PENELITIAN TINDAKAN
KELAS
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
TINJAUAN MATA KULIAH
PENDAHULUAN
Setelah Anda mempelajari seluruh materi dalam bagian unit ini diharapkan
Anda memiliki pemahaman secara mendalam tentang: konsep dan makna
penelitian, karakteristik serta langkah umum penelitian sebagai pencarian
kebenaran ilmiah dan sumber-sumber ilmu pengetahuan. Sebelum Anda mem-
pelajari lebih jauh mengenai pengertian penelitian pendidikan, pada subunit ini,
terlebih dauluhu Anda diajak untuk memahami tentang apakah penelitian itu ?,
mengapa orang melakukan penelitian ? Selanjutnya Anda perlu mengetahui dan
memahami tentang penelitian sebagai upaya pencarian kebenaran secara ilmiah,
serta pengertian dan tujuan penelitian pendidikan.
1. Memilih masalah
Memilih masalah bukanlah pekerjaan yang terlalu mudah terutama bagi
orang-orang yang belum banyak berpengalaman meneliti. Kegiatan penelitian
dimulai dengan mengidentifikasi isu-isu dan masalah-masalah penting (esensial),
hangat (aktual), dan mendesak (krusial) yang dihadapi saat ini, dan yang paling
banyak arti atau kegunaannya bila isu atau masalah tersebut diteliti. Dalam memilih
masalah yang hendak diteliti perlu mempertimbangkan beberapa hal, antara lain:
a. Cakupan masalah tidak terlalu luas.
b. Data yang diperlukan tidak sulit diperoleh.
c. Biaya dan waktu yang dibutuhkan cukup tersedia untuk penyelesaian
penelitian.
d. Dukungan teori dari sumber-sumber yang tersedia (referensi, buku, dan
jurnal-jurnal hasil penelitian) yang relevan dengan masalah yang akan diteliti.
2. Studi pendahuluan
Sebelum penelitian dilakukan, peneliti perlu mengadakan studi
pendahuluan. Studi pendahuluan ini biasanya disebut studi ekploratoris, yaitu
menjajagi kemungkinan diteruskannya pekerjaan meneliti. Studi pendahuluan
juga dimaksudkan untuk mencari informasi yang diperlukan oleh peneliti agar
masalahnya menjadi lebih jelas kedudukannya.
3. Merumuskan masalah
Perumusan masalah merupakan perumusan dan pemetaan faktor-faktor, atau
variabel-variabel yang terkait dengan fokus masalah. Faktor atau variabel tersebut
yang melatarbelakangi ataupun diakibatkan oleh fokus masalah. Karena faktor
atau variabel yang terkait dengan fokus masalah cukup banyak, maka perlu ada
pembatasan faktor atau variabel, yaitu dibatasi pada faktor atau variabel-variabel
yang dominan. Untuk itu informasi yang cukup dari studi pendahuluan atau studi
eksploratoris sangat diperlukan, sehingga masalah yang akan diteliti menjadi jelas
dan peneliti harus jelas pula apa yang seharusnya ia kerjakan.
5. Memilih pendekatan
Dalam menyusun rancangan penelitian biasanya berisi rumusan tentang
langkah-langkah penelitian, termasuk didalamnya adalah pendekatan dan
metode penelitian yang digunakan serta alasan-alasan mengapa menggunakan
pendekatan dan metode tersebut. Metode atau cara mengadakan penelitian
seperti halnya: Eksperimen atau non eksperimen. Tetapi disamping itu juga
menunjukan jenis atau tipe penelitian yang diambil, dipandang dari segi tujuan
misalnya eksploratif, deskriptif atau hitoris. Masih ada lagi pandangan dari
subjek penelitiannya, misalnya populasi atau kasus.
8. Mengumpulkan data
Dalam kegiatan pengumpulan data ini yang perlu mendapat perhatian
peneliti adalah objektivitas dan keakuratan data yang diperoleh, segi-segi legal
dan etis dalam proses pelaksanaannya. Dalam prakteknya, mengumpulkan data
adalah pekerjaan yang sukar, karena apabila diperoleh data yang salah, tentu
saja kesimpulannya pun salah pula. Oleh karena itu, peneliti harus sungguh-
sungguh dengan cermat dan jeli dalam menghimpun, mencatat atau merekam
data yang diperlukan.
9. Analisis data
Analisis data menjelaskan teknik dan langkah-langkah yang ditempuh
dalam mengolah atau menganalisis data. Menganalisis data membutuhkan
ketekunan dan pengertian terhadap jenis data. Jenis data akan menuntut teknik
analisis data. Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
statistik deskriptif, berupa table, grafik, profil, bagan, atau menggunakan statistik
inferensial berupa korelasi, regresi, perbedaan, analisis jalur, dll. Data kualitatif
dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif deskriptif naratif-logis.
Langkah 1
Memilih masalah
Langkah 2
Studi pendahuluan
Langkah 3
Merumuskan masalah
Langkah 4
Merumuskan anggapan dasar
Langkah 4a
Langkah 5 Hipotesis
Memilih pendekatan
Langkah 6a Langkah 6b
Menentukan variable Menentukan sumber
data
Langkah 7
Menentukan dan menyusun instruman
Langkah 8
Mengumpulkan data
Langkah 9
Analisis data
Langkah 10
Menarik kesimpulan
Langkah 11
Menyusun laporan
Gambar 1.1.1: Bagan Arus Kegiatan Penelitian (Suharsimi Arikunto; 1989: 16)
Langkah-langkah penelitian tersebut dikelompokkan menjadi tiga
kegiatan, yaitu: (1) Langkah ke-1 sampai dengan ke-6 mengisi kegiatan
pembuatan rancangan penelitian, (2) Langkah ke-7 sampai denga ke-11 meru-
pakan pelaksanaan penelitian, dan (3) Langkah terakhir sama dengan pembuatan
laporan penelitian. Ketiga langkah tersebut dapat digambarkan seperti gambar
berikut:
Latihan:
Setelah mengkaji keseluruhan materi yang dipaparkan pada subunit ini,
pemahaman Anda akan lebih mantap lagi, kerjakan latihan-latihan berikut:
1. Dalam suatu kerja penelitian, ditemukan dalam penggunaan “metodologi
penelitian” dan “metode penelitian” masih mencampuradukkan kedua istilah
tersebut sehingga terkesan sama maksudnya. Coba Anda temukan dan
jelaskan perbedaan antara metode penelitian dengan metodologi penelitian.
tersebut !
2. Anggapan dasar dan hipotesis merupakan salah satu langkah penelitian ilmiah.
Yang keduanya berbeda pengertian. Kemukakan pengertian anggapan dasar
dan hipotesis dalam kaitannya dengan penelitian yang menggunakan
pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif.
3. Sebagai pencarian ilmiah, penelitian adalah suatu kegiatan untuk menemukan
pengetahuan dilakukan dengan prosedur dan metode ilmiah. Coba Anda
kemukakan perbedaan antara metode ilmiah dengan suatu kerja penelitian
4. Dalam mengembangkan dan menguasai ilmu pengetahuan, alasan logika,
merupakan cara yang paling lama digunakan oleh para ilmuan, yaitu metode
deduktif dan induktif. Coba Anda kemukakan apa yang dimaksud dengan
metode deduktif dan induktif disertai memberikan contoh penggunaan logika
dari masing-masing metode tersebut.
Agar latihan yang Anda kerjakan sesuai dengan arah yang diharapkan,
bacalah rambu-rambu atau petunjuk latihan.
RANGKUMAN
Penelitian adalah seni dan ilmu (art and science) guna mencari jawaban
terhadap suatu permasalahan. Penelitian–penelitian pendidikan, umumnya
tergolong penelitian jenis terapan yang digunakan untuk mengembangkan
generalisasi-generalisasi yang berkenaan dengan proses belajar mengajar dan
bahan-bahan mengajar yang memberikan perhatiannya pada pengembangan dan
pengujian terori-teori tentang bagaimana pelajar (peserta didik) berperilaku
dalam setting pendidikan, baik di lingkungan pendidikan formal, pendidikan
informal maupun pendidikan nonformal.
Ada dua pendekatan penelitian yang biasa dipakai dalam penelitin, yaitu
pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif bersandar
pada pandangan positivis. Sedangkan pendekatan kualitatif bersandar dari pandangan
fenomenologis. Penemuan dari hasil kerja penelitian berupa temuan sesuatu yang
memang sebetulnya sudah ada disebut discovery. Sedangkan penelitian hasil
penelitian yang betul-betul baru dengan dukungan fakta disebut invention.
Beberapa alasan yang melatarbelakangi penelitian itu perlu dilakukan,
yaitu: (1) Kesadaran keterbatasan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan (2)
Pemenuhan rasa ingin tahu; (3) Pemecahan masalah; dan (4) Pemenuhan
pengembangan diri.
Pada dasarnya terdapat tiga langkah utama dalam suatu kerja penelitian ,
yaitu: (1) Kegiatan pembuatan rancangan penelitian, (2) Pelaksanaan penelitian,
dan (3) Pembuatan laporan penelitian. Dari kegiatan tersebut dirinci menjadi
langkah-langkah penelitian atau prosedur penelitian ilmiah, yaitu: (1) Memilih
masalah; (2) Studi pendahuluan; (3) Merumuskan masalah; (4) Merumuskan
anggapan dasar dan hipotesis; (5) Memilih pendekatan; (6) Menentukan variabel
dan sumber data; (7) Menentukan dan menyusun instrumen; (8) Mengumpulkan
data; (9) Analisis data; (10) Menarik kesimpulan; dan (11) Menyusun laporan.
Usaha manusia belajar menguasai ilmu pengetahuan bersumber dari:
(1) Pengalaman, (2) Otoritas, (3) Cara berpikir deduktif. (4) Cara berpikir induktif
dan (5) Pendekatan ilmiah.
SUBUNIT 2
Tujuan dan Fungsi Penelitian Pendidikan
a. Penelitian Dasar
Tujuan penelitian dasar adalah: pertama, menambah pengetahuan kita
dengan prinsip-prinsip dasar dan hukum-hukum ilmiah, dan kedua, meningkatkan
pencarian dan metodologi ilmiah (Nana Syaodih, 2005).
Penelitian dasar (basic research) disebut juga penelitian murni (pure
research) atau penelitian pokok (fundamental research) diarahkan pada pengujian
teori, dengan hanya sedikit atau bahkan tanpa menghubungkan hasilnya untuk
kepentingan praktik. Penelitian ini memberikan sumbangan besar terhadap
pengembangan dan pengujian teori-teori.
Sebagai contoh, teori yang dikemukan oleh Newton, yaitu gaya grafitasi
yang telah lama dan sampai sekarang masih berlaku. Tidak tertutup kemungkinan
para peneliti akan menguji teori ini dengan mengajukan pertanyaan: Apakah ada
gaya lain selain gaya tarik bumi yang menyebabkan suatu benda jika dijatuhkan
dari ketinggian tertentu tidak selalu jatuh mengarah ke pusat bumi (Andaikan
tidak selalu tepat ke pusat bumi atau melenceng). Kalau hasil temuan ternyata
demikian, maka temuan hasil penelitian tersebut memunculkan pertanyaan baru
tentang kehandalan teori gaya grafitasi yang telah berlaku lama dan universal
tersebut. Contoh lain, mengenai hasil penelitian yang sampai sekarang dan
mungkin akan tetap berlaku misalnya dalil Phytagoras, dan lain-lain..
Dalam bidang pengetahuan sosial, termasuk hasil penelitian bidang
pendidikan, ada dua kemungkinan terjadi, yaitu pertama, dapat memperkuat,
mengubah, atau menolak hasil temuan dari paradigma lama. Yang kedua, . hasil
penelitian yang baru menghasilkan suatu yang memperkuat, membedakan, atau
bertentangan dengan hasil penelitian yang lama.
Bertolak dari suatu teori, prinsip dasar atau generalisasi, Syaodih (2005)
menjelaskan bahwa penelitian dasar diarahkan untuk mengetahui, menjelaskan
dan memprediksi fenomena-fenomena alam dan sosial. Teori bisa didukung atau
tidak didukung oleh pengalaman. Teori yang didukung oleh kenyataan-kenyataan
empiris disebut hukum ilmiah (scientific law).
Meskipun ada yang berpendapat bahwa penelitian dasar tidak diarahkan
untuk memecahkan masalah-masalah sosial dan para ilmuwan berperan
mengembangkan pengetahuan dan tidak perlu selalu memiliki implikasi praktis,
tetapi dalam kenyataan hasil-hasil penelitian dasar memberikan tantangan nilai-
dan dogma-dogma yang telah terbentuk dalam kehidupan praktis setelah periode
waktu tertentu. Pengetahuan baru secara tidak langsung akan mempengaruhi
pemikiran dan persepsi orang, yang akibatnya bisa mempengaruhi atau tidak
mempengaruhi perbuatan.
b. Penelitian Terapan
Penelitian terapan (applied research) berkenaan dengan kenyataan-
kenyataan praktis, penerapan dan pengembangan pengetahuan yang dihasilkan
oleh penelitian dasar dalam kehidupan nyata. Penelitian dasar berfungsi
menghasilkan pengetahuan untuk mencari solusi tentang masalah-masalah dalam
bidang tertentu.
Penelitian ini menguji manfaat dan teori-teori ilmiah, mengetahui
hubungan empiris dan analitis dalam bidang-bidang tertentu. Implikasi dari
penelitian terapan dinyatakan dalam rumusan yang bersifat umum, bukan
rekomendasi yang merupakan tindakan langsung. Penelitian terapan seperti halnya
penelitian dasar bersifat abstrak dan umum dalam bidang tertentu, bukan
pengetahuan yang bersifat universal. Hasil penelitian terapan menambah
pengetahuan yang berbasis penelitian dalam bidang-bidang tertentu. Dampak dari
penelitian terapan terasa setelah periode waktu tertentu. Setelah jumlah hasil studi
dipublikasikan dan dibicarakan dalam periolde waktu tertentu, pengetahuan
tersebut akan mempengaruhi cara berpikir dan persepsi para praktisi. Penelitian
terapan mendorong penelitian lebih lanjut, menyarankan teori dan praktek baru
serta mendorong pengembangan metodologi.
c. Penelitian Evaluatif
Penelitian evaluatif (evaluation research) difokuskan pada suatu kegiatan
dalam suatu unit tertentu. Kegiatan tersebut dapat berbentuk program, proses,
ataupun hasil kerja, sedangkan unit dapat berupa tempat, organisasi, ataupun
lembaga. Penelitian ini dapat menilai manfaat atau kegunaan, sumbangan dan
kelayakan dari sesuatu kegiatan dalam satu unit. Apakah suatu kegiatan, program
atau pekerjaan memberikan manfaat, sumbangan atau hasil seperti yang
diharapkan ? Apakah sesuatu kegiatan, program atau pekerjaan yang layak dilihat
dari segi biaya, pengembangan, implementasi dan penyebaran, biaya untuk bahan-
bahan, tempat, pengembangan staf, dukungan masyarakat.
Penelitian evaluatif berbeda dengan evaluasi formal. Evaluasi formal bisa
dilakukan oleh para peneliti atau pelaksana dalam bidangnya, tidak membutuhkan
pelatihan-pelatihan khusus. Untuk dapat melakukan penelitian evaluatif
membutuhkan latihan khusus dalam beberapa disiplin ilmu, metodologi dan
keterampilan berhubungan dengan komunikasi secara interpersonal. Penelitian
evaluatif yang bersifat komprehensif membutuhkan data kuantitatif dan kualitatif
dari berbagai studi terkait yang dilaksanakan dalam berbagai tahapan kegiatan.
Pelaksanaan penelitian evaluatif membutuhkan kemampuan berkomuni-
kasi dengan bahasa praktis sesuai dengan situasi yang diteliti, tetapi juga terfokus
pada segi-segi yang berarti bagi para penentu kebijakan. Hasil-hasil penelitian
evaluatif kurang bersifat generalisasi, sebaba evaluasi terkait dengan kegiatan
yang berlangsung dalam unit tertentu.
Penelitian evaluatif dapat menambah pengetahuan tentang kegiatan
tertentu, dan dapat mendorong penelitian atau penbangan lebih lanjut. Sejumlah
penelitian evaluatif dalam kegiatan sejenis yang dilaksanakan dalam unit-unit
yang berbeda dapat menambah pengetahuan dalam bidang aplikatif.
Ada dua macam penelitian evaluatif, yaitu penelitian tindakan (action
research) dan penelitian kebijakan (policy research). Penelitian tindakan
dilakukan oleh para pelaksana untuk memecahkan masalah yang dihadapi atau
memperbaiki suatu pelaksanaan suatu kegiatan. Guru melakukan penelitian
tindakan untuk memecahkan masalah atau meningkatkan program pengajarannya.
Penelitian tindakan yang dewasa ini banyak dilakukan dalam penelitian tindakan
kolaboratif (collaborative action research). Dalam penelitian ini para pelaksana
bekerjasama dengan konsultan atau para peneliti luar untuk merancang dan
melaksanakan penelitiannya. Penelitian tindakan menekankan baik pada proses
maupun hasil dari perubahan-perubahan strategi dan teknik yang digunakan.
Analisis kebijakan mengevaluasi kebijakan pemerintah untuk membantu
para penentu kebijakan memberikan rekomendasi-rekomendasi yang praktis.
Penelitian kebijakan memfokuskan kajiannya pada kebijakan yang lalu atau yang
berlaku sekarang, dan diarahkan untuk: (1) meneliti formulasi kebijakan,
sasarannya siapa-siapa saja, (2) menguji pelaksanaan suatu program terkait dengan
sesuatu kebijakan, (3) menguji keefektifan dan keefisienan kebijakan (Syaodih,
2005: 17).
McMillan dan Schumacher (2001:18) membedakan penelitian dasar,
terapan dan evaluatif berdasarkan bidang penelitian, tujuan, tingkat generalisasi
dan penggunaan hasilnya, digambarkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 1.1
Perbedaan antara Penelitian Dasar, Terapan dan Evaluatif
Penelitian Penelitian Penelitian
Dasar Terapan Evaluatif
Bidang 1. Penelitian bidang 1. Bidang aplikasi: 1. Pelaksanaan
Penelitian fisik, perilaku dan kedokteran, berbagai program
sosial rekayasa, atau kegiatan
pendidikan berbagai tempat
Tujuan 1. Menguji teori, 1. Menguji keguna- 1. Menilai
dalil, prinsip dasar. an teori dalam keberhasilan
bidang tertentu. kegiatan secara
spesifik
2. Menentukan 2. Menentukan 2. Menilai manfaat
hubungan empiris hubungan kegiatan secara
antar fenomena empiris dan spesifik
dan mengadakan generalisasi
generalisasi analitis dalam
analitis bidang tertentu
Tingkat 1. Abstrak, umum 1. Umum tetapi 1. Konkrit, spesifik
Generalisasi dalam bidang dalam aspek
tertentu tertentu.
2.Diterapkan dalam
praktik aspek
tertentu.
Penggunaan 1.Menambah penge- 1. Menambah penge- 1. Menambah pe-
hasil tahuan ilmiah dari tahuan yang didas- ngetahuan yang
prinsip-prinsip arkan penelitian didasarkan pene-
dasar dan hukum dalam bidang litian secara
tertentu. tertentu. spesifik.
2. Meningkatkan 2. Meningkatkan 2. Meningkatkan
metodologi dan penelitian dan penelitian dan
cara-cara metodoogi dalam metodologi
pencarian bidang tertentu. secara spesifik
3.Membantu dalam
pembuatan
keputusan bidang
tertentu.
Sumber: Reseach in Education (McMillan dan Schumacher, 2001:18)
b. Penelitian Prediktif
Penelitian prediktif (predictive research) Studi ini ditujukan untuk
memprediksi atau memperkirakan apa yang akan terjadi atau berlangsung pada
saat yang akan datang berdasarkan hasil analisis keadaan saat ini. Penelitian
deskriptif dilakukan melalui penelitian yang bersifat korelasional (correlational
studies) dan kecenderungan (trend studies). Melalui penelitian korelasional, selain
dapat dicari korelasi antara dua atau lebih dari dua variabel juga dapat dihitung
regresinya. Melalui perhitungan regresi ini, baik regresi parsial maupun multiple
dapat diprediksi dampak atau kontribusi dari satu atau lebih dari satu variabel
terhadap variabel lainnya.
Penelitian prediktif juga dapat dilakukan melalui studi kecenderungan.
Dengan melihat perkembangan selama jangka waktu tertentu, pada saat ini atau saat
yang lalu dapat dilihat kecenderungannya pada masa yang akan datang. Prediksi
tentang jumlah penduduk lima atau sepuluh tahun yang akan datang bisa dihitung
berdasarkan perkembangan penduduk selama lima sampai sepuluh tahun yang lalu.
c. Penelitian Improftif
Penelitian improftif (improvetive research) ditujukan untuk memperbaiki,
meningkatkan atau menyempurnakan suatu keadaan, kegiatan atau pelaksanaan
suatu program. Banyak kegiatan atau program dalam pelaksanaan pendidikan,
seperti pelaksanaan: kurikulum, pembelajaran, evaluasi berbagai mata pelajaran,
program: praktik laboratorium, praktik keterampilan, bimbingan siswa,
ekstrakurikuler, pengawasan sekolah, layanan perpustakaan, program pelatihan
pemimpin sekolah, guru, staf adminstrasi, dll. Untuk memperbaiki dan
menyempurnakan pelaksanaa program atau kegiatan digunakan penelitian
tindakan atau action research, sedang untuk memperbaiki, meningkatkan atau
menghasilkan program yang standar atau model digunakan penelitian dan
pengembangan atau research and development. Penelitian eksperimental sebagai
bagian dari metode penelitian dan pengembangan atau sebagai metode tersendiri
untuk mengetahui pengaruh dari suatu hal terhadap hal lainnya juga dapat
dilakukan dalam penelitian improftif.
d. Penelitian Eksplanatif
Penelitian eksplanatif (explanative research) ditujukan untuk memberikan
penjelasan tentang hubungan antar fenomena atau variabel. Peneliti berusaha
menjelaskan melalui teori yang didukung fakta-fakta yang menunjang yang ada,
peneliti akan dapat sampai pemberian pernyataan sementara yang sering disebut
sebagai hipotesis penelitian. Variabel dalam pendidikan bisa berupa, antara lain:
guru mengajar, membimbing, mengevaluasi, murid belajar, mengerjakan tugas,
bolos, lulus ujian, buku kurang, kelas sempit.
