Anda di halaman 1dari 37

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA Nama : Vika Dwi Wulandari

FAKULTAS TEKNIK NPM/Semester : 18031010174 / V


UPN “VETERAN” JAWA TIMUR Romb./Group : III / D
NPM/Teman Praktek : 18031010186 / Ari Suwito R
Praktikum : OPERASI TEKNIK KIMIA II
Percobaan : HEAT EXCHANGER
Tanggal : 8 DESEMBER 2020
Pembimbing : Ir. Caecilia Pudjiastuti, MT
DRAFT

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Heat excanger (alat penukar panas) menjadi media yang memindahkan
panas antar fluida dengan temperatur berbeda. Dimana, panas dari fluida bersuhu
tinggi menuju fluida yang bersuhu rendah dan sebaliknya. Heat exchanger sangat
dibutuhkan dalam dunia industri berskala besar atau kecil. Penggunaan heat
exchanger berskala besar seperti powerplant dapat menghemat pemakaian energi,
dan mengurangi penggunaan bahan bakar sehingga dapat menekan biaya
produksi. Oleh karena itu, pentingnya memahami fenomena perpindahan panas
dan mengaplikasikan dalam indusrtri maka diperlukan praktikum Heat exchanger.
I.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara kerja Heat exchanger pada bidang industri
2. Untuk menentukan koefisien perpindahan panas secara keseluruhan (Ud)
dalam pipa double pipe heat exchanger
3. Untuk mengetahui prinsip kerja Heat exchanger
I.3. Manfaat
1. Agar praktikan dapat memahami operasional alat penukar panas
2. Agar praktikan mampu mendesain double pipe heat exchanger
3. Agar praktikan dapat memahami faktor yang mempengaruhi percobaan
Heat exchanger
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Secara Umum


Heat exchanger atau alat penukar panas  adalah suatu peralatan dimana
terjadi perpindahan panas dari suatu fluida yang mempunyai temperatur yang
lebih tinggi ke fluida lain yang temperaturnya lebih rendah, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dalam hal ini Heat exchanger digunakan sebagai
pemanas pendahuluan sebelum crude oil masuk dalam furnace dengan
menggunakan residu sebagai media pemanasnya. Hal ini diperhitungkan untuk
menghemat biaya dalam penyediaan bahan bakar furnace. Heat exchanger ini juga
bisa berfungsi untuk menurunkan temperature dari solar sebelum masuk ke cooler.
Apabila heat exchanger tersebut telah dioperasikan beberapa waktu, maka akan
terjadi penurunan unjuk kerja dari alat tersebut. Penurunan unjuk kerja bisa jadi
disebabkan oleh terbentuknya kerak, korosi, kebocoran, maupun aliran fluida
yang menyebabkan friksi terhadap dinding alat. Penurunan kinerja ini bisa dilihat
dari parameter-parameter seperti pressure drop tinggi, serta dirt factor (Rd)
melebihi harga yang diizinkan. Heat exchanger yang digunakan adalah tipe shell
and tube, dimana shell dilalui oleh fluida panas (residu) sedangkan tube di lalui
oleh fluida dingin (crude oil).
II.2 Macam – macam perpindahan panas dan fenomena dalam percobaan
Heat exchanger
Ada 3 macam cara perpindahan panas dan dapat digambarkan
seperti dibawah ini

