk daya keluaran 5 MW dapat dihitung dengan,
Ẇ 5000 kJ /dt
ṁ= = =5,74 kg/ dt
w 870,96 kJ /kg
[ ( ) ]
2 2
V 2−V 1
Q̇−Ẇ + ṁi ( h2−h1 ) + + g ( Z2 −Z 1 ) =∆ Ecv
2
h1 ≅ h 2 ............................................................... (5.18)
119
Solusi:
Refrigerant-134a yang memasuki pipa kapiler sebagai cairan jenuh dan keluar
dengan tekanan tertentu. Maka kualitas keluar dari refrigeran dan penurunan
temperatur dapat ditentukan dengan,
Asumsi:
1. Perpindahan Panas dari tabung diabaikan, Q = 0
2. Tidak ada kerja selama proses, W = 0
3. Perubahan energi kinetik dari refrigeran diabaikan, ek
4. Perubahan energi potensial dari refrigeran juga diabaikan, ep
h2−hf 95,48−22,47
x= = =0,340
hfg 236,99−22,47
Akhirnya karena kondisi zat keluar pipa kapiler dalam fase campuran
dengan tekanan 0,12 MPa, maka temperatur keluar haruslah temperatur
jenuh pula (tsat) pada tekanan keluar yaitu: -22,32 oC. Sehingga penurunan
temperatur yang terjadi selama proses dapat dihitung dengan;
T = T2 - T1 = (-22,32 - 31,31) oC
= -53,63 oC
Atau,
Solusi:
Perbandingan (rasio) pencapuran air panas dan dingin dapat dihitung
melalaui perbandingan laju aliran massanya.
122
Asumsi:
1. Sistem steady state (tunak), dE/dt = 0
2. Energi kinetik dan potensial diabaikan, ek = 0 dan ep = 0
3. Kehilangan panas dari sistem diabaikan, Q = 0
4. Tidak ada interaksi kerja yang terlibat, W = 0
Maka dari aumsi di atas dapat dilakukan analisis terhadap sistem volume
atur ini dengan:
ṁ 1
Jika persamaan terakhir ini sama-sama dibagi dengan = y , maka persamaan
ṁ 2
ini akan menjadi:
y h1 +h2=( y +1)h3
Temperatur air pada 20 Psia = 227, 92 oF, sehingga temperatur semua aliran
seharusnya berada pada temperatur di bawah ini (T<Tsat). Dengan cairan dalam
tekanan dapat diasumsikan sebagai cair jenuh pada temperatur di atas, maka:
sehingga,
h3 −h2 78,02−18,06
y= = =2,0
h1 −h3 107,96−78,02
[
Q̇−Ẇ + ṁi ( h2−h1 ) + ( )
V 22−V 21
2 ]
+ g ( Z2 −Z 1 ) =∆ Ecv
atau,
ṁ1 h1+ ṁ3 h3= ṁ2 h2 + ṁ4 h 4 .................................. (5.21)
Solusi:
Refrigerant-134a didinginkan oleh air di kondensor. Laju aliran massa air
pendingin dan laju perpindahan panas dari refrigeran ke air yang akan ditentukan.
Asumsi:
1. Sistem steady (tunak), dE/dt = 0
2. Energi kinetik dan potensial diabaikan, ek = 0 dan ep = 0
3. Tidak ada kerja pada sistem W=0
4. Panas keluar-masuk sistem diabaikan dengan demikian Q = 0
5. Berlakuk hukum kekekalan masssa, ṁ¿ =ṁout
Analisis kesetimbangan energi volume atur seperti terlihat pada gambar (5.9),
ṁ1=ṁ2=ṁw
ṁ3=ṁ4 =ṁR
Sekarang kita perlu menentukan entalpi di ke empat kondisi masukan dan keluar.
Air ada sebagai cairan terkompresi baik pada posisi masuk dan posisi keluar.
Karena suhu di kedua lokasi berada di bawah suhu jenuh air pada 300 kPa
(133,52oC), maka:
Refrigeran masuk kondensor dalam kondisi uap superpanas dan keluar dalam
kondisi cairan terkompresi pada 35oC. Dari tabel refrigeran-12,
ṁa=22,3 kg/min
0 0 0
(
Q̇= ṁw ( h 2−h1 )= 22,3
kg
min ) kJ
( 104,89−62,99 ) ¿
kg
¿ 934,4 kJ /min
Beberapa contoh pemakaian pipa dalam dunia teknik seperti aliran air
melalui pipa pada sistem pembangkit listrik (PLTA, PLTU, PLTG, PLTPB, dsb),
pipa aliran refrigeran dalam mesin pendingin (AC, freezer) dan pipa untuk aliran
fluida pada alat penukar panas (heat excanger).
