Anda di halaman 1dari 32

BAB III

HUKUM THERMODINAMIKA I

A. Pendahuluan
Hukum thermodinamika I sederhananya merupakan suatu pernyataan
tentang prinsip perubahan energi, dan hal ini merupakan penegasan mengenai
energi total pada suatu sistem thermodinamik.
Pada bab ini perubahan energi dari kalor ke kerja dan sebaliknya
diperkenalkan, dan beberapa mekanisme perpindahan kalor dan beberapa jenis
kerja akan dibahas. Hubungan antara hukum thermodinamika I pada sistem
tertutup diantaranya akan melibatnya adanya perubahan energi fluida kerja pada
sistem tersebut. Oleh karena itu akan diperkenalkan juga definisi energi dalam dan
hubungannya dengan kalor dan kerja pada proses-proses isobarik, isokhorik,
isothermik dan adiabatik
Di bab ini juga akan diperkenalkan suatu property yang nantinya menjadi
sangat penting dalam menganalisa masalah thermodinamia, property tersebut
dikenal sebagai entalpy. Selanjutnya yang tak kalah pentingnya yakni akan
dibahas juga hubungan antara temperatur, volume dan tekanan yang terjadi pada
proses adiabatik, yang selanjutnya akan banyak digunakan pada saat melakukan
analisa pada siklus tenaga gas (contohnya, siklus otto, diesel dan brayton).

B. Materi Ajar
3.1 Pendahuluan
Hukum termodinamika pertama menyatakan bahwa energi tidak dapat
diciptakan dan dimusnahkan tetapi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk
yang lain (Energi can be neither created nor destroyed but only transformed).
Prinsip tersebut juga di kenal dengan istilah konservasi energi. Hukum pertama
dapat dinyatakan secara sederhana bahwa tidak akan mungkin mendapatkan
energi lebih banyak dari pada kandungan energi bahan bakar yang dapat dibakar
(“You can’t win”)

42
Energi biasanya diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja
Sehingga berdasarkan prinsip konversi energi maka, selama interaksi antara
sistem dan lingkungan, jumlah energi yang diperoleh sistem harus sama dengan
energi yang dilepaskan oleh lingkungan. Sehingga persamaan umum hukum
thermodinamika pertama adalah
Ein = Eout …………………………………………………………3.1
Energi dapat melintasi batas dari suatu sistem tertutup dalam dua bentuk
yang berbeda : kalor (heat) dan kerja (work). Berikut ini akan dibahas beberapa
bentuk energi.

3.2 Kalor (Heat) Q


Kalor (heat) didefinisikan sebagai bentuk energi yang dapat berpindah
antara dua sistem (atau dari sistem ke lingkungan) dengan sifat perbedaan
temperatur. Kalor adalah sebuah energi dalam keadaan transisi, dia di kenali jika
hanya melewati batas sistem sehingga dalam termodinamika kalor (heat) sering
diistilahkan dengan transfer kalor (heat transfer).
Satuan energi kalor adalah Joule, kJ (atau Btu). Heat transfer perunit
massa di simbolkan dengan q :
Q
q= (kJ/kg) …………………………………………3.2
m
Kadang digunakan untuk mengetahui rate of heat tranfer atau jumlah heat
transfer per-unit waktu dalam interval tertentu, disimbolkan dengan Q& ,

mempunyai satuan kJ/s (kW). Ketika Q& bervariasi dengan waktu, jumlah heat

transfer selama proses dilakukan dengan mengintegrasikan Q& selama rentang


waktu tertentu :
t1

Q = ∫ Q& dt (kJ) …………………………………………………3.3


t2

Ketika Q& konstan selama proses, maka hubungan diatas menjadi

Q = Q& ∆t (kJ) …………………………………………..……….3.4


dimana ∆t = t2 - t1.

43
Kalor berpindah melalui beberapa cara yakni :
1. Konveksi (convection)
2. Konduksi (conduction)
3. radiasi (radiation)
Pada perpindahan kalor melalui proses konveksi, Panas dibawa dari satu
tempat ke tempat lain oleh alilran cairan atau gas (fluida). Perpindahan kalor ini
tidak dapat digunakan untuk benda padat. Ketika air mendidih, cairan panas naik
dan bercampur dengan air dingin, sehingga terjadi perpindahan panas. Besarnya
perpindahan kalor dapat dihitung dengan menggunakan Hukum Newton untuk
konveksi :
Qkonv = hA (Ts-Tf) ………………………………………………..…3.5

Contoh 3.1 :
Udara pada temperatur 25oC bertiup diatas plat seluas 1 m2, temperatur plat
tersebut dijaga tetap pada 225oC. Koefesien perpindahan kalor konveksi
adalah 20 W/m2.oC. hitung perpindahan kalor yang terjadi
Penyelesaian :
Bila hukum perpindahan kalor konveksi adalah :
Qkonv = hA (Ts-Tf) = (20 W/m2.oC)( 1 m2)(225 – 25) oC = 4000 W = 4 kW
Cross sectional
area A

L
HOT COLD
Heat Flow

Heat Flow rate depends on A / L


Gambar 3.1 Perpindahan kalor konduksi

Perpindahan kalor konduksi merupakan perpindahan kalor secara langsung


secara melalui material, tanpa ada perpindahan materi dan hanya energi yang

44
berpindah. Besarnya perpindahan kalor konduksi ini dapat dicari dengan
menggunakan hukum fourier untuk perpindahan kalor conduction :
dT
Qcond = - kA ……………………………………….…3.6
dL
Contoh 3.2 :
Salah satu permukaan lempeng tembaga yang tebalnya 2 cm seluas 1 m2
mempunyai temperatur tetap pada 500oC sedang temperatur permukaan
yang lainnya adalah. 100oC hitung perpindahan kalor yang terjadi bila
koefesien perpindahan kalor konduksinya adalah 400 W/m.oC.
Penyelesaian :
Bila hukum perpindahan kalor konduksi adalah :
dT (100 − 500) o C
Qcond = - kA = -(400 W/m.oC)( 1 m2) = 8000000 W
dL 2 × 10 − 2

Radiasi adalah perpindahan panas melalui gelombang electromagnetic–


tidak tampak oleh mata. Radiasi panas merupakan bagian kecil dari spectrum
electromagnetic karakteristik gelombang ditentukan oleh frequency atau panjang
gelombangnya.

