Anda di halaman 1dari 9

Heat Engine

(Charles law)

Dosen Pengampu : Dr. Frida Ulfah Ermawati, M.Sc.


Mata kuliah : Termodinamika

Disusun Oleh
Katarina sanca (22030184034)

Kelompok: 9

Kelas: PFA 2022

JURUSAN FISIKA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Praktikum mengenai heat engine dengan mengacu pada Charles's Law memiliki
relevansi yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pemahaman
tentang bagaimana mesin-mesin panas bekerja. Heat engine adalah perangkat yang
digunakan untuk mengubah panas menjadi kerja mekanis, dan pemahaman tentang
hukum-hukum termodinamika, termasuk Charles's Law, adalah kunci untuk mendesain
dan memahami kinerja mesin-mesin panas ini. Dalam aplikasi sehari-hari, kita dapat
menghubungkan konsep ini dengan berbagai aspek, seperti mesin kendaraan bermotor,
pemanas ruangan, dan mesin pembangkit listrik, di mana prinsip-prinsip termodinamika,
termasuk hubungan antara volume dan suhu, digunakan untuk meningkatkan efisiensi
dan kinerja.
Ketika kita memahami kaitan antara Charles's Law dan heat engine, kita dapat
melihat dampaknya pada efisiensi perangkat-perangkat yang kita gunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam kendaraan bermotor, pemahaman tentang
perubahan volume dan suhu dalam mesin pembakaran internal sangat penting dalam
mengoptimalkan efisiensi bahan bakar. Praktikum ini membantu mahasiswa memahami
prinsip-prinsip dasar yang mendasari teknologi yang kita andalkan sehari-hari dan
memberikan wawasan tentang bagaimana kita dapat mengurangi penggunaan energi
dan meningkatkan efisiensi dalam berbagai aspek kehidupan kita. Berdasarkan latar
belakang tersebut maka praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis
pengaruh suhu terhadap volume pada tekanan konstan, dan menganalisis cara
pembuktikan tekanan bersifat konstan dalam percobaan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh suhu air panas terhadap volume silinder dibawah piston
pada tekanan air panas yang konstan ?
2. Bagaimana cara membuktikan tekanan air panas bersifat konstan dalam
percobaan ?

1.3. Tujuan
1. Menganalisis pengaruh suhu air panas terhadap volume silinder dibawah
piston pada tekanan air panas yang konstan.
2. Menganalisis cara pembuktikan tekanan air panas bersifat konstan dalam
percobaan.

1.4. Manfaat
1. Dapat menganalisis pengaruh suhu air panas terhadap volume silinder
dibawah piston pada tekanan air panas yang konstan.
2. Dapat menganalisis cara pembuktikan tekanan air panas bersifat konstan
dalam percobaan.

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Heat engine (Mesin Panas)


Mesin kalor atau mesin panas adalah suatu mesin yang mengubah energi termal
untuk melakukan kerja mekanik atau mengubah tenaga kimia bahan bakar menjadi
tenaga mekanis. Energi diperoleh dari proses pembakaran, proses pembakaran juga
mengubah energi tersebut yang terjadi didalam dan diluar mesin kalor (Kiyaku dan
Murdhana, 1998).

Ditinjau dari cara memperoleh energi thermal ini, mesin kalor dapat dibagi
menjadi dua golongan, yaitu:
1. Mesin pembakaran luar (external combustion engine).
2. Mesin pembakaran dalam (internal combustion engine).