Penelitian eksplanatif mencoba mencari kejelasan hubungan antar hal
tersebut. Hubungan tersebut bisa berbentuk hubungan korelasional atau saling
hubungan, sumbangan atau konstribusi satu variabel terhadap variabel lainnya
ataupun hubungan sebab akibat. Hubungan-hubungan tersebut dikaji dalam
penelitian korelasional, dan penelitian eksperimental. Hubungan juga dapat dilihat
dari perbedaan yang melatarbelakanginya, yang dapat diungkap melalui penelitian
kausal komparatif.
Latihan:
Setelah mengkaji keseluruhan materi yang dipaparkan pada subunit ini,
pemahaman Anda akan lebih mantap lagi, kerjakan latihan-latihan berikut:
1. Profesionalisme guru lebih mengacu pada sikap dan komitmen guru untuk
senantiasa berusaha belajar untuk meningkatkan dan meningkatkan
kemampuannya dalam menjalankan pekerjaan profesinya sebagai guru yang
profesional. Hal ini diantaranya dapat dilakukan dengan belajar mandiri
dan/atau bersama teman sejawat.
2. Telaah ulang materi bahasan tentang variabel bebas (independent variable) dan
variabel terikat (dependent variable). Setelah Anda memperoleh pemahaman
yang jelas tentang variabel-varibel tersebut, lanjutkan diskusi Anda dengan
teman-teman Anda untuk menentukan aspek dari masing-masing variabel
tersebut. Perlu diingat, pilih masalah yang tidak terlalu luas agar tidak
menyulitkan Anda ketika akan melakukan penelitian.
RANGKUMAN
Secara umum penelitian pendidikan mempunyai dua fungsi utama, yaitu
mengembangkan ilmu pengetahuan dan memperbaiki praktek pendidikan. Dari
fungsi utama tersebut dapat dijabarkan lagi berdasarkan jenis-jenis penelitian,
yaitu: fungsi penelitian berdasarkan jenis penelitian dibedakan tiga jenis atau
macam penelitian, yaitu penelitian dasar atau basic research, penelitian terapan
atau applied research dan penelitian evaluatif atau evaluative research. Dan
fungsi penelitian berdasarkan tujuan penelitian, dibedakan antara penelitian
deskriptif, prediktif, improftif, dan eksplanatif. Penelitian pendidikan tersebut
menekankan sekitar masalah pendidikan, baik yang mencakup guru, siswa,
kurikulum, sistem pengajaran, manajeman, dan hubungan lembaga dengan
masyarakat dan lain-lain
Ubahan didalam istilah penelitian disebut variable. Variabel adalah gejala
yang sedang diteliti. Variabel atau ubahan adalah simbol yang digunakan untuk
mentransfer gejala kedalam data penelitian. Biasanya variabel muncul pada
tingkat intensitas yang berbeda sehingga variabel itu adalah variabel lebel.
Ada beberapa variabel yang biasa digunakan dalam suatu penelitian, yaitu:
variabel bebas dan variabel terikat.. Variabel bebas (independent variable) adalah
variabel yang memberi pengaruh atau diuji pengaruhnya terhadap variabel lain,
disebut juga variabel perlakuan, variabel eksperimen atau variabel intervensi.
Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel bebas, disebut juga variabel hasil, variabel pos tes atau variabel kriteria.
Dalam suatu penelitian juga biasa dijumpai variabel ekstranus dan variabel
penyela. Variabel ekstranus (extraneous variabel) dan variabel penyela
(intervening variable). Variabel ekstranus adalah variabel-variabel yang apabila
tidak dikontrol akan berpengaruh terhadap variabel terikat. Sedangkan variabel
penyela adalah variabel yang kemungkinan besar berpengaruh terhadap hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat tetapi sulit untuk dikontrol.
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Setelah mengkaji secara saksama uraian materi pada unit ini, selanjutnya
Anda diminta untuk mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat di masing-
masing sub unit, membaca rangkuman, dan mengerjakan soal-soal tes formatif
yang disediakan di bagian akhir tiap-tiap subunit. Pedoman jawaban latihan telah
tersedia pada masing-masing subunit, demikian halnya kunci jawaban tes formatif
juga telah disediakan di bagian akhir unit ini. Namun demikian, Anda diminta
untuk menjawab soal-soal latihan dan soal-soal tes formatif secara mandiri
terlebih dahulu sebelum mencocokkannya dengan pedoman jawaban latihan
ataupun kunci jawaban tes formatif yang telah disediakan.
SUBUNIT 1
Ruang Lingkup Penelitian Pendidikan
Dalam unit ini dibahas ruang lingkup penelitian pendidikan, yang meliputi
komponen-komponen proses pendidikan dan penelitian bidang pendidikan.
Komponen-komponen proses pendidikan tersebut meliputi: interaksi pendidikan,
tujuan pendidikan, lingkungan pendidikan, dan pergaulan pendidikan. Sedangkan
penelitian bidang-bidang pendididkan, antara lain meliputi: penelitian bidang ilmu
dan praktek pendidikan. Selanjutnya akan dibahas juga karakteristik penelitian
pendidikan.
a. Pendidikan Teoritis
Penelitian yang diarahkan pada kajian bidang pendidikan teoritis ini,
antara lain meliputi:
1) Kajian filosofis tentang pendididikan; seperti idealisme, realisme,
pragmatisme, dan eksistensialisme.
2) Pendidikan dalam orientasi : transmisi, transaksi, dan transformasi.
3) Konsep-konsep pendidikan, seperti perenialisme, esensialisme, romantisme,
progressivisme, teknologi pendidikan dan pendidikan pribadi.
b. Pendidikan Praktis
Penelitian pendidikan yang diarahkan pada kajian bidang pendidikan
praktis dapat dikelompokkan berdasarkan: lingkungan dan kelompok usia,
jenjang, bidang studi, dan berdasarkan jenis pendidikan. Pengelompokan bidang
pendidikan praktis tersebut, sebagai berikut:
1) Berdasarkan lingkungan dan kelompok usia, yang meliputi: (1) Pendidikan
dalam keluarga (pendidikan informal); (2) Pendidikan dalam masyarakat
(pendidikan nonformal); (3) Pendidikan di sekolah (pendidikan formal); (4)
Pendidikan usia dini (termasuk pendidikan prasekolah, contohnya: Taman-
Kanak-Kanak atau TK), Kelompok Bermain atau play group, Taman
Pendidikan Al-Qur’an (TPAQ), Tempat Penitipan Anak (TPA) dan sejenisnya
serta (5) Pendidikan orang dewasa.(Adult Education).
B. Komponen-Komponen Pendidikan
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, komponen-komponen proses
pendidikan termasuk salah satu bidang kajian dalam penelitian pendidikan.
Berikut ini akan dibahas sejumlah komponen proses dimaksud.
a. Interaksi Pendidikan
Kegiatan pendidikan diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan tertentu
yang disebut tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan tersebut merupakan kegiatan
mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan, dan karakteristik pribadi peserta
didik. Tujuan pendidikan minimal diarahkan kepada pencapaian empat sasaran, yaitu:
(1) pengembangan segi-segi kepribadian, (2) pengembangan kemampuan
kemasyarakatan, (3) pengembangan kemampuan melanjutkan studi, dan
(4) pengembangan kecakapan dan kesiapan untuk bekerja (Nana Syaodih, 2005: 24).
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang berintikan interaksi antara
peserta didik dengan para pendidik serta
PENDIDIK PESERTA DIDIK
berbagai sumber pendidikan. Interaksi (GURU) (SISWA)
b. Tujuan Pendidikan
Perbuatan mendidik diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu,
yaitu tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan ini bisa menyangkut kepentingan peserta
didik sendiri, kepentingan masyarakat
dan tuntutan lapangan pekerjaan atau
ketiga-tiganya, yakni peserta didik,
masyarakat dan pekerja sekaligus.
Proses pendidikan terarah pada
peningkatan penguasaan pengetahuan,
kemampuan, keterampilan,
pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka pembentukan dan
pengembangan diri peserta didik. Pengembangan diri ini dibutuhkan, untuk
menghadapi tugas-tugas dalam kehidupannya sebagai pribadi, sebagai siswa,
karyawan, professional maupun warga masyarakat.
Sasaran dan perbuatan pendidikan selalu normatif, selalu terarah kepada
yang baik. Perbuatan pendidikan tidak mungkin dan tidak pernah diarahkan
kepada pencapaian tujuan-tujuan yang merugikan atau bertentangan dengan
kepentingan peserta didik ataupun masyarakat. Perbuatan pendidikan selalu
diarahkan kepada kemaslahatan dan kesejahteraan peserta didik dan masyarakat.
Karena tujuannya positif maka proses pendidikannya juga harus positif,
konstruktif dan normatif. Tujuan yang normatif tidak mungkin dapat dicapai
dengan perbuatan yang tidak normatif pula. Oleh karena itu kepada guru sebagai
pendidik dituntut untuk selalu bersikap, berbuat, berperilaku, dan berpenampilan
sesuai dengan norma-norma.
c. Lingkungan Pendidikan
Proses pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu
lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, politis,
keagamaan, intelektual, dan nilai-nilai. Lingkungan fisik terdiri atas lingkungan
alam dan lingkungan buatan manusia, yang merupakan tempat dan sekaligus
memberikan dukungan kadang-kadang juga hambatan bagi berlangsungnya proses
pendidikan. Proses pendidikan mendapatkan dukungan dari lingkungan fisik
berupa sarana, prasarana serta fasilitas fisik dalam jenis dan kualitas yang
memadai, akan sangat mendukung berlangsungnya proses pendidikan yang
efektif. Kekurangan sarana, prasarana dan fasilitas fisik, akan menghambat proses
pendidikan, dan menghambat pencapaian hasil yang maksimal.
Lingkungan sosial budaya merupakan lingkungan pergaulan antar
manusia. Di lingkungan ini pendidik dan peserta didik serta orang-orang lainnya
terlibat dalam pendidikan terjadinya kumunikasi dalam bentuk pergaulan
pendidikan. Interaksi dalam proses pendidikan maupun pembelajaran antara pihak
yang terlibat di dalamnya, biasa disebut interaksi pendidikan (interaksi edukatif)
Interaksi edukatif dapat disebut “jembatan” dalam proses pendidikan atau
pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Interaksi pendidikan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dan corak
pergaulan antar orang-orang yang terlibat dalam interaksi tersebut, baik pihak
peserta didik (siswa) maupun para pendidik (guru) dan pihak lainnya. Karakteristik
pribadi misalnya, meliputi karakteristik fisik, seperti tinggi dan berat badan, nada
suara, roman muka, gerak-gerik, dan lain-lain., dan karakteristik psihis seperti sifat
sabar atau gampang marah (temperamental), sifat jujur, setia (watak) dan lain-lain,
serta kemampuan intelektual seperti jenius, cerdas, bodoh dan lain-lain.
Corak pergaulan dalam berbagai latar keragaman sosial dan budaya
masyarakat turut memberikan warna pergaualan dan dalam melakukan pekerjaan
atau kerja yang mempengaruhi sifat-sifat pribadi peserta didik. Corak pergaulan
yang bersahabat akan memberikan warna sifat-sifat pribadi yang bersahabat,
sebaliknya corak pergaulan yang keras mendorong munculnya konflik sosial, dan
bahkan mempengaruhi sifat-sifat pribadi.
Sebagai makhluk yang berbudaya, manusia menciptakan budaya, hidup
dan berkembang dalam lingkungan budaya tertentu. Dalam suatu lingkungan
masyarakat suatu daerah tertentu memiliki budaya dengan nilai-nilai yang melekat
dalam kehidupan pribadi atau kelompok masyarakat tertentu, misalnya kelompok
etnis, sebagi kelompok sosial memiliki budaya tertentu pula. Pola-pola perilaku,
pergaulan maupun interaksi antara peserta didik dengan pendidik serta sumber
pendidikan lainnya dipengaruhi oleh jenis-jenis budaya yang ada di lingkungannya.
Selain lingkungan masyarakat dengan budayanya, lingkungan intelektual
sangat mempengaruhi pengembangan kemampuan peserta didik. Lingkungan
intelektual ini merupakan kondisi dan iklim sekitar yang mendorong dan
menunjang pengembangan kemampuan berpikir. Lingkungan ini mencakup
perangkat lunak, seperti sistem dan program-program pengajaran, perangkat keras
seperti media dan sumber belajar, serta aktivitas-aktivitas pengembangan dan
penerapan kemampuan berpikir.
Lingkungan pendidikan lain yang turut mempengaruhi pengembangan
kemampuan peserta didik, para pendidik dan atau pelaku pendidikan yang terlibat
dalam proses pendidikan adalah lingkungan keagamaan. Lingkungan keagamaan
adalah lingkungan yang terkait dengan pola-pola kegiatan, perilaku manusia
dalam melaksanakan kewajiban dan nilai-nilai keagamaan. Sedangkan lingkungan
lainnya adalah lingkungan yang turut menata kehidupan nilai bagi individu,
kelompok masyarakat, bangsa, yang disebut lingkungan nilai. Yang termasuk
lingkungan nilai misalnya, nilai kemasyarakatan, ekonomi, sosial, politik, estetika,
etika maupun nilai keagamaan yang hidup dan dianut dalam suatu daerah atau
kelompok tertentu. Lingkungan-lingkungan tersebut akan memberikan pengaruh
yang cukup besar terhadap proses dan hasil dari pendidikan.
Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat serta lingkungan-lingkungan kerja. Keluarga seringkali
disebut sebagai lingkungan pertama dan utama, sebab dalam lingkungan inilah
pertama-tama anak mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuhan, pembiasaan,
dan latihan. Keluarga merupakan masyarakat kecil, bukan hanya menjadi tempat
anak diasuh dan dibesarkan, tetapi juga tempat anak hidup dan dididik pertama
kali. Apa yang diperolehnya dalam kehidupan keluarga, akan menjadi dasar dan
dikembangkan pada kehidupan-kehidupan selanjutnya. Keluarga merupakan
masyarakat kecil sebagai prototype masyarakat luas. Oleh karena itu, penyiapan
pendidikan bagi anak dalam keluarga ibarat “sumber air”, yang akan mengalir ke
masyarakat. Dari sumber air yang keruh akan mengalir air yang keruh, sebaliknya
air dari sumber yang jernih akan mengeluarkan air yang jernih.
Di antara aspek-aspek kehidupan, sesungguhnya selalu ada dalam
keluarga, seperti aspek ekonomi, sosial, politik, keamanan, kesehatan, agama,
serta pendidikan, yang menempati kedudukan yang paling sentral dalam
kehidupan keluarga. Hal ini diebabkan adanya kecenderungan yang sangat kuat
pada manusia, bahwa mereka ingin melestarikan keturunannya, dan hal ini dapat
dicapai melalui pendidikan. Dengan perkataan lain, cita-cita orangtua tentang
anak-anak dan cucunya direalisasikan melalui pendidikan.
Lingkungan kedua setelah keluarga adalah sekolah. Pendidikan di sekolah
lebih bersifat formal, (sementara dalam keluarga bersifat informal). Pengetahuan,
nilai-nilai dan keterampilan yang diberikan di sekolah, merupakan kelanjutan dari
apa yang diberikan di dalam keluarga, tetapi tingkatannya jauh lebih tinggi dan
lebih kompleks, sesuai dengan tahap penjenjangannya. Pengetahuan tersebut
bersumber dari disiplin-disiplin ilmu atau permasalahan-permasalahan yang
berkembang dalam masyarakat. yang bersumber dari bidang-bidang ilmu
pendidikan.
Selain dalam kedua lingkungan
tersebut di atas, peserta didik juga mendapat
pengaruh dan pendidikan dalam lingkungan
masyarakat, yang merupakan lingkungan
ketiga. Dalam masyarakat peserta didik
menghadapi dan mempelajari hal-hal yang
lebih nyata dan praktis, terutama yang
berkaitan erat dengan problema-problema
kehidupan. Di masyarakat, para peserta didik juga dituntut dan berusaha
menerapkan apa-apa yang telah mereka peroleh dari keluarga dan sekolah, tetapi
setelah selesai masa pendidikan, maka mereka masuk ke masyarakat dengan status
yang lain, yang menunjukkan tingkat kedewasaan dan kemandirian yang lebih
tinggi. Dalam lingkungan masyarakat, pendidikanya lebih bersifat terbuka,
artinya peserta didik menjumpai berbagai sumber dan bahan belajar yang
mencakup aspek-aspek kehidupan. Bahan yang dipelajari tersebut berasal dari
sumber belajarnya secara langsung maupun melalui media belajar yang ada dalam
lingkungannya, baik media massa (media cetak dan media elektronika). Dalam
lingkungan masyarakat, metode pembelajarannya mencakup semua bentuk
interaksi dan komunikasi antar orang baik secara langsung atau tidak langsung,
menggunakan media cetak, ataupun elektronika.
d. Pergaulan Pendidikan
Pendidikan bisa berlangsung dalam pergaulan hidup, dalam pergaulan ini para
pendidik berusaha menjadi contoh dan memberikan perlakuan-perlakuan yang
bersifat mendidik, oleh karena itu pergaulan ini disebut pergaulan pendidikan.
Pergaulan pendidikan antara peserta didik dengan pendidik dapat berlangsung dalam
kegiatan sehari-hari, dalam situasi pembelajaran, bimbingan dan latihan-latihan. Juga
pergaulan pendidikan bisa berlangsung antara orangtua dengan anak-anaknya dalam
kehidupan keluarga (pendidikan dan keluarga) dan antara orang dewasa dengan anak-
anak dalam kehidupan masyarakat (pendidikan dalam masyarakat).
Dalam pergaulan pendidikan proses pengembangan berlangsung secara
informal, alamiah, dan mungkin juga tidak disadari, walaupun dari sisi pendidik
seharusnya selalu disadari. Syaodih (2005) mengatakan bahwa proses pendidikan
dalam situasi pergaulan berlangsung melalui percontohan. Para pendidik dengan
apa yang mereka perlihatkan, katakan, perbuat, berikan. Pendidikan diberikan
dengan “seluruh penampilan pendidik”, dengan seluruh hal yang pendidik
perlihatkan kepada para peserta didik, termasuk hal-hal kurang baik atau tidak
mendidik. Inilah yang disebut kesalahan mendidik. Seharusnya dalam pergaulan
pendidikan, para pendidik hanya memperlihatkan hal-hal positif, yang ingin
tumbuh dan berkembang ada peserta didik, karena dalam pergaulan pendidikan
para pendidik menjadi model dan contoh dari konsep pendidikan yang dianutnya.
Latihan:
Setelah Anda mengkaji materi yang dipaparkan dalam subunit ini,
selanjutnya untuk memantapkan pemahaman Anda, kerjakan latihan berikut:
1. Penelitian dalam bidang pendidikan banyak yang lebih diarahkan pada aplikasi
dari konsep dan teori, sehingga penelitian pendidikan dikelompokkan sebagai
penelitian terapan (applied research). Coba observasi hasil dari penelitian
terapan yang mengaplikasikan teori belajar ketika Anda melaksanakan tugas
Anda di sekolah/di kelas .
2. Dilihat dari lingkungan dan kelompok usia, pendidikan di Taman Kanak-
kanak disebut pendidikan prasekolah. Akan tetapi masih ditemukan
penyelenggaraan program pendidikannya tidak berbeda dengan sistem
pendidikan persekolahan. Coba Anda identifikasi beberapa fenomena yang
menunjukkan kesamaan perlakuan terhadap peserta didik di TK.
3. Salah satu komponen pendidikan yang dapat dikaji dalam penelitian
pendidikan adalah pergaulan pendidikan yang ditandai terjadinya interaksi
edukatif antara peserta didik dengan para pendidik. Coba Anda kemukakan
beberapa ciri interaksi edukatif yang terjadi di lingkungan sekolah.
RANGKUMAN
Penelitian dalam bidang pendidikan banyak yang lebih diarahkan pada
aplikasi dari konsep dan teori sehingg dikelompokkan sebagai penelitian terapan
atau applied reseach. Selain penelitian bidang ilmu dan praktek pendidikan,
penelitian juga dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanan atau keberhasilan suatu
sistem, ketepatan penggunaan suatu sistem, program, model, metode, media, dan
instrumen pembelajaran.
Komponen-komponen proses pendidikan yang termasuk dalam ruang
lingkup dan kajian pendidikan, meliputi: interaksi pendidikan, tujuan pendidikan,
lingkungan pendidikan, dan pergaulan pendidikan. Dari segi teori, ilmu dan segi
praktiknya, penelitian pendidikan mencakup kajian ilmu dan praktik pendidikan,
ilmu dan praktik kurikulum, ilmu dan praktik pembelajaran, ilmu dan praktik
bimbingan dan konseling, segi ilmu dan praktik manajemen pendidikan.
Penelitian bidang ilmu pendidikan yang diarahkan pada perkembangan
teori dan konsep digolongkan sebagai penelitian dasar (basic reseach). Penelitian
tersebut dapat dilakukan secara kuantitatif, ekperimental atau noneksperimental.
Tujuan akhir suatu ilmu adalah mengembangkan dan menguji teori. Suatu teori
dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena alamiah.
Ada tujuh karakteristik penelitian pendidikan yaitu: (1) objektivitas; (2)
ketepatan; (3) verifikasi; (4) penjelasan ringkas; (5) empiris; (6) penalaran logis;
dan (7) kesimpulan kondisional. Penelitian terhadap ilmu pendidikan mengkaji
dasar-dasar, teori-teori dan konsep-konsep termasuk sejarah perkembanganya dapat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode kualitatif maupun kuantitatif.
SUBUNIT 2
Jenis-Jenis Penelitian Pendidikan
A. Penelitian Kuantitatif
McMillan dan Schumacher (2001) memulai dengan membedakan
penelitian antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Dalam pendekatan
kuantitatif dibedakan pula antara metode-metode penelitian eksperimental dan
noneksperimental. Dalam penelitian kualitatif dibedakan antara kualitatif
interaktif dan noninteraktif. Secara lengkap pengelompokan metode dan
pendekatan tersebut dapat dilihat pada table 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1
Metode-Metode Penelitian
KUANTITATIF KUALITATIF
Eksperimental Non eksperimental Interaktif Non interaktif
• Eksperimental • Deskriptif • Etnografis • Analisis konsep
murni • Komparatif • Historis • Analisis
• Eksperimental • Korelasional • Fenomenologis kebijakan
kuasi • Survai • Studi kasus • Analisis
• Eksperimental • Ekspos fakto • Teori dasar historis
lemah • Tindakan • Studi kritis
• Subjek
tunggal
Penelitian dan Pengembangan
Sumber: McMillan dan Schumacher (2001) diadaptasi dengan tambahan
.
Penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yang bertolak dari
asumsi bahwa realita bersifat tunggal, fixed (tidak berubah), stabil, lepas dari
kepercayaan, dan perasaan-perasaa individual. Realita terdiri atas bagian dan
unsur yang terpisah satu sama lain dan dapat diukur dengan menggunakan
instrumen. Maksimalisasi objektivitas desain penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur, dan percobaan
terkontrol. Ada beberapa metode penelitian yang dapat dimasukkan ke dalam
penelitian kuantitatif yang bersifat noneksperimental, yaitu metode: deskriptif
survai, ex-post facto, komparatif, korelasional, dan penelitian tindakan.
1. Penelitian Noneksperimental
Beberapa metode penelitian yang biasa dipakai dalam penelitian
pendidikan berdasarkan pendekatannya yang termasuk dalam kelompok metode
penelitian kuantititaif noneksperimental, meliputi:
a. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah suatu metode penelitian
yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang
berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Penelitian deskriptif, bisa
mendeskripsikan sesuatu keadaan saja, tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan
dalam tahapan-tahapan perkembangannya. Penelitian demikian disebut penelitian
perkembangan (developmental studies). Dalam penelitian perkembangan ada yang
bersifat longitudinal atau sepanjang waktu, dan ada yang bersifat cross sectional
atau dalam potongan waktu. Penelitian longitudinal dalam perkembangan
kemampuan berbahasa meneliti perkembangan tersebut dimulai dari masa bayi
sampai dengan dewasa awal. Dalam penelitian cross sectional, meneliti
perkembangan kemampuan berbahasa pada masing-masing tahap, umpamanya
masa: bayi, anak kecil, anak sekolah, remaja, dan dewasa awal dilakukan pada saat
bersamaan, tetapi subyeknya berbeda.
b. Penelitian Survai
Survai digunakan untuk mengumpulkan informasi berbentuk opini dari
sejumlah orang terhadap topik atau isu-isu tertentu. Ada tiga karakteristik utama
dari survai : (1) informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang untuk
mendeskripsikan beberapa aspek atau karakteristik tertentu seperti : kemampuan,
sikap, kepercayaan, pengetahuan dari populasi, (2) informasi dikumpulkan
melalui pengajuan pertanyaan (umumnya tertulis walaupun bisa juga lisan) dari
suatu populasi, (3) informasi diperoleh dari sampel, bukan dari populasi.
Tujuan utama survai adalah
mengetahui gambaran umum karakteristik dari
populasi. Pada dasarnya yang ingin dicari
peneliti adalah bagaimana anggota dari suatu
populasi tersebar dalam satu atau lebih
variabel, seperti usia, etnis, jenis kelamin,
agama, dll. Seperti halnya metode deskriptif,
survai juga ada yang bersifat longitudinal dan
juga cross sectional. Survai longitudinal
digunakan untuk mengumpulkan informasi/perubahan yang berlangsung dalam
kurun waktu yang cukup panjang. Cross sectional mengumpulkan informasi
dalam satu periode waktu tertentu yang relatif lebih pendek.
e. Penelitian Korelasional
Penelitian ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan
variabel-variabel lain. Hubungan antara satu dengan beberapa variabel lain
dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi dan keberartian (signifikansi)
secara statistic. Adanya korelasi antara dua variabel atau lebih, tidak berarti
adanya pengaruh atau hubungan sebab-akibat dari suatu variabel terhadap variabel
lainnya. Korelasi positif berarti nilai yang tinggi dalam suatu variabel
berhubungan dengan nilai yang tinggi pada variabel lainnya. Korelasi negatif
berarti nilai yang tinggi dalam satu variabel berhubungan dengan nilai yang
rendah dalam variabel lain.
f. Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian yang
diarahkan pada mengadakan pemecahan masalaha atau perbaikan. Guru-guru
mengadakan pemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam kelas,
kepala sekolah mengadakan perbaikan terhadap manajemen di sekolahnya.
Penelitian ini difokuskan kepada perbaikan proses maupun peningkatan hasil
kegiatan guru dan prestasi belajar siswa. Penelitian tindakan juga biasa dilakukan
dengan meminta bantuan seorang konsultan atau pakar dari luar. Penelitian
tindakan demikian diklasifikasikan sebagai penelitian tindakan kolaboratif atau
collaborative action research (Oja & Sumarjan, 1989, Stinger, 1996). Penelitian
tindakan kolaboratif selain diarahkan kepada perbaikan proses dan hasil juga
bertujuan meningkatkan kemampuan para pelaksana, sebab penelitian kolaboratif
merupakan bagian dari program pengembangan staf.
2. Penelitian Eksperimental
Penelitian eksperimental merupakan penelitian yang paling murni
kuantitatif. Mengapa dikatakan paling murni, karena semua prinsip dan kaidah-
kaidah penelitian kuantitatif dapat diterapkan pada metode ini. Penelitian
eksperimental merupakan penelitian laboratorium, walaupun bisa juga dilakukan
di luar laboratorium, tetapi pelaksanaannya menerapkan prinsip-prinsip penelitian
laboratorium, terutama dalam pengontrolan terhadap hal-hal yang mempengaruhi
jalannya eksperimen. Metode ini bersifat validation, yaitu menguji pengaruh satu
atau lebih variabel terhadap variabel lain. Variabel yang memberi pengaruh
dikelompokkan sebagai variabel bebas (independent variables), dan variabel yang
dipengaruhi dikelompokkan sebagai variabel terikat (dependent variables).
Karena penelitian ini bersifat
menguji, Syaodih (2003)
menjelaskan bahwa semua variabel
yang diuji harus diukur dengan
menggunakan instrumen pengukuran
atau tes yang sudah distandarisasikan
atau dibakukan. Pembakuan
instrumen, pengolahan data, dan
analisisnya menggunakan analisis
statistik inferensial-parametrik.
Ada beberapa variasi dari penelitian eksperimental, yaitu: eksperimen
murni, eksperimen kuasi, eksperimen lemah, dan subjek tunggal.
a. Eksperimen Murni
Eksperimen murni (true experimental), sesuai dengan namanya,
merupakan metode eksperimen yang paling konsisten mengikuti prosedur dan
memenuhi syarat-syarat eksperimen. Prosedur dan syarat-syarat tersebut, terutama
berkenaan dengan pengontrolan variabel, kelompok kontrol, pemberian perlakuan
atau manipulasi kegiatan serta pengujian hasil. Dalam eksperimen murni, kecuali
variabel indenpenden yang akan diuji pengaruhnya terhadap variabel dependen,
semua variabel dikontrol atau disamakan karakteristiknya (dicari yang sama).
Pada kelompok eksperimen (variabel yang akan diuji akibatnya) diberi perlakuan
khusus. Sedang pada kelompok kontrol diberi perlakuan lain, atau perlakuan yang
biasa dilakukan, yang akan dibandingkan hasilnya dengan perlakuan eksperimen.
Dalam eksperimen murni (demikian juga dengan bentuk eksperimen lainnya)
pengujian atau pengukuran (tes) dilakukan dengan menggunakan instrument atau
tes baku atau sudah dibakukan.
b. Eksperimen Semu
Metode eksperimen semu (quasi experimental) pada dasarnya sama
dengan eksperimen murni, bedanya adalah dalam pengontrolan variabel, yaitu
terhadap variabel yang dipandang paling dominan. Dalam eksperimen tentang
pengaruh metode pembelajaran, misalnya, pemecahan masalah terhadap
kemampuan berpikir para siswa SMA. Dalam hal ini, pengembangan berpikir dan
kecerdasan atau intelegensi dianggap sebagai variabel yang paling dominan, maka
variabel tersebut yang dikontrol atau disamakan. Dalam kondisi tertentu,
pengerrtian disamakan dilakukan dengan memasangkan subyek-subyek yang
sama atau setara kondisinya..
c. Eksperimen Lemah
Eksperimen lemah (weak experimental) merupakan metode penelitian
eksperimen yang desain dan perlakuannya seperti eksperimen tetapi tidak ada
pengontrolan variabel sama sekali. Sesuai dengan namanya, eksperimen ini sangat
lemah kadar validitasnya, oleh karena itu sebaiknya tidak digunakan untuk
penelitian tesis dan disertasi, termasuk juga untuk keperlua penulisan skripsi.
Metode ini hanya untuk latihan-latihan perkuliahan yang hasilnya tidak digunakan
dalam pengambilan keputusan, penentuan kebijakan maupun pengembangan ilmu.
B. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif yang bertolak
dari pandangan Positivisme. Penelitian kualitatif berangkat dari filsafat
Konstruktivisme, yang memandang kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif
dan menuntut interpretasi berdasarkan pengalaman sosial. “Reality is multilayer,
interactive and a shared social experience interpretation by individuals”
(McMillan and Schumacher, 2001).
Berbeda dengan pandangan di atas, Lincoln dan Guba (1985) melihat
penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bersifat naturalistik. Penelitian ini
bertolak dari paradigma naturalistik, yaitu bahwa “kenyataan berdimensi jamak,
peneliti dan yang bersifat interaktif, tidak bisa dipisahkan, suatu kesatuan
terbentuk secara simultan, dan bertimbal balik, tidak mungkin memisahkan sebab
dengan akibat, dan penelitian ini melibatkan nilai-nilai. Para peneliti mencoba
memahami bagaimana individu mempersepsi makna dari dunia sekitarnya.
Dari dua pendapat yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa
penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan
dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan,
persepsi, pemikiran, orang secara individual maupun kelompok. berguna untuk
menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan.
Penelitian kualitatif bersifat induktif: peneliti membiarkan permasalahan-
permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Data
dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi dalam konteks
yang mendetail disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam, serta
hasil analisis dokumen dan catatan-catatan. Penelitian kualitatif tidak berangkat
dari dan untuk menguji teori, tetapi membangun teori, meskipun demikian
mustahil peneliti kualitatif tidak memerlukan teori. Dalam konteks ini, fungsi teori
dalam suatu kerja penelitian kualitatif digunakan untuk “menjelaskan atau
mengklarifikasi” kecenderungan fenomena-fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,
sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran, subjek yang yang diteliti.
Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan, yaitu menggambarkan dan
mengungkap (to describe and explain). Kebanyakan penelitian kualitatif bersifat
deskriptif dan eksplanatori. Beberapa penelitian memberikan deskripsi tentang
situasi yang kompleks, dan arah bagi penelitian selanjutnya. Tujuan lainnya
adalah memberikan eksplanasi (kejelasan) tentang hubungan antara peristiwa
dengan makna terutama menurut persepsi partisipan.
Secara umun terdapat perbedaan mendasar antara penelitian kualitatif
dengan penelitian kuantitatif, dapat dilihat pada table berikut ini.
Tabel 2.2
Perbedaan Penelitian Kuantitatif dengan
Penelitian Kualitatif
1. Kualitatif Interaktif
Ada lima macam metode kualitatif interaktif, yaitu metode etnografik
biasa dilaksanakan dalam antropologi dan sosiologi, metode fenomenologis
digunakan dalam psikologi dan filsafat, studi kasus digunakan dalam ilmu-ilmu
sosial dan kemanusiaan serta ilmu terapan, teori dasar (grounded theory)
digunakan dalam sosiologi, dan studi kritikal digunakan dalam berbagai bidang
ilmu, metode-metode interaktif ini bisa difokuskan pada pengalaman hidup
individu seperti dalam fenomenologi, studi kasus, teori dasar, dan studi kritikal,
bisa juga berfokus pada masyarakat dan budaya seperti dalam etnografi dan
beberapa studi kritikal.
a. Studi Etnografik
Studi etnografik (ethnographic studies) mendeskripsikan dan menginter-
pretasikan budaya, kelompok sosial atau sistem. Dalam pendidikan dan kurikulum
difokuskan pada salah satu kegiatan inovasi seperti pelaksanaan model kurikulum
terintegrasi, berbasis kompetensi, pembelajaran kontekstual, dsb. Proses
penelitian etnografik dilaksanakan di lapangan dalam waktu yang cukup lama,
berbentuk observasi dan wawancara secara alamiah dengan para partisipan, dalam
berbagai bentuk kesempatan kegiatan,
serta mengumpulkan dokumen-
dokumen dan benda-benda (artifak).
Meskipun makna budaya itu sangat
luas tetapi studi etnografi biasanya
dipusatkan pada pola-pola kegiatan,
bahasa, kepercayaan, ritual dan cara-
cara hidup.
Hasil akhir penelitian bersifat komprehensif, suatu naratif deskriptif yang
bersifat menyeluruh disertai interpretasi yang mengintegrasikan seluruh aspek-
aspek kehidupan dan menggambarkan kompleksitas kehidupan tersebut. Beberapa
peneliti juga melakukan penelitian mikro etnografi, penelitian difokuskan pada
salah satu aspek saja.
b. Studi Historis
Studi historis (historical studies) meneliti peristiwa-peristiwa yang telah
berlalu. Peristiwa-peristiwa sejarah direka-ulang dengan menggunakan sumber
data primer kesaksian dari pelaku sejarah yang masih ada, kesaksian tidak
disengaja yang tidak dimaksudkan untuk disimpan, sebagai catatan atau rekaman,
seperti peninggalan-peninggalan sejarah, dan kesaksian sengaja berupa catatan
dan dokumen-dokumen. Penelitian historis menggunakan pendekatan, metode dan
materi yang mungkin sama dengan penelitian etnografis, tetapi dengan focus,
tekanan dan sistematika yang berbeda. Beberapa peneliti juga menggunakan
pendekatan dan metode ilmiah (positivistis) seperti mengadakan pembatasan
masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan dan analisis data, uji hipotesis,
pengumpulan dan analisis data, uji hipotesis dan generalisasi, walaupun sudah
tentu dalam keterbatasan-keterbatasan tertentu. Salah satu ciri khas dari penelitian
historis adalah periode waktu: kegiatan, peristiwa, karakteristik, nilai-nilai,
kemajuan bahkan kemunduran, dilihat dan dikaji dalam konteks waktu.
c. Studi Fenomenologis
Fenomenologi mempunyai dua makna, sebagai filsafat sain dan sebagai
metode pencarian (penelitian). Studi fenomenologis mencoba mencari arti dari
pengalaman dalam kehidupan. Peneliti menghimpun data berkenaan dengan
konsep, pendapat, pendirian, sikap, penilaian, dan pemberian makna terhadap
situasi atau pengalaman-pengalaman dalam kehidupan. Tujuan dari penelitian
fenomenologis adalah mencari atau menemukan makna dari hal-hal yang esensial
atau mendasar dari pengalaman hidup tersebut.
Penelitian dilakukan melalui wawancara mendalam yang lama dengan
partisipan. Pemahaman tentang persepsi dan sikap-sikap informan terhadap
pengalaman hidup subyek sehari-hari diperoleh dengan menggunakan wawancara.
d. Studi Kasus
Studi kasus (case study) merupakan satu penelitian yang dilakukan
terhadap suatu “kesatuan sistem”. Kesatuan ini dapat berupa program, kegiatan,
peristiwa, atau sekelompok individu yang terikat oleh tempat, waktu, atau ikatan
tertentu. Studi kasus adalah suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpun
data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus tersebut. Kasus
sama sekali tidak mewakili populasi dan tidak dimaksudkan untuk memperoleh
kesimpulan dari populasi. Kesimpulan studi kasus hanya berlaku untuk kasus
tersebut. Tiap kasus bersifat unik atau memiliki karakteristik sendiri yang berbeda
dengan kasus lainnya.
Suatu kasus dapat terdiri atas satu unit atau lebih dari satu unit, tetapi
merupakan satu kesatuan. Kasus dapat satu orang, satu kelas, satu sekolah,
beberapa sekolah tetapi dalam satu kantor kecamatan, dsb. Dalam studi kasus
digunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti wawancara, observasi, dan
studi documenter, tetapi semuanya difokuskan ke arah mendapatkan kesatuan data
dan kesimpulan.
e. Teori Dasar
Penelitian teori dasar atau sering disebut juga penelitian dasar atau Teori
dasar (grounded theory) merupakan penelitian yang diarahkan pada penemuan
atau minimal menguatkan terhadap suatu teori. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kulaitatif. Walaupun penelitian kualitatif memberikan
deskripsi yang bersifat terurai, tetapi dari deskripsi tersebut diadakan abstraksi
atau inferensi sehingga diperoleh kesimpulan-kesimpulan yang mendasar yang
membentuk prinsip dasar, dalil atau kaidah-kaidah. Kumpulan dari prinsip, dalil
atau kaidah tersebut berkenaan dengan sesuatu hal dapat menghasilkan teori baru,
minimal memperkuat teori yang telah ada dalam hal tersebut.
Penelitian dasar (grounded research) dilaksanakan dengan menggunakan
berbagai teknik pengumpulan data, diadakan cek-recek ke lapangan, studi
pembandingan antar kategori, fenomena dan situasi melalui kajian induktif,
deduktif, dan verifikasi sampai pada titik jenuh. Pada titik ini peneliti memilih mana
fenomena-fenomena inti dan mana yang tidak inti. Dari fenomena-fenomena inti
tersebut dikembangkan “alur konsep” serta “matriks kondisi” yang menjelaskan
kondisi sosial dan histories dan keterkaitannya dengan fenomena-fenomena.
f. Studi Kritis
Model penelitian ini berkembang dari teori kritis, feminism, ras, dan
pascamodern, yang bertolak dari asumsi bahwa pengetahuan bersifat subjektif.
Para peneliti kritis memandang bahwa masyarakat terbentuk oleh orientasi kelas,
status, ras, suku bangsa, jenis kelamin, dll. Peneliti feminis dan etnis memusatkan
perhatiannya pada masalah-masalah jender dan ras, sedang peneliti pascamodern
dan kritis memusatkan pada institusi sosial dan kemasyarakatan. Dalam penelitian
kritis, peneliti melakukan analisis naratif, penelitian tindakan, etnografi kritis, dan
penelitian feminisme.
Ada hal yang perlu mendapat perhatian dalam penelitian kritis. Pertama,
penelitian-penelitian kritis tidak bersifat deskrit, meskipun masing-masing punya
implikasi metodologis. Model studinya berbeda dalam tujuan, peranan teori,
teknik pengumpulan data, peranan peneliti, format laporan dan narasinya,
meskipun juga ada yang tumpang tindih. Kedua, penelitian kritis menggunakan
pendekatan studi kasus, kajian terhadap suatu kasus (kasus tunggal), kajian yang
bersifat mendalamyang berbeda dengan kajian eksperimental atau kajian lain yang
bersifat generalisasi maupun pembandingan. Dalam penelitian kualitatif, kasus adalah
suatu kesatuan kasus atau fenomena, yang diteliti secara mendalam dan utuh.
Latihan:
Setelah Anda mengkaji materi yang dipaparkan dalam subunit ini,
selanjutnya untuk memantapkan pemahaman Anda, kerjakan latihan berikut:
1. Dalam penelitian deskriptif, dikenal penelitian perkembangan yang bersifat
cross sectional atau dalam potongan waktu. Coba Anda lakukan penelitian
sederhana mengenai perkembangan bahasa pada seorang anak (balita) dalam
usia kronologis antara usia 0.0 – 1.5 tahun, usia 1.6 – 2.0 tahun, dan 2.1-3.0
tahun. Buatlah dalam bentuk matrik (tabel), kemudian observasi dan catatlah
dengan cermat perubahan yang terjadi pada balita tersebut dalam masa
perkembangan bahasanya. Anda dapat mendiskusikannya dengan teman-teman
dan orang tua dari balita yang Anda teliti.
2. Guru-guru mengadakan pemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapi
dalam kelas, kepala sekolah mengadakan perbaikan terhadap manajemen di
sekolahnya. Penelitian ini difokuskan kepada perbaikan proses maupun
peningkatan hasil kegiatan guru dan prestasi belajar siswa kelas V SD. Coba
Anda lakukan pengamatan terhadap proses belajar-mengajar di kelas, dan
kumpulkan data hasil belajar siswa. Setelah itu, Anda lakukan diskusi
kelompok terfokus tentang: upaya perbaikan dan/atau peningkatan proses
pembelajaran dan prestasi belajar siswa di kelas.
PENDAHULUAN
Setelah mengkaji secara saksama uraian materi pada unit ini, selanjutnya Anda
diminta untuk mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat di masing-masing subunit,
membaca rangkuman, dan mengerjakan soal-soal tes formatif yang disediakan di
bagian akhir tiap-tiap subunit. Pedoman jawaban latihan telah tersedia pada masing-
masing subunit, demikian halnya kunci jawaban tes formatif juga telah disediakan di
bagian akhir unit ini. Namun demikian, Anda diminta untuk menjawab soal-soal latihan
dan soal-soal tes formatif secara mandiri terlebih dahulu sebelum mencocokkannya
dengan pedoman jawaban latihan ataupun kunci jawaban tes formatif yang telah
disediakan.
Mungkin sebagian besar dari kita pernah dan sering mendengar istilah
penelitian. Terlebih lagi pada unit-unit sebelumnya Anda juga telah diajak
membahas hakikat penelitian serta beberapa aspek terkait. Karena diyakini pula
Anda memahami secara umum maksud dari penelitian sebagaimana telah dibahas
pada awal unit ini.
Pada subunit ini pembahasan diawali dengan apa penelitian tindakan,
dilanjutkan pengertian dan karakteristik penelitian tindakan kelas.
PERENCANAAN TINDAKAN
REFLEKSI OBSERVASI
Gambar 3.1. Kaji Berdaur Empat Tahap Penelitian Tindakan Kelas
(Sumber : Depdikbud tahun 1999)
Refleksi
Observasi Rencana
Tindakan
Siklus I Pelaksanaan
Tindakan
Refleksi
Observasi Rencana
Tindakan
Siklus II Pelaksanaan
Tindakan
dst
Gambar 3.2: Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Gambar di atas menunjukkan bahwa:
1. Sebelum melaksanakan tindakan penelitian, terlebih dahulu harus
merencanakan secara bersama jenis tindakan yang akan dilakukan.
2. Setelah rencana disusun secara matang barulah tindakan dilakukan.
3. Bersamaan dengan dilaksanakan tindakan penelitian, juga dilakukan
kegiatan untuk mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan
akibat yang ditimbulkan.
4. Berdasarkan hasil penelitian kemudian dilakukan refleksi atas tindakan
yang telah dilakukan. Apabila hasil refleksi menunjukkan perlunya
dilakukan perbaikan atas tindakan yang dilakukan maka rencana
tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan berikutnya tidak
sekedar mengulang apa yang telah diperbuat sebelumnya.
