SEKT
OR KONTRUKSI
SUB SEKTOR SIPIL
JABATAN KERJA GEODETIC ENGINEER OF BUILDING
OR KONTRUKSI
SUB SEKTOR SIPIL
JABATAN KERJA GEODETIC ENGINEER OF BUILDING
KATA PENGANTAR
Penyusunan Modul Pelatihan (Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi) untuk jabatan kerja
Ahli Muda Perencana Irigasi mengacu kepada SKKNI Ahli Muda Perencana Irigasi, yang
dalam penjabarannya kepada program pelatihan tertuang pada Kurikulum Pelatihan Berbasis
Kompetensi (KPBK). Penyusunan KPBK dilakukan dengan mengindentifikasi Unit-unit
Kompetensi melalui analisis terhadap Kriteria Unjuk Kerja (KUK) yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang merupakan dasar rumusan penyusunan
kurikulum dan silabus pelatihan.
Modul ini merupakan salah satu sarana dasar yang digunakan dalam pelatihan sebagai
upaya memenuhi kompetensi standar seorang pemangku jabatan kerja seperti tersebut
diatas, sehingga dimungkinkan adanya tambahan materi-materi lainnya untuk lebih
meningkatkan kompetensi dari standar yang dipersyaratkan setiap jabatan kerja
Penyusunan modul ini melalui beberapa tahapan diantaranya Focus Group Discusion serta
Workshop yang melibatkan para nara sumber, praktisi, pemangku jabatan serta stakeholder.
Dengan keterbatasan pelibatan stakeholder terkait dalam proses penyusunan modul ini, dan
seiring dengan perkembangan dan dinamika teknologi konstruksi kedepan, maka tetap
diupayakan penyesuaian dan perbaikan secara berkelanjutan sejalan dengan
dilaksanakannya pelatihan dengan menggunakan modul ini dilapangan melalui respon
peserta pelatihan, instruktur , asesor serta semua pihak.
Pada kesempatan ini disampaikan banyak terimakasih kepada tim penyusun yang telah
mencurahkan segala kemampuannya sehingga dapat menyelesaikan modul ini, serta semua
pihak yang telah terlibat dalam penyusunan modul pelatihan ini.
PUSAT PEMBINAAN
KOMPETENSI DAN PELATIHAN
KONSTRUKSI
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................. i
Daftar Isi ....................................................................................................................... 1
BAB I
PENGANTAR
3) Buku Penilaian
Buku penilaian ini digunakan oleh instruktur untuk menilai jawaban
dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi :
a. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai
pernyataan keterampilan.
b. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian
keterampilan peserta pelatihan.
c. Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk
mencapai keterampilan.
d. Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku
Kerja.
e. Petunjuk bagi instruktur untuk menilai setiap kegiatan praktek.
f. Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.
1.2.3 Penerapan materi pelatihan
1) Pada pelatihan klasikal, kewajiban instruktur adalah:
a. Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta
pelatihan sebagai sumber pelatihan.
b. Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan.
c. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam
penyelenggaraan pelatihan.
d. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban /
tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku
Kerja.
2) Pada Pelatihan individual / mandiri, kewajiban peserta pelatihan
adalah:
a. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan.
b. Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja.
c. Memberikan jawaban pada Buku Kerja.
d. Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja.
e. Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh instruktur.
BAB II
STANDAR KOMPETENSI
2. Merancang peta petak Irigasi 2.1 Trace saluran (primer, sekunder dan
tersier) dan saluran pembuang dibuat
berdasarkan kriteria perencanaan yang
telah ditetapkan.
2.2 Bentuk petak tersier dibuat sesuai dengan
kondisi daerah yang akan diairi
berdasarkan peta topografi.
2.3 Luas petak tersier yang terbentuk dibuat
sesuai dengan persyaratan dalam kriteria
perencanaan.
2.4 Petak kwarter dan pencetakan sawah
dibuat secara proporsional sesuai kriteria.