Gambar 1. Perpindahan panas


A. Perpindahan panas secara konduksi
Mekanisme perpindahan panas yang terjadi pada Gambar 1,
dengan suatu aliran atau rambatan proses dari suatu benda yang
bertemperature lebih tingginke benda yang bertemperature lebih
rendah atau dari suatu benda kebenda lain dengan kontak langsung.
Dalam aliran panas konduksi, perpindahan energi terjadi karena
hubungan molekul secara langsung tanpa adanya perpindahan molekul
yang cukup besar. Bila molekul – molekul di satu daerah memperoleh
energi kinetik rata – rata yang lebih besar daripada energi kinetik yang
dimiliki oleh molekul - molekul disekitarnya, sebagaimana yang
diwujudkan pada benda yang berbeda suhu, maka molekul – molekul
yang memiliki energi lebih besar tersebut akan memindahkan sebagian
energinya ke molekul – molekul didaerah yang bersuhu rendah.
Rumus dari perpindahan panas secara konduksi :
Q kA ∆ T
=
t l ……………………………….(1)
Keterangan :
Q = kalor (joule)
K = Koefisien Konduksi (konduktifitas termal)
t = Waktu (sekon)
A = Luas Penampang (m2)
L = Panjang Logam (m)
T = Suhu (K)
B. Perpindahan panas secara konveksi
Mekanisme perpindahan panas yang terjadi pada Gambar 1, dari
satu benda ke benda yang lain dengan perantaraan benda itu sendiri.
Perpindahan panas konveksi ada 2 macam Konveksi alami adalah
perpindahan molekul dalam zat yang dipanaskan karena perbedaan
densitas. Konveksi paksa yaitu perpindahan panas konveksi yang
berlangsung dengan bantuan tenaga lain. Contohnya yaitu, Pergerakan
udara pada peristiwa perpindahan konveksi dengan sumber panas pada
salah satu sudutnya.
Rumus dari perpindahan panas secara konduksi :
Q
=hA ∆ T …………………………….(2)
t
Keterangan :
Q = Kalor (joule)
h = Koefisien Konveksi
t = Waktu (s)
A = Luas Penampang (m2)
T = Suhu (K)

(Setyoko, 2008).
C. Perpindahan panas secara radiasi
Perpindahan panas radiasi adalah proses di mana panas memancar
dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila dua
benda itu terpisah di dalam ruang hampa. Energi panas yang melalui
ruang hampa tersebut dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Bila
energi radiasi menimpa suatu bahan, maka hal yang akan terjadi adalah
sebagian radiasi dipantulkan, sebagian diserap dan sebagian
diteruskan.
Rumus perpindahan oanas secara radiasi :
Q
P= =eσA T 4 ……………………….(3)
t
Keterangan :
P = Daya Radiasi/Energi Radiasi setiap waktu (watt)
Q = Kalor (joule)
t = waktu (s)
e = Emisivitas Bahan
A = Luas Penampang (m2)
T = Suhu (K)
σ =Konstranta stefan boltzmann ¿)
Terdapat juga fenomena Heat exchanger yang dapat dilihat pada alat
boiler. Prinsip kerja boiler sebenarnya cukup sederhana sama seperti pada saat
kita sedang mendidihkan air menggunakan panci. Proses pendidihan air tersebut
akan selalu diiringi proses perpindahan panas yang melibatkan bahan bakar,
udara, material wadah air, serta air itu sendiri. Proses perpindahan panas ini
mencakup tiga jenis perpindahan panas yang sudah sangat kita kenal yakni
konduksi, konveksi, dan radiasi. Pada boiler pipa air di atas misalnya, sumber
panas didapatkan dari pembakaran bahan bakar di dalam furnace. Energi panas ini
sebagian akan terpancar secara radiasi ke pipa-pipa evaporator sehingga
memanaskan pipa-pipa tersebut. Panas yang terserap oleh permukaan pipa akan
secara konduksi berpindah ke sisi permukaan dalam pipa. Di dalam pipa, mengalir
air yang terus-menerus menyerap panas tersebut. Proses penyebaran panas antar
molekul air di dalam aliran ini terjadi secara konveksi. Perpindahan panas
konveksi antar molekul air, seakan-akan menciptakan aliran fluida tersendiri
terlepas dengan aliran air di dalam pipa-pipa boiler.
(Wardhani, 2015)
II.2.1 Heat exchanger dan Pengaplikasiannya
Penukar panas adalah alat yang digunakan untuk mentransfer panas
antara satu atau lebih cairan. Cairan dapat dipisahkan oleh dinding kokoh untuk
mencegah pencampuran atau mungkin langsung kontak. Mereka banyak
digunakan dalam pemanas ruang, pendinginan,AC, pembangkit listrik, pabrik
kimia, pabrik petrokimia, kilang minyak bumi, gas alam pengolahan, dan
pengolahan limbah. Contoh klasik dari file penukar panas ditemukan di mesin
pembakaran internal di dimana fluida yang bersirkulasi dikenal sebagai aliran
pendingin mesin melalui kumparan radiator dan udara mengalir melewati
kumparan, yang mendinginkan pendingin dan memanaskan udara yang masuk.
Urutan referensi dalam teks berjalan harus sesuai dengan daftar referensi di akhir
makalah. (Stephenraj, 2020)
Penukar kalor merupakan peralatan yang sangat penting dan banyak
digunakan dalam industri pengolahan, sedemikian rupa sehingga rancangannya
pun sudah sangat berkembang. Standar-standar yang telah di susun dan diterima
oleh Standards of the Turbulen Exchangers Manufactures Association (TEMA).
Sudah ada dan meliputi perancangan dan dimensi dari penukar kalor.
(McCabe,1994)
Salah satu tolak ukur yang menentukan pemilihan suatu jenis penukar
panas adalah kemampuannya untuk memindahkan panasyang bai, yang pada
umumnya disebut efektivitas dan elisiensi energi supaya tidak banyak membuang
dan menghamburkan waktu. Untuk satu ukuran penukar panas yang digunakan,
maka efektivitas dan efisiensi energi yang tinggi akan menunjukkan semakin
banyaknya fluks panas dan waktu yang digunakan akan lebih efisiens dan panas
yang dapat dipindahkan per satuan massa fluida akan bagus. Sehingga upaya
untuk mengembangkan suatu rancangan penukar panas yang memberikan
efektivitas perpindahan panas tinggi senantiasa menjadi lebih baik dan menjadi
sebuah topik litbang di berbagai lembaga riset, universitas ataupun industri dunia.
Contohnya :
1. Telah dilakukan desain sebuah penukar kalor jenis pipa ganda (double
pipe heat exchanger) untuk memanaskan air. Alat ini didesain untuk
dipergunakan sebagai alat uji laboratorium fenomena dasar mesin.
2. Mesin internal dimana air sebagai pendingin yang mengalir dalam sebuah
pipa, sehingga air mendinginkan mesin, dan memanaskan udara yang
masuk
II.2.2 Rumus Utama Perhitungan Dalam Design Heat exchanger
1. Koefisien Perpindahan Panas global dan Fouling Factor