Latihan:
Setelah Anda mengkaji materi yang dipaparkan dalam subunit ini,
selanjutnya untuk memantapkan pemahaman Anda, kerjakan latihan berikut!
4. Penelitian tindakan kelas dikelompokkan sebagai penelitian terapan (applied
research). Coba inventarisai masalah-masalah pembelajaran di kelas (ambil
salah satu contoh pengajaran mata pelajaran di kelas tempat Anda mengajar,
lebih khusus lagi pada pokok bahasan tertentu). Tentukan masalah pengajaran
setelah Anda melakukan refleksi (perenungan) terhadap masalah yang
menurut Anda hasilnya tidak memuaskan.
5. Penelitian tindakan kelas selain dapat dilaksanakan sendiri oleh guru, dapat juga
dilaksanakan dengan cara meminta bantuan orang lain, misalnya teman sejawat
(kepala sekolah dan guru-guru) yang disebut melalui metode kolaboratif, baik
mulai mengidentifikasi masalah sampai melaksanakan penelitian di kelas.
Buatlah langkah-langkah kegiatan untuk menemukan fokus masalah yang akan
Anda teliti dengan menggunakan penelitian tindakan kolaboratif!
RANGKUMAN
Penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di kelas disebut penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research). Classroom Action Research (CAR)
adalah action research yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Kepala Sekolah disebut Penelitian Tindakan
Sekolah (School Action Research). Dalam upaya memperbaiki proses belajar
mengajar di kelas, guru dapat meningkatkan kinerjanya dengan melakukan
penelitian tindakan kelas.
Karena itu, bagaimanapun, jelas Elliot lebih lanjut, maka dalam penelitian
tindakan haruslah mencakup proses transformasi budaya profesionalisme dalam
“diri guru” yang mendorong terciptanya kolaboratisme pengalaman dan persepsi-
--siswa, orang tua, dan pekerja---terhadap peningkatan kinerja dan tugas-tugasnya.
Mendukung pemikiran Elliot, McNiff (1995: 3-9) juga mengelaborasikan
adanya landasan filosofis (pemikiran) bagi pelaksanaan action research,
diantaranya McNiff mengemukakan bahwa oleh karena penelitian tindakan
diaplikasikan di dalam kelas sebagai suatu bentuk pendekatan peningkatan
pendidikan melalui adanya proses perubahan, maka guru harus hati-hati dan kritis
dalam mempraktekkannya, serta harus “disiapkan” dengan perubahan itu sendiri.
Penelitian tindakan yang dilakukan di kelas /sekolah haruslah lebih persuasif, relevan
dan menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi guru dan koleganya (Mills, 2000: 8)
Berdasarkan pendapat dan pemikiran para ahli tersebut, maka dapat disim-
pulkan bahwa dalam melakukan penelitian tindakan, tidak boleh terlepas dari koridor
dan konteks proses peningkatan pembelajaran di sekolah dalam pengertian yang
sempit, dan proses peningkatan pendidikan secara umum dalam pengertian yang luas.
Masih dalam hal “etika” yang harus dipunyai peneliti untuk menghalau
kemungkinan dilema yang muncul dalam penelitian yang dilakukannya, Jack R.
Fraenkel dan Norman E. Wallen dalam bukunya ‘ How To Design and Evaluate
Research in Education’ (1993) menganjurkan kepada peneliti agar
memperhatikan tiga prinsip etika yang sangat penting yaitu: melindungi partisipan
penelitian dari rasa takut/bahaya; dukungan data yang meyakinkan bagi
diperlukannya penelitian; dan dihindarkan adanya pertanyaan-pertanyaan yang
“menipu”. Mendukung pendapat Fraenkel dan Wallen tersebut, Keith F. Punch
dalam bukunya ‘Introduction to Sosial Research: Quantitative and Qualitative
Approaches’ (1998) menambahkan bahwa jalan terbaik untuk membuat kejelasan
penelitian adalah mendeskripsikan apa yang akan ditelitinya, sambil
menjelaskan mengapa atau bagaimana penelitian itu dilakukan.
a. Kegiatan kreatif yang cocok dan dan sangat mungkin dilakukan guru.
b. Bentuk pendekatan yang dapat mencarikan solusi dari keadaan yang
ambiguity (keragu-raguan).
c. Bentuk pendekatan peningkatan idiologis yang dapat dilakukan.
d. Memungkinkan terlaksananya praktek mempengaruhi yang bisa
diterima/ diperhitungkan (counter-hegemonic); karena:
1) Action research menfokuskan pada upaya untuk mengidentifikasi,
mengklarifikasi, dan mencarikan solusi masalah yang dihadapi
guru sehubungan dengan praktek pengajarannya.
2) Action research mencakup makna/fungsi dan hasil dari kerja sama
(reflective on means and ends).
3) Action research merupakan praktek refleksi/spontanitas.
Tabel 3.2
Latihan:
Setelah Anda mengkaji materi yang dipaparkan dalam subunit ini,
selanjutnya untuk memantapkan pemahaman Anda, kerjakan latihan berikut!
1. Idealnya setiap guru memahami dan mengenal permasalahan yang dihadapi di
dalam proses pembelajarannya sehari-hari. Namun kenyataannya tidak semua
guru mengetahui dan menyadari bahwa ada masalah dalam proses pembelajaran
yang dia lakukan. Anda diminta membuktikan pernyataan itu dengan
melakukan pengamatan guru bidang studi mengajar dan setelah itu lakukan
wawancara kepada guru tesebut. Hal ini ditujukan kepada guru bidang studi
yang sebagian besar dari seluruh murid kelasnya nilai rata-rata hasil ulangan
harian mata pelajaran yang diajarkan oleh guru yang bersangkutan rata-rata
dibawah nilai 6. Apa yang telah guru tersebut lakukan dan bagaimana ia harus
memperbaiki proses pembelajaran di kelasnya.
2. Berdasarkan data hasil ulangan umum rata-rata nilainya lebih rendah dari mata
pelajaran lainnya. Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan murid nilainya
rendah pada mata pelajaran tersebut ditinjau dari guru dan murid. Informasi atau
data yang diperoleh Anda diskusikan dengan teman-teman Anda. Buat
pemetaan masalah dengan memberikan solusi disertai alternatif-alternatif
pemecahannya.
Ada enam hal yang harus diperhatikan peneliti agar memberikan kesan etis
ketika melakukan observasi, yaitu:
1) Kemukakan rencana-rencana perubahan secara jelas;
2) Fahami kegagalan yang terjadi dari penelitian/perubahan sebelumnya;
3) Bimbinglah untuk memahami adanya perubahan yang diharapkan secara
alami;
4) Penyataan dari status quo;
5) Kedalaman perubahan; dan
6) Pertanyaan penilaian.
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Sebagaimana Anda ketahui bahwa tugas utama guru adalah mendidik dan
mengajar. Sebagai pengajar, guru dihadapkan pada tuntutan profesi untuk
melakukan upaya perbaikan atas kekurangan-kekurangan dalam melaksanakan
tugasnya. Secara empiris, guru yang berpengalaman mengajar tidak menyadari
bahwa dia telah melakukan sejumlah kegiatan tambahan yang tidak tercantum
dalam satuan pelajaran, yang merupakan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas.
Pada Unit ini Anda akan diajak untuk mempelajari secara cermat tentang
bagaimana guru menjalankan tugasnya sebagai pengajar dan peneliti. Dalam unit
ini juga akan diuraikan pelaksanaan penelitian tindakan di kelas, di mana guru
sebagai peneliti menerapkan desain tindakan yang telah dituangkan dalam
perencanaan awal rencana pembelajaran, untuk selanjutnya melakukan observasi
dan refleksi terhadap kegiatan mengajar di kelas. Hasil penelitian tersebut
digunakan sendiri untuk memperbaiki berbagai aspek yang kurang tepat yang
ditemukan selama proses pembelajaran di kelas.
SUBUNIT 1
Bagian subunit ini, Anda akan mempelajari tentang kegiatan guru dalam
menjalankan tugasnya sebagai pengajar dan pelaksana
a. Persiapan Pembelajaran
Salah satu tugas guru sebagai pengajar sebagaimana tuntutan kurikulum
yang berlaku adalah membuat persiapan mengajar. Sejak diberlakukannya
Kurikulum 2006 pada setiap tingkat satuan pendidikan yang dikenal Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (formal atau sekolah), persiapan atau rencana
pembelajaran berubah sebutan, yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Rencanan Pelaksanaan Pembelajaran pada setiap bidang studi/matapelajaran,
yang berisikan komponen-komponen: Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar,
Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi Bahan Ajar pembelajaran, Metode,
langkah-langkah pembelajaran, sumber bahan, dan penilaian. Dalam konteks
Penelitian Tindakan Kelas, guru dapat melakukan penyesuaian format Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran dengan melengkapi beberapa butir. Contoh format RPP
tersebut disajikan seperti contoh format berikut:
Matapelajaran :…
Kelas/Semester :…
Pertemuan Ke- :…
Alokasi Waktu :…
Standar Kompetensi :…
Kompetensi Dasar :…
Indikator :…
-----------------------------------------------------------------------
I. Tujuan Pembelajaran :…
B. Kegiatan Inti :…
C. Kegiatan Akhir :…
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar :…
VI. Penilaian :…
penskoran, dll
Latihan:
Setelah Anda mengkaji materi yang dipaparkan dalam subunit ini, selanjutnya
untuk memantapkan pemahaman Anda, kerjakan latihan berikut:
1. Dari segi persiapan, yaitu rencana pembelajaran yang dibuat guru sebagai
pengajar biasa berbeda dengan rencana pembelajaran untuk PTK. Coba
diskusikan dengan teman-teman Anda tentang perbedaan tersebut, temukan
juga persamaannya.
2. Buatlah rencana penelitian ( minimal 2 siklus) dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) untuk perbaikan proses pembelajaran di kelas, dimana
Anda mengajar berdasarkan siklus yang direncanakan.
RANGKUMAN
Tugas utama guru, selain mendidik adalah mengajar. Sebagai pengajar,
guru dihadapkan pada tuntutan profesi untuk melakukan upaya perbaikan atas
kekurangan-kekurangan dalam melaksanakan tugasnya. Secara empiris, guru
yang berpengalaman mengajar secara tidak disadari telah melakukan sejumlah
kegiatan tambahan yang merupakan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.
SIKLUS
TINDAKAN & -1
OBSERVASI
RENCANA
REFLEKSI
SIKLUS
-2
TINDAKAN &
OBSERVASI
dst
• Proses reformasi diawali oleh pengajar (guru), dengan langsung melihat dan
melaksanakan kegiatan nyata yang sebenarnya sedang aktual di dunia
pendidikan.
• Kurikulum dalam bentuk pembelajaran yang selama ini dikembangkan dan
dijalankan oleh pengajar di dalam kelas ternyata menimbulkan banyak
hambatan. Hambatan tersebut berkaitan dengan daya serap peserta didik
terhadap materi yang disampaikan oleh pengajar (guru), serta keterkaitan dan
aplikasi materi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Secara garis besar, isi
kurikulum tersebut “Kurang bermanfaat bagi peserta didik”.
1) Adanya pembaharuan dalam pembelajaran sering ditentang oleh sebagian
besar pengajar (guru) yang masih berfikir bahwa pendidikan merupakan
serangkaian proses belajar mengajar dan proses evaluasi yang tidak
memerlukan pembaharuan dalam pencapaian hasil akhir.
2) Permasalahan yang timbul kemudian didiskusikan secara bersama untuk
menemukan solusi pemecahannya, dan ditindaklanjuti.
3) Proposal inovasi dalam kurikulum, yang kemudian dikenal dengan istilah
reformasi kurikulum, diujicobakan dengan mempertimbangkan segala
aspek yang mendukung dan mungkin timbul di sekolah-sekolah percobaan.
4) Tindak lanjut pada pengembangan yang dilakukan dalam reformasi
kurikulum ini menggunakan pendekatan dari “bawah ke atas” dalam arti
dari tingkatan pendidikan yang rendah ke tingkat pendidikan yang lebih
tinggi, atau dimulai dari pengalaman guru di kelas sampai pengambilan
kebijakan tentang kurikulum, yang berarti kebalikan dari pendekatan
selama ini yang berasal dari “atas ke bawah” (kurikulum ditentukan secara
terpusat, sednagkan pada jajaran terendah hanya sebagai pelaksana belaka).
Agar dapat penelitian dapat terlaksana dengan baik, para pengajar (guru)
perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1) Setiap pengajar (guru) harus dapat mengontrol keadaan kelas dan
mengelola infomasi yang sedang berlangsung, sehingga guru dapat
mengakses setiap informasi mengenai kelasnya dengan mudah.
2) Kepala sekolah seharusnya mengontrol dan mengecek kebenaran data atau
informasi yang masuk, dan yang diperolehnya.
3) Setiap pengajar (guru) harus mengontrol kinerja tim dalam prakteknya di
kelas, dan melihat situasi yang tidak formal yang melibatkan langsung
peserta didik.
4) Data yang diperoleh tim Selayaknya dapat diakses oleh pengajar ( guru)
lain yang berhubungan dengannya, orang tua peserta didik, dan peserta
didik untuk keperluan tertentu.
5) Peserta didik yang terlibat interview (wawancara) dengan tim peneliti tetap
dapat menjalin hubungan dengan pengajarnya dan dengan orang lain.
Elliot (1991) mengutip salah satu teori yang dikemukakan oleh David
Ebbut tentang teori peningkatan kualitas pembelajaran melalui interaksi peserta
didik dengan pengajar. Fokus teori ini terletak pada pemahaman guru dalam
peranannya memajukan sistem pendidikan yang menitikberatkan pada aspek
proses, dimana pembelajaran itu dilaksanakan. Salah satu tujuan teori ini adalah
untuk mendemonstrasikan kapasitas pengajar dalam membangkitkan, menguji dan
mempraktekkan kemampuan akademik di kelas dalam hubungannya dengan
lingkungan sekitar, termasuk peserta didik, dan peranannya di masyarakat karena
pada hakikatnya berinteraksi dengan peserta didik berarti berinteraksi dengan
masyarakat juga. Dalam proses pembelajaran terjadi transfer ilmu dan
pemahaman dari pengajar (guru) kepada peserta didik. Oleh karena itu, tingginya
interaksi antara peserta didik dan pengajar (guru) diprediksikan dapat
meningkatkan mutu pembelajaran, meskipun hal ini belum tentu selalu benar.
Pengembangan teori kurikulum pada kenyataannya selama ini tidak
berjalan sesuai dengan harapan teori, yang berarti pengembangan tersebut tidak
semudah yang disampaikan dalam teori. Hal ini disebabkan pengembangan
kurikulum sangat terkait dengan berbagai faktor, seperti pengajar, iklim
pendidikan di suatu wilayah, proses pembelajaran yang dilakukan guru, dan isi
kurikulum itu sendiri.
Dari sudut pandang kurikulum, antara pembelajaran dan pengajaran
mempunyai makna dan sudut pandang yang berbeda. Pembelajaran dipandang
sebagai suatu kegiatan aktif dalam pendidikan dengan melibatkan seluruh
komponen pembelajaran dan menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan sesuai
dengan harapan daripada kegiatan yang dilakukan secara pasif. Peranan guru
sebagai pengembang kurikulum di kelas dan peneliti dalam rangka perbaikan
mutu pembelajaran akan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan. Selain
itu, peranan guru sebagai pengembang kurikulum dan peneliti merupakan awal
dari proses pengambilan kebijakan terhadap kurikulum yang dilaksanakan di
kelas. Penelitian tindakan dipandang penting karena guru mengetahui
perkembangan di kelas, permasalahan yang muncul di kelas, dan cara mengatasi
permasalahan tersebut. Peran sentral guru melalui kinerjanya dalam memperbaiki
proses pembelajaran dapat mewujudkan peningkatan pencapaian prestasi belajar
peserta didik.
Salah satu acuan dalam menggambarkan praktek kurikulum yang dapat
digunakan oleh guru sebagai peneliti atau pelaksana PTK adalah teori kurikulum
humanistik. Teori kurikulum humanistik yang dikemukakan oleh Stenhouse
Elliot, 1991) dilatarbelakangi oleh keinginan untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik yang berada di bawah rata-rata menjadi peserta didik yang berada
pada tingkat rata-rata. Dalam kurikulum humanistik peserta didik dianggap
sebagai subjek atau pelaku humanis dimana setiap peserta didik berkesempatan
untuk belajar sesuai dengan minat dan kebutuhannya masing-masing. Substansi
atau sosok kurikulum semacam ini hampir tidak tampak secara jelas, karena
kurikulum berupa rencana pembelajaran yang disusun bersama antara peserta
didik dan guru. Dengan menekankan pentingnya perhatian terhadap minat dan
kebutuhan peserta didik secara perorangan, maka dengan bantuan gurunya, setiap
peserta didik dapat menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan minat dan
kebutuhannya masing.
Guru juga berperan sebagai pendamping dalam pembelajaran, sebagai
model dalam pemecahan masalah, sebagai katalisator untuk memulai proses
pembelajaran, sebagai pembantu dalam proses pembelajaran, dan sebagai teman
yang perlu untuk dihampiri peserta didik di saat mereka mengagadapi masalah.
Pada dasarnya tanggung jawab pembelajaran dan pilihan kegiatan pembelajaran
yang tepat berasal dari para peserta didik.
Berangkat dari pemikiran tentang kurikulum humanistik dan penjelasan
tersebut di atas, penelitian tindakan dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
teori humanistik. Konsep dasar teori humanistik yang dikemukakan Lawrence
Stenhouse tersebut didasarkan pada aspek prexiologi yaitu suatu prinsip dasar
yang dipahami dan dilaksanakan oleh guru dalam membumikan tujuan
pendidikan ke dalam praktek pembelajaran yang sebenarnya. Prexiologi ini
menjadikan proses pendidikan yang dilaksanakan secara berbeda-beda antara satu
dengan lainnya, baik itu dalam hal metode dan strategi yang digunkan maupun
kurikulum yang digunakan di masing-masing sekolah.
Tujuan dari teori humanistik yang dikemukakan oleh Stenhouse berkaitan
dengan pengembangkan pemahaman terhadap situasi masyarakat yang ada di
sekitarnya dan diharapkan agar masyarakat dapat menyikapi perubahan-
perubahan yang terjadi di dalam dunia pendidikan dengan bijaksana. Teori
humanistik tersebut secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Jika ada silang pendapat yang tejadi di dalam kelas, maka pengajar (guru)
sebagai konselor wajib meselesaikannya dan mencari solusi secara tuntas
pada saat itu juga, baik permasalahan individu maupun kelompok.
2) Diharapkan otoritas tidak digunakan oleh guru untuk memaksakan
pendapatnya mengenai permasalahan tertentu kepada peserta didik.
3) Permasalahan-permasalahan yang diperdebatkan peserta didik hendaknya
dapat dijadikan sebagai ajang diskusi yang dapat memancing tanggapan
yang berbeda-beda dari setiap peserta didik. Dalam kasus ini, guru harus
berusaha menghindari menjawab permasalahan tertentu secara terbuka.
4) Diskusi yang dilaksanakan diupayakan jangan sampai melebar keluar
dari topik yang sedang dibicarakan.
5) Guru sebagai fasilitator (pemandu kegiatan) dapat mengarahkan kegiatan
atau diskusi yang dilakukan peserta didik berjalan dengan baik dan dapat
dipertanggungjawabkan kualitas pembelajaran yang lakukannya.
Istilah praxiologi di sini mengandung arti lebih luas, “praxis” yang berarti
guru dalam perannya sangat bergantung pada situasi dan kondisi. Lebih jauh lagi,
praxis juga berarti mengatur prinsip-prinsip dalam pembelajaran. Oleh karena itu,
istilah praxis tidak dapat dipisahkan dari istilah kurikulum sebab kurikulum
bukan keadaan yang statis.
Dalam teori humanistik, terdapat dua pendekatan untuk peserta didik,
yaitu:
• Pendekatan Membaca - Memahami – Berdiskusi
• Pendekatan Membaca – Mendiskusikan – Memahami
1. Perencanaan Pembelajaran
a. Tujuan Pembelajaran
Dalam rencana pembelajaran, guru yang melaksanakan PTK perlu
menambahkan tujuan tambahan setiap matapelajaran yang direncanakan. Tujuan
tambahan tersebut dijabarkan dari setiap matapelajaran sebagai fokus
pembelajaran yang akan dijadikan sasaran PTK untuk meningkatkan hasil belajar
peserta didik yang diharapkan.
c. Memilih metode.
Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan
yang searah. Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar yang optimal
adalah situasi di mana peserta didik dapat berinteraksi dengan guru dan/atau
bahan pelajaran di tempat tertentu yang telah diatur dalam rangka mencapai
tujuan. Selain itu, situasi tersebut dapat menjadikan kegiatan belajar lebih optimal
dengan metode dan/atau media yang digunakan adalah tepat. Pemahaman dan
kemampuan guru sangat diharapkan dalam memilih pendekatan, strategi dan
metode serta model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik kompetensi
yang harus dimiliki oleh peserta didik, agar tujuan pembelajaran tercapai secara
baik. Strategi pembelajaran tersebut dapat diartikan setiap kegiatan pengaturan
dari materi yang dipilih, memberikan layanan bimbingan atau bantuan fasilitas
atau bantuan kepada peserta didik dalam menuju tercapainya tujuan pembelajaran
yang diharapkan.
Untuk kegiatan PTK, motode yang terbaik tidak selalu apa yang terbaik
dalam pikiran guru bagi peserta didik. Oleh karena itu, guru perlu mempersiapkan
berbagai alternatif metode pembelajaran untuk membicarakan satu masalah/pokok
bahasan/sub pokok bahasan/materi pelajaran. Oleh karena itu, metode yang
terbaik adalah metode yang memiliki kesesuaian dengan kebutuhan peserta didik
supaya peserta didik dapat memahami dan menguasai materi yang diajarkan oleh
guru dengan mudah.
Contoh 1:
Contoh 2:
Pak Ahmad, guru Olah Raga, mengajarkan Pokok Bahasan: Atletik.
