Anda di halaman 1dari 72

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI

SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR


MEKANIKAL
EDISI 2012

PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS


PENYIAPAN PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS
NO. KODE : FKK.PS.02.001.02 - I

BUKU INFORMASI
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

DAFTAR ISI

Daftar Isi .................................................................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 2


1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) ...................................... 2
1.2. Penjelasan Materi Pelatihan ............................................................................. 2
1.3. Penerapan Materi Pelatihan ............................................................................. 3
1.4. Pengakuan Kompetensi Terkini ....................................................................... 3
1.5. Pengertian-pengertian / Istilah .......................................................................... 4

BAB II STANDAR KOMPETENSI ........................................................................................... 6


2.1. Peta Paket Pelatihan ....................................................................................... 6
2.2. Pengertian Standar Kompetensi ....................................................................... 6
2.3. Unit Kompetensi yang Dipelajari ...................................................................... 6

BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN ...................................................................... 11


3.1. Strategi Pelatihan ............................................................................................ 11
3.2. Metode Pelatihan ............................................................................................ 11
3.3. Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan...................................................... 12

BAB IV PENYIAPAN PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS .............................................. 30


4.1. Umum ............................................................................................................. 30
4.2. Identifikasi Permintaan Produksi ...................................................................... 31
4.3. Kesiapan Sumber Daya Produksi ..................................................................... 39
4.4. Pembuatan Jadwal Produksi ........................................................................... 57

BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN


KOMPETENSI ............................................................................................................ 65
5.1. Sumber Daya Manusia .................................................................................... 65
5.2. Sumber-sumber Kepustakaan (Buku Informasi) ............................................... 65
5.3. Peralatan/Mesin dan Bahan ............................................................................ 67

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 1 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)


1.1.1. Pelatihan berbasis kompetensi.
Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada
penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan
persyaratan di tempat kerja.
1.1.2. Kompeten ditempat kerja.
Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang bersangkutan
memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang perlu untuk
ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.

1.2. Penjelasan Materi Pelatihan


1.2.1. Desain Materi Pelatihan
Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat dijadikan panduan pelaksanaan pelatihan
berbasis kompetensi yang lebih menekankan kepada peran aktif peserta pelatihan
dalam meningkatkan seluruh aspek kemampuan yang mencakup pengetahuan,
sikap dan keterampilan peserta pelatihan
Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan
Pelatihan Individual / mandiri.
1) Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaiakan oleh seorang instruktur.
2) Pelatihan individual / mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta
dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang diperlukan dengan
bantuan dari pelatih.
1.2.2. Isi Materi Pelatihan
1) Buku Informasi
Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta
pelatihan.
2) Buku Kerja
Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap
pertanyaan dan kegiatan praktik, baik dalam Pelatihan Klasikal maupun
Pelatihan Individual / mandiri.
Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi:
a. Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk
mempelajari dan memahami informasi.
b. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian
keterampilan peserta pelatihan.

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 2 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

c. Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam


melaksanakan praktik kerja.
3) Buku Penilaian
Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan
peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi :
a. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai
pernyataan keterampilan.
b. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan
peserta pelatihan.
c. Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai
keterampilan.
d. Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja.
e. Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktik.
f. Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

1.3. Penerapan Materi Pelatihan


1) Pada pelatihan klasikal, kewajiban instruktur adalah:
a. Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan
sebagai sumber pelatihan.
b. Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan.
c. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam
penyelenggaraan pelatihan.
d. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan dan
menuliskan hasil tugas praktiknya pada Buku Kerja.
2) Pada Pelatihan individual / mandiri, kewajiban peserta pelatihan adalah:
a. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan.
b. Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja.
c. Memberikan jawaban pada Buku Kerja.
d. Mengisikan hasil tugas praktik pada Buku Kerja.
e. Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatih.

1.4. Pengakuan Kompetensi Terkini


1.3.1. Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency-RCC)
Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
elemen unit kompetensi tertentu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan
pengakuan kompetensi terkini, yang berarti tidak akan dipersyaratkan untuk
mengikuti pelatihan.
1.3.2. Persyaratan
Seseorang mungkin sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja,
karena telah:
1) Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang sama atau
2) Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 3 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

3) Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan


keterampilan yang sama.
1.5. Pengertian-Pengertian / Istilah
1.5.1 Profesi
Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta
keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan,
pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi
tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan.
1.5.2 Standarisasi
Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu
standar tertentu.
1.5.3 Penilaian / Uji Kompetensi
Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui
perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan
mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti
yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan.
1.5.4 Pelatihan
Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu
kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan
belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang
dipelajari.
1.5.5 Kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja yang ditetapkan.
1.5.6 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat
menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan
dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian
pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.
1.5.7 Standar Kompetensi
Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki
seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang
dipersyaratkan.
1.5.8 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)
SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat
jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 4 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

1.5.9 Sertifikat Kompetensi


Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada
seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi
Profesi.
1.5.10 Sertifikasi Kompetensi
Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis
dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi
nasional dan/ atau internasional.

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 5 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

BAB II

STANDAR KOMPETENSI

2.1. Peta Paket Pelatihan


Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Pelaksana
Produksi Campuran Aspal Panas yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi
Menyiapkan Produksi Campuran Aspal Panas - Kode Unit FKK.PS.02.001.02, sehingga
untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan kemampuan
mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu:
• Komunikasi dan Kerjasama di Tempat Kerja;
• Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3-L);
• Pengaturan pelaksana produksi;
• Kegiatan akhir produksi;
• Pembinaan kompetensi kelompok kerja.

2.2. Pengertian Standar Kompetensi


2.2.1. Unit Kompetensi
Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / pekerjaan yang akan
dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit komptensi yang terdapat
pada standar kompetensi kerja dalam suatu jabatan kerja tertentu.
2.2.2. Unit kompetensi yang akan dipelajari
Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini adalah
“Menyiapkan Produksi Campuran Aspal Panas”.
2.2.3. Durasi / waktu pelatihan
Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian
kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin
membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam melakukan
tugas tertentu.
2.2.4. Kesempatan untuk menjadi kompeten
Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama,
Pelatih akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih yang bersangkutan.
Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali kepada peserta untuk
meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level yang diperlukan.
Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali.
2.3 Unit Kompetensi Kerja Yang dipelajari
Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta
pelatihan atau siswa untuk dapat :
• mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan.
• mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan.
• memeriksa kemajuan peserta pelatihan.

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 6 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

• menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja telah
dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian.
2.3.1 Kemampuan Awal
Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan awal Penyiapan produksi
campuran aspal panas.
2.3.2 Judul Unit : Menyiapkan Produksi Campuran Aspal Panas
2.3.3 Kode Unit : FKK.PS.02.001.02
2.3.4 Deskripsi Unit
Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang
diperlukan untuk menyiapkan produksi campuran aspal panas.
2.3.5 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja

Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria )


1. Melakukan identifikasi 1.1 Konfirmasi permintaan produksi dilakukan kepada
permintaan produksi atasan langsung.
1.2 Klarifikasi jenis produk dilakukan kepada Quality
control.
1.3 Sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi
permintaan produksi disiapkan berdasarkan hasil
konfirmasi dan klarifikasi.
2. Memeriksa kesiapan 1.1 Kesiapan personil anggota kelompok kerja
sumber daya produksi produksi diperiksa sesuai dengan penugasannya.
1.2 Kesiapan peralatan produksi diperiksa yang
meliputi kondisi dan kesiapan genset, mesin
pencampur aspal dan wheel loader.
1.3 Kesiapan material produksi dan bahan bakar
diperiksa untuk memenuhi kebutuhan produksi.
1.4 Kesiapan kelengkapan K3 dan Lingkungan
diperiksa kembali sebelum pelaksanaan produksi.
1.5 Kesiapan alat angkut dikoordinasikan dengan
bagian peralatan.
3. Membuat jadwal 1.1 Jenis dan kuantitas produksi diidentifikasi.
produksi 1.2 Rencana produksi disusun berdasarkan kapasitas
mesin pencampur aspal yang ada.
1.3 Urutan waktu sesuai jenis produksi campuran aspal
panas disiapkan untuk pedoman dalam
memproduksi campuran aspal panas.
1.4 Shift personil produksi diatur sesuai dengan jadwal
produksi yang telah dibuat.

2.3.6 Batasan Variabel


a. Kontek Variabel
1). Unit kompetensi ini diterapkan dalam kelompok kerja atau individual untuk
menyelesaikan pekerjaan menyiapkan produksi campuran aspal panas.

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 7 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

2). Unit kompetensi ini diterapkan di tempat kerja dengan dukungan


ketersediaan permintaan produksi, kelompok kerja produksi dan sumber
daya produksi.
3). Unit kompetensi ini diterapkan dalam kondisi lingkungan yang mendukung.
b. Perlengkapan yang diperlukan
1) Alat:
a. Peralatan produksi (mesin pencampur aspal);
b. Peralatan penunjang produksi (wheel loader dan dump truck );
c. Alat Pelindung Diri (APD);
d. Alat Pengaman Kerja (APK);
e. Rambu-rambu pencegahan pencemaran lingkungan.
2) Bahan:
a. Material produksi.
b. Surat permintaan produksi dari instansi intern/ekstern;
c. Formulir job mix formula;
d. Daftar personil kelompok produksi campuran aspal panas;
c. Tugas-tugas yang harus dilakukan :
1). Melakukan identifikasi permintaan produksi;
2). Memeriksa kesiapan sumber daya produksi;
3). Membuat jadwal produksi.
d. Peraturan-peraturan yang diperlukan
1). Undang-undang tentang Keselamatan Kerja dan peraturan lainnya terkait
dengan keselamatan kerja;
2). Undang-undang tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan peraturan lainnya terkait dengan pencegahan
pencemaran lingkungan;
3). Pedoman Pemeliharaan dan Pengoperasian (Operation and Maintenance
Manual) Mesin Pencampur Aspal;
4). Manual Pemeriksaan Unit Pencampur Aspal Panas (Asphalt Mixing Plant)
yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga–Departemen
Pekerjaan Umum.

2.3.7 Panduan Penilaian


a. Penjelasan Pengujian
1) Prosedur penilaian
Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara
konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan dilaksanakan pada situasi
pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau secara simulasi dengan
kondisi seperti tempat kerja dengan menggunakan metode uji yang tepat
untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai
dengan tuntutan standar.

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 8 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

2) Tempat
Lokasi kerja atau tempat pelatihan (training ground) yang memenuhi syarat.
3) Penguasaan unit kompetensi sebelumnya :
• FKK.PS.01.001.02 : Melakukan komunikasi dan kerjasama di tempat
kerja.
• FKK.PS.01.002.02 : Menerapkan ketentuan keselamatan dan
kesehatan kerja dan lingkungan di tempat kerja.
4) Keterkaitan dengan kompetensi lain:
• FKK.PS.02.002.02 : Mengatur pelaksanaan produksi campuran aspal
panas.
• FKK.PS.02.003.02 : Melakukan kegiatan akhir produksi harian.
• FKK.PS.02.004.02 : Melakukan Pembinaan kompetensi kelompok kerja
produksi campuran aspal panas.
b. Kondisi Pengujian
1). Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat
berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut yang terkait dengan
kegiatan melakukan identifikasi permintaan produksi, memeriksa kesiapan
sumber daya produksi, dan menyiapkan jadwal produksi, yang digunakan
untuk menyiapkan produksi campuran aspal panas, yang merupakan
bagian dari pekerjaan memroduksi campuran aspal panas.
2). Penilaian dapat dilakukan dengan cara : lisan, tertulis, demonstrasi /
praktek;
3). Penilaian dapat dilaksanakan secara simulasi di tempat pelatihan (training
ground) dan atau di tempat kerja.
c. Pengetahuan yang diperlukan:
1). Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3-L);
2). Standar Mutu Campuran Aspal Panas;
3). Jenis dan spesifikasi campuran aspal panas;
4). Pengetahuan material produksi;
5). Sistem pelaporan.
d. Keterampilan yang dibutuhkan :
1). Melakukan komunikasi dengan benar di tempat kerja;
2). Menerapkan ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan di
tempat kerja;
3). Melakukan identifikasi permintaan produksi dengan melakukan klarifikasi
jenis campuran aspal panas yang akan diproduksi kepada Quality control;
4). Memeriksa kesiapan sumber daya produksi sebelum pelaksanan produksi
dilakukan;
5). Membuat jadwal produksi sesuai dengan kapasitas produksi mesin
pencampur aspal dan jenis produksi yang diminta.
e. Aspek Kritis
1) Kecermatan dalam melakukan identifikasi permintan produksi;
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 9 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

2) Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan kesiapan sumberdaya produksi;


3) Ketelitian dalam membuat jadwal produksi;
2.3.8 Kompetensi Kunci

No Kompetensi Kunci Tingkat


1. Mengumpulkan, menganalisis dan mengorganisasikan 2
informasi
2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 2
3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 2
4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 2
5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 2
6. Memecahkan masalah 2
7. Menggunakan teknologi 1

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 10 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

BAB III

STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

3.1. Strategi Pelatihan


Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan pelatihan
klasikal yang diajarkan di kelas oleh pelatih. Pada sistem ini peserta pelatihan akan
bertanggung jawab terhadap proses belajar secara mandiri, artinya bahwa peserta
pelatihan perlu merencanakan kegiatan/proses belajar dengan Pelatih dan kemudian
melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
3.1.1 Persiapan / perencanaan
a. Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar
dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar yang
harus diikuti.
b. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.
c. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan
pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki.
d. Merencanakan aplikasi praktik pengetahuan dan keterampilan.
3.1.2 Permulaan dari proses pembelajaran
a. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktik yang terdapat
pada tahap belajar.
b. Mereview dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan
pengetahuan yang telah dimiliki.
3.1.3 Pengamatan terhadap tugas praktik
a. Mengamati keterampilan praktik yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang
yang telah berpengalaman lainnya.
b. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang kesulitan yang ditemukan
selama pengamatan.
3.1.4 Implementasi
a. Menerapkan pelatihan kerja yang aman.
b. Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan praktik.
c. Mempraktikkan keterampilan baru yang telah diperoleh.
3.1.5 Penilaian
Melaksanakan tugas terkait penilaian untuk penyelesaian belajar peserta pelatihan
3.2. Metode Pelatihan
Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus,
kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan.
3.2.1 Belajar secara mandiri
Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar secara
individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 11 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan disarankan untuk menemui


pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan
belajar.
3.2.2 Belajar Berkelompok
Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang bersama
secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun
proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing,
sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, pelatih dan pakar/ahli dari
tempat kerja.
3.2.3 Belajar terstruktur
Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan
oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu.

3.3. Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan


Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan penjelasan tentang penyusunan
strategi pembelajaran, termasuk di dalamnya metode pelatihan yang disarankan, media
yang digunakan, session plan, dan strategi penilaian dari setiap penugasan yang diberikan
kepada seorang peserta pelatihan.
Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan informasi yang bersifat indikatif
yang selanjutnya dapat dijadikan oleh instruktur sebagai pedoman dalam menyusun
rencana pembelajaran (session plan) yang lebih operasional dan yang lebih bersifat
strategis untuk membantu para peserta pelatihan mencapai unit kompetensi.
Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan:
Unit Kompetensi : Menyiapkan Produksi Campuran Aspal Panas
Elemen Kompetensi 1 : Melakukan identifikasi permintaan produksi
Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Unjuk Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
1 2 3 4 5 6 7
1.1 Konfirmasi Pada akhir 1. Ceramah 1. Menjelaskan rincian 1. UU No 1 th 55 mnt
permintaan produksi pembelajar-an 2. Diskusi/ permintaan produksi 1970
dilakukan kepada sesi ini, diskusi yang memerlukan Tentang
atasan langsung. peserta dapat kelompok kesatuan pendapat Keselamatan
1) Dapat melakukan 3. Peragaan semua pihak yang Kerja
menjelaskan konfirmasi terkait 2. UU No 23 th
rincian permintaan 2. Menjelaskan dan 1992
permintaan produksi memberikan Tentang
produksi yang kepada peragaan prosedur Kesehatan
memerlukan atasan untuk menentukan 3. UU No 18 th
kesatuan langsung. jenis produk yang 1999
pendapat semua harus disiapkan atas Tentang
pihak yang dasar permintaan Jasa
terkait produksi Konstruksi
2) Mampu 3. Menjelaskan dan 4. UU No 13 th
menentukan memperagakan 2003
jenis produk produk yang harus Tentang
yang harus disiapkan atas dasar Ketenagaker
disiapkan atas permintaan produksi jaan
dasar permintaan kepada atasan 5. Permen
produksi langsung. Tenaga
3) Dapat melakukan 4. Menjelaskan dan Kerja
konfirmasi memberikan contoh 01/MEN/198
produk yang permintaan produksi 0 tentang

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 12 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

1 2 3 4 5 6 7
harus disiapkan ke dalam surat Konstruksi
atas dasar perintah produksi Bangunan
permintaan kepada operator 6. Permen
produksi kepada pencampur aspal. Tenaga
atasan langsung. 5. Pelaksanaan Kerja 04 7 mnt**
4) Mampu mengin- peragaan: th1985
terpretasikan - Menentukan jenis tentang
permintaan produk yang harus Pesawat
produksi ke disiapkan atas dasar Tenaga dan
dalam surat permintaan produksi Produksi
perintah produksi 7. Permen
kepada operator - Menginterpretasikan Tenaga
pencampur permintaan produksi Kerja No 05
aspal. ke dalam surat tahun 1985
perintah produksi tentang
kepada operator Pesawat
pencampur aspal. Angkat dan
Angkut
8. PP No 29
tahun 2000
tentang
Penyelengga
raan Jasa
Konstruksi
9. Permen PU
No
09/PER/M/2
008 tentang
Pedoman
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
Konstruksi
Bidang PU
10. Kpts
Bersama
Menteri
Tenaga
Kerja dan
Menteri PU
No Kep
174/Men/198
6 dan No
104/KPTS/1
986 Tentang
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
pada tempat
kegiatan
konstruksi
11. Permen
Tenaga
Kerja
05/MEN/199
6 tentang
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja
(SMK3)
12. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
tata cara

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 13 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

1 2 3 4 5 6 7
pelaksanaan
produksi
13. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
pembuatan
jadwal
produksi

1.2 Klarifikasi jenis Pada akhir 1. Ceramah 1. Menjelaskan jenis 1. UU No 1 th 80 mnt


produk dilakukan pembelajar-an 2. Diskusi/ produk yang diminta 1970
kepada quality sesi ini, diskusi untuk diinterpre- Tentang
control. peserta dapat kelompok tasikan ke dalam Keselamatan
1) Dapat melakukan 3. Peragaan kualitas produksi Kerja
menjelaskan klarifikasi 2. Menjelaskan dan 2. UU No 23 th
jenis produk jenis produk memberikan contoh 1992
yang diminta kepada jenis produk kepada Tentang
untuk diinterpre- quality quality control Kesehatan
tasikan ke control. berdasar-kan 3. UU No 18 th
dalam kualitas permintaan produksi. 1999
produksi. 3. Menjelaskan dan Tentang
2) Mampu memberikan langkah Jasa
melakukan untuk menyiapkan Konstruksi
klarifikasi jenis job mix formula yang 4. UU No 13 th
produk kepada telah dibuat oleh 2003
quality control quality control sesuai Tentang
berdasarkan dengan permintaan Ketenagaker
permintaan produksi. jaan
produksi. 5. Permen
3) Mampu 4. Pelaksanaan Tenaga 8 mnt**
menyiapkan job peragaan Kerja
mix formula - melakukan 01/MEN/198
yang telah klarifikasi jenis 0 tentang
dibuat oleh produk kepada Konstruksi
quality control quality control Bangunan
sesuai dengan berdasarkan 6. Permen
permintaan permintaan Tenaga
produksi. produksi. Kerja 04
- menyiapkan job th1985
mix formula yang tentang
telah dibuat oleh Pesawat
quality control Tenaga dan
Produksi
7. Permen
Tenaga
Kerja No 05
tahun 1985
tentang
Pesawat
Angkat dan
Angkut
8. PP No 29
tahun 2000
tentang
Penyelengga
raan Jasa
Konstruksi
9. Permen PU
No
09/PER/M/2
008 tentang
Pedoman
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
Konstruksi
Bidang PU
10. Kpts
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 14 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