microwaves, thermal
TV
cell phones radiation

radio
visible x-rays
waves

Gambar 3.2 Spectrum electromagnetic–karakteristik gelombang ditentukan


oleh panjang gelombangnya

45
Hukum stefan-Boltzmann untuk radiasi :
4
Q = σAT ………………………………………………………….3.7
σ = 5,67 x 10-8 W/(m2.K4)
Contoh 3.3 :
Dua plat hitam tak berhingga seluas 1 m2 yang temperaturnya masing-
masing 800oC dan 300oC saling bertukar kalor melalui radiasi. Hitung
perpindahan kalor yang terjadi
Penyelesaian :
Bila hukum perpindahan kalor radiasi adalah :
4
Q = σAT = (5,67 x 10-8 W/m2.K4)( 1 m2)((1073 K)4 –(574 K)4)
Q = 69030 W

Kalor mempunyai nilai dan arah. Untuk menandai arah dari kalor ada
suatu konvensi tanda (kesepakatan tanda) sebagai berikut : Heat transfer menuju
sistem bertanda positif, dan keluar sistem bertanda negatif.

3.3 Kerja (Work) W


Kerja (work) seperti halnya kalor adalah suatu bentuk interaksi antara
sistem dan lingkungan. Seperti pada pada penjelasan sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa jika suatu energi dapat melintasi batas sistem adalah bukan
kalor dapat dipastikan bahwa bentuk energi tersebut adalah kerja. Lebih spesifik
kerja dapat diartikan sebagai energi transfer yang berhubungan dengan gaya yang
menempuh sebuah jarak.
Kerja juga merupakan bentuk energi, mempunyai satuan kJ. Kerja per-unit massa
dinotasikan dengan w :
W
w= (kJ /kg) …………………………………………3.8
m
Kerja per-unit waktu disebut power dan dinotasikan dengan W& , mempunyai
satuan kJ/s, atau kW.
Seperti halnya kalor, kerja juga mempunyai konvensi tanda. Kerja yang
dilakukan sistem adalah positif dan jika sistem dikenai kerja maka kerja bertanda

46
negatif. Heat transfer dan kerja adalah interaksi antara sistem dengan lingkungan
dan terdapat beberapa kesamaan antara keduanya :
1. Keduanya merupakan fenomena batas sistem ; hanya dikenali ketika
melintasi batas sistem.
2. Keduanya merupakan fenomena transient artinya sebuah sistem tidak bisa
memiliki kalor atau kalor.
3. Keduanya selalu terkait dengan proses, bukan state.
4. Keduanya merupakan ”path function ”, differensialnya disebut differensial
tidak eksak, dQ dan dW. (berbeda dengan property yang merupakan point
function , differensialnya disebut differensial eksak, misalnya du, dh, dT,
dP dan lain-lain).
Ketetapan tanda
Qin +
Wout + Qin positive
Qout negative
Qout -
Win- Win negative
Wout positive
mout - min positive

min+ mout negative

Gambar 3.3 Sistem tertutup

Macam-macam bentuk kerja :


1. Kerja Listrik :
We = VN (kJ) atau W& e = VI (kW) …………………3.9
dimana W& e adalah daya listrik dan I adalah arus listrik. Pada umumnya V

dan I bervariasi terhadap waktu, sehingga kerja listrik dalam interval


waktu tertentu dinyatakan :
2
We = ∫
1
VI dt (kJ) …………………………………3.10

Jika antara V dan I konstan dalam rentang waktu ∆t, persamaan menjadi
We = VI ∆t (kJ) …………...……………………..3.11

47
Contoh 3.4 :
Untuk menguapkan air mendidih (saturated liquid) menjadi uap jenuh
(saturated vapor) pada temperatur 100oC membutuhkan kalor sebesar 50
kJ. Tentukan berapakah arus listrik yang dibutuhkan apabila kalor yang
dibutuhkan dipasok dari suatu pemanas listrik dari sumber tegangan 220
volt selama 1 menit.
Penyelesaian :
Daya yang dibutuhkan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
3.11 yakni :
We = VI ∆t
We (50 kJ )
I = = = 0,0038 kA ≈ 3,8 A
V∆t (220 volt )(60 det ik )

2. Bentuk-Bentuk Kerja Mekanik :


Kerja akibat pergeseran batas sistem
Gaya F pada piston adalah :
2
W = ∫ F ds ………………………………………………………….3.12
1

F = P × A piston

2 2
W = ∫ F ⋅ d s = ∫ Fds
1 1

F = P × A piston

W = ∫ Fds = ∫ P × A piston ds
2
W = ∫ PdV dV
1

Gambar 3.4 Kerja mekanik pada piston dalam silinder

48
Contoh 3.5 :
Sebuah piston yang dapat bergerak bebas seberat 10 N dengan luas
penampang 2 m2 digunakan untuk menutup sebuah silinder yang
didalamnya terdapat udara bertekanan.
Awalnya piston tersebut melayang
setinggi 1 m dari dasar silinder,
F = 10 N
selanjutnya udara dari luar silinder
dimasukkan kedalam silinder
sehingga piston terangkat keatas 1,5 m

menjadi setinggi 1,5 m. tentukan 1m


kerja yang dilakukan udara didalam
piston tersebut.

Penyelesaian :
Kerja yang dilakukan udara didalam silider dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 3.12, yaitu :
2
W = ∫ F ds = F(s2-s1) = (10 N)((1,5 – 1)m) = 5 J
1

Atau kerja dapat juga dicari dengan menggunakan cara yang lain yaitu,
Pertama dicari terlebih dahulu berapakah tekanan udara yang terjadi
didalam silinder. Tekanan udara didalam silinder dirumuskan sebagai :
F (10 N )
P= = = 5 Pa
A (2 m 2 )
Kemudian dicari volume 1 dan volume 2 :
V1 =As1 = (2 m2)(1m) = 2 m3
V2 =As2 = (2 m2)(1,5 m) = 3 m3
Sehingga kerja yang dilakukan oleh udara adalah :
2
W = ∫ P dV = P(V2-V1) = (5 N)((3 – 2)m) = 5 J
1

49
3. Kerja Gravitasi
Gaya yang bekerja pada sebuah benda :
F = mg ………..………………………………………..3.13
dimana m adalah massa dan g adalah percepatan gravitasi .Kerja yang
dibutuhkan untuk menaikkan benda dari ketinggian z1 ke z2 adalah
2 2
W = ∫ F dz = mg ∫ dz = mg ( z 2 − z1 ) (kJ) …..……………….…….3.14
1 1