6. Memecahkan masalah 3
7. Menggunakan teknologi 2
BAB III
Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
4) Mampu peencanaan
merencanakan dengan cermat
trase saluran dan teliti
pembawa dan
pembuang sesuai
dengan kriteria
peencanaan
5) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
membuat trace
saluran
2.2 Bentuk petak Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 45 menit
tersier dibuat pembelajaran 2. Diskusi tentang Perencanaan
sesuai dengan sesi ini, peser- persyaratan Irigasi 01 s.d.
kondisi daerah ta dapat pembuatan 07 dan B01-
yang akan diairi membuat petak tersier 02;
berdasarkan peta bentuk petak 2. Menjelaskan b. Undang-
topografi tersier sesuai tentang bentuk- undang
1) Dapat dengan kondisi bentuk petak tentang
menjelaskan daerah yang tersier sesuai Pengelolaan
persyaratan akan diairi kondisi SDA
pembuatan petak berdasarkan topografi c. Peraturan
tersier peta topografi 3. Menjelaskan Pemerintah
2) Dapat tentang tata tentang Irigasi
menjelaskan cara
bentuk-bentuk merencanakan
petak tersier bentuk petak
sesuai kondisi tersier sesuai
topografi dengan kondisi
3) Mampu daerah yang
merencanakan akan diairi
bentuk petak berdasarkan
tersier sesuai peta topografi
dengan kondisi dengan cermat
daerah yang akan dan teliti
diairi berdasarkan
peta topografi
4) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
membuat bentuk
petak tersier
sesuai dengan
kondisi daerah
yang akan diairi
berdasarkan peta
topografi
2.3 Luas petak tersier Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 15 menit
yang terbentuk pembelajaran 2. Diskusi tentang luas Perencanaan
dibuat sesuai sesi ini, peser- petak tersier Irigasi 01 s.d.
dengan ta dapat yang dapat 07 dan B01-
persyaratan dalam membuat luas dibuat 02;
kriteria petak tersier berdasarkan b. Undang-
perencanaan yang terbentuk persyaratan undang
1) Dapat sesuai dengan dalam kriteria tentang
menjelaskan luas persyaratan perencanaan Pengelolaan
petak tersier yang dalam kriteria 2. Menjelaskan SDA
dapat dibuat perencanaan tata cara c. Peraturan
berdasarkan merancang Pemerintah
persyaratan dalam petak tersier tentang Irigasi
Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
kriteria berdasarkan
perencanaan luasan yang
2) Mampu dipersyaratkan
merancang petak dengan cermat
tersier dan teliti
berdasarkan
luasan yang
dipersyaratkan
3) Harus mampu
bersikap cermat
dan taat terhadap
persyaratan dalam
merancang luas
petak tersier
2.4 Petak Kwarter dan Pada akhir 1. Ceramah 1. Menjelaskan a. Kriteria 60 menit
pencetakan sawah pembelajaran 2. Diskusi tentang Perencanaan
dibuat secara sesi ini, peser- persyaratan Irigasi 01 s.d.
proporsional ta dapat pembuatan 07 dan B01-
sesuai kriteria membuat petak petak kwarter 02;
1) Dapat kwarter dan berdasarkan b. Undang-
menjelaskan pencetakan kriteria undang
persyaratan sawah secara perencanaan tentang
pembuatan petak proporsional 2. Menjelaskan Pengelolaan
kwarter sesuai kriteria tentang SDA
berdasarkan persyaratan c. Peraturan
kriteria pencetakan Pemerintah
perencanaan sawah tentang Irigasi
2) Dapat berdasarkan
menjelaskan kriteria
persyaratan perencanaan
pencetakan sawah 3. Menjelaskan
berdasarkan tata cara
kriteria merancang
perencanaan petak kwarter
3) Mampu secara
merancang petak proporsional
kwarter secara sesuai kriteria
proporsional 4. Menjelaskan
sesuai kriteria tata cara
4) Mampu merancang
merancang pencetakan
pencetakan sawah sawah secara
secara proporsional
proporsional sesuai kriteria
sesuai kriteria 5. Menjelaskan
5) Harus mampu tata cara
bersikap taat dan merancang
konsisten petak kwarter
terhadap kriteria dan
perencanaan pencetakan
dalam merancang sawah dengan
petak kwarter dan cermat dan teliti
pencetakan sawah
6) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
merancang petak
kwarter dan
pencetakan sawah
Diskusi:
Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan
Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
yang diairi
3.2 Jenis dan tipe Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 30 menit
bangunan pembelajaran 2. Diskusi tentang jenis- Perencanaan
pelengkap pada sesi ini, peser- jenis bangunan Irigasi 01 s.d.
