REPUBLIK INDONESIA
HANDBOOK
PANDUAN STANDAR KUALITAS &
TATA LAKSANA PELATIHAN
SKEMA NORMAL
Judul Handbook
Panduan Standar Kualitas &
Tata Laksana Pelatihan Skema Normal
Versi 1.0
Ditujukan kepada Mitra Platform Digital, Lembaga Pelatihan, dan Tim Asesor
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 2
KATA PENGANTAR 6
BAB 1
PENDAHULUAN 7
A. DASAR HUKUM 7
B. LATAR BELAKANG 7
C. TUJUAN 9
BAB 2
PANDUAN STANDAR KUALITAS PELATIHAN 10
A. PENGANTAR UMUM 10
1. Metode Interaktif 22
3. Sertifikat Pelatihan 23
2
E. ASPEK 3: KURIKULUM 25
3. Tujuan Pelatihan 28
5. Materi Pelatihan 36
8. Tenaga Pelatih 51
10. Fasilitator 55
F. ASPEK 4: ADMINISTRATIF 56
1. Umum 56
3
3.2. Durasi Pelatihan 59
BAB 3
PANDUAN TATA LAKSANA PELATIHAN 63
GLOSSARIUM 67
DAFTAR PUSTAKA 69
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang atas berkat dan rahmat-Nya,
Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja (MPPKP) dapat menyelesaikan Panduan Standar
Kualitas dan Tata Laksana Pelatihan Skema Normal 2023.
Panduan ini merupakan pedoman bagi para Lembaga Pelatihan, Mitra Platform Digital dan Tim
Ahli Independen dalam mempersiapkan ekosistem pelatihan pada Program Kartu Prakerja
Skema Normal.
Semoga Panduan Standar Kualitas dan Tata Laksana Pelatihan Skema Normal ini bisa
memberikan nafas baru bagi peningkatan kompetensi angkatan kerja di Indonesia. Untuk
Indonesia yang lebih mampu dan lebih maju.
Kurniasih Suditomo
Direktur Kemitraan, Komunikasi, dan Pengembangan Ekosistem
5
BAB 1
PENDAHULUAN
A. DASAR HUKUM
Dasar Hukum Program Kartu Prakerja adalah sebagai berikut:
1. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2020 tentang Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui
Program Kartu Prakerja sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 76
Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2020 tentang
Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu Prakerja dan Peraturan Presiden
Nomor 113 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun
2020 tentang Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu Prakerja (“Perpres
36/2020”);
B. LATAR BELAKANG
Dalam Buku II Nota Keuangan dan Rancangan APBN Tahun Anggaran 2020 dijelaskan bahwa
salah satu bentuk kegiatan dari Prioritas Program Pertama Pemerintahan Kabinet Indonesia
Maju adalah kualitas Sumber Daya Manusia yang kompatibel terhadap Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK). Untuk mencapai prioritas tersebut, Pemerintah berusaha untuk mendorong
peningkatan keterampilan dan daya saing angkatan kerja Indonesia, yang salah satunya melalui
Program Kartu Prakerja.
Program Kartu Prakerja (“Program”) dikembangkan dengan latar belakang adanya keluhan dari
para pencari kerja yang mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan dan, di sisi lain,
kompetensi yang didapat dari lembaga pendidikan seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan
dunia kerja. Program ini pada hakikatnya disiapkan untuk menghilangkan atau minimal
mempersempit gap tersebut. Selain itu, Program ini juga diarahkan untuk mendorong
6
peningkatan keterampilan yang dibutuhkan saat ini dan masa mendatang terutama dalam
menghadapi era revolusi industri 4.0 dan teknologi digital.
Masalah yang sering kali muncul dalam proses peningkatan kompetensi angkatan kerja melalui
pelatihan adalah ketidaksinkronan antara penyediaan pelatihan dengan kebutuhan pasar yang
dinamis. Selain itu, kualitas pelatihan yang ditunjukkan dengan, antara lain, silabus, tenaga
pengajar, materi, alat bantu ajar, juga berpengaruh pada pencapaian tujuan suatu program
pelatihan. Oleh karena itu, Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja (“MPPKP”) menjalin
kerjasama dengan beberapa lembaga independen yang terdiri dari berbagai ahli di bidang
pengembangan maupun pengelolaan pelatihan serta bidang terkait lainnya untuk melakukan
asesmen terhadap pelatihan yang diusulkan masuk ke dalam ekosistem Program. Hal ini sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 37 ayat (4) Pemenko Ekon 17/2022.
Berdasarkan Pasal 35 ayat (8) Permenko Ekon 17/2022, MPPKP memiliki tugas mengatur lebih
lanjut ketentuan teknis mengenai syarat, kriteria, dan mekanisme Pelatihan untuk melengkapi
seluruh ketentuan yang telah diatur dalam Permenko Ekon 17/2020. Sehubungan dengan itu,
MPPKP menyusun dokumen Standar Kualitas Pelatihan ini. Dokumen ini berisi seluruh kriteria
dan persyaratan sesuai ketentuan yang berlaku, standar pelatihan yang akan menjadi penilaian,
serta alat bantu untuk Platform Digital dalam memeriksa pelatihan yang diusulkan oleh Platform
Digital. Adapun standar pelatihan ini akan berlaku pada Skema Normal dimana bantuan
difokuskan lebih besar pada bantuan pelatihan yang dapat digunakan oleh Penerima Kartu
Prakerja (“Penerima”) untuk belanja pelatihan berdasarkan kebutuhan sesuai tujuan Program.
Panduan ini berfungsi sebagai pedoman bagi seluruh pihak yang terlibat dalam proses asesmen
agar tersedia standar penilaian yang adil, transparan, dan objektif. Panduan ini juga ditujukan
sebagai referensi bagi tim internal maupun tim independen yang ditunjuk oleh MPPKP dalam
melakukan pemantauan terhadap penyelenggaraan dan konten pelatihan sehingga terjaga
konsistensi kualitas pelatihan dalam Program ini.
Untuk menyederhanakan proses asesmen oleh tim ahli independen, MPPKP melakukan
penyempurnaan terhadap parameter dan indikator yang digunakan dalam proses asesmen oleh
tim ahli independen. Ketentuan dalam panduan ini berlaku sejak tanggal disahkan dan berfungsi
sebagai pedoman bagi Platform Digital dalam melakukan pemeriksaan usulan pelatihan dari
Lembaga Pelatihan secara adil, transparan, dan objektif. Untuk kelengkapan terkait mekanisme
7
pengajuan serta tugas dan kewajiban rinci Platform Digital terkait pelatihan akan dijelaskan
lebih lanjut melalui panduan terpisah.
C. TUJUAN
Secara umum, dokumen Panduan Standar Kualitas & Tata Laksana Pelatihan Skema Normal ini
disusun dengan tujuan:
Memastikan seluruh Pelatihan dalam ekosistem Program Kartu Prakerja memenuhi syarat
dan ketentuan sebagaimana diatur dalam Permenko Ekon 17/2022 serta standar kualitas
yang ditetapkan oleh Manajemen Pelaksana untuk pelaksanaan di dalam Skema Normal.
1) Sebagai pedoman bagi seluruh pihak yang terlibat dalam pengajuan pelatihan pada
Program Kartu Prakerja untuk Skema Normal; dan
2) Khusus bagi Platform Digital, sebagai acuan dalam memberikan informasi kepada
Lembaga Pelatihan dan menyelenggarakan fungsi dan tugasnya dalam memfasilitasi
pemilihan Pelatihan yang diselenggarakan Lembaga Pelatihan sebagaimana diatur pada
Pasal 45 butir (e) Permenko Ekon 17/2022.
8
BAB 2
PANDUAN STANDAR KUALITAS PELATIHAN
A. PENGANTAR UMUM
Standar Kualitas Pelatihan Skema Normal ini disusun dengan pemahaman bahwa pada
skema normal ini, para penerima manfaat Kartu Prakerja mendapatkan kesempatan untuk
belajar dengan dua kecenderungan basis Moda Pelatihan yaitu, Pelatihan Daring (Online) dan
Pelatihan Luring (Offline). Sedangkan, Moda Pelatihan Bauran dikategorikan secara spesifik ke
dalam kecenderungan Moda Pelatihan Daring atau Luring. Dengan demikian, Standar Kualitas
Pelatihan Skema Normal yang disampaikan di bawah sudah ditentukan untuk mampu
mengakomodir setiap keunggulan tanpa mengesampingkan perbedaan dari masing-masing
moda pelaksanaan pelatihan.
Standar Kualitas Pelatihan Skema Normal ini disusun dengan pemahaman bahwa seluruh
pelatihan yang masuk ke dalam ekosistem Program Kartu Prakerja merupakan pelatihan yang
bertujuan untuk meningkatkan kompetensi untuk okupasi tertentu. Dengan demikian, Standar
Kualitas Pelatihan Skema Normal yang disampaikan di bawah tidak bermaksud untuk
memangkas, melainkan untuk mewadahi keberagaman okupasi yang ada di industri.
