Anda di halaman 1dari 23

I. Pendahuluan 1.

Latar Belakang Hukum kekelan energi menyatakan energi tidak dapat diciptakan atau dihilangkan tetapi dapat diubah dari satu bentuuk ke bentuk yang lain. Berdasarkan hukum kekelan energi bahwa energi dapat diubah dari satu bentuk kebentuk lainnya. Dalam percobaan ini perubahan bentuk dari energi mekanik menjadi energi panas. Perbandingan antara energi mekanika dan energi panas dapat ditentukan oleh suatu konstanta pembanding yang disebut tara mekanika panas. Selain itu energi kalor yang dilepas suatu benda akan sama dengan energi kalor yang diterima. Dalam tara mekanika panas dikenal pesawat schurlhotz. Menurut schurlhotz, semua tenaga adalah ekivalen dan suatu bentuk tenaga tidak akan lenyap tanpa sejumlah tenaga yang sama dalam bentuk lain. Hal ini dipertegas dengan adanya hukum kekekalan energi yaitu bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi hanya dapat dirubah dari satu bentuk energi ke bentuk energ yang lain. Salah satu contohnya adalah pengubahan energi mekanik ke energi panas yang dapat ditunjukkan oleh pesawat schurholtz. Alat ini berprinsipkan pada gesekan suatu benda terhadap benda lain yang mengakibatkan panas. Panas yang dihasilkan akan diperkuat oleh pegas yang ditempelkan pada pita nilon berbeban, karena gesekan akan semakin diperkecil tetapi sering terjadi.

2. Identifikasi Masalah Membandingkan energi yang dihasilkan oleh penggerak menjadi energi panas yang diakibatkan oleh gaya gesek dari penggerak. 3. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari konsep pertukaran energi.

2. Menentukan tara mekanik satuan panas. 3. Menghitung banyaknya panas yang diserap oleh pita nilon. II. Teori Dasar Heat (panas) adalah proses perpindahan energi dari satu benda atau sistem ke benda atau sistem lain akibat selisih temperatur. Energi dalam benda siatem sebelum dan sesudah perpindahan kadang-kadang disebut juga panas, namun hal ini meninbulkan keransuan, khususnya dalam termodinamika. Kalor merupakan transfer energi, maksudnya ketika kalor mengalir dari benda panas ke yang lebih dingin. Kalor merupakan energi yang ditransfer dari satu benda ke benda yang lainnya karena perbedaan temperatur.

Perpindahan Kalor Kalor dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan tiga cara, yaitu Konduksi Merupakan proses perpindahan kalor tanpa disertai perpindahan partikel. Pada konduksi, energi tersebut ditransfer dari molekul atau elektron dengan energi kinetik yang lebih tinggi ke yang mempunyai energi kinetik yang lebih rendah ketika mereka bertumbukan. Konduksi non logam adalah perpindahan dari satu partikel yang sedang bergetar ke partikel lainnya melalui tumbukan. Sedangkan konduksi logam adalah perpindahan kalor melalui elektron-elektron bebas. Berdasarkan kemampuan menghantar kalor, zat dibagi atas dua golongan besar, yaitu konduktor dan isolator. Konduktor adalah zat yang mudah menghantarkan kalor. Contohnya adalah logam, karena elektron-elektron bergerak bebas sehingga merupakan konduktor yang baik. Sedangkan isolator adalah zat yang sukar menghantarkan kalor. Contohnya adalah kayu.

Konveksi Merupakan perpindahan kalor yang dilakukan oleh pergerakan fluida akibat perbedaan massa jenis atau transfer energi dengan cara perpindahan massa menempuh jarak yang cukup jauh. Contoh konveksi dalam keseharian adalah arus konveksi udara yang membawa asap bergerak ke atas, sistem ventilasi udara, angin laut dan angin darat. Radiasi Merupakan perpindahan kalor dalam bentuk gelombang elektromagnetik, sehingga radiasi dapat melalui ruang hampa. Permukaan yang hitam dan kusam merupakan penyerap dan pemancar kalor yang baik, sedangkan permukaan putih dan mengkilap merupakan penyerap dan pemancar kalor yang buruk. Secara bahasa, dapat dikatakan bahwa Tara Mekanik Panas adalah pembanding antara mekanik dan panas. Sedangkan secara matematis adalah hasil bagi antara panas yang dihasilkan dari energi mekanik dengan panas yang bekerja dalam usaha. Dan secara Fisis adalah Suatu konstanta yang membandingkan Panas dengan Mekanik. Dengan kata lain, tara mekanik panas adalah suatu pembanding dari satu kalori yang bekerja dalam setiap satu satuan usaha, yang ditimbulkan melalui peristiwa mekanik. Kapasitas Panas Umpamakan panas sebanyak dQ berpindah dari suatu sistem ke sekelilingnya. Jika sistem ini mengalami perubahan suhu dt, kapasitas panas jenis c sistem didefinisikan sebagai perbandingan panas dQ terhadap hasil kali massa m dan perubahan suhu dt; Jadi, c=

