Anda di halaman 1dari 30

BAB V

APLIKASI HUKUM TERMODINAMIKA I


PADA SISTEM TERBUKA (OPEN
SYSTEM)
5.1 Pendahuluan
Pada bab sebelumnya telah dipelajari tentang interaksi energi dengan
lingkungannya dan hukum kekekalan energi pada sistem tertutup (unflow system).
Pada bab IV ini akan dibahas sistem yang ada aliran massa yang melintasi batas
sistem. Sistem ini disebut juga dengan sistem terbuka(open system) atau sistem
ada aliran (flow system) atau volume atur (control volumes).
Hukum kekekalan energi (konservasi energi) dapat digunakan untuk
mempelajari kesetimbangan energi pada sistem terbuka. Dalam banyak kasus alat-
alat dalam bidang Teknik Mesin analisisnya dilakukan melalui pendekatan hukum
kekekalan energi steady flow process, seperti halnya turbin, pompa, kompresor,
nosel, penukar kalor (heat exchanger)serta banyak alat-alat lainnya.

5.2 Analisis Termodinamika Pada Sistem Terbuka


Sistem terbuka (open system) didefinisikan sebagai sistem yang tak
kedap massa dan tak kedap energi. Artinya massa dan energi bisa masuk dan
keluar dari sistem. Sistem terbuka dianalisis dengan cara memberi batas analisis
(boundary). Boundary ini pada sistem terbuka disebut juga dengan kontrol
permukaan (control surface). Batas ini dapat berbentuk nyata atau khayal.
Gambar (5.1.) memperlihatkan bentuk dari sistem terbuka(open system). Sistem
terbuka sering juga disebut dengan volume atur (control volumes).

104
105

Gambar 5.1. Skema kerja aliran pada volume atur (control volumes)
(Sumber: Yunus A. Cengel, 2015:221)
Analisis Termodinamika pada sistem terbuka banyak dilakukan dengan
analisis volume atur, dengan mengasumsikan sistem dalam kondisi steady atau
uniform. Steady artinya sistem diasumsikan tidak berubah terhadap waktu.
Lawan dari steady adalahunsteady atau transien. Istilah uniform diartikan dimana
kondisi sistem tidak berubah terhadap lokasi atau tempat (konsisten).

5.2.1. Hukum Kekekalan Massa Pada Volume Atur


Prinsip hukum kekekalan massa adalah salah satu prinsip paling
mendasar di alam. Untuk sistem tertutup, hukum kekekalan massa secara implisit
digunakan dengan mensyaratkan bahwa massa sistem tetap konstan selama
proses. Untuk sistem terbuka massa dapat melintasi batas-batas sistem, jadi untuk
menganalisisnya maka harus dihitung jumlah massa masuk dan keluar volume
atur.
Jumlah massa yang mengalir melalui penampang per satuan waktu
disebut laju aliran massa dan dilambangkan dengan ṁ. Titik diatas simbol
digunakan untuk menunjukkan tingkat waktu perubahan. Laju aliran massa
diekspresikan sebagai kecepatan massa dikali dengan luas penampang tertentu.
Laju aliran massa diferensial cairan yang mengalir di seluruh area elemen kecil
dAC dalam penampang pipa atau saluran.

Gambar 5.2. Komponen kecepatan normal sebuah permukaan


(Sumber: Yunus A. Cengel, 2015:214)

Laju aliran massa cairan dalam suatu penampang saluran dapat dituliskan
dengan,
106

∂ ṁ=ρ . V n . d A c .................................................... (5.1)

Jika kecepatan aliran cairan dalam saluran dirata-ratakan (Vav)dan persamaan (5.1)
diintegralkan maka besarnya laju aliran massa cairan pada sebuah penampang
saluran ditulis dengan,

ṁ=ρ . V av A ................................................................ (5.2)

Dimana:
= massa jenis cairan, kg/m3(=1/v)
Vav = keepatan aliran cairan dalam saluran, m/dt
A = luas penampang saluran, m2

Hukum kekekalan massa pada suatu sistem terbuka dapat dinyatakan dinyatakan
sebagai: perpindahan massa bersih dari volume atur waktu tertentu (dt) adalah
sama dengan perubahan bersih (kenaikan atau penurunan) dari total massa dalam
volume ataur selama waktu tertentu pula (dt).

[ ]
Perubahanmassa bersih
[ ke Sistem selama dt ][
Total massa masuk − Total massa keluar =
dari Sistem selama dt ] dalam volume ataur
selama d t

Atau,

ṁ¿ −ṁ out =∆ ṁcv ............................................. (5.3)

Dimana:
ṁ¿ −ṁout = perubahan laju aliran massa selam proses, kg/dt
∆ ṁcv = perubahan laju aliran massa cairan selama proses, kg/dt

5.2.2. Hukum Kekekalan Energi Pada Volume Atur


Pada sistem volume atur, perubahan energi total dalam sistem dipengaruhi
oleh laju aliran massa masuk dan laju aliran massa keluar sistem. Analisis
kesetimbangan energi dalam termodinamika terhadap sistem terbuka, batas
107

sistemnya dapat dibuat khayal dalam bentuk garis putus-putus pada sistem
terbuka. Gambar 5.3. berikut memperlihatkan sistem volume atur dengan kondisi
batasnya. Sistem volume atur membolehkan adanya aliran massa masuk dan
keluar sistem.

