Anda di halaman 1dari 257

MODUL KULIAH

PENELITIAN TINDAKAN
KELAS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FMIPA UNY
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
TINJAUAN MATA KULIAH

UNIT 1: HAKIKAT PENELITIAN PENDIDIKAN 1.1

SUB UNIT 1: 1.3


PENGERTIAN PENELITIAN PENDIDIKAN
Latihan 1.19
Petunjuk Mengerjakan Latihan 1.20
Rangkuman 1.21
Tes Formatif 1 1.22

SUB UNIT 2: 1.26


TUJUAN DAN FUNGSI PENELITIAN PENDIDIKAN
Latihan 1.36
Petunjuk Mengerjakan Latihan 1.37
Rangkuman 1.37
Tes Formatif 2 1.38

Daftar Pustaka 1.42


Kunci Jawaban Tes Formatif 1.43
Glosarium 1.45

UNIT 2: RUANG LINGKUP DAN JENIS-JENIS PENELITIAN 2.1


PENDIDIKAN

SUB UNIT 1: 2.3


RUANG LINGKUP PENELITIAN PENDIDIKAN
Latihan 2.18
Petunjuk Mengerjakan Latihan 2.19
Rangkuman 2.20
Tes Formatif 1 2.20

SUB UNIT 2: 2.24


JENIS-JENIS PENELITIAN PENDIDIKAN
Latihan 2.37
Petunjuk Mengerjakan Latihan 2.38
Rangkuman 2.39
Tes Formatif 2 2.39

Daftar Pustaka 2.43


Kunci Jawaban Tes Formatif 2.44
Glosarium 2.46

UNIT 3: HAKIKAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS 3.1


SUB UNIT 1: 3.3
PENGERTIAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Latihan 3.10
Petunjuk Mengerjakan Latihan 3.10
Rangkuman 3.11
Tes Formatif 1 3.12

SUB UNIT 2: 3.16


KARAKTERISTIK PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Latihan 3.33
Petunjuk Mengerjakan Latihan 3.33
Rangkuman 3.34
Tes Formatif 2 3.35

Daftar Pustaka 3.39


Kunci Jawaban Tes Formatif 3.40
Glosarium 3.44

UNIT 4: PERAN GURU SEBAGAI PENGAJAR DAN 4.1


PELAKSANA PTK

SUB UNIT 1: 4.3


PENGERTIAN PENELITIAN PENDIDIKAN
Latihan 4.9
Petunjuk Mengerjakan Latihan 4.9
Rangkuman 4.9
Tes Formatif 1 4.10

SUB UNIT 2: 4.14


KEGIATAN GURU SEBAGAI PELAKSANAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Latihan 4.42
Petunjuk Mengerjakan Latihan 4.43
Rangkuman 4.43
Tes Formatif 2 4.44

Daftar Pustaka 4.48


Kunci Jawaban Tes Formatif 4.49
Glosarium 4.51

UNIT 5: TUJUAN, MANFAAT DAN MASALAH YANG 5.1


DAPAT DIKAJI MELALUI PTK

SUB UNIT 1: 5.2


TUJUAN DAN MANFAAT PTK
Latihan 5.11
Petunjuk Mengerjakan Latihan 5.12
Rangkuman 5.12
Tes Formatif 1 5.13
SUB UNIT 2: 5.16
KONDISI YANG DIPERSYARATKAN DAN MASALAH
PEMBELAJARAN YANG DAPAT DIKAJI MELALUI
PTK
Latihan 5.36
Petunjuk Mengerjakan Latihan 5.37
Rangkuman 5.37
Tes Formatif 2 5.38

Daftar Pustaka 5.42


Kunci Jawaban Tes Formatif 5.43
Glosarium 5.45

UNIT 6: PERENCANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS 6.1

SUB UNIT 1: 6.2


MENGIDENTIFIKASI DAN MENGANALISIS
MASALAH
Latihan 6.16
Petunjuk Mengerjakan Latihan 6.17
Rangkuman 6.17
Tes Formatif 1 6.18

SUB UNIT 2: 6.22


MENILAI KELAYAKAN HIPOTESIS TINDAKAN
Latihan 6.35
Petunjuk Mengerjakan Latihan 6.35
Rangkuman 6.35
Tes Formatif 2 6.36

Daftar Pustaka 6.40


Kunci Jawaban Tes Formatif 6.41
Glosarium 6.43

UNIT 7: PENYUSUNAN PROPOSAL DAN PELAKSANAAN 7.1


PTK

SUB UNIT 1: 7.2


MEMPERSIAPKAN PROPOSAL PTK
Latihan 7.20
Petunjuk Mengerjakan Latihan 7.21
Rangkuman 7.22
Tes Formatif 1 7.23

SUB UNIT 2: 7.26


PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PTK
Latihan 7.40
Petunjuk Mengerjakan Latihan 7.41
Rangkuman 7.42
Tes Formatif 2 7.43
Daftar Pustaka 7.46
Kunci Jawaban Tes Formatif 7.47
Glosarium 7.49

UNIT 8: PENGUMPULAN DATA DALAM PTK 8.1

SUB UNIT 1: 8.3


JENIS DATA DAN PENGGUNAAN TEKNIK TES
DALAM PENGUMPULAN DATA
Latihan 8.16
Petunjuk Mengerjakan Latihan 8.16
Rangkuman 8.16
Tes Formatif 1 8.17

SUB UNIT 2: 8.21


PENGGUNAAN TEKNIK NON TES UNTUK
PENGUMPULAN DATA
Latihan 8.41
Petunjuk Mengerjakan Latihan 8.42
Rangkuman 8.42
Tes Formatif 2 8.43

Daftar Pustaka 8.48


Kunci Jawaban Tes Formatif 8.49
Glosarium 8.50

UNIT 9: ANALISI DATA 9.1

SUB UNIT 1: 9.3


ANALSISIS DATA HASIL TES
Latihan 9.29
Petunjuk Mengerjakan Latihan 9.29
Rangkuman 9.30
Tes Formatif 1 9.30

SUB UNIT 2: 9.31


ANALISIS DATA HASIL INSTRUMEN NON-TES
Latihan 9.41
Petunjuk Mengerjakan Latihan 9.41
Rangkuman 9.42
Tes Formatif 2 9.42

Daftar Pustaka 9.46


Kunci Jawaban Tes Formatif 9.47
Glosarium 9.50

UNIT 10: PENYUSUNAN LAPORAN PENELITIAN 10.1

SUB UNIT 1: 10.3


SISTIMATIKA LAPORAN PENELITIAN
Latihan 10.8
Petunjuk Mengerjakan Latihan 10.8
Rangkuman 10.9
Tes Formatif 1 10.9

SUB UNIT 2: 10.12


LANGKAH-LANGKAH PENULISAN LAPORAN
PENELITIAN
Latihan 10.21
Petunjuk Mengerjakan Latihan 10.21
Rangkuman 10.22
Tes Formatif 2 10.22

SUB UNIT 3: 10.26


KRITERIA ILMIAH DALAM PENULISAN LAPORAN
PENELITIAN
Latihan 10.43
Petunjuk Mengerjakan Latihan 10.43
Rangkuman 10.44
Tes Formatif 3 10.44

Daftar Pustaka 10.48


Kunci Jawaban Tes Formatif 10.50
Glosarium 10.54

UNIT 11: PENULISAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN 11.1

SUB UNIT 1: 11.3


PENULISAN RINGKASAN HASIL PENELITIAN
Latihan 11.6
Petunjuk Mengerjakan Latihan 11.6
Rangkuman 11.6
Tes Formatif 1 11.7

SUB UNIT 2: 11.10


PENULISAN ARTIKEL ILMIAH
Latihan 11.18
Petunjuk Mengerjakan Latihan 11.19
Rangkuman 11.19
Tes Formatif 2 11.19

SUB UNIT 3: 11.23


TEKNIK PRESENTASI DALAM FORUM ILMIAH
Latihan 11.37
Petunjuk Mengerjakan Latihan 11.37
Rangkuman 11.38
Tes Formatif 3 11.38

Daftar Pustaka 11.42


Kunci Jawaban Tes Formatif 11.44
Glosarium 11.47

UNIT 12: TINDAK-LANJUT HASIL PENEITIAN TINDAKAN 12.


KELAS

SUB UNIT 1: 12.3


BENTUK-BENTUK TINDAK-LANJUT
Latihan 12.32
Petunjuk Mengerjakan Latihan 12.33
Rangkuman 12.33
Tes Formatif 1 12.34

SUB UNIT 2: 12.37


MEMBUAT RENCANA TINDAK-LANJUT: SUATU
ILUSTRASI PRAKTIS
Latihan 12.39
Petunjuk Mengerjakan Latihan 12.40
Rangkuman 12.40
Tes Formatif 2 12.41

Daftar Pustaka 12.44


Kunci Jawaban Tes Formatif 12.45
Glosarium 12.48
Unit 1
HAKIKAT PENELITIAN PENDIDIKAN

PENDAHULUAN

Penelitian dapat dilakukan dengan baik terhadap ilmu manapun, termasuk


terhadap praktik pendidikan. Penelitian dalam bidang pendidikan banyak yang
lebih diarahkan pada aplikasi dari konsep dan teori. Penelitian yang demikian,
dikelompokkan sebagai penelitian terapan atau applied reseach. Sedangkan
penelitian yang diarahkan untuk menguji konsep, asumsi, dan proposisi maka
penelitian tersebut dikategorikan sebagai penelitian dasar. Penelitian bidang
pendidikan dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif maupun
kuantitatif.
Sesuai dengan judul unit ini, pemahaman lebih rinci tentang hakikat
penelitian akan sajikan ke dalam dua subunit, yaitu pengertian penelitian
pendidikan yang diawali dengan pertanyaan apakah penelitian itu? dan mengapa
penelitian itu dilakukan? dan sumber-sumber ilmu pengetahuan, tujuan dan
kegunaan penelitian pendidikan. Melalui pembahasan, latihan-latihan, diskusi
yang dilakukan serta mengerjakan tes formatif yang disediakan, Anda diharapkan
dapat menjelaskan secara rinci tentang:
1. Pengertian penelitian pendidikan
2. Alasan-alasan melakukan penelitian
3. Penelitian sebagai pencarian ilmiah
4. Sumber-sumber ilmu pengetahuan untuk melakukan penelitian.
5. Tujuan dan kegunaan penelitian pendidikan.
Untuk membantu mendalami materi bahan ajar ini disarankan untuk
mempelajarinya secara cermat, baik secara mandiri maupun kelompok menelaah
sumber-sumber buku yang relevan untuk membantu pemahaman Anda.
Setelah mengkaji secara saksama uraian materi pada unit ini, selanjutnya Anda diminta
untuk mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat di masing-masing sub unit,
membaca rangkuman, dan mengerjakan soal-soal tes formatif yang disediakan di
bagian akhir tiap-tiap subunit. Pedoman jawaban latihan telah tersedia pada masing-
masing subunit, demikian halnya kunci jawaban tes formatif juga telah disediakan di
bagian akhir unit ini. Namun demikian, Anda diminta untuk menjawab soal-soal latihan
dan soal-soal tes formatif secara mandiri terlebih dahulu sebelum mencocokkannya
dengan pedoman jawaban latihan ataupun kunci jawaban tes formatif yang telah
disediakan. Selain melalui tutorial tatap muka, Anda dapat mengerjakan inisiasi (tugas)
tutorial online melalui web-based.

Selamat belajar, semoga sukses!


SUBUNIT 1
Pengertian Penelitian Pendidikan

Setelah Anda mempelajari seluruh materi dalam bagian unit ini diharapkan
Anda memiliki pemahaman secara mendalam tentang: konsep dan makna
penelitian, karakteristik serta langkah umum penelitian sebagai pencarian
kebenaran ilmiah dan sumber-sumber ilmu pengetahuan. Sebelum Anda mem-
pelajari lebih jauh mengenai pengertian penelitian pendidikan, pada subunit ini,
terlebih dauluhu Anda diajak untuk memahami tentang apakah penelitian itu ?,
mengapa orang melakukan penelitian ? Selanjutnya Anda perlu mengetahui dan
memahami tentang penelitian sebagai upaya pencarian kebenaran secara ilmiah,
serta pengertian dan tujuan penelitian pendidikan.

A. Pengertian Penelitian Pendidikan


Sebelum membahas lebih jauh tentang pengertian penelitian pendidikan,
pertanyaan awal yang perlu diajukan, pada pembahasan ini adalah apakah
penelitian itu ?
Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk menemukan,
mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan
menggunakan metode-metode ilmiah. Para pakar mengemukakan pendapat yang
berbeda dalam merumuskan batasan penelitian atau penyelidikan terhadap suatu
masalah, baik sebagai usaha mencari kebenaran melalui pendekatan ilmiah..
Secara umum, penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan
analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-
tujuan tertentu. Pengumpulan dan analisis data menggunakan metode-metode
ilmiah, baik yang bersifat kuantitatif dan kualitatif, eksperimental atau
noneksperimental, interaktif atau noninteraktif. Metode-metode tersebut telah
dikembangkan secara intensif, melalui berbagai uji coba sehingga telah memiliki
prosedur yang baku.
Penelitiaan merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan, me-
ngembangkan dan menguji teori. Dalam kaitannya dengan upaya pengembangan
pengetahuan, Welberg (1986) yang mengemukakan lima langkah pengembangan
pengetahuan melalui penelitian, yaitu: (1) mengidentifikasi masalah penelitian,
(2) melakukan studi empiris, (3) melakukan replikasi atau pengulangan,
(4) menyatukan (sintesis) dan mereviu, dan (5) pelaksana menggunakan dan
mengevaluasi (McMillan dan Schumacher, 2001: 6 ).
Penelitian dapat pula diartikan sebagai cara dan proses penemuan
melalui pengamatan atau penyelidikan yang bertujuan untuk mencari jawaban
permasalahan atau persoalan sebagai suatu masalah yang diteliti. Kerlinger (1986)
mengemukakan, penelitian ialah proses penemuan yang mempunyai karakteristik
sistematis, terkontrol, empiris, dan mendasarkan pada teori dan hipotensis atau
jawaban sementara. Hasil penemuan tersebut, baik itu discovery atau invention.
Hasil temuan sesuatu yang memang sudah ada dengan dukungan fakta biasa
disebut discovery. Sukardi (2005) mengatakan, discovery diartikan hasil temuan
memang sebetulnya sudah ada. Ia mencontohkan, misalnya penemuan Benua
Amerika. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa invention dapat diartikan sebagai
penemuan hasil penelitian yang betul-betul baru dengan dukungan fakta, misalnya
hasil kloning dari hewan yang sudah mati dan dinyatakan punah, kemudian diteliti
untuk menemukan jenis yang baru.
Penggunaan metode ilmiah bertujuan untuk menemukan jawaban terhadap
masalah atau persoalan melalui penerapan prosedur-prosedur ilmiah. Penerapan
pendekatan ilmiah ini adalah cara untuk memperoleh informasi yang berguna dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif memiliki dasar
positivis dan banyak diterapkan dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan alam,
sosial, ekonomi, dan pendidikan. Sukardi (2005) mengemukakan beberapa ciri
penelitian yang memiliki dasar positivis, antara lain sebagai berikut:
a. Menekankan objektivitas secara universal dan tidak dipengaruhi oleh
ruang dan waktu.
b. Menginterpretasi variabel yang ada melalui peraturan kuantitas atau angka
c. Memisahkan antara peneliti dengan objek yang hendak diteliti.
d. Menekankan penggunaan metode statistik untuk mencari jawaban
permasalahan yang hendak diteliti.

Suatu kerja penelitian menuntut obyektivitas, terfokus, memerlukan proses


yang intensif, sistematis, dan lebih formal, baik di dalam proses atau pengukuran
maupun penganalisaan dan penyimpulan hasil-hasilnya. Suatu kerja penelitian
bisa juga dilakukan dalam rangka penemuan dan pengembangan pengetahuan.
Metode ilmiah mengikuti proses identifikasi masalah, pengembangan
hipotesis, melakukan observasi, menganalisis, dan kemudian menyimpulkannya.
Proses-proses dimaksud dapat digunakan secara informal dalam kehidupan sehari-
hari dan belum tentu bisa disebut suatu kerja penelitian. Dalam metode ilmiah
yang dipentingkan ialah aplikasi berfikir deduktif-induktif didalam pemecahan
sesuatu masalah.
Contoh: di suatu ruang praktek, seorang dokter sedang melakukan
kegiatan mendiagnosis penyakit pasiennya. Dilihat dari cara kerjanya, dokter
tersebut bisa disebut melakukan metode ilmiah, tetapi belum dapat disebut
melakukan suatu kerja penelitian. Cara ilmiah berarti kegiatan itu dilandasi oleh
metode keilmuan. Metode keilmuan merupakan gabungan antara pendekatan
rasional dan empiris.
Pendekatan rasional memberikan kerangka berpikir yang koheren dan
logis. Sedangkan pendekatan empiris memberikan kerangka pengujian dalam
memastikan suatu kebenaran dengan cara yang ilmiah itu diharapkan data yang
objektif, valid dan reliabel. Objektif berarti semua orang akan memberikan
penafsiran yang sama. Valid berarti adanya ketepatan antara data yang terkumpul
oleh peneliti dengan data yang terjadi sesungguhnya. Sedangkan reliabel berarti
adanya keajekan data yang didapat dari waktu ke waktu.
Untuk jelasnya, Anda dapat memahami pengertian atau batasan dari istilah
penelitian itu sendiri, dengan memperhatikan beberapa ciri suatu kerja penelitian
antara lain sebagai berikut ini :
a) Penelitian dirancang dan diarahkan guna memecahkan sesuatu masalah
tertentu sebagai jawaban terhadap suatu masalah yang menjadi fokus
penelitian.
b) Penelitian memiliki nilai deskripsi dan prediksi serta hasil temuannya
terhadap sampel yang refokus pada suatu kelompok atau situasi objek
tertentu yang spesifik yang penekanannya pada pengembangan
generalisasi, prinsip-prinsip, serta teori-teori.
c) Penelitian memerlukan instrumen dan prosedur pengumpulan data yang
valid sehingga membuahkan hasil analisis/penemuan yang akurat dan
terpercaya.
d) Penelitian berkepentingan bukan sekedar mensintesa atau mereorganisasi
hal-hal yang telah diketahui sebelumnya, tetapi lebih diarahkan untuk
penemuan baru.
e) Penelitian dirancang dengan prosedur-prosedurnya secara teliti dan
rasional.
f) Penelitian menuntut keahlian yang benar mengetahui secara memadai
permasalahan yang diselidikinya.
g) Penelitian yang menggunakan hipotesis, lebih ditekankan pada pengujian
hipotesis, bukan pada pembuktian hipotesis.
h) Penelitian menuntut kesabaran dan tak dilakukan secara tergesa-gesa.
i) Penelitian memerlukan pencatatan dan pelaporannya dilakukan secara
telit, baik terhadap prosedur maupun hasil-hasil dan kesimpulannya
disajikan atas dasar bukti-bukti yang ada secara obyektif, hati-hati, dan
cermat. sehingga dapat dijadikan bahan yang berharga.

Dalam dunia pendidikan, dengan penelitian bisa membawa pengertian yang


semakin baik terhadap perilaku orang perseorangan, termasuk subyek didik atau
pendidik, proses belajar mengajar serta situasi atau kondisi yang bisa membuat lebih
berhasilnya proses pendidikan. Pada ilmu-ilmu tingkah laku, penelitian mengarah
pada pengembangan dan pengujian teori-teori tingkah laku. Pemahaman terhadap
tingkah laku peserta didik maupun pendidik semakin diperlukan dari hasil-hasil
penelitian dalam bidang pendidikan, baik dari segi ilmu maupun prakteknya.
Pada umumnya penelitian–penelitian pendidikan tergolong penelitian jenis
terapan guna mengembangkan generalisasi-generalisasi yang berkenaan dengan
proses belajar mengajar dan bahan-bahan mengajar. Karena itu, penelitian pendidikan
memberikan perhatiannya pada pengembangan dan pengujian teori-teori tentang
bagaimana peserta didik (pelajar, mahasiswa) berperilaku dalam setting pendidikan.
Berangkat dari hakikat penelitian yang dikemukakan di atas, dapat
dikemukakan pengertian penelitian pendidikan adalah cara yang digunakan orang
untuk mendapatkan informasi yang berguna dan dapat dipertanggungjawabkan
dalam upaya memahami proses kependidikan dalam lingkungan pendidikan
melalui pendekatan ilmiah, baik di lingkungan pendidikan formal, pendidikan
informal maupun pendidikan nonformal. Menemukan prinsip-prinsip umum atau
penafsiran tingkah laku yang dapat dipakai untuk menerangkan, meramalkan, dan
mengendalikan kejadian-kejadian dalam lingkungan pendidikan merupakan tujuan
dari suatu kerja penelitian.

B. Mengapa penelitian dilakukan?


Sekurang-kurangnya ada empat sebab yang melatarbelakangi mengapa
penelitian itu perlu dilakukan, yaitu: (1) Kesadaran keterbatasan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan (2) Pemenuhan rasa ingin tahu; (3) Pemecahan
masalah; dan (4) Pemenuhan pengembangan diri.
Pertama, penelitian didasarkan atas kesadaran
keterbatasan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan. Manusia tinggal di lingkungan
masyarakat yang sangat luas. Dalam kehidupan yang
sangat luas tersebut banyak hal yang kita tidak ketahui,
tidak jelas, tidak paham sehingga menimbulkan
kebingungan, karena pengetahuan, pemahaman dan
kemampuan manusia yang sangat terbatas, dibandingkan dengan lingkungannya yang
begitu luas. Bahkan, ketidaktahuan, ketidakpahaman, dan ketidakjelasan terhadap
sesuatu dalam kehidupannya, seringkali menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan
rasa terancam. Kesadaran atas keterbatasan pengetahuan, pemahaman, dan atau
kemampuan manusia dalam perlu diatasi agar manusia dapat menyesuaikan diri di
lingkungan masyarakat.
Kedua, penelitian dilakukan karena didorong oleh pemenuhan kebutuhan
rasa ingin tahu. Manusia memiliki dorongan atau naluri ingin mengetahui tentang
sesuatu di luar dirinya. Pengetahuan dan pemahaman tentang sesuatu,
menimbulkan rasa ingin tahu baru yang lebih luas, lebih tinggi, lebih menyeluruh.
Dorongan ingin tahu disalurkan untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman. Contohnya, manusia selalu bertanya, apa itu, bagaimana itu,
mengapa begitu, dan sebagainnya. Bagi kebanyakan orang, jawaban-jawaban
sepintas dan sederhana mungkin sudah memberikan kepuasan, tetapi bagi orang-
orang tertentu, para ilmuwan, peneliti, dan mungkin juga para pemimpin,
dibutuhkan jawaban yang lebih mendalam, lebih rinci dan lebih komprehensif.
Ketiga, penelitian dilakukan untuk pemecahan masalah. Manusia di
dalam kehidupannya selalu dihadapkan kepada masalah, tantangan, ancaman, dan
bahkan kesulitan, baik di dalam dirinya, keluarganya, masyarakat sekitarnya serta
di lingkungan kerjanya. Banyak cara yang dilakukan manusia untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya, antara lain:
1) Pemecahan masalah dilakukan secara tradisional atau mengikuti kebiasaan. Cara dan
alat kerja tradisional yang merupakan kebiasaan, misalnya, cara masyarakat petani
memotong padi menggunakan anai-anai yang secara turun tenurun dijadikan sebagai
alat potong padi.
2) Pemecahan masalah secara dogmatis, baik menggunakan dogma agama,
masyarakat, hukum, dan lain lain. Seperti pencuri dipotong tangannya, dll.
3) Pemecahan masalah secara intuitif yaitu berdasarkan bisikan hati, misalnya
seorang ibu kebingungan anaknya terlambat pulang sekolah. Bisikan hatinya,
mengecek anaknya dengan menelepon teman dekat anaknya.
4) Pemecahan masalah secara emosional, umpamanya pintu terkunci dibuka
dengan didobrak.
5) Pemecahan masalah secara spekulatif atau trial and error, suara radio berhenti,
lalu radionya dipukul-pukul dan ternyata bersuara lagi.
6) Pemecahan masalah melalui penelitian. Pemecahan masalah dalam penelitian
dilakukan secara objektif, sistematis, menggunakan metode dan mengikuti
prosedur, serta berpegang pada prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah
pengumpulan, pengolahan data, dan pembuktian secara ilmiah.
Keempat, pemenuhan pengembangan diri. Manusia merasa tidak puas
dengan apa yang telah dicapai, dikuasai, dan dimilikinya. Manusia selalu ingin
yang lebih baik, lebih sempurna, lebih memberikan kemudahan, selalu ingin
menambah dan meningkatkan “kekayaan” dan fasilitas hidupnya. Keinginan
manusia yang selalu lebih baik itu ada yang dicapai memerlukan waktu relatif
singkat dengan ruang lingkup yang lebih sempit maupun membutuhkan waktu
yang cukup lama dengan ruang lingkup yang lebih luas dan komplek melalui
penelitian. Dengan demikian pencapaian yang diinginkan manusia melalui
penelitian sangat tergantung ruang lingkup penelitian yang dirancang, baik yang
dirancang dan dilaksanakan sendiri, maupun melibatkan banyak orang.

C. Penelitian sebagai pencarian ilmiah


Penelitian sebagai dasar untuk meningkatkan pengetahuan yang
diperlukan dalam rangka meningkatkan pecapaian usaha manusia. Karena itulah,
pengetahuan tidak akan bertambah maju, tanpa adanya penelitian.
Sebagai pencarian ilmiah, penelitian adalah suatu kegiatan untuk
menemukan pengetahuan dengan menggunakan metode-metode yang diorgani-
sasikan secara sistematis, dalam mengumpulkan, menganalisis dan menginterpre-
tasikan data. Menemukan dan mengembangkan pengetahuan tersebut dilakukan
dengan prosedur dan metode ilmiah. Yang dimaksud ilmiah di sini adalah cara
mengembangkan pengetahuan. McMillan dan Schumacher (2001) membagi atas
empat langkah metode ilmiah, yaitu: (1) Define a problem, (2) State the
hypothesis to be tested, (3) Collect and analyze data, and (4) Interprete the results
and draw conclusions about the problem.
Hampir sama dengan McMillan dan Schumacher, John Dewey membagi
langkah-langkah pencarian ilmiah yang disebutnya sebagai “reflective thinking”,
atas lima langkah, yaitu: (1) mengidentifikasi masalah, (2) merumuskan dan
membatasi masalah, (3) menyusun hipotesis, (4) mengumpulkan dan menganalisis
data, dan (5) menguji hipotesis dan menarik kesimpulan.
Empat langkah pencarian ilmiah dari McMillan dan Schumacher, dan lima
langkah berpikir reflektif dari John Dewey, seringkali dijadikan sebagai dasar dari
langkah-langkah utama penelitian. Dengan kata lain, metode ilmiah mengikuti
proses identifikasi masalah, pengembangan hipotesis, melakukan observasi,
menganalisis, dan kemudian menyimpulkannya.
Menurut Suharsimi (1989) salah satu persyaratan penting dalam
melakukan kegiatan penelitian adalah mengikuti konsep ilmiah, artinya mulai
awal sampai akhir kegiatan penelitian mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan,
yaitu prinsip memperoleh ilmu pengetahuan. Selanjutnya ia mengemukakan
langkah-langkah penelitian, yaitu: (1) Memilih masalah; (2) Studi pendahuluan;
(3) Merumuskan masalah; (4) Merumuskan anggapan dasar dan hipotesis; (5)
Memilih pendekatan; (6) Menentukan variabel dan sumber data; (7) Menentukan
dan menyusun instrumen; (8) Mengumpulkan data; (9) Analisis data; (10)
Menarik kesimpulan; dan (11) Menyusun laporan.
Untuk memperoleh pemahaman yang jelas tentang langkah-langkah
penelitian tersebut, secara ringkas akan diuraikan sebagai berikut:

1. Memilih masalah
Memilih masalah bukanlah pekerjaan yang terlalu mudah terutama bagi
orang-orang yang belum banyak berpengalaman meneliti. Kegiatan penelitian
dimulai dengan mengidentifikasi isu-isu dan masalah-masalah penting (esensial),
hangat (aktual), dan mendesak (krusial) yang dihadapi saat ini, dan yang paling
banyak arti atau kegunaannya bila isu atau masalah tersebut diteliti. Dalam memilih
masalah yang hendak diteliti perlu mempertimbangkan beberapa hal, antara lain:
a. Cakupan masalah tidak terlalu luas.
b. Data yang diperlukan tidak sulit diperoleh.
c. Biaya dan waktu yang dibutuhkan cukup tersedia untuk penyelesaian
penelitian.
d. Dukungan teori dari sumber-sumber yang tersedia (referensi, buku, dan
jurnal-jurnal hasil penelitian) yang relevan dengan masalah yang akan diteliti.

2. Studi pendahuluan
Sebelum penelitian dilakukan, peneliti perlu mengadakan studi
pendahuluan. Studi pendahuluan ini biasanya disebut studi ekploratoris, yaitu
menjajagi kemungkinan diteruskannya pekerjaan meneliti. Studi pendahuluan
juga dimaksudkan untuk mencari informasi yang diperlukan oleh peneliti agar
masalahnya menjadi lebih jelas kedudukannya.

3. Merumuskan masalah
Perumusan masalah merupakan perumusan dan pemetaan faktor-faktor, atau
variabel-variabel yang terkait dengan fokus masalah. Faktor atau variabel tersebut
yang melatarbelakangi ataupun diakibatkan oleh fokus masalah. Karena faktor
atau variabel yang terkait dengan fokus masalah cukup banyak, maka perlu ada
pembatasan faktor atau variabel, yaitu dibatasi pada faktor atau variabel-variabel
yang dominan. Untuk itu informasi yang cukup dari studi pendahuluan atau studi
eksploratoris sangat diperlukan, sehingga masalah yang akan diteliti menjadi jelas
dan peneliti harus jelas pula apa yang seharusnya ia kerjakan.

4. Merumuskan anggapan dasar dan hipotesis


Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti
yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi
peneliti didalam melaksanakan penelitiannya. Jika anggapan dasar merupakan
dasar pikiran yang memungkinkan kita mengadakan penelitian tentang
permasalahan kita, maka hipotesis merupakan kebenaran sementara yang
ditentukan oleh peneliti, tetapi masih harus dibuktikan atau dites untuk diuji
kebenarannya. Yang perlu diingat bahwa rumusan hipotesis dibuat apabila
penelitiannya menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pengolahan data
stastistik inferensial. Untuk penelitian kuantitatif yang menggunakan pengolahan
data stastistik deskriptif tidak diperlukan rumusan hipotesis, cukup dengan
pertanyaan-pertanyaan pokok, demikian juga dengan penelitian kualitatif.

5. Memilih pendekatan
Dalam menyusun rancangan penelitian biasanya berisi rumusan tentang
langkah-langkah penelitian, termasuk didalamnya adalah pendekatan dan
metode penelitian yang digunakan serta alasan-alasan mengapa menggunakan
pendekatan dan metode tersebut. Metode atau cara mengadakan penelitian
seperti halnya: Eksperimen atau non eksperimen. Tetapi disamping itu juga
menunjukan jenis atau tipe penelitian yang diambil, dipandang dari segi tujuan
misalnya eksploratif, deskriptif atau hitoris. Masih ada lagi pandangan dari
subjek penelitiannya, misalnya populasi atau kasus.

6. Variabel dan sumber data.


Penentuan variabel penelitian berkaitan dengan penggunaan teknik
pengumpulan data dan sumber data yang diperlukan dalam suatu kegiatan
penelitian. Aspek-aspek apa yang diteliti dengan teknik pengumpulan data dan
dari mana sumber data diperleh adalah persolaan penting bagi peneliti yang
harus diketahui sebelum melakukan penelitian di lapangan..

7. Menentukan dan menyusun instrumen


Dalam suatu kerja peneltian, kegiatan pengumpulan data didahului oleh
penentuan teknik, penyusunan dan pengujian instrumen pengumpulan data
yang akan digunakan. Selain objektivitas dan keakuratan data yang akan
diperoleh, segi-segi legal dan etis dalam proses pelaksanaannya perlu
mendapatkan perhatian peneliti. Peneliti perlu menentukan jenis data dan dari
mana serta dengan instrumen apa data diperoleh. Sebagai contoh misalnya
peneliti akan mengumpulkan data tentang tingkah siswa. Data tentang tingkah
laku siswa pada kelas tertentu, tentu hanya dapat diperoleh dari siswa dengan
cara mengobservasi dengan menggunakan seperangkat pedoman observasi
dan/atau melalui interview atau kuisioner.

8. Mengumpulkan data
Dalam kegiatan pengumpulan data ini yang perlu mendapat perhatian
peneliti adalah objektivitas dan keakuratan data yang diperoleh, segi-segi legal
dan etis dalam proses pelaksanaannya. Dalam prakteknya, mengumpulkan data
adalah pekerjaan yang sukar, karena apabila diperoleh data yang salah, tentu
saja kesimpulannya pun salah pula. Oleh karena itu, peneliti harus sungguh-
sungguh dengan cermat dan jeli dalam menghimpun, mencatat atau merekam
data yang diperlukan.

9. Analisis data
Analisis data menjelaskan teknik dan langkah-langkah yang ditempuh
dalam mengolah atau menganalisis data. Menganalisis data membutuhkan
ketekunan dan pengertian terhadap jenis data. Jenis data akan menuntut teknik
analisis data. Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
statistik deskriptif, berupa table, grafik, profil, bagan, atau menggunakan statistik
inferensial berupa korelasi, regresi, perbedaan, analisis jalur, dll. Data kualitatif
dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif deskriptif naratif-logis.

10. Menarik kesimpulan


` Kesimpulan merupakan penarikan generalisasi dari hasil interpretasi
temuan penelitian. Meskipun penelitian kualitatif tidak bersifat generalisasi,
tetapi unsur generalisasi tetap ada, yaitu menemukan hal-hal yang esensial
atau prinsipil dari suatu deskripsi. Terhadap kesimpulan-kesimpulan yang
telah dirumuskan, disusunlah implikasi dan rekomendasi atau saran. Implikasi
merupakan akibat logis dari temuan-temuan penelitian yang terkandung
dalam kesimpulan. Rekomendasi merupakan hal-hal yang sebaiknya
Sesuaikah data yang terkumpul dengan hipotesis atau dugaan peneliti
sebelumnya? Disinilah peneliti bisa merasa lega karena hipotesisnya terbukti.
Tidak terbuktinya suatu hipotesis bukanlah suatu pertanda bahwa apa yang
dilakukan oleh peneliti itu salah dan harus merasa malu.

11. Menyusun laporan


Menyusun laporan penelitian sebenarnya lebih menitik beratkan pada
kegiatan administratif. Ada kalanya laporan hasil penelitian dianggap bukan
dari pekerjaan meneliti. Laporan penelitian dapat dijadikan sebagai dokumen
ilmiah dan merupakan bukti fisik dari kegiatan penelitian yang
dipertanggungjawabkan, termasuk skripsi, tesis maupun disertasi.
Kesebelas langkah penelitian di atas, divisualisasikan dalam bentuk
bagan-arus, seperti berikut:

Langkah 1
Memilih masalah

Langkah 2
Studi pendahuluan

Langkah 3
Merumuskan masalah

Langkah 4
Merumuskan anggapan dasar

Langkah 4a
Langkah 5 Hipotesis
Memilih pendekatan

Langkah 6a Langkah 6b
Menentukan variable Menentukan sumber
data
Langkah 7
Menentukan dan menyusun instruman

Langkah 8
Mengumpulkan data

Langkah 9
Analisis data

Langkah 10
Menarik kesimpulan

Langkah 11
Menyusun laporan

Gambar 1.1.1: Bagan Arus Kegiatan Penelitian (Suharsimi Arikunto; 1989: 16)
Langkah-langkah penelitian tersebut dikelompokkan menjadi tiga
kegiatan, yaitu: (1) Langkah ke-1 sampai dengan ke-6 mengisi kegiatan
pembuatan rancangan penelitian, (2) Langkah ke-7 sampai denga ke-11 meru-
pakan pelaksanaan penelitian, dan (3) Langkah terakhir sama dengan pembuatan
laporan penelitian. Ketiga langkah tersebut dapat digambarkan seperti gambar
berikut:

Merancang Melaksanakan Laporan


penelitian penelitian penelitian

Gambar 1.1.2: Langkah-langkah kegiatan utama penelitian

Dalam bidang pendidikan, pendidik adalah seorang pengambil keputusan.


Setiap hari, pada waktu melaksanakan proses pendidikan, pendidik dihadapkan
kepada tugas mengambil keputusan tentang bagaimana meren-canakan pengalaman
belajar, mengajar, membimbing siswanya, mengorganisasikan sistem sekolah, dan
banyak lagi hal-hal lain yang memerlukan perhatiannya.
Pendekatan ilmiah dalam pendidikan menjadi salah satu cara yang dapat
dipergunakan oleh pendidik (guru) dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya untuk memecahkan masalah atau persoalan pendidikan. Mereka
(pendidik) dianggap telah mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk mengambil keputusan-keputusan tentang apa yang harus
dilakukan dan bagaimana cara melakukannya. Namun, bagaimana para pendidik
dapat mengetahui jawaban yang tepat terhadap masalah atau persoalan yang
dihadapi dalam kondisi tertentu? Kendati ada sumber-sumber pengetahuan lain,
seperti pengalaman, otoritas, dan tradisi, hanya pengetahuan ilmiah tentang proses
pendidikanlah yang memberikan sumbangan paling berharga dalam pengambilan
keputusan di bidang pendidikan. Para pendidik perlu memanfaatkan sumber-
sumber pengetahuan guna memperolah informasi dan saran-saran yang dijadikan
pedoman dalam pengambilan keputusan.

D. Sumber-sumber ilmu pengetahuan


Manusia diberi banyak kelebihan oleh Tuhan. Sebagai makhluk Tuhan
mereka belajar atau berusaha survive. Salah satu usaha tersebut, manusia belajar
menguasai ilmu pengetahuan. Beberapa sumber ilmu pengetahuan yang tersedia
sebagai hasil penelitian ilmiah terhadap masalah-masalah pendidikan. Sumber-
sumber pengetahuan tersebut dapat dikelompokkan menjadi 5 (lima ), yaitu: (1)
Pengalaman, (2) Otoritas, (3) Cara berpikir deduktif. (4) Cara berpikir induktif
dan (5) Pendekatan ilmiah. Untuk lebih jelasnya berikut ini, secara singkat dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Melalui pegalaman. Sebagaimana biasa kita dengar orang mengatakan
”guru yang paling baik adalah pengalaman”. Orang dapat belajar dari
pengalamannya karena mereka melakukan, mengalami dan menghadapi
masalah hidup. Sejumlah pengalaman tersebut dapat dikembangkan
manusia dalam berbagai aktivitas atau usaha untuk dimanfaatkan dalam
kehidupannya. Misalnya, seorang petani bekerja langsung sebagai petani
dan menjadi petani tanpa sekolah. Seorang anak pandai berdagang karena
sejak kecil, disamping sekolah sudah diajak untuk melayani bapaknya
berjualan dipasar atau dirumahnya. Setelah belajar, mereka mempunyai
keahlian khusus dalam berjual beli dan bahkan mengembangkannya
menjadi pedagang yang besar.
Cara pendekatan orang belajar dari pengalaman sendiri sering tersebut
trial and error atau coba dan salah dan mencobanya lagi. Semakin orang
tersebut gigih dan tidak putus asa ketika terjadi salah atau jatuh, semakin
besar kemungkinan orang tersebut untuk lebih berhasil dalam hidupnya.
Cara lain seorang belajar melalui pengalaman untuk menguasai suatu ilmu
pengetahuan adalah menggunakan modal tradisi atau cara tradisi yang
berlaku didalam masyarakat.
Sebagai contoh, misalnya anggota atau kelompok masyarakat
menurut pandangan orang tua pada suku di daerah tertentu dimana suatu
“tradisi” turun temurun tidak boleh dilanggar. Artinya, perbuatan
melanggar tradisi perlu dicegah karena sudah menjadi tradisi lama bagi
kehidupan suatu kelompok masyarakat tertentu yang diyakini bahkan
dianggap “tabu”. Melarang anak-anaknya melakukan pekerjaan yang
disebutnya sebagai bentuk pengajaran kepada generasi yang lebih muda.
Contoh lain, misalnya tentang “kampunan” yang oleh sebagian
masyarakat Melayu di daerah tertentu di Kalimantan. Ketika seseorang
hendak berangkat keluar rumah atau melakukan perjalanan/pekerjaan,
ketika itu juga orang mengajak kita makan atau minum. Orang tua
mengajar anaknya tidak boleh menolak jika seseorang menawarkan
makanan (nasi ketan) atau minuman (kopi), harus disentuh atau cicipi
sedikit saja, agar terhindar “mendapat celaka”. Selain dimaksudkan
menghargai orang yang memberi atau menawarkan makanan atau
minuman. Melarang anak duduk di depan pintu menjelang malam
(maghrib), tidak boleh makan di depan pintu adalah contoh lain mengajar
anak berangkat dari tradisi. Anak tidak perlu tahu, mengapa orang tua
mereka tidak membolehkan melakukan pekerjaan tersebut? Jika anak
mereka bertanya alasan larangan, jawaban yang diperoleh dari orang tua
biasanya “tabu, tidak boleh atau tidak baik”. Cara tradisi ini akan semakin
kuat jika setiap kali terjadi peristiwa yang membenarkan tradisi berlaku.
Sebaliknya, akan hilang nilai kepercayaan jika kebenaran yang ada
menyimpang dengan teradisi yang telah dilakukan. Semakin banyak
terjadi penyimpangan tradisi semakin menghilangkan kebenaran tradisi
yang berlaku. Penguasaan ilmu pengetahuan melalui cara tradisi ini
mempunyai berapa ciri seperti: (1) memegang teguh kebenaran warisan
dari orang tua atau nenek moyang; (2) ada pengulangan yang sifatnya
membenarkan, berarti akan semakin menambah “valid” cara tersebut,
semakin terjadi pengulangan yang bersifat menyimpang dari yang
membenarkan, akan dapat mereduksi kepercayaan yang ada; dan
(3) menimbulkan ketidak pastian nilai kepercayaan, ketika terjadi konflik
dalam masyarakat.
b. Melalui metode otoritas. Metode ini digunakan untuk menguasai ilmu
pengetahuan jika metode pengalaman tidak dapat digunakan secara
efektif. Cara lain dengan bertanya atau menggunakan pengalaman orang
lain. Seorang mahasiswa tidak perlu pergi kebulan untuk mengetahui
tentang keadaan dan situasi bulan. Mereka dapat bertanya pada dosennya
atau orang yang mempunyai pengalaman pada bidangnya. Orang yang
mempunyai otoritas ini dapat diinterpretasikan sebagai orany yang
berwenang dibidangnya, orang yang mempunyai kuasa, dan orang lain
yang berhubungan erat dengan permasalahan dan buku literatur dan
termasuk pula hasil para pendahulu. Menguasai ilmu pengetahuan,
melalui cara otoritas lebih efektif dan dapat dilaksanakan, jika sekitar
orang tersebut ada lembaga atau orang yang termasuk dalam kriteria
berwenang.
c. Melalui metode deduktif. Dalam mengembangkan dan menguasai ilmu
pengetahuan, alasan logika, merupakan cara yang paling lama digunakan
oleh para ilmuan sejak zaman Yunani dan Mesir kuno. Dengan
menggunakan alasan logika yang sudah mendekati ilmiah mereka dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan sedemikian maju dan dapat digunakan
sebagai kajian pustaka sampai sekarang. Mereka melakukan alasan logis
untuk membangun suatu dalil, preposisi, hukum, dan teori baru. Deduktif
pada prinsipnya ialah cara berfikir untuk mencari atau menguasai ilmu
pengetahuan yang berawal dari alasan umum menuju kearah yang lebih
spesifik. Logika deduktif merupakan sistem berpikir untuk
mengorganisasi faktual dan mencapai suatu kesimpulan dengan
menggunakan argumentasi logika.
Contoh: setiap binatang menyusui mempunyai kaki. Semua kucing
mempunyai kaki. Oleh karena itu sebagai kesimpulannya, kucing adalah
binatang menyusui.
d. Melalui metode induktif. Cara ini merupakan proses berfikir yang diawali
dari fakta pendukung yang spesifik, menuju pada arah yang lebih umum
guna mencapai suatu kesimpulan.
Contohnya ialah: Ayam hitam yang kita amati mempunyai hati. Ayam
putih yang diamati juga mempunyai hati. Kesimpulannya ialah setiap ayam
mempunyai hati. Dalam logika induktif seorang peneliti berangkat dari
pengamatan dan mungkin secara eksperimentasi untuk melihat hati ayam.
Dari bervariasi warna ayam semuanya mempunyai hati. Kesimpulannya
adalah bentuk terakhir yang berupa generalisasi dan pengamatan banyak
ayam tersebut.
e. Menggunakan pendekatan ilmiah. Merupakan metode untuk menguasai
dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang paling tinggi nilai validitas
dan ketepatannya, jika dibandingkan dengan beberapa macam pendekatan
yang telah didiskusikan diatas. Sangat dianjurkan bagi para peneliti maupun
profesional untuk selaku menggunakan pendekatan tersebut dalam setiapa
kesempatan maupun waktu. Metode ilmiah pada prinsipnya adalah metode
gabungan secara integral antara dua logika deduktif dan induktif yang
kemudian menghasilkan langkah penting sebagai strategi ilmiah.

Latihan:
Setelah mengkaji keseluruhan materi yang dipaparkan pada subunit ini,
pemahaman Anda akan lebih mantap lagi, kerjakan latihan-latihan berikut:
1. Dalam suatu kerja penelitian, ditemukan dalam penggunaan “metodologi
penelitian” dan “metode penelitian” masih mencampuradukkan kedua istilah
tersebut sehingga terkesan sama maksudnya. Coba Anda temukan dan
jelaskan perbedaan antara metode penelitian dengan metodologi penelitian.
tersebut !
2. Anggapan dasar dan hipotesis merupakan salah satu langkah penelitian ilmiah.
Yang keduanya berbeda pengertian. Kemukakan pengertian anggapan dasar
dan hipotesis dalam kaitannya dengan penelitian yang menggunakan
pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif.
3. Sebagai pencarian ilmiah, penelitian adalah suatu kegiatan untuk menemukan
pengetahuan dilakukan dengan prosedur dan metode ilmiah. Coba Anda
kemukakan perbedaan antara metode ilmiah dengan suatu kerja penelitian
4. Dalam mengembangkan dan menguasai ilmu pengetahuan, alasan logika,
merupakan cara yang paling lama digunakan oleh para ilmuan, yaitu metode
deduktif dan induktif. Coba Anda kemukakan apa yang dimaksud dengan
metode deduktif dan induktif disertai memberikan contoh penggunaan logika
dari masing-masing metode tersebut.

Agar latihan yang Anda kerjakan sesuai dengan arah yang diharapkan,
bacalah rambu-rambu atau petunjuk latihan.

Petunjuk mengerjakan latihan:


1. Sesungguhnya antara metodologi penelitian dengan metode penelitian memiliki
arti atau makna yang berbeda. Perbedaan pengertian keduanya, terutama
penggunaannya dalam praktek penelitian atau suatu kerja penelitian di
lapangan. Kaji kembali materi yang telah Anda pelajari dan ajak teman-teman
Anda berdiskusi untuk memperoleh pemahaman yang sama tetang perbedaan
antara metodologi penelitian dan metode penelitian.
2. Telaah kembali langkah-langkah penelitian tentang anggapan dasar dan
hipotesis, kemudian Anda kaji tentang pendekatan penelitian kuantitatif dan
pendekatan kualitatif sehingga Anda memperoleh pemahaman terhadap
anggapan dasar dan hipotesis serta fungsi hipotesis dalam suatu penelitian.
Diskusikan bersama mengenai pendekatan kuantitatif dan kualitip untuk
memperoh pemahaman yang jelas tentang apakah rumusan hipotesis
diperlukan oleh masing-masing pendekatan penelitian..
3. Metode ilmiah dan suatu kerja penelitian memiliki perbedaan dari segi cara
melakukan pekerjaan ilmiah. Untuk memperoleh pemahaman yang jelas Anda
menggunakan contoh suatu profesi dokter atau akuntan. Lakukan telaah
bersama (diskusi) sehingga Anda menemukan prosedur dan karakteristik
metode ilmiah dan suatu kerja penelitian.
4. Alasan logika, dengan metode deduktif dan induktif penekanannya pada suatu
kerangka berpikir dalam membuat suatu kesimpulan dari masalah-masalah yang
diteliti.

RANGKUMAN
Penelitian adalah seni dan ilmu (art and science) guna mencari jawaban
terhadap suatu permasalahan. Penelitian–penelitian pendidikan, umumnya
tergolong penelitian jenis terapan yang digunakan untuk mengembangkan
generalisasi-generalisasi yang berkenaan dengan proses belajar mengajar dan
bahan-bahan mengajar yang memberikan perhatiannya pada pengembangan dan
pengujian terori-teori tentang bagaimana pelajar (peserta didik) berperilaku
dalam setting pendidikan, baik di lingkungan pendidikan formal, pendidikan
informal maupun pendidikan nonformal.
Ada dua pendekatan penelitian yang biasa dipakai dalam penelitin, yaitu
pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif bersandar
pada pandangan positivis. Sedangkan pendekatan kualitatif bersandar dari pandangan
fenomenologis. Penemuan dari hasil kerja penelitian berupa temuan sesuatu yang
memang sebetulnya sudah ada disebut discovery. Sedangkan penelitian hasil
penelitian yang betul-betul baru dengan dukungan fakta disebut invention.
Beberapa alasan yang melatarbelakangi penelitian itu perlu dilakukan,
yaitu: (1) Kesadaran keterbatasan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan (2)
Pemenuhan rasa ingin tahu; (3) Pemecahan masalah; dan (4) Pemenuhan
pengembangan diri.
Pada dasarnya terdapat tiga langkah utama dalam suatu kerja penelitian ,
yaitu: (1) Kegiatan pembuatan rancangan penelitian, (2) Pelaksanaan penelitian,
dan (3) Pembuatan laporan penelitian. Dari kegiatan tersebut dirinci menjadi
langkah-langkah penelitian atau prosedur penelitian ilmiah, yaitu: (1) Memilih
masalah; (2) Studi pendahuluan; (3) Merumuskan masalah; (4) Merumuskan
anggapan dasar dan hipotesis; (5) Memilih pendekatan; (6) Menentukan variabel
dan sumber data; (7) Menentukan dan menyusun instrumen; (8) Mengumpulkan
data; (9) Analisis data; (10) Menarik kesimpulan; dan (11) Menyusun laporan.
Usaha manusia belajar menguasai ilmu pengetahuan bersumber dari:
(1) Pengalaman, (2) Otoritas, (3) Cara berpikir deduktif. (4) Cara berpikir induktif
dan (5) Pendekatan ilmiah.
SUBUNIT 2
Tujuan dan Fungsi Penelitian Pendidikan

Dalam uraian-uraian bagian terdahulu telah dikemukakan bahwa cara


mencari kebenaran yang dipandang ilmiah adalah melalui metode penelitian.
Metode penelitian adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti dalam
merancang, melaksanakan, pengolahan data dan menarik kesimpulan terhadap
masalah penelitian. Bidang garapan penelitian pendidikan menekankan sekitar
masalah pendidikan, baik yang mencakup guru, siswa, kurikulum, sistem
pengajaran, manajeman, dan hubungan lembaga dengan masyarakat dan lain-lain.
Subunit ini membahas tujuan dan kegunaan penelitian pendidikan. Dalam
kaitannya dalam pengembangan ilmu pengetahuan, kegiatan penelitian merupakan
salah satu media yang andal untuk memenuhi bermacam-macam fungsi penelitian,
termasuk penelitian pendidikan.

A. Tujuan Penelitian Pendidikan


Pada dasarnya tujuan penelitian pendidikan ialah menemukan prinsip-
prinsip umum atau penafsiran tingkah laku yang dapat dipakai untuk
menerangkan, meramalkan, dan mengendalikan kejadian-kejadian dalam
lingkungan pendidikan, baik pendidikan formal, nonformal maupun informal.
Dalam kegiatan penelitian memang mengandung kegiatan yang kadang
sulit dan melelahkan, karena memerlukan biaya, tenaga, dan waktu, tetapi
penelitian memiliki tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti. Secara umum
beberapa tujuan penelitian yang hendak dicapai, termasuk penelitian pendidikan
antara lain: (1) memperoleh informasi baru, (2) mengembangkan dan
menjelaskan, dan (3) menerangkan, memprediksi, dan mengontrol suatu ubahan.
Tujuan-tujuan penelitian tersebut secara singkat akan diuraikan sebagai
berikut:

1. Memperoleh informasi baru


Pada manusia terdapat naluri ingin tahu. Karena dorongan kebutuhan ingin
tahu ini, manusia ingin mengetahui sesuatu di luar yang ia ketahui. Salah satu cara
untuk menemukan sesuatu yang baru adalah melakukan penyelidikan atau
penelitian. Penelitian biasanya akan berhubungan dengan informasi atau data yang
masih baru jika dilihat dari aspek si peneliti. Data dalam penelitian tidak boleh
dikumpulkan sekedar data yang sesuai dengan keinginan pribadi si peneliti
Walaupun mungkin saja suatu data atau fakta tersebut telah ada dan berada
disuatu tempat dalam waktu lama. Yang perlu diingat, dalam mengumpulkan data,
harus dilakukan secara obyektif. Pencarian dan pengumpulan informasi atau data,
peneliti dapat menggunakan data skunder. Apabila fakta tersebut baru diungkap
dan disusun secara sistematis oleh seorang peneliti pada saat itu maka dapat
dikatakan bahwa data peneliti tersebut dikatakan data baru. Sebagai contoh, hasil
belajar para siswa, hasil produksi suatu perusahaan, persepsi masyarakat terhadap
isu yang berkembang atau program pemerintah dan sebagainya. Jika informasi
atau data dapat dikumpulkan oleh peneliti berdasarkan fakta-fakta, maka data
tersebut sebagai data baru bagi peneliti.
Untuk menemukan sesuatu yang baru bidang pendidikan dilakukan
melalui penelitian pendidikan. Artinya, dalam perkembangan pengetahuan,
temasuk juga ilmu atau pengetahuan di bidang pendidikan, penemuan sesuatu
yang baru mengenai berbagai persoalan pendidikan dapat dilakukan dengan
metode atau cara penelitian yang hasilnya berupa temuan-temuan baru. Karena
itu, kegiatan penelitian harus dilakukan dengan cara-cara yang benar, dalam arti
dilakukan secara sistematis dengan menggunakan metode-metode ilmiah.

2. Mengembangkan dan menjelaskan


Tujuan yang kedua adalah mengembangkan dan menjelaskan.
Mengembangkan hasil kajian dari suatu kegiatan penelitian pendidikan berarti
mengembangkan perubahan-perubahan dan kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh
individu, kelompok ataupun organisasi dalam kurun waktu tertentu. Temuan- dari
hasil penelitian pendidikan, misalnya peneliti menjelaskan bahwa faktor penciptaan
suasana dan iklim belajar di kelas yang menyenangkan secara signifikan
mendorong peningkatan motivasi belajar siswa dan kerja sama untuk berprestasi.
Motivasi belajar dan iklim kerja sama sebagai suatu perubahan akibat suasana dan
iklim belajar di kelas yang menyenangkan. Mereka perlu menggali dari variasi
sumber-sumber pengetahuan yang relevan agar dapat menerangkan pentingnya
permasalahan pendidikan yang dipecahkan. Peneliti berupaya mengkaji teori-teori
yang didukung fakta-fakta yang ada, sehingga peneliti akan sampai pada
pemberian pernyataan sementara yang sering disebut sebagai hipotesis penelitian.
Tujuan dari hasil penelitian dianggap penting karena bermanfaat secara
signifikan ketika para peneliti berusaha memecahkan permasalahan dengan tidak
menginginkan terjadinya pengulangan kerja atau penggunaan tenaga yang sia-sia.

3. Menerangkan, memprediksi, dan mengontrol suatu ubahan


Ubahan yang dalam istilah penelitian disebut variable. Variabel adalah
gejala yang sedang diteliti. Variabel atau ubahan adalah simbol yang digunakan
untuk mentransfer gejala ke dalam data penelitian. Biasanya variabel muncul pada
tingkat intensitas yang berbeda sehingga variabel itu adalah variabel lebel. Ada
beberapa variabel yang biasa digunakan dalam suatu penelitian, yaitu: variabel
bebas dan variabel terikat.. Variabel bebas (independent variable) adalah variabel
yang memberi pengaruh atau diuji pengaruhnya terhadap variabel lain, disebut
juga variabel perlakuan, variabel eksperimen atau variabel intervensi. Variabel
terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas,
disebut juga variabel hasil, variabel pos tes atau variabel kriteria.
Seorang peneliti perlu mengetahui variable yang disebut variable bebas
(independent variable) dan variable tergantung (dependent variable), sehingga ia
dapat mengetahui secara pasti pengaruh variabel satu terhadap variable lainnya.
Dan kemudian dapat menerangkan keterkaitan dan keterikatan variable yang ada;
dapat memprediksi apa yang akan terjadi di antara vartiabel atau bahkan
mengontrol mereka untuk memperoleh sesuatu yang bermanfaat.
Selain dua variabel tersebut di atas, dalam suatu penelitian biasa dijumpai
variabel ekstranus dan variabel penyela. Variabel ekstranus (extraneous variabel) dan
variabel penyela (intervening variable). Variabel ekstranus adalah variabel-variabel
yang apabila tidak dikontrol akan berpengaruh terhadap variabel terikat. Sedangkan
variabel penyela adalah variabel yang kemungkinan besar berpengaruh terhadap
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat tetapi sulit untuk dikontrol.

B. Fungsi Penelitian Pendidikan


Pemahaman tentang bagaimana penelitian berperan dalam mengembang-
kan pengetahuan dan memperbaiki praktik pendidikan dikaitkan dengan
perbedaan macam-macam penelitian berkenaan dengan fungsinya. Secara umum
penelitian mempunyai dua fungsi utama, yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan
dan memperbaiki praktek
Penelitian dasar, misalnya mempunyai andil yang sangat besar dalam
mengembangkan batang ilmu pengetahuan (a scientific body of knowledge).
Temuan-temuan penelitian dasar dapat memperkaya teori. Selain pengembangan
ilmu pengetahuan peranan penelitian lain yang berfungsi memperbaiki praktek
(pendidikan) adalah penelitian terapan dan evaluatif yang ditujukan untuk meneliti
praktik pendidikan, meneliti penerapan teori atau mengevaluasi pelaksanaan
program dan kegiatan. Karena itu, hasil-hasil penelitian terapan dan evaluasi
tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki praktik pendidikan.

1. Fungsi penelitian berdasarkan jenis penelitian.


Berangkat dari peranan penelitian tersebut di atas, dapat dikemukan bahwa
secara mendasar dapat dibedakan tiga jenis atau macam penelitian, yaitu
penelitian dasar atau basic research, penelitian terapan (applied research) dan
penelitian evaluatif (evaluative research). Hasil-hasil penelitian tersebut,
memberikan gambaran bagi kita tentang fungsi-fungsi penelitian pendidikan:

a. Penelitian Dasar
Tujuan penelitian dasar adalah: pertama, menambah pengetahuan kita
dengan prinsip-prinsip dasar dan hukum-hukum ilmiah, dan kedua, meningkatkan
pencarian dan metodologi ilmiah (Nana Syaodih, 2005).
Penelitian dasar (basic research) disebut juga penelitian murni (pure
research) atau penelitian pokok (fundamental research) diarahkan pada pengujian
teori, dengan hanya sedikit atau bahkan tanpa menghubungkan hasilnya untuk
kepentingan praktik. Penelitian ini memberikan sumbangan besar terhadap
pengembangan dan pengujian teori-teori.
Sebagai contoh, teori yang dikemukan oleh Newton, yaitu gaya grafitasi
yang telah lama dan sampai sekarang masih berlaku. Tidak tertutup kemungkinan
para peneliti akan menguji teori ini dengan mengajukan pertanyaan: Apakah ada
gaya lain selain gaya tarik bumi yang menyebabkan suatu benda jika dijatuhkan
dari ketinggian tertentu tidak selalu jatuh mengarah ke pusat bumi (Andaikan
tidak selalu tepat ke pusat bumi atau melenceng). Kalau hasil temuan ternyata
demikian, maka temuan hasil penelitian tersebut memunculkan pertanyaan baru
tentang kehandalan teori gaya grafitasi yang telah berlaku lama dan universal
tersebut. Contoh lain, mengenai hasil penelitian yang sampai sekarang dan
mungkin akan tetap berlaku misalnya dalil Phytagoras, dan lain-lain..
Dalam bidang pengetahuan sosial, termasuk hasil penelitian bidang
pendidikan, ada dua kemungkinan terjadi, yaitu pertama, dapat memperkuat,
mengubah, atau menolak hasil temuan dari paradigma lama. Yang kedua, . hasil
penelitian yang baru menghasilkan suatu yang memperkuat, membedakan, atau
bertentangan dengan hasil penelitian yang lama.
Bertolak dari suatu teori, prinsip dasar atau generalisasi, Syaodih (2005)
menjelaskan bahwa penelitian dasar diarahkan untuk mengetahui, menjelaskan
dan memprediksi fenomena-fenomena alam dan sosial. Teori bisa didukung atau
tidak didukung oleh pengalaman. Teori yang didukung oleh kenyataan-kenyataan
empiris disebut hukum ilmiah (scientific law).
Meskipun ada yang berpendapat bahwa penelitian dasar tidak diarahkan
untuk memecahkan masalah-masalah sosial dan para ilmuwan berperan
mengembangkan pengetahuan dan tidak perlu selalu memiliki implikasi praktis,
tetapi dalam kenyataan hasil-hasil penelitian dasar memberikan tantangan nilai-
dan dogma-dogma yang telah terbentuk dalam kehidupan praktis setelah periode
waktu tertentu. Pengetahuan baru secara tidak langsung akan mempengaruhi
pemikiran dan persepsi orang, yang akibatnya bisa mempengaruhi atau tidak
mempengaruhi perbuatan.
b. Penelitian Terapan
Penelitian terapan (applied research) berkenaan dengan kenyataan-
kenyataan praktis, penerapan dan pengembangan pengetahuan yang dihasilkan
oleh penelitian dasar dalam kehidupan nyata. Penelitian dasar berfungsi
menghasilkan pengetahuan untuk mencari solusi tentang masalah-masalah dalam
bidang tertentu.
Penelitian ini menguji manfaat dan teori-teori ilmiah, mengetahui
hubungan empiris dan analitis dalam bidang-bidang tertentu. Implikasi dari
penelitian terapan dinyatakan dalam rumusan yang bersifat umum, bukan
rekomendasi yang merupakan tindakan langsung. Penelitian terapan seperti halnya
penelitian dasar bersifat abstrak dan umum dalam bidang tertentu, bukan
pengetahuan yang bersifat universal. Hasil penelitian terapan menambah
pengetahuan yang berbasis penelitian dalam bidang-bidang tertentu. Dampak dari
penelitian terapan terasa setelah periode waktu tertentu. Setelah jumlah hasil studi
dipublikasikan dan dibicarakan dalam periolde waktu tertentu, pengetahuan
tersebut akan mempengaruhi cara berpikir dan persepsi para praktisi. Penelitian
terapan mendorong penelitian lebih lanjut, menyarankan teori dan praktek baru
serta mendorong pengembangan metodologi.

c. Penelitian Evaluatif
Penelitian evaluatif (evaluation research) difokuskan pada suatu kegiatan
dalam suatu unit tertentu. Kegiatan tersebut dapat berbentuk program, proses,
ataupun hasil kerja, sedangkan unit dapat berupa tempat, organisasi, ataupun
lembaga. Penelitian ini dapat menilai manfaat atau kegunaan, sumbangan dan
kelayakan dari sesuatu kegiatan dalam satu unit. Apakah suatu kegiatan, program
atau pekerjaan memberikan manfaat, sumbangan atau hasil seperti yang
diharapkan ? Apakah sesuatu kegiatan, program atau pekerjaan yang layak dilihat
dari segi biaya, pengembangan, implementasi dan penyebaran, biaya untuk bahan-
bahan, tempat, pengembangan staf, dukungan masyarakat.
Penelitian evaluatif berbeda dengan evaluasi formal. Evaluasi formal bisa
dilakukan oleh para peneliti atau pelaksana dalam bidangnya, tidak membutuhkan
pelatihan-pelatihan khusus. Untuk dapat melakukan penelitian evaluatif
membutuhkan latihan khusus dalam beberapa disiplin ilmu, metodologi dan
keterampilan berhubungan dengan komunikasi secara interpersonal. Penelitian
evaluatif yang bersifat komprehensif membutuhkan data kuantitatif dan kualitatif
dari berbagai studi terkait yang dilaksanakan dalam berbagai tahapan kegiatan.
Pelaksanaan penelitian evaluatif membutuhkan kemampuan berkomuni-
kasi dengan bahasa praktis sesuai dengan situasi yang diteliti, tetapi juga terfokus
pada segi-segi yang berarti bagi para penentu kebijakan. Hasil-hasil penelitian
evaluatif kurang bersifat generalisasi, sebaba evaluasi terkait dengan kegiatan
yang berlangsung dalam unit tertentu.
Penelitian evaluatif dapat menambah pengetahuan tentang kegiatan
tertentu, dan dapat mendorong penelitian atau penbangan lebih lanjut. Sejumlah
penelitian evaluatif dalam kegiatan sejenis yang dilaksanakan dalam unit-unit
yang berbeda dapat menambah pengetahuan dalam bidang aplikatif.
Ada dua macam penelitian evaluatif, yaitu penelitian tindakan (action
research) dan penelitian kebijakan (policy research). Penelitian tindakan
dilakukan oleh para pelaksana untuk memecahkan masalah yang dihadapi atau
memperbaiki suatu pelaksanaan suatu kegiatan. Guru melakukan penelitian
tindakan untuk memecahkan masalah atau meningkatkan program pengajarannya.
Penelitian tindakan yang dewasa ini banyak dilakukan dalam penelitian tindakan
kolaboratif (collaborative action research). Dalam penelitian ini para pelaksana
bekerjasama dengan konsultan atau para peneliti luar untuk merancang dan
melaksanakan penelitiannya. Penelitian tindakan menekankan baik pada proses
maupun hasil dari perubahan-perubahan strategi dan teknik yang digunakan.
Analisis kebijakan mengevaluasi kebijakan pemerintah untuk membantu
para penentu kebijakan memberikan rekomendasi-rekomendasi yang praktis.
Penelitian kebijakan memfokuskan kajiannya pada kebijakan yang lalu atau yang
berlaku sekarang, dan diarahkan untuk: (1) meneliti formulasi kebijakan,
sasarannya siapa-siapa saja, (2) menguji pelaksanaan suatu program terkait dengan
sesuatu kebijakan, (3) menguji keefektifan dan keefisienan kebijakan (Syaodih,
2005: 17).
McMillan dan Schumacher (2001:18) membedakan penelitian dasar,
terapan dan evaluatif berdasarkan bidang penelitian, tujuan, tingkat generalisasi
dan penggunaan hasilnya, digambarkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 1.1
Perbedaan antara Penelitian Dasar, Terapan dan Evaluatif
Penelitian Penelitian Penelitian
Dasar Terapan Evaluatif
Bidang 1. Penelitian bidang 1. Bidang aplikasi: 1. Pelaksanaan
Penelitian fisik, perilaku dan kedokteran, berbagai program
sosial rekayasa, atau kegiatan
pendidikan berbagai tempat
Tujuan 1. Menguji teori, 1. Menguji keguna- 1. Menilai
dalil, prinsip dasar. an teori dalam keberhasilan
bidang tertentu. kegiatan secara
spesifik
2. Menentukan 2. Menentukan 2. Menilai manfaat
hubungan empiris hubungan kegiatan secara
antar fenomena empiris dan spesifik
dan mengadakan generalisasi
generalisasi analitis dalam
analitis bidang tertentu
Tingkat 1. Abstrak, umum 1. Umum tetapi 1. Konkrit, spesifik
Generalisasi dalam bidang dalam aspek
tertentu tertentu.
2.Diterapkan dalam
praktik aspek
tertentu.
Penggunaan 1.Menambah penge- 1. Menambah penge- 1. Menambah pe-
hasil tahuan ilmiah dari tahuan yang didas- ngetahuan yang
prinsip-prinsip arkan penelitian didasarkan pene-
dasar dan hukum dalam bidang litian secara
tertentu. tertentu. spesifik.
2. Meningkatkan 2. Meningkatkan 2. Meningkatkan
metodologi dan penelitian dan penelitian dan
cara-cara metodoogi dalam metodologi
pencarian bidang tertentu. secara spesifik
3.Membantu dalam
pembuatan
keputusan bidang
tertentu.
Sumber: Reseach in Education (McMillan dan Schumacher, 2001:18)

2. Fungsi penelitian berdasarkan tujuan


Selain berdasarkan jenis-jenis atau macam-macam penelitian, fungsi
penelitian juga dapat dibedakan berdasarkan tujuannya. Berdasarkan tujuan
dibedakan antara penelitian deskriptif, prediktif, improftif, dan eksplanatif.
a. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif (descriptive research) ditujukan untuk mendeskrip-
sikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya pada saat penelitian
dilakukan. Dalam studi ini para peneliti tidak melakukan manipulasi atau
memberikan perlakuan-perlakuan tertentu tehadap objek penelitian, semua
kegiatan atau peristiwa berjalan seperti apa adanya. Penelitian deskriptif dapat
berkenaan dengan kasus-kasus tertentu atau sesuatu populasi yang cukup luas.
Penelitian deskriptif, bisa mendeskripsikan sesuatu keadaan saja, tetapi
bisa juga mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya.
Penelitian demikian disebut penelitian perkembangan (developmental studies).
Dalam penelitian perkembangan ada yang bersifat longitudinal atau sepanjang
waktu, dan ada yang bersifat cross sectional atau dalam potongan waktu.
Dalam penelitian deskriptif dapat digunakan pendekatan kuantitatif,
pengumpulan dan pengukuran data yang berbentuk angka-angka, atau pendekatan
kualitatif, penggambaran keadaan secara naratif kualitatif. Penelitian deskriptif
dapat dilakukan pada saat ini atau dalam kurun waktu yang singkat, tetapi dapat
juga dilakukan dalam waktu yang cukup panjang disebut penelitian longitudinal.
Penelitian longitudinal ini menunjuk pada penelitian-penelitian individu atau
satuan-satuan lain, dimana pengukuran unit yang sama diulang diberbagai waktu
sepanjang jalannya penelitian. Sedangkan penelitian cross sectional, meneliti
perkembangan kemampuan berbahasa pada tahap-tahap dalam potongan waktu
misalnya kemampuan berbahasa pada masa atau tahapan perkembangan seseorang
berdasarka usia kronologis: bayi, anak kecil, anak sekolah, remaja, dan adolesen
dilakukan secara bersamaan.

b. Penelitian Prediktif
Penelitian prediktif (predictive research) Studi ini ditujukan untuk
memprediksi atau memperkirakan apa yang akan terjadi atau berlangsung pada
saat yang akan datang berdasarkan hasil analisis keadaan saat ini. Penelitian
deskriptif dilakukan melalui penelitian yang bersifat korelasional (correlational
studies) dan kecenderungan (trend studies). Melalui penelitian korelasional, selain
dapat dicari korelasi antara dua atau lebih dari dua variabel juga dapat dihitung
regresinya. Melalui perhitungan regresi ini, baik regresi parsial maupun multiple
dapat diprediksi dampak atau kontribusi dari satu atau lebih dari satu variabel
terhadap variabel lainnya.
Penelitian prediktif juga dapat dilakukan melalui studi kecenderungan.
Dengan melihat perkembangan selama jangka waktu tertentu, pada saat ini atau saat
yang lalu dapat dilihat kecenderungannya pada masa yang akan datang. Prediksi
tentang jumlah penduduk lima atau sepuluh tahun yang akan datang bisa dihitung
berdasarkan perkembangan penduduk selama lima sampai sepuluh tahun yang lalu.
c. Penelitian Improftif
Penelitian improftif (improvetive research) ditujukan untuk memperbaiki,
meningkatkan atau menyempurnakan suatu keadaan, kegiatan atau pelaksanaan
suatu program. Banyak kegiatan atau program dalam pelaksanaan pendidikan,
seperti pelaksanaan: kurikulum, pembelajaran, evaluasi berbagai mata pelajaran,
program: praktik laboratorium, praktik keterampilan, bimbingan siswa,
ekstrakurikuler, pengawasan sekolah, layanan perpustakaan, program pelatihan
pemimpin sekolah, guru, staf adminstrasi, dll. Untuk memperbaiki dan
menyempurnakan pelaksanaa program atau kegiatan digunakan penelitian
tindakan atau action research, sedang untuk memperbaiki, meningkatkan atau
menghasilkan program yang standar atau model digunakan penelitian dan
pengembangan atau research and development. Penelitian eksperimental sebagai
bagian dari metode penelitian dan pengembangan atau sebagai metode tersendiri
untuk mengetahui pengaruh dari suatu hal terhadap hal lainnya juga dapat
dilakukan dalam penelitian improftif.
d. Penelitian Eksplanatif
Penelitian eksplanatif (explanative research) ditujukan untuk memberikan
penjelasan tentang hubungan antar fenomena atau variabel. Peneliti berusaha
menjelaskan melalui teori yang didukung fakta-fakta yang menunjang yang ada,
peneliti akan dapat sampai pemberian pernyataan sementara yang sering disebut
sebagai hipotesis penelitian. Variabel dalam pendidikan bisa berupa, antara lain:
guru mengajar, membimbing, mengevaluasi, murid belajar, mengerjakan tugas,
bolos, lulus ujian, buku kurang, kelas sempit.
Penelitian eksplanatif mencoba mencari kejelasan hubungan antar hal
tersebut. Hubungan tersebut bisa berbentuk hubungan korelasional atau saling
hubungan, sumbangan atau konstribusi satu variabel terhadap variabel lainnya
ataupun hubungan sebab akibat. Hubungan-hubungan tersebut dikaji dalam
penelitian korelasional, dan penelitian eksperimental. Hubungan juga dapat dilihat
dari perbedaan yang melatarbelakanginya, yang dapat diungkap melalui penelitian
kausal komparatif.