dQ m. dt

Kapasitas panas jenis ini dapat dianggap sama dengan 1 kal/g oC. Untuk mudahnya, sering digunakan molekul-gram sebagai satuan massa. Satu molekul-gram adalah jumlah gram yang sama dengan berat molekul M. Untuk menghitung jumlah mol n, massa dalam gram kita bagi dengan berat molekul, berarti n = m/M

.M.c =

dQ n. dt

Hasil kali M c disebut kapasitas panas mol dan dilambangkan dengan C. Jadi, berdasarkan definisi : C = M.c =

dQ n. dt

Kapasitas panas mol air praktis adalah 18 kal/mol oC. Total kuantitas panas Q yang harus diberikan kpd benda bermassa m untuk mengubah suhunya dari t1 menjadi t2 adalah Q = m c. dt
t2 t1

Kapasitas panas jenis akibat tiap bahan berubah akibat suhu, dan sudah tentu c harus dinyatakan sebagai fungsi f supaya integral itu dapat dihitung. Dalam daerah suhu di mana c dapat dianggap konstan, Q = m.c(t2 - t1) Satuan kalor biasanya didefinisikan secara kuantitatif dalam perubahan tertentu yang dihasilkan di dalam sebuah benda selama proses tertentu. Jadi, jika temperatur dari satu kilogram air dinaikkan dari 14,5oC sampai 15,5C dengan memanaskan air tersebut, maka kita katakan bahwa satu kilokalori (kal) kalor telah ditambahkan pada sistem tersebut. Kalori juga digunakan sebagai satuan kalor. Zat-zat berbeda terhadap satu sama lain di dalam kuantitas kalor yang diperlukan untuk menghasilkan suatu kenaikan temperatur yang diberikan di dalam sebuah massa yang diberikan. Perbandingan banyaknya tenaga kalor Q yang dibekalkan kepada sebuah benda untuk menaikkan temperaturnya sebanyak T dinamakan kapasitas kalor C (heat capacity C) dari benda tersebut, yakni :

C = kapasitas kalor =

Q T

Pengertian rumus diatas adalah tenaga yang harus ditambahkan sebagai kalor untuk menaikkan temperatur benda sebanyak satu derajat.

Kapasitas kalor persatuan massa sebuah benda, yang dinamakan kalor jenis (specific heat), adalah ciri dari bahan yang membentuk benda tersebut :

c=

Q kapasitas kalor = Massa m.T

Hukum Ketiga Newton dan Gesekan Setiap gaya tertentu tidak hanyalah salah satu aspek interaksi bersama (mutual interaction) antara dua benda. Sudah dibuktikan bahwa kalau suatu benda melakukan gaya kepada benda lain, maka benda yang kedua itu selalu akan melakukan gaya pula kepada benda yang pertama, yang sama besarnya, berlawanan arahnya. Jadi, gaya tunggal tersendiri saja adalah suatu kemustahilan. Dua gaya yang terdapat pada setiap interaksi timbal balik antara dua benda tersebut, disebut aksi dan reaksi, akan tetapi ini tidak berarti bahwa antara dua benda itu, disebut sifat hakikinya, atau bahwa gaya yang satu ialah sebabnya dan yang lain akibatnya. Sifat gaya yang seperti itu disimpulkan dalam hukum ketiga Newton tentang gerak. Bila permukaan sebuah benda meluncur di atas permukaan benda lain, masing-masing benda akan saling melakukan gaya gesekan, sejajar dengan permukaan tersebut. Gaya gesekan terhadap tiap benda berlawanan arahnya dengan arah geraknya, relatif terhadap benda lawanya. Jadi, jika sebuah balok meluncur dari kiri ke kanan di atas permukaan sebuah meja, suatu gaya gesekan ke kiri akan bekerja terhadap balok dan suatu gaya ke kanan yang sama besar bekerja terhadap meja. Tara Mekanika Panas Berdasarkan hukum kekekalan energi, energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat juga dihilangkan tetapi hanya dapat berubah dari bentuk energi satu ke bentuk lainnya. Energi Mekanik dalam fisika didefinisikan sebagai usaha, yang merupakan perkalian antara gaya dengan jarak yang ditempuh oleh benda tersebut, yaitu :
W = F s W = M g n Dk