Gambar 5.3. Skema sistem volume atur


(Sumber: Yunus A. Cengel, 2015:225)

[ ][ ][ ]
Total energi

][
Perubahan
masuk keluar Total energi Total energi
energi
sistem dalam + massa masuk − massa masuk =
total dalam
bentuk panas volume atur volume atur
volume atur
dan kerja

Atau secara matematis,

Q−W +∑ E¿ −∑ E out =∆ E cv ................................. (5.4)

Jika analisis volume atur dalam rentangwaktu tertentu (dt), maka persamaan (5.4)
dapat ditulis dengan,

Q̇−Ẇ +∑ ṁ i θ i−∑ ∑ ṁo θo =∆ Ecv ....................... (5.5)

Energi yang masuk dan keluar sistem bersama dengan massa () biasanya dalam
termodinamika adalah: energi dalam jenis (u), energi kinetik jenis (ek), energi
potensial jenis (ep) dan energi jenis akibat adanya aliran (Pv), sehingga:

 = u + ek + ep + Pv ....................................... (5.6)

Karena u+Pv = h, maka persamaan (5.6) lazim ditulis dengan:

 = h +ek+ ep + Pv .......................................... (5.7)


108

Jika persamaan (5.7) disubsitusikan ke persamaan (5.5), maka persamaan


kesetimbangan energi pada sistem volume atur dapat ditulis dengan,

(V 2i
)
V 2o
(
Q̇−Ẇ +∑ ṁi hi + + g Z i −∑ ṁo ho + + g Z o =∆ E cv ........ (5.8)
2 2 )
Untuk aliran satu aliran masuk dan keluar, dan berlaku hukum kekekalam massa (
ṁ1=ṁ2 ¿ maka persamaan (5.8) dapat ditulis dengan,

[ ( ) ]
2 2
V 2−V 1
Q̇−Ẇ + ṁi ( h2−h1 ) + + g ( Z2 −Z 1 ) =∆ Ecv .................. (5.9)
2

Lalu jika persamaan (5.9), semuanya dibagi dengan laju aliran massa ṁ , maka,

( )
2 2
V 2−V 1
q−w + ( h2 −h1 ) + + g ( Z 2−Z 1) =∆ E cv .................... (5.10)
2

untuk analisis aliran dalam kondisi steady (dE/dt = 0), maka persamaan (5.10)
menjadi:

( )
2 2
V −V 1
q−w + ( h2 −h1 ) + 2 + g ( Z 2−Z 1) =0 .............................. (5.11)
2

5.3. Beberapa Alat Yang Dianalisis dengan Volume Atur


Berikut akan dinalisi beberapa alat yang dianalisis dengan konsep sistem
volume atur yaitu:

5.3.1. Nosel dan Difuser


Nosel dan difuser umumnya digunakan dalam mesin jet, roket, pesawat
ruang angkasa, dan bahkan selang taman. Nosel adalah perangkat yang
meningkatkan kecepatan fluida pada arah aliran keluar dan meminimalkan
tekanan. Sedangkan diffuser adalah perangkat yang meningkatkan tekanan cairan
dengan memperlambat keluaran. Nozel dan diffuser adalah dua alat yang
109

mempunyai prinsip kerja yang berlawanan. Penampang keluaran nosel jauh lebih
kecil daripada penampang masuk, sehingga kecepatan aliran fluida keluar nosel
jauh lebih cepat dibanding dengan kecepatan aliran masuk. Sebaliknya untuk
diffuser penampang arah keluaran jauh lebih besar dari penampang arah aliran
masuk, sehingga kecepatan aliran fluidanya menjadi sangat lambat.

Gambar 5.4. Model aliran pada nozel dan difuser


(Sumber: Yunus A. Cengel, 2015:229)

Analisis kesetimbangan energi pada nosel dan diffuser dapat digunakan


persamaan (5.9) sebagai berikut:

[ ( ) ]
2 2
V 2−V 1
Q̇−Ẇ + ṁi ( h2−h1 ) + + g ( Z2 −Z 1 ) =∆ Ecv
2

Dengan asumsi:
 Untuk Nosel dan Difuser:
- Sistem dianalisis dalam kondisi tunak (steady state), dE/dt=0
- Tidak ada panas masuk-keluar sistem selama proses (proses adiabatik)
sehingga Q̇ = 0.
- Tidak ada kerja selama proses, Ẇ =0.
- Tidak ada perubahan ketinggian (elevasi) antara fluida masuk dan keluar,
sehingga Z = 0.
- Kecepatan aliran fluida keluar nosel (V2)jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan kecepatan aliran fluida masuk (V1), sehingga V1<<V2. Artinya V1
dapat diabaikan  0.
110

- Kecepatan aliran fluida keluar diffuser (V2)jauh lebih kecil dibandingkan


dengan kecepatan aliran fluida masuk (V1), sehingga V1>>V2. Artinya V2
dapat diabaikan  0.
- Pada sistem berlaku hukum kekekalan massa, ṁ1=ṁ2

Persamaan (5.9) setelah disederhanakan sehingga menjadi,

0 0

[ ]
0 0

( )
2 2
V −V 1
Q̇−Ẇ + ṁi ( h2−h1 ) + 2 + g ( Z2 −Z 1 ) =∆ Ecv
2

Dalam bentuk akhirnya persamaan (5.9) untuk nosel adalah:

2
V2
(h 2−h1 )+ =0 ............................................... (5.11)
2

Atau dalam bentuk sederhana,

2
V2
h1 =h2 + ......................................................... (5.12)
2

Dengan cara yang sama, persamaan (5.9) untuk difuser ditulis dengan,

V 21
(h 2−h1 )+ =0 ..................................................... (5.13)
2
Atau,

V 12
h2 =h1 + ..................................................... (5.14)
2

Contoh Soal 5.1.


