Anda di halaman 1dari 25

Nama : Malinda Puspita Sari

NIM : 19312241006

Kelas : Pendidikan IPA A 2019

Ringkasan Termodinamika

Termodinamika (bahasa Yunani: thermos = 'panas' and dynamic = 'perubahan') adalah


fisika energi, panas, kerja, entropi dan kespontanan proses. Termodinamika berhubungan
dekat dengan mekanika statistik di mana banyak hubungan termodinamika berasal. Pada
sistem di mana terjadi proses perubahan wujud atau pertukaran energi, termodinamika klasik
tidak berhubungan dengan kinetika reaksi (kecepatan suatu proses reaksi berlangsung).
Karena alasan ini, penggunaan istilah "termodinamika" biasanya merujuk pada
termodinamika setimbang. Termodinamika adalah kajian tentang kalor (panas) yang
berpindah. Kumpulan bendabenda yang sedang ditinjau disebut sistem, sedangkan semua
yang berada di sekeliling (di luar) sistem disebut lingkungan (Novita Dwi Andayani. dll,
2014).

Dalam termodinamika terdapat 4 hukum yaitu: Hukum 0 Termodinamika, Hukum 1


Termodinamika, Hukum 2 Termodinamika, dan Hukum 3 Termodinamika.

HUKUM NOL TERMODINAMIKA

 Pengertian hukum nol termodinamika

Hukum ke nol Termodinamika menyatakan bahwa jika dua benda masing-


masing dalam kesetimbangan termal dengan benda ketiga, maka mereka juga dalam
kesetimbangan dengan satu sama lain. Hukum ke nol termodinamika pada dasarnya
menetapkan arti dari apa yang mungkin paling dikenal tetapi sebenarnya yang paling
membingungkan dari sifat-sifat yaitu suhu atau dalam kata lain hukum ke nol
termodinamia mengatakan bahwa tiga benda semuanya memiliki suhu yang sama,
dengan menyebutkan hukum ini dalam lebih sederhana bahwa semua kalor dari jenis
yang sama serta hukum ke nol termodinamika menetapkan bahwa suhu adalah
property fundamental dan terukur dari materi.

 Penjabaran hukum ke nol Termodinamika


Bunyi Hukum Ke-Nol Termodinamika, “Jika ada dua sistem yang masing-
masing berada dalam kesetimbangan termal dengan suatu sistem ketiga, kedua sistem
tersebut berada dalam kesetimbangan termal antara satu sama lain.” Hukum Ke-Nol
Termodinamika memberi jalan bagi penggunaan suhu/temperatur sebagai indikator
kesetimbangan termal.

(Sumber: Cutnell, et.al., 2012)

Misalkan ada dua wadah termos A dan B yang masing-masing terisi cairan.
Keduanya memiliki dinding yang adiabatik (memerangkap panas di dalam wadah)
dan menunjukkan suhu yang sama ketika masing-masing isinya diukur dengan
termometer. Ketika isi termos A dan B dicampur (di dalam salah satu termos), tidak
ada perubahan suhu yang teramati setelah percampuran. Artinya, baik isi wadah
(sistem) A maupun B berada dalam kesetimbangan termal.

Sebelum dicampur, sistem (dalam wadah) A sudah berada dalam


kesetimbangan termal dengan termometer, begitu pun dengan sistem B. Dalam hal ini,
termometer menunjukkan suhu yang sama sehingga kedua sistem memiliki derajat
kalor yang sama pula. Sebagai akibatnya, sistem A dan B berada dalam
kesetimbangan termal di antara keduanya, dengan termometer berperan sebagai
sistem ketiga sesuai dengan Hukum Ke-Nol Termodinamika.

 Penerapan Hukum ke nol Termodinamika dalam teknik atau kehidupan sehari-hari

Penerapan Hukum ke nol Termodinamika pada tekanan gas bergantung


volume yang ditempatinya, dan kita dapat mengamati efek perubahan volume itu jika
sistem memiliki dinding fleksibel. 'Dinding fleksibel' paling baik dianggap sebagai
makna bahwa batas sistem kaku di mana-mana kecuali untuk tambalan—piston—
yang dapat bergerak masuk dan keluar. Pikirkan pompa sepeda dengan jari Anda
menutup lubangnya. Properti dibagi menjadi dua kelas. Sifat ekstensif bergantung
pada kuantitas materi dalam sistem—luasnya.

1.        Termos

Pada alat rumah tangga tersebut terdapat aplikasi hukum I termodinamika


dengan sistem terisolasi. Dimana tabung bagian dalam termos yang digunakan
sebagai wadah air, terisolasi dari lingkungan luar karena adanya ruang hampa udara di
antara tabung bagian dalam dan luar. Maka dari itu, pada termos tidak terjadi
perpindahan kalor maupun benda dari sistem menuju lingkungan maupun sebaliknya.

2.        Mesin kendaraan bermotor

Pada mesin kendaraan bermotor terdapat aplikasi termodinamika dengan


sistem terbuka. Dimana ruang didalam silinder mesin merupakan sistem, kemudian
campuran bahan bakar dan udara masuk kedalam silinder, dan gas buang keluar
sistem melalui knalpot.

