Anda di halaman 1dari 64

i

MATA PELAJARAN

THERMODINAMIKA

TUJUAN PELAJARAN : Setelah mengikuti pelajaran Thermodinamika peserta


diharapkan mampu memahami prinsip thermodinamika
yang mendasari pembangkitan

DURASI : JP

PENYUSUN : MM

Simple Inspiring Performing Phenomenal ii


DAFTAR ISI

SAMBUTAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR BUKU PELAJARAN iv
1. Definisi Termodinamika 1
2. Satuan Dasar Termodinamika 4
3. HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA 6
3.1 Sifat Intensif dan Sifat Ekstensif 7
4. Tipe-tipe Energi 9
4.1. Energi Potensial 10
5. Hukum Kekekalan Energi – Neraca Energi 15
6. Kapasitas Panas Uap, Cairan, dan Padatan 17
6.1. Panas Penguapan, Sensibel, Superheat dan Pembakaran 17
7. Uap (Air) Jenuh dan Tingkat Kekeringannya 22
7.1. Uap (Air) Basah 23
7.2. Uap Kering 24
8. Penggunaan Tabel Uap 24
9. Definisi Hukum Kedua Termodinamika 29
9.1. Proses Termodinamika 30
9.2. Aplikasi Hukum I & II Termodinamika pada PLTU 30
9.3. Siklus Rankine Aktual 36
10. PROSES PERPINDAHAN PANAS 37
10.1. Radiasi 38
10.2. Konveksi 38
10.3. Konduksi 39
11. ISOLASI TERMAL 40
11.1. Macam-macam Isolasi Termal 41
11.2. Pemilihan Bahan - Bahan Isolasi 41

Simple Inspiring Performing Phenomenal iii


11.3. Isolasi Jalur Uap Dan Kondensat 44
11.4. Ketebalan Ekonomis Isolasi (KEI) 45
11.5. Menghitung Kehilangan Panas – Metodologi 46

Simple Inspiring Performing Phenomenal iv


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hubungan antara P dan V.........................................................................................................2


Gambar 2. Kompresi gas alam untuk aplikasi turbin gas...........................................................................3
Gambar 3. Kompresi gas alam untuk aplikasi penggunaan rumah tangga................................................3
Gambar 4. Ilustrasi Hukum I Termodinamika.............................................................................................6
Gambar 5. Batas – Batas Daerah Tekanan..................................................................................................8
Gambar 6. Thermometer............................................................................................................................8
Gambar 7. Perjanjian tanda......................................................................................................................11
Gambar 8. Piston menekan gas................................................................................................................11
Gambar 9. Diagram P-V dan kerja pada gas dalam silinder.....................................................................12
Gambar 10. Titik triple H2O.......................................................................................................................17
Gambar 11. Titik Triple dalam Diagram P – T untuk air............................................................................19
Gambar 12. Hubungan temperatur dan panas yang ditambahkan..........................................................20
Gambar 13. Diagram fase Entalpi - Temperatur.......................................................................................21
Gambar 14. Siklus uap Carnot..................................................................................................................30
Gambar 15. Diagram T – S siklus Carnot...................................................................................................30
Gambar 16. Siklus Rankine Ideal..............................................................................................................32
Gambar 17. Layout fisik Siklus Rankine....................................................................................................32
Gambar 18. Siklus Rankine dengan Superheated.....................................................................................34
Gambar 19. Skema PLTU dengan Regenerative........................................................................................35
Gambar 20. Siklus Rankine dengan Regenerative....................................................................................35
Gambar 21. Deviasi Siklus Uap Aktual dari Siklus Rankine Ideal.............................................................36
Gambar 22. Konveksi panas pada sirkulasi air dalam ketel.....................................................................38
Gambar 23. Perpindahan panas konduksi................................................................................................38
Gambar 24. Kehilangan panas dari 1 meter pipa yang tidak diisolasi pada berbagai Diameter Pipa.....43
Gambar 25. Penentuan Ketebalan Ekonomis Bahan Isolasi.....................................................................44

Simple Inspiring Performing Phenomenal v


THERMODINAMIKA

1. Definisi Termodinamika

Termodinamika merupakan topik ilmu teknik yang terkait dengan ilmu “gerak” (dynamics) dan /
atau transformasi “panas” (thermo) dan energi menjadi bentuk energi lainnya. Aliran energi
adalah hal yang sangat penting bagi ahli teknik yang terlibat di dalam desain produksi
pembangkit listrik dan industri proses. Beberapa contoh analisa yang didasarkan pada ilmu
termodinamika sebagai berikut:
 Perpindahan energi dari bahan bakar minyak yang terbakar keluar dari suatu burner ke
air fasa likuid pada alat perpindahan panas seperti boiler.
 Perubahan energi termal yang terkandung di dalam gas panas suatu mesin otomotif
menjadi energi mekanikal yang dinamakan sebagai “kerja” (work) pada roda-roda
kendaraan.
 Konversi energi kimia yang terkandung di dalam bahan bakar menjadi energi termal
pada alat pembakaran (combustor).
Termodinamika memberikan pemahaman kita mengenai sifat alamiah dan derajat perubahan
energi, sehingga ilmu ini bisa dipelajari, dipahami dan diterapkan pada dunia kerja kita,
pembangkit listrik. Termodinamika bisa memberikan pemahaman pada kondisi-kondisi seperti
sebagai berikut:
 Penentuan sifat sistem yang bervariasi dengan membatasi (dibuat konstan/tetap) sifat
tertentu:
o Variasi temperatur (T) dan tekanan (P) di dalam tungku bakar tertutup yang
mana penambahan panas bisa ditentukan. Pembatasan yang diberlakukan untuk
proses ini adalah volume tungku (V) dibuat tetap dan yang berhubungan dengan
sifat sistem yang mana bisa berubah-ubah adalah T dan P.
o Diperlukan penentuan variasi T dan P dengan suatu volume V pada suatu mesin
mobil. Selama berlangsungnya kompresi udara (lihat Gambar 1), jika tidak ada
panas yang hilang, dapat ditunjukkan bahwa PV1,4 ≈ konstanta. Note: ɤ = Cp/Cv.
Untuk proses isentropik dan adiabatik, ɤ = 1,4.
Gambar 1. Hubungan antara P dan V

 Sebaliknya, untuk variasi sifat sistem tertentu, pertimbangan desain akan membutuhkan
pembatasan yang diberlangsungkan pada suatu sistem sebagai berikut:
o Sebuah turbin gas membutuhkan udara bertekanan pada ruang bakar (lihat
Gambar 2) untuk menyalakan dan membakar bahan bakar. Berdasarkan
analisa termodinamika, dapat disusun cara optimal supaya kompresor dapat
bekerja dengan “hilang panas” (heat loss) nyaris nihil.
Gambar 2. Kompresi gas alam untuk aplikasi turbin gas

o Selama kompresi gas alam, temperatur harus dijaga konstan (lihat Gambar 3) .
Oleh karena itu, dibutuhkan pemindahan panas yaitu dengan cara pendinginan
oleh air.

Gambar 3. Kompresi gas alam untuk aplikasi penggunaan rumah tangga

 Selain itu, termodinamika juga dapat dimanfaatkan dalam penentuan tipe proses
sehingga didapatkan optimal dalam penggunaan sumber daya:
o Untuk memanaskan bangunan industri selama musim dingin, suatu pilihan harus
diambil, apakah dengan cara membakar gas alam atau pun dengan cara
melibatkan penggunaan panas yang terbuang dari pembangkit listrik. Pada
kasus ini, sebuah analisa termodinamika akan membantu dalam pembuatan
keputusan yang rasional.
o Lalu pada penentuan “kerja minimum” (minimum work) selama proses kompresi
gas alam, apakah sebaiknya proses tersebut dilakukan tanpa kehilangan panas
atau kah sebaiknya cukup dengan menjaga temperatur supaya konstan dengan
cara mendinginkan kompresor? Ini dapat dijawab dengan analisa termodinamika.

2. Satuan Dasar Termodinamika


Kuantitas dasar yang penting di dalam kalkulasi termodinamika adalah waktu (time), panjang
(length), massa (mass), gaya (force), dan temperatur (temperature). Ada beberapa sistem
satuan yang digunakan oleh ahli teknik:
 Sistem English(British): digunakan selama beberapa dekade
 Sistem CGS (centimeter, gram, and second): digunakan selama beberapa abad
 Sistem SI (Systѐme International): disepakati oleh Kongres Amerika Serikat untuk
menggantikan Sistem Inggris di akhir 1980-an

SI English

Waktu detik atau sekon (s) second (s), hour (h)

Panjang meter (m) foot (f)

Massa kilogram (kg) pound-mass (lbm)

Gaya newton (N) pound-force (lbf)

o
Temperatur kelvin (K) F, oR

Tabel 1. Daftar Unit (Satuan) SI dan Sistem English

Pada buku ini, kita gunakan sebagian besar satuan menggunakan SI dan sebagian kecil
menggunakan Sistem English. Sebagai pengecualian, satuan temperatur yakni derajat Celsius
(oC) akan lebih sering digunakan.
SI English

Luas (Area) meter persegi (m2) kaki persegi (ft2)

Densitas (Density) kilogram per meter kubik (kg/m3) massa pound per kaki kubik
(lbm/ft3)
Energi (Energy/Heat) joule (J) British thermal unit (Btu)

Daya (Power) watt (W) Btu per time

Tekanan (Pressure) newton per meter persegi (N/m2) gaya pound per kaki persegi
atau pascal (Pa) (lbf/ft2)

Tabel 2. Daftar Unit Turunan SI dan Sistem English

Untuk memperoleh pemahaman besaran berbagai unit, konversi beberapa kuantitas umum dari
Sistem English ke SI dapat dilihat pada Tabel 3.