Udara memasuki difuser mesin jet pada konsisi 10 oC dan 80 kPa dengan
kecepatan 200 m/dt. Penampang masuk difuser adalah 0,4 m2. udara
meninggalkan difuser dengan kecepatan yang sangat kecil dibandingkan dengan
kecepatan inlet.
Tentukanlah:
111

(a) Laju aliran massa udara,


(b) Suhu udara meninggalkan diffuser.
Solusi.
Asumsi:
1. Sistem tunak (steady),dE/dt = 0
Mesin jet
2. Sistem adiabatiK, Q = 0
3. Sistem tidak ada kerja, W = 0
4. Udara adalah gas ideal
5. Perubahan energi potensial ep = 0, karena Z1Z2
6. V2<< V1

Analisis Volume Atur:

Ini adalah kontrol volume sejak massa melintasi batas sistem selama proses
tersebut. Kita mengamati bahwa hanya ada satu inlet dan satu pintu keluar dan
dengan demikian ṁ1=ṁ2=ṁ . Maka,

(a). Laju aliran massa (m ¿˙¿1 )¿ ¿ udara dapat dihitung dengan:

m3
RT1 ( 0,287 kPa . )(283 K ) 3
kg . K m
v1 = = =1.015
P1 80 kPa kg
Lalu,
1 1 m 3
ṁ= .V . A = .( 200 )(0,4 m )
v1 1 1 m
3
dt
1,015
kg
= 78,8 kg/dt
Karena aliran adalah steady, maka laju aliran massa masuk ( ṁ¿¿ 1)=ṁ¿ = 78,8
kg/dt

(b). Kesetimbangan energi pada sistem volume atur untuk difuser ini adalah,

0
Ė¿ − Ė out =d Ėsystem

Ė¿ = Ė out
112

2 ˙ ˙ V2
V1 2
ṁ(h+¿ )= ṁ( h+¿ ) ¿ ¿
2 2
˙ dan ∆ ep=0 Sehingga,
Dimana: ∆ Q=0 , ∆ W =0

h2 =h1− (
V 22−V 21
2 )
Karena V2<< V1maka energi kinetik keluaran difuser dapat diabaikan. Maka
enthalpy udara keluar nosel dihitung dari tabel (A-17) Buku Thermodynamics An
Engineering Approach, 2015). Maka nilai h1,

h1= h@283K = 283,14 kJ/kg


sehingga,

[ ]
m 2
0−(200 )
kJ dt 1kJ /kg
h2 =283,14 .− .
kg 2 m
2
1000 2
dt

= 303,14 kJ/kg

Maka dari tabel (A-17) Buku Thermodynamics An Engineering Approach, 2015)


nilai T2,
T2 = 303 K

Contoh Soal 5.2.


Uap pada tekanan 250 psia dan 700oF
memasuki nosel secara steady dengan
penampang masukan 0,2 ft2. Laju aliran
massa uap masuk nosel adalah 10 lbm/dt.
Uap meninggalkan nosel dengan 200 psia
dan kecepatan 900 ft/dt. Jika panas yang
hilang dari nosel persatuan massa uap
diperkirakan 1,2 BTU/lbm. Hitunglah: (a)
kecepatan dan (b) temperatur keluar uap
dari nosel.

Solusi:
113

Sketsa volume atur dari sistem yang sedang dibahas dapat dilihat pada gambar
disamping!
(a) Kecepatan uap masuk nosel dihitung dari persamaan (5.2). Sebelumnya kita
memerlukan menghitung nilai volume jenis dari uap masuk nosel;

TK1.
P1=250 psia
o
T 1=70 0 F ⟩ v1 = 2.688 ft3/lbm (Tabel A-6E)

h1 = 1371,1 Btu/lbm

maka dari persamaan (5.2)


1
ṁ= . V 1 . A 1
v1
1 3
10 lbm/dt = 3
. V 1 .0,2 ft
ft
2.688
lbm
V1 = 134,4 ft/dt

(b) Karena tidak kerja pada nosel (W=0) dan tidak ada beda ketinggian antara
fluida masuk dan keluar maka ep = 0. Menggunakan persamaan (4.11)
maka:
0
q−w=∆ h+∆ ek + ∆ ep

( )
2 2
V 2−V 1
q=( h 2−h1 ) +
2

−1,2 Btu /lbm=( h 2−137,1 Btu/lbm ) + (


(900 ft /dt)2−(134,4 ft /dt )2
2
¿ )
h2 = 1354,1 Btu/lbm

Lalu, untuk:

P2=200 psia
T 2 =1354,1 F ⟩ T2 = 661,9 oF (dari Tabel A-6E)

5.3.2. Turbin, Pompa dan Kompresor


114

Pada sistem pembangkit listrik tenaga uap, air dan gas alat yang digunakan
untuk menggerakan generator listrik adalah turbin. Fluida kerja dilewatkan kepada
turbin, sehingga akan menghasilkan putaran pada akhirnya akan menghasilkan
kerja. Kerja yang dilakukan oleh turbin persatuan waktu disebut dengan daya
(power).
Pompa dan kompresor adalah alat yang berfungsi menggerakan fluida
kerja dari suatu tempat ke tempat lainnya. Pompa dan kompresor mempunyai
sistem kerja yang hampir sama. Pompa biasanya digunakan untuk mengalirkan
fluida cair, sementara kompresor banyak digunakan untuk menggerakan fluida
gas.