3. Refferigerator (Lemari Es)


Adalah suatu unit mesin pendingin di pergunakan dalam rumah tangga, untuk
menyimpan bahan makanan atau minuman. Untuk menguapkan bahan pendingin di
perlukan panas.                 
  Lemari es memanfaatkan sifat ini. Bahan pendingin yang digunakan sudah
menguap pada suhu -200C. panas yang diperlukan untuk penguapan ini diambil dari
ruang pendingin, karena itu suhu dalam ruangan ini akan turun. Penguapan
berlangsung dalam evaporator yang ditempatkan dalam ruang pendingin. Karena
sirkulasi udara, ruang pendingin ini akan menjadi dingin seluruhnya.
              Lemari Es merupakan kebalikan mesin kalor. Lemari Es beroperasi untuk
mentransfer kalor keluar dari lingkungan yang sejuk kelingkungn yang hangat.
Dengan melakukan kerja W, kalor diambil dari daerah temperatur rendah
TL (katakanlah, di dalam lemari Es), dan kalor yang jumlahnya lebih besar
dikeluarkan pada temperature tinggi Th (ruangan).
Sistem lemari Es yang khas, motor kompresor memaksa gas pada temperatur
tinggi melalui penukar kalor (kondensor) di dinding luar lemari Es dimana
Qhdikeluarkan dan gas mendingin untuk menjadi cair. Cairan lewat dari daerah yang
bertekanan tinggi , melalui katup, ke tabung tekanan rendah di dinding dalam lemari
es, cairan tersebut menguap pada tekanan yang lebih rendah ini dan kemudian
menyerap kalor (QL) dari bagian dalam lemari es. Fluida kembali ke kompresor
dimana siklus dimulai kembali.
Lemari Es yang sempurna (yang tidak membutuhkan kerja untuk mengambil
kalor dari daerah temperatur rendah ke temperatur tinggi) tidak mungkina ada. Ini
merupakan pernyataan Clausius mengenai hukum Termodinamika kedua. Kalor tidak
mengalir secara spontan dari benda dingin ke benda panas. Dengan demikian tidak
akan ada lemari Es yang sempurna.
4. Pendingin Ruangan (AC)

Air Conditioner (AC) alias Pengkondision Udara merupakan seperangkat alat


yang mampu mengkondisikan ruangan yang kita inginkan, terutama mengkondisikan
ruangan menjadi lebih rendah suhunya dibanding suhu lingkungan sekitarnya. Filter
(penyaring) tambahan digunakan untuk menghilangkan polutan dari udara. AC yang
digunakan dalam sebuah gedung biasanya menggunakan AC sentral. Selain itu, jenis
AC lainnya yang umum adalah AC ruangan yang terpasang di sebuah jendela. Kunci
utama dari AC adalah refrigerant, yang umumnya adalah fluorocarbon, yang mengalir
dalam sistem, menjadi cair dan melepaskan panas saat dipompa (diberi tekanan), dan
menjadi gas dan menyerap panas ketika tekanan dikurangi. Mekanisme berubahnya
refrigerant menjadi cairan lalu gas dengan memberi atau mengurangi tekanan terbagi
mejadi dua area. Sebuah penyaring udara, kipas, dan cooling coil (kumparan
pendingin) yang ada pada sisi ruangan dan sebuah kompresor (pompa), condenser coil
(kumparan penukar panas), dan kipas pada jendela luar.
Udara panas dari ruangan melewati filter, menuju ke cooling coil yang berisi
cairan refrigerant yang dingin, sehingga udara menjadi dingin, lalu melalui
teralis/kisi-kisi kembali ke dalam ruangan. Pada kompresor, gas refrigerant dari
cooling coil lalu dipanaskan dengan cara pengompresan. Pada condenser coil,
refrigerant melepaskan panas dan menjadi cairan, yang tersirkulasi kembali ke
cooling coil. Sebuah thermostatmengontrol motor kompresor untuk mengatur suhu
ruangan.

SOURCE:  http://peggytarezacollins.blogspot.com/2013/10/termodinamika-
dalam-kehidupan-sehari.html
Atkins, P.W. 1999. KIMIA FISIK jilid 1 edisikeempat. Jakarta: Erlangga
 Contoh perhitungan hukum ke nol termodinamika

Sebuah mesin Carnot yang menggunakan reservoir suhu tinggi bersuhu 800 K
mempunyai efisiensi sebesar 40%. Agar efisiensinya naik menjadi 50%, maka suhu
reservoir suhu tinggi dinaikkan menjadi....(UMPTN 90)

Pembahasan
Rumus efisiensi (tanpa %)

Data dari Efisiensi pertama,


Tt = 800 K
η = 40% = 0,4 → (1 − η) = 0,6

Dari sini diperoleh suhu rendah Tr

Dari data efisiensi kedua,


η = 50% = 0,5 → (1 − η) = 0,5
Tr = 480 K

Suhu tingginya:

Perhatikan gambar berikut ini!

Jika kalor yang diserap reservoir suhu tinggi adalah 1200 joule, tentukan :
a) Efisiensi mesin Carnot
b) Usaha mesin Carnot
c) Perbandingan kalor yang dibuang di suhu rendah dengan usaha yang dilakukan mesin
Carnot
d) Jenis proses ab, bc, cd dan da

Pembahasan
a) Efisiensi mesin Carnot
Data :
Tt = 227oC = 500 K
Tr = 27oC = 300 K
η = ( 1 − Tr/Tt) x 100%
η = ( 1 − 300/500) x 100% = 40%
b) Usaha mesin Carnot
η = W/Q1
4/10 = W/1200
W = 480 joule
c) Perbandingan kalor yang dibuang di suhu rendah dengan usaha yang dilakukan mesin
Carnot
Q2 = Q1 − W = 1200 − 480 = 720 joule
Q2 : W = 720 : 480 = 9 : 6 = 3 : 2

d) Jenis proses ab, bc, cd dan da


ab → pemuaian isotermis (volume gas bertambah, suhu gas tetap)
bc → pemuaian adiabatis (volume gas bertambah, suhu gas turun)
cd → pemampatan isotermal (volume gas berkurang, suhu gas tetap)
da → pemampatan adiabatis (volume gas berkurang, suhu gas naik)