1 jam = 3.600 s (oF + 460) / 1,8 = K

1 ft = 0,3048 m 1 ft2 = 9,2903 x 10-2 m2

1 lbm = 0,4536 kg 1 lbm/ft3 = 16,018 kg/m3

1 lbf = 4,4482 N 1 Btu/h = 0,2931 W

1 Btu = 1,0551 x 103 J 1 lbf/ft2 = 0,4788 Pa

Tabel 3. Konversi Satuan Sistem English ke SI

Contoh:

Sebuah proses dilakukan pada kondisi 700 K dan 2.050 kPa dan mengkonsumsi energi 10 J.
Supervisor Anda hanya memahami satuan Sistem English. Tolong Anda konversikan nilai-nilai
tersebut ke Sistem English!
Jawaban:

3. HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA


Rudolf Julius Emanuel Clausius, seorang ilmuwan Jerman bidang fisika dan matematika sekitar
tahun 1850 menyimpulkan hukum pertama termodinamika dengan pernyataan tunggal: “Die
Energie der Welt ist konstant.” Energi di dunia ini adalah konstan.Bab ini akan diupayakan
untuk mengembangkan hukum tersebut menjadi beberapa cara sehingga praktis bagi
perhitungan para ahli teknik. Hukum kekekalan energi mengatakan bahwa : Energi tidak dapat
diciptakan dan dimusnahkan melainkan hanya dapat diubah menjadi energi dalam bentuk lain.
Dalam proses perubahan energi dari bentuk ke bentuk yang lain, ternyata tidak seluruh energi
dapat diubah menjadi bentuk energi yang diinginkan. Sebagai contoh, bila kita mengubah
energi panas menjadi energi listrik, ternyata kita hanya dapat memperoleh energi listrik sekitar
80% dari energi panas. Meskipun demikian, bukan berarti energi yang lain hilang begitu saja
melainkan berubah menjadi energi lain yang tidak kita inginkan.
Contoh :
Jika kalor sebanyak 2000 Joule ditambahkan pada sistem, sedangkan system melakukan kerja
1000 Joule, berapakah perubahan energi dalam sistem ?
Gambar 4. Ilustrasi Hukum I Termodinamika

Jawaban :
Sistem mendapat tambahan kalor (sistem menerima energi) sebanyak 2000 Joule. Sistem juga
melakukan kerja (sistem melepaskan energi) 1000 Joule. Dengan demikian, perubahan energi
sistem = 1000 Joule

3.1 Sifat Intensif dan Sifat Ekstensif

Secara umum Sifat Termodinamika dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu Intensif dan
Ekstensif (Intensive and Extensive Properties ) . Sifat Termodinamika Intensif berlaku
independen terhadap besaran massa . Sedangkan besaran sifat Termodinamika Ekstensif
bergantung langsung pada massa. Temperatur, tekanan, volume spesifik dan kerapatan adalah
contoh Sifat Termodinamika Intensif. Massa dan volume total merupakan contoh Sifat
Termodinamika Ekstensif
3.1.1 Tekanan

Tekanan atau pressure adalah gaya per satuan area (luasan) permukaan nyata atau imajiner ,
yang dilakukan oleh suatu zat , dengan arah tegak lurus / vertikal. Bila tekanan diukur relatif
terhadap kondisi hampa sempurna , tekanan tersebut dinamai tekanan absolut (psia). Bila
diukur relatif terhadap kondisi tekanan atmosfir (14.7 psi), dinamai tekanan ukur (pressure
gauge, psig). Skala pressure gauge lah yang dikembangkan dan digunakan lebih lanjut karena
hampir seluruh pressure gauge dinyatakan nol pada tekanan udara luar. Karena itu, pressure
gauge atau tekanan-ukur, mengukur perbedaan tekanan antara tekanan dari suatu zat / fluida
dengan tekanan udara luar.
Bila tekanan berada dibawah tekanan udara luar (atmospheric pressure), kondisi tersebut
dinyatakan sebagai keadaan vakum . Keadaan vakum sempurna berkaitan dengan tekanan nol
absolut (zero absolut pressure). Harga dari tekanan absolut adalah positip semuanya , harga
negatip akan menyatakan kondisi peregangan ( tension ) yang dalam hal ini tak mungkin terjadi
bagi suatu zat atau fluida.

Pabs = Patm + Pgauge


Pabs = Patm - Pvac
Dimana :
 Pabs : Tekanan absolute
 Patm : Tekanan atmosfer
 Pgauuge : Tekanan alat ukur
 Pvac : Tekanan vacuum

Gambar 5. Batas – Batas Daerah Tekanan

3.1.2 Temperatur

Temperatur merupakan besaran ukuran aktivitas molekul dari suatu benda, lebih cepat gerakan
molekulnya , makin tinggi temperatur nya . Secara relatif dapat dikatakan seberapa “ kalornya “
atau “ dinginnya” suatu benda itu . Tetapi harus diingat bahwa antara temperatur dan panas
(heat) tidak boleh dicampur –adukkan.
Gambar 6. Thermometer

Dua macam skala ukuran temperatur yang umumnya digunakan untuk mengukur
temperatur adalah derajat Fahrenheit dan derajat Celcius. Skala derajat ini didasarkan angka
pertambahan antara titik beku dan titik didih dari air pada kondisi tekanan atmosfir udara luar .
Ukuran derajat Celcius terbagi atas 100 titik skala , sedangkan ukuran derajat Fahrenheit
mempunyai 180 titik skala. Hubungan derajat skala Celcius dan derajat Fahrenheit dapat
dinyatakan dalam persamaan :
0
F = 32.0 + ( 9 / 5 ) C
0

0
C = ( F – 32.0 ) x ( 5 / 9 )
0

Dimana :
0
 F : Temperatur Fahrenheit
0
 C : Temperatur Celcius

4. Tipe-tipe Energi
Energi terbagi atas beberapa tipe: energi eksternal akibat posisi atau energi potensial, energi
eksternal akibat gerak atau energi kinetik, energi instrinsik suatu bagian material atau energi
internal, dan energi akibat proses pada suatu sistem atau “panas” (heat) dan “kerja” (work).

4.1. Energi Potensial

Energi potensial didefinisikan sebagai energi suatu kandungan objek akibat dari posisinya di
atas bidang referensi. Sebagai contoh, ada benda dengan massa m digantung pada ketinggian
z meter diatas permukaan tanah yang dijadikan sebagai bidang referensi. Energi potensial
didefinisikan sebagai mgz, dimana g adalah percepatan gravitasi (9,8 m/s2). Oleh karena itu,
energi potensial memiliki unit (kg)(m/s2)(m), atau N.m. Seorang penerjun dengan massa 80 kg
berdiri pada suatu platform penerjunan ketinggian 10 m akan memiliki energi potensial setara
dengan (80)(9,8)(10), atau 7480 N.m. Energi ini independen terhadap temperatur dan tekanan.

4.1.1 Energi Kinetik

Energi kinetik dapat didefinisikan sebagai sejumlah energi eksternal suatu material yg
dihasilkan dari gerak. Oleh karena itu, jika massa m bergerak dengan kecepatan v, energi
kinetiknya adalah sebesar m(v2/2). Satuannya sama dengan yang dimiliki energi potensial,
kg(m2/s2), atau N.m. Oleh karena itu, penerjun yang sedang berdiri di atas platform penerjunan
tidak memiliki energi kinetik. Akibat dia terjun di udara, energi potensialnya berubah menjadi
energi kinetik. Saat tepat dia menyentuh permukaan tanah, seluruh energi potensialnya akan
berubah menjadi energi kinetik. Oleh karena itu, kecepatannya saat dia tepat menyentuh tanah
dapat dihitung dengan menyamakan kedua energi tersebut; 7840 = 80(v2/2), atau v = 14 m/s.
Energi kinetik eksternal dianggap independen terhadap temperatur atau tekanan.

4.1.2 Energi Internal

Energi internal dapat didefinisikan sebagai energi total dari sebuah material akibat kehadiran
molekul-molekul dan atom-atom dan gerakan perpindahan, rotasi, dan vibrasi, serta gaya tarik
menarik dan gaya tolak-menolak antar atom yang terdapat pada suatu material. Meskipun
energi internal absolut total suatu material tidak dapat dihitung, sejumlah energi relatif terhadap
temperatur dan tekanan atau kondisi dasar lainnya, energi itu dapat dihitung. Dasar ilmuwan
untuk energi internal bernilai nihil (zero) biasanya mengacu pada padatan kristal 0oC absolut,
sedangkan ahli teknik memiliki dasar yang berbeda-beda. Seringkali 0 oC (atau 0oF) dan tekanan
1 atm digunakan sebagai dasar.
Energi internal diberikan simbol E dan dapat dihitung dari hukum pertama termodinamika atau
diestimasi. Energi ini tergolong sebagai “sifat-keadaan” (state property) dan hanya bergantung
pada keadaan sistem: temperatur dan tekanan.
Ketergantungan energi internal suatu gas terhadap tekanan dapat muncul akibat dari gaya-gaya
antar molekul-molekul. Pada gas ideal, gaya tersebut ditiadakan. Oleh karena itu, jika tekanan
atau volume berubah pada temperatur konstan, maka energi internal gas ideal tidak akan
mengalami perubahan. Dengan kata lain, untuk aplikasi pada gas ideal dan gas nyata yang
bertekanan nyaris nihil, energi internalnya tidak bergantung pada tekanan dan hanya
bergantung pada temperatur.