(a)Turbin uap (b) Pompa Sentrifugal (c) Kompresor

Gambar 5.5. Turbin, pompa dan komresor sebagai sistem volume atur
(Sumber: www.google.co.id/turbin,pompa,dan kompresor/diakses 27 Agustus 2016)

Pada turbin fluida kerja berfungsi untuk menggerakan turbin sehingga


dihasilkan kerja atau daya. Kerja atau daya yang dihasilkan sering disebut juga
dengan kerja atau daya positif (menghasilkan kerja atau daya).Sedangkan pada
pompa dan kompresor kerja atau daya digunakan untuk menggerakan sudu-sudu
pompa atau kompresor sehingga fluida kerja bisa mengalir. Artinya pompa dan
kompresor memerlukan kerja atau daya agar bisa bergerak. Kerja atau daya yang
masuk ke pompa dan kompresor sering juga disebut kerja negatif.
Analisis kesetimbangan energi pada turbin, pompa dan kompresor dapat
pula digunakan persamaan (4.9) sebagai berikut:
115

[ ( ) ]
2 2
V −V 1
Q̇−Ẇ + ṁi ( h2−h1 ) + 2 + g ( Z2 −Z 1 ) =∆ Ecv
2

Asumsi untuk Turbin, pompa dan kompresor: TK 1. P1, T1,Z1,


h1
a. Untuk Turbin:

- Sistem dianalisis dalam kondisi tunak


(steady state), dE/dt=0
- Tidak ada panas masuk-keluar sistem
selama proses (proses adiabatik) sehingga
Q̇ = 0.
- Pada sistem berlaku hukum kekekalan TK 2. P2, T2,Z2,
massa, ṁ1=ṁ2 h2
Persamaan (5.9) setelah disederhanakan sehingga menjadi,

[ ]
0

( )
2 2
V −V 1
Q̇−Ẇ + ṁi ( h2−h1 ) + 2 + g ( Z2 −Z 1 ) =∆ Ecv
2

Dalam bentuk akhirnya persamaan (4.9) untuk turbinadalah:

[ ( ) ]
2 2
V 2−V 1
Ẇ Turbin= ṁ ( h 2−h1 ) + + g(Z 2−Z 1 ) =0 ................... (5.15)
2

Jika beda ketinggian air masuk dan keluar turbin adalah hampir sama, maka
ep0, maka persamaan (4.15) akan menjadi,

[
Ẇ T =ṁ ( h1 −h2 ) + (
V 21−V 22
2 )]
=0 ............................................... (5.16)

a. Untuk Pompa dan Kompresor:

- Sistem dianalisis dalam kondisi tunak TK 2. P2, T2,Z2, ,


h2
(steady state), dE/dt=0
- Tidak ada panas masuk-keluar sistem
selama proses (proses adiabatik) Kompresor
sehingga Q̇ = 0.
- Pada sistem berlaku hukum kekekalan
massa, ṁ1=ṁ2 TK 1. P1, T1,Z1, ,
h1
116

Dengan cara yang sama dengan turbin, analisis kesetimbangan energi untuk
pompa dan kompresor dapat pula ditulis dengan,

[
Ẇ P /C = ṁ ( h 2−h1 ) +(V 22−V 21
2 ) ]
+ g ( Z 2−Z 1 ) = 0 .................... (5.17)

Contoh Soal 5.3.


Daya keluaran dari sebuah trubin adiabatik adalah 5 MW, masuk dan keluar turbin
seperti terlihat pada gambar berikut:

Maka,
(a) Bandingkan nilai h, ek dan ep
(b) Hitunglah kerja persatuan massa uap
melalui turbin
(c) Hitunglah laju aliran massa uap

Solusi:
(a) Pada konsisi masuk uap dalam kondisi superpanas dan enthalpynya
adalah:
P1 = 2 MPa dari Tabel A-6, h1 = 3247,6 kJ/kg
T1 = 400oC

Pada kondisi keluar uap dalam kondisi campuran dengan tekanan 15 kPa,
maka enthalpy kondisi keluar:
117

h2= hf + x.hfg = [(225,94 +(0,90)(2373,1)] kJ/kg = 2361,73 kJ/kg


Lalu,
h = h2- h1= (2361,73-3247,6) kJ/kg = - 885,87 kJ/kg

( ) ( )
( )
2 2
180 m 50 m kJ
− 1
V 22−V 21 dt dt kg
∆ ek= = . =14,95 kJ /kg
2 2 m
2
1000 2
dt

( )
kJ
1
( m
dt )
∆ ep=g ( Z 2−Z1 ) = 9,807 2 [ ( 6−10 ) m ]
kg
m
1000 2
2
=−0,04 kJ / kg

dt

(b) Kerja persatuan massa untuk sistem satu masukan dan satu keluaran dapat
dihitung dengan persamaan:
0
q−w=∆ h+∆ ek + ∆ ep

w = - ( -885,87 + 14,95 - 0,04) kJ/kg = 870,96 kJ/kg

(c) Laju aliran massa uap untuk daya keluaran 5 MW dapat dihitung dengan,
Ẇ 5000 kJ /dt
ṁ= = =5,74 kg/ dt
w 870,96 kJ /kg

5.3.3. Katup (Throttling Valves)


Katup (throttling valves)setiap perangkat aliranyang menyebabkan
penurunan tekanan yang signifikan dalam cairan. Sebagai contoh adalah adalah
katup biasa, tabung kapiler, dan colokan berpori (Gambar 4.6). Penurunan tekanan
dalam cairan sering disertai dengan penurunan besar dalam suhu, dan untuk alasan
bahwa perangkat throttling yang umum digunakan dalam aplikasi mesin
pendinginan atau AC.
118

Gambar 5.6. Katup (throttling valves) sebagai alat penurunan tekanan


(Sumber: Yunus A. Cengel, 2015:234)

Analisis kesetimbangan energi pada katup(throttling valves) dapat


digunakan persamaan (4.9) sebagai berikut:

[ ( ) ]
2 2
V 2−V 1
Q̇−Ẇ + ṁi ( h2−h1 ) + + g ( Z2 −Z 1 ) =∆ Ecv
2

Asumsi untuk katup (throttling valves):


- Sistem dianalisis dalam kondisi tunak
(steady state), dE/dt=0
- Tidak ada panas masuk-keluar sistem
selama proses (proses adiabatik) sehingga
Q̇ = 0.
- Pada sistem berlaku hukum kekekalan
Gambar 5.7.Temperatur gas ideal
massa, ṁ1=ṁ2 dalam katu tidak berubah selama
proses (Sumber: Yunus A. Cengel,
- Z1 Z2sehinggaep = 0 2015:234)
- V1 V2 sehingga ek = 0

Setelah diasumsikan, maka persamaan (5.9) akan menjadi:

h1 ≅ h 2 ............................................................... (5.18)
119

Contoh soal 5.4.