1 2 3 4 5 6 7
Bersama
Menteri
Tenaga
Kerja dan
Menteri PU
No Kep
174/Men/198
6 dan No
104/KPTS/1
986 Tentang
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
pada tempat
kegiatan
konstruksi
11. Permen
Tenaga
Kerja
05/MEN/199
6 tentang
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja
(SMK3)
12. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
tata cara
pelaksanaan
produksi
13. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
pembuatan
jadwal
produksi

1.3 Sumber daya yang Pada akhir 1. Ceramah 1. Menjelaskan sumber 1. UU No 1 th 50 mnt
dibutuhkan untuk pembelajar-an 2. Diskusi/ daya produksi yang 1970
memenuhi sesi ini, diskusi dibutuhkan dalam Tentang
permintaan produksi peserta dapat kelompok memproduksi jenis Keselamatan
disiapkan berdasar- menyiapkan 3. Peragaan dan kualitas produksi Kerja
kan hasil konfir-masi sumber daya sesuai dengan 2. UU No 23 th
dan klarifikasi. yang permintaan produksi. 1992
1) Dapat dibutuhkan 2. Menjelaskan cara Tentang
menjelaskan untuk untuk Kesehatan
sumber daya memenuhi mengidentifikasi 3. UU No 18 th
produksi yang permintaan kebutuhan sumber 1999
dibutuhkan produksi daya untuk Tentang
dalam berdasar-kan memenuhi Jasa
memproduksi hasil konfir- permintaan produksi Konstruksi
jenis dan masi dan 3. Menjelaskan dan 4. UU No 13 th
kualitas produksi klarifikasi. memberikan langkah 2003
sesuai dengan untuk melakukan Tentang
permintaan koordinasi dengan Ketenagaker
produksi. pihak terkait untuk jaan
2) Dapat menyiapkan sumber 5. Permen
mengidentifikasi daya yang Tenaga
kebutuhan dibutuhkan. Kerja
sumber daya 4. Peragaan: 01/MEN/198 10 mnt**
untuk memenuhi - Cara melakukan 0 tentang
permintaan koordinasi dengan Konstruksi
produksi pihak terkait untuk Bangunan
3) Mampu menyiapkan sumber 6. Permen
melakukan daya yang Tenaga
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 15 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

1 2 3 4 5 6 7
koordinasi dibutuhkan. Kerja 04
dengan pihak th1985
terkait untuk tentang
menyiapkan Pesawat
sumber daya Tenaga dan
yang dibutuhkan. Produksi
7. Permen
Tenaga
Kerja No 05
tahun 1985
tentang
Pesawat
Angkat dan
Angkut
8. PP No 29
tahun 2000
tentang
Penyelengga
raan Jasa
Konstruksi
9. Permen PU
No
09/PER/M/2
008 tentang
Pedoman
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
Konstruksi
Bidang PU
10. Kpts
Bersama
Menteri
Tenaga
Kerja dan
Menteri PU
No Kep
174/Men/198
6 dan No
104/KPTS/1
986 Tentang
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
pada tempat
kegiatan
konstruksi
11. Permen
Tenaga
Kerja
05/MEN/199
6 tentang
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja
(SMK3)
12. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
tata cara
pelaksanaan
produksi
13. Buku
Petunjuk dari

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 16 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

1 2 3 4 5 6 7
institusi
terkait untuk
pembuatan
jadwal
produksi

Diskusi kelompok: 15 mnt”


Dilakukan setelah selesai penjelasan dan peragaan yang mencakup seluruh materi sub bab
”Melakukan identifikasi permintaan produksi” Pelaksanaan diskusi kelompok dibimbing langsung
oleh instruktur dengan pembagian kelompok disesuaikan dengan kondisi peserta.

Elemen Kompetensi 2 : Memeriksa kesiapan sumber daya produksi


Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Unjuk Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
1 2 3 4 5 6 7
2.1 Kesiapan personil Pada akhir 1. Ceramah 1. Menjelaskan posisi 1. UU No 1 th 40 mnt
anggota kelompok pembelajaran 2. Diskusi/ personil kelompok 1970 Tentang
kerja produksi sesi ini, diskusi kerja produksi dalam Keselamatan
diperiksa sesuai peserta dapat kelompok proses produksi yang Kerja
dengan memeriksa 3. Peragaan berkualitas sesuai 2. UU No 23 th
penugasannya kesiapan dengan permintaan 1992 Tentang
1) Dapat personil produksi. Kesehatan
menjelaskan anggota 2. Menjelaskan cara 3. UU No 18 th
posisi personil kelompok kerja mengidentifikasi 1999 Tentang
kelompok kerja produksi kesesuaian personil Jasa
produksi dalam sesuai dengan anggota kelompok Konstruksi
proses produksi penugasannya kerja produksi 4. UU No 13 th
yang berkualitas dengan daftar 2003 Tentang
sesuai dengan penugasan-nya. Ketenagakerj
permintaan 3. Menjelaskan dan aan
produksi. memberikan 5. Permen
2) Dapat langkah-langkah Tenaga Kerja
mengidentifikasi cara menentukan 01/MEN/1980
kesesuaian kesiapan personil tentang
personil anggota untuk pelaksanaan Konstruksi
kelompok kerja tugas produksi Bangunan
produksi dengan sesuai dengan 6. Permen
daftar permintaan produksi. Tenaga Kerja
penugasan-nya. 4. Menjelaskan dan 04 th1985
3) Harus mampu memberikan contoh tentang
menentukan pembuatan surat Pesawat
kesiapan perintah kerja Tenaga dan
personil untuk kepada setiap Produksi
pelaksanaan anggota kelompok 7. Permen
tugas produksi kerja yang terlibat Tenaga Kerja
sesuai dengan dalam pelaksanaan No 05 tahun
permintaan produksi secara 1985 tentang
produksi. proporsional. Pesawat
4) Mampu 5. Pelaksanaan Angkat dan 5 mnt””
membuat surat peragaan: Angkut
perintah kerja - Menentukan 8. PP No 29
kepada setiap kesiapan personil tahun 2000
anggota untuk pelaksanaan tentang
kelompok kerja tugas produksi Penyelenggar
yang terlibat - Membuat surat aan Jasa
dalam perintah kerja kepada Konstruksi
pelaksanaan setiap anggota 9. Permen PU
produksi secara kelompok kerja No
proporsional. 09/PER/M/20
08 tentang
Pedoman
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
Konstruksi

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 17 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

1 2 3 4 5 6 7
Bidang PU
10. Kpts
Bersama
Menteri
Tenaga Kerja
dan Menteri
PU No Kep
174/Men/198
6 dan No
104/KPTS/19
86 Tentang
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
pada tempat
kegiatan
konstruksi
11. Permen
Tenaga Kerja
05/MEN/1996
tentang
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (SMK3)
12. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
tata cara
pelaksanaan
produksi
13. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
pembuatan
jadwal
produksi

2.2 Kesiapan peralatan Pada akhir 1. Ceramah 1. Menjelaskan 1. UU No 1 th 45 mnt


produksi diperiksa pembelajaran 2. Diskusi/ prosedur 1970 Tentang
yang meliputi kondisi sesi ini, diskusi pemeriksaan Keselamatan
dan kesiapan genset, peserta dapat kelompok kesiapan peralatan Kerja
mesin pencampur memeriksa 3. Peragaan produksi 2. UU No 23 th
aspal dan wheel kesiapan 2. Menjelaskan dan 1992 Tentang
loader peralatan memperagakan cara Kesehatan
1) Dapat produksi yang pemeriksaan kondisi 3. UU No 18 th
menjelaskan meliputi dan kesiapan operasi 1999 Tentang
prosedur kondisi dan genset (bila meng Jasa
pemeriksaan kesiapan gunakan sumber Konstruksi
kesiapan genset, mesin listrik sendiri) sesuai 4. UU No 13 th
peralatan pencampur dengan hasil 2003 Tentang
produksi aspal dan pemeriksaan yang Ketenagakerj
2) Harus mampu wheel loader tertuang dalam daftar aan
memeriksa simak kondisi 5. Permen
kondisi dan genset. Tenaga Kerja
kesiapan 3. Menjelaskan dan 01/MEN/1980
operasi genset memperagakan cara tentang
(bila meng pemeriksaan kondisi Konstruksi
gunakan sumber dan kesiapan operasi Bangunan
listrik sendiri) mesin pencampur 6. Permen
sesuai dengan aspal yang Tenaga Kerja
hasil dikoordinasikan 04 th1985
pemeriksaan dengan operator tentang
yang tertuang mesin pencampur Pesawat
dalam daftar aspal. Tenaga dan
simak kondisi 4. Menjelaskan dan Produksi
genset. memperagakan cara 7. Permen
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 18 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

1 2 3 4 5 6 7
3) Harus mampu pemeriksaan kondisi Tenaga Kerja
memeriksa dan kesiapan operasi No 05 tahun
kondisi dan wheel loader yang 1985 tentang
kesiapan dikoordinasi-kan Pesawat
operasi mesin dengan operator Angkat dan
pencampur wheel loade Angkut
aspal yang 5. Pelaksanaan 8.PP No 29 15 mnt**
dikoordinasikan peragaan: tahun 2000
dengan operator - Memeriksa kondisi tentang
mesin dan kesiapan Penyelenggar
pencampur operasi genset (bila aan Jasa
aspal. meng gunakan Konstruksi
4) Harus mampu sumber listrik sendiri) 9.Permen PU
memeriksa - Memeriksa kondisi No
kondisi dan dan kesiapan 09/PER/M/20
kesiapan operasi mesin 08 tentang
operasi wheel pencampur aspal Pedoman
loader yang yang dikoordinasikan Sistem
dikoordinasi-kan dengan operator Manajemen
dengan operator mesin pencampur Keselamatan
wheel loader aspal. dan
- Memeriksa kondisi Kesehatan
dan kesiapan Kerja (K3)
operasi wheel loader Konstruksi
yang dikoordinasi- Bidang PU
kan dengan operator 10. Kpts
wheel loader Bersama
Menteri
Tenaga Kerja
dan Menteri
PU No Kep
174/Men/198
6 dan No
104/KPTS/19
86 Tentang
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
pada tempat
kegiatan
konstruksi
11. Permen
Tenaga Kerja
05/MEN/1996
tentang
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (SMK3)
12. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
tata cara
pelaksanaan
produksi
13. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
pembuatan
jadwal
produksi
2.3 Kesiapan material Pada akhir 1. Ceramah 1. Menjelaskan 1. UU No 1 th 30 mnt
produksi dan bahan pembelajaran 2. Diskusi/ prosedur 1970 Tentang
bakar diperiksa untuk sesi ini, diskusi pemeriksaan Keselamatan
memenuhi kebutuhan peserta dapat kelompok material produksi Kerja
produksi. memeriksa 3. Peragaan yang diperlukan 2. UU No 23 th
1) Dapat kesiapan untuk memenuhi 1992 Tentang

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 19 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

1 2 3 4 5 6 7
menjelaskan material kebutuhan produksi Kesehatan
prosedur produksi dan 2. Menjelaskan dan 3. UU No 18 th
pemeriksaan bahan bakar memperagakan cara 1999 Tentang
material produksi untuk pemeriksaan Jasa
yang diperlukan memenuhi kesiapan material Konstruksi
untuk memenuhi kebutuhan produksi (agregat, 4. UU No 13 th
kebutuhan produksi. filler dan aspal) untuk 2003 Tentang
produksi memenuhi Ketenagakerj
2) Harus mampu kebutuhan produksi. aan
memeriksa 3. Menjelaskan dan 5. Permen
kesiapan memperagakan cara Tenaga Kerja
material produksi pemeriksaan 01/MEN/1980 15 mnt**
(agregat, filler kesiapan bahan tentang
dan aspal) untuk bakar untuk Konstruksi
memenuhi kebutuhan Bangunan
kebutuhan operasional mesin 6. Permen
produksi. pencampur aspal. Tenaga Kerja
3) Mampu 4. Pelaksanaan 04 th1985
memeriksa peragaan: tentang
kesiapan bahan - Memeriksa Pesawat
bakar untuk memeriksa kesiapan Tenaga dan
kebutuhan material produksi Produksi
operasional (agregat, filler dan 7. Permen
mesin aspal) untuk Tenaga Kerja
pencampur memenuhi No 05 tahun
aspal. kebutuhan produksi. 1985 tentang
- Memeriksa kesiapan Pesawat
bahan bakar untuk Angkat dan
kebutuhan Angkut
operasional mesin 8. PP No 29
pencampur aspal tahun 2000
tentang
Penyelenggar
aan Jasa
Konstruksi
9. Permen PU
No
09/PER/M/20
08 tentang
Pedoman
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
Konstruksi
Bidang PU
10. Kpts
Bersama
Menteri
Tenaga Kerja
dan Menteri
PU No Kep
174/Men/198
6 dan No
104/KPTS/19
86 Tentang
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
pada tempat
kegiatan
konstruksi
11. Permen
Tenaga Kerja
05/MEN/1996
tentang
Sistem
Manajemen
Keselamatan

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 20 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

1 2 3 4 5 6 7
dan
Kesehatan
Kerja (SMK3)
12. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
tata cara
pelaksanaan
produksi
13. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
pembuatan
jadwal
produksi

2.4 Kesiapan Pada akhir 1. Ceramah 1. Menjelaskan 1. UU No 1 th 35 mnt


kelengkapan K3 dan pembelajaran 2. Diskusi/ prosedur 1970 Tentang
Lingkungan diperiksa sesi ini, diskusi pemeriksaan Keselamatan
kembali sebelum peserta dapat kelompok perlengkap an K3 Kerja
pelaksanaan memeriksa 3. Peragaan dan lingkungan 2. UU No 23 th
produksi. kembali 2. Menjelaskan dan 1992 Tentang
1) Dapat kesiapan memperagakan cara Kesehatan
menjelaskan kelengkapan pemeriksaan kembali 3. UU No 18 th
prosedur K3 dan kesiapan Alat 1999 Tentang
pemeriksaan Lingkungan Pelindung Diri (APD) Jasa
perlengkap an sebelum sesuai prosedur Konstruksi
K3 dan pelaksanaan sebelum 4. UU No 13 th
lingkungan produksi. pelaksanaan 2003 Tentang
2) Harus mampu produksi. Ketenagakerj
memeriksa 3. Menjelaskan dan aan
kembali memperagakan cara 5. Permen
kesiapan Alat pemeriksaan kembali Tenaga Kerja
Pelindung Diri Alat Pengaman Kerja 01/MEN/1980
(APD) sesuai (APK) yang telah tentang
prosedur tersedia sebelum Konstruksi
sebelum pelaksanaan Bangunan
pelaksanaan produksi. 6. Permen
produksi. 4. Menjelaskan dan Tenaga Kerja
3) Harus mampu memperagakan cara 04 th1985
memeriksa pemeriksaan kembali tentang
kembali Alat kondisi lingkungan Pesawat
Pengaman Kerja kerja sebelum Tenaga dan
(APK) yang telah pelaksanaan operasi Produksi
tersedia sebelum 5. Pelaksanaan 7. Permen 15 mnt**
pelaksanaan peragaan: Tenaga Kerja
produksi. - Memeriksa kembali No 05 tahun
4) Harus mampu kesiapan Alat 1985 tentang
memeriksa Pelindung Diri (APD) Pesawat
kembali kondisi sesuai prosedur Angkat dan
lingkungan kerja sebelum Angkut
sebelum pelaksanaan 8. PP No 29
pelaksanaan produksi. tahun 2000
operasi - Memeriksa kembali tentang
Alat Pengaman Kerja Penyelenggar
(APK) yang telah aan Jasa
tersedia sebelum Konstruksi
pelaksanaan 9. Permen PU
produksi. No
- Memeriksa kembali 09/PER/M/20
kondisi lingkungan 08 tentang
kerja sebelum Pedoman
pelaksanaan operasi Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
Konstruksi
Bidang PU
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 21 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

1 2 3 4 5 6 7
10. Kpts
Bersama
Menteri
Tenaga Kerja
dan Menteri
PU No Kep
174/Men/198
6 dan No
104/KPTS/19
86 Tentang
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
pada tempat
kegiatan
konstruksi
11. Permen
Tenaga Kerja
05/MEN/1996
tentang
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (SMK3)
12. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
tata cara
pelaksanaan
produksi
13. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
pembuatan
jadwal
produksi

2.5 Kesiapan alat angkut Pada akhir 1. Ceramah 1. Menjelaskan 1. UU No 1 th 40 mnt


dikoordinasikan pembelajaran 2. Diskusi/ kesiapan alat angkut 1970 Tentang
dengan bagian sesi ini, diskusi yang dibutuhkan Keselamatan
peralatan peserta dapat kelompok yang dikoordinasi- Kerja
1) Dapat mengoordinas 3. Peragaan kan dengan bagian 2. UU No 23 th
menjelaskan ikan kesiapan peralatan 1992 Tentang
kesiapan alat alat angkut 2. Menjelaskan dan Kesehatan
angkut yang dengan memperagakan cara 3. UU No 18 th
dibutuhkan yang bagian menentukan jenis 1999 Tentang
dikoordinasi-kan peralatan dan jumlah alat Jasa
dengan bagian angkut yang Konstruksi
peralatan dibutuhkan untuk 4. UU No 13 th
2) Harus mampu mengangkut 2003 Tentang
menentukan produksi campuran Ketenagakerj
jenis dan jumlah aspal panas. aan
alat angkut yang 3. Menjelaskan 5. Permen
dibutuhkan untuk memberikan contoh Tenaga Kerja
mengangkut cara 01/MEN/1980
produksi mengkoordinasikan tentang
campuran aspal penyiapan alat Konstruksi
panas. angkut campuran Bangunan
3) Mampu aspal panas dengan 6. Permen
mengkoordi- bagian peralatan Tenaga Kerja
nasikan 4. Pelaksanaan 04 th1985 15 mnt**
penyiapan alat peragaan: tentang
angkut - Menentukan jenis Pesawat
campuran aspal dan jumlah alat Tenaga dan
panas dengan angkut yang Produksi
bagian peralatan dibutuhkan untuk 7. Permen
4) Dapat mengangkut Tenaga Kerja

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 22 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

1 2 3 4 5 6 7
mengidenti-fikasi produksi campuran No 05 tahun
jenis dan aspal panas. 1985 tentang
kuantitas - Mengkoordinasikan Pesawat
produksi yang penyiapan alat Angkat dan
harus mendapat angkut campuran Angkut
prioritas aspal panas dengan 8. PP No 29
pelaksanaannya. bagian peralatan tahun 2000
tentang
Penyelenggar
aan Jasa
Konstruksi
9. Permen PU
No
09/PER/M/20
08 tentang
Pedoman
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
Konstruksi
Bidang PU
10. Kpts
Bersama
Menteri
Tenaga Kerja
dan Menteri
PU No Kep
174/Men/198
6 dan No
104/KPTS/19
86 Tentang
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
pada tempat
kegiatan
konstruksi
11. Permen
Tenaga Kerja
05/MEN/1996
tentang
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (SMK3)
12. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
tata cara
pelaksanaan
produksi
13. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
pembuatan
jadwal
produksi

Diskusi kelompok: 15 mnt*


Dilakukan setelah selesai penjelasan dan peragaan yang mencakup seluruh materi sub bab
“memeriksa kesiapan sumber daya produksi”. Pelaksanaan diskusi kelompok dibimbing langsung
oleh instruktur dengan pembagian kelompok disesuaikan dengan kondisi peserta.