1 1 1
= = =R
U A s U i Ai U o A o
Do
ln( )
1 Di 1 ..................................(4)
R= + +
h i Ai 2 πkL h o A o
Keterangan :
U = koefisien perpindahan panas global (W/m2.K)
Ui = koefisien perpindahan panas bagian dalam (W/m2.K)
Uo = koefisien perpindahan panas bagian luar (W/m2.K)
As = luas permukaan perpindahan panas total (m2)
Ai = luas permukaan perpindahan panas bagian dalam (m2)
Ao = luas permukaan perpindahan panas bagian luar (m2)
hi = koef perpindahan panas konveksi bagian dalam (W/m.K)
ho = koef perpindahan panas konveksi bagian luar (W/m.K)
Do = diameter luar tube (m)
Di = diameter dalam tube (m)
k = konduktivitas termal bahan tube (W/m. K)
L = panjang tube (m)
2. Laju Perpindahan Panas Aktual
Q act =C h .(T h 1−T h 2)…………………………..(5)
Atau
Qact =C c .(T c 2−T c1 )…………………………...(6)

Keterangan :
Qact = laju perpindahan panas aktual (W)
Ch = laju kapasitas panas fluida panas (W/K)
Cc = laju kapasitas panas fluida dingin (W/K)
Th1 = temperatur fluida panas masuk heat exchanger (K)
Th2 = temperatur fluida panas keluar heat exchanger (K)
Tc1 = temperatur fluida dingin masuk heat exchanger (K)
Tc2 = temperatur fluida dingin keluar heat exchanger (K)
3. Laju Kapasitaas Panas

C h=ṁh . cph…………………………..(7)
Atau
C h=ṁh . cpc …………………………..(8)
Keterangan :
Ch = laju kapasitas panas fluida panas (W/K)
Cc = laju kapasitas panas fluida dingin (W/K)
ṁh = laju aliran massa fluida panas (kg/s)
ṁc = laju aliran massa fluida dingin (kg/s)
4. Laju Perpindahan Panas Maksimal
Q max =C min .(T ¿ ¿ h1−T c 1 )¿………………………...(9)

Keterangan :
Qmax = laju perpindahan panas maksimal (W)
Cmin = nilai terkecil di antara nilai Ch dan Cc (W/K)
Th1 = temperatur fluida panas masuk heat exchanger (K)
Tc1 = temperatur fluida dingin masuk heat exchanger (K)
5. Perbedaan Temperatur Rata-Rata (LMTD)
Perbedaan temperatur rata-rata (LMTD) adalah untuk menentukan
nilai perbedaan temperature yang terjadi dalam alat penukar kalor.