Latihan:
Setelah mengkaji keseluruhan materi yang dipaparkan pada subunit ini,
pemahaman Anda akan lebih mantap lagi, kerjakan latihan-latihan berikut:

1. Salah satu bidang garapan penelitian pendidikan diantaranya menekankan


sekitar masalah profesionalisme guru. Lakukan identifikasi masalah-masalah
profesioanlisme guru, ambil contoh di Sekolah Dasar dimana Anda bertugas.
Coba diskusikan bersama teman-teman Anda sehingga menemukan satu atau
lebih masalah yang akan dijadikan sebagai masalah penelitian.
2. Ada beberapa variabel yang biasa digunakan dalam suatu penelitian, yaitu:
variabel bebas dan variabel terikat.. Masih terkait dengan latihan nomor satu,
Anda diminta menentukan varibel bebas dan varibel terikat. Dari setiap
variabel tersebut kemukakan aspek-aspek dari masing-masing. Untuk itu ada
lakukan telaah teori-teori yang relevan dengan masalah yang akan Anda teliti.
Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang memberi pengaruh
atau diuji pengaruhnya terhadap variabel lain, disebut juga variabel perlakuan,
variabel eksperimen atau variabel intervensi. Variabel terikat (dependent
variable) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, disebut juga
variabel hasil, variabel pos tes atau variabel kriteria.

Petunjuk mengerjakan latihan:


Agar latihan yang Anda kerjakan sesuai dengan arah yang diharapkan,
bacalah rambu-rambu berikut:

1. Profesionalisme guru lebih mengacu pada sikap dan komitmen guru untuk
senantiasa berusaha belajar untuk meningkatkan dan meningkatkan
kemampuannya dalam menjalankan pekerjaan profesinya sebagai guru yang
profesional. Hal ini diantaranya dapat dilakukan dengan belajar mandiri
dan/atau bersama teman sejawat.
2. Telaah ulang materi bahasan tentang variabel bebas (independent variable) dan
variabel terikat (dependent variable). Setelah Anda memperoleh pemahaman
yang jelas tentang variabel-varibel tersebut, lanjutkan diskusi Anda dengan
teman-teman Anda untuk menentukan aspek dari masing-masing variabel
tersebut. Perlu diingat, pilih masalah yang tidak terlalu luas agar tidak
menyulitkan Anda ketika akan melakukan penelitian.

RANGKUMAN
Secara umum penelitian pendidikan mempunyai dua fungsi utama, yaitu
mengembangkan ilmu pengetahuan dan memperbaiki praktek pendidikan. Dari
fungsi utama tersebut dapat dijabarkan lagi berdasarkan jenis-jenis penelitian,
yaitu: fungsi penelitian berdasarkan jenis penelitian dibedakan tiga jenis atau
macam penelitian, yaitu penelitian dasar atau basic research, penelitian terapan
atau applied research dan penelitian evaluatif atau evaluative research. Dan
fungsi penelitian berdasarkan tujuan penelitian, dibedakan antara penelitian
deskriptif, prediktif, improftif, dan eksplanatif. Penelitian pendidikan tersebut
menekankan sekitar masalah pendidikan, baik yang mencakup guru, siswa,
kurikulum, sistem pengajaran, manajeman, dan hubungan lembaga dengan
masyarakat dan lain-lain
Ubahan didalam istilah penelitian disebut variable. Variabel adalah gejala
yang sedang diteliti. Variabel atau ubahan adalah simbol yang digunakan untuk
mentransfer gejala kedalam data penelitian. Biasanya variabel muncul pada
tingkat intensitas yang berbeda sehingga variabel itu adalah variabel lebel.
Ada beberapa variabel yang biasa digunakan dalam suatu penelitian, yaitu:
variabel bebas dan variabel terikat.. Variabel bebas (independent variable) adalah
variabel yang memberi pengaruh atau diuji pengaruhnya terhadap variabel lain,
disebut juga variabel perlakuan, variabel eksperimen atau variabel intervensi.
Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel bebas, disebut juga variabel hasil, variabel pos tes atau variabel kriteria.
Dalam suatu penelitian juga biasa dijumpai variabel ekstranus dan variabel
penyela. Variabel ekstranus (extraneous variabel) dan variabel penyela
(intervening variable). Variabel ekstranus adalah variabel-variabel yang apabila
tidak dikontrol akan berpengaruh terhadap variabel terikat. Sedangkan variabel
penyela adalah variabel yang kemungkinan besar berpengaruh terhadap hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat tetapi sulit untuk dikontrol.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1989). Prosedur Peneneltian Suatu Pendekatan Praktis.


Jakarta: Benua.
Elliot, J. (1991). Action Reseach For Education Change. Philadelphia: Open
University Press.
Faisal, Sanafiah. (1982). Metode Penelitian Pendidikan. Surabaya. Usaha
Nasional
McMillan, J.H dan Schumacher, S (2001). Research in Education: A Conceptual
Intro-duction (5th ed.), US, Longman.Inc.
Mc. Taggar, R. (1991). Action Reseach: A Short Modern History. Geelong,
Victoria: Deaking University Press.
Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta. Bumi Aksara.
Syaodih. N. (2005). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Rosda.
Wardani, I G.A.K, dkk. (2003). Hakikat Penelitian Tindakan Kelas. Buku Materi
Pokok Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.
GLOSARIUM

Desain penelitian (reseach design): merupakan prosedur atau langkah-langkah


yang ditempuh dalam mengumpulkan dan menganalisa data, mecakup
metode penelitian, sumber dan teknik pengumpulan daya yang digunakan,
analisis dan interprestasi penyempurnaan program.
Evaluasi formatif (formative evaluation): evaluasi yang di arahkan pada mengukur
prose,dan di gunakan untuk memperbaiki atau menyempurnakan program.
Eksperimen lemah (weak experimental): penelitian eksperimental tanpa
pengontrolan variabel, di sebut juga pra-eksperimen.
Eksperimen kuasi (quasi exsperimental): penelitian eksperimental yang
penyamaan kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen hanya dalam
satu karakter saja, dan minimal dilakukan dengan cara menjodohkan atau
matching anggota kelompok.
Eksperimen murni (true experimental) : penelitian experimental yang kelompok
kontrol dan kelompok experiemntalnya betul-betul homogen karena semua
karakteristik disamakan atau dikontrol.
Experimen subyek tunggal (single subject experimental) : penelitian experimantal
yang sampel experimen dan sampel kontrolnya masing-masing hanya satu
subyek, atau satu lembaga organisasi.
Fokus masalah (problems focus) : isu-isu, masalah-masalah atau hal-hal isensial,
penting dalam suatu bidang atau sub bidang keahlian atau kegiatan tertentu
yang mendesak atau urgen untuk dikaji atau diteliti untuk memperoleh
kejelasan atau untuk pemecahan masalah.
Hipotesis (hypothesis) : dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu masalah
yang akan dibuktikan secara statistik.
Masalah penelitian (reseach problems) : cara-cara yang digunakan peneliti dalam
merancang, melaksanakan, pengolah data dan menarik kesimpulan
berkenaan dengan masalah penelitian tertentu.
Pendekatan penelitian (reseach approaches): adalah suatu model atau sistem
pencarian dengan menggunakan dasar-dasar pemikiran atau landasan teoritis
tertentu.
Penelitian (reseach): proses pengumpulan dan analisa serta interprestasi data yang
dilakukan secara sistematis dengan menggunakan metode-metode ilmiah.
Penelitian dasar (basic reseach): peneltian yang diarahkan kepada pengembangan
atau pengujian teori, disebut juga peneltian murni (pure reseach) atau
penelitian pokok (fundamental reseach).
Penelitian deskriptif (descridtive reseach): penelitian yang diarahkan pada
memperolah gambaran keadaan pada saat ini.
Penelitian ekperimental (experimental reseach): penelitian yang ditujukan untuk
menguji pengaruh satu atau lebih dari suatu variabel terhadap variabel lain.
Penelitian eksplanatif (explanative research) ditujukan untuk memberikan
penjelasan tentang hubungan antar fenomena atau variabel.
Penelitian ekspos (expost facto reseach): penelitian yang diarahkan pada
mengetahui hubungan-hubungan (sebab-akibat) pada situasi atau kegiatan
yang sedang berlangsung.
Penelitian etnografik (ethnograpic reseach): peneltian yang ditujuan untuk
mendeskripsikan dan menginterprestasikan aspek-aspek budaya, sosial dan
sistem.
Penelitian evaluasi (evaluative reseach): penentlian yang diarahkan pada
mengkur pelaksanaan suatu program atau kegiatan yang digunakan untuk
mementukan suatu keputusan atau mengadakan perbaikan.
Penelitian fenomenologis (phenomenological reseach): penelitian yang diarahkan
pada mencari arti atau makna dari pengalaman dan kehidupan.
Penelitian historis (histirical reseach) : peneltiian yang diarahkan unutk
mengumpulkan, menganalisakan dan menginterprestasikan peristiwa-
peristiwa sejarah.
Penelitian improftif (improvetive research): ditujukan untuk memperbaiki,
meningkatkan atau menyempurnakan suatu keadaan, kegiatan atau
pelaksanaan suatu program.
Penelitian kebijakan (policy research): memfokuskan kajiannya pada kebijakan
yang lalu atau yang berlaku sekarang
Penelitian komparatif (comparative reseach): termasuk penelitian deskriptif yang
ditujukan untuk mengetahui perbedaan antara dua atau lebih variabel
kegiatan atau situasi.
Penelitian korelasional (correlational reseach): termasuk penelitan deskriptif
yang duarahkan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.
Penelitian kualitatif (qualitative reseach): penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripdikan dan menganalisis fenomena-fenomena, peristiwa, aktivitas
sosial secara ilmiah.
Penelitian noninteraktif (non-interactive reseach): penelitian kualitatif yang
diarahkan untuk menghimpun menganalisis dan mengiterprestasikan
dokumen-dokumen.
Penelitian prediktif (predictive reseach): merupakan bagian dari penelitian
deskriptif yang analisisnya diarahkan pada saat yang akan datang.
Penelitian survai (survey reseach) : penelitian yang diarahkan pada megumpulkan,
menganalisis dan menginterprestasikan opini tentang hal-hal tertentu dari
populasi yang cukup besar.
Penelitian terapan (applied reseach): penelitian yang diarahkan pada mengetahui,
atau menguji penerapan dari suatu teori, kebijakan. Menganalisis hubungan
antar hal dalam sesuatu situasi atau kegiatan.
Penelitian tindakan (action reseach): penelitian yang diarahkan untuk
mengumpulkan dan menganalisis data untuk kemudiaan mengadakan
perbaikan atau penyempurnaan tentang kegiatan, program, atau kegiatan,
dan dilakukan oleh para pelaksana kegiatan itu sendiri. Penelitian termaksud
penelitian bersifai memperbaiki atau improftif.
Penelitian dan pengembangan (reseach and development): penelitian yang
diarahkan pada pengembangan suatu produk, baik produk perangkat keras
atau perangkat lunak.
Teknik pengumpulan data (collecting data techniques): cara-cara yang ditempuh
dalam menghimpun data seperti: interview, angket, observasi test, dll.
Tujuan pendidikan (educational goal): sasaran-sasaran yang ingin dicapai dengan
sesuatu program pendidikan, mencakup sasaran segi kognitif, efektif dan
psikomotor.
Variabel bebas (independent variables): variabel yang memebrikan pengaruh atau
diuji pengaruhnya terhadap variabel lain, disebut juga variabel perlakuan,
variabel experimen atau variabel intervensi.
Variabel terikat (dependent variables): adalah variabel yang dipengaruhi variabel
oleh bebas disebut juga variabel hasil, variabel pos tes atau variabel kriteria.
Unit 2
RUANG LINGKUP DAN JENIS-JENIS PENELITIAN PENDIDIKAN

PENDAHULUAN

Bidang pendidikan termasuk rumpun ilmu perilaku, khususnya suatu


rumpun ilmu yang mengkaji aktivitas manusia. Dalam kaitan ini, lingkup kajian
aktivitas manusia sangatlah luas, yakni mancakup aktivitas manusia sebagai
individu atau kelompok, sebagai kesatuan etnis, bangsa, atau ras, dalam lingkup
geografis, administratif atau sosial-budaya, dalam satuan organisasi, institusi,
pemerintahan, berkenaan dengan kegiatan ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, pendidikan, keamanan, keagamaan, serta kesejahteraan masyarakat.
Dalam unit ini akan dibahas ruang lingkup penelitian pendidikan dan
dilanjutkan dengan dijelaskan jenis-jenis atau macam-macam penelitian: (a)
berdasarkan pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif, (b)
berdasarkan fungsi, yaitu penelitian dasar, penelitian terapan, dan penelitian
evaluatif, serta (c) macam-macam penelitian berdasarkan tujuan, yaitu penelitian:
deskriptif, prediktif, improtif, dan eksplanatif.
Setelah Anda mempelajari unit ini diharapkan dapat menjelaskan:
1. Ruang lingkup penelitian pendidikan
2. Komponen-komponen pendidikan
3. Karakteristik penelitian pendidikan
4. Jenis-jenis penelitian pendidikan .

Setelah mengkaji secara saksama uraian materi pada unit ini, selanjutnya
Anda diminta untuk mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat di masing-
masing sub unit, membaca rangkuman, dan mengerjakan soal-soal tes formatif
yang disediakan di bagian akhir tiap-tiap subunit. Pedoman jawaban latihan telah
tersedia pada masing-masing subunit, demikian halnya kunci jawaban tes formatif
juga telah disediakan di bagian akhir unit ini. Namun demikian, Anda diminta
untuk menjawab soal-soal latihan dan soal-soal tes formatif secara mandiri
terlebih dahulu sebelum mencocokkannya dengan pedoman jawaban latihan
ataupun kunci jawaban tes formatif yang telah disediakan.

Selamat belajar, semoga sukses!

SUBUNIT 1
Ruang Lingkup Penelitian Pendidikan

Dalam unit ini dibahas ruang lingkup penelitian pendidikan, yang meliputi
komponen-komponen proses pendidikan dan penelitian bidang pendidikan.
Komponen-komponen proses pendidikan tersebut meliputi: interaksi pendidikan,
tujuan pendidikan, lingkungan pendidikan, dan pergaulan pendidikan. Sedangkan
penelitian bidang-bidang pendididkan, antara lain meliputi: penelitian bidang ilmu
dan praktek pendidikan. Selanjutnya akan dibahas juga karakteristik penelitian
pendidikan.

A. Ruang Lingkup Penelitian Pendidikan


Penelitian dalam bidang pendidikan banyak yang lebih diarahkan pada
aplikasi dari konsep dan teori. Penelitian demikian ini dikelompokkan sebagai
penelitian terapan atau applied reseach. Disamping itu, penelitian dalam bidang
pendidikan ini dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanan atau keberhasilan suatu
sistem, ketepatan penggunaan suatu sistem, program, model, metode, media,
instrumen, dan sebagainya. Selanjutnya, perlu dijelaskan bahwa pendidikan
memiliki segi teori dan ilmu serta segi praktik, sehingga penelitian pendidikan
mencakup penelitian segi ilmu dan praktik pendidikan, ilmu dan praktik
kurikulum, ilmu dan praktik pembelajaran, ilmu dan praktik bimbingan dan
konseling, serta penelitian segi ilmu dan praktik manajemen pendidikan.
Kegiatan-kegiatan manusia tersebut menjadi kajian bermacam-macam
bidang ilmu dan profesi, seperti: psikologi, sosiologi, antropologi, pendidikan,
ekonomi, politik, manajemen, keagamaan, keamanan, kesejahteraan, sosial, dll.
Ruang lingkup dan kajian pendidikan, di antaranya berupa komponen-komponen
proses pendidikan dan penelitian bidang pendidikan. Komponen-komponen
proses pendidikan tersebut meliputi: interaksi pendidikan, tujuan pendidikan,
lingkungan pendidikan, dan pergaulan pendidikan. Sedangkan penelitian bidang-
bidang pendididkan, antara lain meliputi: penelitian bidang ilmu dan praktek
pendidikan, yang akan dijelaskan dalam uraian berikut:
1. Penelitian Bidang ilmu dan Praktik Pendidikan
Sebagaimana dikemukakan pada unit 1 bahwa penelitian dapat dilakukan
dengan menggunakan pendekatan-metode kualitatif maupun kuantitatif.
Penelitian bidang ilmu pendidikan yang diarahkan pada perkembangan teori dan
konsep digolongkan sebagai penelitian dasar (basic reseach). Penelitian tersebut
dapat dilakukan secara kuantitatif, eksperimental atau non-eksperimental. Kalau
penelitian tersebut masih diarahkan untuk menguji konsep, asumsi, dan proposisi
maka penelitian tersebut masih dikategorikan sebagai penelitian dasar.
Penelitian dalam bidang pendidikan banyak yang lebih diarahkan pada
aplikasi dari konsep dan teori. Penelitian demikian ini dikelompokkan sebagai
penelitian terapan atau applied reseach. Di samping dua jenis penelitian di atas,
dalam bidang ini dapat juga mengevaluasi pelaksanan atau keberhasilan suatu
sistem, ketepatan penggunakan suatu sistem, program, model, metode, media,
instrumen, dsb.

a. Pendidikan Teoritis
Penelitian yang diarahkan pada kajian bidang pendidikan teoritis ini,
antara lain meliputi:
1) Kajian filosofis tentang pendididikan; seperti idealisme, realisme,
pragmatisme, dan eksistensialisme.
2) Pendidikan dalam orientasi : transmisi, transaksi, dan transformasi.
3) Konsep-konsep pendidikan, seperti perenialisme, esensialisme, romantisme,
progressivisme, teknologi pendidikan dan pendidikan pribadi.

b. Pendidikan Praktis
Penelitian pendidikan yang diarahkan pada kajian bidang pendidikan
praktis dapat dikelompokkan berdasarkan: lingkungan dan kelompok usia,
jenjang, bidang studi, dan berdasarkan jenis pendidikan. Pengelompokan bidang
pendidikan praktis tersebut, sebagai berikut:
1) Berdasarkan lingkungan dan kelompok usia, yang meliputi: (1) Pendidikan
dalam keluarga (pendidikan informal); (2) Pendidikan dalam masyarakat
(pendidikan nonformal); (3) Pendidikan di sekolah (pendidikan formal); (4)
Pendidikan usia dini (termasuk pendidikan prasekolah, contohnya: Taman-
Kanak-Kanak atau TK), Kelompok Bermain atau play group, Taman
Pendidikan Al-Qur’an (TPAQ), Tempat Penitipan Anak (TPA) dan sejenisnya
serta (5) Pendidikan orang dewasa.(Adult Education).

2) Berdasarkan jenjang, terdiri dari : (1) Pendidikan jenjang sekolah dasar,


(2) Pendidikan jenjang sekolah menengah, dan (3) Pendidikan jenjang
perguruan tinggi

3) Berdasarkan Bidang Studi, meliputi: (1) Pendidikan agama, (2) Pendidikan


bahasa, (3) Pendidikan sosial, (4) Pendidikan kewarganegaran, (5) Pendidikan
matematika, (6) Pendidikan sains, (7) Pendidikan olah raga, (8) Pendidikan
kesehatan, (9) Pendidikan seni, (10) Pendidikan teknologi, (11) Pendidikan
keterampilan.

4) Berdasarkan jenis, (1) Pendidikan umum, (2) Pendidikan kejuruan, (3)


Pendidikan khusus, dan (4) Pendidikan luar biasa.

2. Penelitian Bidang Ilmu, Praktik Kurikulum dan Pembelajaran


Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif difokuskan pada
penguatan terhadap proposisi dan asumsi yang ada, atau menghasilkan asumsi,
proposisi dan hipotesis baru. Penelitian terhadap ilmu kurikulum dan
pengajaran/pembelajaran juga dapat dilakukan secara kuantitatif, eksperimantal
atau noneksperimetal,
Namun, kalau masih
diarahkan pada menguji
konsep, asumsi dan
proposisi maka
penelitian tersebut
bersifat penelitian dasar.
Pada umumnya
penelitian dalam bidang
kurikulum dan
pengajaran/pembelajaran diarahkan pada aplikasi dari teori atau konsep atau
sebagai penelitian terapan (aplied reserach). Selain itu, dalam penelitian bidang
kurikulum dan pengajaran, dapat juga dilakukan penelitian evaluasi, misalnya
untuk mengevaluasi pelaksanaan atau keberhasilan suatu model desain
kurikulum/pembelajaran, implementasi kurikulum, ketepatan penggunaan suatu
model, metode, media pembalajaran, instrumen evaluasi, dsb. Dengan demikian
jika dilihat dari lingkupnya, hampir semua lingkup bidang ilmu kurikulum dan
pengajaran/pembelajaran dapat diteliti.

3. Lingkup penelitian Kurikulum dan Pembelajaran


Syaodih (2005) membagi lingkup penelitian kurikulum dan pembelajaran
terdiri dari: kurikulum teoritis dan kurikulum praktis, yang meliputi: kurikulum
sebagai rencana (curriculum design), penyusunan kurikulum, implementasi
kurikulum, evaluasi dan penyempurnaan kurikulum, serta manajemen kurikulum.
Lebih lanjut Syaodih (2005: 45-46) menjabarkan lingkup penelitian kurikulum
dan pembelajaran sebagai berikut:
a. Kurikulum Teoritis (penelitian dasar);
1) Teori-teori desain dan rekayasa kurikulum
2) Teori-teori pengajaran/pembelajaran
3) Teori-teori belajar
4) Teori-teori evaluasi
b. Kurikulum Praktis (penelitian terapan dan evaluasi)
1) Kurikulum sebagai rencana (curriculum design)
a) Komponen desain kurikulum
b) Model-model desain kurikulum
c) Model-model desain pengajaran/pembelajaran
d) Model-model desain penggunaan sumber belajar
e) Model-model desain evaluasi hasil belajar
f) Model-model desain pengelolaan kurikulum
2) Penyusunan Kurikulum
a) Penyusunan kurikulum: umum, per bidang studi, dan per jenjang
b) Penyusunan desain pengajaran/pembelajaran : umum, per bidang
studi, per jenjang
c) Penyusunan desain pemanfaatan sumber belajar: umum, per jenjang
d) Penyusunan desain evaluasi: umum, per bidang studi, per jenjang
e) Penyusunan desain pengelolaan kurikulum: umum, per jenjang.
3) Implementasi Kurikulum, yang meliputi:
a) Implementasi kurikulum: umum, per bidang studi, per jenjang
b) Implementasi pengajaran/pembelajaran, umum, per jenjang
c) Implementasi pemanfataan sumber belajar : umum, per jenjang
d) Implementasi Evaluasi : umum, per bidang studi, per jenjang
e) Impeimentasi pengelolaan kurikulum : umum, per jenjang
4) Evaluasi dan penyempurnaan kurikulum
a) Evaluasi dan penyempurnaan kurikulum : umum, per bidang
studi, per jenjang
b) Evaluasi dan penyempurnaan pengajaran/pembelajaran : umum,
per bidang studi, per jenjang
c) Evaluasi dan penyempurnaan pemanfaatan sumber belajar: umum,
per bidang studi, per jenjang.
d) Evaluasi dan penyempurnaan evaluasi ; umum, per bidang studi,
per jenjang
e) Evaluasi dan penyempurnaan pengelolaan kurikulum : umum, per
jenjang
5) Manajemen kurikulum
a) Manajemen kurikulum lingkup dinas/instansi
b) Manajemen kurikulum lingkup sekolah/perguruan tinggi

4. Penelitian Bidang Ilmu dan Praktik Bimbingan dan Konseling


a. Lingkup Bidang Bimbingan dan Konseling, menurut Syaodih (2005: 45-46)
meliputi: bimbingan konseling teoritis dan bimbingan konseling praktis.
Berikut ini akan dijabarkan secara rinci, baik bimbingan konseling teoritis
maupun praktis, sebagai berikut:
1) Bimbingan Konseling teoritis, meliputi:
a) Teori bimbingan
b) Teori konseling
c) Teori kepribadian
d) Teori perkembangan
e) Teori balajar
f) Teori pengukuran

2) Bimbingan Konseling Praktik


a) Berdasarkan layanan
(1)Layanan pengukuran dan pengumpulan data
(2)Layanan Pemberian informasi
(3)Layanan penempatan
(4) Layanan konseling
(5)Layanan pengembangan
b) Berdasarkan komponen BK sebagai sistem :
(1) Raw Input
(2) Instrumental Input
(3) Environmental Input
(4) Proses
(5) Output
c) Program BK :
(1) Berdasarkan lingkup program:
(a) Bimbingan pendidikan dan pengajaran
(b) Bimbingan Karir
(c) Bimbingan sosial pribadi
(2) Berdasarkan Jalur :
(a) Bimbingan pada pendidikan formal
(b) Bimbingan pada pendididikan non formal
(3) Berdasarkan jenjang
(a) Bimbingan di Taman kanak
(b) Bimbingan di Sekolah Dasar
(c) Bimbingan di sekolah menengah
(d) Bimbingan di perguruan tinggi
d) Manajemen BK
(1) Manajemen BK pada lingkup dinas/instansi
(2) Manajemen BK pada lingkup sekolah/perguruan tinggi
(a) Manajemen BK di TK dan SD
(b) Manajemen BK di sekolah menengah
(c) Manajemen BK di Perguruan Tinggi

5. Penelitian Bidang Ilmu dan Praktik Manajemen Pendidikan


Selain bidang bimbingan dan konseling, penelitian pendidikan yang
termasuk bidang ilmu dan praktik manajemen pendidikan, meliputi lingkup
manajemen teoritis dan praktis. Kajian terhadap bidang ilmu dan praktik
manajemen tersebut yang menjadi perhatian dalam penelitian pendidikan (Nana
Syaodih, 2005: 46-47), dirinci sebagai berikut:
a. Lingkup manajemen pendidikan teoritis
1) Teori manajemen
2) Teori kepemimpinan
3) Teori kebijakan
4) Teori perencanaan
5) Teori pengendalian, penjaminan

b. Lingkup manajemen pendidikan praktis


1) Kepemimpinan
a) Gaya/style
b) Fungsi kepemimpinan
c) Kepemimpinan dan teknologi
d) Keterampilan memimpin
2) Model-model manajemen
a) Management by objective
b) Technology based management
c) School based management
d) Community based management
e) Centralized-decentralized management
3) Berdasarkan proses manajemen
a) Perencanaan
b) Penyusunan staff
c) Pengorganisasian
d) Penggerakan
e) Pengkoordinasian
f) Pengkomunikasian
g) Pengendalian/penjaminan
h) Pengawasan/pembinaan
i) Evaluasi
j) Pelaporan

4) Berdasarkan komponen/segi pengelolaan/manajemen program pendidikan,


meliputi:
(1) Manajemen kurikulum
(2) Manajemen pembelajaran
(3) Manajemen evaluasi

5) Berdasarkan komponen pendidikan


a) Manajemen pembinaan siswa/mahasiswa
b) Manajemen penelitian dan pengembangan
c) Manajemen kerjasama dan layanan pada masyarakat
d) Manajemen personal
e) Manajemen sarana dan prasarana
f) Manajemen media dan sumber relajar
g) Manjemen keuangan
h) Manajemen humas
6) Berdasarkan lingkup penyelenggaraan:
a) Manjemen sekolah/Jurusan/Fakultas/Universitas
b) Manajemen pendidikan luar sekolah
c) manajemen pendidikan dasar
d) Manajemen pendidikan menengah
e) Manajemen pendidikan tinggi
f) Manajeman pendidikan lingkup dinas/instansi

B. Komponen-Komponen Pendidikan
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, komponen-komponen proses
pendidikan termasuk salah satu bidang kajian dalam penelitian pendidikan.
Berikut ini akan dibahas sejumlah komponen proses dimaksud.

a. Interaksi Pendidikan
Kegiatan pendidikan diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan tertentu
yang disebut tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan tersebut merupakan kegiatan
mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan, dan karakteristik pribadi peserta
didik. Tujuan pendidikan minimal diarahkan kepada pencapaian empat sasaran, yaitu:
(1) pengembangan segi-segi kepribadian, (2) pengembangan kemampuan
kemasyarakatan, (3) pengembangan kemampuan melanjutkan studi, dan
(4) pengembangan kecakapan dan kesiapan untuk bekerja (Nana Syaodih, 2005: 24).
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang berintikan interaksi antara
peserta didik dengan para pendidik serta
PENDIDIK PESERTA DIDIK
berbagai sumber pendidikan. Interaksi (GURU) (SISWA)

antara peserta didik dengan pendidik dan


sumber-sumber pendidikan tersebut dapat
berlangsung dalam situasi pergaulan SUMBER
BELAJAR

(pendidikan), pengajaran, latihan, serta


bimbingan. Situasi pergaulan pendidikan
LINGKNGAN

tersebut biasa disebut pergaulan edukatif.


Dalam pergaulan antara peserta didik dengan para pendidik yang dikembangkan
terutama segi-segi afektif: nilai-nilai, sikap, minat, motivasi, disiplin diri,
kebiasaan, dan lain-lain.
Interaksi edukatif yang terjadi dalam proses pendidikan atau proses
pembelajaran peserta didik sangat mempengaruhi proses pembelajaran untuk
menjapai tujuan yang diharapkan. Dalam konteks proses belajar mengajar, interaksi
edukatif ini ibarat jembatan bagi proses pembelajaran peserta didik. pencapaian
tujuan endidikan, terutama pencapaian tujuan pembelajaran.

b. Tujuan Pendidikan
Perbuatan mendidik diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu,
yaitu tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan ini bisa menyangkut kepentingan peserta
didik sendiri, kepentingan masyarakat
dan tuntutan lapangan pekerjaan atau
ketiga-tiganya, yakni peserta didik,
masyarakat dan pekerja sekaligus.
Proses pendidikan terarah pada
peningkatan penguasaan pengetahuan,
kemampuan, keterampilan,
pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka pembentukan dan
pengembangan diri peserta didik. Pengembangan diri ini dibutuhkan, untuk
menghadapi tugas-tugas dalam kehidupannya sebagai pribadi, sebagai siswa,
karyawan, professional maupun warga masyarakat.
Sasaran dan perbuatan pendidikan selalu normatif, selalu terarah kepada
yang baik. Perbuatan pendidikan tidak mungkin dan tidak pernah diarahkan
kepada pencapaian tujuan-tujuan yang merugikan atau bertentangan dengan
kepentingan peserta didik ataupun masyarakat. Perbuatan pendidikan selalu
diarahkan kepada kemaslahatan dan kesejahteraan peserta didik dan masyarakat.
Karena tujuannya positif maka proses pendidikannya juga harus positif,
konstruktif dan normatif. Tujuan yang normatif tidak mungkin dapat dicapai
dengan perbuatan yang tidak normatif pula. Oleh karena itu kepada guru sebagai
pendidik dituntut untuk selalu bersikap, berbuat, berperilaku, dan berpenampilan
sesuai dengan norma-norma.

c. Lingkungan Pendidikan
Proses pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu
lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, politis,
keagamaan, intelektual, dan nilai-nilai. Lingkungan fisik terdiri atas lingkungan
alam dan lingkungan buatan manusia, yang merupakan tempat dan sekaligus
memberikan dukungan kadang-kadang juga hambatan bagi berlangsungnya proses
pendidikan. Proses pendidikan mendapatkan dukungan dari lingkungan fisik
berupa sarana, prasarana serta fasilitas fisik dalam jenis dan kualitas yang
memadai, akan sangat mendukung berlangsungnya proses pendidikan yang
efektif. Kekurangan sarana, prasarana dan fasilitas fisik, akan menghambat proses
pendidikan, dan menghambat pencapaian hasil yang maksimal.
Lingkungan sosial budaya merupakan lingkungan pergaulan antar
manusia. Di lingkungan ini pendidik dan peserta didik serta orang-orang lainnya
terlibat dalam pendidikan terjadinya kumunikasi dalam bentuk pergaulan
pendidikan. Interaksi dalam proses pendidikan maupun pembelajaran antara pihak
yang terlibat di dalamnya, biasa disebut interaksi pendidikan (interaksi edukatif)
Interaksi edukatif dapat disebut “jembatan” dalam proses pendidikan atau
pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Interaksi pendidikan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dan corak
pergaulan antar orang-orang yang terlibat dalam interaksi tersebut, baik pihak
peserta didik (siswa) maupun para pendidik (guru) dan pihak lainnya. Karakteristik
pribadi misalnya, meliputi karakteristik fisik, seperti tinggi dan berat badan, nada
suara, roman muka, gerak-gerik, dan lain-lain., dan karakteristik psihis seperti sifat
sabar atau gampang marah (temperamental), sifat jujur, setia (watak) dan lain-lain,
serta kemampuan intelektual seperti jenius, cerdas, bodoh dan lain-lain.
Corak pergaulan dalam berbagai latar keragaman sosial dan budaya
masyarakat turut memberikan warna pergaualan dan dalam melakukan pekerjaan
atau kerja yang mempengaruhi sifat-sifat pribadi peserta didik. Corak pergaulan
yang bersahabat akan memberikan warna sifat-sifat pribadi yang bersahabat,
sebaliknya corak pergaulan yang keras mendorong munculnya konflik sosial, dan
bahkan mempengaruhi sifat-sifat pribadi.
Sebagai makhluk yang berbudaya, manusia menciptakan budaya, hidup
dan berkembang dalam lingkungan budaya tertentu. Dalam suatu lingkungan
masyarakat suatu daerah tertentu memiliki budaya dengan nilai-nilai yang melekat
dalam kehidupan pribadi atau kelompok masyarakat tertentu, misalnya kelompok
etnis, sebagi kelompok sosial memiliki budaya tertentu pula. Pola-pola perilaku,
pergaulan maupun interaksi antara peserta didik dengan pendidik serta sumber
pendidikan lainnya dipengaruhi oleh jenis-jenis budaya yang ada di lingkungannya.
Selain lingkungan masyarakat dengan budayanya, lingkungan intelektual
sangat mempengaruhi pengembangan kemampuan peserta didik. Lingkungan
intelektual ini merupakan kondisi dan iklim sekitar yang mendorong dan
menunjang pengembangan kemampuan berpikir. Lingkungan ini mencakup
perangkat lunak, seperti sistem dan program-program pengajaran, perangkat keras
seperti media dan sumber belajar, serta aktivitas-aktivitas pengembangan dan
penerapan kemampuan berpikir.
Lingkungan pendidikan lain yang turut mempengaruhi pengembangan
kemampuan peserta didik, para pendidik dan atau pelaku pendidikan yang terlibat
dalam proses pendidikan adalah lingkungan keagamaan. Lingkungan keagamaan
adalah lingkungan yang terkait dengan pola-pola kegiatan, perilaku manusia
dalam melaksanakan kewajiban dan nilai-nilai keagamaan. Sedangkan lingkungan
lainnya adalah lingkungan yang turut menata kehidupan nilai bagi individu,
kelompok masyarakat, bangsa, yang disebut lingkungan nilai. Yang termasuk
lingkungan nilai misalnya, nilai kemasyarakatan, ekonomi, sosial, politik, estetika,
etika maupun nilai keagamaan yang hidup dan dianut dalam suatu daerah atau
kelompok tertentu. Lingkungan-lingkungan tersebut akan memberikan pengaruh
yang cukup besar terhadap proses dan hasil dari pendidikan.
Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat serta lingkungan-lingkungan kerja. Keluarga seringkali
disebut sebagai lingkungan pertama dan utama, sebab dalam lingkungan inilah
pertama-tama anak mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuhan, pembiasaan,
dan latihan. Keluarga merupakan masyarakat kecil, bukan hanya menjadi tempat
anak diasuh dan dibesarkan, tetapi juga tempat anak hidup dan dididik pertama
kali. Apa yang diperolehnya dalam kehidupan keluarga, akan menjadi dasar dan
dikembangkan pada kehidupan-kehidupan selanjutnya. Keluarga merupakan
masyarakat kecil sebagai prototype masyarakat luas. Oleh karena itu, penyiapan
pendidikan bagi anak dalam keluarga ibarat “sumber air”, yang akan mengalir ke
masyarakat. Dari sumber air yang keruh akan mengalir air yang keruh, sebaliknya
air dari sumber yang jernih akan mengeluarkan air yang jernih.
Di antara aspek-aspek kehidupan, sesungguhnya selalu ada dalam
keluarga, seperti aspek ekonomi, sosial, politik, keamanan, kesehatan, agama,
serta pendidikan, yang menempati kedudukan yang paling sentral dalam
kehidupan keluarga. Hal ini diebabkan adanya kecenderungan yang sangat kuat
pada manusia, bahwa mereka ingin melestarikan keturunannya, dan hal ini dapat
dicapai melalui pendidikan. Dengan perkataan lain, cita-cita orangtua tentang
anak-anak dan cucunya direalisasikan melalui pendidikan.
Lingkungan kedua setelah keluarga adalah sekolah. Pendidikan di sekolah
lebih bersifat formal, (sementara dalam keluarga bersifat informal). Pengetahuan,
nilai-nilai dan keterampilan yang diberikan di sekolah, merupakan kelanjutan dari
apa yang diberikan di dalam keluarga, tetapi tingkatannya jauh lebih tinggi dan
lebih kompleks, sesuai dengan tahap penjenjangannya. Pengetahuan tersebut
bersumber dari disiplin-disiplin ilmu atau permasalahan-permasalahan yang
berkembang dalam masyarakat. yang bersumber dari bidang-bidang ilmu
pendidikan.
Selain dalam kedua lingkungan
tersebut di atas, peserta didik juga mendapat
pengaruh dan pendidikan dalam lingkungan
masyarakat, yang merupakan lingkungan
ketiga. Dalam masyarakat peserta didik
menghadapi dan mempelajari hal-hal yang
lebih nyata dan praktis, terutama yang
berkaitan erat dengan problema-problema
kehidupan. Di masyarakat, para peserta didik juga dituntut dan berusaha
menerapkan apa-apa yang telah mereka peroleh dari keluarga dan sekolah, tetapi
setelah selesai masa pendidikan, maka mereka masuk ke masyarakat dengan status
yang lain, yang menunjukkan tingkat kedewasaan dan kemandirian yang lebih
tinggi. Dalam lingkungan masyarakat, pendidikanya lebih bersifat terbuka,
artinya peserta didik menjumpai berbagai sumber dan bahan belajar yang
mencakup aspek-aspek kehidupan. Bahan yang dipelajari tersebut berasal dari
sumber belajarnya secara langsung maupun melalui media belajar yang ada dalam
lingkungannya, baik media massa (media cetak dan media elektronika). Dalam
lingkungan masyarakat, metode pembelajarannya mencakup semua bentuk
interaksi dan komunikasi antar orang baik secara langsung atau tidak langsung,
menggunakan media cetak, ataupun elektronika.

d. Pergaulan Pendidikan
Pendidikan bisa berlangsung dalam pergaulan hidup, dalam pergaulan ini para
pendidik berusaha menjadi contoh dan memberikan perlakuan-perlakuan yang
bersifat mendidik, oleh karena itu pergaulan ini disebut pergaulan pendidikan.
Pergaulan pendidikan antara peserta didik dengan pendidik dapat berlangsung dalam
kegiatan sehari-hari, dalam situasi pembelajaran, bimbingan dan latihan-latihan. Juga
pergaulan pendidikan bisa berlangsung antara orangtua dengan anak-anaknya dalam
kehidupan keluarga (pendidikan dan keluarga) dan antara orang dewasa dengan anak-
anak dalam kehidupan masyarakat (pendidikan dalam masyarakat).
Dalam pergaulan pendidikan proses pengembangan berlangsung secara
informal, alamiah, dan mungkin juga tidak disadari, walaupun dari sisi pendidik
seharusnya selalu disadari. Syaodih (2005) mengatakan bahwa proses pendidikan
dalam situasi pergaulan berlangsung melalui percontohan. Para pendidik dengan
apa yang mereka perlihatkan, katakan, perbuat, berikan. Pendidikan diberikan
dengan “seluruh penampilan pendidik”, dengan seluruh hal yang pendidik
perlihatkan kepada para peserta didik, termasuk hal-hal kurang baik atau tidak
mendidik. Inilah yang disebut kesalahan mendidik. Seharusnya dalam pergaulan
pendidikan, para pendidik hanya memperlihatkan hal-hal positif, yang ingin
tumbuh dan berkembang ada peserta didik, karena dalam pergaulan pendidikan
para pendidik menjadi model dan contoh dari konsep pendidikan yang dianutnya.

C. Karakteristik Penelitian Pendidikan


Sebagaimana telah dikemukakan bahwa cara mencari kebenaran yang
dipandang ilmiah adalah melalui metode penelitian. Cara tersebut memungkinkan
ditemukannya kebenaran yang obyektif, karena dibentengi dengan fakta-fakta
sebagai bukti tentang adanya sesuatu dan mengapa adanya demikian atau apa
sebab adanya demikian.
Tujuan akhir suatu ilmu adalah mengembangkan dan menguji teori. Suatu
teori dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena alamiah. Dari
perilaku atau kegiatan-kegiatan terlepas yang dilakukan oleh siswa atau guru
umpamanya, peneliti dapat memberikan penjelasan umum tentang hubungan di
antara perilaku atau kegiatan pembelajaran. Tiap disiplin ilmu mempunyai cara
pencarian sendiri yang sesuai dengan karakteristik disiplin ilmunya. Sains
(pengetahuan alam) umpamanya, banyak menggunakan metode eksperimen,
sedang antropologi menggunakan metode kualitatif. Pendidikan kebanyakan
menggunakan metode deskriptif, tetapi untuk hal-hal tertentu dapat menggunakan
metode eksperimen, penelitian tindakan, penelitian dan pengembangan, dan juga
kualitatif.
Penelitian terhadap ilmu pendidikan mengkaji dasar-dasar, teori-teori dan
konsep-konsep, termasuk sejarah perkembanganya. Penelitian dapat dilakukan
dengan menggunakan pendekatan-metode kualitatif maupun kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif diarahkan pada analisis dasar filosofis, psikologis,
sosiologis-antropologis, serta konsep dan analisis historis. Dari penelitian
demikian dapat dihasilkan penguatan terhadap proposisi dan asumsi yang ada, dan
atau menghasilkan asumsi, proposisi dan hipotesis yang baru. Penelitian
penelitian yang diarahkan pada perkembangan teori dan konsep digolongkan
sebagai penelitian dasar (basic reseach).
Penelitian dapat dilakukan dengan baik terhadap ilmu maupun terhadap
praktik pendidikan. Ada tujuh karakteristik penelitian pendidikan menurut
McMillan dan Schumacher (2001:11-13), yaitu: (1) Objectivity (objektivitas); (2)
Precision (ketepatan); (3) Verification (verifikasi); (4) Parsimonious explanation
(Penjelasan ringkas); (5) Empiricism (empiris); (6) Logical reasoning (pendapat
logis); dan (7) Conditional conclutions (kesimpulan kondisional). Karakteristik
penelitian pendidikan tersebut, secara singkat akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Objektivitas. Penelitian harus memiliki objektivitas (objectivity) baik dalam
karakteristik maupun prosedurnya. Objektivitas dicapai melalui
keterbukaan, terhindar dari bias dan subjektivitas. Dalam prosedurnya,
penelitian menggunakan teknik pengumpulan dan analisis data yang
memungkinkan dibuat interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Objektivitas juga menunjukkan kualitas data yang dihasilkan dari prosedur
yang digunakan, yang dikontrol dari bias dan subjektivitas.
b. Ketepatan. Penelitian juga harus memiliki tingkat ketepatan (precision),
dalam arti bahwa secara teknis, instrumen pengumpulan datanya harus
memiliki validitas dan realibilitas yang memadai, serta desain penelitian,
pengambilan sampel dan teknik analisisnya tepat. Dalam penelitian kualitatif,
hasilnya dapat diulang dan diperluas, dalam penelitian kualitatif memiliki
sifat reflektif dan tingkat komparasi yang konstan.
c. Verifikasi. Penelitian dapat diverifikasi, dalam arti dikonfirmasikan, direvisi
dan diulang dengan cara yang sama atau berbeda. Verifikasi dalam
penelitian kualitatif berbeda dengan kuantitatif. Penelitian kualitatif
memberikan interpretasi deskriptif, verifikasi berupa perluasan,
pengembangan tetapi bukan pengulangan. Verifikasi juga bermakna
memberikan sumbangan kepada ilmu atau studi lain.
d Penjelasan Ringkas. Penelitian mencoba memberikan penjelasan tentang
hubungan antar fenomena dan menyederhanakannya menjadi penjelasan
yang ringkas. Tujuan akhir dari suatu penelitian adalah mereduksi realita
yang kompleks ke dalam penjelasan yang singkat. Dalam penelitian
kuantitatif penjelasan singkat tersebut berbentuk generalisasi, tetapi dalam
penelitian kualitatif berbentuk deskripsi tentang hal-hal yang essensial atau
pokok.
e. Empiris. Penelitian ditandai oleh sikap dan pendekatan empiris yang kuat.
Secara umum empiris berarti berdasarkan pengalaman praktis. Dalam
penelitian empiris kesimpulan didasarkan atas kenyataan-kenyataan yang
diperoleh dengan menggunakan metode penelitian yang sistematik, bukan
berdasarkan pendapat atau kekuasaan. Sikap empiris umumnya menuntut
penghilangan pengalaman dan sikap pribadi. Kritis dalam penelitian berarti
membuat interpretasi berdasarkan pada kenyataan dan nalar yang didasarkan
atas kenyataan-kenyataan (evidensi). Evidensi adalah data yang diperoleh
dari penelitian, berdasarkan hasil analisis data tersebut interpretasi dibuat.
Angka, print out, catatan lapangan, rekaman wawancara artifak dan
dokumen sejarah adalah sejumlah contoh data dalam penelitian
f. Penalaran Logis. Semua kegiatan penelitian menuntut penalaran logis.
Penalarana merupakan proses berpikir, menggunakan prinsip-prinsip logika
deduktif dan induktif. Penalaran deduktif aalah penarikan kesimpulan dari
umum ke khusus. Dalam penalaran deduktif, bila premisnya benar, maka
kesimpulan otomatis benar. Logika deduktif dapat mengidentifikasi
hubungan-hubungan baru dalam pengetahuan (prinsip, kaidah) yang ada.
Sementara itu, dalam penalaran induktif, peneliti menarik kesimpulan
berdasarkan hasil sejumlah pengamatan kasus-kasus (individual, situasi,
peristiwa), kemudian peneliti membuat kesimpulan yang bersifat umum.
Kesimpulan dibatasi oleh jumlah dan karakteristik dari kasus yang diamati.

Latihan:
Setelah Anda mengkaji materi yang dipaparkan dalam subunit ini,
selanjutnya untuk memantapkan pemahaman Anda, kerjakan latihan berikut:
1. Penelitian dalam bidang pendidikan banyak yang lebih diarahkan pada aplikasi
dari konsep dan teori, sehingga penelitian pendidikan dikelompokkan sebagai
penelitian terapan (applied research). Coba observasi hasil dari penelitian
terapan yang mengaplikasikan teori belajar ketika Anda melaksanakan tugas
Anda di sekolah/di kelas .
2. Dilihat dari lingkungan dan kelompok usia, pendidikan di Taman Kanak-
kanak disebut pendidikan prasekolah. Akan tetapi masih ditemukan
penyelenggaraan program pendidikannya tidak berbeda dengan sistem
pendidikan persekolahan. Coba Anda identifikasi beberapa fenomena yang
menunjukkan kesamaan perlakuan terhadap peserta didik di TK.
3. Salah satu komponen pendidikan yang dapat dikaji dalam penelitian
pendidikan adalah pergaulan pendidikan yang ditandai terjadinya interaksi
edukatif antara peserta didik dengan para pendidik. Coba Anda kemukakan
beberapa ciri interaksi edukatif yang terjadi di lingkungan sekolah.

Petunjuk penyelesaian latihan:


1. Sebelum Anda mengobservasi hasil dari penelitian terapan, terlebih dahulu
Anda pelajari teori-teori belajar dari buku-buku tentang belajar-pembelajaran.
Diskusikan teori-teori belajar tersebut bersama teman Anda, sehingga Anda
memperoleh pemahaman yang mantap untuk mengobservasi kegiatan belajar-
mengajar yang mengaplikasikan teori belajar dalam pembelajaran di kelas.
2. Telaah buku pedoman penyelenggaraan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK)
dan pastikan Anda memahami fungsi dan peranan pendidikan TK bagi
perkembangan peserta didik. Untuk itu Anda dianjurkan mendiskusikannya
bersama teman-teman Anda. Setelah itu, kunjungi satu atau lebih TK yang ada
baik di daerah yang terdekat dengan tempat tinggal Anda. Lakukan observasi
dengan membuat panduan observasi dan siapkan catatan untuk merekam data
dari wawancara (peserta didik, pimpinan TK, fasilitator/guru dan orang tua
peserta didik).
3. Lakukan observasi beberapa kali terhadap pergaulan antar peserta didik dan
antara peserta didik dengan guru-guru di sekolah/di kelas maupun di luar
lingkungan sekolah/kelas. Diskusikan bersama teman Anda mengenai
pergaulan pendidikan atau interaksi edukatif.

RANGKUMAN
Penelitian dalam bidang pendidikan banyak yang lebih diarahkan pada
aplikasi dari konsep dan teori sehingg dikelompokkan sebagai penelitian terapan
atau applied reseach. Selain penelitian bidang ilmu dan praktek pendidikan,
penelitian juga dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanan atau keberhasilan suatu
sistem, ketepatan penggunaan suatu sistem, program, model, metode, media, dan
instrumen pembelajaran.
Komponen-komponen proses pendidikan yang termasuk dalam ruang
lingkup dan kajian pendidikan, meliputi: interaksi pendidikan, tujuan pendidikan,
lingkungan pendidikan, dan pergaulan pendidikan. Dari segi teori, ilmu dan segi
praktiknya, penelitian pendidikan mencakup kajian ilmu dan praktik pendidikan,
ilmu dan praktik kurikulum, ilmu dan praktik pembelajaran, ilmu dan praktik
bimbingan dan konseling, segi ilmu dan praktik manajemen pendidikan.
Penelitian bidang ilmu pendidikan yang diarahkan pada perkembangan
teori dan konsep digolongkan sebagai penelitian dasar (basic reseach). Penelitian
tersebut dapat dilakukan secara kuantitatif, ekperimental atau noneksperimental.
Tujuan akhir suatu ilmu adalah mengembangkan dan menguji teori. Suatu teori
dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena alamiah.
Ada tujuh karakteristik penelitian pendidikan yaitu: (1) objektivitas; (2)
ketepatan; (3) verifikasi; (4) penjelasan ringkas; (5) empiris; (6) penalaran logis;
dan (7) kesimpulan kondisional. Penelitian terhadap ilmu pendidikan mengkaji
dasar-dasar, teori-teori dan konsep-konsep termasuk sejarah perkembanganya dapat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode kualitatif maupun kuantitatif.
SUBUNIT 2
Jenis-Jenis Penelitian Pendidikan

Secara garis besar, penelitian dapat dikelompokkan menurut beberapa


aspek bagai mana suatu bentuk penelitian dilihat dan dibedakan. Beberapa aspek
tersebut adalah aspek tujuan, aspek metode, dan aspek kajian. Berdasarkan
pendekatan, secara garis besar dibedakan dua macam penelitian, yaitu penelitian
kuantitatif dan kualitatif. Keduanya memiliki asumsi, karakteristik dan prosedur
penelitian yang berbeda.
Dalam unit ini akan dibahas jenis-jenis penelitian pendidikan yang akan
menyajikan dua pendekatan penelitian yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian
kualitatif.

A. Penelitian Kuantitatif
McMillan dan Schumacher (2001) memulai dengan membedakan
penelitian antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Dalam pendekatan
kuantitatif dibedakan pula antara metode-metode penelitian eksperimental dan
noneksperimental. Dalam penelitian kualitatif dibedakan antara kualitatif
interaktif dan noninteraktif. Secara lengkap pengelompokan metode dan
pendekatan tersebut dapat dilihat pada table 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1
Metode-Metode Penelitian

KUANTITATIF KUALITATIF
Eksperimental Non eksperimental Interaktif Non interaktif
• Eksperimental • Deskriptif • Etnografis • Analisis konsep
murni • Komparatif • Historis • Analisis
• Eksperimental • Korelasional • Fenomenologis kebijakan
kuasi • Survai • Studi kasus • Analisis
• Eksperimental • Ekspos fakto • Teori dasar historis
lemah • Tindakan • Studi kritis
• Subjek
tunggal
Penelitian dan Pengembangan
Sumber: McMillan dan Schumacher (2001) diadaptasi dengan tambahan
.
Penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yang bertolak dari
asumsi bahwa realita bersifat tunggal, fixed (tidak berubah), stabil, lepas dari
kepercayaan, dan perasaan-perasaa individual. Realita terdiri atas bagian dan
unsur yang terpisah satu sama lain dan dapat diukur dengan menggunakan
instrumen. Maksimalisasi objektivitas desain penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur, dan percobaan
terkontrol. Ada beberapa metode penelitian yang dapat dimasukkan ke dalam
penelitian kuantitatif yang bersifat noneksperimental, yaitu metode: deskriptif
survai, ex-post facto, komparatif, korelasional, dan penelitian tindakan.

1. Penelitian Noneksperimental
Beberapa metode penelitian yang biasa dipakai dalam penelitian
pendidikan berdasarkan pendekatannya yang termasuk dalam kelompok metode
penelitian kuantititaif noneksperimental, meliputi:

a. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah suatu metode penelitian
yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang
berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Penelitian deskriptif, bisa
mendeskripsikan sesuatu keadaan saja, tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan
dalam tahapan-tahapan perkembangannya. Penelitian demikian disebut penelitian
perkembangan (developmental studies). Dalam penelitian perkembangan ada yang
bersifat longitudinal atau sepanjang waktu, dan ada yang bersifat cross sectional
atau dalam potongan waktu. Penelitian longitudinal dalam perkembangan
kemampuan berbahasa meneliti perkembangan tersebut dimulai dari masa bayi
sampai dengan dewasa awal. Dalam penelitian cross sectional, meneliti
perkembangan kemampuan berbahasa pada masing-masing tahap, umpamanya
masa: bayi, anak kecil, anak sekolah, remaja, dan dewasa awal dilakukan pada saat
bersamaan, tetapi subyeknya berbeda.

b. Penelitian Survai
Survai digunakan untuk mengumpulkan informasi berbentuk opini dari
sejumlah orang terhadap topik atau isu-isu tertentu. Ada tiga karakteristik utama
dari survai : (1) informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang untuk
mendeskripsikan beberapa aspek atau karakteristik tertentu seperti : kemampuan,
sikap, kepercayaan, pengetahuan dari populasi, (2) informasi dikumpulkan
melalui pengajuan pertanyaan (umumnya tertulis walaupun bisa juga lisan) dari
suatu populasi, (3) informasi diperoleh dari sampel, bukan dari populasi.
Tujuan utama survai adalah
mengetahui gambaran umum karakteristik dari
populasi. Pada dasarnya yang ingin dicari
peneliti adalah bagaimana anggota dari suatu
populasi tersebar dalam satu atau lebih
variabel, seperti usia, etnis, jenis kelamin,
agama, dll. Seperti halnya metode deskriptif,
survai juga ada yang bersifat longitudinal dan
juga cross sectional. Survai longitudinal
digunakan untuk mengumpulkan informasi/perubahan yang berlangsung dalam
kurun waktu yang cukup panjang. Cross sectional mengumpulkan informasi
dalam satu periode waktu tertentu yang relatif lebih pendek.

c. Penelitian Ex-post Facto


Penelitian ekspos fakto (expost facto research) meneliti hubungan sebab-
akibat yang tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan (sengaja dirancang dan
dilaksanakan) oleh peneliti. Penelitian hubungan sebab-akibat dilakukan terhadap
program, kegiatan atau kejadian yang telah berlangsung atau telah terjadi. Adanya
hubungan sebab-akibat didasarkan atas kajian teoritis, bahwa sesuatu variabel
disebabkan atau dilatarbelakangi oleh variabel tertentu atau mengakibatkan variabel
tertentu. Umpamanya pelatihan meningkatkan pengetahuan atau kemampuan para
peserta tentang gizi yang cukup pada waktu ibu hamil akan menyebabkan bayi
sehat, atau koperasi yang sehat dapat meningkatkan kesejahteraan para anggota-
anggotanya.
Penelitian ekspos fakto mirip dengan penelitian eksperimental, tetapi tidak
ada pengontrolan variabel, dan biasanya juga tidak ada pra tes. Penelitian ini dapat
dilakukan dengan baik, dengan menggunakan kelompok pembanding. Kelompok
pembanding dipilih yang memiliki karakteristik yang sama tetapi melakukan
kegiatan, program, atau mengalami kejadian yang berbeda.
d. Penelitian Komparatif
Penelitian diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua atau lebih dari
dua kelompok ada perbedaan dalam aspek atau variabel yang diteliti. Dalam
penelitian inipun tidak ada pengontrolan variabel, maupun manipulasi/perlakuan
dari peneliti. Penelitian dilakukan secara alamiah, peneliti mengumpulkan data
dengan menggunakan instrument yang bersifat mengukur. Hasilnya dianalisis
secara statistik untuk mencari perbedaan di antara variabel-variabel yang diteliti.
Penelitian komparatif juga dapat memberikan hasil yang dapat dipercaya, selain
karena menggunakan instrumen yang sudah diuji, juga karena kelompok-
kelompok yang dibandingkan memiliki karakteristik yang sama atau hampir sama.

e. Penelitian Korelasional
Penelitian ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan
variabel-variabel lain. Hubungan antara satu dengan beberapa variabel lain
dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi dan keberartian (signifikansi)
secara statistic. Adanya korelasi antara dua variabel atau lebih, tidak berarti
adanya pengaruh atau hubungan sebab-akibat dari suatu variabel terhadap variabel
lainnya. Korelasi positif berarti nilai yang tinggi dalam suatu variabel
berhubungan dengan nilai yang tinggi pada variabel lainnya. Korelasi negatif
berarti nilai yang tinggi dalam satu variabel berhubungan dengan nilai yang
rendah dalam variabel lain.

f. Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian yang
diarahkan pada mengadakan pemecahan masalaha atau perbaikan. Guru-guru
mengadakan pemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam kelas,
kepala sekolah mengadakan perbaikan terhadap manajemen di sekolahnya.
Penelitian ini difokuskan kepada perbaikan proses maupun peningkatan hasil
kegiatan guru dan prestasi belajar siswa. Penelitian tindakan juga biasa dilakukan
dengan meminta bantuan seorang konsultan atau pakar dari luar. Penelitian
tindakan demikian diklasifikasikan sebagai penelitian tindakan kolaboratif atau
collaborative action research (Oja & Sumarjan, 1989, Stinger, 1996). Penelitian
tindakan kolaboratif selain diarahkan kepada perbaikan proses dan hasil juga
bertujuan meningkatkan kemampuan para pelaksana, sebab penelitian kolaboratif
merupakan bagian dari program pengembangan staf.

g. Penelitian dan Pengembangan


Metode penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D)
ada yang memasukkannya ke dalam pendekatan penelitian kuantitatif
noneksperimental dan ada yang memasukkannya sebagai metode penelitian
eksperimental. Penelitian dan pengembangan (Research and Development) ini
berawal dari industry-based development model, yang digunakan sebagai prosedur
untuk merancang dan mengembangkan suatu produk baru yang berkualitas.
Dalam pengembangan pendidikan, kadang-kadang disebut reseach based
development, yang muncul sebagai strategi yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan. Lebih khusus dikemukakan bahwa dalam bidang pendidikan,
penelitian dan pengembangan yang disingkat R & D adalah suatu proses yang
digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan serta
menemukan pengetahuan-pengetahuan baru melalui “base reseach” (Borg dan
Gall, 2003: 569-570) dan bertujuan memberikan perubahan-perubahan pendidikan
guna meningkatkan dampak-dampak positif yang potensial dari temuan-temuan
penelitian dalam memecahkan permasalahan pendidikan dan digunakan untuk
meningkatkan kinerja praktik-praktik pendidikan, antara lain melalui
pembelajaran dalam bentuk penelitian. Dalam bidang pendidikan, metode R & D
ini dapat digunakan untuk mengembangkan buku, modul, media pembelajaran,
instrument evaluasi, model-model kurikulum, pembelajaran, evaluasi. bimbingan,
manajemen, pembinaan staf, dan lain-lain..
Kegiatan pengembangan dilakukan melalui beberapa kali uji coba, dengan
sampel terbatas dan sampel lebih luas. Pengujian produk dilakukan dengan
mengadakan eksperimen.