4.1.3 Kerja

Kerja atau usaha adalah melakukan sesuatu terhadap benda untuk mengatasi
perlawanan/hambatan dengan menggunakan gaya untuk melawan hambatan tersebut hingga
benda berpindah tempat.
Kerja dilakukan apabila suatu gaya menggerakkan suatu benda. Apabila suatu benda dikenai
gaya, sehingga benda tersebut berpindah tempat maka dikatakan bahwa benda tersebut telah
mendapatkan suatu kerja.
Asumsi bahwa tidak ada gaya gesekan benda terhadap bidang, maka besarnya kerja yang
dilakukan oleh gaya tersebut terhadap benda adalah sebanding dengan besarnya gaya yang
diberikan kepada benda, serta besarnya jarak yang ditempuh oleh benda tersebut. Kerja secara
fisika didefinisikan sebagai gaya yang bertindak melalui suatu jarak. Kerja tidaklah dapat
disimpan, melainkan akan diubah menjadi bentuk energi lainnya:

Dimana, W = kerja; F = gaya; S = jarak

Sebagai gambaran tentang penandaan variabel kerja W, lihat Gambar 4, bila kerja bertanda
negatif berarti sistem menerima kerja dari sekelilingnya (surounding). Bila kerja positif, berarti
sistem menghasilkan kerjaterhadap sekelilingnya.

Gambar 7. Perjanjian tanda


Sebagai gambaran (lihat Gambar 5), sebuah piston dengan luas penampang A menekan suatu
gas bertekanan P dan bervolume V. Gaya piston pada gas adalah PA, sedangkan jaraknya
adalah V/A.

Gambar 8. Piston menekan gas

Oleh karena itu,

Diintegrasikan,

Ini merupakan rumusan umum untuk proses kompresi atau ekspansi terhingga dan dapat
dihitung dengan integrasi grafik data PV kecuali kalau rumusan analitik dapat disubstitusi
dengan P sebagai fungsi dari V dan diintegrasi secara langsung. Kerja merupakan “fungsi jalur”
(path function) dan akan bervariasi dengan perlakuan pada proses. Sebagai contoh, sudah
sangat jelas bahwa akan lebih membutuhkan kerja untuk memindahkan piano dari lantai
pertama ke lantai kedua dengan cara menarik keluar piano tersebut lalu ditarik ke lantai kedua
dan kembali menarik ke dalam, daripada cukup hanya dengan menarik piano melalui lobang
pada lantai kedua, sederhana saja.
(b)

dS
GAS
(a)

Gambar 9. Diagram P-V dan kerja pada gas dalam silinder

Pada Gambar 6 terlihat bahwa bila arah piston bergerak dari (a) ke (b) maka gas mengembang
atau volume bertambah atau dV positif. Jadi, sistem akan menghasilkan kerja terhadap
sekelilingnya bila dV positif, hal ini terdapat pada proses ekspansi (pengembangan). Secara
singkat, pada proses ekspansi dV adalah positif maka kerja sistem adalah positif.

dV >0; WS> 0

Sebaliknya bila arah dS arah piston bergerak dari (b) ke (a) berarti volume gas berkurang atau
dV negatif. Jadi, sistem akan menerima kerja dari sekelilingnya bila dV negatif, hal ini terdapat
pada proses kompresi. Secara singkat, pada proses kompresi dV adalah negatif maka kerja
sistem adalah negatif.

dV < 0; WS< 0

Contoh:
Sebuah piston ditahan pada silinder dengan palang dan terlepas secara tiba-tiba. Satu kilogram
gas CO terkandung di dalamnya dengan kondisi awal pada tekanan 800 kPa dan temperatur
30oC. Piston memiliki massa 4000 kg/m2 luas penampang. Piston menghasilkan gesekan
dengan dinding silinder. Ekspansi gas terhenti pada volume 3x dari kondisi awal. Tentukan kerja
yang dilakukan pada lingkungan dan kerja yang dilakukan oleh gas.
Jawaban:
Anggap gas sebagai sistem dan piston, silinder, dan sisi luar sebagai lingkungan, kerja yang
dilakukan pada lingkungan adalah

Tekanan pada lingkungan (label S, surrounding) adalah

Jika karbon monoksida (massa molekul relatif = 28 kg/kmol) adalah sebuah gas ideal,

Kerja yang dilakukan terhadap lingkungan adalah

Kerja yang dilakukan oleh sistem (label s, system) adalah

Sebagai catatan, perubahan tekanan sistem dan pergerakan piston menyebabkan pemanasan
gesekan. Oleh karena itu, variasi tekanan tidak dapat dihitung. Tekanan rata-rata tidak dapat
digunakan karena tekanan terpenting itu berada pada permukaan piston. Sebagian kerja hilang
menjadi panas. Sebagai hasilnya, kerja yang dilakukan pada sistem tidak dapat dihitung.Akan
tetapi berdasarkan ilmu termodinamika, kerja yang dilakukan oleh sistem akan lebih besar
daripada kerja yang dilakukan terhadap lingkungan. Kerja yang dilakukan oleh sistem tidak
sepenuhnya diserap oleh lingkungan, akibat adanya energi yang hilang akibat gaya gesekan
piston pada dinding dalam silinder.

4.1.4 Panas
Panas menggambarkan transfer energi yang disebabkan oleh perbedaan temperatur. Ini dapat
menyebabkan perubahan energi internal, kerja, atau menyebabkan perubahan pada energi
kinetik atau potensial. Panas tidak dapat disimpan dan merupakan “sifat-jalur” (path property).

4.1.5 Entalpi

Entalpi merupakan turunan kuantitas termodinamika sebagai jumlah dari energi internal dan
tekanan-volume produk dari sistem:

Dimana H = entalpi. PV memiliki satuan energi tapi sejatinya hanya mewakili energi pada
proses aliran.
Entalpi adalah “fungsi-keadaan” (state function) dan dapat disimpulkan sebagai fungsi dari
temperatur dan tekanan material. Ini akan menjadi hal yang sangat berguna pada berbagai
aplikasi termodinamika dan dapat diestimasi dari sifat yang lain.

5. Hukum Kekekalan Energi – Neraca Energi


Neraca energi ekivalen dengan neraca massa:

Energi masuk = energi keluar + energi akumulasi

 Neraca Energi pada Proses Non Aliran Bervolume Tetap : asumsi bahwa tidak ada kerja
tekanan-volume yang disebabkan oleh aliran yang memasuki atau meninggalkan sistem
dan perubahan energi potensial dan kinetik diabaikan,

Energi masuk = Q
Energi keluar = W
Energi akumulasi = ΔE = Eout - Ein

Oleh karena itu, hukum pertama pada proses non aliran bervolume tetap adalah

 Neraca Energi pada Proses Aliran Bertekanan Tetap dengan Kondisi Tunak (Steady) :
mengingat pada tekanan konstan, proses aliran tunak dengan satu aliran (1) memasuki
dan satu aliran (2) meninggalkan sistem. Menggunakan basis satuan waktu dan
termasuk seluruh istilah energi,

Energi masuk =

Energi keluar =

Energi akumulasi =

Oleh karena itu,

Dimana ṁ = laju alir massa, kg/waktu

E = energi internal, N.m/kg = J/kg

v = kecepatan, m/waktu

g = percepatan gravitasi, m/waktu2

z = jarak di atas bidang referensi, m

P = tekanan, N/m2 = Pa

V = volume, m3/kg

Q = laju panas, J/waktu

Ws = kerja poros, J/waktu

6. Kapasitas Panas Uap, Cairan, dan Padatan


Kapasitas panas suatu benda didefinisikan sebagai jumlah panas yang diperlukan untuk
menaikkan temperatur benda tersebut sebesar satu derajat. Panas spesifik adalah rasio
kapasitas panas benda tersebut terhadap kapasitas panas air. Panas spesifik tidak memiliki
satuan tetapi memiliki keterikatan terhadap temperatur benda tersebut dan temperatur air.
Biasanya temperatur air sebesar 15oC diambil sebagai referensi.
dimana C = kapasitas panas, J/derajat
dq = panas yang ditambahkan untuk mendapatkan perubahn temperatur dT

Jika benda tersebut dipanaskan pada volume tetap dengan proses non-aliran, neraca energi
akan mengerucut menjadidq = dE. Oleh karena itu, kapasitas panas pada volume tetap dapat
difenisikan sebagai perubahan energi internal terhadap temperatur:

Jika benda tersebut dipanaskan pada tekanan tetap, maka dq = dE + P dV. Oleh karena itu, dH
= dE +P dV untuk proses bertekanan tetap, kapasitas panas pada tekanan tetap dapat
didefinisikan sebagai perubahan entalpi terhadap temperatur:

6.1. Panas Penguapan, Sensibel, Superheat dan Pembakaran

Seluruh tiga fase untuk bahan tertentu hanya dapat ada secara bersamaan dalam suatu
kesetimbangan pada suhu dan tekanan tertentu, dan hal ini dikenal dengan titik triple (lihat
gambar 7). Titik triple H2O, dimana tiga fase es, air dan uap berada dalam kesetimbangan,
terjadi pada suhu 273,16 K dan tekanan absolut 0,006112 bar. Tekanan ini sangat dekat ke
kondisi vakum sempurna. Jika pada suhu ini tekanannya terus diturunkan, es akan mencair,
menguap langsung menjadi uap.
Gambar 10. Titik triple H2O