HUKUM 1 TERMODINAMIKA
 Pengertian Hukum 1 Termodinamika
Hukum pertama termodinamika merupakan perpanjangan dari hukum
kekekalan energi, bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Artinya,
betapapun banyak energi yang ada di awal alam semesta, jadi akan ada jumlah itu di
akhir.
 Penjelasan/Penjabaran Hukum 1 Termodinamika
Dengan kerja sebagai konsep utama dalam termodinamika, kita memerlukan
istilah untuk menyatakan kapasitas suatu sistem untuk melakukan kerja: kapasitas itu
kita sebut energi. Pegas yang diregangkan penuh memiliki kapasitas yang lebih besar
untuk melakukan kerja daripada pegas yang sama hanya sedikit diregangkan: pegas
yang diregangkan penuh memiliki energi lebih besar daripada pegas yang sedikit
diregangkan. Satu liter air panas memiliki kapasitas untuk melakukan lebih banyak
pekerjaan daripada satu liter air dingin yang sama: satu liter air panas memiliki energi
yang lebih besar daripada satu liter air dingin. Dalam konteks ini, tidak ada yang
misterius tentang energi: energi hanyalah ukuran kapasitas sistem untuk melakukan
kerja, dan kita tahu persis apa yang kita maksud dengan kerja.
Hukum pertama pada dasarnya didasarkan pada kekekalan energi, fakta bahwa
energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Hukum konservasi—hukum yang
menyatakan bahwa sifat tertentu tidak berubah—memiliki asal-usul yang sangat
dalam, yang merupakan salah satu alasan mengapa para ilmuwan, dan khususnya ahli
termodinamika, menjadi sangat bersemangat ketika tidak ada yang terjadi. Ada
teorema terkenal, teorema Noether, yang diajukan oleh matematikawan Jerman
Emmy Noether (1882–1935), yang menyatakan bahwa untuk setiap hukum kekekalan
ada simetri yang bersesuaian. Dengan demikian, hukum kekekalan didasarkan pada
berbagai aspek bentuk alam semesta yang kita huni. Dalam kasus khusus kekekalan
energi, simetri adalah bentuk waktu. Energi dilestarikan karena waktu seragam: waktu
mengalir dengan mantap, tidak menumpuk dan berjalan lebih cepat kemudian
menyebar dan berjalan perlahan. Waktu adalahsecara seragam koordinat yang
terstruktur. Jika waktu berkumpul dan menyebar, energi tidak akan dihemat. Jadi,
hukum pertama termodinamika didasarkan pada aspek yang sangat dalam dari alam
semesta kita dan para ahli termodinamika awal tanpa disadari menyelidiki bentuknya.
“untuk setiap proses apabila kalor Q diberikan kepada sistem dan sistem melakukan
usaha W, maka akan terjadi perubahan energi dalam ΔU = Q – W”.
Dimana U menunjukkan sifat dari sebuah sistem, sedangkan W dan Q tidak.
W dan Q bukan fungsi Variabel keadaan, tetapi termasuk dalam proses
termodinamika yang bisa merubah keadaan. U merupakan fungsi variabel keadaan
(P,V,T,n). W bertanda positif bila sistem melakukan usaha terhadap lingkungan dan
negatif jika menerima usaha lingkungan.
Q bertanda positif jika sistem menerima kalor dari lingkungan dan negatif jika
melepas kalor pada lingkungan. Perubahan energi dari sebuah sistem hanya
tergantung pada transfer panas ke dalam sistem dan kerja yang dilakukan oleh sistem
dan tidak bergantung pada proses yang terjadi. Pada hukum ini tidak ada petunjuk
adanya arah perubahan dan batasan-batasan lain. Rumus Hukum Termodinamika 1
Secara matematis hukum I termodinamika dapat dirumuskan sebagai berikut:
Q = ∆U+W
Dengan ketentuan, jika:
Q(+) → sistem menerima kalor
OR → sistem melepas kalor
W(+) → sistem melakukan usaha
W(-) → sistem dikenai usaha
∆U(+) → terjadi penambahan energi dalam
∆U(-) → terjadi penurunan energi dalam

ΔU = Q − W

Keterangan :
ΔU = perubahan energi dalam (joule)
Q = kalor (joule)
W = usaha (joule)

Proses - Proses
1. Isobaris → tekanan tetap
2. Isotermis → suhu tetap → ΔU = 0
3. Isokhoris → volume tetap (atau isovolumis atau isometric) → W = 0
4. Adiabatis → tidak terjadi pertukaran kalor → Q = 0

Persamaan Keadaan Gas

1. Hukum Gay-Lussac
Tekanan tetap → V/T = Konstan → V1/T1 = V2/T2

2. Hukum Charles
Volume tetap → P/T = Konstan → P1/T1 = P2/T2

3. Hukum Boyle
Suhu tetap → PV = Konstan → P1V1 = P2V2

P, V, T Berubah (non adiabatis)


(P1V1) / (T1) = (P2V2) / (T2)
4. Adiabatis
P1V1 γ= P2V2γ
T1V1 γ − 1= T2V2γ − 1
γ = perbandingan kalor jenis gas pada tekanan tetap dan volum tetap → γ = Cp/Cv

5. Usaha
W = P(ΔV) → Isobaris
W = 0 → Isokhoris
W = nRT ln (V2 / V1) → Isotermis
W = − 3/2 nRΔT → Adiabatis ( gas monoatomik)

Keterangan :
T = suhu (Kelvin, jangan Celcius)
P = tekanan (Pa = N/m2)
V = volume (m3)
n = jumlah mol
1 liter = 10−3m3
1 atm = 105 Pa ( atau ikut soal!)
Jika tidak diketahui di soal ambil nilai ln 2 = 0,693

6. Mesin Carnot
η = ( 1 − Tr / Tt ) x 100 %
η = ( W / Q1 ) x 100%
W = Q1 − Q2

Keterangan :
η = efisiensi mesin Carnot (%)
Tr = suhu reservoir rendah (Kelvin)
Tt = suhu reservoir tinggi (Kelvin)
W = usaha (joule)
Q1 = kalor masuk / diserap reservoir tinggi (joule)
Q2 = kalor keluar / dibuang reservoir rendah (joule)
 Penerapan Hukum 1 Termodinamika dalam teknik/ kehidupan sehari-hari
1. Termos
Pada alat rumah tangga tersebut terdapat aplikasi hukum I termodinamika
dengan sistem terisolasi. Dimana tabung bagian dalam termos yang digunakan
sebagai wadah air, terisolasi dari lingkungan luar karena adanya ruang hampa
udara di antara tabung bagian dalam dan luar. Maka dari itu, pada termos tidak
terjadi perpindahan kalor maupun benda dari sistem menuju lingkungan maupun
sebaliknya

2. Mesin Kendaraan Bermotor


Pada mesin kendaraan bermotor terdapat aplikasi termodinamika dengan
sistem terbuka. Dimana ruang didalam silinder mesin merupakan sistem, kemudian
campuran bahan bakar dan udara masuk kedalam silinder, dan gas buang keluar
sistem melalui knalpot.

