Anda di halaman 1dari 7

HUKUM JOULE PANAS YANG DITIMBULKAN OLEH ARUS

LISTRIK (L1)
MUHAMMAD KANZUL ‘ULUM BALDINA
1116100051 / L1 /2 MEI 2017
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Abstrak
Jika sebuah gaya bekerja pada suatu benda (diam) maka benda itu akan
bergerak dengan arah resultan gaya tersebut dengan suatu percepatan a. Selama gaya
tersebut tetap bekerja pada benda maka benda itu tetap akan bergerak
dengan percepatan konstan sampai pada titik/detik tertentu gaya dihilangkan benda
akan tetap bergerak dengan kecepatan awal  0 (kecepatan sisa) dan
mengalami suatu perlambatan hingga akhirnya berhenti.
Percobaan ini akan mempelajari kejadian seperti diatas dengan memakai alat
yaitu Fletchers Trolley. Pada dasarnya percobaan ini masih mengacu pada hukum
gerak dari Newton. Ada 2 percobaan yang dilakukan, yang pertama adalah mencari
besar k, percepatan dan kecepatan dengan mengukur waktu “kereta” mencapai jarak
tertentu, sedang yang kedua adalah percobaan untuk mengetahui, percepatan sisa dan
kecepatan sisa yaitu dengan cara mengukur waktu “kereta” mencapai jarak tertentu
setelah gaya dihilangkan
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di dalam pergerakan Arus listrik terdapat muatan – muatan yang bergerak.
Jika gerakan – gerakan tersebut berlangsung di dalam sebuah lintasan konduktor yang
membentuk sebuah lintasan tertutup, maka lintasan itu dinamakan rangkaian listrik.
Rangkaian listrik memiliki fungsi tersendiri dimana pada rangkaian listrik dapat
menghantarkan energi dari satu tempat ke tempat lain.
Sewaktu partikel bermuatan bergerak di dalam sebuah rangkaian, maka energi
potensial dipindahkan dari suatu sumber (seperti aki atau generator) ke sebuah tempat
dimana energi tersebut disimpan ke dalam bentuk energi lain menjadi energy kalor.
Dalam percobaan L1 transfer energi menjadi panas terjadi di dalam kalorimeter.
Kalorimeter memungkinkan kita mengetahui Q dengan menghitung waktu yang
diperlukan untuk menaikkan suhu sebesar 1oC.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui besar panas yang
ditimbulkan oleh arus listrik dan menunjukkan Hukum Joule dengan pembuktian.

1.3 TUJUAN
Tujuan dari praktikum kali ini yaitu untuk menentukan panas yang ditimbulkan oleh
arus listrik dan membuktikan Hukum Joule serta menentukan besar 1 joule.
BAB 2

2.1 Arus Listrik

Aliran bermuatan yang bergerak pada suatu rangkaian, biasa disebut dengan
arus listrik. Akan tetapi, tidak semua muatan yang bergerak bisa digolongkan ke
dalam arus listrik. Dalam rangkaian yang tidak menggunakan baterai, rangkaian
tersebut berada dalam keadaan potensial tunggal dan di dalam rangkaian tersebut
tidak mengandung medan listrik. Akan tetapi, jika baterai digabungkan ke dalam
rangkaian tersebut, rangkaian tersebut tidak lagi berada dalam keadaan potensial
tunggal. Hal ini disebabkan adanya medan listrik yang bekerja di dalam rangkaian
akibat sumber tegangan dari baterai. Muatan yang terkandung didalam medan listrik
bergerak, sehingga membangkitkan arus. Aliran muatan mencapai nilai konstan dan
arus berada dalam keadaan tetap.
Saat baterai digabungkan pada rangkaian, maka muatan akan mengalir melalui
rangkaian dari satu terminal ke terminal lainnya. Setiap muatan yang melewati kawat
rangkaian per satuan waktu pada suatu titik, maka arus listrik dapat didefinisikan
secara matematis dengan,