Refrigerant-134a memasuki pipa kapiler dari sebuah kulkas dengan kondisi
cairjenuh dengan tekanan 0,8 MPa dan keluar dari pipa kapiler dengan tekanan
0,12 MPa. Tentukan kualitas refrigeran pada keadaan akhir dan tentukan pula
penurunan temperatur yang terjadi selama proses ini.

Gambar 5.8. Aliran fluida dalam katup throttling


(Sumber: Yunus A. Cengel, 2015:236)

Solusi:
Refrigerant-134a yang memasuki pipa kapiler sebagai cairan jenuh dan keluar
dengan tekanan tertentu. Maka kualitas keluar dari refrigeran dan penurunan
temperatur dapat ditentukan dengan,

Asumsi:
1. Perpindahan Panas dari tabung diabaikan, Q = 0
2. Tidak ada kerja selama proses, W = 0
3. Perubahan energi kinetik dari refrigeran diabaikan, ek
4. Perubahan energi potensial dari refrigeran juga diabaikan, ep

TK 1. P1 = 0,8 M.Pa T1 = Tsat@0,8 MPa = 31,31oC


Cair jenuh h1 = hf@0,8MPa = 95,48 kJ/kg (Tabel A-12)

TK 2. P2 = 0,12 MPa hf = 22,47 kJ/kg Tsat = -23,32oC


h2 = hg = 236,99 kJ/kg
120

Karena zat dalam fase campuran, maka:

h2−hf 95,48−22,47
x= = =0,340
hfg 236,99−22,47

Akhirnya karena kondisi zat keluar pipa kapiler dalam fase campuran
dengan tekanan 0,12 MPa, maka temperatur keluar haruslah temperatur
jenuh pula (tsat) pada tekanan keluar yaitu: -22,32 oC. Sehingga penurunan
temperatur yang terjadi selama proses dapat dihitung dengan;

T = T2 - T1 = (-22,32 - 31,31) oC
= -53,63 oC

5.3.4. Ruang Pencampur (Mixing Chambers)


Dalam dunia teknik proses pencampuran dua aliran sangat banyak kita
jumpai. Tempat dimana proses pencapuran terjadi disebut sebagai ruang
pencampuran(mixing chambers). Contoh aplikasi proses pencampuran ini dapat
terjadi seperti pada karburator mobil, pencampuran dua zat kimia di pabrik
pertokimia, di pubrik pupuk dan pencampuran air panas dan dingin di hotel atau
rumah tanggga.

Gambar 5.9. Ruang pencampur (mixing chamber)


(Sumber: Yunus A. Cengel, 2015:236)

Analisis kekekalan energi untuk ruang pencampuran mensyaratkan bahwa


jumlah dari laju aliran massa masuk sama dengan laju aliran massa keluar.
121

Pencampuran ruang biasanya terisolasi (q 0) dan biasanya tidak melibatkan


setiap jenis pekerjaan (w  0). Energi kinetik dan potensial dari aliran fluida
biasanya diabaikan (ke  0, pe  0).
Setelah dilakukan penyederhaan terhadap persamaan umum dari
kesetimbangan energi pada sistem volume atur (pers. 4.9), maka persamaan akhir
untuk ruang pencampuran (mixing chambers) adalah:

∑ ṁi hi=∑ ṁo h o ............................................ (5.19)

Atau,

ṁ1 h1+ ṁ2 h2= ṁ3 h3 .......................................... (5.20)

Contoh Soal 5.5.


Perhatikan sebuah shower dimana air panas dengan 140 oF dan air dingin 50oF.
Jika diinginkan hasil campuran adalah air hangat pada 110oF, maka tentukanlah
perbandingan antara laju aliran massa air panas dan air dingin. Asumsikan
kerugian panas dari ruang pencampuran dapat diabaikan dan pencampuran
berlangsung pada tekanan 20 Psia.

Solusi:
Perbandingan (rasio) pencapuran air panas dan dingin dapat dihitung
melalaui perbandingan laju aliran massanya.
122

Asumsi:
1. Sistem steady state (tunak), dE/dt = 0
2. Energi kinetik dan potensial diabaikan, ek = 0 dan ep = 0
3. Kehilangan panas dari sistem diabaikan, Q = 0
4. Tidak ada interaksi kerja yang terlibat, W = 0

Maka dari aumsi di atas dapat dilakukan analisis terhadap sistem volume
atur ini dengan:

Hukum Kekekalam Massa:


ṁ¿ −ṁ out =d ṁsys=0

Hukum Kekekalam Energi:


Ė¿ − Ė out =d Ėsys=0
Ė¿ = Ė out
ṁ1 h1+ ṁ2 h2= ṁ3 h3
Atau,
ṁ1 h1+ ṁ2 h2=( ṁ ¿ ¿ 1+ ṁ2) h3 ¿