 Es
Dalam es, molekul terkunci bersama dan tersusun dalam pola struktur geometris yang hanya
dapat bergetar. Dalam fase padatnya, pergerakan molekul pada pola geometris merupakan
getaran posisi ikatan tengah dimana jarak molekulnya kurang dari satu diameter molekul.
Penambahan panas yang terus menerus menyebabkan getaran yang meningkatkan bahkan
mengembangkan beberapa molekul yang kemudian akan terpisah dari tetangganya, dan
bahan padat mulai meleleh menjadi bentuk cair (selalu pada suhu yang sama pada 0°C,
berapapun tekanannya). Panas yang memecahkan ikatan geometris untuk menghasilkan
perubahan fase tersebut sementara tidak menaikan suhu es, disebut entalphi pencairan atau
panas penggabungan/ fusi. Phenomena perubahan fase ini bersifat bolak-balik dimana terjadi
pembekuan dengan jumlah yang sama dengan panas yang dilepaskan kembali ke lingkungan.
Untuk hampir kebanyakan bahan, masa tipe berkurang begitu bahan ini berubah dari fase
padat ke fase cair. H2O merupakan suatu pengecualian terhadap aturan ini, karena densitasnya
meningkat pada pencairan, hal ini yang menyebabkan es mengambang diatas air.
 Air
Dalam fase cair, molekul- molekulnya bebas bergerak, namun jaraknya masih lebih kecil dari
satu diameter molekul karena seringnya terjadi tarik-menarik dan tumbukan. Penambahan
panas yang lebih banyak akan meningkatkan pengadukan dan tumbukan, naiknya suhu cairan
sampai suhu didihnya.
 Uap
Dengan meningkatnya suhu dan air mendekati kondisi didihnya, beberapa molekul
mendapatkan energi kinetik yang cukup untuk mencapai kecepatan yang membuatnya
sewaktu-waktu lepas dari cairan ke ruang diatas permukaan, sebelum jatuh kembali ke cairan.
Pemanasan lebih lanjut menyebabkan eksitasi lebih besar dan sejumlah molekul dengan energi
cukup untuk meninggalkan cairan jadi meningkat. Dengan mempertimbangkan struktur molekul
cairan dan uap, masuk akal bahwa densitas uap lebih kecil dari air, sebab molekul uap terpisah
jauh satu dengan yang lainnya. Ruang yang secara tiba-tiba terjadi diatas permukaan air
menjadi terisi dengan molekul uap yang kurang padat. Jika jumlah molekul yang meninggalkan
permukaan cairan lebih besar dari yang masuk kembali, maka air menguap dengan bebasnya.
Pada titik ini air telah mencapai titik didihnya atau suhu jenuhnya, yang dijenuhkan oleh energi
panas. Jika tekanannya tetap, penambahan lebih banyak panas tidak mengakibatkan kenaikan
suhu lebih lanjut namun menyebabkan air membentuk uap jenuh. Suhu air mendidih dengan
uap jenuh dalam sistim ya ng sama adalah sama, akan tetapi energi panas per satuan massa
nya lebih besar pada uap.
Pada tekanan atmosfir suhu jenuhnya adalah 100°C. Tetapi, jika tekanannya bertambah, maka
akan ada penambahan lebih banyak panas yang peningkatan suhu tanpa perubahan fase. Oleh
karena itu, kenaikan tekanan secara efektif akan meningkatkan entalpi air dan suhu jenuh.
Hubungan antara suhu jenuh dan tekanan dikenal sebagai kurva uap jenuh (Gambar 1). Air dan
uap dapat berada secara bersamaan pada berbagai tekanan pada kurva ini, keduanya akan
berada pada suhu jenuh. Uap pada kondisi diatas kurva jenuh dikenal dengan uap panas lanjut
(superheated steam) :
 Temperatur diatas temperatur jenuh disebut derajat uap superheat
 Air pada kondisi dibawah kurva disebut air sub- jenuh.
Jika uap dapat mengalir dari boiler pada kecepatan yang sama dengan yang dihasilkannya,
penambahan panas lebih lanjut akan meningkatkan laju produksinya. Jika uap yang sama
tertahan tidak meninggalkan boiler, dan jumlah panas yang masuk dijaga tetap, energi yang
mengalir ke boiler akan lebih besar dari pada energi yang mengalir keluar. Energi berlebih ini
akan menaikan tekanan, yang pada gilirannya akan menyebabkan suhu jenuh meningkat,
karena suhu uap jenuh berhubungan dengan tekanannya.

Gambar 11. Titik Triple dalam Diagram P – T untuk air

Ketika suatu cairan dipanaskan hingga titik derajat tertentu dimana cairan menguap diiringi
dengan penyerapan panas yang diperlukan untuk mengatasi gaya-gaya tarik-menarik
intermolekular di dalam cairan dan untuk memberikan energi yang dibutuhkan untuk
melepaskan uap berekspansi melawan tekanan eksternal (misal tekanan atmosferik). Panas
yang diserap ini disebut panas laten penguapan cairan dan panas ini merupakan fungsi dari
temperatur dan tekanan. Istilah laten digunakan karena penyerapan panas ini tidak diiringi
dengan kenaikan temperatur cairan, atau dengan kata lain proses ini berlangsung pada
temperatur tetap hingga seluruh cairan berubah fasa menjadi uap.
Bila air dipanaskan pada tekanan atmosfir, maka titik didihnya 100 C. Air dalam ketel yang
sedang mendidih dengan tekanan sama dengan tekanan atmosfir 1,013 bar atau 14,7 lb/in 2
temperaturnya adalah 100 C.
Tetapi bila air dipanaskan pada tekanan diatas tekanan atmosfir, maka titik didihnya akan
menjadi lebih besar dari 100 C tergantung dengan tekanan dimana ia dipanaskan.

Tekanan(bar) 0,25 0,5 1 5 10 50 100

Temp. Titik Didih (C) 65 81 99,6 151 180 264 311

Tabel 4. Variasi titik didih air pada tekanan yang berbeda

Dari tabel tersebut terlihat bahwa bila tekanan bertambah besar, maka titik didih akan
bertambah tinggi, dan panas yang diperlukan untuk memanaskannya bertambah banyak pula.
Jumlah panas yang dibutuhkan untuk memanaskan air sehingga mencapai titik didih disebut
panas sensibel. Pada tabel diatas diperlihatkan bahwa untuk mencapai titik didih, jumlah
panas sensibel yang dibutuhkan tergantung pada tekanan.

Panas Laten
Penguapan

Panas Laten Pelelehan

Fasa Uap
Titik Didih
(Boiling Point)

Fasa Cair
Titik Leleh (Melting
Point)

Fasa Padat

Gambar 12. Hubungan temperatur dan panas yang ditambahkan

Jika uap jenuh (saturated) dipanaskan lebih lanjut, maka panas tersebut akan menaikan
temperatur uap. Penambahan panas ini disebut panas lanjut (panas superheat) dan uapnya
disebut uap panas lanjut (Superheated Steam).
Panas pembakaran suatu senyawa kimia merupakan panas reaksi oksidasi senyawa tersebut
dengan oksigen. Oleh karena proses pembakaran merupakan reaksi eksotermal
(mengeluarkan panas), semua panas pembakaran bernilai negatif.
7. Uap (Air) Jenuh dan Tingkat Kekeringannya
Pada dasarnya jenis uap air dapat dibedakan menjadi uap basah dan uap kering. Data yang
diberikan dalam tabel uap dapat juga dinyatakan dalam bentuk grafik. Gambar 8 memberi
gambaran hubungan antara entalpi dan Temperatur pada berbagai tekanan, dan dikenal
dengan diagram fase.

Gambar 13. Diagram fase Entalpi - Temperatur

Ketika air dipanaskan dari 0°C sampai suhu jenuhnya, kondisinya mengikuti garis cair jenuh
sampai menerima seluruh entalpi cairannya, hf (A - B). Jika panas ditambahkan lebih lanjut,
maka akan merubah fase ke uap jenuh dan berlanjut meningkakan entalpi sambil tetap pada
suhu jenuhnya, hfg (B - C). Jika campuran uap / air meningkat kekeringannya, kondisinya
bergerak dari garis cair jenuh ke garis uap jenuh. Oleh karena itu pada titik tepat setengah
diantara kedua keadaan tersebut, fraksi kekeringan (x) nya sebesar 0,5. Hal yang sama pada
garis uap jenuh, uapnya 100 persen kering. Begitu menerima seluruh entalpi penguapannya
maka akan mencapai garis uap jenuh. Jika pemanas dilanjutkan setelah titik ini, suhu uap akan
mulai naik mencapai lewat jenuh (C - D). Garis-garis cairan jenuh dan uap jenuh menutup
wilayah dimana terdapat campuran uap / air – uap basah. Dalam daerah sebelah kiri garis cair
jenuh, hanya terdapat air, dan pada daerah sebelah kanan garis uap jenuh hanya terdapat uap
lewat jenuh (superheat). Titik dimana garis cairan jenuh dan uap jenuh bertemu dikenal dengan
titik kritis. Jika tekanan naik menuju titik kritis maka entalpi penguapannya berkurang, sampai
menjadi nol pada titik kritisnya. Hal ini menunjukkan bahwa air berubah langsung menjadi uap
jenuh pada titik kritisnya. Diatas titik kritis hanya gas yang mungkin ada. Keadaan gas
merupakan keadaan yang paling terdifusi dimana molekulnya hampir memiliki gerakan yang
tidak dibatasi, dan volumenya meningkat tanpa batas ketika tekanannya berkurang. Titik kritis
merupakan suhu tertinggi dimana bahan berada dalam bentuk cairan. Pemberian tekanan pada
suhu konstan dibawah titik kritis tidak akan mengakibatkan perubahan fase. Walau begitu,
pemberian tekanan pada suhu konstan dibawah titik kritis, akan mengakibatkan pencairan uap
begitu melintas dari daerah lewat jenuh / superheated ke daerah uap basah. Titik kritis terjadi
pada suhu 374,15 oC dan tekanan uap 221,2 bar. Diatas tekanan ini steam disebut superkritis
dan tidak ada titik didih yang dapat diterapkan.