dimana : M = massa benda (kg)

g = gaya gravitasi (m/s2) n = banyaknya putaran yang dilakukan Dk = diameter kalori tembaga (m) Sedangkan Energi Kalor didefinisikan sebagai perkalian antara massa benda kapasitas panas jenis dan perubahan suhu, yaitu :
Q = m c T Q = ( ma c a + mk c k ) T

dimana : ma = massa air (kg) ca = panas jenis air (kal/kg oC) mk = massa kalorimeter (kg) ck = panas jenis kalorimeter (kal/kg oC) T = perubahan suhu selama n putaran (oC) Pesawat Schurholtz didasarkan pada asas Black yang menyatakan bahwa kalor yang diberikan akan sama dengan kalor yang diterima jika sistem tersebut dalam kondisi adiabatik (tidak ada panas yang masuk ataupun yang keluar dari kalorimeter). Tara antara energi mekanik dan energi panas dapat diketahui dengan persamaan : Q W (m a c a + m k c k ) T e= n M g Dkal e= Namun pada praktikum kali ini dikarenakan tidak menggunakan massa air dan kalor jenis air maka nilai keduanya dianggap nol sehingga dapat menggunakan persamaan : e = [ (mkal.ct)].T m.g. .D.n

III. Prosedur Percobaan dan Alat Percobaan Alat percobaan 1. Pesawat Schurholz, bagian-bagian pesawat schurholz terdiri dari : beban, engkol pemutar, pita nilon, kalorimeter dan pegas pengait. Alat ini digunakan sebagai objek dari percobaan untuk menentukan tara mekanikpanas. 2. Termometer Digital, alat ini digunakan untuk mengukur suhu akibat dari gesekan antara pita tembaga dengan engkol pemutar. 3. Neraca Timbangan, alat ini digunakan untuk menimbang kalori meter tembaga dan pita tembaga 4. Gelas Ukur, alat ini digunakan untuk mengukur volume air. Prosedur Percobaan 1. Menimbang kalori meter tembaga dalam keadaan kering dan pita tembaga. 2. Mengukur diameter luar kalori meter. 3. Memasang kalorimeter pada engkol yang tersedia. 4. Memasang pita tembaga pada pegas yang telah dikaitkan pada pengait, melilitkan pita tersebut dua lilitan. 5. Memasang beban 5 kg pada ujung pita tembaga bagian bawah. 6. Memasukkan ujung probe termometer ke dalam kalori meter. 7. Mencatat suhu pada keadaan awal.

IV. Tabel Data 1. Tabel Data Suhu Kalorimeter putaran ke 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 500 suhu kalorimeter dalam C almunium 1 almunium 2 tembaga 2 lilitan 3 lilitan 2 lilitan 3 lilitan 2 lilitan 3 lilitan 27.2 36.1 41.7 36 36.3 41.3 28.2 37.3 44.7 37.6 37.3 41.5 28.5 37.6 46 38.1 37.4 41.7 28.9 37.8 46.4 38.8 37.5 41.9 29.2 38 46.7 39 37.8 42.1 29.4 38.4 46.9 39.4 38 42.3 29.7 38.7 47 39.7 38.3 42.6 30 39 47.3 40 38.6 42.9 30.3 39.5 47.5 40.2 38.9 43.1 30.7 39.8 47.9 40.5 39.3 43.5 31 40 48 40.7 39.5 43.7 31.4 40.1 48.2 40.9 39.7 43.9 31.7 40.3 48.2 41.1 40 44.6 32.1 40.6 48.4 41.6 40.2 44.8 32.4 40.8 48.6 41.9 40.5 45.2 32.8 41 48.9 42.3 40.8 45.5 33.2 41.6 49.2 42.5 41.1 45.8 33.5 41.8 49.5 42.7 41.4 46 33.9 42 49.7 43 41.7 46.3 34.3 42.2 49.7 43.2 41.9 46.7 34.8 42.6 49.9 43.3 42.3 46.9 35.2 42.8 50 43.5 42.6 47.1 35.5 42.9 50.3 43.7 42.7 47.3 35.7 43.4 50.9 44 42.9 47.6 36.1 43.8 50.9 44.1 43.2 47.8 36.4 44.2 51.2 44.4 43.6 48.1