3. Refferigerator (Lemari Es
Adalah suatu unit mesin pendingin di pergunakan dalam rumah tangga, untuk
menyimpan bahan makanan atau minuman. Untuk menguapkan bahan pendingin di
perlukan panas.
Lemari es memanfaatkan sifat ini. Bahan pendingin yang digunakan sudah
menguap pada suhu -200C. panas yang diperlukan untuk penguapan ini diambil
dari ruang pendingin, karena itu suhu dalam ruangan ini akan turun. Penguapan
berlangsung dalam evaporator yang ditempatkan dalam ruang pendingin. Karena
sirkulasi udara, ruang pendingin ini akan menjadi dingin seluruhnya.
Lemari Es merupakan kebalikan mesin kalor. Lemari Es beroperasi untuk
mentransfer kalor keluar dari lingkungan yang sejuk kelingkungn yang hangat.
Dengan melakukan kerja W, kalor diambil dari daerah temperatur rendah TL
(katakanlah, di dalam lemari Es), dan kalor yang jumlahnya lebih besar dikeluarkan
pada temperature tinggi Th (ruangan).
Sistem lemari Es yang khas, motor kompresor memaksa gas pada temperatur
tinggi melalui penukar kalor (kondensor) di dinding luar lemari Es dimana
Qhdikeluarkan dan gas mendingin untuk menjadi cair. Cairan lewat dari daerah
yang bertekanan tinggi , melalui katup, ke tabung tekanan rendah di dinding dalam
lemari es, cairan tersebut menguap pada tekanan yang lebih rendah ini dan
kemudian menyerap kalor (QL) dari bagian dalam lemari es. Fluida kembali ke
kompresor dimana siklus dimulai kembali.
Lemari Es yang sempurna (yang tidak membutuhkan kerja untuk mengambil
kalor dari daerah temperatur rendah ke temperatur tinggi) tidak mungkina ada. Ini
merupakan pernyataan Clausius mengenai hukum Termodinamika kedua. Kalor
tidak mengalir secara spontan dari benda dingin ke benda panas. Dengan demikian
tidak akan ada lemari Es yang sempurna.

4. Pendingin Ruangan (AC)


Air Conditioner (AC) alias Pengkondision Udara merupakan seperangkat alat
yang mampu mengkondisikan ruangan yang kita inginkan, terutama
mengkondisikan ruangan menjadi lebih rendah suhunya dibanding suhu lingkungan
sekitarnya. Filter (penyaring) tambahan digunakan untuk menghilangkan polutan
dari udara. AC yang digunakan dalam sebuah gedung biasanya menggunakan AC
sentral. Selain itu, jenis AC lainnya yang umum adalah AC ruangan yang terpasang
di sebuah jendela. Kunci utama dari AC adalah refrigerant, yang umumnya adalah
fluorocarbon, yang mengalir dalam sistem, menjadi cair dan melepaskan panas saat
dipompa (diberi tekanan), dan menjadi gas dan menyerap panas ketika tekanan
dikurangi. Mekanisme berubahnya refrigerant menjadi cairan lalu gas dengan
memberi atau mengurangi tekanan terbagi mejadi dua area. Sebuah penyaring
udara, kipas, dan cooling coil (kumparan pendingin) yang ada pada sisi ruangan
dan sebuah kompresor (pompa), condenser coil (kumparan penukar panas), dan
kipas pada jendela luar.
Udara panas dari ruangan melewati filter, menuju ke cooling coil yang berisi
cairan refrigerant yang dingin, sehingga udara menjadi dingin, lalu melalui
teralis/kisi-kisi kembali ke dalam ruangan. Pada kompresor, gas refrigerant dari
cooling coil lalu dipanaskan dengan cara pengompresan. Pada condenser coil,
refrigerant melepaskan panas dan menjadi cairan, yang tersirkulasi kembali ke
cooling coil. Sebuah thermostatmengontrol motor kompresor untuk mengatur suhu
ruangan.

 Contoh perhitungan Hukum 1 Termodinamika


1. Suatu gas mempunyai volume awal 2,0 m3 dipanaskan dengan kondisi isobaris
hingga volume akhirnya menjadi 4,5 m3. Bila tekanan gas yaitu 2 atm, tentukan
usaha luar gas tersebut ?? (1 atm = 1,01 x 105 Pa)

Pembahasan

Diketahui :
V2 = 4,5 m3
V1 = 2,0 m3
P = 2 atm = 2,02 x 105 Pa
Isobaris → Tekanan Tetap

Ditanya W ??