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 23 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

Elemen Kompetensi 3 : Membuat jadwal produksi


Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Unjuk Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
1 2 3 4 5 6 7
3.1 Jenis dan kuantitas Pada akhir 1. Ceramah 1. Menjelaskan jenis, 1. UU No 1 th 55 mnt
produksi pembelajaran 2. Diskusi/ kualitas dan 1970 Tentang
diidentifikasi. sesi ini, diskusi kuantitas produksi Keselamatan
1) Dapat peserta dapat kelompok yang harus dipenuhi Kerja
menjelaskan mengidentifik 3. Peragaan dalam satu hari 2. UU No 23 th
jenis, kualitas asi Jenis dan (waktu yang 1992 Tentang
dan kuantitas kuantitas ditentukan). Kesehatan
produksi yang produksi 2. Menjelaskan cara 3. UU No 18 th
harus dipenuhi untuk 1999 Tentang
dalam satu hari mengindentifikasi Jasa
(waktu yang semua jenis dan Konstruksi
ditentukan). kualitas produksi 4. UU No 13 th
2) Dapat yang harus 2003 Tentang
mengindentifikas dikerjakan pada hari Ketenagakerj
i semua jenis yang sama. aan
dan kualitas 3. Menjelaskan cara 5. Permen
produksi yang untuk Tenaga Kerja
harus dikerjakan mengindentifikasi 01/MEN/1980
pada hari yang kualitas produksi tentang
sama. yang harus Konstruksi
3) Dapat dkerjakan. Bangunan
mengidenti-fikasi 4. Menjelaskan cara 6. Permen
kualitas produksi untuk Tenaga Kerja
yang harus mengindentifikasi 04 th1985
dkerjakan. jenis dan kuantitas tentang
4) Dapat produksi yang harus Pesawat
mengidenti-fikasi mendapat prioritas Tenaga dan
jenis dan pelaksanaan-nya. Produksi
kuantitas 7. Permen
produksi yang Tenaga Kerja
harus mendapat No 05 tahun
prioritas 1985 tentang
pelaksanaan- Pesawat
nya. Angkat dan
Angkut
8. PP No 29
tahun 2000
tentang
Penyelenggar
aan Jasa
Konstruksi
9. Permen PU
No
09/PER/M/20
08 tentang
Pedoman
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
Konstruksi
Bidang PU
10. Kpts
Bersama
Menteri
Tenaga Kerja
dan Menteri
PU No Kep
174/Men/198
6 dan No
104/KPTS/19
86 Tentang
Keselamatan

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 24 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

1 2 3 4 5 6 7
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
pada tempat
kegiatan
konstruksi
11. Permen
Tenaga Kerja
05/MEN/1996
tentang
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (SMK3)
12. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
tata cara
pelaksanaan
produksi
13. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
pembuatan
jadwal
produksi

3.2 Rencana produksi Pada akhir 1. Ceramah 1. Menjelaskan 1. UU No 1 th 65 mnt


disusun berdasarkan pembelajaran 2. Diskusi/ hubungan rencana 1970 Tentang
kapasitas mesin sesi ini, diskusi produksi dengan Keselamatan
pencampur aspal peserta dapat kelompok kapasitas produksi Kerja
yang ada. menyusun 3. Peragaan mesin pencampur 2. UU No 23 th
1) Dapat rencana aspal. 1992 Tentang
menjelaskan produksi 2. Menjelaskan cara Kesehatan
hubungan berdasarkan untuk 3. UU No 18 th
rencana produksi kapasitas mengidentifikasi 1999 Tentang
dengan mesin kapasitas mesin Jasa
kapasitas pencampur pencampur aspal Konstruksi
produksi mesin aspal yang yang dipergunakan 4. UU No 13 th
pencampur ada. 3. Menjelaskan 2003 Tentang
aspal. memberikan contoh Ketenagakerj
2) Dapat rencana produksi aan
mengidentifikasi (harian atau bulanan) 5. Permen
kapasitas mesin untuk melayani Tenaga Kerja
pencampur aspal permintaan produksi 01/MEN/1980
yang berdasarkan tentang
dipergunakan kapasitas produksi Konstruksi
3) Mampu mesin pencampur Bangunan
menentukan aspal. 6. Permen
rencana produksi 4. Peragaan: Tenaga Kerja 17 mnt**
(harian atau - Cara menentukan 04 th1985
bulanan) untuk rencana produksi tentang
melayani (harian atau Pesawat
permintaan bulanan) untuk Tenaga dan
produksi melayani Produksi
berdasarkan permintaan produksi 7. Permen
kapasitas berdasarkan Tenaga Kerja
produksi mesin kapasitas produksi No 05 tahun
pencampur mesin pencampur 1985 tentang
aspal. aspal. Pesawat
Angkat dan
Angkut
8. PP No 29
tahun 2000
tentang
Penyelenggar
aan Jasa
Konstruksi
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 25 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

1 2 3 4 5 6 7
9. Permen PU
No
09/PER/M/20
08 tentang
Pedoman
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
Konstruksi
Bidang PU
10. Kpts
Bersama
Menteri
Tenaga Kerja
dan Menteri
PU No Kep
174/Men/198
6 dan No
104/KPTS/19
86 Tentang
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
pada tempat
kegiatan
konstruksi
11. Permen
Tenaga Kerja
05/MEN/1996
tentang
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (SMK3)
12. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
tata cara
pelaksanaan
produksi
13. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
pembuatan
jadwal
produksi

3.3 Urutan waktu sesuai Pada akhir 1. Ceramah 1. Menjelaskan posisi 1. UU No 1 th 45 mnt
jenis produksi pembelajaran 2. Diskusi/ penyiapan jadwal 1970 Tentang
campuran aspal sesi ini, diskusi produksi terkait Keselamatan
panas disiapkan peserta dapat kelompok dengan pelaksanaan Kerja
untuk pedoman menyiapkan 3. Peragaan produksi 2. UU No 23 th
dalam memproduksi urutan waktu 2. Menjelaskan cara 1992 Tentang
campuran aspal sesuai jenis untuk Kesehatan
panas. produksi mengidentifikasi 3. UU No 18 th
1) Dapat campuran urutan waktu 1999 Tentang
menjelaskan aspal panas produksi sesuai jenis Jasa
posisi penyiapan untuk campuran aspal Konstruksi
jadwal produksi pedoman panas yang harus 4. UU No 13 th
terkait dengan dalam dikerjakan. 2003 Tentang
pelaksanaan memproduksi 3. Menjelaskan cara Ketenagakerj
produksi campuran untuk menentukan aan
2) Dapat aspal panas. prioritas produksi 5. Permen
mengidentifikasi yang harus Tenaga Kerja

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 26 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

1 2 3 4 5 6 7
urutan waktu dikerjakan 01/MEN/1980
produksi sesuai 4. Menjelaskan dan tentang
jenis campuran memberikan langkah Konstruksi
aspal panas pembuatan jadwal Bangunan
yang harus produksi harian 6. Permen
dikerjakan. berdasarkan prioritas Tenaga Kerja
3) Dapat produksi dan urutan 04 th1985
menentukan produksi yang telah tentang
prioritas tersusun. Pesawat
produksi yang 5. Menjelaskan dan Tenaga dan
harus dikerjakan memberikan langkah Produksi
4) Mampu pembuatan jadwal 7. Permen
membuat jadwal bulanan atau sesuai Tenaga Kerja
produksi harian dengan permintaan No 05 tahun
berdasarkan produksi yang 1985 tentang
prioritas berkelanjutan. Pesawat
produksi dan 6. Peragaan: Angkat dan 18 mnt**
urutan produksi - Membuat jadwal Angkut
yang telah produksi harian 8. PP No 29
tersusun. berdasarkan tahun 2000
5) Mampu prioritas produksi tentang
membuat jadwal dan urutan Penyelenggar
bulanan atau produksi yang telah aan Jasa
sesuai dengan tersusun. Konstruksi
permintaan - Membuat jadwal 9. Permen PU
produksi yang bulanan atau No
berkelanjutan. sesuai dengan 09/PER/M/20
permintaan 08 tentang
produksi yang Pedoman
berkelanjutan Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
Konstruksi
Bidang PU
10. Kpts
Bersama
Menteri
Tenaga Kerja
dan Menteri
PU No Kep
174/Men/198
6 dan No
104/KPTS/19
86 Tentang
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
pada tempat
kegiatan
konstruksi
11. Permen
Tenaga Kerja
05/MEN/1996
tentang
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (SMK3)
12. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
tata cara
pelaksanaan
produksi
13. Buku

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 27 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

1 2 3 4 5 6 7
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
pembuatan
jadwal
produksi

3.4 Shift personil Pada akhir 1. Ceramah 1. Menjelaskan cara 1. UU No 1 th 55 mnt


produksi diatur pembelajaran 2. Diskusi/ mengidentifikasi 1970 Tentang
sesuai dengan jadwal sesi ini, diskusi jadwal penugasan Keselamatan
produksi yang telah peserta dapat kelompok shift kelompok Kerja
dibuat. mengatur shift 3. Peragaan produksi sesuai 2. UU No 23 th
1) Dapat personil dengan jadwal 1992 Tentang
mengidentifikasi produksi produksi yang telah Kesehatan
jadwal sesuai dibuat 3. UU No 18 th
penugasan shift dengan 2. Menjelaskan cara 1999 Tentang
kelompok jadwal menentukan Jasa
produksi sesuai produksi yang kelompok kerja Konstruksi
dengan jadwal telah dibuat. produksi sesuai 4. UU No 13 th
produksi yang dengan kebutuhan 2003 Tentang
telah dibuat produksi Ketenagakerj
2) Dapat berdasarkan jadwal aan
menentukan yang telah dibuat. 5. Permen
kelompok kerja 3. Menjelaskan cara Tenaga Kerja
produksi sesuai mengatur penugasan 01/MEN/1980
dengan shift personil/ tentang
kebutuhan kelompok kerja Konstruksi
produksi produksi sesuai Bangunan
berdasarkan dengan jadwal 6. Permen
jadwal yang produksi Tenaga Kerja
telah dibuat. 04 th1985
3) Dapat mengatur tentang
penugasan shift Pesawat
personil/ Tenaga dan
kelompok kerja Produksi
produksi sesuai 7. Permen
dengan jadwal Tenaga Kerja
produksi No 05 tahun
1985 tentang
Pesawat
Angkat dan
Angkut
8. PP No 29
tahun 2000
tentang
Penyelenggar
aan Jasa
Konstruksi
9. Permen PU
No
09/PER/M/20
08 tentang
Pedoman
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
Konstruksi
Bidang PU
10. Kpts
Bersama
Menteri
Tenaga Kerja
dan Menteri
PU No Kep
174/Men/198
6 dan No
104/KPTS/19
86 Tentang
Keselamatan
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 28 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

1 2 3 4 5 6 7
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
pada tempat
kegiatan
konstruksi
11. Permen
Tenaga Kerja
05/MEN/1996
tentang
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (SMK3)
12. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
tata cara
pelaksanaan
produksi
13. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
pembuatan
jadwal
produksi
Diskusi kelompok: 15 mnt**
Dilakukan setelah selesai penjelasan dan peragaan yang mencakup seluruh materi sub bab
’’membuat jadwal produksi’’. Pelaksanaan diskusi kelompok dibimbing langsung oleh instruktur
dengan pembagian kelompok disesuaikan dengan kondisi peserta.

Instruktur yang diusulkan untuk Materi Pelatihan “Menyiapkan Produksi Campuran Aspal Panas”
Instruktur Teori: …………………………………………………………………………………………
Instruktur Praktek: ………………………………………………………………………………………

Catatan :
1. Jam pelajaran indikatif dalam menit
2. *) Pelaksanaan diskusi kelompok dilaksanakan pada akhir penyajian setiap elemen
kompetensi.
**) Pelaksanaan peragaan langsung pada penyajian setiap KUK.
***) Pelaksanaan praktik dilakukan pada akhir penyajian setiap elemen kompetensi, atau
pada akhir penyajian seluruh elemen kompetensi, tergantung pada metoda yang
diterapkan.

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 29 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

BAB IV

PENYIAPAN PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

4.1 Umum
Yang dimaksud dengan campuran aspal panas adalah campuran yang terdiri dari
kombinasi tertentu dari agregat yang dicampur dengan aspal dengan melalui proses
pembakaran/pemanasan. Pencampuran dilakukan di mesin pencampur aspal panas,
sedemikian rupa sehingga permukaan agregat terselimuti aspal dengan seragam. Untuk
mengeringkan agregat dan memperoleh kekentalan aspal yang mencukupi dalam
mencapur dan mengerjakannya, maka kedua-duanya dipanaskan masing-masing pada
temperatur tertentu.
Beberapa pengertian jenis campuran aspal panas.
a. Latasir (lapis tipis aspal pasir/sand sheet). Kelas A dan B.
Latasir adalah lapis penutup permukaan jalan yang terdiri atas agregat halus atau pasir
atau campuran keduanya dan aspal keras yang dicampur, dihampar dan dipadatkan
dalam keadaan panas pada temperatur tertentu. Pemilihan kelas A atau kelas B
terutama tergantung pada gradasi pasir yang digunakan
b. Lataston (lapis tipis aspal beton/HRS).
Lapis lataston pada dasrnya adalah lapis permukaan yang berupa mortar pasir aspal
yang diberi sisipan butiran kasar. Lataston adalah lapis permukaan yang terdiri atas lapis
aus (lataston lapis aus/HRS-WC) dan lapis permukaan antara (lataston lapis permukaan
antara/HRS-base) yang terbuat dari agregat yang bergradasi senjang dengan dominasi
pasir dan aspal keras yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas
pada temperatus tertentu.(catatan: gradasi yang benar-benar senjang, tercermin dimana
butiran-butiran lolos No 30 paling sedikit 80% dari butiran-butiran lolos No 8. Untuk
material lataston hampir selalu dilakukan pencampuran pasir alam dan agregat halus
pecah mesin).
c. Laston (lapis aspal beton/AC).
Laston adalah lapis permukaan atau lapis pondasi yang terdiri atas laston lapis aus (AC-
WC), laston lapis permukaan antara(AC-BC), dan laston lapis pondasi (AC-Base).

Tabel 4.1 Jenis campuran aspal panas, dan tebal nominal minimum
Tebal nominal
Toleransi
Jenis campuran Simbol minimum
tebal (mm)
(mm)
Latasir kelas A SS-A 15 -
Latasir kelas B SS-B 20 -
Lataston Lapis aus HRS-WC 30
±4
Lapis permukaan antara HRS-BC 35
Laston Lapis aus AC-WC 40 ±3
Lapis permukaan antara AC-BC 50 ±4
Lapis pondasi AC-BASE 60 ±5
Sumber dari: Puslitbang Jalan dan JembatannBalitbang PU, Rancangan Spesifikasi Umum bidang Jalan
dan Jembatan. Edisi: Januari 2008

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 30 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

4.2 Identifikasi permintaan produksi.


4.2.1 Permintaan produksi.
Pelaksana produksi campuran aspal panas harus selalu memperhatikan permintaan
produksi. Karena setiap bagian dari struktur di lapangan mempunyai beberapa
kriteria yang berlain-lainan, dengan demikian job-mix-formula juga berlain-lainan
pula. Seperti kita ketahui bahwa agregat akan membentuk 90 sampai 95 % dari
total campuran beton aspal. Untuk itu pelaksana mesin pencampur aspal panas
harus dapat menguraikan rincian permintaan produksi yang sudah disepakati
dengan semua pihak yang terkait, dengan cara memilah-milah sesuai dengan
kebutuhan petugas yang terkait dari mesin pencampur aspal. Petugas terkait
diantaranya :
1) Operator mesin pencampur aspal panas dapat segera mempersiapkan
pemeriksaan kesiapan mesin pencampur aspal.
2) Operator wheel loader bersama mekanik terkait dapat segera mempersiapkan
pemeriksaan kesiapan wheel loader.
3) Operator genset dapat segera mempersiapkan pemeriksaan kesiapan mesin
generator.
4) Juru cold bin dapat segera mempersiapkan pemeriksaan kesiapan bahan
sesuai dengan jenis, ukuran, dan waktu ketersediaannya.
5) Juru ketel dapat segera mempersiapkan pemeriksaan kesiapan aspal sesuai
dengan jenisnya dan waktu ketersediaannya.
a. Rincian permintaan produksi.
Pada awalnya pelaksana mendapat perintah untuk memproduksi adalah dari
atasan langsung, termasuk job mix formula. Untuk memerinci permintaan
produksi pelaksana produksi membagi dalam :
1) Institusi yang memesan.
2) Jenis pesanan dari masing-masing institusi.
3) Prioritas institusi pemesan dan jenis pesanan.
Kemudian pelaksana mesin pencampur aspal panas harus dapat menguraikan
rincian permintaan produksi yang sudah disepakati dengan semua pihak yang
terkait, dengan cara memilah-milah sesuai dengan kebutuhan petugas yang
terkait dari mesin pencampur aspal. Petugas terkait diantaranya :
1) Operator mesin pencampur aspal panas dapat segera mempersiapkan
pemeriksaan kesiapan mesin pencampur aspal.
2) Operator genset dapat segera mempersiapkan pemeriksaan kesiapan
mesin generator.
3) Operator pengisi bahan dapat segera mempersiapkan pemeriksaan
kesiapan bahan sesuai dengan jenis, ukuran, dan waktu ketersediaannya.
4) Operator wheel loader bersama mekanik terkait dapat segera
mempersiapkan pemeriksaan kesiapan wheel loader.
Dari job mix formula, pelaksana produksi, dengan melalui rapat koordinasi
dengan atasan langsung, menentukan urutan dan jenis produksi campuran
aspal panas yang akan dilaksananakan. Sudah barang tentu untuk menentukan
urutan dan jenis campuran aspal panas perlu memperhitungkan efisiensi dari
biaya produksi mesin pencampur aspal panas. Seperti kita ketahui bahwa untuk

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 31 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

merubah jenis produk perlu waktu, sehingga pertimbangan ini harus ditentukan
dalam rapat koordinasi.
b. Penentuan jenis produk.
Setelah menerima berkas pesanan dari atasan langsung, dan kemudian
memerinci permintaan produksi, pelaksana wajib segera memberikan
order/perintah tertulis dan berkoordinasi dengan para operator, diantaranya :
1) operator mesin pencampur aspal.
2) operator wheel loader.
3) operator genset.
4) Juru cold bin.
5) Juru ketel.
Dalam berkoordinasi tersebut pelaksana menguraikan terhadap jenis produk
pesanan dari masing-masing pemesan dan proritasnya. Dari job mix formula,
pelaksana harus dapat menguraikan menjadi kebutuhan waktu pelaksanaan
aktual, kebutuhan bahan, kebutuhan tenaga manusia, kebutuhan wheel loader,
kebutuhan bahan bakar, kebutuhan dump truck . Dengan demikian pelaksana
harus memerinci terhadap :
1) kebutuhan volume agregat kasar dan agregat halus dengan jadwal
kedatangannya.
2) kebutuhan volume dan jenis aspal dengan jadwal kedatangannya.
3) kebutuhan volume dan jenis bahan bakar dengan jadwal kedatangannya.
4) kebutuhan volume dan jenis filler dengan jadwal kedatangannya.
5) Kebutuhan jumlah dan kapasitas wheel loader dengan jadwal
kedatangannya.
6) Kebutuhan jumlah dan kapasitas dump truck dengan jadwal
kedatangannya.
7) Kebutuhan bahan bakar minyak dengan jadwal kedatangannya.
8) Kebutuhan sumber daya manusia dan jadwal kedatangannya.
Dari kebutuhan bahan-bahan produksi dan jadwal kedatangannya yang sudah
dibahas, pelaksana produksi membuat laporan hasil rapat ke atasan langsung
dan tembusan kepada :
1) Bagian peralatan.
2) Bagian logistik.
3) Bagian administrasi dan keuangan.
Langkah-langkah yang harus ditempuh pelaksana produksi diantaranya :
1) Mengikuti rapat koordinasi dengan atasan langsung. Dari rapat koordinasi
ini pelaksana produksi mendapat kesepakatan tentang jenis produk dan
urutan produksi.
2) Dengan dasar job mix formula dan jenis produk yang akan diproduksi,
pelaksana produksi menjabarkan menjadi kebutuhan bahan produksi dan
jadwal pelaksanaannya.
3) Membuat surat perintah kepada para operator dengan ditembuskan
keatasan langsung dan unit lain yang terkait.