2. Tabel Data Massa dan Diameter Kalorimeter

Jenis Kalorimeter Alumunium 1 Alumunium 2 Tembaga

Massa ( kg) 0.289 0.4394 0.7706

Diameter (m ) 0.049 0.0495 0.049

V. Pengolahan Data 1. Menghitung tara mekanik dan mencari nilai terbaik dan sesatannya. Catatan : pada praktikum kali ini kalorimeter tidak menggunakan massa air dan kalor jenis air. Sehingga nilai ma.ca bernilai nol(0). Untuk menghitung persamaan :
e= (m a c a + m k c k ) T n M g Dkal

tara

mekanik

panas

(e)

menggunaka

Ket : Massa Beban = 5 kg C almunium = 215 kal /kg C C tembaga = 92 kal /kg C

untuk mencari nilai e terbaik dan sesatannya menggunakan persamaan :

e=

e
N

e =

2 i

N (e ) 2

N 1

putaran 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280

Alumunium 1 2 lilitan delta T (celcious) T 27.2 0 28.2 28.5 28.9 29.2 29.4 29.7 30 30.3 30.7 31 31.4 31.7 32.1 32.4 1 0.3 0.4 0.3 0.2 0.3 0.3 0.3 0.4 0.3 0.4 0.3 0.4 0.3 3 lilitan delta T (celcious) T 36.1 0 37.3 37.6 37.8 38 38.4 38.7 39 39.5 39.8 40 40.1 40.3 40.6 40.8

e (kal/J) #DIV/0! 1.26806 1 0.19020 9 0.16907 5 0.09510 5 0.05072 2 0.06340 3 0.05434 5 0.04755 2 0.05635 8 0.03804 2 0.04611 1 0.03170 2 0.03901 7 0.02717 3

e (kal/J) #DIV/0!

1.2 0.484609 0.3 0.060576 0.2 0.026923 0.2 0.020192 0.4 0.032307 0.3 0.020192 0.3 0.017307 0.5 0.02524

0.3 0.013461 0.2 0.008077 0.1 0.003671 0.2 0.006731 0.3 0.009319 0.2 0.005769

300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 500

32.8 33.2 33.5 33.9 34.3 34.8 35.2 35.5 35.7 36.1 36.4

0.4 0.4 0.3 0.4 0.4 0.5 0.4 0.3 0.2 0.4 0.3

0.03381 5 0.03170 2 0.02237 8 0.02817 9 0.02669 6 0.03170 2 0.02415 4 0.01729 2 0.01102 7 0.02113 4 0.01521 7

41 41.6 41.8 42 42.2 42.6 42.8 42.9 43.4 43.8 44.2

0.2 0.005385 0.6 0.015144 0.2 0.004751 0.2 0.004487 0.2 0.004251 0.4 0.008077 0.2 0.003846 0.1 0.001836 0.5 0.008779 0.4 0.006731 0.4 0.006461

e 1= 0.097607 kal/joule e 2= 0.032165 kal/joule

e 1= 0.247679 e 2= 0.0951235

Almunium 2 3 lilitan e (kal/J) #DIV/0! 1.82341 2 0.39507 3 0.08104 1 T (celcious) delta T 36 0 37.6 38.1 38.8 1.6 0.5 0.7 e (kal/J) #DIV/0! 0.97249 0.15195 0.14182

2 lilitan T delta (celcious) T 41.7 0 44.7 46 46.4 3 1.3 0.4

46.7 46.9 47 47.3 47.5 47.9 48 48.2 48.2 48.4 48.6 48.9 49.2 49.5 49.7 49.7 49.9 50 50.3 50.9 50.9 51.2

