Anda di halaman 1dari 20

Perpindahan Kalor dan Massa 1

Analisa Perpindahan Kalor Secara konduksi pada


Muffler Motor

Disusun oleh :
1. Agung Setiawan
2. Harra LTS
3. Febri Dwi S

(2014447004)
(2014447007)
(2014447006)

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2014
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas

mata kuliah Perpindahan kalor dan massa 1 ini dengan lancar. Penulis
mengharapkan makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca
dan juga dapat berguna bagi kami sebagai pembelajaran maupun syarat
memperoleh nilai untuk mata kuliah Perpindahan kalor dan massa 1.
Makalah ini tentunya masih banyak terdapat kekurangan yang perlu
kita perbaiki bersama, oleh karena itu kami sangat membutuhkan kritik dan
saran dari pembaca sekalian. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini, dan juga kami
memohon banyak maaf jika terdapat banyak kekeliruan dan kesalahan dalam
penulisan makalah ini.

Jakarta, 24 Oktober 2014

Penulis

Daftar Isi

I. PENDAHULUAN
Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam
industri proses. Pada kebanyakan pengerjaan, diperlukan pemasukan atau
pengeluaran kalor, untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang

dibutuhkan sewaktu proses berlangsung. Kondisi pertama yaitu mencapai


keadaan yang dibutuhkan untuk pengerjaan, terjadi umpamanya bila
pengerjaan harus berlangsung pada suhu tertentu dan suhu ini harus dicapai
dengan jalan pemasukan atau pengeluaran kalor. Kondisi keduayaitu
mempertahankan keadaan yang dibutuhkan untuk operasi proses, terdapat
pada pengerjaan eksoterm dan endoterm. Disamping perubahan secara kimia,
keadaan ini dapat juga merupakan pengerjaan secara alami. Dengan
demikian, Pada pengembunan dan penghabluran (kristalisasi) kalor harus
dikeluarkan. Pada penguapan dan pada umumnya juga pada pelarutan, kalor
harus dimasukkan.
Hukum alam menyatakan bahwa kalor adalah suatu bentuk energi.
Bila dalam suatu sistem terdapat gradien suhu, atau biladua sistem yang
suhunya berbeda disinggungkan,maka akan terjadi perpindahan energi. Proses
ini disebut sebagai perpindahan panas (Heat Transfer). Dari titik pandang
teknik (engineering), Analisa perpindahan panas dapat digunakan untuk
menaksir biaya, kelayakan, dan besarnya peralatan yang diperlukan untuk
memindahkan sejumlah panas tertentu dalam waktu yang ditentukan. Ukuran
ketel, pemanas, mesin pendingin,dan penukar panas tergantung tidak hanya
pada jumlah panasyang harus dipindahkan, tetapi terlebih-lebih pada laju
perpindahan panas pada kondisi-kondisi yang ditentukan. Beroperasinya
dengan baik komponen-komponen peralatan,seperti misalnya sudu-sudu
turbin atau dinding ruang bakar,tergantung pada kemungkinan pendinginan
logam-logam tertentudengan membuang panas secara terus menerus pada laju
yangtinggi dari suatu permukaan. Juga pada rancang-bangun (design) mesinmesin listrik, transformator dan bantalan, harus diadakan analisa perpindahan
panas untuk menghindari konduksi-konduksi yang akan menyebabkan
pemanasan yang berlebihan dan merusakan peralatan. Berbagai contoh ini
menunjukkan bahwa dalam hampir tiap cabang keteknikan dijumpai masalah
perpindahan panas yang tidak dapat dipecahkan dengan penalaran
termodinamika saja, tetapi memerlukan analisa yang didasarkan pada ilmu
perpindahan panas.
Secara umum ada tiga cara perpindahan panas yang berbeda yaitu :
konduksi (conduction; dikenal dengan istilah hantaran), radiasi (radiation)

dan konveksi (convection; dikenal dengan istilah ilian). Jika kita berbicara
secara tepat, maka hanya konduksi dan radiasi dapat digolongkan sebagai
proses perpindahan panas, karena hanya kedua mekanisme ini yang
tergantung pada beda suhu.
Sedang

konveksi,

tidak

secara

tepat

memenuhi

definisi

perpindahan panas, karena untuk penyelenggaraanya bergantung pada


transport massa mekanik pula. Tetapikarena konveksi juga menghasilkan
pemindahan energi dari daerah yang bersuhu lebih tinggi ke daerah yang
bersuhu lebih rendah, maka istilah perpindahan panas dengan cara konveksi
telah diterima secara umum. Pada makalah ini kita akan membahas lebih jauh
tentang perpindahan kalor secara konduksi.