jaringan irigasi ta mampu pelengkap 07 dan B01-
(gorong-gorong, mengidentifikasi pada jaringan 02;
talang, sipon, jenis dan tipe irigasi b. Undang-
terjunan, dsb) bangunan 2. Menjelaskan undang
diidentifikasi pelengkap pada tentang fungsi tentang
sesuai jaringan irigasi dari masing- Pengelolaan
kebutuhan dan (gorong-gorong, masing SDA
kondisi topografi talang, sipon, bangunan c. Peraturan
1) Dapat terjunan, dsb) pelengkap Pemerintah
menjelaskan sesuai 3. Menjelaskan tentang Irigasi
jenis-jenis kebutuhan dan tata cara
bangunan kondisi menunjukkan
pelengkap pada topografi lokasi yang
jaringan irigasi memerlukan
2) Dapat bangunan
menjelaskan pelengkap
fungsi dari berdasarkan
masing-masing kondisi
bangunan topografi
pelengkap 4. Menjelaskan
3) Mampu tata cara
menunjukkan merancang
lokasi yang jenis dan tipe
memerlukan bangunan
bangunan pelengkap
pelengkap pada jaringan
berdasarkan irigasi sesuai
kondisi topografi kebutuhan dan
4) Mampu kondisi
merancang jenis topografi
dan tipe 5. Menjelaskan
bangunan tentang
pelengkap pada kreteria
jaringan irigasi perencanaan
sesuai setiap
kebutuhan dan bangunan
kondisi topografi pelengkap
5) Dapat 6. Menjelaskan
menjelaskan tata cara
kreteria mengidentifika
perencanaan si jenis dan
setiap bangunan tipe bangunan
pelengkap pelengkap
6) Harus mampu yang
bersikap cermat dibutuhkan
dan teliti dalam sesuai dengan
mengidentifikasi kondisi
jenis dan tipe topografi
bangunan dengan cermat
pelengkap yang dan teliti
dibutuhkan
sesuai dengan
kondisi topografi
3.3 Jenis dan tipe Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 30 menit
bangunan ukur pembelajaran 2. Diskusi tentang tipe Perencanaan
ditentukan sesi ini, peser- atau jenis Irigasi 01 s.d.
secara cermat ta mampu bangunan ukur 07 dan B01-
Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
sesuai dengan menentukan yang 02;
debit yang jenis dan tipe digunakan b. Undang-
dialirkan bangunan ukur pada jaringan undang
1) Dapat secara cermat irigasi tentang
menjelaskan tipe sesuai dengan 2. Menjelaskan Pengelolaan
atau jenis debit yang tata cara SDA
bangunan ukur dialirkan menerapkan c. Peraturan
yang digunakan kriteria Pemerintah
pada jaringan perencanaan tentang Irigasi
irigasi pada pemilihan
2) Mampu tipe dan jenis
menerapkan bangunan ukur
kriteria 3.Menjelaskan
perencanaan tentang fungsi
pada pemilihan bangunan ukur
tipe dan jenis 4. Menjelaskan
bangunan ukur tata cara
3) Dapat merancang
menjelaskan jenis dan tipe
fungsi bangunan bangunan ukur
ukur sesuai dengan
4) Mampu debit yang
merancang jenis dialirkan
dan tipe 5.Menjelaskan
bangunan ukur tata cara
sesuai dengan menetapkan
debit yang jenis dan tipe
dialirkan bangunan ukur
5) Harus mampu dengan cermat
bersikap cermat dan teliti
dan teliti dalam 4. Menjelaskan
menetapkan tata cara
jenis dan tipe mendesain
bangunan ukur bangunan ukur
6) Harus mampu dengan cermat
taat dan sesuai kriteria
konsisten perencanaan
terhadap
persyaratan dan
kriteria
perencanaan
dalam mendisain
bangunan ukur
3.4 Bangunan boks Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 15 menit
tersier dan pembelajaran 2. Diskusi tentang fungsi Perencanaan
kwarter sesi ini, peser- bangunan boks Irigasi 01 s.d.
ditentukan ta mampu tersier dan 07 dan B01-
sesuai dengan menentukan kwarter pada 02;
kondisi topografi bangunan boks saluran irigasi b. Undang-
1) Dapat tersier dan 2. Menjelaskan undang
menjelaskan kwarter sesuai tata cara tentang
fungsi bangunan dengan kondisi menentukan Pengelolaan
boks tersier dan topografi bangunan boks SDA
kwarter pada tersier dan c. Peraturan
saluran irigasi kwarter Pemerintah
2) Dapat berdasarkan tentang Irigasi
menjelaskan kondisi
cara topografi
menentukan dengan cermat
bangunan boks dan teliti
tersier dan 3.Menjelaskan
Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
kwarter tata cara
berdasarkan merancang
kondisi topografi bangunan boks
3) Mampu tersier dan
merancang kwarter sesuai
bangunan boks kondisi
tersier dan topografi
kwarter sesuai
kondisi topografi
4) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
menentukan
bangunan boks
tersier dan
kwarter
berdasarkan
kondisi topografi
3.5 Tata nama Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 30 menit
(nomenklatur) pembelajaran 2. Diskusi tentang Perencanaan
ditentukan sesi ini, peser- penetapan tata Irigasi 01 s.d.