Dengan materi pelajaran tentang lompat jauh kepada peserta didik kelas
VI. Ia merencanakan kegiatan pembelajaran praktek lompat jauh kepada
peserta didiknya dengan metode ceramah dan demonstrasi. Pak Ahmad
memberikan contoh cara-cara melakukan lompatan. Kemudian ia
mengajak peserta didiknya di lapangan dan menyuruh peserta didiknya
satu persatu melakukan lompatan. Ternyata dua puluh lima orang peserta
didik kelas VI (memiliki usia yang relatif sama) mampu melakukan
lompatan tidak lebih dari 150 cm. Pada hal, Pak Ahmad telah menentukan
indikator keberhasilan mengajarkan materi lompat jauh, yaitu 90 %
peserta didiknya memiliki kemampuan lompatan di atas 150 cm. Setelah
mengatahui dan menyampaikan kemampuan rata-rata lompatan kepada
peserta didiknya, ia menentukan indikator keberhasilan dengan kriteria-
kriteria: 85-100 % berhasil, 60-84% cukup berhasil, dan 59 % ke bawah
kurang berhasil.
Matapelajaran :…
Kelas/Semester :…
Pertemuan Ke- :…
Alokasi Waktu :…
Standar Kompetensi :…
Kompetensi Dasar :…
Indikator :…
A. Kegiatan Awal :…
B. Kegiatan Inti :…
C. Kegiatan Akhir :…
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar :…
VI. Penilaian :…
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Perencanaan
Refleksi.
Pelaksanaan tindakan
Observasi
Gambar 1.2.1: Gambar siklus kegiatan PTK
Tabel 4.1
Penggunaan Waktu Belajar di Kelas
No. Pukul Kegiatan dalam Kelas
1. 07.00 – 7.05 Guru mengadministrasikan peserta didik yang tidak
2. 07.05 – 7.10 hadir
Guru mengumpulkan pekerjaan rumah yang dibuat
3. 07.10 – 7.20 peserta didik
4. 07.20 – 7.30 Guru membahas pekerjaan rumah yang dibuat
5. 07.30 – 8.00 peserta didik Peserta didik mencatat pembahasan
6. 08.00 – 8.05 pekerjaan rumah.
7. 08.05-08.20 Guru menerangkan pelajaran
Peserta didik menyalin materi yang diterangkan
guru. Guru memberikan tes formatif
a. Kerangka teoretis
Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan
yang searah. Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar yang
optimal adalah suatu situasi dimana peserta didik dapat berinteraksi
dengan guru dan/atau bahan pelajaran di tempat tertentu yang telah diatur
dalam rangka mencapai tujuan. Selain itu, situasi tersebut dapat lebih
mengoptimalkan kegiatan belajar bila menggunakan metode dan/atau
media yang tepat. Salah satu model pembelajaran itu adalah model
pembelajaran Kooperatif dengan pendekatan Student Teams Achievement
Divisions (STAD), yang digunakan dalam penelitian ini.
Pendekatan Student Teams Achievement Divisions merupakan salah satu
bentuk pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Dalam Kooperatif-
STAD peserta didik dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan
anggota 4 – 5 orang, dan setiap kelompok harus heterogen. Guru
menyajikan pelajaran dan peserta didik bekerja di dalam tim mereka untuk
memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran
tersebut. Akhirnya seluruh peserta didik dikenai kuis tentang materi itu, dan
pada saat kuis diberikan mereka tidak boleh saling membantu (Depdiknas,
2004).
Keputusan tentang hasil belajar merupakan umpan balik bagi guru dan
merupakan puncak harapan peserta didik.
b. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka uraian teoritis di atas dapatlah disusun hipotesis
tindakan sebagai berikut : “ Jika guru melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Kooperatif-STAD, maka hasil belajar
peserta didik pada materi ekonomi yang berkaitan dengan hitungan akan
meningkat”.
Contoh : Rencana Penelitian
1. Seting Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas X C SMA
Muhammadiyah Sintang dengan jumlah peserta didik 36 orang yang terdiri
dari 17 orang peserta didik putra dan 19 orang peserta didik putri.
b Faktor Guru :
Melihat kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran
Kooperatif-STAD.
3. Rencana Tindakan
Penelitian ini akan dilakukan dalam 2 siklus dengan berbagai kemungkinan
perubahan yang dianggap perlu.
a. Siklus Pertama
1) Perencanaan
a) Membuat skenario pembelajaran atau rencana pembelajaran sesuai
strategi yang akan dilaksanakan.
b) Membuat lembar observasi dalam pelaksanaan pembelajaran untuk
peserta didik dan guru.
c) Menyiapkan soal-soal yang diperlukan untuk melaksanakan latihan.
2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan adalah merujuk pada skenario
pembelajaran yang telah dirancang yaitu melalui pembelajaran
Kooperatif-STAD dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Mengorganisasikan peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil
yang heterogen.
b) Guru menyajikan pelajaran.
c) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota
anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya
sampai semua anggota kelompok itu mengerti.
d) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat
menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
e) Memberi evaluasi.
f) Kesimpulan.
3) Observasi
Observasi dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan pada tahap
perencanaan. Observasi terhadap pembelajaran oleh guru dilaksanakan
dengan bantuan rekan guru lainnya.
4) Analisis
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap data hasil observasi yang
meliputi :
a) Analisis hasil observasi peserta didik dalam pelaksanaan
pembelajaran.
b) Analisis hasil observasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
c) Analisis hasil belajar peserta didik.
5) Refleksi
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi dan analisis dan
diskusi dengan rekan kerja. Refleksi dilakukan untuk mengkaji
apakah pelaksanaan tindakan sudah dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik pada penyelesaian soal hitungan ekonomi atau belum.
Refleksi hasil analisis data pada tahap ini digunakan sebagai acuan
perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.
b. Siklus Kedua
1) Perencanaan
a) Membuat skenario pembelajaran atau rencana pembelajaran sesuai
strategi yang akan dilaksanakan.
b) Membuat lembar observasi dalam pelaksanaan pembelajaran untuk
peserta didik dan guru.
c) Menyiapkan soal-soal yang diperlukan untuk melaksanakan latihan.
2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan adalah merujuk pada skenario
pembelajaran yang telah dirancang yaitu melalui pembelajaran
Kooperatif-STAD dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mengorganisasikan peserta didik dalam kelompok-kelompok
kecil yang heterogen.
b. Guru menyajikan pelajaran.
c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada
anggota lainnya sampai semua anggota kelompok itu mengerti.
d. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik.
e. Memberi evaluasi.
f. Kesimpulan.
3) Observasi
Observasi dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan pada tahap
perencanaan. Observasi terhadap pembelajaran oleh guru
dilaksanakan dengan bantuan rekan guru lain.
4) Analisis
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap data hasil observasi yang
meliputi :
a) Analisis hasil observasi peserta didik dalam pelaksanaan
pembelajaran.
b) Analisis hasil observasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
c) Analisis hasil belajar peserta didik.
5) Refleksi
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi dan analisis dan
diskusi dengan rekan kerja. Refleksi dilakukan untuk mengkaji
apakah pelaksanaan tindakan sudah dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik pada penyelesaian soal hitungan ekonomi atau belum.
Refleksi hasil analisis data pada tahap ini digunakan sebagai acuan
perencanaan tindakan pada siklus berikutnya. Apabila hasil yang
telah dicapai peserta didik sesuai dengan yang diharapkan
(berdasarkan Standar Ketuntasan Belajar Minimal), maka siklus
berikutnya tidak dilanjutkan.
5. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini adalah apabila minimal 80
% peserta didik telah dapat mencapai Standar Ketuntasan Belajar
Minimal (SKBM) dengan nilai 60.
Latihan:
Setelah Anda mengkaji materi yang dipaparkan dalam subunit ini, selanjutnya
untuk memantapkan pemahaman Anda, kerjakan latihan berikut:
1. Guru merasa tugasnya semakin bertambah ketika ia sebagai pengajar dan
sebagai peneliti atau pelaksana PTK, mulai dari persiapan sampai tindak lanjut
dalam pembelajaran. Dari segi persiapan, yaitu rencana pembelajaran untuk
pelaksaan PTK kegiatan tambahan dalam menyusun rencana pembelajaran
untuk perbaikan proses pembelajaran di kelas.
Coba Anda cermati butir-butir pada format Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (lihat dan banding contoh format RPP pada tabel 4.1 dan 4.2).
Apakah Anda menemukan perbedaan butir-butir pada kedua contoh format
RPP tersebut ? Selanjutnya, coba Anda lengkapi format RPP untuk PTK
tersebut, setelah Anda menentukan fokus penelitian atau fokus pembelajaran
pada matapelajaran yang Anda ajarkan kepada peserta didik di kelas.
2. Ada beberapa butir tambahan untuk pelaksanaan pelaksanaan PTK yang perlu
dicantumkan dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP). Anda
diminta membuat Rencanaan Pelaksanaan Pembelajaran untuk PTK dengan
menggunakan format RPP untuk PK. Untuk memantapkan rencana
peerbaikan pembelajaran tersebut Anda boleh mendiskusikan masalah yang
akan dijadikan fokus perhatian Anda berdasarkan hasil reflektif tehadap PBM
di kelas (ambil satu masalah dari matapelajaran yang diajarkan di kelas
tertentu di SD.
RANGKUMAN
Salah satu yang menjadi alasan penting dilakukan penelitian tindakan
kelas adalah untuk mengatasi permasalahan reformasi kurikulum pendidikan yang
sedang berlangsung di jenjang pendidikan dasar, jenjang pendidikan menengah
dan juga berbagai aspek yang terkait di dalamnya.
Perbaikan proses pembelajaran melalui kinerja guru yang didasarkan
kesadaran tanggung jawab profesi guru yang terlibat secara langsung dalam PBM
Selain sebagai pengajar juga sebagai berperan sebagai peneliti atau pelaksana
PTK. Keterlibatan kegiatan perbaikan proses pembelajaran tersebut terdapat di
dalamnya yaitu pengajar dan peneliti itu sendiri. Tindakan kelas berupaya untuk
memperbaiki pelaksanaan proses pembelajaran dalam rangka peningkatan kualitas
lulusan. Kegiatan sebagian besar guru yang berpengalaman sudah
menetapkannya dalam pembelajaran, walaupun kurang disadari dan belum
direncanakan.
Guru sangat merasakan adanya tambahan kegiatan dibandingkan dengan
tugas mengajar biasa pada tahap pelaksanaan PTK. Tambahan kegiatan tersebut
antara lain guru harus mempersiapkan beberapa alternatif pada setiap tahap awal
pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu apersepsi, metode, berbagai alat ukur
(tes), materi yang mengembangkan berbagai aspek berpikir, aspek afektif,
maupun aspek keterampilan. Sebelum keterampilan PTK menyatu dengan diri
guru, alternatif tindakan pada setiap tahap seyogyanya dibuat tertulis. Namun
kalau PTK sudah menyatu dengan guru, catatan tertulis ini kurang diperlukan.
Semua kekurangan dalam pembelajaran akan dapat diperbaiki asalkan
ada kemauan guru dan pihak sekolah untuk melaksanakan PTK. Sekiranya
semua guru di sekolah termasuk kepala sekolah secara serempak melaksanakan
PTK pada waktu yang tidak terlalu lama (akan dapat) meningkat kualitas
bahkan menjadi sekolah unggulkan.
DAFTAR PUSTAKA
Mills Geoffrey, E. (2000). Actioan Rseach :A Guide For The Teacher Reseacher
New Jersey. Colombus, Ohio: Merrill, an Imprint Prentice Hall.
Oja Sharon, N.,Smulyan, L. (1989). Vollabotrative Action Reseach; A
Developmen Approcah. Social Reseach and Aducation studies Sereies: 7
London, New York, Philadelphia: The Falmers Press.
Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: Bumi Aksara.
Suyanto. (1997), Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : BPP3SD Dirjen
Dikti Depdikbud
PENDAHULUAN
Pada unit sebelumnya anda telah diajak untuk membahas hakikat PTK,
mengerjakan latihan-latihan dan menyelesaikan tes formatif. Pemahaman yang
telah terekam dalam diri anda tersebut sangat penting artinya untuk mendalami
lebih lanjut materi yang diuraikan pada unit ini. Oleh sebab itu bilamana anda
merasa belum begitu memahami dengan baik unit sebelumnya, disarankan agar
anda mencermati kembali sebelum melanjutkan pelajaran pada unit ini.
Sesuai dengan judul unit ini, maka pembahasan yang lebih rinci dijabarkan
ke dalam tiga subunit yang saling terkait, yaitu tujuan PTK dan Manfaat PTK,
kondisi yang dipersyaratkan untuk mengembangkan PTK serta masalah-masalah
yang dapat dikaji melalui PTK. Melalui pembahasan, latihan-latihan, diskusi yang
dilakukan serta menyelesaikan tes formatif yang disediakan anda diharapkan
dapat menjelaskan secara rinci tentang:
1. Tujuan PTK
2. Manfaat PTK bagi perbaikan pembelajaran
3. Kondisi yang dipersyaratkan untuk mengembangkan PTK.
4. Masalah-masalah pembelajaran yang dapat dikaji melalui PTK
Untuk membantu mendalami uraian ini disediakan beberapa latihan. Anda
diminta untuk mengerjakan latihan-latihan tersebut melalui telaah sendiri bahan
ajar dan diskusi dengan teman-teman Anda. Pada bagian akhir unit disediakan tes
formatif sebagai bahan balikan untuk mengevaluasi sejauhmana kedalaman
pemahaman Anda.
Selamat belajar, semoga sukses!
SUBUNIT 1
A. Tujuan PTK
Materi Diskusi:
Diskusikan dengan teman-teman anda materi yang telah dipaparkan di atas, dan
temukan beberapa faktor yang mungkin dapat menghambat pencapaian tujuan
tersebut di sekolah anda.
B. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Meskipun anda telah mengetahui bahwa PTK bertujuan memperbaiki
kinerja pembelajaran di kelas, namun mungkin ada sebagian di antara anda yang
masih bertanya-tanya, secara lebih spesifik apa saja manfaat PTK. Oleh sebab itu
berikut ini kita mencoba memaparkan beberapa manfaat PTK dilihat dari
beberapa dimensi. Dirjen Dikdasmen (2004:9) mengemukakan beberapa
kelebihan atau manfaat penelitian tindakan, yaitu:
1. Menumbuhkan inovasi dan perbaikan. Karena penelitian tindakan bersifat
pemecahan masalah (problem-solving) maka guru berlatih untuk memikirkan,
mencoba, dan mengevaluasi berbagai inovasi yang mungkin diterapkan agar
proses pembelajaran dapat lebih berhasil terutama untuk menjawab masalah
yang sedang dihadapi.
2. Memacu tumbuhnya semangat kolaborasi antar komponen pendidikan di
sekolah, yaitu guru, siswa, staf/pimpinan dan masyarakat/orang tua.
3. Meningkatkan profesionalisme guru. Penelitian tindakan memfasilitasi guru
untuk meningkatkan kompetensi keguruannya. Dengan penelitian tindakan
guru dapat lebih memahami apa yang berlangsung di kelas yang meliputi
kendala-kendala maupun dukungan-dukungan yang langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Karena itu guru
harus didorong untuk berpartisipasi nyata di dalam mengembangkan teori
yang berkembang dan kegiatan profesional mereka sendiri untuk mengadakan
perubahan mendasar bagi kepentingan praktik pembelajaran (Elliot, 1991: 9).
Wardani (2003:1.16) mendeskripsikan beberapa manfaat PTK bagi guru,
bagi siswa maupun bagi sekolah.
1. Manfaat bagi guru
Dengan melakukan penelitian tindakan kelas, banyak sekali manfaat yang
dapat dirasakan atau langsung dilihat kegunaannya bagi guru. Beberapa
manfaat tersebut adalah;
Contoh:
Pak Khatib adalah seorang guru pada salah satu Sekolah Dasar. Sehari-
harinya ia diberi tugas mengajar mata pelajaran Pendidkan IPS di kelas
empat, lima dan enam. Pak Khatib termasuk guru yang aktif mengikuti
kegiatan-kegiatan yang berkaitan tugasnya sebagai guru. Salah satu
kegiatan yang selalu diikutinya adalah kegiatan Musyawarah Guru
Bidang Studi (MGMP) yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali. Suatu
hari ketika ia menghadiri kegiatan tersebut, ada seorang guru berceritera
bahwa di salah satu sekolah, ada seorang guru yang telah melaksanakan
PTK yang berkenaan dengan upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran di kelas. Guru tersebut menceriterakan bahwa pada
mulanya ia merasa agak resah lantaran siswa-siswa di kelasnya jarang
sekali yang mau bertanya atau mengemukakan pendapat, walaupun
mereka sesungguhnya belum mengerti. Ketika diminta bertanya, jarang
sekali ada yang bertanya, akan tetapi ketika diberikan soal-soal latihan
banyak sekali yang tidak bisa mengerjakan dengan benar. Akhirnya guru
tersebut mencoba melakukan PTK dengan memberi kesempatan kepada
siswa-siswanya membuat pertanyaan tertulis bagi yang belum mengerti
untuk melatih dan menumbuhkan keberanian bertanya. Hal itu dilakukan
secara berlanjut, dan kemudian secara bertahap terjadi perubahan,
banyak diantara siswa tumbuh keberanian mengajukan pertanyaan secara
lisan. Mendengar cerita tersebut pak Khatib merasa terdorong untuk
melakukannya. Dengan bertanya dan membaca, pak Khatib dapat
mengembangkan sendiri penelitian di kelasnya, dan ternyata membawa
perubahan yang sangat berarti terutama dalam meningkatkan keaktifan
siswa bertanya dan mengemukakan pendapat. Karena itu pak Khatib
menyarankan guru-guru lain untuk mencoba di kelasnya.
Dari contoh yang dikemukakan di atas, anda dapat melihat bahwa hasil
PTK dapat langsung dimanfaatkan oleh guru untuk memperbaiki
pembelajaran yang dikelolanya.
Latihan:
1. Coba saudara temukan perbedaan-perbedaan mendasar antara upaya perbaikan
pembelajaran yang dilakukan guru melalui PTK, dengan upaya perbaikan
pembelajaran yang dilakukan guru yang tidak melakukan PTK.
2. Anda diminta menemukan manfaat lain dari PTK selain dari beberapa manfaat
yang dikemukakan dalam pembahasan di atas. Diskusikan dengan teman-
teman dekat anda!
3. PTK mendorong guru untuk lebih profesional. Coba saudara jabarkan
beberapa bentuk nyata sikap profesional guru yang dapat berkembang dengan
melaksanakan PTK.
1. Kaji kembali secara seksama pembahasan tentang manfaat PTK bagi guru
dan bagi siswa.
2. Anda dapat mengkaji manfaat lain dari PTK, misalnya dengan
menghubungkan aspek-aspek positif dari pelaksanaan PTK dengan tugas
Anda sehari-hari.
3. Cermati kembali tugas-tugas pokok guru, kemudian lihat kembali
pembahasan tentang manfaat PTK bagi guru.
RANGKUMAN
PTK saat ini dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk inovasi baru yang
berkaitan langsung dengan upaya perbaikan kinerja pembelajaran. Jika semua
pihak, khususnya unsur-unsur sekolah menyadari dengan baik manfaat PTK dan
memiliki komitmen untuk mewujudkan perubahan, maka diyakini mereka akan
memberikan dukungan sesuai peran dan kemampuan yang mereka miliki.
Persoalannya adalah, apakah semua atau sebagian besar teman-teman guru dan
kepala sekolah memang memiliki keinginan yang kuat untuk berubah. Jika
sebagian besar unsur sekolah memiliki komitmen, maka implementasi PTK tidak
akan menghadapi banyak kendala, kecuali guru tersebut belum memiliki
pemahaman yang baik tentang PTK. Namun bilamana kondisi yang kurang positif
sebagaimana dicontohkan di atas terjadi di sekolah Anda, maka diperlukan usaha-
usaha lebih sungguh-sungguh serta dibutuhkan kesabaran Anda untuk
mengawalinya. Jika Anda menghadapi keadaan tersebut ada beberapa strategi
yang perlu diperhatikan terutama jika Anda adalah sebagai peneliti pemula
(Hardjodiputro, 1997:102), yaitu;
a. Jangan menyerah, keberanian dan keuletan diperlukan dalam revolsi gagasan.
b. Terimalah bantuan rekan-rekan Anda. Bicaralah dengan rekan-rekan Anda
yang lain, mungkin mereka dapat membantu masalah yang Anda hadapi. Atau
bicara dan minta bantuanlah kepada atasan Anda, dan jika perlu bicaralah
kepada rekan-rekan di sekolah lain untuk mendengar pendapat dan saran
mereka.
c. Bersikaplah positif, hindari sikap defensive. Usahakan untuk membuka diri
dalam bentuk dialog atau negosiasi guna menghindari terjadinya konflik.
d. Bersabar. Anda adalah peneliti dan para peneliti adalah orang-orang yang
mampu menghormati pendapat orang lain. Kesabaran ini sangat dibutuhkan, di
samping pelaksanaan PTK membutuhkan langkah-langkah atau tahapan yang
menuntut kesabaran dalam penyelesaiannya, ketelatenan dan kesabaran juga
sangat diperlukan dalam menanggapi kritik bahkan mungkin ketidaksenangan
orang lain dalam mewujudkan inovasi yang tengah kita lakukan.
e. Laksanakan secara terbuka. Jika banyak pihak yang menempatkan diri sebagai
orang yang tidak atau kurang setuju dengan apa yang Anda lakukan,
sebaiknya Anda menyediakan diri untuk memberikan penjelasan secara
terbuka dan menyeluruh tentang kegiatan yang Anda lakukan. Bisa saja terjadi
ketidakberpihakan sebagian orang adalah karena ketidaktahuan mereka secara
menyeluruh tentang kegiatan tersebut. Berikan jawaban secara jelas dan
terbuka terhadap semua pertanyaan yang mereka ajukan. Oleh karena itu Anda
memang perlu memahami lebih baik cermat tentang PTK tersebut sehingga
Anda akan lebih mudah memberikan penjelasan jika mereka
membutuhkannya.
f. Bila ada kesempatan, bergabunglah dengan para peneliti PTK di lingkungan
sekitar Anda. Saling bertukar pikiran dalam menghadapi berbagai masalah
berkaitan dengan pelaksanaan PTK merupakan bagian penting untuk mampu
mengimplementasikan PTK dengan lebih baik. Oleh sebab itu jika ada teman-
teman Anda yang sama-sama pernah menerima pelajaran atau pelatihan
tentang PTK akan lebih baik bilamana Anda membentuk kelompok diskusi
secara formal maupun informal.
g. Ekpose temuan-temuan penelitian Anda. Keberhasilan Anda dalam
memperbaiki proses pembelajaran melalui PTK yang Anda kembangkan perlu
diberitahukan kepada rekan-rekan Anda. Hal ini memiliki arti penting sebagai
bagian dari sikap terbuka sebagai peneliti, sekaligus memberi dorongan bagi
teman-teman Anda agar tertarik melakukan penelitian.
h. Upayakan menerbitkan hasil penelitian Anda pada jurnal, bulletin maupun
majalah ilmiah lainnya sehingga aktivitas dan hasil-hasil penelitian Anda
diketahui oleh masyarakat secara luas.
i. Percayalah kepada pengetahuan pribadi Anda. Untuk mencapai kemajuan
dibutuhkan rasa percaya diri, ketulusan, kesungguhan dan itikad yang baik.