II.STUDY LITERATUR
Pada dasarnya konduksi adalah pemindahan panas tanpa disertai
perpindahan bagian-bagian zat perantaranya, dimana energi panasnya dipindahkan
dari satu molekul ke molekul lain dari benda tersebut. Contohnya pemindahan

panas melalui sepotong besi. Untuk lebih jelasnya mekanisme peristiwa konduksi
dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
T2

T1

Gambar 1.1 Aktifitas molekul pada perpindahan panas konduksi

Harga

T1 T2

sehingga partikel-partikel yang berada dekat dengan

T1

akan bergerak secara acak (berputar dan bergetar) dan saling bertabrakan dengan
partikel yang lainnya sehingga akan terjadi perpindahan energi yaitu berupa panas
dari

T1

ke

T2

.
T

qx "

T1

T(x)
T2
L

Besarnya

dinyatakan dalam bentuk Heat Flux

q"

laju
W

m2

perpindahan

panas

dapat

) yaitu perpindahan panas per

satuan luas, yang arahnya tegak lurus dengan luasan dan besarnya sebanding
dengan gradien temperaturnya.

Gambar 1.2 Perpindahan panas konduksi satu dimensi

Secara umum besarnya nilai perpindahan panas adalah :


qn " k

dT
dn

dalam arah x adalah :


q x " k

dT
dx

mK

k adalah properties yang disebut sebagai konduktifitas thermal


Tabel 1-1: Orde Besaran Konduktivitas Termal k.

Dengan asumsi steady state conditions, distribusi temperatur pada


konduksi adalah linier sehingga distribusi temperatur dapat dinyatakan :
dT T2 T1

dx
L
q" k

T2 T1
L

q" k

T1 T2
T
k
L
L

.............................................................................(1)

Heat Rate konduksi pada plane wall dengan luasan A adalah

q q" A

(Watt).

Kemampuan suatu material untuk menyimpan energi panas adalah volumetric

cp J m K
3

heat capacity

. Kebanyakan solid dan liquid merupakan media

penyimpan energi yang bagus yang mempunyai harga angka perbandingan heat

cp 1MJ m K
3

capaity

sedangkan gas merupakan media penyimpan energi

cp 1 J m K
3

panas yang kurang bagus

Rasio thermal conductivity terhadap heat capacity disebut sebagai thermal


diffusifity (

):

k
cp

m s
2

..................................................................................(2)

Heat Diffusion Equaton :

Koordinat Kartesian

Gambar 1.3 differential control volume

dx, dy, dz

q x
dx
x
q y
qy
dy
y
q
q z z dz
z

q x dx q x
q y dy
q z dz

.................................................................................(3)

Bentuk umum konservasi energi adalah :

E in E g E out E st

...................................................................................(4)

Dengan :

E g q dxdydz
q

..........................................................................................(5)
W

= energi bangkitan per unit volume (

T
E st cp
dxdydz
t

m3

...........................................................................(6)

Persamaan (5), (6) disubstitusi ke persamaan (4) :


q x q y q z q dxdydz q x dx q y dy q z dz cp

T
dxdydz
t

...............(7)

Substitusi persamaan (3) :

q y
q x
q
T
dx
dy z dz q dxdydz cp
dxdydz
x
y
z
t

...............................(8)

Karena laju perpindahan panas konduksi adalah :


T
x
T
q y k dxdz
y
T
qz k dxdy
z
qx k dydz

.......................................................................................(9)

Maka substitusi (9) ke (8) :


T
T
T
T
k
k
k
q cp
x x y y z z
t

.....................(10)

Koordinat Silindris :

Gambar 1.4 differential control volume

dr , rd , dz

T
1 T
T

q" kT i
j
k
r
z
r
qr" k

T
r

q"

k T
r

1
T
1 T
T
T
k
k
kr
2
q cp
r r
r r z z
t

q z" k

T
r

..........................(11)

10

T1
T2
qx
x

x=L

Tahanan Thermal :

Plane Wall

Gambar 1.5 Perpindahan panas Konduksi Satu dimensi

Rt , cond

T1 T2
L

qx
kA

.............................................................................(12)

A. Konduksi Keadaan Tunak Satu Dimensi


Persamaan dasar untuk menganalisis panas konduksi adalah Hukum
Fourier,yang mana didasarkan pada pengamatan eksperimen :
Dimana : qn = flux panas (W/m2)
kn= Konduktifitas termal (W/m.K)
T/n = Gradien temperatur (K/m)
Dinding yang berbentuk geometri sederhana
Membahas konduksi panas keadaan tunak (stedy state) melalui
sistem yang sederhana dimana suhu dan aliran panas merupakan fungsi
dari satu koordinat saja.
1. Dinding Datar
Perhatikan suatu dinding datar, dimana menerapkan hukum
Fourier. Jika persamaan diatas dintegrasikan, maka akan didapatkan :

11

Jika konduktifitas termal berubah menurut hubungan linier dengan suhu,


seperti k = ko(1 +T), maka persamaan aliran kalor menjadi :