sesuai dengan ta mampu nama pada 07 dan B01-
kriteria pada pra- menentukan pra-layout 02;
layout daerah tata nama daerah irigasi b. Undang-
irigasi (nomenklatur) 2. Menjelaskan undang
1) Dapat sesuai dengan tentang fungsi tentang
menjelaskan kriteria pada tata nama Pengelolaan
penetapan tata pra-layout pada pra- SDA
nama pada pra- daerah irigasi layout daerah c. Peraturan
layout daerah irigasi Pemerintah
irigasi 3.Menjelaskan tentang Irigasi
2) Dapat tata cara
menjelaskan menyusun tata
fungsi tata nama nama pada
pada pra-layout pra-layout
daerah irigasi daerah irigasi
3) Mampu sesuai dengan
menyusun tata kriterria
nama pada pra- dengan cermat
layout daerah dan teliti
irigasi sesuai
dengan kriterria
4) Harus mampu
bersikap cermat
dan taat pada
persyaratan /
pedoman
penyusunan tata
nama
Diskusi:
Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan
Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
5) Harus mampu kesesuaian
bersikap cermat hasil rancangan
dan teliti dalam layout dengan
memeriksa kondisi
kesesuaian hasil lapangan
rancangan layout dengan cermat
dengan kondisi dan teliti
lapangan
BAB IV
4.1 Umum
Berisi uraian mengenai pemeriksaan lokasi perencanaan daerah irigasi,
perencanaan peta petak irigasi, penetapan tata letak bangunan irigasi dan tata
nama (Nomenklatur), dan penetapan layout definitif daerah irigasi.
Layout adalah tata letak atau penempatan suatu objek yang akan ditangani,
dikelola, kedalam suatu media atau ruang untuk diproses lebih lanjut sesuai
dengan tujuan. Layout definitif daerah irigasi berarti tata letak atas suatu daerah
irigasi yang dituangkan kedalam suatu peta. Layout yang efektif membantu dalam
kegiatan pengelolaan daerah irigasi seperti yang telah ditetapkan dalam
perencanaan.
irigasi yang bergelombang terhadap luas dan bentuk petak tersier adalah
luas petak sempit dan bentuk tidak optimal. Apabila keadaan topografi
memungkinkan, bentuk petak tersier sebaiknya bujur sangkar atau segi
empat untuk mempermudah pengaturan tata letak dan memungkinkan
pembagian air secara efisien.
Harus dicek apakah daerah-daerah ini tidak akan diairi selamanya atau
untuk sementara saja. Jika sudah jelas tidak akan ditanami di masa depan,
maka daerah itu ditandai pada peta dan tidak ada fasilitas irigasi yang
akan diberikan. Kecocokan tanah di seluruh daerah dipelajari dan dibuat
rencana optimasi pemanfaatan air irigasi yang tersedia. Berdasarkan hasil
penilaian ini, akan dapat diputuskan apakah akan dibuat jaringan tersier
Batasan pengembangan sawah:
a) Laju perkolasi lebih dari 10 mm/hari
b) Lapisan tanah atas tebalnya kurang dan 30 cm
c) Kemiringan tanah lebih dari 5% (tergantung pada tekstur dan
kedalaman lapisan tanah atas)
d) Pembuang jelek yang tak dapat dlperbaiki ditinjau dan segi ekonomis
e) Biaya pelaksanaan jaringan irigasi tersier terlampau tinggi.
Elevasi sawah yang akan diairi harus dicek terhadap muka air di saluran.
Hal-hal berikut akan ditentukan:
1) Elevasi sawah yang menentukan
2) Muka air rencana di bangunan sadap
3) Kehilangan total tinggi energi di jaringan tersier.
Suatu daerah tidak akan bisa diairi jika muka air di saluran tidak cukup
tinggi untuk memberikan airnya ke sawah-sawah.
Secara umum daerah-daerah yang tidak dapat diairi dapat ditetapkan dari
peta topografi. Salah satu daerah yang masih dapat diairi berdasarkan
peta topografi yaitu daerah bergelombang.