Kondisi tersebut sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan motivasi bagi diri
sendiri dalam melakukan PTK secara berkelanjutan sekaligus juga
memberikan motivasi kepada rekan-rekan guru agar terdorong melakukan hal
sama untuk memperbaiki kinerja pembelajaran pada sekolah masing-masing.
Dalam melaksanakan tugas Anda sehari-hari sebagai guru, Anda pasti bisa
menilai bagaimana sikap kepala sekolah Anda bukan? Demikian pula dengan staf
administrasi, tentu Anda sudah sangat memahami karena Anda telah bersama-
sama dalam melaksanakan tugas dalam waktu yang cukup lama. Tentu Anda
sangat senang jika melakukan sesuatu, kemudian kepala sekolah menaruh
perhatian terhadap apa yang Anda lakukan. Tentu Anda akan lebih senang lagi
bilamana kepala sekolah bertanya, memberikan pendapat terlebih lagi menghargai
aktivitas yang Anda lakukan.
6. Adanya rasa percaya diri guru dan siswa yang melaksanakan PTK
Keberhasilan guru melaksanakan PTK tidak cukup hanya didukung oleh
keinginan dan pemahaman terhadap PTK saja, akan tetapi juga akan ditentukan
rasa percaya diri. Rasa percaya diri akan menjadi dorongan yang kuat untuk
menumbuhkan keberanian melakukan perubahan yang perlu dilakukan dalam
perbaikan pembelajaran. Untuk menumbuhkan rasa percaya diri ini guru harus
memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu melaksanakan PTK sebagaimana ia
pahami. Guru yang melaksanakan PTK juga harus memiliki keyakinan bahwa
kegiatan yang dilaksanakannya akan memberi beberapa manfaat, baik bagi
dirinya, bagi siswa dan bagi sekolah sehingga ia tidak perlu merasa khawatir
dengan kegiatan yang dilaksanakan.
Dari uraian dan pembahasan yang telah Anda simak bersama pada bagian-
bagian terdahulu mungkin Anda dapat menyimpulkan sendiri apakah semua
masalah pembelajaran dapat dikaji atau diselesaikan melalui PTK? Apa saja
karakteristik masalah yang dapat dikaji melalui PTK, dan apa saja karakteristik
masalah yang tidak dapat dikaji melalui PTK. Untuk memperkuat jawaban Anda
mari kita simak bersama beberapa ilustrasi berikut ini:
Ilustrasi 1.
Pak Ahmad adalah guru bidang studi IPS pada salah satu sekolah dasar.
Disamping mengajar bidang studi IPS pada kelas empat, lima dan enam, pak
Ahmad juga bertugas sebagai wali kelas lima. Pada suatu pertemuan rapat dewan
guru di sekolahnya, pak Ahmad mengungkapkan masalah pembelajaran yang ia
hadapi. Pada kesempatan pertemuan tersebut ada dua hal yang sengaja ia
ungkapkan. Pertama, dalam dua tahun terakhir ini ia mencermati nilai ujian akhir
siswa. Setelah ia cermati. ternyata menurut pak Ahmad, nilai rata-rata bidang
studi IPS pada siswa kelas enam yang mengikuti ujian tahun ini tidak mengalami
peningkatan, bahkan menurun dari tahun sebelumnya. Dibandingkan rata-rata
nilai yang lain, nilai bidang studi IPS berada di bawah rata-rata bidang studi lain.
Kedua, setiap kali ia melaksanakan proses pembelajaran, jarang sekali siswa mau
bertanya dan mengemukakan pendapat. Padahal menurut pak Ahmad dirinya
selalu memberi kesempatan kepada siswanya untuk bertanya, mengemukakan
pendapat bahkan menilai atau memberi masukan pada dirinya bagaimana ia
mengajar. Mungkin saya menjelaskan terlalu cepat, atau suara saya kurang jelas
dan sebagainya ungkap pak Ahmad. Untuk itu saya meminta siswa untuk
menilainya. Namun, lanjut pak Ahmad siswa-siswa saya jarang sekali mau
mengemukakan pendapat. Ketika saya bertanya, “apakah kalian semua sudah
mengerti? Kebanyakan mereka tidak memberikan respon apa-apa, hanya beberapa
siswa saja yang menjawab. Sebaliknya, ketika saya meminta mereka mengangkat
tangan bila tidak mengerti, pada umumnya mereka diam saja. Tetapi saya merasa
sedih karena ternyata setelah saya berikan latihan hampir separuh dari mereka
tidak bisa menyelesaikan dengan baik. Pak Ahmad meminta tanggapan dari
teman-teman guru yang hadir pada pertemuan tersebut.
Ilustrasi 2:
Bu Ina adalah seorang guru kelas tiga pada salah satu sekolah dasar.
Sebagai seorang guru kelas, seperti juga kebanyakan guru-guru lain, bu Ina sering
dihadapkan pada berbagai masalah dalam kegiatan pembelajaran di kelas atau
dalam pembinaan siswa. Dalam setahun terakhir ini, bu Ina sering merasa pusing
karena di kelasnya ada dua orang siswa yang sering sekali membuat masalah.
Sebut saja kedua siswa itu Diki dan Amri. Diki adalah seorang anak yang cukup
cerdas. Hampir setiap kali mengerjakan soal dan latihan, Diki jarang menghadapi
kesulitan, sehingga hasil belajar yang ia peroleh juga cukup baik. Namun Diki
memiliki kebiasaan buruk yaitu suka mengganggu teman-teman sekelasnya.
Dalam dua atau tiga hari, ada saja teman-temannya yang menangis karena sering
diganggu terutama teman-teman wanita. Bu Ina sudah sering memberikan teguran,
memarahi dan bahkan menghukumnya, namun kebiasaan Diki sulit sekali dirubah.
Sedangkan Amri memiliki kebiasaan lain. Setiap minggu paling tidak sehari Amri
tidak masuk sekolah (membolos), kadang-kadang 3 hari dalam seminggu ia tidak
masuk. Jika ditanya, Amri selalu bisa mengemukakan alasan. Terkadang menjaga
adiknya sakit, kadangkala terlambat bangun dan berbagai alasan lain. Bu Ina juga
sudah berusaha memanggil orang tua Amir untuk memberi tahu orang tuanya,
sekaligus mendengar penjelasan orang tuanya tentang persoalan yang dihadapi
Amri. Namun upaya bu Ina belum banyak membawa perubahan. Kedua hal ini
seringkali membuat bu Ina pusing, terkadang ia merasa kewalahan
menyelesaikannya.
Ilustrasi 3:
Ilustrasi 4:
Pak Ardi mengajar pada salah satu sekolah dasar yang berada di sebuah
desa yang relatif terpencil. Ia seringkali merasa terharu jika melihat hasil belajar
yang dicapai oleh siswa-siswa di sekolahnya, khususnya di kelas-kelas yang ia
ajarkan. Sebagian besar siswa yang bersekolah di tempat pak Ardi mengajar
adalah berasal dari keluarga yang kurang mampu. Umumnya mereka bekerja
sebagai petani dengan penghasilan yang pas-pasan untuk mendukung kehidupan
keluarga. Dengan sendirinya anak-anak yang sekolah di SD tersebut rata-rata
berasal dari keluarga yang kurang mampu. Dalam melaksanakan proses
pembelajaran, pak Ardi sering menghadapi persoalan yang cukup pelik. Di satu
sisi ia berkeinginan agar anak-anak memiliki buku pokok dan buku penunjang
kegiatan belajar. Ia berharap dengan kelengkapan buku-buku tersebut proses
pembelajaran di kelas dapat dilaksanakan secara efektif. Di samping itu siswa-
siswa juga dapat mengulang pelajaran di rumah dari buku yang mereka miliki.
Terlebih lagi buku paket yang ada hanya cukup untuk sebagian kecil siswa.
Namun pada sisi lain ia juga menyadari bahwa kalaupun anak-anak diminta untuk
membeli, hal itu akan sulit dilakukan lantaran faktor ekonomi yang kurang
mendukung. Keadaan ini berlangsung bulan demi bulan bahkan bertahun-tahun.
Pak Ardi yakin bahwa akar permasalahan sehingga hasil belajar siswa sangat sulit
untuk didorong peningkatannya adalah masalah ekonomi orang tua yang berakibat
kurang mampunya orang tua menyediakan kelengkapan belajar anak.
Dari ketiga ilustrasi di atas, apa kesimpulan Anda? Masalah mana yang
dapat dikaji melalui PTK, dan masalah mana yang tidak dapat dikaji melalui
PTK? Lalu apa alasannya?
Bagaimana Anda menimbang bahwa suatu masalah yang akan Anda pilih
untuk dikembangkan melalui PTK strategis atau tidak? Mungkin beberapa di
antara Anda juga bertanya apa yang menjadi tolok ukur ataupun kriteria untuk
menilai strategis atau tidaknya masalah tersebut. Pada prinsipnya kita dapat
mengkaji ukuran strategis tidaknya masalah dengan mencoba menjawab dua
pertanyaan tersebut. Ukuran strategis dapat dinilai apakah tindakan perbaikan
yang dilakukan itu memang prinsip dan berkontribusi bagi sebagian besar siswa
dalam kerangka perbaikan pembelajaran. Kemampuan menyelesaikan soal-soal
latihan tentu merupakan hal prinsip karena berkaitan langsung dengan capaian
hasil belajar siswa. kemampuan menguasai perkalian menjadi hal prinsip karena
akan menjadi dasar untuk memahami pembagian dalam pelajaran matematika.
Kemampuan mengemukakan pendapat dan mengajukan pertanyaan merupakan
hal prinsip karena berkaitan dengan pengembangan potensi siswa dan menjadi
balikan untuk menilai keberhasilan mengajar guru. Mungkin Anda dapat mengkaji
lebih banyak lagi contoh-contoh masalah strategis lainnya yang layak dikaji
melalui PTK.
5. Masalah yang membutuhkan penanganan yang relatif segera
Salah satu ciri PTK, di samping beberapa ciri lain adalah bahwa PTK
merupakan cara pemecahan masalah yang hasilnya dapat dipergunakan langsung
untuk memperbaiki pembelajaran. Sangat berbeda dengan bentuk penelitian lain
yang memerlukan waktu lama untuk dapat diimplementasikan oleh guru bagi
perbaikan kinerja pembelajaran. Karena sifatnya yang demikian, maka masalah
yang dikaji melalui PTK juga disarankan adalah masalah-masalah yang
memerlukan penanganan relatif segera, di mana jika masalah tersebut tidak cepat
dicari solusi pemecahannya akan menimbulkan kendala bagi perbaikan proses dan
hasil belajar yang dicapai. Pihak yang paling memahami masalah-masalah apa
saja yang membutuhkan penanganan segera adalah guru. Oleh sebab itu untuk
mengingatkan kita bersama, andaikata PTK dilakukan secara kolaboratif
(misalnya kolaborasi dosen LPTK dan guru), maka yang harus menentukan
masalah-masalah apa yang menjadi kebutuhan segera untuk dipecahkan adalah
guru. Peran dosen dalam hal ini adalah membantu memperjelas masalah tersebut,
bukan menentukan. Jika guru merasa bahwa kurangnya kemampuan membaca
cepat pada siswa sangat menghambat pembelajaran, khususnya bidang studi
Bahasa Indonesia misalnya, mungkin masalah tersebut merupakan salah satu
masalah mendesak yang membutuhkan penanganan segera. Beberapa orang guru
merasa sangat terhambat kegiatan belajar dan pencapaian hasil belajar karena
siswa-siswa di kelasnya tidak bisa bekerjasama dalam diskusi kelompok.
Mungkin guru matematika merasa terganggu proses pembelajaran karena
sebagian besar siswa tidak mampu mengerjakan soal-soal cerita pada latihan
matematika. Dan beberapa kasus lain. Sekali lagi yang paling memahami tingkat
kebutuhan untuk penanganan secara segera adalah guru. Cobalah Anda
identifikasi sendiri masalah-masalah pembelajaran di kelas Anda yang
membutuhkan penanganan yang segera.
PTK menghendaki hasil yang nyata dan dalam waktu yang singkat dapat
dipergunakan langsung untuk memperbaiki pembelajaran. Oleh sebab itu
masalah-masalah yang dapat dikaji melalui PTK adalah masalah yang benar-benar
nyata yang memungkinkan guru dapat secara jelas menentukan tindakan
perbaikan. Jika guru merasa bahwa masalah yang ia hadapi masih bersifat samar-
samar, maka terlebih dahulu perlu dikaji dan dikenali secara cermat. Meskipun
menurut pengamatan sementara, guru melihat ada beberapa masalah yang saling
terkait, maka guru harus cerdas memutuskan satu masalah utama yang
membutuhkan penanganan segera. Seperti dikemukakan pada contoh terdahulu
dimana seorang guru merasa belum jelas masalah utama yang ia hadapi di mana
setiap kali ia mengajar pelajaran Matematika di kelas V, anak-anak kurang
sungguh-sungguh mengikuti penjelasan yang disampaikannya. Beberapa orang
anak sering melakukan aktivitas yang mengganggu konsentrasi teman-teman lain
sehingga kelas menjadi terganggu. Pada pelajaran tersebut guru juga dihadapkan
pada anak-anak yang tidak terdorong mengajukan pertanyaan walaupun mereka
tidak mengerti. Dalam keadaan demikian kemampuan siswa mengerjakan latihan
menjadi rendah. Menghadapi keadaan ini guru harus memutuskan satu masalah
yang dianggap paling strategis, misalnya kemampuan siswa-siswa mengerjakan
latihan-latihan soal rendah. Atau mungkin masalah utamanya adalah kemampuan
siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat rendah
sehingga perlu ditingkatkan melalui upaya-upaya tertentu.
Mungkin Anda masih ingat salah satu ciri PTK yaitu adanya siklus yang
berkelanjutan. Siklus ini memungkinkan guru menentukan cara dan langkah
perbaikan sekaligus menilai tingkat keberhasilan cara yang ditempuh pada setiap
siklus tertentu dan selanjutnya menyempurnakan tindakan perbaikan jika hasil
yang dicapai belum optimal. Sebelumnya Anda juga telah membahas bahwa
diantara masalah pembelajaran yang disarankan untuk dikaji melalui PTK adalah
masalah-masalah strategis dalam pembelajaran. Masalah-masalah strategis
umumnya jarang sekali dapat diperbaiki atau diselesaikan dalam satu siklus
penelitian apalagi dengan hanya melakukan satu kali tindakan perbaikan, akan
tetapi biasanya menghendaki tahapan-tahapan yang cukup lama untuk mencapai
perubahan yang optimal. Terkait dengan ciri ini, maka masalah yang akan dikaji
atau dipecahkan melalui PTK adalah masalah-masalah pembelajaran yang
memerlukan penanganan secara berkelanjutan. Jika masalah tersebut dapat diatasi
atau dapat mencapai perubahan optimal dengan melakukan satu siklus, apalagi
hanya satu tindakan perbaikan, sangat besar kemungkinan masalah yang diangkat
bukan termasuk masalah yang strategis Masalah-masalah pembelajaran seperti
meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan kemampuan menyelesaikan
latihan, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, meningkatkan kemampuan
bertanya dan mengemukakan pendapat, meningkatkan kemampuan membaca
cepat dan beberapa contoh lain tentu memerlukan beberapa siklus dalam PTK
untuk mencapai hasil yang optimal. Meskipun demikian Anda harus tetap ingat
bahwa masalah yang dikaji jangan terlalu luas agar perubahan yang diharapkan
benar-benar dapat dicapai oleh guru.
Krakteristik masalah yang dapat dikaji melalui PTK sangat terkait erat
dengan ciri-ciri atau karakteristik PTK yang telah kita bahas pada unit-unit
terdahulu. Oleh sebab itu ada baiknya sambil Anda mengkaji subunit ini, Anda
juga memperhatikan kembali karakteristik atau ciri PTK sehingga Anda benar-
benar mendapatkan pemahaman yang mendalam.
Latihan:
Setelah mengkaji materi pada subunit ini, untuk memantapkan pemahaman Anda,
kerjakan latihan berikut.
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
Mills Geoffrey, E. (2000). Action Research: A Guide for the Teacher Researcher.
New Jersey. Columbus, Ohio: Merrill, an Imprint Prentice Hall.
Hirarkhi dan birokrasi sekolah adalah segala bentuk aturan, kebijakan, alur
hubungan kerja atau mekanisme kerja yang dikembangkan di sekolah yang
terkait dengan tugas seluruh staf sekolah.
Kotak hitam pendidikan mengandung arti sumber utama atau sentral dari masalah-
masalah pendidikan yang dapat memberikan informasi nyata tentang
masalah pendidikan yang dihadapi
Prakarsa guru adalah suatu keinginan yang kuat untuk mengadakan perubahan
yang didorong oleh kemauan guru sendiri.
Profesionalisme guru adalah totalitas kemampuan dan keahlian yang dimiliki guru
yang mendukung kelancaran tugas pengelolaan atau pelaksanaan proses
pendidikan dan pembelajaran
Terencana dan sistematik adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan kerangka
kerja yang benar, mengikuti mekanisme dan langkah-langkah yang
ditentukan sebelumnya.
Unit 6
PERENCANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENDAHULUAN
Pada unit sebelumnya Anda telah diajak untuk membahas kondisi yang
dipersyaratkan untuk melaksanakan PTK dan karakteristik masalah yang dapat
dikaji melalui PTK. Anda juga telah menyelesaikan beberapa latihan dan
mengerjakan tes formatif. Pemahaman Anda tentang aspek-aspek tersebut sangat
penting artinya untuk mendalami lebih lanjut materi yang diuraikan pada unit ini,
yakni berkenaan perencanaan dan pelaksanaan PTK. Oleh sebab itu bilamana
Anda merasa belum begitu memahami dengan baik unit sebelumnya, disarankan
agar Anda mencermati kembali sebelum melanjutkan pelajaran pada unit ini.
Sesuai dengan judul unit ini, maka pembahasan yang lebih rinci dijabarkan ke
dalam beberapa subunit yang saling terkait, yaitu cara melakukan identifikasi
masalah, menganalisis masalah, cara menentukan kelayakan hipotesis tindakan,
menyiapkan pelaksanaan PTK dan melaksanakan PTK.
Melalui pembahasan, latihan-latihan, diskusi yang dilakukan serta
menyelesaikan tes formatif yang disediakan Anda diharapkan dapat menjelaskan
secara rinci tentang:
1. Cara melakukan identifikasi masalah
2. Cara merumuskan masalah
3. Cara menganalisis masalah
4. Cara menilai kelayakan hipotesis
5. Mempersiapkan pelaksanaan PTK.
Untuk membantu mendalami uraian ini disediakan beberapa latihan. Anda
diminta untuk mengerjakan latihan-latihan tersebut melalui telaah sendiri bahan
ajar dan diskusi dengan teman-teman anda. Pada bagian akhir tiap-tiap unit
disediakan tes formatif sebagai bahan balikan untuk mengevaluasi sejauhmana
kedalaman pemahaman Anda.
Selamat belajar, semoga sukses!
SUBUNIT 1
A. Mengidentifikasi Masalah
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehari-hari, tentu Anda
seringkali dihadapkan pada berbagai masalah pembelajaran bukan? Coba Anda
ingat kembali masalah-masalah apa saja yang sering Anda hadapi di kelas yang
berpotensi menghambat pencapaian hasil belajar yang Anda harapkan.
Sebagaimana telah Anda pahami melalui pembahasan dan latihan-latihan unit-unit
sebelumnya, suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang dirasakan
atau disadari oleh guru sebagai pengelola pembelajaran. Guru merasa bahwa ada
sesuatu yang harus diperbaiki di kelasnya, yang jika dibiarkan akan berdampak
buruk bagi proses dan hasil belajar siswa. Misalnya, ada sekelompok siswa yang
mengalami kesulitan yang sama dalam mempelajari suatu bagian pelajaran, ada
siswa yang tidak disiplin mengerjakan tugas, atau hasil belajar siswa menurun
secara drastis. Anda dapat mengemukakan contoh lain dari pengalaman Anda
sendiri dalam mengelola proses pembelajaran. Masalah yang dirasakan guru
mungkin masih kabur, sehingga guru perlu merenung atau melakukan refleksi
agar masalah tersebut menjadi semakin jelas. Hopkins (1993) menekankan bahwa
pada awalnya guru mungkin bingung untuk mengidentifikasi masalah, oleh karena
itu, guru tidak selalu harus mulai dengan masalah. Guru dapat mulai dengan suatu
gagasan untuk melakukan perbaikan, kemudian mencoba memfokuskan gagasan
tersebut. Meskipun demikian akan lebih baik bilamana Anda mengawalinya
dengan menemukan suatu masalah yang benar-benar nyata dihadapi karena hal itu
akan mempermudah merumuskan bentuk tindakan perbaikan yang sesuai.
Jika uraian di atas Anda cermati dengan baik maka hal penting yang dapat
kita pahamai adalah bahwa munculnya masalah pertama kali sering dirasakan oleh
guru sebagai sesuatu yang masih kabur. Walaupun guru belum merasa jelas
dengan masalah tersebut, namun guru yakin bahwa memang ada sesuatu yang
kurang beres dalam proses pembelajaran yang ia lakukan dan perlu diperbaiki.
Tidak semua guru mampu merasakan adanya masalah, meskipun tidak mustahil
semua guru mempunyai masalah yang berkaitan dengan praktek pembelajaran
yang dikelolanya. Bahkan mungkin ada guru yang mendiamkan saja masalahnya,
meskipun ia sendiri merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres dikelasnya, yang
memerlukan perbaikan segera. Jika masalah dibiarkan tanpa upaya perbaikan
yang tepat dan sistematis akan berdampak menurunnya kualitas pembelajaran.
Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah, seorang guru
dituntut jujur pada diri sendiri dan berusaha tidak menutup-nutupi masalah yang
dihadapinya. Bilamana diperlukan akan lebih baik jika dapat diungkapkan kepada
rekan-rekan guru untuk memperoleh tanggapan dan saran mereka. Berbekal
kejujuran dan keterbukaan tersebut, guru dapat mengidentifikasi masalah
pembelajaran dengan mengemukakan beberapa pertanyaan. Sudarsono
(1996/1997:5) mengungkapkan beberapa pertanyaan yang dapat dijadikan
panduan untuk mengidentifikasi masalah.
1. Apa yang menjadi keprihatinan Anda (guru, kepala sekolah)
2. Mengapa Anda memprihatinkannya?
3. Menurut Anda, apa yang dapat Anda lakukan untuk itu?
4. Bukti-bukti apa yang dapat Anda kumpulkan agar dapat membantu membuat
penilaian tentang apa yang terjadi?
5. Bagaimana Anda mengumpulkan bukti-bukti tersebut?
6. Bagaimana Anda melakukan pengecekan terhadap kebenaran dan keakuratan
tentang apa yang telah terjadi?
Meskipun pertanyaan-pertanyaan di atas nampak sederhana, akan tetapi
membutuhkan waktu dan pemikiran yang serius untuk menjawabnya. Mungkin
diperlukan waktu untuk merenung atau melakukan refleksi tentang apa yang
sesungguhnya terjadi di kelas. Perlu kembali diingat bahwa untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada refleksi diri membutuhkan
keterbukaan dan kejujuran. Jika kita tidak mampu mengungkapkan secara jujur
dan terbuka, maka tindakan-tindakan perbaikan yang kita rancang dikhawatirkan
tidak dapat mencapai sasaran tepat sehingga tidak mampu mencapai perubahan
kearah perbaikan sebagaimana yang kita harapkan. Karena itu sekali lagi mari kita
bersikap jujur pada diri kita sendiri. Ungkapan kejujuran itu tidak harus kita
kemukakan kepada orang lain, kecuali kita bermaksud melakukan penelitian
secara kolaboratif dengan rekan-rekan guru atau dengan dosen LPTK. Selebihnya
cukup kita menjawab untuk diri kita sendiri dan dibantu melalui catatan sendiri.
Refleksi akan efektif jika guru mempunyai pemahaman/kesadaran yang tinggi
akan fungsi pembelajaran. Jika setelah menjawab pertanyaan tersebut guru sampai
pada kesimpulan bahwa ia memang menghadapi masalah dalam bidang tertentu,
berarti ia sudah berhasil mengidentifikasi masalah.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Wardani (2003:2.5)
memaparkan beberapa bentuk pertanyaan sederhana untuk menjadi acuan di
dalam mengidentifikasi masalah yang dapat dijawab oleh guru sendiri.
1. Apa yang sedang terjadi di kelas saya?
2. Masalah apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu ?
3. Apa pengaruh masalah tersebut bagi kelas saya ?
4. Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut saya biarkan ?
5. Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah tersebut atau
memperbaiki situasi yang ada?
Pertanyaan pertama akan menghasilkan daftar masalah yang terjadi di
kelas. Daftar masalah ini mungkin masih bersifat umum, bahkan masih kabur
sehingga nantinya perlu dilakukan analisis. Tidak mustahil pula ada di antara guru
yang merasa kesulitan di dalam menemukan masalah yang terjadi di kelasnya.
Jika hal ini terjadi, maka guru tersebut perlu dibantu untuk mengenal masalah.
Berikut ini adalah salah satu contoh dialog antara dosen dan salah seorang guru
yang belum dapat menemukan masalah di kelasnya yang dilaksanakan dalam
suatu proses bimbingan mengidentifikasi masalah dalam perkuliahan PTK.
Dosen : Apakah ibu merasa ada masalah dalam proses pembelajaran yang ibu
lakukan?
Guru : Tidak. Saya merasa tidak ada masalah di dalam proses pembelajaran
yang saya lakukan.
Dosen : Bagaimana ibu mengetahui bahwa memang tidak ada masalah di dalam
pembelajaran?
Guru : Kegiatan pembelajaran yang saya lakukan berjalan dengan baik dan
lancar saja. Kalau saya menjelaskan siswa-siswa saya umumnya
mendengarkan. Jika saya berikan PR, pada umumnya mereka kerjakan.
Jika saya memberikan tugas latihan di kelas mereka mengerjakan.
Tidak ada keributan-keributan yang berarti. Jadi saya merasa tidak ada
masalah dengan pembelajaran saya.
Dosen : Apakah ibu merasa bahwa hasil-hasil latihan yang dikerjakan sudah
dapat mencapai hasil optimal seperti yang ibu harapkan?
Guru : Kalau soal hasil memang belum optimal. Bahkan hampir separoh dari
siswa-siswa saya masih mendapat hasil yang rendah.
Dosen : Apakah ketika ibu menjelaskan, siswa-siswa yang ibu ajarkan aktif
mengajukan pertanyaan terutama mereka yang diduga belum
mengerti?
Guru : Kalau bertanya memang siswa-siswa saya sulit. Meskipun mereka tidak
mengerti, biasanya mereka sulit sekali untuk mengajukan pertanyaan.
Padahal saya selalu mendorong mereka agar jangan malu dan segan
bertanya, akan tetapi tetap saja jarang ada yang bertanya. Bahkan
seringkali yang bertanya itu mereka yang sudah agak mengerti. Saya
merasa kesulitan untuk mendorong mereka agar lebih aktif. Padahal
kalau diberikan soal-soal latihan banyak di antara mereka yang tidak
bisa mengerjakan dengan baik.
Dosen : Ketika ibu melaksanakan diskusi kelompok atau diskusi kelas, apakah
siswa-siswa juga aktif mengemukakan pendapat, saran atau
pertanyaan.
Guru : Sebagian aktif. Tetapi yang aktif itu hanya beberapa orang saja,
sebagian besar sulit sekali untuk ikut mengungkapkan pikiran-pikiran
mereka.
Dosen : Kalau begitu ibu merasa ada masalah dalam pembelajaran?
Guru : Ya ada, bahkan banyak masalah.
Apa kesimpulan Anda dari dialog di atas? Adakalanya kita menjumpai
hal-hal seperti ini. Dan kejadian seperti ini merupakan hal yang wajar, sebab
untuk mengetahui ada tidaknya masalah juga memerlukan ketajaman dan daya
pikir kritis dalam menilai situasi. Apa yang dapat Anda lakukan jika menghadapi
guru yang belum dapat menemukan masalah pembelajarannya? Tentu Anda bisa
membantu menemukan masalah dengan berbagai cara yang Anda yakini lebih
tepat. Bisa dengan berdiskusi, mungkin dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan sederhana seperti dialog di atas. Mungkin Anda ajak guru tersebut
melihat dokumen kelas, misalnya daftar hadir, daftar nilai, catatan-catatan khusus
tentang siswa dan sebagainya.
Apa yang kita lakukan untuk membuat pertanyaan bagi diri kita sendiri
dan melakukan refleksi diri sebagaimana langkah-langkah di atas kembali
mengingatkan kita akan salah satu karakteristik PTK, yaitu masalah harus berasal
dari guru sendiri sebagai pelaku atau pengelola pembelajaran, dan bukan berasal
dari orang luar. Namun ada kalanya, guru perlu dibantu untuk mengidentifikasi
masalah. Dalam hal ini guru dapat dibantu oleh rekan-rekan guru yang lain,
kepala sekolah, atau dosen LPTK yang berkolaborasi dengan sekolah. Namun,
sekali lagi perlu ditekankan bahwa aktor utama dalam hal ini adalah guru, bukan
mitra kolaborasi, dan hubungan antara kepala sekolah, atau mitra kolaborasi
adalah sebagai teman sejawat, bukan sebagai atasan dan bawahan.
Untuk membantu pemahaman Anda tentang identifikasi masalah, berikut
ini diketengahkan beberapa contoh hasil identifikasi yang pernah dilakukan guru
ketika mengawali perencanaan PTK, terutama untuk menjawab pertanyaan
pertama tentang apa yang terjadi di kelas.
Ilustrasi 1:
Bu Isma adalah salah seorang guru yang bertugas mengajar pada salah satu
sekolah dasar. Melalui laporan tertulisnya ia menuturkan hasil identifkasi yang ia
lakukan di kelasnya seperti dituturkan berikut. Saya mengajar pelajaran
matematika di kelas IV. Ketika saya mengajar, terutama ketika mengawali
kegiatan mengajar, biasaya saya gunakan untuk memeriksa pekerjaan rumah (PR)
siswa-siswa saya. Hampir setiap kali saya melakukan pengecekan, saya
menemukan salah seorang siswa yang selalu mengerjakan PR di kelas. Di kelas
juga ia tidak mengerjakan sendiri, akan tetapi meniru atau mencontek pekerjaan
teman-temannya yang sudah selesai. Jika saya minta untuk maju ke depan kelas
(menyelesaikannya di papan tulis) ia tidak bisa menyelesaikannya, bahkan
kadang-kadang tidak mau mengerjakan. Akibat perilakunya yang buruk tersebut
hasil-hasil latihan dan ulangan yang dicapainya sangat rendah.
Ilustrasi 2:
Pak Dian adalah salah seorang guru IPA yang mengajar di kelas V. Ia
merasa ada masalah dalam pembelajaran yang dilakukannya. Dari hasil
identifikasi yang ia lakukan, ada beberapa masalah yang berhasil ia identifikasi.
1. Siswa kurang memperhatikan ketika guru menjelaskan materi pelajaran.
2. Sebagian siswa tidak melakukan dengan sungguh-sungguh ketika praktik
IPA. Mereka lebih banyak bermain daripada melakukan latihan.
3. Terdapat beberapa orang siswa yang seringkali mengganggu teman-teman
sekelas sehingga suasana belajar menjadi terganggu.
4. Seringkali ditemukan beberapa siswa melakukan aktivitas sendiri ketika guru
menerangkan pelajaran, akan tetapi mereka tidak mengganggu teman-teman
lain dan tidak membuat keributan di kelas. Misalnya mereka menggambar,
padahal guru sedang menjelaskan materi pelajaran IPA.
Anda juga dapat memperhatikan salah satu contoh hasil identifikasi
masalah yang dilakukan oleh salah seorang guru Geografi pada salah satu SMP
seperti yang dimuat pada Buletin pelangi Pendidikan (2001), seperti berikut:
a. Jika diajak tanya jawab pada awal pembelajaran siswa cenderung menghindar
untuk menjawab.
b. Sangat sedikit siswa yang berani mengajukan pertanyaan.
c. Sebagian siswa mencatat pelajaran Geografi pada buku yang berganti-ganti.
d. Siswa cenderung cepat bosan memperhatikan pelajaran, kemudian ngobrol
dengan pasangan duduknya.
e. Sebagian besar siswa tidak mengerjakan PR di rumah, melainkan di kelas
menjelang pelajaran berlangsung. Sebagian besar siswa menyalin PR teman-
temannya.
f. Kemampuan berpikir rasional siswa sangat lemah dalam mengerjakan soal-
soal geografi.
g. Siswa tidak dapat menstransfer keterampilan mengemukakan hipotesis untuk
mata pelajaran lain.
h. Siswa tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan
mata pelajaran yang lain.
i. Siswa tidak dapat berusaha mengaitkan nama-nama kota dengan keadaan alam
di sekitarnya.
j. Siswa tidak berusaha mengaitkan keadaan alam suatu daerah dengan
kehidupan masyarakatnya.
Contoh di atas merupakan bagian kecil dari banyaknya masalah yang
sering dihadapi guru. Coba Anda pikirkan masalah-masalah apa saja yang Anda
jumpai dalam praktik pembelajaran.
a. Memperjelas masalah
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa melalui identifikasi
masalah biasanya guru menemukan beberapa masalah dalam pembelajaran. Akan
tetapi seringkali masalah tersebut masih bersifat umum dan masih samar-samar.
Masalah yang masih bersifat umum dan samar-samar akan sulit dikaji melalui
PTK. Karena itu masalah tersebut perlu dianalisis untuk memperjelas dan agar
menjadi lebih spesifik. Sebagai contoh, ketika seorang guru mencermati situasi
kelas ketika pelajaran matematika berlangsung, guru menyimpulkan bahwa siswa-
siswa tidak tertarik dengan pelajaran tersebut. Kesimpulan tersebut didasari
pengamatan guru, dimana siswa-siswa tidak menunjukkan sikap antusias dalam
belajar, enggan mengajukan pertanyaan, kurang serius mengerjakan latihan, dan
hasil latihan penyelesaian soal rata-rata rendah. Memperhatikan keadaan tersebut,
mungkin benar apa yang diungkapkan guru bahwa siswa kurang tertarik dengan
pelajaran matematika. Namun permasalahan kurang tertariknya siswa terhadap
pelajaran matematika masih bersifat umum dan masih kabur. Karena itu masalah
tersebut perlu dianalisis. Analisis dapat dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri atau dengan melakukan refleksi diri
kembali. Guru dapat mengajukan pertanyaan seperti, apakah ketidaktertarikan
siswa tersebut berlaku pada semua materi pelajaran, atau pada materi-materi
tertentu. Apakah materi pelajaran yang tidak menarik, ataukah cara penyampaian
guru yang membuat siswa tidak tertantang bahkan mungkin menjenuhkan.
Rendahnya hasil latihan apakah berlaku bagi semua materi latihan atau pada
pokok bahasan tertentu, karena ada sejumlah guru sering mengeluh rendahnya
nilai hasil latihan terutama sekali ketika menyelesaikan latihan soal cerita dalam
matematika. Jika hal itu yang terjadi, maka masalahnya tentu akan berbeda jika
kesulitan penyelesaian soal mencakup semua bentuk latihan atau semua materi
setiap pokok bahasan. Oleh sebab itu maka analisis masalah mempunyai arti
penting untuk merumuskan alternatif pemecahan masalah.
Anda juga dapat mengkaji berbagai dokumen kelas, seperti daftar hadir,
daftar nilai atau dokumen lain yang memuat data terkait dengan masalah tersebut.
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus pula mengarah pada
penemuan kemungkinan faktor yang diduga kuat sebagai penyebab dari suatu
masalah yang Anda hadapi.
Jika guru dapat bersikap jujur dan terbuka pada dirinya sendiri, ia akan
mengembangkan sejumlah pertanyaan lebih lanjut. Misalnya apakah cara saya
mengajar yang kurang menarik. Mungkin metode mengajar yang kurang
bervariasi. Ataukah pendekatan kepada siswa-siswa belum dapat saya lakukan
secara baik. Mungkinkah saya kurang melibatkan mereka dalam pembahasan
materi sehingga saya nampak terlalu mendominasi proses pembelajaran yang
seharusnya saya dapat melibatkan mereka secara aktif. Atau saya kurang
mendayagunakan media dan sumber-sumber belajar, sehingga mereka menjadi
jenuh dengan penjelasan yang saya berikan. Secara langsung maupun tidak
langsung ketika guru melakukan analisis masalah seperti ini ia juga sudah terlibat
di dalam memikirkan faktor-faktor penyebabnya. Keadaan seperti ini merupakan
langkah yang positif untuk kelanjutan tahapan di dalam PTK.
Contoh 1:
Penjelasan materi pelajaran IPA masih sangat didominasi guru, siswa kurang
dilibatkan untuk mengungkapkan contoh-contoh nyata dan menyimpulkan
materi pokok yang dibahas sehingga siswa kurang termotivasi dalam proses
pembelajaran.
Pernyataan masalah yang diungkapkan di atas semakin memberikan arah
yang jelas bagi pak Ardi tentang apa yang harus dilakukannya di dalam
memperbaiki pembelajaran IPA di kelasnya.
Contoh lain adalah hasil analisis yang dilakukan ibu Rini terhadap
rendahnya kemampuan siswa di kelasnya dalam menyelesaikan latihan soal dan
ulangan IPS. Setelah melakukan refleksi, mengkaji daftar nilai siswa di kelas, dan
setelah melakukan wawancara terhadap sejumlah siswa di kelas tersebut, akhirnya
bu Rini sampai kepada kesimpulan bahwa masalah mendasar yang dihadapinya
dalam pelajaran IPS adalah rendahnya kemampuan siswa di dalam
mengungkapkan pertanyaan dan mengemukakan pendapat ketika pelajaran
berlangsung. Masalah tersebut dinyatakannya sebagai berikut:
Contoh 2
Dalam pelajaran IPS siswa kurang memiliki keberanian dan kemampuan untuk
bertanya dan mengemukakan pendapat sehingga banyak di antara bagian-
bagian materi pelajaran yang dibahas tidak mereka pahami dengan baik.
Latihan:
Setelah mencermati materi tentang identifikasi dan merumuskan masalah di atas,
coba Anda kerjakan latihan berikut:
1. Lakukan langkah-langkah identifikasi masalah-masalah pembelajaran di kelas
Anda.
2. Dari hasil identifikasi, coba Anda rumuskan beberapa masalah mendasar
dalam pembelajaran yang akan Anda kaji melalui PTK.
3. Susunlah beberapa kemungkinan tindakan sebagai solusi pemecahan masalah,
kemudian pilih salah satu tindakan yang menurut Anda paling menjanjikan
perubahan yang Anda harapkan!
RANGKUMAN
Identifikasi masalah adalah kegiatan yang dilakukan untuk menemukan
masalah nyata yang terjadi. Dari kegiatan identifikasi yang dilakukan guru akan
menghasilkan daftar masalah yang terjadi di kelas. Masalah yang ditemukan dari
proses identifikasi seringkali masih bersifat samar-samar atau kabur. Masalah
yang masih kabur perlu diperjelas agar dapat dikaji faktor penyebabnya dan
dimungkinkan untuk menemukan cara mengatasinya. Kegiatan tersebut
dinamakan analisis masalah, untuk selanjutnya dirumuskan dalam bentuk kalimat
yang jelas dan singkat agar mudah dipahami. Analisis masalah mempunyai
beberapa tujuan, yaitu: a) mendapatkan kejelasan masalah yang sesungguhnya, b)
menemukan kemungkinan faktor penyebab, c) menentukan kadar permasalahan.
Untuk membantu guru memahami masalah dengan jelas dalam kegiatan
analisis masalah, guru dapat menganalisis daftar nilai siswa, menganalisis tugas-
tugas yang diberikan kepada siswa beserta bahan pelajaran yang dipakai,
menganalisis balikan (feedback) yang diberikan guru terhadap pekerjaan siswa.
Jika Anda telah melakukan analisis masalah secara cermat, maka masalah yang
akan Anda kaji sekarang sudah menjadi semakin jelas. Setelah dilakukan langkah
analisis, guru perlu merumuskan masalah, yaitu menyatakan suatu masalah secara
kongkrit dan operasional sehingga memberi kejelasan bagi penentuan alternatif
pemecahan atau perbaikannya. Agar masalah dapat dikaji dengan baik melalui
PTK, maka upayakan untuk memilih masalah yang benar-benar dikuasai, skalanya
kecil dan relatif terbatas, masalah yang dirasakan paling penting bagi Anda dan
murid Anda.
SUBUNIT 2
2. Kemampuan Siswa
Anda telah diajak untuk mengkaji secara mendalam bagian-bagian awal
unit yang membahas tentang PTK. Salah satu bagian yang sangat penting adalah
tentang tujuan PTK. Tentu Anda tidak akan lupa bahwa muara dari PTK adalah
dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa bukan? Karena itu setiap upaya
perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru harus diukur keberhasilannya
melalui perubahan yang dicapai oleh siswa. Jika guru melihat bahwa metode atau
teknik tertentu sangat menarik untuk diterapkan di dalam pembelajaran, maka di
samping guru bertanya apakah dirinya memahami dengan baik metode atau teknik
tersebut, pertanyaan selanjutnya yang harus mendapat jawaban adalah, apakah
siswa-siswa bisa atau mampu melaksanakannya. Ada seorang guru Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan yang sangat tertarik dengan penampilan anak-anak pada
salah satu pertunjukan olah raga yang disaksikannya. Kemudian ia berencana
menerapkan cara-cara tersebut pada siswa-siswanya, tentu hal itu merupakan
keinginan baik yang perlu mendapat dukungan. Akan tetapi guru tersebut perlu
bertanya sebelum benar-benar menyusun rencana untuk menerapkannya.
Misalnya apakah siswa-siswa yang saya ajarkan memiliki kesamaan dengan apa
yang saya saksikan, baik dari tingkatan kelas, pengetahuan awalnya, kesiapan dan
kesanggupan fisik dan seterusnya.
Kita tentu masih ingat juga bahwa dalam paradigma pembelajaran yang
berpusat pada siswa, siswa merupakan sentral dari segala kegiatan pembelajaran.
Jika hal ini kita pahami dengan baik, maka kita tidak akan pernah lupa
memikirkan tindakan yang kita pilih untuk dikaji dari dimensi mereka. Dalam
merencanakan PTK kita dapat mengambil contoh, misalnya ketika seorang guru
memutuskan untuk melakukan tindakan perbaikan pembelajaran Matematika yang
diajarnya dengan meningkatkan intensitas latihan pengerjaan soal bagi siswa-
siswa kelas empat Sekolah Dasar. Hal pokok yang sangat penting dilakukan
adalah mengkaji seberapa besar tingkat kemampuan siswa di dalam mengerjakan
latihan. Berapa seringnya latihan itu dilakukan dan berapa banyak jumlah soal
yang diberikan setiap kali latihan harus dikaji oleh guru secara cermat, karena
ketidaktepatan di dalam penentuannya, disamping memberikan beban yang tidak
sesuai bagi siswa, juga dikhawatirkan motivasi siswa di dalam mengerjakan
latihan tersebut justru semakin menurun. Jika hal itu terjadi maka harapan guru
agar terjadi perubahan hasil belajar pada siswa-siswanya hanya menjadi angan-
angan belaka, sementara ia telah menghabiskan waktu dan energi yang tidak
sedikit untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan tersebut. Karena itu, jika
Anda memutuskan untuk melakukan suatu tindakan perbaikan dalam PTK, kaji
dan cermati dengan seksama kemampuan siswa-siswa Anda.
Jika dalam menjelaskan materi pelajaran IPA guru lebih banyak melibatkan
siswa untuk mengungkapkan contoh-contoh nyata dan menyimpulkan
pelajaran, maka siswa akan lebih termotivasi dalam proses pembelajaran.