Standar Kualitas Pelatihan Skema Normal ini disusun dengan pemahaman bahwa setiap
aspek ataupun butir-butir penilaian standar yang disampaikan di bawah ini bukan merupakan
titik akhir, melainkan sebagai titik mulai. Dengan demikian, setelah proses pengajuan Program
atau Modul Pelatihan diterima — yang berarti kualitas Program atau Modul Pelatihan tersebut
telah lolos kurasi dan memenuhi standar — pada praktiknya, masih terdapat keleluasaan bagi
para pihak yang mengajukan pelatihan untuk terus melakukan perbaikan sehingga terjadi
perbaikan terus-menerus ke arah yang lebih baik selama tidak menyimpang dari butir-butir
standar kualitas yang sudah ditentukan.
Standar Kualitas Pelatihan Skema Normal ini disusun dengan pemahaman bahwa seluruh
pengalaman belajar yang dirancang dalam Program Kartu Prakerja ini ditujukan untuk
pembelajar dewasa. Dengan demikian, seluruh proses perancangan standar kualitas, secara
umum, merujuk pada “Experiential Learning Theory” (Kolb, 1984), “Transformative Learning”
(Mezirow, 1995), “Project-Based Learning” (Dewey, 1897).
9
Standar Kualitas Pelatihan Skema Normal ini secara umum, terbagi menjadi 4 (empat)
aspek utama yaitu:
10
B. RAGAM PELAKSANAAN MODA PELATIHAN SKEMA NORMAL
Dalam pelaksanaan Pelatihan Skema Normal terdapat beberapa moda pelatihan dengan basis
kecenderungan ke arah Daring dan Luring. Pelatihan Bauran akan dikategorikan secara spesifik
di bawah kecenderungan pelaksanaan moda pelatihan. Perbedaan mendasar antara moda
pelatihan berbasis Daring dan Luring adalah keterlaksanaan kegiatan pelatihan secara tatap
muka di dalam ruang kelas.
Pada pelatihan berbasis Daring dengan ragam penggabungan format pelatihannya tidak ada
kegiatan pelatihan secara tatap muka di dalam ruang kelas. Untuk pelatihan berbasis Luring,
dengan ragam penggabungan format pelatihannya, selalu ada kegiatan pelatihan tatap muka di
dalam ruang kelas.
Pada pelaksanaan Skema Normal, pengaktivasian Moda Pelatihan ditentukan oleh MPPKP.
Adapun berikut adalah ragam pelaksanaan moda pelatihan Skema Normal.
11
2. Pelatihan Berbasis Luring
12
C. ASPEK 1: KESESUAIAN DENGAN KEBUTUHAN PASAR KERJA
Aspek ini melihat kesesuaian Pelatihan yang diajukan dengan kebutuhan pasar kerja. Pelatihan
yang ada di ekosistem Program Kartu Prakerja berbasis pada Kompetensi Kerja dan/atau
kewirausahaan dengan mempertimbangkan Standar Kompetensi Kerja Nasional, Internasional,
atau Khusus. Pada saat ini, pelatihan yang ada wajib berbasis kompetensi kerja. Kompetensi
yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja merupakan segala pengetahuan, sikap, dan
keterampilan untuk menghasilkan produk atau jasa yang keberadaannya dibutuhkan oleh pasar
kerja atau mendukung suatu okupasi.
Berdasarkan Pasal 36 ayat (2) huruf (c) Permenko Ekon 17/2022, Lembaga Pelatihan wajib
menyelenggarakan Pelatihan yang berbasis Kompetensi Kerja dan/atau kewirausahaan yang
sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dengan mempertimbangkan Standar Kompetensi
Kerja Nasional, Internasional, atau Khusus. Untuk kesesuaian dengan kebutuhan pasar kerja,
MPPKP memutuskan untuk menggunakan beberapa rujukan resmi terkait okupasi atau jenis
pekerjaan di Indonesia, yakni sebagai berikut:
1. Indonesia’s Occupational Tasks and Skills (IndoTaSK) 2020 World Bank dan
Bappenas. Terdapat 51 bidang pekerjaan kritis beserta dengan kompetensinya yang
dibutuhkan oleh pasar kerja. Adapun 51 okupasi tersebut antara lain:
NO OKUPASI NO OKUPASI
13
NO OKUPASI NO OKUPASI
26 Pembelian
14
strategis. COL 2018 dibuat berdasarkan praktik baik yang sudah diterapkan secara
internasional di Inggris, Malaysia dan Australia untuk menentukan daftar pekerjaan
yang mengalami kekurangan dalam pemenuhan pekerja dan nantinya bisa digunakan
sebagai informasi dalam pembuatan kebijakan dan program terkait pasar kerja.
Untuk bisa dimasukan ke dalam daftar ini, suatu pekerjaan harus memenuhi dua
kriteria: (1) mengalami kekurangan pekerja dan (2) harus bisa memenuhi kebutuhan
yang strategis bagi ekonomi Indonesia. Pekerjaan yang ada di dalam daftar COL ini
mewakili berbagai sektor seperti manufaktur, telekomunikasi dan IT, akomodasi dan
industri makanan, konstruksi, Informasi dan Teknologi Komunikasi, dan berbagai
industri pelayanan profesional lainnya. Ke-35 okupasi tersebut adalah:
Manajer Hubungan;
Manajer Hubungan; Manajer Brand; Manajer Hubungan
7 Manajer Brand; Manajer
Masyarakat
Hubungan Masyarakat
15
NO OKUPASI OKUPASI SPESIFIK YANG BERKAITAN
Manajer Perencanaan
Produksi dan Pengendalian Manajer Perencanaan Produksi dan Pengendalian
8
Persediaan; Manajer Persediaan ; Manajer Merchandising
Merchandising
Insinyur Lingkungan,
16 Insinyur Produksi dan Teknik Lingkungan; Insinyur Produksi; Process Engineer
Insinyur Proses
Spesialis Metode
19 Perencana Kurikulum
Pendidikan
16
NO OKUPASI OKUPASI SPESIFIK YANG BERKAITAN
22 Surveyor Surveyor
24 Drafter Drafter
Tukang Las (untuk Industri Tukang las (untuk tukang las bawah air, dan manufaktur
32
Bawah Air dan Makanan) makanan dan minuman)
Operator Pembangkit
34 Operator Pembangkit Listrik
Listrik
3. The Future of Jobs Report 2020 World Economic Forum. Terdapat 15 kompetensi
lunak (soft skills) yang dibutuhkan lintas pekerjaan hingga tahun 2025. Referensi detil
17
dapat dilihat di https://www.weforum.org/reports/the-future-of-jobs-report-2020. Ke-15
keterampilan lunak (soft skills) itu adalah:
1. Berfikir analisis dan inovasi
2. Belajar aktif dan belajar strategi
3. Penyelesaian masalah kompleks
4. Berpikir kritis dan analisa
5. Kreativitas, originalitas dan inovasi
6. Kepemimpinan dan pengaruh sosial
7. Penggunaan teknologi, monitoring dan kontrol
8. Desain teknologi dan programming
9. Resiliensi, toleransi terhadap stress dan fleksibilitas
10. Penalaran, penyelesaian masalah dan pengembangan ide
11. Intelegensi emosional
12. Penyelesaian masalah/Pengalaman Pengguna (Troubleshooting/User Experience)
13. Orientasi terhadap pelayanan
14. Analisa sistem dan evaluasi
15. Persuasi dan negosiasi
Disamping itu, 20 daftar pekerjaan yang diprediksi meningkat (increasing demand) di
masa depan yang dapat menjadi referensi pelatihan adalah sebagai berikut:
1. Data Analysts and Scientists
2. AI and Machine Learning Specialists
3. Big Data Specialists
4. Digital Marketing and Strategy Specialists
5. Process Automation Specialists
6. Business Development Professionals
7. Digital Transformation Specialists
8. Information Security Analysts
9. Software and Applications Developers
10. Internet of Things Specialists
11. Project Managers
12. Business Services and Administration Managers
13. Database and Network Professionals
14. Robotics Engineers
15. Strategic Advisors
16. Management and Organization Analysts
17. FinTech Engineers
18. Mechanics and Machinery Repairs
19. Organizational Development Specialists
18
20. Risk Management Specialists
4. Indonesia’s Online Vacancy Outlook 2020 dari World Bank. Terdapat 30 okupasi
yang memiliki tingkat pembukaan lowongan pekerjaan tinggi atau aktif dicari di pasar
kerja pada platform-platform online.
Referensi detil dapat dibaca pada:
https://openknowledge.worldbank.org/handle/10986/36947?locale-attribute=en
NO KBJI OKUPASI
11 2411 Accountants
19
NO KBJI OKUPASI
20 2519 Software and applications developers and analysts not elsewhere classified
20
D. ASPEK 2: PERSYARATAN UTAMA
Aspek ini membahas hal-hal yang dilihat secara eksplisit diatur oleh Permenko Ekon 17/2022:
1. Metode Interaktif
Sub aspek ini merupakan penilaian terkait pemenuhan syarat serta ketepatan dalam memilih
metode interaktif dan kesesuaian dengan prinsip pembelajaran daring dan luring. Setiap
pelatihan tentu memiliki desain pembelajaran yang telah ditetapkan, oleh karena itu setiap
penyelenggara pelatihan dapat memilih metode interaktif yang sesuai dan/atau mendukung
desain pembelajaran peserta.