Penggunaan peta-peta foto udara dan foto (ortofoto dan peta garis) yang ilengkapi
dengan garis ketinggian akan sangat besar artinya untuk perencanaan tata letak
dari trase saluran. Peta-peta teristris masih diperlukan sebagai peta baku/peta
dasar.
a. Saluran irigasi
a1. Jaringan irigasi utama
1) Saluran primer membawa air dari bendung ke saluran sekunder dan
ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah
pada bangunan bagi yang terakhir, lihat juga Gambar 4.1.
2) Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-petak
tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung
saluran ini adalah pada bangunan sadap terakhir.
3) Saluran pembawa membawa air irigasi dari sumber air lain (bukan
sumber yang memberi air pada bangunan utama proyek) ke jaringan
irigasi primer.
4) Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier ke
petak tersier yang terletak di seberang petak tersier lainnya. Saluran
ini termasuk dalam wewenang dinas irigasi dan oleh sebab itu
pemeliharaannya menjadi tanggung jawabnya.
Salah satu fungsi saluran irigasi, adalah untuk membawa air ke daerah
pertanian. Sedangkan fungsi saluran pembuang diantaranya, antara lain:
1) Membuang kelebihan air irigasi
2) Mengeringkan sawah
3) Membuang kelebihan air hujan
5) Luas daerah layanan pada bangunan sadap dan debit yang diperlukan
debit rencana dan kapasitas saluran untuk berbagai ruas saluran
perkiraan kemiringan dasar dan potongan melintang untuk berbagai
ruas
6) Ruas-ruas saluran dan bangunan-bangunan permanen yang ada.
P = A + a + b + c + d + e + f + g + h + Z
di mana:
P : muka air di saluran primer atau sekunder
A : elevasi di sawah
a : lapisan air di sawah, ≈ 10 cm
b : kehilangan tinggi energi di saluran kuarter kesawah ≈ 5 cm
c : kehilangan tinggi energi di boks bagi kuarter ≈ 5 cm/boks
d : kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran irigasi =
kemiringan kali panjang atau I x L (disaluran tersier; lihat Gambar
4.1)
e : kehilangan tinggi energi di boks bagi, ≈ 5 cm/boks
f : kehilangan tinggi energi di gorong-gorong, ≈ 5 cm per bangunan
g : kehilangan tinggi eriergi di bangunan sadap
Δh : variasi tinggi muka air, 0,10 h100 (kedalaman rencana)
Z : kehilangan tinggi energi di bangunan-bangunan tersier yang lain
(misal jembatan).
Dari perhitungan tinggi muka air di atas ternyata bahwa untuk mengairi
sawah langsung dari saluran di sebelahnya, muka air yang diperlukan
adalah sekitar 0,50 m di atas muka tanah. Tinggi muka air rencana yang
lebih rendah akan menghemat biaya pelaksanaan dan pemeliharaan. Akan
tetapi, adalah penting untuk sebanyak mungkin mengairi sawah-sawah di
sepanjang saluran sekunder. Strip/jalur yang tidak kebagian air irigasi
selalu menimbulkan masalah pencurian air dari saluran sekunder atau
pembendungan air di saluran tersier.
Selain dari debit, dalam melakukan desain saluran, elevasi muka air di
saluran ditentukan berdasarkan ketinggian sawah, kemiringan saluran dan
kehilangan tinggi di bangunan tersier, dimana elevasi tersebut harus
terpenuhi supaya jumlah air yang masuk ke sawah sesuai dengan
kebutuhan.
tidak terpenuhinya elevasi muka air yang dibutuhkan untuk mengalirkan air
ke sawah sehingga debit yang dibutuhkan petak tersier tidak terpenuhi.
Akan tetapi hanya dalam hal-hal tertentu saja hal ini dapat dilakukan.
Gambar 4.3 menunjukkan beberapa pilihan tata letak dalam keadaan
seperti itu. Untuk saluran-saluran punggung (ridge canal) dengan
kemiringan besar, cara pemecahan (c) pada Gambar 4.3 adalah yang
terbaik dilihat dari segi tata letak.
a.5. Trase
Perencanaan trase hendaknya secara planimetris mengacu kepada:
1) Garis-garis lurus sejauh mungkin, yang dihubungkan oleh lengkung-
lengkung bulat.
2) Tinggi muka air yang mendekati tinggi medan atau sedikit diatas tinggi
medan guna mengairi sawah-sawah di sebelahnya
3) Tinggi muka air tanah mendekati tinggi muka air rencana atau sedikit
lebih rendah
4) Perencanaan potongan yang berimbang dengan jumlah bahan galian
sama atau lebih banyak dari jumlah bahan timbunan.