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 32 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

c. Penentuan konfirmasi produk.


Dari tindakan pelaksana yang telah memerinci seperti dalam butir a) dan b)
diatas, akan menghasilkan beberapa butir-butir laporan secara ringkas, berupa
kebutuhan alat, kebutuhan bahan, kebutuhan tenaga manusia, dan jadwal.
Dari data uraian diatas pelaksana memberikan langkah-langkah konfirmasi
produk yang harus disiapkan kepada atasan langsung, sedemikian rupa
sehingga atasan langsung dapat membuat langkah-langkah kebijakan dalam
perusahaan untuk perencanaan manajemen perusahaan terkait.
Pelaksana memberikan langkah-langkah konfirmasi produk atas dasar
permintaan produksi kepada atasan langsung, dengan menguraikan :
1) Kebutuhan bahan, alat, dan jenis, termasuk penjadwalannya.
2) Kebutuhan sumber daya manusia, termasuk penjadwalannya, dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
 Memilah dan mengompail permintaan produksi berdasar institusi
pemesan.
 Mempelajari rancangan campuran (job mix formula).
 Meterjemahkan data-data nilai tonase dan nilai job mix formula dari
masing-masing institusi pemesan menjadi data-data :
a. kebutuhan agregat kasar.
b. kebutuhan agregat halus.
c. kebutuhan filler.
d. kebutuhan aspal.
e. kebutuhan additive
f. kebutuhan dump truck.
g. kebutuhan wheel loader.
h. kebutuhan tenaga.
 Membuat matriks kebutuhan bahan dalam periode tanggal tertentu
terhadap institusi pemesan; dan dibuat kumulatif kebutuhan bahannya.
 Membuat jadwal pelaksanaan dan pengangkutannya.
 Membuat data-data tersebut diatas untuk lampiran surat yang ditujukan
kepada atasan langsung, operator, dan sebagai arsip.
 Menjelaskan dan sekaligus menyerahkan kepada atasan langsung data-
data yang dibuat seperti tersebut diatas.
 Meminta tanda terima.
 Mengarsipkan semua surat dengan lampiran data tersebut berdasar
setiap institusi pemesan produksi campuran aspal panas.
d. Interpretasi permintaan produksi kepada operator pencampur aspal.
Demikian juga dari data uraian diatas pelaksana memberikan langkah-langkah
konfirmasi produk yang harus disiapkan kepada operator pencampur aspal.
Data ini lebih detail, dan harus disajikan dalam bentuk formulir yang mudah di
cerna oleh operator pencampur aspal. Sehubungan dengan permintaan
produksi tersebut, pelaksana mesin pencampur aspal panas akan
menterjemahkan kedalam surat perintah produksi kepada operator pencampur
aspal, yang harus tertera :
1) Jenis produk.
2) Pemeriksaan kesiapan mesin secara periodik.
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 33 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

3) Jenis dan ukuran agregat dan filler.


4) Jenis dan tipe aspal.
5) Temperatur dari aspal .
6) Additive yang perlu disiapkan.
Pelaksana mesin pencampur aspal panas dalam membuat langkah-langkah
permintaan produksi kedalam surat perintah produksi kepada operator
pencampur aspal kepada operator harus meliputi meliputi beberapa langkah :
 Memberikan jenis produk.
 Data job mix formula dilampirkan pada surat perintah produksi kepada
operator pencampur aspal.
 Data-data :
a. kebutuhan agregat kasar.
b. kebutuhan agregat halus.
c. kebutuhan filler.
d. kebutuhan aspal.
e. kebutuhan additive
f. kebutuhan dump truck.
g. kebutuhan wheel loader.
h. kebutuhan tenaga.
dilampirkan pada surat perintah produksi kepada operator pencampur
aspal.
 Jadwal pelaksanaan dilampirkan pada surat perintah produksi kepada
operator pencampur aspal.
 Meminta tanda terima.
 Mengarsipkan semua surat dengan lampiran data tersebut berdasar setiap
institusi pemesan produksi campuran aspal panas.

4.2.2 Jenis produk


a. Jenis produk untuk diinterpretasikan ke dalam kualitas produksi.
Seperti kita ketahui bahwa campuran aspal panas ada beberapa kriteria.
Beberapa kriteria sifat dari campuran aspal panas panas adalah :
1) Stabilitas.
2) Durabilitas.
3) Fleksibilitas.
4) Kekesatan (skid resistance).
5) Ketahanan kelelahan (Fatique resistance).
6) Kemudahan dalam pelaksanaan (workability).
Selain dari itu ada juga jenis yang berlainan karena perbedaan dalam struktur
dilapangan, diantaranya adalah seperti pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Jenis campuran aspal panas


Jenis campuran simbol
Latasir A SS-A
Latasir B SS-B
Lapis aus HRS-WC
Lataston
Lapis permukaan antara HRS-BC
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 34 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

Lapis aus AC-WC


Laston Lapis permukaan antara AC-BC
Lapis pondasi AC-base
Dengan dasar spesifikasi dari pemesan, job mix formula, dan jenis produk yang
diminta, pelaksana dapat menginterpretasikan menjadi kualitas produksi yang
harus dibuat, sedemikian rupa sehingga semua operator dapat memahaminya.
b. Klarifikasi jenis produk kepada Quality control.
Dengan dasar spesifikasi dari pemesan, job mix formula, dan jenis produk yang
diminta, pelaksana produksi harus mengklarifikasi jenis produk kepada Quality
control, sehingga selama proses produksi tim dari Quality control dapat
memantau secara periodik hasil produksi sesuai SOP dari perusahaan terkait.
Quality control sangat memerlukan penjelasan jenis produk yang akan
diproduksi, untuk keperluan pemeriksaan produk nantinya. Bentuk klarifikasi ini
akan diwujudkan dalam hal-hal sebagai berikut :
1) Jenis produk.
2) Kualitas produk.
3) Prosentase berat dari masing ukuran agregat.
4) Prosentase berat dari filler.
5) Prosentase berat dari aspal.
6) Prosentase berat filler.
7) Prosentase berat Additive (jika diperlukan).
c. Penyiapan job mix formula yang telah dibuat oleh Quality control.
Design mix formula/DMF (formula campuran rancangan) harus diupayakan
paling tidak 30 (tiga puluh) hari sebelum dimulainya pekerjaan sesuai jadwal,
harus sudah diserahkan kepada direksi pekerjaan secara tertulis, yang
mencakup :
1) Ukuran nominal maksimum partikel.
2) Sumber-sumber agregat.
3) Prosentase setiap fraksi agregat yang akan digunakan, pada penampung
dingin dan penampung panas.
4) Gradasi agregat gabungan yang memenuhi gradasi yang di isyaratkan.
5) Kadar aspal total dan efektif terhadap berat total campuran.
6) Temperatur pencampuran.
Segera setelah formula campuran rancangan (DMF) disetujui oleh direksi
pekerjaan, penyedia jasa harus melakukan penghamparan percobaan paling
sedikit 50 ton. Contoh campuran harus dibawa ke laboratorium dan digunakan
untuk membuat benda uji Marshall maupun untuk pemadatan membal (refusal).
Apabila percobaan tersebut gagal memenuhi spesifikasi maka perlu dilakukan
penyesuaian dan percobaan harus diulang kembali. 12 (dua belas) benda uji
Marshall harus dibuat dari campuran yang digunakan dalam penghamparan
percobaan dan diambil dari mesin pencampur aspal panas atau dari muatan
truk di lokasi mesin pencampur aspal panas dalam kotak yang terbungkus rapi
untuk selanjutnya dibawa ke laboratorium. Dari ke 12 benda uji jika sudah
memenuhi persyaratan, maka selanjutnya digunakan sebagai rujukan
kepadatan campuran aspal panas. Percobaan campuran di lokasi mesin

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 35 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

pencampur aspal panas dan percobaan pelaksanaan yang sudah memenuhi


persyaratan disetujui sebagai job mix formula.
Segera setelah pelaksana produksi menerima job mix formula dari tim Quality
control, diarsipkan di dalam file sesuai masing-masing pemesan. Penyimpanan
dalam harus dimasukkan didalam map yang sudah tertentu nomor dan
pengkodean sesuai peraturan perusahaan yang berlaku. Rumusan campuran
kerja tersebut harus menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
1) Nilai pasti persentase berat agregat yang lolos pada setiap saringan yang
telah ditetapkan.
2) Nilai pasti kadar aspal dalam campuran.
3) Nilai pasti suhu pada saat campuran keluar dari pusat pencampur.
4) Nilai pasti suhu pada saat campuran tiba di lapangan.
Dari hasil penelitian di laboratorium akan didapat kombinasi dari masing-masing
ukuran agregat, yang diwujudkan dalam nilai prosen. Kombinasi dari masing-
masing ukuran ini didapat dengan beberapa cara, diantaranya adalah :
1) Cara trial and error (coba-coba salah).
2) Cara grafis.
Seperti contoh dalam tabel 3 dengan cara coba-coba salah didapat kombinasi
untuk mendekatkan dengan hasil Job mix formula didapat prosentase seperti
berikut ini :
 agregat kasar 28%.
 agregat sedanga 43%.
 agregat halus 25%.
 filler 4%.
Job mix formula ini merupakan kumpulan dari susunan komposisi agregat
kasar, agregat halus, filler, aspal, dan Additive (jika ada), yang harus dapat
diwujudkan dalam nilai ton atau kg, untuk 1 ton hot mix. Sehingga untuk untuk
nilai tonase sesuai pesanan dapat dihitung kebutuhan masing-masing
komponen-komponen hot mix tersebut, dengan ditambahkan faktor tambahan.
Faktor tambahan ini sesuai pengalaman dari masing-masing perusahaan.
Setelah pelaksana produksi membuat dan memperkirakan kebutuhan volume
untuk masing-masing perusahaan pemesan, hasil tersebut diserahkan operator
dan bagian pemesanan bahan dari perusahaan, demikian juga sebagai
lampiran surat laporan kepada atasan langsung.
Sebagai ilustrasi di sini disajikan contoh job mix formula.

Tabel 3. Contoh hasil job mix formula


saringan Job mix formula Spesifikasi
% lewat
2 ½'' - -
1 ½'' - -
1'' 100 100
¾ '' 94.12 90 – 100
½ '' 82.2 65 – 90
⅜ '' 68.4 60 – 80
#4 53.2 35 – 67
#8 40.80 20 – 50
# 16 34.40 15 – 40
# 30 26.7 10 – 30

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 36 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

saringan Job mix formula Spesifikasi


% lewat
# 50 17.89 3 – 20
# 100 8.50 2 - 10
# 200 4.39 2-5

Tabel 4. LAPORAN HARIAN PELAKSANA PRODUKSI ASPAL PANAS


KENDARAAN TANGGAL
ASPAL JENIS SUMBER JUMLAH
PENGANGKUT PENERIMAAN

# 100

# 200
2 ½''

1 ½''

# 16

# 30

# 50
⅜ ''
¾ ''

½ ''

#4

#8
1''
Agregat

Agregat 100 79 36.4 10.3 2.3 1.1 0.4 0.3 0.2 0.2 0.1
kasar
Agregat 100 84.8 55.5 31.9 19.7 13.3 8.0 4.5 3.0
sedang
Agregat 100 98.2 91.3 87.0 67.7 42.9 12.9 2.1
halus
Filler 100 93.2 83.7 70.3

Kasar 28%
Kombina
Sedang 43%
si 100 91.9 82.2 68.4 53,1 40.9 34.3 26.7 20.3 10.0 4.7
gradasi Halus 25%
Filler 4%
Job mix formula 100 94.12 82.2 68.4 53.2 40.8 34.4 26.7 17.89 8.50 4.39

4.2.3 Sumber daya produksi


a. Sumber daya produksi yang dibutuhkan dalam memproduksi sesuai
dengan permintaan produksi.
Pelaksana akan menguraikan sumber daya produksi yang dibutuhkan dengan
dasar jenis permintaan dari perusahaan pemesan, job mix formula, dan
spesifikasi teknik. Uraian sumber daya produksi yang dibutuhkan dalam
memproduksi jenis dan kualitas produksi sesuai dengan permintaan produksi,
meliputi :
1) Matrix kebutuhan bahan terhadap jadwal waktu yang diperlukan.
2) Matrix kebutuhan alat terhadap jadwal waktu yang diperlukan.
3) Matrix kebutuhan genset terhadap jadwal waktu yang diperlukan.
4) Matrix kebutuhan tenaga terhadap jadwal waktu yang diperlukan.
b. Identifikasi kebutuhan sumber daya sesuai dengan permintaan produksi.
Jenis kebutuhan sumberdaya untuk konsumsi pelaksana produksi adalah :
a) Bahan untuk produksi, termasuk agregat, aspal, filler, bahan bakar minyak,
Additive.
b) Peralatan, termasuk dump truck , wheel loader.
c) Genset (mesin pembangkit listrik).
d) Pemeliharaan periodik mesin pencampur aspal.
e) Mekanik mesin dan listrik.
f) Tenaga operator.
g) Tenaga pembantu operator.
h) Pekerja.
Untuk kebutuhan bahan seperti yang diuraikan pada bab 4.2.2 c) kecuali bahan
bakar minyak dan Additive. Kebutuhan bahan bakar minyak dapat dilihat pada
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 37 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

buku petunjuk mesin pencampur aspal, karena setiap merk dan negeri
pembuatnya mesin pencampur aspal panas akan berbeda-beda kebutuhan
bahan bakar minyaknya. Untuk Additive harus sesuai dengan buku petunjuk
dari pabrik Additive yang bersangkutan.
Kebutuhan peralatan harus disesuaikan dengan kapasitas alat-alat, volume
produksi per satuan waktu, waktu siklus, kondisi jalan untuk transportasi
termasuk kondisi lalu lintas, sedemikian sehingga salah satu jenis alat dari
komposisi alat-alat tidak ada yang mengalami idle (tidak beroperasi).
Keberadaan genset merupakan peralatan pendukung jika sudah ada utilitas
tenaga listrik dari PLN sudah ada. Tetapi tetap harus disediakan untuk kesiapan
operasional produksi.
Pemeliharaan periodik, disini termasuk penyiapan suku cadang yang dapat
diperkirakan dengan mengacu pada buku panduan dari pabrik yang
bersangkutan; karena ada suku cadang yang harus diganti dan dipersiapkan
suku cadangnya sesuai dengan jumlah jam kerja operasionalnya. Pemeliharaan
merupakan kegiatan yang sangat penting untuk keberlanjutan operasional
mesin terkait.
Kebutuhan sumber daya manusia tergantung jumlah kegiatan per satuan waktu,
atau dapat dikatakan tergantung jumlah pesanan. Sehingga perlu ada tenaga
yang tetap, dan untuk melayani pesanan campuran aspal panas yang banyak,
bagian-bagian pekerjaan tertentu dapat dikerjasamakan dengan pihak lain yang
kompeten untuk menanganinya. Bagian-bagian pekerjaan tertentu yang
dimaksud disini misalnya perbaikan bagian-bagian mesin tertentu, dan
sebagainya.
c. Koordinasi dengan pihak terkait untuk menyiapkan sumber daya yang
dibutuhkan.
Langkah-langkah yang diperlukan untuk mengoordinir dengan pihak terkait
untuk menyiapkan sumber daya yang dibutuhkan, meliputi :
1) Membuat rincian semua item/bagian dari sumber daya yang dibutuhkan.
2) Membuat ringkasan secara matrix antara sumber daya yang dibutuhkan
terhadap jadwal waktu yang diperlukan.
3) Membuat jadwal kebutuhan sumber daya yang dibutuhkan.
4) Membuat surat undangan rapat koordinasi kepada pihak terkait yang sudah
ditentukan agenda dan waktunya. Dalam notulen rapat ini harus sudah
ditentukan :
a) Kegiatan yang harus dilaksanakan untuk masing-masing peserta.
b) Nama personal atau institusi yang bertanggung jawab.
c) Tanggal mulai kegiatan.
d) Tanggal selesai kegiatan.
e) Penyiapan sumber daya dari masing-masing personal atau institusi
yang bertanggung jawab.
5) Membuat check list untuk kontrol secara periodik.
6) Kontrol secrara periodik langsung di tempat untuk meyakinkan kondisi yang
sebenarnya terjadi.

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 38 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

7) Menyerahkan check list kepada perorangan/institusi terkait untuk dapat diisi


secara periodik.
8) Memberikan alternative penyelesaian atau memutuskan apa yang harus
dikerjakan.
9) Memplotkan hasil yang aktual pada grafik/diagram rencana.
10) Melaporkan hasil yang aktual kepada atasan langsung secara periodik.
Semua kontrol dibuat secara periodik agar jika terjadi kelainan dari rencana,
dapat segera diputuskan cara penyelesaiannya. Untuk hasil produksi minimal
setiap hari, atau jika ada kejadian yang sangat significant.

4.3 Kesiapan sumber daya produksi


4.3.1 Personil kelompok kerja produksi
a. Posisi personil kelompok kerja produksi.
Pelaksana produksi campuran aspal panas panas harus memerinci kebutuhan
semua jenis sumber daya dengan dasar volume, seperti yang sudah diuraikan
diatas di dalam butir 4.2.3. Perincian tersebut adalah untuk semua institusi
pemesan dan jadwal penyelesaiannya. Dengan dasar itu pelaksana produksi
menata personil yang diperlukan untuk operasional. Pelaksana produksi harus
menentukan posisi personil, jika perlu dengan dibuat perputaran atau rotasi
diantara personil, berdasakan :
1) Keahlian yang dimiliki.
2) Kemampuan masing-masing personil.
3) Etos kerja.
4) Volume pekerjaan atau jumlah pesanan atau permintaan produksi.
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar mendapatkan kualitas produksi yang
sesuai permintaan, dan penyelesaian sesuai waktu yang diperlukan. Dalam
kondisi kegiatan mesin pencampur aspal panas harus slow down (diperlambat),
posisi personil dapat diadakan perubahan atau ditata ulang. Pelaksana produksi
harus mempunyai catatan rekaman semua personil, sehingga dapat membuat
personil pada bidang tertentu untuk dikategorikan sebagai grade atau kualitas
tertentu.

b. Identifikasi kesesuaian personil.


