(Charles law)
Disusun Oleh
Katarina sanca (22030184034)
Kelompok: 9
JURUSAN FISIKA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Menganalisis pengaruh suhu air panas terhadap volume silinder dibawah
piston pada tekanan air panas yang konstan.
2. Menganalisis cara pembuktikan tekanan air panas bersifat konstan dalam
percobaan.
1.4. Manfaat
1. Dapat menganalisis pengaruh suhu air panas terhadap volume silinder
dibawah piston pada tekanan air panas yang konstan.
2. Dapat menganalisis cara pembuktikan tekanan air panas bersifat konstan
dalam percobaan.
2
BAB II
DASAR TEORI
Ditinjau dari cara memperoleh energi thermal ini, mesin kalor dapat dibagi
menjadi dua golongan, yaitu:
1. Mesin pembakaran luar (external combustion engine).
2. Mesin pembakaran dalam (internal combustion engine).
Pada mesin pembakaran luar, proses pembakaran terjadi diluar mesin. Energi
thermal dari gas hasil pembakaran dipindahkan ke fluida kerja mesin melalui beberapa
dinding pemisah. Contohnya mesin uap. Semua energi yang diperlukan oleh mesin itu
mula-mula meninggalkan gas hasil pembakaran yang tinggi temperaturnya. Melalui
dinding pemisah kalor atau ketel uap, energi itu kemudian masuk kedalam fluida kerja
yang kebanyakan terdiri dari air atau uap. Dalam proses ini temperatur uap dan dinding
ketel harus jauh lebih rendah dari pada temperatur gas hasil pembakaran itu untuk
mencegah kerusakan material ketel. Dengan sendirinya tinggi temperatur fluida kerja,
jadi efisiensinya juga sangat dibatasi oleh kekuatan material yang dipakai.
Mesin pembakaran dalam pada umumnya dikenal dengan nama motor bakar. Mesin
pembakaran dalam dapat dikelompokan menjadi:
1. Motor bakar piston.
2. Sistem turbin gas.
3. Propulsi pancar gas.
Proses pembakaran berlangsung didalam motor bakar itu sendiri sehingga gas
pembakaran yang terjadi sekaligus berfungsi sebagai fluida kerja. Jenis mobil atau
kendaraan didasarkan atas mekanisme pembakaran yang digunakan dibedakan
menjadi 2 (dua) yaitu motor diesel dan motor bensin.
Mesin panas yang digambarkan secara skematis pada Gambar 2.1.1. Dibawah ini,
menggambarkan mesin apa saja yang mampu mengubah panas yang dipasok menjadi
kerja mekanik. Sebagai input, mesin menyerap sejumlah panas Qh dari sumber energi
bersuhu tinggi, yang dijaga pada suhu Th. Panas Qh dapat diubah menjadi kerja
mekanis W oleh mesin. Rugi-rugi kalor/panas (baca: panas yang tak dikonversi menjadi
kerja) keluar dari mesin sebagai limbah produk.
3
Gambar 2.1.1. Mesin Panas (Heat Engine)
(Sumber: Rokhman,2021)
4
2.2. Hukum Charles
Hukum fisika Charles, atau lebih dikenal sebagai Hukum Charles’s Law,
menggambarkan hubungan antara volume gas dan suhu dalam kondisi tetap tekanan.
Hukum ini dinamakan menurut ilmuwan fisika Prancis, Jacques Charles, yang
mempelajari perilaku gas pada abad ke-18.
Hukum Charles menyatakan bahwa volume gas yang dipegang konstan akan
berbanding lurus dengan suhu dalam skala termometer Celsius atau Kelvin. Dengan
kata lain, jika suhu gas meningkat, maka volumenya juga akan meningkat, dan
sebaliknya, jika suhu gas menurun, volumenya juga akan menurun, asalkan tekanan
tetap. Secara metematis ditulis sebagai berikut:
V~T
Atau
… (2.1)
Keterangan:
V = volume gas
T = suhu mutlak
K = konstanta
Gas bisa menjadi padat atau cair sebelum mendekati nol mutlak. Namun, jika
memanaskan gas dalam jumlah besar maka akan menyebabkan volumenya meningkat
secara besar-besaran.
. …. (2.2)
Di mana:
V₁ : volume awal gas,
T₁ : suhu awal gas dalam skala Celsius atau Kelvin,
V₂ : volume akhir gas setelah perubahan suhu,
T₂ : suhu akhir gas setelah perubahan suhu.
Dengan kata lain, jika suhu gas meningkat (T₂ > T₁), maka volumenya juga akan
meningkat (V₂ > V₁), dan sebaliknya, jika suhu gas menurun (T₂ < T₁), volumenya juga
akan menurun (V₂ < V₁), asalkan tekanan tetap.
Hukum Charles bila digambarkan dalam sebuah grafik akan diperoleh seperti dibawah
ini
5
Gambar 2.2.1. Grafik hukum charles
(Sumber:www.vedantu.com)
PV = nRT …. (2.3)
Dimana,
P = tekanan (Pa)
V = volume (m3)
n = jumlah mol (mol)
T = suhu gas (K)
R = tetapan umum gas (8,314 J/mol K)
6
BAB III
METODE PERCOBAAN
Keterangan gambar:
1. Mesin panas
2. Tabung Konektor Utama
3. Stopcock Valve (katup tertutup)
4. Tabung dan Stopper Karet Stopper
5. Sensor Suhu PASCO
6. Sekrup Pengunci
7. Tabung Termal
8. Wadah berisi air panas
7
3.4. Langkah Percobaan
Langkah pertama melepaskan sekrup dari dudukan penjepit batang. Menempatkan
mesin panas pada sisinya sehingga silinder berada horisontal. mengendorkan sekrup
pengunci agar piston dapat bergerak bebas masuk dan keluar. Memulai dengan piston
di posisi paling bawah (pada 0 milimeter). Pada posisi horizontal, gaya yang bekerja
pada platform massa Mesin Panas adalah tekanan atmosfer dan konstan sepanjang
rentang gerak piston (dari 0 hingga sekitar 75 mm). Posisi piston menggunakan skala
metrik di sisi silinder. Kemudian memasang pipa konektor utama ke port konektor
pelepas cepat pada Mesin Panas. Lalu menambahkan stopcock katup ke sisi luar,
kemudian katup ditutup pada stopcock. Langkah selanjutnya memasang pipa sumbat
karet dengan kuat ke ujung pipa utama. Lalu menghubungkan Sensor Suhu PASCO ke
perangkat komputasi. Menyiapkan wadah berisi air panas. Memasukkan probe sensor
ke dalam air panas, tetapi ujung probe tidak dibiarkan menyentuh bagian bawah wadah.
Kemudian dapat menjalankan perangkat lunak pengumpulan data PASCO dan
mengatur tampilan untuk melihat suhu. Mencatat suhu dan posisi piston untuk Volume
dalam silinder tergantung pada posisi piston dan luas permukaan piston. Menempatkan
tabung termal ke dalam wadah berisi air panas. Setelah piston didorong ke posisi
terjauh, oleh udara yang mengembang dari kaleng termal, mencatat suhu dan posisi
piston. Mendokumentasikan data yang muncul pada layar tab.
8
Daftar Pustaka
Yaswaki Kiyaku dan DM. Murdhana.1998. Teknik Praktis Merawat Sepeda Motor.
Bandung Pustaka Setia.