Dijawab :

W = P (ΔV)
W = P(V2 − V1)
W = 2,02 x 105 (4,5 − 2,0) = 5,05 x 105 joule

 Hasil riset/ kajian terkini Hukum 1 Termodinamika


Sumber :
Suryantari, Risti. Jurnal Fisika Indonesia No: 49, Vol XVII, Edisi April 2013

Judul Jurnal :

Problem Solving dengan Metode Identifikasi Variabel berdasarkan Skema:


Tinjauan terhadap Formulasi Hukum Pertama Termodinamika

Ringkasan Isi Jurnal :

Hukum Pertama Termodinamika melibatkan tiga variabel yaitu kalor,


usaha dan perubahan energi dalam. Terdapat dua jenis proses dalam sistem
termodinamika , yaitu kalor dan usaha diberikan pada sistem atau dihasilkan
oleh sistem. Pada berbagai buku referensi, hal tersebut dicirikan dengan tanda
positif dan negatif. Permasalahan yang ditemui adalah kemungkinan
terjadinya kesalahan pada perhitungan, terutama jika siswa tidak menentukan
tanda positif atau negatif tersebut dengan benar. Skema akan membantu siswa
dalam menyelesaiakan soal terkait formulasi ini, tanpa harus memikirkan
tanda positif atau negatif pada variabel kalor dan usaha. Metode identifikasi
variabel berdasarkan skema menekankan penentuan variabel dengan tepat
melalui sebuah skema. Langkah-langkahnya secara umum adalah dengan
melakukan penyederhanaan definisi, membuat skema, menyusun langkah-
langkah penyelesaian soal, kemudian menerapkan pada persoalan. Jadi,
Metode identifikasi variabel berdasarkan skema dapat diterapkan dalam topik
termodinamika.

HUKUM II TERMODINAMIKA

 Pengertian Hukum II Termodinamika


Hukum kedua termodinamika mengatakan bahwa aliran kalor memiliki arah.
Dengan kata lain, tidak semua proses di alam adalah reversibel (arahnya dapat
dibalik). Hukum kedua termodinamika menyatakan bahwa kalor mengalir secara
spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah dan tidak pernah mengalir
secara spontan dalam arah kebalikannya. Misalnya, jika sebuah kubus kecil
dicelupkan ke dalam secangkir air kopi panas, kalor akan mengalir dari air kopi panas
ke kubus es sampai suhu keduanya sama (Marthen Kanginan, 2007: 246-250).

Hukum termodinamika kedua dapat dirumuskan sebagai berikut:


“Proses suatu sistem terisolasi yang disertai dengan penurunan entropi
tidak mungkin terjadi. Dalam setiap proses yang terjadi pada sistem
terisolasi, maka entropi sistem tersebut selalu naik atau tetap tidak
berubah.”
 Penjabaran Hukum II Termodinamika
Hukum kedua termodinamika memberikan batasan dasar pada efisiensi sebuah
mesin atau pembangkit daya. Hukum ini juga memberikan batasan energi masukan
minimum yang dibutuhkan untuk menjalankan sebuah sistem pendingin. Hukum
kedua termodinamika juga dapat dinyatakan dalam konsep entropi yaitu sebuah ukuran
kuantitatif derajat ketidakaturan atau keacakan sebuah sistem.
Dua formulasi dari hukum kedua termodinamika yang berguna untuk memahami
konversi energi panas ke energi mekanik, yaitu formulasi yang dikemukakan oleh
KelvinPlanck dan Rudolf Clausius. Adapun hukum kedua termodinamika dapat
dinyatakan sebagai berikut :
a. Formulasi Kelvin-Planck
“Tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang bekerja dalam
suatu siklus yang semata-mata mengubah energi panas yang diperoleh dari suatu
sumber pada suhu tertentu seluruhnya menjadi usaha mekanik.” Dengan kata lain,
formulasi kelvin-planck menyatakan bahwa tidak ada cara untuk mengambil energi
panas dari lautan dan menggunakan energi ini untuk menjalankan generator listrik
tanpa efek lebih lanjut, misalnya pemanasan atmosfer.

Gambar 1 Konsekuensi pernyataan ini adalah tidak mungkin membuat


mesin kalor yang memiliki efisiensi 100%.
Oleh karena itu, pada setiap alat atau mesin memiliki nilai efisiensi tertentu.
Efisiensi menyatakan nilai perbandingan dari usaha mekanik yang diperoleh dengan
energi panas yang diserap dari sumber suhu tinggi.
b. Formulasi Clausius
“Tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang bekerja dalam suatu
siklus yang semata-mata memindahkan energi panas dari suatu benda dingin ke
benda panas”. Dengan kata lain, seseorang tidak dapat mengambil energi dari sumber
dingin (suhu rendah) dan memindahkan seluruhnya ke sumber panas (suhu tinggi)
tanpa memberikan energi pada pompa untuk melakukan usaha. (Marthen Kanginan,
2007: 249-250).
Berbeda dari hukum pertama, hukum kedua ini mempunyai berbagai perumusan.
Kelvin mengetengahkan suatu permasalahan dan Planck mengetengahkan perumusan
lain. Karena pada hakekatnya perumusan kedua orang ini mengenai hal yang sama
maka perumusan itu digabung dan disebut perumusan Kelvin-Planck bagi hukum
kedua termodinamika.
Perumusan ini diungkapkan demikian : “Tidak mungkin membuat pesawat yang
kerjanya semata-mata menyerap kalor dari sebuah reservoir dan mengubahnya
menjadi usaha”.

Gambar 2 Konsekuensi dari pernyataan ini adalah tidak mungkin


merancang mesin pendingin sempurna dengan koefisien unjuk kerja ∞
Oleh Clausius, hukum kedua termodinamika dirumuskan dengan ungkapan :
“Tidak mungkin membuat pesawat yang kerjanya hanya menyerap kalor dari
reservoir bertemperatur rendah dan memindahkan kalor ini ke reservoir yang
bertemperatur tinggi, tanpa disertai perubahan lain”.