0.3 0.2 0.1 0.3 0.2 0.4 0.1 0.2 0 0.2 0.2 0.3 0.3 0.3 0.2 0 0.2 0.1 0.3 0.6 0 0.3

0.04558 5 0.02431 2 0.01013 0.02604 9 0.01519 5 0.02701 4 0.00607 8 0.01105 1 0 0.00935 1 0.00868 3 0.01215 6 0.01139 6 0.01072 6 0.00675 3 0 0.00607 8 0.00289 4 0.00828 8 0.01585 6 0 0.00729 4

39 39.4 39.7 40 40.2 40.5 40.7 40.9 41.1 41.6 41.9 42.3 42.5 42.7 43 43.2 43.3 43.5 43.7 44 44.1 44.4

0.2 0.4 0.3 0.3 0.2 0.3 0.2 0.2 0.2 0.5 0.3 0.4 0.2 0.2 0.3 0.2 0.1 0.2 0.2 0.3 0.1 0.3

0.03039 0.04862 0.03039 0.02605 0.0152 0.02026 0.01216 0.01105 0.01013 0.02338 0.01302 0.01621 0.0076 0.00715 0.01013 0.0064 0.00304 0.00579 0.00553 0.00793 0.00253 0.00729

e 1= 0.102577 kal/joule e 2= 0.06346 kal/joule

e 1= 0.3668572 e 2= 0.1931735

Tembaga 1 2 lilitan T delta (celcious) T e (kal/J) 27.2 0 #DIV/0! 28.2 1 0.14468 28.5 0.3 0.0217 28.9 0.4 0.01929 29.2 0.3 0.01085 29.4 0.2 0.00579 29.7 0.3 0.00723 30 0.3 0.0062 30.3 0.3 0.00543 30.7 0.4 0.00643 31 0.3 0.00434 31.4 0.4 0.00526 31.7 0.3 0.00362 32.1 0.4 0.00445 32.4 0.3 0.0031 32.8 0.4 0.00386 33.2 0.4 0.00362 33.5 0.3 0.00255 33.9 0.4 0.00322 34.3 0.4 0.00305 34.8 0.5 0.00362 35.2 0.4 0.00276 35.5 0.3 0.00197 35.7 0.2 0.00126 36.1 0.4 0.00241 36.4 0.3 0.00174 3 lilitan T delta (celcious) T e (kal/J) 36.1 0 #DIV/0! 37.3 1.2 0.55293 37.6 0.3 0.06912 37.8 0.2 0.03072 38 0.2 0.02304 38.4 0.4 0.03686 38.7 0.3 0.02304 39 0.3 0.01975 39.5 0.5 0.0288 39.8 0.3 0.01536 40 0.2 0.00922 40.1 0.1 0.00419 40.3 0.2 0.00768 40.6 0.3 0.01063 40.8 0.2 0.00658 41 0.2 0.00614 41.6 0.6 0.01728 41.8 0.2 0.00542 42 0.2 0.00512 42.2 0.2 0.00485 42.6 0.4 0.00922 42.8 0.2 0.00439 42.9 0.1 0.00209 43.4 0.5 0.01002 43.8 0.4 0.00768 44.2 0.4 0.00737

e 1= 0.01114 kal/joule e 2= 0.0367 kal/joule

e 1= 0.0282585 e 2= 01085346

2. Analisa perhitungan pertama Dalam tabel data untuk almunium dapat dipahami bahwa nilai e rata-rata untuk almunium 1dan 2 memiliki nilai yang hampir sama, sedangkan untuk tembaga memiliki nilai tara mekanika kalor yang cukup berbeda ini dikarenakan beberapa hal yaitu pergerakan engkol yang tidak sama setiap kali n putaran, bergeraknya tali pada kalorimeter yang menyebabkan gesekan pada calorimeter tidak sama, sehinngga menyebabkan perubahan suhu yang tidak sama.