Setiap personil yang direncanakan untuk menangani bagian-bagian pekerjaan
tertentu, harus yang sudah bersertifikat. Pelaksana produksi aspal panas harus
mengompail sertifikat keahlian dari semua personil di lingkungan mesin
pencampur aspal. Dengan demikian setiap menghadapi pesanan dengan
volume yang besar dapat segera menata komposisi personil sesuai dengan
keahliannya. Selain itu untuk menata personil juga masih harus
memperhitungkan tingkat kemampuan dari personil pada bidang keahlian yang
sama.
c. Penentuan kesiapan personil.
Setelah pelaksana produksi menerima surat pesanan dari semua institusi
pemesan, pelaksana produksi segera menyiapkan kebutuhan bahan, alat,
tenaga, dan membuat jadwal waktu. Mengambil arsip sertifikat keahlian, dan

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 39 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

memplotkan personil terkait, kedalam bagian pekerjaan sesuai keahliannya.


Dari hasil ini dibuat matrix antara nama personil terhadap bagian pekerjaannya
dan juga ditentukan pula jadwalnya. Kemudian perlu dibuat absen harian yang
harus ditanda tangani 3 kali, waktu masuk, istirahat siang dan waktu pulang.
Untuk meyakinkan kesiapan personil perlu ada rapat koordinasi yang harus
ditentukan tanggal, jam, dan agendanya. Perlu dibuat notulen rapat, sehingga
tertera kesanggupan, kemampuan, dan kesiapan dari masing-masing personil.
Dari hasil tersebut pelaksana produksi kemungkinan akan menentukan ulang
untuk memposisikan masing-masing personil.
Langkah-langkah kesiapan personil untuk pelaksanaan tugas produksi sesuai
dengan permintaan produksi, dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Membuat daftar kebutuhan sumber daya produksi, yang harus dipisahkan
antara bahan, alat dan tenaga.
2) Membuat jadwal :
a) Jadwal kebutuhan bahan.
b) Jadwal kebutuhan alat.
c) Jadwal kebutuhan tenaga.
3) Menyeleksi personil berdasarkan sertifikat keahlian yang dimilikinya.
4) Menentukan kebutuhan personil sesuai keahliannya.
5) Menentukan grade kemampuannya dari personil yang mempunyai keahlian
yang sama.
6) Dibuat matrix antara nama personil terhadap bagian pekerjaannya dan juga
ditentukan pula jadwalnya.
7) Membuat daftar absen.
8) Rapat koordinasi.
9) Memosisikan ulang dari personil sesuai dari hasil rapat koordinasi.
d. Pembuatan surat perintah kerja.
Dengan selesainya kegiatan seperti di butir c) diatas yang diakhiri dengan rapat
koordinasi dan kemudian memosisikan ulang dari personil sesuai dari hasil
rapat koordinasi, dapat dibuat surat perintah kerja yang harus lengkap tertera :
1) Posisi jabatan.
2) Bidang pekerjaan.
3) Jam kerja.
4) Jadwal Shift/regu.
Dalam rapat koordinasi semua personil harus meyakinkan kepada pelaksana
produksi mengenai kesanggupan, kemampuan, dan kesiapan dari masing-
masing personil; sehingga pelaksana produksi dalam membuat surat perintah
kerja tidak akan berubah-ubah.
Mekanisme dalam pembuatan surat perintah kerja diuraikan dalam langkah-
langkah sebagai berikut :
1) Merekap hasil rapat koordinasi.
2) Memosisikan ulang dari personil sesuai dari hasil rapat koordinasi. Karena
kemungkinan ada personil yang berhalangan.
3) Mengatur Shift/regu.

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 40 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

4) Membuat konsep surat perintah kerja yang ditembuskan ke pejabat-pejabat


yang terkait dan yang berkepentingan.
5) Mengarsipkan surat perintah kerja.
4.3.2 Peralatan produksi
a. Penjelasan prosedur pemeriksaan kesiapan peralatan produksi.
Dalam menguraikan prosedur pemeriksaan kesiapan peralatan produksi dan
langkah-langkah prosedur pemeriksaan kesiapan peralatan produksi diuraikan
seperti dibawah ini. Tetapi secara umum mempunyai prosedur sebagai berikut :
1) Memeriksa daftar simak kondisi alat yang telah dibuat oleh masing-masing
operator peralatan produksi.
2) Memeriksa secara fisik untuk data yang masih kurang meyakinkan.
3) Mengkonsultasikan hasil pemeriksaan dengan operator yang bersangkutan
untuk kesiapan peralatann yang dimaksud.
Selanjutnya secara terperinci dapat diuraikan seperti dibawah ini,
(diambil dari: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga,
Manual Konstruksi dan Bangunan, Pemeriksaan peralatan unit pencampur
aspal (Asphalt Mixing Plant) No : 001/BM/2007

Pemeriksaan secara umum perlu terlebih dahulu dilakukan sebelum peralatan


pencampur aspal itu beroperasi.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan adalah sebagai berikut :

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 41 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

1. Dapat mengerti tata cara pemeriksaan dan pengujian.


2. Alat testing dan peralatan produksi harus dalam kondisi yang baik.
3. Periksa semua komponen dari peralatan pencampur aspal. Pastikan semua
kerusakan sudah diperbaiki sebelum peralatan beroperasi.
4. Periksa ketelitian semua skala timbangan secara periodik. Cek skala dan
setel menuju angka nol setiap akan memulai pekerjaan.
5. Periksa kondisi stokpile. Agregat harus dalam keadaan terpisah satu
dengan yang lainnya.
6. Periksa secara teratur temperatur agregat dan cek kelembabannya
(moisture content).
7. Periksa secara visual kemungkinan adanya asap hitam dari gas buang; dan
wama agregat yang dikeringkan. Jika tidak normal berarti ada ketidak
beresan dalam pembakaran pada sistem pemanas.
8. Periksa secara teratur temperatur aspal.
9. Periksa penyetelan skala untuk timbangan. Apakah operator sudah
melaksanakan pengamatan sensitivitas secara teratur terhadap berat
secara benar.
10. Periksa ayakan, bins, dan kemungkinan terdapat lubang yang terlalu
banyak. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara harian.
11. Periksa takaran (batch) atau timbangan agar waktu pencampuran sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
12. Periksa secara visual kemungkinan adanya campuran yang tersisa, untuk
mengecek adanya campuran yang tidak homogen atau tidak sempurna.
13. Periksa temperatur campuran secara teratur.

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 42 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

14. Periksa bak truk sebelum dilakukan pemuatan, periksa kemungkinan


adanya oli atau minyak yang akan mempengaruhi campuran aspal panas
yang dimuat.
15. Periksa kemampuan kerja dan keseragaman campuran yang dimuat
kedalam bak truk.
16. Ambil contoh atau sample dari campuran untuk dikirim ke laboratorium
yang telah mendapat akreditasi.
17. Periksa apakah timbangan sudah dikalibrasi.
b. Pemeriksaan kondisi dan kesiapan operasi genset (bila menggunakan
sumber listrik sendiri).
1) Periksa kondisi dan fungsi kerja dan generator.
2) Periksa kapasitas (KVA), bahan bakar, sistem kabel, dan jumlah generator.
3) Periksa hal-hal lain yang diperlukan. Lakukan pemeriksaan dan
pemeliharaan sesuai buku petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat.
c. Pemeriksaan kondisi dan kesiapan operasi mesin pencampur aspal panas.
Dalam menguraikan prosedur pemeriksaan kondisi dan kesiapan operasi mesin
pencampur aspal panas ini harus dikoordinasikan dengan operator mesin
pencampur aspal. Langkah-langkah prosedur pemeriksaan kondisi dan
kesiapan operasi mesin pencampur aspal panas dapat diuraikan seperti
dibawah ini,
(diambil dari: Departemen Pekerjaan Umum Direktotar Jenderal Bina Marga,
Manual Konstruksi dan Bangunan, Pemeriksaan peralatan unit pencampur
aspal (Asphalt Mixing Plant) No : 001/BM/2007
1) Periksa baut dan mur apakah terpasang kencang atau tidak, khusus baut
untuk motor, poros, peralatan pengalih tenaga, dan sistem vibrasi harus
dikencangkan betul-betul.
2) Periksa arah putaran motor. Identifikasi arah perputaran motor pada poros
sesuai spesifikasi.
3) Periksa pelumasan-pelumasan apakah terlaksana dengan baik.
a) Periksa setiap poros apakah terlumas dengan baik.
b) Identifikasi kondisi pelumasan untuk tempat engkol kompressor
perseneling motor reduksi dan sekat peralatan vibrasi.
c) Pelumasan untuk poros pintu, gemuki poros pintu pengaduk, poros
pintu wadah penimbang agregat.
d) Identifikasi pelumasan untuk peminyak dari pipa udara apakah
terlaksana baik.
4) Periksa tegangan rantai penggulung dan ban-V (V-belt).
5) Periksa tegangan rantai wadah elevator.
6) Periksa penunjuk skala penimbang apakah menunjukkan titik nol.
7) Periksa wadah penimbangan aspal dan sistem penyemprotan aspal apakah
berjalan baik dan dipanaskan kembali.
8) Periksa setiap pintu apakah tertutup baik.
a) Silinder penimbang agregat apakah dalam posisi out (pintu tertutup).
b) Silinder penyalur agregat apakah pada posisi in (pintu terbuka).

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 43 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

c) Silinder katup penimbangan aspal apakah pada posisi in (pintu


terbuka).
d) Silinder pengumpan ulir isian apakah pada posisi in (posisi terbuka).
e) Silinder pembuangan isian apakah pada posisi in (pintu terbuka).
f) Silinder pengaduk apakah pada posisi out (pintu tertutup).
9) Periksa dekompresi dan pengukuran tekanan apakah sedang menunjukkan
5,5 s/d 6,5 Kg/cm2 dan apakah pembukaan atau penutupan dan setiap
pintu dikerjakan dengan baik.
10) Periksa rasio pengadukan yang ditentukan.
11) Periksa pemasokan agregat apakah betul-betul siap.
12) Periksa pemasokan isian apakah betulbetul siap.
13) Periksa apakah aspal bersirkulasi dengan baik.
14) Periksa pengapian dan pembakar apakah sudah siap.
Bin Dingin.
1) Lakukan pemeriksaan terhadap kondisi semua bin. Cek apakah banyak
terjadi kerusakan atau berlubang-lubang.
2) Periksa kondisi lapisan pemisah antara bin apakah terjadi bercelah atau
sobek.
3) Periksa kondisi dan fungsi kerja dari sistem pengeluaran, bukaan pemasok
(feeder gate), dan open gate.
4) Lakukan pemeriksaan terhadap ban pengangkut apakah terjadi sobek, dan
jalannya tidak lancar; apakah lebar pengangkut, kecepatan ban
pengangkut, dan kapasitas ban pengangkut sudah sesuai spesifikasi.
5) Periksa lebar loader terhadap mulut bin.
6) Lakukan pemeriksaan lainnya secara menyeluruh. Lihat tata cara
pemeriksaan dan pemeliharaan yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya.
Drum Pengering.
1) Lakukan pemeriksaan kemiringan serta fungsi dan drum pengering, dengan
sudut inklinasi kurang Iebih 3 ½.
2) Periksa dimensi drum pengering : panjang (m) dan diameter (m); apakah
kecepatan putaran sudah sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.
3) Periksa kondisi dari ring penggerak (ring gear) pada drum pengering, rollroll
penggerak termasuk mounting block, roda sproket, rantai roller, gigi pinion,
trunnion roller bearing. Jika sudah rusak, perbaiki atau ganti.
4) Periksa kebersihan bagian dalam dan drum pengering.
5) Periksa letak atau tempat semburan api apakah terdapat di depan atau di
belakang, serta kondisi burner nozzle, turbo blower, burner box, burner
cone, katup pengontrol tekanan, pompa minyak, strainer dan thermometer.
6) Periksa kondisi dan fungsi penyemprotan bahan bakar (tekanan berkisar
antara 2 sampai dengan 2,3 kg/cm2).
7) Periksa kondisi dan fungsi sistem pengaturan udara serta tempat semburan
api.
8) Periksa kondisi atau tingkat kerusakan dan fungsi dan pintu pemasukan
(charging chute) dan pintu pengeluaran (discharging chute). Cek thermostat
dan thermometer apakah masih berfungsi dengan baik.

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 44 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

9) Untuk tipe drum mix, harus diperiksa kondisi penyemprot aspal.


10) Periksa kondisi motor-motor yang ada pada sistem pengering, apakah ada
bunyi yang tidak normal atau kebocoran oli.
11) Periksa fungsi kerja pemasukan agregat dari elevator dingin dan volume
material yang masuk apakah terjadi kebocoran material.
12) Periksa fungsi kerja pengeluaran agregat dari elevator panas dan volume
material apakah terjadi kebocoran material.
13) Periksa kondisi serta susunan "flight cup" apakah sudah sesuai dengan
desain atau persyaratan spesifikasi.
14) Apakah komponen-komponen pada pengering sudah dikalibrasi.
15) Periksa hal-hal lain yang diperlukan. Lakukan pemeriksaan dan
pemeliharaan sesuai buku petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat.
Pengumpul Debu.
1. Periksa kondisi dan fungsi kerja dari pengumpul debu tipe cyclone
(mechanical collector) bagian atas dan bawah, tipe filter kain, dan wet
scrubber.
2. Periksa kondisi dan fungsi kerja dan dumper gate atau weight dumper.
3. Periksa kondisi dan fungsi kerja dan fan.
4. Periksa kondisi dan fungsi kerja dan bantalan (bearing).
5. Periksa kondisi dan fungsi kerja dari V-belt.
6. Periksa kondisi dan fungsi kerja dan corong (duct) pada pengumpul debu,
apakah terjadi penyumbatan.
7. Periksa hal-hal lain yang diperlukan. Lakukan pemeriksaan dan
pemeliharaan sesuai buku petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat.
Penyaring dan Sistem Bin Panas
1. Periksa kondisi dan fugsi kerja dan hot elevator termasuk casing, bukaan
atas (upper chute), tutup elevator.
2. Periksa kondisi dan fungsi kerja dari wheel, bantalan, roda sproket, rantai
roller, motor roda gigi, dan pin-pin penghubung.
3. Periksa kondisi dan fungsi kerja serta kebersihan dan penyaring getar,
wirenet.
4. Periksa kemampuan muat penyaring dibandingkan dengan
kemampuan material yang lolos, ukuran saringan (cm), kapasitas saringan
(t/jam).
5. Periksa kondisi dek dari penyaring, jika rusak dan robek maka diganti.
6. Periksa kondisi dan fungsi kerja dari penggetar, jika terdapat bunyi aneh
periksa bantalannya dan tutup bantalan.
7. Periksa kondisi dan fungsi kerja dan motor penggerak, v-belt, dan tutup
belt, tutup seal debu, dan pegas ellips.
8. Periksa kondisi, keausan, dan fungsi kerja dari semua hopper bin panas
yang terbuat dari pelat baja, bukaannya, pipa pengeluaran agregat yang
berlebih, dan pipa pengeluaran material yang oversize.
9. Periksa hal-hal lain yang diperlukan.
10. Lakukan pemeriksaan dan pemeliharaan sesuai buku petunjuk yang
dikeluarkan oleh pabrik pembuat.

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 45 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

Sistem Timbangan.
1. Periksa kondisi dan fungsi kerja dari timbangan agregat,
sertasensitivitasnya, apakah sudah dikalibrasi.
2. Periksa kondisi dan fungsi kerja dari timbangan filler, serta sensitivitasnya,
apakah sudah dikalibrasi.
3. Periksa kondisi dan fungsi kerja dari timbangan aspal, serta sensitivitasnya,
apakah sudah dikalibrasi.
4. Periksa kondisi dan fungsi kerja dari hook-bolt, pisau (knife-edge), karet
peredam (absorbing rubber), metal penggantung (hanging metal), penunjuk
skala (dial-indicator), dush pot, hopper dan bukaan atau pintu pada
timbangan.
5. Periksa kondisi dan fungsi kerja dari pada timbangan aspal dan hopper
pembuangan, katup tiga arah (three way valve), pompa, v-belt, dan pipa
pembuangan.
6. Periksa hal-hal lain yang diperlukan. Lakukan pemeriksaan dan
pemeliharaan sesuai buku petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat.
Sistem Pemasok Filler (Filler Feeder System).
1. Periksa kondisi dan fungsi kerja dari filler elevator.
2. Periksa kondisi dan fungsi kerja dari bin penampung filler (filler storage bin)
serta tidak ada kebocoran.
3. Periksa kondisi dan fungsi kerja dari pemasokan filler (filler feeder) dan
screw feeder.
4. Periksa hal-hal lain yang diperlukan.
5. Lakukan pemeriksaan dan pemeliharaan sesuai buku petunjuk yang
dikeluarkan oleh pabrik pembuat.
Sistem Pemasokan Aspal dan Unit Penyemprotan.
1. Periksa kondisi, fungsi kerja, dan kapasitas dari pompa aspal (transfer
pump).
2. Periksa kondisi dan fungsi kerja dari pompa penyemprot aspal (spray
pump).
3. Periksa kondisi dan fungsi kerja tangki aspal dan pemanasnya.
4. Periksa kondisi dan fungsi kerja semua thermometer, apakah sudah
dikalibrasi.
5. Periksa kerataan distribusi aspal ke seluruh pugmil.
6. Periksa hal-hal lain yang diperlukan. Lakukan pemeriksaan dan
pemeliharaan sesuai buku petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat.
Unit Pencampur (Mixer Unit).
1. Periksa kondisi, fungsi kerja, dan kapasitas dan unit pencampur.
2. Periksa kondisi, fungsi kerja dari pedal pugmill dan liner, jarak pedal pugmill
ke dinding (cm), dan kemampuan untuk membuka pugmill.
3. Periksa kondisi dan fungsi kerja dan poros pugmill (kelurusannya,
keausan), gigi, roda sproket, rantai roller, motor roda gigi, seal, bantalan,
dan pintu bukaannya.
4. Periksa apakah homogenitas campuran dan suhunya baik waktu
ditumpahkan dari pugmill.
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 46 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

5. Periksa hal-hal lain yang diperlukan. Lakukan pemeriksaan dan


pemeliharaan sesuai buku petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat.
Sistem Kontrol Operasi (Operation Control System).
1. Periksa kondisi, fungsi kerja dan rang sistem kontrol, distribution board, dan
panel pengontrol .
2. Periksa kondisi dan fungsi dari sistem kontrol seperti kompressor, silinder
udara (air cylinder), filter udara, pelumas, dan sistem kontrol baik sistem
pneumatic maupun elektrik.
3. Periksa hal-hal lain yang diperlukan. Lakukan pemeriksaan dan
pemeliharaan sesuai buku petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat.
d. Pemeriksaan kondisi dan kesiapan operasi wheel loader
Dalam pemeriksaan kondisi dan kesiapan operasi wheel loader harus
dikoordinasikan dengan operator wheel loader, karena operator wheel loader
adalah pemakai langsung. Langkah-langkah prosedur pemeriksaan kondisi dan
kesiapan operasi wheel loader dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Walk around inspection.
2) Pemeriksaan :
Level pelumas engine.
Level minyak hidrolik.
Level minyak transmisi.
Level minyak rem.
Level Level air pendingin engine.
Level cairan batere.
Indikator filter udara.
Kekencangan V-belt
Kondisi ban.
3) Pengujian :
Backup alarm.
Sistim rem.
Lampu kerja dan pengaman.
4) Pemberian gemuk / greasing :
Backhoe boom, stick, bucket, swing dan cylinder bearing.
Loader bucket, cylinder dan linkage bearings.
Stabilizer dan cylinder bearings.
Swing frame dan cylinder bearing.