( T 2−t 2 )−( T 1−t 1 )


LMTD=
( T 2−t 2 ) …………………………(10)
ln
[
( T 1−t 1 ) ]
Keterangan :
c
6. Neraca Panas
Untuk mengetahui besarnya panas yang dapat ditransfer dari fluida
panas ke fluida dingin pada Heat exchanger dilakukan perhitungan dengan
menggunakan rumus :
Q=W . C p . ( ∆ T )=w . c p .( ∆t ) ..................................... (11)
Keterangan :
(Notasi huruf besar untuk fluida panas dan notasi huruf kecil untuk fluida
dingin)
Q = Laju perpindahan kalor (Btu/jam)
w = Massa fluida (lb/jam)
cp = Kapasitas panas (Btu/lb °F)
∆T = Perbedaan suhu (°F)
7. Faktor Koreksi (FT) untuk Perhitungan LMTD
FT dihitung karena di dalam tube terjadi perubahan arah aliran.
Sebagai contoh pada 1 shell pass, 2 atau lebih tube passes merupakan
gabungan antara aliran searah dan berlawan arah. Dengan demikian, pada
1 shell pass, 2 atau lebih tube passes jika dihitung LMTD untuk counter-
current, faktor koreksi FT harus dihitung. Pada 1 shell pass, 2 atau lebih
tube passes, FT > 0,75. Jika FT < 0,75 maka menggunakan 2 shell pass, 4
atau lebih tube passes. Untuk menentukan perbedaan temperatur yang
sebenarnya (∆T) :
∆ T =LMTD × F T ........................................................ (12)
Nilai faktor koreksi (FT) untuk jenis 1 shell pass, 2 atau lebih tube
passes digambarkan dalam sebuah grafik dengan S dan R sebagai
parameter.
Gambar II-8. Grafik Faktor Koreksi LMTD untuk 1 shell pass, 2
atau lebih tube passes

8. Temperatur Kalorik
Nilai temperatur kalorik akan berbeda jika liquida yang digunakan
dari fraksi minyak bumi maupun hidrokarbon. Kedua liquida tersebut
harus dihitung dengan menggunakan grafik dibawah ini :

Gambar II-9. Grafik Temperatur Kalorik


9. Luas Penampang Perpindahan Panas
Luas penampang perpindahan panas dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
A=π D L....................................................... (13)
Keterangan :
A = Luas penampang perpindahan panas (ft2)
D = Diameter dalam pipa (ft)
L = Panjang pipa Heat exchanger (ft)
10. Koefisiensi Perpindahan Panas pada Pipa Kotor (UD)
Penukar kalor yang baik adalah penukar kalor yang memiliki nilai
koefisien perpindahan panas (U) yang besar. Penukar kalor yang telah
digunakan cukup lama menyebabkan terbentuknya kotoran di bagian
dalam dan di bagian luar pipa.
Q
U D= ........................................... (14)
A ∆ LMTD
Keterangan :
UD = Koefisiensi perpindahan panas pipa kotor (BTU ft2 °F/jam)
Q = Laju perpindahan kalor (BTU/jam)
A = Luas penampang perpindahan panas (ft2)
∆LMTD = Perbedaan temperature rata- rata logaritma (°C atau °F)

Standar Ud untuk Heat Exchanger dengan fluida panas dan fluida dingin
bisa dilihat di buku kern hal 840 table 8
Tabel 1. Approximate Overall Design Coefficients Values Include
total dirt factors of 0.003 and allowable pressure drops of 5 to 10 psi on the
controlling stream coolers
Hot fluid Cold fluid Overall UD
Water Water 250-500§
Ammonia Water 250-500§
Aqueous solutions Water 250-500§
Light organics* Water 75-150
Medium organics† Water 50-125
Heavy organics ‡ Water 5-75||
Gases Water 2-50¶
Water Brine 100-200
Light organics Brine 40-100
Heaters
Hot fluid Cold fluid Overall UD
Steam Water 200-700§
Steam Methanol 200-700§
Steam Ammonia 200-700§
Steam Aqueous solutions:  
Steam Less than 2.0 cp 200-700
Steam More than 2.0 cp 100-500§
Steam Light organics 100-200
Steam Medium organics 50-100
Steam Heavy organics 6-60||
Steam Gases 5-50¶
Exchangers
Hot fluid Cold fluid Overall UD
Water Water 250-500§
Aqueous solutions Aqueous solutions 250-500§
Light organics Light organics 40-75
Medium organics Medium organics 20-60
Heavy organics Heavy organics 10-40||
Heavy organics Light organics 30-60
Light organics Heavy organics 10-40¶