Pada mesin pembakaran luar, proses pembakaran terjadi diluar mesin. Energi
thermal dari gas hasil pembakaran dipindahkan ke fluida kerja mesin melalui beberapa
dinding pemisah. Contohnya mesin uap. Semua energi yang diperlukan oleh mesin itu
mula-mula meninggalkan gas hasil pembakaran yang tinggi temperaturnya. Melalui
dinding pemisah kalor atau ketel uap, energi itu kemudian masuk kedalam fluida kerja
yang kebanyakan terdiri dari air atau uap. Dalam proses ini temperatur uap dan dinding
ketel harus jauh lebih rendah dari pada temperatur gas hasil pembakaran itu untuk
mencegah kerusakan material ketel. Dengan sendirinya tinggi temperatur fluida kerja,
jadi efisiensinya juga sangat dibatasi oleh kekuatan material yang dipakai.
Mesin pembakaran dalam pada umumnya dikenal dengan nama motor bakar. Mesin
pembakaran dalam dapat dikelompokan menjadi:
1. Motor bakar piston.
2. Sistem turbin gas.
3. Propulsi pancar gas.
Proses pembakaran berlangsung didalam motor bakar itu sendiri sehingga gas
pembakaran yang terjadi sekaligus berfungsi sebagai fluida kerja. Jenis mobil atau
kendaraan didasarkan atas mekanisme pembakaran yang digunakan dibedakan
menjadi 2 (dua) yaitu motor diesel dan motor bensin.

Mesin panas yang digambarkan secara skematis pada Gambar 2.1.1. Dibawah ini,
menggambarkan mesin apa saja yang mampu mengubah panas yang dipasok menjadi
kerja mekanik. Sebagai input, mesin menyerap sejumlah panas Qh dari sumber energi
bersuhu tinggi, yang dijaga pada suhu Th. Panas Qh dapat diubah menjadi kerja
mekanis W oleh mesin. Rugi-rugi kalor/panas (baca: panas yang tak dikonversi menjadi
kerja) keluar dari mesin sebagai limbah produk.

3
Gambar 2.1.1. Mesin Panas (Heat Engine)
(Sumber: Rokhman,2021)

Rugi kalor Ql dilepaskan kembali ke reservoir bersuhu rendah, yang dipertahankan


pada nilai konstan Tl < Th. Dari sudut pandang konsep ini, sumber energi, atau reservoir
panas, cukup besar energinya sehingga suhunya tidak berubah karena panas dibuang
atau ditambahkan.
Dalam konteks mesin otomotif, Qh menggambarkan panas yang dihasilkan dengan
membakar bahan bakar di ruang bakar mesin; W adalah kerja mekanik yang terkait
dengan rotasi dan torsi poros engkol mesin; dan Ql adalah panas yang menghangatkan
blok mesin dan dikeluarkan dari pipa knalpot. Pengalaman kami sehari-hari adalah
bahwa mesin tidak dapat mengkonversi semua energi panas yang dipasok menjadi
kerja mekanik, dan sebagian kecil dari panas itu terbuang dan dilepaskan ke lingkungan
(Rokhman,2020).
Panas dipindahkan ke engine pada suhu pembakaran bensin, diberi notasi Th
pada Gambar 2.1.1, dan panas yang terbuang Ql dilepaskan pada suhu yang lebih
rendah yakni Tl. Seperti yang diterapkan pada pembangkit listrik, Qh adalah panas yang
dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar seperti batu bara, minyak, atau gas alam.
Energi yang dilepaskan oleh pembakaran digunakan untuk menghasilkan listrik, tetapi
pabrik juga mengembalikan limbah panas ke atmosfer melalui menara pendingin atau
ke sungai atau danau terdekat. Dengan W dianggap sebagai output mesin panas yang
bermanfaat, semua sistem termal dan energi seperti ini memiliki karakteristik dimana
panas yang dipasok tidak dapat dikonversi seluruhnya menjadi kerja yang bermanfaat.
Efisiensi Mesin Panas (Heat Engine) Efisiensi dapat ditingkatkan dengan
memaksimalkan perbedaan antara saluran masuk panas dan suhu knalpot dingin fluida
kerja selama siklus panas. Efisiensi juga dikurangi dengan kerugian gesekan ketika
mesin berputar dilibatkan oleh energi yang dikonsumsi pada tahap kompresi dan oleh
energi pemompaan dalam I.C.E. Kebanyakan sistem konversi energi adalah sistem
multi-tahap sehingga kinerja sistem secara keseluruhan juga bergantung pada faktor
lain seperti efisiensi pembakaran bahan bakar yang digunakan untuk menghasilkan
panas dan efisiensi, atau kerugian, faktor-faktor ini tidak bergantung pada, dan
tambahan pada. Siklus panas dasar (Carnot) fluida kerja Efisiensi Carnot mewakili
kesempumaan dan bukan ukuran yang baik untuk membandingkan kinerja sistem
konversi energi aktual. Sistem real sangat beragam sehingga tidak ada standar teoritis
sederhana untuk perbandingan yang ada selain menghubungkan keluaran energi aktual
dari sistem dengan kandungan kalori bahan bakar yang digunakan (Isyadini,2019).