Dalam jaringan irigasi trase saluran primer pada umumnya kurang lebih
paralel dengan garis-garis tinggi (saluran garis tinggi) dengan saluran-
saluran sekundernya di sepanjang punggung medan. Oleh sebab itu
perencanaan trase saluran sekunder dengan kemiringan tanah sedang
merupakan prosedur langsung. Penentuan trase saluran primer lebih
kompleks karena parameter-parameter seperti kemiringan dasar,
bangunan-bangunan silang dan ketinggian pada pengambilan yang dipilih
di sungai harus dievaluasi.
Untuk penentuan trase saluran primer, ada dua keadaan yang mungkin
terjadi, yakni :
a) Debit yang tersedia untuk irigasi berlimpah dibandingkan dengan
tanah irigasi yang ada;
b) Air irigasi terbatas akibat tanah yang dapat diairi diambil maksimum.
Pada (a), setelah perkiraan lokasi dan tinggi pengambilan diketahui, maka
luas daerah irigasi bergantung kepada kemiringan dasar saluran primer
yang dipilih dan kehilangan tinggi energi yang diperlukan di bangunan-
bangunannya. Kehilangan tinggi energi di saluran primer akan
dipertahankan sampai tingkat minimum sejauh hal ini dapat dibenarkan
dari segi teknis (sedimentasi) dan ekonomis (ukuran saluran dan
bangunan yang besar). Berbagai trase alternatif yang baik dari segi teknis
harus pula diperhitungkan segi ekonomisnya agar bisa dicapai pemecahan
yang terbaik.
Pada (b), dengan luas daerah irigasi yang tetap, perencanaan saluran
primer tidak begitu menentukan. dan kehilangan tinggi energi tidak harus
dibuat minimum. Tinggi muka air dan trase yang dipilih untuk saluran
primer harus memadai untuk bisa mencukupi kebutuhan air maksimum di
daerah yang bisa diairi. Biaya pelaksanaan saluran bisa diusahakan lebih
rendah karena saluran dan bangunan dapat dibuat dengan ukuran yang
lebih kecil. Untuk menentukan secara tepat as saluran primer garis tinggi
utama, pada umumnya ada dua pilihan;
a) saluran primer timbunan/ urugan dengan tinggi muka air di atas muka
tanah pada as;
b) saluran primer galian dengan tinggi muka air kurang lebih sama
dengan muka tanah.
Gambar 4.4. Trase saluran primer pada medan yang tidak teratur
b. Saluran Pembuang
b1. Jaringan saluran pembuang tersier
1) Saluran pembuang kuarter terletak di dalam satu petak tersier,
menampung air langsung dari sawah dan membuang air tersebut ke
dalam saluran pembuang tersier.
2) Saluran pembuang tersier terletak di dan antara petak-petak tersier
yang termasuk dalam unit irigasi sekunder yang sama dan
menampung air, baik dari pembuang kuarter maupun dari sawah-
sawah. Air tersebut dibuang ke dalam jaringan pembuang sekunder.
sawah, hai ini tidak akan merupakan masalah yang berarti. Keadaan ini
harus dihindari apabila air buangan yang bersedimen harus dialirkan.
Dasar dan talutnya mempunyai daya tahan yang lebih tinggi terhadap
kikisan jika dibandingkan dengan saluran pembuang yang baru dibangun
dengan kemiringan talut yang sama.
Air dari saluran pembuang mempunyai pengaruh negatif pada muka air
tanah atau pada air yang masuk dari laut dan sebagainya. Oleh sebab itu
perencana harus mempertimbangkan faktor tersebut dengan hati-hati guna
memperkecil dampak yang mungkin timbul. Perlunya kecermatan dan
ketelitian dalam membuat trace saluran.
Ukuran petak itu sebaiknya tidak lebih dari 15 ha agar pembagian air
menjadi efisien. Persyaratan pembuatan petak kwarter berdasarkan
kriteria perencanaan ditentukan bahwa petak tersier dibagi menjadi petak-
petak kwarter, masing-masing seluas kurang lebih 8-15 ha. Panjang
saluran kuarter lebih baik di bawah 500 m, tetapi prakteknya kadang-
kadang sampai 800 m.
Lebar petak akan bergantung pada cara pembagian air, yakni apakah air
dibagi dari satu sisi atau kedua sisi saluran kuarter. Aliran antar petak
hendaknya dibatasi sampai kurang lebih 8 sawah atau 300 m panjang
maksimum. Di daerah-daerah datar atau bergelombang, petak kuarter
dapat membagi air ke kedua sisi. Dalam hal ini lebar maksimum petak
akan dibatasi sampai 400 m (2x200 m). Pada tanah terjal, di mana saluran
kuarter mengalirkan air ke satu sisi saja, lebar maksimum diambil 300 m.