 Selama dalam proses pemeriksaan harus menggunakan APD


(Alat Pelindung Diri) dan APK (Alat Pengaman Kerja)
 Selama dalam proses pemeriksaan tidak dibenarkan merokok

4.3.3 Material produksi


a. Prosedur pemeriksaan material produksi.
Untuk memenuhi kebutuhan produksi sesuai dengan jadwal yang sudah
dirancang, pelaksanan produksi perlu melakukan pemeriksaan material
produksi. Material untuk produksi ini perlu diperiksa masalah mutu/jenis, dan
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 47 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

volume. Sedangkan materialnya sendiri yang utama adalah agregat, filler dan
aspal, walaupun material pendukung sendiri juga perlu untuk pemeriksaannya,
misalnya bahan bakar minyak, spare parts, pelumas dan lain-lain. Untuk agregat
ada tiga jenis gradasi yang dipakai dalam campuran aspal panas, yaitu :
 Gradasi seragam (uniform graded).
 Gradasi rapat (dense graded).
 Gradasi senjang (gap graded).
Pemeriksaan volume, dan mutu dibahas seperti dibawah ini :
1) Volume.
Untuk pemeriksaan volume, seperti sudah dibahas terdahulu, bahwa
pelaksana setelah menerima job mix formula, harus sudah bisa membuat
kebutuhan bahan dari masing-masing material. Kemudian diurai sesuai
kebutuhan waktu pemesan, sehingga dapat menjadi material schedule.
Atau dapat dikatakan jadwal pendatangan material dapat ditentukan. Tetapi
perlu diingat bahwa jadwal pendatangan material perlu diberi faktor
keamanan waktu, agar jika sampai ada masalah dari supplier/pemasok
bahan, masih dapat diatasi penyelesaiannya. Untuk itu material setiap
fraksi agregat paling tidak harus sudah ada dalam bentuk stok material
untuk kebutuhan satu bulan, dan selanjutnya tumpukan persediaan harus
dipertahankan paling sedikit untuk kebutuhan satu bulan berikutnya.
2) Mutu.
a) Pada awalnya pelaksana produksi sebelum memesan material, harus
meyakini terlebih dahulu dengan melihat kondisi ditempat langsung.
Apakah betul perusahaan supplier/pemasok sanggup memasok sesuai
jadwal yang ditentukan.
b) Untuk material tertentu pelaksana produksi perlu meyakini apakah
material dari pemasok sudah di test di laboratorium yang sudah
terakreditasi.
c) Pelaksana produksi harus minta copy hasil test laboratorium seperti
dimaksud pada butir b) diatas, selain untuk meyakini mutu, juga untuk
lampiran surat-surat yang ditembuskan ke atasan langsung dan
pemesan campuran aspal panas.
1. Agregat secara umum.
a. Crew dari laboratorium mesin pencampur aspal panas harus
sudah memperhitungkan penyerapan aspal oleh agregat.
b. Penyerapan air oleh agregat maksimum 3%.
c. Berat jenis (bulk specific grafity) dari agregat kasar dan halus
minimal 2,5 dan perbedaannya tidak boleh lebih dari 0,2.
d. Fraksi-fraksi agregat kasar, agregat halus pecah mesin, dan pasir
harus ditumpuk terpisah.
2. Agregat kasar.
a. Fraksi agregat kasar untuk rancangan adalah yang tertahan
saringan No. 8 (2,36 mm) dan harus bersih, keras, awet, dan
harus bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki
lainnya dan memenuhi ketentuan seperti dalam tabel 4.1.

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 48 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

Tabel 4.1 Ketentuan agregat kasar


Pengujian Standar Nilai
Kekekalan bentuk SNI 03-3407-1994 Maks. 12%
agregat terhadap
larutan natrium dan
magnesium sulfat
Abrasi dengan SNI 03-2417-1991 Maks. 40%
mesin Los Angeles
Kelekatan agregat SNI 03-2439-1991 Min. 95%
terhadap aspal
Angularitas 95/90(*)
Partikel pipih dan RSNI T-01-2005 Maks 10%
lonjong
Material lolos SNI 03-4142-1996 Maks 1%
saringan No 200
Catatan: (*) menunjukkan bahwa 95% agregat kasar
mempunyai muka bidang pecah satu atau
lebih dan 90% agregat kasar mempunyai
muka bidang pecah dua atau lebih.
b. Fraksi agregat kasar harus batu pecah. Ukuran maksimum
agregat adalah satu saringan yang lebih besar dari ukuran
nominal maksimum. Ukuran nominal maksimum adalah satu
saringan yang lebih kecil dari saringan pertama (teratas) dengan
bahan tertahan kurang dari 10%.
c. Agregat kasar untuk latasir kelas A dan kelas B boleh dari kerikil
yang bersih.
3. Agregat halus.
a. Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari
pasir atau pengsaringan batu pecah dan terdiri dari bahan yang
lolos saringan no 8 (2,36 mm) sesuia SNI 03-6819-2002.
b. Pasir boleh digunakan dalam campuran aspal panas. Prosentase
maksimum yang diijinkan untuk laston (AC) adalah 10%.
c. Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas
dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya.
d. Agregat pecah halus dan pasir harus dipasok ke mesin
pencampur aspal panas dengan melalui pemasok penampung
dingin (cold bin feeds) yang terpisah sedemikian rupa sehingga
rasio agregat pecah halus dan pasir dapat dikontrol dengan baik.
e. Ketentuan agregat halus harus memenuhi seperti pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 ketentuan agregat halus
Pengujian Standar Nilai
Nilai setara pasir SNI 03-4428-1997 Min 50% untuk SS, HRS,
dan AC bergradasi halus
Min 70% untuk AC
bergradasi kasar
Material lolos saringan No SNI 03-4428-1997 Maks 8%
200
Kadar Lempung SNI 3423:2008 Maks 1%
Angularitas (kedalaman dari AASHTO TP-33 Min 45%
permukaan < 10 cm) atau ASTM

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 49 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

Angularitas (kedalaman dari C1252-93 Min 40%


permukaan ≥ 10 cm)

4. Bahan pengisi/filler.
Bahan pengisi yang ditambahkan harus dari semen portlan, bahan
tersebut harus bebas dari bahan yang tidak dikehendaki dan tidak
menggumpal. Debu batu (stone dust) dan bahan pengisi yang
ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan
bila diuji dengan penyaringan sesuai SNI 03-4142-1996 harus
mengandung bahan yang lolos saringan No 200 (75 micron) tidak
kurang dari 75% dari yang lolos saringan No 30 (600 micron) dan
mempunyai sifat non plastis.
5. Aspal.
a. Aspal yang digunakan harus salah satu dari jenis aspal keras
Pen 40, aspal keras Pen 60, aspal polimer, aspal dimodifikasi
dengan asbuton, dan aspal multigrade yang memenuhi
persyaratan standar SNI.
b. Pengambilan contoh aspal harus dilaksanakan sesuai dengan
SNI 03-6399-2000. Pengambilan contoh bahan aspal dari setiap
truk tangki harus dilaksanakan pada bagian atas, tengah, dan
bawah. Contoh pertama yang diambil harus langsung diuji di
laboratorium lapangan untuk memperoleh nilai penetrasi dan titik
lembek. Aspal di dalam truk tangki tidak boleh dialirkan ke dalam
tangki penyimpanan sebelum hasil pengujian tersebut memenuhi
ketentuan dari spesifikasi. Apabila hasil pengujian tersebut lolos
pengujian, tidak berarti aspaldari truk tangki yang bersangkutan
diterima secara final, kecuali aspal dan contoh yang mewakili
telah memenuhi semua sifat-sifat aspal yang di syaratkan
spsifikasi.
6. Bahan aditif.
a. Bahan aditif untuk aspal.
Aditif kelekatan dan anti pengelupasan harus ditambahkan
kedalam aspal apabila diperintahkan dan disetuji oleh direksi
pekerjaan. Jenis aditif yang digunakan harus dicampur kedalam
bahan aspal dengan cara sesuai petunjuk pabrik pembuatnya.
b. Bahan aditif untuk campuran.
Apabila kualitas campuran aspal panas yang menggunakan
bahan pengikat aspal keras Pen 60 atau Pen 40 dipandang perlu
ditingkatkan, maka sesuia direksi pekerjaan dapat menambahkan
aditif ke dalam campuran beraspal tersebut dengan cara sesuai
petunjuk pabrik pembuatnya.
d) Setelah mendapatkan data dari pemasok, khusus untuk agregat perlu
dibuat rencana kombinasi campurannya agar memenuhi spesifikasi.
Dasarnya adalah dengan data analisa saringan. Sebagai contoh dapat
diberikan di sini.

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 50 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

 Data analisa saringan agregat dari pemasok.


Lolos (%)
Saringan Agregat Agregat Agregat
Filler
kasar sedang halus
2 ½'' - - - -
1 ½'' - - - -
1'' 100 - - -
¾ '' 79.0 - - -
½ '' 36.4 100 - -
⅜ '' 10.3 84.8 100 -
#4 2,3 55,9 98,2 -
#8 1.1 31.9 91.3 -
# 16 0.4 19.7 87.0 -
# 30 0.3 13.3 67.7 100
# 50 0.2 9.0 49.9 96.2
# 100 0.2 4.5 12.9 83.7
# 200 0.1 2.3 2.1 70.3

 Spesifikasi campuran aspal panas.

Saringan Spesifikasi
2 ½'' -
1 ½'' -
1'' 100
¾ '' 90 – 100
½ '' 65 – 90
⅜ '' 60 – 80
#4 35 – 67
#8 20 – 50
# 16 15 – 40
# 30 10 – 30
# 50 3 – 20
# 100 2 - 10
# 200 2-5
 Rencana kombinasi campuran agregat.

Lolos (%)
Agregat Agregat Agregat Kombinasi
Filler
Saringan kasar sedang halus agregat Spesifikas
100 28 100 43 100 25 100 i
4%
% % % % % % %
2 ½'' - - - - - - - - - -
1 ½'' - - - - - - - - - -
1'' 100 28 - 43 - 25 - 4 100 100
¾ '' 79.0 22.12 - 43 - 25 - 4 91,9 90 – 100
½ '' 36.4 10,2 100 43 - 25 - 4 82,2 65 – 90
⅜ '' 10.3 2,9 84.8 36,5 100 25 - 4 68,4 60 – 80
#4 2,3 0,6 55,9 24,0 98,2 24,6 - 4 53,2 35 – 67
#8 1.1 0,3 31.9 13,7 91.3 22,8 - 4 40,8 20 – 50
# 16 0.4 0,1 19.7 8,5 87.0 21,8 - 4 34,4 15 – 40
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 51 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

# 30 0.3 0,1 13.3 5,7 67.7 16,9 100 4 26,7 10 – 30


# 50 0.2 0,1 8.0 3,44 42.9 10,72 93.2 3,73 17,89 3 – 20
# 100 0.2 0,1 4.5 1.93 12.9 3,22 83.7 3,35 8,50 2 - 10
# 200 0.1 0,0 2.5 1,08 2.1 0,5 70.3 2,81 4,39 2-5
Salah satu cara untuk menentukan prosentase dari masing-masing
ukuran agregat adalah dengan cara trial and error (coba-coba
salah), sampai masuk dalam range (jajaran) dari spesifikasi. Dalam
contoh diatas didapat dengan prosentase sebagai berikut :
Agregat 28%
Agregat sedang 43%
Agregat halus 25%
Filler 4%
Akhirnya didapat hasil kombinasi tersebut menjadi :
Kombinasi
Saringan Spesifikasi
agregat
2 ½'' - -
1 ½'' - -
1'' 100 100
¾ '' 91,9 90 – 100
½ '' 82,2 65 – 90
⅜ '' 68,4 60 – 80
#4 53,2 35 – 67
#8 40,8 20 – 50
# 16 34,4 15 – 40
# 30 26,7 10 – 30
# 50 17,89 3 – 20
# 100 8,50 2 - 10
# 200 4,39 2-5

b. Pemeriksaan kesiapan material produksi (agregat, filler dan aspal).


Pemeriksaan kesiapan material produksi disini dimaksud adalah, ada beberapa
kemungkinan :
1) Jika area mesin pencampur aspal panas terbatas, perlu dengan sistem
jadwal pendatangan material. Kasus ini terjadi jika memakai movable AMP.
2) Jika area mesin pencampur aspal panas cukup luas, maka dengan sitem
stok material.
Langkah-langkah pemeriksaan kesiapan material produksi (agregat, filler dan
aspal) untuk memenuhi kebutuhan produksi, dilakukan sebagai berikut :
1) Volume dari bahan-bahan tersebut pertama kali diperiksa dari surat
pembelian barang (surat order), apakah sudah terpenuhi dengan kebutuhan.
2) Volume agregat dan filler diperiksa melalui bukti penerimaan barang,
biasanya dengan dikonversi dari jumlah dump truck yang masuk menjadi
volume M3. Jika mesin pencampur aspal panas tersebut dengan
menggunakan stone-crusher/mesin-pemecah-batu sendiri, operator stone-
crusher harus membuat surat laporan harian memperkirakan volume harian
agregat yang sudah diproduksi. Untuk aspal dapat periksa dari surat
order/pesanan dalam bentuk drum atau dengan aspal curah.

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 52 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

3) Kemudian diperiksa secara fisik dilapangan. Untuk aspal pemeriksaannya


dengan jumlah drum atau jika dengan menggunakan aspal curah dapat
diketahui dari volume setiap truk pengangkut aspal curah. Sedangkan untuk
agregat pemeriksaan fisik dilapangan dengan memperkirakan kebenaran
dari laporan tertulis secara kumulative dari operator stone-crusher.
4) Pemeriksaan cara penimbunan agregat. Cara membuat stock pile sangat
mempengauhi gradasi agregat. Segregasi dari agregat dapat terjadi sewaktu
proses penimbunan dan pemindahan agregat. Kadang-kadang juga sewaktu
pemindahan agregat terjadi proses kontaminasi dengan tanah. Hal ini sering
terjadi karena operator wheel loader kurang menyadari. Untuk itu perlu
pengetahuan khusus bagi operator wheel loader. Untuk menghindari
segregasi dan kontaminasi agregat tersebut perlu beberapa upaya,
diantaranya adalah :
a. Mengurangi pemindahan agregat, jika diperlukan pemindahan agregat
maka dapat dilakukan jika kadar air agregat mendekati kadar optimum.
b. Menghindari tumpukan yang terlalu tinggi.
c. Memberi muatan pada alat angkut setinggi pintu belakang saja dan tidak
terlalu tinggi.

Stock piles

Timbunan yang mengerucut terlalu tinggi sehingga butiran agregat


besar akan meluncur kebawah setiap ditambah tumpukan,
sehingga akan terjadi segregasi.

Model timbunan semacam ini butiran agregat yang besar masih


akan meluncur kebawah pada sisi yang curam sehingga pada sisi
tersebut akan terjadi segregasi.

Model timbunan yang rendah untuk mengurangi terjadinya


segregasi.

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 53 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

c. Pemeriksaan kesiapan bahan bakar untuk kebutuhan operasional mesin


pencampur aspal.
Dalam prosedur pemeriksaan kesiapan bahan bakar untuk kebutuhan
operasional mesin pencampur aspal, pelaksana memeriksa order/pemesanan.
Dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Melihat order dibagian terkait/bagian logistik.
2) Memeriksa jumlah/volume dalam surat pesanan.
3) Secara fisik diperiksa tangki penampung bahan bakar dilapangan apakah
volume sudah ada kewajaran untuk kebutuhan operasional mesin
pencampur aspal.

4.3.4 Pemeriksaan kelengkapan K3 dan lingkungan.


Tangga yang memadai dan aman untuk naik ke landasan (plat form) alat pencampur
dan landasan berpagar yang digunakan sebagai jalan antar unit perlengkapan harus
dipasang. Untuk mencapai puncak bak truk, perlengkapan untuk landasan atau
perangkat lain yang sesuai harus disediakan sehingga direksi pekerjaan dapat
mengambil benda uji. Untuk memudahkan pelaksanaan kalibrasi timbangan,
pengambilan benda uji dan lain-lainnya, maka suatu sistem pengangkat atau katrol
harus disediakan untuk menaikkan peralatan dari tanah ke landasan (plat form) atau
sebaliknya. Semua roda gigi, roda beralur (pulley), rantai, rantai gigi dan bagian
bergerak lainnyayang berbahaya harus seluruhnya dipagar dan dilindungi.
Lorong yang cukup lebar dan tidak terhalang harus disediakan di sekitar tempat
pengisian muatan truk. Tempat ini harus selalu dijaga agar bebas dari benda yang
jatuh dari landasan (plat form) alat pencampur.
Pelaksana mesin pencampur aspal panas mempunyai kewenangan untuk
memeriksa perlengkapan K3 dan lingkungan, karena pelaksana mesin pencampur
aspal, harus :
1) Bertanggung jawab untuk memastikan penerapan sistem manajemen K3-L di
tempat kerjanya dan memastikan bahwa seluruh resiko yang ada di areanya
telah terdentifikasi, terdokumentasi, dan terkendali.
2) Memastikan bahwa program K3-L di area kerjanya telah dijalankan dengan
baik.
3) Membina dan memastikan bahwa semua tenaga kerja di lingkungannya
termasuk pihak ketiga telah memahami dan mematuhi semua ketentuan K3-L.
a. Prosedur pemeriksaan perlengkapan K3 dan lingkungan.
Prosedur pemeriksaan perlengkapan K3-L :
1) Memeriksa keseluruhan lokasi mesin pencampur aspal panas yang
mempunyai potensi dampak kurang baik terhadap lingkungan hidup.
2) Memeriksa dan sekaligus memberikan penyuluhan kepada seluruh tenaga
produksi dibawah tanggung jawabnya, kewajiban untuk melakukan upaya
pengendalian dampak lingkungan hidup.
3) Memeriksa pembuangan limbah yang harus tersedia di kawasan mesin
pencampur aspal.
4) Memeriksa dan sekaligus memberikan penyuluhan kepada seluruh tenaga
produksi dibawah tanggung jawabnya, kewajiban untuk melakukan upaya