Pengertian Entropi

Entropi pertama diperkenalkan oleh Clasius tahun 1860. Menurut Clasius, besarnya
perubahan entropi yang dialami oleh suatu sistem, ketika sistem tersebut mendapat
tambahan kalor (Q) pada suhu tetap, dinyatakan melalui persamaan :

Q
∆ S=
T

Dengan, ΔS = perubahan entropi (Joule/Kelvin)

Q = Kalor (Joule)

T = Suhu (Kelvin)

Perubahan entropi adalah rasio energi (dalam joule) yang dipindahkan sebagai panas
ke atau dari suatu sistem dengan suhu (dalam kelvin) di mana ia ditransfer, sehingga
satuannya adalah joule per kelvin (JK−1 ). Ketika panas meninggalkan sumber panas,
terjadi penurunan entropi sistem. Ketika energi itu dipindahkan ke lingkungan sebagai
usaha, tidak ada perubahan entropi karena perubahan entropi didefinisikan dalam istilah
panas yang dipindahkan, bukan kerja yang dilakukan.
Entropi merupakan suatu ukuran kuantitatif ketidakteraturan sistem. Sistem yang
memiliki ketidakteraturan tinggi, semakin besar entropinya. Untuk mengenal konsep
entropi, perhatikan ekspansi isotermal yang sangat kecil dari gas ideal. Gas ideal itu diberi
panas dQ dan gas dibiarkan berekspansi pada suhu tetap. Energi dalam bergantung pada
suhu sehingga pada proses isotermal energi dalam konstan, dU = 0.

Berdasarkan hukum I termodinamika, diperoleh persamaan :

Dengan, dQ = Kalor (J) dW = Usaha (J)

dV = Volume (m3 ) P = Tekanan (Pa)

n = Molaritas (mol) R = Tetapan gas ideal (8,315 J/mol K)

T = Suhu (Kelvin)

Gas akan berada dalam keadaan lebih tidak teratur setelah mengalami ekspansi karena
molekul bergerak dalam volume yang lebih besar. Perubahan volume dibagi volume mula-
mula, dV/V, adalah ukuran naiknya ketidakteraturan. Berdasarkan persamaan di atas dV/V
berbanding lurus dengan dQ/T. Entropi sistem diberi simbol S. Perubahan entropi dS
selama proses reversible didefinisikan sebagai persamaan :

Dengan, dS = perubahan entropi (Joule/Kelvin)

dQ = Kalor (Joule)

T = Suhu (Kelvin)

Jika jumlah panas Q ditambahkan selama proses isotermal reversible pada suhu
mutlak T, perubahan entropi dirumuskan seperti persamaan :

Dengan, ΔS = perubahan entropi (Joule/Kelvin)


Q = Kalor (Joule)

T = Suhu (Kelvin)

Partikel pada zat padat memiliki kerapatan yang lebih rapat dibandingkan zat cair. Zat
cair memiliki kerapatan partikel yang lebih besar dibandingkan gas. Dengan demikian
energi entropi partikel zat padat lebih kecil dibandingkan entropi zat cair dan entropi
partikel gas. Sehingga dapat dituliskan persamaan dalam keadaan mol yang sama.

S padat < S cair < Sgas (dengan S=besar entropi)

Pada proses reversible, perubahan entropi semesta (sistem dan lingkungan) sama
dengan nol. Sebaliknya, pada proses irreversible, berjalan spontan sehingga entropi
semesta selalu naik. Dengan demikian, untuk sembarang proses termodinamika, entropi
semesta tak pernah berkurang. Pernyataan ini merupakan pernyataan alternatif dari hukum
II termodinamika yang berkaitan dengan entropi.

 Penerapan Hukum II Termodinamika dalam kehidupan sehari-hari


a. Mesin Diesel
Mesin diesel adalah sejenis mesin pembakaran dalam lebih spesifik
lagi, sebuah mesin pemicu kompresi (pemberi tekanan yang tinggi ), dimana
bahan bakar dinyalakan oleh suhu tinggi gas yang dikompresi, dan bukan oleh alat
berenergi lain (seperti busi).
Prinsip kerja mesin diesel adalah merubah energi kimia menjadi energi
mekanis. Energi kimia di dapatkan melalui proses reakasi kimia (pembakaran)
dari bahan bakar (solar) dan oksidiser (udara) di dalam silinder (ruang bakar).Pada
mesin diesel ruang bakarnya bisa terdiri dari satu atau lebih tergantung pada
penggunaannya dan dalam satu silinder dapat terdiri dari satu atau dua torak. Pada
umumnya dalam satu silinder motor diesel hanya memiliki satu torak. Tekanan
gas hasil pembakaran bahan bakar dan udara akan mendorong torak yang
dihubungkan dengan poros engkol menggunakan batang torak, sehingga torak
dapat bergerak bolak-balik (reciprocating). Gerak bolak-balik torak akan diubah
menjadi gerak rotasi oleh poros engkol (crank shaft). Dan sebaliknya gerak rotasi
poros engkol juga diubah menjadi gerak bolak-balik torak pada langkah kompresi.
Siklus mesin diesel
Diagram ini menunjukkan siklus diesel ideal. Mula-mula udara ditekan
secara adiabatik (Penekanan secara adiabatik menyebabkan suhu dan tekanan udara
meningkat) (a-b), lalu dipanaskan pada tekanan konstan – penyuntik alias injector
menyemprotkan solar dan terjadilah pembakaran (Karena suhu dan tekanan udara
sudah sangat tinggi maka ketika solar disemprotkan ke dalam silinder, solar langsung
terbakar Tidak perlu pakai busi lagi) (b-c), gas yang terbakar mengalami pemuaian
adiabatik (c-d), pendinginan pada volume konstan – gas yang terbakar dibuang ke
pipa pembuangan dan udara yang baru, masuk ke silinder v (d-a) Dari grafik ini,
tampak bahwa untuk proses yang terjadi secara terus menerus (siklus), selalu ada
kalor yang terbuang. Hal ini sesuai dengan penyataan Kelvin-Planck.

b. Siklus Otto (Mesin Bensin)