11. Penurunan Tekanan (Pressure Drop)


Pressure drop adalah penurunan tekanan maksimal yang
diperbolehkan dalam Heat exchanger apabila suatu fluida melaluinya.
Semakin besar penurunan tekanan dengan bertambahnya fouling factor
pada Heat exchanger. Umumnya, besarnya pressure drop yang
diperbolehkan untuk setiap aliran fluida untuk satu kali proses adalah 5
sampai 10 psi.
12. Faktor Pengotor (Fouling Factor)
Fouling factor adalah hambatan perpindahan panas karenan adanya
endapan-endapan pada Heat exchanger. Fouling factor dipengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu jenis fluida, temperature, jenis material tube, kecepatan
aliran, serta lamanya operasi.
Rd =Rdi + Rdo.................................................. (15)
Keterangan :
Rd = Faktor pengotor total
Rdi = Faktor pengotor untuk inner pipe pada diameter dalam
Rdo = Faktor pengotor untuk annulus pada diameter luar
(Kern, 1983)
II.2.3 Jenis Heat exchanger
Menurut Bentuknya :

1. Double Pipe Heat exchanger


Gambar 2. double pipe exchanger
Pada umumnya untuk memanaskan cairan proses, dan uap biasanya
digunakan untuk tujuan ini, meskipun di kilang minyak, oli resirkulasi
panas berfungsi, Pendingin yang sama digunakan untuk mendinginkan
cairan proses, tujuan air. media pendingin utama. Kondensor adalah
pendingin yang tujuan utamanya adalah menghilangkan panas laten,
bukan panas sensibel. Tujuan reboiler adalah untuk menyuplai
kebutuhan panas dari proses distilasi sebagai panas laten. Bagian dari
peralatan ini adalah penukar pipa ganda yang ditunjukkan pada
Gambar 2. Bagian utama adalah dua set pipa konsentrie, dua Tees
penghubung, dan kepala kembali dan tikungan kembali. Pipa bagian
dalam didukung di dalam pipa luar dengan kelenjar pengemas, dan
fluida memasuki pipa bagian dalam melalui sambungan berulir yang
terletak di luar bagian penukar. Tees memiliki nozel atau sambungan
sekrup yang terpasang padanya dengan benar. untuk memungkinkan
masuk dan keluarnya cairan annulus yang melintasi dari satu kaki ke
kaki lainnya melalui kepala kembali. Dua panjang pipa bagian dalam
dihubungkan oleh tikungan balik yang biasanya terbuka dan tidak
memberikan permukaan perpindahan panas yang efektif. Alat penukar
panas jenis ini dapat digunakan pada laju alir fluida yang kecil dan
tekanan operasi yang tinggi. (Kern, 1983)
2. Shell and Tube
Shell and tube merupakan jenis heat exchanger yang populer dan
lebih banyak digunakan. Shell and tube terdiri dari sejumlah tube yang
terpasang didalam shell yang berbentuk silindris. Terdapat dua fluida
yang mengalir, dimana satu fluida mengalir di dalam tube, dan yang
lainnya mengalir diluar tube.
Berdasar fungsinya :
Heat exchanger dapat dibagi menjadi beberapa tipe berdasarkan
fungsional dan jenis permukaan perpindahan panasnya. Pembagian tipe
heat exchanger secara fungsional diantaranya recuperative type,
regenerative atau storage type, dan direct mixing type.
1. Recuperative type: Ini adalah tipe yang umum digunakan, panas yang
dipertukarkan antara cairan yang dipisahkan oleh sebuah penghalang.
2. Regenerative or storage type: Dalam hal ini beberapa bahan dipanaskan
oleh fluida panas. Kemudian aliran fluida panas dihentikan. Cairan
dingin sekarang mengalir di atas padatan panas dan menjadi panas.
Jenis ini digunakan untuk pemanas udara di pembangkit uap. Jenis ini
juga digunakan dalam pemanas matahari rumah.
3. Direct mixing type : Dalam hal ini cairan bercampur dan mencapai suhu
yang sama. Jenis ini jarang digunakan.
(Kothandaraman, 2006)
II.2.4 Jenis Aliran Pada Heat exchanger
Pada umumnya tipe heat exchanger dibedakan menjadi 4 menurut aliran
fluidanya, yaitu:
1. Pararel Flow, merupakan tipe HE dimana fluida panas dan dingin
masuk pada ujung yang sama, mengalir dengan arah yang sama dan
berakhir pada ujung yang sama pula.
2. Counter Flow, merupakan tipe HE yang fluida panas dan dingin masuk
pada ujung yang berlawanan, mengalir secara berlawanan arah dan
berakhir pada ujung yang berlawanan arah pula.
3. Cross Flow, aliran fluida melintang atau tegak lurus.
4. Gabungan antara ke dua atau ketiga tipe diatas.
(Aidilsyah,2004)