Contoh 3.6 :
Sebuah mobil yang memiliki massa 1200 kg bergerak dengan kecepatan
konstan 90 km/jam.
90 km/jam
Kemudian mobil tersebut melintasi
tanjakan dengan kemiringan 30o.
Tentukalnlah berapa daya yang
dibutuhkan oleh mobil tersebut 1200 kg
sehingga kecepatan mobil tersebut
tetap konstan 30o

Penyelesaian :
Tambahan daya yang dibutuhkan oleh mobil tersebut dapat dicari dari
persamaan kerja gravitasi, yaitu :
W& = mg∆z / ∆t = mgvvertikal

 1 m / s  1 kJ / kg 
W& = (1200 kg )(9,8 m / s 2 )(90 km / jam)(sin 30 o )  2 2

 3,6 km / jam  1000 m / s 
W& = 147 kJ / s = 147 kW

4. Kerja Akibat Percepatan


F = ma
dV dV
a= F =m ………………..………..3.15
dt dt
Substitusikan F dan ds ke persamaan kerja, didapat :

50
2 2 2
 dv  1
Wa = ∫ Fds = ∫  m (vdt ) = m ∫ (vdv ) = m(v 22 −v12 ) (kJ)….. 3.16
1
1
dt  1
2
Contoh 3.7 :
Tentukan daya yang dibutuhkan untuk mengakselerasi mobil dengan massa
900 kg dari diam hingga kecepatan 80 km/jam dalam waktu 20 detik pada
jalan mendatar.
Penyelesaian :
Kerja yang dibutuhkan oleh mobil tersebut dapat dicari dari persamaan
3.16, yaitu :

1 1   80.000 m  2  1 kJ / kg 
Wa = m(v22 − v12 ) = (900 kg )   − 0 2   =222.2 kJ
2 2   3600 s   1000 m 2 / s 2 
 
daya rata-rata yang dibutuhkan oleh mobil tersebut dapat dicari dengan :
222,2 kJ
W& = = 11,1 kW
20 s

5. Kerja Poros
Transmisi energi dengan menggunakan sebuah poros yang berputar sangat
sering dalam praktis keteknikan. Untuk sebuah Torsi tertentu konstan,
kerja yang dilakukan selama putaran n ditentukan sebagai berikut :
τ = Fr ………………………………………………………….3.17
τ
F= ………………………………………………………….3.18
r
Gaya tersebut bekerja sejauh jarak s yang jika dihubungkan dengan radius
r
s = (2πr)n ………………………………………………….3.19
kemudian kerja poros menjadi :
τ 
Wsh = Fs =   (2πr)n = 2πnτ (kJ) …………………3.20
r

51
Contoh 3.8 :
Tentukan daya yang ditransmisikan melalui poros sebuah mobil yang
memiliki torsi 200 N.m dan poros berputar pada kecepatan 4000
revolutions per minute (rpm).
Penyelesaian :
Kerja yang ditransmisikan melalui poros untuk setiap menitnya dimana
torsi 200 Nm dan berputar 4000 kali dapat dicari dari persamaan 3.20,
yaitu :
Wsh = 2πnτ = 2π(4000)(200 N.m) = 5024.000 J ≈ 5024 kJ
daya rata-rata yang ditransferkan poros untuk tiap detik (dimana dalam
apabila poros berputar 4000 putaran per menit, maka setara dengan
4000/60 putaran per detik ) dicari dengan :
5024 kJ
W& sh = = 83,7 kW
60 s

6. Kerja Pegas
Jika panjang dari sebuah pegas berubah sebesar differensial dx karena
pengaruh sebuah gaya F, maka kerja yang dilakukan adalah
δW pegas = F dx ………………………………………….3.21
Untuk menentukan total kerja pegas diperlulan sebuah fungsional
hubungan antara F dan x. Untuk sebuah pegas elastis, perubahan panjang x
proporsional dengan gaya :
F = kx (kN) ………………………………………………….3.22
dimana k adalah konstata pegas dengan satuan kN/m, maka kerja :
W pegas = 1 k( (x 2
2 − x12 ) (kJ) ………………………....3.23
2

Contoh 3.9 :
Sebuah silinder-piston berisi 1 m3 gas. Sebuah pegas yang memiki
konstanta pegas yang linier 100 kN/m disentuhkan kepiston. Kemudian gas
tersebut dipanaskan sehingga volumenya bertambah menjadi dua kali

52
volume semula. Apabila luas penampang piston adalah 2 m2 hitunglah
kerja yang dilakukan oleh gas didalam silinder tersebut.
Penyelesaian :
Volume silinder setelah diberi gas
dipanaskan adalah :
V2 = 2V1 = (2)(1m3) = 2m3
Sehingga perubahan jarak perpindahan
piston dapat dicari dengan :
A = 2m2
∆V (2 − 1) m 3
x= = = 0,5 m
A 2 m2
total kerja yang dilakukan oleh gas V1 = 1m3

dapat dicari dengan menggunakan


persamaan 3.23, yaitu :
W pegas = 1 k( (x 2
2 − x12 )
2
Qin
W pegas = 1 (100 kN/m )((0,5 m)2 – 02) = 12,5 kJ
2

3.4 Hukum Thermodinamika Pertama Untuk Sistem Tertutup


Persamaan umum hukum termodinamika pertama untuk sebuah siklus
tertutup diekspresikan sebagai berikut :

Energi bersih yang di Penambahan atau


pindahkan ke atau dari sistem = pengurangan bersih pada total ….3.24
sebagai panas dan kerja energi dari sistem

atau Q - W = ∆E (kJ) ………………………………….3.25


dimana :
Q = transfer kalor bersih melintasi sistem (=ΣQin - ΣQout)
W = kerja bersih (= ΣWout - ΣWin )
∆E = perubahan energi bersih sistem (E2 – E1)

53
Gambar 3.5 Sistem tertutup (control mass)

Seperti pada bab sebelumnya, total energi E dari sistem terdiri dari tiga
bagian : energi dalam U, energi kinetik KE dan energi potensial PE. Sehingga
perubahan energi total sistem dapat ditulis sebagai berikut :
∆E = ∆U + ∆KE + ∆PE (kJ) …………………………………3.26
Jika disubstitusikan perubahan energi total ke persamaan hukum thermodinamika
pertama (3.25), maka :
Q -W = ∆U + ∆KE + ∆PE (kJ ) …………………………………3.27
dimana :
∆U = m (u2 – u1) …………………………………3.28
∆KE = 1m (v 2
2 − v12 ) …………………………………3.29
2