Dalam rumusan hipotesis tersebut, ada dua tindakan yang dilakukan guru, yaitu
melibatkan siswa di dalam mengungkapkan contoh-contoh nyata dan
menyimpulkan pelajaran secara bersamaan dalam satu tindakan. Jika guru ingin
memfokuskan pada satu tindakan saja, maka ia dapat merumuskan hipotesis
sebagai berikut:
Latihan
4. Coba Anda temukan perbedaan mendasar antara hipotesis yang umumnya
digunakan dalam penelitian-penelitian formal dengan hipotesis tindakan dalam
PTK.
5. Rumuskan beberapa contoh hipotesis tindakan sesuai dengan masalah
pembelajaran yang Anda alami.
RANGKUMAN
Hipotesis dapat diartikan sebagai dugaan tentang hubungan dua
variabel atau lebih atau sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Di
dalam penelitian ilmiah, hipotesis merupakan alat yang penting. Pertama,
hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Kedua, hipotesis
digunakan di dalam telaah ilmiah. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar
dayanya untuk memajukan pengetahuan. Dalam kajian PTK hipotesis
tindakan dapat dipahami sebagai suatu dugaan yang akan terjadi jika suatu
tindakan dilakukan, atau sebagai suatu tindakan yang diduga akan dapat
memecahkan masalah yang diteliti.
Menilai kelayakan hipotesis tindakan sama artinya mengkaji secara
cermat kelayakan tindakan yang dipilih untuk memecahkan masalah
pembelajaran yang dihadapi. Beberapa hal yang perlu dijadikan dasar untuk
mempertimbangkan kelayakan hipotesis tindakan adalah; (1) kemampuan untuk
melaksanakan tindakan, (2) ketersediaan sarana/fasilitas, (3) kecukupan waktu,
(4) iklim sekolah dan iklim belajar di kelas. Agar hipotesis tindakan dapat
dilaksanakan dan terbukti mampu membawa perubahan yang diharapkan, maka
sebelum Anda merumuskan hipotesis tindakan, sebaiknya Anda mengkaji
kembali rumusan masalah yang telah Anda susun sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dokumen kelas adalah segala bentuk data yang berhubungan dengan kegiatan
pembelajaran di kelas. Sebagian besar dokumen kelas berkaitan dengan data
tentang siswa di kelas tersebut.
Refleksi diri = bercermin diri, introspeksi diri, merenung aktivitas yang sudah
dilakukan diri untuk menemukan keadaan yang sebenarnya, terutama sekali
menemukan kelemahan atau kekurangan dari perilaku atau sesuatu yang
telah dilakukan.
Unit 7
PENDAHULUAN
Pada unit sebelumnya Anda telah diajak untuk membahas langkah-langkah
persiapan dan pelaksanaan PTK, mengerjakan latihan-latihan dan menyelesaikan
tes formatif. Pemahaman Anda tentang aspek-aspek tersebut sangat penting
artinya untuk mendalami lebih lanjut materi yang diuraikan pada pembahasan
berikut. Unit ini membahas penyusunan proposal dan pelaksanaan PTK. Untuk
dapat menyusun proposal penelitian diperlukan pemahaman yang memadai
berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan PTK. Oleh sebab itu bilamana
Anda merasa belum begitu memahami dengan baik unit sebelumnya, disarankan
agar Anda mencermati kembali atau berdiskusi dengan rekan-rekan Anda
sehingga pemahaman Anda lebih mendalam.
Sesuai dengan judul unit ini, maka pembahasan yang lebih rinci dijabarkan
ke dalam dua subunit yang saling terkait, yaitu langkah-langkah penyusunan
proposal dan mempersiapkan pelaksanaan PTK. Melalui pembahasan, latihan-
latihan, diskusi yang dilakukan serta menyelesaikan tes formatif yang disediakan
Anda diharapkan memiliki kompetensi dalam menyusun proposal PTK dan
melakukan persiapan pelaksanaan PTK. Untuk mendukung pencapaian
kompetensi tersebut, maka materi dalam unit ini meliputi:
1. Penyusunan proposal PTK
2. Persiapan pelaksanaan PTK (khususnya berkenaan dengan penyiapan siswa,
iklim kelas, instrument pengumpulan data, alat-alat evaluasi)
Untuk membantu mendalami uraian ini pada masing-masing subunit
disediakan beberapa latihan. Anda diminta untuk mengerjakan latihan-latihan
tersebut melalui telaah sendiri bahan ajar dan diskusi dengan teman-teman Anda.
Pada bagian akhir tiap-tiap unit disediakan tes formatif sebagai bahan balikan
untuk mengevaluasi sejauh mana kedalaman pemahaman Anda berkenaan dengan
materi yang telah dibahas. Selamat belajar, semoga sukses!
SUBUNIT 1
Penyusunan Proposal PTK
Meskipun proposal yang disusun guru lebih bersifat tidak formal, tidak
berarti penyusunannya tanpa rambu-rambu. Baik proposal formal, semi formal
maupun tidak formal formatnya relatif sama. Aspek-aspek yang terdapat di dalam
proposal tersebut secara prinsip tidak terlalu banyak berbeda. Berikut ini diuraikan
komponen-komponen proposal PTK beserta penjelasan tentang muatan untuk
masing-masing komponen tersebut.
Bagian ini paling tidak terdiri dari dua halaman, yaitu halaman judul dan
halaman pengesahan. Halaman judul memuat judul penelian, nama penyusun
proposal dan instansinya. Sedangkan halaman pengesahan berisi:
3. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar Drs. Arbi Sadar
b. Pangkat, Golongan dan NIP Pembina /IVA / 131….
c. Nama Sekolah SMP N I Sinar Permai
2. Bagian isi
a. Judul Penelitian
3. Permasalahan
Permasalahan adalah adanya kesenjangan (gap) antara yang seharusnya
dengan kenyataan yang terjadi. Sebagai guru, Anda merasakan adanya
masalah dalam melakukan kegiatan pembelajaran di dalam kelas, dan masalah
tersebut sangat mengganggu, sehingga perlu diambil tindakan untuk
mengatasinya. Masalah tersebut perlu Anda nyatakan secara jelas dan
selanjutnya rumuskan. Perumusan masalah dapat menggunakan dua bentuk,
yaitu dalam bentuk kalimat pernyataan atau dalam bentuk kalimat tanya.
8. Tim peneliti
Pada umumnya penelitian formal dilaksanakan oleh satu tim yang di
dalamnya terdiri dari beberapa orang yang berasal dari bidang ilmu yang
sama atau berbeda. Jika penelitian dilakukan oleh tim maka cantumkan nama-
nama peneliti secara lengkap beserta uraian tugas masing-masing. Pemabgain
tugas tim peneliti ini dapat dilihat seperti contoh matrik berikut;
Uraian tugas ini sifatnya fleksibel yang dapat diataur bersama antara ketua dan
anggota peneliti
9. Jadwal penelitian
Cantumkan secara spesifik skedul pelaksanaan penelitian Anda mulai dari
penyusunan rencana awal sampai pada penyusunan laporan. Jika diperlukan,
cantumkan pula rencana desiminasi hasil-hasil penelitian Anda. Pada
umumnya jadwal penelitian disajikan dalam matrik seperti contoh di halaman
berikut.
CONTOH JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
1. Mengurus perizinan
3. Penyusunan
instrumen/panduan
penelitian
4. Penggandaan instrumen
pengumpulan data
5. Pengumpulan data
lapangan
6. Validasi model teoritik Dilaksanakan pada
(lokakarya) masing-masing kota
dan kabupaten
penelitian
7. Analisis data
Tabel 7.1
Contoh Format Penilaian Proposal PTK
NO. Bobot
Aspek/komponen Nilai Nilai Komentar/saran
1. Permasalahan
- Berasal dari guru 10
- Mengenai proses 10
pembelajaran
2. Tujuan
- Ada unsur upaya 10
- Relevan dengan masalah 10
- Ketepatan rumusan 10
3. Manfaat (bagi proses
pembelajaran) 10
4. Pemecahan
- Relevansi dengan masalah 10
10
- Mungkin/dapat
dilaksanakan
5. Prosedur PTK
- Langkah-langkahnya 5
- Ketepatan tindakan 5
6. Kelayakan biaya 5
7. Kelayakan waktu 5
JUMLAH
Pada table di atas Anda dapat mencermati beberapa aspek utama dari proposal
yang menjadi fokus penilaian. Aspek pertama berkaitan dengan permasalahan
yang diteliti. Pada contoh penilaian di atas, skor tertinggi diberikan bilamana
permasalahan penelitian berasal dari guru dan berkaitan langsung dengan
proses pembelajaran. Dua hal ini dapat dilihat keterkaitannya, karena jika
masalah tidak berasal dari guru, biasanya cenderung bersifat teoriktik atau
kurang berkaitan dengan persoalan-persoalan pembelajaran sehari-hari. Aspek
kedua yang dinilai berkenaan dengan tujuan. Tujuan yang dirumuskan di
dalam proposal PTK secara eksplisit harus menggambarkan adanya upaya yang
dilakukan guru melalui tindakan (action) dalam PTK yang dirancangnya. Di
samping itu tujuan harus merupakan satu keterkaitan dengan masalah serta
dirumuskan secara tepat. Aspek ketiga, bahwa PTK yang dirancang secara
nyata harus memberikan manfaat bagi proses pembelajaran, apakah akan
memperbaiki metode pembelajaran, meningkatkan keaktifan siswa,
memperbaiki system evaluasi dan sebagainya. Aspek keempat, berkenaan
dengan pemecahan masalah, di mana tindakan yang dirancang sebagai solusi
pemecahan masalah memang memiliki relevansi dengan masalah yang dihadapi
oleh guru. Di samping itu juga dinilai tingkat kemampuan guru untuk
melaksanakannya atau mengimplementasinya baik dari sisi kemampuan
pengetahuannya, waktu maupun biaya. Aspek kelima, berkenaan dengan
ketepatan dan kesesuaian prosedur PTK. Pada aspek ini yang menjadi perhatian
utama penilaian dititikberatkan pada ketepatan penentuan langkah-langkah
penelitian serta ketepatan tindakan yang dipilih sebagai upaya pemecahan
masalah. Aspek keenam adalah kelayakan biaya, dengan mengaitkannya
dengan cakupan masalah dan lokasi penelitian, serta Aspek ketujuh,
berkenaan dengan ketepatan waktu. Waktu yang dirancang hendaknya selaras
dengan program pembelajaran guru, kegiatan-kegiatan sekolah, juga perlu
diperhatikan lamanya penelitian untuk setiap siklus dan penyelesaian seluruh
kegiatan penelitian.
Penolakan terhadap proposal yang diajukan untuk mendapatkan dana
biasanya disebabkan beberapa aspek yang dinilai belum mencapai standar
penilaian yang ditentukan. Untuk itu kepada para penyusun proposal biasanya
diberi penjelasan aspek mana yang masih lemah sehingga para pengusul dapat
mengetahui dan memahami keputusan para penilai proposal tersebut. Sebagai
contoh berikut ini dipaparkan hasil-hasil penilaian proposal penelitian yang
dipaparkan melalui workshop Pengembangan Pnelitian Tndakan (Action
Research) tahun 2001. Dalam workshop ini telah dipresentasikan 12 proposal
action research tahun 2001 oleh guru-guru mata pelajaran (masing-masing mata
pelajaran 2 proposal). Berdasarkan hasil diskusi tersebut, ditemukan masalah-
masalah sebagai berikut:
1. Separuh (50%) dari jumlah proposal penelitian action research yang
dipresentasikan, judul penelitiannya masih terlalu umum dan latar belakang
penelitiannya tidak disertai data pendukung.
2. Hampir separuh (41,75%) dari jumlah proposal penelitian action research
yang dipresentasikan, tujuan penelitiannya belum dirumuskan dengan jelas.
3. Separuh (50%) dari jumlah proposal penelitian action research yang
dipresentasikan, masih belum konsisten antara judul, tujuan, masalah, dan
tindakan penelitian yang akan dilakukannya.
4. Hampir separuh (41,75%) dari jumlah proposal penelitian action research
yang dipresentasikan, hipotesis tindakannya belum dirumuskan dengan jelas
5. Separuh (50%) dari jumlah proposal penelitian action research yang
dipresentasikan, langkah-langkah dalam kegiatan aksinya masih belum
disusun secara sistematis.
6. Seperempat (25%) dari jumlah proposal penelitian action research yang
dipresentasikan, instrument masih belum jelas (khusus untuk usulan
penelitian yang mengharuskan dicantumkan instrument penelitian)
7. Seperempat (25%) dari jumlah proposal penelitian action research yang
dipresentasikan, cara penulisan proposalnya masih belum sistematis.
Latihan
Untuk mendalami materi yang telah dibahas dalam subunit ini, kerjakan
beberapa latihan berikut. Jika ada hal-hal yang Anda rasa belum jelas disarankan
agar Anda mencermati kembali pada subunit ini atau berdiskusi dengan rekan-
rekan Anda.
RANGKUMAN
Proposal PTK merupakan suatu perencanaan yang sistematis sebagai
kerangka dasar yang memuat komponen dan langkah yang harus dilakukan
dalam melaksanakan PTK. Untuk dapat menyusun proposal dengan baik,
perlu disusun format proposal sebagaimana panduan yang diberikan. Proposal
yang baik harus mencerminkan secara jelas langkah-langkah kegiatan yang
akan dilakukan serta kejelasan komponen-komponen pendanaan. Kecermatan
penyusunan langkah di dalam proposal penelitian semakin diperlukan jika
proposal tersebut dimaksudkan untuk memperoleh dukungan pendanaan.
Proposal penelitian umumnya meliputi tiga komponen pokok, yaitu
halaman pengantar dan bagian isi dan bagian pendukung. Halaman pengantar
memuat identitas peneliti dan beberapa identitas penelitian. Bagian isi memuat
judul penelitian, latar belakang masalah, permasalahan, cara pemecahan masalah,
tujuan dan manfaat PTK, daftar pustaka jadwal penelitian dan rencana anggaran.
dilakukannya dengan skenario yang telah disusun sebelumnya. Oleh sebab itu
guru perlu memberikan penjelasan kepada siswa secara kongrit dan terbuka
apa yang akan dilakukan selama proses pembelajaran sebagaimana dapat
dilihat pada gambar di atas.
Kurangnya penguasaan guru terhadap skenario pembelajaran dimungkinkan
juga menimbulkan kepanikan dari guru sendiri, karena pada saat yang sama
guru harus menggunakan waktu dengan efektif, sementara dirinya juga terus
dikejar untuk melaksanakan tindakan-tindakan tertentu. Sisi yang lain,
bilamana guru tidak menguasai dengan baik skenario pembelajaran,
dikhawatirkan juga penggunaan waktu tidak dapat berlangsung secara efektif
karena guru harus mencermati secara berulang-ulang skenario pembelajaran
yang telah disusun, sehingga tujuan pembelajaran yang dirumuskan tidak
dapat tercapai. Keadaan seperti ini tentu tidak menguntungkan bagi kegiatan
pembelajaran. PTK yang dirancang untuk perbaikan pembelajaran akhirnya
justru menjadi gangguan dan kendala karena ketidaksiapan guru dengan
langkah-langkah yang harus dilakukannya. Skenario pembelajaran yang
dipersiapkan guru pada tahap berikutnya dituangkan di dalm RPP. Di dalam
persiapan dan pelaksanaan PTK, format RPP yang dibuat guru tentu tidak
bersifat kaku, yang terpenting guru memahami dengan jelas langkah-langkah
kegiatan apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya. Coba Anda
kaji dengan baik skenario tindakan pembelajaran Anda, jika perlu lakukan
simulasi dengan siswa atau rekan-rekan Anda sebelum PTK dilaksanakan.
Jika di dalm pelaksanaan PTK guru merasa perlu bantuan rekan guru yang
lain, maka sebelum PTK dilakukan perlu pembahasan bersama, terutama
berkenaan dengan tugas-tugas`apa yang harus dilakukan oleh guru yang
membantu. Misalnya bertugas melakukan observasi, baik mengisi format-
format yang telah disediakan maupun mencatat fenomena-fenomena atau
peristiwa-peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran. Hal-hal ini perlu
didiskusikan sejelas mungkin agar kegiatan pembelajaran di kelas tidak
terganggu, masing-masing dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
B. Melaksanakan PTK
Pemahaman yang sangat prinsip bahwa pelaksanaan PTK bukan terpisah
dari pelaksanaan proses pembelajaran Jadi guru yang melaksanakan PTK menurut
pengamatan pihak luar hampir tidak berbeda dengan guru-guru lain yang tidak
melaksanakan PTK, karena pada dasarnya guru bersangkutan tidak merubah jam
mengajarnya, jadwal pelajarannya, alokasi waktu yang dipergunakan serta siswa
yang diajar.
Pada tahap awal melaksanakan penelitian, guru perlu memperhatikan
secara cermat keadaan dan kemampuan siswa melalui pengamatan yang dilakukan
bersamaan dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya. Hal ini terutama
berkenaan dengan gambaran tentang keadaan kelas, perilaku siswa sehari-hari,
perhatian terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru, dan sikap siswa
terhadap mata pelajaran tersebut. Jika penelitian yang dilakukan guru
menggunakan indikator perubahan hasil belajar siswa, atau berkenaan dengan
penguasaan materi pelajaran, maka sebelum guru melakukan tindakan perbaikan
melalui PTK, perlu dilakukan tes untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan
dan kemampuan yang telah dimiliki siswa tentang materi pelajaran. Pemeliharaan
terhadap keadaan awal ini sangat diperlukan sebagai landasan atau kriteria guna
mengukur atau mengetahui perubahan yang terjadi sebagai akibat dari penerapan
tindakan yang dilakukan oleh guru di dalam proses pembelajaran. Untuk
mengetahui secara nyata peningkatan yang terjadi setelah dilakukan tindakan
tertentu, maka perlu dilakukan tes. Sekali lagi hal ini perlu dilakukan bilamana
indikator keberhasilan yang diharapkan berkaitan dengan perubahan hasil belajar.
Selain melakukan tes untuk mengetahui tingkat pengetahuan awal siswa sebelum
dilakukan tindakan perbaikan, guru juga dapat melakukan analisis terhadap hasil
pembelajaran yang dicapai siswa selama ini berdasarkan rekapitulasi nilai yang
dimiliki guru. Hasil belajar yang telah dimiliki siswa ini nantinya dapat dijadikan
sebagai kerangka dasar untuk membandingkan pencapaian hasil belajar setelah
dilaksanakan tindakan perbaikan. Sebagai contoh, seorang guru matematika
mengembangkan PTK yang difokuskan pada peningkatan kemampuan siswa
dalam mengerjakan latihan-latihan soal matematika. Tindakan yang dipilihnya
adalah dengan menggunakan alat peraga dan peningkatan intensitas latihan
terbimbing. Dalam penelitian ini sudah jelas bahwa indikator utama yang
dipergunakan guru untuk menilai perubahan atau peningkatan kemampuan siswa
adalah kemampuan siswa di dalam mengerjakan latihan-latihan soal. Agar guru
mengetahui apakah tindakan-tindakan perbaikan yang dilakukannya maka guru
harus memiliki kerangka dasar sebagai pembanding, yaitu nilai hasil-hasil latihan
siswanya selama ini. Jika setelah tindakan penggunaan alat peraga dan
peningkatan intensitas latihan terbimbing secara sistematis dilakukan dalam siklus
yang ditentukan terjadi perubahan atau peningkatan dari hasil-hasil yang dicapai
sebelumnya, maka tindakan tersebut berhasil membawa perubahan. Untuk menilai
peningkatan di dalam proses PTK, sejauhmana peningkatan yang terjadi antara
pemberian latihan pertama, kedua dan selanjutnya guru tidak lagi harus
memperhatikan hasil-hasil latihan sebelum dilakukan tindakan, akan tetapi dapat
langsung menganalisis perubahan yang dicapai dari setiap tahap yang dilakukan
tersebut.
Secara lebih rinci beberapa hal yang harus diperhatikan guru di dalam
mengawali dan mengimplementasikan PTK diuraikan berikut ini.
1. Mempersiapkan sarana/fasilitas
Jika rancangan PTK yang telah disusun guru mengharuskan adanya
ketersediaan sarana dan fasiltas pendukung pembelajaran, maka hendaknya
dapat dipersiapkan terdahulu dengan baik. Di samping sarana/fasilitas juga
diperlukan kesiapan guru di dalam menggunakannya. Jangan sampai
sarana/fasilitas yang akan dipergunakan yang mendukung tindakan perbaikan
pembelajaran tersebut tidak dapat digunakan sehingga menyebabkan kegiatan
pembelajaran tidak dapat dilaksanakan sebagaimana diharapkan.
Sarana/fasilitas yang perlu dipersiapkan misalnya, alat-alat peraga, OHP/LCD
(jika ada dan diperlukan), gambar-gambar, peta dan sebagainya.
Pertama, tugas utama guru adalah mengajar. Oleh karena itu PTK yang
dirancang dan dilaksanakan oleh guru secara metodologis diharapkan tidak
mengganggu aktivitas pokok guru dalam mengajar. Tidak boleh terjadi, bahwa
karena sedang melaksanakan PTK guru mengorbankan kegiatan-kegiatan lain
khususnya berkenaan dengan siswa demi penelitian yang sedang
dilaksanakannya. Dengan perkataan lain, guru harus selalu mengutamakan siswa,
karena tujuannya memang untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa.
Tambahan tugas guru sebagai peneliti harus disikapi sebagai nuansa profesional
yang semestinya memberi nilai tambah bagi guru dan bagi pembelajaran yang
dikelolanya, bukan sebaliknya mengorbankan siswa.
Latihan
2. Salah satu tahapan penting yang dilakukan guru di dalam pelaksanaan PTK
adalah mempersiapkan kelas dan kondisi siswa. Coba Anda temukan
beberapa alasan yang mendasarinya pentingnya langkah tersebut di dalm
pelaksanaan PTK.
RANGKUMAN
Iklim yang kondusif adalah keadaan atau situasi sekitar yang mendukung
kelancaran kegiatan yang dilaksanakan. Dalam proses pembelajaran iklim
yang kondusif ditandai dengan adanya keterbukaan, kebebasan
mengemukakan pendapat, lingkungan yang tidak gaduh dan seterusnya.
Kepala lembaga adalah pimpinan lembaga atau instansi yang memiliki wewenang
memberikan persetujuan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada lingkup
institusi tersebut. Di lingkungan sekolah, misalnya kepala sekolah, kepala
Dinas Pendidikan Kabupaten/kota dan sebagainya. Di lingkungan
Perguruan Tinggi biasanya Dekan atau Kepala Lembaga Penelitian