2. Penelitian Eksperimental
Penelitian eksperimental merupakan penelitian yang paling murni
kuantitatif. Mengapa dikatakan paling murni, karena semua prinsip dan kaidah-
kaidah penelitian kuantitatif dapat diterapkan pada metode ini. Penelitian
eksperimental merupakan penelitian laboratorium, walaupun bisa juga dilakukan
di luar laboratorium, tetapi pelaksanaannya menerapkan prinsip-prinsip penelitian
laboratorium, terutama dalam pengontrolan terhadap hal-hal yang mempengaruhi
jalannya eksperimen. Metode ini bersifat validation, yaitu menguji pengaruh satu
atau lebih variabel terhadap variabel lain. Variabel yang memberi pengaruh
dikelompokkan sebagai variabel bebas (independent variables), dan variabel yang
dipengaruhi dikelompokkan sebagai variabel terikat (dependent variables).
Karena penelitian ini bersifat
menguji, Syaodih (2003)
menjelaskan bahwa semua variabel
yang diuji harus diukur dengan
menggunakan instrumen pengukuran
atau tes yang sudah distandarisasikan
atau dibakukan. Pembakuan
instrumen, pengolahan data, dan
analisisnya menggunakan analisis
statistik inferensial-parametrik.
Ada beberapa variasi dari penelitian eksperimental, yaitu: eksperimen
murni, eksperimen kuasi, eksperimen lemah, dan subjek tunggal.

a. Eksperimen Murni
Eksperimen murni (true experimental), sesuai dengan namanya,
merupakan metode eksperimen yang paling konsisten mengikuti prosedur dan
memenuhi syarat-syarat eksperimen. Prosedur dan syarat-syarat tersebut, terutama
berkenaan dengan pengontrolan variabel, kelompok kontrol, pemberian perlakuan
atau manipulasi kegiatan serta pengujian hasil. Dalam eksperimen murni, kecuali
variabel indenpenden yang akan diuji pengaruhnya terhadap variabel dependen,
semua variabel dikontrol atau disamakan karakteristiknya (dicari yang sama).
Pada kelompok eksperimen (variabel yang akan diuji akibatnya) diberi perlakuan
khusus. Sedang pada kelompok kontrol diberi perlakuan lain, atau perlakuan yang
biasa dilakukan, yang akan dibandingkan hasilnya dengan perlakuan eksperimen.
Dalam eksperimen murni (demikian juga dengan bentuk eksperimen lainnya)
pengujian atau pengukuran (tes) dilakukan dengan menggunakan instrument atau
tes baku atau sudah dibakukan.
b. Eksperimen Semu
Metode eksperimen semu (quasi experimental) pada dasarnya sama
dengan eksperimen murni, bedanya adalah dalam pengontrolan variabel, yaitu
terhadap variabel yang dipandang paling dominan. Dalam eksperimen tentang
pengaruh metode pembelajaran, misalnya, pemecahan masalah terhadap
kemampuan berpikir para siswa SMA. Dalam hal ini, pengembangan berpikir dan
kecerdasan atau intelegensi dianggap sebagai variabel yang paling dominan, maka
variabel tersebut yang dikontrol atau disamakan. Dalam kondisi tertentu,
pengerrtian disamakan dilakukan dengan memasangkan subyek-subyek yang
sama atau setara kondisinya..

c. Eksperimen Lemah
Eksperimen lemah (weak experimental) merupakan metode penelitian
eksperimen yang desain dan perlakuannya seperti eksperimen tetapi tidak ada
pengontrolan variabel sama sekali. Sesuai dengan namanya, eksperimen ini sangat
lemah kadar validitasnya, oleh karena itu sebaiknya tidak digunakan untuk
penelitian tesis dan disertasi, termasuk juga untuk keperlua penulisan skripsi.
Metode ini hanya untuk latihan-latihan perkuliahan yang hasilnya tidak digunakan
dalam pengambilan keputusan, penentuan kebijakan maupun pengembangan ilmu.

d. Eksperimen Subjek Tunggal


Dalam penelitian, kita tidak selalu bisa bekerja dengan kelompok, baik
kelompok individu, kelas, institusi maupun organisasi. Eksperimen subjek tunggal
(single subject experimental), merupakan eksperimen yang dilakukan terhadap
subjek tunggal. Dalam pelaksanaan eksperimen subjek tunggal, variasi bentuk
eksperimen murni, kuasi, atau lemah berlaku. Eksperimen subjek tunggal yang
baik minimal menggunakan kuasi, tetapi kalau untuk latihan kuliah, eksperimen
lemah juga dapat digunakan.

B. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif yang bertolak
dari pandangan Positivisme. Penelitian kualitatif berangkat dari filsafat
Konstruktivisme, yang memandang kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif
dan menuntut interpretasi berdasarkan pengalaman sosial. “Reality is multilayer,
interactive and a shared social experience interpretation by individuals”
(McMillan and Schumacher, 2001).
Berbeda dengan pandangan di atas, Lincoln dan Guba (1985) melihat
penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bersifat naturalistik. Penelitian ini
bertolak dari paradigma naturalistik, yaitu bahwa “kenyataan berdimensi jamak,
peneliti dan yang bersifat interaktif, tidak bisa dipisahkan, suatu kesatuan
terbentuk secara simultan, dan bertimbal balik, tidak mungkin memisahkan sebab
dengan akibat, dan penelitian ini melibatkan nilai-nilai. Para peneliti mencoba
memahami bagaimana individu mempersepsi makna dari dunia sekitarnya.
Dari dua pendapat yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa
penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan
dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan,
persepsi, pemikiran, orang secara individual maupun kelompok. berguna untuk
menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan.
Penelitian kualitatif bersifat induktif: peneliti membiarkan permasalahan-
permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Data
dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi dalam konteks
yang mendetail disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam, serta
hasil analisis dokumen dan catatan-catatan. Penelitian kualitatif tidak berangkat
dari dan untuk menguji teori, tetapi membangun teori, meskipun demikian
mustahil peneliti kualitatif tidak memerlukan teori. Dalam konteks ini, fungsi teori
dalam suatu kerja penelitian kualitatif digunakan untuk “menjelaskan atau
mengklarifikasi” kecenderungan fenomena-fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,
sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran, subjek yang yang diteliti.
Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan, yaitu menggambarkan dan
mengungkap (to describe and explain). Kebanyakan penelitian kualitatif bersifat
deskriptif dan eksplanatori. Beberapa penelitian memberikan deskripsi tentang
situasi yang kompleks, dan arah bagi penelitian selanjutnya. Tujuan lainnya
adalah memberikan eksplanasi (kejelasan) tentang hubungan antara peristiwa
dengan makna terutama menurut persepsi partisipan.
Secara umun terdapat perbedaan mendasar antara penelitian kualitatif
dengan penelitian kuantitatif, dapat dilihat pada table berikut ini.
Tabel 2.2
Perbedaan Penelitian Kuantitatif dengan
Penelitian Kualitatif

PENELITIAN KUANTITATIF PENELITIAN KUALITATIF


1. Berpijak pada konsep Positivistik. 1. Berpijak pada konsep Naturalistik
2. Kenyataan berdimensi tunggal, 2. Kenyataan berdimensi jamak,
fragmental terbatas, fixed. kesatuan utuh, terbuka, berubah.
3. Hubungan antara peneliti dengan 3. Hubungan peneliti dengan objek
objek lepas, penelitian dari luar berinteraksi, penelitian dari luar
dengan instrument standar yang dan dalam, peneliti sebagai instru-
objektif. men, bersifat subjektif, judgement.
4. Seting penelitian buatan lepas dari 4. Seting penelitian alamiah, terkait,
tempat dan waktu. tempat dan waktu.
5. Analisis kuantitatif, statistik, 5. Analisis subjektif, intuitif,
objektif. rasional.
6. Hasil penelitian berupa inferensi, 6. Hasil penelitian berupa deskripsi.
generalisasi, prediksi. interpretasi, tentatif-situasional.

Metode kualitatif secara garis besar dibedakan dalam dua macam,


kualitatif interaktif dan kualitatif noninteraktif. Metode kualitatif interaktif,
merupakan studi yang mendalam menggunakan teknik pengumpulan data
langsung dari orang dalam lingkungan alamiahnya. Peneliti meninterpretasikan
fenomena-fenomena yang memiliki makna pada subyek yang diteliti. Para peneliti
kualitatif membuat suatu gambaran yang kompleks, dan menyeluruh dengan
deskripsi detil dari kacamata para informan di lapangan.

1. Kualitatif Interaktif
Ada lima macam metode kualitatif interaktif, yaitu metode etnografik
biasa dilaksanakan dalam antropologi dan sosiologi, metode fenomenologis
digunakan dalam psikologi dan filsafat, studi kasus digunakan dalam ilmu-ilmu
sosial dan kemanusiaan serta ilmu terapan, teori dasar (grounded theory)
digunakan dalam sosiologi, dan studi kritikal digunakan dalam berbagai bidang
ilmu, metode-metode interaktif ini bisa difokuskan pada pengalaman hidup
individu seperti dalam fenomenologi, studi kasus, teori dasar, dan studi kritikal,
bisa juga berfokus pada masyarakat dan budaya seperti dalam etnografi dan
beberapa studi kritikal.

a. Studi Etnografik
Studi etnografik (ethnographic studies) mendeskripsikan dan menginter-
pretasikan budaya, kelompok sosial atau sistem. Dalam pendidikan dan kurikulum
difokuskan pada salah satu kegiatan inovasi seperti pelaksanaan model kurikulum
terintegrasi, berbasis kompetensi, pembelajaran kontekstual, dsb. Proses
penelitian etnografik dilaksanakan di lapangan dalam waktu yang cukup lama,
berbentuk observasi dan wawancara secara alamiah dengan para partisipan, dalam
berbagai bentuk kesempatan kegiatan,
serta mengumpulkan dokumen-
dokumen dan benda-benda (artifak).
Meskipun makna budaya itu sangat
luas tetapi studi etnografi biasanya
dipusatkan pada pola-pola kegiatan,
bahasa, kepercayaan, ritual dan cara-
cara hidup.
Hasil akhir penelitian bersifat komprehensif, suatu naratif deskriptif yang
bersifat menyeluruh disertai interpretasi yang mengintegrasikan seluruh aspek-
aspek kehidupan dan menggambarkan kompleksitas kehidupan tersebut. Beberapa
peneliti juga melakukan penelitian mikro etnografi, penelitian difokuskan pada
salah satu aspek saja.

b. Studi Historis
Studi historis (historical studies) meneliti peristiwa-peristiwa yang telah
berlalu. Peristiwa-peristiwa sejarah direka-ulang dengan menggunakan sumber
data primer kesaksian dari pelaku sejarah yang masih ada, kesaksian tidak
disengaja yang tidak dimaksudkan untuk disimpan, sebagai catatan atau rekaman,
seperti peninggalan-peninggalan sejarah, dan kesaksian sengaja berupa catatan
dan dokumen-dokumen. Penelitian historis menggunakan pendekatan, metode dan
materi yang mungkin sama dengan penelitian etnografis, tetapi dengan focus,
tekanan dan sistematika yang berbeda. Beberapa peneliti juga menggunakan
pendekatan dan metode ilmiah (positivistis) seperti mengadakan pembatasan
masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan dan analisis data, uji hipotesis,
pengumpulan dan analisis data, uji hipotesis dan generalisasi, walaupun sudah
tentu dalam keterbatasan-keterbatasan tertentu. Salah satu ciri khas dari penelitian
historis adalah periode waktu: kegiatan, peristiwa, karakteristik, nilai-nilai,
kemajuan bahkan kemunduran, dilihat dan dikaji dalam konteks waktu.

c. Studi Fenomenologis
Fenomenologi mempunyai dua makna, sebagai filsafat sain dan sebagai
metode pencarian (penelitian). Studi fenomenologis mencoba mencari arti dari
pengalaman dalam kehidupan. Peneliti menghimpun data berkenaan dengan
konsep, pendapat, pendirian, sikap, penilaian, dan pemberian makna terhadap
situasi atau pengalaman-pengalaman dalam kehidupan. Tujuan dari penelitian
fenomenologis adalah mencari atau menemukan makna dari hal-hal yang esensial
atau mendasar dari pengalaman hidup tersebut.
Penelitian dilakukan melalui wawancara mendalam yang lama dengan
partisipan. Pemahaman tentang persepsi dan sikap-sikap informan terhadap
pengalaman hidup subyek sehari-hari diperoleh dengan menggunakan wawancara.

d. Studi Kasus
Studi kasus (case study) merupakan satu penelitian yang dilakukan
terhadap suatu “kesatuan sistem”. Kesatuan ini dapat berupa program, kegiatan,
peristiwa, atau sekelompok individu yang terikat oleh tempat, waktu, atau ikatan
tertentu. Studi kasus adalah suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpun
data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus tersebut. Kasus
sama sekali tidak mewakili populasi dan tidak dimaksudkan untuk memperoleh
kesimpulan dari populasi. Kesimpulan studi kasus hanya berlaku untuk kasus
tersebut. Tiap kasus bersifat unik atau memiliki karakteristik sendiri yang berbeda
dengan kasus lainnya.
Suatu kasus dapat terdiri atas satu unit atau lebih dari satu unit, tetapi
merupakan satu kesatuan. Kasus dapat satu orang, satu kelas, satu sekolah,
beberapa sekolah tetapi dalam satu kantor kecamatan, dsb. Dalam studi kasus
digunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti wawancara, observasi, dan
studi documenter, tetapi semuanya difokuskan ke arah mendapatkan kesatuan data
dan kesimpulan.
e. Teori Dasar
Penelitian teori dasar atau sering disebut juga penelitian dasar atau Teori
dasar (grounded theory) merupakan penelitian yang diarahkan pada penemuan
atau minimal menguatkan terhadap suatu teori. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kulaitatif. Walaupun penelitian kualitatif memberikan
deskripsi yang bersifat terurai, tetapi dari deskripsi tersebut diadakan abstraksi
atau inferensi sehingga diperoleh kesimpulan-kesimpulan yang mendasar yang
membentuk prinsip dasar, dalil atau kaidah-kaidah. Kumpulan dari prinsip, dalil
atau kaidah tersebut berkenaan dengan sesuatu hal dapat menghasilkan teori baru,
minimal memperkuat teori yang telah ada dalam hal tersebut.
Penelitian dasar (grounded research) dilaksanakan dengan menggunakan
berbagai teknik pengumpulan data, diadakan cek-recek ke lapangan, studi
pembandingan antar kategori, fenomena dan situasi melalui kajian induktif,
deduktif, dan verifikasi sampai pada titik jenuh. Pada titik ini peneliti memilih mana
fenomena-fenomena inti dan mana yang tidak inti. Dari fenomena-fenomena inti
tersebut dikembangkan “alur konsep” serta “matriks kondisi” yang menjelaskan
kondisi sosial dan histories dan keterkaitannya dengan fenomena-fenomena.

f. Studi Kritis
Model penelitian ini berkembang dari teori kritis, feminism, ras, dan
pascamodern, yang bertolak dari asumsi bahwa pengetahuan bersifat subjektif.
Para peneliti kritis memandang bahwa masyarakat terbentuk oleh orientasi kelas,
status, ras, suku bangsa, jenis kelamin, dll. Peneliti feminis dan etnis memusatkan
perhatiannya pada masalah-masalah jender dan ras, sedang peneliti pascamodern
dan kritis memusatkan pada institusi sosial dan kemasyarakatan. Dalam penelitian
kritis, peneliti melakukan analisis naratif, penelitian tindakan, etnografi kritis, dan
penelitian feminisme.
Ada hal yang perlu mendapat perhatian dalam penelitian kritis. Pertama,
penelitian-penelitian kritis tidak bersifat deskrit, meskipun masing-masing punya
implikasi metodologis. Model studinya berbeda dalam tujuan, peranan teori,
teknik pengumpulan data, peranan peneliti, format laporan dan narasinya,
meskipun juga ada yang tumpang tindih. Kedua, penelitian kritis menggunakan
pendekatan studi kasus, kajian terhadap suatu kasus (kasus tunggal), kajian yang
bersifat mendalamyang berbeda dengan kajian eksperimental atau kajian lain yang
bersifat generalisasi maupun pembandingan. Dalam penelitian kualitatif, kasus adalah
suatu kesatuan kasus atau fenomena, yang diteliti secara mendalam dan utuh.

2. Penelitian Non interaktif


Penelitian noninteraktif (non interactive inquiry) disebut juga penelitian
analitis, mengadakan pengkajian berdasarkan analisis dokumen. Sesuai dengan
namanya penelitian ini tidak menghimpun data secara interaktif atau melalui
interaksi dengan sumber data manusia. Sumber datanya adalah dokumen-dokumen.
Ada tiga macam penelitian analitis atau studi noninteraktif, yaitu analisis:
konsep, historis, dan kebijakan. Yang pertama, analisis konsep, merupakan kajian
atau analisis terhadap konsep-konsep penting yang diinterpretasikan pengguna
atau pelaksana secara beragam sehingga banyak menimbulkan kebingungan,
umpamanya: cara belajar aktif, kurikulum berbasis kompetensi, wajib belajar,
belajar sepanjang hayat dan lain-lain..
Kedua, analisis histories menganalisis data kegiatan, program, kebijakan
yang telah dilaksanakan pada masa yang lalu. Penelitian ini lebih diarahkan
kepada menganalisis peristiwa, kegiatan, program, kebijakan, keterkaitan dalam
urutan waktu.
Ketiga, analisis kebijakan menganalisis berbagai dokumen yang berkenaan
dengan kebijakan tertentu, kebijakan otonomi daerah dalam pendidikan, ujian
akhir sekolah, pembiayaan pendidikan, dsb. Pengkajian diarahkan untuk
menemukan kedudukan, kekuatan, makna dan keterkaitan antardokumen, dampak,
dan konsekuensi-konsekuensi positif dan negatif dari kebijakan tersebut.
Penelitian kebijakan memfokuskan kajiannya pada kebijakan yang lalu atau yang
berlaku sekarang, dan diarahkan untuk: (1) meneliti formulasi kebijakan,
sasarannya siapa-siapa saja, (2) menguji pelaksanaan suatu program terkait
dengan sesuatu kebijakan, (3) menguji keefektivan dan keefisienan kebijakan.

Latihan:
Setelah Anda mengkaji materi yang dipaparkan dalam subunit ini,
selanjutnya untuk memantapkan pemahaman Anda, kerjakan latihan berikut:
1. Dalam penelitian deskriptif, dikenal penelitian perkembangan yang bersifat
cross sectional atau dalam potongan waktu. Coba Anda lakukan penelitian
sederhana mengenai perkembangan bahasa pada seorang anak (balita) dalam
usia kronologis antara usia 0.0 – 1.5 tahun, usia 1.6 – 2.0 tahun, dan 2.1-3.0
tahun. Buatlah dalam bentuk matrik (tabel), kemudian observasi dan catatlah
dengan cermat perubahan yang terjadi pada balita tersebut dalam masa
perkembangan bahasanya. Anda dapat mendiskusikannya dengan teman-teman
dan orang tua dari balita yang Anda teliti.
2. Guru-guru mengadakan pemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapi
dalam kelas, kepala sekolah mengadakan perbaikan terhadap manajemen di
sekolahnya. Penelitian ini difokuskan kepada perbaikan proses maupun
peningkatan hasil kegiatan guru dan prestasi belajar siswa kelas V SD. Coba
Anda lakukan pengamatan terhadap proses belajar-mengajar di kelas, dan
kumpulkan data hasil belajar siswa. Setelah itu, Anda lakukan diskusi
kelompok terfokus tentang: upaya perbaikan dan/atau peningkatan proses
pembelajaran dan prestasi belajar siswa di kelas.

Petunjuk penyelesaian latihan:


1. Telaah buku-buku tentang perkembangan bahasa bagi anak (balita). Setelah
Anda memperolah pemahaman tentang ciri-ciri perkembangan bahasa anak.
Buatlah matrik atau tabel yang memuat usia kronologis dan sediakan bagian
kosong untuk mencatat beberapa perubahan atau peristiwa dalam masa
perkembangan bahasa yang Anda amati.
2. Lakukan pendekatan pada guru di suatu sekolah yang akan Anda teliti.
Sampaikan maksud Anda. Setelah ada kesepakatan, kumpulkan data siswa
(buku nilai dan dafta hadir siswa serta), kemudia siapkan pedoman observasi
serta wawancara untuk merekan peristiwa-peristiwa selama proses pembelajar
di kelas yang Anda observasi.
RANGKUMAN.
Secara garis besar jenis penelitian itu dibedakan dua macam pendekatan
penelitian, yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Keduanya memiliki asumsi,
karakteristik dan prosedur penelitian yang berbeda. Penelitian kuantitatif didasari oleh
filsafat positivisme yang bertolak dari asumsi bahwa realita bersifat tunggal, fixed,
stabil, lepas dari kepercayaan dan perasaan-perasaa individual. Realita terdiri atas
bagian dan unsur yang terpisah satu sama lain dan dapat diukur dengan menggunakan
instrumen. Sedangkan penelitian kualitatif berangkat dari filsafat konstruktivisme,
dan paradigma naturalistik, yang memandang kenyataan itu berdimensi jamak,
interaktif dan menuntut interpretasi berdasarkan pengalaman sosial, suatu kesatuan
terbentuk secara simultan, dan bertimbal balik, tidak mungkin memisahkan sebab
dengan akibat, dan penelitian ini melibatkan nilai-nilai. Para peneliti mencoba
memahami bagaimana individu mempersepsi makna dari dunia sekitarnya.
Beberapa metode penelitian kuantitatif yang bersifat noneksperimental,
yaitu metode: deskriptif, survai, ekspos fakto, komparatif, korelasional, dan
penelitian tindakan. Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan, yaitu
menggambarkan dan mengungkap (to describe and explain). M.emberikan
deskripsi tentang situasi yang kompleks, dan arah bagi penelitian selanjutnya.
Tujuan lainnya adalah memberikan eksplanasi (kejelasan) tentang hubungan
antara peristiwa dengan makna terutama menurut persepsi partisipan.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1989). Prosedur Peneneltian Suatu Pendekatan Praktis.


Jakarta: Benua.
Elliot, J. ( 1991). Action Reseach For Education Change. Philadelphia: Open
University Press.
Hardjodiputro, S. (2000). Action Reseach Pepars. Universitas Negeri Jakarta
Hopkins, D. (1993). A Teacher’s guide to Classroom Reseach. Buckingham:
Open University Press.
McMillan, J.H dan Schumacher, S. (2001). Research in Education: A Conceptual
Intro-duction (5th ed.), US, Longman.Inc.
McTaggar, R.. (1991). Action Reseach: A Short Modern History. Geelong,
Victoria: Deaking University Press.
Mills, Geoffrey, E. (2000). Actioan Rseach :A Guide For The Teacher Reseacher
New Jersey. Colombus, Ohio: Merrill, an Imprint Prentice Hall.
Nawawi, Hadari. (1983). Metode Pendidikan Bidang Sosial. Yogyakarta, Gajah
Mada University Press.

Punch, Keith F. (1999) Introduction to Social Research: Quantitative and


Qualitative Approaches, London: SAGE Publications Ltd.
Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: Bumi Aksara.
Syaodih. N.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Rosda.
Wardani, I G.A.K, dkk. (2003). Hakikat Penelitian Tindakan Kelas. Buku Materi
Pokok Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.
GLOSARIUM

Interaksi pendidikan (educational interaction): hubungan timbal balik saling


pengaruh antara peserta dididk dengan pendidik dan sumber –sumber
pendidikan lainnya yang ditujukan untuk membantu perkembangan peserta
didik mencapai tujuan tertentu ( tujuan pendidikan).
Interview mendalam (depth interview): wawancara mendalam yang dilakukan
secara intensif dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka dan
rinci serta terfokus.
Konseling (counseling) : suatu teknik atau layanan bantuan yang bersifat tatap
muka (face to face) yang duarahkan untuk mengubah sikap dan prilaku
peserta didik.
Kurikulum (curriculum) : semua pengalaman yang dilakukan siswa yang
dirancang, diarahkan, diberikan dan dipertanggungjawabkan oleh sekolah,
dalam tahap rancangan, pelaksanaan maupun pengendaliannya.
Lingkungan pendidikan (education enviroment) : semua hal yang ada dan
berpengaruh terhadap perkembangan peserta didik, meliputi lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat, aspek agama, fisik, sosial, ekonomi,
budaya, politik, keamanan dan lain-lain.
Manajemen Pendidikan (education management) : merupakan proses kegiatan
atau merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan berbagai
bidang0bidang dan komponen pendidikan.
Masalah penelitian (reseach problems) : cara-cara yang digunakan peneliti
dalam merancang, melaksanakan, pengolah data dan menarik kesimpulan
berkenaan dengan masalah penelitian tertentu.
Pembelajaran (instruction, teaching) : adalah upaya guru menciptkan situasi agar
siswa belajar, meliputi penggunaan berbagai metode dan media
pembelajaran.
Pendekatan penelitan (reseach approaches): adalah suatu model atau sistem
pencarian dengan menggunakan dasar-dasar pemikiran atau landasan teoritis
tertentu.
Penelitian (Reseach): proses pengumpulan dan analisa serta interprestasi
pertemuan yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan metode-
metode ilmiah.
Penelitian dasar (Basic reseach): peneltian yang diarahkan kepada
pengembangan atau pengujian teori, disebut juga peneltian murni (Pure
reseach) atau penelitian Pokok (Fundamenmental reseach).
Penelitian deskriptif (descridtive reseach): penelitian yang diarahkan pada
memperolah gambaran keadaan pada saat ini.
Penelitian Ekperimental (Experimental reseach): penelitian yang ditujukan
untuk menguji pengaruh satu atau lebih dari suatu variabel terhadap
variabel lain.
Penelitian ekspos (Expost facto reseach): penelitian yang diarahkan pada
mengetahui hubungan-hubungan (sebab-akibat) pada situasi atau kegiatan
yang sedang berlangsung.
Penelitian etnografik (ethnograpic reseach): peneltian yang ditujuan untuk
mendeskripsikan dan menginterprestasikan aspek-aspek budaya, sosial dan
sistem.
Penelitian evaluasi ( Evaluative reseach): penentlian yang diarahkan pada
mengkur pelaksanaan suatu program atau kegiatan yang digunakan untuk
mementukan suatu keputusan atau mengadakan perbaikan.
Penelitian fenomenologis (Phenomenological reseach): penelitian yang
diarahkan pada mencari arti atau makna dari pengalaman dan kehidupan.
Penelitian historis ( histirical reseach) : peneltiian yang diarahkan unutk
mengumpulkan, menganalisakan dan menginterprestasikan peristiwa-
peristiwa sejarah.
Penelitian komparatif (comparative reseach): termaksud peneltian deskriptif
yang ditujukan untuk mengetahui perbedaan antara dua: hal, kegiatan,
situasi, variabel, aatau lebih.
Penelitian korelasional (Correlational reseach) : termasukd penelitan deskriptif
yang duarahkan untuk menegetahui hubungan antara dua variabel atau
lebih.
Penelitian kualitatif (qualitative reseach) : penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripdikan dan menganalisis fenomena-fenomena, peristiwa, aktivitas
sosial secara ilmiah.
Penelitian noninteraktif (Non-interactive reseach) : termaksud penelitian
kualitatif yang diarahkan untuk menghimpun menganalisis dan
mengiterprestasikan dokumen-dokumen.
Penelitian prediktif (predictive reseach) : merupakan bagian dari penelitian
deskriptif yang analisisnya diarahkan pada saat yang akan datang.
Penelitian survai (survey reseach) : penelitian yang diarahkan pada
megumpulkan, menganalisis dan menginterprestasikan opini tentang hal-hal
tertentu dari populasi yang cukup besar.
Penelitian terapan (Applied reseach) : penelitian yang diarahkan pada
mengetahui, atau menguji penerapan dari suatu teori, kebijakan.
Menganalisis hubungan antar hal dalam sesuatu situasi atau kegiatan.
Penelitian tindakan (action reseach) : penelitian yang diarahkan untuk
mengumpulkan dan menganalisi data untuk kemudiaan mengadakan
perbaikan atau penyempurnaan tentang kegiatan, program, atau kegiatan,
dan dilakukan oleh para pelaksana kegiatan itu sendiri. Penelitian termaksud
penelitian bersifai memperbaiki atau improftif.
Penelitian dan pengembangan (reseach of development) : penelitian yang
diarahkan pada pengembangan suatu produk, baik produk perangkat keras
atau perangkat lunak.
Pergaulan pendidikan (educational interaction) : hubungan atau interaksi baik
formal maupun informal antara pendidik dengan peserta didik yang bersifat
mendidik dan diarahkan pada pembentukan pribadi peserta
Unit 3
HAKIKAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENDAHULUAN

Penelitian tindakan kelas disebut juga Classroom Action Research (CAR)


adalah action research yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Penelitian
tindakan kelas pada hakikatnya merupakan rangkaian riset tindakan yang
dilakukan dalam bentuk siklus dalam rangka memecahkan masalah-masalah
pembelajaran atau memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas.

Agar guru dapat melaksanakan penelitian tindakan kelas dalam upaya


perbaikan proses pembelajaran yang dikelolanya, maka guru atau calon guru
secara konseptual harus memiliki pemahaman yang baik tentang penelitian
tindakan kelas. Guru juga harus memahami langkah-langkah implementasi yang
dilakukan dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas. Oleh sebab itu pada unit
ini, Anda akan diajak untuk mempelajari atau membahas hakikat penelitian
tindakan kelas (PTK) yang meliputi: pengertian dan karakteristik penelitian
tindakan kelas serta perbedaan penelitian tindakan kelas dengan penelitian yang
bukan penelitian tindakan kelas.

Secara lebih spesifik melalui pembahasan ini diharapkan Anda dapat:

1) menjelaskan pengertian penelitian tindakan kelas;

2) membedakan penelitian lain yang bukan penelitian tindakan kelas;

3) mengidentifikan karakteristik penelitian tindakan kelas;

4) menjelaskan faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya penelitian


tindakan kelas.

Setelah mengkaji secara saksama uraian materi pada unit ini, selanjutnya Anda
diminta untuk mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat di masing-masing subunit,
membaca rangkuman, dan mengerjakan soal-soal tes formatif yang disediakan di
bagian akhir tiap-tiap subunit. Pedoman jawaban latihan telah tersedia pada masing-
masing subunit, demikian halnya kunci jawaban tes formatif juga telah disediakan di
bagian akhir unit ini. Namun demikian, Anda diminta untuk menjawab soal-soal latihan
dan soal-soal tes formatif secara mandiri terlebih dahulu sebelum mencocokkannya
dengan pedoman jawaban latihan ataupun kunci jawaban tes formatif yang telah
disediakan.

Selamat belajar, semoga sukses!


SUB UNIT 1
PENGERTIAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Mungkin sebagian besar dari kita pernah dan sering mendengar istilah
penelitian. Terlebih lagi pada unit-unit sebelumnya Anda juga telah diajak
membahas hakikat penelitian serta beberapa aspek terkait. Karena diyakini pula
Anda memahami secara umum maksud dari penelitian sebagaimana telah dibahas
pada awal unit ini.
Pada subunit ini pembahasan diawali dengan apa penelitian tindakan,
dilanjutkan pengertian dan karakteristik penelitian tindakan kelas.

1. Apa Penelitian Tindakan?


Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian yang
diarahkan pada upaya pemecahan masalah atau perbaikan. Dalam konteks
penelitian, penelitian tindakan (action research), sering dibicarakan dalam
konteks penelitian, khususnya penelitian dalam bidang pendidikan, lebih khusus
lagi dalam hal pengembangan proses pembelajaran di tingkat kelas atau sekolah.
Sebagai contoh, dalam seting kelas, guru-guru membuat pemecahan masalah-
masalah pembelajaran yang dihadapi dalam kelas. Sedangkan dalam lingkup lebih
luas misalnya di sekolah, kepala sekolah mengadakan perbaikan terhadap
manajemen di sekolahnya. Contoh pertama, penelitian tindakan difokuskan pada
perbaikan proses pembelajaran melalui kinerja guru. Sedangkan contoh kedua,
penelitian tindakan difokuskan untuk memperbaiki manajemen sekolah oleh
kepala sekolah sebagai manajer atau pimpinan di sekolah. Penelitian tindakan
yang dilakukan oleh guru di kelas disebut Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research), sedangkan penelitian yang dilakukan oleh kepala sekolah
disebut Penelitian Tindakan Sekolah (School Action research). Penelitian
tindakan pada hakekatnya merupakan rangkaian riset tindakan yang dilakukan
secara siklus dalam rangka memecahkan masalah-masalah pendidikan melalui
metode penelitian.
Untuk dapat mencapai
tujuan yang diharapkan, maka di
dalam penelitian diperlukan
metode. Metode penelitian pada
dasarnya merupakan cara yang
dilakukan dalam proses
penelitian. Untuk itu penggunaan
metode harus sesuai dengan
tujuan penelitian. Berdasarkan
tujuan yang ingin dicapai maka penelitian ini menggunakan metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Metode Penelitian Tindakan Kelas merupakan proses
pengkajian melalui sistem berdaur dari berbagai kegiatan pembelajaran
(Depdikbud, 1999). Adapun tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi permasalahan dalam Penelitian Tindakan Kelas.
b. Menganalisis permasalahan dan merumuskan masalah untuk untuk
keperluan Penelitian Tindakan Kelas.
c. Merencanakan tindakan perbaikan berdasarkan contoh rumusan masalah
yang diajukan.
d. Memahami tahap pelaksanaan tindakan dan cara obervasi-interprestasi
yang dilakukan sementara Penelitian Tindakan Kelas berlangsung.
e. Memahami cara menganalisis data hasil obervasi serta melakukan refleksi
berkenaan dengan tindakan perbaikan yang dilaksanakan.
f. Memahami cara merencanakan tindak lanjut dalam siklus Penelitian
Tindakan Kelas.

Terkait dengan kerangka kerja dan sistem berdaur dalam kegiatan


pembelajaran, Joni (1998) mengemukakan lima tahapan pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas. Adapun tahap-tahap tersebut adalah:
a. Pengembangan fokus masalah penelitian.
b. Perencanaan tindakan perbaikan.
c. Pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi.
d. Analisis dan refleksi.
e. Perencanaan tindak lanjut.
Berdasarkan dua pendapat yang dikemukakan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa metode Penelitian Tindakan Kelas adalah metode yang
bertujuan melakukan tindakan perbaikan, peningkatan dan juga melakukan suatu
perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya sebagai upaya pemecahan
masalah yang dihadapi, terutama ditujukan pada kegiatan pembelajaran atau
proses belajar-mengajar di kelas.
Pada hakikatnya tujuan belajar itu adalah terjadinya perubahan tingkah
laku melalui proses belajar. Dalam konteks proses belajar-mengajar tersebut,
Sanjaya (2005) mengatakan bahwa belajar adalah proses mental yang terjadi
dalam diri seseorang, sehingga munculnya perubahan perilaku dan mengajar
adalah suatu aktivitas yang dapat membuat siswa belajar. Dalam konsep
Kurikulum Berbasis Kompetensi, kegiatan yang berhubungan dengan Proses
Belajar Mengajar disebut dengan Pembelajaran. Hal ini mengisyaratkan bahwa
dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi siswa harus dijadikan sebagai pusat dari
kegiatan proses belajar-mengajar. Dari kedua pendapat tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa proses belajar-mengajar di sekolah/di kelas meliputi kegiatan
yang saling berhubungan dan berpengaruh yang berlangsung dalam situasi
pembelajaran sehingga terjadinya perubahan tingkah laku siswa untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan yaitu pembelajaran.

B. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas


Sebagaimana halnya penelitian atau riset, penelitian tindakan kelas juga
merupakan upaya untuk mencari jawaban yang dapat menjadi pemecahan suatu
masalah yang sedang dihadapi. Berkenaan dengan arti penelitian tindakan kelas
ini, ada berbagai sumber literatur yang mencantumkan pengertian penelitian
tindakan kelas. Walaupun ada beberapa definisi penelitian tindakan kelas yang
kadang-kadang terlihat berbeda, namun definisi-definisi tersebut memiliki banyak
persamaan. Perlu pula dikemukakan bahwa sebelum istilah penelitian tindakan
kelas digunakan, yang lebih banyak dikenal adalah Penelitian Tindakan (Action
Research). Penelitian tindakan ini memiliki kawasan yang lebih luas dari pada
penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan dapat diterapkan dalam berbagai
bidang ilmu di luar ilmu pendidikan, misalnya dalam bidang industri, kesehatan,
ekonomi dan sebagainya.
Penelitian tindakan dapat dilakukan pada berbagai area atau setting.
Bilamana penelitian tindakan yang berkenaan dengan bidang pendidikan
dilaksanakan pada area, kawasan atau setting kelas, kemudian melakukan refleksi
diri atau penilaian diri untuk perbaikan-perbaikan pembelajaran maka penelitian
tindakan tersebut dinamakan penelitian tindakan kelas. Dengan kata lain, penelitian
tindakan kelas adalah penelitian praktis yang dilakukan oleh guru di dalam kelas
dengan melakukan refleksi diri dengan tujuan memperbaiki proses pembelajaran di
kelas. Upaya-upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan-
tindakan tertentu guna mencari cara-cara yang lebih tepat dan efektif atas
permasalahan sehari-hari di kelas.
Untuk lebih memahami penelitian tindakan kelas, mari kita kaji beberapa
definisi yang dikemukakan oleh para pakar. Kemmis dan Carr (1986),
mengemukakan bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk
penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku di dalam masyarakat
sosial dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaannya
serta memahami situasi di mana pekerjaan itu dilakukan”. Dalam penjelasan lebih
lanjut terhadap definisi tersebut, keduanya memasukkan bidang pendidikan di
dalamnya. Itu berarti guru merupakan pihak yang harus terlibat aktif dalam
penelitian tindakan kelas. Dalam pernyataan lebih lanjut dikemukakan bahwa
situasi tidak akan dapat berubah secara cepat sebagaimana diharapkan oleh para
guru. Akan tetapi mereka dapat belajar sesuatu tentang proses perubahan itu sendiri.
Ebbut (1985) memberikan gambaran yang lebih jelas tentang pengertian
penelitian tindakan kelas. Dikemukakan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan suatu studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki
praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta
refleksi dari tindakan-tindakan tersebut. Ebbut melihat bahwa proses penelitian
tindakan kelas sebagai suatu rangkaian siklus yang berkelanjutan. Di dalam dan di
antara siklus-siklus tersebut terdapat sejumlah informasi yang merupakan balikan
(feedback). Ebbut menegaskan bahwa penelitian-penelitian harus memberikan
kesempatan kepada guru atau siswa sebagai pelaku untuk melaksanakan tindakan-
tindakan tertentu melalui beberapa siklus agar terjadi perubahan-perubahan yang
diharapkan, yaitu terjadinya perbaikan proses belajar dalam rangka mencapai hasil
belajar siswa yang lebih baik. Bahkan Kurt Levin, orang yang mempopulerkan
penelitian tindakan kelas berpendapat bahwa cara terbaik untuk memajukan
kegiatan adalah dengan melibatkan mereka dalam penelitian mereka sendiri dan
yang ada di dalam kehidupan mereka (dalam Mc.Niff, 1982: 21). Penelitian
tindakan kelas tersebut merupakan suatu rangkaian langkah-langkah (a spiral of
steps). Setiap langkah terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi. Langkah-langkah tersebut menurut Kemmis & Mc.Taggart,
1982), digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis, meliputi empat aspek, yaitu
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi harus dipahami bukan sebagai
langkah-langkah yang statis, terselesaikan dengan sendirinya, tetapi lebih
merupakan momen-momen dalam bentuk spiral.
Dari definisi yang dikemukakan di atas serta beberapa pendapat yang
dikemukakan oleh sejumlah pakar maka diharapkan Anda dapat memahami dengan
baik pengertian penelitian tindakan kelas. Dengan demikian Anda juga diharapkan
memahami tujuan yang ingin dicapai dan secara garis besar juga mendapatkan
pengertian bagaimana melaksanakan penelitian tindakan kelas tersebut.
Secara singkat Penelitian Tindakan Kelas dapat didefinisikan sebagai
suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan
untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka (guru)
dalam melaksanakan tugasnya, seperti diilustrasikan pada gambar berikut.

PERENCANAAN TINDAKAN

REFLEKSI OBSERVASI
Gambar 3.1. Kaji Berdaur Empat Tahap Penelitian Tindakan Kelas
(Sumber : Depdikbud tahun 1999)

Setelah dilakukan refleksi/perenungan yang mencakup analisis, sintesis


dan pengamatan terhadap proses serta tindakan tertentu, biasanya muncul
permasalahan/pemikiran baru yang perlu mendapat perhatian, sehingga pada
gilirannya perlu dilakukan perencanaan ulang, tindakan ulang dan pengamatan
ulang, serta diikuti pula dengan refleksi ulang sampai sesuatu permasalahan
dianggap teraksi utuh kemudian biasanya diikuti oleh kemunculan permasalahan
lain yang juga harus diperlakukan serupa.
Siklus tindakan secara umum mempunyai model-model penelitian yang
memiliki alur yang sama. Alur pelaksanaan penelitian tindakan, digambarkan
seperti berikut.

Refleksi

Observasi Rencana
Tindakan

Siklus I Pelaksanaan
Tindakan

Refleksi

Observasi Rencana
Tindakan

Siklus II Pelaksanaan
Tindakan
dst
Gambar 3.2: Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Gambar di atas menunjukkan bahwa:
1. Sebelum melaksanakan tindakan penelitian, terlebih dahulu harus
merencanakan secara bersama jenis tindakan yang akan dilakukan.
2. Setelah rencana disusun secara matang barulah tindakan dilakukan.
3. Bersamaan dengan dilaksanakan tindakan penelitian, juga dilakukan
kegiatan untuk mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan
akibat yang ditimbulkan.
4. Berdasarkan hasil penelitian kemudian dilakukan refleksi atas tindakan
yang telah dilakukan. Apabila hasil refleksi menunjukkan perlunya
dilakukan perbaikan atas tindakan yang dilakukan maka rencana
tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan berikutnya tidak
sekedar mengulang apa yang telah diperbuat sebelumnya.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, maka dapat


disimpulkan bahwa metode Penelitian Tindakan Kelas adalah metode yang
bertujuan melakukan tindakan perbaikan, peningkatan dan juga melakukan suatu
perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya sebagai upaya pemecahan
masalah yang dihadapi, terutama ditujukan pada kegiatan pembelajaran atau
proses belajar-mengajar di kelas.

Latihan:
Setelah Anda mengkaji materi yang dipaparkan dalam subunit ini,
selanjutnya untuk memantapkan pemahaman Anda, kerjakan latihan berikut!
4. Penelitian tindakan kelas dikelompokkan sebagai penelitian terapan (applied
research). Coba inventarisai masalah-masalah pembelajaran di kelas (ambil
salah satu contoh pengajaran mata pelajaran di kelas tempat Anda mengajar,
lebih khusus lagi pada pokok bahasan tertentu). Tentukan masalah pengajaran
setelah Anda melakukan refleksi (perenungan) terhadap masalah yang
menurut Anda hasilnya tidak memuaskan.
5. Penelitian tindakan kelas selain dapat dilaksanakan sendiri oleh guru, dapat juga
dilaksanakan dengan cara meminta bantuan orang lain, misalnya teman sejawat
(kepala sekolah dan guru-guru) yang disebut melalui metode kolaboratif, baik
mulai mengidentifikasi masalah sampai melaksanakan penelitian di kelas.
Buatlah langkah-langkah kegiatan untuk menemukan fokus masalah yang akan
Anda teliti dengan menggunakan penelitian tindakan kolaboratif!

Pedoman jawaban latihan:


1. Catatlah masalah-masalah pembelajaran mata pelajaran yang Anda ajarkan di
kelas. Periksa dan telaah dokumen atau catatan penting tentang: nilai
kemajuan belajar pada mata pelajaran yang Anda ajarkan, daftar hadir peserta
didik, catatan keaktifan peserta didik dalam kelas. Data-data tersebut dapat
Anda jadikan bahan refleksi (perenungan) terhadap masalah yang menurut
Anda hasilnya tidak memuaskan.
2. Setelah Anda melakukan refleksi terhadap apa yang Anda ajarkan di kelas dan
hasil yang telah dicapai murid Anda yang kurang memuaskan, Anda
menyimpulkan tujuan pembelajaran materi pokok/sub pokok bahasan kurang
atau tidak tercapai. Jika Anda tidak puas dengan hasil belajar yang dicapai
siswa di kelas, tanyakan pada diri Anda: apakah meteri sudah Anda kuasai,
apakah alat/media sudah Anda gunakan dengan tepat, bagaimana keaktifan
anak-anak dalam proses belajar-mengajar di kelas atau metode mengajar
apakah sudah sesuai dengan materi dan tujuan yang akan dicapai, dan
seterusnya. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dicatat sebagai bahan
diskusi dengan penelitian klaboratif sehingga tersusun langkah-langkah
kegiatan untuk menemukan fokus masalah yang akan Anda teliti.

RANGKUMAN
Penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di kelas disebut penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research). Classroom Action Research (CAR)
adalah action research yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Kepala Sekolah disebut Penelitian Tindakan
Sekolah (School Action Research). Dalam upaya memperbaiki proses belajar
mengajar di kelas, guru dapat meningkatkan kinerjanya dengan melakukan
penelitian tindakan kelas.

Penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian


yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan
rasional dari tindakan-tindakan guru dalam melaksanakan tugasnya. Penelitian
tindakan tersebut merupakan suatu rangkaian langkah-langkah (a spiral of steps) atau
suatu siklus yang terdiri dari empat tahap: yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan
refleksi. Guru perlu melakukan refleksi (perenungan) diri dengan tujuan memperbaiki
proses pembelajaran di kelas. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan
tindakan-tindakan tertentu guna mencari cara-cara yang lebih tepat dan efektif atas
permasalahan sehari-hari dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam hal ini harus
diingat bahwa penelitian tindakan bagi guru adalah sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas pengalaman belajar siswa yang terstruktur dalam
kurikulum.
SUB UNIT 2
KARAKTERISTIK PENILITIAN TINDAKAN KELAS

Dalam melaksanakan proses pembelajaran dan pencapaian hasil belajaran


siswa, peran guru sampai saat ini masih memegang peran sentral dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan atau pengajaran di suatu sekolah. Sebagai seorang
pengelola dan pelaksana program di kelas, guru bertanggung jawab mengelola
mata pelajaran sesuai dengan bidang studinya. Guru melakukan tindakan
perubahan-perubahan yang berkenaan dengan upaya menuju perbaikan
pembelajaran. Tindakan-tindakan inilah yang diimplementasikan dan selanjutnya
dievaluasi. Karena itu, guru merupakan seseorang yang paling banyak mengenal
dan mengetahui persoalan-persoalan di kelasnya sebagai tempat dia mengajar.
Tindakan perubahan yang berkenaan perbaikan proses dan hasil pembelajaran
tersebut dapat dilakukan melalui penelitian tindakan kelas.

Pada subunit ini Anda akan terlibat aktif membahas karakteristik


penelitian tindakan kelas serta perbedaan penelitian tindakan kelas dangan
penelitian yang bukan penelitian tindakan kelas.

A. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas


Agar pemahaman kita lebih mendalam tentang penelitian tindakan kelas,
maka kita perlu mengenal lebih dekat penelitian tindakan kelas dengan cara
mengetahui ciri-ciri atau karakteristiknya. Beberapa karakteristik atau ciri
penelitian tindakan kelas adalah:

1. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan oleh guru sendiri.


Sebagai pengelola dan pelaksana program di kelas, guru merupakan
seseorang yang paling banyak mengenal dan mengetahui persoalan-persoalan di
kelasnya sebagai tempat dia mengajar. Sebagai seorang pengelola dan pelaksana
program di kelas, guru bertanggung jawab mengelola mata pelajaran sesuai
dengan bidang studinya. Karena itu bersamaan dengan kegiatan mengajar, guru
juga melaksanakan perbaikan-perbaikan. Dengan kata lain, guru melakukan
tindakan-tindakan guna melakukan perubahan-perubahan yang berkenaan dengan
upaya menuju perbaikan pembelajaran. Upaya-upaya perbaikan pembelajaran
dengan melakukan langkah-langkah secara bertahap sesuai dengan siklus yang telah
ditentukan merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru sendiri.

2. Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan nyata di kelas


Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan praktis dan faktual.
Permasalahan faktual adalah permasalahan yang timbul dalam kegiatan
pembelajaran sehari-hari yang dirasakan atau dihadapi oleh guru. Permasalahan
yang diangkat bukanlah permasalahan yang diberikan orang lain sebagaimana
penelitian-penelitian lain pada umumnya.
Idealnya setiap guru memahami dan mengenal permasalahan yang dihadapi
di dalam proses pembelajarannya sehari-hari. Namun kenyataannya tidak semua
guru mengetahui dan menyadari
bahwa ada masalah dalam proses
pembelajaran yang dia lakukan.
Suyanto (1997), bahkan
mengemukakan bahwa tidak
semua guru mampu melihat
sendiri apa yang telah dilakukan
selama mengajar di kelas, sehingga tidak mustahil guru melakukan kekeliruan
selama bertahun-tahun dalam kegiatan mengajar. Karena itu dimungkinkan
keberadaan orang lain yang dapat melihat apa yang dikerjakan guru dalam proses
pembelajaran di kelas. Dengan kata lain dalam keadaan ini diperlukan orang lain
untuk melihat apakah diri guru tersebut melakukan kekeliruan atau
kekurangtepatan dalam kegiatan mengajar. Untuk keperluan ini guru dapat
meminta bantuan teman guru mata pelajaran sejenis untuk melihat pada waktu dia
mengajar dan memberikan balikan terhadap kegiatan yang dilakukannya. Selain
itu juga mungkin diperlukan dosen-dosen LPTK yang berperan guna membantu
melakukan refleksi dan memberikan masukan-masukan terhadap proses
pembelajaran yang dilakukannya.

3. Penelitian tindakan kelas mempersyaratkan adanya tindakan yang


berlanjut untuk memperbaiki proses pembelajaran
Adanya tindakan yang diarahkan untuk perbaikan pembelajaran
merupakan ciri mendasar yang selalu ada di dalam penelitian tindakan kelas.
Tindakan-tindakan ini harus dirancang atau direncanakan secara cermat. Bahkan
ciri inilah sesungguhnya yang menyebabkan penelitian ini dinamakan penelitian
tindakan kelas.

Jika ada upaya-upaya penelitian untuk mengekplorasi masalah-masalah


pembelajaran, akan tetapi tidak ada tindakan-tindakan tertentu yang dirancang
atau direncanakan untuk perbaikan pembelajaran tersebut, maka penelitian ini
hanya dapat dinamakan penelitian kelas. Tindakan-tindakan inilah yang
diimplementasikan dan selanjutnya dievaluasi untuk mengetahui apakah tindakan-
tindakan yang telah diimplementasikan tersebut dapat memecahkan permasalahan
yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran di kelasnya.

4. Adanya refleksi diri

Munculnya kesadaran pada diri


guru terhadap praktek pembelajaran
yang dilakukannya selama ini di kelas
mempunyai masalah yang perlu
diperbaiki. Dengan kata lain,
munculnya kesadaran dan kepedulian
guru terhadap perbaikan kualitas pembelajaran yang diprakarsai dari dalam diri
guru sendiri yang dalam penelitian tindakan disebut tahap refleksi. Kegiatan
refleksi merupakan awal dari munculnya masalah yang perlu dicari jawabannya
melalui penelitian tindakan kelas. Berbeda dengan penelitian biasa yang
mengumpulkan data dari lapangan atau objek sebagai responden, penelitian
tindakan kelas mempersyaratkan guru mengumpulkan data dari praktek
pembelajarannya sendiri melalui refleksi diri. Ini berarti guru mencoba mengingat
kembali apa yang dikerjakannya di dalam kelas, apa dampak suatu tindakan yang
dilakukannya bagi siswa, dan kemudian yang terpenting guru mencoba
memikirkan mengapa dampaknya seperti itu. Dari hasil renungan tersebut, guru
mencoba menemukan kelemahan dan kekuatan dari tindakan-tindakan yang
dilakukannya, kemudian mencoba memperbaiki kelemahan dan mengulangi
bahkan menyempurnakan tindakan yang belum baik.
Dengan mencermati secara seksama uraian di atas Anda akan dapat
membedakan antara penelitian biasa dan penelitian tindakan kelas, apa fungsi
utama dari penelitian tindakan kelas dan di mana penelitian tersebut dilaksanakan.

B. Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dan Non Penelitian Tindakan Kelas


Sebelum Anda lebih jauh mempelajari tentang perbedaan PTK dan Non
PTK, Anda akan diajak untuk memahami beberapa kajian tentang bagaimana
penelitian tindakan (action research) merupakan masalah yang sering dibicarakan
dalam konteks penelitian, khususnya penelitian dalam bidang pendidikan, lebih
khusus lagi dalam hal pengembangan proses pembelajaran di tingkat kelas atau
sekolah.

Penelitian tindakan dalam konteks perubahan sekolah, sebagai contoh,


misalnya di Inggris pada tahun 1990-an, dilakukan sebagai upaya mereformasi
kurikulum dengan memperkenalkan sistim pendidikan yang berbeda dari sistim
yang diberlakukan hampir dua puluh tahun terakhir di negara tersebut. Dalam
kaitan ini, beberapa hal yang perlu Anda ketahui dan pahami, antara lain sebagai
berikut:

1. Proses Awal terjadinya Action Research, dan Perbedaannya dengan


Research yang “Sebenarnya”
Elliot berpendapat bahwa secara implisit pergerakan reformasi kurikulum
berbasis sekolah (yang terjadi di Inggris) adalah memprovokasi bagi terjadinya
persepsi pembelajaran, pengajaran dan evaluasi, dimana guru harus memprakar-
sai adanya kegiatan-kegiatan kolaboratif dan bangkit dari kebiasaan-kebiasaan
tradisionalnya. Berangkat dari pendapat ini, maka dalam prakteknya kurikulum
pembelajaran tidak diambil berdasarkan teori-teori, akan tetapi dari apa yang
dihasilkan dan dilakukan oleh para guru itu sendiri berdasarkan hipotesis yang
diambilnya. Dengan berdasarkan pada data empiris dan pengaruh-pengaruh yang
dikumpulkannya, yang kemudian digunakannya sebagai alat bukti pendukung bagi
terbentuknya “teori baru” dalam konteks kelembagaan (sekolah) yang dapat
dipertanggungjawabkan (accountability). Dan, ilustrasi ini lah yang kemudian, oleh
kalangan akademisi dinamakannya sebagai “action research” atau penelitian
tindakan, bukannya sebagai “research” atau “penelitian yang sebenarnya”.

Secara singkat, kegiatan-kegiatan atau proses yang dilakukan guru


tersebut, yang kemudian disebutnya sebagai “penelitian tindakan” bagi upaya
proses mereformasi kurikulum, oleh Elliot diilustrasikan sebagai berikut:
1) Bahwa proses tersebut diprakarsai dengan tindakan guru dalam merespon
“situasi praktis” tertentu yang dihadapinya.
2) Bahwa “situasi” praktis tersebut merupakan aktifitas kurikulum tradisional
yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang dialami siswa.
3) Rencana inovasi menimbulkan kontroversi di kalangan pegawai, karena
mereka bertahan pada keyakinan lama terhadap praktek-praktek
pembelajaran, pengajaran, dan evaluasi.
4) Kemudian isu-isu “rencana inovasi” tersebut dijelaskan dan dicarikan
solusinya dalam suatu debat terbuka dan bebas di kalangan sekolah
(lembaga), dengan tetap memperhatikan adanya saling pengertian dan
toleransi.
5) Rencana perubahan tersebut dietapkan sebagai “hipotesis sementara”
(provisional hypotheses) yang akan diuji dengan praktek dalam lingkup
kelembagaan (sekolah), yang hasilnya akan dipertanggungjawabkan ke
seluruh pegawai sekolah.
6) Sehingga dengan demikian, maka manajemen pengembangan kebijakan
dan strategi kurikulum berjalan secara “bottom up” (dari bawah),
bukannya “top down” (dari atas).
Apa sesungguhnya yang dimaksudkan dengan penelitian tindakan (action
research), apa perbedaannya dengan penelitian (research) yang “sebenarnya” ?
Banyak lagi pertanyaan seputar penelitian lainnya, karena selama ini mungkin ada
yang beranggapan bahwa antara penelitian tindakan dengan penelitian tidaklah
mengandung banyak perbedaan, dimana keduanya dipersepsikan hampir dapat
disamakan atau nyaris sama.
Namun, setelah mengkaji dengan seksama pada bagian-bagian selanjutnya,
ternyata memang, didapatkan kejelasan bahwa antara keduanya ada “proses awal”
yang menjadikan “pembeda” antara penelitian tindakan dan penelitian. Dalam
penelitian tindakan proses awalnya ditengarai karena adanya “situasi praktis” dari
kondisi pembelajaran yang membosankan siswa dan memerlukan respon guru
untuk menyikapinya. Sementara penelitian “yang sebenarnya”, menurut Bogdan
dan Biklen (1990) adalah berangkat dari adanya “premis-premis” yang
mendahuluinya, dan kemudian dengan berdasarkan premis-premis tersebut lalu
dilakukan perumusan hipotesa untuk selanjutnya dilakukan kajian-kajian dan
kegiatan-kegiatan yang disebutnya sebagai research atau penelitian. Mereka
mendefinisikan action research (riset aksi/penelitian tindakan) sebagai:
“…kegiatan pengumpulan informasi secara sistematis yang dimaksudkan untuk
menghasilkan perubahan…”. Sementara itu, Mills (2000: 6) mendefinisikan
action research sebagai bentuk penelitian sistimatis yang dilakukan oleh guru,
kepala sekolah, penyuluh sekolah, atau pihak lain dalam lingkungan belajar-
mengajar, untuk mengumpulkan berbagai informasi seputar operasi sekolah,
bagaimana guru mengajar, dan bagaimana siswa belajar.
Penjelasan lebih lengkap tentang penelitian tindakan yang dikemukakan
oleh McNiff (1995:1) menyatakan bahwa; penelitian tindakan adalah merupakan
bentuk penelitian refleksi-diri (sel-reflevtive inquiry) yang dilakukan dan
digunakan sebagai upaya pengembangan kurikulum berbasis sekolah,
pengembangan profesional, peningkatan kinerja sekolah, dan sebagainya yang
melibatkan guru secara aktif dalam proses penelitiannya. Dengan demikian,
nampak kejelasan bahwa antara penelitian tindakan dengan penelitian “yang
sebenarnya”, dari segi setting tempat dan pelaku penelitiannya menunjukkan
adanya perbedaan, dimana setting penelitian tindakan (action research) dilakukan
di dalam kelas atau sekolah dan harus melibatkan guru sebagai peneliti, sementara
dalam penelitian (research) biasanya bisa saja dilakukan di dalam maupun di luar
kelas /sekolah dan tidak harus melibatkan guru sebagai peneliti.
Untuk melengkapi pemahaman tentang beberapa hal yang menjadikan/
menimbulkan perbedaan antara penelitian tindakan (action research) dengan
penelitian (research), disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.1
Perbedaan Antara Research dan Action Research

Apa ? Research Action Research (Penelitian


(Penelitian) Tindakan)
(What ?)
Siapa? Dilakukan di universitas oleh Dilakukan oleh guru dan
(Who ?) profesor dan mahasiswa pada kepala sekolah pada siswa
kelompok eksperimen dan dalam kepentingan mereka.
kontrol.
Dimana ? Dalam lingkungan dimana ter- Di sekolah (dalam ruang
(Where ?) dapat variabel-variabel yang kelas).
dapat dikontrol.
Bagaimana Menggunakan metode kuanti- Menggunakan metode kualitatif
(How ?) tatif untuk menunjukkan dan untuk mendeskripsikan apa yang
meramalkan tingkat signifikansi terjadi dan untuk memahami
statistik hubungan sebab-akibat efek-efek dalam intervensi suatu
antara variabel-variabelnya. sistim pendidikan.
Mengapa ? Melaporkan dan mempublika- Melakukan tindakan dan mem-
(Why ?) sikan apa yang digeneralisasi- pengaruhi perubahan pendi-
kan dari sampel penelitian dikan yang positif dalam
pada populasi yang lebih luas/ lingkungan sekolah tertentu.
besar.

Sumber: Geoffry E. Mills, Action Research: A Guide for The Teacher


Researcher (2000:5)

Dalam hal metode yang digunakan, nampaknya terdapat berbedaan


pendapat antara Mills dan Elliot, dan Bogdan & Biklen. Dimana Mills
berpendapat bahwa dalam penelitian (research) lebih ditekankan pada
penggunaan metode kuantitatif, sementara dalam penelitian tindakan (action
research) lebih ditekankan penggunaan metode kualitatif. Sementara itu Elliot
(1998: 67-89), dan Bogdan & Biklen (1990: 286) berpendapat bahwa baik metode
kuantitatif maupun metode kualitatif, kedua-duanya dapat dipergunakan dalam
action research, tergantung “selera” pelaku / peneliti itu sendiri.

2. Hal-hal yang mendasari pelaksanaan Action Research


Tujuan utama dilakukannya penelitian tindakan (action research) menurut
Elliott (1998: 49) adalah bukan untuk meningkatkan pengetahuan guru, akan
tetapi untuk meningkatkan kinerjanya (praktek pembelajaran). Hasil dan
kelengkapan pengetahuan yang diperoleh dalam proses action research, jelas
Elliott selanjutnya, adalah disumbangkan dan dikondisikan untuk mendukung
tercapainya tujuan utama tersebut. Penelitian---termasuk di dalamnya adalah
action research---haruslah dipandang sebagai sesuatu yang dilakukan oleh guru,
akan tetapi bukan untuk guru (Mills, 2000: 8).
Berangkat dari konsep tujuan sebagaimana dijelaskan Elliot---dan secara
implisit juga dikemukakan oleh Mills---sebagaimana tersebut di atas, nampaknya
dalam penelitian tindakan ini lebih dikedepankan tentang “proses” yang harus
difahami oleh peneliti, bukannya hasil berupa pengetahuan seputar penelitian
tindakan itu sendiri. Kendatipun diakui bahwa pengetahuan tentang penelitian
tindakan juga diperlukan, akan tetapi sebagai sarana penunjang bagi keberhasilan
proses dan pengkondisian pembelajaran yang dilakukan guru. Temuan-temuan
praktis yang diperoleh guru dalam proses pembelajaran dipergunakan untuk
pengambilan keputusan bagi terciptanya perubahan yang diharapkan. Sementara
itu, Mills dalam bukunya ‘Action Research; A Guide for the Teacher Researcher’
(2000: 6), secara lebih lengkap mengemukakan bahwa penelitian tindakan
dilakukan dengan tujuan untuk pencapaian pemahaman (insight),
mengembangkan praktek yang reflektif, mempengaruhi perubahan positif dalam
upaya memperbaiki hasil belajar siswa dan kehidupannya.
Tidak jauh berbeda dengan beberapa pendapat tersebut, McNiff dalam
bukunya ‘Action Research: Principles and Practice’ (1995:2) juga menyatakan
bahwa penelitian tindakan adalah merupakan cara mengkarakteristikkan
serangkaian kegiatan yang didesain sedemikian rupa untuk meningkatkan kualitas
pendidikan yang pada hakikatnya merupakan cara efektif dalam bentuk program
refleksi-diri yang ditujukan untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan.
Dari pendapat para ahli seputar tujuan dilakukannya penelitian tindakan
khususnya di sekolah (kelas), dapat disimpulkan bahwa pada intinya penelitian
tindakan dilakukan dengan tujuan untuk “menciptakan” atau “mengkondisikan”
adanya perubahan proses pembelajaran yang lebih baik dan lebih berdayaguna
(efektif) daripada kondisi-kondisi yang ada sebelumnya.
Untuk mencapai terciptanya kondisi seperti yang diharapkan tersebut,
maka Elliot mengemukakan adanya beberapa karakteristik pokok dari penelitian
tindakan (action research) yang diasumsikan sebagai hal-hal yang mendasari
pelaksanaannya, seperti:
a. Bahwa kegiatan pembelajaran, penelitian kependidikan, pengembangan
kurikulum, dan evaluasi adalah merupakan faktor-faktor integral dalam proses
penelitian tindakan
b. Tujuan utama penelitian tindakan adalah untuk meningkatkan kenerja yang
praktis, bukannya memproduksi pengetahuan.
c. Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk alternatif untuk menjelaskan
refleksi etis dari suatu program pembelajaran yang direncanakan.
d. Oleh karena itu, maka penelitian tindakan harus menetapkan suatu resolusi
atau jalan keluar atas munculnya permasalahan antara teori-praktik yang
dihadapi guru.
e. Penelitian tindakan mempersatukan proses-proses yang seringkali dianggap
“berbeda”, seperti; pembelajaran, pengembangan kurikulum, evaluasi,
penelitian kependidikan, dan pengembangan profesional.
f. Penelitian tindakan juga harus mengintegrasikan pembelajaran dan
pengembangan guru, pengembangan kurikulum dan evaluasi, penelitian dan
refleksi filosofis, ke dalam satu konsepsi yang merefleksikan kinerja
pendidikan.
g. Penelitian tindakan dilakukan tidak untuk memberdayakan guru sebagai
“menempatkan fungsi individualnya terpisah dari yang lainnya”. Dalam hal ini
harus diingat bahwa penelitian tindakan bagi guru adalah sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas pengalaman belajar siswa yang terstruktur dalam
kurikulum agar dapat direfleksikan dalam bentuk paedagogis.

