BUKU INFORMASI
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
STANDAR KOMPETENSI
• menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja telah
dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian.
2.3.1 Kemampuan Awal
Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan awal Penyiapan produksi
campuran aspal panas.
2.3.2 Judul Unit : Menyiapkan Produksi Campuran Aspal Panas
2.3.3 Kode Unit : FKK.PS.02.001.02
2.3.4 Deskripsi Unit
Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang
diperlukan untuk menyiapkan produksi campuran aspal panas.
2.3.5 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja
2) Tempat
Lokasi kerja atau tempat pelatihan (training ground) yang memenuhi syarat.
3) Penguasaan unit kompetensi sebelumnya :
• FKK.PS.01.001.02 : Melakukan komunikasi dan kerjasama di tempat
kerja.
• FKK.PS.01.002.02 : Menerapkan ketentuan keselamatan dan
kesehatan kerja dan lingkungan di tempat kerja.
4) Keterkaitan dengan kompetensi lain:
• FKK.PS.02.002.02 : Mengatur pelaksanaan produksi campuran aspal
panas.
• FKK.PS.02.003.02 : Melakukan kegiatan akhir produksi harian.
• FKK.PS.02.004.02 : Melakukan Pembinaan kompetensi kelompok kerja
produksi campuran aspal panas.
b. Kondisi Pengujian
1). Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat
berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut yang terkait dengan
kegiatan melakukan identifikasi permintaan produksi, memeriksa kesiapan
sumber daya produksi, dan menyiapkan jadwal produksi, yang digunakan
untuk menyiapkan produksi campuran aspal panas, yang merupakan
bagian dari pekerjaan memroduksi campuran aspal panas.
2). Penilaian dapat dilakukan dengan cara : lisan, tertulis, demonstrasi /
praktek;
3). Penilaian dapat dilaksanakan secara simulasi di tempat pelatihan (training
ground) dan atau di tempat kerja.
c. Pengetahuan yang diperlukan:
1). Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3-L);
2). Standar Mutu Campuran Aspal Panas;
3). Jenis dan spesifikasi campuran aspal panas;
4). Pengetahuan material produksi;
5). Sistem pelaporan.
d. Keterampilan yang dibutuhkan :
1). Melakukan komunikasi dengan benar di tempat kerja;
2). Menerapkan ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan di
tempat kerja;
3). Melakukan identifikasi permintaan produksi dengan melakukan klarifikasi
jenis campuran aspal panas yang akan diproduksi kepada Quality control;
4). Memeriksa kesiapan sumber daya produksi sebelum pelaksanan produksi
dilakukan;
5). Membuat jadwal produksi sesuai dengan kapasitas produksi mesin
pencampur aspal dan jenis produksi yang diminta.
e. Aspek Kritis
1) Kecermatan dalam melakukan identifikasi permintan produksi;
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 9 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02
BAB III
1 2 3 4 5 6 7
harus disiapkan ke dalam surat Konstruksi
atas dasar perintah produksi Bangunan
permintaan kepada operator 6. Permen
produksi kepada pencampur aspal. Tenaga
atasan langsung. 5. Pelaksanaan Kerja 04 7 mnt**
4) Mampu mengin- peragaan: th1985
terpretasikan - Menentukan jenis tentang
permintaan produk yang harus Pesawat
produksi ke disiapkan atas dasar Tenaga dan
dalam surat permintaan produksi Produksi
perintah produksi 7. Permen
kepada operator - Menginterpretasikan Tenaga
pencampur permintaan produksi Kerja No 05
aspal. ke dalam surat tahun 1985
perintah produksi tentang
kepada operator Pesawat
pencampur aspal. Angkat dan
Angkut
8. PP No 29
tahun 2000
tentang
Penyelengga
raan Jasa
Konstruksi
9. Permen PU
No
09/PER/M/2
008 tentang
Pedoman
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
Konstruksi
Bidang PU
10. Kpts
Bersama
Menteri
Tenaga
Kerja dan
Menteri PU
No Kep
174/Men/198
6 dan No
104/KPTS/1
986 Tentang
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
pada tempat
kegiatan
konstruksi
11. Permen
Tenaga
Kerja
05/MEN/199
6 tentang
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja
(SMK3)
12. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
tata cara
1 2 3 4 5 6 7
pelaksanaan
produksi
13. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
pembuatan
jadwal
produksi
1 2 3 4 5 6 7
Bersama
Menteri
Tenaga
Kerja dan
Menteri PU
No Kep
174/Men/198
6 dan No
104/KPTS/1
986 Tentang
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
pada tempat
kegiatan
konstruksi
11. Permen
Tenaga
Kerja
05/MEN/199
6 tentang
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja
(SMK3)
12. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
tata cara
pelaksanaan
produksi
13. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
pembuatan
jadwal
produksi
1.3 Sumber daya yang Pada akhir 1. Ceramah 1. Menjelaskan sumber 1. UU No 1 th 50 mnt
dibutuhkan untuk pembelajar-an 2. Diskusi/ daya produksi yang 1970
memenuhi sesi ini, diskusi dibutuhkan dalam Tentang
permintaan produksi peserta dapat kelompok memproduksi jenis Keselamatan
disiapkan berdasar- menyiapkan 3. Peragaan dan kualitas produksi Kerja
kan hasil konfir-masi sumber daya sesuai dengan 2. UU No 23 th
dan klarifikasi. yang permintaan produksi. 1992
1) Dapat dibutuhkan 2. Menjelaskan cara Tentang
menjelaskan untuk untuk Kesehatan
sumber daya memenuhi mengidentifikasi 3. UU No 18 th
produksi yang permintaan kebutuhan sumber 1999
dibutuhkan produksi daya untuk Tentang
dalam berdasar-kan memenuhi Jasa
memproduksi hasil konfir- permintaan produksi Konstruksi
jenis dan masi dan 3. Menjelaskan dan 4. UU No 13 th
kualitas produksi klarifikasi. memberikan langkah 2003
sesuai dengan untuk melakukan Tentang
permintaan koordinasi dengan Ketenagaker
produksi. pihak terkait untuk jaan
2) Dapat menyiapkan sumber 5. Permen
mengidentifikasi daya yang Tenaga
kebutuhan dibutuhkan. Kerja
sumber daya 4. Peragaan: 01/MEN/198 10 mnt**
untuk memenuhi - Cara melakukan 0 tentang
permintaan koordinasi dengan Konstruksi
produksi pihak terkait untuk Bangunan
3) Mampu menyiapkan sumber 6. Permen
melakukan daya yang Tenaga
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 15 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02
1 2 3 4 5 6 7
koordinasi dibutuhkan. Kerja 04
dengan pihak th1985
terkait untuk tentang
menyiapkan Pesawat
sumber daya Tenaga dan
yang dibutuhkan. Produksi
7. Permen
Tenaga
Kerja No 05
tahun 1985
tentang
Pesawat
Angkat dan
Angkut
8. PP No 29
tahun 2000
tentang
Penyelengga
raan Jasa
Konstruksi
9. Permen PU
No
09/PER/M/2
008 tentang
Pedoman
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
Konstruksi
Bidang PU
10. Kpts
Bersama
Menteri
Tenaga
Kerja dan
Menteri PU
No Kep
174/Men/198
6 dan No
104/KPTS/1
986 Tentang
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
pada tempat
kegiatan
konstruksi
11. Permen
Tenaga
Kerja
05/MEN/199
6 tentang
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja
(SMK3)
12. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
tata cara
pelaksanaan
produksi
13. Buku
Petunjuk dari
1 2 3 4 5 6 7
institusi
terkait untuk
pembuatan
jadwal
produksi
1 2 3 4 5 6 7
Bidang PU
10. Kpts
Bersama
Menteri
Tenaga Kerja
dan Menteri
PU No Kep
174/Men/198
6 dan No
104/KPTS/19
86 Tentang
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
pada tempat
kegiatan
konstruksi
11. Permen
Tenaga Kerja
05/MEN/1996
tentang
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (SMK3)
12. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
tata cara
pelaksanaan
produksi
13. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
pembuatan
jadwal
produksi
1 2 3 4 5 6 7
3) Harus mampu pemeriksaan kondisi Tenaga Kerja
memeriksa dan kesiapan operasi No 05 tahun
kondisi dan wheel loader yang 1985 tentang
kesiapan dikoordinasi-kan Pesawat
operasi mesin dengan operator Angkat dan
pencampur wheel loade Angkut
aspal yang 5. Pelaksanaan 8.PP No 29 15 mnt**
dikoordinasikan peragaan: tahun 2000
dengan operator - Memeriksa kondisi tentang
mesin dan kesiapan Penyelenggar
pencampur operasi genset (bila aan Jasa
aspal. meng gunakan Konstruksi
4) Harus mampu sumber listrik sendiri) 9.Permen PU
memeriksa - Memeriksa kondisi No
kondisi dan dan kesiapan 09/PER/M/20
kesiapan operasi mesin 08 tentang
operasi wheel pencampur aspal Pedoman
loader yang yang dikoordinasikan Sistem
dikoordinasi-kan dengan operator Manajemen
dengan operator mesin pencampur Keselamatan
wheel loader aspal. dan
- Memeriksa kondisi Kesehatan
dan kesiapan Kerja (K3)
operasi wheel loader Konstruksi
yang dikoordinasi- Bidang PU
kan dengan operator 10. Kpts
wheel loader Bersama
Menteri
Tenaga Kerja
dan Menteri
PU No Kep
174/Men/198
6 dan No
104/KPTS/19
86 Tentang
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
pada tempat
kegiatan
konstruksi
11. Permen
Tenaga Kerja
05/MEN/1996
tentang
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (SMK3)
12. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
tata cara
pelaksanaan
produksi
13. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
pembuatan
jadwal
produksi
2.3 Kesiapan material Pada akhir 1. Ceramah 1. Menjelaskan 1. UU No 1 th 30 mnt
produksi dan bahan pembelajaran 2. Diskusi/ prosedur 1970 Tentang
bakar diperiksa untuk sesi ini, diskusi pemeriksaan Keselamatan
memenuhi kebutuhan peserta dapat kelompok material produksi Kerja
produksi. memeriksa 3. Peragaan yang diperlukan 2. UU No 23 th
1) Dapat kesiapan untuk memenuhi 1992 Tentang
1 2 3 4 5 6 7
menjelaskan material kebutuhan produksi Kesehatan
prosedur produksi dan 2. Menjelaskan dan 3. UU No 18 th
pemeriksaan bahan bakar memperagakan cara 1999 Tentang
material produksi untuk pemeriksaan Jasa
yang diperlukan memenuhi kesiapan material Konstruksi
untuk memenuhi kebutuhan produksi (agregat, 4. UU No 13 th
kebutuhan produksi. filler dan aspal) untuk 2003 Tentang
produksi memenuhi Ketenagakerj
2) Harus mampu kebutuhan produksi. aan
memeriksa 3. Menjelaskan dan 5. Permen
kesiapan memperagakan cara Tenaga Kerja
material produksi pemeriksaan 01/MEN/1980 15 mnt**
(agregat, filler kesiapan bahan tentang
dan aspal) untuk bakar untuk Konstruksi
memenuhi kebutuhan Bangunan
kebutuhan operasional mesin 6. Permen
produksi. pencampur aspal. Tenaga Kerja
3) Mampu 4. Pelaksanaan 04 th1985
memeriksa peragaan: tentang
kesiapan bahan - Memeriksa Pesawat
bakar untuk memeriksa kesiapan Tenaga dan
kebutuhan material produksi Produksi
operasional (agregat, filler dan 7. Permen
mesin aspal) untuk Tenaga Kerja
pencampur memenuhi No 05 tahun
aspal. kebutuhan produksi. 1985 tentang
- Memeriksa kesiapan Pesawat
bahan bakar untuk Angkat dan
kebutuhan Angkut
operasional mesin 8. PP No 29
pencampur aspal tahun 2000
tentang
Penyelenggar
aan Jasa
Konstruksi
9. Permen PU
No
09/PER/M/20
08 tentang
Pedoman
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
Konstruksi
Bidang PU
10. Kpts
Bersama
Menteri
Tenaga Kerja
dan Menteri
PU No Kep
174/Men/198
6 dan No
104/KPTS/19
86 Tentang
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
pada tempat
kegiatan
konstruksi
11. Permen
Tenaga Kerja
05/MEN/1996
tentang
Sistem
Manajemen
Keselamatan
1 2 3 4 5 6 7
dan
Kesehatan
Kerja (SMK3)
12. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
tata cara
pelaksanaan
produksi
13. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
pembuatan
jadwal
produksi
1 2 3 4 5 6 7
10. Kpts
Bersama
Menteri
Tenaga Kerja
dan Menteri
PU No Kep
174/Men/198
6 dan No
104/KPTS/19
86 Tentang
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
pada tempat
kegiatan
konstruksi
11. Permen
Tenaga Kerja
05/MEN/1996
tentang
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (SMK3)
12. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
tata cara
pelaksanaan
produksi
13. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
pembuatan
jadwal
produksi
1 2 3 4 5 6 7
mengidenti-fikasi produksi campuran No 05 tahun
jenis dan aspal panas. 1985 tentang
kuantitas - Mengkoordinasikan Pesawat
produksi yang penyiapan alat Angkat dan
harus mendapat angkut campuran Angkut
prioritas aspal panas dengan 8. PP No 29
pelaksanaannya. bagian peralatan tahun 2000
tentang
Penyelenggar
aan Jasa
Konstruksi
9. Permen PU
No
09/PER/M/20
08 tentang
Pedoman
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
Konstruksi
Bidang PU
10. Kpts
Bersama
Menteri
Tenaga Kerja
dan Menteri
PU No Kep
174/Men/198
6 dan No
104/KPTS/19
86 Tentang
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
pada tempat
kegiatan
konstruksi
11. Permen
Tenaga Kerja
05/MEN/1996
tentang
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (SMK3)
12. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
tata cara
pelaksanaan
produksi
13. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
pembuatan
jadwal
produksi
1 2 3 4 5 6 7
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
pada tempat
kegiatan
konstruksi
11. Permen
Tenaga Kerja
05/MEN/1996
tentang
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (SMK3)
12. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
tata cara
pelaksanaan
produksi
13. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
pembuatan
jadwal
produksi
1 2 3 4 5 6 7
9. Permen PU
No
09/PER/M/20
08 tentang
Pedoman
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
Konstruksi
Bidang PU
10. Kpts
Bersama
Menteri
Tenaga Kerja
dan Menteri
PU No Kep
174/Men/198
6 dan No
104/KPTS/19
86 Tentang
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
pada tempat
kegiatan
konstruksi
11. Permen
Tenaga Kerja
05/MEN/1996
tentang
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (SMK3)
12. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
tata cara
pelaksanaan
produksi
13. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
pembuatan
jadwal
produksi
3.3 Urutan waktu sesuai Pada akhir 1. Ceramah 1. Menjelaskan posisi 1. UU No 1 th 45 mnt
jenis produksi pembelajaran 2. Diskusi/ penyiapan jadwal 1970 Tentang
campuran aspal sesi ini, diskusi produksi terkait Keselamatan
panas disiapkan peserta dapat kelompok dengan pelaksanaan Kerja
untuk pedoman menyiapkan 3. Peragaan produksi 2. UU No 23 th
dalam memproduksi urutan waktu 2. Menjelaskan cara 1992 Tentang
campuran aspal sesuai jenis untuk Kesehatan
panas. produksi mengidentifikasi 3. UU No 18 th
1) Dapat campuran urutan waktu 1999 Tentang
menjelaskan aspal panas produksi sesuai jenis Jasa
posisi penyiapan untuk campuran aspal Konstruksi
jadwal produksi pedoman panas yang harus 4. UU No 13 th
terkait dengan dalam dikerjakan. 2003 Tentang
pelaksanaan memproduksi 3. Menjelaskan cara Ketenagakerj
produksi campuran untuk menentukan aan
2) Dapat aspal panas. prioritas produksi 5. Permen
mengidentifikasi yang harus Tenaga Kerja
1 2 3 4 5 6 7
urutan waktu dikerjakan 01/MEN/1980
produksi sesuai 4. Menjelaskan dan tentang
jenis campuran memberikan langkah Konstruksi
aspal panas pembuatan jadwal Bangunan
yang harus produksi harian 6. Permen
dikerjakan. berdasarkan prioritas Tenaga Kerja
3) Dapat produksi dan urutan 04 th1985
menentukan produksi yang telah tentang
prioritas tersusun. Pesawat
produksi yang 5. Menjelaskan dan Tenaga dan
harus dikerjakan memberikan langkah Produksi
4) Mampu pembuatan jadwal 7. Permen
membuat jadwal bulanan atau sesuai Tenaga Kerja
produksi harian dengan permintaan No 05 tahun
berdasarkan produksi yang 1985 tentang
prioritas berkelanjutan. Pesawat
produksi dan 6. Peragaan: Angkat dan 18 mnt**
urutan produksi - Membuat jadwal Angkut
yang telah produksi harian 8. PP No 29
tersusun. berdasarkan tahun 2000
5) Mampu prioritas produksi tentang
membuat jadwal dan urutan Penyelenggar
bulanan atau produksi yang telah aan Jasa
sesuai dengan tersusun. Konstruksi
permintaan - Membuat jadwal 9. Permen PU
produksi yang bulanan atau No
berkelanjutan. sesuai dengan 09/PER/M/20
permintaan 08 tentang
produksi yang Pedoman
berkelanjutan Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
Konstruksi
Bidang PU
10. Kpts
Bersama
Menteri
Tenaga Kerja
dan Menteri
PU No Kep
174/Men/198
6 dan No
104/KPTS/19
86 Tentang
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
pada tempat
kegiatan
konstruksi
11. Permen
Tenaga Kerja
05/MEN/1996
tentang
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (SMK3)
12. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
tata cara
pelaksanaan
produksi
13. Buku
1 2 3 4 5 6 7
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
pembuatan
jadwal
produksi
1 2 3 4 5 6 7
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
pada tempat
kegiatan
konstruksi
11. Permen
Tenaga Kerja
05/MEN/1996
tentang
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (SMK3)
12. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
tata cara
pelaksanaan
produksi
13. Buku
Petunjuk dari
institusi
terkait untuk
pembuatan
jadwal
produksi
Diskusi kelompok: 15 mnt**
Dilakukan setelah selesai penjelasan dan peragaan yang mencakup seluruh materi sub bab
’’membuat jadwal produksi’’. Pelaksanaan diskusi kelompok dibimbing langsung oleh instruktur
dengan pembagian kelompok disesuaikan dengan kondisi peserta.
Instruktur yang diusulkan untuk Materi Pelatihan “Menyiapkan Produksi Campuran Aspal Panas”
Instruktur Teori: …………………………………………………………………………………………
Instruktur Praktek: ………………………………………………………………………………………
Catatan :
1. Jam pelajaran indikatif dalam menit
2. *) Pelaksanaan diskusi kelompok dilaksanakan pada akhir penyajian setiap elemen
kompetensi.
**) Pelaksanaan peragaan langsung pada penyajian setiap KUK.
***) Pelaksanaan praktik dilakukan pada akhir penyajian setiap elemen kompetensi, atau
pada akhir penyajian seluruh elemen kompetensi, tergantung pada metoda yang
diterapkan.
BAB IV
4.1 Umum
Yang dimaksud dengan campuran aspal panas adalah campuran yang terdiri dari
kombinasi tertentu dari agregat yang dicampur dengan aspal dengan melalui proses
pembakaran/pemanasan. Pencampuran dilakukan di mesin pencampur aspal panas,
sedemikian rupa sehingga permukaan agregat terselimuti aspal dengan seragam. Untuk
mengeringkan agregat dan memperoleh kekentalan aspal yang mencukupi dalam
mencapur dan mengerjakannya, maka kedua-duanya dipanaskan masing-masing pada
temperatur tertentu.
Beberapa pengertian jenis campuran aspal panas.
a. Latasir (lapis tipis aspal pasir/sand sheet). Kelas A dan B.
Latasir adalah lapis penutup permukaan jalan yang terdiri atas agregat halus atau pasir
atau campuran keduanya dan aspal keras yang dicampur, dihampar dan dipadatkan
dalam keadaan panas pada temperatur tertentu. Pemilihan kelas A atau kelas B
terutama tergantung pada gradasi pasir yang digunakan
b. Lataston (lapis tipis aspal beton/HRS).
Lapis lataston pada dasrnya adalah lapis permukaan yang berupa mortar pasir aspal
yang diberi sisipan butiran kasar. Lataston adalah lapis permukaan yang terdiri atas lapis
aus (lataston lapis aus/HRS-WC) dan lapis permukaan antara (lataston lapis permukaan
antara/HRS-base) yang terbuat dari agregat yang bergradasi senjang dengan dominasi
pasir dan aspal keras yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas
pada temperatus tertentu.(catatan: gradasi yang benar-benar senjang, tercermin dimana
butiran-butiran lolos No 30 paling sedikit 80% dari butiran-butiran lolos No 8. Untuk
material lataston hampir selalu dilakukan pencampuran pasir alam dan agregat halus
pecah mesin).
c. Laston (lapis aspal beton/AC).
Laston adalah lapis permukaan atau lapis pondasi yang terdiri atas laston lapis aus (AC-
WC), laston lapis permukaan antara(AC-BC), dan laston lapis pondasi (AC-Base).
Tabel 4.1 Jenis campuran aspal panas, dan tebal nominal minimum
Tebal nominal
Toleransi
Jenis campuran Simbol minimum
tebal (mm)
(mm)
Latasir kelas A SS-A 15 -
Latasir kelas B SS-B 20 -
Lataston Lapis aus HRS-WC 30
±4
Lapis permukaan antara HRS-BC 35
Laston Lapis aus AC-WC 40 ±3
Lapis permukaan antara AC-BC 50 ±4
Lapis pondasi AC-BASE 60 ±5
Sumber dari: Puslitbang Jalan dan JembatannBalitbang PU, Rancangan Spesifikasi Umum bidang Jalan
dan Jembatan. Edisi: Januari 2008
merubah jenis produk perlu waktu, sehingga pertimbangan ini harus ditentukan
dalam rapat koordinasi.
b. Penentuan jenis produk.
Setelah menerima berkas pesanan dari atasan langsung, dan kemudian
memerinci permintaan produksi, pelaksana wajib segera memberikan
order/perintah tertulis dan berkoordinasi dengan para operator, diantaranya :
1) operator mesin pencampur aspal.
2) operator wheel loader.
3) operator genset.
4) Juru cold bin.
5) Juru ketel.
Dalam berkoordinasi tersebut pelaksana menguraikan terhadap jenis produk
pesanan dari masing-masing pemesan dan proritasnya. Dari job mix formula,
pelaksana harus dapat menguraikan menjadi kebutuhan waktu pelaksanaan
aktual, kebutuhan bahan, kebutuhan tenaga manusia, kebutuhan wheel loader,
kebutuhan bahan bakar, kebutuhan dump truck . Dengan demikian pelaksana
harus memerinci terhadap :
1) kebutuhan volume agregat kasar dan agregat halus dengan jadwal
kedatangannya.
2) kebutuhan volume dan jenis aspal dengan jadwal kedatangannya.
3) kebutuhan volume dan jenis bahan bakar dengan jadwal kedatangannya.
4) kebutuhan volume dan jenis filler dengan jadwal kedatangannya.
5) Kebutuhan jumlah dan kapasitas wheel loader dengan jadwal
kedatangannya.
6) Kebutuhan jumlah dan kapasitas dump truck dengan jadwal
kedatangannya.
7) Kebutuhan bahan bakar minyak dengan jadwal kedatangannya.
8) Kebutuhan sumber daya manusia dan jadwal kedatangannya.
Dari kebutuhan bahan-bahan produksi dan jadwal kedatangannya yang sudah
dibahas, pelaksana produksi membuat laporan hasil rapat ke atasan langsung
dan tembusan kepada :
1) Bagian peralatan.
2) Bagian logistik.
3) Bagian administrasi dan keuangan.
Langkah-langkah yang harus ditempuh pelaksana produksi diantaranya :
1) Mengikuti rapat koordinasi dengan atasan langsung. Dari rapat koordinasi
ini pelaksana produksi mendapat kesepakatan tentang jenis produk dan
urutan produksi.
2) Dengan dasar job mix formula dan jenis produk yang akan diproduksi,
pelaksana produksi menjabarkan menjadi kebutuhan bahan produksi dan
jadwal pelaksanaannya.
3) Membuat surat perintah kepada para operator dengan ditembuskan
keatasan langsung dan unit lain yang terkait.
# 100
# 200
2 ½''
1 ½''
# 16
# 30
# 50
⅜ ''
¾ ''
½ ''
#4
#8
1''
Agregat
Agregat 100 79 36.4 10.3 2.3 1.1 0.4 0.3 0.2 0.2 0.1
kasar
Agregat 100 84.8 55.5 31.9 19.7 13.3 8.0 4.5 3.0
sedang
Agregat 100 98.2 91.3 87.0 67.7 42.9 12.9 2.1
halus
Filler 100 93.2 83.7 70.3
Kasar 28%
Kombina
Sedang 43%
si 100 91.9 82.2 68.4 53,1 40.9 34.3 26.7 20.3 10.0 4.7
gradasi Halus 25%
Filler 4%
Job mix formula 100 94.12 82.2 68.4 53.2 40.8 34.4 26.7 17.89 8.50 4.39
buku petunjuk mesin pencampur aspal, karena setiap merk dan negeri
pembuatnya mesin pencampur aspal panas akan berbeda-beda kebutuhan
bahan bakar minyaknya. Untuk Additive harus sesuai dengan buku petunjuk
dari pabrik Additive yang bersangkutan.
Kebutuhan peralatan harus disesuaikan dengan kapasitas alat-alat, volume
produksi per satuan waktu, waktu siklus, kondisi jalan untuk transportasi
termasuk kondisi lalu lintas, sedemikian sehingga salah satu jenis alat dari
komposisi alat-alat tidak ada yang mengalami idle (tidak beroperasi).
Keberadaan genset merupakan peralatan pendukung jika sudah ada utilitas
tenaga listrik dari PLN sudah ada. Tetapi tetap harus disediakan untuk kesiapan
operasional produksi.
Pemeliharaan periodik, disini termasuk penyiapan suku cadang yang dapat
diperkirakan dengan mengacu pada buku panduan dari pabrik yang
bersangkutan; karena ada suku cadang yang harus diganti dan dipersiapkan
suku cadangnya sesuai dengan jumlah jam kerja operasionalnya. Pemeliharaan
merupakan kegiatan yang sangat penting untuk keberlanjutan operasional
mesin terkait.
Kebutuhan sumber daya manusia tergantung jumlah kegiatan per satuan waktu,
atau dapat dikatakan tergantung jumlah pesanan. Sehingga perlu ada tenaga
yang tetap, dan untuk melayani pesanan campuran aspal panas yang banyak,
bagian-bagian pekerjaan tertentu dapat dikerjasamakan dengan pihak lain yang
kompeten untuk menanganinya. Bagian-bagian pekerjaan tertentu yang
dimaksud disini misalnya perbaikan bagian-bagian mesin tertentu, dan
sebagainya.
c. Koordinasi dengan pihak terkait untuk menyiapkan sumber daya yang
dibutuhkan.
Langkah-langkah yang diperlukan untuk mengoordinir dengan pihak terkait
untuk menyiapkan sumber daya yang dibutuhkan, meliputi :
1) Membuat rincian semua item/bagian dari sumber daya yang dibutuhkan.
2) Membuat ringkasan secara matrix antara sumber daya yang dibutuhkan
terhadap jadwal waktu yang diperlukan.
3) Membuat jadwal kebutuhan sumber daya yang dibutuhkan.
4) Membuat surat undangan rapat koordinasi kepada pihak terkait yang sudah
ditentukan agenda dan waktunya. Dalam notulen rapat ini harus sudah
ditentukan :
a) Kegiatan yang harus dilaksanakan untuk masing-masing peserta.
b) Nama personal atau institusi yang bertanggung jawab.
c) Tanggal mulai kegiatan.
d) Tanggal selesai kegiatan.
e) Penyiapan sumber daya dari masing-masing personal atau institusi
yang bertanggung jawab.
5) Membuat check list untuk kontrol secara periodik.
6) Kontrol secrara periodik langsung di tempat untuk meyakinkan kondisi yang
sebenarnya terjadi.
Sistem Timbangan.
1. Periksa kondisi dan fungsi kerja dari timbangan agregat,
sertasensitivitasnya, apakah sudah dikalibrasi.
2. Periksa kondisi dan fungsi kerja dari timbangan filler, serta sensitivitasnya,
apakah sudah dikalibrasi.
3. Periksa kondisi dan fungsi kerja dari timbangan aspal, serta sensitivitasnya,
apakah sudah dikalibrasi.
4. Periksa kondisi dan fungsi kerja dari hook-bolt, pisau (knife-edge), karet
peredam (absorbing rubber), metal penggantung (hanging metal), penunjuk
skala (dial-indicator), dush pot, hopper dan bukaan atau pintu pada
timbangan.
5. Periksa kondisi dan fungsi kerja dari pada timbangan aspal dan hopper
pembuangan, katup tiga arah (three way valve), pompa, v-belt, dan pipa
pembuangan.
6. Periksa hal-hal lain yang diperlukan. Lakukan pemeriksaan dan
pemeliharaan sesuai buku petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat.
Sistem Pemasok Filler (Filler Feeder System).
1. Periksa kondisi dan fungsi kerja dari filler elevator.
2. Periksa kondisi dan fungsi kerja dari bin penampung filler (filler storage bin)
serta tidak ada kebocoran.
3. Periksa kondisi dan fungsi kerja dari pemasokan filler (filler feeder) dan
screw feeder.
4. Periksa hal-hal lain yang diperlukan.
5. Lakukan pemeriksaan dan pemeliharaan sesuai buku petunjuk yang
dikeluarkan oleh pabrik pembuat.
Sistem Pemasokan Aspal dan Unit Penyemprotan.
1. Periksa kondisi, fungsi kerja, dan kapasitas dari pompa aspal (transfer
pump).
2. Periksa kondisi dan fungsi kerja dari pompa penyemprot aspal (spray
pump).
3. Periksa kondisi dan fungsi kerja tangki aspal dan pemanasnya.
4. Periksa kondisi dan fungsi kerja semua thermometer, apakah sudah
dikalibrasi.
5. Periksa kerataan distribusi aspal ke seluruh pugmil.
6. Periksa hal-hal lain yang diperlukan. Lakukan pemeriksaan dan
pemeliharaan sesuai buku petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat.
Unit Pencampur (Mixer Unit).
1. Periksa kondisi, fungsi kerja, dan kapasitas dan unit pencampur.
2. Periksa kondisi, fungsi kerja dari pedal pugmill dan liner, jarak pedal pugmill
ke dinding (cm), dan kemampuan untuk membuka pugmill.
3. Periksa kondisi dan fungsi kerja dan poros pugmill (kelurusannya,
keausan), gigi, roda sproket, rantai roller, motor roda gigi, seal, bantalan,
dan pintu bukaannya.
4. Periksa apakah homogenitas campuran dan suhunya baik waktu
ditumpahkan dari pugmill.
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 46 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02
volume. Sedangkan materialnya sendiri yang utama adalah agregat, filler dan
aspal, walaupun material pendukung sendiri juga perlu untuk pemeriksaannya,
misalnya bahan bakar minyak, spare parts, pelumas dan lain-lain. Untuk agregat
ada tiga jenis gradasi yang dipakai dalam campuran aspal panas, yaitu :
Gradasi seragam (uniform graded).
Gradasi rapat (dense graded).
Gradasi senjang (gap graded).
Pemeriksaan volume, dan mutu dibahas seperti dibawah ini :
1) Volume.
Untuk pemeriksaan volume, seperti sudah dibahas terdahulu, bahwa
pelaksana setelah menerima job mix formula, harus sudah bisa membuat
kebutuhan bahan dari masing-masing material. Kemudian diurai sesuai
kebutuhan waktu pemesan, sehingga dapat menjadi material schedule.
Atau dapat dikatakan jadwal pendatangan material dapat ditentukan. Tetapi
perlu diingat bahwa jadwal pendatangan material perlu diberi faktor
keamanan waktu, agar jika sampai ada masalah dari supplier/pemasok
bahan, masih dapat diatasi penyelesaiannya. Untuk itu material setiap
fraksi agregat paling tidak harus sudah ada dalam bentuk stok material
untuk kebutuhan satu bulan, dan selanjutnya tumpukan persediaan harus
dipertahankan paling sedikit untuk kebutuhan satu bulan berikutnya.
2) Mutu.
a) Pada awalnya pelaksana produksi sebelum memesan material, harus
meyakini terlebih dahulu dengan melihat kondisi ditempat langsung.
Apakah betul perusahaan supplier/pemasok sanggup memasok sesuai
jadwal yang ditentukan.
b) Untuk material tertentu pelaksana produksi perlu meyakini apakah
material dari pemasok sudah di test di laboratorium yang sudah
terakreditasi.
c) Pelaksana produksi harus minta copy hasil test laboratorium seperti
dimaksud pada butir b) diatas, selain untuk meyakini mutu, juga untuk
lampiran surat-surat yang ditembuskan ke atasan langsung dan
pemesan campuran aspal panas.
1. Agregat secara umum.
a. Crew dari laboratorium mesin pencampur aspal panas harus
sudah memperhitungkan penyerapan aspal oleh agregat.
b. Penyerapan air oleh agregat maksimum 3%.
c. Berat jenis (bulk specific grafity) dari agregat kasar dan halus
minimal 2,5 dan perbedaannya tidak boleh lebih dari 0,2.
d. Fraksi-fraksi agregat kasar, agregat halus pecah mesin, dan pasir
harus ditumpuk terpisah.
2. Agregat kasar.
a. Fraksi agregat kasar untuk rancangan adalah yang tertahan
saringan No. 8 (2,36 mm) dan harus bersih, keras, awet, dan
harus bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki
lainnya dan memenuhi ketentuan seperti dalam tabel 4.1.
4. Bahan pengisi/filler.
Bahan pengisi yang ditambahkan harus dari semen portlan, bahan
tersebut harus bebas dari bahan yang tidak dikehendaki dan tidak
menggumpal. Debu batu (stone dust) dan bahan pengisi yang
ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan
bila diuji dengan penyaringan sesuai SNI 03-4142-1996 harus
mengandung bahan yang lolos saringan No 200 (75 micron) tidak
kurang dari 75% dari yang lolos saringan No 30 (600 micron) dan
mempunyai sifat non plastis.
5. Aspal.
a. Aspal yang digunakan harus salah satu dari jenis aspal keras
Pen 40, aspal keras Pen 60, aspal polimer, aspal dimodifikasi
dengan asbuton, dan aspal multigrade yang memenuhi
persyaratan standar SNI.
b. Pengambilan contoh aspal harus dilaksanakan sesuai dengan
SNI 03-6399-2000. Pengambilan contoh bahan aspal dari setiap
truk tangki harus dilaksanakan pada bagian atas, tengah, dan
bawah. Contoh pertama yang diambil harus langsung diuji di
laboratorium lapangan untuk memperoleh nilai penetrasi dan titik
lembek. Aspal di dalam truk tangki tidak boleh dialirkan ke dalam
tangki penyimpanan sebelum hasil pengujian tersebut memenuhi
ketentuan dari spesifikasi. Apabila hasil pengujian tersebut lolos
pengujian, tidak berarti aspaldari truk tangki yang bersangkutan
diterima secara final, kecuali aspal dan contoh yang mewakili
telah memenuhi semua sifat-sifat aspal yang di syaratkan
spsifikasi.
6. Bahan aditif.
a. Bahan aditif untuk aspal.
Aditif kelekatan dan anti pengelupasan harus ditambahkan
kedalam aspal apabila diperintahkan dan disetuji oleh direksi
pekerjaan. Jenis aditif yang digunakan harus dicampur kedalam
bahan aspal dengan cara sesuai petunjuk pabrik pembuatnya.
b. Bahan aditif untuk campuran.
Apabila kualitas campuran aspal panas yang menggunakan
bahan pengikat aspal keras Pen 60 atau Pen 40 dipandang perlu
ditingkatkan, maka sesuia direksi pekerjaan dapat menambahkan
aditif ke dalam campuran beraspal tersebut dengan cara sesuai
petunjuk pabrik pembuatnya.
d) Setelah mendapatkan data dari pemasok, khusus untuk agregat perlu
dibuat rencana kombinasi campurannya agar memenuhi spesifikasi.
Dasarnya adalah dengan data analisa saringan. Sebagai contoh dapat
diberikan di sini.
Saringan Spesifikasi
2 ½'' -
1 ½'' -
1'' 100
¾ '' 90 – 100
½ '' 65 – 90
⅜ '' 60 – 80
#4 35 – 67
#8 20 – 50
# 16 15 – 40
# 30 10 – 30
# 50 3 – 20
# 100 2 - 10
# 200 2-5
Rencana kombinasi campuran agregat.
Lolos (%)
Agregat Agregat Agregat Kombinasi
Filler
Saringan kasar sedang halus agregat Spesifikas
100 28 100 43 100 25 100 i
4%
% % % % % % %
2 ½'' - - - - - - - - - -
1 ½'' - - - - - - - - - -
1'' 100 28 - 43 - 25 - 4 100 100
¾ '' 79.0 22.12 - 43 - 25 - 4 91,9 90 – 100
½ '' 36.4 10,2 100 43 - 25 - 4 82,2 65 – 90
⅜ '' 10.3 2,9 84.8 36,5 100 25 - 4 68,4 60 – 80
#4 2,3 0,6 55,9 24,0 98,2 24,6 - 4 53,2 35 – 67
#8 1.1 0,3 31.9 13,7 91.3 22,8 - 4 40,8 20 – 50
# 16 0.4 0,1 19.7 8,5 87.0 21,8 - 4 34,4 15 – 40
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 51 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02
Stock piles
asphalt finisher berhenti operasi karena menunggu campuran aspal panas yang
dibawa oleh alat angkut. Atau sebaliknya jangan sampai alat angkut menjadi
idle/nganggur. Sebelum pelaksanaan produksi, pelaksana produksi campuran
aspal panas harus menentukan jenis dan jumlah alat angkut yang dibutuhkan
untuk mengangkut produksi campuran aspal panas. Pelaksana produksi
berkoordinasi dengan bagian peralatan untuk mendapatkan informasi kapasitas
alat angkut yang akan beroperasi, dan kondisi alat angkut tersebut. Jenis alat
angkut adalah berupa dump truk, dimana bagian dalam baknya harus dari pelat
besi yang rata, tidak terdapat lekukan-lekukan.
Langkah-langkah untuk menentukan jenis dan jumlah alat angkut campuran
aspal panas adalah :
1) Berkoordinasi dengan bagian peralatan untuk memberikan informasi jenis dan
kapasitas alat angkut yang akan beroperasi.
2) Menghitung jumlah alat angkut yang akan di perlukan,yang harus
memperhitungkan :
a) Cycle time/waktu siklus (yang tergantung juga dari kondisi jalan angkutan
dan jarak angkut).
b) Kecepatan pelaksanaan penggelaran atau kapasitas dari asphalt finisher di
lapangan.
c) Kapasitas alat angkut.
d) Etos kerja, ketrampilan, dan kemahiran para petugas.
3) Membuat jadwal kebutuhan alat angkut.
4) Dalam kondisi tertentu sebelum pelaksanaan produksi, pelaksana produksi
campuran aspal panas harus membuat koordinasi dengan bagian peralatan
untuk menentukan Shift pengemudi dan alat angkut.
c. Koordinasi penyiapan alat angkut campuran aspal panas.
Sebelum pelaksanaan produksi, pelaksana produksi campuran aspal panas
harus berkoordinasi dengan bagian peralatan untuk menyiapkan alat angkut
campuran aspal panas. Alat angkut harus dalam keadaan siap pakai dan sudah
siap di dalam area mesin pencampur aspal panas lengkap dengan peralatannya.
Langkah-langkah prosedur penyiapan alat angkut campuran aspal panas yang
harus dikoordinasikan dengan bagian peralatan.
1) Memeriksa kondisi fisik alat angkut dan kebersihannya.
2) Jumlah alat angkut yang sudah ditentukan dalam perhitungan.
3) Memeriksa peralatan dan alat perlengkapan (terpal, dongkrak, kunci ban, segi
tiga pengaman, ban cadangan, sabuk pengaman).
4) Alat semprot dan cairan untuk bak truk di lokasi mesin pencampur aspal
panas.
3) Lataston :
a) Lapis aus (HRS-WC).
b) Lapis permukaan antara (HRS-BC).
4) Laston :
a) Lapis aus (AC-WC).
b) Lapis permukaan antara (AC-BC).
c) Lapis pondasi (AC-base).
Dari beberapa jenis campuran aspal panas panas tersebut di identifikasi
karena mempunyai beberapa kualitas tergantung job mix formula. Demikian
juga jumlah pesanan diidentifikasi. Kemudian dari jenis, kulitas dan kuantitas
dirangkum untuk keperluan pendataan administrasi dan keperluan perhitungan
selanjutnya. Data kuantitas dapat untuk menentukan jumlah alat angkut, jumlah
komponen material produksi, dan penjadwalan.
b. Identifikasi semua jenis dan kualitas produksi.
Setelah pelaksana produksi menerima beberapa surat-surat pesanan, jenis dan
kualitas produksi yang harus dikerjakan pada hari yang sama, diidentifikasi.
Hasil identifikasi merupakan rangkuman jenis, kualitas, dan prioritas yang harus
diproduksi.
c. Identifikasi kualitas produksi yang harus dikerjakan.
Setelah pelaksana produksi menerima hasil dari tim laboratorium, dari semua
pesanan diidentifikasi sesuai kualitasnya. Hasil identifikasi berupa rangkuman
kualitas dari semua pesanan yang diserahkan juga ke operator mesin
pencampur aspal panas untuk dasar produksi. Kualitas produksi yang harus
dibuat dilihat dari :
1) Material produksinya (kualitas agregat, kualitas filler, kualitas aspal).
2) Analisa saringan.
3) Kondisi mesin pencampur aspal panas.
d. Identifikasi jenis dan kuantitas produksi yang harus mendapat prioritas
pelaksanaannya.
Dari semua pesanan diidentifikasi jenis dan kuantitasnya, dan ditentukan urutan
prioritasnya untuk dibuatkan jadwal. Jadwal tersebut nantinya harus diserahkan
kepada operator mesin pencampur aspal. Untuk efisiensi dalam operasional
mesin pencampur aspal panas, pesanan yang banyak dan dengan jenis tertentu
perlu mendapat prioritas dalam pelaksanaannya. Karena penggantian
screen/saringan memerlukan waktu beberapa jam. Dengan demikian hal ini
akan mempengaruhi cara menentukan jadwal. Untuk pesanan dengan jenis
yang berlain-lainan dan dengan jumlah yang masing-masing jenis sedikit, tidak
menutup kemungkinan dapat diserahkan mesin pencampur aspal panas yang
lain.
Dump truck.
Produk dari dump truck tergantung dari,
1) Kapasitas muatan dari bak dump truck
2) Cycle time, yeng tergantung dari,
a) Jarak angkut
b) Kondisi jalan
c) Kondisi alat angkut
3) Kondisi manajemen perusahaan
4) Kecepatan asphalt finisher untuk menggelar campuran aspal panas.
Untuk mendapatkan produksi perjam effective dari sebuah dump truck adalah,
(volume material dalam sebuah bak dump truck ) x (jumlah trip perjam). Jarak
dari mesin pencampur aspal sampai ke lokasi pekerjaan biasanya jauh dan
misalkan memerlukan lebih dari 1 jam. Jika perjalanan 1 cycle perlu waktu 1,5
jam, berarti jumlah trip per jam adalah 0,66.
pesanan. Dari sini kita dapat menghitung berapa jam mesin pencampur aspal
panas harus bekerja per hari. Misalkan mesin pencampur aspal panas harus
bekerja 21 jam, maka cukup dengan menggunakan 3 Shift masing-masing Shift
7 jam.
c. Pengaturan penugasan Shift personil/ kelompok kerja produksi sesuai
dengan jadwal produksi.
Dalam cara pengaturan penugasan Shift personil/ kelompok kerja produksi,
perlu ada beberapa hal yaitu :
1) Sebelum operasi nama-nama dari masing-masing penanggung jawab bagian
pekerjaan harus sudah ditentukan.
2) Dibuat matrix nama petugas, bagian pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya, dan Shiftnya, untuk diserahkan kepada masing-masing petugas.
3) Harus disediakan waktu untuk saling memberikan informasi tertulis secara
estafet, dari Shift yang satu ke Shift berikutnya berupa :
a) Masalah kemampuan produksi.
b) Maslah komponen-komponen bahan produksi.
c) Kondisi alat angkut.
d) Kondisi mesin pencampur aspal panas.
4) Tidak boleh ada perpindahan tanggung jawap pekerjaan dari Shift yang
bekerja ke Shift berikutnya.
5) Semua hasil laporan selama satu hari harus tertulis dan harus di kompile.
6) Untuk pekerjaan yang memerlukan waktu yang relative lama, pengaturan
Shift harus dirotasi, sehingga tidak ada Shift yang mengalami waktu Shift
yang selalu sama.
BAB V
Ada beberapa sumber yang disebutkan dalam pedoman belajar ini untuk
membantu peserta pelatihan mencapai unjuk kerja yang tercakup pada suatu unit
kompetensi.
Prinsip-prinsip dalam pelatihan Berbasis Kompetensi mendorong kefleksibilitasan
dari penggunaan sumber-sumber yang terbaik dalam suatu unit kompetensi
tertentu, dengan mengijinkan peserta untuk menggunakan sumber-sumber
alternatif lain yang lebih baik atau jika ternyata sumber-sumber yang
direkomendasikan dalam pedoman belajar ini tidak tersedia/tidak ada.
5.2.2 Sumber-sumber Bacaan yang Dapat Digunakan
1. Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan Dan Jembatan, Puslitbang Jalan
Dan Jembatan
2. Petunjuk Pemeriksaan Peralatan Pencampur Aspal (Asphalt Mixing Plant) No.
032/T/BM1996 Maret 1996, Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal
Bina Marga.
3. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Manual
Konstruksi dan Bangunan, Pemeriksaan peralatan unit pencampur aspal
(Asphalt Mixing Plant) No : 001/BM/2007
4. Ir. H. Agus Iqbal Manu. MEng. MBA. MMF. MIHT, Pengoperasian AMP
(Asphalt Mixing Plant) Pada Pekerjaan Konstruksi Jalan Raya.
5. Amien Sajekti, Metode Kerja Bangunan Sipil.
6. Asphalt Plant Manual, Asphalt Institute Manual Series 3
7. Hot Mix Asphalt Production and Testing – Construction Inspector’s Training
Manual, Washington State – Department of Transportation
8. Asphalt Plant Service and Technical Manual, Niigita
9. SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang analisis saringan agregat
halus dan kasar
10. SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian keausan agregat dengan mesin
abrasi Los Angeles
11. SNI 06-2432-1991 : Metode Pengujian daktilitas bahan-bahan aspal
12. SNI 06-2433-1991 : Metode Pengujian titik nyala dan titik bakar dengan
alat cleveland open cup
13. SNI 06-2434-1991 : Metode Pengujian titik lembek aspal dab ter
14. SNI 03-2439-1991 : Metode Pengujian kelekatan agrgat terhadap aspal
15. SNI 06-2441-1991 : Metode Pengujian berat jenis aspal padat
16. SNI 03-3407-1994 : Metode Pengujian sifat kekekalanbentuk batu
terhadap larutan natrium sulfat dan magnesium sulafat
17. SNI 03-3640-1994 : Metode Pengujian kadar aspal dengan cara
ekstraksi menggunakan alat soklet
18. SNI 03-6399-2000 : Tata cara pengambilan contoh aspal
19. SNI 03-6757-2002 : Metode Pengujian berat jenis nyata campuran
beraspal padat menggunakan benda uji kering permukaan jenuh
20. SNI 03-6819-2002 : Spesifikasi agregat halus untuk campuran beraspal
21. RSNI M-01-2003 : Metode Pengujian campuran beraspal panas dengan alat
Marshall
22. RSNI T-01-2005 : Cara uji butiran agregat kasar bebentuk pipih, lonjong atau
pipih dan lonjong
Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas
Halaman: 66 dari 67
Buku Informasi Edisi: 2-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas FKK.PS.02.001.02
LEMBAR PERUBAHAN
Data Penulis
4. Penulisan buku
a) Metode Kerja Bangunan Sipil - Penerbit di Graha Ilmu Yogyakarta
b) Kayu - proses penerbitan, di Graha Ilmu
c) Tata Laksana Bangunan Dam - untuk pelatihan karyawan PT Nindya Karya
(Pesero)
d) Konstruksi Bangunan I - untuk pengajaran
e) Konstruksi Bangunan II - untuk pengajaran
f) Bahan Beton - untuk pengajaran
g) Manajemen Konstruksi - untuk pengajaran
h) Instalasi Bangunan - untuk pengajaran
i) Mekanika Rekayasa I - untuk pengajaran
j) Mekanika Rekayasa II - untuk pengajaran
k) Pemeliharaan Bangunan - untuk pengajaran
l) Struktur Kayu I - untuk pengajaran
m) Struktur Kayu II - untuk pengajaran
n) Modul Pekerjaan Kayu - untuk Pelatihan Karyawan Perumnas
o) Modul Pekerjaan Konstr Bangunan - untuk Pelatihan Karyawan Perumnas
p) Modul Anggaran Biaya - untuk Pelatihan Karyawan KBN