∆PE = mg (z 22 − z12 ) …………………………………3.30


Hampir semua sistem tertutup yang ditemui dalam praktis adalah sistem
langsam (stationer), yang umumnya tidak melibatkan perubahan kecepatan dan

54
ketinggian selama proses. Untuk sistem tertutup yang stasioner perubahan energi
kinetik dan energi potensial dapat diabaikan. Sehingga hukum termodinamika
pertama dapar direduksi menjadi :
Q -W = ∆U (kJ) …………………………………………3.40
atau q - w = ∆u (kJ / kg) ………………………………………....3.41
dE
atau Q& − W& = (kW) …………………………………………3.42
dt
Persamaan Hukum termodinamika pertama dapat diekspresikan dalam persamaan
differensial :
δQ – δW = dE (kJ) …………………………………………3.43
δq – δw = de (kJ/kg) …………………………………………3.44
Untuk sebuah siklus dimana kondisi awal dan akhir identik, sehingga ∆E = E1 –
E2 = 0, persamaan Hukum termodinamika pertama menjadi :
Q-W=0 (kJ) …………………………………………3.45

3.5 Proses-Proses Thermodinamika


Untuk menyederhanakan analisa thermodinamika, maka pada suatu proses
thermodinamika salah satu dari variabel dijaga pada nilai yang tidak berubah
(konstan). Proses–proses thermodinamika yang demikian disebut dengan
isoproses. Untuk melihat bagaimana proses ini berlangsung biasanya disajikan
dalama diagram P-V.
1. Proses Isobarik
Proses yang berlangsung pada tekanan konstan dinamakan proses
isobarik. Apabila air didalam suatu silinder yang ditutup dengan suatu
piston yang dapat bergerak bebas dipanaskan sehingga air tersebut
mendidih lalu menguap dan kemudian uap ini ditinggikan lagi
temperaturnya, maka seluruh proses ini berlangsung pada tekanan konstan
(isobarik) karena tutup dari piston yang bergerak bebas akan menjaga
tekanan dalam silender tetap dan sebagai akibatnya volume dalam silender
akan bertambah. Proses-proses semacam ini sangat penting di dalam
teknik mesin dan juga dalam ilmu kimia.

55
Proses Isobarik
Proses Isobarik
 Tekanan konstan
 Kerja = gaya x jarak
 Kerja = tekanan x luas x jarak
 W = P∆V
 Kerja sama dengan luas
dibawah diagram P-V

∆V

Gambar 3.6 Proses isobarik

Kerja (W) pada proses isobarik dinyatakan sebagai :


W = P∆V ………………………………………………..3.50
Dimana : P = tekanan (Pascal)
∆V = perubahan volume (m3)
Apabila proses isobarik ini menggunakan gas ideal sebagai fluida
kerjanya maka kalor (Q) yang terjadi dihitung sebagai :
Q = mCp∆T ………………………………………………...3.51
Dimana : m = massa fluida kerja (kg)
Cp = spesifik heat gas pada tekanan konstan (kJ/kg.K)
∆T = beda temperatur awal dan akhir proses (K)
Sehingga apabila dinyatakan dalam hukum thermodinamika I,maka
untuk proses isobarik menjadi :
Q - P∆V = ∆U (kJ) …………………………3.52
Contoh 3.10 :
Sebuah silinder vertikal yang ditutup dengan piston yang dapat bergerak
bebas diisi dengan 10 kg air cair jenuh (saturated liquid) pada temperatur
100oC. kemudian silinder tersebut dipanaskan hingga menjadi uap
seluruhnya (saturated vapor). Hitunglah berapa kerja yang dilakukan
selama proses itu berlangsung

56
Penyelesaian :
Kerja pada proses isobarik adalah:
W = P∆V
Dari tabel saturated water-
temperature
Pada temperatur 100oC maka
tekanan didalam silinder adalah
1,014 bar ≈ 1,014 x 105 Pa
nilai vf= 1,0435 x 10-3 m3/kg dan
vg = 1,673 m3/kg.
Sehingga :
V1 = mvf = (10 kg)( 1,0435 x 10-3 m3/kg) = 1,0435 x 10-2 m3
V1 = mvg = (10 kg)( 1,673 m3/kg) = 16,73 m3
Maka :
W = P∆V = (1,014 x 105 Pa)( 16,73 m3 - 1,0435 x 10-2 m3)
W = 1695363,891 Joule ≈ 1,695 MJ
2. Proses Isokhorik
Jika suatu zat mengalami proses dimana volume tidak berubah,
prosesnya disebut proses isokhorik. Naiknya tekanan dan suhu akibat
mengalirnya kalor kedalam suatu zat yang berada dalam sebuah ruangan
yang tidak dapat memuai merupakan salah satu contoh proses isokhorik.
Jika volume zat tidak berubah, tidak akan ada kerja dan karena itu,
berdasarkan hukum pertama thermodinamika
0
Q -W = ∆U ⇒ Q = ∆U (kJ) ………………….3.53
apabila proses isokhorik ini menggunakan gas ideal sebagai fluida
kerjanya maka kalor (Q) yang terjadi dihitung sebagai :
Q = mCv∆T ………………………………………….3.54
Dimana : m = massa fluida kerja (kg)
Cv = spesifik heat gas pada volume konstan (kJ/kg.K)
∆T = beda temperatur awal dan akhir proses (K)

57
Proses Isokhorik

• Volume konstan

Gambar 3.7 Proses volume konstan (isokhorik)

Atau semua panas yang ditambahkan terpakai untuk menambah


energi dalam. Kenaikan temperatur dan tekanan mendadak yang menyertai
ledakan uap bensin dan udara di dalam sebuah motor bensin, dari segi
thermodinamika dapat dianggap seolah-olah terjadi penambahan kalor
yang isokhorik.
Contoh 3.11 :
Sebuah botol yang tertutup rapat berisi dengan 10 kg air cair jenuh
(saturated liquid) pada temperatur 100oC. kemudian silinder tersebut
dipanaskan hingga menjadi uap seluruhnya (saturated vapor). Hitunglah
berapa kerja yang dilakukan selama proses itu berlangsung
Penyelesaian :
Kerja pada proses isokhorik adalah:
0
W = P∆V = 0