Karena itu, bagaimanapun, jelas Elliot lebih lanjut, maka dalam penelitian
tindakan haruslah mencakup proses transformasi budaya profesionalisme dalam
“diri guru” yang mendorong terciptanya kolaboratisme pengalaman dan persepsi-
--siswa, orang tua, dan pekerja---terhadap peningkatan kinerja dan tugas-tugasnya.
Mendukung pemikiran Elliot, McNiff (1995: 3-9) juga mengelaborasikan
adanya landasan filosofis (pemikiran) bagi pelaksanaan action research,
diantaranya McNiff mengemukakan bahwa oleh karena penelitian tindakan
diaplikasikan di dalam kelas sebagai suatu bentuk pendekatan peningkatan
pendidikan melalui adanya proses perubahan, maka guru harus hati-hati dan kritis
dalam mempraktekkannya, serta harus “disiapkan” dengan perubahan itu sendiri.
Penelitian tindakan yang dilakukan di kelas /sekolah haruslah lebih persuasif, relevan
dan menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi guru dan koleganya (Mills, 2000: 8)
Berdasarkan pendapat dan pemikiran para ahli tersebut, maka dapat disim-
pulkan bahwa dalam melakukan penelitian tindakan, tidak boleh terlepas dari koridor
dan konteks proses peningkatan pembelajaran di sekolah dalam pengertian yang
sempit, dan proses peningkatan pendidikan secara umum dalam pengertian yang luas.

3. Dilema yang Dihadapi Guru dalam Melakukan Penelitian Tindakan dan


Upaya Mengatasinya

Elliot mengemukakan pengalamannya bahwa ketika melakukan penelitian


di sekolahnya, berbagai “resolusi”
yang ditawarkan pada
kenyataannya “tidak
membantunya” dalam penelitian
tersebut. Hal ini dikarenakan
masih kuatnya status quo
kebiasaan/budaya guru. Oleh
karenanya ia menggarisbawahi
perlunya cara-cara yang dilakukan guru sebagai peneliti untuk mencari jalan
keluar seandainya dirinya selaku peneliti (inside reseacher) harus memainkan
perannya sebagai trasnformator terkondisikannya budaya baru di sekolahnya.
Untuk menjustifikasi pengalamannya, Elliot menguatkannya dengan
alasan yang dikemukakan oleh Simon (dalam Elliot, 1998: 56) bahwa
“…popularitas dari evaluasi yang dilakukan sendirian di sekolah mengindikasikan
terbentuknya anggapan ingin membedakan pandangan idiologis”. Selanjutnya
Simon juga mengemukakan bahwa manakala akan melakukan sesuatu yang belum
terbiasa di sekolah, harus bersiap-siap menghadapi adanya “pertentangan nilai”
(clash of values) seperti masalah-masalah privacy (hal-hal pribadi), territority
(kewenangan), dan hierarchy (hirarki).
Selanjutnya Elliot (1991) juga mengidentifikasi beberapa dilema yang sering
muncul dalam proses pelaksanaan penelitian tindakan seperti dalam hal:
1) Memberdayakan siswa untuk mengkritisi profesionalisme kinerja guru.
2) Pengumpulan data.
3) Sharing data dengan teman sejawat, baik yang di dalam maupun di luar
lingkungan sekolahnya.
4) Guru sebagai peneliti di sekolah cenderung memilih metode
pengumpulan data kuantitatif---melalui kuesioner misalnya---untuk
maksud-maksud yang seharusnya dilakukan dengan metode kualitatif---
seperti melakukan observasi naturalistik dan wawancara misalnya,
karena dalam metode kualitatif melibatkan situasi personal yang terasa
sulit dipisahkan dari posisi dan perannya sebagai peneliti di sekolah.
5) Guru sebagai peneliti, cenderung menolak untuk memproduksi studi
kasus terhadap apa yang dilakukannya.
6) Masalah penentuan waktu penelitian sepenuhnya ditentukan oleh guru
selaku peneliti.
Demikianlah beberapa dilema besar yang dihadapi guru manakala ia
melakukan penelitian tindakan di sekolahnya sendiri) untuk memprakarsai adanya
perubahan kurikulum di sekolah
Diakui memang, bahwa untuk mengadakan suatu perubahan atau
reformasi, khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran di suatu sekolah
(kelas), banyak sekali faktor-faktor “etis” berkaitan dengan “nilai” (values) yang
menimbulkan dilema bagi para guru sebagai peneliti.
Namun, sebagai antisipasi terhadap dilema tersebut, Elliot (1991: 67) juga
memberikan beberapa cara, diantaranya ia menyatakan bahwa guru---khususnya
yang berpendidikan lebih tinggi---sebagai pendidik tentunya dapat berbuat banyak
untuk mendorong dan menegakkan tumbuh-kembangnya “refleksi budaya
profesionalisme” di sekolah. Maka, dengan menekankan pentingnya metodologi
refleksi-diri sebagai cara untuk menstransformasikan budaya profesionalisme di
sekolah, niscaya keberadaan berbagai dilema sebagaimana disebutkan di atas
dapat diatasinya dengan baik.

Demikian halnya dengan konsep ‘Democratic Case Study’ yang


dikemukakan oleh MacDonald (1974) yang dijadikan alasan oleh Simon (1985),
sebagaimana dikutip oleh Elliot (1991: 67), juga dapat dipraktekkan guru selaku
insider dalam action research sebagai metodologi empiris-kualitatif bagi
teratasinya masalah status quo, privacy, dan territoriality di sekolah. Dimana
dalam mempraktekkan konsep democratic case study tersebut haruslah mencakup
terjaminnya kerahasiaan informasi “pribadi”, dan terbinanya negosiasi untuk
dapat menerima dan mengeluarkan pendapat/informasi dari setiap individu.
Untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya dilema---implikasi realitas
yang dihadapi peneliti dan obyeknya---dalam suatu penelitian yang menghendaki
terjadinya proses perubahan (dalam hal pembelajaran, misalnya), Michael G.
Fullan dan Suzanne dalam bukunya ‘The Meaning of Educational Change’ (1991)
mengemukakan pendapatnya, yaitu dengan memberikan “pesan etis” berupa enam
hal yang harus diperhatikan ketika melakukan observasi penelitian, yaitu:
1) Kemukakan rencana-rencana perubahan secara jelas;
2) Fahami kegagalan yang terjadi dari penelitian/perubahan sebelumnya;
3) Bimbinglah untuk memahami adanya perubahan yang diharapkan secara alami;

4) Penyataan dari status quo;


5) Kedalaman perubahan; dan
6) Pertanyaan penilaian.

Masih dalam hal “etika” yang harus dipunyai peneliti untuk menghalau
kemungkinan dilema yang muncul dalam penelitian yang dilakukannya, Jack R.
Fraenkel dan Norman E. Wallen dalam bukunya ‘ How To Design and Evaluate
Research in Education’ (1993) menganjurkan kepada peneliti agar
memperhatikan tiga prinsip etika yang sangat penting yaitu: melindungi partisipan
penelitian dari rasa takut/bahaya; dukungan data yang meyakinkan bagi
diperlukannya penelitian; dan dihindarkan adanya pertanyaan-pertanyaan yang
“menipu”. Mendukung pendapat Fraenkel dan Wallen tersebut, Keith F. Punch
dalam bukunya ‘Introduction to Sosial Research: Quantitative and Qualitative
Approaches’ (1998) menambahkan bahwa jalan terbaik untuk membuat kejelasan
penelitian adalah mendeskripsikan apa yang akan ditelitinya, sambil
menjelaskan mengapa atau bagaimana penelitian itu dilakukan.

4. Implikasi PenelitianTindakan terhadap Perubahan Kurikulum dan Kebijakan


Pemerintah
Keberadaan action research, menurut John Elliott, setidak-tidaknya
memberikan nilai tambah bagi upaya perbaikan proses pendidikan secara
umum, karena diyakini bahwa action research memberikan implikasi positif
dalam mengembangkan budaya “profesionalisme” guru khususnya dalam
mencari dan mengembangkan pola-pola pembelajaran yang up to date,
berdaya dan berhasil guna, menarik dan tidak membosankan bagi siswa,
sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan mutu keberhasilan siswa
dalam belajar di sekolah.

Penelitian tindakan diyakini dapat memberikan implikasi positif


terhadap proses pendidikan. Hal ini mengindikasikan bahwa penelitian
tindakan (action research) merupakan:

a. Kegiatan kreatif yang cocok dan dan sangat mungkin dilakukan guru.
b. Bentuk pendekatan yang dapat mencarikan solusi dari keadaan yang
ambiguity (keragu-raguan).
c. Bentuk pendekatan peningkatan idiologis yang dapat dilakukan.
d. Memungkinkan terlaksananya praktek mempengaruhi yang bisa
diterima/ diperhitungkan (counter-hegemonic); karena:
1) Action research menfokuskan pada upaya untuk mengidentifikasi,
mengklarifikasi, dan mencarikan solusi masalah yang dihadapi
guru sehubungan dengan praktek pengajarannya.
2) Action research mencakup makna/fungsi dan hasil dari kerja sama
(reflective on means and ends).
3) Action research merupakan praktek refleksi/spontanitas.

4) Action research mengintegrasikan teori ke dalam praktek.


5) Action research melibatkan proses dialog sesama guru.

Whitehead (1989) sebagaimana dikutip oleh Elliot (1995:108) bahkan


berkeyakinan bahwa situasi-kondisi penelitian tindakan sebagaimana
disebutkan tersebut secara tidak disadari memberikan implikasi terhadap
guru untuk mema-hami diri (self-understanding), yaitu ia jadi tahu
perkembangan profesional dirinya.

Penelitian tindakan merupakan stimulus tambahan dalam


pengembangan budaya profesionalisme reflektif dan sangat dimungkinkan
sebagai bentuk upaya kreatif untuk mempengaruhi pengambil kebijakan
pendidikan (pemerintah), khususnya sehubungan dengan bagaimana
seharusnya menanggapi budaya profesionalisme guru.

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa action research


merupakan salah satu solusi yang kreatif bagi guru untuk meningkatkan
kinerjanya dalam proses pembelajaran siswa yang lebih berhasil guna dan
up to date dengan perkembangan dan perubahan situasi dan kondisi yang
terjadi di lingkungannya.

Proses pembelajaran yang kreatif pada dasarnya akan sangat


tergantung kepada faktor “kemauan” dan “kepiawaian” guru untuk
mengembangkan dirinya melalui berbagai aktifitas belajar, mencari
informasi, mau bekerja sama, meneliti (seperti melakukan action research),
dan berbagai aktifitas “progresif” lainnya untuk mengembangkan
profesionalisme dalam proses pembelajaran siswa-siswanya di sekolah. Dari
kreatifitas-kreatifitas inilah, nantinya akan memunculkan “kebutuhan” dan,
bahkan, “keharusan” adanya perubahan/ reformasi dari situasi lama yang
tradisional ke situasi baru yang lebih profesional. Sehingga pada gilirannya,
perubahan-perubahan yang pada awalnya dirasakan dan terjadi hanya pada
tingkat mikro (dalam lingkup sekolah/kelas) tersebut pun berujung pada
diperlukan adanya perubahan kurikulum pada tingkat makro (dalam
lingkup wilayah atau negara). Dengan demikian, maka apa yang
dikemukakan Elliott dalam penjelasan dan pendapatnya tentang implikasi
action research terhadap perubahan kurikulum dan kebijakan pemerintah
kita pun merasa bahwa hal yang semacam itu pun bisa berlaku di negara
mana pun, termasuk di Indonesia.

Sependapat dengan Elliott dan McNiff (1995:71-72) juga menyatakan


bahwa implikasi dari penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di kelas
atau sekolah; diantaranya adalah bahwa; (1) berfikir tentang akan adanya
perubahan yang terjadi, dan (2) mempengaruhi kemauan politik
(pemerintah). Karena, menurut McNiff, bahwa penelitian tindakan adalah
merupakan kegiatan politis yang dilakukan untuk menuju suatu perubahan
(khususnya dalam bidang pendidikan). Dan untuk melakukan perubahan
itu sendiri bisa dimulai dari orang-orang yang terlibat dan berada pada
tingkat yang menentukan dalam sistim pendidikan itu. Karena konteks
pembelajaran juga memiliki pengaruh besar bagi keberhasilan pendidikan
secara umum. Target akhir dari penelitian tindakan itu sendiri adalah
untuk meningkatkan kehidupan siswa dan guru melalui perubahan
kependidikan (Mills, 2000: 123).

Setelah menyimak dan memahami perbedaan antara penelitian


(research) dengan penelitian tindakan (action research), Anda diajak untuk
memahami perbedaan antara penelitian tindakan kelas (PTK) dan
penelitian tindakan bukan penelitian tindakan kelas (NON PTK). Untuk
memperoleh kejelasan mengenai perbedaan antara kedua penelitian
tersebut, dapat dilihat perbandingannya seperti tampak dalam tabel di
halaman berikut.

Tabel 3.2

Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dan Bukan Penelitian Tindakan


Kelas
No Aspek PTK Non PTK

1 Peneliti Guru Orang luar


2 Rencana penelitian Oleh guru (mungkin Oleh peneliti
dibantu orang luar)

3 Munculnya masalah Dirasakan oleh guru Dirasakan oleh orang


(mungkin dengan luar
dorongan orang lain)

4 Ciri utama Ada tindakah untuk Belum tentu ada


perbaikan yang berulang tindakan berulang
5 Peran guru Sebagai guru dan peneliti Sebagai guru (subjek
penelitian)

6 Tempat peneltian Kelas Kelas

7 Proses pengumpulan Oleh guru sendiri atan Oleh peneliti


data bersama orang lain
8 Hasil penelitian Langsung dimanfaatkan Menjadi milik
oleh guru, dan dirasakan peneliti, belum tentu
oleh kelas dimanfaatkan oleh
orang lain.
Sumber: Penelitian Tindakan Kelas (UT, 2003:18)
Bertolak dari perbedaan antara penelitian tindakan kelas (PTK) dan bukan
penelitian tindakan kelas (Non PTK) sebagaimana disajikan dalam tabel di atas,
tampaknya semakin jelas, penelitian tindakan kelas dilaksanakan oleh guru.
Pertanyaannya adalah mengapa harus guru sebagai peneliti, pada hal tugas selain
sebagai pendidik dan pembimbing adalah melaksanakan tugas mengajar. Anda
mungkin bertanya-tanya, kalau demikian tugas guru semakin bertambah berat.
Jawaban atas petanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Anda tersebut,
dapat dijelaskan dengan mengaitkannya dengan isu-isu seputar profesionalisme,
praktik pembelajaran di kelas, kontrol sosial terhadap guru, serta kemanfaatan
penelitian pendidikan itu sendiri dalam meningkatkan kemampuan guru dalam
menjalankan tugas profesioanalnya sebagai bagian dari tenaga kependidikan.
Sekurang-kurang ada dua argumentasi yang dapat menjelaskan mengapa
guru sebagai peneliti tindakan kelas yang dikemukakan oleh Hopkins (1993)
sebagaimana disadur oleh Wardani dkk (2003: 1.10) yaitu:
Pertama, guru yang baik perlu punya otonomi dalam melakukan penilaian
profesional, sehingga sesungguhnya, ia (guru) tidak perlu diberitahu apa yang
harus dia kerjakan. Ini bukan berarti guru tidak dapat menerima masukan atau
saran dari orang luar. Meskipun masukan dari orang luar itu penting, tetapi
gurulah yang menerima dan menentukan penilaian profesioanal (professional
judgement) sesuai dengan kelas dimana praktik pembelajaran terjadi.
Kedua, ketidaktepatan paradigma penelitian formal/biasa dengan upaya
berbantuan peningkatan kinerja guru yang diharapkan untuk memperbaiki proses
dan praktik pembelajaran oleh guru di kelasnya. Karena itulah, guru yang paling
tahu kemampuan dan kinerjanya sendiri melalui berpikir reflektif (reflectif
thinking). Selain dua argumentasi yang dikemukan Hopkins tersebut, dapat
dikemukakan argumentasi lain, yaitu: dalam praktik pembelajaran, gurulah yang
lebih tahu kondisi nyata mengenai proses dan hasil pembelajaran bagi murid
(peserta didik) di kelasnya.

Latihan:
Setelah Anda mengkaji materi yang dipaparkan dalam subunit ini,
selanjutnya untuk memantapkan pemahaman Anda, kerjakan latihan berikut!
1. Idealnya setiap guru memahami dan mengenal permasalahan yang dihadapi di
dalam proses pembelajarannya sehari-hari. Namun kenyataannya tidak semua
guru mengetahui dan menyadari bahwa ada masalah dalam proses pembelajaran
yang dia lakukan. Anda diminta membuktikan pernyataan itu dengan
melakukan pengamatan guru bidang studi mengajar dan setelah itu lakukan
wawancara kepada guru tesebut. Hal ini ditujukan kepada guru bidang studi
yang sebagian besar dari seluruh murid kelasnya nilai rata-rata hasil ulangan
harian mata pelajaran yang diajarkan oleh guru yang bersangkutan rata-rata
dibawah nilai 6. Apa yang telah guru tersebut lakukan dan bagaimana ia harus
memperbaiki proses pembelajaran di kelasnya.
2. Berdasarkan data hasil ulangan umum rata-rata nilainya lebih rendah dari mata
pelajaran lainnya. Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan murid nilainya
rendah pada mata pelajaran tersebut ditinjau dari guru dan murid. Informasi atau
data yang diperoleh Anda diskusikan dengan teman-teman Anda. Buat
pemetaan masalah dengan memberikan solusi disertai alternatif-alternatif
pemecahannya.

Petunjuk penyelesaian latihan:


1. Himpun data-data tentang nilai ulangan bidang studi yang diajarkan guru di
SD sesuai dengan kurikulum yang berlaku (KTSP). Setelah itu, telaah standar
isi KTSP. Lihat indikator pencapaian tujuan pembelajaran yang terkait dangan
kompetensi dasar (KD) dan standar kompetensi pokok bahasan/ subpokok
bahasan dari mata pelajaran yang nilai ulangan hariannya rendah (hasil tes
formatif). Lakukan diskusi dengan guru mata pelajaran dan beberapa orang murid
yang nilai ulangan hariannya rendah tentang proses belajar-mengajar di kelas.
2. Himpun nilai-nilai ulangan umum siswa kelas V SD. Anda diminta
menemukan mata pelajaran yang nilainya rata-rata rendah. Lakukan
pengamatan proses belajar mengajar di kelas, setelah itu lakukan wawancara:
kepada guru tersebut dan beberapa orang murid setelah mengikuti mata
pelajaran dan diskusikan bersama teman Anda mengenai informasi atau data
untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang faktor-faktor yang
menyebabkan nilai rata-rata siswa rendah.
RANGKUMAN
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang sistematis yang
dilakukan oleh guru pada kelasnya sendiri untuk memperbaiki proses
pembelajaran dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan-
tindakan tersebut.
Karakteristik dari penelitian tindakan kelas, yaitu: (1) penelitian tindakan
kelas dilaksanakan oleh guru sendiri; (2) penelitian tindakan kelas berangkat dari
permasalahan nyata di kelas; (3) penelitian tindakan kelas mempersyaratkan
adanya tindakan yang berlanjut untuk memperbaiki proses pembelajaran
dan (4) adanya refleksi diri.
Penelitian tindakan diyakini dapat memberikan implikasi positif
terhadap proses pendidikan. Hal ini mengidikasikan bahwa penelitian
tindakan (action research) merupakan: (1) kegiatan kreatif yang cocok dan
dan sangat mungkin dilakukan guru; (2) bentuk pendekatan yang dapat
mencarikan solusi dari keadaan yang ambiguity (keragu-raguan); (3)
bentuk pendekatan peningkatan idiologis yang dapat dilakukan; dan (4)
memungkinkan terlaksananya praktek mempengaruhi yang bisa
diterima/diperhitungkan (counter-hegemonic); karena:

1) Penelitian tindakan menfokuskan pada upaya untuk mengidentifikasi,


mengklarifikasi, dan mencarikan solusi masalah yang dihadapi guru
sehubungan dengan praktek pengajarannya;

2) Penelitian tindakan mencakup makna/fungsi dan hasil dari kerja


sama (reflective on means and ends);

3) Penelitian tindakan merupakan praktek refleksi/spontanitas;

4) Penelitian tindakan mengintegrasikan teori ke dalam praktek;

5) Penelitian tindakan melibatkan proses dialog sesama guru.

Ada enam hal yang harus diperhatikan peneliti agar memberikan kesan etis
ketika melakukan observasi, yaitu:
1) Kemukakan rencana-rencana perubahan secara jelas;
2) Fahami kegagalan yang terjadi dari penelitian/perubahan sebelumnya;
3) Bimbinglah untuk memahami adanya perubahan yang diharapkan secara
alami;
4) Penyataan dari status quo;
5) Kedalaman perubahan; dan
6) Pertanyaan penilaian.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1989). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.


Jakarta: Benua.
Elliot, J. ( 1991). Action Reseach for Education Change. Philadelphia: Open
University Press.
Faisal, Sanafiah. (1982). Metode Penelitian Pendidikan. Surabaya. Usaha
Nasional.
Hardjodiputro, S. (2000). Action Research Papers. Universitas Negeri Jakarta.
Hopkins, D. (1993). A Teacher’s guide to Classroom Reseach. Buckingham:
Open University Press.
McMillan, J.H dan Schumacher, S. (2001). Research in Education: A Conceptual
Intro-duction (5th ed.). US, Longman.Inc.
Mc. Taggar, R. (1991). Action Reseach: A Short Modern History. Geelong,
Victoria: Deakin University Press.
Mills Geoffrey, E. (2000). Actioan Research: A Guide for The Teacher Reseacher
New Jersey. Colombus, Ohio: Merrill, an Imprint Prentice Hall.
Nawawi, Hadari. (1983). Metode Pendidikan Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Oja Sharon, N.,Smulyan, L. (1989). Vollabotrative Action Reseach; A
Developmen Approcah. Social Reseach and Aducation studies Series: 7
London, New York, Philadelphia: The Falmers Press.
Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta. Bumi Aksara.
Syaodih. N. S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Rosda.
Wardani, I G.A.K, dkk. (2003). Hakikat Penelitian Tindakan Kelas. Buku Materi
Pokok Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.
GLOSARIUM

Berfikir reflektif (reflektive thingking): proses pemecahan masalah melalui


langkah mengidentifikasi, merumuskan, membatasi masalah, merumuskan
hipotesis, mengumpulkan dan menganalisa data, serta menguji hipotesis.
Daur PTK: langkah PTK yang selalu berulang sampai tujuan perbaikan.
Identifikasi masalah : mengenal dan atau menandai gejala yang muncul untuk
dikaji.
Inkuiri (inquiry) : diartikan penelitian atau penyelidikan.
Kolaborasi : kerjasama yang dilakukan berdasarkan kemitraan yang saling
belajar-membelajarkan sesama anggotanya.
Komitmen : kesetiaan yang didasarkan rasa tanggung jawab pada apa yang telah
disepakati.
Kurikulum (curriculum) : semua pengalaman yang dilakukan siswa yang
dirancang, diarahkan, diberikan dan dipertanggungjawabkan oleh sekolah,
dalam tahap rancangan, pelaksanaan maupun pengendaliannya.
Penelitian berpikir reflektif (self-directive inquiry): penelitian yang
mengandalkan kemampuan untuk melakukan refleksi (merenungkan)
Pertimbangan profesional (professional jaudgment): pertimbangan yang bersifat
profesional,bukan berdasarkan suka tidak suka.
Refleksi (reflection): pantulan, dalam hal ini mengingat kembali kejadian lampau
mencari jawaban mengapa itu terjadi
Reformasi kurikulum : mengkaji ulang kurikulum untuk suatu perubahan baik
perbaikan maupun peningkatan kualitas pendidikan melalui penelitian
tindakan.
Simultan : Serentak, bersamaan merespons suatu gejala atau peristiwa.
Unit 4
PERAN GURU SEBAGAI PENGAJAR DAN PELAKSANA PTK

PENDAHULUAN
Sebagaimana Anda ketahui bahwa tugas utama guru adalah mendidik dan
mengajar. Sebagai pengajar, guru dihadapkan pada tuntutan profesi untuk
melakukan upaya perbaikan atas kekurangan-kekurangan dalam melaksanakan
tugasnya. Secara empiris, guru yang berpengalaman mengajar tidak menyadari
bahwa dia telah melakukan sejumlah kegiatan tambahan yang tidak tercantum
dalam satuan pelajaran, yang merupakan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas.
Pada Unit ini Anda akan diajak untuk mempelajari secara cermat tentang
bagaimana guru menjalankan tugasnya sebagai pengajar dan peneliti. Dalam unit
ini juga akan diuraikan pelaksanaan penelitian tindakan di kelas, di mana guru
sebagai peneliti menerapkan desain tindakan yang telah dituangkan dalam
perencanaan awal rencana pembelajaran, untuk selanjutnya melakukan observasi
dan refleksi terhadap kegiatan mengajar di kelas. Hasil penelitian tersebut
digunakan sendiri untuk memperbaiki berbagai aspek yang kurang tepat yang
ditemukan selama proses pembelajaran di kelas.

Setelah mempelajari materi dalam unit ini Anda diharapkan mampu


melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam rangka perbaikan proses
pembelajaran di kelas. Kompetensi yang diharapkan setelah mempelajari modul
ini antara lain agar Anda mampu:

1. melakukan persiapan untuk menjalankan tugas sebagai pengajar dan peneliti;


2. melakukan kegiatan pembelajaran di kelas dalam menjalankan tugas sebagai
pengajar dan peneliti;
3. mengumpulkan informasi selama pembelajaran di kelas untuk keperluan
Penelitian Tindakan Kelas
4. mengetahui kekurangan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran; dan
5. menyiapkan alternatif-alternatif untuk memperbaiki kekurangan kegiatan
pembelajaran secara langsung;
Setelah mengkaji secara saksama uraian materi pada unit ini, selanjutnya Anda
diminta untuk mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat di masing-masing sub unit,
membaca rangkuman, dan mengerjakan soal-soal tes formatif yang disediakan di
bagian akhir tiap-tiap subunit. Pedoman jawaban latihan telah tersedia pada masing-
masing subunit, demikian halnya kunci jawaban tes formatif juga telah disediakan di
bagian akhir unit ini. Namun demikian, Anda diminta untuk menjawab soal-soal latihan
dan soal-soal tes formatif secara mandiri terlebih dahulu sebelum mencocokkannya
dengan pedoman jawaban latihan ataupun kunci jawaban tes formatif yang telah
disediakan.

Selamat belajar, semoga sukses!

SUBUNIT 1

Kegiatan Guru dalam Proses Belajar-Mengajar


Dalam melakukan tugas utamanya dalam mendidik dan mengajar, guru
dihadapkan pada tuntutan profesi untuk melakukan upaya perbaikan atas
kekurangan-kekurangan dalam melaksanakan tugasnya. Dalam konteks ini guru
telah melaksanakan tugas sebagai pengajar dan sekaligus pelaksana PTK. Berikut
ini akan dikemukakan tugas guru, mulai dari persiapan, pelaksanaan pembelajaran
sampai penilaian pembelajaran.

Bagian subunit ini, Anda akan mempelajari tentang kegiatan guru dalam
menjalankan tugasnya sebagai pengajar dan pelaksana

A. Mengapa Guru sebagai Peneliti Tindakan Kelas ?

Penelitian tindakan merupakan kegiatan yang potensial dalam


mempengaruhi perubahan pendidikan. Penelitian tindakan dapat membantu
mengembangkan guru secara profesional yang mencakup tindakan, kemajuan, dan
pembaharuan. Di samping itu, proses penelitian tindakan kelas mengajarkan
pendekatan yang demokratis untuk membuat keputusan, dan dapat
memberdayakan guru melalui partisipasi dalam kegiatan yang kolaboratif, dan
penelitian yang bertanggung jawab secara sosial (bersama).
Komitmen terhadap penelitian tindakan akan memposisikan guru dan
administrator sebagai pembelajar daripada sebagai ahli. Komitmen ini akan
berimplikasi pada pelaksanaan pengembangan profesional secara berkelanjutan,
karena guru percaya bahwa ada gap (pemisah) antara dunia nyata (proses
pembelajaran) yang dihadapi mereka sehari-hari dan visi praktek pembelajaran
yang ideal.
Peranan guru dalam penelitian tindakan adalah untuk memperbaiki mutu
pembelajaran, yang akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini
memberikan suatu gambaran bahwa sebagai peneliti, guru harus memahami
kurikulum sesuai dengan tugasnya sebagai pengembang kurikulum melalui
peningkatan mutu pembelajaran di kelas.
Disamping itu, Elliott, (1991) menjelaskan bagaimana seharusnya guru
melaksanakan penelitian tindakan untuk pembaharuan pendidikan (action
research for educational) dan memainkan peranannya sebagai peneliti pendidikan
dengan munculnya rangkaian reformasi pendidikan/pembaharuan pendidikan
dalam kurikulum pembelajaran terpadu, pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik dan pembelajaran yang berorientasi pada proses.
Secara garis besar ada dua permasalahan utama yang dihadapi oleh guru
dalam melaksanakan kurikulum yang ada di sekolah yaitu:
• Bagaimana cara mengembangkan kurikulum dan mengarahkan guru agar
pembelajaran yang berlangsung di sekolah sesuai dengan target yang
hendak dicapai dalam kurikulum atau pembelajaran.
• Bagaimana agar acuan kurikulum yang berasal dari pusat dapat
dikembangkan sedemikian rupa, sehingga tepat untuk disampaikan kepada
peserta didik.

Pada prakteknya, pemisahan matapelajaran tertentu telah menjadikan


peserta didik untuk memilah-memilah dan memisahkan matapelajaran tersebut
yang menyebabkan munculnya kesenangan peserta didik terhadap matapelajaran
tertentu saja. Banyak guru terjebak dengan pencapaian target jumlah suatu materi
yang telah ditetapkan untuk jangka waktu tertentu, tetapi mengabaikan materi lain
yang terkait. Sebagai contoh, matapelajaran Bahasa Inggris mencantumkan target
penguasaan tata bahasa, tetapi pada akhirnya mengabaikan kecakapan lain seperti
menulis, penguasaan vocal dan percakapan.

Dari berbagai kenyataan yang ada di


lapangan tersebut maka kemudian
dirumuskan adanya suatu rangkaian
pembelajaran terpadu yang tidak
mendikotomikan antara matapelajaran

B. Guru sebagai Pengajar dan Penelititersebut.


Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa guru dituntut untuk mampu
melakukan PTK sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran yang
dilakukannya. Pembahasan berikut ini akan mengemukakan tugas guru sebagai
pengajar sekaligus sebagai peneliti, mulai dari persiapan, pelaksanaan, sampai
penilaian pembelajaran.

a. Persiapan Pembelajaran
Salah satu tugas guru sebagai pengajar sebagaimana tuntutan kurikulum
yang berlaku adalah membuat persiapan mengajar. Sejak diberlakukannya
Kurikulum 2006 pada setiap tingkat satuan pendidikan yang dikenal Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (formal atau sekolah), persiapan atau rencana
pembelajaran berubah sebutan, yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Rencanan Pelaksanaan Pembelajaran pada setiap bidang studi/matapelajaran,
yang berisikan komponen-komponen: Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar,
Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi Bahan Ajar pembelajaran, Metode,
langkah-langkah pembelajaran, sumber bahan, dan penilaian. Dalam konteks
Penelitian Tindakan Kelas, guru dapat melakukan penyesuaian format Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran dengan melengkapi beberapa butir. Contoh format RPP
tersebut disajikan seperti contoh format berikut:

Format: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Matapelajaran :…

Kelas/Semester :…

Pertemuan Ke- :…

Alokasi Waktu :…

Standar Kompetensi :…

Kompetensi Dasar :…

Indikator :…

-----------------------------------------------------------------------

I. Tujuan Pembelajaran :…

II. Materi Ajar :…

III. Metode Pembelajaran :…

IV. Langkah-langkah Pembelajaran


A. Kegiatan Awal :…

B. Kegiatan Inti :…

C. Kegiatan Akhir :…

V. Alat/Bahan/Sumber Belajar :…

VI. Penilaian :…

Langkah-langkah menyusun RPP seperti contoh format di atas, adalah


sebagai berikut:

A. Mengisi kolom identitas


B. Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah
ditetapkan
C. Menentukan SK, KD, dan Indikator yang akan digunakan yang terdapat
pada silabus yang telah disusun
D. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan Indikator
yang telah ditentukan
5. Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok/ pembelajaran yang
terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi
pokok/pembelajaran

6. Menentukan metode pembela-jaran yang akan digunakan

7. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan


awal, inti, dan akhir.

8. Menentukan alat/bahan/ sumber belajar yang digunakan

9. Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik

penskoran, dll

Dalam konteks Penelitian Tindakan Kelas, guru dapat melakukan


penyesuaian format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan melengkapi
beberapa butir.
2. Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam pelaksanaan PTK guru benar-benar mempersiapkan apersepsi yang


lebih menarik. Pada umumnya, dalam satuan pelajaran, apersepsi yang dibuat
guru ditulis dengan kata-kata, tanpa menuliskan apa dan bagaimana rumusan
apersepsi, misalnya: “Guru mengadakan apersepsi”, sehingga ketika pelaksanaan
di dalam kelas, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang kurang menarik
perhatian dan sebaliknya mengungi minat peserta didik untuk mengikuti
pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru di kelas. Setelah menyampaikan
apersepsi langkah selanjutnya:
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dari materi
yang akan dipelajari atau dibahas.
2) Sebelum mulai mempelajari atau membahas materi baru, guru perlu yakin
betul bahwa materi yang mendasari bahan yang akan dibahas (pre-
requisite material) harus dikuasai lebih dahulu oleh peserta didik. Sebagai
guru yang melaksanakan PTK perlu menyadari dan harus yakin betul
bahwa materi pre-requisite material sudah dikuasai peserta didiknya atau
sebagai materi pra-syarat yang harus dikuasai memudahkan peserta didik
mempelajari materi baru. Untuk itu guru perlu melakukan tes atau
menyiapkan pertanyaan-pertanyaan mengenai pre-requisite tersebut.
3) Guru menyajikan bahan/materi baru sesuai dengan tuuan pembelajaran
yang ingin dicapai. Dalam upaya pencapaian tujuan tersebut, guru perlu
menguasai dan memilah yang mana harus didahulukan. Artinya, mana
tujuan yang merupakan pre-requisite untuk tujuan pembelajaran lainnya
dan mana tujuan pembelajaran yang mudah dari yang lainnya. Dalam
pelaksanaan PTK , guru harus mampu menerapkan kreteria tersebuit
dalam proses pembelajaran.
4) Metode yang tertulis dalam satuan pelajaran, misalnya metode ceramah,
tanya jawab atau diskusi dan atau praktek mandiri. Dalam pelaksanaan
PTK metode-metode tersebut harus dioperasionalkan (misalnya:
bagaimana membelajarkan peserta didik, topik yang mana peserta didik
mempraktekkan sendiri, bagimana mendiskusikan) dan bagaimana
pelaksanaan metode tersebut. Jadi guru sebagai pelasana PTK perlu jelas
tentang “apa dan bagaimana” metode harus dilaksanakan, apakah kegiatan
dengan metode tersebut dilakukan secara klasikal, individual atau
kelompok.
5) Pengaturan dan pemanfaatan waktu belajar. Alokasi waktu dan
pemanfaatan waktu sangat penting dalam proses pembelajaran dan
pelaksanaan PTK oleh guru, karena guru selain mengajar juga harus
mengadakan penelitian. Sebagai pelaksana PTK guru harus selalu cermat
dan teliti bahwa tugas guru tidak sekedar menyampaikan materi yang
berbentuk fakta tetapi lebih dari itu, peserta didik harus dilatih pada
proses berpikir yang lebih tinggi dari penerapan yaitu peserta didik harus
terlatih dalam berpikir analisis, sintesis, dan berpikir evaluatif,
pengembangan ranah afektif (nilai dan sikap) dan ranah keterampilan.
Untuk itu, melalui matapelajaran apa saja dapat dilatihkan dan dibina
manusia yang terampil menggunakan panca indranya dan manusia yang
dapat dijadikan teladan dan panutan (disiplin, jujur, teliti, terbuka, hemat,
menghargai waktu, kreatif dan inovatif, bertanggung jawab dan lain-
lainnya).

3. Umpan Balik dalam Proses Pembelajaran


Guru memerlukan umpan balik untuk mengetahui kualitas dari
pelaksanakan pembelajaran yang menjadi tugas profesinya sebagai guru. Umpan
balik yang diperoleh guru biasanya diperoleh melalui tes formatif (lisan atau
tulisan). Guru pelaksana PTK memerlukan lebih banyak umpan balik
dibandingkan dengan guru biasa. Karena itu, guru pelaksana PTK harus
mempersiapkan lebih banyak informasi. Informasi tersebut diperoleh dari
berbagai alat, misalnya kalau guru menggunakan butir soal (tes) yang perlu
diperiksa, apakah butir-butir soal tersebut sudah mengukur tujuan pembelajaran
(TIK/TPK) yang penting dan terpenting sehingga informasi yang dikumpulkan
oleh guru lebih menekankan pada penyempurnaan proses pembelajaran.

Latihan:
Setelah Anda mengkaji materi yang dipaparkan dalam subunit ini, selanjutnya
untuk memantapkan pemahaman Anda, kerjakan latihan berikut:
1. Dari segi persiapan, yaitu rencana pembelajaran yang dibuat guru sebagai
pengajar biasa berbeda dengan rencana pembelajaran untuk PTK. Coba
diskusikan dengan teman-teman Anda tentang perbedaan tersebut, temukan
juga persamaannya.
2. Buatlah rencana penelitian ( minimal 2 siklus) dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) untuk perbaikan proses pembelajaran di kelas, dimana
Anda mengajar berdasarkan siklus yang direncanakan.

Petunjuk Penyelesaian Latihan:


1. Coba diskusikan dengan teman-teman Anda tentang format perencanaan
pembelajaran (RPP) dan lihat komponen-komponen Anda jadikan RPP untuk
perbaikan pembelajaran melalui penelitia. Lakukan diskusi bersama teman-
teman Anda dalam menyelesaikan tugas.
2. Diskusikan bersama teman-teman Anda mengenai masalah-malalah
pembelajaran di kelas, kemudian buat rencana penelitian (lihat cuplikan
contoh 1 dan 2) dan rencana pembelajaran selaraskan dengan rencana
penelitian tindakan.

RANGKUMAN
Tugas utama guru, selain mendidik adalah mengajar. Sebagai pengajar,
guru dihadapkan pada tuntutan profesi untuk melakukan upaya perbaikan atas
kekurangan-kekurangan dalam melaksanakan tugasnya. Secara empiris, guru
yang berpengalaman mengajar secara tidak disadari telah melakukan sejumlah
kegiatan tambahan yang merupakan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.

Rangkaian pelaksanaan tindakan membentuk siklus, yakni: (1)


perencanaan (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi yang terus
mengalir menghasilkan siklus baru sampai penelitian tindakan kelas dihentikan.
RENCANA
REFLEKSI

SIKLUS
TINDAKAN & -1
OBSERVASI

RENCANA
REFLEKSI

SIKLUS
-2
TINDAKAN &
OBSERVASI

dst

Komitmen terhadap penelitian tindakan akan memposisikan guru dan


administrator sebagai pembelajar daripada sebagai ahli karena dalam PTK guru
belajar dari pengalaman pembelajaran yang telah dilakukannya. Salah satu tujuan
pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah untuk mengatasi permasalahan
reformasi kurikulum pendidikan yang sedang berlangsung di jenjang pendidikan
dasar, jenjang pendidikan menengah, dan berbagai aspek yang terkait di
dalamnya.
SUBUNIT 2

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Selain sebagai pengajar, guru juga berperan sebagai peneliti atau


pelaksana PTK. Subunit ini Anda akan mempelajari tentang kegiatan guru
dalam menjalankan tugasnya sebagai peneliti atau pelaksana penelitian
tindakan kelas (PTK).

A. Reformasi Kurikulum melalui Penelitian Tindakan Kelas


Salah satu tujuan pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah untuk
mengatasi permasalahan reformasi kurikulum pendidikan untuk semua jenjang
pendidikan dan pada berbagai aspek yang terkait. Reformasi kurikulum
pendidikan pada awalnya memfokuskan pada pembelajaran matapelajaran yang
diajarkan secara sendiri dan tidak terintegrasi dengan matapelajaran lainnya,
untuk kemudian dilakukan pembelajaran lintas disiplin ilmu (matapelajaran)
dengan tujuan peserta didik dapat berfikir secara terpadu dan sesuai dengan
pengalaman hidup yang mereka peroleh di lingkungan sekitarnya. Contoh:
• Pembelajaran tentang skala dan jarak antara wilayah pada sebuah peta pada
pelajaran matematika,
• Pembelajaran tentang air, sarana transportasi laut dan maha pengasih
penyayang yang menciptakan alam ini.
• Pembelajaran pembagian di kelas rendah, nilai-nilai kejujuran dan keadilan.
• Pembelajaran tentang keluarga dan pertumbuhan, masyarakat, perang, serta
dunia usaha.
• Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi-materi lainnya.
• Dan lain-lain.

Secara umum materi-materi tersebut mencakup pengintegrasian


pemahaman yang telah diperoleh peserta didik baik dari lingkungan sekitar
maupun dari pengetahuan awal yang dimilikinya, sehingga membentuk kerangka
berfikir peserta didik tersebut lebih terarah. Secara implisit hal ini merupakan
tunas-tunas munculnya kurikulum berbasis sekolah (school based-curriculum).
Kurikulum berbasis sekolah merupakan suatu pembaharuan pendidikan
yang menitikberatkan dan mengutamakan ramuan kurikulum yang dapat
dikembangkan dan diterima oleh peserta didik sehingga manfaat keberadaan
kurikulum dan matapelajaran di sekolah dapat dirasakan oleh peserta didik.
Perpaduan materi kurikulum dapat dilakukan dengan beberapa teknik
dan cara seperti tersebut di bawah ini:
• Jumlah pengajar (guru) yang lebih banyak supaya perbandingan guru dan
jumlah peserta didik proporsional. Jumlah guru atau pengajar yang banyak
dapat meningkatkan frekuensi pertemuan antara peserta didik dan pengajar
(guru), sehingga penguasaan materi dan pencapaian tujuan yang ada di dalam
kurikulum dapat terlaksana lebih baik.
• Peran kepala sekolah yang mampu menyesuaikan diri, dalam pengertian tidak
menekan pengajar (guru) untuk memfokuskan pembelajaran pada
penyelesaian jumlah materi pelajaran. Dengan demikian, pengajar (guru)
dapat dengan leluasa mengembangkan kreatifitasnya secara maksimal.

Menurut Elliot (1991), beberapa karakteristik proses reformasi kurikulum


adalah sebagai berikut :

• Proses reformasi diawali oleh pengajar (guru), dengan langsung melihat dan
melaksanakan kegiatan nyata yang sebenarnya sedang aktual di dunia
pendidikan.
• Kurikulum dalam bentuk pembelajaran yang selama ini dikembangkan dan
dijalankan oleh pengajar di dalam kelas ternyata menimbulkan banyak
hambatan. Hambatan tersebut berkaitan dengan daya serap peserta didik
terhadap materi yang disampaikan oleh pengajar (guru), serta keterkaitan dan
aplikasi materi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Secara garis besar, isi
kurikulum tersebut “Kurang bermanfaat bagi peserta didik”.
1) Adanya pembaharuan dalam pembelajaran sering ditentang oleh sebagian
besar pengajar (guru) yang masih berfikir bahwa pendidikan merupakan
serangkaian proses belajar mengajar dan proses evaluasi yang tidak
memerlukan pembaharuan dalam pencapaian hasil akhir.
2) Permasalahan yang timbul kemudian didiskusikan secara bersama untuk
menemukan solusi pemecahannya, dan ditindaklanjuti.
3) Proposal inovasi dalam kurikulum, yang kemudian dikenal dengan istilah
reformasi kurikulum, diujicobakan dengan mempertimbangkan segala
aspek yang mendukung dan mungkin timbul di sekolah-sekolah percobaan.
4) Tindak lanjut pada pengembangan yang dilakukan dalam reformasi
kurikulum ini menggunakan pendekatan dari “bawah ke atas” dalam arti
dari tingkatan pendidikan yang rendah ke tingkat pendidikan yang lebih
tinggi, atau dimulai dari pengalaman guru di kelas sampai pengambilan
kebijakan tentang kurikulum, yang berarti kebalikan dari pendekatan
selama ini yang berasal dari “atas ke bawah” (kurikulum ditentukan secara
terpusat, sednagkan pada jajaran terendah hanya sebagai pelaksana belaka).

PTK, yang dimaksudkan untuk melakukan perbaikan dan peningkatan


mutu pendidikan, khususnya mutu pembelajaran di kelas dilakukan dengan
memperhatikan beberapa hal berikut:
1) Rancangan penelitian didasarkan pada kemampuan yang ada pada guru.
Guru bukan objek penelitian melainkan subjek penelitian. Istilah penelitian
di sini berarti terdapat keterkaitan antara penelitian yang dilakukan dengan
pembelajaran dalam bidang pendidikan.
2) Pengajar (guru) dikelompokkan berdasarkan hasil diagnosa dan hipotesa
yang dibuat sebelumnya.
3) Pengajar (guru) diharapkan dapat mengembangkan teori pembelajaran
yang mereka miliki dan dapat mewujudkannya dengan baik pada saat
proses pembelajaran berlangsung, dan dalam menghadapi peserta didik.
Pendekatan ini akan banyak membantu guru untuk mengetahui apa yang
mereka harus lakukan apabila timbul permasalahan di kelas.
4) Kelas percobaan penelitian dirancang sedemikian rupa supaya dapat
disesuaikan dengan suasana guru, peserta didik dan jenis kelas yang akan
dijadikan penelitiannya
5) Kegiatan awal tim peneliti adalah merumuskan tujuan penelitian dalam
rangka memfasilitasi kegiatan selanjutnya. Langkah-langkah yang perlu
dilakukan adalah sebagai berikut:

▪ Mengidentifikasi dan mendiagnosa situasi kelas yang biasanya terjadi


dan mengetahui permasalahan yang timbul pada saat berlangsungnya
proses pembelajaran, Kemudian mendiagnosa kembali dan
mengelompokkan permasalahan-permasalahan yang dapat
diklasifikasikan agar mudah dinyelesaikan.

▪ Mengembangkan dan mengujicobakan hipotesis tes praktek tentang


bagaimana masalah pembelajaran dapat dipecahkan dan juga juga me-
ngelompokkan mana saja masalah-masalah yang dapat diselesaikan
dengan satu kali penyelesaian
▪ Untuk memperoleh tujuan, prinsip dan penilaiannnya, perlu dilakukan
identifikasi prinsip-prinsip dasar yang ada.

Agar dapat penelitian dapat terlaksana dengan baik, para pengajar (guru)
perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1) Setiap pengajar (guru) harus dapat mengontrol keadaan kelas dan
mengelola infomasi yang sedang berlangsung, sehingga guru dapat
mengakses setiap informasi mengenai kelasnya dengan mudah.
2) Kepala sekolah seharusnya mengontrol dan mengecek kebenaran data atau
informasi yang masuk, dan yang diperolehnya.
3) Setiap pengajar (guru) harus mengontrol kinerja tim dalam prakteknya di
kelas, dan melihat situasi yang tidak formal yang melibatkan langsung
peserta didik.
4) Data yang diperoleh tim Selayaknya dapat diakses oleh pengajar ( guru)
lain yang berhubungan dengannya, orang tua peserta didik, dan peserta
didik untuk keperluan tertentu.
5) Peserta didik yang terlibat interview (wawancara) dengan tim peneliti tetap
dapat menjalin hubungan dengan pengajarnya dan dengan orang lain.

Elliot (1991) mengutip salah satu teori yang dikemukakan oleh David
Ebbut tentang teori peningkatan kualitas pembelajaran melalui interaksi peserta
didik dengan pengajar. Fokus teori ini terletak pada pemahaman guru dalam
peranannya memajukan sistem pendidikan yang menitikberatkan pada aspek
proses, dimana pembelajaran itu dilaksanakan. Salah satu tujuan teori ini adalah
untuk mendemonstrasikan kapasitas pengajar dalam membangkitkan, menguji dan
mempraktekkan kemampuan akademik di kelas dalam hubungannya dengan
lingkungan sekitar, termasuk peserta didik, dan peranannya di masyarakat karena
pada hakikatnya berinteraksi dengan peserta didik berarti berinteraksi dengan
masyarakat juga. Dalam proses pembelajaran terjadi transfer ilmu dan
pemahaman dari pengajar (guru) kepada peserta didik. Oleh karena itu, tingginya
interaksi antara peserta didik dan pengajar (guru) diprediksikan dapat
meningkatkan mutu pembelajaran, meskipun hal ini belum tentu selalu benar.
Pengembangan teori kurikulum pada kenyataannya selama ini tidak
berjalan sesuai dengan harapan teori, yang berarti pengembangan tersebut tidak
semudah yang disampaikan dalam teori. Hal ini disebabkan pengembangan
kurikulum sangat terkait dengan berbagai faktor, seperti pengajar, iklim
pendidikan di suatu wilayah, proses pembelajaran yang dilakukan guru, dan isi
kurikulum itu sendiri.
Dari sudut pandang kurikulum, antara pembelajaran dan pengajaran
mempunyai makna dan sudut pandang yang berbeda. Pembelajaran dipandang
sebagai suatu kegiatan aktif dalam pendidikan dengan melibatkan seluruh
komponen pembelajaran dan menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan sesuai
dengan harapan daripada kegiatan yang dilakukan secara pasif. Peranan guru
sebagai pengembang kurikulum di kelas dan peneliti dalam rangka perbaikan
mutu pembelajaran akan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan. Selain
itu, peranan guru sebagai pengembang kurikulum dan peneliti merupakan awal
dari proses pengambilan kebijakan terhadap kurikulum yang dilaksanakan di
kelas. Penelitian tindakan dipandang penting karena guru mengetahui
perkembangan di kelas, permasalahan yang muncul di kelas, dan cara mengatasi
permasalahan tersebut. Peran sentral guru melalui kinerjanya dalam memperbaiki
proses pembelajaran dapat mewujudkan peningkatan pencapaian prestasi belajar
peserta didik.
Salah satu acuan dalam menggambarkan praktek kurikulum yang dapat
digunakan oleh guru sebagai peneliti atau pelaksana PTK adalah teori kurikulum
humanistik. Teori kurikulum humanistik yang dikemukakan oleh Stenhouse
Elliot, 1991) dilatarbelakangi oleh keinginan untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik yang berada di bawah rata-rata menjadi peserta didik yang berada
pada tingkat rata-rata. Dalam kurikulum humanistik peserta didik dianggap
sebagai subjek atau pelaku humanis dimana setiap peserta didik berkesempatan
untuk belajar sesuai dengan minat dan kebutuhannya masing-masing. Substansi
atau sosok kurikulum semacam ini hampir tidak tampak secara jelas, karena
kurikulum berupa rencana pembelajaran yang disusun bersama antara peserta
didik dan guru. Dengan menekankan pentingnya perhatian terhadap minat dan
kebutuhan peserta didik secara perorangan, maka dengan bantuan gurunya, setiap
peserta didik dapat menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan minat dan
kebutuhannya masing.
Guru juga berperan sebagai pendamping dalam pembelajaran, sebagai
model dalam pemecahan masalah, sebagai katalisator untuk memulai proses
pembelajaran, sebagai pembantu dalam proses pembelajaran, dan sebagai teman
yang perlu untuk dihampiri peserta didik di saat mereka mengagadapi masalah.
Pada dasarnya tanggung jawab pembelajaran dan pilihan kegiatan pembelajaran
yang tepat berasal dari para peserta didik.
Berangkat dari pemikiran tentang kurikulum humanistik dan penjelasan
tersebut di atas, penelitian tindakan dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
teori humanistik. Konsep dasar teori humanistik yang dikemukakan Lawrence
Stenhouse tersebut didasarkan pada aspek prexiologi yaitu suatu prinsip dasar
yang dipahami dan dilaksanakan oleh guru dalam membumikan tujuan
pendidikan ke dalam praktek pembelajaran yang sebenarnya. Prexiologi ini
menjadikan proses pendidikan yang dilaksanakan secara berbeda-beda antara satu
dengan lainnya, baik itu dalam hal metode dan strategi yang digunkan maupun
kurikulum yang digunakan di masing-masing sekolah.
Tujuan dari teori humanistik yang dikemukakan oleh Stenhouse berkaitan
dengan pengembangkan pemahaman terhadap situasi masyarakat yang ada di
sekitarnya dan diharapkan agar masyarakat dapat menyikapi perubahan-
perubahan yang terjadi di dalam dunia pendidikan dengan bijaksana. Teori
humanistik tersebut secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Jika ada silang pendapat yang tejadi di dalam kelas, maka pengajar (guru)
sebagai konselor wajib meselesaikannya dan mencari solusi secara tuntas
pada saat itu juga, baik permasalahan individu maupun kelompok.
2) Diharapkan otoritas tidak digunakan oleh guru untuk memaksakan
pendapatnya mengenai permasalahan tertentu kepada peserta didik.
3) Permasalahan-permasalahan yang diperdebatkan peserta didik hendaknya
dapat dijadikan sebagai ajang diskusi yang dapat memancing tanggapan
yang berbeda-beda dari setiap peserta didik. Dalam kasus ini, guru harus
berusaha menghindari menjawab permasalahan tertentu secara terbuka.
4) Diskusi yang dilaksanakan diupayakan jangan sampai melebar keluar
dari topik yang sedang dibicarakan.
5) Guru sebagai fasilitator (pemandu kegiatan) dapat mengarahkan kegiatan
atau diskusi yang dilakukan peserta didik berjalan dengan baik dan dapat
dipertanggungjawabkan kualitas pembelajaran yang lakukannya.
Istilah praxiologi di sini mengandung arti lebih luas, “praxis” yang berarti
guru dalam perannya sangat bergantung pada situasi dan kondisi. Lebih jauh lagi,
praxis juga berarti mengatur prinsip-prinsip dalam pembelajaran. Oleh karena itu,
istilah praxis tidak dapat dipisahkan dari istilah kurikulum sebab kurikulum
bukan keadaan yang statis.
Dalam teori humanistik, terdapat dua pendekatan untuk peserta didik,
yaitu:
• Pendekatan Membaca - Memahami – Berdiskusi
• Pendekatan Membaca – Mendiskusikan – Memahami

Alat bantu pembelajaran berupa peralatan multimedia digunakan untuk


diskusi dan melaksanakan kegiatan lainnya. Pada pelaksanaannya guru yang
mengajar di kelas memiliki karakteristik yang berbeda dalam menanggapi dua
pendekatan ini. Sikap guru dapat digoloingkan menjadi dua kelompok yang
berbeda.
• Guru yang awalnya telah memiliki gaya mengajar masing-masing, ketika
menghadapi kejadian dan permasalahan-permasalah yang tidak biasanya
yang timbul dari peserta didik, baik pengetahuan pandangan maupun
pemahaman baru, maka guru menanggapinya dengan menggunakan cara
yang selama ini dikerjakannya tanpa mau mentolerir atau melihat kondisi
yang sebenarnya terjadi. Dalam pengertian lain, tipe seperti ini diartikan
refleksi pembelajaran sudah terlihat dari awal.
• Guru yang mengusahakan merubah beberapa aspek yang dimilikinya terkait
dengan pembelajaran yang sedang berlangsung dan permasalahan yang
dihadapi selama pembelajaran itu berlangsung, kemudian ia berusaha
merubah dirinya dan mengusahakan mutu pembelajarannya lebih baik dari
sebelumnnya, mengawasi jalannya pembelajaran dan mengevaluasi
permasalahan yang timbul serta berusaha memberikan pemahaman yang baik
kepada peserta didik. Dalam kata lain, tipe ini diartikan pembelajaran terlihat
pada saat mulai dilaksanakan.
Salah satu aspek yang mengiringi reformasi kurikulum tersebut adalah
aspek pedagogik. Aspek pedagogik ini tidak dapat terlepas dari proses
pembelajaran yang sebenarnya. Dalam proses pembelajaran ini guru diharapkan
mampu menyesuaikan kurikulum dengan proses belajar mengajar yang sedang
berlangsung. Guru juga diharapkan dapat mengenali adanya perubahan yang
terjadi pada anak didik, yang meliputi perubahan cara berfikir, pengembangan
pemahaman terhadap materi yang diberikan. Oleh karena itu, guru harus memiliki
rasa peduli yang tinggi dan ditunjang oleh faktor pengalaman yang memadai
karena memahami dan mendiagnosa kejadian yang berlangsung pada diri peserta
didik bukan pekerjaan yang dapat dilakukan dengan cepat, tetapi membutuhkan
ketelatenan dan latihan yang diperoleh oleh guru itu sendiri.

B. Perbaikan Pembelajaran Melalui Penelitian Tindakan Kelas

PTK dilaksanakan saat ditemukan kelemahan atau kekurangan dalam


pelaksanaan PBM. Apabila kita mencermati praktek pembelajaran, dimana guru
terlibat langsung dalam proses belajar-mengajar di kelas, dan terjadi interaksi antara
guru dan peserta didik, kegiatan penelitian tindakan kelas tidak dapat dipisahkan dalam
kegiatan pembelajaran tersebut. Untuk memahami yang lebih baik, contoh kasus
diberikan berikut ini.

Guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh peserta didiknya di kelas,


ternyata tidak ada jawaban atau sambutan, maka guru mengulang pertanyaan
dengan mengubah kata-kata yang biasa digunakan dan mudah dipahami peserta
didik dengan tujuan yang sama.

Kegiatan guru mengulang pertanyaan dengan memperbaiki rumusan


pertanyaan yang disampaikan tersebut menandakan bahwa guru telah
melaksanakan proses refleksi (merenung). Dalam konteks ini, kegiatan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran

1. Perencanaan Pembelajaran

Setelah melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran di kelas, dan


menemukan masalah yang harus dipecahkan, guru selanjutnya melakukan upaya
pengatasan masalah dengan merencanakan perbaikan proses pembelajaran.
Tindakan guru untuk memperbaiki pembelajaran tersebut memerlukan persiapan
dalam bentuk perencanaan perbaikan pembelajaran dengan melakukan penelitian
tindakan kelas. Beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh guru sebagai peneliti,
antara lain:

a. Tujuan Pembelajaran
Dalam rencana pembelajaran, guru yang melaksanakan PTK perlu
menambahkan tujuan tambahan setiap matapelajaran yang direncanakan. Tujuan
tambahan tersebut dijabarkan dari setiap matapelajaran sebagai fokus
pembelajaran yang akan dijadikan sasaran PTK untuk meningkatkan hasil belajar
peserta didik yang diharapkan.

b. Memilih bahan pembelajaran.


Kesesuaian materi bahan ajar dengan tujuan yang ingin dicapai dicantumkan
dalam RPP. Dalam pelaksanaan PTK, pemilihan bahan belajar tidak cukup dengan
satu jenis bahan ajar, tetapi harus bervariasi. Pada awal pelaksanaan PTK, bahan
belajar sebaiknya ditulis dalam catatan tersendiri jika guru memiliki keterbatasan
mengingat bahan-bahan ajar. Dalam pemilihan bahan ajar, guru perlu
memperhatikan kemudahan pengadaan dan penguasaan konsep materi yang
diajarkan.

c. Memilih metode.
Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan
yang searah. Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar yang optimal
adalah situasi di mana peserta didik dapat berinteraksi dengan guru dan/atau
bahan pelajaran di tempat tertentu yang telah diatur dalam rangka mencapai
tujuan. Selain itu, situasi tersebut dapat menjadikan kegiatan belajar lebih optimal
dengan metode dan/atau media yang digunakan adalah tepat. Pemahaman dan
kemampuan guru sangat diharapkan dalam memilih pendekatan, strategi dan
metode serta model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik kompetensi
yang harus dimiliki oleh peserta didik, agar tujuan pembelajaran tercapai secara
baik. Strategi pembelajaran tersebut dapat diartikan setiap kegiatan pengaturan
dari materi yang dipilih, memberikan layanan bimbingan atau bantuan fasilitas
atau bantuan kepada peserta didik dalam menuju tercapainya tujuan pembelajaran
yang diharapkan.
Untuk kegiatan PTK, motode yang terbaik tidak selalu apa yang terbaik
dalam pikiran guru bagi peserta didik. Oleh karena itu, guru perlu mempersiapkan
berbagai alternatif metode pembelajaran untuk membicarakan satu masalah/pokok
bahasan/sub pokok bahasan/materi pelajaran. Oleh karena itu, metode yang
terbaik adalah metode yang memiliki kesesuaian dengan kebutuhan peserta didik
supaya peserta didik dapat memahami dan menguasai materi yang diajarkan oleh
guru dengan mudah.

d. Memilih alat bantu.


Pemilihan materi memberikan konsekuensi pada penyiapan media
pembelajaran yang tepat sebagai alat bantu pembelajaran bagi peserta didik untuk
mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam satuan pelajaran atau rencana pembelajaran, alat bantu mengajar


(media) harus dicantumkan. Untuk kegiatan PTK, guru harus menyiapkan
alternatif alat bantu untuk keperluan guru sendiri dalam proses pembelajaran. Alat
bantu yang dimaksud antara lain: lembar observasi, catatan harian, kamera, video,
alat rekam suara yang digunakan untuk merekam peristiwa pembelajaran yang
telah dilaksanakan.

e. Menyusun Alat ukur


Alat ukur digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran,
yang dijabarkan ke dalam indikator-indikator pencapaian tujuan. Kejelasan alat ukur
dapat memberikan gambaran terpenuhi-tidaknya kompetensi dasar yang
dipersyaratkan untuk pencapaian standar kompetensi yang diharapkan oleh setiap
pokok/sub pokok bahasan dari matapelajaran.

Untuk memperoleh informasi yang menyeluruh dan konprehensif selama


proses pembelajaran, guru yang melaksanakan PTK harus memiliki lebih banyak
alat ukur (tes). Indikator keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh guru,
misalnya menentukan tingkat penguasan peserta didik berdasarkan kreteria
dengan rentang dari terendah sampai tertinggi.

Berikut ini dikemukakan beberapa contoh indikator keberhasilan.

Contoh 1:

Pak Heri, guru Matematika, menentukan indikator keberhasilan mengajarkan


materi tentang rumus Phythagoras. Ia menentukan keberhasilan mengajar
materi yang diajarkannya tersebut dengan berpatokan pada penguasaan
materi oleh peserta didiknya, yaitu bilamana minimal 85 % peserta didik
dapat menerapkan rumus tersebut dalam berbagai ukuran segi tiga. Artinya,
pengajar (guru matematika) dikatakan berhasil dalam proses pembelajaran
kalau minimal 85% dari jumlah peserta didiknya dapat menjawab semua
soal yang berkenaan dengan ukuran segi tiga. Keberhasilan pencapaian ini,
membutuhkan metode mengajar yang tepat dan mudah dipahami peserta
didiknya. Yang perlu dipahami oleh guru bahwa tidak semua peserta
didiknya pandai, mungkin memiliki tingkat keserdasan yang relatif tidak
sama. Kalau rata-rata peserta didiknya tidak mampu mencapai kriteria
antara 85-100%, kriteria tersebut dapat diturunkan mungkin antara 60-
80%.

Contoh 2:
Pak Ahmad, guru Olah Raga, mengajarkan Pokok Bahasan: Atletik.
Dengan materi pelajaran tentang lompat jauh kepada peserta didik kelas
VI. Ia merencanakan kegiatan pembelajaran praktek lompat jauh kepada
peserta didiknya dengan metode ceramah dan demonstrasi. Pak Ahmad
memberikan contoh cara-cara melakukan lompatan. Kemudian ia
mengajak peserta didiknya di lapangan dan menyuruh peserta didiknya
satu persatu melakukan lompatan. Ternyata dua puluh lima orang peserta
didik kelas VI (memiliki usia yang relatif sama) mampu melakukan
lompatan tidak lebih dari 150 cm. Pada hal, Pak Ahmad telah menentukan
indikator keberhasilan mengajarkan materi lompat jauh, yaitu 90 %
peserta didiknya memiliki kemampuan lompatan di atas 150 cm. Setelah
mengatahui dan menyampaikan kemampuan rata-rata lompatan kepada
peserta didiknya, ia menentukan indikator keberhasilan dengan kriteria-
kriteria: 85-100 % berhasil, 60-84% cukup berhasil, dan 59 % ke bawah
kurang berhasil.

Berangkat dari kemampuan awal rata-rata lompatan peserta didiknya, Pak


Ahmad berupaya memperbaiki proses pembelajaran pada materi yang
sama dengan memberikan contoh teknik-teknik lompat jauh kepada
peserta didiknya, kemudian ia menyuruh peserta didiknya satu persatu
mempraktekkan cara-cara dan teknik-teknik lompatan di lapangan. Perlu
diingat bahwa setiap guru harus memahami bahwa setiap anak memiliki
bakat dan kemampuan berbeda dalam bidang olah raga.

Dalam rencana pembelajaran seperti yang dikemukakan pada butir a


sampai butir e di atas, tidak tercamtum beberapa butir tambahan dalam
pelaksanaan pelaksanaan PTK. Untuk memudahkan Anda dalam pelaksanaan
PTK, butir tambahan yang perlu dicantumkan dalam perencanaan pelaksanaan
pembelajaran (RPP) tersebut antara lain sebagai berikut:

1) Merencanakan fokus pembelajaran yang akan dijadikan sasaran PTK.


Dalam menentukan fokus pembelajaran yang perlu selalu diingat oleh
Anda (guru) adalah kriteria melaksanakan PTK sebagaimana telah Anda
pelajari pada unit 3.

2) Menentukan kreteria keberhasilan, seperti contoh 1 dan 2 butir e.


Berkaitan dengan persiapan pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh
guru seperti yang dikemukakan di atas, dalam perencanaan pelaksanaan
pembelajaran (RPP) guru merasa ada tugas tambahan melaksanakan PTK.
Tambahan kegiatan tersebut antara lain guru harus mempersiapkan beberapa
alternatif dalam melaksanakan setiap tahap dalam pelaksanaan pembelajaran.
Beberapa alternatif tersebut diantaranya berkenaan dengan apersepsi, metode,
berbagai alat ukur, materi pelajaran yang mampu mengembangkan berbagai aspek
berpikir, yang meliputi aspek kognitif, afektif maupun aspek keterampilan.