Pasal 35 ayat (3) Permenko Ekon 17/2022 mengatur bahwa pelatihan yang dilakukan secara
daring (dalam jaringan/online) dan/atau luring (luar jaringan/offline) wajib bersifat interaktif.
Tujuan utama dari ketentuan tersebut adalah agar seluruh peserta penerima Program Kartu
Prakerja dipastikan benar-benar mengikuti pelatihan sebelum mendapatkan sertifikat sebagai
tanda penyelesaian pelatihan dan bukti memperoleh keterampilan dari pelatihan yang dipilih
dan diikutinya dengan menggunakan fasilitas yang disediakan Program Kartu Pekerja.
Pada pelaksanaannya, metode interaktif ini disesuaikan dengan moda pelaksanaan pelatihan.
Untuk pelatihan berbasis daring, sesuai yang dijabarkan pada sub-bab di atas, MPPKP
menggunakan pendekatan pembelajaran melalui dua format yaitu; Pelatihan Webinar dan
Pelatihan Bauran Daring (Webinar dengan adanya materi tambahan melalui LMS).
Format-format tersebut dipilih dengan menitikberatkan pada pelaksanaan format Webinar untuk
membuka ruang interaksi langsung antara peserta dengan tenaga pelatih dalam satuan waktu
yang sama walaupun terpisah jarak dan ruang.
Untuk pelatihan berbasis Luring, sesuai yang dijabarkan pada sub-bab di atas, MPPKP
menggunakan pendekatan pembelajaran melalui tiga format yaitu; Pelatihan Luring, Video
Conference, dan Pelatihan Bauran Luring. Format-format tersebut dipilih untuk menitikberatkan
interaksi secara langsung pada ruang dan waktu yang sama antara peserta dan tenaga pelatih.
Adapun secara umum, Metode Interaktif ini kemudian disesuaikan pada seluruh moda pelatihan
dengan menitikberatkan pada rasio pembelajaran bersifat praktik 70% dan teori 30%.
Komposisi rasio pembelajaran tersebut tercermin pada pelaksanaan aktivitas Practice (dimana
peserta mendapatkan kesempatan pembelajaran untuk mencoba berlatih keterampilan secara
praktik langsung) pada setiap sesi pelatihan dan sesi Evaluasi Akhir Pelatihan yang tidak hanya
menitikberatkan pada Post-Test tetapi juga pelaksanaan Unjuk Keterampilan.
21
2. Standar Harga Pelatihan
Sub aspek ini merupakan penjelasan bahwa dalam menentukan standar harga pelatihan, MPPKP
mengacu pada ketentuan yang diatur dalam Permenko Ekon 17/2022, yaitu sebagai berikut:
1. Tidak boleh melebihi harga pelatihan yang identik di luar Program Kartu Prakerja
[Pasal 35 ayat (6)]; dan
2. Tidak melebihi besaran bantuan Pelatihan [Pasal 35 ayat (4)].
Selain berdasarkan ketentuan tersebut, standar harga untuk pelatihan yang ditawarkan bagi
penerima Program Kartu Prakerja harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a) Maksimal sama dengan harga pelatihan identik yang ditawarkan kepada peserta
umum (bukan Penerima Kartu Prakerja), yang dilihat berdasarkan informasi pada
URL di tempat penjualan umum, yang harus disampaikan pada saat pengajuan
usulan pelatihan melalui formulir elektronik;
d) Harga yang ditawarkan sesuai dengan perhitungan dasar harga pelatihan dan
sudah dibandingkan dengan harga pelatihan sejenis yang ada di pasaran.
3. Sertifikat Pelatihan
Sub aspek ini merupakan penjelasan bahwa berdasarkan Pasal 23 ayat (1) Permenko Ekon
17/2022, Sertifikat pelatihan adalah penanda bahwa Penerima Kartu Prakerja telah
menyelesaikan proses Pelatihan. Pasal 23 ayat (3) Permenko Ekon 17/2022 mengatur bahwa
Penerima Kartu Prakerja yang telah mengikuti dan menyelesaikan Pelatihan sesuai dengan
syarat dan ketentuan masing-masing Lembaga Pelatihan berhak mendapatkan Sertifikat
Pelatihan, dengan ketentuan sebagai berikut:
22
MPPKP akan melakukan pemeriksaan pada sertifikat dummy untuk memastikan seluruh
informasi yang tercantum sudah sesuai dengan Panduan Tata Laksana.
Pertimbangan yang dimaksud berupa rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan, dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan
pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan bidang pekerjaannya,
atau minimal menyebutkan 1 Unit Kompetensi (satuan terkecil pada pengelompokan
kompetensi suatu Standar Kompetensi Kerja) untuk dijadikan acuan dan
diterjemahkan menjadi salah satu dari Tujuan Khusus pada Rancangan Program
Pelatihan.
Jika menggunakan rujukan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, maka seluruh Elemen
Kompetensi yang termasuk dalam 1 Unit Kompetensi yang dijadikan acuan wajib diterjemahkan
menjadi bagian dari rangkaian aktivitas atau materi dalam sesi pelatihan.
23
E. ASPEK 3: KURIKULUM
Aspek Kurikulum ini meninjau koherensi struktur berpikir pada proses perancangan sebuah
Program Pelatihan untuk mendorong kompetensi okupasi tertentu. Berikut adalah diagram yang
menggambarkan koherensi struktur perancangan pada Program Pelatihan atau Modul Pelatihan;
Secara praktis, terdapat 7 (tujuh) dimensi penilaian yang menjadi standar kualitas kurikulum
pelatihan pada Skema Normal dan 3 (tiga) dimensi yang menjadi standar kualitas terkait Tenaga
Pelatih (termasuk Asisten Tenaga Pelatih dan Fasilitator). Setiap dimensi penilaian memiliki
tujuan dan kekuatan masing-masing dalam memberikan gambaran utuh pada suatu Program
Pelatihan. Ketidaktepatan proses pengisian atau penulisan pada suatu dimensi penilaian
berpotensi menyebabkan ketidaktepatan pada dimensi penilaian lainnya. Dengan demikian,
diperlukan pemahaman, penyikapan, dan keterampilan menulis tertentu untuk dapat
menyampaikan Rancangan Program Pelatihan & Profil Tenaga Pelatih (termasuk Asisten Tenaga
Pelatih & Fasilitator) secara tepat. Di bawah ini adalah penjelasan lanjutan dari setiap dimensi
penilaian pada Aspek Kurikulum.
24
1. Alasan Penyusunan Modul
Sub aspek ini merupakan penjelasan dimensi penilaian yang memuat bahwa suatu Program
atau Modul Pelatihan disusun karena terdapat kesenjangan (gap) antara temuan di lapangan
secara faktual dengan gambaran ideal dalam perspektif produktivitas, kompetisi, konteks
terkini, dan standar kerja di industri untuk okupasi tertentu.
Secara operasionalisasi penulisan pada form, Alasan Penyusunan Modul ini disampaikan
dalam 2 (dua) kolom isian yaitu Kondisi Ideal dan Kondisi Faktual, berikut penjelasan
lengkapnya:
● Kondisi Ideal
Kondisi Ideal adalah penggambaran terkait kompetensi yang seharusnya dikuasai oleh
seseorang yang ingin berhasil dalam okupasi tertentu. Secara operasional dapat
dituliskan dalam bentuk kalimat yang mendeskripsikan situasi ideal dengan pengayaan
perspektif, baik itu memuat perhitungan produktivitas, kompetisi, konteks terkini,
maupun standar kerja di industri untuk okupasi tertentu.
● Kondisi Faktual
Kondisi Faktual adalah penggambaran terkait terkait penguasaan kompetensi yang saat
ini umumnya dimiliki oleh seseorang dalam okupasi tertentu. Secara operasional dapat
dituliskan dalam bentuk kalimat untuk mendeskripsikan situasi faktual yang memuat
perbandingan atau kesenjangan (gap) terhadap situasi ideal.
Contoh:
Pada pelatihan “Menggunakan Bahasa Inggris untuk Korespondensi Ekspor
bagi Pemilik UMKM”, maka dapat dituliskan,
Kondisi Ideal
Pengusaha UMKM bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris sehingga mampu
membuat penawaran ataupun merespon kesempatan pengembangan bisnis berbasis
ekspor.
Kondisi Faktual
Ketidakmampuan berkorespondensi dalam Bahasa Inggris dengan baik dapat
menghambat pengusaha UMKM untuk mengoptimalisasi peluang bisnis ekspor.
25
2. Penjabaran Aspek Kompetensi
Sub aspek ini merupakan penjelasan aspek-aspek kompetensi yang perlu dipelajari oleh peserta
pelatihan dalam Program atau Modul Pelatihan bagi okupasi tertentu. Berikut ini merupakan
aspek-aspek kompetensi yang perlu dicantumkan;
Contoh:
Pada pelatihan, “Strategi Pemasaran Digital”, maka dapat ditulis butir-butir ranah
Pengetahuan (Kognitif) seperti;
○ Strategi Pemasaran
○ Informasi Ragam Platform Pemasaran Digital & Media Sosial
○ Fitur-Fitur pada Platform Pemasaran Digital
Contoh:
Pada pelatihan, “Komunikasi Efektif pada Dunia Kerja”, maka dapat ditulis
butir-butir ranah Sikap Kerja (Afektif) seperti:
26
● Aspek Kompetensi di ranah Keterampilan (Psikomotor)
Aspek-aspek kompetensi di ranah Keterampilan menekankan perubahan pada perubahan
tingkah laku yang bisa diamati dan diukur. Aspek kompetensi di ranah Keterampilan
(Psikomotor) merupakan aspek pembentuk kompetensi gabungan dari aspek di ranah
Pengetahuan (Kognitif) dan Sikap Kerja (Afektif). Umumnya, aspek kompetensi di ranah
Keterampilan berupa tindakan nyata yang bisa dilihat dan dievaluasi.
Contoh:
Pada pelatihan, “Teknik Presentasi”, maka dapat ditulis butir-butir ranah Keterampilan
(Psikomotor) seperti:
3. Tujuan Pelatihan
Sub Aspek ini merupakan penjabaran lengkap terkait capaian Program yang berupa perubahan
pengetahuan, sikap, keterampilan dari peserta pelatihan setelah menyelesaikan Program.
Program Pelatihan pada ekosistem Kartu Prakerja Skema Normal ini ditujukan untuk mencapai
pencapaian pembelajaran di Tingkatan — 3 pada aspek Keterampilan (Psikomotor), sehingga
secara langsung perlu didukung juga dengan pencapaian pembelajaran di Tingkatan — 3 juga
pada aspek Pengetahuan (Kognitif), dan Sikap Kerja (Afektif). Berikut adalah penjelasan
standarisasi tingkatan kategorisasi pencapaian pembelajaran secara lengkapnya merujuk pada
Taksonomi Bloom;
27
ASPEK KETERAMPILAN KERJA (PSIKOMOTOR)
BUKAN STANDAR
STANDAR MINIMAL
3 Berespon sesuai Melakukan proses imitasi meniru, mengikuti, bereaksi, membuat ulang,
Arahan terhadap suatu keterampilan merespon, menjiplak
melalui proses trial-error
STANDAR OPTIMAL
5 Memberikan Respon Menunjukkan penguasaan sama dengan dengan level 4 - mekanistik, namun
Kompleks yang Nyata kemampuan akan pola secara kualitas lebih baik. misal : lebih cepat,
keterampilan yang rumit lebih akurat, dsb
28
ASPEK PENGETAHUAN (KOGNITIF)
BUKAN STANDAR
STANDAR MINIMAL
STANDAR OPTIMAL
BUKAN STANDAR
1 Menerima Konsep Memperhatikan situasi yang ada bertanya, memilih, menjelaskan, mengikuti,
dan memiliki keinginan untuk mengidentifikasi, mengenali
mendengarkan
STANDAR MINIMAL
29
TINGKATAN DEFINISI KATA KERJA AKTIF (TUJUAN)
STANDAR OPTIMAL
30
dilanjutkan dengan deskripsi lengkap dari prasyarat situasi atau kondisi tersebut,
seperti; “pada saat presentasi singkat,” “pada pengisian formulir evaluasi reaksi,” dan
lainnya.
Untuk mempertajam kerangka perancangan Program atau Modul Pelatihan, Tujuan Pelatihan
terbagi menjadi 2 (dua) tingkatan, yaitu Tujuan Umum Pelatihan dan Tujuan Khusus
Pelatihan.
Tujuan Umum Pelatihan adalah capaian umum bagi para peserta pelatihan setelah
menyelesaikan Program atau Modul Pelatihan.
Tujuan Khusus Pelatihan adalah capaian khusus bagi para peserta pelatihan untuk
menunjang pencapaian Tujuan Utama Pelatihan selama mengikuti Program atau Modul
Pelatihan ini.
Contoh (1):
Untuk pelatihan “Belajar Mengembangkan Model Database dengan Bahasa
Pemrograman untuk Menjadi Analis Database” maka tujuan umum dan tujuan khusus
pelatihan dapat dituliskan sebagai berikut;
Tujuan Umum
Peserta pelatihan (A) mampu membuat modelling menggunakan Python (B) dengan
menunjukkan minimal 60 persen penguasaan materi (D) pada saat praktik mandiri (C).
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu:
● Menggunakan fungsionalitas serta fitur dari Python yang digunakan untuk data
science untuk mengidentifikasi dan menganalisis dataset;
● Memahami Practical Statistics yang digunakan untuk data science untuk menguji
dataset;
31
● Membuat Query struktur Data Frame untuk cleaning and processing dataset;
● Membuat visualisasi dasar hingga lanjutan untuk representasi data;
● Membuat fitur Machine Learning untuk analisa dan pengujian data;
● Menggunakan alat/teknik scikit-learn untuk membuat dan mengevaluasi Machine
Learning Model;
● Mengimplementasikan Supervised dan Unsupervised Learning untuk
memecahkan kasus nyata dari dataset yang diberikan;
● Berpikir kritis dan analitis, mampu menginterpretasikan informasi yang didapat
dari pengolahan data, serta memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif.
Contoh (2):
Untuk pelatihan “Belajar Budidaya Ikan Air Tawar Bagi Pembudidaya Pemula”
maka tujuan umum dan tujuan khusus pelatihan dapat dituliskan sebagai berikut;
Tujuan Umum
Peserta pelatihan (A) mampu menunjukkan minimal 60 persen penguasaan (D)
langkah-langkah pemijahan alami ikan lele (B) pada saat praktik mandiri (C).
Tujuan Khusus
Di akhir pelatihan, peserta mampu:
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan pada penulisan operasionalisasi Tujuan Khusus;
● Jumlah butir Tujuan Khusus paling tidak sama dengan jumlah sesi yang akan dibawakan
pada dalam rangkaian pelatihan.
● Tujuan Khusus secara spesifik merupakan muatan langsung dari Unit Kompetensi yang
dijadikan rujukan perancangan pelatihan.
32
● Minimal wajib terdapat 1 (satu) Tujuan Khusus yang memuat secara spesifik 1 (satu)
Unit Kompetensi yang dijadikan rujukan perancangan program pelatihan.
Sub aspek ini merupakan penjabaran dimensi penilaian yang memuat perencanaan evaluasi
efektivitas pelatihan sebagai bentuk ukuran keberhasilan dari suatu Program atau Modul
Pelatihan. Dengan demikian, setiap Tujuan Pelatihan perlu ada perencanaan dan perangkat
evaluasi untuk mengukurnya tingkat keberhasilan perubahan perilaku sesuai dengan tingkatan
dan ranah pemahamannya.
Proses penyusunan perencanaan evaluasi efektivitas merujuk pada “4 Levels Training Evaluation
Model” (Kirkpatrick, 1959). Mengingat tujuan dan keterbatasan teknis pelaksanaan dari Program
Kartu Prakerja, maka tingkat evaluasi yang diwajibkan adalah Level 1 — Reaksi, Level 2 —
Pengetahuan, dan Level 2 — Keterampilan.
Secara operasionalisasi penulisan pada form, perencanaan evaluasi untuk setiap level bisa
dituangkan dalam penjabaran dari butir-butir dari mulai Waktu Pelaksanaan Evaluasi, Perangkat
Evaluasi, Aspek Evaluasi, dan Ukuran Keberhasilan Evaluasi. Adapun berikut pemaparan
lengkapnya mengenai Perencanaan Evaluasi Efektivitas Pelatihan termasuk contoh-contohnya;
33
Contoh (1);
Perangkat Evaluasi
Lembar Pre-Test dan Post-Test dengan soal Pilihan Berganda, berisi:
● Pengetahuan umum dari topik (Kognitif)
● Contoh situasi sederhana untuk direspon (Afektif, Psikomotor)
Contoh (2):
Perangkat Evaluasi
Lembar Kuis dengan Soal Pilihan Berganda, berisi:
● Pengetahuan umum dari topik (Kognitif)
● Contoh situasi sederhana untuk direspon (Afektif, Psikomotor)
Level 2 — Keterampilan
Perencanaan Evaluasi Efektivitas Pelatihan pada level ini mengukur perubahan kebiasaan
atau keterampilan pada peserta setelah pelatihan berlangsung. Proses evaluasi pada
level ini setidak-tidaknya mendorong peserta untuk unjuk kompetensi melalui adanya
Unjuk Keterampilan, baik secara perorangan maupun kelompok dengan adanya alokasi
waktu/durasi untuk proses pengerjaan tugas terlebih dulu.
34
Contoh:
Perangkat Evaluasi
Memberikan Unjuk Keterampilan untuk presentasi ide penjualan sederhana secara
tertulis setelah pelatihan selesai untuk menguji proficiency/keahlian dari peserta
pelatihan dalam menggunakan Bahasa Inggris secara tertulis.
5. Materi Pelatihan
Sub Aspek ini merupakan penjelasan dimensi penilaian yang memuat penjabaran lengkap
terkait materi dan topik pelatihan per sesinya untuk mencapai Tujuan Umum Pelatihan ataupun
Tujuan Khusus Pelatihan. Secara operasional penulisan pada formulir, setiap Tujuan Khusus
Pelatihan terwakilkan setidaknya oleh 1 (satu) materi pelatihan.
35
Contoh;
Pada pelatihan “Menyusun Strategi Negosiasi untuk Manajer Pemasaran”, materi-materi
pelatihan nya adalah:
Sub aspek ini merupakan penjelasan dimensi penilaian yang memuat runutan kegiatan
termasuk estimasi durasi pelaksanaan dari setiap kegiatan sebagai bentuk panduan
pelaksanaan pelatihan bagi Tenaga Pelatih dan/atau Peserta Pelatihan. Rangkaian Kegiatan
Pelatihan dibagi menjadi 2 (dua) komponen utama; Alur Besar dan Kelengkapan Komponen
Aktivitas pada Rangkaian Sesi Pelatihan & Sesi Presentasi/Unjuk Kompetensi.
36
Tenaga Pelatih. Dengan terbangunnya kredibilitas dan rasa percaya kepada
Tenaga Pelatih maka akan lebih mudah pada sesi-sesi pelaksanaan pelatihan
selanjutnya bagi Tenaga Pelatih memberikan instruksi. Secara teknis, proses
perkenalan Lembaga Pelatihan & Tenaga Pelatih bisa disampaikan dengan
beberapa pilihan di bawah yang bisa dikembangkan secara lebih spesifik.
○ Pemaparan Slide Presentasi berisi Profil, Portfolio, CV sebanyak 1 - 3 slide
● Penjelasan Urgensi Pelatihan & Komitmen bagi Peserta (What’s In It for Me)
Penjelasan Urgensi Pelatihan bagi Peserta ini bertujuan untuk mendorong
peserta untuk berkomitmen dalam proses pembelajaran yang akan dilalui selama
program berlangsung, sekaligus juga membagi tanggung jawab keberhasilan
pembelajaran kepada peserta pelatihan. Secara teknis, proses penjelasan Urgensi
Pelatihan bagi Peserta bisa disampaikan dengan beberapa pilihan di bawah yang
bisa dikembangkan secara lebih spesifik:
○ Refleksi Pribadi terhadap Pengalaman dengan Topik Pelatihan berkaitan
○ Menonton Video terkait manfaat dari Topik Pelatihan berkaitan
37
tentang Tujuan, Materi, dan Durasi Pelatihan ini bisa disampaikan dengan pilihan
di bawah yang bisa dikembangkan secara lebih spesifik:
○ Pemaparan Tabel Tujuan/Rangkaian Acara dalam 1 slide presentasi
● Pelaksanaan Pre-Test
Pelaksanaan Pre-Test ini bertujuan untuk mengukur tingkat pengetahuan
terhadap program pelatihan yang dipilih oleh peserta pelatihan sebelum Sesi
Pelatihan dimulai. Secara teknis, proses pelaksanaan Pre-Test bisa disampaikan
dengan pilihan di bawah yang bisa dikembangkan secara lebih spesifik:
○ Penggunaan aplikasi form/soal di aplikasi internet ataupun LMS untuk
bank soal dan juga tampilan antarmuka peserta untuk melakukan tes
○ Tidak diperkenankan untuk menggunakan kertas soal cetak dan alat tulis
pensil/pulpen
38
moda pelatihan. Dengan demikian, berikut adalah alur Pelaksanaan Evaluasi Akhir
Pelatihan;
39
○ Penggunaan aplikasi form/soal di internet untuk bank soal dan juga
tampilan antarmuka peserta untuk melakukan tes
● Aktivitas Commit
Aktivitas dimana peserta disadarkan mengenai pentingnya materi yang akan diajarkan
pada sesi ini, sehingga mereka akan termotivasi dan berkomitmen untuk mengikuti sesi.
Pada pelaksanaannya, aktivitas Commit ini mirip dengan Penjelasan Urgensi Pelatihan &
Komitmen bagi Peserta (What’s In It for Me) di Sesi Pembuka pada Alur Besar Rangkaian
Kegiatan Pelatihan, namun dengan penekanan lebih spesifik pada setiap Sesi Pelatihan
sesuai dari tujuan per sesinya. Tahap ini bisa dilakukan dengan cara, misalnya:
○ Membaca artikel dari koran atau majalah mengenai topik pembahasan terkait
dan melakukan diskusi singkat setelahnya.
40
○ Melakukan kegiatan “small-talk” membahas topik sederhana
● Aktivitas Process
Aktivitas dimana peserta memperoleh dan mengolah berbagai informasi yang relevan
dengan materi pembelajaran yang akan diberikan. Sasaran dari aktivitas ini adalah
pemaparan pada aspek kompetensi ranah kognitif. Tahap ini bisa dilakukan dengan cara,
misalnya:
● Aktivitas Practice
Aktivitas dimana peserta memperoleh kesempatan untuk menguji apakah pemahaman
yang didapatnya di tahap process sudah benar. Pada tahap ini pengajar perlu
menunjukkan yang benar dan yang salah atau memberi umpan balik. Sasaran dari
aktivitas ini bisa mencakup aspek kompetensi di ranah kognitif, afektif, atau psikomotor.
Tahap ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti meminta peserta untuk,
misalnya:
○ Mengerjakan soal kuis
○ Membuat soal untuk grup lain
○ Melakukan debat pro - kontra
○ Mengikuti permainan pengujian
○ Membuat skema atau mind map
41
Rangkaian sesi pelatihan tentunya dapat menggunakan berbagai metode pembelajaran untuk
membantu peserta untuk mencapai tujuan pelatihan yang ingin dicapai. Variasi metode
pembelajaran yang dapat digunakan oleh Lembaga Pelatihan, diantaranya, namun tidak
terbatas pada sebagai berikut:
10 Simulasi 20 Polling/Kuis
Untuk Program Pelatihan yang dirancang dengan merujuk pada Unit Kompetensi di Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, maka pada perancangan aktivitas di dalam sesi pelatihan
wajib mempertimbangkan Elemen Kompetensi sebagai bagian dari aktivitas Process ataupun
aktivitas Practice.
● Pemberian Instruksi
Pemberian Instruksi adalah tahapan belajar dimana peserta pelatihan diberikan instruksi
oleh Tenaga Pelatih terkait lingkup Unjuk Keterampilan yang menjadi aktivitas Evaluasi
Akhir Pelatihan. Pemberian Instruksi ini bertujuan memberikan kejelasan bagi peserta
42
pelatihan untuk bereksplorasi memenuhi tantangan instruksi dari sesi unjuk
keterampilan dalam batasan yang ditentukan pada instruksinya. Instruksi ini harus
relevan dengan Tujuan Pelatihan yang dirancang.
Secara teknis, Pemberian Instruksi disampaikan dengan beberapa pilihan di bawah ini
yang bisa dikembangkan secara lebih spesifik (Contoh, tetapi tidak hanya terbatas
pada):
○ Pemaparan Instruksi melalui Presentation Slides
○ Pemaparan Contoh/Referensi Hasil lewat video berdurasi < 1 menit
○ Pemaparan Contoh/Referensi Hasil lewat koleksi foto
Adapun berikut penjelasan lebih lanjut mengenai ketentuan Unjuk Keterampilan sesuai dengan
kecenderungan Moda Pelatihan, yaitu berbasis Daring atau Luring.
43
● Seluruh aktivitas dalam Waktu Pengerjaan Tugas bagi peserta dilakukan mandiri,
kecuali diatur di dalam Instruksi Unjuk Keterampilan.
● Penyertaan Hasil Unjuk Keterampilan dilakukan oleh Peserta maksimal 3 x 24
jam setelah Instruksi Unjuk Keterampilan diberikan, dengan tata cara
penyertaan hasil yang diatur sesuai pada Instruksi Unjuk Keterampilan.
● Pemeriksaan Hasil Unjuk Keterampilan dilakukan untuk setiap peserta pelatihan
dinilai dengan menggunakan Rubrik Penilaian yang disusun sesuai dengan
Instruksi Unjuk Keterampilan & Tujuan Pelatihan.
● Pemeriksaan Hasil dan Pemberian Nilai Unjuk Keterampilan dilakukan dari
Lembaga Pelatihan maksimal 2 x 24 jam setelah tenggat maksimal dari
Penyertaan Hasil Unjuk Keterampilan oleh Peserta.
Adapun berikut beberapa format untuk Unjuk Keterampilan, namun tidak terbatas, dan
dapat disesuaikan dengan keterampilan ataupun Tujuan Pelatihan yang hendak dicapai
pada Program Pelatihan:
1. Presentasi
dalam bentuk dokumen yang diunduh di media penyimpanan data Online
berbasis Cloud: Github, OneDrive, Dropbox, Google Drive dengan format
a. Presentasi menggunakan Power Point
b. Infografis
c. Postingan yang bersifat kompleks dan dapat dibagikan di sosial media
peserta pelatihan
d. Film pendek berdurasi kurang dari 5 menit
e. Contoh Coding
f. File dengan format khusus, contoh: psd, ai, pdf, jpeg
g. Video dengan format dan kompresi yang memadai untuk upload dan
penilaian
2. Karya Tulis
dapat berbentuk:
a. Tulisan akademik atau non-akademik dan dibagi ke dalam 3 paragraf:
i. Paragraf pembuka
ii. Paragraf isi
iii. Paragraf penutup
b. Tulisan contoh surat tanpa ketentuan paragraf
44
3. Demonstrasi
Mendemonstrasikan keterampilan yang dicapai dalam pelatihan yang sudah
diselesaikan dalam bentuk pertemuan online seperti Zoom Meeting, Google Meet,
atau Microsoft Teams. Demonstrasi yang tidak dapat dilakukan secara langsung
dapat didokumentasikan berupa video.
45
Keterampilan dan menceritakan terkait hasil dan proses selama pelaksanaan
Unjuk Keterampilan di hadapan para peserta pelatihan lainnya.
Pada tahapan ini, Tenaga Pelatih menjadi moderator sekaligus pembawa acara
yang akan menentukan urutan presentasi dan menentukan sekaligus membatasi
durasi presentasi sesuai dengan instruksi yang sudah disampaikan.
2. Peer Review
Peer Review adalah aktivitas pelatihan dimana setiap peserta diperkenankan
untuk melihat hasil Unjuk Keterampilan dari seluruh peserta pelatihan. Melalui
peer review ini setiap peserta mendapatkan kesempatan untuk melakukan
self-reflection dan membandingkan hasil Unjuk Keterampilan yang dikerjakan
oleh diri sendiri/kelompok sendiri dengan keterampilan peserta lain/kelompok
lain yang mengikuti pelatihan.
46
○ Meminta para peserta lain yang tidak presentasi untuk menuliskan
jawaban-jawaban dari pertanyaan pemantik tersebut pada catatan pribadi.
○ Meminta para peserta yang memiliki komentar untuk menyampaikan
jawaban ataupun komentar ke tengah ruang kelas.
○ Membuka diskusi dengan peserta pelatihan terkait komentar yang sudah
disampaikan ataupun menyimpulkan komentar yang masuk ke dalam
tengah diskusi.
Sub aspek ini merupakan penjelasan dimensi penilaian yang memuat perangkat/alat uji/alat
ukur dalam bentuk kumpulan soal/pertanyaan untuk mengukur efektivitas pelatihan sesuai
dengan Perencanaan Evaluasi Efektivitas Pelatihan.
Adapun berikut muatan Perangkat Evaluasi Efektivitas Pelatihan yang ditentukan sebagai
standar kualitas pelatihan:
47
2. Evaluasi Akhir Pelatihan Level 2 — Pemahaman dalam bentuk Post-Test dengan
ketentuan:
● Minimal 20 pertanyaan yang sama dengan Pre-Test; Namun hasil dari
Post-Test dapat menjadi acuan seberapa besar peningkatan pengetahuan peserta
pelatihan sebelum dan setelah mengikuti program pelatihan;
● Soal Post-Test tidak boleh menggunakan soal yang sama dengan kuis;
● Mencakup pertanyaan yang mewakili ukuran peningkatan Pengetahuan
(Kognitif), peningkatan Sikap Kerja (Afektif) termasuk juga semua tujuan
khusus pelatihan dan aktivitas pelatihan yang disampaikan selama pelatihan
● Peserta yang berhak untuk mengikuti Unjuk Keterampilan, adalah peserta yang
mendapatkan nilai Post-Test minimal 60;
● Pilihan soal dipilih dengan mekanisme yang memudahkan dalam
mengkuantifikasi jawaban dengan cepat dan terukur yaitu jawaban berupa
pilihan berganda, benar/salah, mencocokkan pilihan, dan/atau
kombinasi ketiganya;
● Urutan soal harus berbeda dengan urutan pada Pre-Test dan selanjutnya
urutan pertanyaan teracak setiap percobaan oleh peserta (user);
● Pelaksanaan Post-Test menggunakan LMS atau aplikasi digital;
● Tidak ada umpan balik perihal jawaban yang benar atau salah; dan
● Tidak ada informasi perihal kunci jawaban dalam lembar Post-Test maupun
modul pelatihan.
3. Kuis pada setiap penutupan Sesi Pelatihan dengan ketentuan dan teknis pelaksanaan
masing-masing sesuai dengan moda pelatihannya;
48
Moda Pelatihan berbasis Luring
4. Evaluasi Akhir Pelatihan Level 2 — Keterampilan dalam bentuk Unjuk Keterampilan wajib
memiliki Rubrik Penilaian.
Rubrik Penilaian adalah panduan penilaian yang berisikan sekumpulan kriteria yang
harus dipenuhi oleh peserta dan digunakan untuk mendapatkan gambaran secara
komprehensif & objektif terkait pencapaian kinerja peserta dengan tujuan pelatihan
yang ingin dicapai.
Rubrik Penilaian yang disusun oleh Lembaga Pelatihan perlu mencakup identitas rubrik
(nama pelatihan, kompetensi, indikator/tujuan pembelajaran), aktivitas, aspek penilaian,
skala penilaian, kriteria penilaian, dan penjelasan setiap kriteria. Lembaga Pelatihan
wajib memiliki rubrik penilaian dengan ketentuan sebagai berikut:
49
Tugas : Memasukan entri 2 (dua) set data ke Microsoft Excel
ASPEK 1 2 3 4
8. Tenaga Pelatih
Sub Aspek ini menyatakan Pasal 36 ayat (2) huruf (f) Permenko Ekon 17/2022 yang mengatur
bahwa Lembaga Pelatihan wajib menyediakan tenaga pelatih yang memiliki kualifikasi
kompetensi yang relevan dengan materi Pelatihan yang diajarkannya. Oleh karena itu, MPPKP
menetapkan kriteria penilaian terhadap tenaga pelatih, yaitu sebagai berikut:
50
2. Memiliki komunikasi yang baik dalam menyampaikan materi.
Adapun di dalam penilaian Tenaga Pelatih ini, dapat dijabarkan beberapa peranan seorang
tenaga pelatih/pengajar dalam sebuah pelatihan, yaitu:
1. Sebagai pengajar harus mampu menyampaikan informasi yang diperlukan oleh peserta
pelatihan.
Tenaga Pelatih adalah orang yang bertanggungjawab untuk menyampaikan suatu Pelatihan atau
Modul Pelatihan dan membangun segala interaksi dan dinamika dengan Peserta Pelatihan untuk
mencapai Tujuan Pelatihan sesuai dengan yang rancangan Program atau Modul Pelatihan.
Dengan demikian, kualitas Tenaga Pelatih memiliki peranan penting untuk mencapai standar
kualitas pelatihan yang sudah ditentukan. Kualitas Tenaga Pelatih utamanya ditentukan
oleh Pengalaman Kerja atau Pengalaman Mengajar selama setidaknya 5 tahun.
Secara praktis, operasionalisasi penulisan setiap butir pengalaman kerja perlu memuat:
51
● Tahun Kerja dari Jabatan/Peran pada Pengalaman Kerja tersebut.
● Penjelasan Gambaran Umum Jabatan/Peranan pada Pengalaman tersebut dalam
susunan paragraf.
Untuk proses verifikasi, seluruh butir dimensi penilaian Pengalaman Kerja, & Pengalaman
Mengajar, serta Sertifikasi, maupun Pengalaman lainnya disertakan:
Asisten Tenaga Pelatih adalah seorang di bawah kendali dan arahan dari Tenaga Pelatih yang
bertanggungjawab untuk membantu penyelenggaraan pelatihan. Peranan Asisten Tenaga
Pelatih ini diwajibkan untuk ada dalam moda pelatihan Webinar dan Video
52
Conference. Kualitas Asisten Tenaga Pelatih utamanya ditentukan oleh Pengalaman
Kerja atau Pengalaman Mengajar dalam 2 tahun terakhir.
Secara praktis, operasionalisasi penulisan setiap butir pengalaman kerja perlu memuat;
Untuk proses verifikasi, seluruh butir dimensi penilaian Pengalaman Kerja, & Pengalaman
Mengajar, serta Sertifikasi, maupun Pengalaman lainnya disertakan:
53
● Surat Referensi (reference letter) dari organisasi/lembaga tempat Tenaga Pelatih
pernah/sedang bekerja sebagai Profesional/Instruktur/Pelatih;
● Narahubung (contact person) sejumlah 2 (dua) orang dari organisasi/lembaga
tempat Tenaga Pelatih pernah/sedang bekerja sebagai Profesional/Pelatih
(Instruktur);
● Ketersediaan dan kesesuaian laman profil LinkedIn dari Tenaga Pelatih dengan
informasi dan keterangan yang disampaikan pada Pengalaman Kerja dan/atau
Pengalaman Mengajar;
● Sertifikat dan/atau dokumen lain sebagai bukti pendukung kualifikasi Asisten
Tenaga Pelatih.
10. Fasilitator
Pada pelaksanaan Pelatihan Luring, tenaga pelatih diwajibkan untuk dibantu oleh
fasilitator. Peranan fasilitator adalah untuk membantu memfasilitasi sesi praktek. Fasilitator
tidak diperkenankan untuk menyampaikan materi inti pelatihan kepada peserta, namun
diperbolehkan untuk berperan sebagai pemandu sesi Ice Breaking, Energizer atau memberikan
instruksi Pre-Test/Post-Test.
Untuk proses verifikasi fasilitator, perlu mencantumkan laman profil LinkedIn yang dapat diakses
dan diperbaharui secara berkala dengan informasi/keterangan yang sesuai pada pengalaman
yang disampaikan pada form tenaga pelatih.
54
F. ASPEK 4: ADMINISTRATIF
1. Umum
● Menjelaskan tentang kompetensi dan okupasi yang akan dilatih sesuai tujuan
Pelatihan;
● Menggunakan Bahasa Indonesia (kecuali untuk istilah teknis yang spesifik) yang
mudah dipahami oleh calon peserta dari kelompok sasaran yang dituju.
55
pembelajaran, latar belakang pengalaman, dan/atau keterampilan tertentu yang harus dimiliki
sebelum mengambil pelatihan. Kelompok sasaran harus sesuai dengan kompetensi dan okupasi
yang disebut di judul serta materi yang terdapat di dalam konten pelatihan.
● Total durasi minimal 15 jam yaitu mencakup seluruh materi yang berupa
penyampaian substansi latih/ajar (tidak termasuk Evaluasi Belajar, Tugas Praktik Mandiri,
Unjuk Keterampilan, dan Sesi Pengayaan);
● Durasi total maupun per materi harus efektif dalam mencapai tujuan Pelatihan
Informasi terkait pelatihan dijabarkan dan ditampilkan secara lengkap pada laman
di Platform Digital, termasuk RPP (Rancangan Program Pelatihan);
● Pelatihan Daring memiliki durasi maksimum 3 jam dan minimum 2 jam per harinya;
● Durasi aktivitas Practice per sesi adalah ⅓ dari durasi sesi tersebut;
● Pelatihan menampilkan jadwal dan jumlah kelas yang tersedia;
56
● Pelatihan dengan mode webinar harus memiliki 100% sesi berupa live webinar.
Dalam pelaksanaan pelatihan, 1 tenaga pelatih harus didampingi oleh asisten tenaga
pelatih. Asisten Tenaga Pelatih berperan untuk membantu pelaksanaan pelatihan, namun tidak
menyampaikan materi pelatihan inti. Asisten Tenaga Pelatih dapat membantu pelaksanaan
ice-breaking, tanya jawab, ataupun mengelola ruang kelas digital (breakout room).
57
● Bobot Durasi pengerjaan Tugas Praktik Mandiri minimal dikerjakan dalam waktu
30 menit, sehingga, Total Bobot Durasi Tugas Praktik Mandiri minimal
mencapai 120 menit.
● Instruksi Tugas Praktik Mandiri disampaikan di setiap akhir Sesi Pelatihan,
untuk kemudian Instruksi Tugas Praktik Mandiri tersebut dapat dilihat dan diakses
kembali oleh peserta pada LMS.
● Hasil Pengerjaan Tugas Praktik Mandiri dari Peserta Pelatihan wajib
disertakan pada LMS dan didokumentasikan sebagai bagian dari Arsip Pelatihan
58
● Total durasi minimal 15 jam dalam setiap program pelatihan yaitu mencakup
seluruh materi yang berupa penyampaian substansi latih/ajar termasuk di dalamnya
Evaluasi Akhir Pelatihan dalam bentuk Unjuk Keterampilan yang minimal dilaksanakan
dalam 120 menit dan maksimal 180 menit
● Total durasi maksimal 8 jam pelatihan dalam 1 hari pelatihan mencakup seluruh
materi yang berupa penyampaian substansi latih/ajar ataupun termasuk di dalamnya
Evaluasi Akhir Pelatihan Pelatihan paling cepat dimulai pukul 08.00 pada hari
pelatihan dan pelatihan paling lama selesai pukul 21.00 pada setiap hari
pelatihan — belum termasuk waktu Istirahat Siang & Rehat Sore
● Dalam setiap hari pelaksanaan, terdapat waktu untuk Istirahat Siang (Sholat & Makan
Siang) setidak-tidaknya dari pukul 12.00 - 13.00 (minimal durasi 1 jam), dan Rehat Sore
Sore (Sholat & Snack Sore) setidak-tidaknya dari pukul 15.00 - 15.15 (minimal 15 menit)
● Total durasi aktivitas Practice dan Unjuk Keterampilan harus minimal 70% dari total
durasi pelatihan.
Secara khusus, Durasi per Sesi Pelatihan Luring memiliki ketentuan sebagai berikut;
● Total Durasi Sesi Pembuka maksimal 20 menit
● Total Durasi Pelaksanaan Pre-Test maksimal 20 menit
● Total Durasi Pelaksanaan Post-Test maksimal 20 menit
● Total Durasi Pelaksanaan Unjuk Keterampilan minimal 120 menit
● Total Durasi Pelaksanaan Sesi Penutup maksimal 20 menit
59
● Luas Area minimal 1 m2 untuk ruang diam/gerak untuk per kuota peserta pelatihan
(contoh: jika kuota maksimal kelas 20 orang, maka area minimal ruangan adalah 1 m2 x
20 kuota peserta);
● Luas Area minimal 4 m2 untuk ruang gerak tenaga pelatih;
● Tingkat Pencahayaan dalam rentang 75 - 300 lux;
● Alat Bantu Visual untuk Pemaparan Materi Presentasi melalui Proyektor/Layar TV;
● Tersedia koneksi jaringan internet dengan kecepatan minimal 1 Mbps — untuk program
yang tidak menggunakan komputer sebagai alat peraga atau tersedia koneksi jaringan
internet dengan kecepatan minimal 15 Mbps untuk program yang menggunakan
komputer sebagai alat peraga;
● Terdapat toilet dengan air bersih mengalir, saluran air yang lancar, dan tidak berbau;
● Terdapat ruangan yang dapat digunakan sebagai tempat ibadah yang tidak berbau, dan
terdapat pencahayaan.
60
Dalam pelaksanaan aktivitas Practice dan Unjuk Keterampilan, Tenaga Pelatih harus dibantu
oleh fasilitator. Fasilitator berperan untuk membantu mobilisasi peserta, mengarahkan
penggunaan alat peraga, atau memantau keberjalanan aktivitas Practice dan saat Unjuk
Keterampilan.
61
BAB 3
PANDUAN TATA LAKSANA PELATIHAN
Tata Laksana Pelatihan ini merupakan Panduan untuk para Mitra Lembaga Pelatihan bisa
memahami terkait pelaksanaan dari Program Pelatihan pada Program Kartu Prakerja Skema
Normal ini. Adapun berikut yang perlu diperhatikan;
Setiap Program Pelatihan yang tergabung dalam ekosistem Program Kartu Prakerja terikat pada
Judul, Set Tenaga Pelatih, Jadwal, dan juga Lokasi Pelatihan (khusus untuk Pelatihan berbasis
Luring). Dengan demikian, bagi setiap mitra Lembaga Pelatihan yang hendak mengajukan
proses pengajuan Program Pelatihan perlu mengisi formulir pendaftaran pelatihan yang
mencakup data dan informasi terkait pelatihan melalui 3 formulir, yaitu:
untuk kemudian dinilai oleh Asesor sebelum akhirnya masuk ke dalam ekosistem Kartu Prakerja.
Setiap Program Pelatihan yang sudah lolos penilaian dapat meningkatkan penyerapan peserta
dengan menambah Jadwal, Jumlah Tenaga Pelatih, ataupun Lokasi Pelatihan (khusus untuk
pelatihan Luring). Adapun berikut adalah tata laksana untuk penambahan kapasitas serapan
program:
● Penambahan Jadwal Pelatihan hanya dapat dilakukan pada setiap akhir bulan untuk
bulan berikutnya;
● Penambahan Jadwal Pelatihan yang berfungsi untuk penambahan kuota pelatihan hanya
dapat dilakukan jika Jadwal Pelatihan yang tersedia sebelumnya terbukti kurang atau
belum mencukupi kebutuhan jumlah peminat pelatihan dari peserta Program Kartu
Prakerja;
● Penambahan Tenaga Pelatih memerlukan proses pengisian form Profil Tenaga Pelatih
yang akan dinilai kemudian oleh Asesor sebelum akhirnya masuk ke dalam Ekosistem
Kartu Prakerja;
62
● Penambahan Lokasi Pelatihan memerlukan proses pengisian form Fasilitas, Sarana, dan
Prasarana yang akan dinilai kemudian oleh Asesor sebelum akhirnya masuk ke dalam
Ekosistem Kartu Prakerja.
Berikut adalah aspek yang perlu diperhatikan pada setiap pelaksanaan Pelatihan pada ekosistem
Program Kartu Prakerja:
63
● Pada pelatihan Luring, peserta dapat mengajukan penggantian jadwal pelatihan yang
telah dipilih maksimal 1 (satu) kali melalui Lembaga Pelatihan yang kemudian
diberitahukan ke MPPKP melalui aplikasi verifikasi yang dibuat oleh MPPKP maksimal H-2
Pelatihan dengan menyertakan alasan.
● Materi Pelatihan termasuk di dalamnya seluruh dokumen penunjang dan bahan ajar
yang digunakan selama pelatihan dalam setiap jadwal pelatihan.
● Rekap Nilai Evaluasi Peserta termasuk di dalamnya nilai Pre-Test, Post-Test, Kuis,
dan juga Unjuk Keterampilan untuk setiap jadwal pelatihan.
● Arsip Foto/Video Dokumentasi Pelaksanaan Pelatihan untuk setiap pelaksanaan
seluruh sesi pelatihan dalam setiap jadwal pelatihan.
● Daftar Hadir (Tingkat Presensi Peserta) memuat di dalamnya seluruh peserta yang
hadir dari awal sampai akhir dalam setiap jadwal pelatihan, mencakup namun tidak
terbatas pada peserta yang juga melakukan penggantian jadwal.
64
4. Komponen Kelengkapan Sertifikat Pelatihan
Sertifikat Pelatihan yang diberikan pada Skema Normal ini mencakup informasi terkait;
● Identitas Pelatihan yang terdiri dari informasi Program Pelatihan yang diikuti peserta
secara umum, termasuk:
○ Identitas Nama dan Logo Lembaga Pelatihan
○ Nama Tenaga Pelatih
○ Judul Pelatihan
○ Durasi Pelatihan
● Validasi & Verifikasi Sertifikat Pelatihan yang terdiri dari informasi:
○ Tanda Tangan & Nama Jelas Pimpinan Lembaga Pelatihan
○ Logo “Kartu Prakerja”
○ Nomor Sertifikat
○ QR Sertifikat dengan tautan yang berlaku minimal 3 tahun
○ Untuk Program Pelatihan yang diperiksa dan diverifikasi oleh Tim Ahli
Independen dari Dunia Usaha dan Dunia Industri Kerja (DUDIKA) wajib
menyematkan Logo Asosiasi Tim Ahli Independen DUDIKA terkait.
● Daftar Unit Kompetensi yang menjadi rujukan perancangan Program Pelatihan
mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional, Internasional, atau Khusus ataupun
yang dikeluarkan Asosiasi Internasional yang dijadikan dasar perancangan Program
Pelatihan.
● Predikat “Sangat Baik” untuk lulusan dengan capaian Nilai Unjuk
Keterampilan ≥ 80 dan tidak ada keterangan Predikat apapun untuk capaian Nilai
Unjuk Keterampilan lainnya.
65
GLOSSARIUM
1. Alat Peraga adalah peralatan yang disiapkan untuk menunjang pelaksanaan pelatihan
dimana para peserta mencoba keterampilan secara langsung.
2. Asesmen adalah proses pengumpulan informasi dan penilaian yang relevan terhadap suatu
lembaga.
3. Asisten Tenaga Pelatih adalah tenaga pelatih yang membantu Tenaga Pelatih untuk
untuk membantu proses pelaksanaan pelatihan.
4. Asynchronous Learning adalah pembelajaran dimana pembelajar, tenaga
pelatih/pengajar, dan peserta lainnya tidak berada pada ruang, waktu dan proses belajar
yang sama. Contohnya, seperti kelas pelatihan yang disampaikan melalui video yang sudah
direkam sebelumnya.
5. Fasilitas Pelatihan adalah ruang kelas termasuk sarana dan prasarana di dalamnya yang
menunjang pelaksanaan pelatihan secara tatap muka.
6. Fasilitator adalah seseorang yang membantu tenaga pelatih untuk menjalankan sesi
praktek dan unjuk keterampilan di pelatihan luring.
7. Kartu Prakerja adalah kartu penanda atau identitas yang diberikan kepada penerima
manfaat Program Kartu Prakerja.
8. Kompetensi Kerja adalah kemampuan setiap individu mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang mampu membawa produktivitas pada suatu organisasi kerja.
9. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan
pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistematis
atas dasar norma-norma yang berlaku dan dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran
bagi pendidik untuk mencapai tujuan pendidikan (Dakir, 2004: 3).
10. Learning Management System (LMS) adalah perangkat lunak berbasis aplikasi atau
web yang digunakan untuk mengadministrasi, mendokumentasi, menelusuri,
mengimplementasikan dan mengevaluasi program pelatihan.
11. Lembaga Pelatihan adalah instansi pemerintah, badan usaha milik negara, badan usaha
milik daerah atau swasta yang memenuhi persyaratan untuk menyelenggarakan pelatihan.
12. Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja (MPPKP) adalah unit yang
melaksanakan Program Kartu Prakerja.
13. Pelatihan adalah keseluruhan kegiatan untuk memperoleh, meningkatkan, serta
mengembangkan Kompetensi Kerja dan/atau kewirausahaan, produktivitas, disiplin, sikap,
dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu.
66
14. Pelatihan Bauran Luring adalah kegiatan pelatihan yang menggabungkan metode belajar
asynchronous melalui platform Learning Management System (LMS) untuk kemudian terjadi
pembelajaran synchronous secara tatap muka.
15. Pelatihan Daring kegiatan pelatihan yang dilakukan secara online baik secara synchronous
(metode belajar Live Webinar).
16. Pelatihan Video Conference adalah kegiatan pelatihan yang seluruh penyampaian
materinya dilakukan secara synchronous dimana peserta hadir dalam ruang kelas ditemani
oleh Asisten Tenaga Pelatih dengan kehadiran Tenaga Pelatih Utama secara online.
17. Platform Digital adalah mitra resmi pemerintah dalam pelaksanaan Program Kartu
Prakerja yang dilakukan melalui aplikasi, situs internet, dan/atau layanan konten lembaga
berbasis internet.
18. Program Kartu Prakerja adalah program pengembangan kompetensi kerja yang
ditujukan untuk pencari kerja, pekerja/buruh yang terkena pemutusan hubungan kerja,
dan/atau pekerja/buruh yang membutuhkan peningkatan kompetensi.
19. Program Pelatihan atau Modul Pelatihan adalah media pembelajaran yang
dipergunakan untuk meningkatkan kompetensi peserta pelatihan guna mencapai tujuan
umum dan khusus dari pelatihan terkait.
20. Program Pelatihan yang Identik paling sedikit memiliki kesamaan pada materi,
evaluasi, dan Lembaga Pelatihan yang menyelenggarakan.
21. Rancangan Program Pelatihan (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur
dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan
dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus (Kunandar, 2011: 263).
22. Silabus adalah rencana pembelajaran yang dibuat berdasarkan standar kompetensi, materi
pokok pembelajaran, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi penilaian, kegiatan
pembelajaran, sumber belajar, penilaian dan alokasi waktu (Kusnandar, 2011).
23. Synchronous Learning adalah proses belajar dimana para peserta pelatihan dan tenaga
pelatih/pengajar melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada waktu yang bersamaan,
Contohnya: Live Webinar atau Kelas Pelatihan Luring.
24. Tagging (label) adalah jenis metadata yang membantu untuk menjelaskan suatu hal dan
memungkinkan hal tersebut ditemukan ketika melakukan pencarian.
25. Tenaga Pelatih adalah tenaga pelatih yang memberikan substansi utama dalam modul
Pelatihan dan ditampilkan di setiap topik pembelajaran yang dibawakan.
26. Pelatihan Luring adalah pelatihan seluruh materi disampaikan secara synchronous dan
bertemu secara tatap muka dimana pengajar dan peserta hadir di dalam satu ruang dan
waktu yang sama.
67
DAFTAR PUSTAKA
Kolb, David. (1984). Experiential Learning: Experience As The Source Of Learning And
Development. New Jersey, Amerika Serikat : Prentice Hall
Mezirow, Jack. (1991). Transformative Dimensions of Adult Learning. San Francisco, Amerika
Serikat: Jossey-Bass.
Bloom, Benjamin Samuel. (1956). Taxonomy of Educational Objectives. Boston, Amerika: Allyn
& Bacon.
Dewey, John. (1897). My Pedagogic Creed. The School Journal, Volume LIV, No. 3 (16 Januari,
1897), halaman 77 - 80
68