58
3. Proses Isothermik
Proses isothermik terjadi pada temperatur konstan. Supaya
temperatur suatu sistem betul-betul tetap konstan, perubahan pada
koordinat-koordinat lainnya harus berlangsung berlahan-lahan, dan
haruslah ada kalor berpindah. Pada umumnya besaran Q, W atau ∆U nol.
Ada dua zat sempurna yang energi dalamnya bergantung hanya pada
temperatur saja, yaitu gas ideal dan kristal paramagnet yang sempurna.
Apabila zat-zat ini mengalami proses isothermik, energi dalamnya tidak
akan berubah, dan oleh karena itu :
0
Q -W = ∆U ⇒ Q=W (kJ) …………3.55

Proses Isothermal
Proses Isothermal
• Temperature konstan
Silinder logam

W=m

=0

Q=W=m
Air panas pada temperatur T

Gambar 3.8 Proses temperatur konstan (isothermik)

apabila proses isothermik ini menggunakan gas ideal sebagai fluida


kerjanya maka kerja (W) yang terjadi dihitung sebagai :
untuk gas ideal, PV = mRT atau P = mRT
2 2
V
mRT
W = ∫ PdV = ∫ dV
V ……..…………………………..3.56
1 1
dengan menggunakan intergal:
V 
2
dV
W = mRT ∫ = mRT ln  2 
V V 1  ………………………….3.57
1

59
Contoh 3.12 :
Sebuah silinder vertikal yang ditutup dengan piston yang dapat bergerak
berisi 0,4 kg udara memiliki volume awal 0,4 m3 pada 100 kPa dan 80oC.
kemudian udara tersebut dikompresi hingga menyisakan volume 0,1 m3
dimana temperatur didalam silinder dijaga konstan. Hitung kerja yang
dilakukan
Penyelesaian :
Proses isothermik ini menggunakan gas ideal sebagai fluida kerjanya maka
kerja (W) yang terjadi dihitung sebagai :

V 
2
dV
W = mRT ∫ = mRT ln  2 
1
V V 1 
untuk gas ideal pada tekanan konstan maka
C
PV=mRT = C atau P=
V
Apabila C bernilai konstan maka :
2 2
C V V
W = ∫ PdV = ∫ dV = C ln 2 = P1V1 ln 2
1 1
V V1 V1
sehingga :
V2  0,1  1 kJ 
W = P1V1 ln = (100 kPa)(0,4 m 3 ) ln  
3 
V1  0,4  1 kPa.m 
W = -55,45 kJ
Tanda negatif mengindikasikan bahwa kerja dilakukan terhadap sistem

4. Proses Adiabatik
Suatu proses yang terjadi demikian rupa sehingga tidak ada kalor
masuk atau keluar sistem disebut proses adiabatik. Proses ini dapat
dilakukan baik dengan jalan membalut sistem dengan lapisan tebal bahan
isolasi panas (misalnya, gabus, asbes, bata tahan api atau serbuk ringan
berpori) ataupun dengan melakukan proses secara cepat. Pengaliran kalor
merupakan proses yang berlangsung lambat. Sehingga tiap proses yang
berjalan cukup cepat praktiknya bersifat adiabatik.

60
Jika hukum pertama thermodinamika dipakaikan pada proses
adiabatik kita peroleh
0
Q -W = ∆U ⇒ -W = ∆U (kJ) …………3.58
Jadi, pada proses adiabatik, perubahan energi dalam pada suatu
sistem sama dengan usaha mutlak. Jika usaha W negatif, yakni apabila
sistem dikompresi, maka –W positif, U2 lebih besar daripada U1, dan
energi dalam sistem bertambah. Jika W positif, yaitu apabila sistem itu
memuai (ekspansi), maka energi dalam sistem akan berkurang.
Penambahan energi dalam biasanya dibarengi kenaikan temperatur dan
pengurangan energi dalam menurunkan temperatur.

∆u
Gambar 3.9 Proses adiabatik

Kompresi campuran uap bensin dan udara yang terjadi pada


langkah kompresi sebuah motor bensin merupakan sebuah contoh proses
hampir adiabatik dalam mana terjadi kenaikan temperatur. Pemuaian
(ekspansi) produk pembakaran yang berlangsung pada langkah kerja
motor bensin merupakan sebuah contoh hampir adiabatik dalam mana
terjadi penurunan temperatur. Oleh karena itu proses-proses adiabatik
memainkan peranan sangat penting dalam teknik mesin.
5. Proses Pencekikan
Proses pencekikan (throttling process) ialah sebuah proses dalam
mana suatu fluida yang pada mulanya bertekanan tinggi dan konstan
merembes melalui suatu dinding berpori atau lubang sempit (katup jarum
atau katup cekik) ke dalam suatu ruangan bertekanan lebih rendah dan
konstan tanpa terjadi pemindahan panas.

61
a b
Gambar 3.10 Proses pencekikan

Seperti pada gambar 3.10, dimana suatu fluida yang terkurung di


antara piston dan katup cekik, misalkan piston ini bergerak kekanan dan
piston yang satu lagi di sebelah kiri katup ini juga bergerak ke kanan
dengan kecepatan demikian rupa sehingga tekanan di bagian kiri tetap
pada harga yang tinggi dan konstan , dan tekanan di bagian kanan pada
harga yang lebih rendah dan konstan , setelah seluruh fluida itu di di desak
melalui katup, maka keadaan akhir seperti gambar pada b.
Usaha yang dilakukan dalam proses ini tidak lain ialah selisih
usaha yang dilakukan sewaktu mendorong ke luar piston sebelah kanan
dan usaha yang dilakukan sewaktu mendorong masuk piston sebelah kiri,
andaikan
P1= tekanan tinggi (dibagian kiri)
V1 = volume fluida pada tekanan tinggi
P2= tekanan rendah (dibagian kanan)
V2= volume fluida pada tekanan rendah
Karena volume fluida tekanan tinggi berubah dari va1 menjadi 0
pada tekanan tinggi konstan p1 : p1 (0-v1)
Dan karena volume fluida tekanan rendah berubah dari 0 menjadi
vb2 pada tekanan konstan p2 : p2 (v2-0)
Karena itu kerja bersih : W = p2v2- p1v1
Karena proses adiabatik ; Q = 0, berdasarka hukum pertama :
U1 – U2 = 0 – (p2v2- p1v1) ………………………..3.59
atau U 2 + p 2 v2 = U 1 + p 1 v1