Untuk memudahkan Anda memahami tentang kegiatan tambahan guru


sebagai peneliti dalam mempersiapkan pelaksanaan PTK akan disajikan contoh
format perencanaan pelaksanaan pembelajaran dalam PTK, yang melengkapinya
dengan mencantumkan fokus pembelajaran yang menjadi sasaran PTK dan kriteria
atau indikator keberhasilan.

Dari butir-butir dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. seperti tampak


dalam tabel 4.2. Anda akan mengerti bahwa ada beberapa kegiatan tambahan guru
sebagai peneliti atau pelaksana PTK. Untuk itu, silahkan Anda mencermati setiap
butir atau komponen rencana pembelajaran seperti tampak pada contoh format
berikut:

Format: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Melalui PTK

Matapelajaran :…

Kelas/Semester :…

Pertemuan Ke- :…

Alokasi Waktu :…

Standar Kompetensi :…

Kompetensi Dasar :…

Indikator :…

Fokus Pembelajaran (PTK) : ......


=====================================================

I. Tujuan Perbaikan Pembelajaran :…

II. Materi Ajar :…

III. Metode Pembelajaran :…

IV. Langkah-langkah Pembelajaran

A. Kegiatan Awal :…

B. Kegiatan Inti :…

C. Kegiatan Akhir :…

V. Alat/Bahan/Sumber Belajar :…

VI. Penilaian :…

VII. Kriteria Keberhasilan :…

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam pelaksanaan PTK guru benar-benar mempersiapkan apersepsi yang


lebih menarik. Sebagaimana dikemukakan pada butir 1 di atas, ada sejumlah
kegiatan tambahan yang perlu dicantumkan dalam rencana pembelajaran (RPP).
Kegiatan tambahan dalam pelaksanaan PTK tersebut memberikan isyarat bahwa
guru dalam melaksanakan kegiatan PTK harus mewaspadai setiap kegiatan
tambahan yang direncanakan dan dilaksanakan lebih banyak lagi sebagai suatu
siklus. Biasanya sesuatu yang tidak direncanakan muncul yang memerlukan
ketika PBM berlangsung. Salah satu contoh, misalnya guru bertanya kepada
peserta didik, ternyata tidak ada sambutan atau jawaban, kemudian guru
mengulang pertanyaan dengan mengubah kata-kata yang tidak dikenal peserta
didik dengan kata-kata biasa. Secara cepat guru merenung (merefleksi) lalu
merubah kata-kata dalam rumusan pertanyaan yang diajukan kepada peserta didik
Pada umumnya, dalam satuan pelajaran atau rencana pembelajaran,
apersepsi yang dibuat guru ditulis dengan kata-kata, tanpa menuliskan apa dan
bagaimana rumusan apersepsi, misalnya: “Guru mengadakan apersepsi”, sehingga
ketika pelaksanaan di dalam kelas, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
kurang menarik perhatian dan sebaliknya mengungi minat peserta didik untuk
mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru di kelas. Kegiatan
tambahan tersebut, misalnya ketika guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh
peserta didiknya di kelas, ternyata tidak ada jawaban atau sambutan, kemudian
guru tersebut mengulang pertanyaan dengan merubah kata-kata yang biasa
digunakan dan dipahami peserta didiknya dengan tujuan yang sama. Kegiatan
guru mengulang pertanyaan dengan memperbaiki rumusan pertanyaan yang
disampaikan tersebut menandakan guru telah melaksanakan proses refleksi
(merenung).
Setelah menyampaikan apersepsi langkah selanjutnya:
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dari materi
yang akan dipelajari atau dibahas.
b. Sebelum mulai mempelajari atau membahas materi baru, guru perlu yakin
betul bahwa materi yang mendasari bahan yang akan dibahas (pre-requisite
material) harus dikuasai lebih dahulu oleh peserta didik. Sebagai guru yang
melaksanakan PTK perlu menyadari dan harus yakin betul bahwa materi
yang sudah dikuasai peserta didiknya atau sebagai materi pra-syarat yang
harus dikuasai memudahkan peserta didik mempelajari materi baru. Untuk
itu guru perlu melakukan tes atau menyiapkan pertanyaan-pertanyaan
mengenai bahan yang akan dibahas atau diajarkan tersebut.
c. Guru menyajikan bahan/materi baru sesuai dengan TIK. Dalam upaya
pencapaian TIK, guru perlu menguasai dan memilah yang mana harus
didahulukan. Artinya, mana TIK yang merupakan pre-requisite untuk TIK
lainya dan mana TIK yang mudah dari yang lainnya. Dalam pelaksanaan
PTK, guru harus mampu menerapkan kreteria tersebuit dalam proses
pembelajaran.
d. Metode yang tertulis dalam satuan pelajaran, misalnya metode ceramah,
Tanya jawab atau diskusi dan atau praktek mandiri. Dalam pelaksanaan
PTK metode-metode tersebut harus dioperasionalkan (misalnya: bagaimana
meniceramahkan, yang mana peserta didik mempraktekkan sendiri,
bagimana mendiskusikan) dan bagaimana pelaksanaan metode tersebut. Jadi
guru sebagai pelasana PTK perlu jelas tentang “apa dan bagaimana” metode
harus dilaksanakan, apakah kegiatan dengan metode tersebut dilakukan
secara klasikal, individual atau kelompok.
e. Pengaturan dan pemanfaatan waktu belajar. Alokasi waktu dan
pemanfaatan waktu sangat penting dalam proses pembelajaran dan
pelaksanaan PTK oleh guru, karena guru selain mengajar juga harus
mengadakan penelitian. Sebagai pelaksana PTK guru harus selalu cermat
dan teliti bahwa tugas guru tidak sekedar menyampaikan materi yang
berbentuk fakta tetapi lebih dari itu, peserta didik harus dilatih pada proses
berpikir yang lebih tinggi dari penerapan yaitu peserta didik harus terlatih
dalam berpikir analisis, sintesis, dan berpikir evaluatif, pengembangan ranah
afektif (nilai dan sikap) dan ranah keterampilan. Untuk itu, melalui
matapelajaran apa saja dapat dilatihkan dan dibina manusia yang terampil
menggunakan panca indranya dan manusia yang dapat dijadikan teladan dan
panutan (disiplin, jujur, teliti, terbuka, hemat, menghargai waktu, kreatif dan
inovatif, bertanggung jawab dan lain-lainnya).
Pelaksanaan tindakan di kelas adalah menerapkan desain tindakan yang
telah disusun dalam perencanaan awal. Perencanaan awal tersebut diterapkan di
kelas sesuai dengan skenario pembelajaran selanjutnya dilakukan observasi dan
refleksi. Rangkaian pelaksanaan tindakan tersebut membentuk siklus yang terus
mengalir menghasilkan siklus baru sampai penelitian tindakan kelas dihentikan.
Setiap siklus terdiri atas empat kegiatan, seperti di gambar di bawah ini.

Perencanaan

Refleksi.
Pelaksanaan tindakan

Observasi
Gambar 1.2.1: Gambar siklus kegiatan PTK

Setelah refleksi biasanya muncul permasalahan atau pemikiran baru


yang perlu mendapat perhatian, sehingga memerlukan revisi atau modifikasi
perencanaan, revisi atau modifikasi refleksi. Proses revisi atau modifikasi tersebut
terus dilakukan secara sistimatis sampai ditemukan modifikasi yang paling tepat
sehingga masalah dapat terpecahkan atau perubahan yang diharapkan telah
tercapai. Banyaknya siklus tergantung kepada tercapaiya tujuan atau masalah
telah dapat dipecahkan secara memuaskan.

Sebagaimana kita ketahui bahwa penelitian tindakan kelas bertujuan


untuk mengungkap penyebab masalah dan sekaligus memberikan pemecahan
terhadap masalah. Upaya tersebut dilakukan secara berdaur dan kolaboratif antara
guru dan teman sejawat, dan bahkan bila diperlukan berkolaborasi dengan dosen
terutama yang terkait dengan masalah pembelajaran di sekolah.

3. Umpan Balik dalam Proses Pembelajaran


Keputusan tentang hasil belajar merupakan umpan balik bagi guru.
Keputusan hasil belajar merupakan puncak harapan peserta didik. Secara
kejiwaan, peserta didik terpengaruh atau tercekam tentang hasil belajarnya. Oleh
karena itu, sekolah dan guru berlaku arif dan bijak dalam menyampaikan
keputusan hasil belajar peserta didik. Hasil belajar tersebut merupakan hasil
proses belajar. Pelaku aktif dalam belajar adalah peserta didik. Hasil belajar juga
merupakan hasil proses pembelajaran. Pelaku aktif dalam pembelajaran adalah
guru. Dengan demikian, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari
dua sisi.
Pada pengajar (guru) yang terjebak pada teori yang akan ia sampaikan
kepada peserta didik kadang-kadang muncul permasalahan dalam PBM.
Permasalahan yang terjadi antara teori dan paktek pendidikan yang dikaji melalui
penelitian tindakan kelas adalah “inovasi budaya” merupakan kaji tindak terhadap
kegiatan yang dilaksanakan oleh guru sendiri untuk perbaikan dan/atau
peningkatan kemampuannya dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan kata
lain, perbaikan proses pembelajaran melalui kinerja guru yang didasarkan
kesadaran tanggung jawab profesi ini diharapkan pada suatu saat akan mengalami
perubahan-perubahan, pihak yang terlibat di dalamnya yaitu pengajar dan peneliti
itu sendiri.
Permasalahan teori dan praktek dalam pendidikan pada hakikatnya terletak
pada isi kurikulum dan evaluasi kurikulum, yang dilakukan selesai proses belajar
mengajar. Guru memerlukan umpan balik untuk mengetahui kualitas dari
pelaksanakan pembelajaran yang menjadi tugas profesinya sebagai guru. Umpan
balik yang diperoleh guru biasanya diperoleh melalui tes formatif (lisan atau
tulisan). Guru pelaksana PTK memerlukan lebih banyak umpan balik
dibandingkan dengan guru biasa. Karena itu, guru pelaksana PTK harus
mempersiapkan lebih banyak informasi. Informasi tersebut diperoleh dari
berbagai alat, misalnya kalau guru menggunakan butir soal (tes) yang perlu
diperiksa, apakah butir-butir soal tersebut sudah mengukur tujuan pembelajaran
yang penting dan terpenting sehingga informasi yang dikumpulkan oleh guru
lebih menekankan pada penyempurnaan proses pembelajaran.
Penyempuranaan proses pembelajaran ditujukan untuk memperbaiki
proses pembelajaran. Bagi guru yang memiliki pengalaman pelaksanaan proses
belajar mengajar sangat membantu pada pelaksanaan PTK. Tidak semua masalah
yang muncul pada saat pembelajaran, secara otomatis dapat direnungkan oleh
guru lalu dicarikan penyelesaiannya melalui PTK di saat itu juga. Artinya ada
masalah yang tidak sederhana yang memerlukan waktu renungan yang cukup
panjang, sehingga guru menangguhkannya untuk membuat suatu penyelesaian
yang sistematis.
Pada saat awal kegiatan PTK membuat proposal menjadi sangat penting
karena akan dijadikan panduan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.
Penyiapan dan pengembangan proposal menjadi kurang penting kalau kegiatan
PTK sudah menjadi kebiasaan. Di samping itu membuat proposal menjadi
keharusan bilamana kegiatan PTK menjadi tuntutan akademik dalam
menyelesaikan program S-1, juga pengembangan proposal dijadikan syarat mutlak
bilamana kegiatan ini dinilai oleh pihak lain.
Kalau masalah yang akan diteliti sudah jelas, guru perlu melakukan
analisis dan pengkajian sehingga ditemukan alternatif pemecahannya. Dengan
demikian anda sudah dapat merumuskan tujuan PTK yang akan laksanakan oleh
guru sendiri. Agar tujuan yang dirancang rancang berhasil, guru perlu memilih
metode, penentuan alat pengumpul data atau informasi yang dibutuhkan.
Selanjutnya kalau data sudah terkumpul teknik pengolahan data dan analisisnya
harus dipilih yang tepat. Akhirnya dari hasil analisis tersebut digunakan untuk
membuat keputusan tentang keberhasilan PTK yang lakukan. Urut-urutan pola
pikir seperti ini selalu diterapkan dalam PTK.
Berikut ini dicontohkan kegiatan dalam kelas yang berkenaan dengan
pemanfaatan waktu belajar. Berdasarkan data tentang waktu belajar di kelas
sangat kurang dibandingkan dengan muatan kurikulum. Misalnya waktu belajar
IPA menurut daftar pelajaran adalah 2 x 40 menit. Sedangkan peserta didik yang
memilki buku IPA hanya 90% dari seluruh peserta didik di kelas, seperti tabel
halaman berikut:

Tabel 4.1
Penggunaan Waktu Belajar di Kelas
No. Pukul Kegiatan dalam Kelas
1. 07.00 – 7.05 Guru mengadministrasikan peserta didik yang tidak
2. 07.05 – 7.10 hadir
Guru mengumpulkan pekerjaan rumah yang dibuat
3. 07.10 – 7.20 peserta didik
4. 07.20 – 7.30 Guru membahas pekerjaan rumah yang dibuat
5. 07.30 – 8.00 peserta didik Peserta didik mencatat pembahasan
6. 08.00 – 8.05 pekerjaan rumah.
7. 08.05-08.20 Guru menerangkan pelajaran
Peserta didik menyalin materi yang diterangkan
guru. Guru memberikan tes formatif

Dengan menggunakan tabel 4.2.1 di atas, guru dapat melakukan


analisis sederhana tentang pemanfaatan waktu belajar:
a. Proses pembelajaran dimana anak didik dan pendidik terlibat dalam
kegiatan hanya ..... menit atau ..... % dari waktu yang dijadwalkan.
b. Kegiatan administrasi ... menit atau .... %
c. Menyalin pelajaran .... menit atau .... % dari waktu belajar.
d. Melaksanakan tes formatif (tertulis): ... menit atau .... %.
e. Mengerjakan lain-lain antara lain berbaris di depan pintu setelah lonceng
berbunyi, mengemas alat-alat tulis menjelang pelajaran berakhir: sekitar ....
menit atau .... % dari waktu belajar.
Dari hasil analisis, berbagai pertanyaan dapat dimunculkan antara lain:
a. Apakah waktu yang disediakan tersebut akan mendapatkan hasil dan
tujuan pendidikan sebagaimana yang diharapkan dalam kurikulum?
b. Menurut Anda apakah ketersediaan waktu seperti tesebut yang
menyebabkan kurikulum tidak dapat diselesaikan pada waktunya?
c. Apakah 5 menit (6,25%) dari waktu belajar yang digunakan untuk
administrasi tidak dapat dikurangi?
d. Memadaikah 5 menit (6,25%) dari waktu belajar untuk menyalin yang
telah diterangkan oleh guru.
e. Apakah kegiatan menyalin ini masih diperlukan?
f. Apakah waktu 5 menit (6,25%) dari wakru belajar memadai digunakan
untuk kegiatan tes formatif (tertulis)?
g. Menurut Anda bagaimana mengalokasikan waktu agar waktu tidak ter-
buang ketika mengemas peralatan menjelang akhir atau menutup
pembelajaran.

Guru dapat menggunakan format sederhana seperti contoh dalam tabel


seperti berikut
Tabel 4.2
Format Observasi Pembelajaran Sederhana
Kegiatan dalam Kelas Waktu yang digunakan (dalam menit)
Mengadministrasikan peserta ...........................................
didik ...........................................
Mengumpulkan PR ...........................................
Melaksanakan pembelajaran ...........................................
Membuat / catatan ...........................................
Melaksanakan tes formatif ...........................................
Lain-lain
Sumber: Penelitian Tindakan Kelas, (UT, 2002: 4.21)

Sebelum melaksanakan perbaikan dalam pembelajaran pelaksanaan PTK,


Anda harus mengembangkan kriteria untuk menentukan keberhasilan perbaikan
tersebut. Kriteria yang dapat ditentukan antara lain, yaitu: (1) Menentukan standar
persebtasi waktu minimal (misalnya 75%), (2) Taraf serap peserta didik akan naik
yang indikatornya (misalnya tarap serap minimal 80%) menggunakan tes formatif
(tertulis). Oleh karena itu selain menyelenggarakan PTK untuk pemanfaatan
waktu belajar dari segi kuantitatif harus juga dilaksanakan segi kualitatifnya. Alat
pengumpul informasi mengenai adanya penyimpangan dari tujuan pembelajaran
dapat digunakan contoh format seperti tabel 4.2.1
Contoh lain pelaksanaan PTK untuk mengembangkan proses berpikir
peserta didik, misalnya:
Seorang guru kelas 6 SD tidak mampu mengembangkan proses berpikir saat
pelajaran IPA. Misalnya mengembangkan proses berpikir dari ranah cognitif
menurut taksonomi Bloom yang meliputi enam jenjang berpikir dari terendah
(mengingat (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan sintesis (C4), analisis
(C5) dan tertinggi, yakni C6 (menilai = evaluasi). Proses pembelajaran baik di
kelas ataupun yang menggunakan media cetak (modul, buku pelajaran) hasil
penelitian menunjukkan guru atau buku pelajaran yang banyak digunakan
adalah proses berpikir rendah (kebanyakan ingatan / fakta, sebagian
pemahaman, ada beberapa penerapan), sangat sedikit atau hampir tidak ada
hal-hal yang berkenan dengan analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).
Hal ini tergambar dalam apa yang dituliskan dalam buku pelajaran atau apa
yang ditanyakan dalam ujian / ulangan sekolah. Ketiga kemampuan terakhir
ini sukar berkembang dengan sendirinya, harus dilatihkan dan dikembangkan
di sekolah, artinya memerlukan tuntutan dan bimbingan dari guru. Di pihak
lain tujuan pendidikan nasional ingin mengembangkan insan yang cerdas.
Bukankah kecerdasan tidak hanya ditopang oleh kemampuan mengingat,
memahami dan menerapkan tetapi harus dilengkapi dengan kemampuan
analisis, sitensis, dan evaluasi. Ini satu masalah pembelajaran yang melalui
PTK dapat diatasi tanpa menunggu diterbitkannya buku paket baru atau buku
pelajaran baru.
Kebanyakan guru kurang mengiring peserta didiknya untuk menggunakan
gambar sebagaimana direncanakan pengarang buku tidak dibicarakan di kelas,
terlebih-lebih lagi budaya yang membuat peserta didik kurang / tidak berani
bertanya kepada gurunya. Pertanyaan kurang digiring pada pertanyaan mengapa,
ataupun bagaimana. Bukankah lebih baik kalau pertanyaan tersebut dijadikan
bahan diskusi kelompok peserta didik SD, dan pada akhirnya hasil kelompok
diperiksa guru dan dirumuskan hasil akhirnya oleh kelompok di bawah bimbingan
guru.
Proses pembelajaran untuk melatih peserta didiknya berpikir dengan
proses berpikir tinggi diharapkan peserta didik akan kritis, kreatif, dan akhirnya
ingin mengadakan perbaikan terhadap apa yang ada. Ini tentu memerlukan waktu
dan kesabaran guru untuk mencari bahan atau materi baru. Bahan yang mudah
diangkat sebagai materi latihan di kelas adalah kasus-kasus yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari.
Kriteria keberhasilan dalam pengembangan proses berpikir dalam
pembelajaran adalah adanya peningkatan kemunculan proses berpikir tinggi.
Kalau selama ini kemunculannya sangat langka bagaimana kalau pada tahap awal
seperti sekarang ini kalau dimunculkannya pada pertemuan yang akan datang
lebih banyak lagi.
Kriteria keberhasilan kedua adalah, kalau selama ini dalam ulangan harian
/ mingguan / bulanan / catur wulan hampir tidak ada pertanyaan mengenai C4 atau
C5 atau C6 maka dengan adanya PTK ini mereka muncul lebih banyak. Perlu
diingat bahwa dalam tes formatif pun proses berpikir tinggi ini akan muncul.
Masalah pengembangan nilai atau sikap ini sudah menjadi tanggung jawab
setiap guru. Bukankah semua guru dapat melatih peserta didik supaya disiplin,
menghargai waktu, bekerja sama, menghargai orang lain, kreatif dan sebagainya
melalui keberadaan di depan peserta didik. Adalah pendapat yang keliru kalau
disebut bahwa pengembangan nilai dan sikap tersebut adalah tanggung jawab
guru PMP atau guru pendidikan agama, sebagaimana telah terjadi akhir-akhir ini.
Pada hal dalam proses pembelajarannya pengembangan nilai dan sikap menjadi
tanggung jawab bersama, jangan menunggu guru lain untuk mengerjakannya.
Pada waktu ini tidak semua guru menyadari bahwa pengembangan nilai dan sikap
itu menjadi tanggung jawabnya, masukkanlah tugas ini sebagai salah satu kegiatan
PTK. Mengukur nilai dan sikap selain melalui observasi (menggunakan format
observasi) dapat juga melalui angket yang berupa skala sikap. Prosedur yang
ditempuh dalam pelaksanaan PTK mengenai upaya pengembangan nilai dan sikap
sama dengan upaya pengembangan proses berpikir tinggi.
Pada bagian akhir uraian pada uni ini, akan disajikan cuplikan salah satu
contoh bagaimana guru sebagai peneliti atau pelaksana PTK membuat rencana
penelitian. Untuk memberikan gambaran tentang bagaiman Anda merencanakan
penelitian (PTK), akan dikemukakan contoh rencana penelitian yang berdasarkan
kerangka teoretis dan hipotesis tindakan, selanjutnya menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP):

Contoh: Kerangka teoretis dan hipotesis tindakan

a. Kerangka teoretis
Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan
yang searah. Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar yang
optimal adalah suatu situasi dimana peserta didik dapat berinteraksi
dengan guru dan/atau bahan pelajaran di tempat tertentu yang telah diatur
dalam rangka mencapai tujuan. Selain itu, situasi tersebut dapat lebih
mengoptimalkan kegiatan belajar bila menggunakan metode dan/atau
media yang tepat. Salah satu model pembelajaran itu adalah model
pembelajaran Kooperatif dengan pendekatan Student Teams Achievement
Divisions (STAD), yang digunakan dalam penelitian ini.
Pendekatan Student Teams Achievement Divisions merupakan salah satu
bentuk pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Dalam Kooperatif-
STAD peserta didik dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan
anggota 4 – 5 orang, dan setiap kelompok harus heterogen. Guru
menyajikan pelajaran dan peserta didik bekerja di dalam tim mereka untuk
memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran
tersebut. Akhirnya seluruh peserta didik dikenai kuis tentang materi itu, dan
pada saat kuis diberikan mereka tidak boleh saling membantu (Depdiknas,
2004).
Keputusan tentang hasil belajar merupakan umpan balik bagi guru dan
merupakan puncak harapan peserta didik.

b. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka uraian teoritis di atas dapatlah disusun hipotesis
tindakan sebagai berikut : “ Jika guru melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Kooperatif-STAD, maka hasil belajar
peserta didik pada materi ekonomi yang berkaitan dengan hitungan akan
meningkat”.
Contoh : Rencana Penelitian

1. Seting Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas X C SMA
Muhammadiyah Sintang dengan jumlah peserta didik 36 orang yang terdiri
dari 17 orang peserta didik putra dan 19 orang peserta didik putri.

2. Faktor-Faktor yang Diselidiki


a. Faktor Peserta didik :
1) Melihat kemampuan peserta didik dalam memahami rumus matematis
ekonomi dan aplikasinya dalam penyelesaian soal hitungan.
2) Perilaku peserta didik selama proses kegiatan belajar mengajar.
3) Hasil belajar peserta didik.

b Faktor Guru :
Melihat kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran
Kooperatif-STAD.

3. Rencana Tindakan
Penelitian ini akan dilakukan dalam 2 siklus dengan berbagai kemungkinan
perubahan yang dianggap perlu.

a. Siklus Pertama
1) Perencanaan
a) Membuat skenario pembelajaran atau rencana pembelajaran sesuai
strategi yang akan dilaksanakan.
b) Membuat lembar observasi dalam pelaksanaan pembelajaran untuk
peserta didik dan guru.
c) Menyiapkan soal-soal yang diperlukan untuk melaksanakan latihan.

2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan adalah merujuk pada skenario
pembelajaran yang telah dirancang yaitu melalui pembelajaran
Kooperatif-STAD dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Mengorganisasikan peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil
yang heterogen.
b) Guru menyajikan pelajaran.
c) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota
anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya
sampai semua anggota kelompok itu mengerti.
d) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat
menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
e) Memberi evaluasi.
f) Kesimpulan.

3) Observasi
Observasi dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan pada tahap
perencanaan. Observasi terhadap pembelajaran oleh guru dilaksanakan
dengan bantuan rekan guru lainnya.

4) Analisis
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap data hasil observasi yang
meliputi :
a) Analisis hasil observasi peserta didik dalam pelaksanaan
pembelajaran.
b) Analisis hasil observasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
c) Analisis hasil belajar peserta didik.

5) Refleksi
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi dan analisis dan
diskusi dengan rekan kerja. Refleksi dilakukan untuk mengkaji
apakah pelaksanaan tindakan sudah dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik pada penyelesaian soal hitungan ekonomi atau belum.
Refleksi hasil analisis data pada tahap ini digunakan sebagai acuan
perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.

b. Siklus Kedua
1) Perencanaan
a) Membuat skenario pembelajaran atau rencana pembelajaran sesuai
strategi yang akan dilaksanakan.
b) Membuat lembar observasi dalam pelaksanaan pembelajaran untuk
peserta didik dan guru.
c) Menyiapkan soal-soal yang diperlukan untuk melaksanakan latihan.

2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan adalah merujuk pada skenario
pembelajaran yang telah dirancang yaitu melalui pembelajaran
Kooperatif-STAD dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mengorganisasikan peserta didik dalam kelompok-kelompok
kecil yang heterogen.
b. Guru menyajikan pelajaran.
c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada
anggota lainnya sampai semua anggota kelompok itu mengerti.
d. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik.
e. Memberi evaluasi.
f. Kesimpulan.
3) Observasi
Observasi dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan pada tahap
perencanaan. Observasi terhadap pembelajaran oleh guru
dilaksanakan dengan bantuan rekan guru lain.
4) Analisis
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap data hasil observasi yang
meliputi :
a) Analisis hasil observasi peserta didik dalam pelaksanaan
pembelajaran.
b) Analisis hasil observasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
c) Analisis hasil belajar peserta didik.

5) Refleksi
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi dan analisis dan
diskusi dengan rekan kerja. Refleksi dilakukan untuk mengkaji
apakah pelaksanaan tindakan sudah dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik pada penyelesaian soal hitungan ekonomi atau belum.
Refleksi hasil analisis data pada tahap ini digunakan sebagai acuan
perencanaan tindakan pada siklus berikutnya. Apabila hasil yang
telah dicapai peserta didik sesuai dengan yang diharapkan
(berdasarkan Standar Ketuntasan Belajar Minimal), maka siklus
berikutnya tidak dilanjutkan.

4. Data dan Cara Pengambilan


a. Sumber Data :
- Peserta didik kelas X C SMA Muhammadiyah Sintang
- Guru peneliti
b. Jenis Data :
- Data Kualitatif diperoleh dari rencana pembelajaran dan lembar
observasi.
- Data Kuantitatif diperoleh dari data hasil belajar peserta didik
c. Cara Pengambilan Data :
- Data hasil belajar diperoleh melalui ulangan harian dan tes akhir.
- Data tentang keterkaitan antara perencanaan dan pelaksanaan
didapat dari rencana pembelajaran.
- Data tentang situasi pelaksanaan pembelajaran didapat dari
lembar observasi.

5. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini adalah apabila minimal 80
% peserta didik telah dapat mencapai Standar Ketuntasan Belajar
Minimal (SKBM) dengan nilai 60.

Latihan:
Setelah Anda mengkaji materi yang dipaparkan dalam subunit ini, selanjutnya
untuk memantapkan pemahaman Anda, kerjakan latihan berikut:
1. Guru merasa tugasnya semakin bertambah ketika ia sebagai pengajar dan
sebagai peneliti atau pelaksana PTK, mulai dari persiapan sampai tindak lanjut
dalam pembelajaran. Dari segi persiapan, yaitu rencana pembelajaran untuk
pelaksaan PTK kegiatan tambahan dalam menyusun rencana pembelajaran
untuk perbaikan proses pembelajaran di kelas.
Coba Anda cermati butir-butir pada format Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (lihat dan banding contoh format RPP pada tabel 4.1 dan 4.2).
Apakah Anda menemukan perbedaan butir-butir pada kedua contoh format
RPP tersebut ? Selanjutnya, coba Anda lengkapi format RPP untuk PTK
tersebut, setelah Anda menentukan fokus penelitian atau fokus pembelajaran
pada matapelajaran yang Anda ajarkan kepada peserta didik di kelas.

2. Ada beberapa butir tambahan untuk pelaksanaan pelaksanaan PTK yang perlu
dicantumkan dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP). Anda
diminta membuat Rencanaan Pelaksanaan Pembelajaran untuk PTK dengan
menggunakan format RPP untuk PK. Untuk memantapkan rencana
peerbaikan pembelajaran tersebut Anda boleh mendiskusikan masalah yang
akan dijadikan fokus perhatian Anda berdasarkan hasil reflektif tehadap PBM
di kelas (ambil satu masalah dari matapelajaran yang diajarkan di kelas
tertentu di SD.

Petunjuk Penyelesaia Latihan:


1. Coba Anda cermati butir-butir pada format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(lihat contoh format RPP pada dan 4.2). Buatlah rencana pembelajaran dan
rencana penelitian (lihat contoh 1 dan 2).
2. Coba Anda cermati butir-butir pada format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(lihat dan banding contoh format RPP pada tabel 4.1 dan 4.2). Apakah Anda
menemukan perbedaan butir-butir pada kedua contoh format RPP tersebut ?
Diskusikan format tersebut dengan teman-teman Anda.

RANGKUMAN
Salah satu yang menjadi alasan penting dilakukan penelitian tindakan
kelas adalah untuk mengatasi permasalahan reformasi kurikulum pendidikan yang
sedang berlangsung di jenjang pendidikan dasar, jenjang pendidikan menengah
dan juga berbagai aspek yang terkait di dalamnya.
Perbaikan proses pembelajaran melalui kinerja guru yang didasarkan
kesadaran tanggung jawab profesi guru yang terlibat secara langsung dalam PBM
Selain sebagai pengajar juga sebagai berperan sebagai peneliti atau pelaksana
PTK. Keterlibatan kegiatan perbaikan proses pembelajaran tersebut terdapat di
dalamnya yaitu pengajar dan peneliti itu sendiri. Tindakan kelas berupaya untuk
memperbaiki pelaksanaan proses pembelajaran dalam rangka peningkatan kualitas
lulusan. Kegiatan sebagian besar guru yang berpengalaman sudah
menetapkannya dalam pembelajaran, walaupun kurang disadari dan belum
direncanakan.
Guru sangat merasakan adanya tambahan kegiatan dibandingkan dengan
tugas mengajar biasa pada tahap pelaksanaan PTK. Tambahan kegiatan tersebut
antara lain guru harus mempersiapkan beberapa alternatif pada setiap tahap awal
pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu apersepsi, metode, berbagai alat ukur
(tes), materi yang mengembangkan berbagai aspek berpikir, aspek afektif,
maupun aspek keterampilan. Sebelum keterampilan PTK menyatu dengan diri
guru, alternatif tindakan pada setiap tahap seyogyanya dibuat tertulis. Namun
kalau PTK sudah menyatu dengan guru, catatan tertulis ini kurang diperlukan.
Semua kekurangan dalam pembelajaran akan dapat diperbaiki asalkan
ada kemauan guru dan pihak sekolah untuk melaksanakan PTK. Sekiranya
semua guru di sekolah termasuk kepala sekolah secara serempak melaksanakan
PTK pada waktu yang tidak terlalu lama (akan dapat) meningkat kualitas
bahkan menjadi sekolah unggulkan.
DAFTAR PUSTAKA

Elliot, J. ( 1991). Action Reseach For Education Change. Philadelphia: Open


University Press.

Hopkins, D. (1993). A Teacher’s guide to Classroom Reseach. Buckingham:


Open University Press.
Joni, T. Raka. (1998), Penelitian tindakan Kelas : Beberapa Permasalahan, Jakarta
: BPPGSM Dirjen Dikti Depdikbud.

McMillan, J.H dan Schumacher, S. (2001). Research in Education: A Conceptual


Intro-duction (5th ed.), US, Longman.Inc.
McNiff, Jean. (1992). Action Research: Principles and Pratice. London:
Macmillan Education Ltd.

Mills Geoffrey, E. (2000). Actioan Rseach :A Guide For The Teacher Reseacher
New Jersey. Colombus, Ohio: Merrill, an Imprint Prentice Hall.
Oja Sharon, N.,Smulyan, L. (1989). Vollabotrative Action Reseach; A
Developmen Approcah. Social Reseach and Aducation studies Sereies: 7
London, New York, Philadelphia: The Falmers Press.
Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: Bumi Aksara.
Suyanto. (1997), Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : BPP3SD Dirjen
Dikti Depdikbud

Wardani, I G.A.K. (2003). Hakikat Penelitian Tindakan Kelas. Buku Materi


Pokok Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.
GLOSARIUM

Kolaborasi : kerjasama yang dilakukan berdasarkan kemitraan yang saling belajar-


membelajarkan sesama anggota
Komitmen : kesetiaan yang didasarkan rasa tanggung jawab pada apa yang telah
disepakati.
Kurikulum (curriculum) : semua pengalaman yang dilakukan peserta didik yang
dirancang, diarahkan, diberikan dan dipertanggungjawabkan oleh sekolah,
dalam tahap rancangan, pelaksanaan maupun pengendaliannya.
Masalah penelitian (reseach problems): cara-cara yang digunakan peneliti dalam
merancang, melaksanakan, pengolah data dan menarik kesimpulan
berkenaan dengan masalah penelitian tertentu.
Pembelajaran (instruction, teaching): adalah upaya guru menciptkan situasi agar
peserta didik belajar, meliputi penggunaan berbagai metode dan media
pembelajar-an.
Penelitian berpikir reflektif (self-directive inquiry): penelitian yang mengandal-
kan kemampuan untuk melakukan refleksi (merenungkan)
Prexiologi : suatu teori kurikulom yang menggunakan suatu prinsip dasar yang
dipahami dan dilaksanakan oleh guru dalam membumikan tujuan
pendidikan ke dalam praktek pembelajaran yang sebenarnya.
Unit 5
TUJUAN, MANFAAT DAN MASALAH YANG DAPAT DIKAJI
MELALUI PTK

PENDAHULUAN

Pada unit sebelumnya anda telah diajak untuk membahas hakikat PTK,
mengerjakan latihan-latihan dan menyelesaikan tes formatif. Pemahaman yang
telah terekam dalam diri anda tersebut sangat penting artinya untuk mendalami
lebih lanjut materi yang diuraikan pada unit ini. Oleh sebab itu bilamana anda
merasa belum begitu memahami dengan baik unit sebelumnya, disarankan agar
anda mencermati kembali sebelum melanjutkan pelajaran pada unit ini.
Sesuai dengan judul unit ini, maka pembahasan yang lebih rinci dijabarkan
ke dalam tiga subunit yang saling terkait, yaitu tujuan PTK dan Manfaat PTK,
kondisi yang dipersyaratkan untuk mengembangkan PTK serta masalah-masalah
yang dapat dikaji melalui PTK. Melalui pembahasan, latihan-latihan, diskusi yang
dilakukan serta menyelesaikan tes formatif yang disediakan anda diharapkan
dapat menjelaskan secara rinci tentang:
1. Tujuan PTK
2. Manfaat PTK bagi perbaikan pembelajaran
3. Kondisi yang dipersyaratkan untuk mengembangkan PTK.
4. Masalah-masalah pembelajaran yang dapat dikaji melalui PTK
Untuk membantu mendalami uraian ini disediakan beberapa latihan. Anda
diminta untuk mengerjakan latihan-latihan tersebut melalui telaah sendiri bahan
ajar dan diskusi dengan teman-teman Anda. Pada bagian akhir unit disediakan tes
formatif sebagai bahan balikan untuk mengevaluasi sejauhmana kedalaman
pemahaman Anda.
Selamat belajar, semoga sukses!

SUBUNIT 1

Tujuan dan Manfaat PTK


Subunit ini membahas tujuan dan manfaat PTK dalam rangka perbaikan
pembelajaran. Perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran merupakan bagian
yang sangat penting dalam keseluruhan proses pembelajaran yang selayaknya
dapat dilakukan atas dorongan atau prakarsa guru sendiri. Pemahaman secara
mendalam tentang tujuan dan manfaat PTK akan dapat mendorong motivasi guru
untuk melaksanakan upaya-upaya kearah pencapaian proses dan hasil belajar yang
lebih baik. Oleh sebab itu Anda diharapkan dapat mengkaji secara seksama
subunit ini, mengerjakan latihan-latihan yang disediakan serta menyelesaikan tes
formatif pada bagian akhir subunit ini.

A. Tujuan PTK

Setiap guru memikul tanggung jawab untuk mewujudkan proses


pembelajaran yang berhasil dan berdayaguna. Dalam keadaan demikian hampir
tidak ada waktu yang terlewati oleh guru, untuk senantiasa memikirkan, mencari
dan menemukan cara dan langkah menuju terwujudnya proses pembelajaran yang
lebih baik tersebut. Beberapa wujud aktivitas keseharian yang dilakukan guru
termasuk anda sendiri, seperti memberikan tugas di kelas, memberikan pekerjaan
rumah kepada siswa, memberikan tugas-tugas latihan, memberikan dorongan,
membuat variasi-variasi dalam mengajar, memberikan teguran bahkan sanksi
kepada siswa, mengikuti pelatihan, penataran, diskusi pendidikan dan sebagainya,
sesungguhnya adalah dalam rangka mewujudkan proses pembelajaran dan
mencapai hasil belajar yang lebih baik. Upaya-upaya tersebut memang penting
untuk dilakukan, terlebih lagi bilamana dapat dilakukan secara terencana, terarah,
sistematik dan berdasarkan evaluasi dan refleksi yang lebih mendalam sehingga
dapat mencapai perubahan yang lebih optimal.

Penelitian Tindakan Kelas sesuai dengan pengertian yang telah dipaparkan


pada bagian terdahulu, pada prinsipnya merupakan satu bentuk upaya yang
terencana dan sistematik yang diprakarsai guru sendiri untuk memperbaiki kinerja
pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Meskipun harus diakui secara
jujur bahwa upaya-upaya kearah peningkatan kinerja pembelajaran dapat saja
dilakukan dengan cara-cara lain, akan tetapi dengan melakukan PTK guru akan
mendapatkan beberapa manfaat di samping tujuan utama tersebut. Apalagi hasil-
hasil diskusi maupun penelitian menunjukkan bahwa guru merasakan kebanyakan
riset yang dilakukan selama ini tidak bersifat praktis dan kurang konsisten dengan
persoalan-persoalan nyata di kelas. (Oja & Smulyan, 1989:9).

Peningkatan kualitas pembelajaran di kelas merupakan tujuan utama dari


pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Anda mungkin pernah membaca dalam
berbagai tulisan bahwa “kotak hitam” (black box) pendidikan sesungguhnya
adalah kelas. Bilamana semua komponen yang terlibat dalam kegiatan
pembelajaran di kelas dapat didorong secara optimal, sehingga pada akhirnya
siswa-siswa dapat mencapai perubahan kemampuan dengan baik, maka sekolah
tersebut akan mampu mewujudkan kinerja yang diharapkan. Akan tetapi bilamana
siswa-siswa di kelas memiliki prestasi yang rendah, komponen-komponen
pembelajaran tidak mampu didorong perannya secara optimal, maka kita sulit
berharap bahwa sekolah tersebut mampu mencapai fungsinya dengan baik. Dan
itu berarti pula kita tidak bisa berharap bahwa kemajuan pendidikan akan dapat
mencapai perubahan yang berarti. Oleh sebab itu kita melihat bahwa perbaikan-
perbaikan kinerja pembelajaran di kelas ini merupakan kerangka paling strategis
untuk mencapai perubahan kualitas proses belajar secara keseluruhan.
Peningkatan atau perbaikan praktik pembelajaran ini perlu dilakukan
secara terus menerus, karena perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan
yang terus berkembang secara dinamis. Oleh sebab itu tuntutan masyarakat
terhadap perbaikan layanan pendidikan juga semakin meningkat. Penelitian
tindakan kelas merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk
meningkatkan layanan pendidikan dengan cara melakukan perbaikan-perbaikan
proses pembelajaran.
Upaya-upaya perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran di kelas
menjadi tumpuan peningkatan relevansi pendidikan dan peningkatan mutu hasil
belajar siswa. Sebagaimana dikemukakan oleh Hammersley (1986), jika kita
bermaksud memahami cara kerja sekolah dan hendak mengubah atau
meningkatkan perannya, maka yang sangat penting dimengerti adalah apa yang
terjadi di dalam kelas.
Dalam kajian yang lebih luas, PTK juga bertujuan meningkatkan relevansi
pendidikan. Seperti telah kita ketahui bersama bahwa PTK utamanya diarahkan
pada perbaikan kinerja pembelajaran. Dengan berkualitasnya proses
pembelajaran, berarti pula lembaga pendidikan sekolah mampu menelurkan
siswa-siswa yang berkualitas. Suatu proses pembelajaran dapat dikatakan
meningkat kualitasnya antara lain bilamana unsur-unsur yang terdapat di
dalamnya menjadi lebih sesuai (relevan) dengan karakteristik pribadi siswa,
tuntutan masyarakat, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berkembang dengan sangat cepat.
Secara keseluruhan penelitian tindakan kelas bertujuan untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Perbaikan atau peningkatan praktik pembelajaran
di kelas merupakan tujuan antara, sedangkan tujuan akhirnya adalah peningkatan
mutu hasil pendidikan. Karena itu kemampuan mengembangkan potensi-potensi
siswa di kelas merupakan elemen kunci bagi upaya-upaya peningkatan kualitas
pendidikan dalam skala yang lebih luas.
Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan merupakan salah satu
komponen tujuan penting PTK. Peningkatan atau perbaikan proses pembelajaran,
di samping untuk meningkatkan relevansi dan meningkatkan mutu hasil
pendidikan, juga ditujukan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber-
sumber daya yang terintegrasi di dalamnya. PTK dapat menjadi salah satu wahana
untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan pendidikan, karena dalam PTK selalu
diarahkan untuk menemukan alternatif baru agar proses pembelajaran dapat
diselenggarakan dengan lebih baik.

Materi Diskusi:

Diskusikan dengan teman-teman anda materi yang telah dipaparkan di atas, dan
temukan beberapa faktor yang mungkin dapat menghambat pencapaian tujuan
tersebut di sekolah anda.
B. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Meskipun anda telah mengetahui bahwa PTK bertujuan memperbaiki
kinerja pembelajaran di kelas, namun mungkin ada sebagian di antara anda yang
masih bertanya-tanya, secara lebih spesifik apa saja manfaat PTK. Oleh sebab itu
berikut ini kita mencoba memaparkan beberapa manfaat PTK dilihat dari
beberapa dimensi. Dirjen Dikdasmen (2004:9) mengemukakan beberapa
kelebihan atau manfaat penelitian tindakan, yaitu:
1. Menumbuhkan inovasi dan perbaikan. Karena penelitian tindakan bersifat
pemecahan masalah (problem-solving) maka guru berlatih untuk memikirkan,
mencoba, dan mengevaluasi berbagai inovasi yang mungkin diterapkan agar
proses pembelajaran dapat lebih berhasil terutama untuk menjawab masalah
yang sedang dihadapi.
2. Memacu tumbuhnya semangat kolaborasi antar komponen pendidikan di
sekolah, yaitu guru, siswa, staf/pimpinan dan masyarakat/orang tua.
3. Meningkatkan profesionalisme guru. Penelitian tindakan memfasilitasi guru
untuk meningkatkan kompetensi keguruannya. Dengan penelitian tindakan
guru dapat lebih memahami apa yang berlangsung di kelas yang meliputi
kendala-kendala maupun dukungan-dukungan yang langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Karena itu guru
harus didorong untuk berpartisipasi nyata di dalam mengembangkan teori
yang berkembang dan kegiatan profesional mereka sendiri untuk mengadakan
perubahan mendasar bagi kepentingan praktik pembelajaran (Elliot, 1991: 9).
Wardani (2003:1.16) mendeskripsikan beberapa manfaat PTK bagi guru,
bagi siswa maupun bagi sekolah.
1. Manfaat bagi guru
Dengan melakukan penelitian tindakan kelas, banyak sekali manfaat yang
dapat dirasakan atau langsung dilihat kegunaannya bagi guru. Beberapa
manfaat tersebut adalah;

a. Untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya, karena sasaran


utama PTK sebagaimana telah anda pahami sebelumnya adalah untuk
perbaikan pembelajaran. Perbaikan ini akan menimbulkan kepuasan dan
sekaligus menjadi pendorong guru untuk mencapai perubahan-perubahan
selanjutnya, karena melalui PTK ini guru mampu membuktikan bahwa
atas prakarsa dirinya sendiri ia telah melakukan sesuatu untuk perbaikan
pembelajaran yang dikelolanya. Hasil PTK yang dicapai oleh seorang
guru, di samping akan bermanfaat bagi perbaikan pembelajaran yang
dikelolanya, juga dapat diinformasikan kepada rekan-rekan guru yang
lain sehingga dimungkinkan untuk dikembangkan atau dicoba pada kelas
yang dikelolanya sehingga diharapkan guru-guru yang lain dapat pula
mencapai perbaikan-perbaikan sebagaimana diharapkan. Untuk
memantapkan pemahaman anda, dianjurkan menyimak contoh berikut:

Contoh:

Pak Khatib adalah seorang guru pada salah satu Sekolah Dasar. Sehari-
harinya ia diberi tugas mengajar mata pelajaran Pendidkan IPS di kelas
empat, lima dan enam. Pak Khatib termasuk guru yang aktif mengikuti
kegiatan-kegiatan yang berkaitan tugasnya sebagai guru. Salah satu
kegiatan yang selalu diikutinya adalah kegiatan Musyawarah Guru
Bidang Studi (MGMP) yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali. Suatu
hari ketika ia menghadiri kegiatan tersebut, ada seorang guru berceritera
bahwa di salah satu sekolah, ada seorang guru yang telah melaksanakan
PTK yang berkenaan dengan upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran di kelas. Guru tersebut menceriterakan bahwa pada
mulanya ia merasa agak resah lantaran siswa-siswa di kelasnya jarang
sekali yang mau bertanya atau mengemukakan pendapat, walaupun
mereka sesungguhnya belum mengerti. Ketika diminta bertanya, jarang
sekali ada yang bertanya, akan tetapi ketika diberikan soal-soal latihan
banyak sekali yang tidak bisa mengerjakan dengan benar. Akhirnya guru
tersebut mencoba melakukan PTK dengan memberi kesempatan kepada
siswa-siswanya membuat pertanyaan tertulis bagi yang belum mengerti
untuk melatih dan menumbuhkan keberanian bertanya. Hal itu dilakukan
secara berlanjut, dan kemudian secara bertahap terjadi perubahan,
banyak diantara siswa tumbuh keberanian mengajukan pertanyaan secara
lisan. Mendengar cerita tersebut pak Khatib merasa terdorong untuk
melakukannya. Dengan bertanya dan membaca, pak Khatib dapat
mengembangkan sendiri penelitian di kelasnya, dan ternyata membawa
perubahan yang sangat berarti terutama dalam meningkatkan keaktifan
siswa bertanya dan mengemukakan pendapat. Karena itu pak Khatib
menyarankan guru-guru lain untuk mencoba di kelasnya.

Dari contoh yang dikemukakan di atas, anda dapat melihat bahwa hasil
PTK dapat langsung dimanfaatkan oleh guru untuk memperbaiki
pembelajaran yang dikelolanya.

b. Guru dapat berkembang secara profesional. Melalui pelaksanaan PTK


guru secara terencana dan terarah melakukan tindakan-tindakan nyata
untuk perbaikan pembelajaran, melakukan refleksi dan evaluasi secara
sistematik berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan. Dalam keadaan
ini guru mampu membuktikan diri dengan kesanggupan menilai dan
memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. Dengan kata lain guru
dapat menunjukkan otonominya sebagai seorang professional, karena
pekerjaan yang dilakukannya melalui langkah-langkah penelitian
dilakukan berdasarkan prosedur. Dengan demikian berarti memberikan
kontribusi bagi berkembangnya profesionalisme sebagai guru.
c. Mendorong guru untuk lebih percaya diri. Keberhasilan guru dalam
melaksanakan PTK dapat mendorong keinginan guru-guru lain untuk
melakukan aktivitas tersebut pada kelasnya sendiri. Jika dengan
melakukan PTK guru mampu menunjukkan diri sebagai seorang pekerja
profesional, maka dengan sendirinya akan tumbuh atau semakin
meningkat rasa percaya diri seorang guru. Guru yang mampu
menganalisis persoalan-persoalan di kelasnya dengan baik, menemukan
kekuatan dan kelemahan dan selanjutnya mampu menemukan serta
mengembangkan alternatif pemecahan masalah, akan memberi
sumbangan yang besar bagi semakin tumbuhnya rasa percaya diri.
Terlebih lagi jika guru tersebut dapat mempublikasikan hasil-hasil
penelitian yang dilakukannya sehingga dapat diakui guru-guru atau
bahkan berbagai unsur yang lain sudah barang tentu akan meningkatkan
rasa percaya dan kepuasan diri. Ananda (2001:25) dalam tulisannya
tentang Peran Lain Guru Sebagai Peneliti, mengemukakan bahwa
dengan melakukan PTK akan membantu guru dalam memecahkan
masalah-masalah yang bersifat praktis, meningkatkan kompetensi, serta
meningkatkan pemahaman tentang situasi sosial sekolah sehingga
menambah rasa percaya diri pada guru.
d. Dengan melaksanakan PTK berarti guru sudah menunjukkan peran yang
nyata dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam upaya
mencari cara atau langkah-langkah inovatif dan praktis untuk
memperbaiki proses pembelajaran. Hal ini akan memperkokoh
eksistensi peran guru dalam melaksanakan tanggung jawabnya.
Dengan melakukan PTK guru juga mendapat kesempatan yang baik
untuk belajar, melatih diri mengenali masalah, mengidentifikasi
kendala-kendala pembelajaran, menganalisis dan menilai serta mampu
merancang langkah-langkah yang dapat dikembangkan dalam
perbaikan pembelajaran di kelasnya. Ini semuanya sesungguhnya selain
merupakan wujud tanggung jawab guru, sekaligus juga merupakan
sumbangan bagi kemajuan pendidikan, khususnya dalam peningkatan
kualitas proses pembelajaran.
Dalam tulisan Bissex dan Bullock (1987), (dalam Ananda,
2001:25) dikemukakan bahwa meningkatnya jumlah buku dan artikel yang
berkaitan dengan penelitian tindakan ikut menyemarakkan dan
mempopulerkan pekerjaan guru sebagai peneliti. Di samping itu guru
sebagai peneliti juga menghasilkan laporan tertulis, dan laporan tersebut
tentu akan menambah wawasan dan manfaat bagi guru lain. Proses dan
hasil penelitian guru juga akan menjadi wahana diskusi tentang
pelaksanaan pembelajaran, memberikan semangat baru bagi guru lain, serta
mendorong guru dan siswa untuk belajar tentang diri dan dunia mereka.

2. Manfaat bagi pembelajar/Siswa


Ilustrasi:
Bu Ririn seorang guru IPA di salah satu Sekolah Dasar melakukan PTK
yang difokuskan pada penggunaan media yang bervariasi dalam pembelajaran
IPA. Tujuan yang diharapkan dapat tercapai dari penelitian yang dirancangnya
adalah agar siswa-siswa di kelas tersebut lebih mudah memahami materi pelajaran
yang disampaikannya. Setelah melakukan PTK dalam beberapa siklus sesuai
dengan prosedur PTK, nampak terjadinya peningkatan pemahaman siswa-siswa
terhadap materi yang disampaikan. Meskipun sudah terjadi perubahan
pemahaman siswa-siswanya, akan tetapi Bu Ririn belum merasa puas dengan
hasil yang dicapainya karena berdasarkan hasil evaluasi yang ia lakukan masih
ada sekitar 40% siswa yang belum dapat memahami dengan baik. Selanjutnya ia
melakukan perbaikan pada perencanaan dan melakukan tindakan sesuai dengan
perencanaan yang sudah diperbaikinya. Ternyata hasil yang dicapai jauh lebih
baik dari sebelumnya, dan untuk sementara, ia cukup puas dengan perubahan
pemahaman siswa yang dicapai.
Apa yang dapat Anda simpulkan dari ilustrasi di atas, jika dikaitkan
dengan manfaat PTK bagi siswa?. Tentu dengan mudah anda dapat menjawab
bahwa PTK tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa bukan? Perbaikan-
perbaikan pembelajaran yang dilakukan melalui PTK sekaligus juga bermanfaat
bagi siswa karena mereka terlibat secara langsung di dalam aktivitas tersebut. Hal
ini sangat penting artinya dalam rangka memberikan pengalaman langsung
kepada siswa. Dengan melaksanakan PTK, kesalahan dalam proses pembelajaran
akan cepat dianalisis dan diperbaiki, sehingga kesalahan tersebut tidak akan
berlanjut. Jika kesalahan dapat diperbaiki, hasil belajar siswa diharapkan
meningkat. Sebaliknya, jika kesalahan dalam proses pembelajaran dibiarkan
berlarut-larut, maka guru akan tetap mengajar dengan cara yang sama sehingga
hasil belajar siswa pun tetap sama, bahkan mungkin menurun. Dengan demikian,
ada hubungan timbal balik antara pembelajaran dan perbaikan hasil belajar siswa.
Disamping meningkatkan hasil belajar siswa, PTK yang dilaksanakan guru
juga dapat menjadi model bagi siswa. Guru yang terampil melaksanakan PTK
akan selalu kritis terhadap hasil belajar siswa, sehingga siswa merasa mendapat
perhatian khusus dari guru. Sikap kritis ini dapat menjadi model bagi siswa untuk
selalu menyikapi kinerjanya dengan melakukan analisis seperti yang di lakukan
oleh gurunya. Meskipun siswa tidak paham dan mungkin tidak tahu bahwa guru
sedang melakukan PTK di samping mengajar, tetapi perilaku guru yang juga
berperan sebagai peneliti dapat menjadi model yang bagus bagi para siswa,
sehingga diharapkan para siswa juga dapat berperan sebagai peneliti bagi hasil
belajarnya sendiri. Cara kerja yang sistematik dan terarah merupakan hal-hal
positif yang dapat dijadikan siswa-siswa sebagai contoh. Bilamana kegiatan ini
telah menjadi suatu kebiasaan di setiap sekolah dan tiap kelas, maka berarti pula
siswa dibiasakan untuk melakukan sesuatu secara terarah dan sistematik.
Bagaimana tanggapan Anda sebagai guru tentang hal ini?
3. Manfaat PTK bagi sekolah
Setelah anda memahami manfaat PTK bagi guru dan bagi siswa
sebagaimana dipaparkan di atas, maka anda mungkin dapat menyimpulkan
manfaatnya bagi sekolah. Manfaat apa bagi sekolah bilamana para gurunya
banyak yang terampil melaksanakan PTK. Selaraskah pendapat anda dengan apa
yang dikemukakan oleh Hargreaves (dalam Hopkins, 1993), sekolah yang
berhasil mendorong terjadinya inovasi pada diri para guru, telah berhasil pula
meningkatkan kualitas pendidikan untuk para siswa. Pernyataan ini menunjukkan
betapa eratnya hubungan perkembangan sekolah dengan perkembangan
kemampuan guru. Sekolah tidak akan berkembang atau hanya akan mengalami
sedikit perkembangan tanpa berkembangnya kemampuan guru. Demikian pula
sebaliknya, guru akan sangat sulit berkembang bilamana sekolah tidak memiliki
inovasi dan perkembangan.
Bilamana para guru di sekolah telah terdorong melakukan perubahan
maka sekolah akan memiliki peluang yang besar untuk mencapai perkembangan
yang lebih baik. Perubahan-perubahan di luar sekolah terjadi secara pesat.
Bilamana guru dan semua komponen sekolah lamban dalam memprakarsai
perubahan, maka eksistensi sekolah akan sangat sulit diharapkan sesuai dengan
harapan dan keinginan masyarakat. Upaya-upaya perbaikan yang berkenaan
dengan masalah-masalah belajar siswa, berbagai kesulitan mengajar yang dialami
oleh guru akan dapat dilakukan secara bertahap melalui PTK. Hubungan kolegial
yang sehat yang tumbuh dari rasa saling membutuhkan akan menumbuhkan iklim
kerjasama yang kondusif untuk memajukan sekolah. Dengan terbiasanya para
guru melakukan PTK, berbagai strategi/tehnik pembelajaran dapat dihasilkan dari
sekolah ini untuk disebarluaskan kepada sekolah lain. Dengan demikian, sekolah
mempunyai kesempatan yang besar untuk berubah secara menyeluruh. Dalam
konteks ini, PTK memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan
sekolah, yang tercermin dari peningkatan kemampuan profesional para guru,
perbaikan proses dan hasil belajar siswa, serta kondusifnya iklim pendidikan di
sekolah.

Latihan:
1. Coba saudara temukan perbedaan-perbedaan mendasar antara upaya perbaikan
pembelajaran yang dilakukan guru melalui PTK, dengan upaya perbaikan
pembelajaran yang dilakukan guru yang tidak melakukan PTK.
2. Anda diminta menemukan manfaat lain dari PTK selain dari beberapa manfaat
yang dikemukakan dalam pembahasan di atas. Diskusikan dengan teman-
teman dekat anda!
3. PTK mendorong guru untuk lebih profesional. Coba saudara jabarkan
beberapa bentuk nyata sikap profesional guru yang dapat berkembang dengan
melaksanakan PTK.

Petunjuk mengerjakan latihan

1. Kaji kembali secara seksama pembahasan tentang manfaat PTK bagi guru
dan bagi siswa.
2. Anda dapat mengkaji manfaat lain dari PTK, misalnya dengan
menghubungkan aspek-aspek positif dari pelaksanaan PTK dengan tugas
Anda sehari-hari.
3. Cermati kembali tugas-tugas pokok guru, kemudian lihat kembali
pembahasan tentang manfaat PTK bagi guru.

RANGKUMAN

Tujuan utama PTK adalah untuk meningkatkan kinerja pembelajaran


di kelas. PTK dalam kajian yang lebih luas juga bertujuan meningkatkan
relevansi pendidikan, meningkatkan mutu hasil pendidikan, dan
meningkatkan efisiensi pengelolaan pendidikan di sekolah

Penelitian tindakan kelas mempunyai manfaat baik bagi sekolah,


bagi guru dan bagi siswa. Bagi sekolah, dengan terbiasanya para guru
melakukan PTK, akan menumbuhkan inovasi baru, memacu tumbuhnya
semangat kolaborasi antar komponen pendidikan di sekolah, berbagai
strategi/tehnik pembelajaran dapat dihasilkan dari sekolah ini untuk
disebarluaskan kepada sekolah lain. Dengan demikian, sekolah mempunyai
kesempatan yang besar untuk berubah secara menyeluruh. Bagi guru, akan
meningkatkan rasa percaya diri serta meningkatkan profesionalisme,
tumbuhnya hubungan kolegial yang sehat, rasa saling membutuhkan yang
pada gilirannya akan menumbuhkan iklim kerjasama yang kondusif untuk
memajukan sekolah. Bagi siswa, penelitian tindakan kelas akan memberikan
pengaruh bagi peningkatan hasil belajar mereka.
SUBUNIT 2
Kondisi yang Dipersyaratkan dan Masalah-masalah
Pembelajaran yang Dapat Dikaji Melalui PTK

Subunit ini membahas kondisi yang dipersyaratkan untuk mendukung


optimalisasi pelaksanaan PTK. Upaya perbaikan dan peningkatan proses
pembelajaran yang dilakukan melalui PTK akan dapat dilaksanakan dengan baik
bilamana kondisi yang ada di lingkungan sekolah mendukung pelaksanaan PTK.
Kondisi tersebut terutama sekali berkenaan dengan dukungan non fisik, di
samping bersentuhan juga dengan kondisi fisik yang terkait. Subunit ini juga
membahas tentang masalah-masalah pembelajaran yang dapat dikaji melalui PTK.
Meskipun PTK memiliki sejumlah kelebihan di dalam upaya memaksimalkan
pencapaian hasil pembelajaran atau peningkatan kinerja pembelajaran, akan tetapi
tidak semua masalah pembelajaran dapat dikaji atau dipecahkan melalui PTK.
Oleh sebab itu anda diharapkan dapat mengkaji secara seksama subunit ini,
mengerjakan latihan-latihan yang disediakan serta menyelesaikan tes formatif
pada bagian akhir subunit ini sehingga akan menambah kedalam pemahaman
anda berkenaan dengan PTK.

A. Kondisi yang Dipersyaratkan Dalam Pelaksanaan PTK

Mungkin anda pernah mengalami hal berikut di dalam melaksanakan tugas


sebagai guru. Suatu ketika anda membaca sebuah buku yang menuturkan tentang
ide-ide baru yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Atau mungkin anda
pernah mengikuti suatu penataran atau pelatihan, kemudian anda mendapatkan
sesuatu hal baru yang selama ini belum pernah anda terapkan di dalam kegiatan
pembelajaran sehari-hari. Mungkin sebelum anda berencana menerapkan hal-hal
baru tersebut, terlintas dalam pikiran anda beberapa pertanyaan, misalnya; apakah
kepala sekolah saya mengizinkan saya menerapkannya? Apakah teman-teman
guru tidak menganggap saya mengada-ada atau beranggapan mentang-mentang
baru ikut pelatihan atau perkuliahan sudah berani melakukan hal-hal yang aneh-
aneh? Atau timbul keraguan, apakah saya bisa melaksanakan? Tidakkah nantinya
menjadi bahan tertawaan atau ejekan teman-teman guru. Bayangan-bayangan
pertanyaan tersebut seringkali berkembang dalam diri seseorang. Keadaan
tersebut dalam batas-batas tertentu sesungguhnya sebagai hal wajar. Namun jika
keraguan tersebut terlalu berlebih-lebihan justru akan menyebabkan kurangnya
percaya diri, sehingga tidak memiliki keberanian untuk melakukan sesuatu yang
dianggap baru dan inovatif. Oleh sebab itu untuk mendukung pelaksanaan PTK di
sekolah ada sejumlah kondisi yang dipersyaratkan. Kondisi yang dipersyaratkan
bagi PTK dapat diartikan sebagai keadaan yang selayaknya ada dan berkembang
secara kondusif di lingkungan sekolah sehingga memberi peluang yang besar bagi
terlaksananya PTK. Dengan mengkaji pandangan yang dikemukakan oleh
Taggart (1991:37), Wardani (2003:123) dapat disimpulkan beberapa hal berupa
kondisi yang dipersyaratkan agar PTK dapat dilakukan dengan baik di sekolah.
Beberapa kondisi dimaksud adalah (1) pemberian kebebasan oleh sekolah, (2)
minimalisasi hirarki dan birokrasi di sekolah, (3) adanya komitmen bersama untuk
terjadinya perubahan, (4) adanya keterbukaan semua staf sekolah, (5) dukungan
kepala sekolah dan staf (6) adanya rasa percaya diri guru dan siswa (7) kesiapan
menerima konflik, (8) Adanya perencanaan jangka panjang. Untuk mendapatkan
gambaran yang lebih jelas, mari kita bahas satu persatu kondisi yang
dipersyaratkan tersebut.

1. Adanya kebebasan untuk melaksanakan PTK

Pelaksanaan PTK di sekolah memerlukan suasana yang bebas dan terbuka.


Dalam keadaan demikian guru harus merasakan bahwa apa yang dilakukannya
tidak dianggap sebagai sesuatu yang mengganggu kebijakan dan garis-garis yang
telah ditetapkan sekolah, sebaliknya dalam melaksanakan aktivitas tersebut guru
harus merasa mendapat dukungan dari semua personil sekolah sehingga ia lebih
termotivasi dan percaya diri untuk melaksanakannya dengan baik. Mungkin anda
pernah mengalami atau mendengar apa yang terjadi pada sekolah jika ada guru
yang mencoba melakukan sesuatu yang baru yang belum lazim dilakukan oleh
kebanyakan guru di sekolah tersebut. Tidak jarang guru tersebut dipandang sinis
oleh teman-teman guru yang lain, bahkan oleh kepala sekolahnya sendiri.
Keadaan semacam ini sudah barang tentu tidak menguntungkan bagi pelaksanaan
PTK. Guru yang melaksanakan PTK harus mendapat kebebasan untuk berdiskusi
sesama guru dalam mengoptimalkan pelaksanaan PTK, menentukan tindakan
yang tepat atau mendiskusikan hasi-hasil yang ditemui.

Untuk meminimalisasi atau mengurangi suasana yang kurang mendukung


sebagaimana dipaparkan di atas, maka sebelum Anda melaksanakan PTK
disarankan untuk melakukan beberapa hal sebagai berikut: (a) Jelaskan kepada
kepala sekolah, guru dan semua staf sekolah apa yang akan anda lakukan, tujuan
Anda melakukannya, apa dampaknya terhadap kegiatan pembelajaran. Anda harus
dapat meyakinkan pihak-pihak tersebut bahwa PTK yang akan dilaksanakan akan
memberikan manfaat yang besar bagi peningkatan keberhasilan belajar siswa serta
tumbuh dan berkembangnya inovasi di sekolah tersebut, (b) Berikan kesempatan
kepada teman-teman guru untuk memberikan tanggapan, pendapat atau saran-
saran terhadap kegiatan PTK yang akan Anda lakukan. Hargai pendapat semua
pihak, dan jangan sekali-kali menganggap diri Anda sebagai orang yang sangat
tahu segalanya, dan memposisikan orang lain tidak mengetahui sama sekali
tentang hal itu. Dengan demikian dimungkinkan staf sekolah merasa bahwa
mereka juga merupakan bagian dari apa yang Anda lakukan, dan kesuksesan
Anda adalah kesuksesan bagi semuanya bukan?