𝑑𝑄
𝐼=
𝑑𝑡
(Halliday inggris, 2011) -683

2.2 Panas

2.3 Kalor

Istilah kalor sering digunakan dalam kehidupan sehari – hari, namun terkadang ada
kesalahan definisi dari kalor sendiri. Misalnya kita berbicara mengenai aliran kalor, kalor
mengalir dari kompor ke ketel, panas matahari yang diterima bumi, atau kalor dari mulut
seseorang ke termometer demam. Seakan – akan kalor mengalir dengan sendirinya dari suatu
benda yang temperaturnya lebih tinggi ke benda lain dengan temperatur yang lebih rendah.
Bisa dibilang aliran kalor sebagai gerakan zat fluida. Hal itu merupakan konsep kalor zaman
dahulu sekitar abad 18, namun sekarang kita dapat memandang kalor berhubungan dengan
kerja dan energy. (Giancoli, 2001).

Satuan kalor disebut dengan kalori (kal) dan didefinisikan sebagai kalor yang
dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat celcius. Yang lebih
sering digunakan dari kalori adalah kilokalori (kkal) yang sebanding dengan 1000 kalori.
Dengan demikian, 1 kkal adalah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 kg air
sebesar 1 derajat celcius. (Giancoli, 2001).

Gagasan bahwa kalor berhubungan dengan energi diteliti lanjut oleh James Prescott
Joule (1818 – 1889). Joule melakukan sejumlah percobaan untuk menetapkan pandangan kita
bahwa kalor seperti kerja, merepresentasikan transfer energi. Joule juga menetukan bahwa
sejumlah kerja tertentu yang dilakukan selalu ekivalen dengan sejumlah masukan kalor
tertentu. Secara kuantitatif, kerja 4,186 joule (J) ternyata ekivalen dengan 1 kalori (kal) kalor.
Nilai ini dikenal sebagai tara kalor mekanik. (Giancoli, 2001).

Para ilmuwan kemudian menginterpresentasikan bahwa kalor bukan sebagai zat.


Melainkan kalor merupakan transfer energi. Ketika kalor mengalir dari benda panas ke yang
lebih dingin, energi-lah yang ditransfer dari yang panas ke yang dingin. Dengan demikian
kalor merupakan energi yang ditransfer dari satu benda ke yang lainnya karena adanya
perbedaan temperatur. Dalam satuan SI, satuan untuk kalor sebagaimana untuk bentuk energi
lain adalah joule. Tetapi satuan kalor sebelumnya yakni kalori tetap dapat digunakan.
(Giancoli, 2001).

2.4 Perpindahan Panas

Pada pertemuan antara dua benda atau materi yang memiliki suhu yang berbeda,
akan terjadi proses saling menyeimbangkan antara suhu benda satu dengan benda yang
lainnya. Pengangkutan energi antara benda satu ke benda lainnya berdasarkan perbedaan
suhu di antara keduanya diketahui sebagai konduksi panas. Pada keadaan ini, konduksi
biasanya terjadi pada benda padat, oleh karena benda padat memiliki luasan penampang dan
ketebalan maka untuk mengalirkan panas yang diterima supaya benda tersebut sepenuhnya
memiliki suhu yang sama pada tiap bagiannya, maka terdapat waktu yang diperlukan pada
proses tersebut, sehingga dapat ditunjukan dengan,

𝑑𝑄 𝑑𝑇
= −𝐾𝐴
𝑑𝑡 𝑑𝑥
𝑑𝑇
Dimana nilai K adalah termal panas, A adalah luas penampang, dan 𝑑𝑥
adalah temperature
gradien.

Pada perantara yang memiliki sifat ikatan antar molekulnya tidak begitu rapat atau
biasa dikenal dengan larutan atau zat cair, dalam penghantaran panas ini biasa disebut dengan
konveksi. Pada peristiwa ini terjadi kalor yang berpindah karena adanya aliran zat yang
dipanaskan merupakan akibat dari perbedaan massa jenis atau berat jenis. Massa jenis bagian
yang dipanaskan lebih kecil dibandingkan dengan massa jenis bagian yang tidak dipanaskan.
Umumnya zat penghantar yang digunakan adalah berupa zat cair dan gas.