II.2.5 Keuntungan dan Kerugian Heat exchanger Double Pipe dan Shell and
Tube
1. Double Pipe Heat Exchanger
Keuntungan Double pipe Heat Exchanger adalah dalam aliran pusaran yang
kompleks di sisi cangkang menyebabkan turbulensi maksimum untuk
meningkatkan perpindahan panas, saat turbulensi sisi tabung yang kuat dicapai
bahkan pada viskositas tinggi dan kecepatan rendah, memilii efektivitas dapat
ditingkatkan. Kekurangannya antara lain, pembukaan yang benar harus disediakan
untuk memasukkan dan melepas lembaran yang belokan aliran di dalam panas
saluran, karena turbulensi di dalam saluran fluida panas, maka kecepatan air panas
akan menjadi lebih banyak, sulitnya dalam mengoperasikan sistem pada laju
aliran yang lebih tinggi (Simhadri, 2015)
2. Shell and Tube Heat Exchanger
Penukar panas Shell and Tube banyak digunakan dalam industri proses seperti
di unit kilang Minyak proses kimia besar. Keuntungan menggunakan shell and
tube yakni mudah mentransfer panas dengan dua aliran proses, terdapat alat buffle
yang digunakan untuk mengalihkan aliran, menopang dan memperoleh koefesien
panas lebih tinggi, serta mampu menahan tekanan yang tinggi. Kekurangan:
meliputi biaya pembuatan, perawatan, dan pemasangan yang mahal (Elankavi,
2018)
(Kern, 1983)
II.3 Faktor- Faktor yang mempengaruhi laju perpindahan kalor
1. Koefisien Konveksi Q, nilainya bergantung pada bentuk dan kedudukan
permukaan
2. Luas permukaan A, makin besar luas permukaan makin cepat perpindahan
kalor
3. Beda Suhu, makin besar beda suhu makin cepat perpindahan kalor
(Stephenraj, 2020)
II.4 Sifat Bahan
II.4.1 Air
A. Sifat fisika
1. Berwujud cair
2. Tidak berbau
3. Tidak berasa
4. Tidak berwarna
5. Titik didih 100OC
6. Titik lebur 0OC  
B. Sifat kimia
1. Rumus molekul H2O
2. Berat molekul 18,0153 g/mol
3. Tidak mudah terbakar
4. Tidak beracun
(Perry,1985 “Water”)
C. Fungsi : sebagai media pertukaran panas dalam heat exchanger
II.5 Hipotesa
Pada praktikum heat exchanger ini suhu yang berbeda secara signifikan
akan menghasilkan hasil yang maksimal. Semakin besar variasi laju alir maka
semakin besar pula koefisien perpindahan panas yang didapatkan.
II.6 K3 Alat Heat exchanger Pada Skala industri
Langkah-langkah keamanan yang Anda pilih dengan cermat mungkin tidak
efektif jika operator Anda tidak tahu apa yang harus dilakukan jika terjadi
keadaan darurat. Tindakan keamanan harus didukung oleh sistem manajemen
yang tepat yang menangani faktor-faktor seperti :
1. Operasi dan keadaan darurat
2. Konsultasi dengan karyawan
3. Pelatihan dan pengawasan operator
4. Pemeliharaan peralatan
5. Pengendalian modifikasi
Terdapat alat pelindung diri yang wajib digunakan,antara lain :
1. Pelindung wajah ( face shield) : digunakan untuk melindungi muka dari
panas, api, dan percikan material panas.
2. Kacamata ( safety glasses) : digunakan untuk melindungi mata dari
percikan larutan kimia atau debu.
3. Sepatu ( closed toe and closed heel) : berfungsi untuk melindungi kaki dari
benturan atau tertimpa benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan
panas atau dingin, uap panas, bahan kimia berbahaya ataupun permukaan
licin serta melindungi ketika larutan atau bahan kimia yang tumpah.
4. Safety Gloves : digunakan untuk Melindungi tangan dari ceceran larutan
kimia yang bisa membuat kulit gatal atau melepuh.