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 54 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

keselamatan dan kesehatan kerja dilingkungannya baik untuk diri sendiri


maupun untuk orang lain.
5) Memeriksa perlengkapan K3 dan sekaligus memberikan penyuluhan kepada
seluruh tenaga produksi dibawah tanggung jawabnya, kewajiban untuk
memakai dan menerapkan perlengkapan K3.
b. Pemeriksaan kembali kesiapan Alat Pelindung Diri (APD).
Sebelum pelaksanaan produksi, pelaksana mesin pencampur aspal panas wajib
untuk memeriksa alat pelindung diri (APD). Semua peralatan pelindung diri harus
diletakkan ditempat yang sudah ditentukan, untuk masing-masing jenis alat
pelindung diri.
Langkah-langkah pemeriksaan kesiapan Alat Pelindung Diri :
1) Memberikan penyuluhan kepada seluruh tenaga produksi dibawah tanggung
jawabnya, kewajiban untuk memakai alat pelindung diri.
2) Minta informasi kondisi dan kesiapan alat pelindung diri dari masing-masing
bagian dari petugas di dibawah tanggung jawabnya.
3) Alat pelindung diri yang sudah tidak layak harus diganti.
4) Memeriksa setiap petugas yang melaksanakan tugasnya harus memakai
sesuai dengan alat pelindung diri terkait dengan tugasnya.
c. Pemeriksaan kembali Alat Pengaman Kerja (APK).
Sebelum pelaksanaan produksi, pelaksana mesin pencampur aspal panas wajib
untuk memeriksa alat pengaman kerja (APK) diseluruh area mesin pencampur
aspal. Semua alat pengaman kerja harus diletakkan ditempat yang sudah
ditentukan, untuk masing-masing jenis alat pengaman kerja.
Langkah-langkah pemeriksaan kesiapan Alat Pengaman Kerja :
1) Memberikan penyuluhan kepada seluruh tenaga produksi dibawah tanggung
jawabnya, kewajiban untuk memeriksa kembali alat pengaman kerja diseluruh
area mesin pencampur aspal panas sebelum pelaksanaan produksi.
2) Minta informasi kondisi dan kesiapan alat pengaman kerja dari masing-masing
bagian dari petugas di dibawah tanggung jawabnya.
3) Alat pengaman kerja yang sudah tidak layak atau rusak harus dilaporkan
untuk diusulkan diganti.
4) Memeriksa kembali setiap petugas yang melaksanakan tugasnya harus
menerapkan semua alat pengaman kerja di tempat kerjanya sesuai peraturan
yang berlaku sebelum pelaksanaan produksi.
d. Pemeriksaan kembali kondisi lingkungan kerja.
Sebelum pelaksanaan produksi, pelaksana mesin pencampur aspal panas wajib
untuk memeriksa kembali kondisi lingkungan kerja diseluruh area mesin
pencampur aspal. Semua kondisi lingkungan kerja yang mempunyai potensi
dampak lingkungann yang kurang baik segera dilaporkan keatasan langsung
atau jika memungkinkan segera diatasi penyelesaiannya.
Langkah-langkah pemeriksaan kembali kondisi lingkungan kerja :
1) Memberikan penyuluhan kepada seluruh tenaga produksi dibawah tanggung
jawabnya, kewajiban untuk memeriksa kembali kondisi lingkungan kerja yang
mempunyai potensi dampak lingkungann yang kurang baik sebelum
pelaksanaan produksi.
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 55 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

2) Memeriksa kembali kondisi diseluruh lingkungan kerja jika menemukan kondisi


lingkungan kerja yang mempunyai potensi dampak lingkungann yang kurang
baik sebelum pelaksanaan produksi, untuk segera dilaporkan keatasan
langsung atau jika memungkinkan segera diatasi penyelesaiannya.
3) Kondisi lingkungan kerja yang jelas mempunyai potensi dampak yang kurang
baik harus segera diatasi, atau jika penyelesaiannya sudah di luar tanggung
jawab pelaksana produksi, pelaksana produksi harus lapor ke atasan
langsung.
4.3.5 Penyiapan alat angkut.
a. Kesiapan alat angkut yang dibutuhkan.
Alat angkut untuk mengangkut campuran aspal panas harus mempunyai bak
terbuat dari logam yang rapat, bersih, dan rata, yang telah disemprot dengan
sedikit air sabun, atau minyak solar setipis mungkin, untuk mencegah melekatnya
campuran aspal panas pada bak truk. Setiap genangan bahan yang
disemprotkan pada lantai dan dinding bak truk harus dibuang dengan cara
memosisikan bak truk miring, sebelum aspal campuran panas dituang kedalam
bak truk. Tiap alat angkut harus disiapkan terpal/kanvas atau bahan lain yang
cocok, untuk mempertahankan temperatur campuran aspal panas. Alat angkut
yang dapat menyebabkan segregasi pada bahan campuran aspal panas akibat
sistem pegas atau faktor penunjang lainnya, kondisinya harus diperbaiki terlebih
dahulu seblum dipakai dalam pelaksanaan. Jumlah alat angkut harus dihitung
sedemikian rupa sehingga peralatan penghampar dapat beroperasi tanpa
berhenti. Sebelum pelaksanaan produksi, pelaksana produksi campuran aspal
panas panas harus membuat metode penyiapan alat angkut yang dibutuhkan
yang dikoordinasikan dengan bagian peralatan. Peralatan angkut yang diperlukan
pada mesin pencampur aspal panas adalah sejenis dump truck .
Metode perhitungan jumlah alat angkut ini adalah berdasar pada :
 Kecepatan pengiriman campuran aspal panas panas ke lapangan harus tidak
boleh melebihi dari kapasitas mesin pencampur aspal.
 Alat angkut tidak boleh idle (nganggur).
Sedangkan untuk menghitung jumlah alat angkut yang dibutuhkan adalah
tergantung dari :
1) Kecepatan produksi dari mesin pencampur aspal.
2) Kapasitas alat angkut.
3) Cycle time dari alat angkut, sedangkan Cycle time tergantung dari :
a) Kondisi jalan untuk angkutan.
b) Kondisi lalu lintas.
c) Kemahiran pengemudi.
4) Kondisi manajemen dari perusahaan yang terkait.
Pelaksana produksi berkoordinasi dengan bagian peralatan, untuk menjamin
mengontrol alat angkut siap beroperasi.

b. Penentuan jenis dan jumlah alat angkut.


Untuk menentukan jumlah alat angkut, harus meperhitungkan semua kapasitas
dari alat-alat yang beroperasi, sedemikian rupa sehingga jangan sampai mesin
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 56 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

asphalt finisher berhenti operasi karena menunggu campuran aspal panas yang
dibawa oleh alat angkut. Atau sebaliknya jangan sampai alat angkut menjadi
idle/nganggur. Sebelum pelaksanaan produksi, pelaksana produksi campuran
aspal panas harus menentukan jenis dan jumlah alat angkut yang dibutuhkan
untuk mengangkut produksi campuran aspal panas. Pelaksana produksi
berkoordinasi dengan bagian peralatan untuk mendapatkan informasi kapasitas
alat angkut yang akan beroperasi, dan kondisi alat angkut tersebut. Jenis alat
angkut adalah berupa dump truk, dimana bagian dalam baknya harus dari pelat
besi yang rata, tidak terdapat lekukan-lekukan.
Langkah-langkah untuk menentukan jenis dan jumlah alat angkut campuran
aspal panas adalah :
1) Berkoordinasi dengan bagian peralatan untuk memberikan informasi jenis dan
kapasitas alat angkut yang akan beroperasi.
2) Menghitung jumlah alat angkut yang akan di perlukan,yang harus
memperhitungkan :
a) Cycle time/waktu siklus (yang tergantung juga dari kondisi jalan angkutan
dan jarak angkut).
b) Kecepatan pelaksanaan penggelaran atau kapasitas dari asphalt finisher di
lapangan.
c) Kapasitas alat angkut.
d) Etos kerja, ketrampilan, dan kemahiran para petugas.
3) Membuat jadwal kebutuhan alat angkut.
4) Dalam kondisi tertentu sebelum pelaksanaan produksi, pelaksana produksi
campuran aspal panas harus membuat koordinasi dengan bagian peralatan
untuk menentukan Shift pengemudi dan alat angkut.
c. Koordinasi penyiapan alat angkut campuran aspal panas.
Sebelum pelaksanaan produksi, pelaksana produksi campuran aspal panas
harus berkoordinasi dengan bagian peralatan untuk menyiapkan alat angkut
campuran aspal panas. Alat angkut harus dalam keadaan siap pakai dan sudah
siap di dalam area mesin pencampur aspal panas lengkap dengan peralatannya.
Langkah-langkah prosedur penyiapan alat angkut campuran aspal panas yang
harus dikoordinasikan dengan bagian peralatan.
1) Memeriksa kondisi fisik alat angkut dan kebersihannya.
2) Jumlah alat angkut yang sudah ditentukan dalam perhitungan.
3) Memeriksa peralatan dan alat perlengkapan (terpal, dongkrak, kunci ban, segi
tiga pengaman, ban cadangan, sabuk pengaman).
4) Alat semprot dan cairan untuk bak truk di lokasi mesin pencampur aspal
panas.

4.4 Pembuatan Jadwal Produksi


4.4.1 Jenis, kualitas dan kuantitas produksi.
a. Jenis, kualitas dan kuantitas produksi.
Pesanan campuran aspal panas panas ada beberapa jenis dan kualitas. Jenis
campuran aspal panas panas adalah :
1) Latasir A (SS-A).
2) Latasir B (SS-B).
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 57 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

3) Lataston :
a) Lapis aus (HRS-WC).
b) Lapis permukaan antara (HRS-BC).
4) Laston :
a) Lapis aus (AC-WC).
b) Lapis permukaan antara (AC-BC).
c) Lapis pondasi (AC-base).
Dari beberapa jenis campuran aspal panas panas tersebut di identifikasi
karena mempunyai beberapa kualitas tergantung job mix formula. Demikian
juga jumlah pesanan diidentifikasi. Kemudian dari jenis, kulitas dan kuantitas
dirangkum untuk keperluan pendataan administrasi dan keperluan perhitungan
selanjutnya. Data kuantitas dapat untuk menentukan jumlah alat angkut, jumlah
komponen material produksi, dan penjadwalan.
b. Identifikasi semua jenis dan kualitas produksi.
Setelah pelaksana produksi menerima beberapa surat-surat pesanan, jenis dan
kualitas produksi yang harus dikerjakan pada hari yang sama, diidentifikasi.
Hasil identifikasi merupakan rangkuman jenis, kualitas, dan prioritas yang harus
diproduksi.
c. Identifikasi kualitas produksi yang harus dikerjakan.
Setelah pelaksana produksi menerima hasil dari tim laboratorium, dari semua
pesanan diidentifikasi sesuai kualitasnya. Hasil identifikasi berupa rangkuman
kualitas dari semua pesanan yang diserahkan juga ke operator mesin
pencampur aspal panas untuk dasar produksi. Kualitas produksi yang harus
dibuat dilihat dari :
1) Material produksinya (kualitas agregat, kualitas filler, kualitas aspal).
2) Analisa saringan.
3) Kondisi mesin pencampur aspal panas.
d. Identifikasi jenis dan kuantitas produksi yang harus mendapat prioritas
pelaksanaannya.
Dari semua pesanan diidentifikasi jenis dan kuantitasnya, dan ditentukan urutan
prioritasnya untuk dibuatkan jadwal. Jadwal tersebut nantinya harus diserahkan
kepada operator mesin pencampur aspal. Untuk efisiensi dalam operasional
mesin pencampur aspal panas, pesanan yang banyak dan dengan jenis tertentu
perlu mendapat prioritas dalam pelaksanaannya. Karena penggantian
screen/saringan memerlukan waktu beberapa jam. Dengan demikian hal ini
akan mempengaruhi cara menentukan jadwal. Untuk pesanan dengan jenis
yang berlain-lainan dan dengan jumlah yang masing-masing jenis sedikit, tidak
menutup kemungkinan dapat diserahkan mesin pencampur aspal panas yang
lain.

4.4.2 Penyusunan rencana produksi


a. Penjelasan hubungan rencana produksi dengan kapasitas produksi mesin
pencampur aspal.
Dengan berkoordinasi dengan bagian peralatan, pelaksana produksi harus
mengetahui kapasitas produksi mesin pencampur aspal. Dengan mengetahui
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 58 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

kapasitas produksi mesin pencampur aspal, dapat untuk merencanakan


produksi baik harian maupun bulanan. Demikian juga dapat untuk
merencanakan pembuatan jadwal pelaksanaan produksi. TetapI kecepatan
permintaan dilapangan tidak bisa melebihi kapasitas produksi mesin pencampur
aspal.
Perhitungan kapasitas produksi mesin pencampur aspal dapat dilihat pada butir
c) bab ini dibawah.
Dalam penyusunan rencana produksi, pelaksana produksi, selain harus
mengetahui kapasitas produksi mesin pencampur aspal, juga harus mengetahui
kapasitas produksi wheel loader, dan kapasitas dump truck . Untuk mengetahui
kapasitas wheel loader dan alat angkut dump truck dapat diuraikan seperti
dibawah ini :
Wheel loader.
Kecepatan wheel loader bervariasi tergantung dengan type dari negara pabrik
pembuatnya. Kecepatan sesuai gigi versnelling berkisar antara 7 KM/jam
sampai 40 KM/jam. Jika diambil rata-ratanya sewaktu operasi, kecepatan wheel
loader dengan muatan adalah 5 KM/Jam maju maupun mundur, sedangkan
kecepatan tanpa muatan maju maupun mundur untuk jarak sampai dengan 30
M adalah 10 KM/Jam, dan kecepatan tanpa muatan maju maupun mundur
untuk jarak lebih dari 30 M adalah 14 KM/Jam. Kecepatan tersebut diatas
adalah dengan kondisi tanah dasar yang datar, tetapi jika kondisi lapangan
yang kurang menguntungkan, perlu dikalikan dengan faktor sesuai kondisinya
dan diperkirakan dilapangan sesuai percobaan dan pengalaman. Untuk waktu
yang tetap (fixed time) yaitu waktu untuk mengganti gigi versnelling, berganti
arah, dan mengambil muatan, diasumsikan 0,35 menit.
Untuk mendapatkan produksi perjam effective dari wheel loader adalah,
(volume material teronggok (heap volume) dalam sebuah bucket) x (jumlah trip
perjam).
Dari perhitungan rumus tersebut dengan memperhitungkan segala pengaruh-
pengaruhnya dapat dibuat sebuah gambar grafik yang menunjukkan produksi
perjam (dalam 1 jam kerja effective wheel loader adalah 45 menit), dengan
berbagai macam jarak pengangkutan dan berbagai macam volume ukuran
bucket. Karena kecepatan tanpa muatan maju maupun mundur untuk jarak
sampai dengan 30 M adalah 10 KM/Jam, dan kecepatan tanpa muatan maju
maupun mundur untuk jarak lebih dari 30 M adalah 14 KM/Jam, maka dalam
garafik, terdapat beda penyelesaian pada jarak < 30 M dan > 30 M. Dari grafik
tersebut dapat untuk dengan segera mendapatkan perkiraan produksi dari
wheel loader, dengan ketentuan-ketentuan yang telah disebutkan diatas, yaitu
kondisi tanah dasar, waktu effective operasioanal dalam 1 jam operasi, dan
prosentasi pengisian bucket.

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 59 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 60 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

Dump truck.
Produk dari dump truck tergantung dari,
1) Kapasitas muatan dari bak dump truck
2) Cycle time, yeng tergantung dari,
a) Jarak angkut
b) Kondisi jalan
c) Kondisi alat angkut
3) Kondisi manajemen perusahaan
4) Kecepatan asphalt finisher untuk menggelar campuran aspal panas.
Untuk mendapatkan produksi perjam effective dari sebuah dump truck adalah,
(volume material dalam sebuah bak dump truck ) x (jumlah trip perjam). Jarak
dari mesin pencampur aspal sampai ke lokasi pekerjaan biasanya jauh dan
misalkan memerlukan lebih dari 1 jam. Jika perjalanan 1 cycle perlu waktu 1,5
jam, berarti jumlah trip per jam adalah 0,66.

b. Identifikasi kapasitas mesin pencampur aspal panas yang dipergunakan.


Pelaksana produksi dengan berkoordinasi dengan bagian peralatan, dapat
menentukan kapasitas mesin pencampur aspal. Mengetahui kapasitas mesin
pencampur aspal, seperti juga sudah diuraikan di bab terdahulu, sangat
penting. Karena sebagai data yang dapat berguna untuk merencanakan jadwal,
merencanakan kebutuhan alat angkut, dan rencana pelaksanaan.
c. Penentuan rencana produksi (harian atau bulanan) untuk melayani
permintaan produksi.
Setelah pelaksana produksi menerima surat-surat permintaan dari atasan
langsung, harus segera dirangkum, untuk menentukan rencana produksi, baik
harian maupun bulanan. Langkah-langkah untuk menentukan rencana produksi
(harian atau bulanan) :
1) Menerima dan mempelajari surat-surat pesanan yang diterima atasan
langsung.
2) Berkoordinasi dengan bagian peralatan untuk menentukan kapasitas
produksi dari mesin pencampur aspal.
3) Membuat rangkuman berdasar jenis dan kualitas.
4) Membuat rangkuman prioritas yang akan diproduksi.
Kapasitas produksi dari mesin pencampur aspal panas tergantung dari :
1) Kondisi dari mesin pencampur aspal panas
2) Volume pekerjaan
Biasanya semakin besar dari mesin pencampur aspal akan semakin efisien,
dan mudah untuk mendapatkan akurasi dari job mix formula, tetapi akan
semakin besar pula biaya operasionalnya. Kapasitas mesin pencampur aspal
biasanya harus mempunyai kapasitas lebih besar 30% diatas volume
pekerjaan.
Cara untuk menghitung kapasitas mesin pencampur aspal panas adalah
sebagai berikut :
A x H x d
C =
T x P x t
dimana:

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 61 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

C = kapasitas mesin pencampur aspal yang diperlukan(ton/h)


A = luas area yang harus di lapis (m2)
H = jumlah tebal dari permukaan dan binder course (m)
d = berat jenis dari campuran (t/m3)
T = jadual periode pelapisan (hari)
P = jumlah hari kerja per bulan (hari/30 hari)
t = jam kerja per hari (jam/hari)

contoh untuk menghitung kapasitas mesin pencampur aspal panas yang


diperlukan,
misalkan A = 100000 m2; H = 0,05 m; d = 2,3 t/m3; T= 90 hari; P = 20 hari/30
hari; t = 6 jam/hari ;
  , ,
C =    = = 32 ton/jam
 / 
Dengan mengetahui kapasitas produksi mesin pencampur aspal, pelaksana
produksi dapat merencanakan produksi harian dan jadwal produksi harian.
4.4.3 Pembuatan jadwal produksi harian dan bulanan.
a. Penjelasan posisi penyiapan jadwal produksi terkait dengan pelaksanaan
produksi.
Seperti yang sudah dibahas pada bab-bab terdahulu, bahwa produksi mesin
pencampur aspal panas per satuan waktu mempunyai keterbatasan sesuia
dengan yang disebut oleh pabrik pembuatnya. Tetapi untuk mesin yang sudah
lama perlu diberi faktor sehingga produksi menjadi lebih kecil sedikit, karena
kondisi mesin yang sudah lama. Faktor ini ditentukan oleh pelaksana produksi
campuran aspal panas panas sesuai pengalaman. Jadi penyiapan termasuk
merangkum jadwal, yang mungkin terdiri dari berjenis-jenis campuran aspal
panas , berjenis-jenis kualitas campuran aspal panas , dan prioritas
pelaksanaan produksinya, perlu dikaitkan dalam pengaturan jadwal untuk
pelaksanaan produksinya.
b. Identifikasi urutan waktu produksi sesuai jenis campuran aspal panas
Seperti kita ketahui untuk memproduksi campuran aspal panas panas dengan
jenis tertentu pada mesin pencampur aspal panas, untuk merubah jenis
campuran aspal panas tersebut tidak mudah dan tidak efisien. Jadi jenis yang
sedang diproduksi harus diselesaikan terlebih dahulu. Dengan demikian perlu
diidentifikasi terlebih dahulu jenis campuran aspal panas, dengan
memperhatikan juga prioritas waktu pelaksanaannya. Jenis campuran aspal
panas tertentu yang sama dari pesanan-pesanan, dengan volume yang besar
dibanding dengan jenis pesanan lain, maka jenis yang dimaksud akan
mendapat urutan produksi yang menerus. Sehingga pesanan dengan jenis lain
yang volumenya kecil panataan jadwalnya disendirikan.
c. Penentuan prioritas produksi yang harus dikerjakan.
Seperti telah dibahas pada bab terdahulu, bahwa mesin pencampur aspal
panas tidak mudah dan tidak efisien untuk selalu merubah produksi untuk jenis
yang lain. Dengan demikian perlu pengaturan untuk penentuan prioritas
produksi yang harus dikerjakan. Pesanan harus diproduksi sesuai dengan
urutan pesanannya, kecuali ada hal yang khusus, misalnya dibantu dengan lain
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 62 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

mesin pencampur aspal panas lain. Sebagai contoh perusahaan menerima


pesanan (pertama) untuk sepenggal jalan dengan jenis ATB, LASTON dan
HRS, dan juga ada pesanan lain (kedua) dengan jenis yang sama. Maka
sedapat mungkin untuk efisiensi mesin pencampur aspal panas akan
memproduksi satu jenis yang sama terlebih dahulu, kemudian jenis yang lain.
Tetapi harus dikaitkan dengan waktu kebutuhan pemesan dan prioritas
pemesanan. Jika tidak mungkin maka perlu dirubah cara produksinya dengan
bekerja 3 Shift atau jika mungkin dibantu dengan mesin pencampur aspal panas
yang lain.
d. Pembuatan jadwal produksi harian berdasarkan prioritas produksi dan
urutan produksi yang telah tersusun.
Produksi harian biasanya untuk melayani jenis campuran aspal panas dengan
volume yang kecil. Tetapi harus tetap sesuai urutan pesanan. Untuk
perusahaan yang mempunyai beberapa mesin pencampur aspal panas, dapat
diatur jadwalnya yang disesuaikan dan dikaitkan dengan lokasi mesin
pencampur aspal panas yang lain. Disini tampak bahwa untuk produksi harian
yang melayani campuran aspal panas dengan volume sedikit tetapi dengan
pesanan yang banyak, memiliki beberapa mesin pencampur aspal panas lebih
dapat mengatasi masalah pengaturan jadwal. Hal ini karena untuk merubah.
e. Pembuatan jadwal bulanan atau sesuai dengan permintaan produksi yang
berkelanjutan.
Produksi dengan jadwal bulanan biasanya untuk pesanan dengan volume yang
besar atau untuk proyek yang besar. Disini untuk efisiensi dapat lebih
mempertahankan memproduksi/menyelesaikan satu jenis campuran aspal
panas. Tetapi dengan berkembangnya pertambahan pesanan, maka dengan
merubah metode kerja dengan cara bekerja 3 Shift dan dengan menyerahkan
pesanan ke mesin pencampur aspal panas yang lain, hal ini dapat mengatasi
produksi untuk pesanan yang meningkat dan jenis campuran aspal panas yang
berlain-lainan.