7.1. Uap (Air) Basah


Istilah uap jenuh menunjukkan bahwa bila air seluruhnya berada pada fase / wujud uap. Artinya
tidak terdapat butir cairan dalam massa uap pada temperatur yang sama dengan temperatur
didihnya. Namun jika terdapat butir cairan, maka uap itu disebut uap basah. Jadi uap basah
adalah campuran antara uap dan butir cairan yang ada didalam uap tersebut. Singkatnya, air
belum seluruhnya menguap sempurna.
Tingkat kebasahan uap dapat dinyatakan dengan banyaknya fase uap atau banyak fase cair
yang ada didalam uap tersebut.
Bila wujud uapnya (kadar uapnya) yang ingin ditampilkan dinyatakan dengan simbol X, dan bila
wujud airnya (kadar airnya) yang akan ditampilkan dinyatakan dengan simbol Y. Jadi simbol X
menyatakan tingkat kekeringan dan simbol Y menyatakan tingkat kebasahan.
Fraksi kekeringan dan fraksi kebasahan dinyatakan dalam persen (%). Misalnya 1 kg uap
campuran terdapat 0,98 kg berwujud uap dan sisinya berwujud cair dalam uap tersebut, maka
dikatakan bahwa fraksi kekeringan uap tersebut adalah 98 persen atau X = 0,98 dan fraksi
kebasahannya adalah 2 persen atau Y = 0,02.
Jadi perbandingan antara jumlah massa uap terhadap jumlah massa campuran adalah
menunjukkan kekeringan uap, dan perbandingan antara jumlah massa cairan terhadap jumlah
massa campuran menunjukkan kebasahan uap. Entalpi total uap basah lebih kecil daripada
entalpi total uap jenuh. Secara matematis dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut :
h = hf + X . hfg
atau h = hg - Y . hf

Dimana h = entalpi total


hf = entalpi fase cair
hfg = panas laten
hg = entalpi fase uap

7.2. Uap Kering

Uap yang mendapat pemanasan lebih hingga temperaturnya lebih besar dari temperatur uap
jenuhnya disebut dengan uap kering atau sering disebut dengan uap superheat (uap panas
lanjut). Selisih temperatur antara temperatur didih air dan temperatur superheat disebut dengan
derajat superheat (degre of superheat), jadi uap dalam kondisi 55 0C superheat artinya adalah
bahwa temperatur uap tersebut adalah 55 0C lebih tinggi dari titik didihnya.

8. Penggunaan Tabel Uap


 Uap Jenuh
Suatu percobaan yang dilakukan selama beberapa tahun menghasilkan bermacam-macam
karakter air dan uap serta hubungan antara keduanya. Hasil dari percobaan tersebut diterbitkan
dalam bentuk tabel termodinamika mengenai perubahan sifat dari air. Tabel tersebut dibagi
menjadi dua bagian utama, dimana bagian yang pertama memperlihatkan sifat air dalam wujud
cair dan uap jenuh sedangkan bagian yang lain memperlihatkan sifat dari uap panas lanjut.
Simbol-simbol yang digunakan dalamtabel yang memperlihatkan bermacam-macam sifat air
dan uap dan keterangan-keterangan yang berhubungan dengannya. Arti dari simbol-simbol
tersebut adalah sebagai berikut :
p : tekanan absolut (bar)

t : temperatur (C)

h : entalpi (kJ/kg)

v : volume spesifik (m3/kg).

Selain itu juga dipakai beberapa subskrip seperti :

s : tingkat kejenuhan (ts adalah temperatur jenuh).


f : sifat jenuh air (hf adalah entalpi air jenuh ketika air pada kondisi

temperatur jenuh).

g : sifat gas/uap jenuh (hg adalah entalpi uap pada kondisi jenuh).

fg : tingkat campuran, perubahan air menjadi uap atau menyatakan panas

laten (hfg adalah entalpi yang dibutuhkan untuk mengubah air menjadi

kondisi uap jenuh).

Contoh 1 :

Pada tekanan air 30 bar (3 MPa).

Carilah :

a. Titik didih

b. Entalpi uap spesifik

c. Volume uap spesifik

Jawab :

Harga-harga tersebut dapat dicari secara langsung dari tabel uap, yaitu pada tekanan 30 bar.
Lihat tabel uap di lampiran

a. Titik didih (ts) = 233,8C

b. Entalpi uap spesifik (hg) = 2803 kJ/kg

c. Volume uap spesifik (Vg) = 0,06665 m3/kg

Contoh 2 :

Carilah kondisi dari uap tersebut berada pada temperatur 80C:

a. Tekanan pendidih

b. Entalpi penguapan, serta


c. Volume uap jenuh

Jawab :

Lihat tabel uap di lampiran

a. Tekanan pendidihan (Ps) = 0,4736 bar

b. Entalpi penguapan (hfg) = 2308,3 kJ/kg

c. Volume uap jenuh (Vg) = 3,408 m3/kg

Contoh 3 :

Berapakah perbedaan panas yang dikandung 2 kg uap jenuh pada temperatur 105C dan
290C.

Jawab :

Lihat tabel uap di lampiran, uap jenuh pada temperatur 105C

hg = 2684 kJ/kg

pada temperatur 290 C

hg = 2768 kJ/kg

Perbedaan panas yang dikandung untuk 1 kg uap jenuh adalah

= 2768 kJ/kg– 2684 kJ/kg

= 84 kJ/kg.

untuk 2 kg uap = 2 kg x 84 kJ/kg

= 168 Kj

Contoh 4 :

Untuk 3 kg uap jenuh pada tekanan 60 bar (6 MPa), carilah :

a. Temperatur penguapan

b. Panas penguapan
c. Volume

Jawab :

Lihat tabel uap di lampiran, pada tekanan 60 bar.

a. ts = 275,6C

b. H = hfg x 3 kg

= 1570 kJ/kg x 3 kg

= 4710 kJ

c. V = Vs x 3 kg

= 0,03244 m3/kg x 3 kg

= 0,09732 m3

 Uap Lanjut
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, uap disebut uap panas lanjut bilamana uap
tersebut mempunyai temperatur lebih tinggi dan titik didihnya pada tekanan yang sama. Untuk
mendapatkan entalpi, maupun volume tekanan dan temperatur uap haruslah diketahui
temperatur dan tekanannya.

Contoh 1 :

Carilah entalpi spesifik uap pada tekanan 50 bar pada temperatur 450C.

Jawab :

Pada tekanan 50 bar (lihat tabel 6) dan temperatur 450C.

Entalpi spesifik (h) = 3316 kJ/kg.

Contoh 2 :

Uap jenuh pada tekanan 100 bar (abs) temperaturnya dinaikkan hingga mencapai 500C

Hitung:

a. Banyak panas yang dibutuhkan untuk menambah temperatur sampai 500C.


b. Derajat superheat

Jawab:

a. Banyak panas yang dibutuhkan untuk menambah temperatur sampai 500C.

= hg (500oC, 100 bar) – hg (Temp Jenuh 311oC, 100 bar) = 3373 kJ/kg – 2725 kJ/kg

= 648 kJ/kg

b. Derajat superheat= 500C – 311C = 189C

Contoh 3 :

Uap pada tekanan 40 bar (4 MPa) dan temperaturnya 450 C dialihkan ke turbin sehingga
menjadi uap jenuh pada tekanan 4 mbar.

Hitung :

a. Panas yang diserap oleh turbin

b. Panas yang hilang keluar melalui turbin

c. Penurunan temperatur

Jawab :

Lihat lampiran tabel uap,pada tekanan 40 bar dan temperatur 450 C,

didapat hg = 3330 kJ/kg

Pada tekanan 40 mbar,temperatur uap jenuh

didapat hg = 2554 kJ/kg

ts = 29 C

Jadi :

a. Panas yang diserap oleh turbin :

= 3330 kJ/kg - 2554 kJ/kg

= 776 kJ/kg
b. Efisiensi Panas yang diserap turbin :

3330 - 2554
=
3330

776
= x 100 % = 23,3 %
3330

c. Penurunan temperatur sebesar 450 C - 29 C = 421 C

9. Definisi Hukum Kedua Termodinamika


Esensi termodinamika teretak pada hukum keduanya. Hukum ini menjadi dasar dalam
menganalisa proses siklus tenaga dorongan, kompresi, dan refrigerasi pada penggunanaan
kendaraan bermotor, pembangkit listrik tenaga uap, dan penukaran panas bertemperatur
rendah. Hukum kedua ini banyak dinyatakan dengan berbagai variasinya, tetapi pada dasarnya
tetap sama. Beberapa pernyataan merujuk pada aliran panas, proses siklus, dan entropi:
 Aliran panas : oleh Clausius: “Panas tidak dapat berpindah melalui dari tempat yang
lebih dingin ke tempat yang lebih panas”.
 Proses siklus : oleh Faires: “Tidak ada mesin panas ideal atau aktual yang mampu
beroperasi pada siklus tertutup dengan mengubah seluruh panas yang diterima menjadi
kerja.
 Entropi : oleh Lewiss dan Randall: “Semua proses spontan dengan sampai batas
tertentu tidak dapat diubah (irreversible) dan dapat disertai penurunan energi.”