Panjang maksimum petak ditentukan oleh panjang saluran kuarter yang
diizinkan (500 m).
4.4 Penetapan Tata Letak Bangunan Irigasi dan Tata Nama (Nomenklatur)
Berdasarkan kriteria perencanaan, penetapan tata letak bangunan irigasi
termasuk dalam tata letak pendahuluan dimana harus menunjukkan:
1) Lokasi bangunan utama
2) Trase jaringan irigasi dan pembuang
Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi
Halaman: 41 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01
3) Batas-batas dan perkiraan luas (dalam ha) jaringan irigasi dengan petak-
petak primer, sekunder dan tersier serta daerah-daerah yang tidak bisa diairi
4) Bangunan-bangunan utama jaringan irigasi dan pembuang lengkap dengan
fungsi dan tipenya
5) Konstruksi lindungan terhadap banjir, dan tanggul
6) Jaringan jalan dengan bangunan-bangunannya.
Boks tersier diberi kode T, diikuti dengan nomor urut menurut arah jarum jam,
mulai dan boks pertama di hilir bangunan sadap tersier: T1, T2, dan seterusnya.
Boks kuarter diberi kode K, diikuti dengan nomor urut jarum jam, mulai dari boks
kuarter pertama di hilir boks nomor urut tertinggi K1, K2, dan seterusnya. Ruas-
ruas saluran tersier diberi nama sesuai dengan nama boks yang terletak di antara
kedua boks, niisalnya (T1 - T2), (T3 – K1). Petak kuarter diberi nama sesuai
dengan petak rotasi, diikuti dengan nomor urut menurut arah jarum jam. Petak
rotasi diberi kode A, B, C dan seterusnya menurut arah jarum jam.
Gambar 4.6. Sistem tata nama petak rotasi dan petak kwarter
Saluran irigasi kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang dilayani
tetapi dengan huruf kecil, misalnya a1, a2, dan seterusnya. Saluran pembuang
kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang dibuang airnya, diawali
dengan dk, misalnya dka1, dka2 dan seterusnya. Saluran pembuang tersier diberi
kode dt1, dt2, juga menurut arah jarum jam.
Fungsi bangunan bagi dan bangunan sadap pada jaringan irigasi antara
lain:
1) Bangunan bagi berfungsi membagikan air ke saluran lainnya, seperti
dari saluran primer ke saluran sekunder, dsb.
2) Bangunan sadap berfungsi membagikan air ke petak sekunder atau
petak tersier
d. Talang
e. Sipon
f. Pasangan
g. Got miring
h. Jalan inspeksi
i. Bangunan akhir
Fungsi dari bangunan terjun pada saluran irigasi adalah untuk mengatasi
perbedaan ketinggian yang terlalu besar antara kemiringan saluran
dengan kemiringan medan. Kriteria bangunan terjun tegak, antara lain:
1) Jika dibuat dari pasangan batu, kehilangan ketinggian permukaan air
kurang dari 1 m (Z < 1 m)
2) Jika dibuat dari pasangan beton, maka Z > 1 meter
3) Terjunan tegak umunya ditempatkan pada saluran tersier
4) Analisis hidrolisnya, lihat KP-05
Talang atau flum adalah penampang saluran buatan di mana air mengalir
dengan permukaan bebas, yang dibuat melintas cekungan, saluran,
sungai, jalan atau sepanjang lereng bukit. Bangunan ini dapat didukung
dengan pilar atau kontruksi lain. Talang atau flum dan baja dan beton
dipakai untuk membawa debit kecil.
Sipon dipakai untuk mengalirkan air lewat bawah jalan, melalui sungai atau
saluran pembuang yang dalam. Aliran dalam sipon mengikuti prinsip aliran
dalam saluran tertutup. Antara saluran dan sipon pada pemasukan dan
pengeluaran diperlukan peralihan yang cocok.
Pada medan terjal dimana beda tinggi energi yang besar harus
ditanggulangi dalam jarak pendek dan saluran tersier mengikuti kemiringan
medan, akan diperlukan got miring. Got miring ini terdiri dari bagian
masuk, bagian peralihan, bagian normal dan kolam olak.
