MANAJEMEN STRATEGIK
PAM.MM02.002.01
BUKU INFORMASI
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI 1
BAB I
KATA PENGANTAR
Kompetensi adalah menyatunya ketiga aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja
atau KSA (knowledge, skill, attitude) yang diterapkan untuk mewujudkan standar kinerja
yang disyaratkan di tempat kerja. Kompetensi adalah potensi seseorang yang ditampilkan
setelah dilatih melalui pelatihan. Adapun ukuran standar kompetensi tersebut dapat
diukur dan dijelaskan oleh Kriteria Unjuk Kerja.
Kompeten di tempat kerja adalah seseorang yang telah dapat memenuhi persyaratan
jabatan/pekerjaan yang ditetapkan oleh pasar/tempat kerja. Tuntutan kualitas tersebut
didasarkan pada perangkat bakuan kompetensi (kriteria unjuk kerja).
Materi pelatihan merupakan bagian dari suatu program pelatihan kerja berbasis
kompetensi yang menguraikan dan menjelaskan secara rinci rangkaian pencapaian
kompetensi kerja.
Pada materi pelatihan, aspek-aspek kompetensi dalam indikator unjuk kerja diuraikan ke
dalam bentuk modul pelatihan, agar dapat dipahami, dimengerti dan dikuasai oleh
peserta pelatihan. Modul ini didisain untuk dapat digunakan pada pelatihan
konvensional/klasikal dan pelatihan individual/mandiri.
Yang dimaksud dengan pelatihan klasikal adalah pelatihan yang dilakukan dengan
melibatkan bantuan seorang pelatih atau pembimbing, dengan menggunakan proses
belajar mengajar sebagaimana biasanya. Sedangkan yang dimaksud dengan pelatihan
mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan secara mandiri oleh peserta, dengan
menambah unsur-unsur atau sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan pelatih.
Modul merupakan uraian terkecil bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis
untuk membantu peserta pelatihan menguasai tujuan pelatihan. Modul akan memandu
pelatih/fasilitator menyampaikan bahan belajar dalam proses pelatihan yang sesuai
secara terinci.
a. Buku informasi
Buku Informasi adalah sumber pelatihan, baik untuk pelatih maupun untuk peserta
pelatihan.
b. Buku kerja
Buku kerja ini digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan
kegiatan praktik baik dalam pelatihan klasikal maupun pelatihan individual/mandiri.
c. Buku penilaian
Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta
pelatihan pada buku kerja.
Jika anda telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen
unit kompetensi tertentu, anda dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini (RCC,
recognition of current competency). Berarti anda tidak akan dipersyaratkan untuk belajar
kembali.
Anda mungkin sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan, karena anda telah:
a. Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan dan
keterampilan yang sama, atau
b. Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama, atau
c. Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan
yang sama.
1.4. Pengertian-pengertian
Profesi
Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta
keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan
serta pengalaman kerja, atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut
oleh suatu pekerjaan/jabatan.
Standarisasi
Standarisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar
tertentu.
Pelatihan
Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu
kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan
belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang
dipelajari.
Kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk menunjukkan aspek sikap,
pengetahuan dan keterampilan serta penerapan dari ketiga aspek tersebut di tempat
kerja untuk mencapai unjuk kerja yang ditetapkan.
Standar kompetensi
Standar kompetensi adalah standar kemampuan yang diperlukan pada rangkaian
kegiatan yang harus dilakukan oleh pelaku atau pemangku jabatan kerja. Standar
kompetensi dinyatakan dalam format tertentu, yaitu: (i) unit kompetensi dari jabatan kerja
tersebut; (ii) elemen kompetensi dari tiap unit kompetensi, dan (iii) kriteria unjuk kerja
untuk tiap unit kompetensi.
Sertifikasi kompetensi
Sertifikasi kompetensi adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi melalui proses
penilaian/uji kompetensi.
Sertifikat kompetensi
Sertifikat kompetensi adalah pengakuan tertulis yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi
Profesi kepada seseorang yang dinyatakan kompeten, yaitu tenaga kerja trampil atau ahli
yang telah menguasai suatu kompetensi tertentu dan telah memenuhi persyaratan
berdasarkan disiplin keilmuan dan atau keahlian/ketrampilan tertentu.
BAB II
STANDAR KOMPETENSI
Standar kompetensi kerja sektor air minum dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) sub sektor,
yaitu perencanaan, pelaksanaan konstruksi, dan pengelolaan. Pada bidang pengelolaan
air minum diantaranya meliputi bidang manajemen.
Terdapat 19 unit kompetensi dalam jabatan manajemen air minum, yang dikategorikan
dalam:
• Kelompok kompetensi umum, terdiri dari 2 unit kompetensi.
• Kelompok kompetensi inti, terdiri dari 15 unit kompetensi.
• Kelompok kompetensi khusus, terdiri dari 2 unit kompetensi.
Standar kompetensi
Merupakan pernyataan apa yang harus dikerjakan di tempat kerja, disusun dengan
pendekatan bidang pekerjaan. Standar kompetensi terbentuk atas sejumlah unit
kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tertentu.
Unit kompetensi
Merupakan uraian fungsi dan tugas atau pekerjaan yang mendukung tercapainya standar
kompetensi. Setiap unit kompetensi memiliki sejumlah elemen kompetensi.
Elemen kompetensi
Merupakan bagian terkecil dari unit kompetensi yang mengidentifikasikan sejumlah fungsi
tugas atau kegiatan yang harus dikerjakan untuk mencapai unit kompetensi tersebut.
Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pelatihan seluruh 19 unit kompetensi adalah
111 JPL, dimana 1 JPL (jam pelajaran) adalah 45 menit.
Sedangkan waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pelatihan unit kompetensi ini
adalah 7 JPL.
Jika anda belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, pelatih anda
akan mengatur rencana pelatihan dengan anda. Rencana ini akan memberikan anda
kesempatan kembali untuk meningkatkan level kompetensi anda sesuai dengan level
yang diperlukan.
Unit ini berhubungan dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang
dibutuhkan dalam melaksanakan manajemen strategik.
Elemen kompetensi yang harus dikuasai dalam unit kompetensi berikut kriteria unjuk
kerja terdapat pada tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1 Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja pada unit kompetensi
melaksanakan manajemen strategik
01. Merumuskan visi dan misi 1.1. Nilai-nilai dan budaya kerja yang dianut organisasi
dan karakter produk/jasa dijelaskan sesuai dengan
kebutuhan.
1.2. Konsep visi dan misi dirumuskan dengan
memperhatikan seluruh aspek yang dimiliki
perusahaan sebagai pengelola dan penyediaan air
minum bagi pelanggan
1.3. Konsep visi dan misi perusahaan didiskusikan
dengan seluruh anggota manajemen untuk
memperoleh kesepakatan dan dapat diterima oleh
seluruh manajemen dan staf perusahaan.
1. Konteks variabel :
Unit ini berlaku untuk merumuskan visi dan misi, melakukan analisis SWOT,
menetapkan tujuan dan sasaran, menetapkan strategi, dan menyusun program,
kegiatan dan anggaran yang digunakan untuk melaksanakan manajemen strategik
pada pengelolaan air minum.
2. Kondisi penilaian :
2.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh
atas tercapainya kompetensi tersebut yang terkait dengan perumusan visi dan
misi, analisis SWOT, penetapan tujuan dan sasaran, penetapan strategi, dan
penyusunan program, kegiatan dan anggaran pada pelaksanaan manajemen
strategik.
2.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara : lisan, tertulis, demonstrasi/praktek, dan
simulasi di workshop dan atau di tempat kerja.
5. Aspek kritis :
Aspek kritis yang merupakan kondisi kerja untuk diperhatikan dalam mendukung unit
kompetensi ini, sebagai berikut :
5.1. Wawasan analisis
5.2. Rasionalitas
5.3. Sumber pembiayaan program.
5.4. Ketepatan strategi.
Kompetensi kunci dalam mencapai unjuk kerja yang disyaratkan terdapat pada tabel 2.2
di bawah ini.
Tabel 2.2 Kompetensi kunci dalam pencapaian unjuk kerja melaksanakan manajemen
strategik
6. Memecahkan masalah 3
7. Menggunakan teknologi 2
BAB III
STRATEGI DAN METODE PELATIHAN
Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus,
kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan.
Belajar berkelompok
Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk datang bersama secara teratur dan
berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip
sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, namun sesi kelompok tetap
memberikan interaksi antara peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja.
Belajar terstruktur
Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh
pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar terstruktur ini umumnya mencakup topik tertentu.
BAB IV
MANAJEMEN STRATEGIK
Manajemen strategik dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu dalam formulasi,
pelaksanaan dan evaluasi keputusan-keputusan strategis lintas fungsi, yang
memungkinkan perusahaan mencapai tujuan-tujuan masa datang. Konsep manajemen
strategik mengintegrasikan seluruh fungsi perusahaan/organisasi atau lintas fungsi untuk
mencapai sasaran.
Proses dalam manajemen strategik tersusun dalam tiga (3) tahapan, yaitu:
• Tahap I: formulasi strategi (strategy formulation) atau perencanaan strategi.
Mencakup pengembangan visi dan misi, identifikasi peluang dan ancaman, identifikasi
kekuatan dan kelemahan perusahaan, penetapan tujuan dan sasaran, pengembangan
alternatif-alternatif strategi, penentuan strategi yang sesuai untuk diterapkan, serta
penetapan kebijakan.
Karena itu perusahaan harus mampu mengatasi lingkungan eksternalnya, dan terus
menerus melakukan penelaahan kemampuan dan kelemahan internal yang merupakan
prasyarat untuk tetap memelihara dan mempertahankan keberadaannya. Perencanaan
strategis berangkat dari visi, misi dan nilai-nilai dasar perusahaan untuk merespon
perubahan di masa datang. Analisis yang mengkaitkan antara visi, misi, serta
perkembangan lingkungan eksternal (peluang dan ancaman) dan lingkungan internal
(kekuatan dan kelemahan) akan membawa perusahaan untuk menemukan dan/atau
menentukan arah menuju yang paling strategis.
Dapat dikatakan bahwa rencana strategis (Renstra) adalah suatu alat manajemen yang
bertujuan membantu perusahaan membuat rencana masa depan. Renstra dapat dilihat
Untuk memfokuskan alur pikir, maka dibuat beberapa pertanyaan yang berhubungan
dengan langkah-langkah yang harus dilalui dalam perencanaan strategis, yaitu:
1. Siapakah kita? Pertanyaan ini berhubungan dengan penilaian internal perusahaan.
2. Apa kapasitas yang kita miliki dan apa yang dapat kita kerjakan? Pertanyaan ini
berhubungan dengan kekuatan dan kelemahan perusahaan, serta peluang-peluang
yang dapat ditangkap dan/atau dikerjakan.
3. Persoalan-persoalan apa yang mau kita selesaikan? Pertanyaan ini berhubungan
dengan tujuan yang mau dicapai.
4. Apa perbedaan yang mau kita buat? Pertanyaan ini berhubungan dengan visi dan
misi perusahaan.
5. Isu-isu kritis mana saja yang harus kita respon? Pertanyaan ini berhubungan dengan
prioritas pemecahan masalah atau kegiatan yang akan dikerjakan.
6. Dimana seharusnya kita alokasikan sumber yang kita miliki? Dan apa yang
seharusnya kita prioritaskan? Pertanyaan ini berhubungan dengan alokasi dan
pengelolaan pembiayaan program atau kegiatan.
Proses perencanaan strategis mempunyai kerangka yang jelas. Kerangka tersebut terdiri
dari tata nilai, visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, rencana program, dan kegiatan.
Semua elemen rencana strategis tersebut saling melengkapi dan mengisi antara satu
dengan lainnya. Misalnya, misi seharusnya sesuai dengan tata nilai dan visi perusahaan,
serta harus menjawab tuntutan atau kebutuhan dari masyarakat dan para pemangku
kepentingan. Secara akumulatif hasil utama adalah mencapai tujuan, dan memenuhi atau
mewujudkan visi.
VISI
TATA NILAI
MISI ISU-ISU KRITIS/
STRATEGIS
KEBIJAKAN TUJUAN
SWOT
SASARAN
STRATEGI
PROGRAM
KEGIATAN
Pada gambar 4.1 diberikan diagram kerja perencanaan strategis yang menunjukkan
bahwa setiap aspek-aspek dalam perencanaan saling berhubungan dan saling
melengkapi satu sama lainnya. Visi dan misi dibangun, yang dilanjutkan dengan
penentuan tujuan. Tata nilai merupakan landasan moral dari misi dan tujuan perusahaan.
Program-program yang disusun merupakan penjabaran dari misi untuk mewujudkan visi.
Tata nilai atau nilai-nilai adalah sesuatu yang diyakini (dipercaya) sebagai cara-cara
yang benar (ideal) dalam berbuat dan bekerja atau berhubungan dengan
orang/masyarakat. Tata nilai perusahaan dapat dilihat sebagai nilai-nilai yang dianut
secara bersama dalam bekerja di suatu perusahaan, termasuk bagaimana memelihara
hubungan dengan masyarakat (penerima manfaat) dan pemangku kepentingan lainnya.
Tata nilai akan menentukan strategi dan prinsip-prinsip operasional yang digunakan.
Klarifikasi dan konsensus pada nilai-nilai perusahaan sangat penting karena akan
menjadi dasar pertimbangan di dalam membuat keputusan. Sebelum dibuat suatu
kebijakan atau keputusan, maka sebaiknya pertimbangkan nilai-nilai perusahaan yang
telah disepakati. Secara sederhana tata nilai dapat dikembangkan dengan menjawab
pertanyaan: (i) Apa yang kita percaya dari perusahaan? (ii) Apa yang kita wakili dari
perusahaan?
Kedua pertanyaan tersebut sangat menolong untuk menjelaskan keadaan yang tidak
terukur dari apa yang akan kita wakili dari perusahaan. Setiap perusahaan mempunyai
tata nilai yang berbeda. Ada yang tidak terukur (intangible), misalnya integritas, dan
lainnya yang lebih spesifik, misal keberpihakan pada orang miskin (berpenghasilan
rendah). Bagaimanapun luas atau spesifik nilai-nilai perusahaan, yang perlu dimengerti
yaitu (i) apakah nilai itu, dan (ii) mengapa anda percaya bahwa itu penting.
Dengan menyusun daftar nilai-nilai perusahaan, dapat dibuat kode nilai yang diikuti oleh
semua orang dalam perusahaan dan orang-orang luar yang menghargai kerja
perusahaan. Penyusunan daftar nilai ini dapat membantu perusahaan dalam membuat
keputusan dan melakukan sesuatu yang sejalan antara satu dengan lainnya. Nilai-nilai
dapat juga membantu penyusunan rencana strategis, misal menentukan sasaran baru.
Pengertian visi dan misi sering masih rancu, sehingga dalam perumusannya apalagi
dalam operasionalnya menjadi tidak seperti yang diharapkan. Kecuali itu, sering visi dan
misi yang telah dirumuskan tidak betul-betul diinginkan, karena perumusan hanya melihat
hal-hal di luar atau adanya istilah yang sedang ‘trendy’. Banyak rumusan visi-misi tidak
dianggap sebagai hal yang realistik dan dapat dicapai. Visi-misi kemudian hanya
dianggap sebagai kata-kata indah saja.
Visi dan misi yang baik mampu menciptakan kesatuan yang kokoh, menggalang
komitmen yang unggul, menciptakan kerangka referensi, kriteria dalam bertindak,
standard of excellence, dan pedoman.
Agar visi dan misi perusahaan dihayati dan didukung sepenuhnya oleh karyawan,
terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (i) selaras dengan nilai utama perusahaan
(shared core values), (ii) komitmen dari elite/manajemen perusahaan, dan selanjutnya
harus (iii) dikomunikasikan.
Pada contoh di bawah ini dapat dilihat bahwa misi dapat sama/serupa, namun dengan
visi yang berbeda. Misi petani tidak berubah sejak jaman dahulu, yaitu “menanam
tanaman pangan dan menjualnya di pasar dengan harga tertentu yang dapat menutup
semua biaya produksi dan sejumlah keuntungan untuk memenuhi standar hidup layak
bagi petani”. Namun visi di antara para petani bisa berbeda-beda, misalnya “mewariskan
pada anaknya sebidang tanah dengan luas dua kali daripada tanah yang dimiliki
sekarang”; atau lainnya “membuka pabrik pengalengan hasil pertaniannya”, atau “menjadi
pelopor dalam menanam sayuran organik”.
pelayanan air minum kepada masyarakat. Karenanya dapat dikatakan secara umum
PDAM mengemban 2 misi:
• Misi 1: sebagai pelayanan masyarakat, PDAM menyediakan air minum kepada
masyarakat sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan kota, dalam rangka
menunjang kesehatan dan peningkatan kesejahteraan. Sehingga perlu selalu
dilakukan peningkatan persentase masyarakat yang terlayani.
• Misi 2: sebagai perusahaan, PDAM mampu memberikan kontribusi penghasilan
kepada Pemerintah Kota/Daerah, melalui kontribusi pada pendapatan asli daerah
(PAD). Peningkatan kinerja perusahaan akan memberikan peningkatan pada laba
perusahaan dan PAD.
Visi merupakan suatu pemikiran atau pandangan ke depan, tentang apa, kemana, dan
bagaimana mencapai keadaan yang lebih baik di masa depan. Dengan kata lain, visi
adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode program,
untuk mewujudkan sasaran yang mungkin dicapai dalam jangka waktu tertentu dengan
melakukan aktivitas bisnis.
Jadi visi dapat disinonimkan dengan cita-cita operasional, sasaran agung, target ideal,
atau sosok ideal di masa depan. Visi bukan merupakan jargon dan/atau moto. Secara
sederhana visi adalah masa depan yang realistis, dapat dipercaya, dan menarik bagi
perusahaan/organisasi.
Visi yang baik dan benar memiliki kekuatan dan mampu menghasilkan perubahan, serta
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Visi harus tepat bagi perusahaan dan tepat waktu. Visi tersebut harus: (i) sesuai
dengan sejarah, budaya, dan nilai-nilai perusahaan; (ii) konsisten dengan situasi
perusahaan saat ini, dan (iii) dapat memberikan taksiran yang realistis dan informatif
tentang apa yang dapat dicapai di masa depan.
2. Visi menentukan standar-standar prestasi dan mencerminkan cita-cita yang tinggi,
menggambarkan perusahaan sebagai komunitas yang bertanggungjawab.
3. Visi menjernihkan maksud dan arah, bersifat persuasif, dan dapat dipercaya.
4. Visi mengilhami antusiasisme dan merangsang komitmen.
5. Visi dinyatakan secara jelas dan mudah dipahami, memiliki makna tunggal, berfungsi
sebagai pedoman strategi dan tindakan.
6. Visi merefleksikan keunikan perusahaan, kompetensi perusahaan, apa yang
diperjuangkan perusahaan serta apa yang mampu dicapainya.
7. Visi bersifat ambisius. Visi bukanlah misi.
• Menjadi penyedia air minum dan pengelola air limbah terbaik di Indonesia dengan
mengutamakan pelayanan prima kepada masyarakat.
Visi bukanlah arah perusahaan dengan harga mati. Kadangkala pengaruh eksternal yang
berkembang cepat memerlukan adanya visi yang diperbaharui. Demikian pula pengaruh
internalpun dapat mendesak adanya penyegaran perusahaan dengan visi yang lebih
menantang.
Misi adalah pernyataan yang luas/umum tentang sesuatu yang akan dikerjakan, dengan
siapa/untuk apa, dan kenapa. Dengan kata lain misi adalah rumusan umum mengenai
upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mencapai visi. Dalam misi dinyatakan tujuan
dan sasaran yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu melalui strategi yang telah
dipilih.
Jika pernyataan misi telah disusun, lakukan kajian ulang misi tersebut, dan perbaiki
susunan kalimatnya (bahasanya) ika diperlukan. Beberapa pertanyaan di bawah ini dapat
membantu melakukan pengkajian ulang pernyataan misi yang telah dibuat:
1. Apakah pernyataan misi cukup jelas dan sesuai dengan target dalam kondisi
lingkungan sekarang?
2. Apakah pernyataan misi tersebut meniru (duplikasi) misi dari perusahaan/organisasi
lainnya? Jika ya, apa yang harus dikerjakan?
3. Mempertimbangkan jawaban pertanyaan di atas, jika ya, apakah pernyataan misi
harus diubah?
Jika ada komponen yang berubah, maka pernyataan misi juga perlu diubah. Oleh karena
itu penting untuk meninjau pernyataan misi dari waktu ke waktu. Pernyataan misi
merupakan hal yang penting karena:
1. Merupakan cara terbaik untuk berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan
lainnya, apa yang kita kerjakan dan bagaimana kita mengerjakan.
2. Membantu dalam mengklarifikasi dan memfokuskan pekerjaan.
Misi
Staf administrasi dapat diundang untuk berpartisipasi dalam semua tahap dimana staf
profesional terlibat, namun secara pasti staf senior administrasi harus terlibat pada
keseluruhan proses. Jika kerangka kerja strategis telah terbentuk, maka semua
staf/karyawan harus mengikutinya. Konsep visi dan misi perusahaan selanjutnya
didiskusikan dengan seluruh anggota manajemen, untuk memperoleh kesepakatan dan
dapat diterima oleh seluruh manajemen dan staf perusahaan.
Diskusi Visi, Nilai-nilai dan Misi Semua karyawan dan anggota pimpinan.
Sangat penting melibatkan semua karyawan, termasuk staf
administrasi. Dalam diskusi ini seperti mempersiapkan
kumpulan prinsip-prinsip operasi, atau untuk membuat jelas
mengapa bekerja dalam perusahaan atau program, dan
diharapkan akan bekerja dan berperilaku dalam cara
tertentu.
Salah satu kegiatan yang penting dalam perencanaan strategis adalah identifikasi
dan/atau klarifikasi komponen-komponen lingkungan eksternal dan internal. Lingkungan
eksternal adalah komponen-komponen atau variabel lingkungan yang berada atau
berasal dari luar perusahaan. Komponen ini cenderung berada di luar jangkauan
perusahaan, atau perusahaan tidak dapat melakukan intervensi terhadap komponen
tersebut. Komponen tersebut cenderung diperlakukan sebagai sesuatu yang mau tidak
mau harus dihadapi dan/atau diatasi, dimana komponen tersebut adalah peluang dan
ancaman.
berada di dalam jangkauan intervensi perusahaan. Perusahaan lebih memiliki nilai tawar
untuk berkompromi atau menyiasati komponen-komponen yang berada dalam
lingkungan internal, dimana komponen tersebut adalah kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki perusahaan.
Salah satu cara analisis situasi yang umum digunakan dalam perencanaan strategis
adalah analisis SWOT. Analisis SWOT bertujuan untuk menyediakan informasi penting
sebelum proses perencanaan strategis, sebagai langkah awal dalam menentukan isu-isu
kritis, kaji ulang keadaan perusahaan, serta penentuan visi, misi, maksud dan tujuan
perusahaan. Analisis SWOT meliputi penilaian dari isu-isu internal dan eksternal
perusahaan, analisis lingkungan, serta analisis institusional. Dengan analisis ini tim
perencana bersama-sama dengan partisipan diskusi melakukan identifikasi dan analisis
terhadap kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), serta
ancaman (threats). Analisis SWOT memungkinkan jajaran pimpinan dan karyawan
perusahaan pada semua lini, serta para pemangku kepentingan untuk melakukan
identifikasi secara detail komponen-komponen lingkungan eksternal dan internal
perusahaan.
Identifikasi dan klarifikasi ke empat komponen SWOT dilakukan oleh para peserta melalui
curah pendapat (brainstorming), yaitu menilai secara akurat sumber daya yang tersedia,
mengerti kebutuhan terpenting (diprioritaskan), menjelaskan ide dari ancaman yang ada
serta horizon dari peluang yang ada, serta kemampuan menangkap kecenderungan.
Akan diperoleh pengertian dan pemahaman serta konsensus terhadap apa-apa yang
harus dilakukan di masa sekarang dan antisipasi perubahan-perubahan di masa depan.
Dimana hal-hal tersebut akan mempengaruhi inisiatif perusahaan dalam tahun-tahun
mendatang, yang merupakan tujuan esensial dari analisis SWOT.
Hasil analisis SWOT memberikan gambaran yang jelas ke arah mana perusahaan mau
melangkah, yaitu: (i) dengan memetakan posisi perusahaan terhadap lingkungannya, dan
ii) menyediakan pilihan strategi umum yang sesuai, serta (iii) dijadikan dasar dalam
menetapkan sasaran perusahaan selama 3 – 5 tahun ke depan untuk memenuhi
kebutuhan dan harapan public dan para pemangku kepentingan.
Dalam pelaksanaan Renstra, akan dijumpai bahwa analisis SWOT akan membentuk
dasar untuk tindakan (aksi-aksi) dan/atau kegiatan yang dilaksanakan kemudian.
Misalnya tujuan dan sasaran perusahaan sering berasal dari kekuatan yang akan
dibangun, kelemahan yang akan dikuatkan, peluang apa yang akan ditangkap, serta
ancaman yang perlu diatasi. Untuk mengetahui apakah perubahan-perubahan situasi
yang terjadi masih sesuai dengan Renstra, maka secara berkala perlu dilakukan kaji
ulang terhadap Renstra.
Dalam praktik sering ditemui bahwa penggunaan analisis SWOT sebagai alat Renstra
tidak memberikan hasil yang diharapkan, yang antara lain disebabkan oleh:
• Visi dan misi serta ukuran keberhasilan perusahaan tidak ditetapkan secara jelas dan
tegas, atau tidak digunakan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang
dihadapi serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan.
• Data dan informasi yang digunakan kurang lengkap, kurang spesifik, dan kurang
akurat, sehingga tidak fokus dalam perumusan faktor strategis.
• Analisis lebih ditekankan kepada kecanggihan metode dan bukan kepada filosofi,
kesungguhan dalam melakukan analisis, serta kegunaan hasil SWOT itu sendiri.
• Terlalu beragam pendekatan analisis yang dikenal dan ditawarkan, tetapi relatif sedikit
referensi dan bahan bacaan yang komprehensif dan studi kasus yang ada,
menyebabkan model dan pendekatan yang digunakan sering kurang sesuai dengan
karakter perusahaan yang bersangkutan.
• Pemberian bobot dan peringkat diatur sedemikian rupa untuk menempatkan
perusahaan pada posisi yang diinginkan atau tidak digunakan dengan semestinya.
Karena itu tidak jarang terjadi, sekalipun analisis SWOT menempatkan perusahaan
pada kuadran yang menghendaki perusahaan memilih strategi konsolidasi, tetapi
sasaran-sasaran dan program yang ditetapkan perusahaan justru mencerminkan
strategi ekspansi.
Untuk mendapatkan hasil yang komprehensif, maka peserta analisis SWOT sebaiknya
melibatkan semua tingkat eselon, yaitu mulai dari unsur pimpinan, staf-staf professional,
fungsional, administrasi. Dan merupakan hal yang sangat berguna bagi penajaman
analisis jika dalam kelompok diskusi juga mengikutsertakan perwakilan
2. Kelemahan:
• Sistem produksi kurang.
• Tidak tersedia pompa cadangan misal di intake.
• Sistem distribusi kurang baik: pompa distribusi kurang, tidak ada hidrofor, tidak ada
meter induk, kapasitas reservoir kurang.
• Kehilangan air cukup tinggi.
Dapat saja kondisi yang dihadapi PDAM anda berlawanan dengan contoh ini, sehingga
anda hanya perlu menempatkannya dalam posisi yang berlawanan. Misal jika kendaraan
operasional cukup, maka hal ini menjadi kekuatan yang dimiliki PDAM.
1. Peluang:
• Kondisi ekonomi masyarakat cukup baik, pendapatan per kapita cukup baik.
• Pola pemakaian air pelanggan cukup besar.
• Minat menjadi pelanggan cukup tinggi.
• Adanya dukungan kenaikan tarif dan penyesuaian tarif dari Pemda.
• Adanya dukungan kenaikan tarif dan penyesuaian tarif dari DPRD.
• Dukungan dana/bantuan dari Pemda.
• Peraturan daerah yang mendukung.
• Otonomi daerah membantu mengurangi jalur birokrasi.
2. Ancaman:
• Kenaikan harga BBM dan listrik.
• Kenaikan upah minimum regional.
• Undang-undang perlindungan konsumen, dengan daya kritis masyarakat
menimbulkan ancaman class action.
• Topografi tidak menguntungkan, perlu pemompaan.
• Permukiman menyebar.
• Adanya penebangan liar mengancam kelestarian daerah tangkapan air.
• Penarikan air tanah yang tinggi oleh industri dan irigasi.
Dapat saja kondisi yang dihadapi PDAM anda berlawanan dengan contoh ini, sehingga
anda perlu menempatkannya dalam posisi yang berlawanan. Misal jika tidak ada
dukungan penyesuaian tarif dari Pemda, maka hal ini menjadi ancaman yang dihadapi
PDAM.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa berdasarkan hasil analisis SWOT dapat
diketahui kondisi perusahaan saat ini. Dari hasil analisis eksternal akan diketahui peta
lingkungan yang sesungguhnya, yaitu seberapa besar peluang yang tersedia dan
seberapa berat ancaman yang dihadapi perusahaan. Sedangkan dari hasil analisis
internal akan diketahui seberapa besar kekuatan dan kelemahan perusahaan.
Kedua metode tersebut dapat dijadikan acuan praktis sebagai salah satu tool yang
penting dalam penyusunan Renstra.
peluang maupun faktor yang merupakan ancaman (faktor eksternal) harus sama
dengan 1,0. Demikian juga bobot faktor-faktor internal (kekuatan + kelemahan) harus
sama dengan 1,0.
Untuk memudahkan pembobotan, terlebih dahulu beri nilai dengan skala 0 sampai
dengan 4 pada tiap faktor kunci; 0 = tidak penting, 1 = kurang penting, 2 = cukup
penting, 3 = penting, 4 = sangat penting. Setelah semua faktor kunci diberi nilai, nilai
tersebut dijumlah sehingga diperoleh nilai total, baik untuk faktor eksternal maupun
untuk faktor internal. Bobot untuk suatu faktor kunci adalah {nilai yang diberikan
kepada faktor} dibagi dengan {total nilai semua faktor tersebut}. Dan apabila semua
bobot faktor eksternal dijumlahkan akan diperoleh nilai satu. Demikian juga halnya
dengan faktor internal.
Skor
Faktor kunci internal Nilai Bobot Peringkat (bobot X
peringkat)
KEKUATAN/STRENGTHS (S)
1. Efisiensi penagihan 3 0,06 2 0,12
KELEMAHAN/WEAKNESSES (W)
1. Belum punya corporate plan 4 0,09 2 0,18
Apabila hasil selisih (cara 4a) atau hasil penjumlahan skor (cara 4b) faktor-faktor kunci
peluang lebih besar dari ancaman (nilai positif) pada Tabel EFE, maka peluang lebih
besar dari pada ancaman, dan sebaliknya. Demikian juga bila hasil penjumlahan skoring
faktor-faktor kunci kekuatan lebih besar dari kelemahan (nilai positif) pada Tabel EFI,
maka kekuatan lebih besar dari pada kelemahan, dan sebaliknya.
Pada Tabel 4.2 diberikan contoh evaluasi faktor internal dengan metode sistem peringkat
sesuai point 3(a), dengan hasil kelemahan yang dimiliki perusahaan lebih besar dari pada
kekuatannya (minus 0,55). Demikian juga untuk evaluasi faktor eksternal, dikerjakan
sesuai dengan contoh pada tabel 4.2.
Hasil analisis (total skor) pada tabel EFE dan EFI selanjutnya dipetakan pada matriks
posisi organisasi. Hasil tersebut mencerminkan kinerja perusahaan yang tercapai dalam
kondisi lingkungan yang ada. Penggambaran secara grafis dapat dilakukan dengan
menarik 2 sumbu, sumbu horisontal (x) mengidentifikasikan kekuatan (+) dan kelemahan
(-), sedangkan sumbu vertikal (y) mengidentifikasikan peluang (+) dan ancaman (-).Pada
Gambar 4.3 terdapat 4 posisi yang dinyatakan sebagai kuadran, dimana:
1. Kuadran I:
• Merupakan posisi yang sangat menguntungkan.
• Perusahaan memiliki peluang dan kekuatan sehingga ia dapat memanfaatkan
peluang yang ada secara maksimal.
• Seyogyanya menerapkan strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang
agresif (lebih pesat).
2. Kuadran II
• Meskipun perusahaan menghadapi berbagai ancaman, tetapi perusahaan memiliki
keunggulan sumber daya (kekuatan internal).
• Perusahaan pada posisi seperti ini dapat menggunakan kekuatannya untuk
memanfaatkan peluang jangka panjang.
• Dilakukan melalui penggunaan strategi diversifikasi produk atau pasar.
3. Kuadran III
• Perusahaan menghadapi peluang pasar yang besar tetapi sumber daya yang
dimiliki lemah.
• Sumber daya yang lemah menjadi kendala untuk dapat memanfaatkan peluang
yang tersedia secara optimum.
• Fokus strategi perusahaan pada posisi seperti ini adalah meminimalkan kendala-
kendala internal perusahaan.
(kondisi seperti ini ditengarai banyak dihadapi sebagian besar BUMD termasuk
PDAM)
Posisi Eksternal
(+)
Kuadran III Kuadran I
Mendukung strategi turn-around Mendukung strategi agresif
(-) (+)
Posisi Internal
Kuadran IV Kuadran II
Mendukung strategi defensif Mendukung strategi diversifikasi
(-)
4. Kuadran IV
• Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan dan memprihatinkan.
• Perusahaan menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumber daya
yang dimiliki memiliki banyak kelemahan.
• Strategi yang diambil: defensif, penciutan, atau likuidasi.
Kelemahan metode ini ialah pemetaan posisi perusahaan terhadap lingkungannya sukar
untuk dilakukan. Dengan demikian identifikasi faktor-faktor peluang, ancaman, kekuatan
dan kelemahan hanya dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan sasaran-
sasaran dan perumusan strategi.
Kelebihan metode ini adalah mengurangi bias pembobotan dan pemeringkatan faktor-
faktor kunci eksternal dan internal serta persepsi yang kurang tepat dalam melihat posisi
perusahaan terhadap lingkungannya sebagai suatu yang final dan statis.
Setelah dilakukan analisis faktor internal dan eksternal sesuai dijelaskan pada sub 4.2.2
dan 4.2.3, langkah berikutnya adalah menyusun matriks lingkungan strategis untuk
menganalisis hubungan interaksi antara peluang dengan kekuatan (O-S), peluang
dengan kelemahan (O-W), ancaman dengan kekuatan (T-S), serta ancaman dengan
kelemahan (T-W), sebagaimana ditunjukkan pada tabel 4.3.
Peluang (opportunities)
Strategi SO Strategi WO
1. …tulis hasil identifikasi
Memanfaatkan keunggulan/ Mengatasi kelemahan agar
faktor peluang
2. ….dst kekuatan untuk menangkap dapat menangkap peluang
3. … dst peluang
Ancaman (threats)
Strategi ST Strategi WT
1. …tulis hasil identifikasi
faktor kelemahan. Menggunakan kekuatan untuk Meminimalkan kelemahan
2. ….dst mengatasi ancaman dan menghindarkan ancaman
3. … dst
Pada umumnya penetapan tujuan didasarkan pada faktor-faktor kunci keberhasilan yang
dilakukan setelah penetapan visi dan misi. Tujuan tidak selalu harus dinyatakan dalam
bentuk kuantitatif, namun harus dapat menunjukkan suatu kondisi/keadaan yang ingin
dicapai di masa yang akan datang. Tujuan akan mengarahkan perumusan sasaran,
kebijaksanaan, program, dan kegiatan dalam mewujudkan misi. Oleh karena itu tujuan
harus dapat menyediakan dasar yang kuat untuk menetapkan indikator kinerja.
Sesuai dengan misi umum yang diemban PDAM sebagai BUMD yang dijelaskan pada
sub bab 4.1.3, maka secara umum tujuan yang diharapkan adalah:
• Mampu memberikan pelayanan air minum kepada seluruh masyarakat secara prima.
• Menghasilkan pendapatan yang dapat menutup seluruh biaya yang dikeluarkan (full
cost recovery).
prioritas terhadap tujuan yang akan dicapai terlebih dahulu. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan tujuan antara lain:
• Pendapatan.
• Pangsa pasar – biaya terendah.
• Pelayanan terhadap pelanggan – keuntungan – efisiensi.
• Tanggung jawab sosial dan masyarakat – inovasi.
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penentuan tujuan perusahaan, antara
lain:
1. Sesuai/cocok (suitable)
Tujuan harus mempunyai sumbangan yang berarti untuk menggerakkan perusahaan
dalam arah yang benar untuk melaksanakan misinya.
2. Layak/dapat dicapai (feasible/achievable)
Tujuan adalah sesuatu yang benar-benar dapat dicapai oleh perusahaan dengan
sumberdayanya yang tersedia.
3. Fleksibel (flexible)
Tujuan harus dimungkinkan untuk dilakukan penyesuaian di masa akan datang jika
terjadi perubahan keadaan yang mendadak.
4. Memotivasi (motivating)
Tujuan yang baik adalah yang dapat memberikan motivasi karyawan untuk
mencapainya; tidak harus terlalu mudah atau terlalu sulit untuk pencapaiannya.
5. Dapat dipahami (understandable)
6. Terkait (linkage)
Sasaran adalah penjabaran dari tujuan secara terukur, yaitu sesuatu yang akan
dicapai/dihasilkan secara nyata oleh perusahaan dalam jangka waktu tahunan, semester,
triwulan, dan bulanan. Sasaran harus menggambarkan hal yang ingin dicapai melalui
tindakan-tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan.
Uraian di atas jelas menunjukkan pengertian yang berbeda antara tujuan dan sasaran,
namun sering ditempatkan berpasangan. Tujuan ialah pernyataan umum dari apa yang
akan diselesaikan, sedang sasaran adalah pernyataan detail/jelas bagaimana
menyelesaikan tujuan.
Sasaran:
• Membangun atau memperbaiki prasarana dan sarana pengairan/irigasi.
• Meningkatkan pengetahuan petani melalui penyuluhan yang intensif.
• Menyediakan sarana produksi (benih, pupuk, obat-obatan) yang harganya terjangkau
petani.
• Menyediakan kredit usaha tani dengan bunga rendah.
• Memperkuat kelembagaan melalui pemberdayaan kelompok tani.
Sasaran memberikan fokus pada penyusunan kegiatan sehingga bersifat spesifik, terinci,
dapat diukur, dan dapat dicapai sebagai tolok ukur keberhasilan misi. Sebagai BUMD,
maka sasaran guna mewujudkan dua misi PDAM sebagaimana dijelaskan pada sub bab
4.1.3. adalah:
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penetapan sasaran dan target guna
perbaikan kinerja PDAM:
1. Sasaran nasional, MDGs (millenium development goals).
Yaitu cakupan pelayanan 80% pada 2015.
2. Standar pelayanan.
• Kontinuitas, yaitu pengaliran 24 jam per hari.
• Kualitas air minum.
• Standar kehilangan air.
• Tarif terjangkau.
3. Renstra daerah.
• Daerah dalam angka.
• Alokasi APBD (anggaran pendapatan belanja daerah)
4. Kemampuan perusahaan.
• Potensi baru yang dapat diandalkan.
• Catatan kinerja waktu lalu.
Melalui analisis kondisi internal dapat diukur kondisi eksisting (catatan kinerja
waktu lalu), yang dapat dikelompokkan dalam perspektif dalam pengukuran kinerja
PDAM, yaitu:
– Perspektif finansial, yaitu ukuran kemampuan perusahaan untuk mencapai nilai
yang baik secara finansial.
– Perspektif pelanggan, yaitu ukuran kemampuan perusahaan untuk memuaskan
pelanggan.
– Perspektif operasional, yaitu ukuran kemampuan perusahaan untuk
mewujudkan proses yang efisien dan produktif.
– Perspektif SDM, yaitu ukuran kemampuan perusahaan dalam pembinaan SDM
sehingga memiliki SDM dengan kompetensi dan komitmen yang baik.
Ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan merupakan konsep dasar dalam indikator kinerja. Oleh
sebab itu indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta
digunakan sebagai dasar untuk menetapkan target dan menilai tingkat kinerja, baik dalam
tahap perencanaan, pelaksanaan maupun setelah kegiatan selesai.
Dengan demikian indikator tersebut dapat digunakan untuk evaluasi, baik dalam tahapan
perencanaan (ex-ante), tahap pelaksanaan (on-going), ataupun tahap setelah kegiatan itu
selesai dan berfungsi (ex-post). Untuk indikator kinerja input dan output dapat dinilai
sebelum kegiatan yang dilakukan selesai. Sedangkan untuk indikator outcome, benefit,
dan impact baru dapat diperoleh setelah kegiatan berlalu.
2. Menciptakan konsensus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait untuk menghindari
kesalahan interpretasi salama pelaksanaan program kegiatan.
3. Membangun dasar bagi pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja perusahaan dan
unit kerja.
Setelah menentukan arah perusahaan di masa depan melalui perumusan tujuan dan
sasaran, langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh manajemen perusahaan adalah
menemukan cara untuk mencapai apa yang telah ditentukan tersebut. Proses ini adalah
melakukan formulasi strategi, yaitu menentukan aktivitas-aktivitas yang berhubungan
dengan pencapaian tujuan. Atau strategi adalah cara/aturan dan pedoman untuk
mencapai tujuan dan sasaran, dimana strategi diperlukan untuk memperjelas arah dan
tujuan pencapaian program atau implementasinya. Strategi merupakan alat penghubung
antara visi, misi, tujuan, sasaran dan arah kebijakan pembangunan.
Dalam melakukan analisis dan formulasi strategi, terdapat beberapa langkah yang
dilakukan, yaitu:
1. Memahami benar visi, misi, tujuan dan sasaran perusahaan, sehingga dapat diketahui
secara jelas arah perusahaan, serta cara untuk menuju arah tersebut.
2. Memahami posisi perusahaan pada saat ini, misalnya pangsa pasar yang dikuasai,
posisi laba/rugi perusahaan, kompetensi karyawan, dsb, sehingga dapat diketahui gap
yang perlu diatasi untuk mencapai kondisi yang diinginkan.
3. Identifikasi faktor lingkungan (eksternal dan internal) yang paling signifikan dihadapi
perusahaan, sehingga memudahkan dalam memahami keberhasilan atau kegagalan
pencapaian tujuan.
4. Memahami solusi yang bisa dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan secara
lebih efisien di masa mendatang. Apa yang akan dilakukan perusahaan
Suatu perusahaan dapat memilih berbagai alternatif strategi umum (general strategy)
untuk mencapai arah yang diinginkan di masa depan. Di bawah ini diberikan
beberapa alternatif strategi umum yang bisa dipilih perusahaan, dimana pemilihan ini
bergantung pada hasil analisis SWOT.
a. Concentration strategy
Adalah strategi dimana perusahaan memfokuskan diri kepada satu lini bisnis
saja. Strategi konsentrasi ini digunakan untuk memperoleh keunggulan bersaing
melalui spesialisasi, dengan cara mengkonsentrasikan seluruh sumber daya pada
satu bidang atau produk saja, dengan harapan akan diperoleh tingkat efisiensi
yang lebih tinggi.
Resiko bagi strategi ini adalah bila pasar jenuh atau muncul pesaing yang
mengancam keberadaan perusahaan, maka tidak ada cadangan atau bisnis lain
yang dapat menopang perusahaan.
b. Stability strategy.
Perusahaan yang menerapkan strategi ini memfokuskan dirinya pada lini bisnis
yang sudah ada atau yang selama ini sudah digeluti. Strategi ini biasanya
diterapkan oleh perusahaan yang berada pada tingkat pertumbuhan yang rendah
atau pada perusahaan yang sudah tidak tumbuh (jenuh).
Perusahaan yang menerapkan strategi ini melihat bahwa apabila melakukan
pertumbuhan maka hal ini akan memakan biaya yang tidak sedikit, dan bahkan
besar kemungkinannya pertumbuhan tersebut akan mengancam bisnis yang
sudah ada serta mengganggu kemampulabaan perusahaan, karena ada bagian
c. Growth strategy.
Pada umumnya perusahaan akan berusaha secara maksimal untuk mengejar
pertumbuhan/growth. Jika memungkinkan maka tujuannya adalah untuk
mencapai pertumbuhan yang terus menerus/berkelanjutan atau yang biasa
disebut sebagai sustainable growth.
iii) Diversifikasi, yaitu dengan mengakuisisi ke dalam industri lain atau lini bisnis.
Dikenal dua jenis diversifikasi:
• Diversifikasi konsentrik (concentric atau related diversification), yaitu bila
akuisisi dilakukan terhadap perusahaan yang memiliki teknologi, produk,
saluran distribusi, atau pasar yang serupa dengan perusahaan yang
melakukan diversifikasi.
• Diversifikasi konglomerasi (unrelated atau conglomerate diversification),
yaitu bila akuisisi dilakukan terhadap perusahaan yang lini bisnisnya beda
sama sekali. Alasan untuk melakukan diversifikasi ini adalah:
– Perusahan dalam industri dengan pertumbuhan lambat mengakuisisi
perusahaan yang berada dalam industri yang berkembang dengan
cepat dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan total.
d. Retrenchment Strategy.
Adalah strategi yang diterapkan ketika perusahaan sudah tidak bisa bersaing
secara efektif, terdiri dari:
i) Turnaround strategy (strategi putar haluan), digunakan ketika kinerja
perusahaan sudah buruk, akan tetapi belum memasuki tahap kritis. Dilakukan
untuk membuat perusahaan menjadi lebih efisien, misal dengan melakukan
b. Matriks GE-Mc Kinsey (matriks daya tarik industry), yang dikembangkan oleh
General Electric yaitu dengan tetap menggunakan matriks BCG namun mencoba
mengeliminasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada metode BCG.
Suatu strategi yang sudah diformulasikan dengan baik belum menjamin akan
memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Terdapat empat hasil yang mungkin
terjadi dari kombinasi antara formulasi strategi dan implementasinya, yaitu:
• Success, apabila perusahaan mampu memformulasikan strategi dengan baik serta
mampu mengimplementasikan dengan baik pula. Hasil inilah yang paling diinginkan
perusahaan.
• Roulette, adalah kondisi dimana formulasi yang dilakukan kurang baik, akan tetapi
dengan usaha dan penyesuaian disana-sini maka perusahaan mampu untuk
mengimplementasikannya dengan baik.
• Trouble, adalah situasi dimana strategi menjadi kacau karena strategi yang
formulasikan dengan baik tidak bisa diimplementasikan dengan baik pula.
• Failure, adalah situasi yang paling tidak diinginkan karena formulasi strategi yang
buruk dan diimplementasikan dengan kurang baik juga.
Dari uraian di atas tampak bahwa keberhasilan strategi tidak hanya terletak pada
formulasi yang baik, tetapi juga bila strategi tersebut dapat diimplementasikan dengan
baik. Formulasi strategi harus dilihat sebagai suatu kesatuan dengan kemungkinan-
kemungkinan hasil yang bisa terjadi.
Agar strategi dapat diimplementasikan dengan baik, maka alternatif strategi yang
teridentifikasi harus dikaji kesesuaiannya dengan tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan, struktur organisasi perusahaan, serta budaya perusahaan. Adalah sangat
bijaksana untuk mempertimbangkan aspek budaya perusahaan dalam pemilihan strategi,
karena keberhasilan implementasi strategi juga ditentukan oleh pihak terkait, dalam hal ini
karyawan dan masyarakat (pelanggan).
Langkah terakhir dalam formulasi strategi adalah pemilihan strategi. Pemilihan strategi
diartikan sebagai proses pengambilan keputusan untuk memilih di antara alternatif-
alternatif strategi yang telah dibuat, yang dipertimbangkan akan dapat diterapkan untuk
mencapai tujuan perusahaan dengan cara-cara yang paling baik. Pemilihan strategi
menyangkut pertimbangan faktor-faktor pilihan, evaluasi alternatif dengan kriteria tertentu,
dan pemilihan alternatif.
Langkah selanjutnya adalah pengambilan keputusan untuk memilih strategi dari alternatif
yang telah dirumuskan. Beberapa kendala dan kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan strategi adalah:
1. Kendala:
Ketersediaan sumber daya keuangan.
Kemampuan perusahaan.
Reaksi dari para pesaing.
Hubungan dengan jalur distribusi.
2. Kriteria:
Responsif terhadap lingkungan eksternal.
Mencakup keunggulan kompetitif yang berkesinambungan.
Konsisten dengan strategi lain dalam perusahaan.
Mudah dilaksanakan.
Sesuai dengan visi dan misi perusahaan.
Memiliki fleksibilitas yang memadai bagi bisnis dan perusahaan.
Jelas terlihat bahwa penggunaan analisis SWOT sangat membantu membuat pilihan-
pilihan strategi identifikasi/penentuan kekuatan, memecahkan kelemahan, memanfaatkan
peluang, dan menghindarkan ancaman. Dengan analisis tersebut perusahaan mampu
menyeimbangkan antara kondisi internal dengan peluang dan ancaman dari lingkungan
eksternal yang ada. Hasil analisis tersebut juga dapat mengidentifikasi masalah-masalah
utama yang dihadapi perusahaan yang selanjutnya diformulasikan untuk solusi,
selanjutnya dikaji kesesuaiannya dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil analisa matriks SWOT yang menggunakan data dari matriks EFE dan
IFE terdapat pada tabel 4.3 atau gambar 4.3 sebagaimana telah dijelaskan pada sub bab
4.2.4, dapat dirumuskan 4 set alternatif strategi yang dapat dilakukan perusahaan, yaitu:
a. Strategi SO
Strategi memanfaatkan kekuatan untuk menangkap peluang yang ada.
b. Strategi WO
Strategi mengatasi/meminimalkan kelemahan agar dapat menangkap peluang.
c. Strategi ST
Menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.
d. Strategi WT
Strategi meminimalkan kelemahan dan menghindarkan ancaman.
Program adalah penjabaran atau realisasi dari kebijakan, yang merupakan kumpulan
kegiatan-kegiatan nyata, sistematis dan terpadu yang dilaksanakan oleh perusahaan,
atau merupakan kerjasama dengan pemangku kepentingan atau partisipasi masyarakat
yang bertujuan untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
Kegiatan adalah tindakan nyata dalam jangka waktu tertentu yang dilakukan perusahaan
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai sasaran dan tujuan
sesuai dengan kebijakan dan program yang telah ditetapkan.
Pada tabel 4.4 diberikan contoh format penyusunan rencana program dan kegiatan. Perlu
diterapkan penggunaan skala prioritas dalam penyusunan penjadwalan kegiatan, dengan
menggunakan pembobotan pada tiap indikator kinerja dan program terkait. Bobot yang
tinggi menunjukkan kegiatan dengan skala prioritas yang tinggi, dimana bobot tinggi ini
diberikan pada indikator kinerja yang saat ini memiliki nilai rendah (buruk).
4.5.4 Dokumentasi
BAB V
SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN
UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Pelatih
Peran pelatih adalah untuk:
• Membantu anda dalam merencanakan proses belajar.
• Membimbing anda dalam melakukan tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam
tahap belaja.
• Membantu anda untuk memahami konsep dan praktik baru dan untuk menjawab
pertanyaan anda mengenai proses belajar anda.
• Membantu anda untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang anda
perlukan untuk belajar anda.
• Mengorganisir kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.
• Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika diperlukan.
2. Penilai
Penilai bertugas melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di tempat
kerja.
Penilai akan:
• Melaksanakan penilaian apabila anda telah siap dan merencanakan proses belajar
dan penilaian selanjutnya dengan anda.
• Menjelaskan kepada anda mengenai bagian yang perlu untuk diperbaiki dan
mendiskusikan rencana pelatihan selanjutnya dengan anda.
• Mencatat pencapaian / perolehan anda.
Ada beberapa sumber yang disebutkan dalam pedoman belajar ini untuk membantu
peserta pelatihan mencapai unjuk kerja yang tercakup pada suatu unit kompetensi.
Prinsip-prinsip dalam pelatihan berbasis kompetensi adalam mendorong pada fleksibilitas
dari penggunaan sumber-sumber yang terbaik dalam suatu unit kompetensi tertentu,
dengan mengijinkan peserta untuk menggunakan sumber-sumber alternatif lain yang
lebih baik, atau jika ternyata sumber-sumber yang direkomendasi dalam pedoman belajar
ini tidak tersedia/tidak ada.