2. Minimalisasi hirarki dan birokrasi di sekolah

Tahapan-tahapan pelaksanaan PTK membutuhkan lebih banyak konsultasi,


diskusi, dan dukungan kebijakan kepala sekolah serta partisipasi staf sekolah.
Pelaksanaan dan dukungan terhadap kegiatan-kegiatan tersebut biasanya
dilakukan secara simultan bersamaan dengan pelaksanaan PTK sehingga
membutuhkan penanganan yang lebih cepat. Oleh sebab itu birokrasi dan hirarki
yang berlaku di sekolah tidak boleh berlangsung secara kaku. Sebagai contoh,
ketika guru yang melaksanakan PTK membutuhkan saran-saran kepala sekolah,
maka kepala sekolah harus menyediakan waktu dan bersedia setiap saat, tanpa
harus menunggu waktu pembahasan atau harus menghadap secara formal.
Demikian pula di kalangan sesama guru, diharapkan juga selalu menyediakan
waktu untuk bersama-sama berpartisipasi dalam memberikan bantuan serta
dukungan terhadap sesuatu yang dibutuhkan oleh guru yang melaksanakan PTK.
Bentuk-bentuk dukungan guru sejawat ini misalnya kesediaan memberikan
informasi tentang keadaan siswa, memberikan saran-saran bahkan kesediaan
membantu pengumpulan data ketika PTK dilaksanakan jika guru tersebut
membutuhkan bantuan. Dengan kata lain untuk mendukung pelaksanaan PTK
perlu ditumbuhkan semangat kebersamaan dan kolaborasi antara sesama guru
sehingga kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan baik.

3. Sekolah harus memiliki komitmen bersama untuk terjadinya perubahan

Dapatkah PTK dilaksanakan secara baik dan berkelanjutan di suatu


sekolah jika kepala sekolah, guru dan staf sekolah lainnya tidak memiliki
komitmen yang kuat untuk selalu terdorong mencapai perubahan?. Apa yang
terjadi di sekolah tersebut bilamana sebagian besar staf sekolah (terutama guru
dan kepala sekolah) lebih bersifat pasif dan hanya beberapa orang guru saja yang
memiliki semangat untuk maju dan mendukung perubahan? Secara singkat tentu
Anda sangat mudah menjawab bahwa sekolah tersebut akan sangat sulit untuk
mencapai kemajuan yang berarti, terlebih lagi mengembangkan inovasi-inovasi
baru. Keadaan seperti ini mungkin Anda temui pula pada sekolah di sekitar tempat
Anda bertugas. Dan secara umum keadaan seperti ini masih banyak dijumpai pada
sekolah-sekolah yang ada di lingkungan kita.

PTK saat ini dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk inovasi baru yang
berkaitan langsung dengan upaya perbaikan kinerja pembelajaran. Jika semua
pihak, khususnya unsur-unsur sekolah menyadari dengan baik manfaat PTK dan
memiliki komitmen untuk mewujudkan perubahan, maka diyakini mereka akan
memberikan dukungan sesuai peran dan kemampuan yang mereka miliki.
Persoalannya adalah, apakah semua atau sebagian besar teman-teman guru dan
kepala sekolah memang memiliki keinginan yang kuat untuk berubah. Jika
sebagian besar unsur sekolah memiliki komitmen, maka implementasi PTK tidak
akan menghadapi banyak kendala, kecuali guru tersebut belum memiliki
pemahaman yang baik tentang PTK. Namun bilamana kondisi yang kurang positif
sebagaimana dicontohkan di atas terjadi di sekolah Anda, maka diperlukan usaha-
usaha lebih sungguh-sungguh serta dibutuhkan kesabaran Anda untuk
mengawalinya. Jika Anda menghadapi keadaan tersebut ada beberapa strategi
yang perlu diperhatikan terutama jika Anda adalah sebagai peneliti pemula
(Hardjodiputro, 1997:102), yaitu;
a. Jangan menyerah, keberanian dan keuletan diperlukan dalam revolsi gagasan.
b. Terimalah bantuan rekan-rekan Anda. Bicaralah dengan rekan-rekan Anda
yang lain, mungkin mereka dapat membantu masalah yang Anda hadapi. Atau
bicara dan minta bantuanlah kepada atasan Anda, dan jika perlu bicaralah
kepada rekan-rekan di sekolah lain untuk mendengar pendapat dan saran
mereka.
c. Bersikaplah positif, hindari sikap defensive. Usahakan untuk membuka diri
dalam bentuk dialog atau negosiasi guna menghindari terjadinya konflik.
d. Bersabar. Anda adalah peneliti dan para peneliti adalah orang-orang yang
mampu menghormati pendapat orang lain. Kesabaran ini sangat dibutuhkan, di
samping pelaksanaan PTK membutuhkan langkah-langkah atau tahapan yang
menuntut kesabaran dalam penyelesaiannya, ketelatenan dan kesabaran juga
sangat diperlukan dalam menanggapi kritik bahkan mungkin ketidaksenangan
orang lain dalam mewujudkan inovasi yang tengah kita lakukan.
e. Laksanakan secara terbuka. Jika banyak pihak yang menempatkan diri sebagai
orang yang tidak atau kurang setuju dengan apa yang Anda lakukan,
sebaiknya Anda menyediakan diri untuk memberikan penjelasan secara
terbuka dan menyeluruh tentang kegiatan yang Anda lakukan. Bisa saja terjadi
ketidakberpihakan sebagian orang adalah karena ketidaktahuan mereka secara
menyeluruh tentang kegiatan tersebut. Berikan jawaban secara jelas dan
terbuka terhadap semua pertanyaan yang mereka ajukan. Oleh karena itu Anda
memang perlu memahami lebih baik cermat tentang PTK tersebut sehingga
Anda akan lebih mudah memberikan penjelasan jika mereka
membutuhkannya.
f. Bila ada kesempatan, bergabunglah dengan para peneliti PTK di lingkungan
sekitar Anda. Saling bertukar pikiran dalam menghadapi berbagai masalah
berkaitan dengan pelaksanaan PTK merupakan bagian penting untuk mampu
mengimplementasikan PTK dengan lebih baik. Oleh sebab itu jika ada teman-
teman Anda yang sama-sama pernah menerima pelajaran atau pelatihan
tentang PTK akan lebih baik bilamana Anda membentuk kelompok diskusi
secara formal maupun informal.
g. Ekpose temuan-temuan penelitian Anda. Keberhasilan Anda dalam
memperbaiki proses pembelajaran melalui PTK yang Anda kembangkan perlu
diberitahukan kepada rekan-rekan Anda. Hal ini memiliki arti penting sebagai
bagian dari sikap terbuka sebagai peneliti, sekaligus memberi dorongan bagi
teman-teman Anda agar tertarik melakukan penelitian.
h. Upayakan menerbitkan hasil penelitian Anda pada jurnal, bulletin maupun
majalah ilmiah lainnya sehingga aktivitas dan hasil-hasil penelitian Anda
diketahui oleh masyarakat secara luas.
i. Percayalah kepada pengetahuan pribadi Anda. Untuk mencapai kemajuan
dibutuhkan rasa percaya diri, ketulusan, kesungguhan dan itikad yang baik.
Kondisi tersebut sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan motivasi bagi diri
sendiri dalam melakukan PTK secara berkelanjutan sekaligus juga
memberikan motivasi kepada rekan-rekan guru agar terdorong melakukan hal
sama untuk memperbaiki kinerja pembelajaran pada sekolah masing-masing.

4. Keterbukaan semua staf sekolah

Keterbukaan mengandung pengertian di mana semua staf sekolah bersedia


melihat persoalan yang ada di sekolah sebagai bagian dari masalah bersama.
Kemajuan dan keberhasilan belajar siswa adalah masalah bersama sehingga setiap
unsur harus dipacu untuk berupaya secara sungguh-sungguh dan terus menerus
mewujudkannya sesuai peran masing-masing. Kesediaan bersama untuk
senantiasa mencari cara-cara inovatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa
merupakan bagian penting sebagai kerangka tumbuhnya semangat dan motivasi
dalam mewujudkan pelaksanaan PTK di sekolah. Wujud nyata dari kesediaan ini
misalnya nampak dari keterbukaan setiap orang untuk mengungkapkan dan
berpartisipasi membahas setiap masalah yang dihadapi, tanpa rasa khawatir,
cemas dan tertekan. Jika ada guru atau unsur lain di sekolah merasa khawatir atau
takut melakukan sesuatu, maka akan menjadi kendala yang dapat mengganggu
pelaksanaan PTK. Sebaliknya jika guru merasa ada kebebasan untuk
mengungkapkan masalah, memberikan pendapat, melaksanakan inovasi, maka
akan memberikan iklim yang sangat positif bagi pelaksanaan PTK di sekolah.
Dalam keadaan ini peran kepala sekolah sangat penting untuk menciptakan
nuansa keterbukaan bagi setiap guru dan staf sekolah sehingga mereka secara
tulus, mampu berpartisipasi dalam mengatasi masalah-masalah sekolah. Pada sisi
lain peran sesama guru juga tidak kalah pentingnya karena dukungan rekan guru
akan memberikan kekuatan bagi guru yang melaksanakan PTK.
5. Sikap kepala sekolah dan staf administrasi yang mendukung

Dalam melaksanakan tugas Anda sehari-hari sebagai guru, Anda pasti bisa
menilai bagaimana sikap kepala sekolah Anda bukan? Demikian pula dengan staf
administrasi, tentu Anda sudah sangat memahami karena Anda telah bersama-
sama dalam melaksanakan tugas dalam waktu yang cukup lama. Tentu Anda
sangat senang jika melakukan sesuatu, kemudian kepala sekolah menaruh
perhatian terhadap apa yang Anda lakukan. Tentu Anda akan lebih senang lagi
bilamana kepala sekolah bertanya, memberikan pendapat terlebih lagi menghargai
aktivitas yang Anda lakukan.

Perhatian dan kepedulian yang ditunjukkan kepala sekolah terhadap


aktivitas yang dilakukan guru di sekolah mempunyai arti penting dalam
mendukung pelaksanaan PTK. Sebagai satu bentuk inovasi baru, bukan hal
mustahil jika guru merasa ragu untuk melakukannya di sekolah. Sebelum
berencana menerapkan, biasanya muncul berbagai pertanyaan di dalam benak
guru, misalnya apakah saya mampu melaksanakannya? Apakah kepala sekolah
saya benar-benar mengizinkan? Apakah rekan-rekan guru tidak menganggap saya
mengada-ada? Bagaimana kalau yang saya lakukan tidak benar, bukankah saya
akan diperolok teman-teman guru? Mungkin banyak pertanyaan-pertanyaan lain
yang muncul di benak guru sebelum melakukan PTK. Menghadapi situasi seperti
ini, sikap kepala sekolah yang positif dengan memberikan perhatian, kepedulian
dan motivasi bagi guru sebagai peneliti pemula memiliki arti yang sangat penting.
Sebaliknya sikap kepala sekolah yang terkesan tidak peduli, kurang menghargai
apalagi jika cenderung mencari kesalahan, akan menyebabkan keberanian dan
rasa percaya diri guru akan semakin berkurang sehingga semakin tidak memiliki
keberanian untuk mencoba melakukan penelitian yang direncanakannya.

6. Adanya rasa percaya diri guru dan siswa yang melaksanakan PTK
Keberhasilan guru melaksanakan PTK tidak cukup hanya didukung oleh
keinginan dan pemahaman terhadap PTK saja, akan tetapi juga akan ditentukan
rasa percaya diri. Rasa percaya diri akan menjadi dorongan yang kuat untuk
menumbuhkan keberanian melakukan perubahan yang perlu dilakukan dalam
perbaikan pembelajaran. Untuk menumbuhkan rasa percaya diri ini guru harus
memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu melaksanakan PTK sebagaimana ia
pahami. Guru yang melaksanakan PTK juga harus memiliki keyakinan bahwa
kegiatan yang dilaksanakannya akan memberi beberapa manfaat, baik bagi
dirinya, bagi siswa dan bagi sekolah sehingga ia tidak perlu merasa khawatir
dengan kegiatan yang dilaksanakan.

7. Kesiapan menghadapi konflik


Pada umumnya segala sesuatu yang baru tidak secara mudah dapat
diterima oleh semua orang, meskipun orang-orang mengetahui manfaat atau
dampak positif dari kegiatan tersebut. Terlebih lagi bilamana orang-orang di
lingkungan tersebut tidak memahami dengan baik manfaat atau kegunaannya
dalam rangka perbaikan yang diharapkan. PTK sebagai bentuk inovasi baru dalam
upaya perbaikan kinerja pembelajaran juga membutuhkan waktu agar dapat
diterima oleh semua guru dan staf sekolah. Dalam keadaan demikian guru yang
melakukan PTK mungkin akan berhadapan dengan berbagai tantangan, antara lain
berupa sikap guru lain bahkan kepala sekolah yang belum menerima atau belum
merasa yakin bahwa PTK merupakan cara yang mampu memperbaiki kinerja
pembelajaran. Itulah sebabnya maka guru yang akan melaksanakan PTK
diharapkan memiliki kesiapan mental jika terjadi konflik. Kesiapan mental ini
merupakan hal yang penting agar guru tidak merasa terkejut jika hal itu terjadi.
Lebih jauh lagi diharapkan guru dapat mengantisipasi agar konflik dapat
diminimalisasi melalui pendekatan-pendekatan yang dianggap tepat.

Hodkinson (Depdiknas, 2004:10) mengemukakan keberhasilan PTK


dalam menumbuhkan inovasi dan perbaikan pembelajaran, memacu semangat
kolaborasi antara komponen-komponen pendidikan di sekolah, dan meningkatkan
profesionalisme guru akan dapat diwujudkan bilamana didukung oleh beberapa
kondisi berikut;

a. Ada kesediaan dari para guru untuk mengakui kekurangan-kekurangan diri.


b. Adanya kesempatan bagi guru untuk menemukan sesuatu yang baru (inovasi).
c. Ada dorongan untuk mengemukakan gagasan-gagasan baru.
d. Tersedianya waktu yang cukup untuk melakukan percobaan.
e. Ada kepercayaan timbal balik antara orang-orang yang terlibat.
8. Adanya rencana jangka panjang

Upaya yang dilakukan semua staf sekolah untuk meningkatkan kinerja


pembelajaran selayaknya menjadi bagian krusial dari rencana jangka panjang
yang dimiliki sekolah. Jika sekolah memiliki rencana yang jelas dan terarah untuk
mencapai perubahan yang diharapkan dalam jangka panjang, maka setiap personil
sekolah akan memiliki pegangan yang jelas tentang sesuatu yang hendak mereka
capai. Guru yang mengembangkan PTK atau yang belum memiliki kesempatan
untuk melakukannya hendaknya meletakkan aktivitas ini sebagai bagian dari
strategi atau upaya pencapaian tujuan jangka panjang sekolah dalam rangka
peningkatan kinerja sekolah secara keseluruhan. Bilamana pemahaman ini dapat
ditumbuhkan maka guru yang melaksanakan PTK akan lebih mudah
mensosialisasikan kegiatannya kepada staf sekolah yang lain, sehingga
dimungkinkan lebih mudah pula mendapatkan dukungan untuk melaksanakannya.

Upaya-upaya menciptakan kondisi yang mendukung terwujudnya


pelaksanaan PTK di sekolah hendaknya dirasakan sebagai bagian dari tanggung
jawab semua staf sekolah. Jika kepala sekolah, guru dan pegawai sekolah
memiliki komitmen yang sama untuk mewujudkan lembaga pendidikan sekolah
yang berkualitas, maka diyakini PTK tidak akan mengalami banyak kendala
dalam implementasinya.

B. Masalah-masalah Pembelajaran yang Dapat Dikaji Melalui PTK

Dari uraian dan pembahasan yang telah Anda simak bersama pada bagian-
bagian terdahulu mungkin Anda dapat menyimpulkan sendiri apakah semua
masalah pembelajaran dapat dikaji atau diselesaikan melalui PTK? Apa saja
karakteristik masalah yang dapat dikaji melalui PTK, dan apa saja karakteristik
masalah yang tidak dapat dikaji melalui PTK. Untuk memperkuat jawaban Anda
mari kita simak bersama beberapa ilustrasi berikut ini:

Ilustrasi 1.
Pak Ahmad adalah guru bidang studi IPS pada salah satu sekolah dasar.
Disamping mengajar bidang studi IPS pada kelas empat, lima dan enam, pak
Ahmad juga bertugas sebagai wali kelas lima. Pada suatu pertemuan rapat dewan
guru di sekolahnya, pak Ahmad mengungkapkan masalah pembelajaran yang ia
hadapi. Pada kesempatan pertemuan tersebut ada dua hal yang sengaja ia
ungkapkan. Pertama, dalam dua tahun terakhir ini ia mencermati nilai ujian akhir
siswa. Setelah ia cermati. ternyata menurut pak Ahmad, nilai rata-rata bidang
studi IPS pada siswa kelas enam yang mengikuti ujian tahun ini tidak mengalami
peningkatan, bahkan menurun dari tahun sebelumnya. Dibandingkan rata-rata
nilai yang lain, nilai bidang studi IPS berada di bawah rata-rata bidang studi lain.
Kedua, setiap kali ia melaksanakan proses pembelajaran, jarang sekali siswa mau
bertanya dan mengemukakan pendapat. Padahal menurut pak Ahmad dirinya
selalu memberi kesempatan kepada siswanya untuk bertanya, mengemukakan
pendapat bahkan menilai atau memberi masukan pada dirinya bagaimana ia
mengajar. Mungkin saya menjelaskan terlalu cepat, atau suara saya kurang jelas
dan sebagainya ungkap pak Ahmad. Untuk itu saya meminta siswa untuk
menilainya. Namun, lanjut pak Ahmad siswa-siswa saya jarang sekali mau
mengemukakan pendapat. Ketika saya bertanya, “apakah kalian semua sudah
mengerti? Kebanyakan mereka tidak memberikan respon apa-apa, hanya beberapa
siswa saja yang menjawab. Sebaliknya, ketika saya meminta mereka mengangkat
tangan bila tidak mengerti, pada umumnya mereka diam saja. Tetapi saya merasa
sedih karena ternyata setelah saya berikan latihan hampir separuh dari mereka
tidak bisa menyelesaikan dengan baik. Pak Ahmad meminta tanggapan dari
teman-teman guru yang hadir pada pertemuan tersebut.

Ilustrasi 2:

Bu Ina adalah seorang guru kelas tiga pada salah satu sekolah dasar.
Sebagai seorang guru kelas, seperti juga kebanyakan guru-guru lain, bu Ina sering
dihadapkan pada berbagai masalah dalam kegiatan pembelajaran di kelas atau
dalam pembinaan siswa. Dalam setahun terakhir ini, bu Ina sering merasa pusing
karena di kelasnya ada dua orang siswa yang sering sekali membuat masalah.
Sebut saja kedua siswa itu Diki dan Amri. Diki adalah seorang anak yang cukup
cerdas. Hampir setiap kali mengerjakan soal dan latihan, Diki jarang menghadapi
kesulitan, sehingga hasil belajar yang ia peroleh juga cukup baik. Namun Diki
memiliki kebiasaan buruk yaitu suka mengganggu teman-teman sekelasnya.
Dalam dua atau tiga hari, ada saja teman-temannya yang menangis karena sering
diganggu terutama teman-teman wanita. Bu Ina sudah sering memberikan teguran,
memarahi dan bahkan menghukumnya, namun kebiasaan Diki sulit sekali dirubah.
Sedangkan Amri memiliki kebiasaan lain. Setiap minggu paling tidak sehari Amri
tidak masuk sekolah (membolos), kadang-kadang 3 hari dalam seminggu ia tidak
masuk. Jika ditanya, Amri selalu bisa mengemukakan alasan. Terkadang menjaga
adiknya sakit, kadangkala terlambat bangun dan berbagai alasan lain. Bu Ina juga
sudah berusaha memanggil orang tua Amir untuk memberi tahu orang tuanya,
sekaligus mendengar penjelasan orang tuanya tentang persoalan yang dihadapi
Amri. Namun upaya bu Ina belum banyak membawa perubahan. Kedua hal ini
seringkali membuat bu Ina pusing, terkadang ia merasa kewalahan
menyelesaikannya.

Ilustrasi 3:

Ketika sedang jam istirahat, bu Tuti menggunakan waktu beberapa menit


menyempatkan diri memasukkan nilai PR matematika ke dalam buku kumpulan
nilai yang dimilikinya. Setelah semuanya nilai-nilai itu dipindahkan, bu Tuti
berhenti dan kembali mengamati beberapa kali nilai-nilai PR siswa-siswanya
tersebut. Satu persatu nama siswa dan nilai diamatinya. Tiba-tiba ia merasa
terkejut karena ternyata cukup banyak siswa-siswanya yang sering sekali tidak
mengerjakan PR. Sambil menghitung jumlah siswanya yang sering tidak
mengerjakan PR, dalam hati bu Tuti berkata, “kok banyak sekali anak-anak saya
yang sering tidak mengerjakan PR, kenapa ya”? Setelah ia hitung ada sekitar 10
orang dari 30 siswanya yang seringkali tidak mengerjakan PR. Beberapa siswa
lain, ada beberapa kali tidak mengerjakan PR yang ditugaskan. Bu Tuti berkata
pada dirinya lagi, “masalah ini tidak bisa dibiarkan, dan saya harus melakukan
sesuatu untuk mengatasi hal ini, atau setidaknya mengurangi jumlah anak-anak
saya yang sering tidak mengerjakan PR”.

Ilustrasi 4:
Pak Ardi mengajar pada salah satu sekolah dasar yang berada di sebuah
desa yang relatif terpencil. Ia seringkali merasa terharu jika melihat hasil belajar
yang dicapai oleh siswa-siswa di sekolahnya, khususnya di kelas-kelas yang ia
ajarkan. Sebagian besar siswa yang bersekolah di tempat pak Ardi mengajar
adalah berasal dari keluarga yang kurang mampu. Umumnya mereka bekerja
sebagai petani dengan penghasilan yang pas-pasan untuk mendukung kehidupan
keluarga. Dengan sendirinya anak-anak yang sekolah di SD tersebut rata-rata
berasal dari keluarga yang kurang mampu. Dalam melaksanakan proses
pembelajaran, pak Ardi sering menghadapi persoalan yang cukup pelik. Di satu
sisi ia berkeinginan agar anak-anak memiliki buku pokok dan buku penunjang
kegiatan belajar. Ia berharap dengan kelengkapan buku-buku tersebut proses
pembelajaran di kelas dapat dilaksanakan secara efektif. Di samping itu siswa-
siswa juga dapat mengulang pelajaran di rumah dari buku yang mereka miliki.
Terlebih lagi buku paket yang ada hanya cukup untuk sebagian kecil siswa.
Namun pada sisi lain ia juga menyadari bahwa kalaupun anak-anak diminta untuk
membeli, hal itu akan sulit dilakukan lantaran faktor ekonomi yang kurang
mendukung. Keadaan ini berlangsung bulan demi bulan bahkan bertahun-tahun.
Pak Ardi yakin bahwa akar permasalahan sehingga hasil belajar siswa sangat sulit
untuk didorong peningkatannya adalah masalah ekonomi orang tua yang berakibat
kurang mampunya orang tua menyediakan kelengkapan belajar anak.

Dari ketiga ilustrasi di atas, apa kesimpulan Anda? Masalah mana yang
dapat dikaji melalui PTK, dan masalah mana yang tidak dapat dikaji melalui
PTK? Lalu apa alasannya?

Untuk menambah keyakinan Anda dalam menjawab pertanyaan di atas,


akan lebih baik kita simak kembali beberapa hal yang terkait dengan sasaran PTK
sehingga kita akan dapat menyimpulkan masalah mana yang dapat dikaji atau
dipecahkan melalui PTK, dan mana yang tidak. Beberapa sasaran PTK sebagai
berikut;

1. Masalah yang berkaitan dengan pembelajaran sehari-hari


Sebagai guru, tentu Anda memahami begitu banyak permasalahan yang
terjadi di sekolah yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan
kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Ada kepala sekolah dan guru yang
mengeluh karena siswa-siswa tidak disiplin dalam berpakaian seragam, kurang
disiplin dalam mengikuti upacara bendera, tidak aktif mengikuti kegiatan
olahraga, terlambat melunasi uang BP3, kurang terdorong memanfaatkan sumber-
sumber pustaka, sering tidak masuk sekolah, jarang mengerjakan PR, mendapat
hasil rendah dalam ulangan dan sebagainya. Banyak lagi masalah-masalah lain
yang sering dihadapi sekolah. Meskipun beberapa diantara masalah tersebut
terkait dengan proses pembelajaran, akan tetapi tidak semua masalah tersebut bisa
dipecahkan atau dikaji melalui PTK. Milss (2000), mengemukakan di antara
masalah yang dapat dikaji melalui PTK adalah masalah-masalah dimana guru
merasa sangat familiar karena seringkali terjadi yaitu berkaitan dengan kegiatan
pembelajaran sehari-hari (daily teaching practice). Di bawah ini adalah contoh
beberapa diantara masalah pembelajaran sehari-hari yang berhasil diidentifikasi
guru-guru melalui kegiatan perkuliahan Penelitian Tindakan Kelas.

a. Kurangnya keaktifan siswa dalam kegiatan diskusi


b. Rendahnya motivasi siswa dalam belajar
c. Siswa kurang mampu mengerjakan latihan
d. Rendahnya kemampuan dan keberanian siswa mengajukan pertanyaan dan
mengemukakan pendapat dalam proses pembelajaran
e. Rendahnya kemampuan siswa mengerjakan soal-soal cerita pada pelajaran
matematika.
f. Sulitnya siswa mengenal dan memahami peta buta dalam pelajaran IPS

g. Rendahnya kemampuan siswa kelas satu mengenal huruf

h. Rendahnya kemampuan siswa dalam mengarang

Di samping beberapa contoh di atas, pasti Anda bisa mengungkapkan


contoh-contoh masalah-masalah pembelajaran sehari-hari yang Anda pahami
untuk dapat dikaji lebih lanjut melalui PTK. Jika Anda merasa ragu apakah
masalah yang Anda ungkapkan adalah termasuk masalah pembelajaran sehari-
hari, Anda jangan ragu mendiskusikan dengan rekan-rekan guru di sekolah Anda
atau dengan rekan-rekan kuliah Anda. Diskusi atau saling bertukar pikiran sangat
penting sebagai salah satu cara untuk mendalami topik-topik yang kita bahas.
Adakalanya rekan-rekan guru, mungkin di tempat Anda mengajar atau di tempat
lain kurang mampu mengungkapkan masalah pembelajaran yang ia hadapi,
walaupun ia yakin bahwa sesungguhnya banyak masalah yang ia alami sehari-hari
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Ia merasakan ada masalah, akan
tetapi masalah tersebut masih kabur. Kaburnya masalah tersebut mungkin karena
ada beberapa masalah yang saling terkait. Sebagai contoh; Ada seorang guru
menceriterakan hampir setiapkali ia mengajar pelajaran Matematika di kelas V
Sekolah Dasar tempat ia bertugas, anak-anak kurang sungguh-sungguh mengikuti
penjelasan yang disampaikannya. Beberapa orang anak sering melakukan sesuatu
yang mengganggu konsentrasi teman-teman lain sehingga kelas menjadi
terganggu. Selesai menjelaskan, saya selalu meminta anak-anak yang belum
mengerti agar tidak segan dan malu mengatakan bahwa dirinya belum mengerti,
atau mengajukan pertanyaan bagian-bagian yang belum dimengerti. Namun jarang
sekali ada anak yang bertanya. Ketika diberikan latihan ternyata sebagian besar
siswa-siswa tidak bisa mengerjakan dengan baik. Dari ceritera tersebut guru
merasakan ada masalah, dan beberapa masalah yang ia hadapi memiliki
keterkaitan, misalnya; siswa-siswa kurang sungguh-sungguh, siswa sulit
mengerjakan latihan, siswa kurang berani dan mampu bertanya, ada siswa yang
sering mengganggu teman. Keadaan seperti ini seringkali membuat guru kesulitan
menemukan masalah nyatanya, dengan kata lain masalahnya masih kabur.
Dapatkah anda membantu memperjelas masalah yang dihadapi rekan Anda
tersebut? Sebagai orang yang sudah memiliki pengetahuan tentang PTK, Anda
berkewajiban membantu rekan Anda. Bantulah rekan Anda agar ia mampu
mengungkapkan secara nyata masalah tersebut. Sebelumnya berikan kesempatan
kepadanya untuk menceriterakan masalah yang ia hadapi dengan bahasanya
sendiri sehingga Anda memahami apa yang ia maksudkan. Selanjutnya bantulah
rekan Anda tersebut menyatakan secara lugas masalahnya. Yakinkan bahwa
masalah tersebut benar-benar masalah-masalah keseharian dalam proses
pembelajaran. Dengan kemampuan menyatakan masalah secara nyata tersebut
rekan Anda akan lebih mudah mempersiapkan langkah-langkah selanjutnya untuk
mempersiapkan PTK.

2. Cakupan masalahnya tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit

Pada unit sebelumnya Anda telah diajak untuk membahas karakteristik


PTK dan menemukan perbedaan PTK dengan penelitian-penelitian non PTK.
Anda tentu masih ingat bahwa PTK tidak diarahkan untuk mengkaji masalah-
masalah yang cakupannya terlalu luas sehingga di luar kemampuan guru untuk
merancang dan melaksanakan tindakan guna perbaikan yang diharapkan.
Adakalanya masalahnya luas dan cakupan atau ruang lingkup juga luas. Namun
ada juga ruang lingkupnya tidak luas, misalnya kelas akan tetapi masalahnya
terlalu luas. Masalah yang luas dan ruang lingkup yang luas tersebut misalnya
rendahnya hasil Ebtanas seluruh bidang studi atau beberapa bidang studi siswa
SMP di suatu kecamatan, satu kabupaten atau satu propinsi. Kemudian guru
sebagai peneliti bermaksud melakukan penelitian untuk memperbaiki keadaan
tersebut. Masalahnya sudah jelas terlalu luas karena mengkaji masalah Ebtanas
(UAN), sedangkan ruang lingkup juga luas, karena mencakup satu kecamatan,
satu kabupaten, apalagi satu propinsi. Pada sisi lain bisa juga terjadi ruang
lingkup penelitiannya tidak luas, akan tetapi masalah yang dikaji masih terlalu
luas. Misalnya seorang guru ingin mengkaji atau meneliti cara meningkatkan
kemampuan bertanya siswa, kemampuan menyimpulkan pelajaran dan
kemampuan mengerjakan soal-soal latihan pada siswa kelas tertentu dalam waktu
bersamaan atau satu rancangan PTK. Keadaan ini tentu akan menyulitkan guru,
karena tindakan untuk meningkatkan kemampuan bertanya siswa, mungkin hanya
akan akurat untuk meningkatkan kemampuan bertanya dan belum tentu sekaligus
mampu menyimpulkan pelajaran dan mengerjakan soal-soal latihan. Demikian
pula tindakan yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan menyimpulkan
pelajaran tidak mesti dapat meningkatkan keberanian dan kemampuan bertanya
serta menyelesaikan soal-soal latihan. Dari contoh-contoh tersebut tentu Anda
dapat mengidentifikasi sendiri masalah pembelajaran yang terlalu luas sehingga
akan menimbulkan kesulitan dalam pengembangan PTK.

Di samping tidak disarankan untuk mengkaji masalah yang terlalu luas,


juga diharapkan masalah yang dikaji melalui PTK tidak terlalu sempit. Jika
masalah yang terlalu luas akan menyebabkan kesulitan guru untuk menentukan
tindakan yang tepat dan sesuai untuk memperbaiki keadaan tersebut dan tentu
akan berakibat pada pencapaian hasil yang tidak tepat, serta akan mengalami
banyak kesulitan dalam implementasinya, maka pemilihan masalah yang terlalu
sempit juga dapat menyebabkan hasil yang dicapai tidak seimbang dengan waktu,
tenaga serta usaha yang dilakukan guru. Beberapa contoh masalah yang terlalu
sempit, misalnya cara merapikan alat-alat tulis di meja, cara pengaturan tempat
duduk dalam diskusi, cara masuk ke dalam kelas dan sebagainya. Di samping itu
juga perlu diperhatikan walaupun masalahnya cukup luas, akan tetapi jika ruang
lingkupnya terlalu sempit juga tidak disarankan untuk dikaji melalui PTK.
Sebagai contoh upaya untuk memperbaiki cara siswa menulis, sementara siswa
yang akan menjadi sasaran tindakan perbaikan hanya dua atau tiga orang siswa
saja di kelas tersebut. Demikian pula jika guru bermaksud meningkatkan
pemahaman perkalian, sementara siswa yang tidak memiliki pemahaman
perkalian yang baik di kelas tersebut hanya beberapa orang saja. Mungkin selain
masalah tersebut, masih banyak masalah-masalah lain yang berkenaan dengan
kebutuhan perbaikan yang menyangkut jumlah siswa yang lebih banyak
dibanding masalah yang dipaparkan di atas. Sudah barang tentu masalah
peningkatan pemahaman perkalian yang diarahkan pada beberapa orang siswa
yang belum memiliki pemahaman yang baik tersebut harus diupayakan
perbaikannya, akan tetapi diharapkan tidak dikembangkan melalui PTK. Ingat
masalah yang diangkat melalui PTK adalah masalah yang berkaitan dengan
kebutuhan perbaikan sebagian besar siswa di kelas. Anda diharapkan melakukan
renungan sejenak atau berdiskusi dengan rekan-rekan guru untuk menilai cakupan
masalah yang akan anda kaji melalui PTK. Ketepatan dalam penentuan ini akan
memudahkan Anda untuk merancang tindakan perbaikan dan menjamin hasil
yang lebih optimal.

3. Sesuai dengan Kemampuan Guru

Mungkin Anda merasa tertarik untuk mengatasi beberapa masalah yang


terkait dengan pembelajaran Anda sehari-hari. Akan tetapi sebelum Anda
memutuskan untuk mengangkat masalah tersebut untuk dikembangkan melalui
PTK perlu Anda pertimbangkan sekali lagi apakah Anda mampu melakukan
tindakan perbaikan untuk mengatasi hal tersebut. Atau Apakah tindakan perbaikan
tersebut dalam kemampuan Anda untuk melakukannya? Dalam sebuah tulisan
yang dimuat pada Pelangi Pendidikan dikemukakan beberapa ilustrasi. Jika Anda
yakin bahwa ketiadaan buku yang menyebabkan siswa sukar membaca kembali
materi pelajaran dan mengerjakan PR di rumah, Anda tidak perlu melakukan
PTK. Dengan dibelikan buku masalah tersebut akan terpecahkan, dan itu di luar
kemampuan Anda. Dengan perkataan lain, yakinkan bahwa masalah yang akan
Anda pecahkan cukup layak (feasible), berada di wilayah pembelajaran, yang
Anda kuasai. Dikemukakan pula contoh lain masalah yang berada di luar
kemampuan Anda adalah: kebisingan kelas karena sekolah berada di dekat jalan
raya. Mungkin Anda dapat mengidentifikasi contoh-contoh lain masalah yang
berada di luar kemampuan Anda untuk melakukannya. Ilustrasi pertama
mengisyaratkan bahwa cara mengatasi masalah adalah dengan menyediakan buku
bagi siswa. Disamping hal semacam itu tentu sulit kita lakukan, kita juga sepakat
bahwa cara tersebut bukan tindakan yang tepat untuk kita lakukan dan sulit dijaga
kesinambungannya sebagai alternatif pemecahan masalah. Sedangkan contoh
kedua, juga di luar kemampuan guru untuk mengatasinya, karena berkaitan
dengan banyak faktor di luar kewenangan kita sebagai guru.

4. Masalah yang strategis

Bagaimana Anda menimbang bahwa suatu masalah yang akan Anda pilih
untuk dikembangkan melalui PTK strategis atau tidak? Mungkin beberapa di
antara Anda juga bertanya apa yang menjadi tolok ukur ataupun kriteria untuk
menilai strategis atau tidaknya masalah tersebut. Pada prinsipnya kita dapat
mengkaji ukuran strategis tidaknya masalah dengan mencoba menjawab dua
pertanyaan tersebut. Ukuran strategis dapat dinilai apakah tindakan perbaikan
yang dilakukan itu memang prinsip dan berkontribusi bagi sebagian besar siswa
dalam kerangka perbaikan pembelajaran. Kemampuan menyelesaikan soal-soal
latihan tentu merupakan hal prinsip karena berkaitan langsung dengan capaian
hasil belajar siswa. kemampuan menguasai perkalian menjadi hal prinsip karena
akan menjadi dasar untuk memahami pembagian dalam pelajaran matematika.
Kemampuan mengemukakan pendapat dan mengajukan pertanyaan merupakan
hal prinsip karena berkaitan dengan pengembangan potensi siswa dan menjadi
balikan untuk menilai keberhasilan mengajar guru. Mungkin Anda dapat mengkaji
lebih banyak lagi contoh-contoh masalah strategis lainnya yang layak dikaji
melalui PTK.
5. Masalah yang membutuhkan penanganan yang relatif segera

Salah satu ciri PTK, di samping beberapa ciri lain adalah bahwa PTK
merupakan cara pemecahan masalah yang hasilnya dapat dipergunakan langsung
untuk memperbaiki pembelajaran. Sangat berbeda dengan bentuk penelitian lain
yang memerlukan waktu lama untuk dapat diimplementasikan oleh guru bagi
perbaikan kinerja pembelajaran. Karena sifatnya yang demikian, maka masalah
yang dikaji melalui PTK juga disarankan adalah masalah-masalah yang
memerlukan penanganan relatif segera, di mana jika masalah tersebut tidak cepat
dicari solusi pemecahannya akan menimbulkan kendala bagi perbaikan proses dan
hasil belajar yang dicapai. Pihak yang paling memahami masalah-masalah apa
saja yang membutuhkan penanganan segera adalah guru. Oleh sebab itu untuk
mengingatkan kita bersama, andaikata PTK dilakukan secara kolaboratif
(misalnya kolaborasi dosen LPTK dan guru), maka yang harus menentukan
masalah-masalah apa yang menjadi kebutuhan segera untuk dipecahkan adalah
guru. Peran dosen dalam hal ini adalah membantu memperjelas masalah tersebut,
bukan menentukan. Jika guru merasa bahwa kurangnya kemampuan membaca
cepat pada siswa sangat menghambat pembelajaran, khususnya bidang studi
Bahasa Indonesia misalnya, mungkin masalah tersebut merupakan salah satu
masalah mendesak yang membutuhkan penanganan segera. Beberapa orang guru
merasa sangat terhambat kegiatan belajar dan pencapaian hasil belajar karena
siswa-siswa di kelasnya tidak bisa bekerjasama dalam diskusi kelompok.
Mungkin guru matematika merasa terganggu proses pembelajaran karena
sebagian besar siswa tidak mampu mengerjakan soal-soal cerita pada latihan
matematika. Dan beberapa kasus lain. Sekali lagi yang paling memahami tingkat
kebutuhan untuk penanganan secara segera adalah guru. Cobalah Anda
identifikasi sendiri masalah-masalah pembelajaran di kelas Anda yang
membutuhkan penanganan yang segera.

6. Masalah yang akan dikembangkan harus nyata

PTK menghendaki hasil yang nyata dan dalam waktu yang singkat dapat
dipergunakan langsung untuk memperbaiki pembelajaran. Oleh sebab itu
masalah-masalah yang dapat dikaji melalui PTK adalah masalah yang benar-benar
nyata yang memungkinkan guru dapat secara jelas menentukan tindakan
perbaikan. Jika guru merasa bahwa masalah yang ia hadapi masih bersifat samar-
samar, maka terlebih dahulu perlu dikaji dan dikenali secara cermat. Meskipun
menurut pengamatan sementara, guru melihat ada beberapa masalah yang saling
terkait, maka guru harus cerdas memutuskan satu masalah utama yang
membutuhkan penanganan segera. Seperti dikemukakan pada contoh terdahulu
dimana seorang guru merasa belum jelas masalah utama yang ia hadapi di mana
setiap kali ia mengajar pelajaran Matematika di kelas V, anak-anak kurang
sungguh-sungguh mengikuti penjelasan yang disampaikannya. Beberapa orang
anak sering melakukan aktivitas yang mengganggu konsentrasi teman-teman lain
sehingga kelas menjadi terganggu. Pada pelajaran tersebut guru juga dihadapkan
pada anak-anak yang tidak terdorong mengajukan pertanyaan walaupun mereka
tidak mengerti. Dalam keadaan demikian kemampuan siswa mengerjakan latihan
menjadi rendah. Menghadapi keadaan ini guru harus memutuskan satu masalah
yang dianggap paling strategis, misalnya kemampuan siswa-siswa mengerjakan
latihan-latihan soal rendah. Atau mungkin masalah utamanya adalah kemampuan
siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat rendah
sehingga perlu ditingkatkan melalui upaya-upaya tertentu.

7. Memerlukan penanganan secara berkelanjutan

Mungkin Anda masih ingat salah satu ciri PTK yaitu adanya siklus yang
berkelanjutan. Siklus ini memungkinkan guru menentukan cara dan langkah
perbaikan sekaligus menilai tingkat keberhasilan cara yang ditempuh pada setiap
siklus tertentu dan selanjutnya menyempurnakan tindakan perbaikan jika hasil
yang dicapai belum optimal. Sebelumnya Anda juga telah membahas bahwa
diantara masalah pembelajaran yang disarankan untuk dikaji melalui PTK adalah
masalah-masalah strategis dalam pembelajaran. Masalah-masalah strategis
umumnya jarang sekali dapat diperbaiki atau diselesaikan dalam satu siklus
penelitian apalagi dengan hanya melakukan satu kali tindakan perbaikan, akan
tetapi biasanya menghendaki tahapan-tahapan yang cukup lama untuk mencapai
perubahan yang optimal. Terkait dengan ciri ini, maka masalah yang akan dikaji
atau dipecahkan melalui PTK adalah masalah-masalah pembelajaran yang
memerlukan penanganan secara berkelanjutan. Jika masalah tersebut dapat diatasi
atau dapat mencapai perubahan optimal dengan melakukan satu siklus, apalagi
hanya satu tindakan perbaikan, sangat besar kemungkinan masalah yang diangkat
bukan termasuk masalah yang strategis Masalah-masalah pembelajaran seperti
meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan kemampuan menyelesaikan
latihan, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, meningkatkan kemampuan
bertanya dan mengemukakan pendapat, meningkatkan kemampuan membaca
cepat dan beberapa contoh lain tentu memerlukan beberapa siklus dalam PTK
untuk mencapai hasil yang optimal. Meskipun demikian Anda harus tetap ingat
bahwa masalah yang dikaji jangan terlalu luas agar perubahan yang diharapkan
benar-benar dapat dicapai oleh guru.

Krakteristik masalah yang dapat dikaji melalui PTK sangat terkait erat
dengan ciri-ciri atau karakteristik PTK yang telah kita bahas pada unit-unit
terdahulu. Oleh sebab itu ada baiknya sambil Anda mengkaji subunit ini, Anda
juga memperhatikan kembali karakteristik atau ciri PTK sehingga Anda benar-
benar mendapatkan pemahaman yang mendalam.

Latihan:

Setelah mengkaji materi pada subunit ini, untuk memantapkan pemahaman Anda,
kerjakan latihan berikut.

1. Coba Anda temukan beberapa kondisi di sekolah Anda yang mendukung


pelaksanaan PTK. Selanjutnya bandingkan dengan beberapa kondisi yang
dipersyaratkan bagi pelaksanaan PTK seperti yang telah Anda bahas pada
awal subunit ini.
2. Dalam pelaksanaan tugas Anda sehari-hari sebagai guru, apakah Anda merasa
ada kebebasan untuk mengembangkan pemikiran atau inovasi baru berkaitan
dengan upaya-upaya perbaikan pembelajaran. Coba Anda identifikasi dalam
hal apa saja kebebasan tersebut diberikan oleh sekolah.
3. Berangkat dari pengalaman Anda sehari-hari dalam melaksanakan proses
pembelajaran, coba Anda lakukan analisis beberapa masalah-masalah
pembelajaran yang Anda hadapi yang memenuhi persyaratan untuk dikaji
melalui PTK.
Agar latihan yang Anda kerjakan sesuai dengan arah yang diharapkan,
bacalah rambu-rambu berikut ini.
Petunjuk penyelesaian latihan

1. Sebelum membandingkan kondisi nyata di sekolah Anda yang mendukung


atau kurang mendukung untuk melaksanakan PTK, kaji kembali kondisi yang
dipersyaratkan bagi pelaksanaan PTK seperti materi yang telah Anda bahas.
Diskusikan dengan rekan-rekan Anda jika ada bagian-bagian yang kurang
jelas atau kurang Anda pahami.
2. Kaji kembali kegiatan yang Anda lakukan di sekolah. Kegiatan-kegiatan apa
saja yang selama ini Anda lakukan terkait dengan upaya perbaikan
pembelajaran yang mendapat dukungan kepala sekolah dan semua staf
sekolah.
3. Identifikasi masalah-masalah pembelajaran yang Anda hadapi. Kemudian
coba kaji masalah-masalah tersebut dengan memperhatikan kembali
karakteristik masalah yang dapat dikaji melalui PTK sebagaimana telah Anda
bahas pada akhir subunit ini.

RANGKUMAN

Kondisi yang dipersyaratkan bagi PTK dapat diartikan sebagai keadaan


yang selayaknya ada dan berkembang secara kondusif di lingkungan sekolah
sehingga memberi peluang yang besar bagi terlaksananya PTK. Beberapa kondisi
yang dipersyaratkan tersebut adalah:
- Adanya kebebasan bagi guru untuk melaksanakan PTK
- Minimalisasi birokrasi dan hirarki organisasi di sekolah
- Sekolah memiliki komitmen bersama untuk mewujudkan perubahan
- Adanya keterbukaan dari semua staf sekolah
- Sikap kepala sekolah dan staf administrasi yang mendukung
- Adanya rasa percaya diri guru dan siswa yang melaksanakan PTK
- Kesiapan menghadapi konflik
Meskipun PTK secara mendasar diarahkan pada perbaikan kinerja
pembelajaran, akan tetapi tidak semua masalah pembelajaran dapat dikaji atau
diatasi melalui PTK. Beberapa karakteristik masalah yang dapat dikaji melalui
PTK adalah:
1. Masalah yang berkaitan dengan pembelajaran sehari-hari
2. Cakupan masalahnya tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit
3. Sesuai dengan Kemampuan Guru
4. Masalah yang strategis
5. Masalah yang membutuhkan penanganan yang relatif segera
6. Masalah yang akan dikembangkan harus nyata
7. Memerlukan penanganan secara berkelanjutan

DAFTAR PUSTAKA

Ananda Nandang, K. (2001). Peran Lain Guru: Sebagai Peneliti. Buletiin


Peningkatan Mutu Pendidikan SLTP Pelangi pendidikan. Vol 4. No. 2.
2001.

Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. (2004). Penelitian Tindakan (Suatu


Pengantar). Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan.

Elliot, J. (1991). Action Research for Educational Change. Philadelphila: Open


University Press

Hardjodiputro, S. (2000). Action Research Papers. Universitas Negeri Jakarta.

Hopkins, D. (1993). A Teacher’s Guide to Classroom Research. Buckingham:


Open University Press.

McTaggart, R. (1991). Action Research: A Short Modern History. Geelong,


Victoria: Deakin University Press.

Mills Geoffrey, E. (2000). Action Research: A Guide for the Teacher Researcher.
New Jersey. Columbus, Ohio: Merrill, an Imprint Prentice Hall.

Oja Sharon, N., Smulyan, L. (1989). Collaborative Action Research: A


Developmental Approcah. Social Research and Educational Studies Series:
7. London, New York, Philadelphila: The Falmers Press.

Wardani, IG.A.K. (2003). Hakikat Penelitian Tindakan Kelas. Buku Materi


Pokok Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.
GLOSARIUM

Efisiensi pengelolaan pendidikan adalah ketepatan di dalam mendayagunakan


atau pemanfaatan sumber-sumber daya yang ada untuk mendukung
optimalisasi proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran.

Hirarkhi dan birokrasi sekolah adalah segala bentuk aturan, kebijakan, alur
hubungan kerja atau mekanisme kerja yang dikembangkan di sekolah yang
terkait dengan tugas seluruh staf sekolah.

Kotak hitam pendidikan mengandung arti sumber utama atau sentral dari masalah-
masalah pendidikan yang dapat memberikan informasi nyata tentang
masalah pendidikan yang dihadapi

Prakarsa guru adalah suatu keinginan yang kuat untuk mengadakan perubahan
yang didorong oleh kemauan guru sendiri.

Profesionalisme guru adalah totalitas kemampuan dan keahlian yang dimiliki guru
yang mendukung kelancaran tugas pengelolaan atau pelaksanaan proses
pendidikan dan pembelajaran

Relevansi pendidikan merujuk kepada pengertian adanya kesesuaian antara apa


yang diajarkan dengan kebutuhan siswa, tuntutan masyarakat dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Terencana dan sistematik adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan kerangka
kerja yang benar, mengikuti mekanisme dan langkah-langkah yang
ditentukan sebelumnya.
Unit 6
PERENCANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENDAHULUAN
Pada unit sebelumnya Anda telah diajak untuk membahas kondisi yang
dipersyaratkan untuk melaksanakan PTK dan karakteristik masalah yang dapat
dikaji melalui PTK. Anda juga telah menyelesaikan beberapa latihan dan
mengerjakan tes formatif. Pemahaman Anda tentang aspek-aspek tersebut sangat
penting artinya untuk mendalami lebih lanjut materi yang diuraikan pada unit ini,
yakni berkenaan perencanaan dan pelaksanaan PTK. Oleh sebab itu bilamana
Anda merasa belum begitu memahami dengan baik unit sebelumnya, disarankan
agar Anda mencermati kembali sebelum melanjutkan pelajaran pada unit ini.
Sesuai dengan judul unit ini, maka pembahasan yang lebih rinci dijabarkan ke
dalam beberapa subunit yang saling terkait, yaitu cara melakukan identifikasi
masalah, menganalisis masalah, cara menentukan kelayakan hipotesis tindakan,
menyiapkan pelaksanaan PTK dan melaksanakan PTK.
Melalui pembahasan, latihan-latihan, diskusi yang dilakukan serta
menyelesaikan tes formatif yang disediakan Anda diharapkan dapat menjelaskan
secara rinci tentang:
1. Cara melakukan identifikasi masalah
2. Cara merumuskan masalah
3. Cara menganalisis masalah
4. Cara menilai kelayakan hipotesis
5. Mempersiapkan pelaksanaan PTK.
Untuk membantu mendalami uraian ini disediakan beberapa latihan. Anda
diminta untuk mengerjakan latihan-latihan tersebut melalui telaah sendiri bahan
ajar dan diskusi dengan teman-teman anda. Pada bagian akhir tiap-tiap unit
disediakan tes formatif sebagai bahan balikan untuk mengevaluasi sejauhmana
kedalaman pemahaman Anda.
Selamat belajar, semoga sukses!
SUBUNIT 1

Mengidentifikasi dan Menganalisis Masalah


Subunit ini membahas tentang cara mengidentifikasi masalah,
menganalisis dan merumuskan masalah sebagai bagian dari perencanaan PTK.
Identifikasi masalah merupakan kegiatan awal di dalam rangkaian proses
pelaksanaan PTK. Jika guru dapat mengidentifikasi masalah-masalah
pembelajaran dengan baik, maka ia telah memulai atau mengawali proses PTK
dengan benar. Dengan demikian akan mempermudah guru di dalam melakukan
analisis masalah dan merumuskan hipotesis tindakan. Oleh sebab itu Anda
diharapkan dapat mengkaji secara seksama subunit ini, mengerjakan latihan-
latihan yang disediakan serta menyelesaikan tes formatif pada bagian akhir
subunit ini. Setelah menyelesaikan kegiatan belajar pada subunit ini Anda
diharapkan dapat menjelaskan cara melakukan identifikasi masalah, menganalisis
dan merumuskan masalah dengan benar sebagai bagian dari langkah-langkah yang
harus ditempuh dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian tindakan kelas.
Pemahaman akan langkah-langkah ini akan sangat membantu Anda dalam
menyusun rencana dan melaksanakan PTK selanjutnya.

A. Mengidentifikasi Masalah
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehari-hari, tentu Anda
seringkali dihadapkan pada berbagai masalah pembelajaran bukan? Coba Anda
ingat kembali masalah-masalah apa saja yang sering Anda hadapi di kelas yang
berpotensi menghambat pencapaian hasil belajar yang Anda harapkan.
Sebagaimana telah Anda pahami melalui pembahasan dan latihan-latihan unit-unit
sebelumnya, suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang dirasakan
atau disadari oleh guru sebagai pengelola pembelajaran. Guru merasa bahwa ada
sesuatu yang harus diperbaiki di kelasnya, yang jika dibiarkan akan berdampak
buruk bagi proses dan hasil belajar siswa. Misalnya, ada sekelompok siswa yang
mengalami kesulitan yang sama dalam mempelajari suatu bagian pelajaran, ada
siswa yang tidak disiplin mengerjakan tugas, atau hasil belajar siswa menurun
secara drastis. Anda dapat mengemukakan contoh lain dari pengalaman Anda
sendiri dalam mengelola proses pembelajaran. Masalah yang dirasakan guru
mungkin masih kabur, sehingga guru perlu merenung atau melakukan refleksi
agar masalah tersebut menjadi semakin jelas. Hopkins (1993) menekankan bahwa
pada awalnya guru mungkin bingung untuk mengidentifikasi masalah, oleh karena
itu, guru tidak selalu harus mulai dengan masalah. Guru dapat mulai dengan suatu
gagasan untuk melakukan perbaikan, kemudian mencoba memfokuskan gagasan
tersebut. Meskipun demikian akan lebih baik bilamana Anda mengawalinya
dengan menemukan suatu masalah yang benar-benar nyata dihadapi karena hal itu
akan mempermudah merumuskan bentuk tindakan perbaikan yang sesuai.
Jika uraian di atas Anda cermati dengan baik maka hal penting yang dapat
kita pahamai adalah bahwa munculnya masalah pertama kali sering dirasakan oleh
guru sebagai sesuatu yang masih kabur. Walaupun guru belum merasa jelas
dengan masalah tersebut, namun guru yakin bahwa memang ada sesuatu yang
kurang beres dalam proses pembelajaran yang ia lakukan dan perlu diperbaiki.
Tidak semua guru mampu merasakan adanya masalah, meskipun tidak mustahil
semua guru mempunyai masalah yang berkaitan dengan praktek pembelajaran
yang dikelolanya. Bahkan mungkin ada guru yang mendiamkan saja masalahnya,
meskipun ia sendiri merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres dikelasnya, yang
memerlukan perbaikan segera. Jika masalah dibiarkan tanpa upaya perbaikan
yang tepat dan sistematis akan berdampak menurunnya kualitas pembelajaran.
Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah, seorang guru
dituntut jujur pada diri sendiri dan berusaha tidak menutup-nutupi masalah yang
dihadapinya. Bilamana diperlukan akan lebih baik jika dapat diungkapkan kepada
rekan-rekan guru untuk memperoleh tanggapan dan saran mereka. Berbekal
kejujuran dan keterbukaan tersebut, guru dapat mengidentifikasi masalah
pembelajaran dengan mengemukakan beberapa pertanyaan. Sudarsono
(1996/1997:5) mengungkapkan beberapa pertanyaan yang dapat dijadikan
panduan untuk mengidentifikasi masalah.
1. Apa yang menjadi keprihatinan Anda (guru, kepala sekolah)
2. Mengapa Anda memprihatinkannya?
3. Menurut Anda, apa yang dapat Anda lakukan untuk itu?
4. Bukti-bukti apa yang dapat Anda kumpulkan agar dapat membantu membuat
penilaian tentang apa yang terjadi?
5. Bagaimana Anda mengumpulkan bukti-bukti tersebut?
6. Bagaimana Anda melakukan pengecekan terhadap kebenaran dan keakuratan
tentang apa yang telah terjadi?
Meskipun pertanyaan-pertanyaan di atas nampak sederhana, akan tetapi
membutuhkan waktu dan pemikiran yang serius untuk menjawabnya. Mungkin
diperlukan waktu untuk merenung atau melakukan refleksi tentang apa yang
sesungguhnya terjadi di kelas. Perlu kembali diingat bahwa untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada refleksi diri membutuhkan
keterbukaan dan kejujuran. Jika kita tidak mampu mengungkapkan secara jujur
dan terbuka, maka tindakan-tindakan perbaikan yang kita rancang dikhawatirkan
tidak dapat mencapai sasaran tepat sehingga tidak mampu mencapai perubahan
kearah perbaikan sebagaimana yang kita harapkan. Karena itu sekali lagi mari kita
bersikap jujur pada diri kita sendiri. Ungkapan kejujuran itu tidak harus kita
kemukakan kepada orang lain, kecuali kita bermaksud melakukan penelitian
secara kolaboratif dengan rekan-rekan guru atau dengan dosen LPTK. Selebihnya
cukup kita menjawab untuk diri kita sendiri dan dibantu melalui catatan sendiri.
Refleksi akan efektif jika guru mempunyai pemahaman/kesadaran yang tinggi
akan fungsi pembelajaran. Jika setelah menjawab pertanyaan tersebut guru sampai
pada kesimpulan bahwa ia memang menghadapi masalah dalam bidang tertentu,
berarti ia sudah berhasil mengidentifikasi masalah.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Wardani (2003:2.5)
memaparkan beberapa bentuk pertanyaan sederhana untuk menjadi acuan di
dalam mengidentifikasi masalah yang dapat dijawab oleh guru sendiri.
1. Apa yang sedang terjadi di kelas saya?
2. Masalah apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu ?
3. Apa pengaruh masalah tersebut bagi kelas saya ?
4. Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut saya biarkan ?
5. Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah tersebut atau
memperbaiki situasi yang ada?
Pertanyaan pertama akan menghasilkan daftar masalah yang terjadi di
kelas. Daftar masalah ini mungkin masih bersifat umum, bahkan masih kabur
sehingga nantinya perlu dilakukan analisis. Tidak mustahil pula ada di antara guru
yang merasa kesulitan di dalam menemukan masalah yang terjadi di kelasnya.
Jika hal ini terjadi, maka guru tersebut perlu dibantu untuk mengenal masalah.
Berikut ini adalah salah satu contoh dialog antara dosen dan salah seorang guru
yang belum dapat menemukan masalah di kelasnya yang dilaksanakan dalam
suatu proses bimbingan mengidentifikasi masalah dalam perkuliahan PTK.
Dosen : Apakah ibu merasa ada masalah dalam proses pembelajaran yang ibu
lakukan?
Guru : Tidak. Saya merasa tidak ada masalah di dalam proses pembelajaran
yang saya lakukan.
Dosen : Bagaimana ibu mengetahui bahwa memang tidak ada masalah di dalam
pembelajaran?
Guru : Kegiatan pembelajaran yang saya lakukan berjalan dengan baik dan
lancar saja. Kalau saya menjelaskan siswa-siswa saya umumnya
mendengarkan. Jika saya berikan PR, pada umumnya mereka kerjakan.
Jika saya memberikan tugas latihan di kelas mereka mengerjakan.
Tidak ada keributan-keributan yang berarti. Jadi saya merasa tidak ada
masalah dengan pembelajaran saya.
Dosen : Apakah ibu merasa bahwa hasil-hasil latihan yang dikerjakan sudah
dapat mencapai hasil optimal seperti yang ibu harapkan?
Guru : Kalau soal hasil memang belum optimal. Bahkan hampir separoh dari
siswa-siswa saya masih mendapat hasil yang rendah.
Dosen : Apakah ketika ibu menjelaskan, siswa-siswa yang ibu ajarkan aktif
mengajukan pertanyaan terutama mereka yang diduga belum
mengerti?
Guru : Kalau bertanya memang siswa-siswa saya sulit. Meskipun mereka tidak
mengerti, biasanya mereka sulit sekali untuk mengajukan pertanyaan.
Padahal saya selalu mendorong mereka agar jangan malu dan segan
bertanya, akan tetapi tetap saja jarang ada yang bertanya. Bahkan
seringkali yang bertanya itu mereka yang sudah agak mengerti. Saya
merasa kesulitan untuk mendorong mereka agar lebih aktif. Padahal
kalau diberikan soal-soal latihan banyak di antara mereka yang tidak
bisa mengerjakan dengan baik.
Dosen : Ketika ibu melaksanakan diskusi kelompok atau diskusi kelas, apakah
siswa-siswa juga aktif mengemukakan pendapat, saran atau
pertanyaan.
Guru : Sebagian aktif. Tetapi yang aktif itu hanya beberapa orang saja,
sebagian besar sulit sekali untuk ikut mengungkapkan pikiran-pikiran
mereka.
Dosen : Kalau begitu ibu merasa ada masalah dalam pembelajaran?
Guru : Ya ada, bahkan banyak masalah.
Apa kesimpulan Anda dari dialog di atas? Adakalanya kita menjumpai
hal-hal seperti ini. Dan kejadian seperti ini merupakan hal yang wajar, sebab
untuk mengetahui ada tidaknya masalah juga memerlukan ketajaman dan daya
pikir kritis dalam menilai situasi. Apa yang dapat Anda lakukan jika menghadapi
guru yang belum dapat menemukan masalah pembelajarannya? Tentu Anda bisa
membantu menemukan masalah dengan berbagai cara yang Anda yakini lebih
tepat. Bisa dengan berdiskusi, mungkin dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan sederhana seperti dialog di atas. Mungkin Anda ajak guru tersebut
melihat dokumen kelas, misalnya daftar hadir, daftar nilai, catatan-catatan khusus
tentang siswa dan sebagainya.
Apa yang kita lakukan untuk membuat pertanyaan bagi diri kita sendiri
dan melakukan refleksi diri sebagaimana langkah-langkah di atas kembali
mengingatkan kita akan salah satu karakteristik PTK, yaitu masalah harus berasal
dari guru sendiri sebagai pelaku atau pengelola pembelajaran, dan bukan berasal
dari orang luar. Namun ada kalanya, guru perlu dibantu untuk mengidentifikasi
masalah. Dalam hal ini guru dapat dibantu oleh rekan-rekan guru yang lain,
kepala sekolah, atau dosen LPTK yang berkolaborasi dengan sekolah. Namun,
sekali lagi perlu ditekankan bahwa aktor utama dalam hal ini adalah guru, bukan
mitra kolaborasi, dan hubungan antara kepala sekolah, atau mitra kolaborasi
adalah sebagai teman sejawat, bukan sebagai atasan dan bawahan.
Untuk membantu pemahaman Anda tentang identifikasi masalah, berikut
ini diketengahkan beberapa contoh hasil identifikasi yang pernah dilakukan guru
ketika mengawali perencanaan PTK, terutama untuk menjawab pertanyaan
pertama tentang apa yang terjadi di kelas.

Ilustrasi 1:
Bu Isma adalah salah seorang guru yang bertugas mengajar pada salah satu
sekolah dasar. Melalui laporan tertulisnya ia menuturkan hasil identifkasi yang ia
lakukan di kelasnya seperti dituturkan berikut. Saya mengajar pelajaran
matematika di kelas IV. Ketika saya mengajar, terutama ketika mengawali
kegiatan mengajar, biasaya saya gunakan untuk memeriksa pekerjaan rumah (PR)
siswa-siswa saya. Hampir setiap kali saya melakukan pengecekan, saya
menemukan salah seorang siswa yang selalu mengerjakan PR di kelas. Di kelas
juga ia tidak mengerjakan sendiri, akan tetapi meniru atau mencontek pekerjaan
teman-temannya yang sudah selesai. Jika saya minta untuk maju ke depan kelas
(menyelesaikannya di papan tulis) ia tidak bisa menyelesaikannya, bahkan
kadang-kadang tidak mau mengerjakan. Akibat perilakunya yang buruk tersebut
hasil-hasil latihan dan ulangan yang dicapainya sangat rendah.

Ilustrasi 2:
Pak Dian adalah salah seorang guru IPA yang mengajar di kelas V. Ia
merasa ada masalah dalam pembelajaran yang dilakukannya. Dari hasil
identifikasi yang ia lakukan, ada beberapa masalah yang berhasil ia identifikasi.
1. Siswa kurang memperhatikan ketika guru menjelaskan materi pelajaran.
2. Sebagian siswa tidak melakukan dengan sungguh-sungguh ketika praktik
IPA. Mereka lebih banyak bermain daripada melakukan latihan.
3. Terdapat beberapa orang siswa yang seringkali mengganggu teman-teman
sekelas sehingga suasana belajar menjadi terganggu.
4. Seringkali ditemukan beberapa siswa melakukan aktivitas sendiri ketika guru
menerangkan pelajaran, akan tetapi mereka tidak mengganggu teman-teman
lain dan tidak membuat keributan di kelas. Misalnya mereka menggambar,
padahal guru sedang menjelaskan materi pelajaran IPA.
Anda juga dapat memperhatikan salah satu contoh hasil identifikasi
masalah yang dilakukan oleh salah seorang guru Geografi pada salah satu SMP
seperti yang dimuat pada Buletin pelangi Pendidikan (2001), seperti berikut:
a. Jika diajak tanya jawab pada awal pembelajaran siswa cenderung menghindar
untuk menjawab.
b. Sangat sedikit siswa yang berani mengajukan pertanyaan.
c. Sebagian siswa mencatat pelajaran Geografi pada buku yang berganti-ganti.
d. Siswa cenderung cepat bosan memperhatikan pelajaran, kemudian ngobrol
dengan pasangan duduknya.
e. Sebagian besar siswa tidak mengerjakan PR di rumah, melainkan di kelas
menjelang pelajaran berlangsung. Sebagian besar siswa menyalin PR teman-
temannya.
f. Kemampuan berpikir rasional siswa sangat lemah dalam mengerjakan soal-
soal geografi.
g. Siswa tidak dapat menstransfer keterampilan mengemukakan hipotesis untuk
mata pelajaran lain.
h. Siswa tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan
mata pelajaran yang lain.
i. Siswa tidak dapat berusaha mengaitkan nama-nama kota dengan keadaan alam
di sekitarnya.
j. Siswa tidak berusaha mengaitkan keadaan alam suatu daerah dengan
kehidupan masyarakatnya.
Contoh di atas merupakan bagian kecil dari banyaknya masalah yang
sering dihadapi guru. Coba Anda pikirkan masalah-masalah apa saja yang Anda
jumpai dalam praktik pembelajaran.