Dimana ΔS = perubahan entropi


T = temperatur absolut
dQrev = panas reversibel yang dipindahkan
Berikut ini beberapa istilah penting yang akan terlibat pada hukum kedua ini:
 Sumber panas (heat reservoir): sistem yang sangat besar yang bisa dianggap
temperaturnya konstan yang bertugas sebagai sumber panas atau pun penerima panas
untuk sistem yang lain
 Mesin panas (heat engine): peralatan mekanik penghasil kerja dengan cara
memindahkan panas dari sumber temperatur tinggi ke temperatur rendah.
 Efisiensi termal:hasil perhitungan kerja yang dapat dihasilkan dibagi dengan panas yang
diberikan pada proses.

9.1. Proses Termodinamika

Proses Termodinamika terjadi ketika sistem mengalami perubahan keadaan (state) atau
pertukaran energi pada keadaan ajeg (steady state). Bila proses terjadi dimana keadaan awal
tertentu mengalami berbagai perubahan keadaan dan akhirnya setelah proses terjadi, kembali
lagi ke keadaan semula, maka proses tersebut disebut proses siklus (Cyclic Process). Bila
proses telah berlaku dan kemudian , proses dapat berlaku kembali dari keadaan akhir ke
keadaan seperti semula, disebut proses reversibel (reversible process). Sebaliknya bila tak
dapat melakukan proses kembali , menuju keadaan awal, dinamai proses irreversibel
(irreversible process ). Adiabatik proses adalah proses yang berlangsung tanpa adanya
pertukaran kalor ke dalam maupun keluar sistem.
Proses isentropik , terjadinya proses dimana nilai entropi dari zat dalam sistem tetap konstan.
Hal ini secara nyata dapat terjadi, bila proses terjadi secara adiabatik dan reversibel. Proses
isentropik juga dapat disebut proses entropi konstan. Bila gas mengalami proses reversibel,
dimana terjadi pertukaran kalor (heat transfer) dan proses yang dapat digambarkan ke diagram
P-V merupakan suatu garis lurus serta menggambarkan suatu persamaan PVn = konstan.
Proses ini dinamai proses politropik. Bila proses berjalan dari satu keadaan ( 1 ) ke keadaan
lain ( 2 ) tanpa terjadinya perubahan entalpi h1 = h2 ; tak ada kerja berlaku , W = 0 ; dan proses
berjalan adiabatik, Q = 0 . Proses tersebut disebut proses cekik (throttling process)

9.2. Aplikasi Hukum I & II Termodinamika pada PLTU

Siklus daya uap adalah mesin kalor yang menggunakan fluida kerja yang berubah fasa selama
menjalani siklus. Contoh yang baik dalam bidang ini adalah siklus daya uap air dimana air / uap
sebagai fluida kerja, berikut adalah siklus uap Carnot.
Gambar 14. Siklus uap Carnot

Gambar 15. Diagram T – S siklus Carnot

Dengan menampilkan siklus dalam diagram Ts, maka kita dapat mencari besarnya input
kedalam siklus, besarnya output dari siklus atau besarnya kerugian / losses dari siklus
tersebut. Apabila unsur-unsur tersebut sudah diketahui, maka efisiensi siklus dapat dihitung.
Adapun unsur - unsur dalam siklus diatas adalah :
 Input = Luas Sa - 1 - 2 - 3 - 4 - Sb - Sa = T2 (Sb - Sa).
 Losses = Luas Sa - 1 - 4 - Sb - Sa = T1 (Sb - Sa).
 Output = Luas 1 - 2 - 3 - 4 - 1.
Dengan demikian maka efisiensi Carnot dapat dihitung :
Input = Output + Losses

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bila temperatur tertinggi dan terendah dari siklus
diketahui, maka efisiensi Carnot dapat dihitung dengan relatif mudah. Siklus Carnot adalah
siklus yang diidealisasikan guna mengetahui efisiensi termal maksimum dari siklus secara cepat
dan bukan untuk tujuan praktis karena siklus Carnot hampir mustahil untuk dapat
diimplementasikan.
Siklus Rankine merupakan siklus ideal untuk siklus PLTU. Beberapa kesulitan pada siklus
Carnot dapat diatasi dengan memanaskan uap di boiler sampai mencapai kondisi superheat
dan mengkondensasikannya secara keseluruhan dikondenser. Hal ini bisa dilihat pada gambar
15, perpindahan energy ini dianggap positif ke arah tanda panah. Perpindahan kalor liar yang
tidak dapat dihindari antara komponen pembangkit dan sekelilingnya diabaikan untuk
memudahkan analisis. Perubahan energy kinetik dan potensial juga diabaikan, setiap
komponen dianggap beroperasi pada kondisi tunak.
Gambar 16. Siklus Rankine Ideal

Gambar 17. Layout fisik Siklus Rankine


Penjelasan gambar 16 diatas, Siklus Rankine ideal tidak melibatkan irreversibel internal dan
terdiri dari 4 tahapan proses :
• 1 – 2 merupakan proses kompresi isentropik dengan pompa.
• 2 – 3 Penambahan panas dalam boiler pada P = konstan.
• 3 – 4 Ekspansi isentropik kedalam turbin.
• 4 – 1 Pelepasan panas didalam kondenser pada P = konstan.
Air masuk pompa pada kondisi 1 sebagai cairan jenuh dan dikompresi sampai tekanan operasi
boiler. Temperatur air akan meningkat selama kompresi isentropik ini melalui sedikit
pengurangan dari volume spesifik air. Jarak vertikal antara 1 – 2 pada T – S diagram ini
biasanya dilebihkan untuk lebih amannya proses. Air memasuki boiler sebagai cairan
terkompresi pada kondisi 2 dan akan menjadi uap superheated pada kondisi 3. Dimana panas
diberikan oleh boiler ke air pada T tetap. Boiler dan seluruh bagian yang menghasilkan uap ini
disebut sebagai steam generator. Uap superheated pada kondisi 3 kemudian akan memasuki
turbin untuk diekspansi secara isentropik dan akan menghasilkan kerja untuk memutar shaft
yang terhubung dengan generator listrik sehingga dihasilkanlah listrik. P dan T dari uap akan
turun selama proses ini menuju keadaan 4 dimana uap akan masuk kondenser dan biasanya
sudah berupa uap jenuh. Uap ini akan dicairkan pada P konstan didalam kondenser dan akan
meninggalkan kondenser sebagai cairan jenuh yang akan masuk pompa untuk melengkapi
siklus ini.
Ingat bahwa data dibawah kurva proses pada diagram T – S menunjukkan transfer panas
untuk proses reversibel internal. Area dibawah kurva proses 2 – 3 menunjukkan panas yang
ditransfer ke boiler, dan area dibawah kurva proses 4 – 1 menunjukkan panas yang dilepaskan
di kondenser. Perbedaan dari kedua aliran ini adalah kerja netto yang dihasilkan selama siklus.
Adapun dengan menggunakan prinsip konservasi massa dan konservasi energy bersama –
sama dengan idealisasi tersebut, maka dikembangkan persamaan untuk perpindahan energy
maka didapat :
 Proses 1 – 2, kerja pompa meliputi incompressible fluid :

 Proses 2 – 3, panas yang masuk ke dalam boiler pada tekanan konstan :

 Proses 3 – 4, kerja yang dihasilkan turbin karena ekspansi isentropic :

 Proses 4 – 1, panas yang keluar dari kondensor pada tekanan konstan


 Efisiensi termal, mengukur berapa banyak energy yang masuk ke dalam fluida kerja
melalui boiler yang dikonversi menjadi kerja keluaran netto, yaitu :

Atau karena keluaran kerja netto sebanding dengan masukan kerja netto, maka :

Komponen utama dalam suatu PLTU terdiri dari ; Ketel / boiler, Turbin Generator, Condensor,
Pompa pengisi.
Untuk ketel yang dilengkapi dengan superheater, maka siklus Rankinenya adalah sebagai
berikut:

Gambar 18. Siklus Rankine dengan Superheated

Untuk PLTU yang dilengkapi dengan pemanas air pengisi, siklusnya disebut siklus Regeneratif.
Siklus Rankine untuk PLTU dengan superheater dan 1 buah pemanas air pengisi adalah
sebagai berikut :
Gambar 19. Skema PLTU dengan Regenerative