3. Buat grafik kenaikan suhu terhadap banyaknya putaran

a. Almunium 1 2 lilitan

3 lilitan

b. Almunium 2

2 lilitan

3 lilitan

c. Tembaga 2 lilitan

3 lilitan

4. Hitung Tara mekanik berdasarkan grafik

Dari perumusan tara mekanik panas : e.M.g.Dkal.n = n (maca + mkal .ct)T T

Dengan metoda kuadrat terkecil atau least square maka persamaan di atas diubah menjadi : T =
M .g. .Dkal .e n (m kal .ct )

sehingga diperoleh persamaan : T mt= = mt.n + nt

M .g. .Dkal .e (mkal .ct )

e grafik 1. Alumunium 1

mt (m kal .c t ) M .g . .D

2 lilitan

e rumus= 0.097607 kal/joule


e grafik = 0.137306 kal/joule 3 lilitan

e rumus= 0.247679

e rumus= 0.032165 kal/joule


e grafik = 0.113076 kal/joule KSR lilitan 2 =

e rumus= 0.0951235

erumus e grafik erumus

x 100 %

= 4.06 % KSR lilitan 3 =

erumus e grafik erumus

x 100 %

= 25.1% 2. Alumunium 2 2 lilitan

e rumus= 0.102577 kal/joule


e grafik = 0.145873 kal/joule

e rumus= 0.3668572

3 lilitan

e rumus= 0.06346 kal/joule


e grafik = 0.170185 kal/joule KSR lilitan 2 =

e rumus= 0.21931735

erumus e grafik erumus

x 100 %

= 4.2% KSR lilitan 3 =

erumus e grafik erumus

x 100 %

= 16.8 %

3. Tembaga 2 lilitan

e rumus= 0.01114 kal/joule


e grafik = 0.156664 kal/joule

e rumus= 0.0282585

3 lilitan

e rumus= 0.0367 kal/joule


e grafik = 0.1290186 kal/joule KSR lilitan 2 =

e rumus= 0.1085346

erumus e grafik erumus

x 100 %

= 13.06 % KSR lilitan 3 =

erumus e grafik erumus

x 100 %

= 25.15 %

Membandingkan Hasil Tara Mekanika Panas Dengan Perhitungan no 1 Dari hasil perhitungan antara tara mekanika panas dengan perhitungan no 1 dapat disimpulkan bahwa nilai tara mekanika panas grafik dengan tara mekanika panas pada perhitungan no 1 memiliki nilai yang berbeda. Seharusnya nilai perhutungan dengan perhitungan grafik tidak berbeda jauh, hal ini terjadi bisa dikarenakan karena ada kesalahan dalam melakukan percobaan dan perhitumgan, selain itu juga bisa dikarenakan tidak konsistennya pada saat memutar engkol.

5. Analisa terhadap grafik no. 3 Pada grafik no 3 dapat dipahami bahwa grafik memiliki persamaan linear.Dan dapat disimpulkan bahwa hubungan antara banyaknya putaran engkol sebanding dengan kenaikan suhu. Semakin banyak engkol berputar semakin besar nilai suhu kalorimeter. Namun seharusnya ada perbedaan antara grafik pada almunium dengan grafik tembaga. Kenaikan suhu pada almunium jauh lebih cepat daripada kenaikan suhu pada tembaga,ini dikarenakan nilai kalor jenis kalorimeter pada almunium jauh lebih besar daripada nilai kalor jenis kalorimeter pada tembaga. Tetapi pada percobaan kali ini tampak tidak berbeda jauh hal ini dikarenakan tidak konsistennya pada saat memutar engkol.

6. Menghitung kalor yang diserap pada pita nilon Untuk menghitung banyaknya kalor yang di serap oleh pita nilon digunakan persamaan :

putaran

alumunium 1 2 lilitan 3 lilitan Q (Kal) Q (Kal)

alumunium 2 2 lilitan 3 lilitan Q (Kal) Q (Kal)

tembaga 2 lilitan 3 lilitan Q (Kal) Q (Kal)

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400 420 440

0 247.403 7 11.1331 7 13.1948 6 5.56658 3 1.97923 3.71105 5 3.18090 5 2.78329 2 4.39828 8 2.22663 3 3.59859 9 1.85552 8 3.04496 8 1.59045 2 2.63897 3 2.47403 7 1.30978 4 2.19914 4 2.08339 9 3.09254 6 1.88498 1.01210 6

0 36.1334 4 1.12917 0.33456 9 0.25092 7 0.80296 5 0.37639 0.32262 0.78414 6 0.25092 7 0.10037 1 0.02281 2 0.08364 2 0.17371 8 0.07169 3 0.06691 4 0.56458 5 0.05904 2 0.05576 1 0.05282 7 0.20074 1 0.04779 6 0.01140 6