4
2.2. Hukum Charles
Hukum fisika Charles, atau lebih dikenal sebagai Hukum Charles’s Law,
menggambarkan hubungan antara volume gas dan suhu dalam kondisi tetap tekanan.
Hukum ini dinamakan menurut ilmuwan fisika Prancis, Jacques Charles, yang
mempelajari perilaku gas pada abad ke-18.
Hukum Charles menyatakan bahwa volume gas yang dipegang konstan akan
berbanding lurus dengan suhu dalam skala termometer Celsius atau Kelvin. Dengan
kata lain, jika suhu gas meningkat, maka volumenya juga akan meningkat, dan
sebaliknya, jika suhu gas menurun, volumenya juga akan menurun, asalkan tekanan
tetap. Secara metematis ditulis sebagai berikut:

V~T

Atau

… (2.1)
Keterangan:
V = volume gas
T = suhu mutlak
K = konstanta

Secara verbal, hukum ini dapat diungkapkan sebagai berikut:


“Pada kondisi tekanan yang konstan, volume gas akan berbanding lurus dengan
suhu gas dalam skala Celsius atau Kelvin.”

Gas bisa menjadi padat atau cair sebelum mendekati nol mutlak. Namun, jika
memanaskan gas dalam jumlah besar maka akan menyebabkan volumenya meningkat
secara besar-besaran.

Rumus menghitung volume gas setelah terjadi perubahan suhu:

. …. (2.2)

Di mana:
V₁ : volume awal gas,
T₁ : suhu awal gas dalam skala Celsius atau Kelvin,
V₂ : volume akhir gas setelah perubahan suhu,
T₂ : suhu akhir gas setelah perubahan suhu.

Dengan kata lain, jika suhu gas meningkat (T₂ > T₁), maka volumenya juga akan
meningkat (V₂ > V₁), dan sebaliknya, jika suhu gas menurun (T₂ < T₁), volumenya juga
akan menurun (V₂ < V₁), asalkan tekanan tetap.

Hukum Charles bila digambarkan dalam sebuah grafik akan diperoleh seperti dibawah
ini
5
Gambar 2.2.1. Grafik hukum charles
(Sumber:www.vedantu.com)

2.3. Gas Ideal


Gas ideal merupakan suatu zat yang jarak antara satu partikel dengan partikel
lainnya sangat jauh dibandingkan dengan ukuran partikel-partikelnya. Sehingga ukuran
partikel-partikelnya dapat diabaikan. Partikel-partikel tersebut selalu bergerak dengan
acak dan tidak teratur (Puspita,2021).

Sifat-sifat gas ideal adalah sebagai berikut:


a. Gas ideal terdiri dari partikel-partikel yang disebut molekul-molekul dalam jumlah
besar. Molekul ini dapat berupa atom maupun kelompok atom.
b. Ukuran partikel gas dapat diabaikan terhadap ukuran wadah
c. Setiap partikel gas selalu bergerak dengan arah sembarang (acak) dengan berbagai
kelajuan.
d. Partikel gas terdistribusi merata pada seluruh ruangan dalam wadah.
e. Gerakan partikel gas memenuhi Hukum Newton tentang gerak.
f. Setiap tumbukan yang terjadi (baik tumbukan antar molekul maupun tumbukan
molekul dengan dinding) dianggap tumbukan lenting sempurna dan terjadi pada waktu
yang sangat singkat.
Persamaan gas ideal adalah persamaan yang menjelaskan terkait hubungan antara
tekanan dan volume pada gas dengan temperatur dan jumlah mol gas. Rumus gas ideal
ini didasari dari ketiga hukum yang sudah dibahas di atas. Berikut ini persamaan umum
gas ideal