Gambar 20. Siklus Rankine dengan Regenerative

9.3. Siklus Rankine Aktual

Siklus daya uap aktual berbeda dari siklus Rankine ideal sebagai akibat dari irreversiblitas di
berbagai komponen. Secara umum ada dua sumber irreversiblitas,yaitu gesekan dan
kehilangan panas yang tidak diinginkan ke lingkungan. Gesekan fluida menyebabkan
penurunan tekanan didalam boiler, kondensor dan pipa penghubung. Untuk mengimbangi
penurunan tekanan ini, air harus dipompa ke tekanan yang lebih tinggi. Kehilangan panas dari
uap ke lingkungan terjadi ketika uap mengalir melalui pipa penghubung dan berbagai
komponen. Untuk menjaga kerja output yang sama, membutuhkan banyak panasyang
ditransfer ke uap didalam boiler. Adapun penyimpangan siklus daya uap actual dari siklus
rankine ideal dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 21. Deviasi Siklus Uap Aktual dari Siklus Rankine Ideal

Penyimpangan pompa dan turbin secara actual dari kondisi isentropic dapat
dipertanggungjawabkan dengan memanfaatkan efisiensi adiabatik sebagai berikut :

Dimana subskripa berarti nilai aktual dan subskrip s berarti nilai isentropis

10. PROSES PERPINDAHAN PANAS


Panas dapat berpindah dari suatu tempat atau benda ketempat atau ke benda lain. Panas
dapat berpindah dari suatu zat yang lebih tinggi suhunya ke zat yang lebih rendah suhunya.
Dengan kata lain, panas hanya akan berpindah dari satu benda ke benda lainnya jika terdapat
perbedaan temperatur diantara dua benda tersebut.
Atau panas akan berpindah dari benda yang bertemperatur lebih tinggi ke benda yang
bertemperatur lebih rendah. Karena itu dapat disimpulkan bahwa perbedaan temperatur (t)
adalah merupakan gaya pendorong (driving force) bagi proses perpindahan panas.
Dalam proses perpindahan panas, dikenal 3 macam metode perpindahan panas yaitu :

- Radiasi
- Konveksi
- Konduksi

1.1. Radiasi

Radiasi adalah proses perpindahan panas diantara zat-zat yang tidak bersinggungan secara
langsung dan tanpa bantuan konveksi atau konduksi. Pada perpindahan panas secara radiasi,
energi panas dipancarkan dalam bentuk gelombang elektromagnetik dalam lintasan garis lurus
pada kecepatan yang sama dengan kecepatan cahaya.
Gelombang panas tersebut berjalan melintasi ruangan, dan bila menerpa beberapa objek,
panasnya dapat diserap oleh objek tersebut atau dapat pula dipantulkan kembali. Panas yang
dikandung oleh uap yang mengalir dalam pipa uap utama sebagian akan hilang kedaerah
sekelilingnya. Ini merupakan contoh perpindahan panas secara radiasi.
Dalam ruang bakar ketel, pancaran gelombang panas diteruskan dari hasil pembakaran bahan
bakar menjadi gas panas ke permukaan pipa ketel. Pancaran panas tersebut sampai ke metal
dan oleh proses konduksi diteruskan ke air yang berada dalam pipa. Dengan aliran konveksi
dalam air itu sendiri maka lengkaplah perpindahan panas dari pembakaran bahan bakar, ke air
dan uap.

1.2. Konveksi

Apabila perpindahan panas yang terjadi pada benda gas atau cairan yang sedang
bergerak/mengalir. Oleh karena itu hanya terjadi pada cairan atau gas. Beberapa keuntungan
dari perpindahan panas cara ini adalah fluida cenderung memuai sehingga cairan atau gas
akan menjadi lebih ringan dan bergerak keatas. Aliran/pergerakan keatas dari cairan atau gas
yang panas sebanding dengan aliran/pergerakan turun dari cairan atau gas yang dingin.
Ini menimbulkan sirkulasi alami dimana bagian yang panas akan naik dan bagian yang dingin
akan turun.Hal ini merupakan ciri yang terjadi dalam kasus konveksi dalam cairan.
Suatu contoh yaitu aliran dalam pipa-pipa pada ruang bakar ketel akan naik karena pengaruh
panas, seterusnya ruang/tempat tersebut akan diisi oleh air dingin yang berasal dari
downcomer (pipa aliran air yang berasal dari drum ketel). Lihat Gambar 13 berikut ini:
Gambar 22. Konveksi panas pada sirkulasi air dalam ketel

1.3. Konduksi

Adalah perpindahan panas yang terjadi pada sepanjang bahan atau dari bahan yang satu ke
bahan yang lain jika keduanya saling berhubungan atau bersingggungan. Konduksi sepanjang
benda padat terjadi karena molekul-molekul yang berdekatan saling bertabrakan atau
berbenturan karena getaran.

Gambar 23. Perpindahan panas konduksi


Di dinding-dinding pipa saluran uap, pada sudu-sudu turbin poros turbin, pada casing turbin
adalah contoh perpindahan panas konduksi. Jadi pada dasarnya perpindahan panas konduksi
melalui benda padat.

11. ISOLASI TERMAL


Masalah ini, sangat erat kaitannya dengan sistem perpindahan panas pada penjelasan
sebelumnya. Pada prinsipnya, semua benda yang mengalami perpindahan panas secara
konduksi, konveksi maupun radiasi sebaiknya diberi isolasi.
Isolasi panas ditandai dengan konduktivitas panasnya yang rendah dan oleh karena itu mampu
menjaga panas tertahan dida lam atau diluar sistim dengan mencegah perpindahan panas ke
atau dari lingkungan luar. Bahan-bahan isolasinya berpori dan mengandung sejumlah besar sel-
sel udara yang tidak aktif. Sejumlah besar energi bisa hilang tanpa menggunakan isolasi atau
jika isolasinya tidak efisien atau pemasangannya tidak benar.
Isolasi panas dapat menurunkan kehilangan panas, memberikan keuntungan sebagai berikut:
1. Penurunan pemakaian bahan bakar.
2. Pengendalian proses yang lebih baik dengan mencapai suhu proses pada tingkatan
yang konstan.
3. Pencegahan korosi dengan menjaga permukaan terbuka sistim pendinginan diatas titik
embun.
4. Perlindungan terhadap peralatan dari bahaya kebakaran.
5. Peredaman terhadap getaran
6. Mencegah / mengurangi Thermal Stress dengan temperatur akhir di luar isolasi
diusahakan tidak boleh lebih dari 4% dari temperatur awal
Disamping itu kondisi kerja para karyawan menjadi lebih baik karena isolasi melindungi mereka
dari kotak langsung dengan permukaan panas dan panas radian serta isolasi dapat mengurangi
tingkat kebisingan.

11.1. Macam-macam Isolasi Termal


Isolasi dapat diklasifikasikan berdasarkan pada tiga kisaran suhu yang digunakan masing
masing, yaitu :
 Isolasi Suhu Rendah (sampai 90 oC), yang digunakan untuk lemari es, sistim air panas
dan dingin, tangki penyimpanan, dll. Bahan yang paling banyak digunakan adalah gabus,
kayu, magnesia 85 persen, serat mineral, polyurethane dan gabus putih EPS /expanded
polystyrene
 Isolasi Suhu Menengah (90 – 325 oC), yang digunakan dalam pemanasan suhu rendah
dan peralatan pembangkit steam, jalur steam, saluran cerobong, dll. Bahan yang paling
banyak digunakan adalah magnesia 85 persen, asbes, kalsium silikat dan serat mineral.
 Isolasi Suhu Tinggi (325 oC dan diatasnya), yang biasanya digunakan untuk boiler,
sistim superheater, pemanggang oven, pengering dan furnace. Bahan yang paling
banyak digunakan adalah asbes, kalsium silikat, serat mineral, mika, vermiculite, semen
tahan api, silika dan serat keramik.
Tabel dibawah menjelaskan penggunaan, keuntungan dan kerugian berbagai bahan isolasi.
Bahan-bahan isolasi dapat juga diperoleh dalam bentuk cetakan yang besar, sebagai contoh,
pipa-pipa semi silindris dan lempengan-lempengan untuk tangki, flens, kran dll. Keuntungan
utama dari bagian yang dicetak adalah kemudahan dalam pemasangan untuk isolasi yang baru
dan dalam hal penggantian atau perbaikan isolasi yang sudah ada.

11.2. Pemilihan Bahan - Bahan Isolasi


Faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan ketika memilih bahan-bahan isolasi adalah:
1. Temperatur operasi sistim
2. Jenis bahan bakar yang sedang dibakar
3. Ketahanan bahan terhadap panas, cuaca dan kondisi yang merugikan
4. Konduktivitas panas bahan
5. Diffusivitas panas bahan
6. Kemampuan bahan bertahan pada berbagai kondisi, seperti kejutan panas, getaran dan
serangan bahan kimia
7. Ketahanan bahan terhadap nyala/api
8. Daya tembus/permeabilitas bahan
9. Biaya total, termasuk pembelian, pemasangan dan perawatan
Tabel 5. Bahan – bahan Isolasi untuk berbagai penggunaan