ṁ 1
Jika persamaan terakhir ini sama-sama dibagi dengan = y , maka persamaan
ṁ 2
ini akan menjadi:

y h1 +h2=( y +1)h3

Temperatur air pada 20 Psia = 227, 92 oF, sehingga temperatur semua aliran
seharusnya berada pada temperatur di bawah ini (T<Tsat). Dengan cairan dalam
tekanan dapat diasumsikan sebagai cair jenuh pada temperatur di atas, maka:

h1= hf@140oF= 107,99 Btu/lbm


h2 = hf@50oF= 18,07 Btu/lbm
h3 = hf@110oF = 78,02 Btu/lbm
123

sehingga,

h3 −h2 78,02−18,06
y= = =2,0
h1 −h3 107,96−78,02

5.3.5. Penukar Panas (Heat Exchangers)


Penukar panas (heat exchanger) adalah perangkat di mana dua aliran
fluida bergerak bertukar panas tanpa terjadinya proses pencampuran.Penukar
panas banyak digunakan dalam berbagai industridalam berbagai bentuk desain.
Bentuk paling sederhana dari penukar panas adalah alat penukar panas pipa-
tabung (shell and tube) seperti ditunjukkan pada gambar 5-10.
Analisis kesetimbangan energi paa penukar kalor dapat digunakan
persamaan (5.9),

[
Q̇−Ẇ + ṁi ( h2−h1 ) + ( )
V 22−V 21
2 ]
+ g ( Z2 −Z 1 ) =∆ Ecv

Gambar 5.10. Alat penukar kalor (heat exchanger)


(Sumber: Yunus A. Cengel, 2015:238)

Dalam menggunakan persamaan (5.9) untuk menganalisis kesetimbangan energi


pada sistem volume atur pada alat penukar kalor, perlu adanya penyederhanaan
(asumsi). Asumsi pada alat penukar kalor:
1. Sistem steady state (tunak), dE/dt = 0
2. Energi kinetik dan potensial diabaikan, ek = 0 dan ep = 0
124

3. Kehilangan panas dari sistem diabaikan, Q = 0


4. Tidak ada interaksi kerja yang terlibat, W = 0
5. Berlaku hukum kekekalan masssa, ṁ¿ =ṁout

Setelah dilakukan penyederhanaan maka persamaan (5.11) dapat ditulis


dengan,
∑ ṁi hi=∑ ṁo h o ........................................................... (5.20)

atau,
ṁ1 h1+ ṁ3 h3= ṁ2 h2 + ṁ4 h 4 .................................. (5.21)

Contoh Soal 5.6.


Refrigerant-134a memasuki kondensor (penukar kalor) yang akan didinginkan
oleh air.Refrigeran memasuki kondensor dengan laju aliran massa 6 kg/menit
pada 1 MPa dan 70oC dan daun di 358C. Air pendingin masuk pada 300 kPa
dan 158C dan keluar dengan 25oC. Mengabaikan penurunan tekanan, maka
tentukan:
(a) laju aliran massa air pendingin yang diperlukan, (b) laju perpindahan panas
dari refrigeran ke air.

Solusi:
Refrigerant-134a didinginkan oleh air di kondensor. Laju aliran massa air
pendingin dan laju perpindahan panas dari refrigeran ke air yang akan ditentukan.

Asumsi:
1. Sistem steady (tunak), dE/dt = 0
2. Energi kinetik dan potensial diabaikan, ek = 0 dan ep = 0
3. Tidak ada kerja pada sistem W=0
4. Panas keluar-masuk sistem diabaikan dengan demikian Q = 0
5. Berlakuk hukum kekekalan masssa, ṁ¿ =ṁout

Analisis kesetimbangan energi volume atur seperti terlihat pada gambar (5.9),

(a) Menghitung laju aliran massa air masuk kondensor


125

Untuk menghitung laju aliran air masuk kondensor perhatikan gambar


(5.11) berikut:

Gambar 5.11. Aliran fluida dalam kondensor


(Sumber: Yunus A. Cengel, 2015:239)

ṁ1=ṁ2=ṁw

ṁ3=ṁ4 =ṁR

Analisis energi dengan menggunakan persamaan (5.9), lalu diasumsikan, sehingga


menjadi persamaan yang sederhana,

ṁ1 h1+ ṁ3 h3= ṁ2 h2 + ṁ4 h 4

Atau jika disederhanakan lagi,

ṁw (h1 −h2)=ṁR ( h4 −h3 )

Sekarang kita perlu menentukan entalpi di ke empat kondisi masukan dan keluar.
Air ada sebagai cairan terkompresi baik pada posisi masuk dan posisi keluar.
Karena suhu di kedua lokasi berada di bawah suhu jenuh air pada 300 kPa
(133,52oC), maka:

h1= hf@15oC = 62,99 kJ/kg (Tabel A-4)


h2 = hf@25oC= 62,99 kJ/kg
126

Refrigeran masuk kondensor dalam kondisi uap superpanas dan keluar dalam
kondisi cairan terkompresi pada 35oC. Dari tabel refrigeran-12,

P2 = 1 MPa h3 = 225,32 kJ/kg (Tabel A-13)


T2= 70 oC

P2 = 1 MPa h4 = hf@25oC= 69,49 kJ/kg (Tabel A-13)


T2= 70 oC

Dengan mensubsitusikan nilai enthalpy di atas, maka akan didapatkan,

ṁa ( 62,99−104,69 ) kJ /kg= 6 ( kg


min )
( 104,89−62,99 ) kJ /kg

ṁa=22,3 kg/min

(b) Panas yang pindah dari refrigeran ke air


Panas yang pindah dari refrigeran ke air dapat dihitung dengan persamaan,

0 0 0

Q̇−Ẇ =ṁw ( ∆ h+∆ ek + ∆ ep)