4.4.4 Penugasan kelompok kerja produksi.


a. Identifikasi jadwal penugasan Shift kelompok produksi sesuai dengan
jadwal produksi yang telah dibuat.
Dari pembahasan bab-bab terdahulu, untuk mengatasi jadwal yang sangat
padat dan melebihi kapasitas produksi, dapat diatasi dengan menyerahkan ke
mesin pencampur aspal panas yang lain atau dengan memperpanjang jadwal
kerja mesin pencampur aspal panas. Dalam kondisi yang terpaksa mesin
pencampur aspal harus bekerja 24 jam. Dengan demikian tenaga manusia
dapat diatur menjadi 3 Shift dengan masing-masing Shift bekerja 8 jam. Untuk
idealnya adalah masing-masing Shift 6 atau 7 jam, sehingga mesin pencampur
aspal panas masih mempunyai kesempatan istirahat.
b. Penentuan kelompok kerja produksi sesuai dengan kebutuhan produksi.
Untuk menentukan kelompok kerja produksi sesuai dengan kebutuhan produksi
berdasarkan jadwal yang telah dibuat, kita perlu memperhitungkan kapasitas
produksi dari mesin pencampur aspal panas terhadap volume kebutuhan
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 63 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

pesanan. Dari sini kita dapat menghitung berapa jam mesin pencampur aspal
panas harus bekerja per hari. Misalkan mesin pencampur aspal panas harus
bekerja 21 jam, maka cukup dengan menggunakan 3 Shift masing-masing Shift
7 jam.
c. Pengaturan penugasan Shift personil/ kelompok kerja produksi sesuai
dengan jadwal produksi.
Dalam cara pengaturan penugasan Shift personil/ kelompok kerja produksi,
perlu ada beberapa hal yaitu :
1) Sebelum operasi nama-nama dari masing-masing penanggung jawab bagian
pekerjaan harus sudah ditentukan.
2) Dibuat matrix nama petugas, bagian pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya, dan Shiftnya, untuk diserahkan kepada masing-masing petugas.
3) Harus disediakan waktu untuk saling memberikan informasi tertulis secara
estafet, dari Shift yang satu ke Shift berikutnya berupa :
a) Masalah kemampuan produksi.
b) Maslah komponen-komponen bahan produksi.
c) Kondisi alat angkut.
d) Kondisi mesin pencampur aspal panas.
4) Tidak boleh ada perpindahan tanggung jawap pekerjaan dari Shift yang
bekerja ke Shift berikutnya.
5) Semua hasil laporan selama satu hari harus tertulis dan harus di kompile.
6) Untuk pekerjaan yang memerlukan waktu yang relative lama, pengaturan
Shift harus dirotasi, sehingga tidak ada Shift yang mengalami waktu Shift
yang selalu sama.

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 64 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

BAB V

SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN


KOMPETENSI

5.1. Sumber Daya Manusia


5.1.1. Pelatih
Pelatih/instruktur dipilih karena dia telah berpengalaman. Peran pelatih adalah
untuk :
1) Membantu peserta untuk merencanakan proses belajar.
2) Membimbing peserta melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam
tahap belajar.
3) Membantu peserta untuk memahami konsep dan praktik baru dan untuk
menjawab pertanyaan peserta mengenai proses belajar.
4) Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain
yang diperlukan untuk belajar.
5) Mengorganisir kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.
6) Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika diperlukan.
5.1.2. Penilai
Penilai melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di tempat
kerja. Penilai akan :
1) Melaksanakan penilaian apabila peserta telah siap dan merencanakan proses
belajar dan penilaian selanjutnya dengan peserta.
2) Menjelaskan kepada peserta mengenai bagian yang perlu untuk diperbaiki dan
merundingkan rencana pelatihan selanjutnya dengan peserta.
3) Mencatat pencapaian / perolehan peserta.
5.1.3. Teman kerja / sesama peserta pelatihan
Teman kerja /sesama peserta pelatihan juga merupakan sumber dukungan dan
bantuan. Peserta juga dapat mendiskusikan proses belajar dengan mereka.
Pendekatan ini akan menjadi suatu yang berharga dalam membangun semangat
tim dalam lingkungan belajar/kerja dan dapat meningkatkan pengalaman belajar
peserta.
5.2. Sumber-sumber Kepustakaan ( Buku Informasi )
5.2.1 Sumber pustaka penunjang pelatihan
Pengertian sumber-sumber adalah material yang menjadi pendukung proses
pembelajaran ketika peserta pelatihan sedang menggunakan materi pelatihan ini.
Sumber-sumber tersebut dapat meliputi :
• Buku referensi (text book)/ buku manual servis
• Lembar kerja
• Diagram-diagram, gambar
• Contoh tugas kerja
• Rekaman dalam bentuk kaset, video, film dan lain-lain.
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 65 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

Ada beberapa sumber yang disebutkan dalam pedoman belajar ini untuk
membantu peserta pelatihan mencapai unjuk kerja yang tercakup pada suatu unit
kompetensi.
Prinsip-prinsip dalam pelatihan Berbasis Kompetensi mendorong kefleksibilitasan
dari penggunaan sumber-sumber yang terbaik dalam suatu unit kompetensi
tertentu, dengan mengijinkan peserta untuk menggunakan sumber-sumber
alternatif lain yang lebih baik atau jika ternyata sumber-sumber yang
direkomendasikan dalam pedoman belajar ini tidak tersedia/tidak ada.
5.2.2 Sumber-sumber Bacaan yang Dapat Digunakan
1. Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan Dan Jembatan, Puslitbang Jalan
Dan Jembatan
2. Petunjuk Pemeriksaan Peralatan Pencampur Aspal (Asphalt Mixing Plant) No.
032/T/BM1996 Maret 1996, Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal
Bina Marga.
3. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Manual
Konstruksi dan Bangunan, Pemeriksaan peralatan unit pencampur aspal
(Asphalt Mixing Plant) No : 001/BM/2007
4. Ir. H. Agus Iqbal Manu. MEng. MBA. MMF. MIHT, Pengoperasian AMP
(Asphalt Mixing Plant) Pada Pekerjaan Konstruksi Jalan Raya.
5. Amien Sajekti, Metode Kerja Bangunan Sipil.
6. Asphalt Plant Manual, Asphalt Institute Manual Series 3
7. Hot Mix Asphalt Production and Testing – Construction Inspector’s Training
Manual, Washington State – Department of Transportation
8. Asphalt Plant Service and Technical Manual, Niigita
9. SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang analisis saringan agregat
halus dan kasar
10. SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian keausan agregat dengan mesin
abrasi Los Angeles
11. SNI 06-2432-1991 : Metode Pengujian daktilitas bahan-bahan aspal
12. SNI 06-2433-1991 : Metode Pengujian titik nyala dan titik bakar dengan
alat cleveland open cup
13. SNI 06-2434-1991 : Metode Pengujian titik lembek aspal dab ter
14. SNI 03-2439-1991 : Metode Pengujian kelekatan agrgat terhadap aspal
15. SNI 06-2441-1991 : Metode Pengujian berat jenis aspal padat
16. SNI 03-3407-1994 : Metode Pengujian sifat kekekalanbentuk batu
terhadap larutan natrium sulfat dan magnesium sulafat
17. SNI 03-3640-1994 : Metode Pengujian kadar aspal dengan cara
ekstraksi menggunakan alat soklet
18. SNI 03-6399-2000 : Tata cara pengambilan contoh aspal
19. SNI 03-6757-2002 : Metode Pengujian berat jenis nyata campuran
beraspal padat menggunakan benda uji kering permukaan jenuh
20. SNI 03-6819-2002 : Spesifikasi agregat halus untuk campuran beraspal
21. RSNI M-01-2003 : Metode Pengujian campuran beraspal panas dengan alat
Marshall
22. RSNI T-01-2005 : Cara uji butiran agregat kasar bebentuk pipih, lonjong atau
pipih dan lonjong
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 66 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

5.3. Peralatan/Mesin dan Bahan


5.3.1 Peralatan/Mesin yang digunakan
a. Alat pengukur suhu
b. Alat pengaman kerja (APK)
c. Alat pemadam api ringan (APAR)
d. Alat pelindung diri (APD)
e. Mesin genset
f. Mesin pencampur aspal panas
g. Dump truck (truk jungkit)
h. Wheel loader
i. Rambu-rambu operasi dan K3
j. Standard tools.
5.3.2 Bahan yang dibutuhkan
a. Agregat sesuai gradasi yang dibutuhkan
b. Filler
c. Aspal
d. Additive (jika diperlukan)
e. Buku pedoman pemeliharaan dan pengoperasian mesin pencampur aspal;
f. Standard Operating Prosedure (SOP);
g. Surat Perintah Kerja;
h. Form Laporan;
i. Bahan bakar;
j. Bahan pelumas.

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 67 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

LEMBAR PERUBAHAN

Nama Pejabat yang


No. Bab/Subbab Tertulis/Semula Usul Perubahan
Pengusul Menyetujui

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 68 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

Data Penulis

Nama : Amien Sajekti


Jabatan : Tenaga Ahli
Perusahaan : PT Terasis Erojaya KSO PT Virama Karya
Alamat Pribadi : Jl. Demak 37/C-162 Jaka Permai Bekasi Barat
Telepon : 021.8841404 / HP 081310539130
Alamat Perusahaan : Jl Hang Tuah Raya No. 26 Kebayoran Baru 12120 Jakarta Selatan
Telepon :
Pendidikan :
1. Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Diponegoro 1969
2. Pasca Sarjana Jalan Raya ITB – Departemen PU 1977
Pengalaman Kerja :
1. Pengalaman Kerja di BUMN PT Nindya Karya.
a) 01/10/1969 Staf Teknik Kantor PN Nindya Karya Cabang Semarang.
b) 01/01/1970 Koordinator Proyek-proyek di daerah Kabupaten Banyumas.
c) 25/06/1970 Staf Perencanaan PN Nindya Karya Cabang Irian Jaya.
d) 01/09/1970 Kepala PN Nindya Karya Perwakilan Sorong, Irian Jaya.
• Merangkap Project Manager of Sorong Port Harbour (Pelabuhan
Struktur Beton di Sorong)
• Merangkap Project Manager Pembangunan Gedung Bank Exim
Sorong.
• Merangkap Kepala Proyek Komplek Sekolahan Perikanan Sorong.
• Merangkap Kepala Proyek Gedung Kantor Keuangan Negara di
Sorong.
• Merangkap Kepala Proyek pembuatan Jembatan Bailey Bridge di
Sorong
• Merangkap Kepala Proyek pembuatan Pemecah Gelombang Dan
Penahan Pantai di Sorong
• Merangkap Kepala Proyek beberapa proyek-proyek bangunan gedung
di Sorong.
e) 07/04/1977 Melanjutkan Studi Pasca Sarjana Jalan Raya ITB – PUTL.
f) 01/10/1978 Kepala Proyek Jembatan Callender Hamilton di Pamanukan.
g) 24/10/1978 Superintendant Proyek Jalan Raya Aceh Barat ( Sidikalang – Krueng Luas ).
h) 02/01/1980 Deputy General Superintendant Proyek Dam Beton Sampean Baru,
Bondowoso, Jawa Timur.
i) 01/11/1984 Kepala Proyek Bangunan Gedung Laboratorium PT Krakatau Steel, Cilegon.
j) 01/03/1986 Kepala Proyek Bangunan Gedung Work Shop Bandara Sukarno-Hatta -
Cengkareng.
k) 22/08/1988 Sebagai Tenaga Ahli Membantu Pembangunan Dam Beton Sidorejo, Jawa
Tengah.
l) 01/12/1988 Deputy Project Manager Proyek Pemasangan Pipa Beton φ 2,50 M Air Baku
PAM , Kalimalang – Pulogadung, Jakarta.
m)01/02/1990 Deputy Project Manager, Elevated Track Line Project ( Proyek Jalan Layang
Kereta Api ), dari jalan Juanda – Stasion Gambir dan dari jalan Gondangdia
– jalan Cilacap Cikini, di Jakarta.
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 69 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

n) 01/09/1991 Kepala Bagian Pengendalian dan Operasi PT Nindya Karya Cabang I,


Jakarta.
- Merangkap Kepala Proyek Jalan, Kebon Jeruk, Jakarta - 1992
o) 01/02/1994 Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan Teknologi dan Manajemen
Kantor Pusat PT Nindya Karya.
p) 01/11/1994 Kepala Bagian Pembinaan Personil Biro Personalian & Umum Kantor Pusat
PT Nindya Karya.
q) 01/09/1995 Kepala Biro Sumber Daya Manusia & Umum Kantor Pusat PT Nindya Karya.
r) 01/01/2001 Pensiun normal

2. Pengalaman Pekerjaan di Perguruan Tinggi (jabatan akademik dosen LektorKepala):


a) Dosen di Universitas Krisnadwipayana tahun 1992 – sekarang.
• Konstruksi Bangunan
• Konstruksi Kayu I
• Konstruksi Kayu II
• Bahan Bangunan Beton dan Baja
• Instalasi Bangunan
• Utilitas dan Pemeliharaan Bangunan
• Statika I
b) Ketua Tim Pembuatan Portfolio, Evaluasi Diri dan Pengisian Borang-Borang S1 Program
Studi Teknik Sipil Universitas Krisnadwipayana tahun 2008/2009

c) Kepala Laboratorium Teknik Sipil Universitas Krisnadwipayana 2000 – 2004

d) Direktur Lembaga Teknologi Fakultas Teknik Universitas Krisnadwipayana 2001 - 2009

e) Sekretaris Jurusan Sipil di Universitas Krisnadwipayana tahun 2004 – 2008.

f) Ketua Jurusan Sipil di Universitas Krisnadwipayana tahun 2008 – sekarang

g) Dosen di Sekolah Tinggi Teknologi Sapta Taruna tahun 1997 – sekarang.


• Konstruksi Bangunan I
• Konstruksi Bangunan II
• Pemeliharaan Bangunan Gedung
• Manajemen Konstruksi Gedung.
• Instalasi Bangunan.
• Konstruksi Kayu I
• Konstruksi Kayu II
• Metode Pelaksanaan Konstruksi
h) Pembuatan Portfolio dan Evaluasi Diri S1 Program Studi Teknik Sipil Sekolah Tinggi
Teknologi Sapta Taruna Tahun 2008/2009.

i) Dosen di Universitas Mpu Tantular tahun 2000 – sekarang


• Konstruksi Kayu I
• Konstruksi Kayu II
• Metode Pelaksanaan Konstruksi

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 70 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02

• Perancangan Gedung Bertingkat


• Statika 1
• Statika II
• Kimia Bahan Konstruksi
• Mekanika Bahan
j) Dosen di STTPLN 2009 – 2011
• Mekanika Teknik I
• Mekanika Teknik II
3. Pendidikan / Kursus / Pelatihan / Penataran :
a) Pendidikan dan Latihan Manajemen Keuangan Konstruksi – Institut Pembinaan
Manajemen Multima tahun 1992
b) Pendidikan dan Latihan Pengambilan Keputusan – Institut Pembinaan Manajemen
Multima tahun 1992
c) Pendidikan dan Latihan Instruktur –Institut Pembinaan Manajemen Multima tahun
1993
d) Pendidikan dan Latihan Project Control Concept and Job Control System – Univ.
Tarumanegara tahun 1994
e) Pendidikan dan Pelatihan Manajemen SDM – Institut Pengembangan Manajemen
Indonesia tahun 1995
f) Pelatihan Keinstrukturan Bidang Jasa Konstruksi (Training of Trainer Course) –
PUSLATJAKONS Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999
g) Penataran Dosen PTS Dalam Rangka Peningkatan Mutu Tenaga Bidang Teknik Sipil
Kopertis Wilayah I – XII Angkatan I (Khusus Struktur Kayu) – Direktorat Perguruan Tinggi
Swasta tahun 1999

4. Penulisan buku
a) Metode Kerja Bangunan Sipil - Penerbit di Graha Ilmu Yogyakarta
b) Kayu - proses penerbitan, di Graha Ilmu
c) Tata Laksana Bangunan Dam - untuk pelatihan karyawan PT Nindya Karya
(Pesero)
d) Konstruksi Bangunan I - untuk pengajaran
e) Konstruksi Bangunan II - untuk pengajaran
f) Bahan Beton - untuk pengajaran
g) Manajemen Konstruksi - untuk pengajaran
h) Instalasi Bangunan - untuk pengajaran
i) Mekanika Rekayasa I - untuk pengajaran
j) Mekanika Rekayasa II - untuk pengajaran
k) Pemeliharaan Bangunan - untuk pengajaran
l) Struktur Kayu I - untuk pengajaran
m) Struktur Kayu II - untuk pengajaran
n) Modul Pekerjaan Kayu - untuk Pelatihan Karyawan Perumnas
o) Modul Pekerjaan Konstr Bangunan - untuk Pelatihan Karyawan Perumnas
p) Modul Anggaran Biaya - untuk Pelatihan Karyawan KBN

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas


Halaman: 71 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012

Anda mungkin juga menyukai