62
Persamaan ini penting sekali dalam teknik uap dan teknik
pendingin, jumlah U + pv disebut dengan enthalpi dilambangkan sebagai h
dengan satuan Joule, yang telah dibuatkan tabelnya untuk uap dan
beberapa bahan pendingin.
Proses pencekikan memegang peran utama dalam kerja mesin
pendingin, karena proses inilah yang menyebabkan turunnya temperatur
yang diperlukan untuk pendinginan. Cairan yang keadaan tepat akan
menguap (cairan jenuh) senantiasa mengalami penurunan temperatur dan
penguapan sebagian sebagai akibat proses pencekikan. Tetapi gas dapat
mengalami kenaikan atau penurunan temperatur, tergantung pada
temperatur awal dan tekanan akhir.

3.6 Kalor Jenis (Spesific Heats) Gas Ideal


Kalor jenis didefinisikan sebagai energi yang diperlukan untuk
meningkatkan temperatur suatu zat sebesar satu satuan massa sebesar satu derajat.
Pada umumnya energi akan tergantung pada bagaimana proses tersebut terjadi.
Dalam termodinamika, terdapat dua macam kalor jenis; kalor jenis pada volume
konstan Cv dan kalor jenis pada tekanan konstan Cp. Kalor jenis pada tekanan
konstan Cp selalu lebih besar dari pada Cv, karena pada tekanan konstan, sistem
mengalami ekspansi dan hal tersebut memerlukan energi .
Temperature suatu zat dapat naik karena berbagai kondisi. Volumenya
bisa saja dikonstankan , tekanannya yang di konstankan, atau keduanya dibiarkan
berubah akibat sesuatu. Pada tiap keadaan ini, jumlah kalor per mol yang
diperlukan per satuan kenaikan temperature, berbeda. Dengan kata lain, suatu zat
mempunyai banyak macam kalor jenis mol.
Akan tetapi hanya dua yang praktis di pakai, yaitu kalor jenis pada volume
konstan dan kalor jenis pada tekanan konstan. Antara kedua kalor jenis mol gas
sempurna ini terdapat hubungan sederhana dan sangat penting.

63
b

d T+dt, U+dU
a
Proses adiabatik
T, U

Kerja yang dilakukan

Gambar 3.11 Dua proses isothermal gas sempurna pada temperatur T dan T+dT

Gambar 3.11 memperlihatkan dua proses isothermal gas sempurna pada


temperatur T dan T+dT. Karena tergantung pada temperatur, energi dalam gas
ideal hanya akan menjadi konstan jika temperatur konstan, sehingga proses
isothermal itu juga merupakan kurva energi dalam yang konstan. Karena energi
dalam mempunyai harga U konstan disemua titik proses isothermal pada
temperatur T, dan harga U+dU konstan disemua titik proses isothermal T+dT.
Karena itu, perubahan energi dalam dU adalah sama pada semua proses dalam
mana gas diambil dari sembarang titik pada salah satu isothermal sampai
kesembarang titik pada isothermal lainnya. Jadi, dU untuk proses ab, ac dan ad
dalam gambar diatas sama semuanya.
Jika ditinjau proses ab yaitu proses pada volume konstan, untuk
melaksanakan proses semacam ini, gas pada temperatur T ditempatkan dalam
sebuah bejana tertutup dan tegas lalu menghubungkannya dengan sebuah benda
pada temperatur T+dT yang lebih tinggi sedikit. Akan terjadi aliran panas dQ
masuk kedalam gas, dan berdasarkan definisi kalor jenis mol pada volume
konstan,
dQ = mCvdT ………………………..………………………..3.60

64
Selama proses tekanan gas bertambah tapi tidak ada kerja yang dilakukan
karena volume konstan. Jadi berdasarkan hukum pertama thermodinamika (dalam
bentuk deferinsial)
du = dQ – dW ……………………………………………….…3.61
atau
dU = mCvdT ……………………………………………….…3.62
sekarang kita tinjau pada proses ad dalam gambar 3.11, pada tekanan
konstan. Untuk melaksanakan proses semacam ini, gas ditempatkan dalam sebuah
silinder berpiston yang menderita tekanan luar konstan, dan dihubungkan dengan
sebuah benda pada pada temperatur T+dT.
Ketika kalor mengalir masuk ke dalam gas, gas ini memuai pada tekanan
konstan dan melakukan gaya. Berdasarkan definisi kalor jenis mol pada tekanan
kosntan, Cp. Panas dQ yang mengalir mengalir masuk ke dalam gas yaitu
dQ = mCpdT ………………………………………………….3.63
Usaha dW adalah :
dW = pdV; ………………………………………………….3.64
dengan menggunakan hukum thermodinamika pertama :
dU = dQ – dW ………………………………………………….3.65
atau
dQ =dU + dW ………………………………………………….3.66
sehingga : dQ =dU + pdV ………………………………………….3.68
karena : dh = dU + pdV ………………………………………….3.69
maka pada proses isobarik untuk gas ideal berlaku :
dQ = dh = mCpdT ………………………………………………….3.70
berdasarkan persamaan keadaan pada volume konstan :
Pv = mRT, pdV = mRdT ………………………………………….3.71
sehingga
dW = mRdT ………………………………………………………….3.72
Jika dituliskan dalam hukum pertama :
dU = dQ – dW …………………………………………………3.73
atau

65
mCvdT = mCpdT – mRdT …………………………………………3.74
Maka : Cv = Cp – R …………………………………………………3.75

3.7 Proses Adiabatik Gas Ideal


Suatu proses yang tidak ada aliran kalor masuk atau keluar suatu sistem
disebut proses adiabatik. Untuk melakukan proses adiabatik, sistem tersebut perlu
perlu dilapisi isolator kalor yang sempurna, atau temperatur lingkungan dijaga
sama dengan temperatur sistem.
Tetapi, jika suatu proses, misalkan pemampatan atau pemuaian (ekspansi)
gas, berlangsung sangat cepat, proses itu akan hampir adiabatik, karena aliran
kalor yang masuk atau keluar sistem berjalan lambat, sekalipun kondisinya
memungkinkan. Jadi, gerakan kompresi motor bakar bensin dan motor diesel
mendekati adiabatik.