Campuran udara dan uap bensin masuk ke dalam silinder (a). Selanjutnya
campuran udara dan uap bensin ditekan secara adiabatik (a-b). Perhatikan bahwa
volume silinder berkurang. Campuran udara dan uap bensin dipanaskan pada volume
konstan – campuran dibakar (b-c). Gas yang terbakar mengalami pemuaian adiabatik
(c-d). Pendinginan pada volume konstan – gas yang terbakar dibuang ke pipa
pembuangan dan campuran udara + uap bensin yang baru, masuk ke silinder (d-a).
Ketika terjadi proses pembakaran, energi potensial kimia dalam bensin +
energi dalam udara berubah menjadi kalor alias panas. Sebagian kalor berubah
menjadi energi mekanik batang piston dan poros engkol, sebagian kalor dibuang
melalui pipa pembuangan (knalpot).
c. Air Conditioner (AC)
Air Conditioner (AC) merupakan sebuah alat yang digunakan untuk
pengkondisian udara didalam ruangan. Berikut adalah prinsip kerja Air Conditioner
(AC) yang sebenarnya punya prinsip sama dengan Lemari Es yang Anda punya di
rumah.
Prinsip kerja AC mirip seperti lemari es, AC beroperasi untuk mentransfer
kalor keluar dari lingkungan yang sejuk kelingkungan yang hangat. Meskipun mirip
namun perincian perancangan sebenarnya berbeda karena penyejuk udara mengambil
kalor QL dari dalam ruangan atau gedung pada temperatur rendah , dan membuang
kalor Qh keluar lingkungan pada temperatur yang tinggi.
 Contoh Perhitungan

Seorang mahasiswa menambahkan panas ke dalam 0,250 kg es pada 0,0 °C sampai


semuanya meleleh. Berapa perubahan entropi air? (ces = 2100 J/kg.K dan L = 3,34 . 105
J/kg)

Penyelesaian :
Diketahui : m = 0,250 kg Ditanyakan = ΔS ?
L = 3,34 x 105 J/kg
c es = 2100 J/kg.K
T = 0,0 °C

Q m. L
Jawab : ∆ S=S 2−S1= =
T T

0,25 kg .3,34 x 105 J /kg


∆ S=
273 K

∆ S=3,06 x 102 J / K

Jadi, pada peristiwa es meleleh atau mencair kalor yang diserap es tersebut untuk
berubah wujud per satuan temperatur mutlak adalah 3,06 x 102 J/K

 Hasil riset/ kajian terkini Hukum 1 Termodinamika


Sumber :
Matheus M. Dwinanto, Suhanan dan Prajitno. Proceeding Seminar Nasional
Tahunan Teknik Mesin XV (SNTTM XV)
Judul Jurnal :

Analisis Hukum Kedua Termodinamika pada Kondensor Tabung Bersirip


Pelat Herringbone

Ringkasan Isi Jurnal :

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja kondensor tabung


bersirip herringbone dengan susunan tabung selang seling dalam sistem
refrigerasi kompresi uap menggunakan hukum kedua termodinamika. Model
fisik diformulasikan berdasarkan keseimbangan energi, entropi dan
momentum dalam aliran fluida sekunder (udara) dengan asumsi temperatur
dinding kondensor adalah seragam (lump approach). Selanjutnya analisis
dilakukan atas dasar korelasi empiris perpindahan kalor dan gesekan yang
diusulkan oleh Wang, dkk (2002), yang mana laju pembangkitan entropi
dievaluasi. Untuk beban kalor yang ditentukan dan laju aliran udara pendingin
konstan, hasil penelitian menunjukkan bahwa berkurangnya beban kalor akan
berdampak pada berkurangnya temperatur permukaan kondensor sehingga
nilai NTU dan ε akan bertambah besar. Ns akan minimum ketika NTU
menjadi maksimum, dan nilai Ns lebih dipengaruhi oleh NTU dibandingkan
dengan faktor gesekan f dan faktor j-Colbur.

HUKUM 3 TERMODINAMIKA

 Pengertian
Hukum ketiga termodinamika membahas tentang temperatur absolut. Hukum
ketiga termodinamika menyatakan “Suatu sistem mencapai temperatur nol absolut,
semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum”.
Dalam hukum ini entropi benda berstruktur kristal murni yang sempurna pada suhu
nol absolut bernilai nol. Pada struktur kristal murni yang sempurna pada 0K penyusun
molekul yang ditinjau dari kedudukan dan distribusi energinya maka W = 1. Jadi,
entropi kristal murni yang sempurna adalah nol pada suhu nol mutlak. Pernyataan
inilah yang dikenal dengan Hukum ketiga Termodinamika (Aisyah Fitri Rusiani Js
dll, 2018).
 Penjabaran
Hukum ketiga adalah mata rantai terakhir dalam konfirmasi bahwa hukum
Boltzmann dan definisi Clausius merujuk pada properti yang sama dan karenanya
membenarkan interpretasi perubahan entropi yang dihitung dengan menggunakan
termodinamika sebagai perubahan ketidakteraturan sistem. Hal ini juga
memungkinkan untuk menggunakan data yang diperoleh dengan pengukuran termal,
seperti panas kapasitas, untuk memprediksi komposisi sistem reaksi yang sesuai
dengan keseimbangan. Hukum ketiga juga memiliki beberapa implikasi yang sulit,
terutama untuk mencari suhu rendah apalagi suhu yang sangat rendah
Pada suhu sangat dingin, ada hal menarik yang terjadi pada materi. Misalnya,
versi asli dari superkonduktivitas, kemampuan zat tertentu untuk menghantarkan
listrik dengan hambatan nol, ditemukan ketika menjadi mungkin untuk mendinginkan
materi ke suhu helium cair (sekitar 4K). Helium cair sendiri menampilkan sifat luar
biasa dari superfluiditas, kemampuan untuk mengalir tanpa viskositas dan merayap di
atas peralatan yang memuatnya, ketika didinginkan sampai sekitar 1 K.
Tantangannya, sebagian karena itu ada, adalah mendinginkan materi untuk nol mutlak
itu sendiri. Tantangan lain, yang akan kita kembalikan, adalah untuk mengeksplorasi
apakah mungkin dan bahkan bermakna untuk mendinginkan materi ke suhu di bawah
suhu nol mutlak; untuk istirahat, seolah-olah, penghalang suhu
Eksperimen untuk mendinginkan materi hingga nol mutlak terbukti sangat
sulit, bukan hanya karena meningkatnya jumlah pekerjaan yang harus dilakukan
untuk mengekstrak sejumlah panas tertentu dari suatu benda sebagai: suhunya
mendekati nol. Pada waktunya, itu kebobolan bahwa tidak mungkin untuk mencapai
nol mutlak menggunakan konvensional a teknik termal; yaitu, lemari es berdasarkan
mesin panas desain yang kita diskusikan di Bab 3. Pengamatan empiris ini adalah isi
versi fenomenologis dari hukum ketiga termodinamika: tidak ada urutan proses
siklik yang dapat berhasil mendinginkan tubuh ke nol mutlak
Hukum ketiga menyatakan, diangkut ke dunia di mana orang menggunakan
untuk mengekspresikan suhu, tampak hampir jelas, karena menjadi 'tidak terbatas'
urutan proses siklik dapat berhasil dalam mendinginkan tubuh untuk ‘tak terbatas’,
yang seperti mengatakan bahwa tidak ada tangga berhingga yang dapat digunakan
untuk mencapai tak terhingga
Bukti eksperimental dan hukum ketiga tidak memberi tahu kita nilai mutlak
entropi suatu zat pada T = 0. Semua hukum menyiratkan bahwa semua zat memiliki
entropi yang sama pada T = 0 asalkan mereka memiliki keadaan dasar yang tidak
mengalami degenerasi, tidak ada residu urutan yang timbul dari gangguan posisi dari
jenis karakteristik Es. Namun, adalah bijaksana dan masuk akal untuk memilih yang
umum nilai untuk entropi semua zat kristal sempurna sebagai nol, dan dengan
demikian kita sampai pada pernyataan 'entropi' konvensional dari hukum ketiga:
entropi semua zat kristal sempurna adalah nol pada T = 0
Hukum ketiga termodinamika memungkinkan kita dalam menentukan
entropi mutlak suatu zat, dimulai dengan mengetahui bahwa entropi suatu zat
kristal murni adalah nol pada 0 K, maka dapat diukur peningkatan entropi zat
bila dipanaskan pada 298K. Rumus yang digunakan adalah:

∆S = Sf  - Si
=S
Dimana Si adalah 0, entropi zat 298 K, maka ∆S atau S f adalah entropi
mutlak karena merupakan nilai sejati dan bukan nilai yang diturunkan secara
sembarang. Saat dipanaskan entropi meningkat secara bertahap karena
gerakan molekul semakin besar. Pada titik leleh, entropi naik cukup tinggi
karena terbentuknya keadaan cairan yang lebih acak. Pada titik didih
peningkatan entropi sangat besar akibat transisi dari cairan ke gas. Jadi entropi
gas terus meningkat dengan meningkatnya suhu (Aisyah Fitri Rusiani Js dll,
2018).
Untuk proses pada tekanan konstan dan suhu T, perubahan entalpi dan
entropi sistem lebih kecil daripada nol, maka proses itu spontan. Untuk
menyatakan kespontanan reaksi secara langsung maka digunakan satu
fungsi termodinamik lain yang disebut Energi Bebas Gibbs (G). Energi
bebas adalah energi yang tersedia untuk melakukan kerja. Rumus energi bebas
Gibbs adalah:

G = H - TS
Semua kuantitas pada persamaan di atas berhubungan dengan sistem
dan T adalah:

∆G = ∆H - T∆S

Jadi, jika suatu reaksi diiringi dengan pelepasan energi yang berguna
dengan kata lain ∆G negatif, maka reaksi yang terjadi adalah reaksi spontan.
Reaksi spontan dan setimbang pada suhu dan tekanan tetap yang dilihat dari
∆G apabila memiliki syarat sebagai berikut:
 ∆G < 0 Reaksi spontan ke arah depan.
 ∆G > 0 Reaksi nonspontan. Reaksi ini spontan pada arah yang
berlawanan.
 ∆G = 0 Sistem berada pada kesetimbangan. Tidak ada perubahan bersih.

 Penerapan HK 3 dlm Kehidupan Sehari-Hari


Hukum Termodinamika III dalam kehidupan sehari-hari:
1) Penggunaan Skala Kelvin
2) Perhitungan termodinamika pada gas ideal
3) Penyelidikan superkonduktivitas dan superfluiditas di laboratorium
Hukum Termodinamika III jarang ditemui dalam sehari-hari, karena
kita jarang menemui situasi suhu -273,15 ⁰C atau 0 K. Namun suhu ini berperan
penting sebagai acuan perhitungan. Skala Kelvin, yang digunakan untuk
mengukur suhu mutlak, didasarkan pada titik nol mutlak sebagai titik terendahnya,
dan merupakan penerapan dari Hukum Termodinamika III. Perhitungan
perubahan suhu, tekanan dan volume pada gas ideal atau Hukum Gas Ideal,
menggunakan suhu mutlak sebagai perhitungannya (bukan suhu dalam Celsius).
Kemudian, pada suhu sangat rendah mendekati nol mutlak, dapat diamati
fenomena superkonduktivitas (di mana listrik mengalir seperti tanpa hambatan)
dan superfluiditas (di mana fluida atau cairan mengalir bebas).
 Contoh Perhitungan/Contoh Soal
1) Pada nol mutlak, pergerakan molekul gas berhenti menjadi....
Penyelesaian:
1
Energi kinetik: E = kT
2
T = 0K
maka, E = 0 Joule
2) Diketahui reaksi: CaO + CO2 →CaCO3ΔH = -178,3 KJ
ΔS = - 160, 5 J/K
Suhu = 298 K
Ditanya: Hitunglah ΔG=?
Dijawab:
ΔG = ΔH – T. ΔS
ΔG = (-178,3) – (298) x (-160,6)
ΔG = 130,5 KJ

Anda mungkin juga menyukai