(Hse,2014)
BAB III
PELAKSAAN PRAKTIKUM

III.1. Bahan
1. Air
III.2. Alat
1. Gelas Ukur
2. Piknometer
3. Thermometer
4. Stopwatch
5. Satu unit alat Single Pass Double Pipe Heat exchanger
III.3. Gambar Alat

Piknometer Stopwatch

Term
ometer Gelas Ukur
III.3.1 Rangkaian Alat

8 7 9
T1 6 6 t1
7
T2 6
t2 7
6 7 6
4
6

2 3
5 5

1
Keterangan :
1. Api Pemanas
2. Tangki Air Panas
3. Tangki Air Pendingin
4. Manometer
5. Pump / Pompa
6. Valve / Kran
7. Thermometer
T1 = Suhu Tinggi Hot Fluid
T2 = Suhu Rendah Hot Fluid
t1 = Suhu Tinggi Cold Fluid
t2 = Suhu Rendah Cold Fluid
Warna Merah = Aliran Panas ( Hot Fluid )
Warna Biru = Aliran Dingin ( Cold Fluid )
III.4. Prosedur

Panaskan air dalam tangki penampung


air panas sehingga temperature
tertentu
Isi pipa air dan hilangkan gelembung
– gelembung udara dari pipa
manometer,alirkan air melalui bagian dalam
pipa pada laju alir yang diinginkan

Alirkan air panas kedalam bagian shell


pada tekanan tertentu.

Setelah aliran dan temperature konstan


(tercapai keadaan steady), lakukan pengamatan
dengan variabel putaran kran air pendingin
dan putaran air panas untuk data –  data berikut
selama waktu 5 detik

1. Volume air dingin yang keluar


2. Pembacaan manometer.
3. Temperature air pendingin atau air panas
masuk dan keluar.
4. Tekanan air panas.

Ulangi percobaan dengan variasi laju alir dan


temperature umpan air panas. Hitung koefisien
perpindahan panas keseluruhan dari data
setiap run
DAFTAR PUSTAKA

Aidilsyah, 2004, Tipe – Tipe Heat exchanger, Universitas Sumatra Utara.


Kern, D.Q, 1983, Process Heat Transfer, New York, McGraw Hill Book
Company.
Kothandraman, C.P, 2006, Heat and Mass Transfer, New Delhi, New Age
International.
McCabe, 1994, Unit Operation of Chemical Engineering, 7th edition, McGraw-
Hill, New York.
Perry, R.H., 1985, Perry’s Chemical Engineer’s Handbook, 6th edition, Mc. Graw
Hill Company Inc, New York, London, Tokyo, Toronto.
Setyoko, Bambang, 2008, ‘Evaluasi Kinerja Heat exchanger dengan Metode
FoulingFaktor’, Jurnal Teknik Kimia, Vol.2 hh 11.
Stephenraj, 2020, ‘Design And Analysis of Heat exchanger for Maximum Heat
Transfer Rate’, Jurnal of Engineering, Vol.1, No.24 hh 1
Sudrajat, Jajat, 2017, ‘Analisis Kinerja Heat exchanger Shell & Tube Pada Sistem
COG Booster di Intregrated Steel Mill Krakatau’, Jurnal Teknik Mesin,
Vol. 06, No.3 hh 175-177.
Wardhani, Veronica, 2015, ‘Prediksi Karakterisitik Termofluida Proses
Perpindahan Panas di Dalam Ruang Bakar Incinerator’, Jurnal Teknologi
Nuklir Terapan.

Anda mungkin juga menyukai