Proses adiabatik

Kerja yang dilakukan

Gambar 3.12 Proses adiabatik dalam diagam p-v

Andaikan suatu gas ideal mengalami Proses adiabatik maka, dQ = 0 maka :


dU = - pdV ………………………………………………..3.76
Dari persamaan keadaan ;
pdV + Vdp = mRdT ………………………………………………..3.77

66
Keluarkan dT dari persamaan dan gunakan Cp-Cv = R diperoleh Hubungan
dp C p dV
+ =0 ………………………………………………..3.78
p C vV
Cp/Cv ditulis sebagai k
dp dV
+k =0 ………………………………………………..3.79
p V
untuk mendapatkan hubungan antara p dan V dalam perubahan adiabatik yang
terhingga, persamaan diatas diintegrasika menjadi
ln p + k ln V = C ………………………………………………..3.80
atau
pVk = C (konstan) …………………………………………….….3.81
jika subskrip 1 dan 2 menunjukkan kepada dua titik proses,
p1 V1K = p2 V2K …………………………………………………3.82
Dengan cara yang sama didapatkan hubungan :
T1 V1K −1 = T2 V2K −1 …………………………………………………3.83
dan
K −1 K −1

T1 p1 k = T2 p 2 k …………………………………………………3.84
Harga perbandingan kalor jenis k beberapa jenis gas biasanya tercantum
dalam tabel thermodinamika atau secara umum bernilai 1,4

C. Latihan
1. Temperatur luar sebuah tembok berukuran 5 x 6 m setebal 30 cm yang
terbuat dari batu bata yang memiliki konduktifitas thermal 0,69 W/m.oC
adalah 35oC. Jika ternyata temperatur bagian dalam tembok itu bertahan
pada 26oC, tentukan energi kalor yang telah melintasi tembok tersebut.
Jawab : 621 watt
2. Udara panas 80oC ditiupkan diatas permukaan seluas 2 x 4 m yang
memiliki temperatur 30oC. Jika koefisien prepindahan kalor konveksi
adalah 55 W/m2.oC, hitung laju perpindahan kalor yang terjadi dari udara
ke plat tersebut dalam kW.
Jawab : 22 kW

67
3. Air dalam keadaan cair jenuh
(saturated liquid) seberat 5 kg
Saturated water liquid
pada 200 kPa dipanaskan pada
m = 5 kg
tekanan konstan hingga P = 200 kPa
temperatur mencapai 300oC.
Hitunglah kerja yang dilakukan
oleh air tersebut selama proses
Qin
berlangsung.
Jawab : 430,5 kJ
4. Udara seberat 1,2 kg pada tekanan 150 kPa dan 12oC dimasukkan ke
dalam sebuah silinder yang ditutup oleh piston. Kemudian udara tersebut
dikompresi hingga tekanannya 600 kPa. Selama proses ini berlangsung,
sejumlah kalor dikeluarkan dari udara tersebut keluar sehingga temperatur
didalam udara di dalam silinder tersebut senantiasa tetap. Tentukan kerja
yang dilakukan selama proses ini berlangsung, Jika R = 0,287 kJ/kg.K
Jawab : -136,07kJ Kompresi

udara
m = 1,2 Kg
P1=150kPa
T =12oC Qout

5. Sebanyak 2 kg air dalam keadaan tepat akan


mendidih (saturated liquid) pada temperatur
Saturated water liquid
100oC dimasukkan ke dalam sebuah tabung
m = 2 kg
yang tertutup rapat. Kemudian tabung tersebut T =100oC

dipanaskan hingga seluruh air didalam tabung


tersebut menjadi uap (saturated vapor).
Qin
Tentukan besarnya kalor yang dibutuhkan
selama proses ini berlangsung.
Jawab ; 4175,12 kJ

68
6. Suatu silinder ditutup dengan piston berluas
penampang 0,2 m2 yang dapat bergerak
bebas dan memberikan tekanan 0,7 bar, diisi
uap air seberat 10 kg pada temperatur 200oC. Uap H2O
10 kg
Karena temperatur lingkungan lebih rendah 200oC
Q
dan dinding silinder terbuat dari bahan
konduktor maka uap melepaskan kalor
sehingga temperatur dan volumenya turun.
Saat piston turun sampai pin batas, kondisi uap air memiliki kualitas uap
0,7. Jika diasumsikan gesekan pada piston, energi potensial dan kinetik
diabaikan, tentukan
(a) Sistem, batas sistem dan lingkungan
(b) Proses yang terjadi dalam diagram T-v dan P-v
(c) Property pada kondisi awal dan akhir proses
(d) Kerja Sistem
(e) Kalor yang terbuang ke lingkungan
Jawab : (d) -1016,53 kJ (e) 13808,56 kJ
7. Silinder ditutup piston awalnya berisi
Air Cair jenuh
50 L air cair jenuh (saturated liquid) Qout =3 MJ V = 50 L
P = 300 kPa
pada tekanan 300 kPa kemudian
Kalor dimasukkan ke dalam sistem
pada tekanan tetap hingga seluruh air
Qin
di dalam silinder menjadi uap seluruhnya dan temperatunya menjadi
240oC. pada saat kalor ditransfer terjadi kerugian kalor sebesar 3 kJ.
Tentukanlah:
(a) Berapakah massa air di dalam silinder tersebut ?
(b) Berapakah volume akhir uap air didalam silinder tersebut ?
(c) Tunjukkanlah proses yang terjadi dalam diagram t-v
(d) Berapakah kerja yang dilakukan sistem
(e) Berapa kalor yang dibutuhkan agas proses dapat terjadi
Jawab : (a)46,59 kg, (b) 36386,51 L, (d) 10900, 95 kJ, (e) 108,16 MJ