Dengan menggunakan persamaan (5.9) dapat dilakukan dengan melakukan
penyederhanaan (asumsi terhadap sistem):
[ ( ) ]
2 2
V 2−V 1
Q̇−Ẇ + ṁi ( h2−h1 ) + + g ( Z2 −Z 1 ) =∆ Ecv
2
Solusi:
Analisis sistem pemanasan listrik dapat digunakan sistem volume atur:
0 0
Q̇−Ẇ =ṁw ( ∆ h+∆ ek + ∆ ep)
Pada kondisi spesifik, udara dapat berlaku sebagai gas ideal. Pada temperatur
tinggi dan tekanan relatif rendah maka nilai temperatur kritisnya T cr = -147oC dan
Pcr = 3390 kPa untuk nitrogen, bagian terbesr dari udara). Maka volume spesifik
dari udara dapat dihitung dengan,
3
m
(0,287 kPa . )(290 K )
RT1 kg m3
v1 = = =0,832
P1 100 kPa kg
m3
150
( )
V̇ min 1 min
ṁ= 1 = =3,0 kg /dt
v1 m 60 dt
3
0,832
kg
T2= 21,9 oC
5.4. Ringkasan
Sistem terbuka (open system) didefinisikan sebagai sistem yang tak
kedap massa dan tak kedap energi. Artinya massa dan energi bisa masuk dan
keluar dari sistem. Sistem terbuka dianalisis dengan cara memberi batas analisis
(boundary). Boundary ini pada sistem terbuka disebut juga dengan kontrol
permukaan (control surface). Batas ini dapat berbentuk nyata atau khayal.
Analisis termodinamika pada sistem terbuka banyak dilakukan dengan
analisis volume atur, dengan mengasumsikan sistem dalam kondisi steady atau
uniform. Steady artinya sistem diasumsikan tidak berubah terhadap waktu. Lawan
dari steady adalahunsteady atau transien. Istilah uniformdiartikan dimana dimana
kondisi sistem tidak berubah terhadap lokasi atau tempat (konsisten).
Prinsip hukum kekekalan massa adalah salah satu prinsip paling
mendasar di alam. Jumlah massa yang mengalir melalui penampang per satuan
waktu disebut laju aliran massa dan dilambangkan dengan ṁ. Laju aliran massa
diekspresikan sebagai kecepatan massa dikali dengan luas penampang tertentu.
Laju aliran massa cairan dalam suatu penampang saluran dapat dituliskan
dengan,
Dimana adalah massa jenis cairan, Vav adalah keepatan aliran cairan dalam
saluran dan A adalah luas penampang saluran.
Pada sistem volume atur, perubahan energi total dalam sistem dipengaruhi
130
oleh laju aliran massa masuk dan laju aliran massa keluar.
[ ][ ][ ]
Total energi
][
Perubahan
masuk keluar Total energi Total energi
energ i
sistem dalam + massa masuk − massa masuk =
total dalam
bentuk panas volume atur volume atur
volume atur
dan kerja
Beberapa alat yang dianalisis dengan konsep sistem volume atur yaitu:
Nosel dan Difuser, Turbin, Pompa dan Kompresor, Ruang Pencampur (Mixing
Chambers), Penukar Kalor (Heat Excanger, Pipa dan Saluran (Pipe and Duct
Flow)
ft/dt dan kecepatan masuk adalah 50 ft/dt. Tentukan laju aliran massa dan
luas penampang masuk. Jawaban: 0,0704 lbm/dt dan 0,133 ft2
7. Sebuah pompa meningkatkan tekanan air dari 100 kPa ke 900 kPa. Air
masuk pompa ini pada 15oC melalui lubang berdiameter 1-cm dan keluar
melalui lubang berdiameter1,5 cm.Tentukan kecepatan air masuk dan
keluar lubangketika laju aliran massa melalui pompa adalah 0,5 kg/dt.
Akankah kecepatan ini dapat berubah secara signifikan jika temperatur
masuk dinaikkan ke 40oC?
9. Diffuser di mesin jet dirancang untuk mengurangi energi kinetik dari udara
yang masuk kompresor mesin tanpa ada interaksi kerja atau
panas.Hitunglah kecepatan udara keluar dari diffuser, jika kondisi udara
masuk 100 kPa, 30oC dan kecepatannya 350 m/dt dan keluar dengan
kondisi 200 kPa dan 90oC.
132
10. Uap memasuki nosepada 400oC dan 800 kPa dengan kecepatan 10 m/dt,
dan keluar pada 300oC dan 200 kPa.Jika ada kehilangan panas pada sistem
sebesar 25 kW. Luas penampang masuk adalah 800 cm2, maka tentukan
kecepatan dan laju aliran volume uap keluar dari nosel. Jawaban: 606
m/dt, 2,74 m3/dt
5.6. Referensi
Anwari (1978). Sistem Satuan Internasional (SI). Jakarta: Depdikbud.
Arismunandar, Wiranto. 1986. Termodinamika Teknik. Bandung:ITB.
Cengel, Yunus A. (1994). Thermodynamics An Engineer Aproach. New York.
McGraw-Hill.
Eastop, T.D. dan Mc. Conkey. 1978. Applied Thermodynamics for Engineering
Techonolist. Logman:Group Limited.
Hutchinson, F.W. 1957. Thermodynamics of Heat Power Systems. Adison-
Wesley.Mc Graw-Hill.
J. Moran, Michael dan Howard N. Shapiro. 2006. Fundamentals of Engineering
Thermodynamics Fifth Editions. England: John Wiley & Sons.
Earn Logan. 1999. Thermodynamics, Process and Application. USA:Marcel
Dekker, Inc.
133