0 516.778 8 48.5197 9 3.06239 3 1.29194 7 0.45935 9 0.0957 0.73825 5 0.28709 9 1.02079 8 0.05742 0.2088 0 0.17667 7 0.16405 7 0.34451 9 0.32298 7 0.30398 8 0.1276 0 0.11484 0.02734 3 0.23489 9

0 146.994 9 7.17748 3 9.37857 8 0.57419 9 1.83743 6 0.86129 8 0.73825 5 0.28709 9 0.57419 9 0.22967 9 0.2088 0.1914 1.10422 8 0.36912 8 0.61247 9 0.14355 0.13510 6 0.28709 9 0.12088 4 0.02871 0.10937 1 0.1044

0 3.22082 6 0.14493 7 0.17177 7 0.07246 9 0.02576 7 0.04831 2 0.04141 1 0.03623 4 0.05725 9 0.02898 7 0.04684 8 0.02415 6 0.03964 1 0.02070 5 0.03435 5 0.03220 8 0.01705 1

0 47.04034 1.470011 0.435559 0.326669 1.045341 0.490004 0.420003 1.020841 0.326669 0.130668 0.029697 0.10889 0.226155 0.093334 0.087112 0.735005 0.076863

0.02863 0.072593 0.02712 3 0.068772 0.04026 0.261335 0.02454 0.062223 0.01317 6 0.014849

460 480 500

0.43026 7 1.64935 8 0.89065 3

0.27274 6 0.16728 4 0.16059 3

0.89874 6 0 0.20671 2

0.22468 6 0.02392 5 0.20671 2

0.00560 1 0.355075 0.02147 2 0.217779 0.01159 5 0.209068

7. Opini apabila lilitan pita nilon ditambah Jika jumlah ilitan dalam sistem tersebut diperbanyak, maka kenaikan suhu akan semakin cepat naik, hal ini terjadi akibat luas permukaan gesekan semakin luas. Sehingga menyebabkan bertambahnya energi mekanik. Tapi semakin banyak jumlah lilitan, maka jumlah kalor yang diserap oleh lilitan pita nilon itu juga akan semakin banyak hal ini dikarenakan gaya gesek yang diberikan kepada pita nilon semakin besar. Analisa keseluruhan : Suhu kalorimeter dan banyaknya putaran engkol berbanding lurus sehingga dapat disimpulkan bahwa ketika engkol berputar sebanyak n kali maka suhu kalorimeter akan bertambah. Dan banyaknya lilitan yang diberikan kepada kalorimeter dapat menambah cepat penambahan suhu kalorimeter karena ketika lilitan bertambah maka luas penampang pita nilon semakin besar sehingga gesekkan yang dihasilkan semakin besar. Suhu pada kalorimeter almunium jauh lebih cepat bertambah suhunya dibandingkan dengan kalorimeter pada tembaga dikarenakan nilai kalor jenis kalorimeter almunium jauh lebih besar dibandingkan dengan kalor jenis kalorimeter tembaga. Sistem yang berada pada kalorimeter tidak adiabatik sehingga perlu adanya pembanding antara energi yang ada pada kalorimeter. VI. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum ini yaitu : 1. Sesuai dengan asas black energi yang dikeluarkan sama dengan energi yang masuk kedalam sistem berarti energi yang di hasilkan pada pita nilon sama dengan energi yang berada di kalorimeter.
2. Sesuai dengan

hukum kekelan energi, energi tidak dapat diciptakan dan dapat dimusnahkan namun energi dapat diubah dari

satu bentuk ke bentuk yang lain. Contohnya pada pesawat schurholz energi mekanik diubah menjadi energi panas.
3. Kenaikan suhu pada kalorimeter almunium jauh lebih cepat

dibandingkan dengan kenaikan suhu pada kalorimeter tembaga. 4. Semakin banyaknya putaran pada engkol maka semakin besar nilai perubahan suhu ini dikarenakan hubungan antara perubahan suhu dan banyaknya putaran sebanding.

DAFTAR PUSTAKA http://www.scribd.com/doc/26833490/Tara-Mekanika-Panas Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai