Anda di halaman 1dari 64

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI

SEKT

OR KONTRUKSI
SUB SEKTOR SIPIL
JABATAN KERJA GEODETIC ENGINEER OF BUILDING

PERENCANAAN LAYOUT DAERAH IRIGASI

KODE UNIT KOMPETENSI:


F45 AMPI 02 003 01
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI
SEKT

OR KONTRUKSI
SUB SEKTOR SIPIL
JABATAN KERJA GEODETIC ENGINEER OF BUILDING

PERENCANAAN LAYOUT DAERAH IRIGASI

KODE UNIT KOMPETENSI:


F45 AMPI 02 003 01
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

KATA PENGANTAR

Pengembangan sumber daya manusia di bidang jasa konstruksi bertujuan untuk


meningkatkan kompetensi sesuai standar kompetensi yang dipersyaratkan dengan bidang
kerjanya. Berbagai upaya ditempuh, baik melalui pendidikan formal, pelatihan secara
berjenjang sampai pada tingkat pemagangan di lokasi proyek atau kombinasi antara
pelatihan dan pemagangan, sehingga tenaga kerja mampu mewujudkan standar kinerja yang
dipersyaratkan di tempat kerja.

Untuk meningkatkan kompetensi tersebut, Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan


Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum yang merupakan salah satu institusi pemerintah
yang ditugasi untuk melakukan pembinaan kompetensi, secara bertahap menyusun standar-
standar kompetensi kerja yang diperlukan oleh masyarakat jasa konstruksi. Kegiatan
penyediaan kompetensi kerja tersebut dimulai dengan analisa kompetensi dalam rangka
menyusun suatu standar kompetensi kerja yang dapat digunakan untuk mengukur
kompetensi tenaga kerja di bidang jasa konstruksi yang bertugas sesuai jabatan kerjanya
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 1999, tentang Jasa
Konstruksi dan peraturan pelaksanaannya.

Penyusunan Modul Pelatihan (Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi) untuk jabatan kerja
Ahli Muda Perencana Irigasi mengacu kepada SKKNI Ahli Muda Perencana Irigasi, yang
dalam penjabarannya kepada program pelatihan tertuang pada Kurikulum Pelatihan Berbasis
Kompetensi (KPBK). Penyusunan KPBK dilakukan dengan mengindentifikasi Unit-unit
Kompetensi melalui analisis terhadap Kriteria Unjuk Kerja (KUK) yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang merupakan dasar rumusan penyusunan
kurikulum dan silabus pelatihan.

Modul ini merupakan salah satu sarana dasar yang digunakan dalam pelatihan sebagai
upaya memenuhi kompetensi standar seorang pemangku jabatan kerja seperti tersebut
diatas, sehingga dimungkinkan adanya tambahan materi-materi lainnya untuk lebih
meningkatkan kompetensi dari standar yang dipersyaratkan setiap jabatan kerja

Penyusunan modul ini melalui beberapa tahapan diantaranya Focus Group Discusion serta
Workshop yang melibatkan para nara sumber, praktisi, pemangku jabatan serta stakeholder.
Dengan keterbatasan pelibatan stakeholder terkait dalam proses penyusunan modul ini, dan
seiring dengan perkembangan dan dinamika teknologi konstruksi kedepan, maka tetap
diupayakan penyesuaian dan perbaikan secara berkelanjutan sejalan dengan
dilaksanakannya pelatihan dengan menggunakan modul ini dilapangan melalui respon
peserta pelatihan, instruktur , asesor serta semua pihak.

Pada kesempatan ini disampaikan banyak terimakasih kepada tim penyusun yang telah
mencurahkan segala kemampuannya sehingga dapat menyelesaikan modul ini, serta semua
pihak yang telah terlibat dalam penyusunan modul pelatihan ini.

Jakarta, Nopember 2012

PUSAT PEMBINAAN
KOMPETENSI DAN PELATIHAN
KONSTRUKSI

Judul Modul : Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman : i
Buku Informasi
 
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................. i
Daftar Isi ....................................................................................................................... 1

BAB I PENGANTAR ................................................................................................. 2


1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)........................... 2
1.2 Penjelasan Materi Pelatihan.................................................................. 2
1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini ............................................................ 3
1.4 Pengertian-pengertian / Istilah .............................................................. 4

BAB II STANDAR KOMPETENSI............................................................................... 6


2.1 Peta Paket Pelatihan ............................................................................ 6
2.2 Pengertian Unit Standar Kompetensi .................................................... 6
2.3 Unit Kompetensi yang Dipelajari .......................................................... 7

BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN ....................................................... 12


3.1 Strategi Pelatihan ................................................................................. 12
3.2 Metode Pelatihan ................................................................................. 13
3.3 Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan .......................................... 13

BAB IV PERENCANAAN LAYOUT DAERAH IRIGASI............................................... 24


4.1 Umum .................................................................................................. 24
4.2 Pemeriksaan Lokasi Perencanaan Daerah Irigasi................................. 24
4.3 Perencanaan Peta Petak Irigasi ............................................................ 28
4.4 Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama
(Nomenklatur) ....................................................................................... 41
4.5 Penetapan Layout Definitif Daerah Irigasi ............................................. 55

BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN


KOMPETENSI ................................................................................................ 59
5.1 Sumber Daya Manusia ......................................................................... 59
5.2 Sumber-sumber Perpustakaan ............................................................. 59
5.3 Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan ...................................................... 60

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 1 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

BAB I

PENGANTAR

1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)


1.1.1 Pelatihan berbasis kompetensi.
Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang
menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar
kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja.
1.1.2 Kompeten ditempat kerja.
Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang
bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja
yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.

1.2 Penjelasan Materi Pelatihan


1.2.1 Desain materi pelatihan
Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan
Klasikal dan Pelatihan Individual / mandiri.
1) Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang
instruktur.
2) Pelatihan individual / mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh
peserta dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang
diperlukan dengan bantuan dari instruktur.

1.2.2 Isi Materi pelatihan


1) Buku Informasi
Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk instruktur maupun
peserta pelatihan.
2) Buku Kerja
Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat
setiap pertanyaan dan kegiatan praktek, baik dalam Pelatihan Klasikal
maupun Pelatihan Individual / mandiri.
Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi:
a. Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk
mempelajari dan memahami informasi.
b. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor
pencapaian keterampilan peserta pelatihan.
c. Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan
dalam melaksanakan praktek kerja.

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 2 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

3) Buku Penilaian
Buku penilaian ini digunakan oleh instruktur untuk menilai jawaban
dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi :
a. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai
pernyataan keterampilan.
b. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian
keterampilan peserta pelatihan.
c. Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk
mencapai keterampilan.
d. Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku
Kerja.
e. Petunjuk bagi instruktur untuk menilai setiap kegiatan praktek.
f. Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.
1.2.3 Penerapan materi pelatihan
1) Pada pelatihan klasikal, kewajiban instruktur adalah:
a. Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta
pelatihan sebagai sumber pelatihan.
b. Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan.
c. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam
penyelenggaraan pelatihan.
d. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban /
tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku
Kerja.
2) Pada Pelatihan individual / mandiri, kewajiban peserta pelatihan
adalah:
a. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan.
b. Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja.
c. Memberikan jawaban pada Buku Kerja.
d. Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja.
e. Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh instruktur.

1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini


1.3.1 Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency-
RCC)
Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang
bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang
berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan.
1.3.2. Persyaratan
Untuk mendapatkan pengakuan kompetensi terkini, seseorang harus
sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, yang diperoleh
melalui:

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 3 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

1) Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan,


keterampilan dan sikap kerja yang sama atau
2) Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang
sama atau
3) Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan
keterampilan yang sama.

1.4 Pengertian-pengertian / Istilah


1.4.1 Profesi
Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap,
pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh
dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau
penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu
pekerjaan/jabatan.
1.4.2 Standarisasi
Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta
menerapkan suatu standar tertentu.
1.4.3 Penilaian / Uji Kompetensi
Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui
perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta
keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan
membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang
dipersyaratkan.
1.4.4 Pelatihan
Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk
mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas
pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian
unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari.
1.4.5 Kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja
yang ditetapkan.
1.4.6 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat
menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang
pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam
rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur
pekerjaan di berbagai sektor.

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 4 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

1.4.7 Standar Kompetensi


Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus
dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang
didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan
unjuk kerja yang dipersyaratkan.
1.4.8 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)
SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan
pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1.4.9 Sertifikat Kompetensi
Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu
kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh
Lembaga Sertifikasi Profesi.
1.4.10 Sertifikasi Kompetensi
Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara
sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada
standar kompetensi nasional dan/ atau internasional.

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 5 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

BAB II

STANDAR KOMPETENSI

2.1 Peta Paket Pelatihan


Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Ahli
Muda Perencana Irigasi yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi
Merencanakan Layout Daerah Irigasi - Kode Unit F45 AMPI 02 003 01, sehingga
untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan kemampuan
mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu:
 Penerapan Peraturan dan Perundang-undangan yang terkait Jasa Konstruksi
 Penerapan Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumber Daya Air
 Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
 Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi
 Perencanaan Bangunan Utama (Bendung)
 Parameter Standar Penggambaran Irigasi
 Panduan Operasi dan Pemeliharaan Irigasi
 Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

2.2 Pengertian Unit Standar Kompetensi


2.2.1 Unit Kompetensi
Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / pekerjaan
yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit
komptensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu
jabatan kerja tertentu.
2.2.2 Unit kompetensi yang akan dipelajari
Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini
adalah “Merencanakan Layout Daerah Irigasi”.
2.2.3 Durasi / waktu pelatihan
Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada
pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang
berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi
kompeten dalam melakukan tugas tertentu.
2.2.4 Kesempatan untuk menjadi kompeten
Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan
pertama, Instruktur akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih
yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali
kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level
yang diperlukan.
Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga)
kali.

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 6 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

2.3 Unit Kompetensi yang Dipelajari


Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi
peserta pelatihan atau siswa untuk dapat :
 mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan.
 mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan.
 memeriksa kemajuan peserta pelatihan.
 menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja
telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian.
2.3.1 Judul Unit
Merencanakan Layout Daerah Irigasi
2.3.2 Kode Unit
F45 AMPI 02 003 01
2.3.3 Deskripsi Unit
Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja
yang diperlukan untuk membuat rancangan layout daerah irigasi.
2.3.4 Kemampuan Awal
Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan Menerapkan
Peraturan dan perundang-undangan yang terkait Jasa Konstruksi, dan
Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Lingkungan
(SMK3L).
Menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya air terpadu
Mengumpulkan data perencanaan irigasi.

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 7 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

2.3.5 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja

Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria )

1. Memeriksa lokasi 1.1 Lokasi daerah irigasi diidentifikasi dengan


perencanaan daerah irigasi teliti berdasarkan peta topografi.
1.2 Daerah-daerah yang teridentifikasi tidak
dapat diairi diberi tanda (warna) sesuai
persyaratan.
1.3 Bangunan-bangunan atau lokasi existing
(batas kampung, jalan, sungai, dsb)
diidentifikasi secara teliti.

2. Merancang peta petak Irigasi 2.1 Trace saluran (primer, sekunder dan
tersier) dan saluran pembuang dibuat
berdasarkan kriteria perencanaan yang
telah ditetapkan.
2.2 Bentuk petak tersier dibuat sesuai dengan
kondisi daerah yang akan diairi
berdasarkan peta topografi.
2.3 Luas petak tersier yang terbentuk dibuat
sesuai dengan persyaratan dalam kriteria
perencanaan.
2.4 Petak kwarter dan pencetakan sawah
dibuat secara proporsional sesuai kriteria.

3. Menetapkan tata letak 3.1 Letak bangunan bagi dan sadap


bangunan irigasi dan tata ditentukan berdasarkan kondisi daerah
nama (nomenklatur) yang diairi.dan sesuai persyaratan dalam
kriteria Perencanaan.
3.2 Jenis dan tipe bangunan pelengkap pada
jaringan irigasi (gorong-gorong, talang,
sipon, terjunan, dsb) diidentifikasi sesuai
kebutuhan dan kondisi topografi.
3.3 Jenis dan tipe bangunan ukur ditentukan
secara cermat sesuai dengan debit yang
dialirkan.
3.4 Bangunan boks tersier dan kwarter
ditentukan sesuai dengan kondisi
topografi.
3.5 Tata nama (nomenklatur) ditentukan
sesuai dengan kriteria pada pra-layout
daerah irigasi.

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 8 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria )

4. Menetapkan layout definitif 4.1 Hasil rancangan layout jaringan irigasi


daerah irigasi dikonsultasikan kepada pihak terkait.
4.2 Rancangan layout diperiksa ke lapangan
bersama petugas dan pemanfaat air
irigasi secara cermat .
4.3 Rancangan layout disempurnakan
berdasarkan hasil pengecekan lapangan
untuk dijadikan bahan penetapan layout
definitif.

2.3.6 Batasan Variabel


1) Kontek Variabel
a. Unit kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja individu dan
atau berkelompok, pada lingkup pekerjaan jasa konstruksi
utamanya pada perencanaan irigasi.
b. Unit kompetensi ini berlaku dalam membuat rancangan layout
daerah irigasi
c. Unit kompetensi ini diterapkan sebagai acuan dalam pelaksanaan
tugas perencanaan irigasi, meliputi:
(1) Ketentuan kriteria perencanaan lokasi daerah irigasi.
(2) Ketentuan kriteria perencanaan peta petak tersier
(3) Ketentuan kriteria perencanaan tata letak bangunan irigasi
(4) Penetapan layout daerah irigasi definitif
2) Perlengkapan dan Peralatan
a. Peralatan : Komputer dan software dalam menyelesaikan tugas
individual dan kelompok.
b. Bahan: Buku Kriteria Perencanaan Irigasi, peta topografi
c. Fasilitas: ruang kerja/studio
3) Tugas-tugas yang harus dilakukan :
a. Memeriksa lokasi perencanaan daerah irigasi
b. Merancang peta petak Irigasi
c. Menetapkan tata letak bangunan irigasi dan tata nama
(nomenklatur)
d. Menetapkan layout definitive daerah irigasi.
4) Materi dan peraturan-peraturan yang diperlukan :
a. Pedoman atau peraturan tentang perencanaan irigasi
b. Pedoman atau peraturan tentang perencanaan irigasi air tanah

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 9 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

c. Pedoman atau peraturan tentang perencanaan penyediaan air


baku
d. Pedoman atau peraturan tentang perencanaan jarinagan tersier
serta pencetakan sawah
e. Pedoman atau peraturan tentang perencanaan irigasi mikro.
2.3.7 Panduan Penilaian
1) Kondisi Pengujian
a. Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh
elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang
sebenarnya di tempat kerja atau di luar kerja secara simulasi
dengan kondisi seperti tempat kerja normal dengan menggunakan
kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar.
b. Penilaian dapat dilakukan dengan cara : Tes tertulis, Tes lisan
(wawancara) dan atau Praktek/simulasi, Porto folio atau metode
lain yang relevan;
2) Penjelasan prosedur penilaian; Unit kompetensi yang harus dikuasai
sebelumnya dan yang diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi
ini serta unit-unit kompetensi yang terkait.
a. Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya, meliputi:
(1) F45 AMPI 01 001 01 Menerapkan Peraturan dan
perundang-undangan yang terkait
Jasa Konstruksi, dan Sistem
Manajemen Keselamatan &
Kesehatan Kerja dan Lingkungan
(SMK3L).
(2) F45 AMPI 02 001 01 Menerapkan prinsip-prinsip
pengelolaan sumber daya air
terpadu
(3) F45 AMPI 02 002 01 Mengumpulkan data perencanaan
irigasi

b. 1.2 Unit kompetensi yang terkait, meliputi:


(1) F45 AMPI 02 004 01 Merencanakan Saluran dan
Bangunan Irigasi
(2) F45 AMPI 02 005 01 Merencanakan Bangunan Utama
(Bendung)

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 10 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

(3) F45 AMPI 02 006 01 Menerapkan parameter


perencanaan, dan standar
penggambaran Irigasi
(4) F45 AMPI 02 007 01 Menyusun Panduan Operasi dan
Pemeliharaaan Irigasi berdasarkan
Kriteria Perencanaan
(5) F45 AMPI 03 001 01 Melakukan Aplikasi Model
Matematis jaringan irigasi

3) Pengetahuan yang dibutuhkan :


a. Pembuatan layout irigasi dengan persyaratannya berdasarkan
kondisi medan
b. Dasar-dasar perencanaan irigasi
c. Bangunan air yang terdapat pada jaringan irigasi
d. Peta topografi.
4) Keterampilan yang dibutuhkan :
a. Membuat layout daera irigasi berdasarkan Kriteria perencanaan
b. Menjelaskan cara membuat peta petak tersier
c. Melakukan pengecekan lapangan terhadap rancangan layout
jaringan irigasi
5) Aspek Kritis
Aspek kritis yang harus diperhatikan :
a. Ketelitian dalam mengidentifikasi daerah irigasi berdasarkan peta
topografi dan pengecekan lapangan
b. Ketelitian dalam menerapkan keriteria perencanaan dalam
pembuatan layout daerah irigasi

2.3.8 Kompetensi kunci

No Kompetensi Kunci Tingkat

1. Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan


3
informasi

2. Mengomunikasikan informasi dan ide-ide 2

3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 2

4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 2

5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 3

6. Memecahkan masalah 3

7. Menggunakan teknologi 2

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 11 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

BAB III

STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

3.1 Strategi Pelatihan


Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan
pelatihan klasikal yang diajarkan di kelas oleh instruktur. Pada sistem ini peserta
pelatihan akan bertanggung jawab terhadap proses belajar secara sendiri, artinya
bahwa peserta pelatihan perlu merencanakan kegiatan/proses belajar dengan
Instruktur dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana
yang telah dibuat.
3.1.1 Persiapan / perencanaan
1) Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap
belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi
proses belajar yang harus diikuti.
2) Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.
3) Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh
berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah
dimiliki.
4) Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan.
3.1.2 Permulaan dari proses pembelajaran
1) Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang
terdapat pada tahap belajar.
2) Mereview dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan
pengetahuan yang telah dimiliki.
3.1.3 Pengamatan terhadap tugas praktek
1) Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh
instruktur atau orang yang telah berpengalaman lainnya.
2) Mengajukan pertanyaan kepada instruktur tentang kesulitan yang
ditemukan selama pengamatan.
3.1.4 Implementasi
1) Menerapkan pelatihan kerja yang aman.
2) Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan
praktek.
3) Mempraktekkan keterampilan baru yang telah diperoleh.
3.1.5 Penilaian
Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar peserta
pelatihan

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 12 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

3.2 Metode Pelatihan


Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa
kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan.
3.2.1 Belajar secara mandiri
Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar
secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing.
Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan
disarankan untuk menemui instruktur setiap saat untuk
mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.
3.2.2 Belajar berkelompok
Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang
bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar
berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan
kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi
antar peserta, instruktur dan pakar/ahli dari tempat kerja.
3.2.3 Belajar terstruktur
Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang
dilaksanakan oleh instruktur atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya
mencakup topik tertentu.

3.3 Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan


Rancangan pembelajaran materi pelatihan bertujuan untuk melengkapi hasil
analisis kebutuhan meteri pelatihan. Rancangan pembelajaran materi pelatihan
memberikan informasi yang bersifat indikatif yang selanjutnya dapat dijadikan oleh
instruktur sebagai pedoman dalam menyusun rencana pembelajaran (session
plan) yang lebih operasional dan yang lebih bersifat strategis untuk membantu
para peserta pelatihan mencapai unit kompetensi yang merupakan tugasnya
sebagai instruktur.
Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan sebagai berikut:
Unit Kompetensi Merencanakan Layout Daerah Irigasi
Elemen Kompetensi 1 Memeriksa lokasi perencanaan daerah irigasi
Kriteria Unjuk Metode Sumber/ Jam
Tujuan Tahapan
No Kerja/Indikator Pelatihan yang Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Disarankan Indikatif
1.1 Lokasi daerah Pada akhir 1. Ceramah 1. Menjelaskan a. Kriteria 15 menit
irigasi pembelajaran 2. Diskusi tentang Perencanaan
diidentifikasi sesi ini, peser- kondisi Irigasi 01 s.d.
dengan teliti ta dapat topografi 07 dan B01-
berdasarkan mengidentifika lokasi daerah 02;
peta topografi si lokasi irigasi b. Undang-
1) Dapat daerah irigasi berdasarkan undang
menjelaskan dengan teliti peta topografi tentang
kondisi topografi berdasarkan 2. Menjelaskan Pengelolaan
lokasi daerah peta topografi tentang SDA
irigasi persyaratan c. Peraturan
berdasarkan penetapan Pemerintah
peta topografi lokasi daerah tentang Irigasi

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 13 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

Kriteria Unjuk Metode Sumber/ Jam


Tujuan Tahapan
No Kerja/Indikator Pelatihan yang Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Disarankan Indikatif
2) Dapat irigasi
menjelaskan 3. Menjelaskan
persyaratan cara
penetapan lokasi menunjukkan
daerah irigasi lokasi daerah
3) Mampu irigasi
menunjukkan berdasarkan
lokasi daerah peta topografi
irigasi dengan cermat
berdasarkan
peta topografi
4) Harus mampu
bersikap cermat
dalam
mengidentifikasi
lokasi daerah
irigasi
berdasarkan
peta topografi
1.2 Daerah-daerah Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelasakan a. Kriteria 15 menit
yang pembelajaran 2. Diskusi tentang Perencanaan
teridentifikasi sesi ini, peser- daerah-daerah Irigasi 01 s.d.
tidak dapat diairi ta mampu yang tidak 07 dan B01-
diberi tanda menandai dapat diairi 02;
(warna) sesuai daerah-daerah berdasarkan b. Undang-
persyaratan yang standar kriteria undang
1) Dapat teridentifikasi perencanaan tentang
menjelaskan tidak dapat irigasi Pengelolaan
daerah-daerah diairi sesuai 2. Menjelaskan SDA
yang tidak dapat persyaratan tentang syarat- c. Peraturan
diairi syarat untuk Pemerintah
berdasarkan daerah yang tentang Irigasi
standar kriteria dapat diairi
perencanaan 3. Menjelaskan
irigasi tentang tata
2) Dapat cara
menjelaskan menetapkan
syarat-syarat daerah-daerah
untuk daerah yang tidak
yang dapat diairi dapat diairi
3) Mampu pada peta
menetapkan topografi
daerah-daerah dengan cermat
yang tidak dapat dan teliti
diairi pada peta
topografi
4) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
menetapkan
daerah-daerah
yang tidak dapat
diairi
1.3 Bangunan- Pada akhir 1. Ceramah 1. Menjelaskan a. Kriteria 15 menit
bangunan atau pembelajaran 2. Diskusi tentang tujuan Perencanaan
lokasi existing sesi ini, peser- mengiedntifika Irigasi 01 s.d.
(batas kampung, ta mampu si bangunan 07 dan B01-
jalan, sungai, mengidentifika atau lokasi 02;
dsb) diidentifikasi si bangunan- existing dalam b. Undang-
secara teliti bangunan perencanaan undang
1) Dapat atau lokasi irigasi tentang
menjelaskan existing (batas 2.Menjelaskan Pengelolaan

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 14 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

Kriteria Unjuk Metode Sumber/ Jam


Tujuan Tahapan
No Kerja/Indikator Pelatihan yang Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Disarankan Indikatif
tujuan kampung, cara mencatat SDA
mengiedntifikasi jalan, sungai, bangunan c. Peraturan
bangunan atau dsb) secara atau lokasi Pemerintah
lokasi existing teliti existing pada tentang Irigasi
dalam peta topografi
perencanaan 3.Menjelaskan
irigasi tentang cara
2) Mampu mengidentifika
mencatat si bangunan-
bangunan atau bangunan
lokasi existing atau lokasi
pada peta exisiting pada
topografi peta topografi
3) Harus mampu dengan cermat
bersikap cermat dan teliti
dan teliti dalam
mengidentifikasi
bangunan-
bangunan atau
lokasi exisiting
pada peta
topografi
Diskusi:
Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan

Unit Kompetensi Merencanakan Layout Daerah Irigasi


Elemen Kompetensi 2 Merancang peta petak Irigasi
Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
2.1 Trace saluran Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 60 menit
(primer, sekunder pembelajaran 2. Diskusi tentang Perencanaan
dan tersier) dan sesi ini, peser- persyaratan Irigasi 01 s.d.
saluran pembuang ta dapat pembuatan 07 dan B01-
dibuat membuat trace trase saluran 02;
berdasarkan saluran (primer, irigasi sesuai b. Undang-
kriteria sekunder dan kriteria undang
perencanaan yang tersier) dan perencanaan tentang
telah ditetapkan saluran irigasi Pengelolaan
1) Dapat pembuang 2. Menjelaskan SDA
menjelaskan berdasarkan tentang fungsi c. Peraturan
persyaratan kriteria saluran irigasi Pemerintah
pembuatan trase perencanaan 3. Menjelaskan tentang Irigasi
saluran irigasi yang telah tentang fungsi
sesuai kriteria ditetapkan saluran
perencanaan pembuang
irigasi 4. Menjelaskan
2) Dapat tentang tata
menjelaskan cara
fungsi saluran merencanakan
irigasi trase saluran
3) Dapat pembawa dan
menjelaskan pembuang
fungsi saluran sesuai dengan
pembuang kriteria

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 15 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
4) Mampu peencanaan
merencanakan dengan cermat
trase saluran dan teliti
pembawa dan
pembuang sesuai
dengan kriteria
peencanaan
5) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
membuat trace
saluran
2.2 Bentuk petak Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 45 menit
tersier dibuat pembelajaran 2. Diskusi tentang Perencanaan
sesuai dengan sesi ini, peser- persyaratan Irigasi 01 s.d.
kondisi daerah ta dapat pembuatan 07 dan B01-
yang akan diairi membuat petak tersier 02;
berdasarkan peta bentuk petak 2. Menjelaskan b. Undang-
topografi tersier sesuai tentang bentuk- undang
1) Dapat dengan kondisi bentuk petak tentang
menjelaskan daerah yang tersier sesuai Pengelolaan
persyaratan akan diairi kondisi SDA
pembuatan petak berdasarkan topografi c. Peraturan
tersier peta topografi 3. Menjelaskan Pemerintah
2) Dapat tentang tata tentang Irigasi
menjelaskan cara
bentuk-bentuk merencanakan
petak tersier bentuk petak
sesuai kondisi tersier sesuai
topografi dengan kondisi
3) Mampu daerah yang
merencanakan akan diairi
bentuk petak berdasarkan
tersier sesuai peta topografi
dengan kondisi dengan cermat
daerah yang akan dan teliti
diairi berdasarkan
peta topografi
4) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
membuat bentuk
petak tersier
sesuai dengan
kondisi daerah
yang akan diairi
berdasarkan peta
topografi
2.3 Luas petak tersier Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 15 menit
yang terbentuk pembelajaran 2. Diskusi tentang luas Perencanaan
dibuat sesuai sesi ini, peser- petak tersier Irigasi 01 s.d.
dengan ta dapat yang dapat 07 dan B01-
persyaratan dalam membuat luas dibuat 02;
kriteria petak tersier berdasarkan b. Undang-
perencanaan yang terbentuk persyaratan undang
1) Dapat sesuai dengan dalam kriteria tentang
menjelaskan luas persyaratan perencanaan Pengelolaan
petak tersier yang dalam kriteria 2. Menjelaskan SDA
dapat dibuat perencanaan tata cara c. Peraturan
berdasarkan merancang Pemerintah
persyaratan dalam petak tersier tentang Irigasi

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 16 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
kriteria berdasarkan
perencanaan luasan yang
2) Mampu dipersyaratkan
merancang petak dengan cermat
tersier dan teliti
berdasarkan
luasan yang
dipersyaratkan
3) Harus mampu
bersikap cermat
dan taat terhadap
persyaratan dalam
merancang luas
petak tersier
2.4 Petak Kwarter dan Pada akhir 1. Ceramah 1. Menjelaskan a. Kriteria 60 menit
pencetakan sawah pembelajaran 2. Diskusi tentang Perencanaan
dibuat secara sesi ini, peser- persyaratan Irigasi 01 s.d.
proporsional ta dapat pembuatan 07 dan B01-
sesuai kriteria membuat petak petak kwarter 02;
1) Dapat kwarter dan berdasarkan b. Undang-
menjelaskan pencetakan kriteria undang
persyaratan sawah secara perencanaan tentang
pembuatan petak proporsional 2. Menjelaskan Pengelolaan
kwarter sesuai kriteria tentang SDA
berdasarkan persyaratan c. Peraturan
kriteria pencetakan Pemerintah
perencanaan sawah tentang Irigasi
2) Dapat berdasarkan
menjelaskan kriteria
persyaratan perencanaan
pencetakan sawah 3. Menjelaskan
berdasarkan tata cara
kriteria merancang
perencanaan petak kwarter
3) Mampu secara
merancang petak proporsional
kwarter secara sesuai kriteria
proporsional 4. Menjelaskan
sesuai kriteria tata cara
4) Mampu merancang
merancang pencetakan
pencetakan sawah sawah secara
secara proporsional
proporsional sesuai kriteria
sesuai kriteria 5. Menjelaskan
5) Harus mampu tata cara
bersikap taat dan merancang
konsisten petak kwarter
terhadap kriteria dan
perencanaan pencetakan
dalam merancang sawah dengan
petak kwarter dan cermat dan teliti
pencetakan sawah
6) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
merancang petak
kwarter dan
pencetakan sawah
Diskusi:

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 17 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan

Unit Kompetensi Merencanakan Layout Daerah Irigasi


Elemen Kompetensi 3 Menetapkan tata letak bangunan irigasi dan tata nama (nomenklatur)
Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
3.1 Letak bangunan Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 15 menit
bagi dan sadap pembelajaran 2. Diskusi tentang fungsi Perencanaan
ditentukan sesi ini, peser- bangunan bagi Irigasi 01 s.d.
berdasarkan ta mampu dan bangunan 07 dan B01-
kondisi daerah menentukan sadap pada 02;
yang diairi.dan letak bangunan jaringan irigasi b. Undang-
sesuai bagi dan sadap 2. Menjelaskan undang
persyaratan berdasarkan persyaratan tentang
dalam kriteria kondisi daerah tata letak Pengelolaan
Perencanaan yang diairi dan bangunan bagi SDA
1) Dapat sesuai dan sadap c. Peraturan
menjelaskan persyaratan 3. Menjelaskan Pemerintah
fungsi bangunan dalam kriteria tata cara tentang Irigasi
bagi dan perencanaan mengidentifika
bangunan sadap si kondisi
pada jaringan topografi
irigasi daerah irigasi
2) Dapat untuk
menjelaskan penetapan
persyaratan tata lokasi letak
letak bangunan bangunan bagi
bagi dan sadap dan sadap
3) Mampu 4. Menjelaskan
mengidentifikasi tata cara
kondisi topografi merancang
daerah irigasi tata letak
untuk penetapan bangunan bagi
lokasi letak dan sadap
bangunan bagi pada jaringan
dan sadap irigasi sesuai
4) Mampu kriteria
merancang tata Perencanaan
letak bangunan 5. Menjelaskan
bagi dan sadap tata cara
pada jaringan menentukan
irigasi sesuai letak bangunan
kriteria bagi dan sadap
Perencanaan berdasarkan
5) Harus mampu kondisi daerah
bersikap cermat yang diairi
dan taat dengan cermat
terhadap dan teliti
persyaratan
dalam
menentukan
letak bangunan
bagi dan sadap
berdasarkan
kondisi daerah

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 18 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
yang diairi
3.2 Jenis dan tipe Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 30 menit
bangunan pembelajaran 2. Diskusi tentang jenis- Perencanaan
pelengkap pada sesi ini, peser- jenis bangunan Irigasi 01 s.d.
jaringan irigasi ta mampu pelengkap 07 dan B01-
(gorong-gorong, mengidentifikasi pada jaringan 02;
talang, sipon, jenis dan tipe irigasi b. Undang-
terjunan, dsb) bangunan 2. Menjelaskan undang
diidentifikasi pelengkap pada tentang fungsi tentang
sesuai jaringan irigasi dari masing- Pengelolaan
kebutuhan dan (gorong-gorong, masing SDA
kondisi topografi talang, sipon, bangunan c. Peraturan
1) Dapat terjunan, dsb) pelengkap Pemerintah
menjelaskan sesuai 3. Menjelaskan tentang Irigasi
jenis-jenis kebutuhan dan tata cara
bangunan kondisi menunjukkan
pelengkap pada topografi lokasi yang
jaringan irigasi memerlukan
2) Dapat bangunan
menjelaskan pelengkap
fungsi dari berdasarkan
masing-masing kondisi
bangunan topografi
pelengkap 4. Menjelaskan
3) Mampu tata cara
menunjukkan merancang
lokasi yang jenis dan tipe
memerlukan bangunan
bangunan pelengkap
pelengkap pada jaringan
berdasarkan irigasi sesuai
kondisi topografi kebutuhan dan
4) Mampu kondisi
merancang jenis topografi
dan tipe 5. Menjelaskan
bangunan tentang
pelengkap pada kreteria
jaringan irigasi perencanaan
sesuai setiap
kebutuhan dan bangunan
kondisi topografi pelengkap
5) Dapat 6. Menjelaskan
menjelaskan tata cara
kreteria mengidentifika
perencanaan si jenis dan
setiap bangunan tipe bangunan
pelengkap pelengkap
6) Harus mampu yang
bersikap cermat dibutuhkan
dan teliti dalam sesuai dengan
mengidentifikasi kondisi
jenis dan tipe topografi
bangunan dengan cermat
pelengkap yang dan teliti
dibutuhkan
sesuai dengan
kondisi topografi
3.3 Jenis dan tipe Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 30 menit
bangunan ukur pembelajaran 2. Diskusi tentang tipe Perencanaan
ditentukan sesi ini, peser- atau jenis Irigasi 01 s.d.
secara cermat ta mampu bangunan ukur 07 dan B01-

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 19 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
sesuai dengan menentukan yang 02;
debit yang jenis dan tipe digunakan b. Undang-
dialirkan bangunan ukur pada jaringan undang
1) Dapat secara cermat irigasi tentang
menjelaskan tipe sesuai dengan 2. Menjelaskan Pengelolaan
atau jenis debit yang tata cara SDA
bangunan ukur dialirkan menerapkan c. Peraturan
yang digunakan kriteria Pemerintah
pada jaringan perencanaan tentang Irigasi
irigasi pada pemilihan
2) Mampu tipe dan jenis
menerapkan bangunan ukur
kriteria 3.Menjelaskan
perencanaan tentang fungsi
pada pemilihan bangunan ukur
tipe dan jenis 4. Menjelaskan
bangunan ukur tata cara
3) Dapat merancang
menjelaskan jenis dan tipe
fungsi bangunan bangunan ukur
ukur sesuai dengan
4) Mampu debit yang
merancang jenis dialirkan
dan tipe 5.Menjelaskan
bangunan ukur tata cara
sesuai dengan menetapkan
debit yang jenis dan tipe
dialirkan bangunan ukur
5) Harus mampu dengan cermat
bersikap cermat dan teliti
dan teliti dalam 4. Menjelaskan
menetapkan tata cara
jenis dan tipe mendesain
bangunan ukur bangunan ukur
6) Harus mampu dengan cermat
taat dan sesuai kriteria
konsisten perencanaan
terhadap
persyaratan dan
kriteria
perencanaan
dalam mendisain
bangunan ukur
3.4 Bangunan boks Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 15 menit
tersier dan pembelajaran 2. Diskusi tentang fungsi Perencanaan
kwarter sesi ini, peser- bangunan boks Irigasi 01 s.d.
ditentukan ta mampu tersier dan 07 dan B01-
sesuai dengan menentukan kwarter pada 02;
kondisi topografi bangunan boks saluran irigasi b. Undang-
1) Dapat tersier dan 2. Menjelaskan undang
menjelaskan kwarter sesuai tata cara tentang
fungsi bangunan dengan kondisi menentukan Pengelolaan
boks tersier dan topografi bangunan boks SDA
kwarter pada tersier dan c. Peraturan
saluran irigasi kwarter Pemerintah
2) Dapat berdasarkan tentang Irigasi
menjelaskan kondisi
cara topografi
menentukan dengan cermat
bangunan boks dan teliti
tersier dan 3.Menjelaskan

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 20 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
kwarter tata cara
berdasarkan merancang
kondisi topografi bangunan boks
3) Mampu tersier dan
merancang kwarter sesuai
bangunan boks kondisi
tersier dan topografi
kwarter sesuai
kondisi topografi
4) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
menentukan
bangunan boks
tersier dan
kwarter
berdasarkan
kondisi topografi
3.5 Tata nama Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 30 menit
(nomenklatur) pembelajaran 2. Diskusi tentang Perencanaan
ditentukan sesi ini, peser- penetapan tata Irigasi 01 s.d.
sesuai dengan ta mampu nama pada 07 dan B01-
kriteria pada pra- menentukan pra-layout 02;
layout daerah tata nama daerah irigasi b. Undang-
irigasi (nomenklatur) 2. Menjelaskan undang
1) Dapat sesuai dengan tentang fungsi tentang
menjelaskan kriteria pada tata nama Pengelolaan
penetapan tata pra-layout pada pra- SDA
nama pada pra- daerah irigasi layout daerah c. Peraturan
layout daerah irigasi Pemerintah
irigasi 3.Menjelaskan tentang Irigasi
2) Dapat tata cara
menjelaskan menyusun tata
fungsi tata nama nama pada
pada pra-layout pra-layout
daerah irigasi daerah irigasi
3) Mampu sesuai dengan
menyusun tata kriterria
nama pada pra- dengan cermat
layout daerah dan teliti
irigasi sesuai
dengan kriterria
4) Harus mampu
bersikap cermat
dan taat pada
persyaratan /
pedoman
penyusunan tata
nama
Diskusi:
Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 21 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

Unit Kompetensi Merencanakan Layout Daerah Irigasi


Elemen Kompetensi 4 Menetapkan layout definitive daerah irigasi
Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
4.1 Hasil rancangan Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 10 menit
dikonsultasikan pembelajaran 2. Diskusi tentang hasil Perencanaan
kepada pihak sesi ini, peser- rancangan Irigasi 01 s.d.
terkait ta mampu layout jaringan 07 dan B01-
1) Dapat mengkonsulta- irigasi yang 02;
menjelaskan hasil sikan hasil telah dibuat b. Undang-
rancangan layout rancangan 2. Menjelaskan undang
jaringan irigasi kepada pihak cara tentang
yang telah dibuat terkait menunjukkan Pengelolaan
2) Mampu hasil rancangan SDA
menunjukkan layout daerah c. Peraturan
hasil rancangan irigasi Pemerintah
layout daerah 3. Menjelaskan tentang Irigasi
irigasi tata cara
3) Harus mampu mengonsultasik
bersikap cermat an hasil
dan teliti dalam rancangan
mengonsultasikan layout jaringan
hasil rancangan irigasi dengan
layout jaringan cermat dan teliti
irigasi
4.2 Rancangan Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 10 menit
layout diperiksa pembelajaran 2. Diskusi cara memeriksa Perencanaan
ke lapangan sesi ini, peser- hasil rancangan Irigasi 01 s.d.
bersama petugas ta mampu layout jaringan 07 dan B01-
dan pemanfaat air memeriksa irigasi ke 02;
irigasi secara rancangan lapangan b. Undang-
cermat layout ke bersama undang
1) Mampu lapangan petugas dan tentang
memeriksa hasil bersama pemanfaat air Pengelolaan
rancangan layout petugas dan 2. Menjelaskan SDA
jaringan irigasi ke pemanfaat air tujuan c. Peraturan
lapangan irigasi secara pemeriksaan Pemerintah
bersama petugas cermat kesesuaian tentang Irigasi
dan pemanfaat air hasil rancangan
2) Dapat dengan kondisi
menjelaskan lapangan
tujuan 3. Menjelaskan
pemeriksaan tentang pihak-
kesesuaian hasil pihak yang
rancangan dilibatkan
dengan kondisi dalam
lapangan pemeriksaan
3) Dapat hasil rancangan
menjelaskan dengan kondisi
pihak-pihak yang lapangan
dilibatkan dalam 4.Menjelaskan
pemeriksaan hasil cara
rancangan mengidenti-
dengan kondisi fikasi adanya
lapangan ketidak-
4) Mampu sesuaian antara
mengidenti-fikasi rancangan
adanya ketidak- layout dengan
sesuaian antara kondisi
rancangan layout lapangan
dengan kondisi 5.Menjelaskan
lapangan cara memeriksa
Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi
Halaman: 22 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
5) Harus mampu kesesuaian
bersikap cermat hasil rancangan
dan teliti dalam layout dengan
memeriksa kondisi
kesesuaian hasil lapangan
rancangan layout dengan cermat
dengan kondisi dan teliti
lapangan

4.3 Rancangan Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 10 menit


layout pembelajaran 2. Diskusi tentang proses Perencanaan
disempurnakan sesi ini, peser- penetapan Irigasi 01 s.d.
berdasarkan hasil ta mampu rancangan 07 dan B01-
pengecekan menyempurna- layout menjadi 02;
lapangan untuk kan rancangan layout definitif b. Undang-
dijadikan bahan layout 2. Menjelaskan undang
penetapan layout berdasarkan tata cara tentang
definitif hasil mengidentifikas Pengelolaan
1) Dapat pengecekan i adanya SDA
menjelaskan lapangan ketidaksesuaia c. Peraturan
proses penetapan untuk dijadikan n antara Pemerintah
rancangan layout bahan rancangan tentang Irigasi
menjadi layout penetapan layout dengan
definitif layout definitif kondisi
2) Mampu lapangan
mengidentifikasi 3. Menjelaskan
adanya tata cara
ketidaksesuaian memperbaiki
antara rancangan rancangan
layout dengan layout
kondisi lapangan berdasarkan
3) Mampu hasil
memperbaiki pemeriksaan
rancangan layout kondisi
berdasarkan hasil lapangan
pemeriksaan 4. Menjelaskan
kondisi lapangan tata cara
4) Harus mampu menyempurnak
bersikap cermat an rancangan
dan teliti dalam layout yang
menyempurnakan disesuaikan
rancangan layout dengan kondisi
yang disesuaikan lapangan
dengan kondisi dalam
lapangan dalam mendisain
mendisain bangunan ukur
bangunan ukur dengan cermat
dan teliti
Diskusi:
Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 23 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

BAB IV

PERENCANAAN LAYOUT DAERAH IRIGASI

4.1 Umum
Berisi uraian mengenai pemeriksaan lokasi perencanaan daerah irigasi,
perencanaan peta petak irigasi, penetapan tata letak bangunan irigasi dan tata
nama (Nomenklatur), dan penetapan layout definitif daerah irigasi.

Layout adalah tata letak atau penempatan suatu objek yang akan ditangani,
dikelola, kedalam suatu media atau ruang untuk diproses lebih lanjut sesuai
dengan tujuan. Layout definitif daerah irigasi berarti tata letak atas suatu daerah
irigasi yang dituangkan kedalam suatu peta. Layout yang efektif membantu dalam
kegiatan pengelolaan daerah irigasi seperti yang telah ditetapkan dalam
perencanaan.

4.2 Pemeriksaan Lokasi Perencanaan Daerah Irigasi


Kesesuaian suatu lokasi perencanaan daerah irigasi dapat diidentifikasi dan
diperiksa dengan teliti berdasarkan peta topografi.

4.2.1 Mengidentifikasi Lokasi Daerah Irigasi


Peta ikhtisar adalah cara penggambaran berbagai macam bagian dari
suatu jaringan irigasi yang saling berhubungan. Peta ikhtisar tersebut
dapat dilihat pada peta tata letak.

Peta ikhtisar irigasi tersebut memperlihatkan:


1) Bangunan-bangunan utama
2) Jaringan dan trase saluran irigasi
3) Jaringan dan trase saluran pembuang
4) Petak-petak primer, sekunder dan tersier
5) Lokasi bangunan
6) Batas-batas daerah irigasi
7) Jaringan dan trase jalan
8) Daerah-daerah yang tidak diairi (misal desa-desa)
9) Daerah-daerah yang tidak dapat diairi (tanah jelek, terlalu tinggi dsb).

Peta ikhtisar umum dibuat berdasarkan peta topografi yang dilengkapi


dengan garis-garis kontur dengan skala 1:25.000. Peta ikhtisar detail yang
biasa disebut peta petak, dipakai untuk perencanaan dibuat dengan skala
1:5.000, dan untuk petak tersier 1:5.000 atau 1:2.000.

Kondisi topografi lokasi daerah irigasi dapat dilihat berdasarkan peta


topografi. Salah satu contoh pengaruh kondisi topografi lokasi daerah

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 24 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

irigasi yang bergelombang terhadap luas dan bentuk petak tersier adalah
luas petak sempit dan bentuk tidak optimal. Apabila keadaan topografi
memungkinkan, bentuk petak tersier sebaiknya bujur sangkar atau segi
empat untuk mempermudah pengaturan tata letak dan memungkinkan
pembagian air secara efisien.

Persyaratan penetapan lokasi daerah irigasi, antara lain ditentukan oleh


beberapa hal berikut:
1) Lokasi jaringan irigasi.
2) Perkiraan luas daerah irigasi.
3) Garis besar rencana pertanian.
4) Sumber air irigasi dengan penilaian mengenai banyaknya air yang
tersedia serta perkiraan kebutuhan akan air irigasi, kebutuhan air
minum, air baku, industri dan rumah tangga.
5) Diskripsi tentang pekerjaan prasarana infrastruktur baik yang sedang
direncanakan maupun sudah ada dengan perkiraan lokasi-lokasi
alterantifnya.
6) Program pelaksanaan dan skala prioritas pengembangannya
terpenuhi sesuai tujuan studi.
7) Dampaknya terhadap pembangunan sosial-ekonomi dan lingkungan.

Peta ikhtisar umum dibuat berdasarkan peta topografi yang dilengkapi


dengan garis-garis kontur dengan skala 1:25.000. Peta ikhtisar detail yang
biasa disebut peta petak, dipakai untuk perencanaan dibuat dengan skala
1:5.000, dan untuk petak tersier 1:5.000 atau 1:2.000. Untuk menunjukkan
lokasi daerah irigasi dapat menggunakan peta topografi yang berskala
1:25.000.

Untuk perencanaan detail jaringan irigasi tersier dan pembuang,


diperlukan peta topografi yang secara akurat menunjukkan gambaran
muka tanah yang ada. Untuk masing-masing jaringan irigasi akan
digunakan titik referensi dan elevasi yang sama. Peta-peta ini dapat
diperoleh dari hasil-hasil pengukuran topografi (metode terestris) atau dan
foto udara (peta ortofoto).

Peta-peta itu harus mencakup informasi yang berkenaan dengan:


1) garis-garis kontur
2) batas-batas petak sawah (kalau ada: peta ortofoto)
3) tata guna tanah
4) saluran irigasi, pembuang dan jalan-jalan yang sudah ada beserta
bangunannya
5) batas-batas administratif (desa, kampung)
6) rawa-rawa dan kuburan
7) bangunan.

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 25 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

Skala peta dan interval garis-garis kontur bergantung kepada keadaan


topografi.

Tabel 4.1. Definisi medan untuk topografi makro

Selain itu juga akan diperlihatkan kerapatan/densitas titik-titik di petakpetak


sawah agar arah aliran antar petak dapat ditentukan. Jika dipakai peta
ortofoto, maka kontrol pemetaan ini akan dilakukan dengan pengukuran
lapangan.

Peta ikhtisar harus disiapkan dengan skala 1:25.000 dengan layout


jaringan utama di mana petak tersier terletak. Peta ini harus mencakup
trase saluran irigasi, saluran pembuang, batas-batas petak tersier dan
sebagainya. Untuk penjelasan yang lebih rinci mengenai pengukuran dan
pemetaan, lihat Persyaratan Teknis untuk Pemetaan Terestris dan
Pemetaan Ortofoto (PT - 02).

Berdasarkan kriteria persyaratan yang harus dipenuhi dalam penetapan


lokasi suatu daerah irigasi, maka perlu kecermatan dalam mengidentifikasi
lokasi daerah irigasi berdasarkan peta topografi.

4.2.2 Identifikasi Daerah-daerah yang tidak diairi


Daerah-daerah yang teridentifikasi tidak dapat diairi diberi tanda (warna)
sesuai persyaratan. Berdasarkan standar kriteria perencanaan irigasi,
daerah-daerah yang tidak bisa diairi diantaranya adalah:
1) Tanah rawa
2) Perkampungan/desa
3) Pekuburan
4) Dataran tinggi

Di beberapa petak tersier ada bagian-bagian yang tidak dialiri karena


alasan-alasan tertentu, misalnya:
a) tanah tidak cocok untuk pertanian
b) muka tanah terlalu tinggi tak ada petani penggarap
c) tergenang air.

Harus dicek apakah daerah-daerah ini tidak akan diairi selamanya atau
untuk sementara saja. Jika sudah jelas tidak akan ditanami di masa depan,

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 26 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

maka daerah itu ditandai pada peta dan tidak ada fasilitas irigasi yang
akan diberikan. Kecocokan tanah di seluruh daerah dipelajari dan dibuat
rencana optimasi pemanfaatan air irigasi yang tersedia. Berdasarkan hasil
penilaian ini, akan dapat diputuskan apakah akan dibuat jaringan tersier
Batasan pengembangan sawah:
a) Laju perkolasi lebih dari 10 mm/hari
b) Lapisan tanah atas tebalnya kurang dan 30 cm
c) Kemiringan tanah lebih dari 5% (tergantung pada tekstur dan
kedalaman lapisan tanah atas)
d) Pembuang jelek yang tak dapat dlperbaiki ditinjau dan segi ekonomis
e) Biaya pelaksanaan jaringan irigasi tersier terlampau tinggi.

Elevasi sawah yang akan diairi harus dicek terhadap muka air di saluran.
Hal-hal berikut akan ditentukan:
1) Elevasi sawah yang menentukan
2) Muka air rencana di bangunan sadap
3) Kehilangan total tinggi energi di jaringan tersier.

Suatu daerah tidak akan bisa diairi jika muka air di saluran tidak cukup
tinggi untuk memberikan airnya ke sawah-sawah.

Layak tidaknya menaikkan muka air di jaringan utama atau pembuatan


bangunan sadap baru yang lebih ke hulu, harus diselidiki. Walaupun pada
umumnya pekerjaan ini mahal dan banyak memerlukan pekerjaan tanah,
harus dicari cara untuk mencegah permasalahan yang timbul selama
operasi. Jika jaringan irigasi tidak direncana secara memadai, para petani
akan berusaha mencari sumber air sendiri. Ini akan menyebabkan
kerusakan saluran, bangunan, penyalahgunaan jaringan dan menggangu
eksploitasi.

Secara umum daerah-daerah yang tidak dapat diairi dapat ditetapkan dari
peta topografi. Salah satu daerah yang masih dapat diairi berdasarkan
peta topografi yaitu daerah bergelombang.

4.2.3 Identifikasi Bangunan-bangunan atau lokasi existing


Bangunan-bangunan atau lokasi existing (batas kampung, jalan, sungai,
dan sebagainya) perlu diidentifikasi secara teliti.

Salah satu tujuan mengidentifikasi bangunan atau lokasi existing dalam


perencanaan irigasi adalah untuk penentuan sebagai batas petak dalam
perencanaan irigasi.

Yang umum ditemukan pada saat mengidentifikasi bangunan atau lokasi


existing pada peta topografi untuk daerah irigasi, diantaranya daerah
pantai.
Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi
Halaman: 27 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

perlunya kecermatan dan ketelitian dalam mengidentifikasi bangunan-


bangunan atau lokasi exisiting pada peta topografi

4.3 Perencanaan Peta Petak Irigasi


Perencanaan peta petak irigasi dapat dibuat berdasarkan peta topografi yang ada.
Data-data topografi yang diperlukan atau harus dibuat antara lain:
1) Peta topografi dengan garis-garis ketinggian dan tata letak jaringan irigasi
dengan skala 1:25.000 dan 1:5.000;
2) Peta situasi trase saluran berskala 1:2000 dengan garis-garis ketinggian pada
interval 0,5 m untuk daerah datar dan 1,0 m untuk daerah berbukit-bukit;
3) Profil memanjang pada skala horisontal 1:2000 dan skala vertikal 1:200 (atau
skala 1:100 untuk saluran berkapasitas kecil bilamana diperlukan);
4) Potongan melintang pada skala horisontal dan vertikal 1:200 (atau 1:100
untuk saluran-saluran berkapasitas kecil) dengan interval 50 m untuk bagian
lurus dan interval 25 m pada bagian tikungan;
5) Peta lokasi titik tetap/benchmark, termasuk deskripsi benchmark.

Penggunaan peta-peta foto udara dan foto (ortofoto dan peta garis) yang ilengkapi
dengan garis ketinggian akan sangat besar artinya untuk perencanaan tata letak
dari trase saluran. Peta-peta teristris masih diperlukan sebagai peta baku/peta
dasar.

Perkembangan teknologi photo citra satelit kedepan dapat dipakai dan


dimanfaatkan untuk melengkapi dan mempercepat proses perencanaan jaringan
irigasi. Kombinasi antara informasi pengukuran teristris dan photo citra satelit
akan dapat bersinergi dan saling melengkapi.

4.3.1 Pembuatan Trace Saluran irigasi dan Saluran Pembuang


Trace saluran (primer, sekunder dan tersier) dan saluran pembuang dibuat
berdasarkan kriteria perencanaan yang telah ditetapkan.

a. Saluran irigasi
a1. Jaringan irigasi utama
1) Saluran primer membawa air dari bendung ke saluran sekunder dan
ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah
pada bangunan bagi yang terakhir, lihat juga Gambar 4.1.
2) Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-petak
tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung
saluran ini adalah pada bangunan sadap terakhir.
3) Saluran pembawa membawa air irigasi dari sumber air lain (bukan
sumber yang memberi air pada bangunan utama proyek) ke jaringan
irigasi primer.
4) Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier ke
petak tersier yang terletak di seberang petak tersier lainnya. Saluran

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 28 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

ini termasuk dalam wewenang dinas irigasi dan oleh sebab itu
pemeliharaannya menjadi tanggung jawabnya.

A2. Jaringan saluran irigasi tersier


1) Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap tersier di jaringan
utama ke dalam petak tersier lalu ke saluran kuarter. Batas ujung
saluran ini adalah boks bagi kuarter yang terakhir
2) Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui bangunan
sadap tersier atau parit sawah ke sawah-sawah
3) Perlu dilengkapi jalan petani ditingkat jaringan tersier dan kuarter
sepanjang itu memang diperlukan oleh petani setempat dan dengan
persetujuan petani setempat pula, karena banyak ditemukan di
lapangan jalan petani yang rusak sehingga akses petani dari dan ke
sawah menjadi terhambat, terutama untuk petak sawah yang paling
ujung.
4) Pembangunan sanggar tani sebagai sarana untuk diskusi antar petani
sehingga partisipasi petani lebih meningkat, dan pembangunannya
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi petani setempat serta
diharapkan letaknya dapat mewakili wilayah P3A atau GP3A
setempat.

A3. Garis Sempadan Saluran


Dalam rangka pengamanan saluran dan bangunan maka perlu ditetapkan
garis sempadan saluran dan bangunan irigasi yang jauhnya ditentukan
dalam peraturan perundangan sempadan saluran.

Gambar 4.1. Saluran-saluran primer dan sekunder

Data-data pengukuran topografi dan saluran yang disebutkan di atas


merupakan data akhir untuk perencanaan detail saluran. Letak trase
saluran sering baru dapat ditetapkan setelah membanding-bandingkan

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 29 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

berbagai alternatif. Informasi yang diperoleh dari pengukuran trase saluran


dapat dipakai untuk peninjauan trase pendahuluan, misalnya pemindahan
as saluran atau perubahan tikungan saluran.

Letak as saluran pada silangan dengan saluran pembuang (alamiah)


sering sulit ditentukan secara tepat dengan menggunakan peta topografi
sebelum diadakan pengukuran saluran. Letak akhir bangunan utama dan
bangunan silang tersebut hanya dapat ditentukan berdasarkan survei
lapangan (dengan skala 1:200 atau 1:500). Lokasi trase saluran garis
tinggi akan lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan topografi setempat
daripada saluran yang mengikuti punggung medan.

Saluran-saluran sekunder sering mengikuti punggung medan. Pengukuran


trase untuk saluran tipe ini dapat dibatasi sampai pada lebar 75 m yang
memungkinkan penempatan as saluran dan perencanaan potongan
melintang dengan baik. Untuk saluran garis tinggi, lebar profil yang serupa
cukup untuk memberikan perencanaan detail Akan tetapi, karena
menentukan as saluran dari sebuah peta topografi sebelum pengukuran
saluran lebih sulit, pengukuran peta trase umumnya ditentukan dengan as
saluran yang ditentukan di lapangan.

Persyaratan pembuatan trase saluran irigasi sesuai kriteria perencanaan


irigasi diantaranya:
1) Sedapat mungkin ikuti batas-batas sawah
2) Rencanakan saluran irigasi pada punggung medan dan saluran
pembuang pada daerah lembah/depresi.
3) Hindari persilangan dengan pembuang
4) Saluran irigasi sedapat mungkin mengikuti kemiringan medan.
5) Saluran irigasi tidak boleh melewati petak-petak tersier yang lain.
6) Hindari pekerjaan tanah yang berat.
7) Batasi jumlah bangunan.

Salah satu fungsi saluran irigasi, adalah untuk membawa air ke daerah
pertanian. Sedangkan fungsi saluran pembuang diantaranya, antara lain:
1) Membuang kelebihan air irigasi
2) Mengeringkan sawah
3) Membuang kelebihan air hujan

Rencana pendahuluan untuk saluran irigasi menunjukkan:


1) Trase pada peta tata letak pendahuluan
2) Ketinggian tanah pada trase
3) Lokasi bangunan sadap tersier dan sekunder dengan tinggi air yang
dibutuhkan di sebelah hilir bangunan sadap
4) Bangunan-bangunan yang akan dibangun dengan perkiraan
kehilangan tinggi energi
Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi
Halaman: 30 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

5) Luas daerah layanan pada bangunan sadap dan debit yang diperlukan
debit rencana dan kapasitas saluran untuk berbagai ruas saluran
perkiraan kemiringan dasar dan potongan melintang untuk berbagai
ruas
6) Ruas-ruas saluran dan bangunan-bangunan permanen yang ada.

Rencana potongan memanjang pendahuluan dibuat dengan skala peta


topografi 1:25.000 dan 1:5.000. Rencana tata letak dan potongan
memanjang pendahuluan dibuat dengan skala yang sarna. Kemiringan
rnedan utama akan memperlihatkan keseluruhan gambar dengan jelas.

a.4. Ketinggian yang diperlukan


Dalam menentukan elevasi muka air saluran di atas ketinggian tanah, hal-
hal berikut harus dipertimbangkan.
1) Untuk menghemat biaya pemeliharaan, muka air rencana di saluran
harus sama atau di bawah ketinggian tanah, hal ini sekaligus untuk
lebih mempersulit pencurian air atau penyadapan liar.
2) Agar biaya pelaksanaan tetap minimal, galian dan timbunan ruas
saluran harus tetap seimbang.
3) Muka air harus cukup tinggi agar dapat mengairi sawah-sawah yang
letaknya paling tinggi di petak tersier.

Tinggi bangunan sadap tersier di saluran primer atau sekunder dihitung


dengan rumus berikut (lihat Gambar 4.2)

P = A + a + b + c + d + e + f + g + h + Z

di mana:
P : muka air di saluran primer atau sekunder
A : elevasi di sawah
a : lapisan air di sawah, ≈ 10 cm
b : kehilangan tinggi energi di saluran kuarter kesawah ≈ 5 cm
c : kehilangan tinggi energi di boks bagi kuarter ≈ 5 cm/boks
d : kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran irigasi =
kemiringan kali panjang atau I x L (disaluran tersier; lihat Gambar
4.1)
e : kehilangan tinggi energi di boks bagi, ≈ 5 cm/boks
f : kehilangan tinggi energi di gorong-gorong, ≈ 5 cm per bangunan
g : kehilangan tinggi eriergi di bangunan sadap
Δh : variasi tinggi muka air, 0,10 h100 (kedalaman rencana)
Z : kehilangan tinggi energi di bangunan-bangunan tersier yang lain
(misal jembatan).

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 31 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

Gambar 4.2. Tinggi bangunan sadap tersier yang diperlukan

Dari perhitungan tinggi muka air di atas ternyata bahwa untuk mengairi
sawah langsung dari saluran di sebelahnya, muka air yang diperlukan
adalah sekitar 0,50 m di atas muka tanah. Tinggi muka air rencana yang
lebih rendah akan menghemat biaya pelaksanaan dan pemeliharaan. Akan
tetapi, adalah penting untuk sebanyak mungkin mengairi sawah-sawah di
sepanjang saluran sekunder. Strip/jalur yang tidak kebagian air irigasi
selalu menimbulkan masalah pencurian air dari saluran sekunder atau
pembendungan air di saluran tersier.

Harga-harga yang diambil untuk kehilangan tinggi energi dan kemiringan


dasar merupakan harga-harga asumsi landaian yang kelak akan dihitung
lagi untuk merencanakan harga-harga pada tahap perencanaan akhir.
Debit kebutuhan air telah dihitung, dan didapat debit kebutuhan air selama
setahun serta debit maksimum kebutuhan air pada periode satu mingguan
atau dua mingguan tertentu.

Debit maksimum (Q maks) yang didapat dalam kenyataan operasinya


hanya dialirkan selama satu minggu atau dua minggu pada periode sesuai
kebutuhannya.

Selain dari debit, dalam melakukan desain saluran, elevasi muka air di
saluran ditentukan berdasarkan ketinggian sawah, kemiringan saluran dan
kehilangan tinggi di bangunan tersier, dimana elevasi tersebut harus
terpenuhi supaya jumlah air yang masuk ke sawah sesuai dengan
kebutuhan.

Jika dalam perhitungan dimensi saluran menggunakan Q maks dengan


ketinggian muka air H yang kejadiannya selama satu minggu atau dua
minggu saja selama setahun, maka ketika Q lebih kecil dari Q maks
akibatnya ketinggian muka air lebih kecil dari H dan akan mengakibatkan

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 32 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

tidak terpenuhinya elevasi muka air yang dibutuhkan untuk mengalirkan air
ke sawah sehingga debit yang dibutuhkan petak tersier tidak terpenuhi.

Berdasarkan pemikiran diatas maka elevasi muka air direncanakan pada


Q yang mempunyai frekuensi kejadian paling sering selama setahun tetapi
tidak terlalu jauh dari Q maks sehingga perbedaan variasi ketinggian yang
dibutuhkan antara Q maks dengan Q terpakai tidak terlalu tinggi. Angka
yang cukup memadai adalah penggunaan Q 85% dengan ketinggian 0.90
H.

Elevasi sawah A adalah elevasi sawah yang menentukan (decisive) di


petak tersier yang mengakibatkan diperlukannya muka air tertinggi di
saluran sekunder. Seandainya diambil permukaan yang tertinggi di petak
tersier, ini akan menghasilkan harga P yang berada jauh di atas muka
tanah di saluran sekunder dan menyimpang jauh dari tinggi muka air yang
diperlukan untuk bangunan-bangunan sadap yang lain. Dalam kasus-
kasus seperti itu, akan lebih menguntungkan untuk tidak memberi jatah air
irigasi kepada daerah kecil itu.

Apabila saluran sekunder menerobos tanah perbukitan (tanah tinggi lokal)


mungkin lebih baik tidak mengairi daerah itu. Dalam gambar 4.3 kedua hal
tersebut diilustrasikan sebagai a dan b.

Untuk eksploitasi jaringan irigasi, akan lebih menguntungkan untuk


menempatkan sekaligus dua atau lebih bangunan sadap tersier. Sebuah
bangunan pengatur muka air akan dapat langsung mengontrol lebih
banyak bangunan sadap yang bisa direncanakan pada satu bangunan dan
pekerjaan tender pintu akan dapat dipusatkan di beberapa lokasi saja.

Akan tetapi hanya dalam hal-hal tertentu saja hal ini dapat dilakukan.
Gambar 4.3 menunjukkan beberapa pilihan tata letak dalam keadaan
seperti itu. Untuk saluran-saluran punggung (ridge canal) dengan
kemiringan besar, cara pemecahan (c) pada Gambar 4.3 adalah yang
terbaik dilihat dari segi tata letak.

Namun demikian hal ini tidak selalu mungkin, misalnya penggabungan


bangunan-bangunan sadap tersier dalam cara pemecahan (d)
menyebabkan komplikasi (kerumitan). Petak tersier sebelah kiri terletak di
sebelah hilir saluran pembuang setempat. Hal ini bisa menyebabkan
terjadinya penyadapan air irigasi tanpa izin. Cara mengatasi hal ini adalah
membuat dua bangunan sadap tersier pada (d) dan (do).

Pada cara pemecahan (e) ditunjukkan cara pemecahan lain dengan


“irigasi aliran melingkar” (counter flow irrigation), di sebelah hulu petak
tersier. Lebar bidang tanah ini bisa menjadi puluhan meter dan bisa
Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi
Halaman: 33 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

menyebabkan kehilangan tanah irigasi yang tidak dapat diterima. Cara


pemecahan saluran tersier mengalir ke arah yang berlawanan (hulu)
saluran utama dan ada sebidang tanah yang tidak diairi memberikan
alternatif dengan bangunan sadap hulu berada di luar kontrol bangunan
pengatur muka air. Cara pemecahan (e) dan (f) adalah cara yang
dianjurkan.

a.5. Trase
Perencanaan trase hendaknya secara planimetris mengacu kepada:
1) Garis-garis lurus sejauh mungkin, yang dihubungkan oleh lengkung-
lengkung bulat.
2) Tinggi muka air yang mendekati tinggi medan atau sedikit diatas tinggi
medan guna mengairi sawah-sawah di sebelahnya
3) Tinggi muka air tanah mendekati tinggi muka air rencana atau sedikit
lebih rendah
4) Perencanaan potongan yang berimbang dengan jumlah bahan galian
sama atau lebih banyak dari jumlah bahan timbunan.

Gambar 4.3. Situasi bangunan-bangunan sadap tersier

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 34 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

Dalam jaringan irigasi trase saluran primer pada umumnya kurang lebih
paralel dengan garis-garis tinggi (saluran garis tinggi) dengan saluran-
saluran sekundernya di sepanjang punggung medan. Oleh sebab itu
perencanaan trase saluran sekunder dengan kemiringan tanah sedang
merupakan prosedur langsung. Penentuan trase saluran primer lebih
kompleks karena parameter-parameter seperti kemiringan dasar,
bangunan-bangunan silang dan ketinggian pada pengambilan yang dipilih
di sungai harus dievaluasi.

Untuk penentuan trase saluran primer, ada dua keadaan yang mungkin
terjadi, yakni :
a) Debit yang tersedia untuk irigasi berlimpah dibandingkan dengan
tanah irigasi yang ada;
b) Air irigasi terbatas akibat tanah yang dapat diairi diambil maksimum.

Pada (a), setelah perkiraan lokasi dan tinggi pengambilan diketahui, maka
luas daerah irigasi bergantung kepada kemiringan dasar saluran primer
yang dipilih dan kehilangan tinggi energi yang diperlukan di bangunan-
bangunannya. Kehilangan tinggi energi di saluran primer akan
dipertahankan sampai tingkat minimum sejauh hal ini dapat dibenarkan
dari segi teknis (sedimentasi) dan ekonomis (ukuran saluran dan
bangunan yang besar). Berbagai trase alternatif yang baik dari segi teknis
harus pula diperhitungkan segi ekonomisnya agar bisa dicapai pemecahan
yang terbaik.

Pada (b), dengan luas daerah irigasi yang tetap, perencanaan saluran
primer tidak begitu menentukan. dan kehilangan tinggi energi tidak harus
dibuat minimum. Tinggi muka air dan trase yang dipilih untuk saluran
primer harus memadai untuk bisa mencukupi kebutuhan air maksimum di
daerah yang bisa diairi. Biaya pelaksanaan saluran bisa diusahakan lebih
rendah karena saluran dan bangunan dapat dibuat dengan ukuran yang
lebih kecil. Untuk menentukan secara tepat as saluran primer garis tinggi
utama, pada umumnya ada dua pilihan;
a) saluran primer timbunan/ urugan dengan tinggi muka air di atas muka
tanah pada as;
b) saluran primer galian dengan tinggi muka air kurang lebih sama
dengan muka tanah.

Keuntungan dari cara pemecahan (a) ialah bahwa semua tanah di


sebelahnya dapat diairi dari saluran primer. Tetapi biaya pembuatan
saluran akan lebih mahal. Dalam cara pemecahan (b) biaya akan lebih
murah dan cara ini lebih menarik jika tanah yang harus diairi luas sekali
sedangkan air irigasi yang tersedia sangat terbatas. Tanah-tanah yang
tidak bisa diairi, seperti jalur-jalur di sepanjang saluran dapat dicadangkan

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 35 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

untuk tempat-tempat pemukiman. Pada waktu merencanakan proyek


irigasi dengan pemukiman (trans) migrasi hal ini harus diingat.

Trase sedapat mungkin harus merupakan garis-garis lurus. Sambungan


antara ruas-ruas lurus berbentuk kurve bulat dengan jari-jari yang makin
membesar dengan bertambahnya ukuran saluran. Untuk saluran-saluran
garis tinggi yang besar, khususnya yang terletak di suatu medan yang
garis-garis tingginya tidak teratur, trase saluran tidak bisa dengan tepat
mengikuti garis-garis tersebut dan akan diperlukan pintasan (short cut)
melalui galian atau timbunan; lihat Gambar 4.4. Hal-hal berikut layak
dipertimbangkan.
1) jari-jari minimum saluran adalah 8 kali lebar muka air rencana, dan
dengan demikian bergantung pada debit rencana;
2) pintasan mengurangi panjang total tetapi dapat memperbesar biaya
pembuatan per satuan panjang;
3) karena pintasan berarti mengurangi panjang total, hal ini juga berarti
mengurangi besarnya kehilangan;
4) pintasan menyebabkan irigasi dan pembuatan di ruas sebelumnya
lebih rumit dan lebih mahal; lihat Gambar 4.4.

Gambar 4.4. Trase saluran primer pada medan yang tidak teratur

Trase saluran pembawa tersier untuk daerah terjal dapat direncanakan


dibuat pada tanah terjal saluran mengikuti kemiringan medan.

b. Saluran Pembuang
b1. Jaringan saluran pembuang tersier
1) Saluran pembuang kuarter terletak di dalam satu petak tersier,
menampung air langsung dari sawah dan membuang air tersebut ke
dalam saluran pembuang tersier.
2) Saluran pembuang tersier terletak di dan antara petak-petak tersier
yang termasuk dalam unit irigasi sekunder yang sama dan
menampung air, baik dari pembuang kuarter maupun dari sawah-
sawah. Air tersebut dibuang ke dalam jaringan pembuang sekunder.

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 36 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

b2. Jaringan saluran pembuang utama


1) Saluran pembuang sekunder menampung air dari jaringan
pembuang tersier dan membuang air tersebut ke pembuang primer
atau langsung ke jaringan pembuang alamiah dan ke luar daerah
irigasi.
2) Saluran pembuang primer mengalirkan air lebih dari saluran
pembuang sekunder ke luar daerah irigasi. Pembuang primer
sering berupa saluran pembuang alamiah yang mengalirkan
kelebihan air tersebut ke sungai, anak sungai atau ke laut.

Perencanaan saluran pembuang harus memberikan pertimbangan biaya


pelaksanaan dan pemeliharaan yang terendah. Ruas-ruas harus stabil
terhadap erosi dan sedimentasi minimal pada setiap potongan melintang
dan seimbang.

Dengan adanya saluran pembuang, air dari persawahan menjadi lebih


bersih dari sedimen. Erosi di saluran pembuang akan merupakan kriteria
yang menentukan. Kecepatan rencana hendaknya tidak melebihi
kecepatan maksimum yang diizinkan. Kecepatan maksimum yang
diizinkan bergantung kepada bahan tanah serta kondisinya.

Saluran pembuang direncana di tempat-tempat terendah dan melalui


daerah-daerah depresi. Kemiringan alamiah tanah dalam trase ini
menentukan kemiringan memanjang saluran pembuang tersebut.

Apabila kemiringan dasar terlalu curam dan kecepatan maksimum yang


diizinkan akan terlampaui, maka harus dibuat bangunan pengatur (terjun).

Kecepatan rencana sebaiknya diambil sama atau mendekati kecepatan


maksimum yang diizinkan, karena debit rencana atau debit puncak tidak
sering terjadi, debit dan kecepatan aliran pembuang akan lebih rendah di
bawah kondisi eksploitasi rata-rata.

Khususnya dengan debit pembuang yang rendah, aliran akan cenderung


berkelok-kelok (meander) bila dasar saluran dibuat lebar. Oleh karena itu,
biasanya saluran pembuang direncana relatif sempit dan dalam. Variasi
tinggi air dengan debit yang berubah-ubah biasanya tidak mempunyai arti
penting. Potongan-potongan yang dalam akan memberikan pemecahan
yang lebih ekonomis.

Kemiringan dasar saluran pembuang biasanya mengecil di sebelah hilir


sedangkan debit rencana bertambah besar. Parameter angkutan sedimen
relatif I√R dalam prakteknya akan menurun di sebelah hilir akibat akar R
kuadrat. Sejauh berkenaan dengan air buangan yang relatif bersih dari

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 37 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

sawah, hai ini tidak akan merupakan masalah yang berarti. Keadaan ini
harus dihindari apabila air buangan yang bersedimen harus dialirkan.

Bila saluran air alamiah digunakan sebagai saluran pembuang, maka


umumnya akan lebih baik untuk tidak mengubah trasenya karena saluran
alamiah ini sudah menyesuaikan potongan melintang dan kemiringannya
dengan alirannya sendiri.

Dasar dan talutnya mempunyai daya tahan yang lebih tinggi terhadap
kikisan jika dibandingkan dengan saluran pembuang yang baru dibangun
dengan kemiringan talut yang sama.

Pemantapan saluran air dan sungai alamiah untuk menambah kapasitas


pembuang sering terbatas pada konstruksi tanggul banjir dan sodetan dari
lengkung meander.

Air dari saluran pembuang mempunyai pengaruh negatif pada muka air
tanah atau pada air yang masuk dari laut dan sebagainya. Oleh sebab itu
perencana harus mempertimbangkan faktor tersebut dengan hati-hati guna
memperkecil dampak yang mungkin timbul. Perlunya kecermatan dan
ketelitian dalam membuat trace saluran.

4.3.2 Bentuk Petak Tersier


Bentuk petak tersier dibuat sesuai dengan kondisi daerah yang akan diairi
berdasarkan peta topografi.

Perencanaan dasar yang berkenaan dengan unit tanah adalah petak


tersier. Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada
bangunan sadap (off take) tersier yang menjadi tanggung jawab Dinas
Pengairan. Bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier.
Di petak tersier pembagian air, eksploitasi dan pemeliharaan menjadi
tanggung jawab para petani yang bersangkutan, di bawah bimbingan
pemerintah. Ini juga menentukan ukuran petak tersier. Petak yang kelewat
besar akan mengakibatkan pembagian air menjadi tidak efisien. Faktor-
faktor penting lainnya adalah jumlah petani dalam satu petak, jenis
tanaman dan topografi. Di daerah-daerah yang ditanami padi luas petak
tersier idealnya maksimum 50 ha, tapi dalam keadaan tertentu dapat
ditolelir sampai seluas 75 ha, disesuaikan dengan kondisi topografi dan
kemudahan eksploitasi dengan tujuan agar pelaksanaan Operasi dan
Pemeliharaan lebih mudah. Petak tersier harus mempunyai batas-batas
yang jelas seperti misalnya parit, jalan, batas desa dan batas perubahan
bentuk medan (terrain fault).

Petak tersier dibagi menjadi petak-petak kuarter, masing- masing seluas


kurang lebih 8-15 ha.
Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi
Halaman: 38 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

Apabila keadaan topografi. memungkinkan, bentuk petak tersier sebaiknya


bujur sangkar atau segi empat untuk mempermudah pengaturan tata letak
dan memungkinkan pembagian air secara efisien.

Petak tersier harus terletak langsung berbatasan dengan saluran sekunder


atau saluran primer. Perkecualian: kalau petak-petak tersier tidak secara
langsung terletak di sepanjang jaringan saluran irigasi utama yang dengan
demikian, memerlukan saluran tersier yang membatasi petak-petak tersier
lainnya, hal ini harus dihindari.

Panjang saluran tersier sebaiknya kurang dari 1.500 m, tetapi dalam


kenyataan kadang-kadang panjang saluran ini mencapai 2.500 m. Panjang
saluran kuarter lebih baik di bawah 500 m, tetapi prakteknya kadang-
kadang sampai 800 m. Yang termasuk dalam persyaratan pembuatan
petak tersier, diantaranya ukuran petak tersier 50-100 Ha.

Untuk menentukan layout petak tersier, aspek-aspek yang harus


dipertimbangkan untuk mendapatkan kondisi yang ideal, diantaranya:
1) luas petak tersier
2) batas-batas petak tersier
3) bentuk yang optimal
4) kondisi medan
5) jaringan irigasi yang ada
6) eksploitasi jaringan

Untuk membuat layout petak tersier pada medan bergelombang, trase


saluran tersier dibuat pada kaki bukit utama dan memberikan air dari salah
satu sisi kuarter yang mengalir paralel atau dari kedua sisi saluran kuarter
yang mungkin ke arah bawah punggung medan.

4.3.3 Persyaratan Luas Petak Tersier


Luas petak tersier yang terbentuk dibuat sesuai dengan persyaratan dalam
kriteria perencanaan.

Petak yang kelewat besar akan mengakibatkan pembagian air menjadi


tidak efisien. Faktor-faktor penting lainnya adalah jumlah petani dalam satu
petak, jenis tanaman dan topografi. Di daerah-daerah yang ditanami padi
luas petak tersier idealnya maksimum 50 ha, tapi dalam keadaan tertentu
dapat ditolelir sampai seluas 75 ha, disesuaikan dengan kondisi topografi
dan kemudahan eksploitasi dengan tujuan agar pelaksanaan Operasi dan
Pemeliharaan lebih mudah.

Berdasarkan kriteria perencanaan maka luas petak tersier yang dapat


dibuat, adalah 50-100 Ha.
Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi
Halaman: 39 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

Untuk merancang petak tersier berdasarkan luasan yang sesuai dengan


persyaratan, maka karakteristik yang dapat diusahakan untuk mencapai
petak ideal, misalnya:
1) 6-8 dari pemilikan sawah yang ada diorganisasi (atau reorganisasi)
menjadi jalur-jalur /strip.
2) Air diberikan dari saluran kuarter dan kelebihan air dibuang melalui
pembuang kuarter.
3) Jalan petani dibangun di sepanjang saluran kuarter.
4) Pembagian air proporsional dengan boks bagi yang dilengkapi
dengan pintu guna memungkinkan pembagian air secara berselang-
seling ke petak-petak kuarter

Petak tersier bisa dikatakan ideal jika masing-masing pemilikan sawah


memiliki pengambilan sendiri dan dapat membuang kelebihan air lang-
sung ke jaringan pembuang. Juga para petani dapat mengangkut hasil
pertanian dan peralatan mesin atau ternak mereka ke dan dari sawah
melalui jalan petani yang ada.

Gambar 4.5. Petak tersier yang ideal

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 40 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

4.3.4 Petak Kwarter dan pencetakan sawah


Petak Kwarter dan pencetakan sawah dibuat secara proporsional sesuai
kriteria. Ukuran petak kuarter bergantung kepada ukuran sawah, keadaan
topografi, tingkat teknologi yang dipakai, kebiasaan bercocok tanam, biaya
pelaksanaan, sistem pembagian air dan efisiensi. Jumlah petani pemilik
sawah di petak kuarter sebaiknya tidak boleh lebih dan 30 orang agar
koordinasi antar petani baik.

Ukuran petak itu sebaiknya tidak lebih dari 15 ha agar pembagian air
menjadi efisien. Persyaratan pembuatan petak kwarter berdasarkan
kriteria perencanaan ditentukan bahwa petak tersier dibagi menjadi petak-
petak kwarter, masing-masing seluas kurang lebih 8-15 ha. Panjang
saluran kuarter lebih baik di bawah 500 m, tetapi prakteknya kadang-
kadang sampai 800 m.

Karena sawah-sawah hanya dilayani oleh petak kuarter saja, maka di


daerah-daerah yang ukuran sawahnya rata-rata kecil, jumlah petak kuarter
bisa ditambah. Ukuran optimum suatu petak kuarter adalah 8 - 15 ha.

Lebar petak akan bergantung pada cara pembagian air, yakni apakah air
dibagi dari satu sisi atau kedua sisi saluran kuarter. Aliran antar petak
hendaknya dibatasi sampai kurang lebih 8 sawah atau 300 m panjang
maksimum. Di daerah-daerah datar atau bergelombang, petak kuarter
dapat membagi air ke kedua sisi. Dalam hal ini lebar maksimum petak
akan dibatasi sampai 400 m (2x200 m). Pada tanah terjal, di mana saluran
kuarter mengalirkan air ke satu sisi saja, lebar maksimum diambil 300 m.
Panjang maksimum petak ditentukan oleh panjang saluran kuarter yang
diizinkan (500 m).

Kriteria umum untuk Pengembangan Petak Tersier;


1) ukuran petak tersier 50-100 ha
2) ukuran petak kuarter 8-15 ha
3) panjang saluran tersier <1500 m
4) panjang saluran kuarter < 500 m
5) jarak antara saluran kuarter & pembuang < 300 m

Perlunya ketaatan dan konsistensi terhadap kriteria perencanaan dalam


merancang petak kwarter dan pencetakan sawah, serta kecermatan dan
ketelitian dalam merancang petak kwarter dan pencetakan sawah.

4.4 Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)
Berdasarkan kriteria perencanaan, penetapan tata letak bangunan irigasi
termasuk dalam tata letak pendahuluan dimana harus menunjukkan:
1) Lokasi bangunan utama
2) Trase jaringan irigasi dan pembuang
Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi
Halaman: 41 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

3) Batas-batas dan perkiraan luas (dalam ha) jaringan irigasi dengan petak-
petak primer, sekunder dan tersier serta daerah-daerah yang tidak bisa diairi
4) Bangunan-bangunan utama jaringan irigasi dan pembuang lengkap dengan
fungsi dan tipenya
5) Konstruksi lindungan terhadap banjir, dan tanggul
6) Jaringan jalan dengan bangunan-bangunannya.

Nama-nama yang diberikan untuk saluran-saluran irigasi dan pembuang,


bangunan-bangunan dan daerah irigasi harus jelas dan logis. Nama yang
diberikan harus pendek dan tidak mempunyai tafsiran ganda (ambigu). Nama-
nama harus dipilih dan dibuat sedemikian sehingga jika dibuat bangunan baru kita
tidak perlu mengubah semua nama yang sudah ada.

Boks tersier diberi kode T, diikuti dengan nomor urut menurut arah jarum jam,
mulai dan boks pertama di hilir bangunan sadap tersier: T1, T2, dan seterusnya.
Boks kuarter diberi kode K, diikuti dengan nomor urut jarum jam, mulai dari boks
kuarter pertama di hilir boks nomor urut tertinggi K1, K2, dan seterusnya. Ruas-
ruas saluran tersier diberi nama sesuai dengan nama boks yang terletak di antara
kedua boks, niisalnya (T1 - T2), (T3 – K1). Petak kuarter diberi nama sesuai
dengan petak rotasi, diikuti dengan nomor urut menurut arah jarum jam. Petak
rotasi diberi kode A, B, C dan seterusnya menurut arah jarum jam.

Gambar 4.6. Sistem tata nama petak rotasi dan petak kwarter

Saluran irigasi kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang dilayani
tetapi dengan huruf kecil, misalnya a1, a2, dan seterusnya. Saluran pembuang
kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang dibuang airnya, diawali
dengan dk, misalnya dka1, dka2 dan seterusnya. Saluran pembuang tersier diberi
kode dt1, dt2, juga menurut arah jarum jam.

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 42 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

Gambar 4.7. Peristilahan dan tata nama

4.4.1 Penentuan Letak bangunan bagi dan sadap


Letak bangunan bagi dan sadap ditentukan berdasarkan kondisi daerah
yang diairi dan sesuai persyaratan dalam kriteria perencanaan. Bangunan
bagi dan sadap pada irigasi teknis dilengkapi dengan pintu dan alat
pengukur debit untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sesuai jumlah dan
pada waktu tertentu.

Namun dalam keadaan tertentu sering dijumpai kesulitan-kesulitan dalam


operasi dan pemeliharaan sehingga muncul usulan sistem proporsional.
Yaitu bangunan bagi dan sadap tanpa pintu dan alat ukur tetapi dengan
syarat-syarat sebagai berikut:
1) Elevasi ambang ke semua arah harus sama
2) Bentuk ambang harus sama agar koefisien debit sama.
3) Lebar bukaan proporsional dengan luas sawah yang diairi.

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 43 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

Tetapi disadari bahwa sistem proporsional tidak bisa diterapkan dalam


irigasi yang melayani lebih dari satu jenis tanaman dari penerapan sistem
golongan.

Untuk itu kriteria perencanaan menetapkan agar diterapkan tetap memakai


pintu dan alat ukur debit dengan memenuhi tiga syarat proporsional.
1) Bangunan bagi terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu
titik cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran
atau lebih.
2) Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau
sekunder ke saluran tersier penerima.
3) Bangunan bagi dan sadap mungkin digabung menjadi satu rangkaian
bangunan.
4) Boks-boks bagi di saluran tersier membagi aliran untuk dua saluran
atau lebih (tersier, subtersier dan/atau kuarter)

Fungsi bangunan bagi dan bangunan sadap pada jaringan irigasi antara
lain:
1) Bangunan bagi berfungsi membagikan air ke saluran lainnya, seperti
dari saluran primer ke saluran sekunder, dsb.
2) Bangunan sadap berfungsi membagikan air ke petak sekunder atau
petak tersier

Penetapan lokasi letak bangunan bagi dan sadap berdasarkan kondisi


topografi daerah irigasi didasarkan pada kontur/ketinggian daerah rencana
irigasi. Persyaratan tata letak untuk bangunan bagi dan sadap
berdasarkan peta topografi sebisa mungkin terletak di punggung bukit/
punggung gunung. Penetapan tata letak bangunan bagi dan sadap pada
jaringan irigasi sesuai kriteria perencanaan harus mempertimbangkan juga
panjang saluran ke boks tersier.

Perlunya kecermatan dan ketaatan terhadap persyaratan dalam


menentukan letak bangunan bagi dan sadap berdasarkan kondisi daerah
yang diairi.

4.4.2 Jenis dan tipe bangunan pelengkap pada jaringan irigasi


Jenis dan tipe bangunan pelengkap pada jaringan irigasi diidentifikasi
sesuai kebutuhan dan kondisi topografi.

Berdasarkan kriteria perencanaan KP-05, terdapat beberapa jenis


bangunan pelengkap yang terdapat pada jaringan irigasi diantaranya:
a. Bangunan pembawa
b. Gorong-gorong
c. Bangunan terjun
Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi
Halaman: 44 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

d. Talang
e. Sipon
f. Pasangan
g. Got miring
h. Jalan inspeksi
i. Bangunan akhir

Bangunan pembawa adalah bangunan yang diperlukan untuk membawa


aliran air di tempat-tempat di mana tidak mungkin dibuat potongan saluran
biasa tanpa pasangan. Bangunan pembawa mungkin diperlukan karena:
1) persilangan dengan jalan, yang diperlukan: gorong-gorong, jembatan
2) keadaan topografi yang berakibat terbatasnya lebar saluran atau
perubahan kemiringan secara tiba-tiba, atau di tempat-tempat di mana
kemiringan medan melebihi kemiringan saluran; yang diperlukan:
talang, flum, bangunan terjun atau saluran pasangan,
3) persilangan dengan saluran atau sungai; yang diperlukan: sipon atau
gorong-gorong,
4) menjaga agar muka air tetap setinggi yang diperlukan di daerah-
daerah rendah; yang dibutuhkan: talang, flum atau saluran pasangan,
5) perlu membuang kelebihan air dengan bangunan pembuang; yang
dibutuhkan: bangunan pembuang.

Gorong-gorong berupa saluran tertutup, dengan peralihan pada bagian


masuk dan keluar. Gorong-gorong akan sebanyak mungkin mengikuti
kemiringan saluran. Gorong-gorong berfungsi sebagai saluran terbuka
selama bangunan tidak tenggelam. Gorong-gorong mengalir penuh bila
lubang keluar tenggelam atau jika air di hulu tinggi dan gorong-gorong
panjang. Kehilangan tinggi energi total untuk gorong-gorong tenggelam
adalah jumlah kehilangan pada bagian masuk, kehilangan akibat gesekan
ditambah lagi kehilangan pada tikungan gorong-gorong, kalau ada.

Fungsi dari bangunan terjun pada saluran irigasi adalah untuk mengatasi
perbedaan ketinggian yang terlalu besar antara kemiringan saluran
dengan kemiringan medan. Kriteria bangunan terjun tegak, antara lain:
1) Jika dibuat dari pasangan batu, kehilangan ketinggian permukaan air
kurang dari 1 m (Z < 1 m)
2) Jika dibuat dari pasangan beton, maka Z > 1 meter
3) Terjunan tegak umunya ditempatkan pada saluran tersier
4) Analisis hidrolisnya, lihat KP-05

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 45 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

Gambar 4.8. Bangunan terjun

Talang atau flum adalah penampang saluran buatan di mana air mengalir
dengan permukaan bebas, yang dibuat melintas cekungan, saluran,
sungai, jalan atau sepanjang lereng bukit. Bangunan ini dapat didukung
dengan pilar atau kontruksi lain. Talang atau flum dan baja dan beton
dipakai untuk membawa debit kecil.

Sipon dipakai untuk mengalirkan air lewat bawah jalan, melalui sungai atau
saluran pembuang yang dalam. Aliran dalam sipon mengikuti prinsip aliran
dalam saluran tertutup. Antara saluran dan sipon pada pemasukan dan
pengeluaran diperlukan peralihan yang cocok.

Komponen yang harus dipertimbangkan dalam merangcang sipon, antara


lain:
1) Sipon adalah bangunan yang menghantarkan aliran air (biasanya
sebuah saluran) dibawah aliran air lain (biasanya sebuah
pembuangan air) atau jalan
2) Air dalam sipon mengalir dengan tekanan sangat tinggi dan mengikuti
prinsip tekanan arus dalam saluran pengahantar
3) Perencanaan hidrolis harus mempertimbangkan kehilangan pada
pemasukan dalam transisi jalan masuk, gesekan dan kehilangan pada
lengkungan dalam sipon serta kehilangan pada lubang pengeluaran

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 46 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

Gambar 4.9. Talang

Saluran tersier sebaiknya diberi pasangan. bila kehilangan air akibat


perkolasi akan tinggi atau kemiringan tanah lebih dan 1,0 sampai 1,5%.
Dengan pasangan kemiringan saluran dapat diperbesar. Biaya
pelaksanaan akan menentukan apakah saluran akan diberi pasangan,
atau apakah akan digunakan bangunan terjun. Pasangan juga bermanfaat
untuk mengurangi kehilangan air akibat rembesan atau memantapkan
stabilitas tanggul.

Pada medan terjal dimana beda tinggi energi yang besar harus
ditanggulangi dalam jarak pendek dan saluran tersier mengikuti kemiringan
medan, akan diperlukan got miring. Got miring ini terdiri dari bagian
masuk, bagian peralihan, bagian normal dan kolam olak.

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 47 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

Gambar 4.10. Detail pasangan

Gambar 4.11. Bagian-bagian dalam got miring

Layout petak tersier juga mencakup perencanaan jalan inspeksi dan jalan
petani. Operasi dan pemeliharaan saluran dan bangunan di dalam petak
tersier membutuhkan jalan inspeksi di sepanjang saluran irigasi sampai ke
boks bagi yang terletak paling ujung/hilir. Karena kendaraan yang di pakai
oeh ulu-ulu dan para pembantunya adalah sepeda atau sepeda motor,
maka lebar jalan inspeksi diambil sekitar 1,5 - 2,0 m.

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 48 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

Jalan inspeksi untuk saluran tersier dibangun dengan lapisan dasar dan
kerikil setebal 0,20 m supaya cukup kuat. Kerikil terbaik untuk pembuatan
jalan adalah bahan aluvial alamiah yang dipilih dari sungai yang mengalir
di daerah proyek. Jalan inspeksi untuk saluran tersier dapat juga dibangun
dengan lapisan dasar dari sirtu dan/atau Lapis Pondasi Agregat Kelas B
setebal 0.20 m supaya kuat. Batu-batu bongkah yang terlalu besar atau
kerikil bergradasi jelek hendaknya dihindari. Di daerah-daerah datar atau
rawa-rawa sebaiknya tinggi jalan diambil 0,3 - 0,5 m di atas tanah di
sekelilingnya.

Gambar 4.12. Jembatan pada jalan petani dan jalan inspeksi

Bangunan akhir harus dibuat di ujung saluran pembawa kuarter untuk


membuang kelebihan air. Bangunan akhir berupa pelimpah yang
disesuaikan dengan muka air rencana. Untuk membilas endapan,
bangunan itu dilengkapi dengan skot balok.

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 49 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

Gambar 4.13. Bangunan akhir di saluran kwarter

Penentuan jenis bangunan pelengkap yang diperlukan juga dipengaruhi


oleh lokasi dan kondisi topografi setempat. Sebagai contoh, jenis
bangunan pelengkap yang dapat digunakan pada saluran yang melintasi
lembah/sungai yang cukup dalam adalah talang air.

Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam mengidentifikasi jenis dan tipe


bangunan pelengkap yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi topografi.

4.4.3 Penetapan jenis dan tipe Bangunan Ukur


Jenis dan tipe bangunan ukur ditentukan secara cermat sesuai dengan
debit yang dialirkan. Aliran akan diukur di hulu (udik) saluran primer, di
cabang saluran jaringan primer dan di bangunan sadap sekunder maupun
tersier. Bangunan ukur dapat dibedakan menjadi bangunan ukur aliran
atas bebas (free overflow) dan bangunan ukur alirah bawah (underflow).

Beberapa dari bangunan pengukur dapat juga dipakai untuk mengatur


aliran air. Bangunan ukur yang dapat dipakai ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 50 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

Tabel 4.2. Alat-alat ukur

Untuk menyederhanakan operasi dan pemeliharaan, bangunan ukur yang


dipakai di sebuah jaringan irigasi hendaknya tidak terlalu banyak, dan
diharapkan pula pemakaian alat ukur tersebut bisa benar-benar mengatasi
permasalahan yang dihadapi para petani. KP-04 Bangunan memberikan
uraian terinci mengenai peralatan ukur dan penggunaannya.

Peralatan berikut dianjurkan pemakaiannya:


1) di hulu saluran primer
Untuk aliran besar alat ukur ambang lebar dipakai untuk pengukuran
dan pintu sorong atau radial untuk pengatur.
2) di bangunan bagi bangunan sadap sekunder
Pintu Romijn dan pintu Crump-de Gruyter dipakai untuk mengukur dan
mengatur aliran. Bila debit terlalu besar, maka alat ukur ambang lebar
dengan pintu sorong atau radial bisa dipakai seperti untuk saluran
primer.
3) bangunan sadap tersier
Untuk mengatur dan mengukur aliran dipakai alat ukur Romijn atau jika
fluktuasi di saluran besar dapat dipakai alat ukur Crump-de Gruyter. Di
petak-petak tersier kecil di sepanjang saluran primer dengan tinggi
muka air yang bervariasi dapat dipertimbangkan untuk memakai
bangunan sadap pipa sederhana, di lokasi yang petani tidak bisa

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 51 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

menerima bentuk ambang sebaiknya dipasang alat ukur parshall atau


cut throat flume.
Alat ukur parshall memerlukan ruangan yang panjang, presisi yang
tinggi dan sulit pembacaannya, alat ukur cut throat flume lebih pendek
dan mudah pembacaannya.

Dari berbagai jenis bangunan ukur di atas, yang paling banyak dan umum
digunakan pada jaringan irigasi adalah:
1) Ambang lebar
2) Parshall
3) Crump De Gruyter
4) Romijn

Contoh cara menerapkan kriteria perencanaan pada pemilihan tipe dan


jenis bangunan ukur; bangunan ukur ambang lebar disarankan untuk
digunakan, terutama pada saluran induk supaya bangunan ini kokoh dan
mudah dibuat, juga karena mempunyai berbagai bentuk mercu dan
bangunan ini mudah disesuaikan dengan type saluran apa saja.

Fungsi bangunan ukur, utamanya adalah untuk mengukur debit aliran.


Jenis bangunan ukur yang biasa digunakan pada saluran tersier adalah
Romijn.

Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menetapkan jenis dan tipe


bangunan ukur, serta ketaatan dan konsistensi terhadap persyaratan dan
criteria perencanaan dalam mendisain bangunan ukur

4.4.4 Menentukan Bangunan Boks tersier dan kwarter


Bangunan boks tersier dan kwarter ditentukan sesuai dengan kondisi
topografi. Boks bagi dibangun di antara saluran-saluran tersier dan kuarter
guna membagi-bagi air irigasi ke seluruh petak tersier dan kuarter.
Perencanaan boks bagi harus sesuai dengan kebiasaan petani setempat
dan memenuhi kebutuhan kegiatan operasi di daerah yang bersangkutan
pada saat ini maupun kemungkinan pengembangan di masa mendatang.
Tergantung pada air yang tersedia, boks bagi harus membagi air secara
terus-menerus (proporsional) dan secara rotasi; Pembagian air secara
proporsional dapat dicapai jika lebar bukaan proporsional dengan luas
daerah yang akan diberi air oleh saluran. Elevasi ambang dan muka air di
atas ambang harus sama untuk semua bukaan pada boks.

Untuk pemberian air secara rotasi, boks dilengkapi dengan pintu yang
dapat menutup bukaan jika diperlukan. Pintu itu hendaknya diberi gembok
agar tidak dioperasikan oleh orang yang tak berwenang membagi air.

Fungsi bangunan boks tersier dan kwarter pada saluran irigasi, antara lain:
Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi
Halaman: 52 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

1) Boks bagi dibangun diantara saluran-saluran tersier dan kuarter guna


membagi-bagi air irigasi keseluruh petak tersier dan kuarter.
2) Tergantung pada air yang tersedia, boks bagi harus membagi secara
proporsional dan terus menerus atau secara rotasi

Di jaringan irigasi ini mana keadaan medan hampir rata, perbedaan antara
muka air maksimum di hulu bangunan sadap tersier dan elevasi sawah
yang akan diairi sangat kecil. Ada sebagian sawah yang tidak bisa diairi
dengan jaringan irigasi tersier bila boks bagi direncana untuk aliran
moduler dan saluran direncana dengan kemiringan memanjang yang
diperlukan.

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan ini, cara-cara berikut dapat


ditempuh:
1) menaikkan muka air di saluran primer atau sekunder (misalnya
dengan membuat ambang atau pengatur melalui bangunan pengatur);
2) merencana dan membuat bangunan sadap tersier baru di hulu
bangunan sadap yang sudah ada agar daerah-daerah tinggi dapat
diberi air;
3) mengurangi kemiringan di saluran tersier dan kuarter;
4) merencana boks bagi tersier dan kuarter untuk aliran nonmoduler.
5) pemilihan alat pengukur/pengatur yang memerlukan kehilangan tinggi
energi yang lebih kecil.

Penentuan bangunan boks tersier dan kwarter berdasarkan kondisi


topografi, antara lain berupa; untuk daerah-daerah datar dimana
kehilangan tinggi energi harus diambil serendah mungkin, boks dapat
dibuat tanpa ambang karena alasan-alasan non teknis.

Boks bagi tersier dan kwarter serta pasangan batu sesuai kondisi topografi
dirancang dengan rumus untuk ambang lebar (Gambar 4.14) sebagai
berikut:

(sebelum dikoreksi)
3
Q  C d Cv  2 3 2 3 g  b  h 2
(setelah dikoreksi)

atau disederhanakan menjadi:

di mana:
Q : debit, m3/dt

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 53 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

Cd : koefisien debit = 0,85 (untuk 0,08 ≤ H1/L 0,33)


Cv : koefisien kecepatan, = 1,0
b : lebar ambang, m
h1 : kedalaman air di hulu ambang, m
g : percepatan gravitasi m/dt2, = 9,81 m/det2
L : panjang ambang, m
h1 : tinggi energi di hulu ambang, m.

Gambar 4.14. Boks dengan ambang lebar

4.4.5 Penetapan Tata Nama (Nomenklatur) Pra-Layout Daerah Irigasi


Tata nama (nomenklatur) ditentukan sesuai dengan kriteria pada pra-
layout daerah irigasi.

Beberapa kriteria penetapan tata nama pada pra-layout daerah irigasi,


antara lain:
1) Nama harus jelas dan singkat serta mempunyai arti
2) Saluran tersier diberi nama sesuai menurut bangunan dimana saluran
tersier tersebut menyadap air
3) Saluran sekunder diberi nama menurut desa yang terletak dalam
petak sekundernya

Fungsi tata nama pada pra-layout daerah irigasi adalah nomenklatur


merupakan suatu nama petunjuk atau identitas yang jelas dan singkat dari
suatu obyek, baik itu nama petak, saluran maupun bangunan-bangunan
yang berada pada daerah irigasi, sehingga memudahkan dalam
pelaksanaan atau pemeliharaan.

Penyusunan tata nama pada pra-layout daerah irigasi sesuai dengan


kriteria perencanaan dapat dilakukan dengan sistem tata nama, sebagai
berikut:
1) Nama harus jelas dan singkat serta mempunyai arti
2) Sebaiknya terdiri dari satu huruf
3) Arti nama tidak boleh mendua (sama/kembar)

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 54 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

4) Nama harus dibuat sedemikian rupa sehingga jika dibuat bangunan


ekstra dari yang sudah ada tidak harus dirubah
5) Untuk saluran utama (induk/primer) diberi nama sesuai dengan sungai
yang disadap
6) Saluran sekunder diberi nama menurut desa yang terletak dalam
petak sekundernya
7) Saluran tersier diberi nama sesuai menurut bangunan dimana saluran
tersier tersebut menyadap air

4.5 Penetapan Layout Definitif Daerah Irigasi


Layout pendahuluan dibuat berdasarkan data-data dan hasil penyelidikan
sebelumnya. Layout pendahuluan juga meliputi batas-batas petak tersier, daerah
yang dapat diairi dan trase saluran berdasarkan data-data yang telah diperoleh
sebelumnya. Layout pendahuluan hendaknya sudah menunjukkan peng.aruh
terhadap tinggi rencana di jaringan utama.

Layout pendahuluan disiapkan oleh ahli irigasi yang mensyaratkan sebagai


berikut :
1) Terwujudnya sistim saluran pembawa dan pembuang secara jelas
2) Bagi lokasi yang memungkinkan petak-petak sawah dipikirkan diolah dengan
hand traktor, guna mengganti binatang ternak dan mengatasi tenaga petani
yang semakin berkurang
3) Bagi yang memungkinkan terwujudnya jalan usaha tani sekaligus jalan
inspeksi di tingkat tersier.
Pengaturan dan ukuran petak sawah sedemikian sehingga memudahkan air
mengalir dari petak ke petak yang memungkinkan pengelolaan air yang efektif.

Untuk hal-hal seperti pemilikan tanah, pengembangan sawah dan sebagainya,


instansi-instansi berikut akan dilibatkan;
1) Pemerintah Daerah
2) Agraria
3) Pertanian
4) Transmigrasi (hanya di daerah-daerah transmigrasi saja).

4.5.1 Konsultasi hasil rancangan kepada pihak terkait


Hasil rancangan dikonsultasikan kepada pihak terkait. Pihak terkait yang
dapat memberikan masukan terhadap hasil rancangan layout jaringan
irigasi, diantaranya dinas pengairan.

Pencekan layout pendahuluan meliputi kegiatan-kegiatan berikut ;


1) konsultasi dengan P3A
2) pencekan di lapangan.

Hasil rancangan layout daerah irigasi dapat dikatakan selesai dan siap
disajikan, jika:
Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi
Halaman: 55 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

1) Semua trase saluran pembawa dan pembuang sudah terplotkan


dengan jelas dan terpisah
2) Tata letak bangunan irigasi dengan pelengkapnga sudah sesuai
dengan criteria perencanaan
3) Peletakan bangunan utama sudah sesuai dengan persyaratan
4) Luas dan bentuk petak sudah sesuai dengan kondisi topografi dan
memenuhi persyaratan
5) Tata nama (nomeklatur) sudah tercantum dengan jelas, dan
6) Daerah yang tidak dapat diairi diberi tanda dengan tegas

Konsultasi dengan pihak P3A dibutuhkan untuk menjelaskan dan


membicarakan layout pendahuluan. Komentar serta keberatan-keberatan
yang diajukan oleh para petani harus dipertimbangkan benar-benar,
karena ketidaksepakatan akan menyebabkan penyalahgunaan atau
bahkan hambatan terhadap pengembangan atau O & P jaringan irigasi
Berhubung para petani tidak terbiasa menggunakan peta, layout
pendahuluan juga harus dicek di lapangan. Perlunya kecermatan dan
ketelitian dalam mengonsultasikan hasil rancangan layout jaringan irigasi.

4.5.2 Pemeriksaan rancangan layout ke lapangan


Rancangan layout diperiksa ke lapangan bersama petugas dan pemanfaat
air irigasi secara cermat. Yang dimaksud pemanfaat air dalam
pemeriksaan hasil rancangan jaringan irigasi ke lapangan adalah
kelompok petani penggarap.
Pihak-pihak yang dilibatkan dalam pemeriksaan hasil rancangan dengan
kondisi lapangan diantaranya:
1) Perencana
2) Instansi terkait
3) Kelompok petani/ masyarakat

Salah satu cara memeriksa hasil rancangan layout jaringan irigasi ke


lapangan adalah mengajak petugas dan kelompok petani. Dengan
mengajak mereka berjalan di sepanjang saluran, para petani diberi
kesempatan untuk menunjukkan di tempat-tempat mana kira-kira akan
timbul masalah.

Selama kunjungan ini layout bisa diubah sesuai dengan keinginan para
petani serta kelayakan teknis. Pencekan layout pendahuluan ini
melibatkan instansi Pemerintah Daerah, Pertanian dan Agraria (jika
dipandang perlu).

Komentar dan usul yang diterima akan dimasukkan ke dalam layout


pendahuluan. Pengukuran detail dapat dimulai setelah layout pendahuluan
disetujui oleh kedua belah pihak.

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 56 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

Tujuan pemeriksaan kesesuaian hasil rancangan dengan kondisi lapangan


adalah untuk memperoleh kepastian bahwa rancangan sudah sesuai
dengan kondisi lapangan sehingga dapat menghindari terjadinya
kesalahan dalam pelaksanaan

Hasil rancangan lanyout perlu diidentifikasi untuk menentukan adanya


kemungkinan ketidaksesuaian hasil antara rancangan layout dengan
kondisi lapangan. Beberapa contoh adanya ketidaksesuaian antara
rancangan layout dengan kondisi lapangan, antara lain:
1) Saluran pembuang berada pada punggung bukit
2) Daerah yang diairi merupakan daerah industri
3) Bentuk layout petak tersier di daerah pedataran berbentuk bujur
sangkar

Dengan demikian, perlu kecermatan dan ketelitian dalam memeriksa


kesesuaian hasil rancangan layout dengan kondisi lapangan.

4.5.3 Penyempurnaan rancangan layout


Rancangan layout disempurnakan berdasarkan hasil pengecekan
lapangan untuk dijadikan bahan penetapan layout definitif. Pencekan di
lapangan hendaknya dilakukan dengan para petani atau organisasi petani
dan kepala desa, guna mendapatkan informasi mengenai pemilikan tanah,
dan batas pembebasan tanah. Semua masalah yang timbul sebaiknya
dipecahkan bersama-sama dengan Pemerintah Daerah DPUP, Pengawas
Irigasi, Agraria (untuk registrasi tanah), PPL (atau wakil pertanian)
pembantu Camat atau instansi-instansi lain yang terlibat dalam pekerjaan
ini misalnya Dinas Transmigrasi di daerah transmigrasi. Jika perlu trase
dan batas-batas yang sudah ditentukan bisa diubah. Layout yang sudah
disetujui dan diselesaikan bersama akan disebut “layout akhir” (Final
layout). Layout ini dengan jelas menunjukkan daerah-daerah kuarter yang
sudah dihitung serta kebutuhan irigasi yang direncana.

Secara ringkas, proses penetapan rancangan layout menjadi layout


definitif meliputi tahapan; draft rancangan layout diperiksa ke lapangan
untuk dibandingkan kondisi real di lapangan, jika terjadi ketidakcocokan,
lalu diperbaiki. Setelah sempurna dikonsultasikan kepada pihak terkait
untuk dijadikan layout definitif.

Hasil rancangan layout perlu diidentifikasi terhadap adanya kemungkinan


ketidaksesuaian antara rancangan layout dengan kondisi lapangan. Salah
satu contoh bentuk ketidaksesuaian dari rancangan layout, dapat berupa
daerah yang akan diairi sudah berubah menjadi daerah pemukiman.

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 57 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

Tujuan perbaikan terhadap rancangan layout berdasarkan hasil


pemeriksaan kondisi lapangan adalah untuk mendapat luasan petak yang
maksimal dan bentuk petak optimal sehingga lebih efisien.

Layout akhir akan merupakan hasil konsultasi dengan para petani yang
akan menggunakan jaringan tersier. Saran-saran dari petani akan
sebanyak mungkin dimasukkan, sejauh hal ini dapat diterima dari segi
teknis. Kemudian layout akan digambar pada peta dengan skala yang
sesuai: 1:5000 atau 1:2000. Peta dengan garis-garis ketinggian tapi tanpa
titik-titik rinci ketinggian akan dipakai sebagai dasar layout ini.

Pada peta ini harus ditunjukkan hal-hal berikut:


1) Batas-batas petak tersier, subtersier dan kuarter batas-batas tiap sawah
(jika dipakai peta ortofoto); batas-batas desa dan indikasi daerah-
daerah yang bisa diairi dan yang tidak
2) saluran-saluran primer, sekunder, tersier, dan kuarter serta pembuang
3) semua bangunan, termasuk indikasi tipe bangunan, seperti boks tersier,
gorong-gorong, jembatan dan sebagainya
4) jalan-jalan inspeksi dan jalan petani
5) sistem tata nama (nomenklatur) saluran, pembuang dan bangunan
6) ukuran petak tersier dan masing-masing petak kuarter.

Layout akhir harus disetujui dan disahkan oleh wakil para petani (pimpinan
tidak resmi), P3A (jika telah dibentuk) dan kepala desa. Gambar layout asli
harus ditandatangani oleh orang-orang tersebut di atas.

Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menyempurnakan rancangan


layout yang disesuaikan dengan kondisi lapangan.

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 58 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

BAB V

SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN


KOMPETENSI

5.1 Sumber Daya Manusia


5.1.1 Instruktur
Instruktur dipilih karena dia telah berpengalaman. Peran instruktur adalah
untuk :
1) Membantu peserta untuk merencanakan proses belajar.
2) Membimbing peserta melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan
dalam tahap belajar.
3) Membantu peserta untuk memahami konsep dan praktek baru dan
untuk menjawab pertanyaan peserta mengenai proses belajar.
4) Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sumber
tambahan lain yang diperlukan untuk belajar.
5) Mengorganisir kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.
6) Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika
diperlukan.

5.1.2 Penilai
Penilai melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di
tempat kerja. Penilai akan :
1) Melaksanakan penilaian apabila peserta telah siap dan
merencanakan proses belajar dan penilaian selanjutnya dengan
peserta.
2) Menjelaskan kepada peserta mengenai bagian yang perlu untuk
diperbaiki dan merundingkan rencana pelatihan selanjutnya dengan
peserta.
3) Mencatat pencapaian / perolehan peserta.
5.1.3 Teman kerja / sesama peserta pelatihan
Teman kerja /sesama peserta pelatihan juga merupakan sumber
dukungan dan bantuan. Peserta juga dapat mendiskusikan proses
belajar dengan mereka. Pendekatan ini akan menjadi suatu yang
berharga dalam membangun semangat tim dalam lingkungan
belajar/kerja dan dapat meningkatkan pengalaman belajar peserta.

5.2 Sumber-sumber Kepustakaan ( Buku Informasi )


5.2.1 Sumber pustaka penunjang pelatihan
Pengertian sumber-sumber adalah material yang menjadi pendukung
proses pembelajaran ketika peserta pelatihan sedang menggunakan
materi pelatihan ini.
Sumber-sumber tersebut dapat meliputi :
Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi
Halaman: 59 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

 Buku referensi (text book)/ buku manual servis


 Lembar kerja
 Diagram-diagram, gambar
 Contoh tugas kerja
 Rekaman dalam bentuk kaset, video, film dan lain-lain.
Ada beberapa sumber yang disebutkan dalam pedoman belajar ini untuk
membantu peserta pelatihan mencapai unjuk kerja yang tercakup pada
suatu unit kompetensi.
Prinsip-prinsip dalam pelatihan Berbasis Kompetensi mendorong
kefleksibilitasan dari penggunaan sumber-sumber yang terbaik dalam
suatu unit kompetensi tertentu, dengan mengijinkan peserta untuk
menggunakan sumber-sumber alternatif lain yang lebih baik atau jika
ternyata sumber-sumber yang direkomendasikan dalam pedoman belajar
ini tidak tersedia/tidak ada.

5.2.2 Sumber-sumber bacaan yang dapat digunakan:


Judul : Pedoman Kriteria Perencanaan 01-07 dan B01-02
Pengarang : -
Penerbit : -
Tahun terbit : 2006

Judul : Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu


Pengarang/Peng- :-
himpun
Penerbit :-
Tahun terbit :-

Judul : Undang-undang tentang Pengelolaan SDA


Pengarang : -
Penerbit : -
Tahun terbit : -

Judul : Peraturan Pemerintah No. 20 tentang Irigasi


Pengarang :
Penerbit :
Tahun terbit :

5.3 Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan


5.3.1 Peralatan yang digunakan:
1) Naskah Undang-undang tentang SDA;
2) Naskah PP dan Perda tentang Irigasi
3) Naskah irigasi air tanah

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 60 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01

5.3.2 Bahan yang dibutuhkan:


1) Kriteria Perencanaan Irigasi 01 s.d. 07 dan B01-02;
2) Undang-undang tentang Pengelolaan SDA
3) Peraturan Pemerintah tentang Irigasi

Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi


Halaman: 61 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012

Anda mungkin juga menyukai