(
Q̇= ṁw ( h 2−h1 )= 22,3
kg
min ) kJ
( 104,89−62,99 ) ¿
kg
¿ 934,4 kJ /min

5.3.6. Pipa dan Saluran (Pipe and Duct Flow)


Pipa dan saluran merupakan suatu alat yang penting dalam banyak aplikasi
di dunia teknik. Pipa banyak digunakan sebagai saluran zat cair atau pun gas.
Aliran zat cair atau gas dalam pipa biasanya memenuhi kondisi aliran-
stabil(steady flow) dan dengan demikian dapat dianalisis sebagai proses volume
atur. Dalam kondisi normal, jumlah panas yang diperoleh atau hilang oleh cairan
mungkin sangat signifikan, terutama jika pipa atau saluran panjang (gambar 5.12)
127

Gambar 5.12.. Pipa yang digunakan untuk mengaliran cairan panas


(Sumber: Yunus A. Cengel, 2015:240)

Beberapa contoh pemakaian pipa dalam dunia teknik seperti aliran air
melalui pipa pada sistem pembangkit listrik (PLTA, PLTU, PLTG, PLTPB, dsb),
pipa aliran refrigeran dalam mesin pendingin (AC, freezer) dan pipa untuk aliran
fluida pada alat penukar panas (heat excanger).
Dengan menggunakan persamaan (5.9) dapat dilakukan dengan melakukan
penyederhanaan (asumsi terhadap sistem):

[ ( ) ]
2 2
V 2−V 1
Q̇−Ẇ + ṁi ( h2−h1 ) + + g ( Z2 −Z 1 ) =∆ Ecv
2

Asumsi pada sistem pemipaan:


1. Sistem steady state (tunak), dE/dt = 0
2. Energi kinetik dan potensial dapat diabaikan, ek = 0 dan ep = 0
3. Berlaku hukum kekekalan masssa, ṁ¿ =ṁout

Setelah dilakukan penyederhanaan maka persamaan (5.21) dapat ditulis


dengan,

Q̇−Ẇ =ṁ(h 2−h1 ) ................................... (5.22)

Contoh Soal 5.7.

Sistem pemanas listrik yang digunakan di banyak


rumah terdiri dari saluran sederhana dengan
pemanas resistensi. Air dipanaskan ketika
mengalir dengan 15-kW dari sistem pemanas
listrik. Air memasuki bagian pemanasan pada 100
kPa dan 17oC dengan laju aliran volume 150
128

Gambar 5.13.. Sistem pemanas


listrik di dalam rumah (Sumber:
Yunus A. Cengel, 22015:241)

Solusi:
Analisis sistem pemanasan listrik dapat digunakan sistem volume atur:

0 0
Q̇−Ẇ =ṁw ( ∆ h+∆ ek + ∆ ep)

Pada kondisi spesifik, udara dapat berlaku sebagai gas ideal. Pada temperatur
tinggi dan tekanan relatif rendah maka nilai temperatur kritisnya T cr = -147oC dan
Pcr = 3390 kPa untuk nitrogen, bagian terbesr dari udara). Maka volume spesifik
dari udara dapat dihitung dengan,

3
m
(0,287 kPa . )(290 K )
RT1 kg m3
v1 = = =0,832
P1 100 kPa kg

Laju aliran massa udara melalui saluran,

m3
150
( )
V̇ min 1 min
ṁ= 1 = =3,0 kg /dt
v1 m 60 dt
3
0,832
kg

Temperatur udara pada sistem pemanasan dapat didekati dengan


129

h = cp.T, dimana cp = 1,005 kJ/(kg.oC). Maka dengan menggunakan persamaan


(5.23)

Q̇−Ẇ =ṁ c p .( T 2−T 1 ) ..................................... (5.23)

Maka dengan mensubsitusi nilai-nilai ke dalam persamaan (5.23) maka,

-0,2 kJ/dt – (-15kJ/dt) = (3kg/dt)(1,005 kJ/kg.oC)(T2– 17oC)

T2= 21,9 oC

5.4. Ringkasan
Sistem terbuka (open system) didefinisikan sebagai sistem yang tak
kedap massa dan tak kedap energi. Artinya massa dan energi bisa masuk dan
keluar dari sistem. Sistem terbuka dianalisis dengan cara memberi batas analisis
(boundary). Boundary ini pada sistem terbuka disebut juga dengan kontrol
permukaan (control surface). Batas ini dapat berbentuk nyata atau khayal.
Analisis termodinamika pada sistem terbuka banyak dilakukan dengan
analisis volume atur, dengan mengasumsikan sistem dalam kondisi steady atau
uniform. Steady artinya sistem diasumsikan tidak berubah terhadap waktu. Lawan
dari steady adalahunsteady atau transien. Istilah uniformdiartikan dimana dimana
kondisi sistem tidak berubah terhadap lokasi atau tempat (konsisten).
Prinsip hukum kekekalan massa adalah salah satu prinsip paling
mendasar di alam. Jumlah massa yang mengalir melalui penampang per satuan
waktu disebut laju aliran massa dan dilambangkan dengan ṁ. Laju aliran massa
diekspresikan sebagai kecepatan massa dikali dengan luas penampang tertentu.
Laju aliran massa cairan dalam suatu penampang saluran dapat dituliskan
dengan,

ṁ=ρ . V av A ................................................. (1)

Dimana  adalah massa jenis cairan, Vav adalah keepatan aliran cairan dalam
saluran dan A adalah luas penampang saluran.
Pada sistem volume atur, perubahan energi total dalam sistem dipengaruhi
130

oleh laju aliran massa masuk dan laju aliran massa keluar.