Untuk mengetahui proses perpindahan panas pada benda yang memiliki ikatan antar
molekul tidak rapat atau cairan. Dapat dilihat pada cairan yang bersentuhan dengan dinding
yang terlihat melengkung datar yang suhunya lebih tinggi daripada bagian utama cairan.
Meskipun cairan itu terlihat ada dan Nampak namun terdapat lapisan cairan stagnan yang
relatif tipis di samping dinding, ketebalan lapisan tergantung pada sifat gerak benda utama
cairan. Semakin turbulen geraknya, merupakan lapisan yang lebih tipis. Panas ditransfer dari
dinding ke cairan dengan kombinasi konduksi melalui lapisan dan konveksi dalam cairan.
Mengabaikan transfer panas dengan radiasi, kita dapat mengatakan mendefinisikan koefisien
konveksi h yang mencakup efek gabungan konduksi melalui lapisan dan konveksi dalam
cairan. Sehingga diperoleh,

𝑑𝑄
= ℎ 𝐴 ∆𝑇
𝑑𝑡

2.5 Kalorimeter

Kalorimeter merupakan alat yang digunakan untuk menetukan besarnya kapasitas


panas suatu zat. Kalorimeter ini terdiri atas bejana logam berdinding tipis, yang permukaan
luarnya diberi lapisan nikel untuk mengurangi kehilangan panas karena radiasi. Bejana ini
berisi air yang dihitung terlebih dahulu massanya dan mempunyai tutup yang berlubang
untuk dapat dimasuki termometer. Kehilangan panas dapat dikurangi lagi dengan
memasukkan bejana tersebut ke dalam bejana lain.

Jika suatu rangkaian diberi tegangan, maka tegangan dari potensial tinggi akan
bergerak menuju potensial rendah, peristiwa inilah yang menyebabkan tumbukan antar
elektron terjadi dan adanya arus listrik. Elektron – elektron terus bertumbukan hingga arus
sampai pada kalorimeter. Di dalam kalorimeter sendiri elektron – elektron bertumbukan juga
dengan partikel konduktor berupa kawat spiral yang merupakan bagian dari kalorimeter.
Setelah itu terjadilah transfer energi berupa panas kepada kalorimeter. Jika pada kalorimeter
tersebut diberikan sejumlah panas Q yang belum diketahui, maka dengan membaca
termometer sebelum dan sesudah dimasukkan panas tadi, dapatlah diketahui harga Q
berdasarkan kenaikkan temperatur yang terjadi.

2.6 Hukum Joule


BAB 3
METODOLOGI

3.1 PERALATAN DAN BAHAN

Peralatan-peralatan yang akan digunakan dalam praktikum kali ini yaitu satu buah
amplifier, satu buah voltmeter, termokopel dua set,thermometer satu buah, satu set statip
lengkap, kompor listrik satu buah, dan potongan es batu secukupnya.

3.2 SKEMA ALAT

3.1 Gambar Rangkaian

3.3 LANGKAH KERJA

Dalam praktikum kali ini akan digunakan beberapa langkah percobaan. Langkah
pertama, rangkaian dirangkai sesuai pada skema alat gambar 3.1, lalu rangkaian dihubungkan
ke tegangan sumber dengan ketentuan pada amplifier berupa pada switch 1 dalam keadaan
off, switch 2 pada posisi penunjukan ke 30 mV, switch 3 pada posisi penunjukan ke nol, pada
switch pada posisi “short-circuit”, dan output sudah dihubungkan ke voltmeter. Setelah
syarat-syarat tersebut dipenuhi, amplifier dihidupkan dengan mengubah switch 2 dan switch
5, lalu suhu diubah-ubah sesuai ketentuan. Langkah di atas diulang dengan mengganti jenis
termokopelnya.

Anda mungkin juga menyukai