2. Silinder berlubang.
Aliran panas radial dengan cara konduksi melalui silinder berpenampang
lingkaran yang berlubang merupakan satu lagi soal konduksi satu-dimensi
yang besar arti pentingnya dalam praktek. Contoh yang khas adalah
konduksi melalui pipa dan melalui isolasi pipa. Jika silinder itu homogen
dan cukup panjang sehingga pengaruh ujungujungnya dapat diabaikan dan
suhu permukaan-dalamnya konstan pada Ti sedangkan suhu luarnya
dipertahankan seragam pada To maka dari persamaan sebelumnya laju
konduksi panasnya adalah :

Untuk silinder berlubang, luasnya merupakan fungsi jari-jari dan

Dimana radalah jari-jari dan lpanjang silinder. Maka laju aliran panas
dengan cara konduksi dapat dinyatakan sebagai

12

Gambar 1-6 Sketsa yang melukiskan nomenklatur untuk konduksi melalui silinder
berlubang.

Pemisahan variabel-variabel dan integrasi antara Topada ro dan Ti pa dari


menghasilkan

Menyelesaikan untuk qk menghasilkan

Dengan analogi terhadap kasus dinding datar dan hukum Ohm, tahanan
termal silinder berlubang adalah

13

Untuk penggunaan-penggunaan tertentu adalah bermanfaat untuk membuat


persamaan ini kita mempersamakan ruas-ruas kanan Pers. 2-1 dan 2-6,
tetapi dengan menggunakan L=(ro-ri), tebal melalui mana panas
berkonduksi, dan A=. Hal ini menghasilkan

Dari persamaan ini adalah

Luas disebut luas rata-rata logaritmik. Maka laju konduksi panas melalui
silinder berpenampang lingkaran yang berlubang dapat dinyatakan sebagai

3. Struktur Komposit

Dinding komposit.Gb. 1-7 menunjukkan dinding komposit dari jenis yang


khas dipergunakan pada tanur yang besar. Lapisan dalam yang
bersinggungan dengan gas-gas yang bersuhu tinggi terbuat dari bahan tahan
api.
Lapisan antaranya terbuat dari bata isolasi menyusul lapisan luar dari bata
merah biasa. Ti ialah suhu gas-gas panas dan

adalah konduktansi

permukaan satuan pada permukaan dalam. To ialah udara disekitar tanur


dari adalah konduktansi permukaan satuan pada permukaan luar.

14

Gb. 1-7 . Distribusi suhu dan rangkaian termal untuk aliran panas melalui
dinding datar komposit seri.
Dengan syarat-syarat ini akan terjadi aliran panas seara terus menerus dari
gas-gas panas melalui dinding ke sekitarnya. Karena aliran panas melalui
luas A yang tertentu sama besarnya untuk bagian dinding yang manapun,
maka
kita peroleh

Atau

Dalam banyak penerapan praktek, dijumpai kombinasi lintasan-lintasan


aliran panas yang terhubung seri dan yang terhubung parallel, Contoh hal
yang seperti itu adalah dinding komposit yang ditunjukkan dalam Gb.2-4.
Untuk bagian dinding yang tingginya b1+b2

15

konduktansinya adalah

Per panjang - satuan dinding, konduktansi satuan keseluruhan U dari


permukaan ke permukaan adalah

Gb.1-8 Rangkaian termal untuk dinding komposit parallel-seri

Silinder konsentrik.Aliran panas radial melalui silinder-silinder konsentrik


yang konduktivitas termalnya berbeda-beda dijumpai pada instalasi industri.
Contoh yang khas dari soal demikian adalah pipa yang diisolasi, dengan
fluida panas yang mengalir di dalamnya, dan bersinggungan dengan zat
yang lebih dingin di luarnya. Jika pipa tersebut relative panjang, maka aliran
panas melalui dinding akan terjadi dalam arah radial. Dalam keadaan studi,
laju aliran panas melalui tiap bagian sama besarnya dan diberikan oleh

16

Gambar 1-9. Sketsa yang melukiskan nomenklatur dinding silinder


komposit
Maka rumus yang dihasilkan untuk laju aliran panas melalui dua silinder
yang konsentrik menjadi

Atau

17

Diamana

III. Metode Penelitian


1. Peralatan kerja
a. Digital thermometer
b. Sepeda Motor A
c. Sepeda Motor B
d. Stopwatch
2. Langkah kerja.
a. Menyiapkan Peralatan Kerja
b. Menghidupkan sepeda motor A (250 cc) dan B (110 cc)
c. Menyalakan thermometer dan mengukur suhu ruangan.
d. Memasukkan thermocouple kedalam exhaust Motor A dan melihat hasil
pada thermometer
e. Melakukan langkah d pada sepeda motor B.
f. Melakukan langkah d dan e sebanyak 5 x.
g. Melakukan comparasi hasil pengukuran
3. Data hasil pengukuran

18

Motor A Bagian Dalam

Motor B Bagian Dalam

Motor A Bagian Luar


Luar

Motor B Bagian

Suhu Ruang

19

IV. Hasil Pembahasan

20

Anda mungkin juga menyukai