PV = nRT …. (2.3)

Dimana,
P = tekanan (Pa)
V = volume (m3)
n = jumlah mol (mol)
T = suhu gas (K)
R = tetapan umum gas (8,314 J/mol K)

6
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


1. Heat Engine (1buah)
2. Tabung konektor utama (1buah)
3. Sensor suhu pasco (1buah)
4. Katup tertutup (1buah)
5. Tubing dan karet stopper (1buah)
6. Sekrup pengunci (1buah)
7. Wadah (berisi air panas) (1buah)
8. Tabung termal (1buah)
9. Tab (1buah)
10. Air (secukupnya)

3.2. Gambar Percobaan

Gambar 3.2.1 percobaan heat engine (Charles law)


( Sumber: Buku panduan Eksperimen, 2023 )

Keterangan gambar:
1. Mesin panas
2. Tabung Konektor Utama
3. Stopcock Valve (katup tertutup)
4. Tabung dan Stopper Karet Stopper
5. Sensor Suhu PASCO
6. Sekrup Pengunci
7. Tabung Termal
8. Wadah berisi air panas

3.3. Variabel Percobaan


Variabel kontrol: Tekanan atmosfer, diameter piston (m), jenis air
Variabel Manipulasi: Suhu air panas (°)
Variabel respon: Volume (m³), posisi piston (m)

7
3.4. Langkah Percobaan
Langkah pertama melepaskan sekrup dari dudukan penjepit batang. Menempatkan
mesin panas pada sisinya sehingga silinder berada horisontal. mengendorkan sekrup
pengunci agar piston dapat bergerak bebas masuk dan keluar. Memulai dengan piston
di posisi paling bawah (pada 0 milimeter). Pada posisi horizontal, gaya yang bekerja
pada platform massa Mesin Panas adalah tekanan atmosfer dan konstan sepanjang
rentang gerak piston (dari 0 hingga sekitar 75 mm). Posisi piston menggunakan skala
metrik di sisi silinder. Kemudian memasang pipa konektor utama ke port konektor
pelepas cepat pada Mesin Panas. Lalu menambahkan stopcock katup ke sisi luar,
kemudian katup ditutup pada stopcock. Langkah selanjutnya memasang pipa sumbat
karet dengan kuat ke ujung pipa utama. Lalu menghubungkan Sensor Suhu PASCO ke
perangkat komputasi. Menyiapkan wadah berisi air panas. Memasukkan probe sensor
ke dalam air panas, tetapi ujung probe tidak dibiarkan menyentuh bagian bawah wadah.
Kemudian dapat menjalankan perangkat lunak pengumpulan data PASCO dan
mengatur tampilan untuk melihat suhu. Mencatat suhu dan posisi piston untuk Volume
dalam silinder tergantung pada posisi piston dan luas permukaan piston. Menempatkan
tabung termal ke dalam wadah berisi air panas. Setelah piston didorong ke posisi
terjauh, oleh udara yang mengembang dari kaleng termal, mencatat suhu dan posisi
piston. Mendokumentasikan data yang muncul pada layar tab.

8
Daftar Pustaka

Isyadini, dias. 2019. Heat Engine. Universitas Lampung.

Puspita,lani. 2021. Modul Gas Ideal. Institut Teknologi Sumatera.

Rokhman,taufik. 2020. Mesin Panas. Jurusan Teknik Mesin Unisma Bekasi.

Yaswaki Kiyaku dan DM. Murdhana.1998. Teknik Praktis Merawat Sepeda Motor.
Bandung Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai