Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOFISIKA
PUSH UP

Disusun oleh:
Malinda Puspita Sari (19312241006)
Kelompok 5

Pendidikan IPA A 2019

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2022
A. Judul
Push Up
B. Tujuan
1. Menghitung gaya reaksi lantai pada telapak tangan dan jari kaki ketika seseorang
melakukan push-up.
2. Menghitung usaha yang dilakukan gaya reaksi ketika seseorang melakukan push-up.
C. Dasar Teori
1. Gaya
Gaya adalah dorongan atau tarikan yang diberikan pada suatu benda. Besar gaya
dapat diukur dengan alat yang disebut dinamometer. Satuan gaya dinyatakan dalam
Newton (N). Gaya menyebabkan benda diam menjadi bergerak, benda bergerak
menjadi lebih cepat atau lebih lambat. Dalam hal ini gaya menyebabkan perubahan
gerak benda. Selain itu gaya juga dapat menyebabkan perubahan bentuk, misalnya
plastisin yang ditekan akan berubah bentuk.
Jenis-jenis gaya dapat muncul karena adanya kerja otot, gravitasi bumi, kelistrikan,
atau kemagnetan. Sebuah gaya selalu dikerjakan oleh satu benda kepada benda lain.
Gaya yang terjadi pada dua buah benda yang bersentuhan secara langsung disebut gaya
sentuh atau gaya kontak. Terdapat juga gaya yang bekerja pada benda dengan tidak
bersentuhan secara langsung. Gaya semacam ini disebut gaya kerja dengan jarak antara
atau gaya aksi jarak jauh. Satu contoh dari gaya jenis ini adalah gaya tarik bumi atau
gaya gravitasi bumi. Jenis-jenis gaya menurut Zainuri (2011: 1-4) adalah sebagai
berikut:
a. Gaya Magnet
Kekuatan yang menarik jarum, paku, atau benda logam lainnya yang ada
disekitarnya. Magnet memiliki dua kutub yaitu kutub utara dan selatan. Bentuk
magnet beragam ada yang berbentuk jarum, ada yang berbentuk huruf “U”,
berbentuk silinder, berbentuk lingkaran dan ada yang berbentuk batang.
b. Gaya Listrik Statis
Kekuatan yang dimiliki benda yang bermuatan listrik untuk menarik
bendabenda disekitarnya. Untuk melihat adanya gaya listrik statis, bisa dicoba
dengan mengosok-gosok penggaris pada rambut kering kita, kemudian
dekatkan pada sobekkan kertas, maka sobekkan kertas tersebut akan menempel
pada penggaris. Penggaris bisa menarik potongan kertas dengan gaya listrik
statis.
c. Gaya otot
Kekuatan yang dihasilkan oleh otot manusia. Gaya ini sering dilakukan pada
saat kita mengangkat beban atau sedang senam di sekolah. Apabila kita sering
melakukan olahraga maka otomu akan bertambah besar dan kuat.
d. Gaya gravitasi bumi
Kekuatan bumi untuk menarik benda lain ke bawah. Bila kita melempar benda
ke atas, baik dari kertas, pensil atau benda lain maka semua benda itu akan jatuh
ke bawah. Berbeda bila di luar angkasa para astronot tidak merasakan gaya
gravitasi, akibatnya mereka akan melayang-layang bila berada di luar angkasa.
e. Gaya Pegas
Kekuatan yang ditimbulkan oleh karet atau pegas yang diregangkan. Misalnya
saat bermain panahan, karet mampu mendorong anak panah terlontar dengan
cepat dan jauh.
f. Gaya Gesekan
Bila kedua benda saling bergesekkan, maka antara keduanya akan muncul gaya
gesek. Gaya gesek bisa menguntungkan dan merugikan. Bila kita berjalan di
jalan yang kering, antara sepatu dan jalan akan muncul gaya gesek. Gaya gesek
ini membantu kita untuk bisa berjalan. Bayangkan bila jalanan licin, maka gaya
geseknya akan kecil dan kita akan kesulitan untuk berjalan.
2. Usaha
Usaha (W) yang dilakukan oleh gaya konstan pada sebuah benda didefinisikan
sebagai perkalian antara komponen gaya sepanjang arah perpindahan dengan besarnya
perpindahan. Secara matematis, usaha yang dilakukan gaya yang searah dengan
perpindahannya adalah:
W = F. s
F = gaya (N)
s = perpindahan (m)
W = usaha (N.m atau Joule) (Rahayukusuma, 2014: 7).
3. Momen Gaya (Torsi)
Gaya dapat menghasilkan torsi (momen gaya) yang menyebabkan suatu benda
berotasi apabila garis kerja gaya tersebut tidak melalui poros atau as (bagian tengah)
dari pusat rotasi. Namun apabila gaya berupa tarikan atau dorongan yang diberikan
arahnya menuju poros atau as, maka gaya tersebut hanya akan menyebabkan benda
bergeser atau bergerak translasi (Purwoko, 2009: 166)
4. Kesetimbangan torka
Kesetimbangan adalah suatu kondisi benda dengan resultan gaya dan resultan
momen gaya sama dengan nol. Kesetimbangan biasa terjadi pada:
a. Benda yang diam (statik), contoh: semua bangunan gedung, jembatan, pelabuhan,
dan lain-lain.
b. Benda yang bergerak lurus beraturan (dinamik), contoh: gerak meteor di ruang
hampa, gerak kereta api di luar kota, elektron mengelilingi inti atom, dan lain-lain.
Dalam hukum II Newton, jika terdapat gaya total yang bekerja pada sebuah benda
(benda dianggap sebagai partikel tunggal), maka benda akan bergerak lurus, di mana
arah gerakan benda = arah gaya total. Untuk membuat sebuah benda diam, maka gaya
total harus = 0. Gaya total = Jumlah semua gaya yang bekerja pada benda.
Syarat-syarat sebuah benda dalam keadaan setimbang/diam menurut Halliday
(2010: 333) adalah:
a. Jumlah semua gaya yang bekerja pada benda harus sama dengan nol.
b. Jumlah semua torsi yang bekerja pada benda harus sama dengan nol.

Ketika seorang melakukan push-up pada lantai, seperti dalam gambar dibawah
tangan orang itu menekan pada lantai dengan gaya tertentu. menurut hukum ketiga
Ne$ton! lantai memberikan reaksi ke atas dengan gaya yang sama, misalnya F. Gaya
reaksi ini bekerja pada orang tersebut. Dengan menggunakan syarat keseimbangan
torsi, maka kita dapat menghitung gaya reaksi F. Misalkan massa orang adalah m, jarak
antara telapak kaki sampai pusat berat adalah L1, jarak antara telapak kaki sampai
telapak tangan adalah L2 (Tim Penyusun Praktikum Biofisika, 2016: 10).
5. Otot-otot yang terbentuk pada saat melakukan push-up
Otot manusia bekerja dengan cara berkontraksi sehingga otot akan
memendek,mengeras dan bagian tengahnya menggelembung (membesar). Karena
memendek makatulang yang dilekati oleh otot tersebut akan tertarik atau terangkat.
Kontraksi satu macamotot hanya mampu untuk menggerakkan tulang kesatu arah
tertentu. Agar tulang dapatkembali ke posisi semula, otot tersebut harus mengadakan
relaksasi dan tulang harusditarik ke posisi semula. Untuk itu harus ada otot lain yang
berkontraksi yang merupakankebalikan dari kerja otot pertama. Jadi, untuk
menggerakkan tulang dari satu posisi keposisi yang lain, kemudian kembali ke posisi
semula diperlukan paling sedikit dua macam otot dengan kerja yang berbeda. yaitu otot
pectoralis major dan pectoralis minor.
a. Otot Pectoralis Major
Otot pectoralis major ini merupakan salah satu otot yang utama ada di dada.
Otot pektoralis major berfungsi untuk memutar lengan. Otot ini berbentuk kipas,
berada pada facies anterior dinding thorax dan axilla, Berorigo pada (a) pars
medialis claviculae, bagian otot ini disebut pars clavicularis atau caput clavicularis,
(b) facies anterior sternum dan costa II – VII, bagian ini disebut pars sternocostalis,
bertenu dengan pihak sebelah pada linea mediana, dan (c) pars abdominalis yang
melekat pada aponeurosis m.obliquus externus abdominis. Insertio otot inimelekat
pada crista tuberculis majoris humeri dengan perantaraan suatu tendo yang serabut-
serabutnya bersilangan membentuk huruf “U”. Serabut dari pars clavicularis
membentuk kaki depan huruf U tersebut (berada di bagian caudal) dan
serabutserabut dari pars sternocostalis dan pars abdominalis membentuk kaki
posterior dari huruf U yang dimaksud (berada di bagian cranial) (Harfiah, 2016: 3).
b. Otot pektoralis minor
Otot pectiralis minor adalah otot tipis beberntuk segitiga (triangular) berada
di posterior dari otot pectoralis major. Otot pektoralis minor berfungsi untuk
menarik bahu kebawah dan menaikkan tulang belikat. Latihan untuk melatih otot
dada dengan push-up memiliki dua mekanisme gerak, yaitu gerakan kompon dan
gerakan isolasi. gerakan kompon (compound movement) dalam latihan beban
adalah gerakan yang dalam pelaksanaannya melibatkan lebih dari satu otot yang
bekerja.
Gerakan kompon ini memungkinkan kita mengangkat beban lebih berat dan
melatih lebih banyak otot dengan melakukan lebih sedikit jenis latihan, sehingga
latihan dapat lebih efisien dan lebih singkat. Dengan bisa mengangkat beban lebih
berat, maka otot akan terstimulasi untuk berkembang lebih besar dan lebih kuat
dibanding sebelumnya (muscle builder movement). Jadi gerakan kompon ini
merupakan gerakan yang dianjurkan untuk lebih banyak dilakukan jika latihan
bertujuan untuk menambah massa otot.
Gerakan isolasi (isolation movement) dalam latihan beban adalah jenis
gerakan yang dalam pelaksanaannya hanya melibatkan 1 otot utama saja. Gerakan
ini memungkinkan kita memberi tekanan yang lebih besar pada otot utama
dibanding dengan gerakan kompon sehingga dapat membuat otot lebih terdefinisi
(shaping movement). Karena hanya otot utama saja yang bekerja, maka gerakan
isolasi ini tidak memungkinkan untuk dapat mengangkat beban seberat pada
gerakan kompon. Gerakan isolasi juga dapat membantu meningkatkan
pertumbuhan otot terutama pada bagian yang pertumbuhannya lebih lambat
dibanding dengan pertumbuhan otot lainnya (weak point) (Grepeth, 2011).
D. Metodologi Percobaan
a. Tempat dan Waktu Percobaan
Tempat : di rumah masing-masing praktikan
Waktu : Ahad, 3 Maret 2022
b. Alat dan Bahan
 Naracoba
 Timbangan
 Penggaris/meteran
c. Prosedur Percobaan

Timbanglah badan anda, untuk mengetahui massa anda. Gunakan


nilai percepatan gravitasi g = 9,80 m/s2, kemudian hitunglah berat
anda.

Misalnya pusat berat anda tepat pada pusar anda.

Meminta tolong kawan lain untuk mengukur jarak antara pusar


sampai telapak kaki anda

Meminta tolong kawan lain untuk mengukur jarak antara telapak


,. tangan penopang sampai telapak kaki Anda

Memulai dengan push-up. Mintalah tolong kawan lain untuk


mengukur ketinggian rata-rata tubuh Anda terangkat

Mengulangi prosedur 1 s.d. 5 untuk praktikan yang lain


E. Data Hasil Percobaan
F. N Praktikan mb (kg) h (cm) L1 (m) L2 (m) L3 (m)
o

1. Malinda Puspita Sari 39 0,14 0,94 1,35 0,41

2. Novita Rahmawati 51 0,103 0,95 1,36 0,41

3. Maulida Zahrotul M 34 0,18 0,92 1,31 0,39

4. Ova Dhea Ariesta 38 0,10 0,93 1,30 0,37

5. Hesti Nurngaini R 63 0,107 1,04 1,30 0,26

Keterangan:
mb = massa benda (kg)
wb = berat benda (N)
L1 = jarak antara pusar sampai telapak kaki (m)
L2 = mengukur jarak antara telapak tangan penopang sampai telapak kaki (m)
h = ketinggian rata-rata terangkatnya tubuh (m)

G. Analisis Data
a. Menghitung Berat Naracoba
Rumus :

Wb = mb x g

1. Naracoba 1 Wb = mb x g = 39 x 10 = 390 N
2. Naracoba 2 Wb = mb x g = 51 x 10 = 510 N
3. Naracoba 3 Wb = mb x g = 34 x 10 = 340 N
4. Naracoba 4 Wb = mb x g = 38 x 10 = 380 N
5. Naracoba 5 Wb = mb x g = 63 x 10 = 630 N
b. Menghitung gaya reaksi F lantai pada telapak tangan (Ft)
Rumus :
Keterangan:
Ft = Gaya reaksi pada tangan (N)
L1= Jarak antara pusar sampai telapak kaki (m)
L2 = Jarak posisi push-up antara telapak tangan penopang sampai telapak kaki (m)
Wb = Berat benda (N)

1. Naracoba 1
390 . 0,94
𝐹= = 271,6 𝑁
1,35

2. Naracoba 2
510 . 0,95
𝐹= = 356,3 𝑁
1,36

3. Naracoba 3
340 . 0,92
𝐹= = 238,8 𝑁
1,31

4. Naracoba 4
380 . 0,93
𝐹= = 271,8 𝑁
1,30

5. Naracoba 5
630 . 1,04
𝐹= = 504 𝑁
1,30

c. Menghitung gaya reaksi F lantai pada jari kaki (Fk)

Rumus :

Keterangan:
Fk = Gaya reaksi pada kaki (N)
L2 = jarak posisi push-up antara telapak tangan penopang sampai telapak kaki (m)
L3 = jarak antara pusar sampai bahu (m) = (L2 - L1)
Wb = Berat benda (N)
1. Naracoba 1
390 . 0,41
𝐹= = 118,5 𝑁
1,35

2. Naracoba 2

510 . 0,41
𝐹= = 153,8 𝑁
1,36

3. Naracoba 3
340 . 0,39
𝐹= = 101,2 N
1,31

4. Naracoba 4
380 . 0,37
𝐹= = 108,2 N
1,30

5. Naracoba 5
630 . 0,26
𝐹= = 126 𝑁
1,30

d. Menghitung Usaha (W)

W = F. ℎ
W = Ft . ℎ

Keterangan:
W = usaha (Joule)
Ft = gaya reaksi pada tangan (N)
ℎ = ketinggian rata-rata terangkatnya tubuh (m)

1. Naracoba 1
W = 271,6 . 0,14 = 38,1 J
2. Naracoba 2
W = 356,3 . 0,103 = 36,7 J
3. Naracoba 3
W = 238,8 . 0,18 = 43 J
4. Naracoba 4
W = 271,8 . 0,10 = 27,2 J
5. Naracoba 5
W = 504. 0,107 = 54 J
H. Pembahasan
Praktikum dengan judul Push-Up yang memiliki tujuan untuk menghitung gaya
reaksi lantai pada telapak tangan dan jari kaki ketika seseorang melakukan push-up ; dan
menghitung usaha yang dilakukan gaya reaksi ketika seseorang melakukan push-up.
Praktikum ini dilaksanakan di rumah praktikan masing-masing pada hari Ahad, tanggal 03
Maret 2022. Praktikum ini menggunakan alat dan bahan seperti tumbangan, meteran dan
alat tulis dan dengan 5 orang sebagai naracoba. Neraca sendiri digunakan untuk mengukur
massa praktikan, sedangkan meteran digunakan untuk mengukur jarak antara pusar sampai
telapak kaki, mengukur jarak antara telapak tangan penopang sampai telapak kaki, dan
mengukur ketinggian rata-rata terangkatnya tubuh saat melakukan push-up serta alat tulis
yang digunakan untuk mencatat hasil praktikum pada tabel.
Langkah awal yang dilakukan adalah menimbang massa praktikan menggunakan
neraca. Kemudian menghitung gaya berat badan (W) menggunakan rumus W = m.g (g =
10 m/s2 ). Setelah itu, mengukur jarak antara pusar sampai telapak kaki badan praktikan
dan jarak antara telapak tangan penopang sampai telapak kaki badan praktikan. Selanjutnya
praktikan memulai push-up dan memulai mengukur ketinggian rata-rata tubuh badan
praktikan pada saat terangkat. Terakhir, mengulangi langkah 1 s.d. 5 untuk praktikan yang
lain.
Push-up yang kami dilakukan yaitu dengan menguatkan otot-otot tubuh, baik otot
lengan, bisep, trisep, bahu dan dada. Posisi awal pada push-up diawali dengan posisi tidur
tengkurap dengan tangan disisi kanan dan kiri badan. Kemudian badan didorong ke atas
dengan kekuatan tangan. Posisi kaki dan badan tetap lurus atau tegap. Setelah itu, badan
diturunkan dengan tetap menjaga kondisi badan dan kaki tetap lurus. Badan turun tanpa
menyentuh lantai atau tanah. Pada praktikum ini, pusar merupakan pusat berat pada
naracoba.
Menurut Sadoso (1994:44) gerakan dan sikap pus up adalah badan menghadap
lantai dengan siku lurus, kedua telapak tangan terpisah selbar bahu. Push up yang kami
lakukan merupakan contoh dari penerapan Hukum III Newton. Setiap gaya mekanik selalu
muncul berpasangan sebagai akibat saling tindak antara dua benda. Menurut Davidovits
(2008:2), pusat gravitasi yang menjadi titik kesetimbangan tubuh manusia dalam posisi
tegak kira-kira 56 % dari tinggi orang tersebut dan diukur dari telapak kaki, sehingga
posisinya berada di sekitar pusar.
Pada praktikum ini, praktikan mengukur jarak antara pusar sampai telapak kaki
naracoba. Panjang yang diperoleh dari hasil pengukuran ini merupakan panjang L1. Setelah
L1 diperoleh,maka praktikan mengukur panjang L2 yaitu panjang telapak pusat
kesetimbangan tangan penompang sampai telapak kaki naracoba. Kemudian praktikan
menghitung ketinggian rata-rata terangkatnya tubuh nilai h (dengan melakukan
pengulangan sebnayak 4 kali dan menghitung nilai rata-ratanya). Panjang L3 diperoleh dari
hasil pengurangan antara L1 dan L2. Pengukuran dilakukan dengan 5 naracoba yang
memiliki hasil analisis yang berbeda-beda. Berdasarkan praktikum yang dilakukan
praktikan diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Naracoba 1 (Malinda) memiliki massa sebesar 39 kg, panjang L1 sebesar 0,94 m,
panjang L2 sebesar h 1,35 m dan ketinggian h sebesar ah 0,14 m. Berdasarkan data
yang diperoleh maka dapat dihitung wb adalah 390 N.
2. Naracoba 2 (Novita) memiliki massa sebesar 51 kg, panjang L1 sebesar 0,95 m,
panjang L2 sebesar h 1,36 m dan ketinggian h sebesar ah 0,103 m. Berdasarkan data
yang diperoleh maka dapat dihitung wb adalah 510 N.
3. Naracoba 3 (Maulida) memiliki massa sebesar 34 kg, panjang L1 sebesar 0,92 m,
panjang L2 sebesar h 1,31 m dan ketinggian h sebesar ah 0,18 m. Berdasarkan data
yang diperoleh maka dapat dihitung wb adalah 340 N.
4. Naracoba 4 (Ova) memiliki massa sebesar 38 kg, panjang L1 sebesar 0,93 m, panjang
L2 sebesar h 1,30 m dan ketinggian h sebesar ah 0,10 m. Berdasarkan data yang
diperoleh maka dapat dihitung wb adalah 380 N.
5. Naracoba 5 (Hesti) memiliki massa sebesar 63 kg, panjang L1 sebesar 1,04 m, panjang
L2 sebesar h 1,30 m dan ketinggian h sebesar ah 0,107 m. Berdasarkan data yang
diperoleh maka dapat dihitung wb adalah 630 N.

Berdasarkan praktikum, telapak tangan dan kaki memberikan gaya dengan


menekan lantai ketika melakukan push up. Saat tangan memberikan tekanan maka tangan
tersebut menerima gaya keatas sebesar Ft (Gaya pada tangan) dari lantai dan saat kaki
memberikan tekanan maka kaki akan menerima gaya dari lantai sebesar Fk (Gaya kaki).
Hal ini sesuai berdasarkan literatur Hukun III Newton yang berbunyi “Ketika dua benda
berinteraksi, gaya pada kedua benda yang berasal dari satu sama lain selalu sama
magnitudonya dan berlawanan arah” (Irawan, F dan Sandiyudha. 2018).
Menurut hukum III Newton ini, lantai memberikan reaksi ke atas dengan gaya yang
sama, misalnya F. Gaya reaksi ini bekerja pada naracoba tersebut, sehingga dapat
dirumuskan debagai berikut:
Faksi = - Freaksi
Benda berada dalam kesetimbangan, total torsi terhadap titik apa pun bernilai nol.
Untuk suatu benda yang berada dalam keseimbangan, baik jumlah gaya maupun jumlah
torsi yang bekerja pada benda secara terpisah menjadi nol. Jika total torsi tidak nol, benda
tidak seimbang dan akan berotasi dalam pengertian total torsi yang tidak nol beraksi
padanya. Titik berat merupakan titik dimana benda akan berada dalam keseimbangan rotasi
(tidak mengalami rotasi).
Dengan menggunakan prinsip kesetimbangan torsi ini maka dalam praktikum ini
dapat dihitung gaya reaksi lantai pada telapak tangan dan gaya pada kaki ketika seseorang
push-up. Dengan perhitungan Στ = 0, atau total torsi adalah nol. Dengan demikian untuk
mencari gaya reaksi lantai pada telapak tangan dan gaya reaksi lantai pada kaki untuk
masing-masing naracoba dapat diperoleh dengan persamaan:
a. Gaya reaksi pada tangan

b. Gaya reaksi pada kaki

Berdasarkan persamaan di atas, maka diperoleh hasil analisis gaya reaksi F oleh
tangan (Ft) pada setiap naracoba secara berturut-turut yaitu: pada naracoba 1 sebesar 271,5
N, naracoba 2 sebesar 356,3 N, naracoba 3 sebesar 238,8 N , naracoba 4 sebesar 271,8 N,
dan naracoba 5 sebesar 504 N.
Pada praktikum ini, gaya reaksi pada kaki (Fk) yang dihasilkan oleh setiap naracoba
yaitu sebesar; pada naracoba 1 sebesar 118,5 N , naracoba 2 sebesar 153,8 N, naracoba 3
sebesar 101,2 N, naracoba 4 sebesar 108,2 N dan naracoba 5 sebesar 126 N . Pada
praktikum ini, gaya reaksi yang paling besar dihasilkan oleh naracoba 3 sebesar 153,8 N
dan gaya reaksi yang paling kecil dihasilkan oleh naracoba 4 sebesar 101,2 N.
Setelah menganalisis besar gaya, praktikan juga mengukur adanya ketinggian pusat
berat tubuh naracoba saat melakukan push-up. Dengan adanya ketinggian ini maka
walaupun dalam keadaan setimbang, saat melakukan push-up naracoba mengalami
perpindahan. Perpindahan ini dilihat dari ketinggian pusat berat naracoba dalam
mengangkat tubuhnya ketika push-up. Dari perpindahan ini maka praktikan dapat
menghitung usaha yang dilakukan naracoba saat push-up, karena telah diketahui masing-
masing gaya yang bekerja pada setiap naracoba. Dari gaya yang diperoleh tersebut, dapat
diketahui mengenai usaha yang dilakukan praktikan untuk push-up.
Usaha menurut ilmu fisika dijelaskan, usaha yang dilakukan oleh sebuah gaya
didefinisikan sebagai hasil kali gaya dengan perpindahan benda yang searah dengan gaya.
Dalam hal ini, gaya yang bekerja pada saat push-up menyebabkan perpindahan posisi
sejauh h (ketinggian pusat berat). Usaha diberi lambang W. sehingga perhitungan dapat
dilakukan dengan rumus :
W=F×h
Dari persamaan tersebut dapat dihitung usaha yang dilakukan oleh masing-masing
naracoba, diperoleh data pada naracoba 1 melakukan usaha sebesar 38,1 Joule, pada
naracoba 2 sebesar 36,7 joule, pada naracoba 3 sebesar 43 joule, naracoba 4 sebesar 27,2
joule dan naracoba 5 sebesar 54joule. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa
gaya reaksi lantai pada telapak tangan dan ketinggian pusat berat berbanding lurus dengan
usaha yang dilakukan praktikan. Artinya semakin besar gaya reaksi lantai pada telapak
tangan dan ketinggian pusat beratnya atau perpindahannya maka akan semakin besar pula
usaha yang dilakukan.
Dalam analisis pada praktikum ini, praktikan juga melakukan pembuktian terkait
besar gaya berat (W) yang senilai dengan jumlah 2 gaya reaksi yang bekerja yaitu gaya
aksi reaksi pada tangan. Pada suatu benda dalam keadaan setimbang maka gaya yang
bekerja di sumbu y sama dengan nol, persamaanya sebagai berikut :

Dari persamaan tersebut praktikan berhasil membuktikan bahwa gaya berat yang
diperoleh dari penjumlahan gaya reaksi yang bekerja pada tangan dan kaki sama dengan
gaya berat yang didapatkan dengan cara persamaan W= m.g.

I. Kesimpulan
1. Gaya reaksi lantai pada telapak tangan dan jari kaki ketika seseorang melakukan push-
up.
a. Gaya pada tangan naracoba saat push-up dapat dihitung dengan rumus
keseimbangan torka pada titik keseimbangan ( ΣƮ = 0), yaitu F= mendapatkan hasil
bahwa semakin besar hasil perkalian berat beban naracoba (wb) dan jarak pusar
dengan telapak kaki (L1) dibagi jarak tangan ke pusar (L2).
b. Gaya pada kaki naracoba saat push-up dapat dihitung dengan rumus keseimbangan
torka pada titik keseimbangan ( ΣƮ = 0) , yaitu F= mendapatkan hasil bahwa
semakin besar hasil perkalian berat beban naracoba (wb) dan jarak tangan ke pusar
(L2) dibagi L3(selisih antara L1 dan L2).
2. Usaha yang dilakukan gaya reaksi ketika seseorang melakukan push-up.
Usaha yang dilakukan naracoba dapat dihitung dengan W = F.h mendapatkan hasil
bahwa semakin besar gaya reaksi lantai pada telapak tangan dan ketinggian pusat
beratnya atau perpindahannya maka akan semakin besar pula usaha yang dilakukan.
J. Tugas
1. Hitunglah gaya reaksi F ketika anda melakukan push-up!
Jawab :
 Menghitung gaya reaksi F lantai pada telapak tangan (Ft)
𝑊𝑏 . 𝐿1
𝐹𝑡 = 𝐿2
390 . 0,94
𝐹= = 271,6 𝑁
1,35
Jadi, gaya reaksi pada tangan ketika praktikan melakukan push-up sebesar
271,6 𝑁
 Menghitung gaya reaksi F lantai pada jari kaki (Fs)
𝑊𝑏 . 𝐿3
𝐹𝑘 =
𝐿2
390 . 0,41
𝐹= = 118,5 𝑁
1,35
Jadi, gaya reaksi pada tangan ketika praktikan melakukan push-up sebesar
118,5 𝑁

2. Hitunglah usaha yang dilakukan gaya reaksi untuk setiap kali mengangkat tubuh
anda sampai ketinggian pada prosedur butir 5!
Jawab :
W = Ft . ℎ
W = 271,6 . 0,14 = 38,1 J
Jadi, usaha yang dilakukan ketika praktikan melakukan push-up sebesar 52,9
Joule
Daftar Pustaka
Grepeth. 2011. Mengenal Otot Dada dan Gerakan Latihan Beban untuk Melatihnya.
Diakses pada http://fitnes.com.
Halliday, dkk. 2010. Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Harfiah. 2016. Myologi Ext Superior dan Inferior. Makassar: UNHAS.
Purwoko, dan Ferdi. 2009. Fisika. Jakarta: Yudhistira.
Rahayukusuma. 2014. Menerapkan Konsep Usaha dan Energi. Malang: Universitas
Brawijaya. Diakses dari http://rahayukusuma.lecture.ub.ac.id/files /2022/03/7-
Energi-Gaya-dan-Usaha.pdf
Tim Penyusun Praktikum Biofisika. 2022. Biofisika. Yogyakarta: UNY.
Zainuri, M. 2011. Gaya dan Gerak. Surabaya: Universitas Airlangga.
LAMPIRAN

Kelompok 5 :
1. Malinda Puspita Sari (19312241006)
2. Novita Rahmawati (19312241012)
3. Maulida Zahrotul M (19312241015)
4. Ova Dhea Ariesta (19312241029)
5. Hesti Nurngaini Rahayu (19312241038)
Kelas : Pendidikan IPA A 2019

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM BIOFISIKA


PUSH-UP
A. Judul : PUSH - UP
B. Tujuan :
1. Menghitung gaya reaksi lantai pada telapak tangan dan jari kaki ketika seseorang
melakukan push-up.
2. Menghitung usaha yang dilakukan gaya reaksi ketika seseorang melakukan push-
up.
C. Foto Push-Up
● Praktikan 1
Nama_NIM : Malinda Puspita Sari_19312241006

● Praktikan 2
Nama_NIM : Novita Rahmawati_19312241012
● Praktikan 3
Nama_NIM : Maulida Zahrotul M_19312241015

● praktikan 4
Nama_NIM : Ova Dhea Ariesta_19312241029
● praktikan 5
Nama_NIM : Hesti Nurngaini Rahayu_19312241038

D. Tabel data

No Praktikan m (kg) h (cm) L1 (cm) L2 (cm)

1. Malinda Puspita Sari 39 14 94 135

2. Novita Rahmawati 51 10,3 95 136

3. Maulida Zahrotul M 34 18 92 131

4. Ova Dhea Ariesta 38 10 93 130

5. Hesti Nurngaini R 63 10,7 104 130

Anda mungkin juga menyukai