B. Menganalisis dan Merumuskan Masalah


Menganalisis masalah merupakan langkah yang harus dilakukan guru
setelah melakukan identifikasi. Jika melalui identifikasi Anda dapat menemukan
beberapa masalah yang terkait dengan kegiatan pembelajaran di kelas, maka
analisis bertujuan agar masalah tersebut menjadi lebih jelas dan dapat menduga
faktor-faktor penyebabnya. Identifikasi masalah akan menghasilkan daftar
masalah. Guru sebagai peneliti selanjutnya perlu melakukan analisis. Tanpa
melakukan analisis, mungkin masalah yang kita identifikasi masih kabur. Analisis
dapat kita lakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri atau yang
disebut refleksi, dan dapat pula dengan mengkaji ulang berbagai dokumen seperti
pekerjaan siswa, daftar hadir, atau daftar nilai, persiapan mengajar atau bahkan
mungkin bahan pelajaran yang kita siapkan.
Jika kita memperhatikan ilustrasi pertama di mana banyak siswa tidak
mengerjakan PR kemudian banyak yang memilih untuk menyontek pekerjaan
teman di sekolah, kita belum bisa menentukan apa masalah nyata yang dihadapi
siswa. Kemungkinan motivasi belajar mereka rendah, atau karena mereka tidak
dapat mengikuti penjelasan yang disampaikan guru. Hal itu juga dapat terjadi
karena sebagian mereka tidak memiliki buku paket karena buku paket tidak
mencukupi untuk seluruh siswa, sehingga harus meminjam dengan teman lain.
Atau dapat pula terjadi karena beberapa siswa harus membantu pekerjaan orang
tua mereka, sehingga hampir tidak memiliki waktu untuk menyelesaikan PR.
Mungkin masih ada masalah-masalah lain yang terkait dengan kebiasaan anak
yang tidak mengerjakan PR tersebut. Oleh sebab itu perlu diperjelas masalah
sesungguhnya, sehingga guru dapat mencari alternatif pemecahan yang tepat
untuk dikembangkan melalui PTK.
Analisis masalah mempunyai beberapa tujuan, yaitu: a) mendapatkan
kejelasan masalah yang sesungguhnya, b) menemukan kemungkinan faktor
penyebab, c) menentukan kadar permasalahan. Untuk lebih jelasnya masing-
masing tujuan diuraikan berikut.

a. Memperjelas masalah
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa melalui identifikasi
masalah biasanya guru menemukan beberapa masalah dalam pembelajaran. Akan
tetapi seringkali masalah tersebut masih bersifat umum dan masih samar-samar.
Masalah yang masih bersifat umum dan samar-samar akan sulit dikaji melalui
PTK. Karena itu masalah tersebut perlu dianalisis untuk memperjelas dan agar
menjadi lebih spesifik. Sebagai contoh, ketika seorang guru mencermati situasi
kelas ketika pelajaran matematika berlangsung, guru menyimpulkan bahwa siswa-
siswa tidak tertarik dengan pelajaran tersebut. Kesimpulan tersebut didasari
pengamatan guru, dimana siswa-siswa tidak menunjukkan sikap antusias dalam
belajar, enggan mengajukan pertanyaan, kurang serius mengerjakan latihan, dan
hasil latihan penyelesaian soal rata-rata rendah. Memperhatikan keadaan tersebut,
mungkin benar apa yang diungkapkan guru bahwa siswa kurang tertarik dengan
pelajaran matematika. Namun permasalahan kurang tertariknya siswa terhadap
pelajaran matematika masih bersifat umum dan masih kabur. Karena itu masalah
tersebut perlu dianalisis. Analisis dapat dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri atau dengan melakukan refleksi diri
kembali. Guru dapat mengajukan pertanyaan seperti, apakah ketidaktertarikan
siswa tersebut berlaku pada semua materi pelajaran, atau pada materi-materi
tertentu. Apakah materi pelajaran yang tidak menarik, ataukah cara penyampaian
guru yang membuat siswa tidak tertantang bahkan mungkin menjenuhkan.
Rendahnya hasil latihan apakah berlaku bagi semua materi latihan atau pada
pokok bahasan tertentu, karena ada sejumlah guru sering mengeluh rendahnya
nilai hasil latihan terutama sekali ketika menyelesaikan latihan soal cerita dalam
matematika. Jika hal itu yang terjadi, maka masalahnya tentu akan berbeda jika
kesulitan penyelesaian soal mencakup semua bentuk latihan atau semua materi
setiap pokok bahasan. Oleh sebab itu maka analisis masalah mempunyai arti
penting untuk merumuskan alternatif pemecahan masalah.

b. Menemukan kemungkinan faktor penyebab


Dengan melakukan analisis masalah secara cermat, di samping dapat
menjadikan masalah semakin jelas serta spesifik, juga sekaligus dimungkinkan
menemukan faktor-faktor penyebab munculnya masalah tersebut. Ketika guru
melakukan perenungan atau refleksi apakah siswa-siswanya benar-benar tidak
tertarik pada pelajaran matematika dengan sendirinya guru juga memikirkan
mengapa mereka kurang tertarik. Untuk menemukan faktor penyebab dalam
kegiatan analisis masalah ini ada dua cara yang dapat dilakukan guru. Pertama
merenung kembali masalah tersebut dengan cara mengajukan pertanyaan yang
harus Anda jawab sendiri. Renungan terhadap diri kita sendiri sering kali disebut
refleksi atau introspeksi. Dalam melakukan introspeksi ini ada beberapa
pertanyaan yang dapat kita ajukan. Anda dapat mengajukan pertanyaan-
pertanyaan secara bebas kepada diri sendiri, khususnya yang berkaitan dengan
kegiatan pembelajaran di kelas. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat berkenan
dengan metode mengajar, bahan pelajaran, motivasi siswa, hasil belajar siswa,
kemampuan mengerjakan latihan dan sebagainya. Di bawah ini beberapa contoh
pertanyaan yang dapat Anda ajukan.

- Apakah cara saya menjelaskan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa?


- Apakah penjelasan yang saya berikan sudah cukup disertai contoh-contoh?
- Apakah saya sudah memberikan dorongan agar mereka memberikan
tanggapan terhadap apa yang saya jelaskan?
- Apakah bimbingan dalam penyelesaian latihan yang saya berikan cukup
memadai?
nnnnnnn
- Apakah saya terlalu banyak menggunakan istilah-istilah yang tidak mereka
pahami?
Beberapa contoh pertanyaan di atas dapat dijawab langsung oleh guru
sendiri dengan melakukan refleksi atau instrospeksi secara jujur dan terbuka
tentang proses pembelajaran yang telah dilakukannya.
Cara kedua untuk menemukan faktor penyebab munculnya suatu masalah,
Anda juga dapat bertanya kepada siswa, baik dengan menggunakan wawancara
maupun dengan memberikan kuesioner. Akan tetapi perlu Anda ingat, di samping
kuesioner memerlukan beberapa langkah persiapan dalam pembuatannya, Anda
juga harus yakin bahwa siswa-siswa Anda di sekolah dasar memahami substansi
pertanyaan dan cara-cara menjawabnya. Oleh sebab itu mungkin wawancara
lebih tepat dilakukan dibandingkan kuesioner dengan mempertimbangkan
berbagai hal, terutama dikaitkan dengan pengalaman dan kemampuan mereka
sebagai siswa sekolah dasar. Wawancara yang Anda lakukan juga tidak perlu
dalam situasi yang terlalu formal. Anda dapat melakukannya di selang kegiatan
pembelajaran, waktu istirahat, pada saat diperpustakaan dan sebagainya sehingga
siswa tidak merasa takut atau segan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
Anda. Beberapa pertanyaan sederhana yang dapat Anda ajukan kepada siswa,
misalnya:

- Apakah kamu mengerti materi pelajaran yang guru jelaskan?


- Apa tanggapan kamu tentang cara guru menjelaskan materi pelajaran?
- Apakah kamu sering mengajukan pertanyaan?
- Apakah kamu mengalami kesulitan dalam mengerjakan latihan soal?
- Apakah guru memberikan bimbingan jika kamu menghadapi kesulitan
mengerjakan latihan? keyakinan Anda tentang masalah atau latar tersebut,
Untuk memperkuat
- Apakah pekerjaan rumah yang guru berikan dapat kamu kerjakan?

Anda juga dapat mengkaji berbagai dokumen kelas, seperti daftar hadir,
daftar nilai atau dokumen lain yang memuat data terkait dengan masalah tersebut.
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus pula mengarah pada
penemuan kemungkinan faktor yang diduga kuat sebagai penyebab dari suatu
masalah yang Anda hadapi.
Jika guru dapat bersikap jujur dan terbuka pada dirinya sendiri, ia akan
mengembangkan sejumlah pertanyaan lebih lanjut. Misalnya apakah cara saya
mengajar yang kurang menarik. Mungkin metode mengajar yang kurang
bervariasi. Ataukah pendekatan kepada siswa-siswa belum dapat saya lakukan
secara baik. Mungkinkah saya kurang melibatkan mereka dalam pembahasan
materi sehingga saya nampak terlalu mendominasi proses pembelajaran yang
seharusnya saya dapat melibatkan mereka secara aktif. Atau saya kurang
mendayagunakan media dan sumber-sumber belajar, sehingga mereka menjadi
jenuh dengan penjelasan yang saya berikan. Secara langsung maupun tidak
langsung ketika guru melakukan analisis masalah seperti ini ia juga sudah terlibat
di dalam memikirkan faktor-faktor penyebabnya. Keadaan seperti ini merupakan
langkah yang positif untuk kelanjutan tahapan di dalam PTK.

c. Menentukan kadar permasalahan


Jika Anda melakukan analisis masalah dengan melakukan refleksi atas apa
yang terjadi dan apa yang Anda lakukan, atau melakukan pengkajian terhadap
dokumen-dokumen kelas seperti daftar hadir, daftar nilai dan sebagainya, maka
Anda akan sampai kepada penilaian seberapa berat atau seberapa mendasarnya
masalah tersebut dalam upaya mencapai perubahan kearah hasil belajar yang
lebih baik. Jika hasil analisis menunjukkan bahwa masalah yang tersebut
berkaitan dengan keterlibatan sebagian besar siswa dan berkenaan dengan hal-hal
substansif dalam pembelajaran berarti permasalahan dapat dikategorikan sebagai
masalah strategis. Sebaliknya jika hasil analisis merujuk kepada suatu masalah
yang kurang mendasar dan tidak terkait langsung dengan keberlangsungan proses
pembelajaran, maka mungkin tidak digolongkan sebagai masalah mendasar dan
strategis sehingga dapat dikaji atau diselesaikan dengan cara lain dan tidak perlu
dikaji melalui PTK..
Untuk membantu mempertajam analisis masalah, guru dapat menganalisis
beberapa komponen berikut:
1. Menganalisis daftar hadir siswa. Analisis kehadiran akan memungkinkan guru
mengetahui seberapa besar keaktifan siswa masuk sekolah dengan melakukan
perhitungan persentase kehadirannya setiap minggu atau setiap bulan. Perlu
dicermati pula apakah yang sering tidak hadir hanya siswa-siswa tertentu atau
menyangkut sebagian besar siswa.
2. Menganalisis daftar nilai siswa untuk menemukan bagaimana hasil belajar
yang mereka peroleh. Bagaimana rata-rata nilai yang mereka capai pada
seluruh bidang studi yang diajarkan. Bidang studi mana yang pencapaian
hasil belajarnya rendah, dan bidang studi mana yang mampu mencapai hasil
rerata yang lebih baik. Di samping itu analisis daftar nilai juga dapat
memberikan jawaban siswa-siswa mana yang sangat rendah capaian hasil
belajarnya.
3. Menganalisis tugas-tugas yang diberikan kepada siswa beserta bahan pelajaran
yang dipakai, apakah tugas-tugas dan bahan pelajaran tersebut cukup
menantang atau membosankan.
4. Menganalisis balikan (feedback) yang diberikan guru terhadap pekerjaan
siswa. Apakah balikan tersebut membuat siswa frustasi atau mendorong siswa
untuk memperbaiki pekerjaannya.
Jika Anda telah melakukan analisis masalah secara cermat, maka masalah
yang akan Anda kaji sekarang sudah menjadi semakin jelas. Langkah berikut yang
Anda lakukan adalah merumuskan masalah. Secara sederhana merumuskan
masalah dapat diartikan sebagai menyatakan suatu masalah secara kongkrit dan
operasional sehingga memberi kejelasan bagi penentuan alternatif pemecahan atau
perbaikannya. Menurut Borg (2001), kata benda permasalahan memiliki makna
konvensional dan makna teknis. Dalam pemikiran konvensional, suatu
permasalahan dapat diartikan sebagai seperangkat kondisi yang memerlukan
pembahasan, keputusan, suatu solusi atau informasi. Sebuah permasalahan
penelitian menyatakan secara tidak langsung kemungkinan investigasi empiris,
yakni pengumpulan data dan analisis.
Cobalah Anda lakukan latihan merumuskan beberapa masalah
berdasarkan analisis masalah yang telah Anda lakukan. Sebagai contoh, setelah
pak Ardi melakukan analisis secara cermat maka ia sampai kepada kesimpulan
bahwa masalah mendasar dalam pembelajaran IPA di kelas V yang dia hadapi
adalah kurangnya pelibatan siswa di dalam mengungkapkan contoh dan
merumuskan kesimpulan materi pokok yang dibahas. Karena itu guru tersebut
membuat pernyataan masalah seperti contoh berikut:

Contoh 1:
Penjelasan materi pelajaran IPA masih sangat didominasi guru, siswa kurang
dilibatkan untuk mengungkapkan contoh-contoh nyata dan menyimpulkan
materi pokok yang dibahas sehingga siswa kurang termotivasi dalam proses
pembelajaran.
Pernyataan masalah yang diungkapkan di atas semakin memberikan arah
yang jelas bagi pak Ardi tentang apa yang harus dilakukannya di dalam
memperbaiki pembelajaran IPA di kelasnya.
Contoh lain adalah hasil analisis yang dilakukan ibu Rini terhadap
rendahnya kemampuan siswa di kelasnya dalam menyelesaikan latihan soal dan
ulangan IPS. Setelah melakukan refleksi, mengkaji daftar nilai siswa di kelas, dan
setelah melakukan wawancara terhadap sejumlah siswa di kelas tersebut, akhirnya
bu Rini sampai kepada kesimpulan bahwa masalah mendasar yang dihadapinya
dalam pelajaran IPS adalah rendahnya kemampuan siswa di dalam
mengungkapkan pertanyaan dan mengemukakan pendapat ketika pelajaran
berlangsung. Masalah tersebut dinyatakannya sebagai berikut:

Contoh 2

Dalam pelajaran IPS siswa kurang memiliki keberanian dan kemampuan untuk
bertanya dan mengemukakan pendapat sehingga banyak di antara bagian-
bagian materi pelajaran yang dibahas tidak mereka pahami dengan baik.

Abimayu (dalam Wardani, 2003) mengingatkan beberapa hal yang perlu


diperhatikan dalam pemilihan masalah.
1. Jangan memilih masalah yang Anda tidak kuasai.
2. Ambillah topik yang skalanya kecil dan relatif terbatas.
3. Pilih masalah yang dirasakan paling penting bagi Anda dan murid Anda.
4. Kaitkan masalah dengan upaya pengembangan sekolah.
Sebelum Anda merumuskan hipotesis tindakan, perlu Anda ingat kembali
bahwa tidak mungkin dengan satu tindakan, semua masalah terpecahkan. Juga
tidak semua masalah memerlukan pemecahan melalui PTK. Untuk menentukan
masalah mana yang menjadi prioritas untuk dikaji atau dipecahkan melalui PTK
berikut ini ada beberapa hal yang dapat menjadi acuan:
1. Masalah harus benar-benar penting bagi guru yang bersangkutan serta
bermakna dan bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran guna
meningkatkan kualitas pendidikan.
2. Masalah harus dalam jangkauan kemampuan guru dalam melaksanakan
tindakan di kelas. Anda perlu menyadari jangan mengangkat suatu masalah
yang Anda tidak mampu melaksanakan tindakan perbaikannya. Oleh karena
itu pilihlah masalah yang benar-benar Anda mampu memperbaikinya melalui
suatu tindakan.
3. Masalah yang telah Anda pilih untuk dipecahkan melalui penelitian tindakan
harus dirumuskan secara jelas agar dapat mengungkap berbagai faktor
penyebab utamanya sehingga memungkinkan dicari alternatif pemecahannya.
Jika Anda tidak mampu merumuskan secara spesifik masalah, maka
pemecahan yang akan dilakukan akan sangat sulit mencapai sasarannya secara
mendalam.

Latihan:
Setelah mencermati materi tentang identifikasi dan merumuskan masalah di atas,
coba Anda kerjakan latihan berikut:
1. Lakukan langkah-langkah identifikasi masalah-masalah pembelajaran di kelas
Anda.
2. Dari hasil identifikasi, coba Anda rumuskan beberapa masalah mendasar
dalam pembelajaran yang akan Anda kaji melalui PTK.
3. Susunlah beberapa kemungkinan tindakan sebagai solusi pemecahan masalah,
kemudian pilih salah satu tindakan yang menurut Anda paling menjanjikan
perubahan yang Anda harapkan!

Petunjuk jawaban latihan:


1. Untuk dapat mengidentifikasi masalah dengan cermat, Anda harus melakukan
refleksi. Kejujuran dan keterbukaan pada diri sendiri akan sangat membantu
proses identifikasi masalah ini. Di samping melakukan refleksi, Anda dapat
melakukan wawancara kepada siswa atau mengkaji dokumen kelas untuk
lebih meyakinkan keberadaan masalah tersebut.
2. Pernyataan dan perumusan masalah menuntut kecermatan Anda. Oleh sebab
itu sebelum Anda merumuskan pernyataan masalah, lakukan terlebih dahulu
analisis masalah. Jika diperlukan, Anda dapat berdiskusi dengan rekan-rekan
Anda agar masalah yang Anda rumuskan benar-benar merupakan masalah
mendasar untuk dikaji melalui PTK.
3. Kaji kembali teori-teori pembelajaran yang pernah Anda pelajari, kemudian
pahami dengan baik beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam
menentukan suatu tindakan perbaikan.

RANGKUMAN
Identifikasi masalah adalah kegiatan yang dilakukan untuk menemukan
masalah nyata yang terjadi. Dari kegiatan identifikasi yang dilakukan guru akan
menghasilkan daftar masalah yang terjadi di kelas. Masalah yang ditemukan dari
proses identifikasi seringkali masih bersifat samar-samar atau kabur. Masalah
yang masih kabur perlu diperjelas agar dapat dikaji faktor penyebabnya dan
dimungkinkan untuk menemukan cara mengatasinya. Kegiatan tersebut
dinamakan analisis masalah, untuk selanjutnya dirumuskan dalam bentuk kalimat
yang jelas dan singkat agar mudah dipahami. Analisis masalah mempunyai
beberapa tujuan, yaitu: a) mendapatkan kejelasan masalah yang sesungguhnya, b)
menemukan kemungkinan faktor penyebab, c) menentukan kadar permasalahan.
Untuk membantu guru memahami masalah dengan jelas dalam kegiatan
analisis masalah, guru dapat menganalisis daftar nilai siswa, menganalisis tugas-
tugas yang diberikan kepada siswa beserta bahan pelajaran yang dipakai,
menganalisis balikan (feedback) yang diberikan guru terhadap pekerjaan siswa.
Jika Anda telah melakukan analisis masalah secara cermat, maka masalah yang
akan Anda kaji sekarang sudah menjadi semakin jelas. Setelah dilakukan langkah
analisis, guru perlu merumuskan masalah, yaitu menyatakan suatu masalah secara
kongkrit dan operasional sehingga memberi kejelasan bagi penentuan alternatif
pemecahan atau perbaikannya. Agar masalah dapat dikaji dengan baik melalui
PTK, maka upayakan untuk memilih masalah yang benar-benar dikuasai, skalanya
kecil dan relatif terbatas, masalah yang dirasakan paling penting bagi Anda dan
murid Anda.
SUBUNIT 2

Menilai Kelayakan Hipotesis Tindakan

Subunit ini membahas tentang cara menilai kelayakan hipotesis tindakan


yang merupakan salah satu bagian penting dari langkah perencanaan PTK.
Pembahasan tentang penilaian hipotesis tindakan sesungguhnya adalah menilai
kelayakan tindakan sebagai suatu solusi pemecahan masalah yang dipilih, karena
pada hakekatnya hipotesis tindakan dalam PTK merupakan suatu tindakan yang
diduga akan dapat memecahkan masalah yang diteliti. Kecermatan guru di dalam
menentukan suatu tindakan merupakan bagian yang sangat penting untuk
menjamin terjadinya perubahan di dalam proses pembelajaran atau perbaikan hasil
belajar siswa. Karena itu bilamana guru dapat mengkaji kelayakan hipotesis
tindakan secara cermat, berarti ia telah mengantarkan proses pelaksanaan PTK
dengan benar. Dengan demikian akan mempermudah guru di dalam melakukan
tindakan-tindakan perbaikan melalui PTK yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu
Anda diharapkan dapat mengkaji secara seksama subunit ini, mengerjakan
latihan-latihan yang disediakan serta menyelesakan tes formatif pada bagian akhir
subunit ini. Setelah menyelesaikan kegiatan belajar pada subunit ini Anda
diharapkan dapat menjelaskan cara mengkaji atau menilai kelayakan hipotesis
tindakan sebagai bagian dari langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
merencanakan penelitian tindakan kelas. Pemahaman akan langkah-langkah ini
akan sangat membantu Anda dalam menyusun rencana dan melaksanakan PTK
selanjutnya.

A. Memahami Hipotesis Tindakan


Sebelum kita membahas hipotesis tindakan di dalam PTK, terlebih dahulu
mari kita cermati beberapa hal yang berkaitan dengan hipotesis penelitian secara
umum, agar Anda memiliki wawasan dan selanjutnya benar-benar memahami
karakteristik khusus dari hipotesis tindakan dalam PTK.
Secara umum, hipotesis dapat diartikan sebagai dugaan tentang hubungan
dua variabel atau lebih (Kerlinger, 1993). Hipotesis juga dapat diartikan sebagai
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 1998:67). Hipotesis selalu
mengambil bentuk kalimat pernyataan dan menghubungkan secara umum maupun
khusus variabel yang satu dengan variabel yang lain. Di dalam penelitian ilmiah,
hipotesis merupakan alat yang penting. Ada tiga alasan yang menopang alasan ini.
Pertama, hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis dapat
dijabarkan dari teori-teori dan dari hipotesis lain. Kedua, hipotesis dapat diuji dan
ditunjukkan kemungkinan betul dan salahnya, yang diuji adalah relasi (hubungan).
Karena hipotesis adalah proposisi relasional inilah yang merupakan alasan utama
mengapa ia digunakan di dalam telaah ilmiah. Pada intinya yang kita susun untuk
menguji relasi antara A dan B adalah prediksi-prediksi yang berbentuk “Jika A
maka B”. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan
pengetahuan. Ia demikian pentingnya, sehingga kita berani mengatakan bahwa
jika tidak ada hipotesis tidak akan pernah ada ilmu pengetahuan dalam arti yang
sepenuh-penuhnya (Kerlinger, 1993). Hipotesis mengarahkan telaah, karena di
dalam hipotesis kita merangkai-rangkaikan segi-segi teori yang kita uji,
menyusunnya menjadi wujud tertentu yang memungkinkan pengujian atau
mendekati kemungkinan pengujian.
Bilamana peneliti telah mengkaji secara mendalam masalah penelitiannya,
maka ia mencoba merumuskan teori sementara yang kebenarannya masih perlu
diuji. Peneliti harus berpikir bahwa hipotesisnya itu dapat diuji. Untuk selanjutnya
peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis yang telah ia rumuskan. Peneliti
mengumpulkan data yang ia perlukan untuk membuktikan hipotesis. Berdasarkan
data yang terkumpul, peneliti akan menguji apakah hipotesis yang dirumuskannya
dapat naik status menjadi tesa, atau sebaliknya tumbang sebagai hipotesis,
bilamana ternyata tidak terbukti. Hal penting yang perlu diperhatikan peneliti
adalah bahwa dirinya tidak boleh mempunyai keinginan atau ambisi agar
hipotesisnya terbukti sehingga ia melakukan pengumpulan data yang hanya
membantu mencapai keinginannya tersebut, atau memanipulasi data sedemikian
rupa sehingga mengarah pada keterbuktian hipotesis. Sebagai peneliti ia harus
memegang teguh sikap obyektif di dalam pengumpulan data dan melaksanakan
langkah-langkah lainnya di dalam penelitian.
Di atas telah dijelaskan bahwa hipotesis mempunyai kedudukan yang
penting didalam penelitian. Oleh sebab itu perumusan hipotesis harus dirumuskan
dengan jelas. Borg & Gall (2003), mengajukan beberapa persyaratan untuk
merumuskan hipotesis:
1. Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas.
1. Hipotesis harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua atau
lebih variabel.
2. Hipotesis harus didukung oleh teori yang dikemukakan oleh para ahli atau hasil
penelitian yang relevan.
Dari pembahasan di atas, Anda telah memperoleh gambaran umum
tentang hipotesis. Meskipun tidak seluruhnya sama, akan tetapi pengertian dan
prinsip-prinsip dasar hipotesis secara umum di atas dapat dijadikan kerangka
dasar untuk memahami hipotesis tindakan dalam PTK. Pengertian hipotesis
tindakan sedikit berbeda dengan hipotesis konvensional seperti diuraikan di atas.
Jika hipotesis konvensional menyatakan adanya hubungan antara dua variabel
atau lebih, atau menyatakan adanya perbedaan antara dua variabel atau lebih.
Hipotesis tindakan tidak menyatakan demikian, Hipotesis tindakan hendaknya
dipahami sebagai suatu dugaan yang bakal terjadi jika suatu tindakan dilakukan
(Sudarsono, 1997:9). Sebagai contoh: “jika intensitas latihan membuat kalimat
ditingkatkan, maka siswa akan lebih mudah menyusun suatu karangan”. Contoh
lain, “bilamana pada setiap akhir pelajaran IPS guru melibatkan siswa dalam
menyimpulkan pelajaran, maka kemampuan siswa mengingat materi yang telah
dibahas akan lebih bertahan lama”. Dari contoh ini, hipotesis tindakan merupakan
tindakan yang diduga akan dapat memecahkan masalah yang diteliti. Dari contoh
pertama tindakan yang dilakukan melalui PTK dapat mengatasi rendahnya
kemampuan siswa dalam mengarang. Sedangkan melalui tindakan yang
dirumuskan dalam bentuk hipotesis kedua diduga dapat mengatasi masalah
rendahnya kemampuan siswa dalam mengingat pelajaran yang telah disampaikan.
Hipotesis tindakan harus dibuat atau dirumuskan dengan melakukan kajian
terhadap teori, atau dengan mengkaji pengalaman dalam praktik pembelajaran
yang telah dilakukan. Beberapa pakar menyarankan agar dalam merumuskan
hipotesis tindakan guru dapat melakukan beberapa bentuk kegiatan.
1. Kajian literatur khususnya teori pendidikan atau pembelajaran.
2. Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan.
3. Kajian hasil diskusi dengan rekan sejawat, pakar, peneliti dll.
4. Kajian pendapat dan saran pakar pendidikan
Melakukan kajian literatur merupakan suatu kegiatan dimana guru sebagai
peneliti berupaya menghimpun, memilah dan menganalisis berbagai sumber
tulisan. McMillan dan Schumecher (20001), melihat pentingnya peran kajian
literatur ini karena kegiatan ini akan membantu peneliti menetapkan secara cermat
signifikansi masalah yang akan diteliti sehingga akan semakin mampu
membimbing pikiran peneliti untuk membatasi masalah penelitiannya,
mengembangkan rencana penelitian, memilih metode dan alat ukur yang tepat
serta mengembangkan hipotesis. Telaahan literatur secara keseluruhan juga akan
memberikan bekal bagi peneliti dalam rangka melihat secara kritis masalah yang
akan ia kaji, sehingga guru dan peneliti tidak berada dalam kekosongan karena
telaahannya akan memberikan arah agar dirinya selalu mampu bersikap kritis,
menjauhi sikap dogmatis dan emosional serta kepentingan dirinya sendiri.
Telaahan literatur juga memberikan isyarat agar tidak terjadi reflikasi atau
pengulangan yang tidak perlu. Bilamana kajian literatur dilakukan secara cermat,
maka guru akan mendapatkan informasi yang kaya, dan begitu banyak hal-hal
yang baru. Cobalah Anda diskusikan lebih dalam dengan rekan-rekan Anda
manfaat lain dari kajian literatur atau kajian teori sehingga akan semakin
memperkokoh hipotesis tindakan Anda. Di samping itu Anda akan lebih percaya
diri untuk melakukan tindakan perbaikan yang akan Anda kembangkan melalui
PTK.

B. Menilai Kelayakan Hipotesis


Dengan melakukan kajian di atas guru dapat memperoleh landasan atau
kerangka dasar untuk membangun hipotesis tindakan. Sebagai contoh, bilamana
guru pada awalnya memperkirakan bahwa dengan mengembangkan model
cooperative learning kemampuan siswa untuk mendalami materi akan semakin
baik, maka selanjutnya guru dapat mengkaji teori tentang pembelajaran
kooperatif, berdiskusi dengan pakar atau dengan teman sejawat. Jika guru telah
merasa yakin dan telah mengkaji kelayakan model tersebut dilihat dari dimensi
siswa, lingkungan sekolah maupun kemampuan dirinya, maka guru dapat
merumuskannya dalam bentuk hipotesis tindakan. Dengan demikian hipotesis
yang dibangunnya telah didukung oleh suatu kajian yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Pada bagian awal subunit ini telah dijelaskan dan mungkin Anda masih
ingat bahwa menilai kelayakan hipotesis berarti pula menilai kelayakan tindakan
yang dipilih untuk memperbaiki pembelajaran melalui pelaksanaan PTK. Oleh
sebab itu penilaian hipotesis tindakan harus diarahkan pada penilaian kelayakan
tindakan. Penilaian kelayakan tindakan dapat dilakukan dengan mengajukan
beberapa pertanyaan seperti contoh berikut.
1. Apakah saya memiliki pengetahuan berkenaan dengan hal itu?
2. Apakah saya dan siswa saya memiliki kemampuan untuk melaksanakannya?
3. Apakah tersedia sarana/fasilitas untuk mendukung kegiatan tersebut?
4. Apakah tersedia waktu yang cukup untuk melaksanakan rangkaian kegiatan
tersebut?
5. Apakah iklim sekolah dan iklim belajar di kelas cukup mendukung
pelaksanaan tindakan?
Pertanyaan-pertanyaan di atas mengimplikasikan beberapa persyaratan
yang harus dikaji untuk menilai kelayakan suatu tindakan yang akan
dikembangkan melalui PTK seperti berikut ini.

1. Memiliki pengetahuan atau pemahaman


Dari contoh yang dipaparkan pada subunit pertama dari identifikasi
masalah yang dilakukan dan setelah melakukan refleksi, kemudian guru
menyimpulkan bahwa rendahnya keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran
IPA yang diajarkannya salah satunya disebabkan karena siswa belum dilibatkan
secara intensif di dalam mengemukakan atau memperkaya materi pelajaran
dengan contoh-contoh nyata. Guru tersebut menyadari bahwa dirinya masih
terlalu mendominasi kegiatan pembelajaran. Dalam mengungkapkan contoh-
contoh nyata mestinya siswa dapat dilibatkan, akan tetapi ia merasakan bahwa
hal-hal itu selama ini lebih banyak dilakukanya sendiri. Karena itu melalui PTK ia
merencanakan memperbaiki metode pembelajarannya sendiri dengan
memfokuskan pada pelibatan siswa di dalam pemberian contoh-contoh nyata
sebagai tindakan perbaikan. Contoh yang lain juga dapat diungkapkan dari
pengalaman seorang guru yang mengajar mata pelajaran Biologi pada kelas 8 di
salah satu SMP negeri. Hampir setiap kali ia mengajar pelajaran Biologi di kelas
tersebut ia mengamati bahwa anak-anak tidak memiliki motivasi di dalam
kegiatan pembelajaran. Dari dokumen kelas terutama daftar nilai siswa yang ia
cermati memang rata-rata nilai siswa yang dicapai pada mata pelajaran tersebut
rendah. Ia merasa prihatin dengan masalah tersebut, dan menurutnya masalah itu
merupakan hal mendasar dalam pembelajaran yang dikelolanya. Dari hasil
refleksi yang ia lakukan dan hasil kajian terhadap dokumen kelas, maka ia
menyimpulkan besar kemungkinan metode-metode pembelajaran yang ia
gunakan kurang mendorong keterlibatan siswa, sehingga motivasi siswa dalam
mengikuti pelajaran tersebut rendah. Selanjutnya setelah berdiskusi dengan
beberapa rekan sejawat, ia memutuskan untuk melaksanakan perbaikan
pembelajaran dengan melakukan PTK di kelasnya. Tindakan perbaikan yang
dipilihnya adalah mengembangkan metode Role Plying.
Jika dikaitkan dengan aspek yang kita bahas sekarang, menurut Anda apa
yang harus guru pikirkan jika ia telah menentukan tindakan tersebut sebagai upaya
perbaikan pembelajarannya? Anda tentu memahami jika solusi tindakan yang
dipilih tersebut tidak dipahami dengan baik oleh guru tentu akan sulit
diimplementasikan bukan ? Karena itu, pertama yang harus dipikirkan guru adalah
apakah ia memahami tentang tindakan perbaikan tersebut. Pada contoh kasus
pertama tentu guru harus mengetahui bagaimana mekanisme pelibatan siswa di
dalam mengungkapkan contoh. Pada contoh kasus yang kedua, guru harus
memiliki pemahaman tentang metode Role Plying sebagai metode pembelajaran.
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang kedua hal tersebut,
guru harus mengkaji teori, hasil-hasil penelitian, tulisan-tulisan orang lain pada
jurnal, buletin, majalah-majalah pendidikan atau berdiskusi teman sejawat
maupun melalui cara-cara lain yang dimungkinkan. Jika di lingkungan guru
tersebut telah tersedia internet, mungkin pencarian sumber-sumber pendukung
untuk mendalam materi ini tidak terlalu sulit.
Selain pentingnya pemahaman terhadap substansi tindakan, juga sangat
penting pemahaman guru tentang prosedur pengembangannya melalui PTK. Guru
harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan PTK, baik cara merencanakan,
melaksanakan, pengumpulan dan analisis data dan refleksi serta hal-hal lain yang
terkait dengan pelaksanaan PTK. Dengan demikian berarti secara umum ada dua
hal yang harus dipahami guru, yaitu; Pertama, pemahaman tentang hal yang
berkaitan dengan substansi tindakan yang dipilih sebagai solusi pemecahan
masalah pembelajaran. Kedua, pemahaman berkenaan dengan PTK itu sendiri.
Jika kedua komponen ini telah dipahami guru, maka ia dapat merencanakan PTK.
Anda tentu masih ingat saran yang sering disampaikan dalam beberapa bagian
pembahasan, yaitu jangan mengambil atau mengangkat suatu masalah untuk
dikembangkan dalam PTK jika guru tidak memiliki pemahaman yang memadai
tentang hal itu.

2. Kemampuan Siswa
Anda telah diajak untuk mengkaji secara mendalam bagian-bagian awal
unit yang membahas tentang PTK. Salah satu bagian yang sangat penting adalah
tentang tujuan PTK. Tentu Anda tidak akan lupa bahwa muara dari PTK adalah
dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa bukan? Karena itu setiap upaya
perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru harus diukur keberhasilannya
melalui perubahan yang dicapai oleh siswa. Jika guru melihat bahwa metode atau
teknik tertentu sangat menarik untuk diterapkan di dalam pembelajaran, maka di
samping guru bertanya apakah dirinya memahami dengan baik metode atau teknik
tersebut, pertanyaan selanjutnya yang harus mendapat jawaban adalah, apakah
siswa-siswa bisa atau mampu melaksanakannya. Ada seorang guru Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan yang sangat tertarik dengan penampilan anak-anak pada
salah satu pertunjukan olah raga yang disaksikannya. Kemudian ia berencana
menerapkan cara-cara tersebut pada siswa-siswanya, tentu hal itu merupakan
keinginan baik yang perlu mendapat dukungan. Akan tetapi guru tersebut perlu
bertanya sebelum benar-benar menyusun rencana untuk menerapkannya.
Misalnya apakah siswa-siswa yang saya ajarkan memiliki kesamaan dengan apa
yang saya saksikan, baik dari tingkatan kelas, pengetahuan awalnya, kesiapan dan
kesanggupan fisik dan seterusnya.
Kita tentu masih ingat juga bahwa dalam paradigma pembelajaran yang
berpusat pada siswa, siswa merupakan sentral dari segala kegiatan pembelajaran.
Jika hal ini kita pahami dengan baik, maka kita tidak akan pernah lupa
memikirkan tindakan yang kita pilih untuk dikaji dari dimensi mereka. Dalam
merencanakan PTK kita dapat mengambil contoh, misalnya ketika seorang guru
memutuskan untuk melakukan tindakan perbaikan pembelajaran Matematika yang
diajarnya dengan meningkatkan intensitas latihan pengerjaan soal bagi siswa-
siswa kelas empat Sekolah Dasar. Hal pokok yang sangat penting dilakukan
adalah mengkaji seberapa besar tingkat kemampuan siswa di dalam mengerjakan
latihan. Berapa seringnya latihan itu dilakukan dan berapa banyak jumlah soal
yang diberikan setiap kali latihan harus dikaji oleh guru secara cermat, karena
ketidaktepatan di dalam penentuannya, disamping memberikan beban yang tidak
sesuai bagi siswa, juga dikhawatirkan motivasi siswa di dalam mengerjakan
latihan tersebut justru semakin menurun. Jika hal itu terjadi maka harapan guru
agar terjadi perubahan hasil belajar pada siswa-siswanya hanya menjadi angan-
angan belaka, sementara ia telah menghabiskan waktu dan energi yang tidak
sedikit untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan tersebut. Karena itu, jika
Anda memutuskan untuk melakukan suatu tindakan perbaikan dalam PTK, kaji
dan cermati dengan seksama kemampuan siswa-siswa Anda.

3. Ketersediaan sarana dan fasilitas


Jika tindakan perbaikan yang tertuang dalam hipotesis Anda berkaitan
dengan penggunaan sarana atau fasilitas tertentu, maka di samping mengkaji point
pertama dan kedua di atas, Anda juga harus mengkaji ketersediaan dan
keterpakaian sarana dan fasilitas pendukung tersebut. Sebagai contoh, seorang
guru IPA yang mengajar pada salah satu sekolah dasar merencanakan
mengembangkan PTK dengan merumuskan judul penelitiannya sebagai berikut:
“Model Pemanfaatan KIT IPA SD yang Efektif untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran IPA”. Menurut Anda fasilitas apa yang harus ada dan diyakini
kelengkapannya untuk mendukung pelaksanaan tindakan dalam PTK guru
tersebut? Apa yang dapat dilakukan guru di dalam melakukan tindakan perbaikan
pembelajarannya bilamana tidak tersedia KIT IPA. Apa kendala yang dihadapi
guru bilamana KIT IPA yang dimiliki sekolah tersebut tidak lengkap sebagaimana
mestinya, sementara pada PTK guru telah merumuskan model pemanfaatan KIT
IPA yang efektif.
Mungkin pada tempat yang berbeda atau kesempatan lain di lingkungan
sekolah Anda, ada guru yang bermaksud meningkatkan keterampilan siswa dalam
menggunakan atau memanfaatkan alat-alat seni melalui proses pembelajaran
kesenian yang dikelolanya. Penelitian semacam ini baik untuk dilakukan karena
perubahan hasil belajar yang diharapkan dapat diamati secara langsung oleh guru.
Persoalan pokok yang perlu dicermati secara seksama adalah ketersediaan alat-
alat seni yang diperlukan, di samping tetap mengkaji kemampuan atau
keterampilan guru sendiri untuk melaksanakan tindakan tersebut tidak akan kalah
pentingnya. Untuk memperdalam pemahaman Anda terhadap pentingnya fasilitas
dan sarana sebagai dasar menilai kelayakan hipotesis tindakan ini, coba Anda
perkaya dengan contoh-contoh yang dapat disusun sendiri atau berdiskusi dengan
rekan-rekan Anda untuk merumuskan beberapa judul PTK di mana tindakan
perbaikannya mempersyaratkan ketersediaan fasilitas dan sarana sebagai
pendukung utama.

4. Waktu yang tersedia


Pernyataan-pernyataan yang sering kita jumpai pada pembahasan
sebelumnya yang harus selalu kita ingat adalah bahwa tugas utama guru adalah
mengajar. Oleh sebab itu pelaksanaan proses pembelajaran di kelas selalu
diupayakan agar tidak terganggu oleh kegiatan-kegiatan lain, terlebih lagi
kegiatan tersebut memang ditujukan untuk memperbaiki kinerja pembelajaran
seperti PTK. Di dalam menyusun rencana tindakan, bahkan sejak menentukan
alternatif tindakan yang dikembangkan dalam PTK, kecermatan guru di dalam
melihat waktu pembelajaran yang tersedia harus diletakkan sebagai bagian
penting. Bisa jadi tindakan perbaikan yang dipilih atau ditawarkan akan mampu
memberikan jaminan hasil perubahan yang akan dicapai, akan tetapi tidak
mungkin dapat dilaksanakan dengan baik dengan waktu yang tersedia. Sebagai
contoh, guru bermaksud membawa siswa memperhatikan aktivitas di jalan raya
untuk mendorong siswa agar mampu mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka
terhadap ketertiban berlalu lintas di jalan raya. Ada beberapa dimensi yang harus
dianalisis guru berkenaan dengan waktu. Misalnya berapa jauh jarak antara
sekolah dan jalan raya, sehingga dapat diperkirakan waktu yang dipergunakan
siswa untuk menuju dan kembali dari tempat tersebut. Berapa lama waktu yang
digunakan untuk mengamati aktivitas di jalan raya. Setelah selesai mengamati
kegiatan apa yang akan dilakukan siswa, dan berapa lama waktu yang disediakan
untuk kegiatan tersebut. Contoh lain, seandainya guru akan membawa siswa-siswa
melakukan eksperimen di laboratorium dalam proses pembelajaran Fisika. Untuk
keperluan tersebut guru harus cermat menetapkan waktu untuk melaksanakan
langkah-langkah kegiatan pembelajarannya. Berapa lama waktu untuk
menjelaskan kegiatan, berapa lama waktu melakukan praktik di laboratorium,
berapa lama waktu merumuskan hasil, dan berapa waktu yang digunakan untuk
mendiskusikannya. Sekali lagi Anda tidak boleh mengabaikan faktor waktu dalam
menilai kelayakan hipotesis tindakan Anda. Karena kegagalan suatu tindakan
seringkali lebih banyak terjadi bukan karena kurangnya kemampuan guru, atau
kurangnya sarana dan fasilitas, akan tetapi karena keterbatasan waktu untuk
melaksanakan tahapan-tahapan kegiatan yang telah dirancang.

5. Iklim kelas dan iklim sekolah


Adakalanya guru berhadapan dengan suatu keadaan yang berada di luar
kemampuan dan wewenangnya untuk merubah atau mengintervensinya, padahal
keadaan itu sangat mengganggu proses pembelajaran. Letak gedung sekolah yang
sangat berdekatan dengan jalan raya, pabrik, pasar, atau keramaian lain seperti
terminal dan sebagainya adalah beberapa keadaan yang berada di luar wewenang
dan kemampuan guru mengintervensinya. Selain itu di dalam lingkungan sekolah
sendiri juga ditemui keadaan-keadaan yang kurang mendukung, misalnya ruangan
yang terlalu panas, batas antara kelas yang tidak baik sehingga aktivitas apalagi
keributan di kelas lain terdengar dengan jelas oleh siswa. Selain dari keadaan fisik
seperti contoh di atas, iklim psikologis juga dapat memberikan pengaruh bagi
kelancaran pelaksanaan tindakan di dalam PTK. Karena itu berkaitan dengan
iklim kelas dan sekolah ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dapat
mengkaji secara cermat kelayakan hipotesis Anda.
- Yakinkan bahwa tindakan perbaikan yang akan Anda lakukan tidak
mengganggu kelancaran kegiatan pembelajaran kelas-kelas yang lain, atau
seoptimal mungkin dapat diupayakan mengurangi gangguan bagi kelas yang
lain. Jika tindakan tersebut akan sangat mengganggu aktivitas pembelajaran
guru-guru lain, sebaiknya Anda kaji kembali alternatif tindakan lain yang juga
dapat menjamin perubahan yang Anda harapkan.
- Yakinkan bahwa petunjuk-petunjuk atau penjelasan yang akan anda
sampaikan berkenaan dengan tindakan dalam PTK Anda, dapat didengar dan
dicermati dengan baik oleh siswa. Hal ini semakin diperlukan bilamana
lingkungan kelas atau sekolah Anda sering terganggu oleh berbagai
kegaduhan dari luar, atau dari kelas-kelas yang lain.
- Yakinkan diri Anda bahwa tindakan perbaikan yang Anda pilih didukung oleh
teori-teori atau hasil-hasil penelitian yang sudah ada, bukan sesuatu yang
kontradiktif dengan teori atau hasil penelitian, terlebih lagi yang dapat
meresahkan pihak-pihak yang lain.
Jika Anda telah memutuskan untuk memilih suatu tindakan perbaikan
tertentu dalam rangka menyelesaikan masalah yang Anda hadapi, maka ada
baiknya sekali lagi Anda memikirkan kelayakannya dilihat dari beberapa dimensi,
baik guru, siswa, sarana, waktu dan lingkungan sekolah. Oleh sebab itu mungkin
ada baiknya Anda membuat pertanyaan dan menjawabnya secara terbuka untuk
membuktikan pemahaman Anda tentang alternatif tindakan tersebut dan
kelayakan pelaksanaannya.

C. Beberapa Contoh Hipotesis Tindakan


Sebelum Anda merumuskan hipotesis tindakan, sebaiknya Anda mengkaji
kembali rumusan masalah yang telah Anda susun sebelumnya. Dari permasalahan
yang dirumuskan Anda dapat merumuskan hipotesis tindakan sebagai kerangka
acuan penelitian Anda. Perhatikan beberapa contoh berikut. Bandingkan dengan
rumusan-rumusan yang sudah Anda buat.

Contoh hipotesis Tindakan 1.

Jika dalam menjelaskan materi pelajaran IPA guru lebih banyak melibatkan
siswa untuk mengungkapkan contoh-contoh nyata dan menyimpulkan
pelajaran, maka siswa akan lebih termotivasi dalam proses pembelajaran.

Dalam rumusan hipotesis tersebut, ada dua tindakan yang dilakukan guru, yaitu
melibatkan siswa di dalam mengungkapkan contoh-contoh nyata dan
menyimpulkan pelajaran secara bersamaan dalam satu tindakan. Jika guru ingin
memfokuskan pada satu tindakan saja, maka ia dapat merumuskan hipotesis
sebagai berikut:

Contoh hipotesi tindakan 2:


Jika dalam menjelaskan materi pelajaran IPA guru lebih banyak melibatkan
siswa untuk mengungkapkan contoh-contoh nyata maka siswa akan lebih
termotivasi dalam proses pembelajaran.
Jika guru memilih tindakan perbaikan dengan melibatkan siswa dalam
menyimpulkan pelajaran, maka rumusan hipotesisnya adalah.

Contoh hipotesi tindakan 3:

Bilamana dalam pembahasan materi pelajaran IPA guru melibatkan siswa


dalam menyimpulkan pelajaran, diduga siswa akan lebih termotivasi dalam
proses pembelajaran.

Dari contoh 1, berarti Anda menggabungkan dua tindakan di dalam perbaikan


pembelajaran, yaitu melibatkan siswa di dalam mengungkapkan contoh-contoh
nyata dan melibatkan siswa di dalam menyimpulkan pelajaran. Sedangkan pada
contoh 2 dan 3, Anda memisahkan masing-masing tindakan tersebut sehingga
hanya melakukan satu tindakan dalam perbaikan. Penentuan tersebut tentu
didasari alasan tertentu. Jika digabungkan mungkin Anda ingin melihat sekaligus
dampak kedua tindakan secara bersamaan. Namun jika dilakukan satu tindakan
secara terpisah mungkin Anda ingin memfokuskan untuk melihat dampak dari
salah satu tindakan tersebut. Sepenuhnya diserahkan kepada Anda untuk
menentukannya. Namun disarankan jika Anda baru tahap awal dalam mencoba
PTK mungkin akan lebih baik jika Anda memfokuskan pada satu tindakan
terlebih dahulu. Namun hal itu sepenuhnya tergantung keputusan Anda. Perlu
Anda ingat bahwa dalam merumuskan hipotesis, Anda harus memerhitungkan
kemampuan dan kesiapan Anda dalam melaksanakan tindakan yang dipilih.
Selain itu tentu saja memperhatikan beberapa hal yang telah dipaparkan
sebelumnya, seperti kemampuan siswa, ketersediaan fasilitas, iklim kelas dan
dukungan sekolah.
Dari uraian dan contoh-contoh di atas, Anda telah memahami manfaat dan
cara merumuskan hipotesis tindakan. Cobalah melakukan latihan sendiri atau
berdiskusi dengan rekan-rekan Anda untuk merumuskan beberapa hipotesis
tindakan serta menilai kelayakannya.

Latihan
4. Coba Anda temukan perbedaan mendasar antara hipotesis yang umumnya
digunakan dalam penelitian-penelitian formal dengan hipotesis tindakan dalam
PTK.
5. Rumuskan beberapa contoh hipotesis tindakan sesuai dengan masalah
pembelajaran yang Anda alami.

Petunjuk mengerjakan latihan


1. Kaji secara seksama pengertian dan manfaat hipotesis dalam penelitian baik
penelitian PTK maupun bagi penelitian non PTK.
2. Perhatikan kembali beberapa cara menilai kelayakan hipotesis

RANGKUMAN
Hipotesis dapat diartikan sebagai dugaan tentang hubungan dua
variabel atau lebih atau sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Di
dalam penelitian ilmiah, hipotesis merupakan alat yang penting. Pertama,
hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Kedua, hipotesis
digunakan di dalam telaah ilmiah. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar
dayanya untuk memajukan pengetahuan. Dalam kajian PTK hipotesis
tindakan dapat dipahami sebagai suatu dugaan yang akan terjadi jika suatu
tindakan dilakukan, atau sebagai suatu tindakan yang diduga akan dapat
memecahkan masalah yang diteliti.
Menilai kelayakan hipotesis tindakan sama artinya mengkaji secara
cermat kelayakan tindakan yang dipilih untuk memecahkan masalah
pembelajaran yang dihadapi. Beberapa hal yang perlu dijadikan dasar untuk
mempertimbangkan kelayakan hipotesis tindakan adalah; (1) kemampuan untuk
melaksanakan tindakan, (2) ketersediaan sarana/fasilitas, (3) kecukupan waktu,
(4) iklim sekolah dan iklim belajar di kelas. Agar hipotesis tindakan dapat
dilaksanakan dan terbukti mampu membawa perubahan yang diharapkan, maka
sebelum Anda merumuskan hipotesis tindakan, sebaiknya Anda mengkaji
kembali rumusan masalah yang telah Anda susun sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Borg Walter, R. (1981). Applying Educational Research: A Practical Guide for


Teachers. USA: Longman Inc.

Borg Walter, R & Gall Joyce, P. (2003). Educational Research An Introducion.


Sevent Edition. USA: Library of Congress Cataloging-in-Publication Data.

Editorial Buletin Peningkatan Mutu Pendidikan SLTP. (2001). Pedoman Teknis


Pelaksanaan Classroon Action Research (CAR). Pelangi Pendidikan, Vol 4
Nomor 2 tahun 2001.

Hopkins, D. (1993). A Teacher’s Guide to Classroom Research. Buckingham:


Open University Press.

Kerlinger Fred, N. (1993). Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gajah


Mada University Press.

McMillan James, H & Schumacher, S. (2001). Research in Education: A


Conceptual Introduction. Fifth Edition. USA: Addision Wesley Longman,
Inc.

Sudarsono, FX. (1996/1997). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas


(PTK). Bagian Kedua: Rencana, Desain dan Implementasi. Dirjen Dikti.

Wardani, IG.A.K. (2003). Hakikat Penelitian Tindakan Kelas. Buku Materi


Pokok Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.
GLOSARIUM

Identifikasi masalah adalah kegiatan yang dilakukan untuk menginventarisasi,


menyusun atau menemukan masalah nyata yang terjadi. Di dalam rangkaian
PTK, kegiatan identifikasi masalah yang dilakukan dengan benar akan
menghasilkan daftar masalah yang terjadi di kelas atau dalam proses
pembelajaran.

Dokumen kelas adalah segala bentuk data yang berhubungan dengan kegiatan
pembelajaran di kelas. Sebagian besar dokumen kelas berkaitan dengan data
tentang siswa di kelas tersebut.

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk


memperoleh data berkenaan dengan sesuatu hal yang diteliti.

Refleksi diri = bercermin diri, introspeksi diri, merenung aktivitas yang sudah
dilakukan diri untuk menemukan keadaan yang sebenarnya, terutama sekali
menemukan kelemahan atau kekurangan dari perilaku atau sesuatu yang
telah dilakukan.
Unit 7

PENYUSUNAN PROPOSAL DAN PELAKSANAAN PTK

PENDAHULUAN
Pada unit sebelumnya Anda telah diajak untuk membahas langkah-langkah
persiapan dan pelaksanaan PTK, mengerjakan latihan-latihan dan menyelesaikan
tes formatif. Pemahaman Anda tentang aspek-aspek tersebut sangat penting
artinya untuk mendalami lebih lanjut materi yang diuraikan pada pembahasan
berikut. Unit ini membahas penyusunan proposal dan pelaksanaan PTK. Untuk
dapat menyusun proposal penelitian diperlukan pemahaman yang memadai
berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan PTK. Oleh sebab itu bilamana
Anda merasa belum begitu memahami dengan baik unit sebelumnya, disarankan
agar Anda mencermati kembali atau berdiskusi dengan rekan-rekan Anda
sehingga pemahaman Anda lebih mendalam.
Sesuai dengan judul unit ini, maka pembahasan yang lebih rinci dijabarkan
ke dalam dua subunit yang saling terkait, yaitu langkah-langkah penyusunan
proposal dan mempersiapkan pelaksanaan PTK. Melalui pembahasan, latihan-
latihan, diskusi yang dilakukan serta menyelesaikan tes formatif yang disediakan
Anda diharapkan memiliki kompetensi dalam menyusun proposal PTK dan
melakukan persiapan pelaksanaan PTK. Untuk mendukung pencapaian
kompetensi tersebut, maka materi dalam unit ini meliputi:
1. Penyusunan proposal PTK
2. Persiapan pelaksanaan PTK (khususnya berkenaan dengan penyiapan siswa,
iklim kelas, instrument pengumpulan data, alat-alat evaluasi)
Untuk membantu mendalami uraian ini pada masing-masing subunit
disediakan beberapa latihan. Anda diminta untuk mengerjakan latihan-latihan
tersebut melalui telaah sendiri bahan ajar dan diskusi dengan teman-teman Anda.
Pada bagian akhir tiap-tiap unit disediakan tes formatif sebagai bahan balikan
untuk mengevaluasi sejauh mana kedalaman pemahaman Anda berkenaan dengan
materi yang telah dibahas. Selamat belajar, semoga sukses!
SUBUNIT 1
Penyusunan Proposal PTK

Pembahasan pada Subunit ini difokuskan untuk mengkaji proposal PTK.


Dalam suatu rangkaian kegiatan, proposal penelitian merupakan kerangka umum
yang dijadikan sebagai panduan di dalam pelaksanaan penelitian. Proposal adalah
suatu perencanaan yang sistematis sebagai kerangka dasar yang memuat
komponen dan langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan PTK. Proposal
juga berfungsi sebagai usulan untuk pengajuan dana kepada instansi atau
penyandang dana yang dapat mendukung pendanaan penelitian. Dalam menyusun
proposal,kita perlu memperhatikan hal-hal apa yang harus dipersiapkan, siapa
yang terlibat dan apa peran mereka, jenis data apa saja yang harus dikumpulkan
dan cara pengumpulannya, fasilitas apa yang diperlukan di dalam mendukung
penelitian Anda, dan bahkan Anda akan dapat memperhitungkan dengan lebih
jelas biaya yang diperlukan terutama jika proposal tersebut dipersiapkan untuk
memperoleh dukungan biaya. Oleh sebab itu pemahaman dan kemampuan
mempersiapkan proposal PTK sangat penting Anda miliki dengan baik. Untuk
memperkokoh pemahaman Anda, diharapkan Anda mengkaji secara seksama
subunit ini, mengerjakan latihan-latihan yang disediakan serta menyelesaikan tes
formatif pada bagian akhir subunit ini. Jangan Anda ragu untuk bertanya atau
berdiskusi dengan siapapun yang dapat membantu Anda dalam mendalami materi
ini, khususnya teman dan kolega-kolega Anda. Pemahaman Anda tentang
gambaran umum proposal penelitian sebagaimana dibahas sebelumnya menjadi
kerangka dasar di dalam mengkaji subunit ini. Karena jika Anda belum begitu
jelas tentang pengertian, manfaat/kegunaan proposal penelitian, disarankan agar
Anda dapat mengkaji kembali dengan lebih cermat materi pada sajian subunit
sebelumnya.

A. Memahami Proposal PTK


Dalam berbagai sumber, mungkin Anda sering menemui istilah proposal
penelitian, kadang kala juga disebut usulan penelitian. Pada prinsipnya kedua
istilah atau sebutan tersebut terarah pada pengertian yang sama, jadi tidak perlu
Anda permasalahkan. Usulan penelitian atau proposal penelitian bisa berfungsi
sebagai rencana pelaksanaan penelitian, alat komunikasi antara peneliti dengan
konsultan atau dengan penyandang dana, maupun dengan anggota peneliti.
(Moenhilabib:1991:1). Secara umum proposal penelitian menguraikan tentang
masalah penelitian, bagaimana penelitian itu akan dilaksanakan, serta mengapa
penelitian itu perlu dilakukan (Wiersma, 1980:290). Jika kita membicarakan
proposal penelitian, sesungguhnya kita membicarakan seluruh rangkaian kegiatan
penelitian dalam bentuk kerangka atau garis besarnya. Di dalam PTK, langkah-
langkah pokok itu merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan berkelanjutan,
mulai dari perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing),
refleksi (reflecting), perbaikan rencana (revised plan dan kembali lagi
melaksanakan tindakan, pengamatan, refleksi dan seterusnya yang merupakan
suatu siklus (McNiff, 1988:27).

Untuk memudahkan pemahaman Anda, perlu kita tekankan bahwa


Proposal penelitian PTK bisa bersifat formal, semi formal dan bisa juga bersifat
tidak resmi atau informal. Proposal yang bersifat resmi adalah proposal yang
disusun oleh peneliti biasanya bertujuan untuk mendapatkan dukungan dana atau
diminta oleh pihak tertentu.

Untuk keperluan ini biasanya pihak penyandang dana sudah memberikan


rambu-rambu format proposal yang harus diikuti, kriteria penilaian, jumlah dana
yang disediakan, rentang waktu, bahkan kadang-kadang juga diatur hal-hal sangat
teknis, seperti warna cover, jumlah halaman, jenis dan ukuran serta hal-hal lain
yang mereka anggap perlu. Proposal semi formatnya tidak terlalu kaku,
sebagaimana proposal formal. Sebagai contoh bilamana pada proposal formal
sub-sub komponen dan urutan penyajiannya sudah ditentukan sedemikian rupa,
bahkan kadang-kadang jumlah halaman untuk masing-masing sub komponen
sudah ditentukan, maka tidak demikian halnya dengan proposal semi formal. Pada
proposal semi formal penyusun proposal diberi keleluasaan untuk menentukan
sub-sub komponen proposal yang dianggapnya perlu. Dalam proposal semi
formal pada umumnya jumlah halaman tidak ditentukan. Namun demikian hal-hal
prinsip yang harus ada di dalam sebuah proposal tentu harus dicantumkan,
sehingga tetap menggambarkan sebuah proposal yang tidak berbeda jauh dengan
proposal formal. Warna cover untuk kegiatan-kegiatan tertentu disesuaikan
dengan cirri lembaga,. namun hal ini tidak selalu harus demikian. Tujuan
penyusunan proposal ini juga bersifat terbatas untuk lingkungan tersebut, dan
kadang-kadang juga berkaitan dengan perolehan dana untuk mendukung kegiatan
yang diusulkan.

Sedangkan proposal yang digolongkan tidak formal atau tidak resmi


adalah proposal yang disusun sebagai kerangka acuan untuk keperluan peneliti
sendiri, tidak terkait dengan perolehan dana dan sifatnya tidak terlalu kaku. Bagi
guru yang melaksanakan PTK, proposal yang disusun lebih cenderung pada
proposal yang tidak formal, karena dipersiapkan untuk keperluan dirinya sendiri
dalam upaya mendukung perbaikan kinerja pembelajaran yang dikelolanya.
Namun dimungkinkan juga guru-guru pada waktu tertentu terlibat di dalam
penyusunan proposal penelitian yang formal terutama jika ada tawaran dari pihak
luar untuk melaksanakan PTK disertai kesediaan pemberian dukungan dana.

Meskipun proposal yang disusun guru lebih bersifat tidak formal, tidak
berarti penyusunannya tanpa rambu-rambu. Baik proposal formal, semi formal
maupun tidak formal formatnya relatif sama. Aspek-aspek yang terdapat di dalam
proposal tersebut secara prinsip tidak terlalu banyak berbeda. Berikut ini diuraikan
komponen-komponen proposal PTK beserta penjelasan tentang muatan untuk
masing-masing komponen tersebut.

Mungkin melalui berbagai sumber bacaan, Anda menjumpai format yang


berbeda tentang proposal PTK. Jika menemui hal seperti itu Anda tidak perlu
merasa bingung, sebab perbedaan-perbedaan tersebut sangat dimungkinkan terjadi
dan tidak dilarang untuk dikaji dan diikuti. Yang penting Anda memahami setiap
bagian yang Anda kaji tersebut. Berikut ini disajikan kerangka untuk penulisan
proposal penelitian dan berisi langkah-langkah yang akan dikembangkan di dalam
penelitian.

B. Bagian-bagian Proposal Penelitian

Pada umumnya proposal penelitian meliputi beberapa bagian pokok.


Berikut ini kita uraikan beberapa bagian pokok tersebut beserta sub-sub
bagiannya.
1. Halaman Pengantar (Halaman Depan)

Bagian ini paling tidak terdiri dari dua halaman, yaitu halaman judul dan
halaman pengesahan. Halaman judul memuat judul penelian, nama penyusun
proposal dan instansinya. Sedangkan halaman pengesahan berisi:

a. Judul dan bidang ilmu/studi


b. Nama lengkap ketua tim/peneliti dengan gelar, pangkat & golongan, NIP,
dan asal lembaga.
c. Lama penelitian
d. Lokasi penelitian
e. Biaya penelitian yang diusulkan
f. Sumber pendanaan
g. Tempat dan tanggal pembuatan proposal
h. Tanda tangan ketua tim/peneliti
i. Tanda tangan kepala lembaga asal peneliti (SD/SMP/SMA/SMK)
Coba Anda cermati contoh bagian depan sebuah proposal penelitian yang
memuat komponen-komponen seperti diuraikan di atas sebagaimana disajikan
pada halaman berikut;

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN


KELAS TAHUN ANGGARAN 2009

1. Judul Penelitian Penggunaan Metode Simulasi untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran Bahasa Inggris di kelas VII
SMP 04 Sinar Permai”
2. Bidang Ilmu Pendidikan

3. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar Drs. Arbi Sadar
b. Pangkat, Golongan dan NIP Pembina /IVA / 131….
c. Nama Sekolah SMP N I Sinar Permai

4. Lama Penelitian 3 bulan


6. Lokasi Penelitian SMP Negeri Sinar Permai

7. Biaya yang diusulkan Rp. 15..000.000,-


(Lima Belas Juta Rupiah)
8. Sumber Biaya Dediknas

Sinar Permai 18 Pebruari 2009


Mengetahui:
Kepala SMPN I Sinar Permai Ketua Peneliti

Dra. Askiah Ds. Arbi Sadar

2. Bagian isi

a. Judul Penelitian

Judul PTK dinyatakan dengan jelas dan mencerminkan tujuan, yaitu


mengandung maksud, kegiatan atau tindakan dan penyelesaian masalah.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Buletin
Peningkatan Mutu Pendidikan SLTP (2001) mengemukakan bahwa judul
PTK hendaknya, 1) mencerminkan masalah, 2) mencerminkan tindakan
sebagai upaya pemecahan, 3) singkat, 4) mudah dipahami. Coba Anda
rumuskan beberapa contoh judul PTK dengan memperhatikan beberapa
saran di atas. Beberapa contoh rumusan judul PTK berikut ini dapat Anda
kaji dan bandingkan dengan judul yang Anda rumuskan.

Contoh judul PTK:


1) Bimbingan Kelompok dalam Penyelesaian Soal Latihan untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
2) Model Pembelajaran Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan
Pemahaman Materi Pembelajaran IPS Kelas V Sekolah Dasar
3) Upaya Meningkatkan Kemampuan Bekerjasama Antar Siswa Melalui
Pembelajaran Kooperatif.
4) Meningkatkan Minat Belajar Biologi melalui Model Pembelajaran
Team Game Tournament
5) Metode Role Playing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa
kelas II SLTP Negeri I Driyorejo Gresik
Dari beberapa contoh judul di atas kita dapat mencermati ada beberapa hal
penting yang harus diperhatikan di dalam perumusan judul PTK, antara lain;
a) Judul harus bersifat spesifik, dalam hal ini harus langsung dapat
dijabarkan dalam bentuk tindakan nyata dalam proses pembelajaran..
Dalam contoh di atas kita melihat bahwa tindakan yang akan dilakukan
melalui PTK merupakan tindakan nyata dan spsesifik, seperti; bimbingan
kelompok, model pembelajaran kontektual, pembelajaran kooperatif,
model pembelajaran team games tournament, metode role playing.
b) Judul harus secara langsung menggambarkan solusi pemecahan masalah
c) Hasil yang diharapkan dicapai melalui PTK yang biasanya tertulis di
dalam judul penelitian harus spesifik dan dapat diukur secara langsung
perubahan atau peningkatannya.

b. Latar belakang masalah


Berisi uraian mengenai fakta-fakta yang mendukung yang berasal dari
pengalaman guru, alasan-alasan Anda memilih masalah ini untuk
dikembangkan melalui PTK, serta manfaatnya apabila diteliti.

3. Permasalahan
Permasalahan adalah adanya kesenjangan (gap) antara yang seharusnya
dengan kenyataan yang terjadi. Sebagai guru, Anda merasakan adanya
masalah dalam melakukan kegiatan pembelajaran di dalam kelas, dan masalah
tersebut sangat mengganggu, sehingga perlu diambil tindakan untuk
mengatasinya. Masalah tersebut perlu Anda nyatakan secara jelas dan
selanjutnya rumuskan. Perumusan masalah dapat menggunakan dua bentuk,
yaitu dalam bentuk kalimat pernyataan atau dalam bentuk kalimat tanya.