[ ][ ][ ]
Total energi

][
Perubahan
masuk keluar Total energi Total energi
energ i
sistem dalam + massa masuk − massa masuk =
total dalam
bentuk panas volume atur volume atur
volume atur
dan kerja

Atau secara matematis,

Q−W +∑ E¿ −∑ E out =∆ E cv .................................. (2)

Beberapa alat yang dianalisis dengan konsep sistem volume atur yaitu:
Nosel dan Difuser, Turbin, Pompa dan Kompresor, Ruang Pencampur (Mixing
Chambers), Penukar Kalor (Heat Excanger, Pipa dan Saluran (Pipe and Duct
Flow)

5.5. Soal Latihan


Selesaikanlah soal-soal berikut!
1. Kapan aliran melalui volume kontrol disebut stabil?
2. Tentukan hubungan antara laju aliran massa dengan laju aliran volume?
Bagaimana mereka berhubungan satu sama lain?
3. Apakah jumlah massa memasuki volume control harus sama dengan
jumlah meninggalkan massa selama proses aliran tunak (steady)?
4. Sebuah sistem dengan satu inlet dan satu outlet.Jika laju aliran volume
pada inlet dan di outlet adalah sama, apakah aliran melalui sistem ini
disebut stabil (steady)?
5. Kipas ventilasi kamar mandi sebuah bangunan memiliki laju aliran volume
30 l/dt. Jika massa jenis udara di dalam ventilasi 1,20 kg/m 3. Tentukan
massa udara keluar ventilasi selama satu hari.
6. Sebuah kompresor aliran-stabil (tunak) digunakan untuk mengkompres gas
helium dari 15 psia dan 70oF di posisi masuk dan keluar kondisi 200 psia
dan 600oF. Luas penampang dan kecepatan keluar adalah 0,01 ft2 dan 100
131

ft/dt dan kecepatan masuk adalah 50 ft/dt. Tentukan laju aliran massa dan
luas penampang masuk. Jawaban: 0,0704 lbm/dt dan 0,133 ft2
7. Sebuah pompa meningkatkan tekanan air dari 100 kPa ke 900 kPa. Air
masuk pompa ini pada 15oC melalui lubang berdiameter 1-cm dan keluar
melalui lubang berdiameter1,5 cm.Tentukan kecepatan air masuk dan
keluar lubangketika laju aliran massa melalui pompa adalah 0,5 kg/dt.
Akankah kecepatan ini dapat berubah secara signifikan jika temperatur
masuk dinaikkan ke 40oC?

8. Perhatikan sebuah tangki penyimpanan 300 L dari sistem pemanas air


surya awalnya diisi dengan air hangat di 45oC. Air hangat dikeluarkan dari
tangki melalui selang berdiameter 2cm pada kecepatan rata-rata 0,5 m/dt
sementara air dingin memasuki tangki di 20oC dengan laju aliran volume
15 L/min. Tentukan massa air di dalam tangki setelah waktu 20 menit.
Asumsikan tekanan di dalam tangki tetap konstan pada 1 atm. Jawaban:
189 kg

9. Diffuser di mesin jet dirancang untuk mengurangi energi kinetik dari udara
yang masuk kompresor mesin tanpa ada interaksi kerja atau
panas.Hitunglah kecepatan udara keluar dari diffuser, jika kondisi udara
masuk 100 kPa, 30oC dan kecepatannya 350 m/dt dan keluar dengan
kondisi 200 kPa dan 90oC.
132

10. Uap memasuki nosepada 400oC dan 800 kPa dengan kecepatan 10 m/dt,
dan keluar pada 300oC dan 200 kPa.Jika ada kehilangan panas pada sistem
sebesar 25 kW. Luas penampang masuk adalah 800 cm2, maka tentukan
kecepatan dan laju aliran volume uap keluar dari nosel. Jawaban: 606
m/dt, 2,74 m3/dt

5.6. Referensi
Anwari (1978). Sistem Satuan Internasional (SI). Jakarta: Depdikbud.
Arismunandar, Wiranto. 1986. Termodinamika Teknik. Bandung:ITB.
Cengel, Yunus A. (1994). Thermodynamics An Engineer Aproach. New York.
McGraw-Hill.
Eastop, T.D. dan Mc. Conkey. 1978. Applied Thermodynamics for Engineering
Techonolist. Logman:Group Limited.
Hutchinson, F.W.  1957. Thermodynamics  of Heat Power Systems. Adison-
Wesley.Mc Graw-Hill.
J. Moran, Michael dan Howard N. Shapiro. 2006. Fundamentals of Engineering
Thermodynamics Fifth Editions. England: John Wiley & Sons.
Earn Logan. 1999. Thermodynamics, Process and Application. USA:Marcel
Dekker, Inc.
133

Kamil, Sulaiman dan Prawito. 1983. Thermodianamika dan Perpindahan Panas


1. Jakarta:Depdikbud.
Kondepudi, Dilip. 1998. Modern Thermodynamics. New York: John Willey &
Sons
Nainggolan,Werlin S. (1987). Termodinamika Teori-Soal-Penyelasaian, CV.
Armico, Bandung.
O’Connell, John P and J. M. Haile. 2005. Thermodynamics,Fundamentals for
Application. Cambridge: Cambridge Society and Chemistry.
Reynold C., William dan Hendry C. Perkins, (1984). Thermodynamics. New
York. McGraw-Hill.
Soebiyantoro,(1997). Dasar Termodinamika Teknik, Jakarta, Universitas
Gunadarma Pres.
Singh, Onkar. 2009. Applied Thermodynamics. New Delhi: New Age International
Publisher.
Soelaiman, T.A. Fauzi, (2010). Modul Termodinamika Dasar. Bandung, ITB
Press
Sudjito, dkk. (2005). Diktat Termodinamika Dasar, Sudjito, dkk. (2005). Diktat
Termodinamika Dasar. Malang, Universitas Brawijaya Press

Anda mungkin juga menyukai