Layout petak tersier juga mencakup perencanaan jalan inspeksi dan jalan
petani. Operasi dan pemeliharaan saluran dan bangunan di dalam petak
tersier membutuhkan jalan inspeksi di sepanjang saluran irigasi sampai ke
boks bagi yang terletak paling ujung/hilir. Karena kendaraan yang di pakai
oeh ulu-ulu dan para pembantunya adalah sepeda atau sepeda motor,
maka lebar jalan inspeksi diambil sekitar 1,5 - 2,0 m.
Jalan inspeksi untuk saluran tersier dibangun dengan lapisan dasar dan
kerikil setebal 0,20 m supaya cukup kuat. Kerikil terbaik untuk pembuatan
jalan adalah bahan aluvial alamiah yang dipilih dari sungai yang mengalir
di daerah proyek. Jalan inspeksi untuk saluran tersier dapat juga dibangun
dengan lapisan dasar dari sirtu dan/atau Lapis Pondasi Agregat Kelas B
setebal 0.20 m supaya kuat. Batu-batu bongkah yang terlalu besar atau
kerikil bergradasi jelek hendaknya dihindari. Di daerah-daerah datar atau
rawa-rawa sebaiknya tinggi jalan diambil 0,3 - 0,5 m di atas tanah di
sekelilingnya.
Dari berbagai jenis bangunan ukur di atas, yang paling banyak dan umum
digunakan pada jaringan irigasi adalah:
1) Ambang lebar
2) Parshall
3) Crump De Gruyter
4) Romijn
Untuk pemberian air secara rotasi, boks dilengkapi dengan pintu yang
dapat menutup bukaan jika diperlukan. Pintu itu hendaknya diberi gembok
agar tidak dioperasikan oleh orang yang tak berwenang membagi air.
Fungsi bangunan boks tersier dan kwarter pada saluran irigasi, antara lain:
Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi
Halaman: 52 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01
Di jaringan irigasi ini mana keadaan medan hampir rata, perbedaan antara
muka air maksimum di hulu bangunan sadap tersier dan elevasi sawah
yang akan diairi sangat kecil. Ada sebagian sawah yang tidak bisa diairi
dengan jaringan irigasi tersier bila boks bagi direncana untuk aliran
moduler dan saluran direncana dengan kemiringan memanjang yang
diperlukan.
Boks bagi tersier dan kwarter serta pasangan batu sesuai kondisi topografi
dirancang dengan rumus untuk ambang lebar (Gambar 4.14) sebagai
berikut:
(sebelum dikoreksi)
3
Q C d Cv 2 3 2 3 g b h 2
(setelah dikoreksi)
di mana:
Q : debit, m3/dt
Hasil rancangan layout daerah irigasi dapat dikatakan selesai dan siap
disajikan, jika:
Judul Modul: Perencanaan Layout Daerah Irigasi
Halaman: 55 dari 61
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 003 01
Selama kunjungan ini layout bisa diubah sesuai dengan keinginan para
petani serta kelayakan teknis. Pencekan layout pendahuluan ini
melibatkan instansi Pemerintah Daerah, Pertanian dan Agraria (jika
dipandang perlu).
Layout akhir akan merupakan hasil konsultasi dengan para petani yang
akan menggunakan jaringan tersier. Saran-saran dari petani akan
sebanyak mungkin dimasukkan, sejauh hal ini dapat diterima dari segi
teknis. Kemudian layout akan digambar pada peta dengan skala yang
sesuai: 1:5000 atau 1:2000. Peta dengan garis-garis ketinggian tapi tanpa
titik-titik rinci ketinggian akan dipakai sebagai dasar layout ini.
Layout akhir harus disetujui dan disahkan oleh wakil para petani (pimpinan
tidak resmi), P3A (jika telah dibentuk) dan kepala desa. Gambar layout asli
harus ditandatangani oleh orang-orang tersebut di atas.
BAB V
5.1.2 Penilai
Penilai melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di
tempat kerja. Penilai akan :
1) Melaksanakan penilaian apabila peserta telah siap dan
merencanakan proses belajar dan penilaian selanjutnya dengan
peserta.
2) Menjelaskan kepada peserta mengenai bagian yang perlu untuk
diperbaiki dan merundingkan rencana pelatihan selanjutnya dengan
peserta.
3) Mencatat pencapaian / perolehan peserta.
5.1.3 Teman kerja / sesama peserta pelatihan
Teman kerja /sesama peserta pelatihan juga merupakan sumber
dukungan dan bantuan. Peserta juga dapat mendiskusikan proses
belajar dengan mereka. Pendekatan ini akan menjadi suatu yang
berharga dalam membangun semangat tim dalam lingkungan
belajar/kerja dan dapat meningkatkan pengalaman belajar peserta.