Contoh rumusan masalah dalam bentuk kalimat pernyataan.


a. Kemampuan siswa mengerjakan latihan soal matematika rendah.
b. Metode pembelajaran yang dipergunakan guru tidak dapat mendorong
motivasi belajar siswa.
c. Kemampuan siswa menyusun kalimat rendah, sehingga mereka kesulitan
dalam menyusun karangan.
d. Siswa-siswa kurang memiliki keberanian mengajukan pertanyaan dan
mengungkapkan pendapat dalam pembelajaran IPS.
e. Guru kurang mampu mendorong keterlibatan siswa di dalam
mengungkapkan contoh-contoh nyata dan menyimpulkan pelajaran

Selain dalam bentuk kalimat pernyataan, rumusan masalah juga dapat


dilakukan dalam bentuk kalimat tanya seperti contoh berikut.
Contoh rumusan masalah dalam bentuk kalimat tanya
a. Apa saja bentuk kesulitan yang dialami siswa dalam mengerjakan soal-
soal latihan yang tersedia pada LKS?
b. Bagaimana guru mengembangkan metode pembelajaran bervariasi?
c. Faktor-faktor apa saja yang dapat mendorong keterlibatan siswa dalam
pelaksanaan diskusi kelompok?
d. Apakah melalui peningkatan intensitas bimbingan penyusunan kalimat
kemampuan siswa dalam menyusun karangan akan semakin baik?
Jika Anda telah menentukan judul PTK yang akan Anda kembangkan, cobalah
rumuskan masalahnya. Rumusan masalah mungkin memerlukan penjabaran
ke dalam beberapa rumusan sub-sub masalah. Sebagai contoh seorang guru
merumuskan masalah umum; “Bagaimana model diskusi kelompok kecil
untuk meningkatkan partisipasi aktif siswa daqlam pembelajaran IPS”.
Masalah umum tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa sub masalah,
misalnya; (1) bagaimana peran guru dalam merencanakan kegiatan diskusi, (2)
apa saja bentuj aktivitas guru di dalam mengawaili kegiatan diskusi, (3)
bagaimana proses pengaturan diksusi kelas, (4) langkah-langkah apa saja yang
dilakukan guru di dalam memaksimalkan peran aktif siswa, dan seterusnya. .
4. Cara pemecahan masalah
Coba Anda perhatikan latihan yang telah dilakukan pada unit sebelumnya.
Pada latihan-latihan tersebut Anda telah diajak untuk merumuskan hipotesis
tindakan bukan? Anda juga telah mengetahui bahwa hipotesis tindakan
merupakan dugaan dari tindakan yang paling menjanjikan keberhasilan yang
Anda pilih untuk memperbaiki pembelajaran dan telah Anda lakukan melalui
proses analisis. Pada bagian cara pemecahan masalah ini, Anda paparkan
secara singkat bagaimana proses pemecahan masalah untuk mencapai hasil
belajar yang Anda harapkan. Untuk menemukan cara pemecahan masalah,
Anda dapat melakukannya dengan mengacu pada pengalaman Anda selama
ini, pengalaman teman anda, mencari dalam buku literatur dan hasil penelitian,
serta melakukan konsultasi dan berdiskusi dengan teman sejawat atau para
pakar. Cara pemecahan yang Anda tentukan atau Anda pilih harus benar-benar
“applicable”, yaitu benar-benar dapat dan mungkin Anda laksanakan dalam
proses pembelajaran dengan memperhatikan beberapa unsur yang terkait
langsung dengan kegiatan pembelajaran tempat Anda bertugas. Sebagai
contoh, Anda mengangkat permasalahan pelaksanaan bimbingan belajar
kelompok untuk meningkatkan pemahaman siswa di dalam mengerjakan
latihan soal IPA. Melalui judul yang Anda rumuskan sudah terlihat dengan
jelas bahwa tindakan yang Anda lakukan untuk meningkatkan kemampuan
penyelesaian latihan soal IPA adalah dengan memberikan bimbingan
kelompok. Berkaitan dengan tindakan tersebut, maka pada bagian ini Anda
perlu uraikan secara singkat dalam bentuk naratif bagaimana Anda
memecahkan masalah dengan bimbingan kelompok tersebut. Sekali lagi pada
bagian ini tahapan kegiatan dari bimbigan kelompok tersebut tidak perlu Anda
uraikan secara rinci karena akan dipaparkan pada bagian lain dari proposal
Anda, yaitu pada bagian perencanaan dan implementasi kegiatan.

5. Tujuan dan manfaat PTK


Bagian ini berisi uraian tentang tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian
yang Anda laksanakan. Tujuan dirumuskan berangkat dari masalah dan cara
pemecahan masalah yang telah Anda rumuskan sebelumnya. Rumusn tujuan
PTK yang kita buat harus menggambarkan hasil yang akan Anda capai
melalui PTK yang akan dilakukan. Apakah tujuan PTK Anda untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa, atau agar siswa aktif berinteraksi dalam
diskusi, atau agar siswa Anda memiliki kemampuan untuk bertanya dan
mengemukakan pendapat, atau agar siswa terampil dalam menggunakan
rumus dan seterusnya. Rumusan tujuan yang bersifat umum dapat Anda
jabarkan menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik. Sebagai contoh, Anda
mengembangkan masalah PTK yang berkaitan dengan penggunaan diskusi
kelompok kecil untuk meningkatkan kemampuan penyelesaian latihan soal
IPA. Anda dapat merumuskan tujuan yang bersifat umum: “Penelitian ini
bertujuan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan latihan soal
IPA”. Tujuan yang bersifat umum tersebut akan lebih baik jika dijabarkan
menjadi beberapatujuan yang lebih spsesifik sebagaimana rumusan masalah
yang telah dijabarkan secara rinci sebelumnya. Beberapa contoh rumusan
tujuan yang rinnci tersebut antara lain;
a. Untuk mengetahui cara pengaturan diskusi kelompok.
b. Untuk mengetahui keterlibatan siswa di dalam pelaksanaan diskusi
kelompok.
c. Untuk mengetahui apa peran guru di dalam pelaksanaan diskusi kelompok.
d. Untuk mengetahui cara kelompok mengkomunikasikan kesulitan-kesulitan
yang mereka hadapi dalam penyelesaian latihan.
e. Untuk mengetahui cara guru melaksanakan bimbingan kelompok.
f. Untuk mengetahui hasil latihan yang dicapai oleh kelompok dan masing-
masing siswa.
Penjabaran tujuan tersebut bermanfaat sebagai arah kegiatan yang dilakukan
guru dalam pelaksanaan tindakan, sekaligus sebagai kendali dalam menilai
terjadi tidaknya peristiwa dan perubahan yang diharapkan. Selain perumusan
tujuan, Anda juga perlu menuliskan manfaat dari PTK yang Anda lakukan.
Manfat ini dapat merupakan sesuatu yang terjadi dari kegiatan yang Anda
lakukan, atau berupa nilai tambah atau dampak pengiring terhadap
kemampuan siswa. Jika jika cermati beberapa contoh dari tujuan PTK di atas,
maka kita dapat merumuskan beberapa manfaat PTK, misalnya; untuk
meningkatkan wawasan guru dalam melaksanakan diskusi kelompok, untuk
memperbaiki cara-cara guru dalam meningkatkan keterlibatan siwa, untuk
meningkatkan wawasan guru tentang perannya di dalam melaksanakan
diskusi kelompok, dan sebagainya.
6. Teori dan Hipotesis Tindakan
Kerangka teori atau kajian pustaka, berisi kajian teori yang relevan yang
mendasari penelitian. Teori-teori yang dikaji merupakan teori-teori yang sudah
mapan atau yang telah banyak diterima dan dipergunakan di bidangnya.
Dalam kajian teori ini diutamakan teori-teori yang mutakhir dan relevan
dengan masalah yang diteliti. Karena itu pada bagian ini Anda perlu
memperdalam dan memperluas pengetahuan teori Anda tentang hal-hal yang
berkaitan dengan masalah yang Anda teliti. Kajian teori juga sangat berguna
untuk memperkokoh keyakinan Anda terhadap tindakan perbaikan yang Anda
pilih. Oleh sebab itu kajian teori dalam berbagai bentuk proposal penelitian
selalu diletakkan sebelum perumusan hipotesis. Maksudnya adalah agar
hipotesis yang kita rumuskan memiliki dasar pemikiran yang dapat
dipertanggungjawabkan baik secara teoritis maupun empiris. Jadi kerangka
yang dibuat berdasarkan teori ini menjadi dasar di dalam perumusan hipotesis
tindakan. Hipotesis berisi pernyataan yang diupayakan untuk menjawab
permasalahan. Dengan kata lain hipotesis juga dapat dikatakan sebagai
pernyataan tindakan yang diduga dapat mengatasi masalah yang dihadapi
guru. Sebagai contoh, bilamana Anda mermuskan hipotesis yang menyatakan
bahawa “bilamana guru menggunakan metode bervariasi di dalam
pembelajaran IPS, maka intensitas keaktifan siswa akan semakin meningkat.
Hipotesis tersebut selayaknya tidak sekedar dirumuskan, akan tetapi terlebih
dahulu guru menyajikan teori-teori atau hasil penelitian yang memperkuat
hipotesis tersebut. Misalnya teori-teori yang mengungkapkan tentang
kelebihan-kelebihan metode bervariasi, teori-teori atau hasil penelitian yang
menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan siswa, teori atau
hasil penelitian yang secara eksplisit mengungkapkan adanya hubungan
antara penerapan metode bervariasi dengan keaktifan siswa.

7. Rancangan dan Metodologi Penelitian


a. Subyek penelitian
Pada bagian ini dijelaskan di kelas berapa, dalam mata pelajaran apa, jam
keberapa. Perlu pula dijelaskan beberapa karakteristik yang berkaitan
dengan kelas yang Anda teliti terutama berkaitan dengan jumlah siswa,
komposisi pria dan wanita, kapasitas tempat duduk, tingkat kemampuan
kelas dan kriteria lain yang dianggap perlu oleh guru.
b. Aspek-aspek yang diselidiki
Uraikan secara jelas aspek-aspek apa yang menjadi fokus penelitian Anda.
Aspek tersebut sangat tergantung dari masalah dan tujuan penelitian yang
telah Anda rumuskan sebelumnya. Jika kita mengambil contoh dari
rumusan tujuan penelitian sebagaimana dipaparkan di atas, maka aspek-
aspek yang akan Anda kaji meliputi:
- Cara pengaturan diskusi kelompok
- Bentuk dan intensitas keterlibatan siswa di dalam pelaksanaan diskusi
kelompok
- Bentuk nyata peran guru di dalam pelaksanaan diskusi kelompok.
- Cara-cara yang dilakukan kelompok uintuk mengkomunikasikan
kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dalam penyelesaian latihan.
- Cara guru melaksanakan bimbingan kelompok
- Hasil yang dicapai oleh kelompok dan masing-masing siswa dalam
mengerjakan latihan.
Anda juga dapat mengelompokkan aspek-aspek yang Anda kaji ke
dalam tiga komponen kegiatan pokok, yaitu berkenaan dengan input,
proses dan output. Yang terpenting adalah dengan cara yang Anda
lakukan dalam perumusan aspek yang diteliti ini tindakan yang akan
Anda lakukan menjadi jelas, demikian pula proses pengumpulan data
menjadi lebih terarah.
c. Langkah-langkah kegiatan
Pada bagian ini perlu dipaparkan secara spesifik langkah-langkah
kegiatan yang Anda lakukan dalam proses pelaksanaan PTK. Hal-hal
pokok yang perlu dijelaskan berkenaan dengan;
- Persiapan; jelaskan tentang RPP, media pembelajaran, alat peraga,
LKS, instrument pengumpulan data, tape recorder (jika diperlukan),
lembar observasi, observasi dan sebagainaya. perlu dijelaskan
bagaimana observasi itu Anda laksanakan, apakah menggunakan
format yang telah Anda siapkan atau menggunakan catatan lapangan.
Bilamana pengumpulan data juga menggunakan teknik studi
dokumenter dan wawancara, perlu Anda jelaskan bagaimana
kegiatan itu dilaksanakan. Demikian pula jika Anda meminta
bantuan kepada guru lain untuk mendukung pengumpulan data
Anda, maka perlu dijelaskan aspek-aspek kegiatan yang
dilakukannya
- Implementasi tindakan
Uraikan secara jelas bagaimana Anda melaksanakan skenario
pembelajaran yang telah Anda susun sebelumnya. Dalam masing-
masing siklus penelitian perlu dijelaskan apa kegiatan yang Anda
lakukan dan apa peran yang dilakukan oleh siswa dan bagaimana
mereka melakukannya. Akan lebih baik jika Anda mencantumkan
secara spesifik waktu yang dipergunakan untuk melaksanakan
masing-masing langkah kegiatan pembelajaran, dan berapa kali
pertemuan untuk satu siklus penelitian Anda. Perlu diingat kembali
bahwa sebagai pelaksana PTK, anda melakukan dua kegiatan secara
bersamaan, yaitu melakukan tindakan perbaikan dan melakukan
pengumpulan data dalam satu skenario untuk pembelajaran. Karena
itu perlu diperhatikan secara cermat waktu yang disediakan.
- Pengumpulan data
Uraikan dengan jelas jenis data yang Anda kumpulkan dan
bagaimana cara pengumpulannya. Seperti sebelumnya telah kita
bahas bersama bahwa pengumpulan data di dalam PTK lebih
menitikberatkan pada penggunaan teknik observasi.
- Analisis dan refleksi
Memuat uraian tentang bagaimana prosedur yang Anda gunakan di
dalam observasi dan wawancara, kriteria apa yang dipergunakan
untuk menentukan tingkat keberhasilan dari tindakan yang dilakukan
sehingga Anda dapat menentukan sejauhmana diperlukan perbaikan
untuk melanjutkan penelitian Anda pada siklus berikutnya.

8. Tim peneliti
Pada umumnya penelitian formal dilaksanakan oleh satu tim yang di
dalamnya terdiri dari beberapa orang yang berasal dari bidang ilmu yang
sama atau berbeda. Jika penelitian dilakukan oleh tim maka cantumkan nama-
nama peneliti secara lengkap beserta uraian tugas masing-masing. Pemabgain
tugas tim peneliti ini dapat dilihat seperti contoh matrik berikut;

No. NAMA KEDUDUKAN TUGAS


1. Drs. Radikin Ketua 1. Menyusun proposal
penelitian
2. Mengkoordinir penyusunan
instrument pengumpulan
data
3. Melakukan koordinasi
dengan instansi dan pihak-
pihak terkait
4. Menyusun format analisis
data
5. Mengkoordinir pengumpulan
data
6. Menganalisis data
7. Menghimpun teori
8. Merumuskan kesimpulan
2. Dra. Radiah Anggota 1. Menghimpun literature
untuk kajian teori
2. Menyiapkan format-format
pengumpulan data
3. Membantu menyusun
instrument angket dan
wawancara
4. Membuat tabulasi data
5. Mengolah data dan
membantu analisis data

Uraian tugas ini sifatnya fleksibel yang dapat diataur bersama antara ketua dan
anggota peneliti

9. Jadwal penelitian
Cantumkan secara spesifik skedul pelaksanaan penelitian Anda mulai dari
penyusunan rencana awal sampai pada penyusunan laporan. Jika diperlukan,
cantumkan pula rencana desiminasi hasil-hasil penelitian Anda. Pada
umumnya jadwal penelitian disajikan dalam matrik seperti contoh di halaman
berikut.
CONTOH JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

No. JENIS KEGIATAN BULAN KE KETERANGAN


Urut 1 2 3 4 5 6

1. Mengurus perizinan

2. Mengadakan koordinasi Koordinasi pada


ke daerah (lokasi 2 wilayah kota dan 2
penelitian) kabupaten penelitian

3. Penyusunan
instrumen/panduan
penelitian
4. Penggandaan instrumen
pengumpulan data
5. Pengumpulan data
lapangan
6. Validasi model teoritik Dilaksanakan pada
(lokakarya) masing-masing kota
dan kabupaten
penelitian
7. Analisis data

8. Seminar akhir Dilaksanakan di


Pontianak (ibu kota
prop.Kalbar.
9. Penyusunan laporan akhir

10. Penggandaan laporan


11. Pengiriman laporan

10. Rencana anggaran


Rencana anggaran adalah uraian yang rinci berkaitan dengan biaya yang
diperlukan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan penelitian. Di dalam
proposal penelitian, biasanya pendanaan meliputi beberapa komponen
kegiatan, yang meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan, penyusunan laporan.
- Kegiatan persiapan, misalnya melakukan pertemuan awal, melakukan
koordinasi, mengurus izin penelitian, menyusun proposal, menyiapkan
instrumen, pembahasan instrumen.
- Kegiatan pelaksanaan meliputi persiapan di lokasi penelitian, pengumpulan
data, analisis temuan-temuan di lapangan, melakukan refleksi, menyusun
rencana perbaikan dan seterusnya.
- Menyusun laporan meliputi aspek-aspek kegiatan, penyiapan format
analisis data, melakukan analisis data, penyusunan draft laporan,
pembahasan laporan, seminar, penggandaan dan penjilidan,
pengiriman/pendistribusian laporan. Jika diperlukan cantumkan biaya
untuk desiminasi hasil-hasil penelitian.
- Alat dan bahan yang diperlukan. Bilamana di dalam pelaksanaan penelitian
memerlukan alat dan bahan pendukung, perlu disebutkan. Penelitian eksak
biasaa memerlukan bahan-bahan dan alat pendukung, misalnya bahan-
bahan kimia untuk keperluan pengujian di laboratorium, peralatan-
peralatan komputer dan sebagainya.
Di samping sistematika proposal yang dipaparkan di atas, mungkin Anda
menemukan format yang berbeda. Keadaan seperti ini merupakan hal yang tidak
perlu dipermasalahkan. Yang terpenting Anda memahami bagian-bagian yang
dipaparkan tersebut. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam
diskusikan kembali bagian-bagian atau komponen-komponen proposal PTK
sebagaimana diuaraikan di atas.

C. Rambu-rambu Penilaian Proposal


Penilaian kelayakan proposal pada umumnya diterapkan bagi proposal
penelitian yang disusun untuk memperoleh dukungan biaya dari lembaga-lembaga
tertentu. Penilaian kelayakan proposal mengacu pada kriteria yang telah
ditentukan. Kriteria penilaian tersebut memuat aspek-aspek yang dinilai serta
bobot penilaiannya yang menjadi kerangka acuan bagi para penilai proposal
dalam menentukan tingkat kelayakan suatu proposal. Bagi penyusun proposal,
adanya kriteria yang diberitahukan secara terbuka ini bermanfaat sehingga para
calon pengusul proposal penelitian mengetahui atau paling tidak mendapat
gambaran apa yang menjadi sasaran penilaian proposal yang diajukannya. Kriteria
penilaian ini biasanya bersifat terbuka untuk diketahui oleh pengusul proposal dan
dikirimkan bersamaan dengan panduan penyusunan proposal. Pada bagian ini
akan disajikan salah satu contoh format penilaian yang dikeluarkan oleh Ditjen
Pendidikan Tinggi melalui Direktorat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat
dalam buku Panduan Penelitian (Wihardit, 2004:3.8). Pemahaman Anda tentang
format penilaian ini penting, sekurang-kurangnya untuk menilai kemampuan kita
sendiri dalam memahami langkah-langkah penting dalam penyusunan suatu
proposal penelitian. Di samping itu dapat dijadikan sebagai kerangka acuan dalam
upaya menyusun proposal yang lebih baik. Berikut ini adalah contoh format
penilaian proposal sebagai berikut:

Tabel 7.1
Contoh Format Penilaian Proposal PTK

NO. Bobot
Aspek/komponen Nilai Nilai Komentar/saran
1. Permasalahan
- Berasal dari guru 10
- Mengenai proses 10
pembelajaran
2. Tujuan
- Ada unsur upaya 10
- Relevan dengan masalah 10
- Ketepatan rumusan 10
3. Manfaat (bagi proses
pembelajaran) 10
4. Pemecahan
- Relevansi dengan masalah 10
10
- Mungkin/dapat
dilaksanakan
5. Prosedur PTK
- Langkah-langkahnya 5
- Ketepatan tindakan 5
6. Kelayakan biaya 5
7. Kelayakan waktu 5
JUMLAH

Pada table di atas Anda dapat mencermati beberapa aspek utama dari proposal
yang menjadi fokus penilaian. Aspek pertama berkaitan dengan permasalahan
yang diteliti. Pada contoh penilaian di atas, skor tertinggi diberikan bilamana
permasalahan penelitian berasal dari guru dan berkaitan langsung dengan
proses pembelajaran. Dua hal ini dapat dilihat keterkaitannya, karena jika
masalah tidak berasal dari guru, biasanya cenderung bersifat teoriktik atau
kurang berkaitan dengan persoalan-persoalan pembelajaran sehari-hari. Aspek
kedua yang dinilai berkenaan dengan tujuan. Tujuan yang dirumuskan di
dalam proposal PTK secara eksplisit harus menggambarkan adanya upaya yang
dilakukan guru melalui tindakan (action) dalam PTK yang dirancangnya. Di
samping itu tujuan harus merupakan satu keterkaitan dengan masalah serta
dirumuskan secara tepat. Aspek ketiga, bahwa PTK yang dirancang secara
nyata harus memberikan manfaat bagi proses pembelajaran, apakah akan
memperbaiki metode pembelajaran, meningkatkan keaktifan siswa,
memperbaiki system evaluasi dan sebagainya. Aspek keempat, berkenaan
dengan pemecahan masalah, di mana tindakan yang dirancang sebagai solusi
pemecahan masalah memang memiliki relevansi dengan masalah yang dihadapi
oleh guru. Di samping itu juga dinilai tingkat kemampuan guru untuk
melaksanakannya atau mengimplementasinya baik dari sisi kemampuan
pengetahuannya, waktu maupun biaya. Aspek kelima, berkenaan dengan
ketepatan dan kesesuaian prosedur PTK. Pada aspek ini yang menjadi perhatian
utama penilaian dititikberatkan pada ketepatan penentuan langkah-langkah
penelitian serta ketepatan tindakan yang dipilih sebagai upaya pemecahan
masalah. Aspek keenam adalah kelayakan biaya, dengan mengaitkannya
dengan cakupan masalah dan lokasi penelitian, serta Aspek ketujuh,
berkenaan dengan ketepatan waktu. Waktu yang dirancang hendaknya selaras
dengan program pembelajaran guru, kegiatan-kegiatan sekolah, juga perlu
diperhatikan lamanya penelitian untuk setiap siklus dan penyelesaian seluruh
kegiatan penelitian.
Penolakan terhadap proposal yang diajukan untuk mendapatkan dana
biasanya disebabkan beberapa aspek yang dinilai belum mencapai standar
penilaian yang ditentukan. Untuk itu kepada para penyusun proposal biasanya
diberi penjelasan aspek mana yang masih lemah sehingga para pengusul dapat
mengetahui dan memahami keputusan para penilai proposal tersebut. Sebagai
contoh berikut ini dipaparkan hasil-hasil penilaian proposal penelitian yang
dipaparkan melalui workshop Pengembangan Pnelitian Tndakan (Action
Research) tahun 2001. Dalam workshop ini telah dipresentasikan 12 proposal
action research tahun 2001 oleh guru-guru mata pelajaran (masing-masing mata
pelajaran 2 proposal). Berdasarkan hasil diskusi tersebut, ditemukan masalah-
masalah sebagai berikut:
1. Separuh (50%) dari jumlah proposal penelitian action research yang
dipresentasikan, judul penelitiannya masih terlalu umum dan latar belakang
penelitiannya tidak disertai data pendukung.
2. Hampir separuh (41,75%) dari jumlah proposal penelitian action research
yang dipresentasikan, tujuan penelitiannya belum dirumuskan dengan jelas.
3. Separuh (50%) dari jumlah proposal penelitian action research yang
dipresentasikan, masih belum konsisten antara judul, tujuan, masalah, dan
tindakan penelitian yang akan dilakukannya.
4. Hampir separuh (41,75%) dari jumlah proposal penelitian action research
yang dipresentasikan, hipotesis tindakannya belum dirumuskan dengan jelas
5. Separuh (50%) dari jumlah proposal penelitian action research yang
dipresentasikan, langkah-langkah dalam kegiatan aksinya masih belum
disusun secara sistematis.
6. Seperempat (25%) dari jumlah proposal penelitian action research yang
dipresentasikan, instrument masih belum jelas (khusus untuk usulan
penelitian yang mengharuskan dicantumkan instrument penelitian)
7. Seperempat (25%) dari jumlah proposal penelitian action research yang
dipresentasikan, cara penulisan proposalnya masih belum sistematis.

Latihan
Untuk mendalami materi yang telah dibahas dalam subunit ini, kerjakan
beberapa latihan berikut. Jika ada hal-hal yang Anda rasa belum jelas disarankan
agar Anda mencermati kembali pada subunit ini atau berdiskusi dengan rekan-
rekan Anda.

1. Di dalam rangkaian PTK, penyusunan proposal penelitian merupakan


bagian penting. Menurut Anda mengapa diperlukan proposal dalam PTK?
2. Penyusunan proposal pada umumnya mengacu pada format yang telah
ditentukan. Coba Anda kaji manfaat suatu format dalam penyusunan
proposal
3. Dalam proposal PTK rumusan masalah perlu dinyatakan secara jelas.
Menurut Anda apa substansi kejelasan rumusan masalah bagi kegiatan
penelitian!
4. Salah satu bagian penting dalam proposal PTK adalah adanya kajian teori.
Menurut Anda apa manfaat kajian teori dalam proposal penelitian!
5. Penilaian kelayakan suatu proposal, khususnya proposal yang disusun
untuk mendapatkan dukungan dana biasanya mengacu pada kriteria
penilaian yang ditentukan. Apa saja manfaat penentuan kriteria tersebut
baik bagi penilai maupun penyusun proposal.
Petunjuk jawaban latihan

1. Di dalam pelaksanaan penelitian, peneliti perlu panduan kemana penelitian


diarahkan, langkah-langkah apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan
yang diharapkan dan bagaimana melakukannya. Untuk mendapatkankan
kejelasan aspek-aspek Anda perlu mengkaji secara kembali dengan seksama
pengertian, tujuan dan manafaat proposal PTK.
2. Format proposal penelitian merupakan uraian sistematis tentang langkah-
langkah atau prosedur yang akan dilakukan peneliti di dalam melaksanakan
proses penelitian. Format proposal perlu Anda pahami dengan baik untuk
membantu Anda bekerja secara sistematik dan lebih terarah.
3. Di dalam mengimplementasikan PTK peneliti akan dapat menyusun rencana
tindakan untuk perbaikan pembelajaran jika ia memiliki kejelasan secara
spesifik apa yang harus dilakukan. Jika rumusan masalah belum jekas dan
spesifik. Untuk itu Anda disarankan melakukan latihan-latihan merumuskan
maslaah sehingga dirasa jelas dan spsesifik.
4. Sebagai salah satu bentuk kegiatan ilmiah, maka tindakan-tindakan yang
dirumuskan sebagai upaya perbaikan pembelajaran tidak cukup hanya sekedar
hasil pemikiran guru sendiri. Keberadaan teori dalam proposal PTK akan
menjadi dasar berpikir dan menjadi kerangka pemecahan masalah sehingga
memungkinkan tindakan-tindakan di dalam PTK lebih dapat
dipertangungjawabkan secara ilmiah.
5. Kriteria penilaian proposal memuat uraian atau aspek-aspek yang menjadi
fokus penilaian suatu proposal yang diusulkan sehingga semakin jelas aspek-
aspek yang dinilai. Perhatikan kembali dengan seksama aspek-aspek yang
dinilai pada format penilaian proposal di atas, sekaligus perhatikan skor
maksimal dari aspek/komponen yang dinilai tersebut.

RANGKUMAN
Proposal PTK merupakan suatu perencanaan yang sistematis sebagai
kerangka dasar yang memuat komponen dan langkah yang harus dilakukan
dalam melaksanakan PTK. Untuk dapat menyusun proposal dengan baik,
perlu disusun format proposal sebagaimana panduan yang diberikan. Proposal
yang baik harus mencerminkan secara jelas langkah-langkah kegiatan yang
akan dilakukan serta kejelasan komponen-komponen pendanaan. Kecermatan
penyusunan langkah di dalam proposal penelitian semakin diperlukan jika
proposal tersebut dimaksudkan untuk memperoleh dukungan pendanaan.
Proposal penelitian umumnya meliputi tiga komponen pokok, yaitu
halaman pengantar dan bagian isi dan bagian pendukung. Halaman pengantar
memuat identitas peneliti dan beberapa identitas penelitian. Bagian isi memuat
judul penelitian, latar belakang masalah, permasalahan, cara pemecahan masalah,

tujuan dan manfaat PTK, daftar pustaka jadwal penelitian dan rencana anggaran.

Penilaian kelayakan proposal penelitian biasanya mengacu pada beberapa


komponen pokok yang menjadi penilaian yaitu; (a) pentingnya permasalahan, (b)
tujuan, (c) manfaat penelitian, (d) relevansi dengan permasalahan, dan (e)
prosedur yang dikembangkan. Hasil penilaian ini akan menunjukkan pada: (a)
tingkat kemampuan anda dalam menyusun proposal PTK, (b) tingkat kelayakan
proposal anda untuk dilaksanakan
SUB UNIT 2

Persiapan dan Pelaksanaan PTK

Setelah Anda memahami cara-cara melakukan identifikasi masalah,


menganalisis masalah dan menilai kelayakan dan merumuskan hipotesis tindakan
sebagaimana dibahas pada subunit sebelumnya, maka diharapkan Anda telah
memiliki dasar pemahaman dan keterampilan yang lebih kokoh untuk menelaah
secara mendalam materi yang disajikan pada bagian ini. Subunit ini akan
menguraikan dan membahas kegiatan selanjutnya dari rangkaian PTK, yaitu
langkah-langkah persiapan dan pelaksanaan PTK. Dengan memahami materi,
mengerjakan latihan dan menyelesaikan tes formatif pada subunit ini Anda
diharapkan memiliki kemampuan menyusun langkah-langkah persiapan
pelaksanaan PTK secara tepat dan selanjutnya mampu melaksanakan PTK sesuai
langkah-langkah yang ditentukan.

A. Persiapan Pelaksanaan PTK


Setelah Anda meyakini bahwa hipotesis tindakan yang dirumuskan sudah
dianggap layak dengan memperhitungkan berbagai aspek sebagaimana telah kita
bahas pada bagian terdahulu, maka selanjutnya Anda jabarkan dalam bentuk
kegiatan-kegiatan nyata dalam pembelajaran di kelas. Sebagai contoh, bilamana
Anda telah menentukan bahwa masalah yang akan dikaji adalah peningkatan
motivasi siswa dalam pelajaran IPA, dengan melakukan tindakan perbaikan,yaitu
melibatkan siswa untuk mengungkapkan contoh-contoh nyata dan menyimpulkan
pelajaran sebagaimana contoh rumusan hipotesis 1 yang kita paparkan pada
bagian sebelumnya, maka Anda perlu menetapkan secara kongkrit tindakan
pembelajran yang akan Anda lakukan. Berikut ini adalah contoh tindakan-
tindakan pembelajaran yang harus dilakukan guru terkait dengan hipotesis
tindakan yang telah dirumuskan di atas;
6. Guru akan memperkaya penjelasan materi pelajaran dengan memperbanyak
pemberian contoh nyata.
7. Guru akan memperkecil peran dalam pembuatan contoh-contoh untuk
memperjelas materi pelajaran, kecuali memang sangat diperlukan.
8. Peran siswa didorong seoptimal mungkin untuk mengungkapkan contoh-
contoh yang diperlukan.
9. Setiap akan mengakhiri pelajaran, siswa diminta untuk menyimpulkan sendiri
materi pokok yang telah disampaikan.
10. Dalam penyimpulan materi pelajaran ini sepenuhnya ditugaskan kepada siswa.
Guru hanya memberikan stressing (penekanan) untuk hal-hal yang sangat
diperlukan.
11. Guru akan mencermati perubahan dan peningkatan motivasi belajar siswa.
Jika guru telah menyusun garis besar tindakan pembelajaran yang akan
dilakukan, maka selanjutnya guru melakukan langkah-langkah kegiatan yang
sekaligus memberikan ciri bagi guru yang melaksanakan PTK.

a. Membuat rencana pembelajaran beserta skenario tindakan yang akan


dilaksanakan.
Membuat rencana pembelajaran atau persiapan mengajar merupakan bagian
dari rangkaian tugas utama guru. Dalam proses pembelajaran sehari-hari guru
diharuskan membuat rencana pembelajaran sebagai acuan di dalam
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukannya. Lazimnya kegiatan guru
mengajar (ketika tidak mengembangkan PTK), mempersiapkan rencana
pembelajaran tentu juga dibuat oleh setiap guru yang melaksanakan PTK.
Hanya saja bagi guru yang melaksanakan PTK selain membuat persiapan
mengajar yang di dalamnya menguraikan beberapa komponen kegiatan yang
biasa ia buat, juga harus mencantumkan secara eksplisit langkah-langkah
kegiatan PTK dan tindakan-tindakan yang dilakukan untuk perbaikan
pembelajaran sebagaimana telah dipersiapkan sebelumnya. Dalam persiapan
pembelajaran tersebut secara jelas harus tergambar apa yang dilakukan guru
dan apa yang harus dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Jika kita mencermati kembali contoh tindakan yang harus dipersiapkan guru di
dalam upaya mendorong motivasi siswa yaitu dengan melibatkan siswa
membuat contoh-contoh nyata berkaitan dengan materi pelajaran serta
melibatkan siswa di dalam membuat kesimpulan materi pelajaran, maka
tindakan guru ini harus tertuang secara jelas dan spesifik di dalam kegiatan
pembelajaran. Dengan cara seperti ini maka dari komponen persiapan
mengajar sudah nyata perbedaan guru yang melaksanakan kegiatan
pembelajaran saja (tidak melaksanakan PTK) dengan guru yang melaksanakan
PTK dalam kegiatan pembelajaran yang dikelolanya.

b. Merumuskan Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaiannya


Anda telah memahami, semua langkah dan tindakan yang dilakukan guru
selama proses pembelajaran harus terlihat secara nyata dalam persiapan
mengajar guru. Karena ada langkah-langkah tertentu yang dilakukan guru
mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pengumpulan data yang
berbeda dengan guru yang tidak melaksanakan PTK, maka dalam
kompetensi dasar terutama berkenaan dengan rumusan indikator pencapaian
kompetensi juga harus dirumuskan secara jelas. Karena itu dalam satuan
pelajaran guru yang melaksanakan PTK perlu menambahkan kompetensi
sesuai dengan hasil yang diharapkan oleh guru melalui tindakan perbaikan
yang dilakukan. Kompetensi tambahan tersebut dijabarkan dari fokus
pembelajaran yang akan dijadikan sasaran PTK untuk meningkatkan hasil
belajar peserta didik yang diharapkan.

c. Merumuskan indikator keberhasilan


Sebagaimana telah kita bahas sebelumnya, bahwa bagi guru yang
melaksanakan PTK, perubahan-perubahan atau peningkatan yang terjadi
dalam proses pembelajaran harus diamati, sehingga guru dapat menilai apakah
tindakan yang dilakukannya mencapai peningkatan ataupun tidak. Untuk
mengetahui terjadi tidaknya perubahan tersebut guru harus menetapkan
indikator yang dapat dipahami secara mudah oleh guru sendiri. Penetapan
indikator keberhasilan ini sepenuhnya menjadi otonomi guru, karena guru
lebih banyak mengetahui kondisi siswa maupun kondisi lainnya yang
mungkin dapat memberikan pengaruh terhadap tindakan yang dilakukan serta
hasil yang dicapai.
Sebagai contoh, seorang guru Bahasa Indonesia ingin meningkatkan
kemampuan mengarang pada siswa-siswanya. Tindakan yang dilakukannya
adalah dengan meningkatkan frekuensi latihan penyusunan kalimat secara
sistematis. Harapan guru tersebut adalah bilamana siswa semakin terlatih di
dalam menyusun kalimat, maka akan semakin mempermudah menyusun
karangan. Hal ini didasari penilaiannya selama ini di mana kesulitan siswa di
dalam menyusun karangan lebih banyak disebabkan miskinnya perbendaraan
kata dan rendahnya kemampuan siswa dalam menyusun kalimat. Berkaitan
dengan penelitiannya ini, guru harus merumuskan indikator keberhasilan
peningkatan kemamapuan siswa. Rumusan indikator keberhasilan siswa
misalnya, pada akhir siklus pertama minimal siswa dapat mencapai nilai 70 di
dalam penyusunan kalimat secara sistematis. Pada tahap-tahap awal, mungkin
guru menjadikan perubahan kemampuan siswa dalam latihan-latihan
penyusunan kalimat sebagai dasar menilai adanya perubahan. Setelah
beberapa kali latihan penyusunan kalimat, guru mengarahkan perhatiannya
pada kemampuan menyusun karangan. Dalam keadaan ini berarti pada tahap
awal guru menggunakan indikator keberhasilan dari perubahan kemampuan
siswa di dalam menyusun kalimat. Setelah beberapa waktu selanjutnya
indikator perubahan kemampuan siswa dinilai dari kemampuan menyusun
karangan. Perubahan atau peningkatan kemampuan menyusun karangan juga
tentunya melalui tahapan-tahapannya. Oleh sebab itu guru harus cermat
mengkaji tahapan perubahan itu sebagai kerangka pikir untuk merumuskan
indikator kerhasilan.

d. Memilih Bahan Ajar.


Guru yang melaksanakan PTK mungkin harus memilih dan mempersiapkan
bahan ajar yang disesuaikan dengan fokus penelitian yang dikembangkannya.
Pemilihan bahan ajar dapat dilakukan dengan mencari bahan-bahan yang
teresidia di perpustakaan sekolah sebagaimana gambar di bawah ini. Di
sampingg itu juga dapat dilakukan dengan mencari di berbagai situs internet,
majalah bahkan koran.

Kesesuaian bahan ajar dengan


tujuan yang ingin dicapai
merupakan salah satu faktor
yang mendukung keberhasilan
perubahan kearah perbaikan
proses pembelajaran yang
mungkin lebih bervariasi karena perubahan yang ia harapkan dari tindakan
perbaikan yang dilakukan menuntut tersedianya bahan ajar yang lebih
bervariasi. Oleh sebab itu kesiapan guru dalam mempersiapkan bahan ajar
perlu dilakukan dengan baik agar ketika melaksanakan tindakan perbaikan,
guru tidak menghadapi kendala-kendala yang berarti sehingga ia lebih dapat
memfokuskan pada tindakan-tindakan perbaikan yang telah dirancang dan
melakukan pengumpulan data. Dalam pemilihan dan pengembangan bahan
ajar ini perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain; kurikulum, peserta
didik, faktor-faktor lingkungan termasuk kearifan-kearifan lokal. Dalam
panduan yang dibuat Konsorsium Program PJJ S1 PGSD (Depdiknas, 2007:3),
mengemukakan bahwa karakteristik bahan ajar cetak tercerminkan melalui
keterpenuhan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Ketepatan; artinya tidak ada konsep atau uraian materi yang keliru dan
meragukan.
2) Kesesuaian; dalam hal ini mencakup: kesesuaian dengan pengalaman
belajar yang dituntut oleh kompetensi suatu mata pelajaran, serta cakupan,
yaitu mencakup keluasan dan kedalaman materi serta pengalaman belajar
dengan tingkat kemampuan yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta
didik.
3) Ketuntasan; artinya materi dan pengalaman belajar yang disajikan
memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan secara utuh dalam
kadarnya.
4) Kemutakhiran; artinya memuat hal-hal terkini, atau setidak-tidaknya
sejalan dan tidak bertentangan dengan perkembangan terbaru.
5) Kebermaknaan; artinya materi dan pengalaman belajar yang tersaji
berguna bagi pengembangan akademik dan profesional peserta didik.
6) Ketercernaan; artinya bahasa dan sistematika sajian jelas, mudah
dipahami, dan tidak membingungkan.
7) Kemenarikan; arinya menimbulkan minat dan motivasi bagi siswa untuk
mengakaji bahan ajar, karena adanya penatan bahan ajar yang variatif dan
interaktif, penggunaan bahasa yang dialogis, serta pengemasan ilustrasi
dan perwajahan yang mendukung.
8) Kebakuan; kebakuan dalam bahan ajar sekurang-kuranya mencakup:
a) ragam baahasa Indonesia yang dipergunakan;
b) kaidah penulisan
c) etika penulisan, termasuk pengutipan pendapat orang lain.
Hasil pemilihan bahan ajar ini akan menjadi bahan ajar tertulis yang dapat
dipergunakan guru untuk menyusun bahan ajar sendiri. Jika belum mampu
menyusun bahan ajar sendiri, bahan-bahan ini dapat pula dihimpun untuk
mendukung bahan ajar yang sudah ada. Untuk pelaksanaan proses
pembelajaran, bahan-bahan ini harus dimasukkan ke dalam garis-garis besar
program pembelajaran dan menjadi salah satu acuan di dalam rencana
persiapan mengajar guru.
e. Memilih Metode.
Metode yang dipergunakan guru dalam proses pembelajaran merupakan salah
satu komponen strategis di dalam pencapaian hasil belajar. Oleh sebab itu
kemampuan guru memilih metode yang tepat dan sesuai merupakan
kemampuan yang dipersyaratkan bagi setiap guru. Itulah sebabnya maka
dalam PTK banyak sekali tema-tema yang diangkat berkenaan dengan
perbaikan metode pembelajaran. Penelitian yang dilaksanakan oleh guru
maupun oleh dosen LPTK berkolaborasi dengan guru menjadikan metode
pembelajaran sebagai tema sentral yang tetap menarik untuk dikembangkan.
Pengkajian secara seksama tentang ketepatan memilih metode pembelajaran
merupakan keharusan untuk dilakukan guru. Terlebih bagi guru yang
melaksanakan PTK, seringkali metode yang terbaik sesuai apa yang
terpikirkan oleh guru tidak selalu terbaik bagi siswa. Oleh karena itu, guru
perlu mempersiapkan berbagai alternatif metode pembelajaran untuk
membicarakan satu masalah/pokok bahasan/sub pokok bahasan/materi
pelajaran. Di dalam memilih metode mengajar, guru perlu mempertimbangkan
beberapa faktor terkait, antara lain;
1) Tingkat kemampuan awal siswa
2) Kemampuan guru
3) Ketersediaan sarana dan fasilitas kelas/fasilitas belajar
4) Waktu yang tersedia
5) Lingkungan belajar atau lingkungan kelas

f. Menyiapkan Instrumen pengumpulan data


Guru yang melaksanakan PTK memiliki kekhususan di dalam penyiapan alat-
alat bantu, karena di samping guru melaksanakan kegiatan pembelajaran
sebagaimana lazimnya, guru juga sebagai peneliti. Dalam kedudukannya
sebagai peneliti, guru melakukan kegiatan tambahan, yaitu mengumpulkan
data bersamaan dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukannya. Instrumen
pengumpulan data ini bertujuan membantu guru agar lebih mudah merekam
berbagai peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran. Instrumen-
instrumen dimaksud antara lain: pedoman observasi, catatan harian, kamera,
video, alat rekam suara yang tujuannya untuk merekam peristiwa
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
g. Mempersiapkan instrumen evaluasi
Instrumen evaluasi adalah komponen alat pembelajaran yang digunakan untuk
mengukur ketercapaian kompetensi yang harus dimiliki. Kegunaan instrumen
ini adalah untuk memperoleh informasi yang menyeluruh dan komprehensif
selama proses pembelajaran. Guru yang melaksanakan PTK mungkin akan
menggunakan instrumen yang bervariasi. Indikator untuk menentukan
keberhasilan proses pembelajaran ditetapkan oleh guru, misalnya menentukan
tingkat penguasaan berdasarkan kriteria dengan rentangan terendah – sampai
tertinggi. Oleh karena itu persiapan guru di dalam menetapkan instrumen yang
dipergunakan sangat penting dilakukan. Demikian pula pentingnya
pengetahuan guru tentang instrumen tersebut dan cara penggunaannya dalam
menentukan tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.

h. Memperjelas skenario pembelajaran


Anda tentu memahami mengapa guru yang melakukan PTK harus menguasai
skenario tindakan atau pembelajaran. Tujuan utama penguasaan skenario
pembelajaran adalah agar suasana pembelajaran di kelas dapat berlangsung
secara apa adanya, siswa-siswa tidak merasakan adanya sesuatu yang sangat
berbeda dan pada akhirnya tentu saja dalam rangka memelihara kondusivitas
iklim pembelajaran di kelas.

Selain itu dengan penguasaan


skenario pembelajaran guru
tidak merasa rikuh dan
terganggu dengan langkah-
langkah pembelajaran yang
dilakukannya disebabkan
adanya keharusan untuk
menyesuaikan tindakan yang

dilakukannya dengan skenario yang telah disusun sebelumnya. Oleh sebab itu
guru perlu memberikan penjelasan kepada siswa secara kongrit dan terbuka
apa yang akan dilakukan selama proses pembelajaran sebagaimana dapat
dilihat pada gambar di atas.
Kurangnya penguasaan guru terhadap skenario pembelajaran dimungkinkan
juga menimbulkan kepanikan dari guru sendiri, karena pada saat yang sama
guru harus menggunakan waktu dengan efektif, sementara dirinya juga terus
dikejar untuk melaksanakan tindakan-tindakan tertentu. Sisi yang lain,
bilamana guru tidak menguasai dengan baik skenario pembelajaran,
dikhawatirkan juga penggunaan waktu tidak dapat berlangsung secara efektif
karena guru harus mencermati secara berulang-ulang skenario pembelajaran
yang telah disusun, sehingga tujuan pembelajaran yang dirumuskan tidak
dapat tercapai. Keadaan seperti ini tentu tidak menguntungkan bagi kegiatan
pembelajaran. PTK yang dirancang untuk perbaikan pembelajaran akhirnya
justru menjadi gangguan dan kendala karena ketidaksiapan guru dengan
langkah-langkah yang harus dilakukannya. Skenario pembelajaran yang
dipersiapkan guru pada tahap berikutnya dituangkan di dalm RPP. Di dalam
persiapan dan pelaksanaan PTK, format RPP yang dibuat guru tentu tidak
bersifat kaku, yang terpenting guru memahami dengan jelas langkah-langkah
kegiatan apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya. Coba Anda
kaji dengan baik skenario tindakan pembelajaran Anda, jika perlu lakukan
simulasi dengan siswa atau rekan-rekan Anda sebelum PTK dilaksanakan.
Jika di dalm pelaksanaan PTK guru merasa perlu bantuan rekan guru yang
lain, maka sebelum PTK dilakukan perlu pembahasan bersama, terutama
berkenaan dengan tugas-tugas`apa yang harus dilakukan oleh guru yang
membantu. Misalnya bertugas melakukan observasi, baik mengisi format-
format yang telah disediakan maupun mencatat fenomena-fenomena atau
peristiwa-peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran. Hal-hal ini perlu
didiskusikan sejelas mungkin agar kegiatan pembelajaran di kelas tidak
terganggu, masing-masing dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

B. Melaksanakan PTK
Pemahaman yang sangat prinsip bahwa pelaksanaan PTK bukan terpisah
dari pelaksanaan proses pembelajaran Jadi guru yang melaksanakan PTK menurut
pengamatan pihak luar hampir tidak berbeda dengan guru-guru lain yang tidak
melaksanakan PTK, karena pada dasarnya guru bersangkutan tidak merubah jam
mengajarnya, jadwal pelajarannya, alokasi waktu yang dipergunakan serta siswa
yang diajar.
Pada tahap awal melaksanakan penelitian, guru perlu memperhatikan
secara cermat keadaan dan kemampuan siswa melalui pengamatan yang dilakukan
bersamaan dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya. Hal ini terutama
berkenaan dengan gambaran tentang keadaan kelas, perilaku siswa sehari-hari,
perhatian terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru, dan sikap siswa
terhadap mata pelajaran tersebut. Jika penelitian yang dilakukan guru
menggunakan indikator perubahan hasil belajar siswa, atau berkenaan dengan
penguasaan materi pelajaran, maka sebelum guru melakukan tindakan perbaikan
melalui PTK, perlu dilakukan tes untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan
dan kemampuan yang telah dimiliki siswa tentang materi pelajaran. Pemeliharaan
terhadap keadaan awal ini sangat diperlukan sebagai landasan atau kriteria guna
mengukur atau mengetahui perubahan yang terjadi sebagai akibat dari penerapan
tindakan yang dilakukan oleh guru di dalam proses pembelajaran. Untuk
mengetahui secara nyata peningkatan yang terjadi setelah dilakukan tindakan
tertentu, maka perlu dilakukan tes. Sekali lagi hal ini perlu dilakukan bilamana
indikator keberhasilan yang diharapkan berkaitan dengan perubahan hasil belajar.
Selain melakukan tes untuk mengetahui tingkat pengetahuan awal siswa sebelum
dilakukan tindakan perbaikan, guru juga dapat melakukan analisis terhadap hasil
pembelajaran yang dicapai siswa selama ini berdasarkan rekapitulasi nilai yang
dimiliki guru. Hasil belajar yang telah dimiliki siswa ini nantinya dapat dijadikan
sebagai kerangka dasar untuk membandingkan pencapaian hasil belajar setelah
dilaksanakan tindakan perbaikan. Sebagai contoh, seorang guru matematika
mengembangkan PTK yang difokuskan pada peningkatan kemampuan siswa
dalam mengerjakan latihan-latihan soal matematika. Tindakan yang dipilihnya
adalah dengan menggunakan alat peraga dan peningkatan intensitas latihan
terbimbing. Dalam penelitian ini sudah jelas bahwa indikator utama yang
dipergunakan guru untuk menilai perubahan atau peningkatan kemampuan siswa
adalah kemampuan siswa di dalam mengerjakan latihan-latihan soal. Agar guru
mengetahui apakah tindakan-tindakan perbaikan yang dilakukannya maka guru
harus memiliki kerangka dasar sebagai pembanding, yaitu nilai hasil-hasil latihan
siswanya selama ini. Jika setelah tindakan penggunaan alat peraga dan
peningkatan intensitas latihan terbimbing secara sistematis dilakukan dalam siklus
yang ditentukan terjadi perubahan atau peningkatan dari hasil-hasil yang dicapai
sebelumnya, maka tindakan tersebut berhasil membawa perubahan. Untuk menilai
peningkatan di dalam proses PTK, sejauhmana peningkatan yang terjadi antara
pemberian latihan pertama, kedua dan selanjutnya guru tidak lagi harus
memperhatikan hasil-hasil latihan sebelum dilakukan tindakan, akan tetapi dapat
langsung menganalisis perubahan yang dicapai dari setiap tahap yang dilakukan
tersebut.
Secara lebih rinci beberapa hal yang harus diperhatikan guru di dalam
mengawali dan mengimplementasikan PTK diuraikan berikut ini.

1. Mempersiapkan sarana/fasilitas
Jika rancangan PTK yang telah disusun guru mengharuskan adanya
ketersediaan sarana dan fasiltas pendukung pembelajaran, maka hendaknya
dapat dipersiapkan terdahulu dengan baik. Di samping sarana/fasilitas juga
diperlukan kesiapan guru di dalam menggunakannya. Jangan sampai
sarana/fasilitas yang akan dipergunakan yang mendukung tindakan perbaikan
pembelajaran tersebut tidak dapat digunakan sehingga menyebabkan kegiatan
pembelajaran tidak dapat dilaksanakan sebagaimana diharapkan.
Sarana/fasilitas yang perlu dipersiapkan misalnya, alat-alat peraga, OHP/LCD
(jika ada dan diperlukan), gambar-gambar, peta dan sebagainya.

2. Mempersiapkan kondisi kelas dan siswa


Kesiapan kondisi kelas untuk mendukung kegiatan pembelajaran
merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan guru yang
melaksanakan. PTK. Meskipun tidak berarti bahwa tanpa melaksanakan PTK,
kesiapan kelas dapat diabaikan, karena kita pahami bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi suasana pembelajaran adalah kondisi kelas itu sendiri.
Kesungguhan guru yang melaksanakan PTK untuk menyiapkan dengan baik
kondisi kelas ini terutama didasari kesadaran bersama bahwa kelas sedang
mengadakan perubahan. Oleh karena itu segala sesuatu yang dimungkinkan dapat
mengganggu perubahan yang diharapkan harus dapat diminimalisasi sedemikian
rupa sehingga diharapkan jika setelah dilakukan analisis diketahui tidak terjadi
perubahan yang berarti dari tindakan perbaikan yang dilakukan, maka dapat
diduga tindakan perbaikan tersebut yang belum tepat, bukan karena kondisi atau
faktor yang lain. Kesiapan kondisi kelas ini juga akan sangat membantu guru agar
lebih terfokus dan konsentrasi melakukan langkah-langkah tindakan yang telah
disusun, dapat melakukan pencatatan data dengan baik atau mengamati dan
menilai secara cermat perubahan-perubahan yang terjadi. Beberapa aspek yang
perlu mendapat perhatian guru dalam kaitan dengan kondisi kelas ini adalah;
a. Mengingatkan siswa tentang pentingnya ketenangan dalam kelas
b. Mengatur tempat duduk dan meja bersama siswa dengan rapi dan tertib
c. Mengingatkan siswa agar memeriksa dan menyiapkan alat-alat tulis
sebelum dimulai pelajaran
d. Mendiskusikan dengan siswa sekiranya ada hal-hal yang dapat
mengganggu kondusivitas proses pembelajaran
e. Memberitahukan pada semua siswa bahwa pelajaran akan dimulai
f. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dari materi yang
akan dipelajari atau dibahas.
g. Menjelaskan pentingnya kesiapan dan kesungguhan siswa di dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran.
h. Menjelaskan tugas-tugas atau kegiatan apa yang akan dikerjakan siswa dan
bagaimana melakukannya.
i. Mengingatkan siswa akan keterbatasan waktu yang tersedia agar mereka
dapat menggunakannya secara efektif.
Di dalam memberikan penjelasan awal ini guru hendaknya dapat
melakukan penghematan waktu dengan baik, agar tidak mengganggu waktu yang
telah dialokasikan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran atau melakukan
tindakan-tindakan di dalam PTK.

3. Melaksanakan Tindakan Perbaikan


Dalam pelaksanaan PTK, guru juga diharapkan dapat benar-benar
mempersiapkan apersepsi yang lebih menarik. Pada umumnya, dalam satuan
pelajaran, apersepsi yang dibuat guru ditulis dengan kata-kata, tanpa menuliskan
apa dan bagaimana rumusan apersepsi, misalnya: “Guru mengadakan apersepsi”,
sehingga ketika pelaksanaan di dalam kelas, guru mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang menarik perhatian dan sebaliknya mengingat minat peserta didik
untuk mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru di kelas.
Bahkan mungkin appersepsi tersebut tidak terkait dengan materi yang akan
dibahas.
Sebelum mulai mempelajari atau membahas materi baru, guru harus
merasa yakin bahwa materi yang mendasari bahan yang akan dibahas telah
dikuasai lebih dahulu oleh peserta didik. Sebagai guru yang melaksanakan PTK
perlu menyadari dan harus yakin bahwa materi sebelumnya sudah dikuasai
muridnya atau sebagai materi pra-syarat yang harus dikuasai, sehingga
memudahkan peserta didik mempelajari materi baru. Untuk itu guru perlu
melakukan tes atau menyiapkan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang
telah dikuasai siswa tersebut. Pada gambar di bawah ini kita melihat bagaimana
guru menciptakan komunikasi yang intensif dengan siswa, memberikan
pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang materi
yang akan dipelajari sekaligus melakukan evaluasi tentang pemahaman siswa
tentang materi yang telah dibahas sebelumnya.
Dalam penyajian bahan/materi baru harus
sesuai dengan kompetensi yang ingin
dicapai. Dalam upaya pencapaian
kompetensi tersebut, guru perlu
menguasai dan memilah yang mana harus
didahulukan. Artinya, mana kompetensi
yang ingin dicapai yang merupakan
prasyarat atau mendasari untuk mencapai

komptensi lainya. Demikian pula metode yang tertulis dalam Rencana


Peleksanaan Pembelajaran (RPP) misalnya metode ceramah, tanya jawab, diskusi
atau praktek mandiri. Dalam pelaksanaan PTK metode-metode tersebut harus
dioperasionalkan (misalnya: bagiamana yang harus dibahas dengan metode
ceramah, pada bagian mana murid mempraktekkan sendiri, bagaimana
mendiskusikan). Jadi guru sebagai pelaksana PTK perlu jelas tentang “apa dan
bagaimana” metode harus dilaksanakan, apakah kegiatan dengan metode tersebut
dilakukan secara klasikal, individual atau kelompok.
Dimensi lain yang harus selalu mendapat perhatian guru yang
melaksanakan PTK adalah pengaturan dan pemanfaatan waktu belajar. Alokasi
waktu dan pemanfaatan waktu sangat penting dalam proses pembelajaran dan
pelaksanaan PTK oleh guru, karena guru selain mengajar juga mengadakan
penelitian. Sebagai pelaksana PTK guru harus selalu cermat dan teliti bahwa tugas
guru tidak sekedar menyampaikan materi, akan tetapi juga melakukan latihan-
latihan, melakukan pengumpulan data dan melakukan evaluasi.
Agar pelaksanaan PTK yang dilakukan guru ini dapat berlangsung secara
terarah, guru perlu memperhatikan beberapa prinsip, yang oleh Hopkins (1993)
disebut sebagai kriteria PTK yang dilakukan oleh guru.

Pertama, tugas utama guru adalah mengajar. Oleh karena itu PTK yang
dirancang dan dilaksanakan oleh guru secara metodologis diharapkan tidak
mengganggu aktivitas pokok guru dalam mengajar. Tidak boleh terjadi, bahwa
karena sedang melaksanakan PTK guru mengorbankan kegiatan-kegiatan lain
khususnya berkenaan dengan siswa demi penelitian yang sedang
dilaksanakannya. Dengan perkataan lain, guru harus selalu mengutamakan siswa,
karena tujuannya memang untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa.
Tambahan tugas guru sebagai peneliti harus disikapi sebagai nuansa profesional
yang semestinya memberi nilai tambah bagi guru dan bagi pembelajaran yang
dikelolanya, bukan sebaliknya mengorbankan siswa.

Kedua, cara pengumpulan atau perekaman data jangan sampai terlalu


menyita waktu guru sehingga guru kehilangan konsentrasi di dalam membahas
materi pelajaran. Esensi pelaksanaan PTK memang harus disertai dengan
pengumpulan data, analisis, dan interpretasi. Anda mungkin dapat memahami
jika proses pengumpulan data menyita waktu guru terlampau banyak, konsentrasi
guru dalam mengajar akan terganggu, dan hal ini tentu saja justru akan berakibat
tujuan pembelajaran akan sulit dicapai sebagaimana diharapkan. Oleh karena itu
jika dimungkinkan, guru dapat memanfaatkan alat perekam seperti tape recorder
atau minta bantuan teman sejawat terutama bagi para peneliti PTK pemula yang
belum begitu terbiasa melakukan beberapa aktivitas secara simultan. Data yang
telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan analalis dan refleksi untuk
penyempurnaan tindakan pada siklus berikutnya.

Latihan

1. Sebelumnya Anda telah mengkaji penilaian kelayakan hipotesis tindakan.


Dapatkah Anda menjelaskan keterkaitan antara kelayakan hipotesis tindakan
dengan pelaksanaan PTK.

2. Salah satu tahapan penting yang dilakukan guru di dalam pelaksanaan PTK
adalah mempersiapkan kelas dan kondisi siswa. Coba Anda temukan
beberapa alasan yang mendasarinya pentingnya langkah tersebut di dalm
pelaksanaan PTK.

3. Anda tentu sudah terbiasa menyusun rencana pembelajaran. Coba saudara


temukan aspek-aspek yang berbeda pada rencana pembelajaran yang disusun
guru yang melaksanakan PTK dengan rencana pembelajaran guru yang tidak
melaksanakan PTK.

4. Anda telah membahas beberapa hal yang harus dipertimbangkan di dalam


pemilihan bahan ajar. Coba Anda temukan alasan-alasan pentingnya
mempertimbangkan hal-hal tersebut dikaitkan dengan kondisi nyata
pembelajaran yang Anda hadapi.

5. Di dalam pelaksanaan PTK pengumpulan data tidak boleh mengganggu


kegiatan pembelajaran. Coba Anda lakukan latihan pengumpulan data yang
relatif tidak mengganggu proses pembelajaran di kelas.

Petunjuk penyelesaian latihan

1. Perhatikan kembali persyaratan merumuskan hipotesis tindakan yang telah


Anda bahas pada subunit sebelumnya. Selanjutnya Anda kaji langkah-langkah
persiapan pelaksanaan PTK untuk menemukan keterkaitannya

2. Pelaksanaan PTK yang sebelumnya sudah direncanakan dengan baik oleh


guru tidak mustahil mengalami hambatan bahkan ketidakberhasilan jika tidak
didukung oleh kesiapan guru, siswa maupun kondisi kelas. Bilamana kondisi
kelas tidak dipersiapkan dengan baik, sementara guru harus melakukan
tindakan-tindakan tertentu sesuai skenario yang telah disusunnya dengan
pembagian waktu yang telah ditentukan pula, maka guru bisa kehilangan arah
dan mungkin tidak memiliki waktu yang cukup untuk mencapai perubahan-
perubahan yang diharapkan.

3. Dalam pelaksanaan PTK sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah Anda


pahami tentu guru telah terikat dengan tindakan-tindakan spsesifik yang harus
dilakukan dalam proses pembelajaran, bagaimana melakukan, perubahan apa
yang diharapkan dan bagaimana mengukur perubahan tersebut dalam waktu
yang telah ditentukan. Semua aspek ini harus tertera secara eksplisit dan
terukur di dalam rencana pembelajaran.

4. Di dalam pelaksanaan pembelajaran Anda sering mencermati kesulitan-


kesulitan siswa di dalam memahami bahan ajar yang disediakan guru.
Kesulitan-kesulitan tersebut dapat bersumber dari materi, kondisi siswa
maupun dari faktor-faktor lain yang berkaitan dengan proses pembelajaran.

5. Pengumpulan data dilakukan guru secara kebersamaan dengan pelaksanaan


proses pembelajaran. Untuk membantu memudahkan pengumpulan data, guru
dapat menggunakan format observasi, panduan wawancara dan alat-alat
perekam data. Di samping menggunakan format yang sudah disediakan, guru
juga dapat melakukan pencatatan data secara langsung dengan menggunakan
catatan lapangan.

RANGKUMAN

Di dalam persiapan pelaksanaan PTK ada beberapa hal yang harus


dilakukan guru, yaitu; (1) membuat rencana pembelajaran beserta skenario
tindakan yang akan dilaksanakan, (2) Merumuskan kompetensi dasar dan
indikator pencapaiannya (3) merumuskan indikator keberhasilan, (4) memilih
Bahan Ajar, (5) memilih Metode, (6) memilih alat bantu, (6) mempersiapkan
alat ukur, (7) mengusai skenario pembelajaran.
Pada prinsipnya pelaksanaan PTK bukan kegiatan yang terpisah dari
pelaksanaan proses pembelajaran. Karena itu guru harus benar-benar dapat
mengatur waktu dengan sebaik-baiknya agar langkah-langkah PTK dapat
dilaksanakan, dan kegiatan pembelajaran tidak terganggu. Di dalam
pelaksanaan PTK ada beberapa kegiatan awal yang dilakukan guru, (a)
mempersiapkan kondisi kelas, (b) mempersiapkan siswa, (c) mempersiapkan
sarana/fasilitas, (d) menyiapkan alat-alat bantu pembelajaran termasuk
instrumen pengumpulan data yang diperlukan. Dalam Implementasi PTK
kegiatan pokok pembelajaran tidak boleh terganggu. Oleh sebab itu proses
dan cara pengumpulan atau perekaman data jangan sampai terlalu menyita
waktu guru sehingga guru kehilangan konsentrasi di dalam membahas materi
pelajaran. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan analalis dan
refleksi untuk penyempurnaan tindakan pada siklus berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2007). Pedoman Pengembangan Bahan Ajar Cetak. Jakarta:


Korsorsium Program PJJ S1 PGSD

Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah. (2004) Penelitian Tindakan (Suatu


pengantar). Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan
.
Editorial Buletin Peningkatan Mutu Pendidikan SLTP. (2001). Pedoman Teknis
Pelaksanaan Classroon Action Research (CAR). Pelangi Pendidikan, Vol 4
Nomor 2 tahun 2001.

Hopkins, D. (1993). A Teacher’s Guide to Classroom Research. Buckingham:


Open University Press.

McNiff, J. (1992) Action Research: Principles and Practice. London: Routledge


11 New Fetter Lane, London ECAP 4EE.

Moenhilabib. (1991). Penyusunan Usulan Penelitian. Makalah Lokakarya


Penelitian Tingkat Dasar Bagi Dosen Perguruan Tinggi dan Swasta di
Malang Angkatan XIII tahun 1990/1991.

Wiersma, W. (1980). Research Method in Education. Edisi ke-3 Itasca: Peacoc


Publisher.

Wihardit, K. (2003). Perencanaan Tindakan Kelas. Buku Materi Pokok Penelitian


Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
GLOSARIUM

Curricullum vitae adalah daftar yang dibuat seseorang yang di dalamnya


tercantum identitas diri, latar pendidikan, atau pengalaman-pengalaman
dalam berbagai kegiatan yang dianggap penting,

Iklim yang kondusif adalah keadaan atau situasi sekitar yang mendukung
kelancaran kegiatan yang dilaksanakan. Dalam proses pembelajaran iklim
yang kondusif ditandai dengan adanya keterbukaan, kebebasan
mengemukakan pendapat, lingkungan yang tidak gaduh dan seterusnya.

Kepala lembaga adalah pimpinan lembaga atau instansi yang memiliki wewenang
memberikan persetujuan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada lingkup
institusi tersebut. Di lingkungan sekolah, misalnya kepala sekolah, kepala
Dinas Pendidikan Kabupaten/kota dan sebagainya. Di lingkungan
Perguruan Tinggi biasanya Dekan atau Kepala Lembaga Penelitian

Masalah yang applicable adalah masalah-masalah nyata dalam pembelajaran yang


benar-benar dipahami guru dan dapat diteliti atau diperbaiki melalui PTK
serta bermanfaat bagi perbaikan pembelajaran.

Rambu-rambu penilaian adalah acuan penilaian yang memuat aspek-aspek


penting dari suatu proposal penelitian yang diberikan bobot nilai tertentu
guna menilai kelayakan proposal penelitian yang diajukan.

Anda mungkin juga menyukai