KEUNTUNGAN DAN
NO TIPE ISOLASI PENGGUNAAN
KERUGIAN
1 Polystyrene Cocok untuk suhu rendah Keuntungan: kaku dan ringan
Isolator organik yang (-167oC sampai 82 oC). Kerugian: mudah terbakar,
dibuat dengan polimerisasi Terutama digunakan dalam memiliki titik leleh rendah, mudah
styrene ruangan dingin, pipa terurai oleh sinar ultra violet, dan
pendinginan dan beton mudah diserang oleh bahan
penahan struktur bangunan pelarut / solven
Polyurethane Cocok untuk suhu rendah Keuntungan: struktur sel tertutup,
Dibuat dengan cara (-178oC to 4oC). Digunakan densitas rendah dan kekuatan
mereaksikan isocyanides terutama di ruang dingin, mekanisnya tinggi
dan alkohol. Dibuat dalam transportasi yang diberi Kerugian: mudah terbakar,
lempeng sinambung atau pendingin, lemari pembeku, menghasilkan uap beracun dan
dibusakan di tempat lantai dan pipa pendinginan cenderung membara
dan isolasi fondasi
Rockwool (serat mineral) Cocok untuk suhu sampai Keuntungan: memiliki kisaran
Dibuat dengan melelehkan 820oC. Digunakan terutama densitas yang besar dan tersedia
basalt dan arang dalam untuk mengisolasi oven dalam banyak bentuk. Bersifat
sebuah kubah pada suhu industri, penukar panas, inert secara kimia, tidak korosif
sekitar 1500oC. pengering, boiler dan pipa – dan mencapai kekuatan mekanis
Digunakan bahan pengikat pipa suhu tinggi selama penanganan
berbasis phenol. Tersedia
dalam bentuk keset,
selimut, dan bentuk yang
terlepas atau dibentu
sebagai isolasi pipa
Fibreglass Cocok untuk suhu sampai Keuntungan: tidak akan hancur
Dibentuk dari pengikatan 540oC. Digunakan terutama oleh penuaan.
serat fiberglass panjang untuk mengisolasi oven Kerugian: Produk fibreglass sedikit
dengan resin thermo industri, penukar panas, basa–pH9 (Nilai netral pH7). Harus
setting membentuk pengering, boiler dan pipa dilindungi dari pengaruh
selimut dan bats, papan pencemaran luar untuk enghindari
semi kaku, papan kaku percepaan korosi terhadap baja
dengan densitas tinggi dan
dibentuk seperti bagian
pipa
Kalsium silikat Cocok untuk suhu sampai Keuntungan: Struktur sel udaranya
Dibuat dari bahan kasium 1050oC. Digunakan terutama kecil, konduktivitas panasnya
silikat anhidrat yang untuk mengisolasi dinding rendah, dan akan menahan bentuk
diperkuat dengan tungku, kotak pemadam, dan ukurannya pada kisaran suhu
pengikat non-asbes. refraktori, lining gas buang yang dapat digunakan. Ringan
Tersedia dalam bentuk dan boiler namun memiliki kekuatan struktur
lempeng berbagai yang bagus sehingga dapat
ukuran bertahan terhadap abrasi mekanik.
Tidak akan terbakar atau busuk,
tahan terhadap uap air dan tidak
korosif
Serat keramik Cocok untuk suhu sampai Keuntungan: cocok untuk berbagai
Dibuat dari alumina 1430oC. Digunakan terutama penggunaan disebabkan beragam
dengan kemurnian tinggi untuk mengisolasi tungku dan bentuknya
dan butiran silika, back-up kiln refraktori, kotak
dilelehkan dalam suatu pemadam, mangkok kaca
tungku listrik dan pengumpan, perbaikan
dihembus dengan gas tungku, isolasi kumparan
berkecepatan tinggi penginduksi, paking dan
menjadi benang halus bahan pembungkus
yang ringan. Dibuat suhu tinggi
dengan berbagai
macam bentuk, termasuk
kain, felt, pita, semen
pelapis dan variform
castable (batu bata
tahan api)

11.3. Isolasi Jalur Uap Dan Kondensat


Penting untuk mengisolasi pipa saluran uap dan kondensat sebab mereka merupakan sumber
kehilangan panas yang utama melalui radiasi panas dari saluran pipa. Bahan isolasi yang cocok
adalah gabus, glass wool, rock wool dan asbes. Flens juga harus diisolasi sebab jika tidak
terbungkus kehilangan panasnya setara dengan saluran pipa yang tidak diisolasi sepanjang 0,6
m (SEAV, 2005). Flens serigkali tidak diisolasi untuk memudahkan memeriksa kondisinya.
Penyelesaiannya adalah dengan memasang pembungkus isolasi yang mudah dilepas yang
dapat dipindahkan ketika melakukan pengecekan. Gambar 15 memberi petunjuk mengenai
sejumlah kehilangan panas dari pipa saluran yang tidak diisolasi.
Gambar 24. Kehilangan panas dari 1 meter pipa yang tidak diisolasi pada berbagai Diameter Pipa

11.4. Ketebalan Ekonomis Isolasi (KEI)


Keefektifan isolasi mengikuti hukum pengembalian menurun. Hal ini berarti bahwa isolasi
menghasilkan penghematan biaya dan energi, namun dengan meningkatnya ketebalan isolasi
tambahan jumlah energi dan biaya yang dapat dihemat menjadi menurun. Pada tingkatan
tertentu, penambahan isolasi tidak lagi secara ekonomis dapat diterima. Titik dimana jumlah
isolasi memberikan pengembalian investasi terbesar dinamakan “ketebalan ekonomis isolasi”
(KEI) dan ditunjukkan dalam Gambar 16. KEI dihitung berdasarkan faktor- faktor berikut, yang
berbeda-beda untuk masing- masing perusahaan:
 Biaya bahan bakar
 Jam operasi setiap tahunnya
 Kandungan panas bahan bakar
 Efisiensi boiler
 Temperatur operasi permukaan
 Diameter/tebal permukaan pipa
 Perkiraan biaya isolasi
 Suhu udara rata-rata yang terbuka ke ambien

Gambar 25. Penentuan Ketebalan Ekonomis Bahan Isolasi

11.5. Menghitung Kehilangan Panas – Metodologi


Berbagai diagram, grafik dan referensi tersedia untuk menghitung jumlah kehilangan panas.
Kehilangan panas dapat dihitung dengan menggunakan pesamaan sebagai berikut:

Total kehilangan panas (Hs dalam kKal/jam) = S x A


S = [10+(Ts-Ta)/20] (Ts-Ta)
A (m2) = 3,14 x diameter (m) x panjang (m)

Dimana :
S = Kehilangan panas pada permukaan dalam kKal / jam m2
A = Luas permukaan dalam m2
Ts = Temperatur permukaan panas dalam oC
Ta = Temperatur ambien dalam oC
Catatan: Persamaan ini dapat digunakan untuk suhu permukaan sampai 200 0C. Faktor –
faktor kecepatan angin, dan konduktivitas bahan isolasi tidak dipertimbangkan. Biaya energi
tambahan sehubungan dengan kehilangan panas dapat dihitung dengan persamaan berikut:

Dimana :
GCV = Nilai Kalor Kotor bahan bakar kKal / kg

= Efisiensi boiler dalam persen

Contoh :
Saluran pipa steam sepanjang 100 m dengan diameter 100 mm tidak diisolasi dan memasok
steam ke peralatan pada tekanan 10 kg/cm2. Hitung penghematan bahan bakar jika saluran
pipa akan diisolasi dengan glass wool 65 mm dengan selubung pelindung alumunium.
Asumsi:

Efisiensi boiler = 80 persen

Harga bahan bakar minyak = US$ 300/ton


Nilai kalor kotor bahan bakar minyak = 10300 kKal/kg
Temperatur permukaan tanpa isolasi (Ts) = 170 oC
Temperatur permukaan setelah diisolasi (Ts) = 65 oC
Temperatur ambien (Ta) = 25 oC
Tahap 1: hitung kehilangan panas pada permukaan dan total kehilangan panas saluran
pipa yang tidak disolasi (S1 dan Hs1)
S1 = [10+ (Ts-Ta)/20] x (Ts-Ta)
Ts = 170 oC
Ta = 25 oC
S1 = [10+(170-25)/20] x (170-25) = 2500 kKal / jam m2
A (m2) = 3,14 x diameter (m) x panjang (m)
Diameter = 0,1 m
Panjang = 100 m
A1 = 3,14 x 0,1 x 100 = 31,4 m2
Total kehilangan panas (Hs1) = S1 x A1 = 2500 x 31,4 = 78850 kKal / jam
Tahap 2: hitung kehilangan panas pada permukaan dan total kehilangan panas saluran
pipa yang disolasi (S2)
S2 = [10+ (Ts-Ta)/20] x (Ts-Ta)
Ts = 65 oC
Ta = 25 oC
S2 = [10+(65-25)/20] x (65-25) = 480 kKal / jam m2
Total kehilangan panas /jam (Hs2) = S2 x A2
Diameter = 0.23 m (= 100 mm + 65 mm + 65 mm)
Panjang = 100 m
A2 = 3,14 x 0,23 x 100 = 31.4 m2
Total kehilangan panas (Hs2) = S2 x A2 = 480 x 72.2 = 34656 kKal / jam
Tahap 3: hitung penghematan bahan bakar dan penghematan biaya tiap tahun (Hf dan
US$)
Total penurunan kehilangan panas Hs = Hs1 – Hs2 = 78860 – 34656 = 44194 kKal/jam
Jam operasi setiap tahun = 8400 jam
Total penurunan kehilangan panas = 44194 kKal/jam
Nilai kalor kotor bahan bakar minyak = 10300 kKal /kg
Efisiensi boiler = 80 persen (0,8)

Harga bahan bakar minyak = US$ 300/ton (US$ 0,3/kg)


Biaya tahunan kehilangan panas (US$) = Hf x Harga bahan bakar (US$/kg)
= 45052 x 0,3 = US$ 13516

TABEL UAP 1
TABEL UAP 2
TABEL UAP 3
TABEL UAP 4
TABEL UAP 5
TABEL UAP 6
TABEL UAP 7
TABEL UAP 8

Anda mungkin juga menyukai