69
8. Sebuah silinder yang ditutup dengan
piston berisi 0,5 kg uap jenuh
(saturated water vapor) pada tekanan
300 kPa. sebuah heater yang diberi
Air Cair jenuh
arus 0,2 A dengan tegangan 220 V m = 0,5 kg
Qout =3 kJ P = 300 kPa
digunakan untuk memanaskan uap
tersebut selama 15 menit.. pada saat
kalor ditransfer terjadi kerugian kalor
sebesar 3 kJ. Tentukanlah : 0,2 A 220 V
(a) Berapakah volume awal uap air di dalam silinder tersebut ?
(b) Tunjukkanlah proses yang terjadi dalam diagram p-v
(c) Berapakah enthalpi akhir proses
(d) Berapa temperatur akhir proses
Jawab ; (a) 0,3029 m3, (c) 1399,25 kJ, (d) 167,79oC
9. Silinder vertikal yang ditutup dengan piston seberat 10 N dengan luas
penampang 0,1 m2 yang dapat bergerak bebas, kemudian silinder tersebut
diisi dengan 0,4 kg udara sehingga volume silinder yaitu 0,4 m3 pada
temperatur 80oC. Kemudian udara tersebut dikompresi hingga menyisakan
volume 0,1 m3 dimana temperatur didalam silinder dijaga konstan. Hitung
kerja yang dilakukan untuk mengkompresi gas tersebut apabila tekanan
atmosfir 100 kpa.
Jawab : - 55,51 kJ
10. Sebuah mesin bensin 4 tak melakukan kompresi dengan sedemikian
cepatnya (diidealkan sebagai proses adiabatik). Volume awal sebelum
piston melakukan kompresi adalah 100 cm3 dan ketika akhir proses
kompresi silinder menyisakan volume sebesar 10 cm3. Apabila udara yang
masuk pada saat awal proses kompresi pada temperatur 27oC dan tekanan
100 kPa tentukan :
(a) Temperatur udara pada saat akhir proses kompresi
(b) Tekanan udara pada saat akhir proses kompresi
Jawab : (a) 480,57oC, (b) 2511,886 kPa

70
D. Ringkasan
Hukum termodinamika I menyatakan energi tidak dapat diciptakan dan
dimusnahkan tetapi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain
secara sederhana dapat dijelaskan bahwa tidak akan mungkin mendapatkan energi
lebih banyak dari pada kandungan energi bahan bakar yang dapat dibakar .
Sehingga persamaan umum hukum thermodinamika pertama adalah
Ein = Eout
Energi dapat melintasi batas dari suatu sistem tertutup dalam dua bentuk
yang berbeda : kalor (heat) dan kerja (work) Kalor (heat) didefinisikan sebagai
bentuk energi yang dapat berpindah antara dua sistem (atau dari sistem ke
lingkungan) dengan sifat perbedaan temperatur. Kerja (work) adalah aksi yang
dilakukan untuk memindahkan suatu beban. Macam-macam bentuk kerja dapat
berupa kerja listrik, kerja mekanik, kerja gravitasi, kerja akibat percepatan, kerja
poros maupun kerja pegas
Persamaan umum hukum termodinamika pertama untuk sebuah siklus
tertutup diekspresikan sebagai berikut :
Q -W = ∆U
dimana : Q adalah transfer kalor bersih melintasi sistem, W adalah kerja bersih
dan ∆U meupakan perubahan energi dalam yang terjadi pada sistem.
Untuk menyederhanakan analisa thermodinamika, maka pada suatu proses
thermodinamika salah satu dari variabel dijaga pada nilai yang tidak berubah
(konstan). Proses-proses tersebut dapat berupa Proses yang berlangsung pada
tekanan konstan dinamakan proses isobarik. Untuk hukum thermodinamika I,
maka untuk proses isobarik menjadi :
Q - P∆V = ∆U
Jika suatu zat mengalami proses dimana volume tidak berubah, prosesnya
disebut proses isokhorik. Berdasarkan hukum pertama thermodinamika maka
persamaan untuk proses isokhorik adalah sebagai berikut :
Q = ∆U
Proses isothermik terjadi pada temperatur konstan. Sehingga persamaan
hukum thermodinamika I untuk proses ini adalah :

71
Q=W
Suatu proses yang tidak ada kalor masuk atau keluar sistem disebut proses
adiabatik. Jika hukum pertama thermodinamika dipakaikan pada proses adiabatik
kita peroleh
W = ∆U
Entalpy merupakan jumlah U + pv dilambangkan sebagai h dengan satuan
Joule merupakan salah satu property dalam Thermodinamika. Enthalpi ini penting
sekali dalam teknik uap dan teknik pendingin
Dalam termodinamika, terdapat dua macam kalor jenis; kalor jenis pada
volume konstan Cv dan kalor jenis pada tekanan konstan Cp. berdasarkan definisi
kalor jenis mol pada volume konstan, maka besarnya perubahan energi dalam
pada suatu gas ideal berdasarkan hukum pertama thermodinamika dapat
dinyatakan sebagai
dU = mCvdT
dan apabila dilakukan pada tekanan konstan maka besarnya perubahan entalpy gas
ideal berdasarkan hukum thermodinamika I adalah :
dh = mCpdT
berdasarkan persamaan keadaan pada volume konstan maka didapatkan juga
hubungan bahwa :
Cv = Cp – R
Pada Proses Adiabatik Gas Ideal didapatkan hubungan antara tekanan (P)
dan volume (V) bahwa
jika subskrip 1 dan 2 menunjukkan kepada dua titik proses maka :
p1 V1K = p2 V2K
Dengan cara yang sama hubungan antara temperatur (T) dan volume (V) adalah :
T1 V1K −1 = T2 V2K −1
dan hubungan antara temperatur (T) dan tekanan (P)
K −1 K −1

T1 p1 k = T2 p 2 k
Harga perbandingan kalor jenis k beberapa jenis gas biasanya tercantum dalam
tabel thermodinamika atau secara umum bernilai 1,4

72
E. Sumber Belajar Lain
Holman J.P, Jasjfi. E, 1994, “Perpindahan Kalor”,Penerbit Erlangga, Jakarta.

Reynolds Wiliam, Perkins Henry , Filino Harahap, 1991, “Thermodinamika


Teknik”, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sears Francis, Zemanssky Mark, 1983,” Fisika Untuk Universitas 1”, Penerbit
Bina Cipta, Bandung.

Sudjito, Saifuddin Baedoewie, Agung Sugeng Widodo, 2003,”Diktat Kuliah


Thermodinamika Dasar”, Universitas Brawijaya, Malang.

Yunus A Cengel, Michael Boles, 1998,”Thermodynamics An Engineering


Approach”, Third Edition, Mcgraw-Hill, International Edition

Richard E Sonntag, Gordon J Van Wylen, 1991, “Introduction To


Thermodynamics, Classical And Statistical”, John Wiley & Son,
Singapore

73

Anda mungkin juga menyukai